JANGAN BERHENTI
BERJUANG...
BAGIAN
PERTAMA...
ABRAHAM...
Menjadi
seorang ayah merupakan kebahagiaan luar biasa bagi kehidupanku. Gadis kecilku
bermain membuat dunia mempunyai warna tersendiri. Tangan mungilnya merupakan
kekuatan bahkan semangat luar biasa untuk setiap nafas dimana setiap saat
berhembus dari langkahku saat ini. Apapun kata orang tentang gadis kecilku,
namun ayah terhebat tetap ada memberikan kebahagiaan. Semua orang dapat saja
memberikan ejekan setiap saat, namun ayahnya selalu ada untuk membalut
luka-luka tersebut.
Hingga
detik ini, gadis kecilku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu untuk
langkahnya. Terbiasa menjalankan 2 peran, menjadi seorang ayah sekaligus ibu
bagi Lazurit Krisopras Israeland. Nama unik bahkan belum pernah ada di dunia
ini keberikan untuk gadis kecilku. Pekerjaanku sebagai penjahit sepatu, membuat
ibunya pergi meninggalkan kami.
Semua
orang berkata, gadis kecilku tidak akan pernah menjadi anak jenius dikarenakan
tingkat perkembangan otaknya jauh mengalahkan kaum paling terbodoh diantara
paling terbodoh. Namun, saya akan tetap berada di sampingnya memberikan
senyuman serta berkata bahwa dia adalah anak paling jenius yang pernah ada.
Ucapan negatif seperti apapun terlontar dari mulut banyak orang buat Lazki,
sebagai seorang ayah akan selalu memberikan kekuatan.
“Ayah
semua orang berkata, kalau Lazki sangat bodoh...” air matanya setiap hari
mengalir saat berada di rumah.
“Gadis
kecil ayah tidak pernah bodoh,” berusaha mendekap hanya demi menghilangkan air
mata kesedihan dari kehidupannya.
“Ibu
guru dan semua teman-teman mengejekku, tidak seorangpun berkata Lazki gadis
jenius,” tangis Lazki makin pecah memenuhi rumah kayu kecil tempat tinggal
kami.
“Lazurit
Krisopras berarti batu-batu paling bernilai bahkan terlalu mahal di mata Tuhan.
Itu berarti Lazki gadis paling mahal yang mempunyai nilai paling tinggi di mata
Tuhan, sampai kapanpun juga.” Berkata sebijak mungkin hanya demi memperlihatkan
tentang kekuatan dibalik namanya.
“Jangan
pernah berhenti berjuang menghadapi keadaan di depan mata,” kembali membuat
Lazki barada dalam dekapanku.
“Ayah,
apakah selamanya Lazki akan menjadi gadis paling bodoh diantara semua manusia
paling terbodoh.”
“Anak
ayah suatu hari kelak pasti dapat memperlihatkan pada dunia tentang sebuah
nilai.” Semua orang dapat berkata hal-hal negatif, namun seorang ayah akan
tetap memandang gadis kecilnya hingga menjadi kekuatan luar biasa. Mata manusia
melihat bagaimana seorang Lazki sama sekali tidak mempunyai kemampuan
sedikitpun di dunia akademik. Berulang kali harus mengalami penolakan demi
penolakan oleh banyak sekolah.
“Lazki,
ini huruf A, B, C & ...” berusaha mengarahkan dirinya tentang pengenalan
huruf.
“Huruf
B, C , ...” Lazki mencoba kembali mengeja setiap huruf-huruf di depan matanya.
“Lazki,
kalau yang ini bentuknya agak mirip tongkat berarti huruf...”
“Kalau
nenek sudah tua bawah tongkat ayah?” ucapan Lazki.
“Huruf
apa coba?” pertanyaanku.
“Huruf
T,” jawaban Lazki penuh semangat.
“Anak
ayah pintar,” kembali membawanya masuk dekapan seorang ayah. Tuhan, sekalipun
waktu untuk melihat masa depan Lazki benar-benar membutuhkan perjalanan begitu
sulit bahkan terlalu panjang. Namun, di mataMU tidak ada kata mustahil. Seorang
ayah akan tetap memperkatakan setiap kalimat positif, sekalipun di depan mata
sama sekali tidak memperlihatkan jalan atau harapan sedikitpu bahkan
setitikpun.
“Ayah,
semua teman-temanku sudah memakai rok abu-abu,” ungkapan hati Lazki.
“Lazki
harus sabar pasti bisa juga seperti mereka memakai rok abu-abu,” mendekapnya
penuh kehangatan agar dia tidak merasakan hidup di situasi sulit sendirian.
“Apa
sebaiknya Lazki berhenti belajar saja?”
“Lazki,
jangan berkata seperti itu.”
“Tapi,
mereka semua berkata kalau Lazki sangat idiot dan selalu saja berpindah-pindah
sekolah.” Gerutu Lazki...
“Lazki
bukan anak idiot, tapi, anak jenius...” tetap menanamkan suatu pernyataan
positif bagi pemikirannya.
Membutuhkan
waktu luar biasa hanya demi membuatnya dapat mengenal berbagai huruf abjad.
Perjuangan seorang ayah hingga pada akhir cerita, gadis kecil mulai mengeja
kata demi kata sekalipun memakan waktu bertahun-tahun. Tinggal kelas berulang
kali bahkan kesekian kalinya merupakan hal biasa bagi seorang Lazki. Seluruh
sekolah angkat tangan bahkan menyerah melihat dunia seorang Lazki.
“Seluruh
guru mengangkat tangan melihat situasi putri bapak,” kata-kata seorang guru
dari salah satu tempat Lazki bersekolah. Lazki untuk kesekian kali dikeluarkan
dari sekolah, karena dianggap berada pada situasi diagnosa garis autisme.
“Maaf
pak Abraham, karena kami tidak bisa menerima lagi anak anda bersekolah di
tempat ini.” Ucapan kepala sekolah di tempat lainnya.
“Tolonglah
putri saya,” memohon dengan lutut bertelut.
“Berapapun
akan saya usahakan, sekalipun saya hanyalah seorang penjahit sepatu.” Air mata
seorang ayah mengalir begitu saja...
“Permasalahan
disini, adalah kemampuan putri bapak jauh mengalahkan seorang anak autisme,”
kata-kata tersebut benar-benar menciptakan luka luar biasa di dalam diri
seorang ayah.
“Andai
kata bapak berada dipihak seorang ayah dengan pergumulan luar biasa, langkah
apa yang akan bapak ambil.” Pertanyaan seorang ayah seperti diriku...
“Beruntunglah
saya tidak memiliki putri seperti pak Abraham, karena ke-tiga anakku mempunyai
IQ tinggi dan selalu mendapat prestasi luar biasa di sekolah mereka.”
“Kelak,
Lazki juga dapat memperlihatkan prestasi...” kepercayaan seorang ayah tertanam
begitu kuat juga akan selalu membungkus kehidupan.
“Dengan
tingkat kebodohan seperti ini, pak Abraham harusnya segera bangun dari tidur,”
ejekan demi ejekan begitu saja terlontar dari mulutnya.
“Terimah
kasih untuk ejekan yang bapak lontarkan bagi gadis kecilku,” hanya kalimat itu
saja yang bisa keluar dari mulutku sekarang.
“Coba
berpikir, Lazki membutuhkan waktu bertahun-tahun mengerti pengenalan uruf abjad
bahkan sampai detik ini dia masih belum bisa menguasai semua.” Kepala sekolah
tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepala mengucapkan ejekan demi ejekan.
“Sekali
lagi, saya mengucapkan banyak terimah kasih atas kalimat-kalimat bapak
barusan,” mencoba berdiri, kemudian berjalan keluar dari ruangannya.
Seorang
ayah akan selalu menjadi penyemangat bagi gadis kecilnya, apapun keadaan di
depan mata sekarang terlihat. Akan terus berjuang, satu pernyataan memberikan
kekuatan bahkan senantiasa membungkus diri seorang ayah...Jangan berhenti
berjuang, apapun ucapan banyak orang di sekeliling saat sekarang. Mereka dapat
saja berkata-kata, bahwa gadis kecilku tidak memiliki masa depan. Namun,
seorang ayah selalu berkata Lazki mempunyai masa depan cerah dibandingkan
mereka dengan tingkat IQ tinggi pada pemandangan mata.
“Permisi,
apakah bapak bisa membantu saya?” Sapa seseorang tiba-tiba di hadapanku
membangunkan dari lamunan. Seperti biasa saya harus mengayuh sepeda untuk
mencari pelanggan atau sekedar beristirahat di pinggir jalan beberapa saat.
“Iyah...”
ucapku.
“Sepatu
ini rusak, sementara saya tidak punya waktu mencari penggantinya.”
“Coba
berikan padaku, saya akan coba menjahit secepat mungkin.” Kalimatku.
“Baiklah...”
secepatnya menyerahkan sepatu tersebut ke dalam tanganku. Setelah 10 menit
berlalu sepatu dari ibu tersebut akhirnya selesai penjahitannya.
“Selesai...”
menyodorkan kembali sepatu yang telah saya perbaiki.
“Wow,
jahitan sepatu ini tidak terlihat sama sekali.” Ujarnya sangat senang melihat
sepatu kesayangannya dapat terpakai kembali.
“Ayah,
sejak tadi saya mencarimu,” suara Lazki tiba-tiba muncul begitu saja di
hadapanku.
“Dari
mana Lazki tahu kalau ayah berada disini?” pertanyaanku terhadap Lazki.
“Sejak
tadi, saya mengikuti ayah setelah keluar dari ruangan kepala sekolah.” Jawaban
Lazki menatapku.
“Apakah
Lazki baru saja dikeluarkan dari sekolah seperti biasanya?” seakan Lazki
menyadari jika dirinya tidak akan bersekolah lagi di tempat tersebut.
“Memangnya,
kamu berbuat kesalahan sampai akhirnya dikeluarkan dari sekolah segitu
sadisnya?” pertanyaan ibu tersebut secara tiba-tiba penuh penasaran.
“Lazki
tidak nakal, tapi semua orang mengatakan kalau Lazki anak paling terbodoh yang
pernah ada di dunia jauh mengalahkan manusia autisme.” Jawaban Lazki pun
tiba-tiba..
“Lazki
tidak bodoh,” kalimat memotong pembicaraannya.
“Tapi,
mereka semua berkata Lazki bodoh,” kalimat Lazki.
“Tunggu-tunggu,
bisa anda menjelaskan tentang permasalahan Lazki,” ibu itu mencoba masuk untuk
mendengar permasalahan kami.
“Bukan
maksud untuk ikut campur, siapa tahu saya bisa membantu.” Kalimatnya kembali...
“Baiklah,”
memulai menceritakan tentang permasalahan Lazki dan bagaimana semua orang
berteriak bahkan mengucilkan dirinya. Seorang anak dengan kemampuan otak
benar-benar berada di bawah standar bahkan jauh mengalahkan autisme. Lazki
bukanlah anak autisme, akan tetapi kadar kemampuan otaknya begitu sulit pada
proses perkembangan dalam pembelajaran. Tidak terasa butiran kristal
menciptakan kesan tersendiri pada sepasang bola mataku.
“Seluruh
sekolah menolaknya, sedangkan saya sendiri tidak tahu harus berbuat apa,”
kalimat demi kalimat keluar dari perbendaharaan mulutku.
“Saya
tidak akan berhenti berjuang untuk masa depan Lazki,” ujarku kembali.
“Sesuai
ucapan bapak, kalau Lazki pasti mempunyai masa depan...” seakan terdapat sebuah
kekuatan dari pernyataan ibu tersebut dalam diri seorang ayah di tengah-tengah
penolakan luar biasa kuat.
“Ayah...”
kalimat Lazki.
“Terkadang
untuk beberapa saat mata dapat menipu semua orang, seseorang dengan kelemahan
tingkat tinggi ada saat tertentu mengeluarkan kekuatan super hingga membuat
semua orang di sekitarnya tercengang-cengang.” Pertama kali mendengar seseorang
memberikan harapan kuat bagi masa depan gadis kecilku.
“Di
lain sisi, seseorang dikatakan terbaik bahkan paling terkuat, secara tiba-tiba
tidak dapat berkutik disuatu titik ertentu. Jadi, jangan pernah berhenti
berjuang,” tambahannya lagi.
“Terimah
kasih ibu atas ucapan anda,” tangisku pecah...
“Jika
semua sekolah menolak Lazki, maka saya mau menerima Lazki kapanpun juga
sekalipun semua menutup mata akan kemampuan perkembangan otaknya.” Kalimatnya
lagi...
“Maksud
ibu?” segera tanganku menghapus air mataku.
“Saya
pemilik sekolah yayasan Bergema, dimulai SD hingga SMU,”
“Berarti
Lazki bisa sekolah lagi,” teriakanku sangat senang.
“Saya
akan menunggu waktu, dimana Lazki memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam
dirinya, sekalipun membutuhkan waktu bertahun-tahun.” Kalimatnya kembali.
“Terimah
kasih banyak,” dengan wajah menunduk.
“Saya
berjanji, tidak akan mengeluarkan Lazki dari sekolah seperti apapun
perkembangan otaknya yang hanya berada dibawah rata-rata seperti kata mereka.”
Ucapannya memberikan setitik sinar bagi kehidupan kami.
“Terimah
kasih banyak,” hanya kalimat tersebut saja keluar dari perbendaharaan mulutku.
“Waktu
itu pasti tiba, dimana Tuhan tidak akan mempermalukan bapak. Tuhan akan
meninggikan dirinya suatu hari kelak.” Seakan ada kekuatan tersendiri
membungkus diri seorang ayah.
“Kita
belum saling berkenalan, perkenalkan nama saya Anabeth pemilik sekolah
Bergema,” ujarnya lagi di hadapan kami. “Lazurit Krisopras berarti batu-batu
paling bernilai bahkan terlalu mahal di mata Tuhan. Itu berarti Lazki gadis
paling mahal yang mempunyai nilai paling tinggi di mata Tuhan, sampai kapanpun
juga.” Tangan Lazki terulur dengan segera.
“Nama
paling menarik,” ibu Annabeth membalas salaman tangan Lazki.
“Nama
saya Abraham,” kalimatku.
“Berarti
iman segala orang percaya,” ibu Annabeth tersenyum.
Akhirnya
Lazki dapat bersekolah kembali, sekalipun pada kenyataan bahwa masih harus
menjadi bahan ejekan banyak orang. Berjuang keras secara luar biasa, agar Lazki
dapat lulus Sekolah Dasar, hingga akhir cerita membuahkan hasil.
“Tuhan,
seluruh sekolah dapat saja angkat tangan bahkan tidak pernah mau memandang
sedikitpun kemampuan Lazki. Namun, aku tidak akan pernah berhenti berjuang
memperlihatkan sebuah nilai dari kehidupan gadis kecilku.” Bisikan hati seorang
ayah setiap saat, tidak perduli seberapa besarpun kalimat negatif terlontar
untuk kehidupan Lazki.
“Masa
depan gadis kecilku tidak di dasarkan pada tangan manusia manapun, melainkan
masa depannya berada dalam genggaman tanganMU TUHAN,” hanya kalimat-kalimat
tersebut yang akan selalu mengalir dari bibir mulut seorang ayah seperti
diriku.
Seorang
anak penjahit sepatu suatu hari kelak dapat berlari kuat menjadi yang pertama
diantara semua orang dengan kemampuan begitu kuat. Waktu itu akan datang,
sekalipun pemandangan mata berkata semua ini mustahil untuk diraih. Roda masih
terus berputar, tidak seorangpun dapat menyadari keadaan hari ini, esok, dan
akan datang...
“Anak
saya sebentar lagi menamatkan sekolah menengahnya, sementara Lazki tamat
sekolah dasarnya baru tahun ini.” Ejekan salah seorang ibu terhadapku.
“Syukurlah
ibu,” berusaha menahan rasa sakit luar biasa dalam diriku.
“Anak
paling bodoh diantara paling terbodoh sampai kapanpun juga,” ledekannya
kembali.
“Jauh
mengalahkan anak autisme,” salah seorang ibu tiba-tiba saja berada di
hadapanku.
“Terimah
kasih atas kalimat ibu buat Lazki.” Hanya kalimat itu saja terlontar keluar
dari mulutku saat ini. Gadis kecilku hanya membutuhkan waktu bagi pembentukan
kemampuan otaknya. Seorang ayah tidak akan pernah berhenti berjuang dan akan
selalu mendekap gadis kecilnya.
BAGIAN DUA...
LAZURIT...
Seorang
ayah bertahun-tahun menjadi penyemangat hidupku seperti apapun keadaanku.
Bagaimanapun mereka di sekitarku berkata bahwa saya manusia paling terbodoh,
namun, ayah tetap berkata gadis kecilnya tidak bodoh. Menjadi kekuatan bagi
langkah kehidupanku detik demi detik, pada akhir cerita memberikan warna-warna
pelangi. Berjuang menciptakan senyum pada wajahku, disaat butiran kristal terus
saja bermain.
Sejak
kecil ayah selalu berkata tentang hal-hal baik terhadap gadis kecilnya. Di mata
ayah, selamanya seorang Lazki hanyalah gadis kecil sampai kapanpun. Saya tidak
pernah malu mempunyai ayah dengan pekerjaan hanya sebagai penjahit sepatu
keliling. Satu hal membuatku bangga mempunyai ayah seperti dirinya, karena
perjuangannya menjadi seorang bagi kehidupanku. Tidak pernah malu mengakui
diriku sebagai anaknya, sekalipun duniaku jauh mengalahkan para autisme pada
permukaan bumi.
“Hufffttttttttt...”
berusaha menarik nafas dalam-dalam setiap melihat wajah ayah.
“Tuhan,
selalu saja saya tidak bisa menjadi gadis kecilnya memberikan prestasi luar
biasa.” Gumamku pulang sekolah masih memakai pakaian sekolah dasar. Semua
teman-temanku telah memakai pakaian putih biru, sedangkan diriku masih pada
putih merah. Segitu bodohnya diriku, hingga akhir cerita berulang kali harus dikeluarkan
dari sekolah karena terlalu bodoh diantara paling terbodoh. Menjadi bahan
ejekan semua teman-temanku setiap saat, membuatku ingin berhenti bersekolah
saja.
Ayah
selalu saja memberikan semangat, seakan ada sebuah kekuatan untuk membuatku
bertahan seperti apapun keadaanku sekarang. Sekalipun seluruh teman-teman
menjauh bahkan mengucilkan hidupku sedemikian rupa, kakiku terus saja bertahan
agar tetap berada di sekolah. Biarpun teman-teman seumuranku sebentar lagi
telah berpakaian seragam putih abu-abu, namun seakan kakiku harus berjalan
terus ke depan.
“Idiot
mau kemana?” ledek seorang temanku.
“Ingin
berjalan ke taman,” jawabanku.“Astaga, orang idiot paling terparah macam dirimu
tidak bisa gabung bersama anak-anak jenius di taman. Ngerti?” ledek Sinai.
“Memangnya
taman sekolah hanya diperuntukkan bagi anak-anak jenius?” tanyaku.
“Pastilah,
bukan si’idiot seperti dirimu.” Jawabannya.
“Kalau
duduk di pinggiran saja sekitar taman boleh!”
“Astaga,
berapa kali kubilang tidak boleh, lihat dirimu sudah paling tua terus paling
bodoh terbo.....dooohhhhhh.... di dunia” teriakannya.
“Masuk
telinga kanan keluar telinga kiri,” kata-kataku dalam hati berusaha setenang
mungkin. Menginjak dunia remaja, namun masih saja berpakain putih merah
berusaha menahan diri terhadap setiap ekspresi banyak orang saat menatap
kehidupan begitu menyedihkan.
“Idiot,
sudah kami katakan jangan berkumpul berada di sekitar tempat ini,” amukan salah
satu anak lainnya. Inilah keadaanku saat ini, terkucilkan bahkan menjadi bahan
buli diantara mereka. Keluar masuk sekolah dikarenakan seluruh guru menyerah
berhadapan ah
Butiran
kristal selalu saja menemani hari-hariku setiap saat dalam sebuah kamar kecil.
Berusaha menutupi butiran-butiran kristal tersebut dari hadapan ayah. Tuhan,
apakah pada dasarnya seorang Lazki hanya akan menamatkan sekolah dasar semata?
Mengeja abjad benar-benar penuh perjuangan bagi perjalananku selama
bertahun-tahun. Hanya seyuman ayah dapat membuatku tetap bertahan sekarang...
Seluruh
sekolah pada akhirnya menolak kehadiranku, tidak terlihat setitikpun masa depan
bagi perjalanan seorang Lazki. Menerima kenyataan terpahit, bahwa langkahku
sama sekali tidak akan pernah memandang sebuah sinar bagi masa depan. Rasa
sakit luar biasa melihat ayah bersujud di hadapan kepala sekolah, agar tidak
mengeluarkanku begitu saja. Air mataku mengalir begitu deras melihat
pengorbanan luar biasa seorang ayah, hanya demi melihat masa depan gadis
kecilnya. Kepala sekolah penuh penekanan melontarkan caci maki tentang duniaku,
namun, ayah tetap berkata gadis kecilnya pasti bisa berprestasi.
“Ayah...”
ucapanku dibalik pintu tanpa sepengetahuan ayah,
“Kenapa
ayah harus melakukan semua ini? Lazki membenci sikap ayah,” tangisku
benar-benar pecah. Tuhan, setidaknya Lazki mati saja biar penderitaan ayah
berkurang. Apakah bunuh diri jalan terbaik bagi perjalananku sekarang? Sehingga
mereka tidak lagi bisa mempermalukan
ayahku. Hatiku benar-benar terluka melihat bagaimana mereka setiap saat
memberikan hinaan demi hinaan terhadap ayah, hanya karena kebodohanku.
“Hik...hiks...hiks...”
tangisku bermain diantara hentakan kaki saat berlari.
“Apakah
bunuh diri jalan terbaik bagi pemecahan masalahku?” teriakanku setelah berada
jauh dari sekolah. Tanpa sadar kakiku telah berada pada sebuah jembatan, dimana
dapat mengantarkan hidupku di alam kekelan.
“Manusia paling idiot,” kata-kata
tersebut benar-benar terngiang keras di setiap gendang pendengaranku.
Setidaknya ayah tidak akan lagi menjadi bahan ledekan oleh semua orang, setelah
kematianku.
“Ayah
harus berjuang hidup, sekalipun Lazki sudah tidak bersamamu lagi,” kedua kakiku
mulai memanjat beberapa bagian dari jembatan, hingga dalam sekejap dapat terjun
bebas ke bawah.
“Maafkan
Lazki atas segala penderitaan yang selalu saja membungkus perjalanan ayah
setiap detik.” Tangisku benar-benar tidak dapat dikendalikan...
“Masih
kecil, sudah mengerti namanya bunuh diri!” tiba-tiba sebuah suara asing
berbisik pada gendang pendengaranku. Seakan terdapat sebuah tangan memegang
kendali di sekitar tubuhku sehingga tidak terjatuh ke bawah. Berusaha
mengeluarkan dan membawaku jauh dari jembatan tersebut.
“Kenapa
kau tidak membiarkanku mati?” amarahku meledak bahkan berada pada area
tertinggi.
“Harusnya
kau bersyukur karena saya berhasil menyelamatkan dirimu dari neraka.” Ucapan orang
itu di depanku.
“Saya
tidak bersyukur atas pertolongan yang kau berikan, karena saya memang ingin
mati.” Teriakanku luar biasa...
“Jika
diperhatikan dari pakaianmu, terlihat masih sekolah dasar tapi mukanya tua
begitu, benar-benar anak SD zaman sekarang cepat tua...”
“Tuhan,
saya ingin mati...” terus saja menangis.
“Astaga,
masih kecil sudah tahu ingin mati, benar-benar korban sinetron stadium akhir.”
“Ayah,
apakah jalanku sekarang benar-benar salah?” jeritku diantara butiran kristal...
“Usiamu
baru menginjak 11 tahun pasti, sudah kenal namanya bunuh diri,” gelengan kepala
terus saja bermain tanpa henti. Dia berpikir kalau saya masih berusia 11 tahun,
karena masih berpakaian sekolah dasar. Sekarang usiaku sudah menginjak 16
tahun, karena tinggal kelas terus menerus jadi tetap memakai seragam sekolah
dasar. Ayah tidak pernah membiarkanku berhenti bersekolah, terus saja mengantar
ke sekolah. Keluar dari sekolah, ayah berjuang mencari sekolah baru buatku.
“Saya
ingin mati, bagaimanapun caranya.” Teriakan histerisku.
“Hentikan
tangisanmu, kau bisa memecahkan gendang pendengaranku.” Kedua tangannya berada
di sekitar telinganya.
“Kenapa
kau tidak membiarkanku mati,” mengambil sebuah batu kemudian melemparkan ke
arahnya.
“Hentikan,”
teriakan pemuda di depanku.
“Apa
kau pikir setelah mati semua masalahmu selesai?” pertanyaannya kembali...
“Kau
tidak tahu masalah yang kuhadapi sekarang,” amukanku...
“Hal
pertama yang akan terjadi setelah kematianmu adalah kau berada di neraka 100%,
kedua, orang tuamu pasti terus saja menangisi kematianmu,”
“Tidak
menjadi masalah saya berada di neraka.”
“Tuhanku,
memangnya kau tahu situasi neraka seperti apa? Kau pikir hidup seperti di
surga?” gelengan kepalanya kembali bermain.
“Apa
urusanmu?” tangis histerisku.
“Iblis
pasti tertawa melihat dirimu sekarang, kenapa? Karena jalan pintas yang kau
gunakan untuk penyelesaian dari permasalahanmu.”
“Kau
tidak tahu masalahku.” Hatiku sakit mengingat bagaimana ayah harus berlutut
demi mempertahankan anaknya di sekolah.
“Saya
tidak tahu masalah yang kau hadapi, tapi percayalah bunuh diri bukan jalan terbaik dari masalahmu
sekarang, justru sebaliknya iblis akan tertawa melihatmu.” Kata-katanya
berusaha membawaku pada sebuah jalur lain.
Dunia
sudah menertawakan setiap kekurangan dari kehidupanku sekarang. ayahku hanyalah
seorang penjahit sepatu keliling, dengan pendapatan kecil masih terus berjuang
menghabiskan segala tabungannya demi anak paling bodoh. Sekalipun ayah tidak
mengeluh sedikitpun, namun beban berat selalu ada disaat saya bersama
dengannya. Bagaimana bisa ayah memiliki anak paling idiot seperti saya? Tuhan
setidaknya beban ayah hilang, bahkan ejekan mereka semua pergi dari
kehidupannya.
“Jadilah
pemenang atas semua masalahmu, seberat apapun beban yang membungkus langkahmu
sekarang.” kata-kata bijak pemuda di hadapanku...
“Semua
orang menghina ayah, karena mempunyai anak paling bodoh dan selalu saja tinggal
kelas bahkan harus dikeluarkan dari sekolah berulang kali.” Entah mengapa saya
mengucapkan kalimat-kalimat dimana seorang Lazki pasti akan ditertawakan luar
biasa.
“Jangan
katakan umurmu sudah tua, tapi karena bodoh paling kronis level tinggi sampai
tinggal kelas berulang kali.”
“Ayahku
hanyalah penjahit sepatu berpenghasilan kecil, tapi mempunyai anak yang selalu
saja mempermalukan dirinya bahkan harus menjadi bahan hinaan semua orang.”
Kata-kata itu keluar begitu saja, tidak peduli hinaan darinya. Menjelaskan
bagaimana saya harus tinggal kelas berulang kali, hingga terkucilkan oleh semua
orang. Ayah harus berlutut di hadapan kepala sekolah hanya demi anak
tunggalnya. Jalanku tidaklah seperti kebanyakan orang, berada di jalur dengan
tingkat kebodohan terparah.
“Thomas
Alva Edison juga bodoh seperti dirimu, tapi seperti yang kau lihat ada begitu
banyak penemuannya. Salah satu toko penemu paling bersejarah dan hasil
temuannya bermanfaat bagi dunia.” Ucapannya membuat berhenti menangis.
“Siapa
Thomas Edison?”
“Dia
adalah penemu lampu untuk menerangi kegelapan malam. Kehidupanmu masih jauh
lebih baik dibanding dirinya, dikeluarkan dari sekolah bahkan harus belajar
abjad di rumah.” Kalimatnya.
“Apakah
semua guru angkat tangan melihatnya, sama seperti kehidupanku sekarang?”
“Semua
guru angkat tangan, tidak ada masa depan untuk seorang Thomas, tapi apa yang
terjadi temuannya berhasil menggegerkan dunia. Di akhir cerita menjadi kisah
sejarah tersendiri langkah hidup seorang penemu lampu.”
“Apakah
saya bisa menjadi seperti dia?” pertanyaanku sambil menghapus sisa-sisa air
mataku.
“Kau
bisa menjadi seperti Thomas, asalkan dirimu jangan berhenti berjuang
sedikitpun.”
“Andai
kata saya masih saja gagal setelah berjuang,?” kalimatku kembali.
“Thomas
Alfa Edison mengalami ribuan kali kegagalan demi kegagalan, namun terus saja
berjuang demi mencapai sebuah puncak. Pada akhir cerita menciptakan sejarah
terbaik bagi dunia banyak orang.” Jawaban penuh makna dan penekanan.
“Bagaimana
saya bisa menjadi seperti dia?” pertanyaan demi pertanyaan terus saja
keberikan.
“Kau
hanya butuh berjuang, sekalipun gagal teruslah berjuang dan jangan berhenti.”
“Ajarkan
kehidupanku bagaimana saya bisa memulai suatu perjuangan,” kepalaku menunduk
namun, jauh di dasar hati berharap penuh untuk terus berjalan, namun entahlah...
“Sebuah
cerpen menceritakan seorang bernama Albert membuat beberapa permohonan pada
secarik kertas, kemudian menempelkan pada dinding kamarnya dan...” ujarnya
terhenti.
“Selanjutnya?”
“Setiap
hari saat masuk dan keluar, berada di depan dinding dengan tempelan kertas
permohonan, serta berkata, Trimah kasih Tuhan karena sudah menjawab doa
permohonanku tanpa pernah bosan atau terhenti sedikitpun. Akhir cerita,
mimpinya benar-benar terwujud.” Lanjutan dari perkataannya.
“Berarti
kehidupan Albert dan Thomas sama-sama tidak bisa melakukan apapun?”
“Seperti
itulah, tapi, mereka berjuang disertai kekuatan doa.” Jawabannya.
“Sepertinya
saya sudah terlalu terlambat menjalani ataupun berjuang seperti Thomas,”
keraguan mulai menyelimuti diriku saat ini.
“Tidak
ada kata terlambat, selama kau masih bernapas dan mau berjuang,” pernyataan itu
menjadi rhema bagi langkah kehidupanku selanjutnya. Saya harus berjuang, tidak
mengenal istilah menyerah. Mengatakan bahwa, pengharapan akan selalu ada
seberat apapun beban pergumulan menghimpit langkah kaki di setiap sudut
kehidupan. Tiba-tiba mengingat wajah ayahku, kakiku segera berdiri tegak dan
berlari. Meninggalkan pemuda itu, tanpa tahu nama ataupun mengucapkan terimah
kasih karena telah menyelamatkanku dari tindakan paling dibenci oleh Tuhan.
Kakiku
berlari mencari ayah dan berjanji akan berjuang, hingga pada ending cerita
semua orang akan malu menatap kehidupan kami. Ingin segera berada dalam dekapan
ayah, berbicara bahwa gadis kecilnya bisa menjalani kehidupan. Gadis kecilnya
akan belajar berjuang, berdiri kuat di hadapan banyak orang.
“Ayah,”
lirihku di dasar hati. Sepasang bola mataku berhasil menemukan tempat ayah
berada sekarang. Melangkahkan kaki ke hadapannya dan segera ingin berada dalam
dekapan ayah.
Ayah
sedang berbicara dengan seorang wanita. Terlihat jelas tangan ayah bermain
dengan cekatan memperbaiki sepasang sepatu dari wanita tersebut. Menyeberang di
sekitar jalan raya kemudian berjalan ke hadapan mereka.
“Ayah,
sejak tadi saya mencarimu,” suaraku tiba-tiba muncul begitu saja.
“Dari
mana Lazki tahu kalau ayah berada disini?” pertanyaan ayah terhadapku.
Bercerita kepada ayah, mencari bahwa saya mengikutinya. Menyadari kalau saya
benar-benar dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun keluar dari sekolah, tapi saya
pasti bisa belajar di rumah, hingga akhir cerita menjadi sama seperti Thomas
Alfa Edison. Membuat sejarah dunia, tidak ada kata mustahil meraih sesuatu yang
ingin digenggam.
Wanita
itu masuk berbicara dalam pada pertengahan dialog kami. Ternyata beliau
merupakan pemilik yayasan sekolah bergema. Menawarkan bantuan kepada kami, agar
saya bersekolah di tempatnya. Pertama kali, seorang pemilik yayasan memberikan
kekuatan melalui pernyataan dari bibir mulutnya. Tuhan, ajar langkahku
bagaimana harus berjalan serta memahami perjuangan.
BAGIAN TIGA...
LAZURIT...
Memulai
perjuangan, tidak ada kata terlambat dari langkahku untuk belajar akan arti
sebuah pengejaran. Menuliskan keinginanku pada secarik kertas, setelah itu
menempelkan pada dinding kamar kecilku. Yakin bahwa seorang Lazki mampu
melewati lautan badai, sama seperti rajawali semakin terbang tinggi bahkan
semakin kuat.
“Terimah
kasih Tuhan, Lazki mempunyai IQ tinggi dan telah menjadi seorang penemu bahkan
menciptakan sejarah penting di dunia.” Isi tulisan pada secarik kertas di
dinding kamarku. Mengikuti ucapan kakak laki-laki yang telah menyelematkanku
keluar dari tindakan menjijikkan di hadapan Tuhan. Belum sempat mengetahui
namanya, namun saya berlalu begitu saja dari hadapannya. Tidak akan pernah
melupakan setiap nasihat dari perbendaharaan mulutnya.
“Terimah
kasih, karena telah mengajarkan langkahku untuk belajar mempunyai sebuah
kekuatan.” Lirihku di dasar hati membayangkan setiap ucapan demi ucapannya
waktu itu.
Sekalipun
saya masih tetap berada pada bangku sekolah dasar, setidaknya masih ada sekolah
yang ingin mempertahankan serta menerimaku kembali. Ayah hanyalah penjahit
sepatu, tidak memiliki pendidikan tinggi untuk membentuk perkembangan otakku
sekarang. Mendapat makian dari guru, tidak menyulutkan langkahku saat ini
mengejar mimpi. Beruntung saya sudah bisa menulis bahkan lancar membaca
sekarang, sehingga dapat menulis keinginanku pada secarik kertas. Mengingat
kembali kejadian bagaimana banyak guru mengamuk bahkan sakit kepala menghadapi
kebodohanku secara luar biasa.
FLASHBACK...
“Lazki,
coba baca tulisan di papan tulis sekarang!” perintah ibu Wania sewaktu saya
masih belum berpindah sekolah.
“B
ditambah U bacanya bu...” masih mengeja huruf demi huruf. pada hal saat itu,
semua teman-teman seumuranku telah berada di bangku sekolah tingkat pertama.
“Benar-benar
tolol,” teriakan teman sekelasku.
Ayahku
tidak berhenti mengenalkan jenis-jenis huruf abjad setiap malamnya. Waktu yang
kubutuhkan untuk memahami pengenalan abjad tidaklah seperti anak normal
lainnya. Semua orang mengucilkan diriku bertahun-tahun karena kadar otakku
telah berada dibawah rata-rata garis paling terbodoh di dunia. Guru-guruku
selalu saja naik darah mengajarkan
seluruh pelajaran sekolah.
“Lazki,
kenapa kau begitu bodoh,” teriakan guruku setiap hari.
“Manusia
paling idiot, tidak mempunyai masa depan sama sekali,”
“Lazki,
masa depanmu pasti hancur karena otakmu tidak bisa berkembang sama sekali.”
“Kau
manusia paling terbodooohhhhhh, autis masih jauh lebih baik dibandingkan
dirimu.”
“Satu-satunya
murid saya paling bodoh bahkan berada di garis paling bodoh hanyalah Lazurit
Krisopras alias manusia terrrrriiidiiiiiioooooootttttttttt.”
Setiap
hari mendengar ucapan kalimat demi kalimat oleh banyak guru di sekolah.
Berpindah-pindah sekolah, akan tetapi kalimat yang sama selalu menggema di
gendang telingaku. Seperti apapun saya belajar, namun hasil tetap sama terlalu
sulit memahami setiap mata pelajaran di depanku. Hanya kalimat ayah saja,
terdengar memberikan kekuatan bagi langkahku.
“Lazki
bukan anak bodoh,” kalimat ayah setiap berada dalam dekapannya.
“Lazki,
pasti bisa memperlihatkan sebuah prestasi kelak.” Sebelum tidur ayah akan
selalu berbisik pada telingaku, kemudian keluar dari kamar.
“Semangat,
Lazki anak ayah paling pintar,” sebelum ayah berangkat kerja, memberikan
kekuatan tersendiri.
“Harta
ayah paling berharga kelak akan memperlihatkan betapa bernilainya dia, dan
suatu saat semua orang pasti tercengang-cengang.” Tidak pernah sekalipun, ayah
mengeluarkan kalimat bodoh seperti orang lain di sekitarku. Memberikan
kehangatan, disaat air mataku mengalir.
“Lazki,
jangan berhenti berjuang.” Sekalipun saya berulang kali menyakiti hatinya
dengan memperlihatkan angka merah bahkan semua guru melemparkan caci maki, ayah
tetap mengeluarkan pernyataan seperti itu.
“Lazki
akan selalu menjadi anak yang takut Tuhan, dan kelak memperlihatkan prestasi
demi prestasi.” Ucapan ayah saat berdoa bersama setiap hari tanpa pernah bosan
ataupun jenuh sama sekali.
“Kenapa
ayah selalu mengatakan kalau Lazki pintar, pasti berprestasi, sedangkan
jelas-jelas anakmu manusia paling bodoh di dunia,” teriakanku terhadap ayah.
Tidak pernah sekalipun berkata-kata bahwa anaknya manusia terbodoh, tidak
memiliki masa depan.
“Semua
orang dapat berkata negatif tentang duniamu, tapi ayah akan selalu berkata
positif dan menjadi penyemangat luar biasa bagi gadis kecilku.” Menarikku
hingga berada dalam dekapannya.
FLASHBACK...
“Lazki,”
suara seseorang membangunkanku dari lamunan.
“Ibu
Annabeth,” sapaku.
“Belum
pulang?” pertanyaannya.
“Belum
ibu,”
“Kenapa?
Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?”
“Tidak
ada apa-apa ibu,” jawabanku.
“Ibu
akan selalu menunggu waktu dimana kau dapat memperlihatkan pada dunia tentang
kelebihan dalam dirimu. Buat mereka semua tertunduk malu atas sesuatu dari
langkah seorang Lazki.” Entah mengapa ibu Annabeth berkata-kata seperti ini
terhadap diriku. Seakan dia mempelajari apa yang sedang kupikirkan sekarang.
“Ibu,
sepertinya hari sudah mulai sore.” Segera mengambil tas dari kursi panjang
untuk segera beranjak keluar...
“Lazki,
jangan malu dengan keadaanmu sekarang,” ucapannya.
“Saya
harus pulang ibu karena ayah pasti khawatir,” segera berlari...
“Ibu
Annabeth, terimah kasih atas semuanya. Disaat seluruh sekolah menolakku, namun
tangan ibu terbuka buatku.” Kakiku terhenti beberapa saat, berbalik
mengungkapkan isi hatiku.
“Sama-sama
Lazki,” senyuman ibu Annabeth terhadapku.
Melangkahkan
kaki keluar dari pintu pagar sekolah. Berpikir tentang hal-hal yang akan
kulakukan saat ini. Pengharapan seorang ayah akan setiap ucapannya membuatku
harus bangkit. Tuhan, ajar kehidupan agar tetap berjalan seperti apapun mereka
mengejekku manusia paling bodoh jauh mengalahkan autisme. Tanganku tidak
berhenti memainkan daun-daun sekitar area rumah.
“Terimah
kasih Tuhan, karena saya bukan lagi gadis bodoh melainkan anak jenius dengan IQ
tinggi memiliki penemuan terbaru seperti Thomas Alfa Edison.” Kata-kataku
sebelum keluar dari kamarku. Berada di depan dinding kamar melipat tangan serta
berdoa kepada Tuhan. Setiap memasuki kamar, mulutku tanpa pernah bosan berdoa
serta berdiri di hadapan permohonan yang kubuat pada dinding kamar. Kakak
laki-laki yang telah menyelamatkanku mengajarkan bagaimana memulai perjuangan.
“Terimah
kasih Tuhan, doa permohonanku telah terjawab. Saya sudah menjadi seorang
manusia paling jenius serta mempunyai penemuan terbaru bahkan menciptakan
sejarah dunia.” Kata-kataku setiap saat, sekalipun pada pemandangan mata
seorang Lazki masih mengenakan seragam sekolah.
Mulai
belajar agar bisa lulus dari sekolah dasar dan memasuki sekolah lanjutan atas.
Belum terlambat untuk memulai semuanya serta mengubah dunia suatu hari nanti.
Membuka semua buku-buku pelajaran hingga dapat mengerti apa yang dijelaskan di
dalamnya. Ayahku hanya berada di samping melihat bagaimana gadis kecilnya
belajar. Ayah hanya sebatas mengajarkan huruf abjad kemarin.
“Jika
2 dikalikan 4 berarti hasilnya 8,”
“3x4=
10 salah bukan tapi 11, 12,” tanganku mencoba menghitung sesuai petunjuk guru.
Mulai menghafal perkalian-perkalian dasar. Memahami dunia sains dan banyak lagi
pelajaran sekolah dasar.
“Saya
pasti bisa,” memberikan semangat pada diri sendiri.
“Gadis
kecil ayah semangat belajar,” senyum ayah terpancar.
“Lazki
bukan gadis bodoh tapi jenius, aminnn,” semangatku mengucapkan kalimat-kalimat
seperti itu setiap hari. Berusaha untuk mempelajari perhitungan dasar. Berjuang
agar bisa lulus dari sekolah sekolah dasar, hingga ending cerita seorang Lazki
mengenakan pakaian putih biru. Selang beberapa waktu, ujian sekolah akhirnya
tiba juga. Kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tetap mengalir. Namun, Lazki
tidak akan pernah menyerah begitu saja.
“Cukup
sudah dan terakhir kali kemarin, Lazki tidak lulus sekolah.” Kalimatku di dasar
hati.
“Saya
pasti lulus tahun ini,” semangatku mengerjakan semua soal-soal di hadapanku.
Sebulan setelah ujian, pengumuman kelulusan akhirnya keluar. Tanganku sibuk
mencari, apakah terdapat namaku diantara para siswa yang dinyatakan lulus.
“Lazurit
Krisopras,” menemukan namaku.
“Saya
lulus,” teriakanku sangat bahagia.
“Kakak
Lazki lulus?” kalimat seorang adik kecil dan tidak lama lagi kembali menjadi
teman sekelasku.
“Saya
lulus,” hanya dia satu-satunya adik kecil yang mau berteman bahkan berbagi
tempat duduk di kelas.
“Wow,
berarti kakak Lazki bisa sekelas lagi denganku.” Kalimat Cristal terhadapku.
“Akhirnya
kakak Lazki tidak lagi jadi manusia paling idiot di dunia,” pelukan hangat
seorang Cristal.
“Cristal,
berhenti mengejekku idiot.”
“Kakak
Lazki sudah jenius kok, walaupun masih dibawah rata-rata” sekalipun ucapannya
seperti itu, namun, Cristal tetap satu-satunya adik kecil yang ingin bersahabat
denganku.
“Pertama
kali mempunyai teman kecil seperti Cristal,” tuturku di dasar hati.
“Jangan
jadi manusia idiot lagi, harus naik kelas terus seperti ini,” tegurnya sangat
peduli keadaanku.
Ibu Annabeth tidak
membutuhkan waktu menungguku dengan waktu lama pada bangku sekolah dasar.
Sekarang saya meanjutkan sekolahku di bangku lanjutan pertama, diawal semester
otakku masih mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Membutuhkan bantuan Cristal
menolongku mempelajari kurikulum sekarang. Kenaikan kelas 9, saya hamper saja
tinggal kelas. Perkembangan otakku sangat sulit melihat buku-buku ataupun rumus
di depan mata.
“Rumus matematika yang benar
itu seperti contoh pada buku ini,” tegur Cristal.
“Kau benar-benar adik kecil
terbaik buatku,”
“Saya sudah remaja sekarang
bukan lagi anak SD,” celoteh Cristal.
“Memangnya kenapa?” tanganku
merebut pensil dari tangannya.
“Berhenti memanggilku adik
kecil,” celoteh Cristal.
“Umurku sangat jauh berbeda
denganmu, sekarang kau saja baru berusia 13 tahun, sedangkan saya sudah 19
tahun masih di bangku kelas 8.”
“Kenapa kakak tidak
mengikuti ujian persamaan saja,” pertanyaan Cristal.
“Entahlah, ayah tetap ingin
saya mengikuti persekolahan.” Jawabanku membayangkan bagaimana ayah terus
mendorong agar saya bersekolah.
“Oh seperti itu cerita ka’
Lazki.”
Kami berdua menjadi sahabat
pada akhirnya. Hanya Cristal teman yang mau menerimaku sebagai teman disaat
semua pergi menjauh. Cristal tidak pernah berprestasi di sekolah, akan tetapi
juga tidak masuk dalam kategori manusi bodoh seperti diriku. Tingkat
perkembangan otaknya berada di tengah-tengah, aias tidak terlalu jenius dan
tidak masuk kategori bodoh juga. Masa-masa berada di kelas 7,8,9 benar-benar
menjadi bahan pergumulan bagi langkahku.
Nilai-nilaiku sewaktu kelas
7 berada pada daftar paling bawah, namun untung saja saya masih bisa dinyatakan
oleh para guru untuk naik ke tingkat selanjutnya. Di kelas 8, beberapa guru
telah memberikan batu peringatan agar berhati-hati. Dikarenakan semester awal
seluruh nilai-nilaiku semua dinyatakan merah. Berusaha lebih keras, pada
semester akhir kelas 8, akhir cerita saya dinyatakan layak naik tingkat di
kelas selanjutnya.
Satu hal, membuatku tetap
mempercayai sebuah masa depan cerah oleh karena petunjuk kakak laki-laki
beberapa tahun lalu. Tetap melakukan segala petunjuknya, berada di depan
dinding kamarku setiap masuk ataupun keluar untuk berdoa. “Trimah kasih Tuhan,
permohonan sudah terjawab, saya bukan lagi manusi paling bodoh melainkan anak
jenius dengan penemuan luar biasa. Kelak saya akan membuat sejarah bagi dunia,
amin,” isi dari doaku, sekalipun seakan tidak memperlihatkan hasil sama sekali.
Akan tetapi, jika kembali
pada kejadian beberapa tahun lalum saya lulus ujian pada bangku sekolah dasar.
Berarti doaku benar-benar terjawab, hanya membutuhkan waktu saja. Ucapan-ucapan
ayah setiap hari menjadi penyemangat tersendiri dari duniaku. Memberikan
dekapan penuh kehangatan, sama sekali tidak mengeluarkan perkataan kutuk bagi
kehidupan gadis kecilnya.
“Lazki, tidak pernah bodoh,”
senyuman ayah berteriak saat mengantarku memakai sepedanya ke sekolah.
“Langkah gadis kecilku
selalu ada dalam genggaman tangan Tuhan, bukan tangan manusia. Lazki pasti bisa
menggegerkan dunia secara luar biasa.” Kalimat bijak seorang ayah terhadapku.
“Jangan berhenti berjuang,
apapun perkataan orang.” Tulisan ayah pada secarik kertas terselip diantara
buku-buku pelajaranku.
“Jangan berhenti berjuang,
bagaimanapun keadaan gadis kecilku sekarang.” Tulisan ayah tertera jelas pada
salah satu T-shirt sebagai hadiah ulang tahunku.
“Langkah seorang ayah
terlihat penuh warna, disaat gadis kecilnya terus melangkah,” pernyataan ayah
tersimpan jauh di dasar hatiku. Kekuatan ayah membuatku bertahan, bertahan, dan
bertahan apapun keadaanku.
Lazki dapat lulus dari sekolah lanjutan
pertama, tanpa menyelipkan istilah “tinggal kelas” kembali. Masa-masa tersebut
hanya berada pada bangku sekolah dasar saja, tidak akan berlaku lagi di
tahun-tahun berikutnya. Ketika namaku disebut berada pada peringkat 30 dari 40
siswa di kelasku, rasa haru membungkus. Semester awal kelas 10 merupakan
sesuatu yang luar biasa buatku. Terus berjuang, hingga pada semester berikutnya
naik secara bertahap. Seluruh guru terkejut melihat perkembangan otakku
sekarang. Hal paling mengejutkan lulus kelas 12 dengan peringkat 5 dalam
kelasku.
BAGIAN EMPAT…
ABRAHAM…
Melihat perkembangan luar
biasa dari gadis kecilku membuatku terharu. Gadis kecilku berhasil membuktikan
arti perjuangan sebenarnya. Terimah kasih Tuhan untuk pemberian terhebat dari
langkahku sekarang. Saya tidak akan pernah kecewa ataupun berkata, kenapa Tuhan
memberiku seorang putrid paling idiot diantara semua orang. Disaat
perbendaharaan mulutku menyatakan kekecewaan terhadap pemberianMU, pertanda
suatu jurang melingkupiku sekarang. Ibu Lazki membentuk langkah terkacau,
namun, sebagai ayah kakiku tidak akan pernah memainkan irama seperti itu.
Gadis kecilku tidak
menyadari kesalahan terbesar dari ibu yang telah membuatnya ada di dunia. Pergi
begitu saja meninggalkan kami, oleh karena situasi ekonomi berada di bawah garis kemiskinan. Lazki
berpikir, ibunya telah tiada dengan kata lain meninggalkan dunia ini dan hidup
di alam lain. Namun, pada kenyataan lain bahwa dia masih hidup, entah berada di
ujung dunia sebelah mana sekarang?
Mengatakan berbagai hal-hal
baik terhadap Lazki, tanpa membentuk akar kebencian terhadap dunianya tentang
kehidupan ibu kandungnya sendiri. Seorang ayah terhebat dari langkah putrinya,
dimana dia tidak akan pernah membentuk akar kebencian terhadap siapapun.
Membentuk akar kebencian pada seorang anak, akan menciptakan sebuah jurang
paling mengerikan dari ayah sendiri. Hal seperti ini, tidak akan pernah
kulakukan terhadap gadis kecilku.
“Lazki mempunyai ibu terbaik
di dunia sampai kapanpun juga.” Menanamkan dalam benak Lazki sejak kecil hingga
bertumbuh menjadi seorang gadis.
“Wow…” kalimat Lazki.
“Tidak mungkin Lazki bisa
terlahir ke dunia ini, jika tidak melalui rahim ibu terbaik yang dikirim oleh
Tuhan.” Ucapanku disaat gadis kecilku bertanya beberapa hal tentang ibu
kandungnya sendiri. Selama bertahun-tahun sampai akhir cerita, Lazki tidak lagi
bertanya tentang ibu kandungnya sendiri.
Sampai kapanpun Lazki akan selalu menjadi gadis kecil berapapun usianya
sekarang. Tuhan, langkah irama gadis kecilku pasti bisa membuat sejarah bagi
dunia.
LAZURIT…
“Mbah, jus jeruk 1,” suara
keras seseorang yang berada di meja no.3.
“Baik,” setelah lulus dari
sekolah menengah, akhirnya saya bekerja paruh waktu sekitar lokasi tidak jauh
dari kampusku. Ayah terus saja mendorong bahkan memberi support, agar saya
terus melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi. Usia lazki memang sudah
terbilang tua, tapi demi masa depan apapun akan kulakukan.
“Tidak peduli kata orang,
lazki harus terus melangkah,” kalimat bijak ayah sebagai kekuatan bagi duniaku
setiap saat. Sekarang kami sudah mempunyai rumah sendiri sekalipun tidak besar.
Ayah sudah mempunyai bisnis kecil jualan sepatu, disamping merenovasi
sepatu-sepatu tidak layak pakai menjadi sebuah bahan kreasi dan lain
sebagainya. Bertahun-tahun, kami hidup di rumah kontrakan, kini Tuhan mulai
memberikan berkat secara luar biasa. Saya sendiri belajar untuk hidup mandiri,
dengan bekerja paruh waktu selama berada di bangku kuliah.
Tidak terasa kuliahku
memasuki tahun ke-3, Lazki paling terbodoh diantara para idiot mampu memasuki
bangku perguruan tinggi. Awalnya, saya mencoba mendaftar test kampus favorit
dan terbaik, namun tidak memperlihatkan hasil. Ternyata, sahabat terbaikku saja
yang lulus, sedangkan saya sendiri tidak sama sekali. Mencoba beberapa kampus
terbaik, namun dengan hasil sama dinyatakan tidak lulus.
“Apakah saya harus
menyerah?” tanyaku pada secarik kertas selama bertahun-tahun melekat rapi pada
dinding kamarku. Membayangkan ucapan kakak laki-laki yang telah menyelamatkanku
dari tindakan bunuh diri beberapa tahun lalu, membuatku harus terus maju.
“Thomas Alfa Edison,
mengalami kegagalan ribuan kali, saya tidak boleh menyerah.” Kalimatku selalu
mengingat ucapannya. Andai kata, Tuhan mempertemukanku kembali dengan kakak
laki-laki yang telah menyelamatkanku. Sekedar ingin mengucapkan banyak terimah
kasih tentang bagaimana dia mengajari duniaku terus melangkah. Jangan berhenti
berjuang sama seperti ucapan ayah.
Saya akhirnya memasuki
universitas dengan gedung sederhana, bahkan tidak terlalu dikenal oleh banyak
masyarakat. Memilih jurusan tekhnik mesin, dengan harapan kelak saya bisa sama
seperti Thomas Alfa Edison. Teman-teman jurusanku secara keseluruhan adalah
pria. Hanya hitungan tangan wanita yang mengambil jurusan tekhnik mesin, itu
bukan dunia mereka. Tidak berarti aku harus berhenti berjuang oleh karena
kampusku biasa saja.
“Ka’ Lazki…” teriak Cristal
selalu datang ke kampus mencariku. Cristal memilih jurusan kedokteran sesuai
cita-citanya selama ini. Berencana kuliah pada kampus sama, sekalipun jurusan
berbeda, namun Tuhan berkehendak lain. Kadar otakku kalah jauh dari adik kecilku
Cristal. Entah mengapa, semenjak memasuki bangku kelas 11 otak Cristal makin
encer jauh mengalahkan siswa terjenius di sekolah kami. Saya memang berada di
peringkat 5 tapi dalam kelas itupun menjelang kelulusan. Sementara Cristal
tiba-tiba mengejutkan dengan nilai tertinggi di sekolah.
“Cristal,” sapaku.
“Ka’ Lazki boleh kenalan
tidak dengan…” suara Deva melirik Cristal. Deva sebagai pengganti Cristal
selalu bersama bahkan membantu mencari pekerjaan paruh waktu.
“Silahkan kenalan sendiri
langsung sama orangnya,” cetusku kemudian berlalu darinya.
“Kakak Lazki jahat,” wajah
cemberut Deva terlihat.
“Ka’ Lazki, pria itu siapa?”
pertanyaan Cristal keheranan.
“Salah satu penggemar
rahasiamu,” jawabku.
“Saya pikir cowok yang
naksir kakak, ternyata…”
“Cristal umur kakak terpaut
berapa tahun dengan mahasiswa disini, coba bayangkan,”
“Ka’Lazki, tidak menjadi
masalah menyukai berondong seperti sensasi artis sekarang.”
“Cristal, berhenti
mengejekku.” Kekesalanku.
“Wow, ternyata ka’ Lazki
sudah bisa mengamuk bukan lagi saya yang ngambek tidak jelas.” Godaannya.
“Permisi, apakah kita bisa
berkenalan?” suara tidak asing di gendang telingaku, tidak lain adalah Dustin
penggemar Cristal ke-2. Harus diakui memang, Cristal gadis cantik, pintar, baik
hati, murah senyum, selalu menjadi sahabat terbaik. Satu lagi, suatu hari nanti
akan menjadi dokter spesialis terbaik di Negara ini.
“Siapa dia?” wajah Cristal
kebingungan sendiri.
“Dustin salah satu penggemar
terberatmu,” jawabanku.
“Oh begitu,” anggukan
Cristal.
“Perlu diketahui, Dustin
selalu memperhatikanmu setiap kau berada di kampus ini.” Anggukanku.
“Jadilah pacar terbaikku
Cristal.” Permohonan Dustin.
“Baru kenalan, terus
langsung pacaran!” Cristal menggeleng-gelengkan kepala mengingatkan duniaku terhadap seseorang.
“Sudah jam berapa sekarang,
saya harus berangkat kerja!” kakiku bergegas menuju sebuah café tidak jauh dari
lokasi kampusku. Meninggalkan Cristal dan Dustin sekitar parkiran mobil.
Berlari-lari hingga sampai di tempat tujuan…
“Maaf saya terlambat datang
pak,” ujarku dengan nafas hos-hosan seakan baru saja dikejar anjing galak.
“Seperti biasa Lazki datang
terlambat, berarti gajimu saya potong bulan ini.” Ucapan manager café tempatku
bekerja.
“Saya tidak sengaja datang
terlambat, maafkan kekhilafanku untuk hari ini.” Permohonanku.
“Ini sudah beberapa kali kau
melanggar, tidak biasanya Lazki selalu saja datang terlambat. Benar-benar
membuatku marah.” Tidak ingin tahu alasan apapun.
“Pak Cipta kumohon pada
anda,” rengekanku.
“Saya butuh uang banyak,”
membayangkan jenis-jenis alat yang harus kubeli demi mencari sebuah alat
tertentu guna mewujudkan penemuanku. Rumahku penuh berbagai alat-alat mesin
dimulai terbaru hingga paling rongsokan memenuhi halaman belakang rumahku
termasuk gudang dan area kamar.
“Baiklah dengan satu syarat,
kau harus lembur selama seminggu tanpa gaji lembur sedikitpun.”
“Tapi bagaimana dengan
kuliahku?”
“Lazki, memangnya saya tidak
tahu jadwal kuliahmu selama ini.” Gertakan keras darinya kemudian berlalu dari
area sekitar dapur menuju ruangannya. Selama seminggu saya harus lembur tanpa
gaji lembur. Lebih parah tidak berada di rumah memeriksa beberapa alat-alat
mesin guna mencari sebuah alat. Ini duniaku, bagaimana saya bisa berjalan…
“Lazki, antarkan pesanan
coffe late ini ke nomor 23!” perintah Vista.
“Baiklah,” segera membawa
pesanan tersebut, namun tiba-tiba sekitar meja 20 kakiku kesandung sesuatu
hingga akhirnya menabrak seseorang.
“Kamu buta yah,” amarah
seorang wanita cantik, tidak-tidak terlalu cantik bagi pemandangan mata.
“Maaf saya tidak sengaja,”
meminta maaf, sambil berusaha membersihkan noda kopi sekitar pakaiannya.
“Maaf, teman saya tidak
sengaja menabrak ibu,” suara vista tiba-tiba masuk, beruntung pak Cipta lagi
keluar kota jadi masih bisa selamat dari neraka…
“Lain kali pakai mata kalau
jalan,” ledakan amarah gadis itu. Seorang pria mapan berjalan ke hadapan kami…
“Asia, ada masalah apa?”
jenis suara beberapa tahun lalu bergema bahkan menyelamatkan seorang Lazki dari
neraka. Mengajarkan duniaku tentang permulaan melangkah tanpa berhenti
sedikitpun, apapun penghinaan banyak orang.
“Kakak itu,” lirihku di
dasar hati.
“Pelayan ini menumpahkan
kopi pada bajuku,” amukannya.
“Kami tidak sengaja,” ucapan
Vista terus menunduk memohon maaf.
“Asia sepertinya dia tidak
sengaja menumpahkan kopi ini ke pakaianmu, bijaklah dalam melihat keadaan.
Jangan karena permasalahan biasa menjadi sebuah api besar.” Sifat kakak itu
tidak pernah berubah sama seperti dulu. Mengajarkanku menuliskan permohonanku
pada secarik kertas dan menempelkannya sekitar dinding kamar.
“Tuhan saya bahkan tidak
sempat berterimah kasih terhadapnya,” bisikan hatiku.
“Allred, sekarang itu saya
harus bertemu seseorang,” teriakannnya.
“Asia, apakah permasalahan
biasa akan kau buatkan sebuah irama mengerikan menurut kapasitas mata banyak
orang?” ucapan kakak selalu terlihat dewasa, walaupun dia tidak mengenaliku
lagi.
“Allred, tentu saja tidak,”
tatapan matanya melekat tajam ke arah kakak…
“Tuhan, ternyata nama kakak
itu Allred.” Gumamku di dasar hati. Wanita itu mencoba untuk tidak meluapkan
emosinya sekitar area café. Kakak Allred sama sekali tidak mengenaliku, wajar
kejadian waktu itu sekitar10 tahun lalu. Istri kakak Allred begitu sempurna
jika mata melihat dari luar. Mereka meninggalkan café, tanpa sepatah katapun
terhadapku.
“Tidak menjadi masalah kakak
Allred melupakan gadis remaja yang telah dia selamatkan beberapa tahun lalu,
setidaknya saya tidak akan pernah melupakan kebaikan dia sampai kapanpun.”
ujarku dalam hati, sedari tadi kembali melanjutkan pekerjaan sebagai pelayan café.
Selama beberapa hari, saya harus lembur tanpah gaji tambahan sedikitpun.
Berjuang keras menyelesaikan kuliah, mengatur waktu bersama Cristal dan banyak
lagi. Cristal tidak pernah menjelaskan IPK yang didapat selama kuliah Namun
saya sadar jika dia salah satu mahasiswa paling cerdas. Sekalipun saya masih
bergumul berat tentang nilai, namun, setidaknya semenjak memasuki bangku kuliah
IPK seorang Lazki selalu berada di urutan 3 atau 2. Minimal setahap demi
setahap mulai berjalan menuju barisan depan.
“Saya harus mempelajari
berbagai mesin demi mencari sebuah alat.” Gerakan tanganku terus bermain dari
mesin satu ke mesin lain sekitar area gudang rumah setiap hari. Satu lagi saya
tidak pernah jenuh sama sekali berada sekitar dinding sebelah dari kamar dan berkata
kepada Tuhan tentang permohonanku.
“Terimah kasih Tuhan, karena
sudah menjawab permohonan doaku sekarang.” Setiap melewati tulisan permohonan
sekitar dinding kamar tanpa pernah bosan selama bertahun-tahun. Mempercayai,
suatu hari nanti saya akan menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison menciptakan
sejarah terbaru dunia. Mempelajari beberapa jalan-jalan, kemungkinan besar
tidak masuk akal, namun membuatku terus melakukannya.
“Memori itu kembali,”
gumamku saat melewati jembatan tempat dimana tindakan paling terbodoh
kulakukan. Kakak Allred telah menolongku, memberikan kekuatan bahkan mengajari
langkah seorang Lazki berjuang ditengah air mata.
“Bisakah saya meminta
bantuanmu,” permohonan seseorang sekitar telingaku. Berbalik ke arah suara itu,
ternyata…
“Ka’ Allred”
“Dari mana kau mengetahui
namaku?” kebingungan melihat Lazki.
“Saya ingat sekarang, kau
pelayan yang telah menabrak Asia beberapa hari lalu.” Anggukan kepalanya
mengingat peristiwa kemarin.
“Maafkan saya, karena tidak
sengaja menumpahkan kopi ke pakaian istri kakak sendiri.” Wajahku menunduk
terlihat penuh penyesalan.
“Istri siapa tadi kau
bilang?”
“Istri kakakAllred,”
jawabku.
“Astaga, saya belum menikah,
memang sih kami sudah bertunangan hanya saja belum kepikiran menikah menunggu
waktu yang baik.” Kalimat Allred.
“Jadi, kakak belum nikah?
Kirain…”
“Apakah kita pernah bertemu?
Sejak kapan kita berdua jadi adik kakak? Kenapa memanggilku sebutan kakak
seperti itu?” pertanyaan Allred.
“Saya selalu memanggil
seseorang dengan sebutan kakak, jika lebih tua gitu” ujarku.
“Tidak usah dipikirkan,
bisakah kau menolongku menunjukkan alamat ini.”
“Bisa sekali kakak,” suara
lantang seorang Lazki. Ternyata Allred bekerja sebagai pengacara, bahkan tanpa
saya sadari wajahnya selalu terlihat pada layar kaca ataupun media cetak. Salah
satu pengacara terkenal telah mengajari duniaku harus melangkah, sama seperti
Thomas Alfa Edison. Pengacara yang dipercaya menangani kasus-kasus paling
rumit, bahkan paling penebakannya terlalu sulit. Semenjak saat itu kami menjadi
teman baik, saling berbagi cerita demi cerita satu dengan lainnya.
Sampai sekarang, ka’ Allred
tidak pernah menyadari siapa saya sebenarnya. Jauh di dasar hati mengenal dia
merupakan suatu anugerah terbesar dalam langkahku. Terkadang ka’ Allred datang
ke café hanya untuk menyapaku sebelum berangkat ke pengadilan. Sejak dulu
hingga sekarang karakter bijak bahkan terlalu dewasa memberi kesan tersendiri.
BAGIAN LIMA…
ALLRED…
Menjalani pekerjaan sebagai
seorang pengacara merupakan impian hidupku selama ini. Sampai akhir cerita
dapat kuraih setelah menempuh dengan mengambil jurusan hukum. Saya tinggal
bersama seorang ibu, sedangkan ayahku telah lama meninggal. Ibaratnya saya
hanyalah seorang anak yatim piatu tanpa ayah ataupun ibu, namun, seorang ibu
mengabdopsi diriku sebagai anaknya. Ibu kandungku sendiri meninggal setelah
saya keluar dari rahimnya, karena atonia uteri. Saat uteri tidak dapat
berkontraksi setelah melahirkan, sehingga terjadi pendarahan, merupakan
penjelasan defenisi atonia uteri.
Sejak berada di kelas 8,
saya telah tinggal bersama dengan ibu Mariam. Memberikan kasih sayang bahkan
menciptakan kekuatan di setiap nafas kehidupanku. Tidak pernah sedetikpun
seorang Allred merasakan kehilangan kasih sayang seorang ayah ataupun ibu,
karena dirinya. Bunda terbaik menjadi sinar, disaat kegelapan terus membungkus
langkahku.
“Allred, jadilah pengacara
dengan kualitas tinggi,” mimic wajah bundah penuh kehangatan, berusaha
memperbaiki jas pada tubuhku.
“Kualitas tinggi itu,
seperti bagaimana?” memasukkan roti hasil buatannya sekaligus ke dalam mulutku.
“Kategori kualitas tinggi,
seorang pengacara tanpa pernah melihat siapa di depannya, bersikap netral,
namun bijak melihat setiap titip permasalahan di depan mata.” Jawaban bunda
tersenyum menjawab.
“Tapi, saya juga membutuhkan
banyak uang untuk masa depanku bahkan banyak perencanaan terus terbayang,”
“Allred, pasti semua orang
membutuhkan uang, terlalu munafik jika bunda tidak membutuhkan uang. Akan
tetapi, jangan karena uang jalan salah kau lakukan.” Kalimat bunda mengajarkan
tentang kehidupan.
“Bunda, sepertinya saya
harus menjemput Asia sekarang.” Kalimatku melihat jam tanganku menunjuk pukul
6.45 pagi.
“Allred, apakah kau yakin
akan pilihan pendamping hidupmu sekarang?” pertanyaan bunda mengejutkan…
“Maksud bunda mengatakan
ini?” bagaimana tidak, selama ini bunda menyadari perjalanan hubungan kami
telah memasuki tahun ke-5. Asia seorang wanita cantik bahkan terlihat sempurna
pada pemandangan mata setiap pria.
“Allred, jangan melakukan
kesalahan sama seperti masa lalu bunda.” Kalimat bunda mulai berbicara penuh
kelembutan. Saya tahu bagaimana masa lalu bunda, dan seperti apa keadaannya
kemarin. Meninggalkan suami dan anaknya hanya karena tidak mampu hidup dalam
akar kemiskinan. Menikah bersama seorang pria, menjadi korban KDRT selama
beberapa waktu. Akhir cerita, suami bunda meninggal bahkan meninggalkan hutang
begitu banyak.
“Keadaan bunda jauh berbeda
dengan kehidupan Allred sekarang.” Kalimatku.
“Bunda, jangan khawatir
tentang kehidupanku karena saya pastikan Asia merupakan wanita terbaik di
dunia.” Mencium kening bunda, kemudian berlalu dari hadapannya. Saya hanya
ingin berpikir rasional terhadap segala sesuatu dari diriku sekarang. Mengantar
dan menjemput Asia itulah kehidupanku sekarang. Bagiku Asia merupakan wanita
terbaik yang Tuhan kirim. Wajahnya cantik, pintar, berpendidikan, memiliki
segala yang diinginkan oleh banyak pria. Sekalipun ada saat dimana dia sedikit
tidak dapat berpikir secara bijak untuk beberapa area tertentu. Manusia tidak
ada yang sempurna, masing-masing diciptakan dengan kelebihan serta kekurangan
masing-masing. Maka dari itu, setiap pasangan harus saling menutupi kekurang
akan kelebihan yang dimiliki satu sama lainnya.
“Pak Hakim, di depan kita
semua terdapat 2 benda, mencari titik kebenaran tentang siapa pelaku
sebenarnya.” Kalimat menangani sebuah kasus.
“Andai kata saya berkata,
jangan memilih benda A jika bukan dari hati nuranimu. Namun, disisi lain ingin
mengambil benda B hanya saja terdapat statement akan sebuah permasalahan. 2 Benda
berlawanan arah, tangan ingin mengambil benda A,tetapi berlawanan hati nurani.
Dilain sisi tangan ingin mengambil benda B, tetapi terdapat pernyataan dari
sekeliling. Bahwa benda B tidak layak diambil, dikarenakan sebuah pemahaman
akan suatu pengajaran.” Kata-kata mencoba menjabarkan memakai bahasa dan
gambaran dari 2 jalur benda.
“Pengacara Allred, jangan
berbelit-belit menyampaikan pendapat.” Jaksa penuntut keberatan.
“Beri saya waktu menjelaskan
bapak hakim yang terhormat,” kalimatku.
“Silahkan,” hakim memberi
isyarat.
“Karena kedua hal ini
berlawanan, maka pernyataan saya ini seolah terlihat bahwa telah berniat
menginjak sebuah aturan akan suatu jalur. Pada kenyataan, bahwa saya hanya
ingin meluruskan tentang sebuah pernyataan, jauh dari dasar hati tidak ada
maksud sama sekali menginjak jalur seseorang.” Kalimat demi kalimat coba saya
arahkan pada peristiwa sekarang.
“Coba bapak hakim selidiki
lebih lanjut tentang mimic wajah, penekanan, karakter kepribadian, beberapa
gaya bahasa disaat melontarkan pernyataan ini. Kembali pada gambaran, saya
diperhadapkan 2 wanita di depan untuk menjadi pasangan hidup. Tanganku ingin
memegang wanita A, namun hati nurani tidak dapat menerima sama sekali. Rasa
cinta tidak terbentuk baik saat menatap, memperhatikan, berada di sampingnya,
dan lain sebagainya.” Kalimatku.
“Keberatan bapak hakim, saat
ini kita tidak sedang bercerita tentang gambaran pasangan hidup.” Intruksi dari
jaksa penuntut.
“Bapak hakim, beri saya
waktu menjelaskan karena buat permasalahan seperti ini, beda-beda tipis.”
Kata-kataku berusaha setenang mungkin.
“Silahkan,” hakim sekali
lagi memberi waktu.
“Disaat tangan ingin
menggenggam wanita B, pada kenyataannya sesuai dengan hati nurani dikarenakan
karakter, charisma, serta beberapa momen tidak terlupakan bagi pemandangan
mataku. Akan tetapi, tanganku tidak dapat menggenggam, kenapa? Karena suatu
pengajaran dapat melanggar adat istiadat ataupun aturan dari rumahku. Apa yang
harus kulakukan sekarang?”
“Disaat 2 wanita mencoba
menarik perhatianku secara seksama. Tibalah giliran si’B bercerita dengan
maksud sama sekali tidak ingin menginjak adat istiadat dalam rumahku. Pilih
menurut ketulusan hatimu, jangan karena sebuah pernyataan adat istiadat dari
rumahmu akan mengacaukan sebuah jalur di depanmu, ungkapan hati wanita B.
Tetapi, andai kata saya berada di hatimu, sedangkan aturan adat rumahmu
bermain…Kembali lagi terhadap kepribadian hatimu. Saya tidak akan pernah
memaksa jalur dimana tanganmu menggenggam, apapun bahkan bagaimanapun situasi
sekarang. Ungkapan hati wanita B.” Kedua bola mataku menatap kepada beberapa
pihak tertentu termasuk 2 hakim di depan.
“Pengacara Allred, jelaskan
dimana titik hubungan ungkapan gambaran anda?” pertanyaan jaksa.
“Baiklah, saya ingin
bertanya kepada hakim dan para hadirin yang hadir di tempat ini, Apakah wanita
B mempunyai maksud jahat tentang ungkapan hatinya terhadapku? Wanita B, hanya
mengungkapkan tidak dikatakan ingin menginjak adat istiadat dari rumahku.
Perhatikan penekanan kalimat serta tutur bahasa yang saya keluarkan.” Kalimatku
kembali.
“Sama seperti kasus
sekarang, perbedaannya hanya antara memilih pasangan hidup dan memilih 2 benda.
Apakah orang didepan anda memiliki pemikiran untuk menginjak-injak sebuah
aturan atau tidak sama sekali? Saya ingin memutarkan kembali hasil video
kemarin, coba pelajari penekanan, mimic, karakteristik, gaya bahasa, tatapan
mata apakah terdapat sesuatu dimana akan menghancurkan ataupun menginjak
sesuatu hal.” Lanjutanku.
“Bapak hakim…” jaksa
penuntut berdiri…
“Bapak hakim, tidakkah ada
sesuatu dibalik semua ini. Memilih termasuk sebuah kata benar-benar memasuki
keadaan terkesan rumit atau terkadang menjadi permasalahan sensitive. Jadilah
bijak saat menanggapi situasi, jangan karena permasalahan biasa dapat
menghancurkan masa depan suatu jalur di depan mata kita semua suatu hari
kelak.” Kata-kataku mencoba menjelaskan.
“Manusia tidak ada yang
sempurna. Ada saat dimana terkadang ingin mengucapkan sebuah pernyataan, namun
sedikit tergelincir. Tetapi pada dasarnya, tidak ada maksud untuk menginjak
sebuah aturan yang dikatakan sangat sacral.” Ungkapanku mencoba membuat gaya
bahasa untuk membuat mereka memahami kasus seperti ini.
Inilah kehidupan, ada saat
seseorang diperhadapkan tentang kata memilih bagi jalur langkahnya. Jangan
hanya karena sebuah pernyataan biasa mendapat tanggapan dimana bermaksud untuk
menginjak sebuah rumput hijau bahkan terlalu sacral bagi dunia banyak orang.
Pengadilan diajar melihat, selanjutnya melakukan analisa sampai tingkat akar
kedalaman. Setelah itu bijak saat berkata-kata ataupun membuat keputusan
terbesar di depan mata.
“Wow, ucapanmu tadi berbeda
amat,” suara Eldih rekan kerjaku.
“Saya hanya ingin mereka
memahami beberapa pernyataan terhadap beberapa kelompok yang sedang berselisih.
Pada akhir cerita, membuat permainan serta mengacaukan pemikiran banyak orang
dengan memutar balikkan sebuah pernyataan.” Kata-kataku sebelum pada akhirnya
meninggalkan Eldih di depan kantor pengadilan.
Memutar musik sambil
mengemudikan mobil putih bercorak biru merah hasil modifikasi seorang Allred.
Mengingat saya harus bertemu seseorang di sebuah tempat. Menjalin pertemanan
bersama salah seorang pelayan cafe, sedikit memberi kesan tersendiri. Berawal
dari dia menabrak Asia, kemudian tidak sengaja bertemu dengannya sekitar
jembatan. Pada akhir cerita membantuku menemukan sebuah alamat salah satu klien
dari kasus yang sedang kutangani sekarang. Andai kata, Asia menyadari hal ini,
kemungkinan besar terjadi perang dunia ke-3.
“Ka’Allred,” langkah kaki
Lazki mengingatkanku terhadap seseorang, entahlah tiba-tiba saja kejadian
beberapa tahun lalu kembali membayangi…
“Lazki, lambat amat
keluarnya.” Sapaku.
“Ini buat ka’Allred,” Lazki
menyodorkan sebuah hasil kreasi dari beberapa barang-barang bekas.
“Wow, keren sekali bisa saya
pakai jalan-jalan bersama Asia.” Ujarku.
“Ini buatan ayah, mengambil
beberapa bambu terus dikeringkan, setelah itu dianyam. Menggunakan sepatu bekas
yang telah dikreasikan melalui beberapa tahap termasuk pengecetan sebagai bahan
hiasan kreasi dari luar. Kesimpulan, jadilah ransel tas cantik ini.” Jauh
berbeda antara Lazki dan Asia saat mencoba menjabarkan objek di depannya.
Untuk apa saya harus
berpikir aneh antara teman yang baru kukenal kemarin dan tunanganku sendiri.
Menjadi pertanyaan, kenapa saya ingin menjadi teman dari seseorang paling
dibenci oleh tunanganku sendiri. Bunda selalu mengajarkan bahwa jika hatimu
bahagia terhadap sebuah objek tertentu, tetaplah berada di dalam. Sama seperti
keadaanku, memiliki kenyamanan tersendiri berteman dengan seorang pelayan café.
“Lazki sepertinya saya haus,
apa ada kopi latte gratis.” Mataku menatap café tempat Lazki bekerja.
“Kakak Allred, jangan
buatkan saya masalah.”
“Hanya coffe latte, Lazki!”
“Pak cipta bisa-bisa
memecatku memberimu minuman gratis, sedangkan saya harus menabung serta
berpikir bagaimana mengirit paling irit masuk kategori level tinggi…”
“Bicaramu aneh,” ucapku
membuat rambutnya berantakan.
“Ka’ Allred, kenapa merusak
ikatan rambutku?” kekesalannya. Lazki termasuk gadis berperawakan cantik,
disaat tersenyum ataupun terlihat kesal. Teman menyenangkan saat menghadapi
berada di luar jam kerja. Memanggilku sebagai ka’ Allred, berarti saya akan
selalu menjadi kakak terbaik buatnya.
“Ayo, tenang saja hanya
secangkir coffe latte, tidak akan menghabiskan gaji sebulanmu.” Menarik tangan
Lazki memasuki café tempat dia bekerja. Memiliki teman ataupun adik seperti
Lazki, pasti sangat menyenangkan. Sekali seminggu bermain atau sekedar numpang
lewat sekitar café.
“Astaga, seperti wajah
Lazki.” Berusaha mengucek-ngucek mata melihat lebih jelas.
“Ada apa Allred?” pertanyaan
Asia terhadapku di dalam mobil.
“Tidak ada apa-apa kok,
mataku sedikit kemasukan kotoran.” Berusaha mengalihkan perhatian Asia agar
tidak terjadi keributan. Akibat masalah kecil kemarin, bisa saja terjadi perang
dunia 3 kembali. Asia terlihat membenci Lazki, akibat permasalahan kecil
kemarin. Beberapa kali, saya mengajaknya makan café tempat Lazki bekerja,
selalu saja ditolak. Karena sebuah alasan sangat membenci insiden penabrakan
beberapa waktu lalu. Mengantarkan Asia ke rumahnya, kemudian kembali ke tempat
sampah dimana Lazki memungut-mungut beberapa barang bekas.
“Lazki, kenapa kau seakan
seperti pengemis mencari makanan begitu.” Suaraku mengagetkan Lazki. Terlihat
kesal melihat kelakuanku, tangan Lazki langsung mengambil sebuah kaleng bekas,
kemudian melemparkan ke kepalaku.
“Ka’Allred keterlaluan,”
amarah Lazki.
“Minumlah, pasti adik
kecilku kehausan karena memungut sampah kiri kanan.” Tanganku menyodorkan
botolan minuman yang telah kuteguk, masuk ke mulutnya.
“Ka’ Allred jorok, ini bekas
minuman mulutmu.” Teriakannya.
“Tidak apa-apa, saya tidak
mempunyai penyakit menular Lazki.”
“Ka’Allred, umurku itu sudah
tua bukan gadis remaja.”
“Wajar, saya memanggilmu
adik kecil karena umurku sudah 30 tahun, terlebih kau memanggilku kakak.”
Ujarku memasukkan kembali botol minuman ke mulutnya.
“Kenapa ingin berteman
dengan pelayan café sepertiku?”
“Karena Lazki teman
menyenangkan sejak menolongku mencari alamat waktu itu,” jawabanku tersenyum
simple.
“Kenapa bisa menyadari, saya
berada disini?”
“Sewaktu mengantar Asia,
tidak sengaja saya melihatmu seperti mencari makan di tempat sampah.
Selanjutnya mengantarkan Asia cepat ke rumahnya, kemudian bergegas ke tempat
sampah ini.”
“Wah wah wah, mengatakan
saya mencari makan disini,” gelengan kepala luar biasa.
“Lantas!”
“Saya lagi mencari
barang-barang bekas, juga mesin-mesin tidak dipakai disini.” Jawabannya.
“Setahuku kau hanya seorang
pelayan café, lantas mesin-mesin itu untuk apa?”
“Ka’Allred, mesin-mesin itu
akan kuolah menjadi makanan.” Jawaban ngelantur.
“Manusia atau robot?”
mencari telpon genggamku yang sedang berbunyi. Memberi isyarat kepada Lazki
agar tidak berbicara beberapa saat. Seakan tertimpa air panas di siang bolong
mendengar kabar berita kematian ibu dari calon mertuaku.
“Apa? mamamu meninggal
karena dibunuh seseorang?” teriakanku mendengar Asia menangis histeris
memberitakan kematian ibu Silvana. Secara tiba-tiba ibu Silvana meninggal
karena kasus pembunuhan.
BAGIAN ENAM…
LAZURIT…
Saya menjalin hubungan
persahabatan dengan ka’Allred setelah kejadian sekitar jembatan itu. Pertama
kali mengenal kakak Allred bahkan menjadi penolong untuk membawaku keluar dari
sebuah jurang 10 tahun silam. Melalui jembatan ini kembali, Tuhan membuatku
menjalin persahabatan dengannya. Perasaan nyaman disaat ka’ Allred tersenyum
ataupun memainkan rambut hitam panjangku. Bagi ka’ Allred, dimana saya adalah
seorang adik yang akan selalu menjadi terlindungi.
“Ka’ Allred terlalu jorok,”
teriakku, setiap kali dengan kesengajaan mengambil lengan bajuku untuk
membersihkan hidungnya. Ka’Allred merupakan teman terbaik setelah Cristal
sampai kapanpun juga. Tunangan kakak Allred tidak menyadari, jika kami menjalin
hubungan persahabatan. Siang itu, Allred secara mengejutkan menampakkan diri di
hadapanku sekitar area tempat sampah. Seperti kebiasaanku mencari beberapa
mesin atauppun barang-barang bekas buat dibawah pulang ke rumah.
Ka” Allred sama sekali tidak
tahu, jika saya berstatus mahasiswa, serta sedang melakukan berbagai penelitian
akan beberapa mesin. Sebuah alat terus saja berada pada otakku, kelak seorang
Lazki pasti dapat menciptakan sejarah baru bagi dunia. Tidak pernah menyadari,
jika gadis terbodoh yang telah diselamatkannya beberapa tahun silam dari
tindakan bunuh diri adalah diriku. Saya masih menutupi identitasku, tentang
kisah hidup seorang manusia paling idiot diantara para manusia idiot.
Pekerjaannya setiap berada dihadapanku hanyalah membuat keusilan-keusilan
terparah.
“Apa? Mama kamu meninggal?”
keterkejutannya menjawab telpon saat ini. Segera berlari meninggalkan diriku,
berjalan menuju rumah sakit mencari tunangannya. Saya ingin mengekor dari
belakang untuk mengucapkan bela sungkawa atas kepergian calon mertuanya,
tiba-tiba…
“Kring kring kring…” bunyi
telpon genggamku.
“Halo Cristal, kenapa?”
menjawab panggilan Cristal.
“Ka’Lazki tolong Cristal,hik
hik hik…” suara Cristal menangis keras dari HP.
“Cristal dimana sekarang,
apa yang terjadi denganmu?” pertanyaanku kebingungan. Dari tadi ka’Allred
dikejutkan berita kematian calon mertuanya, sedangkan sekarang isakan tangis
Cristal.
“Kakak, semua orang
mengatakan saya adalah pembunuh…” tangis Cristal pecah.
“Apa?” teriakanku bergegas
mencari keberadaan Cristal. Ini tidak mungkin terjadi, Cristal bukanlah seorang
pembunuh. Saya mengenal secara pasti sifat Cristal sejak kecil hingga dewasa.
Gadis paling jenius bukanlah seorang pembunuh, pasti ada suatu jebakan.
Berjalan menuju kantor polisi untuk mencari jawaban dari Cristal. Seluruh
pakaianku basah oleh karena keringat berlari menuju kantor polisi. Melihat
Cristal terus saja menangis dalam sel penjara.
Kakiku melangkah secara
perlahan ke hadapannya, “Cristal…” sapaku.
“Kakak Lazki harus percaya
kalau saya bukan pembunuh,” isak tangisnya memenuhi ruangan sel penjara.
“Cristal harus tenang,”
kalimatku mendekap Cristal. Hal terbaik yang dilakukan ayahku disaat air mataku
terjatuh adalah membawaku dalam dekapannnya. Berusaha menjadi kakak terbaik
sekaligus sahabat bagi Cristal. Saya benar-benar yakin, jika seseorang telah sengaja
membuat jebakan bagi Cristal. Berita pembunuhan telah menyebar kemana-mana,
seluruh stasiun TV menayangkan. Lebih mengejutkan lagi, disaat mataku melihat
ka’ Allred mendampingi anak si’korban pembunuhan.
“Pemirsa, kematian ibu
Silvana salah satu direktur perusahaan terbesar sekaligus pemilik sebuah rumah
sakit swasta meninggalkan tanda Tanya besar. Pelaku dari pembunuhan telah
diamankan oleh pihak kepolisian. Calon mertua salah satu pengacara ternama
Allred, ditemukan tergeletak saat berada dalam salah satu ruangan dari rumah
sakit miliknya.” Semua media elektronik maupun cetak menayangkan berita
tersebut.
Wajah Cristal terpampang
dimana-mana sekarang sebagai tersangka utama pembunuhan dari calon mertua ka’
Allred. Menurut penjelasan bahwa Cristal salah satu mahasiswa praktek rumah sakit terbesar memiliki hak
memasuki suatu ruangan tertentu. Dikarenakan kejeniusan Cristal saat menangani
kasus tersulit pasien, jauh mengalahkan para dokter spesialis lainnya. Ketika memasuki
ruangan ibu Silvana untuk membicarakan sesuatu hal terdapat begitu banyak darah
berceceran di lantai.
Singkat cerita, Cristal
terkejut melihat ibu Silvana tergeletak di lantai. Tanpa sengaja tangan Cristal
menyentuh beberapa benda di sekitar termasuk pisau yang tertikam pada tubuh ibu
Silvana. Beberapa orang memasuki ruangan ibu Silvana dan melihat bagaimana
Cristal memegang pisau tersebut. Seluruh barang bukti di depan mata menjelaskan
bahwa Cristal adalah dalang pembunuhan
ibu Silvana.
Ibu silvana merupakan tokoh
penting bagi kemajuan Negara ini untuk beberapa bidang. Mendapat beberapa
penghargaan penting dari internasional, bahkan dunianya selalu berhubungan
langsung dengan banyak pejabat Negara. Entah bagaimana caranya sehingga disaat
waktu yang bersamaan ibu Silvana dan Cristal harus bertemu. Cristal sendiri
tidak mengerti, mengapa harus menghadap pemilik rumah sakit tempat dia praktek?
Seluruh masyarakat
menginginkan Cristal mendapat hukuman seberat-beratnya jikan perlu eksekusi
mati. Ibu silvana merupakan tokoh terpandang bahkan sangat religious, baik hati
terhadap sesama. Masyarakat ikut merasakan kehilangan sedalam-dalamnya, atas
kepergian ibu Silvana. Tidak seorangpun pengacara yang ingin membantu maupun
berada dipihak Cristal. Semua orang menyalahkan Cristal atas peristiwa pembunuhan
tersebut.
“Satu-satunya jalan adalah
kakak Allred,” lirihku. Setelah beberapa hari kakak Allred terus berada
disamping tunangannya karena kepergian ibunda tercinta. Tidak sekalipun
ka’Allred menghubungi, mungkin dia terlalu sibuk.
“Apa yang harus kulakukan
Tuhan?” semua pengacara tidak ingin menangani kasus Cristal. Bahkan kalaupun
ada pasti mereka akan kalah di pengadilan. Disatu sisi terdapat Cristal sahabat
terbaik untukku, disisi lain hanya ka’Allred saja yang bisa menolongku.
Sementara ibu Silvana adalah calon mertua ka’Allred sendiri.
Ayah terus berada di samping
Cristal, setiap hari datang ke penjara hanya demi menjenguknya. Ibu Cristal
baru saja meninggal, sedangkan ayah tirinya sekarang entah berada dimana.
Beruntung Cristal mendapat warisan dari sang bunda tercinta, sehingga dia masih
bisa melanjutkan pendidikannya. Sampai akhirnya, ayah mengangkat Cristal
sebagai putri kandung sendiri.
Siang itu Asia dan ka’Allred
berada di sekitar kantor polisi untuk melihat proses perkembangan kasus tersebut.
Memandang kakak Allred memegang tangan tunangannya membuatku merasa sesuatu
terlukan tersembunyi jauh di dalam. Mana mungkin saya menyukai ka’Allred? Ini
tidak boleh terjadi, terlebih dia sudah mempunyai tunangan.
“Lazki,” ka’Allred
keheranan.
“Orang yang telah dituduh
membunuh calon mertua kakak, tidak lain adalah Cristal adikku.” Kalimatku
menunduk. Kakak Allred hampir tidak mempercayai kenyataan atas pernyataanku
sekarang. Rasa ingin marah, namun seakan ada sesuatu penghalang untuk
menghilangkan luapan emosinya.
“Allred, siapa gadis ini?”
pertanyaan Asia tiba-tiba muncul menatapku.
“Sepertinya kita pernah
bertemu, tapi dimana?” mencoba mengingat sesuatu.
“Saya tahu, kau pelayan café
yang sengaja menabrak sampai seluruh bajuku terkena noda. Saat penting seperti
itu, saya harus bertemu klien.” Emosi Asia kembali meledak.
“Maaf ibu Asia, kasus ini
masih dalam penyelidikan lebih lanjut, namun seluruh bukti mengarah kepada
dokter koas itu.” Suara seorang polisi tiba-tiba memotong pembicaraan Asia.
“Itu tidak mungkin, adikku
cristal tidak mungkin membunuh ibu Silvana.” Kalimatku membela Cristal.
“Berarti kau kakak dari
pembunuh mama! kemarin saya hampir merugi miliaran akibat perbuatanmu dan
sekarang adikmu membunuh mamaku.” Teriakan Asia penuh luapan emosi.
“Tapi adik saya bukan
pembunuh,” mencoba ingin menjelaskan.
“Lihat saja eksekusi mati
pasti berada didepan matanya esok.” Amukan Asia. Tamparan keras mendarat
sekitar wajahku, saya belajar mengendalikan diriku sekarang.
“Asia, hentikan kelakuanmu,”
gertak ka’Allred menarik tangan Asia untuk meninggalkan kantor polisi saat ini
juga.
“Lazki, apa yang terjadi?”
kalimat ayah seakan merasakan terjadi sesuatu terhadap gadis kecilnya.
“Tidak ada apa-apa ayah,”
jawabku membuat ayah tidak khawatir akibat insiden penamparan tadi. Ka’Allred
masih belum bisa menerima kenyataan tentang kasus pembunuhan Cristal. Sementara
proses hukum akan kasus pembunuhan tersebut, akan segera disidangkan.
Setelah merenung selama 2
hari, saya akhirnya memberanikan diri mencari ka’allred sesuai alamat petunjuk
rumahnya. Malam-malam tanpa alas kaki mencari alamat rumah ka’Allred. Mencoba
membunyikan bel pagar rumah, berharap dia segera membuka. “Lazki,” suara kakak
Allred dari arah belakang, baru saja tiba …
“Ka’Allred, apakah saya bisa
berbicara sebentar saja,” tidak terasa air mataku mulai terjatuh. Ka’Allred
membuka pintu pagar, kemudian membawaku masuk rumahnya. Membuatkan segelas teh
dan memberikan kepadaku.
“Minumlah,” kalimat
ka’Allred seakan memahami maksud kedatanganku. Kakiku segera berlutut dihadapan
ka’Allred terbungkus isakan tangis keras…
“Cristal tidak bersalah
kakak, percayalah padaku.” Diiringi air mata.
“Lazki, tidak seperti ini
juga…”
“Ka’Allred juga tahu kalau
semua pengacara menolak menangani kasus Cristal. Ibu Silvana termasuk tokoh
terpandang di Negara ini. Apa yang harus kuperbuat sekarang?” wajahku terus
menunduk…
“Lantas!” Ka’Allred berusaha
membuatku berdiri, namun saya menolak.
“Saya ingin kakak menolong
Cristal, jadilah pengacara adikku.”
“Lazki, apa kau masih waras
atau tidak sama sekali?” pertanyaan Allred.
“Hanya kakak satu-satunya
orang yang bisa menolongku,” tangisku semakin keras. Tiba-tiba kurasakan
dekapan seorang Allred, air mataku terus saja terjatuh membasahi kemeja
birunya.
“Disatu sisi terdapat adikmu
sebagai pembunuh, disisi lain wanita yang terbunuh adalah calon mertua kakak
sendiri. Bagaimana memilih jalur di depan mataku?” suara ka’Allred makin
mendekapku.
“Cristal satu-satunya orang
yang ingin menjadi sahabatku hingga detik ini.”
“Jadi Cristal bukan adik
kandungmu?” melepaskanku mencari jawaban…
“Ketika semua orang
mengucilkan, menjauh, menghina hanya Cristal selalu berada menemani duniaku.”
Wajahku terus menunduk, tidak tahu harus berpikir seperti apa…
“Harusnya saya marah
terhadapmu, tetapi kenapa tidak pernah bisa?” ucapan Allred.
“Ka’Allred, andai kata kau
tahu saya gadis paling bodoh kemarin, sekarang tidak lagi menjadi manusia
idiot, kenapa? Karena Tuhan memakai kakak,ayah, serta Cristal untuk membantuku
keluar.” Suara hatiku bermain…
“Lazki maafkan saya karena
tidak mungkin bisa menolongmu,”
“Kakak, hanya kakak
pengacara yang bisa menolongku,”
“Kau sadar ibu Silvana
adalah mama dari Asia, tunanganku sendiri.” Meyakinkan diriku bahwa usahaku
pasti sia-sia membujuk agar mau menjadi pengacara Cristal.
“Lazki juga tahu ka’, tapi
bagaimana caraku menghadapi semua ini? Cristal anak yatim piatu sekarang, hanya
ayah dan saya saja orang terdekatnya.” Tangisku kembali pecah.
“Saya sudah berhubungan
dengan Asia selama 5 tahun, jangan karena permasalahan menjadi pengacara
Cristal, hubungan kami berujung pada perselisihan dan pertengkaran.”
“Ka’Allred…” seakan masih
berusaha memohon.
“Pulanglah, sudah malam.”
Perintah ka’Allred.
“Percuma saja kau bermohon,
itu semua tidak mungkin terjadi.” Tambahan kata-kata ka’Allred kembali.
Terkadang, tanpa sadar seorang Lazki tidak ingin membiarkan dia pergi menjauh.
Tuhan, kenapa tiba-tiba perasaan mendalam muncul begitu saja jauh di dasar
hatiku. Menyukai seseorang yang telah bertunangan, terlalu menyakitkan…
Meminta dia menjadi
pengacara Cristal, tidak memperlihatkan hasil. Saya harus mencari bantuan
terhadap siapa lagi. Saya tetap percaya, bahwa Cristal hanya masuk jebakan
seseorang. Dibalik semua itu terdapat permainan sekelompok manusia. Seakan
terdapat sesuatu mengganjal terhadap kasus pembunuhan tersebut. Bagaimana saya
harus membuktikan kebenaran seorang Cristal bukanlah pelaku sebenarnya.
“Terimah kasih ka’Allred”
mencoba berdiri kemudian berlalu, berjalan keluar dari rumahnya.
“Tunggu, jangan pergi,”
kalimat ka’Allred tiba-tiba memegang pergelangan tanganku.
“Apa mau kakak? Sejak tadi
kakak mengusir, sekarang…” amarahku.
“Malam terlalu larut, biar
saya mengantarmu pulang.” Menarik tanganku menuju mobil depan rumahnya.
“Saya bisa pulang sendiri,”
mencoba melepaskan genggaman tangannya.
“Jangan melawan, nanti
terjadi apa-apa di jalan, masalahmu pasti makin parah,” jawabannya.
“Kakak juga tidak peduli
dengan penderitaanku sedikitpun,” teriakanku berusaha melepaskan diri.
“Lazki berhenti bertingkah
seperti anak kecil,” gertakan ka’Allred membuatku terdiam. Mengikuti perintah
memasuki kendaraan pribadinya.
“Tuhan, bantu adikku Cristal
sekarang,” jeritan hatiku memohon.
Mengingat bagaimana
ka’Allred mengajariku membuat permohonan pada secarik kertas, menempelkan
sekitar dinding kamar kemudian berdoa bahwa Tuhan telah menjawab isi doaku.
Jangan berhenti berjuang, kalimat bijak ka’Allred hingga detik ini tidak pernah
kulupakan.
Tidak terasa saya telah
berada depan rumah, turun dari mobil ka”Allred tanpa mengucapkan sepatah
katapun. Berjalan keluar, tanpa berbalik membentuk senyum untuknya. Suasana
hatiku terbilang kacau, jauh melebihi akar permasalahan tingkat otakku berada
dibawah rata-rata. Rasa suka terhadap ka’Allred disatu sisi, sedangkan dilain
hal terdapat Cristal sedang bergumul tentang pembebasan. “Tuhan, terimah kasih
telah menjawab doaku,” seperti biasa diriku akan selalu berjalan ke sebelah
kanan sekitar dinding kamar untuk mengucap syukur atas permohonan doaku.
“Tuhan, apakah saya bisa
nebeng satu permintaan lagi,”ucapanku.
“Salah, bukan hanya satu
melainkan dua permintaan lagi tanpa harus kutulis.” Imbuhku sambil menutup mata
dan berdoa kepada Tuhan.
“Terimah kasih Tuhan karena
sudah menjawab doaku, saya tidak lagi bodoh tetapi jenius menemukan sebuah alat
terbaru seperti Thomas Alfa Edison. Tuhan, terimah kasih karena sudah
mengeluarkan Cristal dari penjara. Tidak lupa aku bersyukur karena membuatku
melupakan perasaan suka terhadap ka’Allred. Amin.” Ucapanku sekalipun pada
kenyataan masih belum terlihat jelas.
BAGIAN TUJUH…
ALLRED…
Mendengar berita kematian
ibu Silvana membuat mata benar-benar tidak mempercayai semua ini. Lebih parah
lagi, ibu Silvana alias calon mertuaku meninggal secara tidak wajar. Tidak
menyangka hal seperti ini terjadi, dilain sisi pelaku pembunuhan adalah Cristal
adik Lazki. Bagaimana bisa terjadi? Sebenarnya Cristal hanyalah sahabat, namun
Lazki telah menganggapnya sebagai adik.
Saya sendiri baru menyadari
ternyata pembunuh ibu Silvana adalah sahabat yang telah dianggap sebagai adik
oleh Lazki. Selama beberapa waktu terus berada di samping Asia, berusaha
menghilangkan kesedihan pada wajahnya. Pertama kali bertemu Lazki setelah
berita kematian ibu Silvana beberapa waktu lalu, saat melihat perkembangan
proses hukum terhadap pelaku.
Mendengar bahwa pembunuh ibu
Silvana ternyata adik Lazki, mulutku tidak dapat berbicara sepatah katapun.
Rasa ingin marah terhadap Lazki,atas kejadian tersebut, tidak pernah bisa
kulakukan. Apa yang terjadi terhadapku sekarang? Jelas-jelas pembunuh calon
mertuaku adalah adik Lazki, kenapa hatiku sama sekali tidak dapat berkutik
sedikitpun?
Malam itu Lazki tiba-tiba
berada di depan rumah, kebetulan bunda sedang keluar kota. Memohon sambil
berlutut di hadapanku agar mau menjadi pengacara untuk membela perkara Cristal.
Satu pertanyaan, apakah dia masih waras atau tidak? Bagaimana bisa saya menjadi
pengacara Cristal tidak lain adalah pembunuh ibu kandung tunanganku. Air mata
Lazki terus saja mengalir sambil memohon, saya tidak pernah bisa meluapkan emosiku
terhadapnya.
“Saya sudah berhubungan
dengan Asia selama 5 tahun, jangan karena permasalahan menjadi pengacara
Cristal, hubungan kami berujung pada perselisihan dan pertengkaran.” Ucapanku
pada pertengahan dialog kami. Percuma saja dia berlutut seperti itu, saya tidak
akan mungkin menjadi pengacara Cristal. Beberapa hari ini saya terus memikirkan
permohonan Lazki agar mau menjadi pengacara Cristal. Air mata Lazki terus saja
terngiang dalam benakku.
“Saya pasti sudah gila,”
meremas-remas kertas-kertas di atas meja kerjaku.
“Allred, apakah kau sedang
sakit?” pertanyaan bunda berjalan ke hadapanku mengagetkanku dalam ruang
kerjaku.
“Bunda, tidak
kenapa-kenapa,” jawabanku terhadap bunda.
“Jangan berbohong, pasti ada
sesuatu yang sedang terjadi terhadap dirimu.” Bunda membelai rambutku penuh
kehangatan.
“Andai kata bunda
diperhadapkan 2 perkara paling rumit,” ucapanku terpotong.
“Jangan katakan
permasalahanmu berhubungan erat terhadap kasus kematian ibu Silvana.” Tebakan
bunda sebelum saya kembali melanjutkan kalimatku.
“Entahlah bunda,”
“Allred, yang kukenal pasti
bijak saat mengahadapi beberapa jalur.” Kalimat bunda terhadapku.
“Disatu sisi adik dari
temanku adalah pelaku pembunuhan ibu Silvana, sedangkan disisi lain terdapat
Asia tunanganku sendiri.” Curahan hatiku.
“Masalahnya dimana?” Tanya
bunda.
“Bunda, bagaimana tidak
bermasalah Lazki menyuruhku menjadi pengacara menangani masalah adiknya.
Seperti diketahui, kalau korban pembunuhan adalah mama tercinta Asia.”
Kalimatku.
“Apakah kau menyetujui
permintaan temanmu?” Tanya bunda lagi.
“Tidaklah bunda,
permasalahannya air mata Lazki terus saja berada dalam ingatanku. Harusnya saya
mengamuk besar, gara-gara adiknya, hingga Asia terus saja larut dalam kesedihan
bahkan tidak mau makan sama sekali.” Jawabanku.
“Ikuti aliran hatimu, jangan
melihat permasalahan diluar.” Kalimat bunda.
“Entahlah,”
“Sudah yakin pelaku
pembunuhan benar-benar dokter koas alias adik temanmu?” Tanya bunda kembali.
“Seluruh bukti mengarah pada
Cristal dimulai dari sidik jarinya terlihat jelas di beberapa tempat sekitar
TKP. Tinggal menunggu waktu, kasus ini akan disidangkan.” Ujarku.
“Saya bisa menyimpulkan,
kalau permasalahan disini bukan tentang siapa pelaku, melainkan hatimu sedang
bercabang di 2 wanita. Tanpa kau sadari, dunia Lazki jauh lebih melekat
dibandingkan seorang Asia.” Ucapan bunda membuatku batuk seketika.
“Bunda jangan mengada-ngada,
Lazki hanya teman tidak lebih, jauh berbeda dengan Asia”
“Kalau memang seperti itu,
biarkan Lazki menyelesaikan sendiri permasalahan adiknya, selanjutnya tetaplah
berada di samping Asia. Bereskan!”
Merenungkan tiap kalimat
bunda membuatku beberapa pertanyaan tersendiri dalam benakku. Apa maksud bunda
berkata-kata tetaplah berada di samping Asia? Ibu Silvana juga salah satu tokoh
paling berperan terhadap beberapa jalur. Ibu Silvana benar-benar popular di
kalangan masyarakat jauh mengalahkan dunia keartisan, pejabat politik, ataupun
olah raga. Mencoba memeriksa data-data kejadian, apakah dokter koas alias
Cristal memiliki maksud terselubung?
“Saya harus menemui dokter
koas itu,” bergegas mengambil ransel pemberian Lazki yang kupakai kemana-mana,
kemudian berjalan keluar dari kantor. Mengemudikan mobil menuju sel penjara
tempat Cristal berada.
“Ternyata setiap hari anak
itu selalu menjenguk adiknya,” melihat Lazki sedang berbicara bersama Cristal.
“Cristal, percayalah kalau
Tuhan pasti selalu bersamamu,” mendengar ucapan Lazki terhadap Cristal. Mereka
tidak tahu kalau saya sedang berada juga disini, bahkan menjadi penguping
handal.
“Ka’Lazki bagaimana jika
Tuhan dan pengadilan sama sekali tidak berpihak padaku?” Cristal memperlihatkan
wajah penuh ketakutan.
“Cristal, sepuluh tahun lalu
seorang Lazki pun selalu menangis sejadi-jadinya. Ayah selalu menjadi bahan
hinaan semua orang dikarenakan gadis kecilnya mengalami permasalahan
perkembangan otak paling lemah diantara para idiot.” Lazki menceritakan masa
lalu bertabur air mata.
“Ka’Lazki,” tangis Cristal.
“Cristal pasti tahu
bagaimana semua guru angkat tangan bahkan menyerah melihat tingkat kebodohanku.
Hatiku menangis keras melihat ayah berlutut di hadapan seorang kepala sekolah
hanya demi mempertahankan anaknya biar bisa bersekolah. Sampai akhirnya saya
berlari menjauh dari mereka.” Curahan hati Lazki.
“Ternyata Lazki mempunyai
masa lalu terpahit kemarin, pantas saja sekarang hanya menjadi pelayan café,
tidak seperti Cristal.” Ujarku berbicara sendiri berusaha bersembunyi agar
tidak terlihat oleh mereka.
“Pikiranku hanya satu, hanya
kematian merupakan satu-satunya jalan penyelesaian segala masalahku. Secara
kebetulan kakiku berpijak di sekitar jembatan, sekejap mata saya bisa membuang
diri dan tidak akan pernah menyakiti ayah lagi. Seseorang menghalangi
perbuatanku, rasa marah luar biasa terhadapnya. Kenapa kau tidak membiarkan
saya mati, teriakanku diantara air mataku.” Kalimat Lazki.
“Cristal, saat itu dia
mengajariku tentang bagaimana harus berjuang. Menceritakan bebanku dan
bagaimana saya selalu saja tinggal kelas, keluar masuk sekolah, hingga semua
guru menyerah karena betapa bodohnya diriku. Menjelaskan dunia Thomas Alfa
Edison sama seperti duniaku, jauh dari kata jenius. Menjariku menulis sebuah
permohonan pada secarik kertas, kemudian menempelkannya sekitar dinding kamar.
Berkata setiap saat di depan permohonan tersebut, terimah kasih Tuhan karena telah
menjawab doaku.” Air mata Lazki mulai terjatuh mengungkapkan masa lalunya.
“Permasalahan kakak dengan
Cristal beda,” kalimat Cristal.
“Cristal, kenapa saya masih
bisa berjuang hingga detik ini? Karena
secarik kertas yang masih tertempel sekitar dinding kamarku. Saya
percaya Tuhan pasti mengabulkan doaku, walaupun hidupku masih butuh proses.
Setidaknya, saya tidak pernah tinggal kelas lagi, sekalipun hampir saja tinggal
kelas.” Ucapan Lazki.
“Hahahahahahaha…” tawa
Cristal mendengar cerita Lazki.
“Jangan berhenti berjuang,
kalimat itu selalu melekat jauh di dasar hatiku. Memang pada kenyataan saya
tidak pernah lulus di beberapa kampus terbaik. Walaupun kampus tempatku kuliah
terbilang kecil bahkan biasa, setidaknya saya sudah tidak memasuki barisan
gadis terbodoh diantara manusia terbodoh.” Kalimat Lazki lagi.
“Ternyata Lazki anak
mahasiswa rupanya,” bisikku terhadap diri sendiri.
“Setidaknya, saya bersyukur
selangkah demi selangkah hasil mulai terlihat. Saya harus belajar bahwa segala
sesuatu membutuhkan perjuangan tidak secara langsung. Tuliskan permohonanmu
pada secarik kertas, tempelkan sekitar dinding sel tempatmu berbaring. Katakan
setiap hari, terimah kasih Tuhan telah mengeluarkanku dari penjara. Amin.”
Kalimat Lazki.
“Walaupun, pada kenyataannya
saya masih tetap di penjara, bahkan bukti makin menguatkan jika pelaku
pembunuhan itu semua mengarah terhadapku.” Ujar Cristal.
“Cristal, lakukan setiap
saat sekalipun pandangan matamu melihat bahwa kau masih berada dalam sel
penjara, sekalipun dikatakan pengadilan telah menegaskan hukuman terhadapmu.
Tetaplah berdoa setiap saat, jangan berhenti berjuang melalui doa.” Lazki berbicara sambil mendekap Cristal yang
sedang kembali menjatuhkan tetesan air mata.
“Saya mempercayai mujizat,
ka’Allred mengajarkan duniaku bagaimana saya dapat melangkah.” Ucapan Lazki
kembali.
“Ternyata nama orang itu
Allred, sepertinya saya pernah mendengar…”
“Orang itu bernama Allred,
telah mangajariku banyak hal yang sekarang menjadi tunangan Asia anak dari ibu
Silvana.” Lazki menjelaskan sesuatu begitu mengejutkan…
“Memangnya saya pernah
bercerita seperti itu kepada Lazki,” ungkapanku sama sekali tidak mengingat
apapun. Mencoba mengingat memori kemarin…
Tiba-tiba saja memori
seorang anak perempuan memakai seragam sekolah berusaha menjatuhkan dirinya
dari jembatan mulai muncul. Ternyata gadis bodoh ingin menyelesaikan masalahnya
dengan cara konyol bernama Lazki. Kami tidak sempat berkenalan, dia langsung
pergi begitu saja. Saya harus segera ke bandara dan hidup di luar negeri selama
beberapa tahun menyelesaikan pendidikanku.
“Dia masih mengingat
wajahku, sedangkan saya sendiri melupakan memori kemarin.” Bisikan hatiku.
Wajah Lazki sudah berubah, kemarin memakai pakaian sekolah dasar rambut pendek.
Sekarang rambutnya terurai panjang lurus, bahkan terlihat cute. Dia berhasil
membuktikan tentang jalur yang seharusnya digenggam.
“Saya harus membuktikan,
kalau dokter koas itu tidak bersalah.”
Mencoba mencari data-data, serta mempelajari lokasi kejadian. Secara diam-diam
menyelidiki ataupun menganalisa rutinitas ibu Silvana beberapa hari sebelum
terbunuh.
“Asia, maaf karena telah berkhianat
dengan menjadi pengacara Cristal,” memandang foto Asia ketika kami liburan
kemarin. Mencoba meminta kebijakan pengadilan, agar kasus perkara tersebut
diundur selama beberapa saat secara diam-diam. Pengadilan memberi kesempatan
selama 3 bulan, untuk mencari barang bukti.
Mencari Lazki agar bersedia
membantuku menyelesaikan perkara pembunuhan terhadap ibu Silvana. Asia tidak
mengetahui jika saya akan menjadi pengacara Cristal. Seluruh media pasti
digemparkan oleh pemberitaan tersebut. Untuk sementara waktu, saya berjuang
menutupi semaksimal mungkin.
“Rupanya kau masih menjadi
pelayan café?” kata-kataku memasuk café tempat Lazki bekerja dan berada di
hadapannya.
“Anda siapa? Saya tidak
mengenalmu,” terlihat jelas jika Lazki lagi mengamuk.
“Hahahahaha, kalau mau marah
harus memasang wajah lebih emosional,” godaanku.
“Seharusnya saya yang marah,
kenapa? Karena ibu Silvana adalah calon mertuaku alias mama tercinta dari
tunanganku bernama Asia.” Kalimatku lagi bersandar sekitar dinding café.
“Kenapa tidak memenjarakan
saya sekalian bersama Cristal,” teriakan Lazki. Menyumbat mulutnya memakai
tanganku, menarik dia keluar menuju suatu tempat. Lazki terlihat makin mengamuk
akan sikapku.
“Kau tahu apa yang akan
terjadi? Pak Cipta bisa saja memecatku,” amukan Lazki lebih hebat dari
sebelumnya.
“Lazki berhenti bertingkah
seperti anak kecil,”
“Ka’Allred sendiri
bagaimana?” membalikkan wajahnya.
“Lazki dengarkan saya,”
“Saya tidak mau mendengar,”
“Lazki, diamlah,” gertakanku
memegang keras lengannya.
“Saya akan berusaha membantu
Cristal,” membuat Lazki berhenti memberontak.
“Yang betul ka’ Allred”
berarti dia hanya acting sejak tadi.
“Saya akan menjadi pengacara
Cristal, tapi syaratnya kau harus membantuku bahkan rahasiakan semua ini
terlebih Asia tidak boleh tahu sama sekali.” Pernyataanku.
“Memangnya kenapa nanti juga
Asia tahu,”
“Lazki sadar tidak, Asia itu
tunanganku, ngerti.”
“Hanya itu syarat dari
kakak?” Tanya Lazki.
“Kau harus menemaniku
berpetualang selama 3 bulan menyelidiki kasus ini. Berarti berhenti bekerja
dari café sekarang juga.” Jawabanku.
“Saya tidak bisa berhenti
karena saya butuh uang buat biaya kuliah,”
“Setahuku ayahmu masih mampu
membiayai kuliahmu, Lazki!”
“Saya butuh banyak uang
pokoknya,”
“Kau mau Cristal dipenjara
selamanya?” tanyaku.
“Tentu saja tidak,”
“Jadi kesimpulannya?”
pancingku.
“Baiklah,” mengangguk
pertanda setuju…
“Kau juga tidak boleh kuliah
selama 3 bulan.” Ujarku lebih mengagetkan dirinya. Mau tidak mau Lazki harus
menyetujui permintaanku. Secara keterpaksaan mengikuti kemauanku, demi membantu
Cristal lepas dari jeruji penjara. Di lain hal, saya masih berjuang mengalihkan
perhatian Asia terlebih media tentang kasus kematian ibu silvana.
BAGIAN DELAPAN…
LAZURIT…
Ingin mengajukan seribu
pertanyaan kepada ka’Allred tentang banyak hal. Mengapa secara tiba-tiba mau
menjadi pengacara Cristal? Memberiku beberapa persyaratan akan hal tersebut,
yang mau tidak mau harus kulakukan. Berhenti dari tempat kerja, cuti 3 bulan dengan
kata lain tidak mengikuti perkuliahan selama waktu yang telah ditentukan.
“Kenapa kau menyuruhku
menyamar seperti ini sebagai salah satu bidan rumah sakit?” kata-kataku tidak
memahami maksud ka’Allred.
“Jangan sampai ada yang
sadar tentang identitasmu sebenarnya. Saya sudah mengatur beberapa petunjuk,
ngerti.” Kalimat ka’Allrd.
“Bidang saya bukan
kesehatan, sedangkan mesin saja masih penuh pergumulan.”
“Lazki tenang saja, kau
pasti bisa menjalankan penyamaranmu.” Ka’Allred menepuk-nepuk bahuku. Dia
mempunyai banyak kenalan dimana-mana, jadi dengan mudah mempekerjakanku demi
sebuah misi. Ruangan tempat Cristal melakukan aktifitasnya selama praktek
adalah tujuanku. Mencari tahu beberapa hal mencurigakan tentang beberapa
perkara. Ka’Allred percaya bahwa kami bisa mendapat petunjuk sekitar ruangan
tersebut.
“Tolong saya bu bidan,”
seorang ibu meminta pertolongan menahan nyeri perutnya.
“Kenapa diam saja, lakukan
pemeriksaan dalam apa pembukaan sudah lengkap atau belum!” perintah seorang
dokter.
“Tuhan, bagaimana ini saya
tidak mengerti pemeriksaan dalam itu apa?” seru doaku di dasar hati.
“Tolong saya, sakit bidan…”
teriakan ibu itu makin menjadi-jadi.
“Apa yang kau tunggu,
masukkan segera jarimu ke dalam lokasi jalan lahir.” Perintah dokter bernada
tinggi. Mencoba memasukkan ke dua tanganku segera sekitar miss V sang ibu,
tidak mengerti apa isi bagian dalam.
“Pembukaan berapa?”
Mana saya tahu ini pembukaan
berapa? Ingin berucap pembukaan 100, mana ada pembukaan sampai 100 cm. lebih
parah lagi mendapat amarah dari kepala ruangan itu, dikarenakan tidak memakai
sarung tangan steril ketika melakukan pemeriksaan dalam. Tanganku penuh darah,
bahkan saya sendiri rasanya ingin pingsan.
“Kalau seandainya ibu itu
punya penyakit menular, habislah kau.” Teguran keras kepala ruangan membuatku
ketakutan. Untung saja dia tidak memiliki riwayat penyakit aneh terlebih
menular.
“Kalau ibu dan janin
terinfeksi karena tanganmu kotor, kau bisa diadukan ke polisi,” membuatku
kembali merinding, bagaimana tidak bercerita tentang penjara. Masalaha Cristal
saja belum selesai, sekarang buat masalah baru. Beruntung saja ibu dan bayinya
lahir sehat satu jam kemudian, setelah pemeriksaan tadi.
Baru sehari bekerja di rumah
sakit sebagai seorang bidan membuat kepalaku mau pecah seketika. Saya sama
sekali tidak mengerti kala 3 atau 4 itu apa? Menyuruh mengambil oksitoksin
bersama cairang ringer laktat semakin menciptakan keringat seperti jagung
sekitar permukaan kulitku.
“Bawa ke ruang USG ibu yang
terbaring di sana!” perintah kepala ruangan.
“Ruang USG yang mana?”
tanyaku kebingungan mencari. Bertanya kiri dan kanan ruang area letak USG rumah
sakit tempat Cristal praktek. Rumah sakitnya begitu besar, saya begitu
kesulitan mempelajari beberapa ruangan. Ka’Allred sendiri menyuruhku mencari tahu
beberapa hal terlihat mencurigakan, sekitar area tersebut. Menjadi pertanyaan
kenapa ibu Silvana selama beberapa hari selalu berada sekitar ruang ini.
“Untung saja,” ujarku
mengelus dada. Setelah bertanya ke beberapa suster penuh hati-hati akhirnya
ruang USG di depan mata.
“Hasil USG menjelaskan
kehamilan ibu berada di luar kandungan atau lebih dikenal sebagai kehamilan
ektopik terganggu.” Kalimat dokter Gisa yang baru saja kuketahui namanya.
Dokter Gisa tetapi kenapa jenis kelaminnya laki-laki?
“Orang tuanya pasti ingin
anak perempuan, tapi justru laki-laki keluar,” celotehku di dasar hati sambil
senyum-senyum sendiri. Ternyata dokter yang selalu marah terhadapku bernama
dokter Gisa. Cakep-cakep tetapi galak tiada tara, setidaknya bertingkah manis
plus lembut-lembut gimana gitu! Seperti Song jung ki gitulah ala-ala korealah…
“Dokter, apakah janin saya
tidak bisa diselamatkan?” raut wajah ibu itu terlihat sedih.
“Kami minta maaf ibu, letak
janin ibu berkembang di sekitar tuba bukan area rahim. Sesuai gejala-gejala
yang terlihat nyeri perut, perdarahan
pervagina, perubahan darah, bahkan hasil USG membuktikan diagnose ibu.”
Penjelasan dokter.
“Jadi, untuk menyelamatkan
ibu kami harus melakukan operasi,” tambahan dokter. Menjadi seorang ibu
merupakan dambaan setiap orang, namun Tuhan tahu yang terbaik. Seseorang tidak
bisa memaksakan permohonan agar Tuhan mengabulkan secepatnya, sama seperti
dunia sang ibu tadi. Dibalik semua ini ada maksud dan rencana Tuhan bagi
lingkaran hidupnya.
Mencari keterangan tentang
beberapa hal mencurigakan, membuatku mengalami banyak kesulitan. Tidak sengaja
saya mendengar pembicaraan antara dokter Gisa bersama salah seorang yang
memiliki posisi penting rumah sakit milik ibu silvana. Dialog mereka terbilang
serius, diiringi nada ancaman bapak itu terhadap dokter Gisa. Menjadi
pertanyaan, kenapa mereka berbicara di sekitar gudang.
“Kau diam saja jika tidak
ingin sesuatu terjadi dengan karirmu,” ancaman pak Dira merupakan salah satu
orang kepercayaan ibu Silvana dan Asia.
“Dokter Cristal tidak
bersalah, jangan menghancurkan masa depannya.” Ujar dokter Gisa.
“Lantas jika memang tidak
bersalah, apakah kau mau membiarkan karirmu terancam sekejap mata.” Nada
penekanan pak Dira.
“Tapi pak…”
“Pikirkan juga karirmu, dia
hanya mahasiswa praktek, namun kemampuannya diakui secara luar biasa.” Kalimat
pak Dira kembali. Mencurigakan, saya bisa mengambil kesimpulan jika pelaku
pembunuh sebenarnya adalah pak Dira bersama dokter Gisa. Sekarang menjadi akar
permasalahan bagaimana mengumpulkan banyak bukti. Berusaha menghubungi
ka’Allred dan menceritakan hasil percakapan mereka. Ka’Allred masih berusaha
mengalihkan perhatian banyak media tentang kasus pembunuhan ibu silvana.
Hal lebih mengerikan lagi,
ka’Allred menyuruhku kembali berperan sebagai siswa sekolah menengah. Kenapa
juga peran sebagai anak remaja? Memangnya tidak ada peran lain? Saya harus bisa
menjadi sahabat anak pak Dira pada salah satu sekolah internasional. Mencari
tahu apa saja kegiatan pak Dira selama berada di rumah. Apakah kasih sayang
bagi anak-anaknya cukup atau justru sebaliknya. Mencari lebih mendetail tentang
perjalanan seorang Dira.
“Ka’Allred wajahku tidak
lagi seperti anak remaja,”
“Lazki apakah kau ingin
Cristal selamanya ada mendekam dalam tahanan?”
“Tentu saja tidak,”
jawabanku.
“Umurmu ternyata benar-benar
sudah tua, tapi masih diakali untuk permasalahan wajah biar seperti anak
remaja.” Kata-kata ka’Allred.
“Caranya?” tanyaku.
“Kemarilah ikut saya,”
membawa ke sebuah salon. Merubah penampilan seorang Lazki menjadi 360° celcius.
Dimulai dandanan, potongan rambut ala korea memakai poni, pakaian kecentilan
sama seperti anak remaja pada umumnya. Hidupku sekarang tidaklah seperti
kemarin hanya memakai pakaian sederhana.
“Kau benar-benar terlihat
cute,” celoteh ka’Alled menatapku.
“Kau akan berperan sebagai
siswa baru, penampilanmu harus sempurna luar biasa bahkan tidak memperlihatkan
cacat sedikitpun bagi kalangan remaja. Satu lagi, seorang Lazki harus mampu
bersaing di segala bidang hingga menjadi incaran alias idola siapapun terlebih
menarik perhatian anak pak Dira.” Tambahan kalimat ka’Allred.
“Bukankah anak pak Dira itu
perempuan? Kenapa…?” pertanyaanku terpotong.
“Anak pak Dira ada 2,
bersekolah di tempat yang sama, namanya Alidia dan Danto.” Kata-katanya.
“Berarti mereka kembar?”
tanyaku lagi.
“Bukan anak kembar, hanya
saja Danto hanya terpaut setahun dari adiknya jadi kesengajaan menyekolahkan
mereka di tahun yang sama.” Kehidupan orang kaya terkadang membingungkan
sendiri, sengaja menyekolahkan anak secara bersamaan bahkan sekelas.
Permasalahannya bukan karena kembar, melainkan agar selalu bersama-sama atau
entahlah…
Saya harus berjuang mengatur
waktu antara berada di sekolah dan permasalahan impianku. Mempelajari beberapa
mesin guna menemukan sebuah alat tertentu. Bagaimanapun saya ingin menjadi sama
seperti Thomas Alfa Edison bisa menciptakan sejarah tersendiri. Akan selalu
terkenang dan menjadi memori tersendiri suatu hari kelak. Seorang Lazki manusia
paling bodoh mengalami pasang surut, berulang kali tinggal kelas bahkan semua
guru menyerah akibat tingkat kebodohan paling mengerikan.
“Lazki, lagi buat apa kamu
tengah malam begini?” ka’Allred tiba-tiba saja datang menepuk bahuku dari arah
belakang. Kenapa bisa berada di sekitar area rumahku, pada hal ayah sudah mengunci
pintu pagar.
“Tenang saja, saya punya
kunci cadangan buat masuk kesini,” tepat pikirannya, apa yang sedang kupikirkan
hingga membuat pernyataan seperti itu. Kunci cadangan disimpan saat saya secara
tidak sengaja menjatuhkan ketika masih berada di rumah sakit.
“Hanya sekedar mempelajari
beberapa mesin-mesin dari beberapa sumber.” Tanganku terus saja mengotak atik
seluruh mesin di depanku, merangkaikan menjadi beberapa bagian. Saya masih
ingin memperlajari tentang sebuah alat pengiriman barang tepat waktu, tanpa
harus melihat cuaca terlebih dahulu. Saling bekerja sama antara daerah,
propinsi, kota, desa, terlebih Negara untuk transportasi pengiriman barang.
Saya harus berjuang, berulang kali mencoba selalu saja gagal bahkan gagal luar
biasa pada level tinggi. Bisa dikatakan kegagalanku sudah memasuki hitungan
ribuan kali.
Hidupku benar-benar mirip
Thomas Alfa Edison sekarang, hanya mengalami kegagalan demi kegagalan. Hatiku
tetap mempercayai sebuah mujizat suatu hari kelak, saya hanya butuh berjuang
secara berulang kali hingga membentuk senyum keberhasilan. Tidak seorangpun
menyadari termasuk ayah, dpikirnya saya hanya memperbaiki jenis-jenis mesin
mobil ataupun hanya sekedar menyelesaikan tugas kuliah.
“Ternyata dunia Lazki
seperti ini,” ka’Allred menggeleng-gelengkan kepala sedemikian rupa. Siang hari
menjadi seorang mahasiswi juga pelayan café, malam hari bermandikan oli serta
berbagai jenis mesin. Saya hanya harus berjuang, sekalipun mengalami kegagalan
ribuan kali, bahkan nilai sekolahpun masih belum mampu menjadi terdepan hingga
detik sekarang. Setidaknya Tuhan membuat nilai-nilaiku sekarang tidak seperti
kemarin lagi sewaktu masih bangku sekolah. Mencoba menjalankan beberapa peran,
hingga mengatur waktu dalam menjalani aktifitasku sehari-hari.
Memainkan peran sebagai anak
sekolah, sesuai permintaan ka’Allred. Menyamarkan segala tanggal lahir, asal
pindahan sekolah, dan masih banyak lagi ketika memasuki bangku kelas 12
kembali. Berjuang menjadi pusat perhatian siapapun bahkan terlihat sempurna. Kalangan
remaja menyukai kesempurnaan fisik, penampilan, bahkan prestasi-prestasi
akademik. Mengingat nilai-nilai semasa sekolah, kacau balau bagaimana bisa
menjadi terlihat sempurna? Saya harus mencoba, sekalipun mengalami kesulitan…
“Lazki, kalangan remaja
menyukai dunia party,” ka’Allred berbicara melalui telpon genggamku. Berpikir
secara logis, tentang kalangan remaja kekinian alias cabe-cabean benar-benar
beresiko pada diri sendiri. Belajar mati-matian hingga membuat seluruh siswa
terpanah akan dunia seorang Mylind. Itulah nama samaranku sekarang, dikenal
sebagai Mylind…
Menurut perkembangan berita
terakhir, salah seorang siswa mengatakan Alidia merupakan putri kesayangan
bapak Dira sempat dilarikan ke rumah sakit.” Tidak ada yang tahu mengapa secara
tiba-tiba Alidia segera dilarikan ke rumah sakit. Sampai sekarang, saya masih
belum berhasil mencuri perhatian anak-anak pak Dira. Beberapa umpan telah
kulakukan semaksimal mungkin, namun tidak menunjukkan hasil.
Mencoba mencari cara
menemukan beberapa bocoran akan kehidupan Alidia dan Danto. Ternyata jika hanya berpenampilan sempurna
tidak bisa menaklukkan dunia mereka. Ada lagi hal yang harus dilakukan, yaitu
berada sekitar area gemerlap malam. Seumur hidup, ayah tidak pernah
mengajarkanku berada di tempat mengerikan seperti ini. Penuh alunan music keras
memenuhi ruangan, mengendap-ngendap masuk bagaikan seorang pencuri.
“Ayah, tolong Lazki
sekarang…” jeritku menutup mata keras-keras. Berpakaian tidak senonoh layaknya
wanita malam yang sedang menjajahkan diri. Jika bukan karena Cristal, kakiku
tidak akan pernah menginjak tempat seperti ini. Semua itu gara-gara ka’Allred
menjebakku berada di tempat menjijikkan.
“Gadis cantik, kemarilah…”
godaan seseorang tangannya mulai memegang wajahku.
“Tuhan, tolong Lazki…”
jeritku.
“Lepaskan dia,” suara
seseorang berusaha menyelamatkanku. Ternyata ka’Allred membawaku keluar dari
ruang dimana penuh alunan music. Hampir saja, dalam sekejap mata saya diterkam
oleh macan. Berada di kandang macan, melakukan penyamaran, mencari data-data
penuh resiko luar biasa.
“Kau tidak apa-apa?”
ka’Allred bertanya padaku.
“Tidak kenapa-kenapa
bagaimana, sedikit lagi tangannya akan menjalar di seluruh tubuhku. Saya
jantungan sekarang,” berusaha menenangkan diri.
“Ternyata Lazki sekarang
luar biasa cerewetnya, jauh beda ketika pertama kali bertemu. Terus saja
diiringi air mata karena mau mati…”
“Maksud kakak? Jangan-jangan
kakak…”
“Memangnya saya tidak ingat,
kau adalah gadis paling bodoh sedunia ingin segera mati dengan cara membuang
diri dari atas jembatan. Putus asa karena teman-temanmu semua berada di kelas
12, sedang kau masih memakai seragam sekolah dasar.” Tawa ka’Allred meledak.
“Ka’Allred,” wajahku
terlihat kesal.
“Pantas saja, saya merasa
pernah mengenalmu. Kenapa kau tidak mengatakan sesuatupun terhadapku tentang
perubahan terbesarmu atau memperkenalkan diri, masih menutupi semuanya hingga
detik sekarang.” Ka’Allred.
“Karena kita kan hanya
sekali bertemu, mana mungkin kakak mengingat lagian semua itu masa lalu.”
Cetusku.
“Saya mendengar percakapanmu
dan Cristal beberapa waktu lalu, singkat cerita memoriku tentang dirimu juga
baru kembali. Jadi tepat katamu, kalau saya sama sekali tidak membayangkan
keadaanmu sekarang. Saya pikir Lazki hanya seorang pelayan café, ternyata
mahasiswa yang terus saja berambisi menjadi seperti Thomas Alfa Edison.” Sindir
ka’Allred tersenyum tipis.
“Ka’Allred, tidak perlu
menghinaku seperti itu.”
“Lazki, sepertinya saya
tidak mengejek, hanya terkesan lucu.”
“Berhenti mengejekku,”
sindirku.
“Lazki, apapun duniamu
kejarlah dan jangan berhenti berjuang. Saya yakin suatu hari kelak seorang
Lazki dapat menggerkan dunia.” Kata bijak ka’Allred mengajarkan duniaku untuk
terus berjalan. Terimah kasih Tuhan membuatku dapat bertahan…
BAGIAN SEMBILAN…
LAZURIT…
“Terimah kasih Tuhan, karena
sudah mengabulkan doaku, menjadi seorang yang dapat menggerkan dunia melalui
sebuah terobosan, mengeluarkan Cristal dari penjara, juga menghilangkan
perasaan suka dari hatiku terhadap ka’Allred tunangan orang lain.” Isi doaku setiap
saat, sekalipun seakan semua permohonanku belum terjawab bagi pemandangan mata.
Saya hanya butuh berjuang,
kaki Lazki tidak boleh berhenti melangkah apapun keadaan di depan sekarang.
Tanganku pada malam hari harus bermandikan oli oleh karena terus saja mengotak
atik berbagai mesin. Dimulai dari mesin mobil,mesin-mesin besar yang biasa
digunakan diberbagai pabrik bagaimana dapat bergerak sendiri, dan masih banyak
lagi memenuhi otakku. Siang hari, harus menjadi anak sekolah mencari tahu kisah
hidup anak-anak pak Dira. Penampilan ala remaja guna menjadi perhatian semua
siswa.
Akhir cerita, saya berhasil
merebut perhatian anak-anak pak Dira. Menjadi seorang Mylind gadis remaja
paling centil yang berusaha menjadi idola bahkan harus terkesan sempurna dalam
segala hal. Memiliki gaya bahasa sama seperti remaja, untuk mencari tahu
tentang dunia mereka. Danto mulai menyukai Mylind, kisah percintaan remaja
paling bergensi sedunia. Pertama kali mengalami diajak jalan seorang pria,
lebih parah lagi status berondong tulen.
Tidak menyangka jika Danto
selalu memberikanku es krim, boneka, coklat, bunga, dan banyak lagi. Berada di
sekitar arena permainan, mengunjungi tempat-tempat wisata, selalu membuatku
tersenyum setiap saat. Seorang Danto terkesan dingin, judes, cuek, namun selalu
terlihat keren bahkan memiliki prestasi akademik. Sekali menyukai seseorang,
terlalu sulit untuk dia lupakan.
“Mylind, suatu hari nanti
saya ingin menjadi salah satu pendesain parawisata dan diakui oleh
internasional.” Kata-katanya setiap berada di sampingku. Ayah dan anak jauh
berbeda, beruntung sifat sifat orang tuanya tidak melekat dalam dirinya.
Seseorang anak biasanya dikenal dengan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.
Kalau yang sekarang versi Danto, buah jatuh terlempar keras dari pohonnya. Wow,
pohonnya ada di Indonesia, sedangkan buahnya terlempar di benua Amerika.
“Danto pasti bisa berlari
sekuat mungkin mengejar apa yang diingkan.” Memberi semangat bagi kehidupannya.
Menceritakan kehidupan Adilia sungguh memprihatinkan. Bagaimana tidak hidup
Adilia hanya mengenal dunia malam, sex, kebebasan, pesta, dan banyak lagi
hal-hal mengerikan. Jujur, saya begitu membenci kehidupan glamor dan sosialita,
sedangkan Adilia benar-benar terikat akan dunia seperti ini.
Saat yang dinantikan tiba
juga, Danto mengajakku ke rumahnya. Mempergunakan kesempatan tersebut mencari
beberapa hal mencurigakan tentang karakter ataupun rahasia pak Dira. “Mylind,
semoga betah berada disini” ujar Danto membelai rambutku.
“Maaf, sepertinya saya
kehausan bisa minum?” berusaha mengalihkan perhatian Danto.
“Tentu saja, sebentar saya
ambilkan di dapur,” berjalan menuju dapur. Saya sendiri mengendap-endap seperti
pencuri mencari ruangan kerja pak Dira. Kembali ke tempat semula agar Danto
tidak curiga melihat perbuatanku. Tanpa sengaja mataku beralih pada sebuah
album foto ketika berada di ruang keluarga. Membuka album tersebut, terdapat
sebuah tanda Tanya, dimana beberapa foto tersebut terdapat ibu Silvana,
beberapa pejabat Negara, juga dirinya sedang menikmati liburan.
Mencuri beberapa foto
tersebut, kemudian memasukkan ke dalam tas sekolahku. Dulu memang saya masih
bodoh tentang beberapa tokoh penting, namun dikarenakan saya terus saja membaca
makanya banyak tahu sekarang situasi tokoh-tokoh Negara. Apa hubungan pak Dira, ibu Silvana, dan
beberapa pejabat Negara? Kenapa mereka begitu dekat seperti tidak terpisahkan?
Pasti diantara mereka terdapat beberapa hubungan tidak biasa, lebih parah lagi
setahuku public sama sekali tidak pernah mengonfirmasi.
Ibu Silvana pada kenyataan
selalu mengadakan pertemuan dengan banyak tokoh sih, baik itu toko politik,
beberapa pemimpin agama, pengusaha-pengusaha penting. Hanya saja saya sama
sekali tidak mengerti liburan seperti ini bersama beberapa pejabat, terlihat
mengganjal. Bahkan daftar nama mereka tidak pernah ada dalam barisan pertemuan
ibu Silvana setiap media menayangkan. Saya mengenal beberapa pejabat itu, hanya
sama sekali tidak menyangka.
Mengorek beberapa hal
pertemanan pak Dira bersama beberapa tokoh terpandang tanpa menimbulkan
kecurigaan. Tidak menyangka karakter pak Dira sebagai seorang ayah jauh
berbeda. Ayahku selalu mengajarkan duniaku tentang berbagai hal, tidak pernah
sekalipun mengucapkan kalimat-kalimat kebun binatang, kutuk, dan hal-hal negative
terhadapku. Bagaimanapun kelakuanku atau tingkat kebodohanku, tetap
mengungkapkan bahwa duniaku mempunyai warna tersendiri.
“Papa, selalu saja berucap
kalimat-kalimat kebun binatang untuk anak-anaknya. Jika prestasi akademik
bermasalah dia akan memaki juga berteriak setinggi langit. Mengeluarkan
perkataan kutuk berulang kali, hingga menjadikan Adilia hidup penuh tekanan.”
Ungkapan hati Danto mencurahkan isi hatinya. Hidup masing-masing orang memiliki
perbedaan ketika menghadapi semua itu.
Menceritakan segala
sesuatunya terhadap ka’Allred tentang kehidupan anak-anak pak Dira juga
beberapa gambar foto pejabat. Ka’Allred menarik napas secara mendalam, memahami
dengan betul akan dunia seorang Danto hidup dibawah tekanan sang ayah.
Ka’Allred mengatakan ada saat dimana seseorang bermain tentang badai. Semua hal
tersebut kembali kepada pribadi masing-masing, bertindak seperti apa…
“Lazki, karakter
masing-masing orang ketika berhadapan tentang suatu badai besar berbeda-beda.”
Ungkap ka’Allred.
“Maksudnya ka’?”
“Terkadang terlihat di depan
mata terdapat 2 orang dengan permasalahan sama, yaitu kekurangan kasih sayang
orang tua, hidup dibawah tekanan, menjadi bahan hinaan semua orang,
terkucilkan. Si’A oleh karena keadaan seperti ini, membuatnya berada disuatu ikatan
dimana bercerita tentang kekerasan, pemberontakan, sex bebas, aborsi, narkoba,
tindakan kriminalitas lainnya.” Penjelasan ka’Allred.
“Terus?” kalimatku.
“Si’B bersikap bijak
menghadapi keadaannya, hingga pada akhir cerita peristiwa-peristiwa pahit membuat
dia menjadi pribadi kuat. Pribadi banyak orang berbeda-beda ketika berada di
sebuah lembah. Namun, kenyataannya bahwa lebih banyak anak memilih untuk berada
di sebuah jurang dibandingkan memilih menjadi pemenang.” Kata-kata ka’Allred.
“Saya tidak mengerti
ka’Allred!” otakku terus berusaha mencerna…
“Lazki, maksudnya adalah ada
begitu banyak anak ketika mengalami kejadian yang dikatakan kekurangan kasih
sayang, terkucilkan, terlantar, miskin, yatim piatu, hidup dibawah tekanan,
menjadi korban penganiayaan, dan lain sebagainya berlari pada kehidupan keras.
Atau dengan kata lain membiarkan hidupnya tidak dapat melihat warna kehidupan.
Kalau pun seseorang bijak menanggapi peristiwa pahit yang sedang bermain hanya
berkisar satu diantara seratus anak.” Ka’Allred penuh penekanan membuatku
mengerti ucapannya.
“Sama dong kehidupan Adilia
sekarang, lebih memilih hidup berada pada jurang dibandingkan memandang bahwa
segala sesuatu yang terjadi mengajarkan hidupnya tentang sebuah warna pelangi.”
Kata-kataku membayangkan hidup Adilia.
“Seperti itulah, terkadang
juga beberapa tokoh terlihat aneh dikarenakan suatu peristiwa masa lalu.”
Ucapan ka’Allred lagi.
“Peristiwa masa lalu ka’!”
“Seperti salah seorang tokoh
diberitakan oleh media membuat sebuah pemberontakan demi pembeorntakan bahkan
ingin menghancurkan semua orang disekelilingnya. Baik melalui pemboman, atau
bertindak anarkis, pembunuhan, kekerasan terhadap beberapa hal dan lain
sebagainya.” Kata-kata ka’Allred.
“Terus?”
“Latar belakang kehidupan
mereka perlu diselidiki, terkadang mereka terlihat mempunyai banyak uang atau
berhasil di beberapa bidang, namun pada kenyataan membuat sesuatu yang tidak
diduga. Mengorbankan nyawa banyak orang disekitarnya, tanpa pernah merasa
bersalah sedikitpun. Ada saat seseorang membuat aksi merusak, karena pada
dasarnya tertanam akar kebencian luar biasa, tidak mengenal dunia luar seperti
apa, atau mengalami masa lalu paling pahit, kekurangan kasih sayang.” Perkataan
ka’Allred mendetail.
“Sama seperti kehidupan
Adilia, sama sekali tidak mendapat kasih sayang hingga bertingkah seperti ini.”
Ujarku.
“Pengaruh lingkungan juga
penyebab semua itu. Akan tetapi semua itu kembali kepada pribadi masing-masing
bagaimana merespon segala sesuatu yang sedang dilewati dan berbagai akar permasalahan
dalam diri. Jika bijak melihat, kau akan menjadi pemenang. Namun, jika
kekecewaan membungkus duniamu berada di sebuah jurang. Banyak orang bisa saja
menjadi korban akan peristiwa tersebut suatu hari kelak.” Kata-kata bijak
ka’Allred.
Inilah ka’Allred selalu
mengajarkan tentang lingkaran hidup. Saya akan belajar menjadi bijak ketika
berhadapan tentang masalah. Tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti bunuh
diri beberapa tahun silam. Beruntung Tuhan mengirimkan ka’Allred hingga
tindakan bodoh itu tidak jadi kulakukan.
Kembali kepada permasalahan
beberapa tokoh yang tertera pada gambar foto itu, mencoba menari informasi.
Terdapat 10 tokoh penting terkait langsung bahkan menjadi objek dari foto
tersebut. Mencari informasi-informasi tentang kehidupan mereka beserta berbagai
aktifitas-aktifitasnya. Tokoh pertama bernama Brihatnandar mempunyai hobi
bergonta-ganti pasangan, bahkan terkesan mempunyai hubungan dengan banyak
wanita. Seputar cerita tentang kepribadiannya yang senang akan daun mudah. Hanya
saja tidak saja media terkadang tidak berani mengambil resiko untuk
memberitakan.
Pejabat ini bernama
Nuscahyadi, paling hobi melakukan ritual mistik demi melancarkan acara kampanye
ataupun perkembangan bisnis. Memiliki dukun dengan kekuatan ilmu hitam paling
tinggi. Masing-masing anggota keluarga memiliki jenis dukun berbeda-beda. Bukan
hanya Nuscahyadi satu-satunya tokoh dengan kehidupan seperti ini, ada begitu
banyak tokoh-tokoh penting bahkan dunia selebritis terikat akan roh perdukunan.
Dengan alasan guru spiritual, jika diselidiki lebih mendalam ternyata dunia
mistis perdukunan membungkus.
“Ka’Allred bagaimana
pejabat-pejabat di sini” kata-kataku menunjuk beberapa tokoh lagi. Ka’Allred
berusaha terus mengorek informasi demi informasi tentang mereka. Rutinitas
mereka setiap hari selain menjadi pedoman bagi masyarakat.
“Ternyata beberapa
tokoh-tokoh tersebut saling berkaitan terhadap beberapa dugaan korupsi untuk
beberapa arah. Masing-masing memiliki permainan penyimpanan harta benda paling
halus di luar nengeri. Sama sekali tidak tercium, kalaupun tercium harta benda
mereka tetap aman terkendali di beberapa bank luar negeri.” Kalimat ka’Allred
terhadapku.
“Mereka itu pejabat,
bagaimana cara kita menemukan bukti kuat tentang kasus ini.” Ujarku.
“Pak Dira bekerja sama
dengan beberapa atau salah satu diantara pejabat tersebut untuk menjalankan
aksi pembunuhan terhadap ibu Silvana. Kemungkinan besar, ibu Silvana mempunyai
bukti kuat tentang kehidupan mereka. Masih menjadi pertanyaan…” kalimat
ka’Allred.
“Berarti pak Dira bukan
pelaku sebenarnya?” ucapanku.
“Salah satu anggota yang
membantu, tetapi dikendalikan oleh satu atau lebih dari satu pihak.” Jawaban
ka’Allred.
“Ada pula yang sengaja
memainkan program, hanya saja tidak terlihat bahwa program tersebut berkedok
bisnis bahkan merugikan banyak orang di sekitar.” Lanjut ka’Allred lagi.
Nama-nama tokoh lain dalam
foto tersebut adalah Riady, Mahrid, dan masih terdapat tokoh-tokoh lainnya.
Ka’Allred masih terus mengumpulkan informasi tentang tokoh-tokoh tersebut.
Kembali melakukan petualangan di beberapa daerah terkait akan aktifitas para
tokoh dalam gambar foto tersebut. Mencari jalan memutuskan hubunganku dengan
Danto anak pak Dira. Dia hanyalah anak remaja yang membutuhkan kasih sayang.
Saya sadar bahwa seorang Danto ingin mencari perhatian dan menghilangkan
kesepiannya di tempat lain.
Danto tidak benar-benar
menyukaiku sebagaimana layaknya dirasakan oleh banyak pasangan. Saya pun hanya
menganggap dia sebagai seorang adik, menjadi pasangannya merupakan kesalahan
terbesar. Suatu hari kelak, Danto pasti bisa membedakan antara kata suka,
sekedar mengagumi, hanya sekedar kesenangan semata, atau pelampiasan terhadap
apa yang hilang dari dirinya. Banyak orang terjatuh ketika berhadapan dengan
hal-hal seperti ini.
Membuat petualangan terbaru
bersama ka’Allred di beberapa daerah selama beberapa waktu. Tanpa sepengetahuan
Asia melakukan petualangan ke beberapa wilayah termasuk Negara guna mencari
tahu informasi terbaru. Berusaha mengerti petunjuk-petunjuk, informasi, bukti,
ataupun ucapan pernyataan mereka.
“Untung saja, ayah sama
sekali tidak menaruh curiga terhadapku dan kegiatanku selama ini.” Kalimatku
sambil memasukkan sebuah roti besar ke mulutku.
“Sama, jika bunda dan Asia
tahu petualanganku denganmu, tamatlah riwayatku.”
“Berarti kakak masih
mempunyai bunda?” lengkingan suaraku meledak.
“Sebenarnya saya anak yatim
piatu, orang tua kandungku kedua-duanya sudah lama meninggal.” Ucapan
ka’Allred.
“Berarti?”
“Bunda mengabdopsiku sebagai
pengganti putri kesayangannya.” Jawabannya.
“Berarti kau anak adopsi
rupanya, pantas saja kakak Allred selalu terlihat bijak menghadapi permasalahan
ternyata telah melewati banyak hal.” Dunianya berbeda denganku, masih memiliki
ayah sekalipun tanpa pernah tahu wajah seorang bunda itu rasanya bagaimana?
Berarti hidupku masih jauh lebih baik dong, tetapi permasalahan otak ka’Allred
nomor satu.
“Ka’Allred bagaimana jika
Asia sampai sadar kita berdua selalu berpetualang bersama-sama.” Mataku tidak
berkedip memikirkan kejadian yang akan terjadi.
“Jangan terlalu dipikirkan,
semua ini demi membuktikan kalau Cristal bukan pelaku pembunuhan ibu Silvana.”
Jawaban ka’Allred selalu membantuku, tidak peduli resiko hubungannya bersama
Asia akan hancur jika semua orang tahu.
“Ka’Allred kenapa terus menolongku?”
“Karena saya tahu Cristal
tidak bersalah,” jawaban ka’Allred tiba-tiba terhadapku. Hanya itu saja jawaban
kakak, apakah tidak ada ada hal lain melakukan semua ini. Bisa dikatakan
cintaku sampai kapanpun bertepuk sebelah tangan. Suka akan tetapi tidak akan
pernah bisa kugenggam. Melepas akan tetapi dia selalu ada bersama denganku
setiap saat memberikan memori terhebat.
Tidak pernah bosan berdoa
kepada Tuhan tentang pergumulan doaku selama bertahun-tahun, serta permohonan
terbaruku bahwa Cristal lepas dari penjara dan melupakan perasaanku terhadap
ka’Allred. “Terimah kasih Tuhan, sudah menjawab doaku menghilangkan kebodohan
dari diriku dan membuat sejarah dunia seperti Thomas Edison, melepas Cristal
dari penjara, juga membuatku lupa tentang perasaanku terhadap ka’Allred. Amin,”
isi doaku setiap saat dimanapun berada sekalipun saya tidak sedang di kamarku.
“Tenangkan dirimu, jangan
berpikir aneh tentang diriku.” Kata-kata ka’Allred menjawab telepon Asia
tunangannya. Menyukai seseorang yang telah menjadi milik orang itu terlalu
menyakitkan. Mempunyai kerinduan berjalan bersama seseorang paling special
merupakan impian setiap gadis. Makan bersama, bercanda, tertawa, berdoa, dan
melakukan banyak kegiatan bersama dirinya adalah hal paling menyenangkan.
“Kapan saya bisa menjalani
kehidupan seperti itu, Tuhan?” gumamku jauh di dasar hati. Andai kata,
ka’Allred belum menjadi milik orang lain. Belum tentu juga dia mempunyai
perasaan suka jika ka’Allred masih sendiri. Saya bukanlah wanita sempurna…
BAGIAN SEPULUH…
ALLRED…
Berpetualang bersama Lazki
membuat memori tersendiri bagi duniaku. Kenapa ketika berada dekat dengan Lazki
sangat jauh berbeda saat bersama Asia. Terkadang perasaan takut menyerangku,
apa yang dikatakan bunda betul-betul menjadi kenyataan.
“Saya bisa menyimpulkan, kalau permasalahan disini bukan tentang siapa
pelaku, melainkan hatimu sedang bercabang di 2 wanita. Tanpa kau sadari, dunia
Lazki jauh lebih melekat dibandingkan seorang Asia.” Ucapan bunda masih
terngiang jelas di telingaku.
Apakah motivasiku hanya
ingin mencari kebenaran tentang pembunuhan Cristal atau ingin menghilangkan
kesedihan yang terlukis di wajah Lazki? Merenungkan tentang sesuatu hal untukku
sekarang. Mendengar Lazki berbicara berbagai kata tentang peristiwa membuatku
lupa tentang jalur hidupku sekarang. Tidak pernah bosan melihatnya mengobrak
abrik mesin penuh semangat.
Bercita-cita menjadi seperti
Thomas Alfa Edison, sesuai kisah seorang tokoh terkenal. Pada saat itu, saya
hanya ingin membuat dia mengurungkan niat menyelesaikan masalah dengan cara
bunuh diri. Tidak dikatakan, dunia Lazki harus menjadi begitu mirip dengan
Thomas Edison. Dia benar-benar berjuang, setiap melakukan petualang ke beberapa
daerah dan Negara, seorang Lazki selalu membawa laptop ditemani berbagai jenis
mesin.
Pekerjaan Lazki ketika
berjalan hanya mengukur jalan, mencoba menyimak data-data mesin, terowongan,
dan lain sebagainya. Kenapa jadi seperti ini sih? Cetusku setiap melihat
pemandangan tidak mengenakkan mata. Tujuan kami mencari informasi, sedangkan
Lazki terkadang terus saja bergulat bersama mesin-mesin aneh seperti itu.
“Terimah kasih Tuhan telah
menjawab doaku,” isi doanya setiap saat tanpa sadar saya selalu mendengar
ataupun menguping. Berada di ruang sama, dimana Lazki tidur di atas kasur,
sedangkan saya sendiri terbaring sekitar lantai atau sofa. Menghindar, agar
iblis tidak mempermainkan kehidupan kami ketika berada dalam ruangan yang sama.
“Terimah kasih Tuhan telah
melepasku dari ikatan kebodohan dan membuatku menjadi jenius hingga kelak dapat
menciptakan sejarah dunia sama seperti Thomas Alfa Edison.” Isi doa Lazki
terbangun tengah malam.
“Thomas Edison lagi dan
lagi,” cetusku di dalam hati, mendengar isi doanya tanpa pernah dia sadar.
“Membuat Cristal keluar dari
penjara, juga membuatku lupa tentang perasaanku terhadap ka’Allred.” Isi doanya
suatu ketika membuatku terkejut luar biasa. Semenjak pertama kali mendengar isi
doanya, saya sendiri tidak tahu harus berpikir kemana? Bahkan semenjak
peristiwa tersebut, setiap hari pada pertengahan malam saya harus mendengar isi
doa-doa yang dinaikkan oleh Lazki.
Tetap berkata terimah kasih
Tuhan telah menjawab doaku, sekalipun permohonan sama sekali belum
memperlihatkan hasil. Itulah dunia Lazki tanpa pernah seorangpun menyadari
semua itu. Dia tahu jika saya telah bertunangan, hingga setiap malam
mengucapkan doa-doa tersebut. Apakah saya harus tertawa akan isi doa Lazki
tentang Thomas Edison, Cristal, dan sayapun masuk didalamnya? Terbangun setiap
pagi, berada di dekata Lazki seolah tidak pernah mendengar isi doanya.
“Ka’Allred sebentar lagi
mesin-mesinnya akan berfungsi sempurna hanya menunggu proses sedikit lagi,”
teriak Lazki kegirangan.
“Saya pikir informasi kasus
sudah memperlihatkan hasil,” cetusku.
“Ka’Allred, mesin ini bisa
digunakan oleh banyak Negara, pengiriman barang tanpa harus ke jasa pengiriman
barang lebih dahulu.” Teriak Lazki.
“Maksudnya?” tanyaku.
“Seperti ini, hanya dengan
membangun post lokasi di beberapa area seperti jalan raya, taman, sekolah,
pelabuhan, atau tempat yang diinginkan kemudian membuat terowongan bawah tanah
sebagai jalur dilaluinya transportasi pengiriman barang ini.” Kalimat Lazki.
“Kenapa bisa?”
“Begini, jika saya ingin
mengirim sebuah paket, memasuki sebuah kotak kemudian menghidupkan layar
program sesuai petunjuk pada computer. Menekan alamat serta nama daerah atau
Negara tempat tujuan paket tersebut. Menggesek kartu kredit, ATM, atau alat
pembayaran lainnya. Kemudian menekan tombol pengiriman pada layar. Maka paket
akan terkirim ke tempat tujuan. Di tempat tersebut dapat langsung terkirim ke
alamat tujuan atau melalui perusahaan jasa pengiriman.” Penjelasan Lazki.
“Jasa pengiriman!”
“Perusahaan jasa pengiriman
dapat bekerja sama dengan transportasi ini, seseorang sebelum memasuki kotak
pengiriman tersebut tentunya melakukan pengecekan melalui beberapa alat
pendetksi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Menghidupkan sebuah
alat sesuai petunjuk layar computer disini, menulis nama, alamat, dan daerah/
Negara yang akan ditujuh. Kemudian memilih perusahaan jasa pengiriman,
selanjutnya menggesek kartu kredt, ATM, atau alat pembayaran lain sesuai
petunjuk. Terakhir menekan tombol pengiriman sesuai alamat paket tanpa perlu
memakai pesawat, roda empat, kapal.” Lazki seakan mempresentasekan hasil
karyannya di hadapanku.
“Jadi pengirimannya bergerak
sendiri?” tanyaku.
“Yah seperti itulah, karena
alat pengiriman ini telah diotomatiskan. Jika menekan daerah atau Negara B maka
dengan sendirinya mengikuti petunjuk yang ada. Jadi, cuaca buruk tidak menjadi
penghalang paket kiriman dapat diantar langsung ke tempat tujuan.” Ujarnya.
“Wow, Lazki benar-benar
hebat, sekarang sudah mengalahkan Thomas Edison.”
“Ka’Allred, sebentar lagi
duniaku berubah sekian tahun perjuanganku hingga akhir cerita dapat menggerkan
dunia, terimah kasih Tuhan…” teriak Lazki begitu bahagia.
“Tuhan, melihat Lazki
bahagia, sayapun ikut bahagia. Tidak disangka petualangan kami membuat dia
berhasil menyempurnakan imajinasinya.” Lirihku di dasar hati.
“Doa Lazki selama bertahun-tahun
terkabul, tinggal pergumulan doanya yang kedua dan tiga,” bisikan hatiku. Tidak
menjadi masalah isi doa ke-2 terkabul, tentu menjadikan dunia Lazki semakin
berbahagia. Andai kata, isi doa yang ke-3 dikabulkan olehmu, pada saat itu saya
benar-benar tidak ingin melepasnya sedikitpun…Apakah yang akan terjadi dengan
hidupku saat itu?
“Terimah kasih Tuhan telah
menjawab doaku, saya tidak lagi menjadi idiot, duniaku dapat membuat sejarah
tersendiri untuk dikenal sepanjang masa. Cristal telah keluar dari penjara, dan
saya telah melupakan perasaanku terhadap ka’Allred.” Isi doa Lazki tanpa pernah
bosan sekalipun mesin alat sesuai keinginan hatinya sudah di depan mata,
sedangkan pergumulan lain masih belum terlihat.
“Tuhan, apakah saya berada
dalam kisah percintaan segi tiga?” pertanyaanku kepada Tuhan tidak mempercayai
semua ini.
“Paling mengerikan sepanjang
sejarah, seorang pengacara terkenal berada sekitar lokasi percintaan segitiga.”
Bisikan hatiku. Duniaku bersama Lazki mengaajarkan beberapa jalur tentang arti
berjuang tanpa harus berhenti. Keyakinan Lazki tentang sebuah kekuatan doa,
sekalipun membutuhkan waktu panjang hingga saat itu tiba Tuhan menjawab
pergumulan kehidupannya. Hal seperti ini mengajarkan diriku secara pribadi
tentang kekuatan di tengah lembah seperti apapun permainan terus membungkus.
“Ka’ Allred, membutuhkan
waktu lama hingga akhir cerita Tuhan menjawab doaku.” Senyuman Lazki mengembang
penuh kebahagiaan tidak dapat diukur hanya melalui lukisan kata-kata
semata-mata.
“Sebentar lagi Lazki menjadi
penemu paling terkenal, sama seperti Thomas alfa Edison atau Albert Stenly,” kata-kataku
ikut merasakan kebahagiaannya.
“Ka’Allred, terimah kasih
karena Tuhan memakaimu mengajarkan langkahku beberapa tahun lalu bagaimana
memulai hanya memakai secarik kertas kemudian menempelkan pada dinding kamar,
singkat cerita terus berdoa disertai perjuangan tanpa pernah berhenti.”
Kalimat-kalimat Lazki membayangkan kejadian bagaimana rasa putus asa
membungkus, mengambil jalan pintas untuk melenyapkan diri dalam sekejap…
“Itu semua karena kesadaran
bahkan kemauan dari jalanmu, tidak bercerita tentang ucapanku buatmu sepuluh
tahun lalu,” memainkan anak rambut panjangnya terus-menerus.
“Ka’Allred berhenti
memainkan rambutku seperti itu,” gertakan Lazki memecahkan gendang
pendengaranku. Kegemaranku adalah membuat Lazki terlihat kesal, marah, ataupun
tertawa dalam sekejap.
Tuhan, jauh berbeda ketika
berada bersama Asia juga Lazki masing-masing mempunyai jalur pemikiran
tersendiri. Lazki mempercayai tentang kekuatan doa dan tidak akan pernah
behenti berjuang demi mimpi di depan mata. Asia terlihat cantik bahkan terlalu
sempurna bagi pemikiran tiap pria, namun ada saat dimana rasa hambar akan
membungkus ketika berdialog tentang berbagai hal dengannya. Apa yang sedang
kupikirkan? Hal tergila membandingkan dua pribadi ketika berhadapan denganku.
Membayangkan ucapan bunda
akan sebuah pernyataan bagi langkahku untuk melihat siapa yang ada di depanku.
Pondasi sebuah hubungan, dimana pandangan mata tidak bercerita tentang seberapa besar kecocokan
antara satu dengan lainnya, melainkan seberapa besar seseorang bertahan
menghadapi ketidak cocokan. Kalimat bijak bunda terkadang membuatku sulit
mencerna makna pernyataan tersebut. Di lain sisi berkata tetaplah bertahan
dalam sebuah objek, jika hatiku menyukai bahkan bahagia. Namun, di lain hal
bercerita tentang seberapa besar pertahanan menghadapi ketidak cocokan.
“Tuhan, buat langkahku bijak
saat berkata-kata terlebih membuat sebuah keputusan.” Suara hatiku berbicara
kepada Tuhan saat ini. Sesuai nama yang melekat padaku Allred berarti bijaksana
dalam berjalan, berkata-kata, menatap, bercerita, membuat sebuah keputusan, dan
melakukan banyak hal. Sama seperti keadaanku sekarang bijak ketika Tuhan
menghadapkan 2 pribadi dengan jalur berbeda.
“Ka’Allred minumlah selagi
masih hangat!” Lazki menyodorkan segelas kopi panas hasil buatannya. Selama
beberapa waktu mencari informasi-informasi penting tentang dunia beberapa tokoh
penting membuat kami sedikit kelelahan.
“Terimah kasih Lazki,”
sahutku mengambil segelas kopi dari tangannya, kemudian meneguk untuk merasakan
hasil buatan seorang Lazki.
“Ka’Allred pelan-pelan
minumnya,” ujar Lazki.
“Lazki, santai saja kenapa?”
“Harusnya ka’Allred
bersyukur saya masih mau memperhatikan.” Gerutu Lazki memperlihatkan wajah
cemberut.
“Lazki, ada hal yang ingin
kukatakan terhadapmu,” ujarku tiba-tiba mengalihkan perhatian setelah beberapa
saat diam-diam menatap wajahnya tanpa disadari olehnya.
“Apa itu?” rasa penasaran
menyerang Lazki.
“Andai kata seluruh pemimpin
dunia mengeluarkan surat keputusan paling menggemparkan bagi semua mahluk di
muka bumi…” ujarku bercerita.
“Maksudnya?” Lazki tidak
memahami sama sekali…
“Garis bawahi ucapanku
tentang seandainya, okey!”
“Ka’Allred langsung saja
bercerita, tidak usah berbelit-belit.”
“Seandainya, seluruh
pemimpin negara bekerja sama di seluruh dunia membuat keputusan…”
“Keputusan tentang apa ka’?”
“Keputusan tentang seluruh
wanita tercantik harus segera dibunuh di seluruh penjuru dunia, bagaimanapun
caranya…” kalimatku benar-benar serius.
“Ka’Allred jangan membuat
cerita seperti itu,” tegurnya.
“Lazki sekarang itu saya
hanya bercerita andai kata, gimana sih.”
“Baiklah, kenapa kalau semua
dibunuh?” pertanyaannya.
“Pertanyaanku, seorang Lazki
akan bersembunyi dimana kalau surat keputusan itu benar-benar keluar?”
kalimatku.
“Saya akan bersembunyi di
hutan” jawaban terpolos dari seorang Lazki.
“Kau pikir para pemimpin
dunia tidak mempunyai alat pendeteksi guna melacak lokasimu.” Ujarku.
“Di kolong meja, kamar
mandi, dalam lemari,”
“Astaga, Lazki sedangkan
hutan saja bisa mereka lacak apa lagi kalau hanya kolong meja, kamar mandi,
atau lemari.” Ucapanku menggeleng-gelengkan kepala.
“Saya akan membuat sebuah
alat biar keberadaanku tidak bisa dilacak sedikitpun.”
“Lazki, sepintar-pintarnya
kau membuat alat tapi andai kata mereka kembali menemukan teknologi paling
tercanggih hingga berhasil melacak lokasimu gimana coba?”
“Ka’Allred, masih ada tempat
lagi tidak bisa dilacak oleh mereka”
“Dimana coba?” tanyaku.
“Dalam gua, pasti mereka
tidak bisa menemukan diriku,” jawaban seorang Lazki.
“Astaga, Lazki sedangkan
hutan bisa mereka lacak kalau hanya sekedar gua pasti mereka bisa menemukan
lokasi persembuyianmu.”
“Kalau mereka menemukan
diriku, apa boleh buat saya siap mati di tangan para pemimpin dunia.” Ucapannya
tertunduk membayangkan andai kata itu terjadi…
“Merasa amat wanita cantik,”
kalimatku membuatnya terlihat kesal.
“Ka’Allred tadi bilang apa?”
Tanya Lazki.
“Lazki surat keputusan ini
diperuntukkan bagi wanita cantik untuk dibunuh, garis bawahi 2 kata yaitu
wanita cantik.” Jawabanku.
“Ka’Allred,” merasa sesuatu
mengganjal dari pernyataannya.
“Memangnya Lazki salah satu
wanita cantik, benar-benar merasa amat paling cantik sampai harus membayangkan
harus bersembunyi di hutan, gua, kolong meja, lemari…”
“Ka’Allred…” teriakannya
terlihat kesal.
“Oh my God, terlalu percaya
diri bilang cantik,” tawaku meledak seketika tanpa memperdulikan amarahnya
sedikitpun.
“Kalau Asia sih, saya tutup
mata berusaha mencari tempat persembunyian kalau seorang Lazki gimana cerita.”
Tambahan kalimatku kembali sambil tertawa.
Keusilan yang kulakukan
membuat Lazki tidak ingin berkata-kata sedikitpunn terhadapku. Setiap saat
membuang muka ketika berhadapan denganku, sama sekali tidak berbicara
sedikitpun. Lazki benar-benar mengamuk besar selama beberapa hari terdiam terus
tanpa berkata-kata ataupun menyapa. Mencoba manarik tangannya dan membawa dia
ke sebuah kursi panjang untuk menjelaskan bahwa itu hanyalah keusilan biasa
bahkan tidak perlu ditanggapi serius.
“Saya minta maaf jika
keusilanku membuatmu seperti ini.” Permohonan maafku sambil berjalan duduk di
sampingnya. Tetap terdiam dan masih belum mengungkapkan sepatah katapun.
Memohon maaf habis-habisan di hadapan Lazki hanya untuk mengembalikan
senyumannya. Hal terbodoh yang selalu kulakukan saat berada di hadapan Lazki
membuatnya terlihat kesal. Menyesali perbuatanku dan berjuang kembali membuat
dia tersenyum tanpa memperlihatkan kekesalan lagi…
BAGIAN SEBELAS…
LAZURIT…
Ka’Allred benar-benar
keterlaluan membuat sebuah keusilan paling mengerikan hingga membuatku terlihat
bodoh. Dia selalu bercerita andai kata, bahkan suara hatikupun selalu bercerita
andai kata seorang Lazki bisa menjadi gadis sempurna seperti Asia tunangannya.
Ayah selalu mengajarkan langkahku untuk tidak pernah membanding-bandingkan apa
yang ada dalam diriku dan orang lain. Masing-masing orang mempunyai kelebihan
dan kekurangan, jadi, syukurilah apapun duniamu sekarang. Setiap orang
mempunyai nilai, hanya kembali kepada pribadi tentang suatu perjuangan untuk
berjalan.
“Tuhan, terimah kasih karena
saya bisa menghilangkan perasaan suka terhadap ka’Allred saat ini.” Bisikan
hatiku setiap berada di hadapannya. Ayah tidak pernah mengajarkanku untuk
merebut milik seseorang, seperti apapun keadaanku.
“Lazki, berhenti bertingkah
seperti anak kecil,” tegur ka’Allred akibat keusilannya, saya tidak ingin
memperlihatkan senyuman ataupun berbicara sepatah kata.
“Ka’Allred benar-benar
keterlaluan,” tangisku pecah seketika. Menangis bukan karena tingkah
keusilannya melainkan sebuah pergumulan untuk menghancurkan perasaan suka
terhadap diri ka’Allred. Andai kata, saya tidak pernah dipertemukan dengannya,
rasa sayang tidak akan pernah menguasai hidupku.
“Saya tidak bermaksud membuatmu
menangis,” ka’Allred berusaha menghapus butiran kristal pada sepasang mataku.
“Terimah kasih Tuhan,
membuatku lupa akan perasaan suka terhadap ka’Allred,” suara hatiku bergema
menahan rasa sakit jauh bermain bagian paling mendalam.
“Lazki hebat saat melangkah,
itulah kelebihan terkuat dari dunia gadis sepertimu.” Ungkapan ka’Allred
berusaha menghibur bahkan menghapus air mataku sekarang.
“Andai kata Tuhan membuatku
tidak mengenal kakak,”
“Memangnya segitu bencinya
dunia Lazki sampai berbicara seperti itu,” memotong pembicaraanku.
“Lupakan kalimatku tadi
ka’Allred.” Hampir saja, mulutku keceplosan mengungkap isi hatiku sendiri.
Mempermalukan diri sendiri hingga ka’Allred dan dunia tertawa melihatku.
Biarlah hanya hati dan hidupku menyadari semua yang kurasakan, bahkan rasa
cinta terlalu kuat bermain untuknya.
“Saya tidak ingin Lazki
menyesali karena Tuhan membuat kita berdua saling mengenal satu dengan lainnya,
sekalipun waktu itu kau ingin melenyapkan dirimu sendiri.” Ka’Allred tersenyum
di hadapanku.
“Lupakan waktu dimana saya
hanya ingin mati,” sahutku berusaha bangkit berjalan masuk kembali ke kamar.
Saya harus berjuang untuk tidak membuat pria yang kusukai tersadar akan
perasaanku sendiri. Pikiranku hanya harus berfokus terhadap permasalahan
Cristal, setelah itu membuat hasil penemuanku dikenal oleh banyak orang.
Menjadi seperti Thomas Edison berhasil menggegerkan dunia, seorang gadis paling
bodoh mempunyai daya tarik tersendiri.
Kembali ke permasalahan
kasus pembunuhan ibu Silvana, mencari pelaku sebenarnya. Membuang jauh-jauh
tentang apa yang kurasakan, mempercayai Tuhan telah mengabulkan doaku. Mempelajari
beberapa tokoh-tokoh penting, tanpa disadari oleh lapisan masyarakat jika
mereka sedang memainkan peranan aneh di depan dan belakang publik. Hasil
pencaharian bukti tentang beberapa tokoh yang tertera dalam foto tersebut,
sedikit demi sedikit mulai memperlihatkan jawaban demi jawaban untuk ribuan
pertanyaan.
“Ka’Allred coba perhatikan
wajah ibu Silvana dua puluh dua tahun lalu, terlihat aneh” ujarku memperhatikan
sesuatu mengganjal.
“Dari mana kau mendapatkan
foto ini?” Tanya ka’Allred kebingungan.
“Saya tidak sengaja
menemukan fotonya di internet,” jawabanku.
“Aneh, saya saja calon menantunya
tidak pernah melihat foto seperti ini di rumahnya. Jadi pertanyaan, kenapa
tiba-tiba foto ini muncul begitu saja di dunia maya?”
“Coba perhatikan wajah ibu
Silvana!”kata-kataku berusaha memecahkan teka teki.
“Seperti tidak ada yang
aneh, Lazki.”
“Ibu Silvana tidak biasanya
memakai pakaian seperti ini, benar-benar tertutup.”
“Betulan juga katamu,
biasanya calon mertuaku itu selalu ingin terlihat cantik bahkan sempurna untuk
penampilannya.
“Betul ucapan kakak,
terlihat kalau mertua ka’Allred hanya ingin berpakaian membentuk tubuh
sekalipun telah memiliki seorang putri paling sempurna di dunia.” Kata-kataku
kembali.
“Jangan katakan jika ibu
Silvana pada saat itu berbadan…” kalimatnya terpotong.
“Ini dia suatu keganjilan
dari foto ini, mertua kakak saat itu berbadan dua terlihat jelas dari bentuk
wajah ibu Silvana dan bagaimana gerakan tangannya berusaha menutupi sesuatu
hanya saja seluruh lapisan masyarakat tidak menyadari hal ini.” Memperlihatkan
beberapa foto-foto ibu Silvana puluhan tahun lalu.
“Menjadi pertanyaan kenapa
harus menutupi kehamilannya, sedangkan beliau bersuami bahkan mempunyai seorang
putri?” pancinganku menunjukkan beberapa foto-foto dimana benar-benar
membuktikan saat itu ibu Silvana berbadan dua.
“Pasti ada sesuatu tidak
beres dibalik kehamilannya,” ka’Allred mencoba mempelajari beberapa informasi
yang telah dikumpulkan selama beberapa waktu.
“Ka’Allred harus mencari
jalan agar menemukan sebuah fakta kehidupan rumah tangga mertua kakak kemarin.”
Ucapanku.
“Baru juga calon mertua belum
resmi menjadi mertua,” kalimat ka’Allred menepuk keningku memakai tangannya.
“Terserah ucapan ka’Allred,
intinya kakak harus menemukan bukti Cristal tidak bersalah terhadap kematian
ibu Silvana.”
“Saya akan berusaha
mendekati beberapa orang kepercayaan ibu Silvana, untuk memecahkan permasalahan
ini.” Ka’Allred mencoba menekan beberapa nomor guna menemukan sebuah fakta
kuat. Membuat sebuah skenario demi mencari beberapa data, namun orang-orang
terdekatnya terlebih Asia tidak menyadari semua ini. Salah seorang asisten
rumah tangga yang telah mengabdikan diri jauh sebelum Asia lahir, menjadi pusat
incaran kami.
Pasti ada sebuah rahasia
tersembunyi kuat dari seorang ibu
Fasinai bahkan semua angggota kuluarga di rumah itu tidak menyadari. Setelah
melakukan petualangan di beberapa daerah, wilayah, bahkan luar negeri akhirnya
kami kembali ke ibu kota. Ka’Allred memang paling bisa diandalkan untuk urusan
menyusun skenario tentang ibu Fasinai. Mengikuti kemanapun ibu Fasinai
bepergian. Dengan kesengajaan menemui Asia, mencari jalan guna memecahkan
sebuah teka teki tersembunyi selama ini.
“Lazki, coba pelajari
beberapa data yang kutemukan,” pesan ka’Allred melalui BBM. Membuka sebuah
kotak kiriman dari ka’Allred, sedangkan dia sendiri sedang menemani Asia
kembali. Kotak tersebut dengan penuh perjuangan di ambil dari kamar ibu
Fasinai.
“Ka’Allred benar-benar
pandai untuk mengalihkkan perhatian,” celotehku sambil membuka isi dari kotak
tersebut. Kotak ini berisi sepasang pakaian bayi, foto senyuman bayi berjenis
kelamin perempuan, dan masih banyak lagi. Terlihat bagaimana seorang bayi
perempuan berada di pangkuan ibu Silvana.
“Tidak mungkin ini adalah
Asia,” mencari tahu lebih lanjut tentang siapa bayi perempuan tersebut. Berarti
bayi perempuan ini adalah adik Asia sendiri terlihat dari tahun foto itu
dibuat, sedangkan pada saat itu Asia telah berusia 6 tahun. Ibu Silvana
benar-benar pada saat itu sedang berbadan dua, yang jadi pertanyaan dimana bayi
itu sekarang berada?
Memeriksa kembali foto-foto
yang masih tersisa pada kotak tersebut. Kembali tanganku menemukan beberapa
tokoh-tokoh penting sedang duduk bersama ibu Silvana. Terlihat jelas terdapat
beberapa dari mereka tersenyum, salah satunya sedang memeluk erat seorang gadis
kecil. Mengirim pesan kepada ka’Allred agar segera bertemu denganku secepatnya.
Satu jam kemudian, ka’Allred segera berada di hadapanku untuk mengungkap
beberapa keganjalan tertentu.
“Kenapa tidak sekalian dunia
kiamat baru nongol di depanku!” gerutuku sedikit kesal.
“Lazki sadar tidak, kalau
Asia itu tunanganku selama beberapa bulan kami tidak bertemu hanya demi kasus
ini. Berusaha menutupi semua
permasalahan dari dirinya, bahkan mencari jalan menemuimu.” Jawaban
ketusnya.
“Maaf, karena permasalahan
diriku dan Cristal membuat hidup kakak seperti ini,” wajahku tertunduk dan
tidak tahu harus mengungkapkan sesuatu. Tuhan, bantu langkahku untuk tetap
berada di tempat yang seharusnya. Jangan biarkan duniaku berusaha menggenggam
sesuatu yang pada dasarnya merupakan milik orang lain. Mencintai tetapi
tangannya tidak akan pernah bisa kugenggam sedikitpun, itulah duniaku sekarang.
“Lazki tidak perlu meminta
maaf, karena saya tahu Cristal tidak bersalah.” Tangan ka’Allred seperti biasa
memainkan rambut panjangku. Memberikan senyum hingga membuat detakan jantungku
sendiri bermain begitu kuat.
“Terimah kasih Tuhan,
membuatku lupa terhadap perasaanku sendiri untuk ka’Allred.” Bisikan hatiku
berirama kuat bahkan terus berdoa ketika dia berada di dekatku. Sesuatu yang
tidak mungkin akan kugenggam bahkan menjadi milikku untuk selamanya.
“Lazki kenapa diam,”
ka’Allred memecahkan keheningan dalam ruangan.
“Oh yah, beberapa isi kotak
itu sepertinya memperlihatkan sesuatu terlalu mengganjal.” Uacapku segera
mengambil kotak, kemudian mengeluarkan segala isinya.
“Tokoh-tokoh penting ini
lagi,” melihat bagaimana ibu Silvana sedang berfoto bersama mereka, hanya saja
wajah pak Dira tidak terlihat. Tokoh penting bernama Brihatnandar, Nuscahyadi,
Riady, Mahrid, Habrizky, dan teman-temannya kembali terlihat di beberapa lembar
foto dalam kotak tersebut.
“Ka’Allred siapa pria yang
sedang memeluk gadis kecil ini?” tanyaku menyodorkan sebuah foto kembali.
“Gadis kecil ini adalah
Asia, sedangkan pria yang sedang memeluknya tidak lain merupakan bapak Blitar.”
Jawaban ka’Allred mengingat foto kecil Asia.
“Siapa pak Blitar itu?”
“Ayah Asia yang sudah meninggal,”
menjelaskan pertanyaanku. Menjadi pertanyaan, selain foto kecil Asia, terdapat
bayi perempuan sedang berada dalam pangkuan ibu Silvana. Terlihat keganjalan,
hanya bersama ibu Silvana, tidak terdapat wajah Asia maupun bapak Blitar.
“Ka’Allred, jangan-jangan
bayi perempuan ini benar-benar putri kandung ibu Silvana hanya saja tidak
tercium oleh pemberitaan media.”
“Itulah permasalahannya,
kenapa ibu Silvana harus menutupi kehamilannya,” ka’Allred kebingungan melihat
teka-teki kasus permasalahan keluarga Asia.
“Kemungkinan besar anak yang
dikandung ibu Silvana adalah hasil selingkuhan dari pria lain bukan suaminya
sendiri.” Kata-kataku benar-benar mencurigai keganjalan juga konflik kehidupan
keluarga ibu Silvana. Mempelajari beberapa informasi permasalahan ibu Silvana
dan jawaban tentang beberapa pertanyaan.
“Tidak mungkin, jika
diperhatikan dari pemberitaan media bagaimana ibu Silvana benar-benar larut
dalam kesedihan ketika bapak Blitar berpulang menghadap Tuhan.” Kalimat
ka’Allred mengingat memori kemarin. Seperti diketahui oleh semua lapisan
masyarakat rumah tangga ibu Silvana selalu terlihat harmonis jauh dari
pemberitaan konflik perceraian. Ka’Allred dan Asia telah menjalin hubungan jauh
sebelum bapak Blitar meninggal beberapa tahun lalu.
“Asia tidak pernah mengeluh
tentang rumah tangga orang tuanya sedang bermasalah, bahkan ketika ibu Silvana
dan pak Blitar berada dihadapanku, tidak terlihat percekcokan atau konflik
rumah tangga sedikitpun.” Ucapan ka’Allred kembali menjelaskan memori
sebelumnya. Menurut pemikiranku, bahwa seseorang dapat membuat skenario tentang
kehidupan rumah tangganya, namun, ada saat dimana semua akan meledak hanya
menunggu waktu.
Ka’Allred mencoba mencari
informasi tentang kehidupan rumah tangga ibu Silvana sekitar 22 tahun lalu demi
memecahkan kasus kematiannya. Saya sendiri menjenguk Cristal serta memastikan
keadaannya baik-baik saja saat ini di sel penjara. Merahasiakan petualangan
yang telah kulakukan bersama ka’Allred dari ayah maupun Cristal. Mereka tidak
boleh mengetahui segala kegiatanku belakangan ini. Tiba-tiba saja, secara tidak
sengaja saya menabrak seseorang ketika sedang berada di sekitar pusat
perbelanjaan untuk membeli kebutuhan dapur.
“Maaf saya tidak sengaja,”
masih belum tersadar wajah orang di hadapanku sekarang. Mengingat kebutuhan
dapur beserta isi kulkas semua kosong, setelah menjenguk Cristal di penjara
saya menuju pusat perbelanjaan. Menghabiskan waktu untuk beberapa mencicipi
aneka hidangan sekitar mall sehabis membeli segala keperluan dapur.
“Kau lagi…” teriakan Asia
penuh amarah. Setiap melihatku, tatapan mata Asia hanya akan bercerita tentang
kebencian luar biasa buatku. Terlebih jika dia tahu tentang petualanganku
bersama ka’Allred, perang dunia ke-3 sudah bersiap-siap di depan mata. Tinggal
mempersiapkan mental saja menghadapi setiap ucapan paling pedis dari
perbendaharaan mulutnya. Paling heboh lagi, disaat ka’Allred memperlihatkan
dirinya sebagai pengacara Cristal, amukan luar biasa akan segera membungkus
masyarakat terlebih Asia sendiri.
“Kenapa kau selalu ada
sekitar hidupku,” tatapan sinis penuh kebencian terarah padaku.
“Saya tidak sengaja menabrak
anda,” ujarku berusaha setenang mungkin.
“Dengar pelayan cafe,
sebentar lagi adikmu akan meringkus selamanya dalam sel tahanan.” Teriakannya
mengarah pada permasalahan Cristal.
“Adik saya tidak bersalah,
percayalah!” kalimatku.
“Kau hampir membuatku rugi
hingga miliaran, dilain hal adikmu membunuh mama…” emosional Asia tidak
terkendali.
“Asia, kenapa kau berteriak
seperti ini?” suara ka’Allred tiba-tiba berada di tengah kerumunan banyak
orang. Tersadar seketika, saya berada diantara kerumunan orang banyak sekarang
akibbat teriakan seorang Asia. Tuhan, jangan sampai menjadi pemberitaan media
keesokan harinya, desisku di dasar hati membayangkan sesuatu hal.
“Lazki,” ucapan ka’Allred
tidak menyangka. Asia terus saja mengeluarkan ucapan penuh kebencian akibat
insiden ketidak sengajaan tadi. Ka’Allred berusaha menenangkan Asia kemudian
membawanya pergi dari kerumunan banyak orang tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Memegang dadaku untuk menahan rasa sakit menyukai seseorang yang tidak akan
pernah bisa kugenggam sama sekali.
“Terimah kasih Tuhan,
membuatku lupa tentang perasaan cinta begitu besar untuk seorang ka’Allred
semata.” Suara hatiku bermain di tengah kerumunan banyak orang. Berjalan menuju
rumah serta berusaha melupakan peristiwa penabrakan tersebut.
“Tuhan, setelah permasalahan
Cristal selesai saya janji tidak akan memperlihatkan batang hidungku lagi di
hadapan ka’Allred.” Isi doaku ketika telah berada di rumah. Tiba-tiba saja,
saya merasakan dekapan hangat ayah memberikan kesejukan tersendiri. Ayah seakan
memahami bahwa saat ini gadis kecilnya berada dalam sebuah dilema kehidupan.
“Lazki, percayalah bahwa
setiap permasalahanmu tidak melebihi kekuatanmu.” Kalimat bijak ayah, seakan
mengerti tentang langkah gadis kecilnya tanpa perlu bercerita tentang akar
permasalahanku sekarang.
BAGIAN DUA
BELAS…
ALLRED…
“Allred ada apa denganmu?”
pertanyaan Asia terhadapku setiap bertemu.
“Kau banyak berubah, saya
merasa tubuhmu berada di hadapanku tetapi hati juga pikiranmu jauh terlempar di
luar sana.” Tatapan Asia membuatku sedikit rishi…
“Itu hanya perasaanmu
semata,” ujarku berusaha mengalihkan perhatian. Kasus kematian ibu Silvana
menjadi bagian terpenting sekarang. Saya harus berusaha mengungkap pelaku
pembunuhan sebenarnya, membuktikan Cristal tidak bersalah atas kematian ibu
Silvana.
“Allred kemana saja kau
selama ini?” pertanyaan Asia mulai curiga seputar hidupku.
“Ada beberapa pekerjaan
klien harus kuselesaikan, tidak memungkinkan saya tetap berada di kota ini
terlebih dunia bisnis kecilan yang sedang kugeluti sekarang.” Mencoba mencari
berbagai alasan. Asia menyadari selain menjadi seorang pengacara, saya pun
mulai mengembangkan sayap di dunia properti. Walaupun masih pemula, setidaknya
saya berjuang demi bisnis tersebut.
“Betul hanya seputar bisnis,
tidak ada permasalahan lain?” Asia memancing memperlihatkan wajah penuh
kecurigaan. Belum saatnya Asia menyadari bahwa saya meminta pengadilan memberi
waktu 3 bulan mengungkap kebenaran kematian ibu Silvana. Perang dunia siap
bermain di depan mata, ketika dia menyadari pengacara Cristal ketika di
pengadilan nanti merupakan tunangannya sendiri. Asia terlebih media tidak boleh
menyadari, sebelum semua bukti terkumpul kuat membuktikan Cristal bukan pelaku
sebenarnya.
“Seperti ada kecurigaan dari
Asia?” pertanyaanku berbalik ke arah Asia.
“Tidak seperti itu
permasalahannya, hanya saja Allred yang kukenal jauh berbeda dengan sekarang.
Seakan hatinya berpetualang bagi orang lain, entahlah, mungkin hanya perasaanku
semata…”
“Mungkin kau kebanyakan
nonton serial drama, hingga…” ujarku terpotong.
“Mungkin kau benar,” kalimat
Asia melanjutkan.
Betul ucapan Asia sewaktu
bersamaku kemarin. Tubuhku berada bersama dengannya, tetapi hati juga pikiranku
ingin terus berada di samping Lazki. “Tuhan, jujur, saya tidak ingin permohonan
doa Lazki paling akhir dikabulkan olehMU” isi doaku secara tiba-tiba. Katakan
saja, saya manusia paling rakus bahkan terlalu egois. Menginginkan Lazki, pada hal
seluruh lapisan masyarakat juga tahu tentang pertunanganku dengan Asia.
“Bersama Lazki, membuatku
ingin melakukan apapun yang kusuka ataupun tertawa lepas.” Memandang foto
Lazki. Tidak pernah menyadari bagaimana kamera hand phoneku selalu memotret wajahnya.
Jika Asia menyadari wajah Lazki memenuhi memori hand phoneku, tidak usah
dipertanyakan lagi perang dunia 3 seperti apa bermain.
“Maka dari itu, spesial data
harus terus diberi kata sandi” tanganku membuat sandi hingga siapapun tidak
akan bisa memeriksa file memoriku.
“Lazki terlebih Asia tidak
akan pernah tahu file memoriku.” Senyum-senyum sendiri seperti orang gila…
“Kau memang tidak secantik,
secerdas, kaya, terkenal, dan sesempurna Asia tapi duniaku selalu menyukai
apapun yang ada dalam dirimu.” Berbicara sendiri memandang foto Lazki dan
seperti biasa tersenyum bagaikan manusia gila. Kata sempurna terlalu jauh bahkan
bagaikan langit dan bumi ketika semua orang ingin membuat perbandingan antara
Lazki juga Asia.
Kembali seputar pemecahan
kasus kematian ibu Silvana alias ibunda tercinta Asia mencari beberapa
informasi lagi. Berusaha mengintai setiap pergerakan pak Dira, ibu Fasinai,
dokter Giza, beserta 10 tokoh penting di Negara ini. Saya dan Lazki harus
membagi tugas agar data yang ada bisa lebih memperlihatkan sebuah pemecahan.
Kehidupan 10 tokoh penting Negara benar-benar membuktikan jika beberapa dari
mereka berperan aktif dalam rencana pembunuhan berencana ibu Silvana.
“Saya harus bisa memancing
ibu Fasinai tentang siapa bayi perempuan itu?” mencari jalan berbicara
dengannya. Terus mengikuti kemanapun asisten kepercayaan ibu Silvana melakukan
aktifitas di luar rumah. Pasti ada rahasia tersembunyi terkemas dalam suatu
paket antara ibu Silvana, ibu Fasinai, pak Dira, beserta 10 tokoh penting
Negara ini. Hanya saja, butuh skenario halus memecahkan paket tersebut.
“Berhenti menjadi mata-mata
di belakangku,” suara seseorang dari belakang. Menyadari asal suara tersebut,
hingga saya sendiri tidak dapat berkutik. Berusaha bersembunyi sebaik mungkin,
namun akhir cerita pergerakanku tercium jelas. Ternyata ibu Fasinai bukan
manusia terbodoh, tidak dapat pekah terhadap segala tindak tandukku selama ini.
Bagaimana saya mengikuti kemanapun dia pergi dengan berbagai penyamaran.
“Saya mengenalmu, sekalipun
kau sekarang sedang berpakaian seperti itu, memakai kumis tebal, berkaca hitam
atau menjadi loper Koran bahkan pemulung sampah pengacara Allred.” Ucapan ibu
Fasinai sedikit meninggi pada pertengahan kalimatnya.
“Anda salah orang,” ucapku
masih berusaha menyangkal. Ibu Fasinai berjalan ke arahku membuka kaca mata dan
topi yang kukenakan. Berada diatas sebuah truk guna melancarkan aksiku, namun
semuanya menjadi kacau balau. Dua orang pengawal ibu Fasinai berusaha mengikat
tanganku hingga membawa ke suatu tempat jauh
dari ibu kota. Berusaha memberontak, namun mereka membiusku hingga tidak
sadarkan diri.
“Dimana saya?” ketika
tersadar, sebuah ruangan namun saya sendiri tidak mengetahui tempat tersebut.
Ibu Fasinai masuk ke ruangan tersebut, memberi isyarat terhadap ke-2
pengawalnya untuk segera keluar. Hanya kami berdua saja tertinggal, untuk
beberapa saat satu sama lain tidak memperdengarkan suara.
“Saya tahu kau mencuri kotak
persegi dari kamarku,” ibu Fasinai mulai mengangkat suara setelah terdiam lama.
“Nyali seorang pengacara
Allred cukup besar, tidak seorangpun berani memasuki ruanganku tanpa terkecuali
termasuk nona Asia.” Kalimatnya sekali lagi.
“Pasti ada sesuatu
tersembunyi kuat, Cristal bukan pelaku sebenarnya pembunuhan ibu Silvana.”
Ucapanku.
“Memang benar, bukan dokter
koas itu pelaku pembunuhan sesungguhnya, bahkan dia hanya dijadikan kambing
hitam. Sudah jelas ucapanku!”
“Kenapa kalian begitu
kejam?” emosionalku meledak, tanganku memukul tembok di hadapanku, beberapa
kursi berhamburan, suara gaduh bermain sekitar ruangan.
“Percuma saja, tidak
seorangpun bisa mendengar suara anda pengacara Allred calon suami nona Asia”
tatapan penghinaan melekar pada pelupuk matanya.
“Lebih mengejutkan lagi,
terjadi kisah cinta segi tiga antara pengacara terbaik negara ini, nona Asia,
dan pelayan cafe.” Sedikit menyinggung kehidupan pribadiku. Pada kenyataannya,
antara saya dan Lazki tidak terjalin hubungan sedikitpun, sekalipun
masing-masing menyimpan suatu perasaan mendalam.
“Apa mau anda sebenarnya?”
pertanyaanku langsung pada inti.
“Duduklah!” ibu Fasinai
mempersilahkan saya duduk di hadapannya.
“Saya membutuhkan
bantuanmu,” ucapan ibu Fasinai setelah saya berusaha duduk bahkan menahan diri,
sambil mempelajari situasi dari kepribadiannya.
“Bantuan!” sahutku sama
sekali tidak mengerti…
“Kau pasti sadar tentang
kisah kehidupan Nyonya Silvana, rahasia yang selama ini tersembunyi rapat
terbongkar oleh tanganmu juga pelayan café itu.” Ujarnya.
“Jangan menyebut dia sebagai
pelayan cafe, namanya Lazki,”
“Itu tidak penting,” mata
ibu Fasinai tidak perduli tentang nama ataupun…
“Nyonya Silvana mempunyai
seorang bayi perempuan hasil selingkuhan, rahasia terpendam tanpa seorangpun
tahu termasuk tuan Blitar. Kecurigaanmu pada dasarnya benar-benar terbukti, hubungan
gelap terjalin hingga berujung suatu paket rahasia dunia sosialita nyonya
Silvana bersama beberapa tokoh terkemuka di Negara ini.” Penjelasan ibu Fasinai
menutup rapat-rapat rahasia terpendam yang masih tertutup rapat.
“Apakah penyebab kematian
ibu Silvana dikarenakan permasalahan kemarin?” pertanyaanku mencoba mencari
tahu tentang…
“Kematian ibu Silvana bukan
hanya tentang perselingkuhan, melainkan beberapa data penting tentang program
dan beberapa hal lain dipegang oleh nyonya Silvana. Karena bukti kuat tersebut,
berakibat pada kematian nyonya Silvana sendiri.” Penjelasannya.
“Siapa pelaku sebenarnya,
kenapa Cristal menjadi kambing hitam mereka?”
“Inilah yang berusaha saya
selidiki secara diam-diam. Dira hanyalah bawahan dari mereka untuk mempermulus
jalan. Cristal dikenal sebagai dokter cerdas, sekalipun masih bersifat sebagai
koas namun mempunyai keahlian menangani kasus-kasus tersulit di dunia medis.
Beberapa dokter menyukai keahliannya bahkan membanding-bandingkan Cristal dan
dokter Giza. Inilah pusat permasalahan sebenarnya.” Kata-kata ibu Fasinai mulai
menjelaskan mengapa Cristal menjadi kambing hitam kematian ibu Silvana.
“Saya memperhatikan dokter
Giza…” kalimatku terpotong.
“Dokter Giza merupakan putra
semata wayang dari istri terdahulu Dira. Secara otomatis, Dira tidak
menginginkan karir anaknya terhambat hanya karena seorang dokter koas. Terdapat
beberapa tokoh di atas Dira, namun saya masih mencurigai pelaku terbesar dari
kasus ini. Beberapa di antara mereka merupakan tokoh dengan kekuasaan paling
berpengaruh untuk berbagai wilayah.”
“Dokter Giza tahu pak Dira
adalah ayahnya?” pertanyaanku lagi.
“Dokter Giza tahu, tidak
seorangpun tenaga medis rumah sakit menyadari hubungan darah di antara mereka.”
Jawaban ibu Fasinai,
“Apakah mereka adalah
tokoh-tokoh yang anda maksudkan?” memperlihatkan beberapa lembar tokoh dari
saku dompetku.
“Tepat katamu, mereka adalah
orang berpengaruh bahkan sulit terjangkau untuk mencari kebenaran tertentu.
Salah dari mereka merupakan bos utama, sedangkan beberapa orang diantaranya
hanyalah anak buah semata. Bertahun-tahun saya masih menyelidiki penyebab pasti
kematian tuan Brital, namun belum memperlihatkan hasil.”
“Berarti pak Brital
meninggal bukan karena serangan jantung?” mata tidak berkedip sama sekali.
“Semua itu hanya hasil
skenario, pada kenyataannya tuan Brital tewas oleh permainan mereka. Saya harus
berhati-hati menyusun rencana, nona Asia sama sekali tidak menyadari hal ini.
Lebih baik diam dibandingkan membuat sebuah resiko besar.” Ucapannya.
“Menurut anda siapa paling
berperan menjadi pelaku utama diantara tokoh-tokoh ini?”
“Saya masih belum bisa
memastikan, tetapi tokoh terdekat nyonya Silvana adalah Brihatnandar.
Pemberitaan media tentang kehidupan perselingkuhan oleh beberapa daun muda
memang benar. Menjalin hubungan gelap tanpa sepengetahuan tuan Blitar dan nona
Asia adalah kesalahan terbesar dari nyonya Silvana.” Kata-kata ibu Fasinai.
“Apakah anak ibu Silvana
masih hidup? Jika benar sekarang dia ada dimana?”
“Apakah telah terjadi
konflik besar permasalahan rumah tangga antara ibu Silvana dan pak Blitar sejak
awal pernikahan mereka?” pertanyaanku kembali ingin mengetahui semua…
“Adik Asia sampai sekarang
masih hidup, bahkan tumbuh menjadi gadis cantik tanpa seorangpun menyadari
semua itu. Walau mereka dari ayah berbeda tetapi dilahirkan melalui Rahim yang
sama. Dia ada disuatu tempat, namun belum waktunya kau mengenal dia. Setelah
nyonya Silvana melahirkan, putrinya diberikan kepada orang lain untuk
membesarkan bahkan merawat penuh kasih sayang. Nyonya Silvana memakai krim
pengecil perut juga stagen perekat hingga kehamilannya tidak tercium oleh semua
orang.” Penjelasan paling rinci terlalu mendetail lebih dari yang kuharapkan.
“Bagaimana seputar bahtera
rumah tangga ibu Silvana?”
“Sama sekali tidak terdapat
pertengkaran sedikitpun, tetapi dunia seperti nyonya Silvana haus kasih sayang.
Disaat masing-masing menghabiskan waktu demi pekerjaan, saat itulah permainan
iblis memainkan irama. Sex, kedewasaan, agama merupakan pertahanan terbesar
sebuah bahtera rumah tangga. Ketiganya menghilang, walau terlihat harmonis
depan banyak orang.”
“Akhir cerita, terjadilah
perselingkuhan antara nyonya Silvana dan Brihatnandar” kesimpulan dari
penjelasan ibu Fasinai.
“Kau tahu bagaimanapun bukti
terkumpul, tetapi dunia pengadilan berada dalam genggaman tangan mereka. Jadi,
kau harus memainkan sebuah skenario ketika berhadapan penuh untuk mencari titik
lemah. Nyonya Silvana menyimpan sebuah data-data menyangkut program-program
permainan mereka di suatu tempat. Beliau tidak sempat memberitahu dimana memori
data file tersebut. Saya harus bersikap setenang mungkin, seolah tidak
mengetahui kejadian sebenarnya tentang kasus kematian tuan Blitar dan nyonya
Silvana.” Ucapan ibu Fasinai menjelaskan.
“Apa yang harus kulakukan?”
kalimatku.
“Menemukan memori data
tentang kumpulan bukti permainan mereka, mengikuti setiap gerak-gerik
Brihatnandar, Riady, dan beberapa tokoh lain. Jangan sampai mereka menyadari
apa yang telah kau rencanakan. Sekalipun bukti menjelaskan, tetapi kekuatan
mereka kuat untuk bermain untuk beberapa tempat.” Menjawab pertanyaanku.
“Semua itu berkaitan erat,
Riady terlihat manis depan lapisan masyarakat, namun membuat skenario tidak
terduga. Ketakutan luar biasa akibat korupsi besar-besaran dari sebagian besar
anggota parpolnya terlebih Riady sendiri. Saya mencurigai adanya pergerakan
perpecahan diantara lapisan masyarakat hingga membuat kekacauan belasan tahun
lalu. Semua masih pada tahap mengumpulkan informasi, jadi berhati-hatilah.”
Tambahan penjelasan ibu Fasinai.
“Saya berhati-hati…”
kata-kataku.
“Masih terdapat tokoh
berperan seperti malaikat jauh mengalahkan hati Tuhan ketika berada diantara
lapisan masyarakat dan media, tetapi jauh mengalahkan hati iblis ketika berada
di belakang layar. Beberapa diantara mereka memiliki karakter mengerikan
seperti ini, hanya saja tetaplah terlihat biasa hingga waktu itu tiba."
Ucapan ibu Fasinai mengarahkan beberapa karakter beberapa tokoh.
Ternyata ibu Fasinai berada
di pihak kami, bahkan mempunyai tujuan yang sama. Memberikan beberapa petunjuk,
tentang gerak gerik beserta identitas orang-orang terdekat ibu Silvana. Sama
sekali tidak kupahami, kenapa identitas putri ke-2 ibu Silvana tetap
dirahasiakan olehnya. Memainkan otot bahkan memperlihatkan kejadian aneh sama
saja membawa diri ke sebuah jurang pada pertengahan jalan. Ibu Fasinai
merupakan orang kepercayaan pak Blitar juga istrinya.
“Saya tidak akan memberi
tahukan perasaanmu sebenarnya kepada nona Asia,” memulai menyindir kehidupan
pribadiku.
“Maksud anda?”
“Pengacara Alled, memangnya
saya begitu bodoh menyadari hatimu bukan milik nona Asia tunanganmu melainkan
lebih kepada pelayan café itu.” Membuatku terdiam seketika itu juga.
“Berhati-hatilah, perang
dunia siap berirama ketika nona Asia menyadari segala kelakuanmu terlebih
menjadi pengacara si’pelaku pembunuhan ibu kandungnya.” Ujarnya lagi.
“Cristal bukan pembunuh,
anda juga sadar!” kata-kataku.
“Tetapi kau berjuang karena
mencintai Lazki,” pernyataan ibu Fasinai terhadapku.
BAGIAN TIGA
BELAS
LAZURIT…
Kemana perginya ka’Allred?
Perasaanku jadi tidak tenang seakan terjadi sesuatu, selama beberapa hari dia sama sekali tidak
memberi kabar. Apa terjadi sesuatu dengan ka’Allred? Tuhan, lindungi dimanapun
dia berada saat ini, permohonan doaku. Telepon celulernya pun tidak aktif,
bahkan seluruh akun medsos atas kepemilikan ka’Allred fakum. Mengendap-ngendap
seperti pencuri sekitar pintu pagar rumah Asia, mencoba menengok ke dalam.
“Asia selama beberapa
haripun bepergian sendiri tanpa ka’Allred,” mulutku berbicara sendiri seperti
orang gila. Untuk kedua kalinya mencari dia di rumahnya. Mengendarai motor
butut kesayanganku menuju alamat tujuan. Terlihat seorang ibu sedang menghias
halaman, berjalan bolak balik memindahkan beberapa pot bunga. Memotong tanaman
hias kemudian membentuk menyerupai sebuah rumah memakai gunting khusus. Memberanikan diri berjalan ke depan pagar
setelah memarkir motor tidak jauh dari lokasi.
Mengetuk pintu pagar besi
dari rumah ini, setidaknya menyadari kehadiranku. “Selamat sore tante,” sapaku.
Ibu paruh bayah itu, kemungkinan besar ibunda tercinta ka’Allred. Terlihat
jelas penampilannya, tidak seperti seorang pembantu rumah tangga.
“Cari siapa?” tegur bunda
ka’Allred itu dengan ramah.
“Ka’Allred ada?” tanyaku
sedikit menunduk.
“Pasti kau gadis bernama
Lazz…”
“Lazki,`nama saya Lazki”
meneruskan ucapannya.
“Masuk,” mempersilahkan
masuk ke dalam rumah, menyuguhkan segelas minuman dingin buatku.
“Allred selalu bercerita
banyak tentang dirimu,” ucap bunda ka’Allred.
“Betulkah?” bahagia
mendengar ka’Allred bercerita banyak tentang diriku.
“Memangnya ka’Allred
bercerita apa saja?” tanyaku lagi melupakan tujuan mencari kaAllred.
“Lazki merupakan gadis
paling lucu yang pernah ditemui, selalu bertingkah usil hanya demi menarik
perhatian atau membuat kekesalan tertentu, dan masih banyak lagi.”
“Ka’Allred betul-betul
keterlaluan,” mimic wajah cemberut terlihat jelas.
“Allred lebih banyak
bercerita tentang Lazki dibandingkan Asia tunangannya sendiri,” kalimatnya
membuat jantungku berdetak memainkan irama.
“Tuhan, jangan biarkan saya
diberi harapan palsu.” Irama suara hatiku lebih kuat.
“Pengacara terkenal seperti
Allred menyukai petualangan seru bersama Lazki,”
“Setahuku, ka’Allred
merahasiakan semuanya dari tante?” ucapku kebingungan.
“Awal mula Allred berusaha
menutupi, berhubung tante mengamuk, singkat cerita terbongkar semua…” jawaban
bunda ka’Allred.
“Jadi tante tahu kalau
ka’Allred akan…” kalimmatku terpotong.
“Menjadi pengacara adikmu
Cristal kan?” bunda ka’Allred melanjutkan.
“Tante sama sekali tidak
marah?”
“Allred hanya mengikuti kata
hati saja,” ujarnya.
“Kan yang terbunuh calon
besan tante sendiri, sementara pelaku terarah kepada Cristal” kalimatku.
“Bukan berarti calon besan,
kemudian saya tidak bijak melihat permasalahan seperti ini,” pernyataan bunda
ka’Allred.
“Terimah kasih banyak karena
tante diantara banyak orang mempercayai Cristal bukan pembunuh ibu Silvana.”
Kata-kataku.
“Kau tidak perlu mengucapkan
terimah kasih,” tegur bunda ka’Allred.
“Ka’Allred dimana tante?”
“Memangnya dia tidak
menghubungi atau mengirim pesan?” pertanyaan hingga membuatku
menggeleng-gelengkan kepala.
“Allred, esok hari baru
pulang, sejam lalu mengirim pesan, ada hal penting ingin dilakukannya” kalimat bunda ka’Allred lagi.
“Syukurlah, ternyata
ka’Allred tidak kenapa-kenapa” mengelus-ngelus dada sendiri.
“Lazki harus mempersiapkan
mental, jika Asia sampai tahu Allred adalah pengacara Cristal.” Perkataan bunda
ka’Allred membuatku tersedak ketika memasukkan gelas minuman ke dalam mulutku.
“Seluruh lapisan masyarakat
juga media tahu, kalau Allred dan Asia merupakan sepasang kekasih. Dilain
cerita bunda tercinta Asia tewas mengenaskan, pelaku mengarah kepada Cristal
adikmu. Sementara Allred menjadi pengacara atau dengan kata lain berada di
pihak pelaku. Walau Cristal bukan pelaku sebenarnya.” Bunda ka’Allred
menjelaskan.
“Saya ngerti tante,”
kalimatku tertunduk.
“Andai kata Allred tidak
ataupun dapat memenangkan kasus Cristal, seluruh lapisan masyarakat memberi
penilaian terhadap dirinya. Kemungkinan besar Asia tidak akan tinggal diam,
sekalipun Cristal terbukti bukan pelaku sebenarnya.”
“Sebenarnya apa yang ingin
tante ucapkan?”
“Kau terlalu polos, suatu
hari kelak Lazki akan menyadari mengapa Allred berani mengambil tindakan
seperti itu walau harus mengorbankan karir bahkan tidak memperdulikan penilaian
masyarakat. Hanya saja, persiapkan mentalmu menghadapi kemarahan Asia kelak.”
Bunda ka’Allred mencoba menjelaskan, tentunya beliau menyadari secara pasti
akan karakter seorang Asia.
Merenungkan setiap ucapan
bunda ka’Allred tentang kemarahan Asia. Mempersiapkan diri ketika Asia
menyadari semua ini. Asia benar-benar beruntung bisa memiliki ka’Allred, andai
kata saya menjadi dirinya. Pemikiran apa dalam benakku sekarang, membayangkan
menjadi seorang Asia? Hal terbodoh bagi pemandangan ayah…
“Gadis kecil ayah sedang
melamun,” tegur ayah tiba-tiba memecah keheningan kamar.
“Ayah mengagetkan, masuk
tanpa mengetuk dahulu” cetusku.
“Pasti sedang memikirkan
sesuatu,” pancingan ayah.
“Ayah, anda kata menyukai
sesuatu yang bukan milik sendiri apakah itu salah bahkan terlalu menyakitkan?”
pertanyaanku keluar begitu saja.
“Lazki pasti bisa membedakan
antara jalur salah dan benar,” jawaban ayah.
“Jelas perasaanku terhadap
ka’Allred adalah jalur paling salah,” gerutuku dalam hati.
“Menyukai seseorang
merupakan hak masing-masing individu, bahkan tidak ada yang salah tentang
pernyataan ini. Namun, letak kesalahannya jika kau melewati batas untuk meraih
genggaman tangannya.” Kalimat bijak ayah.
“Dari mana ayah tahu, jika
Lazki menyukai seseorang?” terkejut mendengar kalimat ayah.
“Sepasang bola matamu
berbicara,” jawaban ayah.
“Ayah, rasanya perih hanya
dapat melihat tanpa pernah bisa menggenggam,”
“Jangan katakan orang itu
pria beristri?” tegur ayah.
“Dia belum beristri ayah,
tapi sudah menjadi tunangan wanita paling sempurna di dunia.” Nada suaraku
terdengar lemah, seakan tidak memiliki semangat hidup.
“Serahkan semua sama Tuhan,
permasalahan datang tidak melebihi batas kemampuan gadis kecilku.” Dekapan ayah
memelukku erat membuatku lebih baik dari sebelumnya.
“Tuhan, terimah kasih karena
membuatku lupa tentang rasa cinta begitu besar untuk ka’Allred.” Bisikan hatiku
bergema di dasar dan terdiam dalam dekapan ayah.
“Sepertinya ada ketukan
pintu malam-malam begini,” ayah merasakan seseorang mengetuk pintu rumah.
“Biar Lazki saja yang buka
pintunya, ayah!” berdiri secepatnya kemudian berjalan menuju pintu depan.
“Ka’Allred,” terkejut
melihat ka’Allred depan pintu tengah malam begini.
“Jangan berisik, bilang
ayahmu kalau itu suara kucing.” Menyumbat mulutku memakai tangannya.
“Lazki,” suara ayah dari
dalam…
“Hanya kucing numpang
lewat,ayah. Tidak ada siapa-siapa disini.” Balasku menjawab ayah.
“Kenapa malam-malam begini
bertamu,” berusaha lepas dari tangan ka’Allred.
“Duduklah, atau kita cari
tempat aman! Perintah ka’Allred.
“Sebaiknya sekitar gudang
tempatku memeriksa mesin-mesin rongsokan.” Berjalan menuju gudang, sedang
ka’Allred sendiri mengikut dari belakang.
“Tuhan terimah kasih, karena
telah menghilangkan suara detak jantung luar biasa kuat ketika berada di dekat
dirinya, bahkan membuatku lupa perasaanku sendiri.” Suara hatiku berbicara.
Mempercayai bahwa Tuhan telah mengabulkan permohonan doaku, sekalipun pandangan
mata masih tidak terlihat.
“Kenapa menatapku seperti
itu? Jangan-jangan Lazki naksir saya lagi” ka’Allred mulai bersikap usil…
“Ada apa kemari?”
pertanyaaku. Ka’Allred menjelaskan maksud kedatangannya mengenai tentang kasus
Cristal. Bagaimana ibu Fasinai bercerita banyak, bahkan menjelaskan beberapa
hal tentang dunia beberapa tokoh penting. Semua kecurigaan tentang
perselingkuhan ibu Silvana benar-benar terjadi. Pak Brihatnandar bersama
beberapa tokoh lain merupakan salah dari mereka sebagai pelaku utama tewasnya
ibu Silvana dan pak Blitar.
Pak Blitar meninggal bukan
karena serangan jantung, melainkan terdapat skenario pembunuhan berencana sama
seperti ibu Silvana. Tugas terpenting yaitu menemukan memori file kasus
criminal beberapa tokoh-tokoh tersebut. Cristal harus bersabar menunggu, hingga
semua kebenaran terungkap di depan mata.
“Ka’Allred, terimah kasih
atas segala bantuan kakak selama ini.” Ujarku.
“Terimah kasihnya
diterimah,” senyum ka’Allred bertebaran hingga detak jantungku kembali berirama
lagi.
“Terimah kasih Tuhan, telah
menghilangkan suara irama detakan jantungku ketika melihat senyumannya.” Suara
hatiku berbisik seketika.
“Andai kata, tanganmu bisa
kugenggam,” suara hatiku terus saja berbicara.
“Lazki pasti terpesona
melihat senyumanku” godaan ka’Allred menyadarkan diriku.
“Ka’Allred terlalu norak,”
gertakku.
“Lazki, jangan berhenti
berjuang apapun keadaannya demi Cristal” kalimat ka’Allred tiba-tiba`saja
membuatku berada dalam dekapannya.
“Kok jadi main dekap-dekapan
segala,” ucapku.
“Lazki, sebentar saja, tidak
usah bicara, please.” Makin mendekapmu.
“Andai kata, tangan kakak
bisa kugenggam erat-erat,” ujarku dalam hati menahan rasa perih…
Memikirkan kemarahan Asia
ketika menyadari pengacara Cristal adalah tunangannya sendiri, membuatku harus
benar-benar mempersiapkan diri. Saya harus terus berjuang, walau kemarahan Asia
di ambang pintu, menjadikan ka’Allred tunangannya berbalik menyerang. Setelah
kasus permasalahan Cristal selesai, saya akan berusaha menghilang dari
kehidupan ka’Allred.Senin ceria berencana mengenalkan Cristal, siapa pengacara
yang akan menangani kasusnya sebentar lagi.
“Cristal, bagaimana keadaanmu
sekarang?” menyapa Cristal.
“Ka’Lazki, apakah selamanya
saya akan terus mendekap disini?”
“Cristal harus percaya akan
setitik harapan,” jawabanku.
“Hai, boleh bergabung dengan
kalian?” ka’Allred mengejutkan Cristal.
“Bukankah dia pengacara
terkenal tunangan anak ibu Silvana?” mata Cristal tidak mempercayai apa yang
ada di depannya sekarang.
“Ka’Allred adalah pengacara
yang akan menangani kasusmu,” ujarku.
“Bagaimana jika Asia tahu?
Bagaimana hubungan pertunangan…? Cristal…
“Tenang saja, saya akan
tetap menjadi pengacara terbaik buatmu.”Nada serius ka’Allred terngiang di
telinga kami. Tidak seorang pengacarapun ingin menangani kasus Cristal,
terlebih segala bukti mengarah kuat kepada dirinya. Hanya ka’Allred saja yang
dapat menolong kami saat ini.
“Allred,” sebuah suara
membuat wajah kami berbalik ke arah sudut sebelah kiri ruangan. Asia berjalan
ke hadapan kami memperlihatkan wajah murka penuh amarah bahkan ingin menelan
semua yang ada di sekelilingnya.
“Benar apa yang telah
kudengar barusan?” teriakan Asia penuh amarah.
“Asia, kenapa bisa ada
disini?” ka’Allred tidak menduga kejadian di depan matanya.
“Justru aku yang balik
bertanya, kenapa kau berada disini?” pertanyaan balik Asia.
“Kau rela berkhianat hanya
demi seorang pelayan café dan adiknya. Apa kau tahu, bagaimana perasaanku
mendengar mama tewas terbunuh? lebih hancur lagi mendengar kau menjadi
pengacara si’pembunuh.” Nada tinggi Asia terbungkus air mata.
“Ka’Allred tidak bersalah,”
mulutku mulai membuka suara.
Asia memandang seolah ingin
berusaha segera melenyapkanku dari permukaan bumi. Amarah memenuhi dirinya,
tanpa pernah menduga mengambil sebuah gelas kaca di hadapan kami, kemudian
melemparkan ke hadapanku. Seseorang melindungiku, kurasakan ka’Allred
mendekapku hingga gelas tersebut mengenai
punggungnya. Pecah berkeping-keping sekitar punggung ka’Allred dan akhirnya
berserakan ke seluruh lantai. Polisi datang mengamankan, asia di bawah keluar
dari ruangan tersebut.
“Ka’Allred,” rasa panik
melingkupi diriku melihat darah sekitar punggung ka’Allred.
“Asia, hentikan semua ini”
ka’Allred mendorong Asia agar menjauh dariku dan Cristal.
“Kau keterlaluan mengambil semua yang
kumiliki,” teriakan Asia berusaha melepaskan diri dari beberapa petugas yang
sedang membawanya keluar.
“Saya akan membalasmu,
pelayan cafe” nada tinggi Asia masih terdengar jelas.
“Saya tidak apa-apa,”
kalimat ka’Allred. Benar ucapan bunda ka’Allred, ketika Asia menyadari semua
ini berarti saya harus mempersiapkan mental. Penyerangan Asia sekarang ini
hanyalah awal, bisa saja dia akan melakukan hal lebih gila lagi. Apa yang
kupikirkan terjadi, 3 hari kemudian Asia menghadangku ketika hendak memasuki
sebuah mini market. Mendaratkan tamparan keras berulang kali ke wajahku tanpa
berhenti sedikitpun. Ka’Allred tiba-tiba
datang menarik tangan Asia, membawa dia pergi dari tempat kejadian. “Kenapa kau
menghancurkan hidupku?” teriakan Asia berulang kali…
BAGIAN
EMPAT
BELAS...
ALLRED...
Saya
tidak mengerti hidupku, berada diantara kisah asmara dengan jalur tersendiri
dari siapapun. Asia secara tiba-tiba datang menabrak Lazki berteriak membuat
keributan besar menciptakan pertengkaran hebat. Terlebih memberikan berulang
kali tamparan terhadap Lazki, ketika tersadar pengacara Cristal adalah
tunangannya sendiri. Saya tidak akan pernah mundur menjadi pengacara Cristal,
sekalipun hubunganku bersama Asia kandas di tengah jalan. Hatiku tidak akan
pernah membiarkan dunia Lazki terbungkus kesedihan, apa lagi Cristal bukanlah
pelaku sebenarnya kematian ibu Silvana.
Tanggapan
seperti apapun dari berbagai lapisan masyarakat, media, terlebih Asia tidak
akan pernah membuatku mundur menghadapi kasus Cristal. Hanya membutuhkan
sedikit waktu hingga pelaku sebenarnya muncul ke permukaan. Segala data yang
telah terkumpul mengarah terhadap beberapa tokoh penting. Selain pak Dira
sebagai anak buah, terdapat pula bapak Brihatnandar sempat menjalin hubungan
bersama ibu Silvana jauh sebelum melangsungkan pernikahan jauh sebelum
melangsungkan pernikahannya dengan pak Blitar.
“Informasi ibu Fasinai menjelaskan
kisah asmara ibu Silvana,” ujarku sendiri…
“Memori penyimpanan data
yang dimaksudkan oleh ibu Fasinai berada dimana sekarang?” bingung tidak tahu
harus mencari memori tersebut.
Menjadi
pertanyaan adik Asia sendiri sekarang berada dimana? Berita kehamilan ibu
Silvana tidak tercium oleh pihak media terlebih sang suami. Dengan alasan
menyelesaikan sebuah bisnis di luar negeri, ibu Silvana mencari tempat untuk
melahirkan buah hatinya. Singkat cerita, putri kedua ibu Silvana dirawat oleh
seseorang tanpa sepengetahuan siapapun. Hingga detik ini, Asia tidak pernah
tahu jika dirinya mempunyai seorang adik perempuan.
“Saya harus bisa mengikuti
kemanapun pak Brihatnandar pergi,” mempelajari beberapa aktifitas pak
Brihatnandar tanpa disadari olehnya.
Beberapa
hari ini Asia tidak pernah ingin bertemu denganku, sedangkan pihak media terus
menyudutkan dengan membuat ribuan pertanyaan. Mengapa saya berkhianat terhadap
Asia dengan menjadi pengacara Cristal? Jelas-jelas seluruh lapisan masyarakat
menyadari hubungan yang telah terjalin sekian tahun bersama Asia. Tuhan,
entahkah langkahku saat ini telah melakukan hal terbodoh...
“Tuhan,
hanya Engkau menyadari tiap langkah kehidupanku bukan orang lain,” kata hatiku
berbisik dan berteriak secara luar biasa.
“Kenapa kau menghancurkan hidupku?”
kalimat Asia terngiang jelas di telingaku. Tamparan keras berulang kali
mendarat sekitar wajah Lazki membuat hatiku seakan teriris sesuatu. Kakiku
berjalan ke hadapan Asia menarik tangannya dan berusaha menghentikan kelakuan
buruknya. Membiarkan Lazki menjatuhkan air matanya seorang diri, dia terlihat
seperti gadis lemah tidak dapat melawan tamparan dari Asia.
“Allred,
jika hatimu berada di sekitar objek lain, masih belum terlambat.” Suara bunda
membuat lamunanku buyar.
“Bunda,
sudah lama berada disini?” sapaku tersadar seketika...
“Bunda
menyadari bagaimana suasana hatimu sekarang, diperhadapkan 2 jalur” kalimat
bunda menyadari tentang keadaanku.
“Saya
tidak akan pernah mundur menjadi pengacara Cristal,” kalimatku.
“Bunda
sedang tidak bercerita tentang kasus Cristal, melainkan suasana hatimu.”
“Maksud
bunda?” tanyaku.
“Jauh
di dasar hati paling dalam tersimpan kuat nama Lazki dan tidak pernah bercerita
tentang Asia.” Kata-kata bunda menunjuk hatiku.
“Kenapa
bunda berbicara seperti itu?”
“Allred,
seluruh media juga memberitakan bagaimana Asia menampar wajah Lazki berulang
kali bahkan seputar kau menjadi pengacara Cristal” Ujar bunda.
“Bukan
permasalahan menjadi pengacara Cristal membuat kau melamun seperti ini,
melainkan dunia Lazki.” Bunda menjelaskan seolah menyadari secara pasti apa
yang sedang berada dalam benakku.
“Ketika
melakukan petualangan bersama Lazki secara diam-diam demi memecahkan teka teki
tewasnya ibu Silvana...” kalimatku terpotong.
“Apakah
terjadi sesuatu?” pertanyaan bunda.
“Tidak
mungkin anak bunda melakukan penyimpangan,” cetusku menyadari pemikiran bunda.
“Lantas?”
pertanyaan bunda.
“Sekitar
jam 2 pagi tiap hari, Lazki selalu terbangun untuk menaikkan doa kepada Tuhan.
Tanpa pernah menyadari kupingku mendengar begitu jelas segala permohonannya
kepada Tuhan.” Curahan hatiku mengingat peristiwa kemarin.
“Selama
beberapa hari, saya hanya mendengar sebuah keinginan terlihat gila terngiang
jelas pada telingaku. Terimah kasih Tuhan, saya sudah tidak bodoh lagi dan
menjadi sama seperti Thomas Edison dapat menggegerkan dunia, amin.” Tersenyum
membayangkan raut wajah seorang Lazki sedang berdoa.
“Apa
yang salah dari doanya?” kalimat bunda.
“Tidak
ada yang salah, hanya sedikit membuatku tertawa sepuluh tahun lalu dia ingin
bunuh diri. Singkat cerita, saya sempat melihat kejadian tersebut dan berusaha
menghalangi keinginannya. Dia gadis paling bodoh sedunia berulang kali
mengalami penolakan demi penolakan akibat kemampuan otaknya benar-benar
mengerikan terlalu bodoh.” Ujarku.
“Berarti...”
ungkap bunda.
“Semua
orang mengejek tingkat kebodohannya, tinggal kelas berkali-kali, ayahnya
berlutut di hadapan kepala sekolah hanya demi mempertahankan Lazki tetap
mengenyam bangku pendidikan.”
“Kemudian?”
ucap bunda penasaran.
“Demi
menghentikan tangisnya, mengarahkan Lazki kepada kisah kehidupan Thomas
Alfa Edison manusia terbodoh di dunia berhasil menjadi penemu. Menyarankan dia
membuat permohonan pada secarik kertas, kemudian menempelkan sekitar dinding
kamar. Setiap melewati permohonan tersebut katakan, terimah kasih Tuhan telah
mengabulkan doaku sekalipun belum terlihat di depan mata.” Penjelasanku.
“Berarti
setiap hari tanpa pernah bosan, Lazki terus berdoa hingga bertahun-tahun hanya
demi menjadi sama seperti Thomas Edison?” mulut bunda mengangnga hampir tidak
mempercayai semua ucapanku.
“Seperti
itulah, bertahun-tahun melakukan hal tersebut, hasilnya seorang Lazki berhasil
menjadi seorang penemu. Banyak orang tidak menyadari hasil temuan Lazki. Untuk beberapa saat sampai detik sekarang,
dia
ingin fokus pada permasalahan Cristal, setelah itu melakukan promosi
besar-besaran tentang penemuannya. Saya tahu hasil temuan Lazki dan bagaimana
perjuangannya mempelajari beberapa macam alat untuk merangkai menjadi sebuah
teknologi terbaru.”
“Wow...”
teriak Bunda.
“Lazki
hebat yah bunda, jauh berbeda dengan kehidupan Asia” ucapanku membandingkan
dunia Lazki dan Asia masing-masing mempunyai perbedaan cukup fantastis.
“Allred,
masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Seorang Asia terlihat
sempurna bagi pemikiran banyak orang baik dari segi fisik, kekayaan, tingkat
kecerdasan, dan banyak lagi. Tetapi dilain hal, dunia Asia mempunyai kekurangan
dimana membungkus langkahnya.”
Ungkapan bunda.
“Bagi
seorang Lazki berbanding terbalik, jauh dari kata sempurna bahkan tingkat
kemampuan otaknya dibawah rata-rata. Itulah kekurangan Lazki, tetapi mempunyai
kelebihan tersendiri yaitu percaya tentang kekuatan doa.” Ucap bunda kembali.
“Entahlah
bunda,” kalimatku.
“Itulah
yang dikatakan syukurilah apapun yang ada di dalam dirimu dan jangan pernah
membandingkan dunia sendiri dengan orang lain. Terkadang seseorang terlihat
sempurna, namun, dilain hal tidak memiliki sesuatu kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang selalu
memperlihatkan kekurangan.” Kalimat bijak bunda mengajarkan duniaku tentang
beberapa hal.
“Bunda, permohonan Lazki berikutnya, agar
Cristal lepas dari penjara.” Mengalihkan perhatian bunda tentang isi doa Lazki
setiap jam 2 pagi.
“Memangnya
permohonan Lazki ada berapa?” tanya bunda.
“Beberapa
hari saya hanya mendengar satu permohonan membuatku terus tertawa setiap
mendengar isi doanya tanpa pernah dia tahu. Tiba-tiba kupingku mendengar begitu
jelas kalimat doanya tentang Cristal lepas dari penjara juga...” kalimatku
terpotong.
“Juga
apa?”
“Trimah
kasih Tuhan, membuatku lupa akan perasaan suka terhadap ka’Allred, itulah isi
doa Lazki membuat terkejut akan pernyataannya. Dia tidak pernah tahu, bagaimana
saya selalu menguping isi doanya setiap hari.” Kata-kataku membayangkan seorang
Lazki terkadang meneteskan air mata ketika menyebut namaku dalam doanya.
“Dan
seorang Allred berpura-pura tidak pernah menyadari semua itu!” bunda menatap
wajahku...
“Saya
berusaha bertingkah seperti biasa seakan tidak pernah menyadari segala isi
permohonan doanya. Waktu itu air matanya terjatuh dihadapanku, saya tahu kenapa
sampai Lazki menangis sejadi-jadinya. Bukan karena saya sedang membuat
keusilan, melainkan perasaan mendalam berusaha untuk dihilangkan.” Kata-kataku.
“Bunda
ingin bertanya, kenapa kau menjalin sebuah hubungan dengan Asia?” mimik wajah
bunda meminta suatu jawaban.
“Saya
berpikir bahwa seorang Asia mempunyai kualitas tersendiri, bahkan semua pria
menyukai kesempurnaan. Saya pun termasuk dalam deretan penyuka kesempurnaan,
terlalu munafik jika dunia Allred tidak menginginkan hal seperti itu.” Tuturku.
“Asia
cantik, cerdas, mudah beradaptasi, mampu menjangkau bagian paling tersulit
ketika sedang membuat berbagai perencanaan untuk beberapa bidang penting, dan
banyak lagi. Bukan karena seorang Asia mempunyai kekayaan ataupun orang tuanya
dikenal oleh lapisan masyarakat. Melainkan bercerita tentang kesempurnaan Asia
berada diatas nilai rata-rata.” Jawabanku.
“Allred,
belum tentu seseorang pada pemandangan mata terlihat sempurna dapat membuat
pelangi bagi langkahmu. Terkadang justru beberapa kekurangan itulah menciptakan
serpihan hidup tentang lingkaran hidupmu kelak.” Ujar bunda membuatku berada
dalam dekapannya.
“Terkadang
perasaan takut membungkus perjalananku bunda, andaikata Tuhan mengabulkan permohonan
doa Lazki dan saya benar-benar tidak ingin melepasnya.”
“Allred,
jangan sampai kau menyesal di kemudian hari” kalimat bunda.
“Kenapa?”
“Lazki
berhasil melupakan perasaan cinta yang begitu besar buat Allred. Tuhan bisa
saja mengirimkan seseorang jauh lebih baik dari kehidupanmu, hingga penyesalan
terus membungkus duniamu.” Ucapan bunda membuatku tersadar. Bagaimana jika hal
itu terjadi? Saya tidak akan pernah bisa memainkan rambut panjang Lazki atau
membuat keusilan untuk melihat wajah cemberutnya.
Ucapan
bunda terus menghantui pikiranku, hingga konsentrasiku rusak setiap saat. Lazki
berusaha menjauh bahkan tidak ingin berkomunikasi sedikitpun setelah peristiwa
kemarin. Saya masih mempunyai kesempatan sebelum semua terlambat untuk memulai.
Tuhan mengizinkan saya mendengar permohonan Lazki, setidaknya menyadari semua
itu. Mencari keberadaan Lazki, tidak perduli pemberitaan media bahkan tentang
perasaan Asia.
“Pasti
dia berada di sana,” tanganku segera mengemudikan sebuah kendaraan menuju
lokasi persembunyian Lazki. Sudah aku duga, dia sedang menjatuhkan air mata
sekitar ruang bawah tanah gudang kampusnya.
“Saya biasa menghabiskan waktu bersama
mesin-mesin ini tanpa seorangpun menyadari sekitar ruang bawah tanah gudang
kampusku.” Memori tentang ucapan Lazki terngiang tiba-tiba bermuara dalam
ingatanku.
“Kenapa
nangis?” tegurku tiba-tiba berada di hadapan Lazki.
“Kakak”
segera menghapus air matanya.
“Lupakan
ucapan Asia, jangan menangis seperti ini” tanganku berusaha menghapus sisa-sisa
air mata Lazki. Masih berusaha menahan diri untuk tidak menjelaskan apapun,
hingga permasalahan Cristal terpecahkan. Namun, tanganku akan terus menggenggam
erat tangan Lazki dan tidak akan membiarkan jatuh kepada orang lain.
“Bersabarlah
Lazki, sedikit lagi setelah kasus Cristal selesai,” suara hatiku berbisik
sendiri.
“Berhenti
berdoa tentang cara Tuhan mengabulkan permohonan menghilangkan cinta luar biasa
besar untukku. Setelah permasalahan Cristal selesai, aku akan membawamu keluar
dari negara ini dan hidup bersama di luar sana.” Suara hatiku kembali menarik
Lazki berada dalam dekapanku.
“Ka’Allred,”
tangis Lazki makin pecah. Saya tahu mengapa air matanya kembali terjatuh, hati
Lazki berjuang membuang jauh perasaan mendalam untukku.
“Permasalahan
Cristal belum selesai, jadi tutup saja telingamu rapat-rapat dan lupakan
tentang ucapan Asia.” Terus mendekap Lazki.
“Maaf,”
kalimat Lazki.
“Kenapa
harus meminta maaf?” pertanyaanku.
“Karena
perbuatanku nama kakak rusak bahkan semua orang menilai buruk tentang dirimu
menjadi pengacara Cristal.” Jawaban Lazki.
“Cristal
tidak bersalah, itu semua bukan salahmu” kalimatku.
“Kakak
tidak marah, pada hal semua masyarakat memberitakan hal-hal buruk?”
“Saya
tidak akan mundur menjadi pengacara Cristal, demi Lazki” jawabanku.
“Maksudku
demi membuktikan kebenaran tentang kasus kematian ibu Silvana,” kata-kataku
lagi.
“Bagaimana
hubungan ka’Allred dan Asia?” tanya Lazki.
“Saya
minta maaf meninggalkanmu seorang diri saat itu,” ujarku mengalihkan perhatian
Lazki agar tidak terbebani tentang hubunganku dan Asia. Bersabarlah sedikit
lagi, hingga permasalahan Cristal selesai.
“Tidak
apa-apa,”
“Kita
harus berjuang bersama-sama memecahkan teka teki kematian ibu Silvana. Berhenti
menangis, ngerti!” ungkapanku memegang tangan Lazki erat.
“Jangan berpikir tentang
hubunganku dan Asia, lupakan masalah kemarin.” Pernyataanku kembali untuk
Lazki.
BAGIAN LIMA BELAS...
LAZKI...
Berusaha
melupakan peristiwa kemarin tentang tamparan Asia berulang kali mendarat
sekitar wajahku. Menyembunyikan diri tanpa ada seorangpun menyadari
keberadaanku berada dimana? Tidak memperdulikan ketakutan ayah ketika gadis
kecilnya sedang bersembunyi jauh dari keramaian. Hingga pada akhir cerita, ka’Allred menemukan tempat
persembunyianku.
Tuhan, tamparan Asia memang
pantas mendarat ke wajahku sekalipun berulang kali. Membuat ka’Allred menjadi
pengacara Cristal satu-satunya jalan penyelesaian kasus ibu Silvana. Tidak
seorangpun pengacara ingin menangani kasus Cristal selain ka’Allred. Tuhan,
setelah Cristal dinyatakan tidak bersalah, saya akan segera pergi dari
kehidupan ka’Allred.
“Kenapa nangis?” tegur
ka’Allred mendapati tempat persembunyianku.
“Apa yang harus kulakukan
ka’ untuk membuang jauh-jauh perasaanku buatmu?” bisikan hatiku. Butiran air
terus saja mengalir sekitar mataku, menahan rasa sakit bukan karena tamparan
Asia melainkan kata sayang terpendam kuat untuk ka’Allred.
Tangan ka’Allred segera
menghapus butiran air sekitar bola mataku. “Terimah kasih Tuhan, membuat
haatiku lupa akan rasa cinta luar biasa buat ka’Allred” seru doaku kepada Tuhan
jauh di dasar hati, sekalipun pada kenyataannya rasa cinta itu makin kuat
berakar.
“Kakak,” kalimatku terus
mengalirkan butiran air di hadapannya.
“Lupakan ucapan Asia, dan
janngan menangis seperti ini!” tangisku makin menjadi-jadi. Air mataku terjatuh
bukan karena perkataan Asia, tetapi berjuang membuang jauh-jauh tentang
keinginanku menggenggam tangan ka’Allred.
Ka’Allred tetap bertahan
untuk menjadi pengacara Cristal. Kami berdua harus bekerja sama mencari memori
data bukti penyimpangan beberapa tokoh-tokoh terpandang di Negara ini. Salah
dari antara mereka merupakan bos pelaku utama tewasnya ibu Silvana dan
suaminnya. Hingga detik sekarang, Asia tidak pernah tahu jika ayahnya tewas
terbunuh bukan karena serangan jantung.
Tugasku sekarang kembali
berada di rumah sakit tempat dimana ibu Silvana tewas seketika untuk mencari
beberapa petunjuk lagi. Sementara ka’Allred berusaha menyadap beberapa saluran
komunikasi bapak Brihatnandar. Ibu Fasinai memberikan petunjuk baru tentang
aktifitas Brihatnandar.
Menyamar sebagai petugas
medis memasuki beberapa ruangan. Bertingkah seperti pencuri ketika memasuki ruangan
tempat dimana ibu Silvana tewas.
Mematikan cctv yang ada di sekitar ruangan tersebut, tanpa sepengetahuan semua
orang. Memeriksa segala isi dari ruangan tersebut hanya demi suatu tujuan yaitu
memori data. Tanganku tidak sengaja menyentuh sebuah bingkai foto hingga
terjatuh. Beruntung, ruangan ini kedap suara hingga tidak menimbulkan bunyi
keras di luar.
“Foto siapa ini?” tanganku
mengambil beberapa lembar beberapa lembar foto terselip sekitar belakang
bingkai, hingga tidak seorangpun menyadari keberadaannya. Terkejut melihat
seseorang yang sepertinya sangat tidak asing bagi pemandanganku. Wajah seorang
gadis dimulai sejak usia kecil, remaja, hingga dewasa.
“Tidak mungkin,” sesuatu
yang mengejutkan tentang identitas seseorang. Berusaha berjalan keluar dengan
membawa beberapa lembar foto tersebut untuk mencari kebenaran menuju suatu
tempat. Ketika berada di hadapannya, tanganku melemparkan foto-foto tersebut
demi mendapat sebuah jawaban.
“Kenapa menatapku seperti
itu?” pertanyaannya menunduk.
“Kau pasti menyadari gambar
dari foto-foto di tanganmu sekarang,” ucapanku hanya mengeleng-gelengkan
kepala.
“Berikan saya sebuah alasan
bahkan ribuan jawaban diantara beberapa pertanyaan!” kalimatku.
“Ibu Silvana adalah mami
Cristal,” jawaban Cristal menutupi
identitasnya selama bertahun-tahun.
“Berarti Asia…?” menatap
wajah Cristal.
“Asia tidak tahu jika saya
adiknya, bertahun-tahun menyembunyikan rahasia ini.” Cristal tetap menunduk.
“Tapi ka’Lazki harus percaya
jika bukan saya pelaku pembunuh mami,” kalimat Cristal.
Cristal mulai bercerita
banyak tentang kisah kehidupan
pribadinya yang selama ini tertutup rapat. Cristal juga baru mengetahui orang
tua kandung sebenarnya, saat-saat terakhir menjelang kepergian ibu yang telah
merawat dia selama bertahun-tahun. Biaya sekolah Cristal hingga kuliah berasal
dari ibu Silvana. Cristal sangat membenci ibu kandungnya sendiri sampai
kapanpun. Ibu Silvana dengan kesengajaan mengarahkan pihak kampus agar
menempatkan Cristal untuk praktek di rumah sakit miliknya.
“Apa ibu Fasinai menyadari keberadaanmu?”
tanyaku.
“Siapa dia? Oh saya tahu,
pasti nenek keriput berwajah bengis orang kepercayaan mami yang selalu
mengikuti gerak-geriku selama bertahun-tahun.” Jawaban Cristal.
“Kenapa ibu Fasinai diam
seribu bahasa ketika kau berada di penjara?”
“Saya membenci mami, Asia,
dan nenek tua itu.” Cristal menaruh kebencian mendalam terhadap mereka. Pantas
saja, ibu Fasinai terdiam ketika mengetahui ka’Allred adalah pengacara Cristal.
“Ka’Lazki berjanjilah untuk
tidak memberi tahukan Asia tentang siapa saya sebenarnya,” permohonan Cristal.
Ternyata Asia dan Cristal bersaudara, walau berbeda ayah. Cristal bercerita,
pada hari kejadian ibu Silvana berusaha ingin menemuinya. Beberapa alasan
tertentu membuat Cristal berjalan menuju ruangannya. Namun, ketika Cristal
sampai disana ruangan ibu Silvana penuh darah segar. Entah bagaimana ceritanya,
hingga sidik jari Cristal berhamburan ke seluruh ruangan tersebut. Mereka
benar-benar hebat membuat jebakan luar biasa bagi Cristal sebagai kambing hitam.
Menceritakan semua kejadian
tersebut di hadapan ka’Allred akan dunia Cristal. Ka’Allred benar-benar tidak
menyangka tentang identitas putri ke-2 ibu Silvana adalah Cristal. Sama sekali
tidak terpikirkan, bahwa ibu Fasinai sengaja merahasiakan semua ini. Asia sama
sekali tidak menyadari siapa Cristal sebenarnya. Raut wajah Asia selalu
terbungkus kebencian untuk Cristal akibat kematian ibu Silvana. Dia sama sekali
tidak pernah menyadari jika Cristal lahir dari Rahim yang sama dengannya.
“Kenapa anda merahasiakan
identitas Cristal kepada kami?” ucapan ka’Allred ketika bertemu ibu Fasinai
sekitar gudang rahasia jauh dari ibu kota.
“Saya berpikir, sekarang
bukan waktu yang tepat membahas tentang identitas Cristal.” Jawaban ibu
Fasinai.
“Kenapa anda diam begitu saja
ketika semua bukti mengarah kepada Cristal?” tanyaku.
“Identitas Cristal tidak
boleh diketahui oleh publik, terlebih dia begitu membenciku.” Wajah ibu Fasinai
sedikit terangkat ke atas.
“Masa depan Cristal rusak,
bahkan Asia harus membenci adiknya sendiri.” Nada suaraku meninggi seketika…
“Bukti-bukti tentang tentang
kejahatan mereka masih berada di suatu tempat, sekalipun bukti tersebut
benar-benar tergenggam oleh tangan, namun membutuhkan skenario halus untuk
bertindak.” Ucapan ibu Fasinai.
“Tunggu-tunggu, bisakah anda
membantu kami memeriksa aktifitas ibu Silvana selama sebulan penuh sebelum
beliau tewas melalui cctv?” perkataan ka’Allred.
“Sepertinya seseorang dengan
sengaja merusak rekaman cctv di beberapa tempat terlebih ruangan nyonya
Silvana.” Jawaban ibu Fasinai.
“Kalau rekaman cctv 2 hari
sebelum kejadian kemungkinan…” ujar ka’Allred.
“Baiklah, saya akan mencoba
mencari cctv sekitar rumah sakit dan ketika nyonya Silvana berada di rumah.”
Tangan ibu Fasinai memberi isyarat kepada pengawalnya. Beberapa jam kemudian,
rekaman cctv berhasil diambil dengan mudah. Memeriksa rekaman tersebut serta
mencari data-data tentang kegiatan ibu Silvana.
Seminggu sebelum peristiwa
tersebut, tanpa disadari ibu Silvana tertangkap kamera berjalan menuju suatu
ruangan. Ternyata ruangan tersebut tempat Cristal beristirahat setelah
melakukan aktifitasnya di ruang bedah
ataupun persalinan. Seperti tangan ibu Silvana menyelipkan sesuatu pada pakaian
medis yang sering dikenakan oleh Cristal selama bertugas ketika berada di ruang
bedah.
“Apa itu?” pertanyaan
ka’Allred.
“Hanya Cristal yang dapat
menjawab pertanyaan kakak,” jawabku. Tanpa sepengetahuan Cristal atau siapapun
di sekitarnya, ibu Silvana menyelipkan benda tersebut. Menjenguk Cristal dalam
sel penjara, untuk meminta jawaban tentang pertanyaan kami.
Cristal mengaku tidak
mengetahui sama sekali tentang sesuatu yang dilakukan oleh ibu Silvana.
Komunikasi di antara Cristal dan ibu Silvana tidak pernah ada. Walau ibu
Silvana sengaja membuat Cristal berada di hadapannya, namun, kebencian jauh
lebih melekat dibanding membuat alur komunikasi. Cristal tidak pernah tertarik
berbicara sedikitpun di hadapan ibu kandungnya sendiri.
“Saya ingat, pakaian itu
kulempar begitu saja ke gudang rumahku kemungkinan besar benda tersebut masih
ada.” Kalimat Cristal.
“Kenapa kau tidak memeriksa
sebelum membuang seluruh barangmu?” suaraku meledak kepada Cristal.
“Saat itu ketika hendak
berjalan menuju ruang bedah, mami penuh kesengajaan menyentuhku. Saya akan
membuang seluruh barang yang telah disentuh oleh tangannya.” Ujar Cristal.
“Kenapa kau begitu membenci
ibu kandungmu sendiri?” Tanya ka’Allred.
“Dia tidak pernah
menganggapku sebagai anak, karena perbuatannya hidupku tidak pernah tentram.
Semua ayah tiriku memberikan caci maki, bahkan salah satu dari mereka hampir
saja melakukan pemerkosaan terhadapku. Apakah itu yang dikatakan hidup?”
jawaban Cristal.
“Tapi kenapa kau memanggil
ibu Silvana dengan sebutan mami? Tanyaku.
“Karena ibu yang telah
merawatku menyuruhku untuk bersumpah, sebenci apapun diriku terhadapnya, saya
harus tetap memanggilnya mami. Ibu Silvana hadir ketika sumpah itu saya ucapkan
di hadapan mereka.” Memperlihatkan jika ibu yang telah merawatnya tidakingin
Cristal terjebak oleh suatu kesalahan…
Akal logika berpikir, bahwa
tidak ada yang salah tentang kebencian Cristal terhadap ibu Silvana. Akan
tetapi, kebencian tersebut akan membuat kerusakan tertentu ketika Cristal
melangkah ke suatu lingkaran. Setelah menemui Cristal dalam sel tahanan,
kamipun segera menuju sebuah rumah yang tidak asing bagiku. Setelah ditinggal
oleh pemiliknya, rumah Cristal seakan terlihat angker bagi pandangan mata.
“Lokasi gudang Cristal ada
di sana ka’!” tanganku menunjuk. Membuka pintu, tangan kami segera menjalar,
memeriksa seluruh isi gudang. Mengobrak-abrik semua benda di sekitar, berusaha
menemukan pakaian tersebut. Terlihat jelas, jika ada begitu banyak pakaian,
sepatu, tas, bahkan benda-benda yang masih terlihat baru berada di gudang ini.
Dapat disimpulkan, jika tangan ibu Silvana selalu ingin menyentuh putri kandungnya. Kebencian Cristal jauh lebih
hebat bermain, dibandingkan ingin berusaha berada dipelukan ibu kandungnya
sendiri.
Sehari penuh kami berada di
sekitar gudang ini, namun tidak menemukan apapun. “Jangan berhenti, pasti
terlihat!” ujarku masih memeriksa seluruh isi gudang. Tiba-tiba mataku tidak
sengaja melihat selembar pakaian medis yang biasa dikenakan Cristal, bahkan sangat
mirip gambar dalam cctv. berada di sekitar belakang lemari, sama sekali tidak
terlihat.
“Ka’Allred, bantu saya
mendorong lemari ini!” perintahku berusaha menggerakkan sebuah lemari kayu ke
arah depan, hingga tangan dapat meraih pakaian tersebut. Pasti ada petunjuk
memori akan bukti kejahatan beberapa tokoh terpandang termasuk pak Dira.
“Ka’Allred pasti ini pakaian
yang dikenakan oleh Cristal waktu itu,”
“Lazki, yakin kalau…”
kalimat ka’Allred.
“Periksa saja dulu, jangan
berhenti berjuang ka’’Allred untuk mencari pakaian” gurauanku sedikit tertawa.
Ka’Allred mencoba memeriksa isi saku pakaian yang berada di tanganku sekarang.
Terlihat mimik wajah ka’Allred seakan menemukan sesuatu di dalam…
“Apa yang kakak temukan?”
tanyaku.
“Hanya kertas diagnose pasien,”
jawaban ka’Allred membuatku ciut seketika seakan tidak bersemangat. Melihat
tangan ka’Allred bermain di sekitar saku lain, seakan…
“Lazki, coba lihat ini!”
ka’Allred menyodorkan sebuah bungkusan
kertas kecil dalam zak plastic obat, bahkan terlalu kecil hingga tidak terlihat
sedikitpun. Mencoba membuka secara perlahan untuk melihat isi dari bungkusan
tersebut. Mata bisa tertipu, hanya terdapat racikan obat karena dalam bentuk
bubuk. Namun, ternyata sebuah alat memiliki ukuran begitu kecil berada di sekitar
racikan bubuk obat yang terbungkus rapi.
“Lazki, ini pasti memori
data tentang bukti kejahatan beberapa tokoh penting.” Membuatku terkejut
melihat sebuah benda ukuran seperti semut
di tangannya. Mencoba melihat isi dari memori tersebut melalui sebuah
note book ukuran mini. Terlihat jelas bagaimana wajah Brihatnandar membuat
sebuah penyusupan untuk kepentingan pribadi.
BAGIAN ENAM
BELAS
ALLRED…
Memeriksa isi dari memori
data yang telah berada di tangan kami sekarang. Seorang Brihatnandar melakukan penyusupan
skenario paling halus untuk membuat perpecahan. Singkat cerita, dokumen-dokumen
yang menjelaskan kasus korupsi secara besar-besar pun berada di dalam.
Ternyata, Brihatnandar hanya bawahan, masih ada lagi bos merupakan tokoh utama
cerita untuk bermain di segala tempat.
Perjanjian kontrak, antara
kelompok para pemuka penceramah dan beberapa tokoh pentingpun terdapat dalam
memori tersebut. Bagaimana mereka memainkan file-file aset Negara, guna
kepentingan pribadi. Beberapa data bukti tentang kerja sama antara beberapa
tokoh pemimpin beberapa wilayah Negara ini dan mereka. Bagaimana memainkan aset
negara hingga memenuhi kas mereka Kemudian menutup segala jalan jika terdapat
seseorang yng dianggap dapat menghancurkan dunia mereka.
“Seperti ada orang?”
tanganku secepatnya mematikan layar Note book serta mengambil memori file
tersebut. Memberi syarat kode agar Lazki tidak memperdengarkan sedikitpun
suara. Sekelompok orang memasuki rumah Cristal, menggeladah segala ruangan.
“Sepertinya mereka sudah menyadari
tentang keberadaan memori tersebut,” kalimatku.
“Apa yang harus kita lakukan
sekarang, mereka pasti datang mencari atas perintah Brihatnandar dan …” kalimat
Lazki, namun tanganku menyumbat mulutnya dari belakang. Seseorang seakan
menyadari keberadaan kami, hingga kakinya terus berjalan-jalan mencari ke
segala ruangan. Sementara kami masih bersembunyi sekitar salah satu kamar.
Mencari jalan keluar untuk keluar dari tempat tersebut, namun, semua di pagari
oleh mereka.
“Pasti memori file itu
berada di sekitar sini,” suara salah satu dari mereka. Kegelapan malam
menyelimuti, mereka tetap berada sekitar rumah Cristal mendobrak segala
ruangan.
“Bagaimana?” pertanyaan
seseorang datang memakai pakaian formal dengan tampilan jas berwarna gelap. Dia
tidak lain adalah pak Brihatnandar, berjalan masuk berada di hadapan mereka.
Tidak lama kemudian beberapa tokoh seperti Nuscahyadi, Dira, Riady, juga
terdapat 3 orang public figur yang sekarang telah menjabat menjadi anggota
dewan. Tanganku berusaha merekam percakapan mereka lebih dekat, tanpa siapapun
menyadari.
“Nuscahyadi, habislah kita
semua kalau benda itu berada di tempat lain,” ujar Brihatnandar penuh ketakutan
luar biasa.
“Apakah kau akan membiarkan
Cristal terus berada dalam penjara?” Nuscahyadi balik bertanya ke hadapan
Brihatnandar.
“Kenapa bertanya denganku?
Saya tidak memperdulikan dunia dokter koas seperti dia” jawaban Brihatnandar.
“Bukankah Cristal anak
kandung anda, akibat hubungan gelap yang terjadi kemarin?” Nuscahyadi
memperlihatkan kening berkerut, namun pernyataan sindiran…
“Saya memang menjalin
hubungan gelap bersama Silvana, tetapi Cristal bukan darah dagingku.” Jawaban
Brihatnandar.
“Jadi Cristal anak Silvana,
berarti kakak Asia?” Dira baru menyadari rahasia terpendam tentang identitas Cristal.
Mereka bercerita banyak, bagaimana hubungan gelap hingga kehamilan ibu Silvana
tertutup oleh media dan lapisan masyarakat. Ayah kandung Cristal ternyata bukan
Brihatnandar, malainkan Riady salah satu tokoh berwajah malaikat bagi seluruh
lapisan masyarakat. Sekaligus menjadi pelaku utama tewasnya pak Blitar dan ibu
Silvana.
“Ayah kandung Cristal
sebenarnya adalah Riady bukan saya. Walau kegemaranku mengoleksi daun muda
termasuk Silvana, tetapi Silvana melahirkan bayi hasil hubungan gelap bukan berasal
dari benihku.” Penjelasan Brihatnandar.
“Kau masih ingin menutupi
status Cristal dan seperti apa kau bermain di belakang suami Silvana. Pada hal,
jika dipikir-pikir kau dan Blitar adalah sahabat selama bertahun-tahun. Seorang
Riady tidak dapat menjadi seperti sekarang, jika bukan karena pertolongan
Blitar.” Sindiran jelas dari Brihatnandar.
Ternyata setahun setelah
hubungan ibu Silvana dan Brihatnandar berakhir, akhir cerita Riady masuk
sebagai pengganti hingga terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan. Rumah
tangga ibu Silvana dan Blitar selalu terlihat harmonis, namun siapa yang
menyangka kasus perselingkuhan alias hubungan gelap bermain diantara mereka.
Pak Blitar tidak pernah menyadari, jika sahabat terbaiknya menjadi pengkhianat
terbesar bahkan pelaku utama dari kasus pembunuhan.
Inilah yang dikatakan
realita kehidupan, ada saat ketika sahabat menjadi musuh dalam selimut tanpa
sepengetahuan. Pada kenyataan, bahwa manusia akan selalu mengcewakan di
waktu-waktu tertentu suatu hari kelak. Ternyata ucapan kesedihan Riady ketika
sahabatnya meninggal hanyalah skenario belaka. Tidak pernah menyangka tentang
semua yang dilakukannya. Segala karakter seorang Riady sama sekali tidak
memperlihatkan kata cacat sedikitpun di hadapan lapisan masyarakat.
Banyak orang tidak akan
pernah bisa mempercayai tentang susunan skenario terbaik oleh Riady. Berperan
sebagai sahabat terbaik, malaikat, pembunuh, sekaligus bos untuk beberapa
kejadian di negara ini. Sama sekali tidak terlihat rasa sayang sedikitpun untuk
Cristal alias putri kandungnya sendiri. Seorang ayah akan selalu berjuang
mengorbankan dirinya, namun jauh berbeda
ketika melihat sosok Riady. Menghancurkan masa depan Cristal, tidak pernah
memberikan perlindungan sebagai seorang ayah terhadap putrinya sendiri.
“Jangan pikirkan Cristal,
biarkan saja anak itu membusuk dalam penjara,” pernyataan terkejam seorang ayah
kandung bagi putrinya. Pak Dira menyukai Cristal sebagai kambing hitam. Hingga
karir putra kesayangannya tidak akan terganggu sedikitpun. Mereka terus mencari
benda yang sekarang berada dalam tanganku sampai ke segala penjuru ruangan.
“Siapa di sana?” tiba-tiba
saja suara hand phone berbunyi, mengalihkan perhatian mereka ke arah kami
berdua. Menarik tangan Lazki agar segera keluar dari tempat tersebut. Menyadari
keberadaan kami, hingga kami harus berpencar…
“Lazki, pergilah jauh dari
tempat ini,” memberikan hand phone hasil rekaman dan memori file ke tangan
Lazki.
“Saya mengalihkan perhatian
mereka, jaga jangan sampai benda ini hilang atau direbut” ujarku mendorong
Lazki agar segera meninggalkan rumah Cristal. Kami behasil keluar dari pagar
rumah, namun ada begitu banyak anak buah
mereka mengejar.
“Ka’Allred,” Lazki terlihat
ketakutan.
“Pergilah cepat, kau ingin
Cristal keluar dari penjara kan?” terus mendorong Lazki agar berlari sekuat
mungkin. Berusaha mengalihkan perhatian mereka dengan berjalan ke arah barat
depan jalan rumah Cristal, sedangkan Lazki sendiri berlari ke arah bagian
timur.
“Tuhan, jangan biarkan
mereka menemukan keberadaan Lazki” terus berlari sekuat mungkin, namun sesuatu
menyentuh kakiku hingga tersandung jatuh. Berbagai pukulan menyerang tubuhku
sekarang, pada akhir cerita mengalirkan darah segar. Mengikat tangan dan kaki,
mengancam akan membunuh jika tidak menyerahkan benda tersebut.
“Pengacara Allred rupanya
bisa juga bermain-main,” Brihatnandar tertawa sinis bolak balik berjalan di
hadapanku.
“Kau pasti tahu dimana
memori file milik Silvana berada,” Riady berbicara penuh penekanan. Mulutku
tetap terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata, sekalipun berbagai pukulan keras
terarah sekitar tubuhku. Menyuruh anak buahnya mengejar keberadaan Lazki bagaimanapun
caranya.
“Jangan harap temanmu bisa
kabur begitu saja,” rasa percaya diri membungkus Riady. Ayah paling terkejam,
menjadikan putri kandungnya sendiri sebagai kambing hitam atas kejahatan yang
telah dilakukannya. Jauh berbeda dengan ayah Lazki selalu menjadi sahabat
terbaik bagi puutri kesayangannya.
Karakter para ayah pada
dasarnya memiliki perbedaan ketika berhadapan buah hati mereka. Masing-masing
memiliki ciri khas saat membentuk dunia sang buah hati. Terdapat seorang ayah
selalu menginginkan kesempurnaan hingga dunia sang buah hati bercerita tentang
tekanan luar biasa. Dilain hal, terdapat seorang ayah memanjakan dengan jalan salah, mengikuti segala kemauang
sang anak. Terdapat pula, cerita seorang ayah tahu menempatkan ucapan,
pembentukan, kasih sayang bagi sang anak.
Untuk kali ini, dunia
seorang ayah bercerita tidak akan pernah memberikan kasih sayang bagi sang
anak. Membuat seorang anak sebagai kambing hitam terbaik bagi segala kejahatan
yang dilakukan olehnya. Tidak mengakui anak kandungnya sendiri, berkhianat
terhadap sahabat sendiri.
“Kau ayah paling terburuk
yang pernah kutemukan,” bahasaku menyindir Riady.
“Saya tidak pernah perduli
akan ucapanmu, di dunia ini hanya akan bercerita tentang tahta, harta, wanita
yang dapat memuaskan kehidupan sekalipun bersifat pengkhianatan terhdap sahabat
sendiri.” Pernyataan Riady penuh keangkuhan hidup.
“Sepandai-pandainya tupai
melompat, pasti akan terjatuh juga.” Bahasaku menyindir…
“Pengacara Allred tahu apa
tentang kehidupan dan jangan menjadi munafik,” Brihatnandar berjalan ke arahku.
Terus mengarahkan pukulan ke seluruh tubuhku penuh kegeraman. Seakan tiada
jalan buatku, yang terlihat hanyalah maut sebentar lagi menjemput. Tetapi,
sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke tengah-tengah kami secara
tiba-tiba.
Tembak menembak antara satu
sama lain bermain selama beberapa saat. Seseorang berusaha melepaskan ikatan
tangan dan membawaku keluar dari tengah lapangan gelap jauh dari rumah
penduduk. “Ini akan sangat menyakitkan, tapi bertahanlah!” perintah seseorang
ketika berada dalam sebuah mobil. Mengemudikan dengan kecepatan tinggi, terjadi
kejar mengejar diantara kendaraan kami. Pada akhir cerita, saya tidak sadarkan
diri dan tidak mengetahui kejadian selanjutnya.
“Ka’Allred, buka matamu!”
suara tidak asing menghias gendang pendengaranku. Tersadar saya berada dalam
sebuah ruangan, namun entahlah dimana?
“Lazki,” ucapanku.
“Ka’Allred…” suara Lazki
segera menghapus air matanya. Tuhan, setelah kasus Cristal selesai saya akan
segera membawa Lazki keluar dari Negara ini. Memutuskan hubungan pertunangan
dengan Asia, itulah hal terbaik bagi duniaku sekarang.
“Apa kau takut terjadi
sesuatu denganku?” mengambil tangan Lazki dan menggenggenggamnya erat-erat. Menggenggam
tangan Lazki jauh lebih menyenangkan, dibandingkan berada di samping Asia.
“Pengacara Allred sudah
siuman?” ibu Fasinai tiba-tiba berjalan di hadapan kami. Ternyata ibu Fasinai
yang telah menolong kami malam kejadian kemarin. Berusaha menerobos kumpulan
tokoh-tokoh penting, dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi.
Meminta bantuan polisi, kesimpulan cerita dimana mereka semua tidak dapat
melarikan diri. Menjadi penghuni penjara saat ini, bahkan nama-nama mereka
memenuhi media. Tetapi, Riady berhasil melarikan diri dari kejaran polisi dan
berada entah berada dimana…
Beberapa hari kemudian kasus
Cristal disidangkan setelah peristiwa kemarin terjadi. Cristal terbukti tidak
melakukan pembunuhan dan dinyatakan bebas oleh pengadilan. Kebahagiaan
melingkupi Cristal, pada akhirnya berhasil menghirup udara segar di luar
penjara. Sekarang ini, Riady menjadi incaran polisi akibat pembunuhan berencana
terhadap pak Blitar dan istrinya. Mata Asia terbuka siapa pelaku pembunuhan
dari kedua orang tuanya.
Sekalipun demikian, tatapan
kebencian Asia untuk Lazki tidak pernah berubah. Memutuskan bertemu Asia demi
menyelesaikan persoalan kami, itulah perencanaanku sekarang. ”Asia, maaf atas
segala yang terjadi kemarin,” kalimatku memulai pembicaraan ketika berada di
hadapan Asia.
“Tidak ada yang perlu
dimaafkan,” ucapan Asia.
“Menjadi pengacara Cristal
tentu membuatmu kecewa, tetapi terbukti jika dia bukan pelaku pembunuhan orang
tuamu.” Duduk bersebelahan di sampingnya.
“Tidak menyangka sahabat
terdekat papa menjadi aktor terbaik dari skenarionya.” Kalimat Asia.
“Riady sedang dalam
pengejaran polisi,” ujarku.
“Asia, ada yang ingin
kukatakan” mengalihkan perhatian Asia…
“Tentang apa?”
“Saya merasa hubungan
diantara kita tidak dapat diteruskan,” jawabanku.
“Berarti pertunangan kita
pu…pu…tus,”
“Seperti itulah” sahutku
menarik nafas dalam-dalam, siap menerima caci maki Asia.
“Apa karena pelayan cafe
itu?” mata Asia terlihat berkaca-kaca.
“Saya menyukai Lazki, tepat
katamu” anggukan kepalaku.
“Katakan, kalau semua yang
kau ucapakan semua hanya ingin sekedar mengujiku semata dan tidak benar-benar
terjadi,” Asia menggoncang seluruh tubuhku.
“Pasti Asia bisa mendapat
pengganti yang jauh lebih baik,” berbicara sepelan mungkin berusaha untuk tidak
menyakiti perasaan Asia.
“Kau pikir saya adalah benda
begitu mudah berpindah tangan atau segera jatuh dalam pelukan pria lain.”
Tangisan Asia makin berirama.
“Asia yang kukenal begitu
sempurna, cantik, cerdas, mampu menghadapi permasalahan bisnis ataupun beberapa
bidang lain pasti semua pria menyukai kehidupanmu.” Ujarku.
“Kalau saya sempurna, kenapa
kau lebih memilih berpaling dan berlari merebut tangan pelayan cafe?”
pertanyaan Asia.
“Bersama Lazki sepertinya
saya merasa mempunyai makna hidup tersendiri ketika hendak membuat sebuah
pendakian, petualangan, saat tertawa, dan masih banyak hal lain.”
“Tidak ketika kau menjadi
tunanganku?” Bola mata Asia memandang tajam…
“Ya,” jawabanku.
“Tapi, saya tidak akan
pernah melepaskan tunanganku sendiri untuk orang lain” nada tinggi Asia.
“Kau tidak dapat memaksakan
sesuatu hal terhadap kehidupan seseorang.” Sahutku.
Asia terus mengalirkan air
matanya, terus berjuang demi mempertahankan hubungan kami. Semua itu tidak
mungkin terjadi, dunia Asia dan Lazki benar-benar jauh berbeda. Sekalipun Asia
berjuang mempertahankan hubungan kami, semuanya akan terlihat hambar. Duniaku
dapat membuat warna-warna tersendiri ketika bersama Lazki bukan Asia. Jika
hatimu merasa nyaman terhadap sebuah objek, tetaplah berada di dalam.
“Ada lagi yang perlu kau
ketahui” menatap Asia.
“Orang yang selama ini kau
sebut sebagai pembunuh orang tuamu adalah adik kandungmu sendiri. Kau tahu,
perjuangan Lazki demi mencari kebenaran agar Cristal keluar dari penjara.”
Sewaktu berada di pengadilan, identitas Cristal masih tertutup rapat. Asia sama
sekali tidak pernah menyangka kasus perselingkuhan ibu kandungnya sendiri.
Bagaimana Cristal hidup tanpa pengakuan kedua orang tuanya, bahkan mengalami
berbagai hal.
Asia dan Cristal lahir dari
Rahim yang sama, sekalipun berbeda ayah. Asia baru menyadari tentang kehidupan
Cristal, juga beberapa kejadian bahkan tertutup rapat oleh media selama
bertahun-tahun. Asia dan Cristal memiliki kisah kehidupan tersendiri tentang
serpihan hidup.
BAGIAN TUJUH
BELAS…
LAZURIT…
Berpetualang memecahkan kasus kematian
ibu Silvana demi mencari pelaku sebenarnya bersama ka’Allred. Kehidupan
mengajarkan bagaimana memainkan irama ketika serpihan-serpihan memecah dunia.
Dimulai akan langkah seorang Cristal menjadi anak yang tidak akan pernah
merasakan arti kasih sayang dari orang tua kandungnya sendiri. Kebecian
tertanam erat dalam kisah Cristal, bahkan sang ayah tidak akan pernah perduli
tentang serpihan hidupnya.
Ka’Allred,
ibu Fasinai, terlebih saya selama ini berpikir jika ayah Cristal adalah
Brihatnandar merupakan salah satu toko terpandang di negara ini. Namun, pada
kenyataan menjelaskan ayah Cristal merupakan sahabat terbaik suami sah ibu
kandungnya sendiri. Menjadi anak hasil hubungan gelap, terlebih tidak akan
pernah diakui begitu menyakitat kan. Menjadi kambing hitam dari ayah kandung
sendiri, hingga semua orang mengucilkan kehidupan membuat langkah berada di
sebuah lembah kelam.
Setelah
kami mendapat bukti tentang kejahatan beberapa tokoh terkemuka, akhirnya
pengadilan menyatakan Cristal bebas. Tuhan, terimah kasih karena sudah menjawab
doaku mengeluarkan Cristal dari sel tahanan. Permohonan doa dijawab oleh Tuhan
secara bertahap. Bertahun-tahun berdoa agar Tuhan membuatku dapat mempunyai
suatu penemuan seperti Thomas Alfa Edison benar-benar terkabul. Sekalipun
terlihat isi doaku belum dijawab oleh Tuhan, namun hatiku mempercayai jika
Tuhan sudah mengabulkannya.
“Terimah
kasih Tuhan, membuat duniaku berbeda.” Rasa syukur kunaikkan kepada Tuhan.
Seorang yang terlahir bodoh, namun kini dapat melakukan berbagai hal. Menjadi
seperti Thomas Alfa Edison, berpetualang memecahkan kasus, dapat memahami
tentang serpihan hidup menjadikan langkahku penuh irama.
“Jangan
berhenti berjuang,” ucapan ka’Allred terus terngiang setiap saat selama
bertahun-tahun membuatku terus berjuang. Menulis permohonan pada secarik
kertas, menempelkan di dinding kamar, dan terus berdoa kepada Tuhan. Sekalipun
jawaban doa sama sekali tidak terlihat, tetap berucap “terimah kasih Tuhan karena sudah mengabulkan doaku.”
Mengajarkanku
untuk terus berjuang sama seperti langkah hidup Thomas Alfa Edison. Ribuan kali
mengulang dan tidak pernah bercerita hanya sekali bagi kehidupannya demi
menggerkan dunia. Berada di kampus biasa, namun, terus berjalan, berjuang
sekalipun mengalami kegagalan ketika mendaki sebuah puncak. Setelah Cristal
dinyatakan bebas, kini dunia Lazki kembali mengejar mimpi. Sebuah alat
transportasi pengiriman barang akan menjadi perhatian dunia.
“Pasti
lagi sibuk bersama mesin-mesin tidak jelasnya,” ucapan seseorang mengalihkan
perhatianku. Ternyata ka’Allred memasang wajah ceria menyodorkan minuman
dingin. Hanya tinggal satu keinginan doa yang masih belum terjawab, namun saya
tetap mempercayai Tuhan sudah menjawabnyua.
“Terimah
kasih Tuhan, karena sudah membuatku lupa terhadap rasa cinta begitu kuat untuk
ka’Allred.” Bisikan hati akan selalu berdoa setiap dia berada di dekatku.
“Setelah
semua yang terjadi, melakukan petualangan besar hingga ending cerita Cristal
dinyatakan bebas oleh pengadilan, rasanya seperti bermimpi.” Senyum ka’Allred.
Detakan jantugku terus saja berirama menciptakan suasana tersendiri jauh di
dasar melihat pria pemberi kekuatan bagiku. Memberiku setitik harapan, disaat
semua tidak memperlihatkan jalan sepuluh tahun silam. Namun, tangan ka’Allred
sendiri tidak pernah bisa kugenggam. “Terimah kasih Tuhan, karena telah
menghilangkan perasaan sayang untuknya.” Hatiku kembali berdoa kepada Tuhan,
sekalipun pada kenyataan rasa sayang tersebut makin kuat.
“Pasti
sekarang Lazki lagi sibuk melakukan promosi besar-besaran tentang penemuan
kemarin,” ka’Allred selalu terlihat berkharisma ketika sedang berbicara.
“Tepat
ucapaan ka’Allred, sekarang saya harus fokus menjadi seperti Thomas Alfa
Edison” berusaha memperlihatkan semangat luar biasa di hadapan pria pemberi
kekuatan ketika segala jalan tertutup buatku.
“Wow...”
kebiasaan ka’Allred mengacak-ngacak rambut hitam panjangku.
“Saya
akan berjuang bersama Lazki, setidaknya membantu menggegerkan dunia seperti
Thomas Edison.” Kalimat ka’Allred lagi...
“Andai
kata...”wajahku tertunduk.
“Lazki,
berhenti mengucapkan sebuah doa buatku!” mimik wajah ka’Alled terlihat serius.
Terkejut mendengar pernyataan...
“Kenapa
ka’Allred berbicara seperti itu? Memang saya biasa berdoa buat kakak? Perasaan
isi doaku hanya tentang lingkaran hidup menjadi seperti Thomas Edison.” Tidak
mengerti maksud ucapan ka’Allred.
“Lazki
tidak pernah sadar, jika seorang Allred selalu mendengar doa yang dinaikkan
setiap jam 2 pagi sebelum fajar menyingsing memohon kepada Tuhan.” Kalimat
ka’Allerd.
“Maksud
ka’Allred? Saya sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan.”
“Lazki,
Memang saya tuli dan tidak mendengar, bagaimana mulutmu berkata-kata dan
terkadang harus menjatuhkan butiran air dari sepasang matamu hanya karena...”
“Hanya
karena apa ka’Allred?
“Tuhan,
terimah kasih karena sudah menghilangkan rasa cinta luar biasa untuk
ka’Allred.” Pernyataan ka’Allred berdiri dari sebuah kursi berbalik ke
hadapanku. Tidak pernah menyangka ka’Allred menjadi penguping terbaik untuk
setiap permohonan doa yang kunaikkan. Ternyata dia benar-benar menyadari
bagaimana perasaanku terhadap dirinya.
“Tuhan,
sekarang saya menjadi bahan tertawaan ka’Allred” suara hatiku.
“Berhenti
berdoa agar Tuhan menghilangkan perasaan sayang dan cinta untukku” entah apa
yang haru kukatakan mendengar ucapannya...
“Saya
tidak pernah mau bahkan menginginkan sedikitpun Tuhan mengabulkan permohonan
doamu yang ke-3.” Ucapan ka’Allred tetap memubuatku diam seribu bahasa.
“Tuhan,
apakah ini hanya mimpi?” bisikan hatiku.
“Lazki
mempunyai 3 permohonan doa kepada Tuhan setiap saat. Jam 2 pagi membangunkan
fajar mengucap syukur bahwa Tuhan telah menjawab segala pergumulannya. Terimah
kasih Tuhan membuatku menjadi sama seperti Thomas Edison, telah mengeluarkan
Cristal dari penjara, dan menghilangkan segala rasa cinta yang begitu besar
untuk ka’Allred. Mempercayai jika Tuhan sudah mengabulkan semuanya, sekalipun
sama sekali tidak terlihat oleh pemandangan kasat mata.” Kalimat demi kalimat
mengalir dari perbendaharaan mulutnya.
“Saya
menyukai kehidupan Lazki yang selalu berjuang dan menyukai sebuah pergumulan
doa kepada Tuhan. Saya ingin menggenggam tangan Lazki untuk selamanya.” Wajah
ka’Allred mengucapkan semua itu di hadapanku.
“Bagaimana
dengan Asia tunangan kakak selama bertahun-tahun?” Ayah tidak pernah
mengajarkan langkahku merebut milik orang lain, seberapa besarpun rasa sayang
yang kumiliki untuknya.
“Hubungan
diantara kami sudah barakhir, saya menyukai dunia Lazki bukan Asia,” meyakinkan
kehidupanku...
Secara
tiba-tiba seseorang berada di hadapan kami, bersujud memohon bahkan mengalirkan
air mata. Rasa tidak ingin melepas terlihat jelas dari wajah Asia. “Apa
salahku? Kenapa kau merebut Allred dari kehidupanku?” tangisan Asia memenuhi
halaman belakang rumahku. Entah dari mana Asia mengetahui alamat rumahku,
hingga sekarang berlutut meneteskan air mata.
“Kau
tidak bisa memaksakan seseorang untuk tetap bersama denganmu,” kalimat
ka’Allred menegaskan tentang sesuatu hal kepada Asia.
“Apapun
bisa kau rebut dariku, hanya satu permohonanku jangan merebut Allred,”
permohonan Asia bersujud sekitar kakiku. Menangis histeris tanpa berhenti
sedikitpun.
“Asia
hentikan kelakuanmu!” ka’Allred menarik tangan Asia agar berhenti melakukan
kelakuan paling terbodoh.
“Saya
tidak akan berhenti bermohon sampai dia mengembalikan dirimu,” Siapa sih yang
ingin kehilangan ka’Allred bahkan Asia manusia paling sempurna pun rela
menjatuhkan harga dirinya di hadapanku sekarang.
“Terimah
kasih Tuhan karena membuat langkahku untuk tidak akan pernah merebut sesuatu
yang bukan milikku.” Suara hatiku terus berdoa, sekalipun semua itu menciptakan
pecahan luka-luka bagi langkahku.
“Kedua
orang tuaku tewas terbunuh, orang yang kuanggap sebagai paman terbaik merebut
kebahagianku dan berkhianat. Sahabat terbaik papa berkhianat hingga menciptakan
luka. Sekarang, kaupun ingin merebut Allred?” Tangisan Asia semakin
menjadi-jadi...
“Apa
yang harus kulakukan agar kau tidak merebut tunanganku?” Asia terus memegang
kakiku hanya demi mempertahankan tunangannya.
“Bicaralah
Lazki, apa yang harus kulakukan untuk mempertahankan tunanganku?” terus
menangis sejadi-jadinya, dan tidak akan membiarkan tangan ka’Allred
menggenggamku sedikitpun.
“Asia,
hentikan tingkah laku terbodohmu!” nada tinggi ka’Allred berusaha menarik
tangan Asia agar berhenti bersujud di hadapanku.
“Kumohon...”
tangisan Asia. Ayah tidak pernah mengajarkan hidupku merebut milik orang lain,
hatiku harus memahami jika untuk selamanya ka’Allred hanya diciptakan untuk
menggenggam tangan Asia. Tanganku tidak akan pernah merusak kebahagiaan orang
lain.
“Ka’Allred,”
teriakku sambil terus berjalan segera ke hadapannya. Seseorang berhasil
melewati pintu depan rumahku, menyusup, hingga berhasil menembakkan sebuah
peluru...
“Lazki,”
suara ka’Allred masih terngiang jelas di sekitar gendang pendengaranku.
“Seperti
apapun Asia memohon di hadapanmu, genggaman tanganku akan tetap bertahan untuk
seseorang yang mengerti tentang arti sebuah pergumulan doa selama bertahun-tahun
tanpa pernah menyerah sediktpun.” Air mata ka’Allred membasahi wajahku.
“Terimah
kasih Tuhan, membuat hidupku tidak akan pernah merebut milik orang lain,” doa
yang masih bisa kunaikkan jauh di dasar hatiku sebelum pada akhirnya sepasang
mataku terpejam.
Terimah
kasih, mengajarkan langkahku tentang sebuah pernyataan “Jangan berhenti
berjuang” disaat segala jalan tertutup. Manusia terbodoh memiliki setitik
harapan agar dapat menggegerkan isi dunia suatu hari kelak. Secarik kertas
menciptakan suatu kekuatan tersendiri ketika semua orang hanya memandangku
sebagai sampah tidak layak pakai.
Terimah
kasih, mengenalkan duniaku tentang kisah kehidupan Thomas Alfa Edison mengalami
kegagalan demi kegagalan dalam menempuh sebuah jarak. Jangan berhenti berjuang
seperti apapun langkahmu, sama seperti kehidupan Thomas manusia paling bodoh
diantara mahluk terbodoh namun berhasil membuat seluruh dunia terdiam
kebingungan. Menciptakan sejarah bagi dunia, hingga membuat semua orang tidak
dapat berbicara.
ALLRED...
“Lazki,
berjanjilah untuk berjuang menghancurkan maut,” suaraku terus berkata-kata.
Darah segar mengalir, seorang Lazki mengorbankan dirinya sendiri demi hidupku.
Riady berjalan masuk menuju halaman belakang rumah Lazki, membawah sebuah
senjata. Peluru Riady berhasil menembus tubuh Lazki, tidak pernah terbayangkan
peristiwa mengerikan sedang bermain.
Peluru
yang seharusnya diperuntukkan buatku,
terhalang oleh tubuh Lazki. Tidak menyangka Riady selalu lolos dari
incaran polisi bahkan pandai menghilangkan jejak. Hingga akhir cerita, berhasil
menembuskan sebuah peluru ke tubuh Lazki. Mengejar Riady pembunuh terkeji bagi
dunia, oleh karena segala kejahatannya. Menjadikan Cristal kambing hitam atas
tindakan pembunuhan terhadap ibu Silvana. Dan sekarang berhasil menembakkan
sebuah peluru ke tubuh Lazki. Polisi akhirnya berhasil menangkap Riady, buronan
yang selalu berhasil melarikan diri.
“Terimah
kasih Tuhan, membuat Lazki berhasil menghancurkan jurang maut” isi doaku
memohon kepada Tuhan. Percaya jika Tuhan sudah mengabulkan keinginanku,
sekalipun pandangan mataku melihat Lazki sedang tidak sadarkan diri dalam kamar
operasi.
“Terimah
kasih Tuhan, telah membangunkan Lazki dari koma,” jeritan hatiku bermain,
sekalipun pandangan mataku melihat jika Lazki masih terbaring koma.
“Ka’Allred,
bagaimana keadaan Lazki?” Cristal terlihat begitu ketakutan.
“Ayah,
semua ini hanya mimpi kan?” pertanyaan Cristal kembali...
“Gadis
kecilku hanya tertidur untuk beberapa saat,” jawaban seorang ayah meyakinkan
dirinya.
Membayangkan
Asia terus menangis bahkan berlutut di bawah kaki Lazki, agar tidak merebut
tunangannya. Di tengah isakan Asia, tiba-tiba Riady datang menembakkan peluru.
Target utama Riady adalah Alled, namun pada kenyataan Lazki mengorbankan
dirinya sendiri demi melindungiku. Terimah kasih Tuhan, membuat Lazki bisa
terbangun kembali, bisikan hatiku bergema. Belajar menjadi seperti Lazki terus
berucap kepada Tuhan, meyakini jika segala doa telah terjawab. 10 tahun lalu,
saya hanya ingin menghalangi Lazki agar tidak mengakhiri nyawanya sendiri
dengan membuat sebuah cerita.
Mengingat
dunia seorang Thomas Edison dan membaca sebuah cerpen, kemudian menyusun
kalimat demi kalimat hingga jalan Lazki terus bermain. Hanya hal seperti itu
yang bisa kulakukan sehingga dia berhenti memikirkan tindakan bodoh dengan cara
mengakhiri hidupnya. Namun, duniaku sendiri sama sekali tidak pernah melakukan
hal-hal semacam itu. Menulis permohonan pada secarik kertas, menempelkan
sekitar dinding kamar, dan terus berucap terimah kasih Tuhan, karena sudah
mengabulkan doaku.
“Ayah,
apakah Lazki masih bisa terbangun?”jerit tangis Cristal menjelajah di wajah.
“Gadis
kecilku pasti terbangun, maut tidak dapat merebutnya dari kehidupan seorang
ayah,” kepercayaan seorang ayah memandang suatu keyakinan dalam dirinya. Bapak
Abraham dipanggil dengan ucapan ayah oleh Cristal selama ini. Cristal telah
menganggap bapak Abraham sebagai ayah kandungnya sendiri.
“Manusia
itu terlalu kejam,” nada suara Cristal histeris mengingat ayah kandungnya
sendiri terbungkus karakter jauh melebihi iblis.
“Dunia
Cristal pasti bisa melihat dengan bijak jalur di hadapannya,” pernyataan
seorang ayah mengejutkan semua orang. Lazki tumbuh menjadi dewasa, namun tetap
menjadi gadis kecil pada pemandangan matanya dan sekarang sedang berjuang
melawan jurang maut. Masih dapat membuat pernyataan tidak terduga di hadapan
semua orang di sekitarnya.
“Maksud
paman berucap seperti itu?” tanyaku di hadapan beliau.
“Sejak
kecil, Lazki sama sekali tidak pernah merasakan tentang kasih sayang seorang
ibu. Kemiskinan membuat ibu kandungnya sendiri pergi dari hidup kami selama
bertahun-tahun. akan tetapi, Irama kehidupanku tidak akan pernah mengajarkan
gadis kecilku tentang akar kebencian terhadap ibu kandungnya sendiri.” Curahan
hati sang ayah...
“Mengucapkan
segala hal baik tentang ibu kandungnya setiap saat, sekalipun kenyataan
berbanding terbalik hingga dia tumbuh menjadi dewasa. Lazki tidak pernah tahu
bagaimana seorang ibu pergi menjauh hanya karena sebuah jurang kemiskinan.”
Kata-kata seorang ayah terus bercerita.
“Hubungan
kisah Cristal dan Lazki?” tanyaku.
“Saya
tidak akan pernah mengajarkan dunia Cristal untuk menyimpan sebuah akar
kekecewaan atau kebencian mendalam terhadap ayah kandungnya sendiri. Cristal,
jadilah bijak ketika melihat sebuah jalur, jangan membenci ayah kandungmu
sendiri.” Pernyataan sang ayah mendekap Cristal bahkan melupakan bagaimana
Lazki sedang berjuang melawan maut.
“Kenapa
Tuhan membuatku terlahir menjadi anak dari manusia paling keji seperti Riady?
Jauh lebih baik mempunyai ayah dengan pendidikan rendah, dibanding harus
menerima kenyataan jika ayah kandungku sendiri manusia paling kejam jauh
mengalahkan iblis.” Tangis Cristal semakin pecah dalam dekapan ayah Lazki.
“Cristal
jangan pernah menyalahkan Tuhan, terlebih membuat ribuan pertanyaan seperti
ini. Hal paling terkeji adalah menyalahkan Tuhan oleh karena terlahir dari
benih manusia terkejam jauh mengalahkan iblis. Itulah yang dikenal sebagai
serpihan-serpihan kehidupan.” Kalimat bijak seorang ayah,
“Berkhianat
terhadap sahabatnya sendiri, menyusun pembunuhan, menjadikan putri kandungnya
sendiri sebagai kambing hitam, ka’Allred hampir meninggal akibat perbuatannya,
sekarang ka’Lazki sedang berjuang mempertaruhkan nyawa, entahkah dia bisa
terbangun atau...” isakan tangis Cristal bermain kuat. “Cristal,” ayah Lazki
terus mendekap Cristal berusaha menghilangkan luka-luka dalam dirinya.
“Bagaimana
bisa saya mengakui dia sebagai ayah? Banyak lapisan masyarakat menjadi korban
akibat perbuatannya, banyak orang-orang tidak berdosa menanggung akibat.
Dapatkah hatiku menerima dia sebagai ayah?” kebencian Cristal jauh lebih
kuat...
Cristal
membutuhkan waktu panjang menilai tentang serpihan-serpihan kehidupan yang
sedang memainkan hidupnya selama bertahun-tahun. Andai kata, saya menjadi
Cristal hal samapun akan kulakukan adalah menaruh kebencian mendalam. Kisah
hidupku hanya bercerita kebencian dan kebencian...
“Ayah
tidak pernah mengajarkan Cristal berada di jalan salah. Kau harus belajar
tentang makna ketika berjalan melewati berbagai jenis lembah kehidupan.”
Kalimat bijak masih tetap berirama, sekalipun putri kandungnya sendiri
tertembak melalui tangan Riady ayah kandung Cristal. “Permasalahan datang
membungkus tidak melebihi batas kemampuanmu,” ucapan bijak sang ayah.
BAGIAN DELAPAN BELAS...
CRISTAL...
Menerima
kenyataan terpahit, manusia terkejam di dunia adalah ayah kandungku sendiri.
Tuhan, kenapa saya terlahir dari silsilah manusia paling bengis? Menjadi anak
haram hasil hubungan gelap tidak pernah kuinginkan, tapi kenapa Tuhan? Tuhan,
apakah KAU mengerti goresan lukaku? Tuhan, kenapa segala hal menghancurkan
hidupku? Dirawat dan dibesarkan oleh seorang wanita yang sering bergonta-ganti
pasangan. Ayah tiriku sendiri hampir saja menciptakan kehancuran dalam hidupku.
Hampir merebut kehormatan yang kumiliki. Sejak kecil, saya harus belajar
melakukan apapun secara mandiri tanpa bantuan seorang ibu.
Pandangan
dunia bercerita seorang Cristal mempunyai ibu, namun mereka tidak pernah
melihat hidupku ketika berada di rumah. Mami hanya memikirkan dirinya sendiri,
bahkan terkadang mengeluarkan ucapan menyakitkan. Dia hanya memikirkan
bagaimana kebahagiaannya sendiri tanpa pernah melihat duniaku. Setiap tahun
selalu bercerita tentang perceraian adalah karakter terburuk mami.
Pada
akhir cerita, bertemu kakak yang masih duduk di bangku sekolah dasar karena
kemampuan otaknya terlihat mengerikan. Kehidupan ka’Lazki sama seperti hidupku
selalu bercerita tentang air mata. Masing-masing mempunyai kisah kehidupan yang
akan diakhiri dengan butiran-butiran air dari sepasang mata. Terkucilkan,
terbodoh, keluar masuk sekolah, tinggal kelas berulang kali itulah dunia
ka’Lazki. Nafasku tidak pernah melihat kehangatan ayah ataupun ibu. Alur
hidupku hanya bercerita tentang mami yang hanya menyukai dunia alkohol.
Berpura-pura
judes di hadapan ka’Lazki, tetapi disaat tertentu melihat tingkahnya. Mahluk
terbodoh tidak akan pernah dijumpai dibelahan dunia manapun. Hanya saya seorang
yang ingin duduk sebangku dengannya, walau wajah judesku tidak pernah hilang.
Berpura-pura terlihat bodoh di hadapan teman-temanku, setidaknya ka’Lazki bukan
hanya satu-satunya manusia dengan kemampuan otak sangat rendah.
Seminggu
sebelum ka’Lazki berada di sekolah sama denganku, saya lebih dahulu menjadi
murid pindahan. Jadi, seluruh siswa tidak pernah menayadari akan kemampuan
otakku diatas rata-rata. Walau mengalami kesepian terparah, tetapi ayah
ka’Lazki setiap saat memberikan kehangatan. Merubah segalanya dalam hidupku,
mengajarkan sesuatu yang tidak pernah kuraih dari orang tuaku sendiri.
Ka’Lazki
mulai memperlihatkan perubahan demi perubahan, walau nilai-nilainya masih
berada dibawah standar. Membutuhkan waktu dan perjuangan membentuk tingkat
perkembangan otak ka’Lazki manusia terbodoh. Sifat judesku mulai menghilang
setelah ka’Lazki dinyatakan lulus sekolah lanjutan pertama. Dia benar-benar
terkejut melihat prestasiku ketika bersama-sama menduduki bangku kelas sebelas.
Terlebih ketika dunia Cristal berhasil meraih posisi tertinggi di bangku kelas
dua belas. Ka’Lazki tidak pernah menyadari kemampuan otakku yang sebenarnya
selama ini.
“Mana
mungkin saya bisa berjuang membentuk perkembangan otak ka’Lazki, kalau saya
masuk dalam deretan siswa terbodoh,” tertawa sendiri terkadang melihat raut
wajah ka’Lazki terus belajar dan belajar. Sepulang sekolah hingga malam tiba,
ka’Lazki terus berjuang agar tidak menjadi bahan tertawaan karena tinggal
kelas. Tidur, makan, berangkat sekolah, belajar pun selalu bersama-sama. Bahkan
segala waktu yang kumiliki selalu kuhabiskan di rumah ka’Lazki, sampai
memanggilnya dengan sebutan ayah.
Bersama-sama
mengikuti ujian tes kampus terbaik negara ini walau jurusan berbeda. Sejak
kecil, saya bercita-cita ingin menjadi seorang dokter terbaik dan berkualitas
tinggi. Jauh berbeda impian ka’Lazki ingin menjadi sama seperti Thomas Alfa
Edison salah satu penemu terbaik dunia. Saya dinyatakan lulus, tetapi tidak
untuk ka’Lazki bahkan hasil jawabannya menjadi bahan tertawaan semua dosen.
Berulang kali mencoba keberuntungan melalui test di beberapa kampus, namun selalu
mengalami kegagalan. Singkat cerita, ka’Lazki mengambil jurusan tekhnik mesin
di salah satu kampus kecil, bahkan tidak pernah masuk deretan nominasi
akreditasi terbaik.
Setiap
hari berada di sekitar kampus ka’Lazki sehabis kuliah, hal menyenangkan dalam
hidupku. Selama ini saya bisa melupakan segala permasalahanku oleh karena
seorang sahabat dan ayah terbaik buatku. Hingga suatu ketika, mami jatuh sakit
dan pada akhihrnya menghembuskan nafas terakhir. Bukan permasalahan tentang
kepergian mami, melainkan mengetahui kebenaran tentang identitasku.
Pada
kenyataan menyadari jika dia bukan ibu kandungku sendiri, membuatku semakin
membenci Tuhan. Saya tidak pernah terlahir dari rahimnya, bahkan dia hanya
wanita bayaran untuk merawat dan membesarkanku. Lebih pahit lagi mendengar saya
anak salah satu tokoh h terpandang walau bukan seorang pejabat. Siapa yang
tidak mengenal ibu Silvana, pengusaha tersukses di berbagai bidang. Pejabatpun
selalu terlihat segan ketika berada di hadapannya. Biaya hidup dan pendidikanku
berasal dari ibu Silvana, bukan wanita yang telah membesarkanku selama ini.
Saya membenci ibu Silvana bagaimanapun usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
perhatianku.
Permainan
terbaik dibuat, bekerja sama dengan pihak kampus agar saya berada di rumah sakitnya.
Apapun pemberiannya akan selalu
kulemparkan ke gudang. Ka’Lazki tidak pernah tahu identitasku dan bagaimana
permasalahan hidupku. Saya membenci memiliki kakak seperti Asia, dimana segala
pola tingkah lakunya hanya bercerita kesombongan. Saya hanyalah anak haram,
hasil hubungan gelap yang tidak akan pernah diakui oleh kedua orang tuaku.
“Cristal,
percayalah mami tidak bermaksud membuangmu,” kalimat ibu Silvana setiap berada
di hadapanku.
“Kau
manusia paling kejam,” bentakanku penuh kebencian.
“Maafkan
mami Cristal, apa yang harus kulakukan untuk menghilangkan kebencian dari
dirimu?” tangisan dia setiap saat.
“Lebih
baik saya tidak mempunyai ibu, kenapa kau harus datang merusak hidupku?”
“Cristal,”
“Kau
tidak pernah merasakan kehidupan seperti diriku, kesepian, tanpa kasih sayang,
terlantar, hampir menjadi korban pemerkosaan, dipelihara oleh seorang ibu yang
selalu bergonta ganti pasangan. Jauh lebih hebat lagi ketika menyadari saya
anak haram dari salah satu tokoh terpandang di negara ini.” Rasa benciku jauh
lebih besar sampai kapanpun juga.
Hingga
suatu ketika, ibu Silvana tewas terbunuh oleh seseorang. Segala bukti mengarah
kepadaku atas insiden tersebut. Sidik jariku berada di segala benda-benda
kepemilikan ibu Silvana sekitar ruangan kekuasaannya. Seseorang menjebakku
bahkan seluruh media memberitakan peristiwa tersebut. Hanya ka’Lazki dan
ayahnya selalu berada bersamaku setiap saat. Menghapus air mataku, berjuang
membuktikan saya tidak bersalah. Tanpa pernah bosan ayah setiap hari berkunjung
dalam sel tahanan membawa segala makanan kesukaanku.
“Terimah
kasih ayah,” memeluk pria paruh bayah dan menganggapnya sebagai ayah kandungku
sendiri.
“Cristal,
harus yakin tentang setitik harapan,” kalimat bijak ayah tanpa henti setiap
saat.
Ka’Lazki
bercerita kisah perjalanan hidupnya, dan bagaimana dia bertemu ka’Allred.
Menyuruhku menulis sebuah permohonan pada secarik kertas, menempelkan sekitar
dinding sel penjara tempatku berbaring dan berdoa. Sekalipun kasat mata melihat
jika Cristal masih dalam penjara, namun setiap saat berkata “terimah kasih
Tuhan, sudah menjawab doaku.”
“Terimah
kakak karena telah menghapus air mataku,” bisikan hatiku setiap berada di
hadapan ka’Lazki.
“Ayah,
terimah kasih setiap saat memberi kehangatan dalam kesunyian hatiku,”
Setiap
saat memegang secarik kertas berisi permohonan doaku, dan mengucap sykur Tuhan
telah mengabulkan semua. “Terimah kasih Tuhan, sudah membuatku lepas dari
penjara dan dinyatakan tidak bersalah.” Isi doaku, sekalipun kasat mata berkata
saya masih berada di penjara bahkan segala bukti makin memberatkan langkahku.
Selama
3 bulan ka’Lazki melakukan petualangan mencari bukti jika saya bukan pelaku
sebenarnya tanpa sepengetahuanku dan ayah. Hal lebih mengejutkan berlutut di
hadapan tunangan Asia agar mau menjadi pengacara untuk menangani kasusku.
Seluruh pengacara angkat tangan bahkan tidak pernah mau berada di pihakku.
Pengorbanan ka’Lazki jauh hebat bermain, hingga membuatku tidak dapat
berkata-kata.
Akhir
cerita, saya dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan. Ka’Lazki dan ka’Allred
berhasil membuktikan pelaku sebenarnya. Namun, hatiku hancur mendengar ayah
kandungku sendiri menjadi penyebab segala skenario. Menjadikanku kambing hitam
atas peristiwa tersebut. Haruskah saya berbahagia sekarang atau menangis histeris
mendengar sebuah pernyataan. Riady salah satu pejabat terbaik negara menjadi
tokoh utama untuk segala skenario menjijikkan. Menerima kenyataan Riady adalah
ayah kandungku.
Riady
berhasil melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Sampai akhirnya kembali
melakukan kejahatan menembakkan sebuah peluru
ke tubuh ka’Lazki. Lebih buruk lagi, ayah membuat sebuah pernyataan
ditengah keadaan ka’Lazki yang sedang terbaring koma.
“Dunia
Cristal pasti bisa melihat dengan bijak jalur di hadapannya,” pernyataan ayah.
Hingga
detik sekarang, saya tidak pernah ingin menganggap ibu Silvana sebagai mami.
Kebencianku jauh lebih kuat bermain terhadap ibu Silvana, Asia, ibu Fasinai,
terlebih Riady. Saya tidak akan pernah menganggap mereka sebagai keluarga.
Merenungkan pernyataan ayah untuk tidak merusak masa depanku sendiri oleh
karena permasalahan yang sedang terjadi.
“Apa
yang harus kulakukan, Tuhan? Jeritanku menangis semalaman. Hal lebih
mengejutkan, Asia berlutut di hadapan ka’Lazki memohon agar tidak merebut
ka’Allred darinya.
“Tuhan,
terimah kasih telah mengembalikan nafas hidup buat ka’Lazki,” tangisku memohon.
Mengemudikan
mobil menuju suatu alamat yang tidak asing bagi kehidupan banyak orang.
Membunyikan bel mencari pemilik dari alamat rumah tersebut. “Masuklah!”
perintah salah satu pelayan kepercayaan rumah tersebut.
“Saya
tidak lama,” ujarku sedikit judes.
“Sebenci-bencinya
nona terhadap rumah dan pemiliknya, tetapi mereka tetap bagian dari
kehidupanmu.” Ibu Fasinai mengucapkan sebuah pernyataan.
“Saya
mencari Asia, bukan untuk tinggal di rumah ini,” kalimatku.
“Siapa
yang mencariku?” Asia berjalan melalui anak tangga menengok ke hadapan kami.
Selama ini saya saya tidak pernah mau mengakui Asia sebagai kakakku sendiri.
Hanya ka’Lazki saja kakak terbaik bagi hidupku bukan Asia.
“Adikmu
datang mencari,” jawaban ibu Fasinai.
“Kau,”
suara Asia di hadapanku. Apa pun akan kulakukan demi ka’Lazki agar bisa
merasakan kebahagiaan. Mendengar curahan hati ka’Allred, bagaimana ka’Lazki
berdoa berjuang melawan perasaannya sendiri.
“Saya
tidak akan membiarkan ka’Lazki menangis,” bisikan hatiku membayangkan tangisa
ka’Lazki.
“Kenapa
mencariku?” pertanyaan Asia.
“Asia,
sadarlah jika dia satu-satunya anggota keluargamu sekarang!” tegur ibu Fasinai.
“Duduklah!”
perintah Asia.
“Saya
kemari hanya ingin meminta sesuatu hal,” ucapku.
“Fasinai,
tinggalkan kami!” perintah Asia.
“Baik,”
sekarang hanya tinggal kami berdua...
“Lepaskan
ka’Allred untuk ka’Lazki, menyerahlah” pernyataanku.
“Apakah
kau pernah merasakan ditinggalkan semua orang, tiba-tiba tunanganmu direbut
oleh orang lain.” suara Asia.
“Kau
menganggap satu-satunya manusia paling menderita adalah dirimu bukan orang
lain,” sahutku.
“Papa
dikhianati sahabat terbaiknya, harus mati melalui susunan skenario, mama
berselingkuh hingga lahirlah dirimu, sekarang Allredpun akan keluar dari
hidupku.” Seakan hanya dia manusia paling menderita di dunia.
“Apakah
kau pernah merasakan menjadi seorang anak haram, tanpa pengakuan orang tua
kandung sendiri? Mempunyai ibu tetapi tidak pernah memberikan kasih sayang,
apakah kau tahu rasanya menjadi putri manusia terjahat? Pertanyaanku.
“Seakan
hanya kau saja paling menderita, itulah perbedaan antara kau dan ka’Lazki.”
ucapku kembali.
“Tutup
mulutmu!” perintah Asia.
“Jika
kau berlutut di hadapan ka’Lazki demi tunanganmu, maka sayapun akan melakukan
hal sama berlutut memohon supaya kau melepaskan ka’Allred.” Pertama kali bagi
hidupku berlutut di hadapan seseorang paling kubenci...
“Asia
sadarlah, dia itu adikmu!” ibu Fasinai terlihat marah atas tindakanku.
“Kau
tidak pernah tahu kehidupan ka’Lazki. Bertahun-tahun menjadi sampah bagi banyak
orang oleh karena kemampuan otaknya berbeda. Manusia terbodoh jauh mengalahkan
autisme seakan tidak memiliki harapan. Tuhan mengirim ka’Allred agar dia bisa
melihat setitik harapan.” Kalimatku...
“Ka’Lazki
tidak pernah merebut milikmu, bahkan setiap saat terus berjuang dalam
permohonan doanya kepada Tuhan, agar tidak merebut milik orang lain. Tetapi,
kau harus menyadari sesuatu hal, hati ka’Allred selamanya hanya diperuntukkan
bagi dia.” Kakiku masih berlutut memohon..
“Apa
yang harus kulakukan?” tangisan Asia pecah.
“Kau
cantik, cerdas, mempunyai tubuh sempurna, kaya, terkenal, kasat mata semua
orang berkata kau manusia paling sempurna bagi para pria. Saya percaya, kalau
kau pasti dengan mudah bisa mendapat pengganti ka’Allred.” Jawabanku.
“Menjalin
hubungan selama 5 tahun, sekarang...” Nafas Asia sesak membayangkan harus
merelakan tunangannya sendiri untuk orang lain, sesuatu yang tidak pernah
terbayangkan dalam hidupnya.
“Kau
masih mempunyai banyak hal menarik, semua pria terobsesi tentang berbagai hal
menarik dari hidupmu. Percayalah, kelak kau akan dapat pengganti jauh lebih
baik bahkan terbaik jika kau belajar melepaskan bahkan merelakan...” membuat
dia mengerti tentang sebuah istilah...
“Saya
butuh waktu memberi jawaban,” Air matanya memperlihatkan bagaimana kesesakan
bahkan kesunyian membungkus hidupnya ketika semua pergi menjauh.
“Beri
kesempatan ka’Lazki untuk tersenyum,” kalimatku.
“Cristal,
andai kata saya mengikuti maumu...” Asia tiba-tiba berhenti berbicara beberapa
saat.
“Bisakah
kau mengikuti apapun yang kuinginkan?” raut wajah Asia terlihat serius ketika
melanjutkan ucapannya. Demi kebagiaan kakakku semuanya akan kuperjuangkan
sampai kapanpun. Bertahun-tahun, ka’Lazki mengisi kesunyian, bahkan berjuang
membersihkan namaku ketika semua orang menunjuk diriku sebagai seorang
pembunuh.
“Saya
akan lakukan apapun,” tubuhku masih berlutut di hadapannya. Asia berjalan
mendekat, menyuruhku segera berdiri.
“Apa
yang kau inginkan?” pertanyaanku.
“Semua
orang-orang yang kusayangi telah pergi, bahkan saya harus merelakan Allred
tunanganku sendiri keluar dari hidupku, memikirkan dunia Asia terbungkus
kesunyian rasanya seperti apa?” berbicara seakan masih terlihat tidak akan
pernah merelakan...
“Kau
tidak bisa memaksakan sesuatu agar tetap bertahan dalam hidupmu,” ucapku.
“Berikan hidupku sebagian rashaa sayang
yang kau berikan untuk Lazki!” kalimat Asia
“Saya tidak mengerti,”
“Menjadi penghuni rumah ini,
menghilangkan kebencianmu terhadap diriku dan ibu kandungmu sendiri adalah
persyaratan yang kuajukan,” jawaban Asia. Harus kuakui, kebencianku masih terus
bermain hingga detik sekarang.
Ayah mengajarkan untuk tidak merusak
masa depanku sendiri, bijak ketika menjalani beberapa alur kehidupan. Saya
harus belajar membuang amarah, kebencian, sakit hati terhadap banyak ketidak
adilan membungkus langkahku. Memenuhi ucapan Asia menjadi penghuni rumah besar
seperti istana adalah yang terbaik bagi seluruh masalahku. Belajar menerima
Asia sebagai kakak bahkan melupakan tentang kebencianku terhadap semua yang
terjadi.
“Tuhan, bisakah saya memeluk manusia
terjahat bahkan menerima dia sebagai ayahku?” menatap foto Riady dalam
kesunyian kamar. Beranjak dari rumah Asia, dan mengikuti semua kemauannya.
Membereskan segala barang-barangku untuk tinggal seatap bersama Asia.
Perjanjian diantara kami, demi kebahagiaan kakak terbaik ketika melewati sebuah
lembah.
Entah mengapa mobilku berputar ke arah
lain bukan menuju rumah sakit malam ini. Melangkahkan kaki ke suatu tempat,
berada di hadapan manusia paling kejam. Tanganku membawa sebuah sebuah pena dan
buku, berdiri memandang seseorang. Air mataku terjatuh seketika, entahkah semua
yang kulakukan adalah yang terbaik. Melihat salah satu narapidana terkejam di
depanku sekarang.
“Kau membuatku menjadi anak haram,”
memperlihatkan sebuah tulisan dihadapannya, kemudian merobek bahkan membuang
memenuhi ruangan itu. Kembali menulis berbagai kalimat dan memperlihatkan
pernyataan terburuk...
“Kau manusia paling bengis dan terkejam
di dunia,”
“Menghancurkan rumah tangga sahabat
terbaikmu sendiri itulah duniamu,”
“Menyusun skenario, menjadi pembunih
berdarah dingin terhadap sahabat terbaikmu.”
“Kau juga menewaskan istri sahabatmu,
dan membuat anaknya menjadi yatim piatu.”
“Kau membuatku membenci ibu kandungku
sendiri,”
“Kau membunuh mami, istri dari sahabat
terbaikmu.” Kalimat demi kalimat melalui lembaran kertas demi lembaran kertas,
kemudian merobek, dan membuatnya berhamburan di sekitar lantai.
“Kau menjadikan anak kandungmu sendiri
sebagai kambing hitam terbaik atas segala kejahatanmu,”
“Kau membuatku mendekam dalam penjara.”
“Kau membuat semua orang membenci
kehidupanku, bahkan menghancurkan masa depanku.”
“Kau ayah terburuk yang pernah ada,
manusia paling kejam.”
“Begitu banyak masyarakat bawah menjadi
korban akibat perbuatanmu,”
“Ka’Allred hampir mati ditanganmu,
pukulan demi pukulan terus terarah ditubuhnya”
“Sekarang kau berhasil menembakkan
sebuah peluru ke tubuh kakakku, entahkah dia akan terbangun esok hari.”
“Ka’Lazki hingga detik sekarang masih
berjuang melawan maut,” kalimat demi kalimat terus kuukir, merobek Dan
membuangnya hingga memenuhi seluruh lantai. Air mataku terus mengalir, rasa
sesak bermain kuat memenuhi hidupku. Kedua lututku tiba-tiba terjatuh lemas,
terus menangis diantara robekan-robekan kertas berisi segala hal menyakitkan.
Air matanya terjatuh membaca setiap kalimat-kalimat dari tulisanku.
“Tuhan, balut lukaku dan buang setiap
hal terpahit dari jalanku,” kata-kataku bergema jauh di dasar hati. Tangisan,
robekan kertas, dan air mataku pecah memenuhi ruangan.
Kembali menulis kata demi kata, “Saya
ingin berkata...”
“Kau urutan manusia dan ayah terkejam
menempati posisi pertama.”
“Tanganku ingin belajar memeluk seorang
ayah terkejam di dunia,” air mataku terus mengalir membasahi lantai.
“Belajar untuk menyayangi ayah terkejam
di dunia,” kata demi kata tertulis di hadapannya.
“Saya ingin berada dalam dekapanmu,
ayah.” Sebuah kalimat kembali tertulis pada selembar kertas. Berjuang untuk
berdiri dan berjalan di hadapannya. Membuat dia membaca kalimat terakhir...
“Ayah...” ucapku, tangannya mememluk
dirinya, dan terus menangis tanpa henti.
“Saya tidak pantas disebut sebagai
ayah,” pertama kali mendengar dia berkata-kata seumur hidupku. Seluruh petugas
ikut meneteskan air mata...
“Maaf atas segala hal terjahat yang
selalu membungkus hidupmu” pernyataan seorang ayah terkejam dalam tangisannya
memeluk erat diriku.
“Kau putri terbaik dari seorang ayah
terkejam,” salah seorang petugas berjalan masuk, membuat sebuah pengakuan...
Belajar berada dalam dekapannya, bahkan
melupakan segala yang telah terjadi. Masa depanku harus memahami tentang alur
yang sedang membungkus. Serpihan-serpihan hidup mengajarkan langkahku tentang
perputaran roda. Bagaimana mata memandang, sekalipun segala hal terlihat
mengerikan.
“Jaga dirimu selama kau berada disini”
kata-kataku sebelum meninggalkan sel tahanan.
Robekan kertas tersebut menjadi gambaran
tentang berbagai serpihan-serpihan hidup bermain kuat membungkus jalur
langkahku. Selamat tinggal, segala akar kekecewaan” bisikan hatiku tersenyum
sendiri. Mobilku kembali berputar, menuju sebuah rumah sakit.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku dapat
melakukan hal yang tidak akan pernah kulakukan.” Bisikan hatiku.
“Terimah kasih Tuhan, atas segala
perputaran kehidupan dalam hidupku.”
“Terimah kasih Tuhan, telah
mengembalikan nafas kehidupan untuk kakakku,” sekalipun pandangan mata hanya
melihat ka’Lazki masih terbaring koma.
LAZKI...
“Lazki, jangan pergi” sebuah suara terus
terdengar jelas di telingaku. Seorang malaikat berjubah putih mengenakan sayap,
matanya biru, raut wajah terbungkus kehangatan berjalan ke hadapanku. Memegang
tanganku, kemudian membawaku ke suatu tempat jauh.
“Lazki...” seakan saya mendengar jelas
suara ayah. Pertengahan jalan, kakiku terhenti mencari sumber suara tersebut.
“Tuhan, gadis kecilku hanya tertidur...”
jeritan hati ayah, bahkan tangisannya terdengar jelas.
“Harta ayah paling berharga kelak akan
memperlihatkan betapa bernilainya dia, dan suatu saat semua orang pasti
tercengang-cengang.” Suara kembali terdengar.
“Lazki, bukan anak bodoh,” tiba-tiba
sebuah layar besar berada di hadapanku, memperlihatkan seorang ayah terus
mendekap gadis kecilnya.
“Lazki, jangan berhenti berjuang,” wajah
dan suara ayah terpampang jelas.
“Lazki, berjanjilah untuk menghancurkan
maut,” tiba-tiba wajah ka’Allred memenuhi layar.
“Terimah kasih Tuhan, telah
mengembalikan nafas kehidupan untuk kakakku” tangisan histeris Cristal. Tubuhku
masih berdiri kaku, seakan sesuatu mengunci bibirku untuk tidak berkata-kata.
“Lazurit Krizopras, yang kau dengar
adalah jeritan hati mereka untukmu.” Ucapan lembut malaikat di hadapanku.
“Kembalilah untuk mereka,” kembali
malaikat itu berkata-kata. Tubuhku pergi mejauh dari malaika dengan sendirinya
hingga tidak terlihat...
“Terimah kasih Tuhan, telah mengabulkan
doaku Lazki berhasil menghancurkan jurang maut,” suara seseorang terus
menggenggam erat tanganku. Dia mengikuti setiap ucapan doa yang kunaikkan.
“Terimah kasih Tuhan, karena
menghilangkan...” bisikan hati, namun secara tiba-tiba mengingat bagaimana
jeritan ka’Allred pada layar besar.
“Lazki...” suara ka’Allred tersadar
ketika tanganku bergerak.
“Lazki sadar...” teriakan ka’Allred
memenuhi ruangan.
“Gadis kecilku pasti terbangun,”
senyuman ayah mendekapku erat, tidak perduli akan segala alat-alat medis di
sekitar tubuhku.
“Ka’Lazki,” Cristal berjalan ke
sampingk. Mereka semua menangis buatku, jeritan hati mereka terdengar begitu
jelas depan layar besar bersama seorang malaikat bersayap.
“Ayah, Cristal, ka’Allred terimah kasih
terus berada di sampingku,” terharu melihat perhatian besar hanya buatku
seorang.
“Saya akan tetap menggenggam tangan
Lazki sampai kapanpun,” kata-kata ka’Allred membuatku tidak dapat berbicara.
Mengingat bagaimana Asia berlutut memohon agar tidak merebut tunangannya.
“Kau tidak usah memikirkan diriku,”
sebuah suara tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Maaf atas segala kelakuan burukku
selama ini,” seakan hatiku tidak mempercayai siapa orang dihadapanku sekarang
berdiri dan meminta maaf.
“Saya pasti bisa mendapat lebih baik
sesuai ucapan seseorang,” kembali Asia berkata-kata.
“Ka’Asia, terimah kasih,” pertama kali
melihat Cistal memanggil Asia dengan sebutan kakak.
“Wow, pertama kalinya kau menyebutkan
kalimat seperti itu,” senyum Asia memeluk Cristal. Berarti Asia merelakan
ka’Allred untukku, hampir tidak mempercayai semua yang kulihat ketika
terbangun.
“Maaf telah melukai hatimu,” kata-kata
ka’Allred.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, kau
berhak menentukan pilihan hidupmu. Kesimpulan untuk cerita ini adalah kau bukan
jodohku, saya tidak harus memaksakan tanganku mempertahankan dirimu.” Mata Asia
mengarah ke hadapanku.
“Asia, maaf membuat hidupmu kacau,” ucapku. Asia hanya
tersenyum terhadap ucapanku. Tuhan memberikan kebahagiaan luar biasa dan tidak pernah
kupikirkan selama ini. Langkahku berhasil membuat suluruh dunia terdiam, oleh
karena hasil temuanku. Menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison benar-benar
terwujud, manusia terbodoh berhasil membuktikan sesuatu dalam dirinya. Cristal
dapat melanjutkan impiannya menjadi seorang dokter terbaik. Ayah selalu berada
bersama denganku membuatku dapat berjalan dan terus berjuang tanpa henti.
Terakhir, ka’Allred selalu ada menemani tiap langkahku diantara
serpihan-serpihan kehidupan.
TAMAT