Jumat, 16 Desember 2016

JANGAN BERHENTI BERJUANG...

BAGIAN PERTAMA...

ABRAHAM...
Menjadi seorang ayah merupakan kebahagiaan luar biasa bagi kehidupanku. Gadis kecilku bermain membuat dunia mempunyai warna tersendiri. Tangan mungilnya merupakan kekuatan bahkan semangat luar biasa untuk setiap nafas dimana setiap saat berhembus dari langkahku saat ini. Apapun kata orang tentang gadis kecilku, namun ayah terhebat tetap ada memberikan kebahagiaan. Semua orang dapat saja memberikan ejekan setiap saat, namun ayahnya selalu ada untuk membalut luka-luka tersebut.
Hingga detik ini, gadis kecilku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu untuk langkahnya. Terbiasa menjalankan 2 peran, menjadi seorang ayah sekaligus ibu bagi Lazurit Krisopras Israeland. Nama unik bahkan belum pernah ada di dunia ini keberikan untuk gadis kecilku. Pekerjaanku sebagai penjahit sepatu, membuat ibunya pergi meninggalkan kami.
Semua orang berkata, gadis kecilku tidak akan pernah menjadi anak jenius dikarenakan tingkat perkembangan otaknya jauh mengalahkan kaum paling terbodoh diantara paling terbodoh. Namun, saya akan tetap berada di sampingnya memberikan senyuman serta berkata bahwa dia adalah anak paling jenius yang pernah ada. Ucapan negatif seperti apapun terlontar dari mulut banyak orang buat Lazki, sebagai seorang ayah akan selalu memberikan kekuatan.
“Ayah semua orang berkata, kalau Lazki sangat bodoh...” air matanya setiap hari mengalir saat berada di rumah.
“Gadis kecil ayah tidak pernah bodoh,” berusaha mendekap hanya demi menghilangkan air mata kesedihan dari kehidupannya.
“Ibu guru dan semua teman-teman mengejekku, tidak seorangpun berkata Lazki gadis jenius,” tangis Lazki makin pecah memenuhi rumah kayu kecil tempat tinggal kami.
“Lazurit Krisopras berarti batu-batu paling bernilai bahkan terlalu mahal di mata Tuhan. Itu berarti Lazki gadis paling mahal yang mempunyai nilai paling tinggi di mata Tuhan, sampai kapanpun juga.” Berkata sebijak mungkin hanya demi memperlihatkan tentang kekuatan dibalik namanya.
“Jangan pernah berhenti berjuang menghadapi keadaan di depan mata,” kembali membuat Lazki barada dalam dekapanku.
“Ayah, apakah selamanya Lazki akan menjadi gadis paling bodoh diantara semua manusia paling terbodoh.”
“Anak ayah suatu hari kelak pasti dapat memperlihatkan pada dunia tentang sebuah nilai.” Semua orang dapat berkata hal-hal negatif, namun seorang ayah akan tetap memandang gadis kecilnya hingga menjadi kekuatan luar biasa. Mata manusia melihat bagaimana seorang Lazki sama sekali tidak mempunyai kemampuan sedikitpun di dunia akademik. Berulang kali harus mengalami penolakan demi penolakan oleh banyak sekolah.
“Lazki, ini huruf A, B, C & ...” berusaha mengarahkan dirinya tentang pengenalan huruf.
“Huruf B, C , ...” Lazki mencoba kembali mengeja setiap huruf-huruf di depan matanya.
“Lazki, kalau yang ini bentuknya agak mirip tongkat berarti huruf...”
“Kalau nenek sudah tua bawah tongkat ayah?” ucapan Lazki.
“Huruf apa coba?” pertanyaanku.
“Huruf T,” jawaban Lazki penuh semangat.
“Anak ayah pintar,” kembali membawanya masuk dekapan seorang ayah. Tuhan, sekalipun waktu untuk melihat masa depan Lazki benar-benar membutuhkan perjalanan begitu sulit bahkan terlalu panjang. Namun, di mataMU tidak ada kata mustahil. Seorang ayah akan tetap memperkatakan setiap kalimat positif, sekalipun di depan mata sama sekali tidak memperlihatkan jalan atau harapan sedikitpu bahkan setitikpun.
“Ayah, semua teman-temanku sudah memakai rok abu-abu,” ungkapan hati Lazki.
“Lazki harus sabar pasti bisa juga seperti mereka memakai rok abu-abu,” mendekapnya penuh kehangatan agar dia tidak merasakan hidup di situasi sulit sendirian.
“Apa sebaiknya Lazki berhenti belajar saja?”
“Lazki, jangan berkata seperti itu.”
“Tapi, mereka semua berkata kalau Lazki sangat idiot dan selalu saja berpindah-pindah sekolah.” Gerutu Lazki...
“Lazki bukan anak idiot, tapi, anak jenius...” tetap menanamkan suatu pernyataan positif bagi pemikirannya.
Membutuhkan waktu luar biasa hanya demi membuatnya dapat mengenal berbagai huruf abjad. Perjuangan seorang ayah hingga pada akhir cerita, gadis kecil mulai mengeja kata demi kata sekalipun memakan waktu bertahun-tahun. Tinggal kelas berulang kali bahkan kesekian kalinya merupakan hal biasa bagi seorang Lazki. Seluruh sekolah angkat tangan bahkan menyerah melihat dunia seorang Lazki.
“Seluruh guru mengangkat tangan melihat situasi putri bapak,” kata-kata seorang guru dari salah satu tempat Lazki bersekolah. Lazki untuk kesekian kali dikeluarkan dari sekolah, karena dianggap berada pada situasi diagnosa garis autisme.
“Maaf pak Abraham, karena kami tidak bisa menerima lagi anak anda bersekolah di tempat ini.” Ucapan kepala sekolah di tempat lainnya.
“Tolonglah putri saya,” memohon dengan lutut bertelut.
“Berapapun akan saya usahakan, sekalipun saya hanyalah seorang penjahit sepatu.” Air mata seorang ayah mengalir begitu saja...
“Permasalahan disini, adalah kemampuan putri bapak jauh mengalahkan seorang anak autisme,” kata-kata tersebut benar-benar menciptakan luka luar biasa di dalam diri seorang ayah.
“Andai kata bapak berada dipihak seorang ayah dengan pergumulan luar biasa, langkah apa yang akan bapak ambil.” Pertanyaan seorang ayah seperti diriku...
“Beruntunglah saya tidak memiliki putri seperti pak Abraham, karena ke-tiga anakku mempunyai IQ tinggi dan selalu mendapat prestasi luar biasa di sekolah mereka.”
“Kelak, Lazki juga dapat memperlihatkan prestasi...” kepercayaan seorang ayah tertanam begitu kuat juga akan selalu membungkus kehidupan.
“Dengan tingkat kebodohan seperti ini, pak Abraham harusnya segera bangun dari tidur,” ejekan demi ejekan begitu saja terlontar dari mulutnya.
“Terimah kasih untuk ejekan yang bapak lontarkan bagi gadis kecilku,” hanya kalimat itu saja yang bisa keluar dari mulutku sekarang.
“Coba berpikir, Lazki membutuhkan waktu bertahun-tahun mengerti pengenalan uruf abjad bahkan sampai detik ini dia masih belum bisa menguasai semua.” Kepala sekolah tersebut hanya menggeleng-gelengkan kepala mengucapkan ejekan demi ejekan.
“Sekali lagi, saya mengucapkan banyak terimah kasih atas kalimat-kalimat bapak barusan,” mencoba berdiri, kemudian berjalan keluar dari ruangannya.
Seorang ayah akan selalu menjadi penyemangat bagi gadis kecilnya, apapun keadaan di depan mata sekarang terlihat. Akan terus berjuang, satu pernyataan memberikan kekuatan bahkan senantiasa membungkus diri seorang ayah...Jangan berhenti berjuang, apapun ucapan banyak orang di sekeliling saat sekarang. Mereka dapat saja berkata-kata, bahwa gadis kecilku tidak memiliki masa depan. Namun, seorang ayah selalu berkata Lazki mempunyai masa depan cerah dibandingkan mereka dengan tingkat IQ tinggi pada pemandangan mata.
“Permisi, apakah bapak bisa membantu saya?” Sapa seseorang tiba-tiba di hadapanku membangunkan dari lamunan. Seperti biasa saya harus mengayuh sepeda untuk mencari pelanggan atau sekedar beristirahat di pinggir jalan beberapa saat.
“Iyah...” ucapku.
“Sepatu ini rusak, sementara saya tidak punya waktu mencari penggantinya.”
“Coba berikan padaku, saya akan coba menjahit secepat mungkin.” Kalimatku.
“Baiklah...” secepatnya menyerahkan sepatu tersebut ke dalam tanganku. Setelah 10 menit berlalu sepatu dari ibu tersebut akhirnya selesai penjahitannya.
“Selesai...” menyodorkan kembali sepatu yang telah saya perbaiki.
“Wow, jahitan sepatu ini tidak terlihat sama sekali.” Ujarnya sangat senang melihat sepatu kesayangannya dapat terpakai kembali.
“Ayah, sejak tadi saya mencarimu,” suara Lazki tiba-tiba muncul begitu saja di hadapanku.
“Dari mana Lazki tahu kalau ayah berada disini?” pertanyaanku terhadap Lazki.
“Sejak tadi, saya mengikuti ayah setelah keluar dari ruangan kepala sekolah.” Jawaban Lazki menatapku.
“Apakah Lazki baru saja dikeluarkan dari sekolah seperti biasanya?” seakan Lazki menyadari jika dirinya tidak akan bersekolah lagi di tempat tersebut.
“Memangnya, kamu berbuat kesalahan sampai akhirnya dikeluarkan dari sekolah segitu sadisnya?” pertanyaan ibu tersebut secara tiba-tiba penuh penasaran.
“Lazki tidak nakal, tapi semua orang mengatakan kalau Lazki anak paling terbodoh yang pernah ada di dunia jauh mengalahkan manusia autisme.” Jawaban Lazki pun tiba-tiba..
“Lazki tidak bodoh,” kalimat memotong pembicaraannya.
“Tapi, mereka semua berkata Lazki bodoh,” kalimat Lazki.
“Tunggu-tunggu, bisa anda menjelaskan tentang permasalahan Lazki,” ibu itu mencoba masuk untuk mendengar permasalahan kami.
“Bukan maksud untuk ikut campur, siapa tahu saya bisa membantu.” Kalimatnya kembali...
“Baiklah,” memulai menceritakan tentang permasalahan Lazki dan bagaimana semua orang berteriak bahkan mengucilkan dirinya. Seorang anak dengan kemampuan otak benar-benar berada di bawah standar bahkan jauh mengalahkan autisme. Lazki bukanlah anak autisme, akan tetapi kadar kemampuan otaknya begitu sulit pada proses perkembangan dalam pembelajaran. Tidak terasa butiran kristal menciptakan kesan tersendiri pada sepasang bola mataku.
“Seluruh sekolah menolaknya, sedangkan saya sendiri tidak tahu harus berbuat apa,” kalimat demi kalimat keluar dari perbendaharaan mulutku.
“Saya tidak akan berhenti berjuang untuk masa depan Lazki,” ujarku kembali.
“Sesuai ucapan bapak, kalau Lazki pasti mempunyai masa depan...” seakan terdapat sebuah kekuatan dari pernyataan ibu tersebut dalam diri seorang ayah di tengah-tengah penolakan luar biasa kuat.
“Ayah...” kalimat Lazki.
“Terkadang untuk beberapa saat mata dapat menipu semua orang, seseorang dengan kelemahan tingkat tinggi ada saat tertentu mengeluarkan kekuatan super hingga membuat semua orang di sekitarnya tercengang-cengang.” Pertama kali mendengar seseorang memberikan harapan kuat bagi masa depan gadis kecilku.
“Di lain sisi, seseorang dikatakan terbaik bahkan paling terkuat, secara tiba-tiba tidak dapat berkutik disuatu titik ertentu. Jadi, jangan pernah berhenti berjuang,” tambahannya lagi.
“Terimah kasih ibu atas ucapan anda,” tangisku pecah...
“Jika semua sekolah menolak Lazki, maka saya mau menerima Lazki kapanpun juga sekalipun semua menutup mata akan kemampuan perkembangan otaknya.” Kalimatnya lagi...
“Maksud ibu?” segera tanganku menghapus air mataku.
“Saya pemilik sekolah yayasan Bergema, dimulai SD hingga SMU,”
“Berarti Lazki bisa sekolah lagi,” teriakanku sangat senang.
“Saya akan menunggu waktu, dimana Lazki memperlihatkan kemampuan luar biasa dalam dirinya, sekalipun membutuhkan waktu bertahun-tahun.” Kalimatnya kembali.
“Terimah kasih banyak,” dengan wajah menunduk.
“Saya berjanji, tidak akan mengeluarkan Lazki dari sekolah seperti apapun perkembangan otaknya yang hanya berada dibawah rata-rata seperti kata mereka.” Ucapannya memberikan setitik sinar bagi kehidupan kami.
“Terimah kasih banyak,” hanya kalimat tersebut saja keluar dari perbendaharaan mulutku.
“Waktu itu pasti tiba, dimana Tuhan tidak akan mempermalukan bapak. Tuhan akan meninggikan dirinya suatu hari kelak.” Seakan ada kekuatan tersendiri membungkus diri seorang ayah.
“Kita belum saling berkenalan, perkenalkan nama saya Anabeth pemilik sekolah Bergema,” ujarnya lagi di hadapan kami. “Lazurit Krisopras berarti batu-batu paling bernilai bahkan terlalu mahal di mata Tuhan. Itu berarti Lazki gadis paling mahal yang mempunyai nilai paling tinggi di mata Tuhan, sampai kapanpun juga.” Tangan Lazki terulur dengan segera.
“Nama paling menarik,” ibu Annabeth membalas salaman tangan Lazki.
“Nama saya Abraham,” kalimatku.
“Berarti iman segala orang percaya,” ibu Annabeth tersenyum.
Akhirnya Lazki dapat bersekolah kembali, sekalipun pada kenyataan bahwa masih harus menjadi bahan ejekan banyak orang. Berjuang keras secara luar biasa, agar Lazki dapat lulus Sekolah Dasar, hingga akhir cerita membuahkan hasil.
“Tuhan, seluruh sekolah dapat saja angkat tangan bahkan tidak pernah mau memandang sedikitpun kemampuan Lazki. Namun, aku tidak akan pernah berhenti berjuang memperlihatkan sebuah nilai dari kehidupan gadis kecilku.” Bisikan hati seorang ayah setiap saat, tidak perduli seberapa besarpun kalimat negatif terlontar untuk kehidupan Lazki.
“Masa depan gadis kecilku tidak di dasarkan pada tangan manusia manapun, melainkan masa depannya berada dalam genggaman tanganMU TUHAN,” hanya kalimat-kalimat tersebut yang akan selalu mengalir dari bibir mulut seorang ayah seperti diriku.
Seorang anak penjahit sepatu suatu hari kelak dapat berlari kuat menjadi yang pertama diantara semua orang dengan kemampuan begitu kuat. Waktu itu akan datang, sekalipun pemandangan mata berkata semua ini mustahil untuk diraih. Roda masih terus berputar, tidak seorangpun dapat menyadari keadaan hari ini, esok, dan akan datang...
“Anak saya sebentar lagi menamatkan sekolah menengahnya, sementara Lazki tamat sekolah dasarnya baru tahun ini.” Ejekan salah seorang ibu terhadapku.
“Syukurlah ibu,” berusaha menahan rasa sakit luar biasa dalam diriku.
“Anak paling bodoh diantara paling terbodoh sampai kapanpun juga,” ledekannya kembali.
“Jauh mengalahkan anak autisme,” salah seorang ibu tiba-tiba saja berada di hadapanku.
“Terimah kasih atas kalimat ibu buat Lazki.” Hanya kalimat itu saja terlontar keluar dari mulutku saat ini. Gadis kecilku hanya membutuhkan waktu bagi pembentukan kemampuan otaknya. Seorang ayah tidak akan pernah berhenti berjuang dan akan selalu mendekap gadis kecilnya.
BAGIAN DUA...

LAZURIT...
Seorang ayah bertahun-tahun menjadi penyemangat hidupku seperti apapun keadaanku. Bagaimanapun mereka di sekitarku berkata bahwa saya manusia paling terbodoh, namun, ayah tetap berkata gadis kecilnya tidak bodoh. Menjadi kekuatan bagi langkah kehidupanku detik demi detik, pada akhir cerita memberikan warna-warna pelangi. Berjuang menciptakan senyum pada wajahku, disaat butiran kristal terus saja bermain.
Sejak kecil ayah selalu berkata tentang hal-hal baik terhadap gadis kecilnya. Di mata ayah, selamanya seorang Lazki hanyalah gadis kecil sampai kapanpun. Saya tidak pernah malu mempunyai ayah dengan pekerjaan hanya sebagai penjahit sepatu keliling. Satu hal membuatku bangga mempunyai ayah seperti dirinya, karena perjuangannya menjadi seorang bagi kehidupanku. Tidak pernah malu mengakui diriku sebagai anaknya, sekalipun duniaku jauh mengalahkan para autisme pada permukaan bumi.
“Hufffttttttttt...” berusaha menarik nafas dalam-dalam setiap melihat wajah ayah.
“Tuhan, selalu saja saya tidak bisa menjadi gadis kecilnya memberikan prestasi luar biasa.” Gumamku pulang sekolah masih memakai pakaian sekolah dasar. Semua teman-temanku telah memakai pakaian putih biru, sedangkan diriku masih pada putih merah. Segitu bodohnya diriku, hingga akhir cerita berulang kali harus dikeluarkan dari sekolah karena terlalu bodoh diantara paling terbodoh. Menjadi bahan ejekan semua teman-temanku setiap saat, membuatku ingin berhenti bersekolah saja.
Ayah selalu saja memberikan semangat, seakan ada sebuah kekuatan untuk membuatku bertahan seperti apapun keadaanku sekarang. Sekalipun seluruh teman-teman menjauh bahkan mengucilkan hidupku sedemikian rupa, kakiku terus saja bertahan agar tetap berada di sekolah. Biarpun teman-teman seumuranku sebentar lagi telah berpakaian seragam putih abu-abu, namun seakan kakiku harus berjalan terus ke depan.
“Idiot mau kemana?” ledek seorang temanku.
“Ingin berjalan ke taman,” jawabanku.“Astaga, orang idiot paling terparah macam dirimu tidak bisa gabung bersama anak-anak jenius di taman. Ngerti?” ledek Sinai.
“Memangnya taman sekolah hanya diperuntukkan bagi anak-anak jenius?” tanyaku.
“Pastilah, bukan si’idiot seperti dirimu.” Jawabannya.
“Kalau duduk di pinggiran saja sekitar taman boleh!”
“Astaga, berapa kali kubilang tidak boleh, lihat dirimu sudah paling tua terus paling bodoh terbo.....dooohhhhhh.... di dunia” teriakannya.
“Masuk telinga kanan keluar telinga kiri,” kata-kataku dalam hati berusaha setenang mungkin. Menginjak dunia remaja, namun masih saja berpakain putih merah berusaha menahan diri terhadap setiap ekspresi banyak orang saat menatap kehidupan begitu menyedihkan.
“Idiot, sudah kami katakan jangan berkumpul berada di sekitar tempat ini,” amukan salah satu anak lainnya. Inilah keadaanku saat ini, terkucilkan bahkan menjadi bahan buli diantara mereka. Keluar masuk sekolah dikarenakan seluruh guru menyerah berhadapan ah
Butiran kristal selalu saja menemani hari-hariku setiap saat dalam sebuah kamar kecil. Berusaha menutupi butiran-butiran kristal tersebut dari hadapan ayah. Tuhan, apakah pada dasarnya seorang Lazki hanya akan menamatkan sekolah dasar semata? Mengeja abjad benar-benar penuh perjuangan bagi perjalananku selama bertahun-tahun. Hanya seyuman ayah dapat membuatku tetap bertahan sekarang...
Seluruh sekolah pada akhirnya menolak kehadiranku, tidak terlihat setitikpun masa depan bagi perjalanan seorang Lazki. Menerima kenyataan terpahit, bahwa langkahku sama sekali tidak akan pernah memandang sebuah sinar bagi masa depan. Rasa sakit luar biasa melihat ayah bersujud di hadapan kepala sekolah, agar tidak mengeluarkanku begitu saja. Air mataku mengalir begitu deras melihat pengorbanan luar biasa seorang ayah, hanya demi melihat masa depan gadis kecilnya. Kepala sekolah penuh penekanan melontarkan caci maki tentang duniaku, namun, ayah tetap berkata gadis kecilnya pasti bisa berprestasi.
“Ayah...” ucapanku dibalik pintu tanpa sepengetahuan ayah,
“Kenapa ayah harus melakukan semua ini? Lazki membenci sikap ayah,” tangisku benar-benar pecah. Tuhan, setidaknya Lazki mati saja biar penderitaan ayah berkurang. Apakah bunuh diri jalan terbaik bagi perjalananku sekarang? Sehingga mereka tidak lagi bisa  mempermalukan ayahku. Hatiku benar-benar terluka melihat bagaimana mereka setiap saat memberikan hinaan demi hinaan terhadap ayah, hanya karena kebodohanku.
“Hik...hiks...hiks...” tangisku bermain diantara hentakan kaki saat berlari.
“Apakah bunuh diri jalan terbaik bagi pemecahan masalahku?” teriakanku setelah berada jauh dari sekolah. Tanpa sadar kakiku telah berada pada sebuah jembatan, dimana dapat mengantarkan hidupku di alam kekelan.
Manusia paling idiot,” kata-kata tersebut benar-benar terngiang keras di setiap gendang pendengaranku. Setidaknya ayah tidak akan lagi menjadi bahan ledekan oleh semua orang, setelah kematianku.
“Ayah harus berjuang hidup, sekalipun Lazki sudah tidak bersamamu lagi,” kedua kakiku mulai memanjat beberapa bagian dari jembatan, hingga dalam sekejap dapat terjun bebas ke bawah.
“Maafkan Lazki atas segala penderitaan yang selalu saja membungkus perjalanan ayah setiap detik.” Tangisku benar-benar tidak dapat dikendalikan...
“Masih kecil, sudah mengerti namanya bunuh diri!” tiba-tiba sebuah suara asing berbisik pada gendang pendengaranku. Seakan terdapat sebuah tangan memegang kendali di sekitar tubuhku sehingga tidak terjatuh ke bawah. Berusaha mengeluarkan dan membawaku jauh dari jembatan tersebut.
“Kenapa kau tidak membiarkanku mati?” amarahku meledak bahkan berada pada area tertinggi.
“Harusnya kau bersyukur karena saya berhasil menyelamatkan dirimu dari neraka.” Ucapan orang itu di depanku.
“Saya tidak bersyukur atas pertolongan yang kau berikan, karena saya memang ingin mati.” Teriakanku luar biasa...
“Jika diperhatikan dari pakaianmu, terlihat masih sekolah dasar tapi mukanya tua begitu, benar-benar anak SD zaman sekarang cepat tua...”
“Tuhan, saya ingin mati...” terus saja menangis.
“Astaga, masih kecil sudah tahu ingin mati, benar-benar korban sinetron stadium akhir.”
“Ayah, apakah jalanku sekarang benar-benar salah?” jeritku diantara butiran kristal...
“Usiamu baru menginjak 11 tahun pasti, sudah kenal namanya bunuh diri,” gelengan kepala terus saja bermain tanpa henti. Dia berpikir kalau saya masih berusia 11 tahun, karena masih berpakaian sekolah dasar. Sekarang usiaku sudah menginjak 16 tahun, karena tinggal kelas terus menerus jadi tetap memakai seragam sekolah dasar. Ayah tidak pernah membiarkanku berhenti bersekolah, terus saja mengantar ke sekolah. Keluar dari sekolah, ayah berjuang mencari sekolah baru buatku.
“Saya ingin mati, bagaimanapun caranya.” Teriakan histerisku.
“Hentikan tangisanmu, kau bisa memecahkan gendang pendengaranku.” Kedua tangannya berada di sekitar telinganya.
“Kenapa kau tidak membiarkanku mati,” mengambil sebuah batu kemudian melemparkan ke arahnya.
“Hentikan,” teriakan pemuda di depanku.
“Apa kau pikir setelah mati semua masalahmu selesai?” pertanyaannya kembali...
“Kau tidak tahu masalah yang kuhadapi sekarang,” amukanku...
“Hal pertama yang akan terjadi setelah kematianmu adalah kau berada di neraka 100%, kedua, orang tuamu pasti terus saja menangisi kematianmu,”
“Tidak menjadi masalah saya berada di neraka.”
“Tuhanku, memangnya kau tahu situasi neraka seperti apa? Kau pikir hidup seperti di surga?” gelengan kepalanya kembali bermain.
“Apa urusanmu?” tangis histerisku.
“Iblis pasti tertawa melihat dirimu sekarang, kenapa? Karena jalan pintas yang kau gunakan untuk penyelesaian dari permasalahanmu.”
“Kau tidak tahu masalahku.” Hatiku sakit mengingat bagaimana ayah harus berlutut demi mempertahankan anaknya di sekolah.
“Saya tidak tahu masalah yang kau hadapi, tapi percayalah bunuh diri bukan jalan terbaik dari masalahmu sekarang, justru sebaliknya iblis akan tertawa melihatmu.” Kata-katanya berusaha membawaku pada sebuah jalur lain.
Dunia sudah menertawakan setiap kekurangan dari kehidupanku sekarang. ayahku hanyalah seorang penjahit sepatu keliling, dengan pendapatan kecil masih terus berjuang menghabiskan segala tabungannya demi anak paling bodoh. Sekalipun ayah tidak mengeluh sedikitpun, namun beban berat selalu ada disaat saya bersama dengannya. Bagaimana bisa ayah memiliki anak paling idiot seperti saya? Tuhan setidaknya beban ayah hilang, bahkan ejekan mereka semua pergi dari kehidupannya.
“Jadilah pemenang atas semua masalahmu, seberat apapun beban yang membungkus langkahmu sekarang.” kata-kata bijak pemuda di hadapanku...
“Semua orang menghina ayah, karena mempunyai anak paling bodoh dan selalu saja tinggal kelas bahkan harus dikeluarkan dari sekolah berulang kali.” Entah mengapa saya mengucapkan kalimat-kalimat dimana seorang Lazki pasti akan ditertawakan luar biasa.
“Jangan katakan umurmu sudah tua, tapi karena bodoh paling kronis level tinggi sampai tinggal kelas berulang kali.”
“Ayahku hanyalah penjahit sepatu berpenghasilan kecil, tapi mempunyai anak yang selalu saja mempermalukan dirinya bahkan harus menjadi bahan hinaan semua orang.” Kata-kata itu keluar begitu saja, tidak peduli hinaan darinya. Menjelaskan bagaimana saya harus tinggal kelas berulang kali, hingga terkucilkan oleh semua orang. Ayah harus berlutut di hadapan kepala sekolah hanya demi anak tunggalnya. Jalanku tidaklah seperti kebanyakan orang, berada di jalur dengan tingkat kebodohan terparah.
“Thomas Alva Edison juga bodoh seperti dirimu, tapi seperti yang kau lihat ada begitu banyak penemuannya. Salah satu toko penemu paling bersejarah dan hasil temuannya bermanfaat bagi dunia.” Ucapannya membuat berhenti menangis.
“Siapa Thomas Edison?”
“Dia adalah penemu lampu untuk menerangi kegelapan malam. Kehidupanmu masih jauh lebih baik dibanding dirinya, dikeluarkan dari sekolah bahkan harus belajar abjad di rumah.” Kalimatnya.
“Apakah semua guru angkat tangan melihatnya, sama seperti kehidupanku sekarang?”
“Semua guru angkat tangan, tidak ada masa depan untuk seorang Thomas, tapi apa yang terjadi temuannya berhasil menggegerkan dunia. Di akhir cerita menjadi kisah sejarah tersendiri langkah hidup seorang penemu lampu.”
“Apakah saya bisa menjadi seperti dia?” pertanyaanku sambil menghapus sisa-sisa air mataku.
“Kau bisa menjadi seperti Thomas, asalkan dirimu jangan berhenti berjuang sedikitpun.”
“Andai kata saya masih saja gagal setelah berjuang,?” kalimatku kembali.
“Thomas Alfa Edison mengalami ribuan kali kegagalan demi kegagalan, namun terus saja berjuang demi mencapai sebuah puncak. Pada akhir cerita menciptakan sejarah terbaik bagi dunia banyak orang.” Jawaban penuh makna dan penekanan.
“Bagaimana saya bisa menjadi seperti dia?” pertanyaan demi pertanyaan terus saja keberikan.
“Kau hanya butuh berjuang, sekalipun gagal teruslah berjuang dan jangan berhenti.”
“Ajarkan kehidupanku bagaimana saya bisa memulai suatu perjuangan,” kepalaku menunduk namun, jauh di dasar hati berharap penuh untuk terus berjalan, namun entahlah...
“Sebuah cerpen menceritakan seorang bernama Albert membuat beberapa permohonan pada secarik kertas, kemudian menempelkan pada dinding kamarnya dan...” ujarnya terhenti.
“Selanjutnya?”
“Setiap hari saat masuk dan keluar, berada di depan dinding dengan tempelan kertas permohonan, serta berkata, Trimah kasih Tuhan karena sudah menjawab doa permohonanku tanpa pernah bosan atau terhenti sedikitpun. Akhir cerita, mimpinya benar-benar terwujud.” Lanjutan dari perkataannya.
“Berarti kehidupan Albert dan Thomas sama-sama tidak bisa melakukan apapun?”
“Seperti itulah, tapi, mereka berjuang disertai kekuatan doa.” Jawabannya.
“Sepertinya saya sudah terlalu terlambat menjalani ataupun berjuang seperti Thomas,” keraguan mulai menyelimuti diriku saat ini.
“Tidak ada kata terlambat, selama kau masih bernapas dan mau berjuang,” pernyataan itu menjadi rhema bagi langkah kehidupanku selanjutnya. Saya harus berjuang, tidak mengenal istilah menyerah. Mengatakan bahwa, pengharapan akan selalu ada seberat apapun beban pergumulan menghimpit langkah kaki di setiap sudut kehidupan. Tiba-tiba mengingat wajah ayahku, kakiku segera berdiri tegak dan berlari. Meninggalkan pemuda itu, tanpa tahu nama ataupun mengucapkan terimah kasih karena telah menyelamatkanku dari tindakan paling dibenci oleh Tuhan.
Kakiku berlari mencari ayah dan berjanji akan berjuang, hingga pada ending cerita semua orang akan malu menatap kehidupan kami. Ingin segera berada dalam dekapan ayah, berbicara bahwa gadis kecilnya bisa menjalani kehidupan. Gadis kecilnya akan belajar berjuang, berdiri kuat di hadapan banyak orang.
“Ayah,” lirihku di dasar hati. Sepasang bola mataku berhasil menemukan tempat ayah berada sekarang. Melangkahkan kaki ke hadapannya dan segera ingin berada dalam dekapan ayah.
Ayah sedang berbicara dengan seorang wanita. Terlihat jelas tangan ayah bermain dengan cekatan memperbaiki sepasang sepatu dari wanita tersebut. Menyeberang di sekitar jalan raya kemudian berjalan ke hadapan mereka.
“Ayah, sejak tadi saya mencarimu,” suaraku tiba-tiba muncul begitu saja.
“Dari mana Lazki tahu kalau ayah berada disini?” pertanyaan ayah terhadapku. Bercerita kepada ayah, mencari bahwa saya mengikutinya. Menyadari kalau saya benar-benar dikeluarkan dari sekolah. Sekalipun keluar dari sekolah, tapi saya pasti bisa belajar di rumah, hingga akhir cerita menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison. Membuat sejarah dunia, tidak ada kata mustahil meraih sesuatu yang ingin digenggam.
Wanita itu masuk berbicara dalam pada pertengahan dialog kami. Ternyata beliau merupakan pemilik yayasan sekolah bergema. Menawarkan bantuan kepada kami, agar saya bersekolah di tempatnya. Pertama kali, seorang pemilik yayasan memberikan kekuatan melalui pernyataan dari bibir mulutnya. Tuhan, ajar langkahku bagaimana harus berjalan serta memahami perjuangan.
BAGIAN TIGA...

LAZURIT...
Memulai perjuangan, tidak ada kata terlambat dari langkahku untuk belajar akan arti sebuah pengejaran. Menuliskan keinginanku pada secarik kertas, setelah itu menempelkan pada dinding kamar kecilku. Yakin bahwa seorang Lazki mampu melewati lautan badai, sama seperti rajawali semakin terbang tinggi bahkan semakin kuat.
“Terimah kasih Tuhan, Lazki mempunyai IQ tinggi dan telah menjadi seorang penemu bahkan menciptakan sejarah penting di dunia.” Isi tulisan pada secarik kertas di dinding kamarku. Mengikuti ucapan kakak laki-laki yang telah menyelematkanku keluar dari tindakan menjijikkan di hadapan Tuhan. Belum sempat mengetahui namanya, namun saya berlalu begitu saja dari hadapannya. Tidak akan pernah melupakan setiap nasihat dari perbendaharaan mulutnya.
“Terimah kasih, karena telah mengajarkan langkahku untuk belajar mempunyai sebuah kekuatan.” Lirihku di dasar hati membayangkan setiap ucapan demi ucapannya waktu itu.
Sekalipun saya masih tetap berada pada bangku sekolah dasar, setidaknya masih ada sekolah yang ingin mempertahankan serta menerimaku kembali. Ayah hanyalah penjahit sepatu, tidak memiliki pendidikan tinggi untuk membentuk perkembangan otakku sekarang. Mendapat makian dari guru, tidak menyulutkan langkahku saat ini mengejar mimpi. Beruntung saya sudah bisa menulis bahkan lancar membaca sekarang, sehingga dapat menulis keinginanku pada secarik kertas. Mengingat kembali kejadian bagaimana banyak guru mengamuk bahkan sakit kepala menghadapi kebodohanku secara luar biasa.
FLASHBACK...
“Lazki, coba baca tulisan di papan tulis sekarang!” perintah ibu Wania sewaktu saya masih belum berpindah sekolah.
“B ditambah U bacanya bu...” masih mengeja huruf demi huruf. pada hal saat itu, semua teman-teman seumuranku telah berada di bangku sekolah tingkat pertama.
“Benar-benar tolol,” teriakan teman sekelasku.
Ayahku tidak berhenti mengenalkan jenis-jenis huruf abjad setiap malamnya. Waktu yang kubutuhkan untuk memahami pengenalan abjad tidaklah seperti anak normal lainnya. Semua orang mengucilkan diriku bertahun-tahun karena kadar otakku telah berada dibawah rata-rata garis paling terbodoh di dunia. Guru-guruku selalu saja naik darah mengajarkan seluruh pelajaran sekolah.
“Lazki, kenapa kau begitu bodoh,” teriakan guruku setiap hari.
“Manusia paling idiot, tidak mempunyai masa depan sama sekali,”
“Lazki, masa depanmu pasti hancur karena otakmu tidak bisa berkembang sama sekali.”
“Kau manusia paling terbodooohhhhhh, autis masih jauh lebih baik dibandingkan dirimu.”
“Satu-satunya murid saya paling bodoh bahkan berada di garis paling bodoh hanyalah Lazurit Krisopras alias manusia terrrrriiidiiiiiioooooootttttttttt.”
Setiap hari mendengar ucapan kalimat demi kalimat oleh banyak guru di sekolah. Berpindah-pindah sekolah, akan tetapi kalimat yang sama selalu menggema di gendang telingaku. Seperti apapun saya belajar, namun hasil tetap sama terlalu sulit memahami setiap mata pelajaran di depanku. Hanya kalimat ayah saja, terdengar memberikan kekuatan bagi langkahku.
“Lazki bukan anak bodoh,” kalimat ayah setiap berada dalam dekapannya.
“Lazki, pasti bisa memperlihatkan sebuah prestasi kelak.” Sebelum tidur ayah akan selalu berbisik pada telingaku, kemudian keluar dari kamar.
“Semangat, Lazki anak ayah paling pintar,” sebelum ayah berangkat kerja, memberikan kekuatan tersendiri.
“Harta ayah paling berharga kelak akan memperlihatkan betapa bernilainya dia, dan suatu saat semua orang pasti tercengang-cengang.” Tidak pernah sekalipun, ayah mengeluarkan kalimat bodoh seperti orang lain di sekitarku. Memberikan kehangatan, disaat air mataku mengalir.
“Lazki, jangan berhenti berjuang.” Sekalipun saya berulang kali menyakiti hatinya dengan memperlihatkan angka merah bahkan semua guru melemparkan caci maki, ayah tetap mengeluarkan pernyataan seperti itu.
“Lazki akan selalu menjadi anak yang takut Tuhan, dan kelak memperlihatkan prestasi demi prestasi.” Ucapan ayah saat berdoa bersama setiap hari tanpa pernah bosan ataupun jenuh sama sekali.
“Kenapa ayah selalu mengatakan kalau Lazki pintar, pasti berprestasi, sedangkan jelas-jelas anakmu manusia paling bodoh di dunia,” teriakanku terhadap ayah. Tidak pernah sekalipun berkata-kata bahwa anaknya manusia terbodoh, tidak memiliki masa depan.
“Semua orang dapat berkata negatif tentang duniamu, tapi ayah akan selalu berkata positif dan menjadi penyemangat luar biasa bagi gadis kecilku.” Menarikku hingga berada dalam dekapannya.
FLASHBACK...
“Lazki,” suara seseorang membangunkanku dari lamunan.
“Ibu Annabeth,” sapaku.
“Belum pulang?” pertanyaannya.
“Belum ibu,”
“Kenapa? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?”
“Tidak ada apa-apa ibu,” jawabanku.
“Ibu akan selalu menunggu waktu dimana kau dapat memperlihatkan pada dunia tentang kelebihan dalam dirimu. Buat mereka semua tertunduk malu atas sesuatu dari langkah seorang Lazki.” Entah mengapa ibu Annabeth berkata-kata seperti ini terhadap diriku. Seakan dia mempelajari apa yang sedang kupikirkan sekarang.
“Ibu, sepertinya hari sudah mulai sore.” Segera mengambil tas dari kursi panjang untuk segera beranjak keluar...
“Lazki, jangan malu dengan keadaanmu sekarang,” ucapannya.
“Saya harus pulang ibu karena ayah pasti khawatir,” segera berlari...
“Ibu Annabeth, terimah kasih atas semuanya. Disaat seluruh sekolah menolakku, namun tangan ibu terbuka buatku.” Kakiku terhenti beberapa saat, berbalik mengungkapkan isi hatiku.
“Sama-sama Lazki,” senyuman ibu Annabeth terhadapku.
Melangkahkan kaki keluar dari pintu pagar sekolah. Berpikir tentang hal-hal yang akan kulakukan saat ini. Pengharapan seorang ayah akan setiap ucapannya membuatku harus bangkit. Tuhan, ajar kehidupan agar tetap berjalan seperti apapun mereka mengejekku manusia paling bodoh jauh mengalahkan autisme. Tanganku tidak berhenti memainkan daun-daun sekitar area rumah.
“Terimah kasih Tuhan, karena saya bukan lagi gadis bodoh melainkan anak jenius dengan IQ tinggi memiliki penemuan terbaru seperti Thomas Alfa Edison.” Kata-kataku sebelum keluar dari kamarku. Berada di depan dinding kamar melipat tangan serta berdoa kepada Tuhan. Setiap memasuki kamar, mulutku tanpa pernah bosan berdoa serta berdiri di hadapan permohonan yang kubuat pada dinding kamar. Kakak laki-laki yang telah menyelamatkanku mengajarkan bagaimana memulai perjuangan.
“Terimah kasih Tuhan, doa permohonanku telah terjawab. Saya sudah menjadi seorang manusia paling jenius serta mempunyai penemuan terbaru bahkan menciptakan sejarah dunia.” Kata-kataku setiap saat, sekalipun pada pemandangan mata seorang Lazki masih mengenakan seragam sekolah.
Mulai belajar agar bisa lulus dari sekolah dasar dan memasuki sekolah lanjutan atas. Belum terlambat untuk memulai semuanya serta mengubah dunia suatu hari nanti. Membuka semua buku-buku pelajaran hingga dapat mengerti apa yang dijelaskan di dalamnya. Ayahku hanya berada di samping melihat bagaimana gadis kecilnya belajar. Ayah hanya sebatas mengajarkan huruf abjad kemarin.
“Jika 2 dikalikan 4 berarti hasilnya 8,”
“3x4= 10 salah bukan tapi 11, 12,” tanganku mencoba menghitung sesuai petunjuk guru. Mulai menghafal perkalian-perkalian dasar. Memahami dunia sains dan banyak lagi pelajaran sekolah dasar.
“Saya pasti bisa,” memberikan semangat pada diri sendiri.
“Gadis kecil ayah semangat belajar,” senyum ayah terpancar.
“Lazki bukan gadis bodoh tapi jenius, aminnn,” semangatku mengucapkan kalimat-kalimat seperti itu setiap hari. Berusaha untuk mempelajari perhitungan dasar. Berjuang agar bisa lulus dari sekolah sekolah dasar, hingga ending cerita seorang Lazki mengenakan pakaian putih biru. Selang beberapa waktu, ujian sekolah akhirnya tiba juga. Kesulitan dalam mengerjakan soal-soal tetap mengalir. Namun, Lazki tidak akan pernah menyerah begitu saja.
“Cukup sudah dan terakhir kali kemarin, Lazki tidak lulus sekolah.” Kalimatku di dasar hati.
“Saya pasti lulus tahun ini,” semangatku mengerjakan semua soal-soal di hadapanku. Sebulan setelah ujian, pengumuman kelulusan akhirnya keluar. Tanganku sibuk mencari, apakah terdapat namaku diantara para siswa yang dinyatakan lulus.
“Lazurit Krisopras,” menemukan namaku.
“Saya lulus,” teriakanku sangat bahagia.
“Kakak Lazki lulus?” kalimat seorang adik kecil dan tidak lama lagi kembali menjadi teman sekelasku.
“Saya lulus,” hanya dia satu-satunya adik kecil yang mau berteman bahkan berbagi tempat duduk di kelas.
“Wow, berarti kakak Lazki bisa sekelas lagi denganku.” Kalimat Cristal terhadapku.
“Akhirnya kakak Lazki tidak lagi jadi manusia paling idiot di dunia,” pelukan hangat seorang Cristal.
“Cristal, berhenti mengejekku idiot.”
“Kakak Lazki sudah jenius kok, walaupun masih dibawah rata-rata” sekalipun ucapannya seperti itu, namun, Cristal tetap satu-satunya adik kecil yang ingin bersahabat denganku.
“Pertama kali mempunyai teman kecil seperti Cristal,” tuturku di dasar hati.
“Jangan jadi manusia idiot lagi, harus naik kelas terus seperti ini,” tegurnya sangat peduli keadaanku.
Ibu Annabeth tidak membutuhkan waktu menungguku dengan waktu lama pada bangku sekolah dasar. Sekarang saya meanjutkan sekolahku di bangku lanjutan pertama, diawal semester otakku masih mengalami kesulitan untuk beradaptasi. Membutuhkan bantuan Cristal menolongku mempelajari kurikulum sekarang. Kenaikan kelas 9, saya hamper saja tinggal kelas. Perkembangan otakku sangat sulit melihat buku-buku ataupun rumus di depan mata.
“Rumus matematika yang benar itu seperti contoh pada buku ini,” tegur Cristal.
“Kau benar-benar adik kecil terbaik buatku,”
“Saya sudah remaja sekarang bukan lagi anak SD,” celoteh Cristal.
“Memangnya kenapa?” tanganku merebut pensil dari tangannya.
“Berhenti memanggilku adik kecil,” celoteh Cristal.
“Umurku sangat jauh berbeda denganmu, sekarang kau saja baru berusia 13 tahun, sedangkan saya sudah 19 tahun masih di bangku kelas 8.”
“Kenapa kakak tidak mengikuti ujian persamaan saja,” pertanyaan Cristal.
“Entahlah, ayah tetap ingin saya mengikuti persekolahan.” Jawabanku membayangkan bagaimana ayah terus mendorong agar saya bersekolah.
“Oh seperti itu cerita ka’ Lazki.”
Kami berdua menjadi sahabat pada akhirnya. Hanya Cristal teman yang mau menerimaku sebagai teman disaat semua pergi menjauh. Cristal tidak pernah berprestasi di sekolah, akan tetapi juga tidak masuk dalam kategori manusi bodoh seperti diriku. Tingkat perkembangan otaknya berada di tengah-tengah, aias tidak terlalu jenius dan tidak masuk kategori bodoh juga. Masa-masa berada di kelas 7,8,9 benar-benar menjadi bahan pergumulan bagi langkahku.
Nilai-nilaiku sewaktu kelas 7 berada pada daftar paling bawah, namun untung saja saya masih bisa dinyatakan oleh para guru untuk naik ke tingkat selanjutnya. Di kelas 8, beberapa guru telah memberikan batu peringatan agar berhati-hati. Dikarenakan semester awal seluruh nilai-nilaiku semua dinyatakan merah. Berusaha lebih keras, pada semester akhir kelas 8, akhir cerita saya dinyatakan layak naik tingkat di kelas selanjutnya.
Satu hal, membuatku tetap mempercayai sebuah masa depan cerah oleh karena petunjuk kakak laki-laki beberapa tahun lalu. Tetap melakukan segala petunjuknya, berada di depan dinding kamarku setiap masuk ataupun keluar untuk berdoa. “Trimah kasih Tuhan, permohonan sudah terjawab, saya bukan lagi manusi paling bodoh melainkan anak jenius dengan penemuan luar biasa. Kelak saya akan membuat sejarah bagi dunia, amin,” isi dari doaku, sekalipun seakan tidak memperlihatkan hasil sama sekali.
Akan tetapi, jika kembali pada kejadian beberapa tahun lalum saya lulus ujian pada bangku sekolah dasar. Berarti doaku benar-benar terjawab, hanya membutuhkan waktu saja. Ucapan-ucapan ayah setiap hari menjadi penyemangat tersendiri dari duniaku. Memberikan dekapan penuh kehangatan, sama sekali tidak mengeluarkan perkataan kutuk bagi kehidupan gadis kecilnya.
“Lazki, tidak pernah bodoh,” senyuman ayah berteriak saat mengantarku memakai sepedanya ke sekolah.
“Langkah gadis kecilku selalu ada dalam genggaman tangan Tuhan, bukan tangan manusia. Lazki pasti bisa menggegerkan dunia secara luar biasa.” Kalimat bijak seorang ayah terhadapku.
“Jangan berhenti berjuang, apapun perkataan orang.” Tulisan ayah pada secarik kertas terselip diantara buku-buku pelajaranku.
“Jangan berhenti berjuang, bagaimanapun keadaan gadis kecilku sekarang.” Tulisan ayah tertera jelas pada salah satu T-shirt sebagai hadiah ulang tahunku.
“Langkah seorang ayah terlihat penuh warna, disaat gadis kecilnya terus melangkah,” pernyataan ayah tersimpan jauh di dasar hatiku. Kekuatan ayah membuatku bertahan, bertahan, dan bertahan apapun keadaanku.
 Lazki dapat lulus dari sekolah lanjutan pertama, tanpa menyelipkan istilah “tinggal kelas” kembali. Masa-masa tersebut hanya berada pada bangku sekolah dasar saja, tidak akan berlaku lagi di tahun-tahun berikutnya. Ketika namaku disebut berada pada peringkat 30 dari 40 siswa di kelasku, rasa haru membungkus. Semester awal kelas 10 merupakan sesuatu yang luar biasa buatku. Terus berjuang, hingga pada semester berikutnya naik secara bertahap. Seluruh guru terkejut melihat perkembangan otakku sekarang. Hal paling mengejutkan lulus kelas 12 dengan peringkat 5 dalam kelasku.
BAGIAN EMPAT…

ABRAHAM…
Melihat perkembangan luar biasa dari gadis kecilku membuatku terharu. Gadis kecilku berhasil membuktikan arti perjuangan sebenarnya. Terimah kasih Tuhan untuk pemberian terhebat dari langkahku sekarang. Saya tidak akan pernah kecewa ataupun berkata, kenapa Tuhan memberiku seorang putrid paling idiot diantara semua orang. Disaat perbendaharaan mulutku menyatakan kekecewaan terhadap pemberianMU, pertanda suatu jurang melingkupiku sekarang. Ibu Lazki membentuk langkah terkacau, namun, sebagai ayah kakiku tidak akan pernah memainkan irama seperti itu.
Gadis kecilku tidak menyadari kesalahan terbesar dari ibu yang telah membuatnya ada di dunia. Pergi begitu saja meninggalkan kami, oleh karena situasi ekonomi  berada di bawah garis kemiskinan. Lazki berpikir, ibunya telah tiada dengan kata lain meninggalkan dunia ini dan hidup di alam lain. Namun, pada kenyataan lain bahwa dia masih hidup, entah berada di ujung dunia sebelah mana sekarang?
Mengatakan berbagai hal-hal baik terhadap Lazki, tanpa membentuk akar kebencian terhadap dunianya tentang kehidupan ibu kandungnya sendiri. Seorang ayah terhebat dari langkah putrinya, dimana dia tidak akan pernah membentuk akar kebencian terhadap siapapun. Membentuk akar kebencian pada seorang anak, akan menciptakan sebuah jurang paling mengerikan dari ayah sendiri. Hal seperti ini, tidak akan pernah kulakukan terhadap gadis kecilku.
“Lazki mempunyai ibu terbaik di dunia sampai kapanpun juga.” Menanamkan dalam benak Lazki sejak kecil hingga bertumbuh menjadi seorang gadis.
“Wow…” kalimat Lazki.
“Tidak mungkin Lazki bisa terlahir ke dunia ini, jika tidak melalui rahim ibu terbaik yang dikirim oleh Tuhan.” Ucapanku disaat gadis kecilku bertanya beberapa hal tentang ibu kandungnya sendiri. Selama bertahun-tahun sampai akhir cerita, Lazki tidak lagi bertanya tentang ibu kandungnya sendiri.  Sampai kapanpun Lazki akan selalu menjadi gadis kecil berapapun usianya sekarang. Tuhan, langkah irama gadis kecilku pasti bisa membuat sejarah bagi dunia.
LAZURIT…
“Mbah, jus jeruk 1,” suara keras seseorang yang berada di meja no.3.
“Baik,” setelah lulus dari sekolah menengah, akhirnya saya bekerja paruh waktu sekitar lokasi tidak jauh dari kampusku. Ayah terus saja mendorong bahkan memberi support, agar saya terus melanjutkan pendidikan pada jenjang lebih tinggi. Usia lazki memang sudah terbilang tua, tapi demi masa depan apapun akan kulakukan.
“Tidak peduli kata orang, lazki harus terus melangkah,” kalimat bijak ayah sebagai kekuatan bagi duniaku setiap saat. Sekarang kami sudah mempunyai rumah sendiri sekalipun tidak besar. Ayah sudah mempunyai bisnis kecil jualan sepatu, disamping merenovasi sepatu-sepatu tidak layak pakai menjadi sebuah bahan kreasi dan lain sebagainya. Bertahun-tahun, kami hidup di rumah kontrakan, kini Tuhan mulai memberikan berkat secara luar biasa. Saya sendiri belajar untuk hidup mandiri, dengan bekerja paruh waktu selama berada di bangku kuliah.
Tidak terasa kuliahku memasuki tahun ke-3, Lazki paling terbodoh diantara para idiot mampu memasuki bangku perguruan tinggi. Awalnya, saya mencoba mendaftar test kampus favorit dan terbaik, namun tidak memperlihatkan hasil. Ternyata, sahabat terbaikku saja yang lulus, sedangkan saya sendiri tidak sama sekali. Mencoba beberapa kampus terbaik, namun dengan hasil sama dinyatakan tidak lulus.
“Apakah saya harus menyerah?” tanyaku pada secarik kertas selama bertahun-tahun melekat rapi pada dinding kamarku. Membayangkan ucapan kakak laki-laki yang telah menyelamatkanku dari tindakan bunuh diri beberapa tahun lalu, membuatku harus terus maju.
“Thomas Alfa Edison, mengalami kegagalan ribuan kali, saya tidak boleh menyerah.” Kalimatku selalu mengingat ucapannya. Andai kata, Tuhan mempertemukanku kembali dengan kakak laki-laki yang telah menyelamatkanku. Sekedar ingin mengucapkan banyak terimah kasih tentang bagaimana dia mengajari duniaku terus melangkah. Jangan berhenti berjuang sama seperti ucapan ayah.
Saya akhirnya memasuki universitas dengan gedung sederhana, bahkan tidak terlalu dikenal oleh banyak masyarakat. Memilih jurusan tekhnik mesin, dengan harapan kelak saya bisa sama seperti Thomas Alfa Edison. Teman-teman jurusanku secara keseluruhan adalah pria. Hanya hitungan tangan wanita yang mengambil jurusan tekhnik mesin, itu bukan dunia mereka. Tidak berarti aku harus berhenti berjuang oleh karena kampusku biasa saja.
“Ka’ Lazki…” teriak Cristal selalu datang ke kampus mencariku. Cristal memilih jurusan kedokteran sesuai cita-citanya selama ini. Berencana kuliah pada kampus sama, sekalipun jurusan berbeda, namun Tuhan berkehendak lain. Kadar otakku kalah jauh dari adik kecilku Cristal. Entah mengapa, semenjak memasuki bangku kelas 11 otak Cristal makin encer jauh mengalahkan siswa terjenius di sekolah kami. Saya memang berada di peringkat 5 tapi dalam kelas itupun menjelang kelulusan. Sementara Cristal tiba-tiba mengejutkan dengan nilai tertinggi di sekolah.
“Cristal,” sapaku.
“Ka’ Lazki boleh kenalan tidak dengan…” suara Deva melirik Cristal. Deva sebagai pengganti Cristal selalu bersama bahkan membantu mencari pekerjaan paruh waktu.
“Silahkan kenalan sendiri langsung sama orangnya,” cetusku kemudian berlalu darinya.
“Kakak Lazki jahat,” wajah cemberut Deva terlihat.
“Ka’ Lazki, pria itu siapa?” pertanyaan Cristal keheranan.
“Salah satu penggemar rahasiamu,” jawabku.
“Saya pikir cowok yang naksir kakak, ternyata…”
“Cristal umur kakak terpaut berapa tahun dengan mahasiswa disini, coba bayangkan,”
“Ka’Lazki, tidak menjadi masalah menyukai berondong seperti sensasi artis sekarang.”
“Cristal, berhenti mengejekku.” Kekesalanku.
“Wow, ternyata ka’ Lazki sudah bisa mengamuk bukan lagi saya yang ngambek tidak jelas.” Godaannya.
“Permisi, apakah kita bisa berkenalan?” suara tidak asing di gendang telingaku, tidak lain adalah Dustin penggemar Cristal ke-2. Harus diakui memang, Cristal gadis cantik, pintar, baik hati, murah senyum, selalu menjadi sahabat terbaik. Satu lagi, suatu hari nanti akan menjadi dokter spesialis terbaik di Negara ini.
“Siapa dia?” wajah Cristal kebingungan sendiri.
“Dustin salah satu penggemar terberatmu,” jawabanku.
“Oh begitu,” anggukan Cristal.
“Perlu diketahui, Dustin selalu memperhatikanmu setiap kau berada di kampus ini.” Anggukanku.
“Jadilah pacar terbaikku Cristal.” Permohonan Dustin.
“Baru kenalan, terus langsung pacaran!” Cristal menggeleng-gelengkan kepala  mengingatkan duniaku terhadap seseorang.
“Sudah jam berapa sekarang, saya harus berangkat kerja!” kakiku bergegas menuju sebuah café tidak jauh dari lokasi kampusku. Meninggalkan Cristal dan Dustin sekitar parkiran mobil. Berlari-lari hingga sampai di tempat tujuan…
“Maaf saya terlambat datang pak,” ujarku dengan nafas hos-hosan seakan baru saja dikejar anjing galak.
“Seperti biasa Lazki datang terlambat, berarti gajimu saya potong bulan ini.” Ucapan manager café tempatku bekerja.
“Saya tidak sengaja datang terlambat, maafkan kekhilafanku untuk hari ini.” Permohonanku.
“Ini sudah beberapa kali kau melanggar, tidak biasanya Lazki selalu saja datang terlambat. Benar-benar membuatku marah.” Tidak ingin tahu alasan apapun.
“Pak Cipta kumohon pada anda,” rengekanku.
“Saya butuh uang banyak,” membayangkan jenis-jenis alat yang harus kubeli demi mencari sebuah alat tertentu guna mewujudkan penemuanku. Rumahku penuh berbagai alat-alat mesin dimulai terbaru hingga paling rongsokan memenuhi halaman belakang rumahku termasuk gudang dan area kamar.
“Baiklah dengan satu syarat, kau harus lembur selama seminggu tanpa gaji lembur sedikitpun.”
“Tapi bagaimana dengan kuliahku?”
“Lazki, memangnya saya tidak tahu jadwal kuliahmu selama ini.” Gertakan keras darinya kemudian berlalu dari area sekitar dapur menuju ruangannya. Selama seminggu saya harus lembur tanpa gaji lembur. Lebih parah tidak berada di rumah memeriksa beberapa alat-alat mesin guna mencari sebuah alat. Ini duniaku, bagaimana saya bisa berjalan…
“Lazki, antarkan pesanan coffe late ini ke nomor 23!” perintah Vista.
“Baiklah,” segera membawa pesanan tersebut, namun tiba-tiba sekitar meja 20 kakiku kesandung sesuatu hingga akhirnya menabrak seseorang.
“Kamu buta yah,” amarah seorang wanita cantik, tidak-tidak terlalu cantik bagi pemandangan mata.
“Maaf saya tidak sengaja,” meminta maaf, sambil berusaha membersihkan noda kopi sekitar pakaiannya.
“Maaf, teman saya tidak sengaja menabrak ibu,” suara vista tiba-tiba masuk, beruntung pak Cipta lagi keluar kota jadi masih bisa selamat dari neraka…
“Lain kali pakai mata kalau jalan,” ledakan amarah gadis itu. Seorang pria mapan berjalan ke hadapan kami…
“Asia, ada masalah apa?” jenis suara beberapa tahun lalu bergema bahkan menyelamatkan seorang Lazki dari neraka. Mengajarkan duniaku tentang permulaan melangkah tanpa berhenti sedikitpun, apapun penghinaan banyak orang.
“Kakak itu,” lirihku di dasar hati.
“Pelayan ini menumpahkan kopi pada bajuku,” amukannya.
“Kami tidak sengaja,” ucapan Vista terus menunduk memohon maaf.
“Asia sepertinya dia tidak sengaja menumpahkan kopi ini ke pakaianmu, bijaklah dalam melihat keadaan. Jangan karena permasalahan biasa menjadi sebuah api besar.” Sifat kakak itu tidak pernah berubah sama seperti dulu. Mengajarkanku menuliskan permohonanku pada secarik kertas dan menempelkannya sekitar dinding kamar.
“Tuhan saya bahkan tidak sempat berterimah kasih terhadapnya,” bisikan hatiku.
“Allred, sekarang itu saya harus bertemu seseorang,” teriakannnya.
“Asia, apakah permasalahan biasa akan kau buatkan sebuah irama mengerikan menurut kapasitas mata banyak orang?” ucapan kakak selalu terlihat dewasa, walaupun dia tidak mengenaliku lagi.
“Allred, tentu saja tidak,” tatapan matanya melekat tajam ke arah kakak…
“Tuhan, ternyata nama kakak itu Allred.” Gumamku di dasar hati. Wanita itu mencoba untuk tidak meluapkan emosinya sekitar area café. Kakak Allred sama sekali tidak mengenaliku, wajar kejadian waktu itu sekitar10 tahun lalu. Istri kakak Allred begitu sempurna jika mata melihat dari luar. Mereka meninggalkan café, tanpa sepatah katapun terhadapku.
“Tidak menjadi masalah kakak Allred melupakan gadis remaja yang telah dia selamatkan beberapa tahun lalu, setidaknya saya tidak akan pernah melupakan kebaikan dia sampai kapanpun.” ujarku dalam hati, sedari tadi kembali melanjutkan pekerjaan sebagai pelayan café. Selama beberapa hari, saya harus lembur tanpah gaji tambahan sedikitpun. Berjuang keras menyelesaikan kuliah, mengatur waktu bersama Cristal dan banyak lagi. Cristal tidak pernah menjelaskan IPK yang didapat selama kuliah Namun saya sadar jika dia salah satu mahasiswa paling cerdas. Sekalipun saya masih bergumul berat tentang nilai, namun, setidaknya semenjak memasuki bangku kuliah IPK seorang Lazki selalu berada di urutan 3 atau 2. Minimal setahap demi setahap mulai berjalan menuju barisan depan.
“Saya harus mempelajari berbagai mesin demi mencari sebuah alat.” Gerakan tanganku terus bermain dari mesin satu ke mesin lain sekitar area gudang rumah setiap hari. Satu lagi saya tidak pernah jenuh sama sekali berada sekitar dinding sebelah dari kamar dan berkata kepada Tuhan tentang permohonanku.
“Terimah kasih Tuhan, karena sudah menjawab permohonan doaku sekarang.” Setiap melewati tulisan permohonan sekitar dinding kamar tanpa pernah bosan selama bertahun-tahun. Mempercayai, suatu hari nanti saya akan menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison menciptakan sejarah terbaru dunia. Mempelajari beberapa jalan-jalan, kemungkinan besar tidak masuk akal, namun membuatku terus melakukannya.
“Memori itu kembali,” gumamku saat melewati jembatan tempat dimana tindakan paling terbodoh kulakukan. Kakak Allred telah menolongku, memberikan kekuatan bahkan mengajari langkah seorang Lazki berjuang ditengah air mata.
“Bisakah saya meminta bantuanmu,” permohonan seseorang sekitar telingaku. Berbalik ke arah suara itu, ternyata…
“Ka’ Allred”
“Dari mana kau mengetahui namaku?” kebingungan melihat Lazki.
“Saya ingat sekarang, kau pelayan yang telah menabrak Asia beberapa hari lalu.” Anggukan kepalanya mengingat peristiwa kemarin.
“Maafkan saya, karena tidak sengaja menumpahkan kopi ke pakaian istri kakak sendiri.” Wajahku menunduk terlihat penuh penyesalan.
“Istri siapa tadi kau bilang?”
“Istri kakakAllred,” jawabku.
“Astaga, saya belum menikah, memang sih kami sudah bertunangan hanya saja belum kepikiran menikah menunggu waktu yang baik.” Kalimat Allred.
“Jadi, kakak belum nikah? Kirain…”
“Apakah kita pernah bertemu? Sejak kapan kita berdua jadi adik kakak? Kenapa memanggilku sebutan kakak seperti itu?” pertanyaan Allred.
“Saya selalu memanggil seseorang dengan sebutan kakak, jika lebih tua gitu” ujarku.
“Tidak usah dipikirkan, bisakah kau menolongku menunjukkan alamat ini.”
“Bisa sekali kakak,” suara lantang seorang Lazki. Ternyata Allred bekerja sebagai pengacara, bahkan tanpa saya sadari wajahnya selalu terlihat pada layar kaca ataupun media cetak. Salah satu pengacara terkenal telah mengajari duniaku harus melangkah, sama seperti Thomas Alfa Edison. Pengacara yang dipercaya menangani kasus-kasus paling rumit, bahkan paling penebakannya terlalu sulit. Semenjak saat itu kami menjadi teman baik, saling berbagi cerita demi cerita satu dengan lainnya.
Sampai sekarang, ka’ Allred tidak pernah menyadari siapa saya sebenarnya. Jauh di dasar hati mengenal dia merupakan suatu anugerah terbesar dalam langkahku. Terkadang ka’ Allred datang ke café hanya untuk menyapaku sebelum berangkat ke pengadilan. Sejak dulu hingga sekarang karakter bijak bahkan terlalu dewasa memberi kesan tersendiri.
BAGIAN LIMA…

ALLRED…
Menjalani pekerjaan sebagai seorang pengacara merupakan impian hidupku selama ini. Sampai akhir cerita dapat kuraih setelah menempuh dengan mengambil jurusan hukum. Saya tinggal bersama seorang ibu, sedangkan ayahku telah lama meninggal. Ibaratnya saya hanyalah seorang anak yatim piatu tanpa ayah ataupun ibu, namun, seorang ibu mengabdopsi diriku sebagai anaknya. Ibu kandungku sendiri meninggal setelah saya keluar dari rahimnya, karena atonia uteri. Saat uteri tidak dapat berkontraksi setelah melahirkan, sehingga terjadi pendarahan, merupakan penjelasan defenisi atonia uteri.
Sejak berada di kelas 8, saya telah tinggal bersama dengan ibu Mariam. Memberikan kasih sayang bahkan menciptakan kekuatan di setiap nafas kehidupanku. Tidak pernah sedetikpun seorang Allred merasakan kehilangan kasih sayang seorang ayah ataupun ibu, karena dirinya. Bunda terbaik menjadi sinar, disaat kegelapan terus membungkus langkahku.
“Allred, jadilah pengacara dengan kualitas tinggi,” mimic wajah bundah penuh kehangatan, berusaha memperbaiki jas pada tubuhku.
“Kualitas tinggi itu, seperti bagaimana?” memasukkan roti hasil buatannya sekaligus ke dalam mulutku.
“Kategori kualitas tinggi, seorang pengacara tanpa pernah melihat siapa di depannya, bersikap netral, namun bijak melihat setiap titip permasalahan di depan mata.” Jawaban bunda tersenyum menjawab.
“Tapi, saya juga membutuhkan banyak uang untuk masa depanku bahkan banyak perencanaan terus terbayang,”
“Allred, pasti semua orang membutuhkan uang, terlalu munafik jika bunda tidak membutuhkan uang. Akan tetapi, jangan karena uang jalan salah kau lakukan.” Kalimat bunda mengajarkan tentang kehidupan.
“Bunda, sepertinya saya harus menjemput Asia sekarang.” Kalimatku melihat jam tanganku menunjuk pukul 6.45 pagi.
“Allred, apakah kau yakin akan pilihan pendamping hidupmu sekarang?” pertanyaan bunda mengejutkan…
“Maksud bunda mengatakan ini?” bagaimana tidak, selama ini bunda menyadari perjalanan hubungan kami telah memasuki tahun ke-5. Asia seorang wanita cantik bahkan terlihat sempurna pada pemandangan mata setiap pria.
“Allred, jangan melakukan kesalahan sama seperti masa lalu bunda.” Kalimat bunda mulai berbicara penuh kelembutan. Saya tahu bagaimana masa lalu bunda, dan seperti apa keadaannya kemarin. Meninggalkan suami dan anaknya hanya karena tidak mampu hidup dalam akar kemiskinan. Menikah bersama seorang pria, menjadi korban KDRT selama beberapa waktu. Akhir cerita, suami bunda meninggal bahkan meninggalkan hutang begitu banyak.
“Keadaan bunda jauh berbeda dengan kehidupan Allred sekarang.” Kalimatku.
“Bunda, jangan khawatir tentang kehidupanku karena saya pastikan Asia merupakan wanita terbaik di dunia.” Mencium kening bunda, kemudian berlalu dari hadapannya. Saya hanya ingin berpikir rasional terhadap segala sesuatu dari diriku sekarang. Mengantar dan menjemput Asia itulah kehidupanku sekarang. Bagiku Asia merupakan wanita terbaik yang Tuhan kirim. Wajahnya cantik, pintar, berpendidikan, memiliki segala yang diinginkan oleh banyak pria. Sekalipun ada saat dimana dia sedikit tidak dapat berpikir secara bijak untuk beberapa area tertentu. Manusia tidak ada yang sempurna, masing-masing diciptakan dengan kelebihan serta kekurangan masing-masing. Maka dari itu, setiap pasangan harus saling menutupi kekurang akan kelebihan yang dimiliki satu sama lainnya.
“Pak Hakim, di depan kita semua terdapat 2 benda, mencari titik kebenaran tentang siapa pelaku sebenarnya.” Kalimat menangani sebuah kasus.
“Andai kata saya berkata, jangan memilih benda A jika bukan dari hati nuranimu. Namun, disisi lain ingin mengambil benda B hanya saja terdapat statement akan sebuah permasalahan. 2 Benda berlawanan arah, tangan ingin mengambil benda A,tetapi berlawanan hati nurani. Dilain sisi tangan ingin mengambil benda B, tetapi terdapat pernyataan dari sekeliling. Bahwa benda B tidak layak diambil, dikarenakan sebuah pemahaman akan suatu pengajaran.” Kata-kata mencoba menjabarkan memakai bahasa dan gambaran dari 2 jalur benda.
“Pengacara Allred, jangan berbelit-belit menyampaikan pendapat.” Jaksa penuntut keberatan.
“Beri saya waktu menjelaskan bapak hakim yang terhormat,” kalimatku.
“Silahkan,” hakim memberi isyarat.
“Karena kedua hal ini berlawanan, maka pernyataan saya ini seolah terlihat bahwa telah berniat menginjak sebuah aturan akan suatu jalur. Pada kenyataan, bahwa saya hanya ingin meluruskan tentang sebuah pernyataan, jauh dari dasar hati tidak ada maksud sama sekali menginjak jalur seseorang.” Kalimat demi kalimat coba saya arahkan pada peristiwa sekarang.
“Coba bapak hakim selidiki lebih lanjut tentang mimic wajah, penekanan, karakter kepribadian, beberapa gaya bahasa disaat melontarkan pernyataan ini. Kembali pada gambaran, saya diperhadapkan 2 wanita di depan untuk menjadi pasangan hidup. Tanganku ingin memegang wanita A, namun hati nurani tidak dapat menerima sama sekali. Rasa cinta tidak terbentuk baik saat menatap, memperhatikan, berada di sampingnya, dan lain sebagainya.” Kalimatku.
“Keberatan bapak hakim, saat ini kita tidak sedang bercerita tentang gambaran pasangan hidup.” Intruksi dari jaksa penuntut.
“Bapak hakim, beri saya waktu menjelaskan karena buat permasalahan seperti ini, beda-beda tipis.” Kata-kataku berusaha setenang mungkin.
“Silahkan,” hakim sekali lagi memberi waktu.
“Disaat tangan ingin menggenggam wanita B, pada kenyataannya sesuai dengan hati nurani dikarenakan karakter, charisma, serta beberapa momen tidak terlupakan bagi pemandangan mataku. Akan tetapi, tanganku tidak dapat menggenggam, kenapa? Karena suatu pengajaran dapat melanggar adat istiadat ataupun aturan dari rumahku. Apa yang harus kulakukan sekarang?”
“Disaat 2 wanita mencoba menarik perhatianku secara seksama. Tibalah giliran si’B bercerita dengan maksud sama sekali tidak ingin menginjak adat istiadat dalam rumahku. Pilih menurut ketulusan hatimu, jangan karena sebuah pernyataan adat istiadat dari rumahmu akan mengacaukan sebuah jalur di depanmu, ungkapan hati wanita B. Tetapi, andai kata saya berada di hatimu, sedangkan aturan adat rumahmu bermain…Kembali lagi terhadap kepribadian hatimu. Saya tidak akan pernah memaksa jalur dimana tanganmu menggenggam, apapun bahkan bagaimanapun situasi sekarang. Ungkapan hati wanita B.” Kedua bola mataku menatap kepada beberapa pihak tertentu termasuk 2 hakim di depan.
“Pengacara Allred, jelaskan dimana titik hubungan ungkapan gambaran anda?” pertanyaan jaksa.
“Baiklah, saya ingin bertanya kepada hakim dan para hadirin yang hadir di tempat ini, Apakah wanita B mempunyai maksud jahat tentang ungkapan hatinya terhadapku? Wanita B, hanya mengungkapkan tidak dikatakan ingin menginjak adat istiadat dari rumahku. Perhatikan penekanan kalimat serta tutur bahasa yang saya keluarkan.” Kalimatku kembali.
“Sama seperti kasus sekarang, perbedaannya hanya antara memilih pasangan hidup dan memilih 2 benda. Apakah orang didepan anda memiliki pemikiran untuk menginjak-injak sebuah aturan atau tidak sama sekali? Saya ingin memutarkan kembali hasil video kemarin, coba pelajari penekanan, mimic, karakteristik, gaya bahasa, tatapan mata apakah terdapat sesuatu dimana akan menghancurkan ataupun menginjak sesuatu hal.” Lanjutanku.
“Bapak hakim…” jaksa penuntut berdiri…
“Bapak hakim, tidakkah ada sesuatu dibalik semua ini. Memilih termasuk sebuah kata benar-benar memasuki keadaan terkesan rumit atau terkadang menjadi permasalahan sensitive. Jadilah bijak saat menanggapi situasi, jangan karena permasalahan biasa dapat menghancurkan masa depan suatu jalur di depan mata kita semua suatu hari kelak.” Kata-kataku mencoba menjelaskan.
“Manusia tidak ada yang sempurna. Ada saat dimana terkadang ingin mengucapkan sebuah pernyataan, namun sedikit tergelincir. Tetapi pada dasarnya, tidak ada maksud untuk menginjak sebuah aturan yang dikatakan sangat sacral.” Ungkapanku mencoba membuat gaya bahasa untuk membuat mereka memahami kasus seperti ini.
Inilah kehidupan, ada saat seseorang diperhadapkan tentang kata memilih bagi jalur langkahnya. Jangan hanya karena sebuah pernyataan biasa mendapat tanggapan dimana bermaksud untuk menginjak sebuah rumput hijau bahkan terlalu sacral bagi dunia banyak orang. Pengadilan diajar melihat, selanjutnya melakukan analisa sampai tingkat akar kedalaman. Setelah itu bijak saat berkata-kata ataupun membuat keputusan terbesar di depan mata.
“Wow, ucapanmu tadi berbeda amat,” suara Eldih rekan kerjaku.
“Saya hanya ingin mereka memahami beberapa pernyataan terhadap beberapa kelompok yang sedang berselisih. Pada akhir cerita, membuat permainan serta mengacaukan pemikiran banyak orang dengan memutar balikkan sebuah pernyataan.” Kata-kataku sebelum pada akhirnya meninggalkan Eldih di depan kantor pengadilan.
Memutar musik sambil mengemudikan mobil putih bercorak biru merah hasil modifikasi seorang Allred. Mengingat saya harus bertemu seseorang di sebuah tempat. Menjalin pertemanan bersama salah seorang pelayan cafe, sedikit memberi kesan tersendiri. Berawal dari dia menabrak Asia, kemudian tidak sengaja bertemu dengannya sekitar jembatan. Pada akhir cerita membantuku menemukan sebuah alamat salah satu klien dari kasus yang sedang kutangani sekarang. Andai kata, Asia menyadari hal ini, kemungkinan besar terjadi perang dunia ke-3.
“Ka’Allred,” langkah kaki Lazki mengingatkanku terhadap seseorang, entahlah tiba-tiba saja kejadian beberapa tahun lalu kembali membayangi…
“Lazki, lambat amat keluarnya.” Sapaku.
“Ini buat ka’Allred,” Lazki menyodorkan sebuah hasil kreasi dari beberapa barang-barang bekas.
“Wow, keren sekali bisa saya pakai jalan-jalan bersama Asia.” Ujarku.
“Ini buatan ayah, mengambil beberapa bambu terus dikeringkan, setelah itu dianyam. Menggunakan sepatu bekas yang telah dikreasikan melalui beberapa tahap termasuk pengecetan sebagai bahan hiasan kreasi dari luar. Kesimpulan, jadilah ransel tas cantik ini.” Jauh berbeda antara Lazki dan Asia saat mencoba menjabarkan objek di depannya.
Untuk apa saya harus berpikir aneh antara teman yang baru kukenal kemarin dan tunanganku sendiri. Menjadi pertanyaan, kenapa saya ingin menjadi teman dari seseorang paling dibenci oleh tunanganku sendiri. Bunda selalu mengajarkan bahwa jika hatimu bahagia terhadap sebuah objek tertentu, tetaplah berada di dalam. Sama seperti keadaanku, memiliki kenyamanan tersendiri berteman dengan seorang pelayan café.
“Lazki sepertinya saya haus, apa ada kopi latte gratis.” Mataku menatap café tempat Lazki bekerja.
“Kakak Allred, jangan buatkan saya masalah.”
“Hanya coffe latte, Lazki!”
“Pak cipta bisa-bisa memecatku memberimu minuman gratis, sedangkan saya harus menabung serta berpikir bagaimana mengirit paling irit masuk kategori level tinggi…”
“Bicaramu aneh,” ucapku membuat rambutnya berantakan.
“Ka’ Allred, kenapa merusak ikatan rambutku?” kekesalannya. Lazki termasuk gadis berperawakan cantik, disaat tersenyum ataupun terlihat kesal. Teman menyenangkan saat menghadapi berada di luar jam kerja. Memanggilku sebagai ka’ Allred, berarti saya akan selalu menjadi kakak terbaik buatnya.
“Ayo, tenang saja hanya secangkir coffe latte, tidak akan menghabiskan gaji sebulanmu.” Menarik tangan Lazki memasuki café tempat dia bekerja. Memiliki teman ataupun adik seperti Lazki, pasti sangat menyenangkan. Sekali seminggu bermain atau sekedar numpang lewat sekitar café.
“Astaga, seperti wajah Lazki.” Berusaha mengucek-ngucek mata melihat lebih jelas.
“Ada apa Allred?” pertanyaan Asia terhadapku di dalam mobil.
“Tidak ada apa-apa kok, mataku sedikit kemasukan kotoran.” Berusaha mengalihkan perhatian Asia agar tidak terjadi keributan. Akibat masalah kecil kemarin, bisa saja terjadi perang dunia 3 kembali. Asia terlihat membenci Lazki, akibat permasalahan kecil kemarin. Beberapa kali, saya mengajaknya makan café tempat Lazki bekerja, selalu saja ditolak. Karena sebuah alasan sangat membenci insiden penabrakan beberapa waktu lalu. Mengantarkan Asia ke rumahnya, kemudian kembali ke tempat sampah dimana Lazki memungut-mungut beberapa barang bekas.
“Lazki, kenapa kau seakan seperti pengemis mencari makanan begitu.” Suaraku mengagetkan Lazki. Terlihat kesal melihat kelakuanku, tangan Lazki langsung mengambil sebuah kaleng bekas, kemudian melemparkan ke kepalaku.
“Ka’Allred keterlaluan,” amarah Lazki.
“Minumlah, pasti adik kecilku kehausan karena memungut sampah kiri kanan.” Tanganku menyodorkan botolan minuman yang telah kuteguk, masuk ke mulutnya.
“Ka’ Allred jorok, ini bekas minuman mulutmu.” Teriakannya.
“Tidak apa-apa, saya tidak mempunyai penyakit menular Lazki.”
“Ka’Allred, umurku itu sudah tua bukan gadis remaja.”
“Wajar, saya memanggilmu adik kecil karena umurku sudah 30 tahun, terlebih kau memanggilku kakak.” Ujarku memasukkan kembali botol minuman ke mulutnya.
“Kenapa ingin berteman dengan pelayan café sepertiku?”
“Karena Lazki teman menyenangkan sejak menolongku mencari alamat waktu itu,” jawabanku tersenyum simple.
“Kenapa bisa menyadari, saya berada disini?”
“Sewaktu mengantar Asia, tidak sengaja saya melihatmu seperti mencari makan di tempat sampah. Selanjutnya mengantarkan Asia cepat ke rumahnya, kemudian bergegas ke tempat sampah ini.”
“Wah wah wah, mengatakan saya mencari makan disini,” gelengan kepala luar biasa.
“Lantas!”
“Saya lagi mencari barang-barang bekas, juga mesin-mesin tidak dipakai disini.” Jawabannya.
“Setahuku kau hanya seorang pelayan café, lantas mesin-mesin itu untuk apa?”
“Ka’Allred, mesin-mesin itu akan kuolah menjadi makanan.” Jawaban ngelantur.
“Manusia atau robot?” mencari telpon genggamku yang sedang berbunyi. Memberi isyarat kepada Lazki agar tidak berbicara beberapa saat. Seakan tertimpa air panas di siang bolong mendengar kabar berita kematian ibu dari calon mertuaku.
“Apa? mamamu meninggal karena dibunuh seseorang?” teriakanku mendengar Asia menangis histeris memberitakan kematian ibu Silvana. Secara tiba-tiba ibu Silvana meninggal karena kasus pembunuhan.
BAGIAN ENAM…

LAZURIT…
Saya menjalin hubungan persahabatan dengan ka’Allred setelah kejadian sekitar jembatan itu. Pertama kali mengenal kakak Allred bahkan menjadi penolong untuk membawaku keluar dari sebuah jurang 10 tahun silam. Melalui jembatan ini kembali, Tuhan membuatku menjalin persahabatan dengannya. Perasaan nyaman disaat ka’ Allred tersenyum ataupun memainkan rambut hitam panjangku. Bagi ka’ Allred, dimana saya adalah seorang adik yang akan selalu menjadi terlindungi.
“Ka’ Allred terlalu jorok,” teriakku, setiap kali dengan kesengajaan mengambil lengan bajuku untuk membersihkan hidungnya. Ka’Allred merupakan teman terbaik setelah Cristal sampai kapanpun juga. Tunangan kakak Allred tidak menyadari, jika kami menjalin hubungan persahabatan. Siang itu, Allred secara mengejutkan menampakkan diri di hadapanku sekitar area tempat sampah. Seperti kebiasaanku mencari beberapa mesin atauppun barang-barang bekas buat dibawah pulang ke rumah.
Ka” Allred sama sekali tidak tahu, jika saya berstatus mahasiswa, serta sedang melakukan berbagai penelitian akan beberapa mesin. Sebuah alat terus saja berada pada otakku, kelak seorang Lazki pasti dapat menciptakan sejarah baru bagi dunia. Tidak pernah menyadari, jika gadis terbodoh yang telah diselamatkannya beberapa tahun silam dari tindakan bunuh diri adalah diriku. Saya masih menutupi identitasku, tentang kisah hidup seorang manusia paling idiot diantara para manusia idiot. Pekerjaannya setiap berada dihadapanku hanyalah membuat keusilan-keusilan terparah.
“Apa? Mama kamu meninggal?” keterkejutannya menjawab telpon saat ini. Segera berlari meninggalkan diriku, berjalan menuju rumah sakit mencari tunangannya. Saya ingin mengekor dari belakang untuk mengucapkan bela sungkawa atas kepergian calon mertuanya, tiba-tiba…
“Kring kring kring…” bunyi telpon genggamku.
“Halo Cristal, kenapa?” menjawab panggilan Cristal.
“Ka’Lazki tolong Cristal,hik hik hik…” suara Cristal menangis keras dari HP.
“Cristal dimana sekarang, apa yang terjadi denganmu?” pertanyaanku kebingungan. Dari tadi ka’Allred dikejutkan berita kematian calon mertuanya, sedangkan sekarang isakan tangis Cristal.
“Kakak, semua orang mengatakan saya adalah pembunuh…” tangis Cristal pecah.
“Apa?” teriakanku bergegas mencari keberadaan Cristal. Ini tidak mungkin terjadi, Cristal bukanlah seorang pembunuh. Saya mengenal secara pasti sifat Cristal sejak kecil hingga dewasa. Gadis paling jenius bukanlah seorang pembunuh, pasti ada suatu jebakan. Berjalan menuju kantor polisi untuk mencari jawaban dari Cristal. Seluruh pakaianku basah oleh karena keringat berlari menuju kantor polisi. Melihat Cristal terus saja menangis dalam sel penjara.
Kakiku melangkah secara perlahan ke hadapannya, “Cristal…” sapaku.
“Kakak Lazki harus percaya kalau saya bukan pembunuh,” isak tangisnya memenuhi ruangan sel penjara.
“Cristal harus tenang,” kalimatku mendekap Cristal. Hal terbaik yang dilakukan ayahku disaat air mataku terjatuh adalah membawaku dalam dekapannnya. Berusaha menjadi kakak terbaik sekaligus sahabat bagi Cristal. Saya benar-benar yakin, jika seseorang telah sengaja membuat jebakan bagi Cristal. Berita pembunuhan telah menyebar kemana-mana, seluruh stasiun TV menayangkan. Lebih mengejutkan lagi, disaat mataku melihat ka’ Allred mendampingi anak si’korban pembunuhan.
“Pemirsa, kematian ibu Silvana salah satu direktur perusahaan terbesar sekaligus pemilik sebuah rumah sakit swasta meninggalkan tanda Tanya besar. Pelaku dari pembunuhan telah diamankan oleh pihak kepolisian. Calon mertua salah satu pengacara ternama Allred, ditemukan tergeletak saat berada dalam salah satu ruangan dari rumah sakit miliknya.” Semua media elektronik maupun cetak menayangkan berita tersebut.
Wajah Cristal terpampang dimana-mana sekarang sebagai tersangka utama pembunuhan dari calon mertua ka’ Allred. Menurut penjelasan bahwa Cristal salah satu mahasiswa  praktek rumah sakit terbesar memiliki hak memasuki suatu ruangan tertentu. Dikarenakan kejeniusan Cristal saat menangani kasus tersulit pasien, jauh mengalahkan para dokter spesialis lainnya. Ketika memasuki ruangan ibu Silvana untuk membicarakan sesuatu hal terdapat begitu banyak darah berceceran di lantai.
Singkat cerita, Cristal terkejut melihat ibu Silvana tergeletak di lantai. Tanpa sengaja tangan Cristal menyentuh beberapa benda di sekitar termasuk pisau yang tertikam pada tubuh ibu Silvana. Beberapa orang memasuki ruangan ibu Silvana dan melihat bagaimana Cristal memegang pisau tersebut. Seluruh barang bukti di depan mata menjelaskan bahwa Cristal  adalah dalang pembunuhan ibu Silvana.
Ibu silvana merupakan tokoh penting bagi kemajuan Negara ini untuk beberapa bidang. Mendapat beberapa penghargaan penting dari internasional, bahkan dunianya selalu berhubungan langsung dengan banyak pejabat Negara. Entah bagaimana caranya sehingga disaat waktu yang bersamaan ibu Silvana dan Cristal harus bertemu. Cristal sendiri tidak mengerti, mengapa harus menghadap pemilik rumah sakit tempat dia praktek?
Seluruh masyarakat menginginkan Cristal mendapat hukuman seberat-beratnya jikan perlu eksekusi mati. Ibu silvana merupakan tokoh terpandang bahkan sangat religious, baik hati terhadap sesama. Masyarakat ikut merasakan kehilangan sedalam-dalamnya, atas kepergian ibu Silvana. Tidak seorangpun pengacara yang ingin membantu maupun berada dipihak Cristal. Semua orang menyalahkan Cristal atas peristiwa pembunuhan tersebut.
“Satu-satunya jalan adalah kakak Allred,” lirihku. Setelah beberapa hari kakak Allred terus berada disamping tunangannya karena kepergian ibunda tercinta. Tidak sekalipun ka’Allred menghubungi, mungkin dia terlalu sibuk.
“Apa yang harus kulakukan Tuhan?” semua pengacara tidak ingin menangani kasus Cristal. Bahkan kalaupun ada pasti mereka akan kalah di pengadilan. Disatu sisi terdapat Cristal sahabat terbaik untukku, disisi lain hanya ka’Allred saja yang bisa menolongku. Sementara ibu Silvana adalah calon mertua ka’Allred sendiri.
Ayah terus berada di samping Cristal, setiap hari datang ke penjara hanya demi menjenguknya. Ibu Cristal baru saja meninggal, sedangkan ayah tirinya sekarang entah berada dimana. Beruntung Cristal mendapat warisan dari sang bunda tercinta, sehingga dia masih bisa melanjutkan pendidikannya. Sampai akhirnya, ayah mengangkat Cristal sebagai putri kandung sendiri.
Siang itu Asia dan ka’Allred berada di sekitar kantor polisi untuk melihat proses perkembangan kasus tersebut. Memandang kakak Allred memegang tangan tunangannya membuatku merasa sesuatu terlukan tersembunyi jauh di dalam. Mana mungkin saya menyukai ka’Allred? Ini tidak boleh terjadi, terlebih dia sudah mempunyai tunangan.
“Lazki,” ka’Allred keheranan.
“Orang yang telah dituduh membunuh calon mertua kakak, tidak lain adalah Cristal adikku.” Kalimatku menunduk. Kakak Allred hampir tidak mempercayai kenyataan atas pernyataanku sekarang. Rasa ingin marah, namun seakan ada sesuatu penghalang untuk menghilangkan luapan emosinya.
“Allred, siapa gadis ini?” pertanyaan Asia tiba-tiba muncul menatapku.
“Sepertinya kita pernah bertemu, tapi dimana?” mencoba mengingat sesuatu.
“Saya tahu, kau pelayan café yang sengaja menabrak sampai seluruh bajuku terkena noda. Saat penting seperti itu, saya harus bertemu klien.” Emosi Asia kembali meledak.
“Maaf ibu Asia, kasus ini masih dalam penyelidikan lebih lanjut, namun seluruh bukti mengarah kepada dokter koas itu.” Suara seorang polisi tiba-tiba memotong pembicaraan Asia.
“Itu tidak mungkin, adikku cristal tidak mungkin membunuh ibu Silvana.” Kalimatku membela Cristal.
“Berarti kau kakak dari pembunuh mama! kemarin saya hampir merugi miliaran akibat perbuatanmu dan sekarang adikmu membunuh mamaku.” Teriakan Asia penuh luapan emosi.
“Tapi adik saya bukan pembunuh,” mencoba ingin menjelaskan.
“Lihat saja eksekusi mati pasti berada didepan matanya esok.” Amukan Asia. Tamparan keras mendarat sekitar wajahku, saya belajar mengendalikan diriku sekarang.
“Asia, hentikan kelakuanmu,” gertak ka’Allred menarik tangan Asia untuk meninggalkan kantor polisi saat ini juga.
“Lazki, apa yang terjadi?” kalimat ayah seakan merasakan terjadi sesuatu terhadap gadis kecilnya.
“Tidak ada apa-apa ayah,” jawabku membuat ayah tidak khawatir akibat insiden penamparan tadi. Ka’Allred masih belum bisa menerima kenyataan tentang kasus pembunuhan Cristal. Sementara proses hukum akan kasus pembunuhan tersebut, akan segera disidangkan.
Setelah merenung selama 2 hari, saya akhirnya memberanikan diri mencari ka’allred sesuai alamat petunjuk rumahnya. Malam-malam tanpa alas kaki mencari alamat rumah ka’Allred. Mencoba membunyikan bel pagar rumah, berharap dia segera membuka. “Lazki,” suara kakak Allred dari arah belakang, baru saja tiba …
“Ka’Allred, apakah saya bisa berbicara sebentar saja,” tidak terasa air mataku mulai terjatuh. Ka’Allred membuka pintu pagar, kemudian membawaku masuk rumahnya. Membuatkan segelas teh dan memberikan kepadaku.
“Minumlah,” kalimat ka’Allred seakan memahami maksud kedatanganku. Kakiku segera berlutut dihadapan ka’Allred terbungkus isakan tangis keras…
“Cristal tidak bersalah kakak, percayalah padaku.” Diiringi air mata.
“Lazki, tidak seperti ini juga…”
“Ka’Allred juga tahu kalau semua pengacara menolak menangani kasus Cristal. Ibu Silvana termasuk tokoh terpandang di Negara ini. Apa yang harus kuperbuat sekarang?” wajahku terus menunduk…
“Lantas!” Ka’Allred berusaha membuatku berdiri, namun saya menolak.
“Saya ingin kakak menolong Cristal, jadilah pengacara adikku.”
“Lazki, apa kau masih waras atau tidak sama sekali?” pertanyaan Allred.
“Hanya kakak satu-satunya orang yang bisa menolongku,” tangisku semakin keras. Tiba-tiba kurasakan dekapan seorang Allred, air mataku terus saja terjatuh membasahi kemeja birunya.
“Disatu sisi terdapat adikmu sebagai pembunuh, disisi lain wanita yang terbunuh adalah calon mertua kakak sendiri. Bagaimana memilih jalur di depan mataku?” suara ka’Allred makin mendekapku.
“Cristal satu-satunya orang yang ingin menjadi sahabatku hingga detik ini.”
“Jadi Cristal bukan adik kandungmu?” melepaskanku mencari jawaban…
“Ketika semua orang mengucilkan, menjauh, menghina hanya Cristal selalu berada menemani duniaku.” Wajahku terus menunduk, tidak tahu harus berpikir seperti apa…
“Harusnya saya marah terhadapmu, tetapi kenapa tidak pernah bisa?” ucapan Allred.
“Ka’Allred, andai kata kau tahu saya gadis paling bodoh kemarin, sekarang tidak lagi menjadi manusia idiot, kenapa? Karena Tuhan memakai kakak,ayah, serta Cristal untuk membantuku keluar.” Suara hatiku bermain…
“Lazki maafkan saya karena tidak mungkin bisa menolongmu,”
“Kakak, hanya kakak pengacara yang bisa menolongku,”
“Kau sadar ibu Silvana adalah mama dari Asia, tunanganku sendiri.” Meyakinkan diriku bahwa usahaku pasti sia-sia membujuk agar mau menjadi pengacara Cristal.
“Lazki juga tahu ka’, tapi bagaimana caraku menghadapi semua ini? Cristal anak yatim piatu sekarang, hanya ayah dan saya saja orang terdekatnya.” Tangisku kembali pecah.
“Saya sudah berhubungan dengan Asia selama 5 tahun, jangan karena permasalahan menjadi pengacara Cristal, hubungan kami berujung pada perselisihan dan pertengkaran.”
“Ka’Allred…” seakan masih berusaha memohon.
“Pulanglah, sudah malam.” Perintah ka’Allred.
“Percuma saja kau bermohon, itu semua tidak mungkin terjadi.” Tambahan kata-kata ka’Allred kembali. Terkadang, tanpa sadar seorang Lazki tidak ingin membiarkan dia pergi menjauh. Tuhan, kenapa tiba-tiba perasaan mendalam muncul begitu saja jauh di dasar hatiku. Menyukai seseorang yang telah bertunangan, terlalu menyakitkan…
Meminta dia menjadi pengacara Cristal, tidak memperlihatkan hasil. Saya harus mencari bantuan terhadap siapa lagi. Saya tetap percaya, bahwa Cristal hanya masuk jebakan seseorang. Dibalik semua itu terdapat permainan sekelompok manusia. Seakan terdapat sesuatu mengganjal terhadap kasus pembunuhan tersebut. Bagaimana saya harus membuktikan kebenaran seorang Cristal bukanlah pelaku sebenarnya.
“Terimah kasih ka’Allred” mencoba berdiri kemudian berlalu, berjalan keluar dari rumahnya.
“Tunggu, jangan pergi,” kalimat ka’Allred tiba-tiba memegang pergelangan tanganku.
“Apa mau kakak? Sejak tadi kakak mengusir, sekarang…” amarahku.
“Malam terlalu larut, biar saya mengantarmu pulang.” Menarik tanganku menuju mobil depan rumahnya.
“Saya bisa pulang sendiri,” mencoba melepaskan genggaman tangannya.
“Jangan melawan, nanti terjadi apa-apa di jalan, masalahmu pasti makin parah,” jawabannya.
“Kakak juga tidak peduli dengan penderitaanku sedikitpun,” teriakanku berusaha melepaskan diri.
“Lazki berhenti bertingkah seperti anak kecil,” gertakan ka’Allred membuatku terdiam. Mengikuti perintah memasuki kendaraan pribadinya.
“Tuhan, bantu adikku Cristal sekarang,” jeritan hatiku memohon.
Mengingat bagaimana ka’Allred mengajariku membuat permohonan pada secarik kertas, menempelkan sekitar dinding kamar kemudian berdoa bahwa Tuhan telah menjawab isi doaku. Jangan berhenti berjuang, kalimat bijak ka’Allred hingga detik ini tidak pernah kulupakan.
Tidak terasa saya telah berada depan rumah, turun dari mobil ka”Allred tanpa mengucapkan sepatah katapun. Berjalan keluar, tanpa berbalik membentuk senyum untuknya. Suasana hatiku terbilang kacau, jauh melebihi akar permasalahan tingkat otakku berada dibawah rata-rata. Rasa suka terhadap ka’Allred disatu sisi, sedangkan dilain hal terdapat Cristal sedang bergumul tentang pembebasan. “Tuhan, terimah kasih telah menjawab doaku,” seperti biasa diriku akan selalu berjalan ke sebelah kanan sekitar dinding kamar untuk mengucap syukur atas permohonan doaku.
“Tuhan, apakah saya bisa nebeng satu permintaan lagi,”ucapanku.
“Salah, bukan hanya satu melainkan dua permintaan lagi tanpa harus kutulis.” Imbuhku sambil menutup mata dan berdoa kepada Tuhan.
“Terimah kasih Tuhan karena sudah menjawab doaku, saya tidak lagi bodoh tetapi jenius menemukan sebuah alat terbaru seperti Thomas Alfa Edison. Tuhan, terimah kasih karena sudah mengeluarkan Cristal dari penjara. Tidak lupa aku bersyukur karena membuatku melupakan perasaan suka terhadap ka’Allred. Amin.” Ucapanku sekalipun pada kenyataan masih belum terlihat jelas.
BAGIAN TUJUH…

ALLRED…
Mendengar berita kematian ibu Silvana membuat mata benar-benar tidak mempercayai semua ini. Lebih parah lagi, ibu Silvana alias calon mertuaku meninggal secara tidak wajar. Tidak menyangka hal seperti ini terjadi, dilain sisi pelaku pembunuhan adalah Cristal adik Lazki. Bagaimana bisa terjadi? Sebenarnya Cristal hanyalah sahabat, namun Lazki telah menganggapnya sebagai adik.
Saya sendiri baru menyadari ternyata pembunuh ibu Silvana adalah sahabat yang telah dianggap sebagai adik oleh Lazki. Selama beberapa waktu terus berada di samping Asia, berusaha menghilangkan kesedihan pada wajahnya. Pertama kali bertemu Lazki setelah berita kematian ibu Silvana beberapa waktu lalu, saat melihat perkembangan proses hukum terhadap pelaku.
Mendengar bahwa pembunuh ibu Silvana ternyata adik Lazki, mulutku tidak dapat berbicara sepatah katapun. Rasa ingin marah terhadap Lazki,atas kejadian tersebut, tidak pernah bisa kulakukan. Apa yang terjadi terhadapku sekarang? Jelas-jelas pembunuh calon mertuaku adalah adik Lazki, kenapa hatiku sama sekali tidak dapat berkutik sedikitpun?
Malam itu Lazki tiba-tiba berada di depan rumah, kebetulan bunda sedang keluar kota. Memohon sambil berlutut di hadapanku agar mau menjadi pengacara untuk membela perkara Cristal. Satu pertanyaan, apakah dia masih waras atau tidak? Bagaimana bisa saya menjadi pengacara Cristal tidak lain adalah pembunuh ibu kandung tunanganku. Air mata Lazki terus saja mengalir sambil memohon, saya tidak pernah bisa meluapkan emosiku terhadapnya.
“Saya sudah berhubungan dengan Asia selama 5 tahun, jangan karena permasalahan menjadi pengacara Cristal, hubungan kami berujung pada perselisihan dan pertengkaran.” Ucapanku pada pertengahan dialog kami. Percuma saja dia berlutut seperti itu, saya tidak akan mungkin menjadi pengacara Cristal. Beberapa hari ini saya terus memikirkan permohonan Lazki agar mau menjadi pengacara Cristal. Air mata Lazki terus saja terngiang dalam benakku.
“Saya pasti sudah gila,” meremas-remas kertas-kertas di atas meja kerjaku.
“Allred, apakah kau sedang sakit?” pertanyaan bunda berjalan ke hadapanku mengagetkanku dalam ruang kerjaku.
“Bunda, tidak kenapa-kenapa,” jawabanku terhadap bunda.
“Jangan berbohong, pasti ada sesuatu yang sedang terjadi terhadap dirimu.” Bunda membelai rambutku penuh kehangatan.
“Andai kata bunda diperhadapkan 2 perkara paling rumit,” ucapanku terpotong.
“Jangan katakan permasalahanmu berhubungan erat terhadap kasus kematian ibu Silvana.” Tebakan bunda sebelum saya kembali melanjutkan kalimatku.
“Entahlah bunda,”
“Allred, yang kukenal pasti bijak saat mengahadapi beberapa jalur.” Kalimat bunda terhadapku.
“Disatu sisi adik dari temanku adalah pelaku pembunuhan ibu Silvana, sedangkan disisi lain terdapat Asia tunanganku sendiri.” Curahan hatiku.
“Masalahnya dimana?” Tanya bunda.
“Bunda, bagaimana tidak bermasalah Lazki menyuruhku menjadi pengacara menangani masalah adiknya. Seperti diketahui, kalau korban pembunuhan adalah mama tercinta Asia.” Kalimatku.
“Apakah kau menyetujui permintaan temanmu?” Tanya bunda lagi.
“Tidaklah bunda, permasalahannya air mata Lazki terus saja berada dalam ingatanku. Harusnya saya mengamuk besar, gara-gara adiknya, hingga Asia terus saja larut dalam kesedihan bahkan tidak mau makan sama sekali.” Jawabanku.
“Ikuti aliran hatimu, jangan melihat permasalahan diluar.” Kalimat bunda.
“Entahlah,”
“Sudah yakin pelaku pembunuhan benar-benar dokter koas alias adik temanmu?” Tanya bunda kembali.
“Seluruh bukti mengarah pada Cristal dimulai dari sidik jarinya terlihat jelas di beberapa tempat sekitar TKP. Tinggal menunggu waktu, kasus ini akan disidangkan.” Ujarku.
“Saya bisa menyimpulkan, kalau permasalahan disini bukan tentang siapa pelaku, melainkan hatimu sedang bercabang di 2 wanita. Tanpa kau sadari, dunia Lazki jauh lebih melekat dibandingkan seorang Asia.” Ucapan bunda membuatku batuk seketika.
“Bunda jangan mengada-ngada, Lazki hanya teman tidak lebih, jauh berbeda dengan Asia”
“Kalau memang seperti itu, biarkan Lazki menyelesaikan sendiri permasalahan adiknya, selanjutnya tetaplah berada di samping Asia. Bereskan!”
Merenungkan tiap kalimat bunda membuatku beberapa pertanyaan tersendiri dalam benakku. Apa maksud bunda berkata-kata tetaplah berada di samping Asia? Ibu Silvana juga salah satu tokoh paling berperan terhadap beberapa jalur. Ibu Silvana benar-benar popular di kalangan masyarakat jauh mengalahkan dunia keartisan, pejabat politik, ataupun olah raga. Mencoba memeriksa data-data kejadian, apakah dokter koas alias Cristal memiliki maksud terselubung?
“Saya harus menemui dokter koas itu,” bergegas mengambil ransel pemberian Lazki yang kupakai kemana-mana, kemudian berjalan keluar dari kantor. Mengemudikan mobil menuju sel penjara tempat Cristal berada.
“Ternyata setiap hari anak itu selalu menjenguk adiknya,” melihat Lazki sedang berbicara bersama Cristal.
“Cristal, percayalah kalau Tuhan pasti selalu bersamamu,” mendengar ucapan Lazki terhadap Cristal. Mereka tidak tahu kalau saya sedang berada juga disini, bahkan menjadi penguping handal.
“Ka’Lazki bagaimana jika Tuhan dan pengadilan sama sekali tidak berpihak padaku?” Cristal memperlihatkan wajah penuh ketakutan.
“Cristal, sepuluh tahun lalu seorang Lazki pun selalu menangis sejadi-jadinya. Ayah selalu menjadi bahan hinaan semua orang dikarenakan gadis kecilnya mengalami permasalahan perkembangan otak paling lemah diantara para idiot.” Lazki menceritakan masa lalu bertabur air mata.
“Ka’Lazki,” tangis Cristal.
“Cristal pasti tahu bagaimana semua guru angkat tangan bahkan menyerah melihat tingkat kebodohanku. Hatiku menangis keras melihat ayah berlutut di hadapan seorang kepala sekolah hanya demi mempertahankan anaknya biar bisa bersekolah. Sampai akhirnya saya berlari menjauh dari mereka.” Curahan hati Lazki.
“Ternyata Lazki mempunyai masa lalu terpahit kemarin, pantas saja sekarang hanya menjadi pelayan café, tidak seperti Cristal.” Ujarku berbicara sendiri berusaha bersembunyi agar tidak terlihat oleh mereka.
“Pikiranku hanya satu, hanya kematian merupakan satu-satunya jalan penyelesaian segala masalahku. Secara kebetulan kakiku berpijak di sekitar jembatan, sekejap mata saya bisa membuang diri dan tidak akan pernah menyakiti ayah lagi. Seseorang menghalangi perbuatanku, rasa marah luar biasa terhadapnya. Kenapa kau tidak membiarkan saya mati, teriakanku diantara air mataku.” Kalimat Lazki.
“Cristal, saat itu dia mengajariku tentang bagaimana harus berjuang. Menceritakan bebanku dan bagaimana saya selalu saja tinggal kelas, keluar masuk sekolah, hingga semua guru menyerah karena betapa bodohnya diriku. Menjelaskan dunia Thomas Alfa Edison sama seperti duniaku, jauh dari kata jenius. Menjariku menulis sebuah permohonan pada secarik kertas, kemudian menempelkannya sekitar dinding kamar. Berkata setiap saat di depan permohonan tersebut, terimah kasih Tuhan karena telah menjawab doaku.” Air mata Lazki mulai terjatuh mengungkapkan masa lalunya.
“Permasalahan kakak dengan Cristal beda,” kalimat Cristal.
“Cristal, kenapa saya masih bisa berjuang hingga detik ini? Karena  secarik kertas yang masih tertempel sekitar dinding kamarku. Saya percaya Tuhan pasti mengabulkan doaku, walaupun hidupku masih butuh proses. Setidaknya, saya tidak pernah tinggal kelas lagi, sekalipun hampir saja tinggal kelas.” Ucapan Lazki.
“Hahahahahahaha…” tawa Cristal mendengar cerita Lazki.
“Jangan berhenti berjuang, kalimat itu selalu melekat jauh di dasar hatiku. Memang pada kenyataan saya tidak pernah lulus di beberapa kampus terbaik. Walaupun kampus tempatku kuliah terbilang kecil bahkan biasa, setidaknya saya sudah tidak memasuki barisan gadis terbodoh diantara manusia terbodoh.” Kalimat Lazki lagi.
“Ternyata Lazki anak mahasiswa rupanya,” bisikku terhadap diri sendiri.
“Setidaknya, saya bersyukur selangkah demi selangkah hasil mulai terlihat. Saya harus belajar bahwa segala sesuatu membutuhkan perjuangan tidak secara langsung. Tuliskan permohonanmu pada secarik kertas, tempelkan sekitar dinding sel tempatmu berbaring. Katakan setiap hari, terimah kasih Tuhan telah mengeluarkanku dari penjara. Amin.” Kalimat Lazki.
“Walaupun, pada kenyataannya saya masih tetap di penjara, bahkan bukti makin menguatkan jika pelaku pembunuhan itu semua mengarah terhadapku.” Ujar Cristal.
“Cristal, lakukan setiap saat sekalipun pandangan matamu melihat bahwa kau masih berada dalam sel penjara, sekalipun dikatakan pengadilan telah menegaskan hukuman terhadapmu. Tetaplah berdoa setiap saat, jangan berhenti berjuang melalui doa.”  Lazki berbicara sambil mendekap Cristal yang sedang kembali menjatuhkan tetesan air mata.
“Saya mempercayai mujizat, ka’Allred mengajarkan duniaku bagaimana saya dapat melangkah.” Ucapan Lazki kembali.
“Ternyata nama orang itu Allred, sepertinya saya pernah mendengar…”
“Orang itu bernama Allred, telah mangajariku banyak hal yang sekarang menjadi tunangan Asia anak dari ibu Silvana.” Lazki menjelaskan sesuatu begitu mengejutkan…
“Memangnya saya pernah bercerita seperti itu kepada Lazki,” ungkapanku sama sekali tidak mengingat apapun. Mencoba mengingat memori kemarin…
Tiba-tiba saja memori seorang anak perempuan memakai seragam sekolah berusaha menjatuhkan dirinya dari jembatan mulai muncul. Ternyata gadis bodoh ingin menyelesaikan masalahnya dengan cara konyol bernama Lazki. Kami tidak sempat berkenalan, dia langsung pergi begitu saja. Saya harus segera ke bandara dan hidup di luar negeri selama beberapa tahun menyelesaikan pendidikanku.
“Dia masih mengingat wajahku, sedangkan saya sendiri melupakan memori kemarin.” Bisikan hatiku. Wajah Lazki sudah berubah, kemarin memakai pakaian sekolah dasar rambut pendek. Sekarang rambutnya terurai panjang lurus, bahkan terlihat cute. Dia berhasil membuktikan tentang jalur yang seharusnya digenggam.
“Saya harus membuktikan, kalau dokter koas  itu tidak bersalah.” Mencoba mencari data-data, serta mempelajari lokasi kejadian. Secara diam-diam menyelidiki ataupun menganalisa rutinitas ibu Silvana beberapa hari sebelum terbunuh.
“Asia, maaf karena telah berkhianat dengan menjadi pengacara Cristal,” memandang foto Asia ketika kami liburan kemarin. Mencoba meminta kebijakan pengadilan, agar kasus perkara tersebut diundur selama beberapa saat secara diam-diam. Pengadilan memberi kesempatan selama 3 bulan, untuk mencari barang bukti.
Mencari Lazki agar bersedia membantuku menyelesaikan perkara pembunuhan terhadap ibu Silvana. Asia tidak mengetahui jika saya akan menjadi pengacara Cristal. Seluruh media pasti digemparkan oleh pemberitaan tersebut. Untuk sementara waktu, saya berjuang menutupi semaksimal mungkin.
“Rupanya kau masih menjadi pelayan café?” kata-kataku memasuk café tempat Lazki bekerja dan berada di hadapannya.
“Anda siapa? Saya tidak mengenalmu,” terlihat jelas jika Lazki lagi mengamuk.
“Hahahahaha, kalau mau marah harus memasang wajah lebih emosional,” godaanku.
“Seharusnya saya yang marah, kenapa? Karena ibu Silvana adalah calon mertuaku alias mama tercinta dari tunanganku bernama Asia.” Kalimatku lagi bersandar sekitar dinding café.
“Kenapa tidak memenjarakan saya sekalian bersama Cristal,” teriakan Lazki. Menyumbat mulutnya memakai tanganku, menarik dia keluar menuju suatu tempat. Lazki terlihat makin mengamuk akan sikapku.
“Kau tahu apa yang akan terjadi? Pak Cipta bisa saja memecatku,” amukan Lazki lebih hebat dari sebelumnya.
“Lazki berhenti bertingkah seperti anak kecil,”
“Ka’Allred sendiri bagaimana?” membalikkan wajahnya.
“Lazki dengarkan saya,”
“Saya tidak mau mendengar,”
“Lazki, diamlah,” gertakanku memegang keras lengannya.
“Saya akan berusaha membantu Cristal,” membuat Lazki berhenti memberontak.
“Yang betul ka’ Allred” berarti dia hanya acting sejak tadi.
“Saya akan menjadi pengacara Cristal, tapi syaratnya kau harus membantuku bahkan rahasiakan semua ini terlebih Asia tidak boleh tahu sama sekali.” Pernyataanku.
“Memangnya kenapa nanti juga Asia tahu,”
“Lazki sadar tidak, Asia itu tunanganku, ngerti.”
“Hanya itu syarat dari kakak?” Tanya Lazki.
“Kau harus menemaniku berpetualang selama 3 bulan menyelidiki kasus ini. Berarti berhenti bekerja dari café sekarang juga.” Jawabanku.
“Saya tidak bisa berhenti karena saya butuh uang buat biaya kuliah,”
“Setahuku ayahmu masih mampu membiayai kuliahmu, Lazki!”
“Saya butuh banyak uang pokoknya,”
“Kau mau Cristal dipenjara selamanya?” tanyaku.
“Tentu saja tidak,”
“Jadi kesimpulannya?” pancingku.
“Baiklah,” mengangguk pertanda setuju…
“Kau juga tidak boleh kuliah selama 3 bulan.” Ujarku lebih mengagetkan dirinya. Mau tidak mau Lazki harus menyetujui permintaanku. Secara keterpaksaan mengikuti kemauanku, demi membantu Cristal lepas dari jeruji penjara. Di lain hal, saya masih berjuang mengalihkan perhatian Asia terlebih media tentang kasus kematian ibu silvana.
BAGIAN DELAPAN…

LAZURIT…
Ingin mengajukan seribu pertanyaan kepada ka’Allred tentang banyak hal. Mengapa secara tiba-tiba mau menjadi pengacara Cristal? Memberiku beberapa persyaratan akan hal tersebut, yang mau tidak mau harus kulakukan. Berhenti dari tempat kerja, cuti 3 bulan dengan kata lain tidak mengikuti perkuliahan selama waktu yang telah ditentukan.
“Kenapa kau menyuruhku menyamar seperti ini sebagai salah satu bidan rumah sakit?” kata-kataku tidak memahami maksud ka’Allred.
“Jangan sampai ada yang sadar tentang identitasmu sebenarnya. Saya sudah mengatur beberapa petunjuk, ngerti.” Kalimat ka’Allrd.
“Bidang saya bukan kesehatan, sedangkan mesin saja masih penuh pergumulan.”
“Lazki tenang saja, kau pasti bisa menjalankan penyamaranmu.” Ka’Allred menepuk-nepuk bahuku. Dia mempunyai banyak kenalan dimana-mana, jadi dengan mudah mempekerjakanku demi sebuah misi. Ruangan tempat Cristal melakukan aktifitasnya selama praktek adalah tujuanku. Mencari tahu beberapa hal mencurigakan tentang beberapa perkara. Ka’Allred percaya bahwa kami bisa mendapat petunjuk sekitar ruangan tersebut.
“Tolong saya bu bidan,” seorang ibu meminta pertolongan menahan nyeri perutnya.
“Kenapa diam saja, lakukan pemeriksaan dalam apa pembukaan sudah lengkap atau belum!” perintah seorang dokter.
“Tuhan, bagaimana ini saya tidak mengerti pemeriksaan dalam itu apa?” seru doaku di dasar hati.
“Tolong saya, sakit bidan…” teriakan ibu itu makin menjadi-jadi.
“Apa yang kau tunggu, masukkan segera jarimu ke dalam lokasi jalan lahir.” Perintah dokter bernada tinggi. Mencoba memasukkan ke dua tanganku segera sekitar miss V sang ibu, tidak mengerti apa isi bagian dalam.
“Pembukaan berapa?”
Mana saya tahu ini pembukaan berapa? Ingin berucap pembukaan 100, mana ada pembukaan sampai 100 cm. lebih parah lagi mendapat amarah dari kepala ruangan itu, dikarenakan tidak memakai sarung tangan steril ketika melakukan pemeriksaan dalam. Tanganku penuh darah, bahkan saya sendiri rasanya ingin pingsan.
“Kalau seandainya ibu itu punya penyakit menular, habislah kau.” Teguran keras kepala ruangan membuatku ketakutan. Untung saja dia tidak memiliki riwayat penyakit aneh terlebih menular.
“Kalau ibu dan janin terinfeksi karena tanganmu kotor, kau bisa diadukan ke polisi,” membuatku kembali merinding, bagaimana tidak bercerita tentang penjara. Masalaha Cristal saja belum selesai, sekarang buat masalah baru. Beruntung saja ibu dan bayinya lahir sehat satu jam kemudian, setelah pemeriksaan tadi.
Baru sehari bekerja di rumah sakit sebagai seorang bidan membuat kepalaku mau pecah seketika. Saya sama sekali tidak mengerti kala 3 atau 4 itu apa? Menyuruh mengambil oksitoksin bersama cairang ringer laktat semakin menciptakan keringat seperti jagung sekitar permukaan kulitku.
“Bawa ke ruang USG ibu yang terbaring di sana!” perintah kepala ruangan.
“Ruang USG yang mana?” tanyaku kebingungan mencari. Bertanya kiri dan kanan ruang area letak USG rumah sakit tempat Cristal praktek. Rumah sakitnya begitu besar, saya begitu kesulitan mempelajari beberapa ruangan. Ka’Allred sendiri menyuruhku mencari tahu beberapa hal terlihat mencurigakan, sekitar area tersebut. Menjadi pertanyaan kenapa ibu Silvana selama beberapa hari selalu berada sekitar ruang ini.
“Untung saja,” ujarku mengelus dada. Setelah bertanya ke beberapa suster penuh hati-hati akhirnya ruang USG di depan mata.
“Hasil USG menjelaskan kehamilan ibu berada di luar kandungan atau lebih dikenal sebagai kehamilan ektopik terganggu.” Kalimat dokter Gisa yang baru saja kuketahui namanya. Dokter Gisa tetapi kenapa jenis kelaminnya laki-laki?
“Orang tuanya pasti ingin anak perempuan, tapi justru laki-laki keluar,” celotehku di dasar hati sambil senyum-senyum sendiri. Ternyata dokter yang selalu marah terhadapku bernama dokter Gisa. Cakep-cakep tetapi galak tiada tara, setidaknya bertingkah manis plus lembut-lembut gimana gitu! Seperti Song jung ki gitulah ala-ala korealah…
“Dokter, apakah janin saya tidak bisa diselamatkan?” raut wajah ibu itu terlihat sedih.
“Kami minta maaf ibu, letak janin ibu berkembang di sekitar tuba bukan area rahim. Sesuai gejala-gejala yang terlihat  nyeri perut, perdarahan pervagina, perubahan darah, bahkan hasil USG membuktikan diagnose ibu.” Penjelasan dokter.
“Jadi, untuk menyelamatkan ibu kami harus melakukan operasi,” tambahan dokter. Menjadi seorang ibu merupakan dambaan setiap orang, namun Tuhan tahu yang terbaik. Seseorang tidak bisa memaksakan permohonan agar Tuhan mengabulkan secepatnya, sama seperti dunia sang ibu tadi. Dibalik semua ini ada maksud dan rencana Tuhan bagi lingkaran hidupnya.
Mencari keterangan tentang beberapa hal mencurigakan, membuatku mengalami banyak kesulitan. Tidak sengaja saya mendengar pembicaraan antara dokter Gisa bersama salah seorang yang memiliki posisi penting rumah sakit milik ibu silvana. Dialog mereka terbilang serius, diiringi nada ancaman bapak itu terhadap dokter Gisa. Menjadi pertanyaan, kenapa mereka berbicara di sekitar gudang.
“Kau diam saja jika tidak ingin sesuatu terjadi dengan karirmu,” ancaman pak Dira merupakan salah satu orang kepercayaan ibu Silvana dan Asia.
“Dokter Cristal tidak bersalah, jangan menghancurkan masa depannya.” Ujar dokter Gisa.
“Lantas jika memang tidak bersalah, apakah kau mau membiarkan karirmu terancam sekejap mata.” Nada penekanan pak Dira.
“Tapi pak…”
“Pikirkan juga karirmu, dia hanya mahasiswa praktek, namun kemampuannya diakui secara luar biasa.” Kalimat pak Dira kembali. Mencurigakan, saya bisa mengambil kesimpulan jika pelaku pembunuh sebenarnya adalah pak Dira bersama dokter Gisa. Sekarang menjadi akar permasalahan bagaimana mengumpulkan banyak bukti. Berusaha menghubungi ka’Allred dan menceritakan hasil percakapan mereka. Ka’Allred masih berusaha mengalihkan perhatian banyak media tentang kasus pembunuhan ibu silvana.
Hal lebih mengerikan lagi, ka’Allred menyuruhku kembali berperan sebagai siswa sekolah menengah. Kenapa juga peran sebagai anak remaja? Memangnya tidak ada peran lain? Saya harus bisa menjadi sahabat anak pak Dira pada salah satu sekolah internasional. Mencari tahu apa saja kegiatan pak Dira selama berada di rumah. Apakah kasih sayang bagi anak-anaknya cukup atau justru sebaliknya. Mencari lebih mendetail tentang perjalanan seorang Dira.
“Ka’Allred wajahku tidak lagi seperti anak remaja,”
“Lazki apakah kau ingin Cristal selamanya ada mendekam dalam tahanan?”
“Tentu saja tidak,” jawabanku.
“Umurmu ternyata benar-benar sudah tua, tapi masih diakali untuk permasalahan wajah biar seperti anak remaja.” Kata-kata ka’Allred.
“Caranya?” tanyaku.
“Kemarilah ikut saya,” membawa ke sebuah salon. Merubah penampilan seorang Lazki menjadi 360° celcius. Dimulai dandanan, potongan rambut ala korea memakai poni, pakaian kecentilan sama seperti anak remaja pada umumnya. Hidupku sekarang tidaklah seperti kemarin hanya memakai pakaian sederhana.
“Kau benar-benar terlihat cute,” celoteh ka’Alled menatapku.
“Kau akan berperan sebagai siswa baru, penampilanmu harus sempurna luar biasa bahkan tidak memperlihatkan cacat sedikitpun bagi kalangan remaja. Satu lagi, seorang Lazki harus mampu bersaing di segala bidang hingga menjadi incaran alias idola siapapun terlebih menarik perhatian anak pak Dira.” Tambahan kalimat ka’Allred.
“Bukankah anak pak Dira itu perempuan? Kenapa…?” pertanyaanku terpotong.
“Anak pak Dira ada 2, bersekolah di tempat yang sama, namanya Alidia dan Danto.” Kata-katanya.
“Berarti mereka kembar?” tanyaku lagi.
“Bukan anak kembar, hanya saja Danto hanya terpaut setahun dari adiknya jadi kesengajaan menyekolahkan mereka di tahun yang sama.” Kehidupan orang kaya terkadang membingungkan sendiri, sengaja menyekolahkan anak secara bersamaan bahkan sekelas. Permasalahannya bukan karena kembar, melainkan agar selalu bersama-sama atau entahlah…
Saya harus berjuang mengatur waktu antara berada di sekolah dan permasalahan impianku. Mempelajari beberapa mesin guna menemukan sebuah alat tertentu. Bagaimanapun saya ingin menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison bisa menciptakan sejarah tersendiri. Akan selalu terkenang dan menjadi memori tersendiri suatu hari kelak. Seorang Lazki manusia paling bodoh mengalami pasang surut, berulang kali tinggal kelas bahkan semua guru menyerah akibat tingkat kebodohan paling mengerikan.
“Lazki, lagi buat apa kamu tengah malam begini?” ka’Allred tiba-tiba saja datang menepuk bahuku dari arah belakang. Kenapa bisa berada di sekitar area rumahku, pada hal ayah sudah mengunci pintu pagar.
“Tenang saja, saya punya kunci cadangan buat masuk kesini,” tepat pikirannya, apa yang sedang kupikirkan hingga membuat pernyataan seperti itu. Kunci cadangan disimpan saat saya secara tidak sengaja menjatuhkan ketika masih berada di rumah sakit.
“Hanya sekedar mempelajari beberapa mesin-mesin dari beberapa sumber.” Tanganku terus saja mengotak atik seluruh mesin di depanku, merangkaikan menjadi beberapa bagian. Saya masih ingin memperlajari tentang sebuah alat pengiriman barang tepat waktu, tanpa harus melihat cuaca terlebih dahulu. Saling bekerja sama antara daerah, propinsi, kota, desa, terlebih Negara untuk transportasi pengiriman barang. Saya harus berjuang, berulang kali mencoba selalu saja gagal bahkan gagal luar biasa pada level tinggi. Bisa dikatakan kegagalanku sudah memasuki hitungan ribuan kali.
Hidupku benar-benar mirip Thomas Alfa Edison sekarang, hanya mengalami kegagalan demi kegagalan. Hatiku tetap mempercayai sebuah mujizat suatu hari kelak, saya hanya butuh berjuang secara berulang kali hingga membentuk senyum keberhasilan. Tidak seorangpun menyadari termasuk ayah, dpikirnya saya hanya memperbaiki jenis-jenis mesin mobil ataupun hanya sekedar menyelesaikan tugas kuliah.
“Ternyata dunia Lazki seperti ini,” ka’Allred menggeleng-gelengkan kepala sedemikian rupa. Siang hari menjadi seorang mahasiswi juga pelayan café, malam hari bermandikan oli serta berbagai jenis mesin. Saya hanya harus berjuang, sekalipun mengalami kegagalan ribuan kali, bahkan nilai sekolahpun masih belum mampu menjadi terdepan hingga detik sekarang. Setidaknya Tuhan membuat nilai-nilaiku sekarang tidak seperti kemarin lagi sewaktu masih bangku sekolah. Mencoba menjalankan beberapa peran, hingga mengatur waktu dalam menjalani aktifitasku sehari-hari.
Memainkan peran sebagai anak sekolah, sesuai permintaan ka’Allred. Menyamarkan segala tanggal lahir, asal pindahan sekolah, dan masih banyak lagi ketika memasuki bangku kelas 12 kembali. Berjuang menjadi pusat perhatian siapapun bahkan terlihat sempurna. Kalangan remaja menyukai kesempurnaan fisik, penampilan, bahkan prestasi-prestasi akademik. Mengingat nilai-nilai semasa sekolah, kacau balau bagaimana bisa menjadi terlihat sempurna? Saya harus mencoba, sekalipun mengalami kesulitan…
“Lazki, kalangan remaja menyukai dunia party,” ka’Allred berbicara melalui telpon genggamku. Berpikir secara logis, tentang kalangan remaja kekinian alias cabe-cabean benar-benar beresiko pada diri sendiri. Belajar mati-matian hingga membuat seluruh siswa terpanah akan dunia seorang Mylind. Itulah nama samaranku sekarang, dikenal sebagai Mylind…
Menurut perkembangan berita terakhir, salah seorang siswa mengatakan Alidia merupakan putri kesayangan bapak Dira sempat dilarikan ke rumah sakit.” Tidak ada yang tahu mengapa secara tiba-tiba Alidia segera dilarikan ke rumah sakit. Sampai sekarang, saya masih belum berhasil mencuri perhatian anak-anak pak Dira. Beberapa umpan telah kulakukan semaksimal mungkin, namun tidak menunjukkan hasil.
Mencoba mencari cara menemukan beberapa bocoran akan kehidupan Alidia dan Danto.     Ternyata jika hanya berpenampilan sempurna tidak bisa menaklukkan dunia mereka. Ada lagi hal yang harus dilakukan, yaitu berada sekitar area gemerlap malam. Seumur hidup, ayah tidak pernah mengajarkanku berada di tempat mengerikan seperti ini. Penuh alunan music keras memenuhi ruangan, mengendap-ngendap masuk bagaikan seorang pencuri.
“Ayah, tolong Lazki sekarang…” jeritku menutup mata keras-keras. Berpakaian tidak senonoh layaknya wanita malam yang sedang menjajahkan diri. Jika bukan karena Cristal, kakiku tidak akan pernah menginjak tempat seperti ini. Semua itu gara-gara ka’Allred menjebakku berada di tempat menjijikkan.
“Gadis cantik, kemarilah…” godaan seseorang tangannya mulai memegang wajahku.
“Tuhan, tolong Lazki…” jeritku.
“Lepaskan dia,” suara seseorang berusaha menyelamatkanku. Ternyata ka’Allred membawaku keluar dari ruang dimana penuh alunan music. Hampir saja, dalam sekejap mata saya diterkam oleh macan. Berada di kandang macan, melakukan penyamaran, mencari data-data penuh resiko luar biasa.
“Kau tidak apa-apa?” ka’Allred bertanya padaku.
“Tidak kenapa-kenapa bagaimana, sedikit lagi tangannya akan menjalar di seluruh tubuhku. Saya jantungan sekarang,” berusaha menenangkan diri.
“Ternyata Lazki sekarang luar biasa cerewetnya, jauh beda ketika pertama kali bertemu. Terus saja diiringi air mata karena mau mati…”
“Maksud kakak? Jangan-jangan kakak…”
“Memangnya saya tidak ingat, kau adalah gadis paling bodoh sedunia ingin segera mati dengan cara membuang diri dari atas jembatan. Putus asa karena teman-temanmu semua berada di kelas 12, sedang kau masih memakai seragam sekolah dasar.” Tawa ka’Allred meledak.
“Ka’Allred,” wajahku terlihat kesal.
“Pantas saja, saya merasa pernah mengenalmu. Kenapa kau tidak mengatakan sesuatupun terhadapku tentang perubahan terbesarmu atau memperkenalkan diri, masih menutupi semuanya hingga detik sekarang.” Ka’Allred.
“Karena kita kan hanya sekali bertemu, mana mungkin kakak mengingat lagian semua itu masa lalu.” Cetusku.
“Saya mendengar percakapanmu dan Cristal beberapa waktu lalu, singkat cerita memoriku tentang dirimu juga baru kembali. Jadi tepat katamu, kalau saya sama sekali tidak membayangkan keadaanmu sekarang. Saya pikir Lazki hanya seorang pelayan café, ternyata mahasiswa yang terus saja berambisi menjadi seperti Thomas Alfa Edison.” Sindir ka’Allred tersenyum tipis.
“Ka’Allred, tidak perlu menghinaku seperti itu.”
“Lazki, sepertinya saya tidak mengejek, hanya terkesan lucu.”
“Berhenti mengejekku,” sindirku.
“Lazki, apapun duniamu kejarlah dan jangan berhenti berjuang. Saya yakin suatu hari kelak seorang Lazki dapat menggerkan dunia.” Kata bijak ka’Allred mengajarkan duniaku untuk terus berjalan. Terimah kasih Tuhan membuatku dapat bertahan…
BAGIAN SEMBILAN…

LAZURIT…
“Terimah kasih Tuhan, karena sudah mengabulkan doaku, menjadi seorang yang dapat menggerkan dunia melalui sebuah terobosan, mengeluarkan Cristal dari penjara, juga menghilangkan perasaan suka dari hatiku terhadap ka’Allred tunangan orang lain.” Isi doaku setiap saat, sekalipun seakan semua permohonanku belum terjawab bagi pemandangan mata.
Saya hanya butuh berjuang, kaki Lazki tidak boleh berhenti melangkah apapun keadaan di depan sekarang. Tanganku pada malam hari harus bermandikan oli oleh karena terus saja mengotak atik berbagai mesin. Dimulai dari mesin mobil,mesin-mesin besar yang biasa digunakan diberbagai pabrik bagaimana dapat bergerak sendiri, dan masih banyak lagi memenuhi otakku. Siang hari, harus menjadi anak sekolah mencari tahu kisah hidup anak-anak pak Dira. Penampilan ala remaja guna menjadi perhatian semua siswa.
Akhir cerita, saya berhasil merebut perhatian anak-anak pak Dira. Menjadi seorang Mylind gadis remaja paling centil yang berusaha menjadi idola bahkan harus terkesan sempurna dalam segala hal. Memiliki gaya bahasa sama seperti remaja, untuk mencari tahu tentang dunia mereka. Danto mulai menyukai Mylind, kisah percintaan remaja paling bergensi sedunia. Pertama kali mengalami diajak jalan seorang pria, lebih parah lagi status berondong tulen.
Tidak menyangka jika Danto selalu memberikanku es krim, boneka, coklat, bunga, dan banyak lagi. Berada di sekitar arena permainan, mengunjungi tempat-tempat wisata, selalu membuatku tersenyum setiap saat. Seorang Danto terkesan dingin, judes, cuek, namun selalu terlihat keren bahkan memiliki prestasi akademik. Sekali menyukai seseorang, terlalu sulit untuk dia lupakan.
“Mylind, suatu hari nanti saya ingin menjadi salah satu pendesain parawisata dan diakui oleh internasional.” Kata-katanya setiap berada di sampingku. Ayah dan anak jauh berbeda, beruntung sifat sifat orang tuanya tidak melekat dalam dirinya. Seseorang anak biasanya dikenal dengan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalau yang sekarang versi Danto, buah jatuh terlempar keras dari pohonnya. Wow, pohonnya ada di Indonesia, sedangkan buahnya terlempar di benua Amerika.
“Danto pasti bisa berlari sekuat mungkin mengejar apa yang diingkan.” Memberi semangat bagi kehidupannya. Menceritakan kehidupan Adilia sungguh memprihatinkan. Bagaimana tidak hidup Adilia hanya mengenal dunia malam, sex, kebebasan, pesta, dan banyak lagi hal-hal mengerikan. Jujur, saya begitu membenci kehidupan glamor dan sosialita, sedangkan Adilia benar-benar terikat akan dunia seperti ini.
Saat yang dinantikan tiba juga, Danto mengajakku ke rumahnya. Mempergunakan kesempatan tersebut mencari beberapa hal mencurigakan tentang karakter ataupun rahasia pak Dira. “Mylind, semoga betah berada disini” ujar Danto membelai rambutku.
“Maaf, sepertinya saya kehausan bisa minum?” berusaha mengalihkan perhatian Danto.
“Tentu saja, sebentar saya ambilkan di dapur,” berjalan menuju dapur. Saya sendiri mengendap-endap seperti pencuri mencari ruangan kerja pak Dira. Kembali ke tempat semula agar Danto tidak curiga melihat perbuatanku. Tanpa sengaja mataku beralih pada sebuah album foto ketika berada di ruang keluarga. Membuka album tersebut, terdapat sebuah tanda Tanya, dimana beberapa foto tersebut terdapat ibu Silvana, beberapa pejabat Negara, juga dirinya sedang menikmati liburan.
Mencuri beberapa foto tersebut, kemudian memasukkan ke dalam tas sekolahku. Dulu memang saya masih bodoh tentang beberapa tokoh penting, namun dikarenakan saya terus saja membaca makanya banyak tahu sekarang situasi tokoh-tokoh Negara.  Apa hubungan pak Dira, ibu Silvana, dan beberapa pejabat Negara? Kenapa mereka begitu dekat seperti tidak terpisahkan? Pasti diantara mereka terdapat beberapa hubungan tidak biasa, lebih parah lagi setahuku public sama sekali tidak pernah mengonfirmasi.
Ibu Silvana pada kenyataan selalu mengadakan pertemuan dengan banyak tokoh sih, baik itu toko politik, beberapa pemimpin agama, pengusaha-pengusaha penting. Hanya saja saya sama sekali tidak mengerti liburan seperti ini bersama beberapa pejabat, terlihat mengganjal. Bahkan daftar nama mereka tidak pernah ada dalam barisan pertemuan ibu Silvana setiap media menayangkan. Saya mengenal beberapa pejabat itu, hanya sama sekali tidak menyangka.
Mengorek beberapa hal pertemanan pak Dira bersama beberapa tokoh terpandang tanpa menimbulkan kecurigaan. Tidak menyangka karakter pak Dira sebagai seorang ayah jauh berbeda. Ayahku selalu mengajarkan duniaku tentang berbagai hal, tidak pernah sekalipun mengucapkan kalimat-kalimat kebun binatang, kutuk, dan hal-hal negative terhadapku. Bagaimanapun kelakuanku atau tingkat kebodohanku, tetap mengungkapkan bahwa duniaku mempunyai warna tersendiri.
“Papa, selalu saja berucap kalimat-kalimat kebun binatang untuk anak-anaknya. Jika prestasi akademik bermasalah dia akan memaki juga berteriak setinggi langit. Mengeluarkan perkataan kutuk berulang kali, hingga menjadikan Adilia hidup penuh tekanan.” Ungkapan hati Danto mencurahkan isi hatinya. Hidup masing-masing orang memiliki perbedaan ketika menghadapi semua itu.
Menceritakan segala sesuatunya terhadap ka’Allred tentang kehidupan anak-anak pak Dira juga beberapa gambar foto pejabat. Ka’Allred menarik napas secara mendalam, memahami dengan betul akan dunia seorang Danto hidup dibawah tekanan sang ayah. Ka’Allred mengatakan ada saat dimana seseorang bermain tentang badai. Semua hal tersebut kembali kepada pribadi masing-masing, bertindak seperti apa…
“Lazki, karakter masing-masing orang ketika berhadapan tentang suatu badai besar berbeda-beda.” Ungkap ka’Allred.
“Maksudnya ka’?”
“Terkadang terlihat di depan mata terdapat 2 orang dengan permasalahan sama, yaitu kekurangan kasih sayang orang tua, hidup dibawah tekanan, menjadi bahan hinaan semua orang, terkucilkan. Si’A oleh karena keadaan seperti ini, membuatnya berada disuatu ikatan dimana bercerita tentang kekerasan, pemberontakan, sex bebas, aborsi, narkoba, tindakan kriminalitas lainnya.” Penjelasan ka’Allred.
“Terus?” kalimatku.
“Si’B bersikap bijak menghadapi keadaannya, hingga pada akhir cerita peristiwa-peristiwa pahit membuat dia menjadi pribadi kuat. Pribadi banyak orang berbeda-beda ketika berada di sebuah lembah. Namun, kenyataannya bahwa lebih banyak anak memilih untuk berada di sebuah jurang dibandingkan memilih menjadi pemenang.” Kata-kata ka’Allred.
“Saya tidak mengerti ka’Allred!” otakku terus berusaha mencerna…
“Lazki, maksudnya adalah ada begitu banyak anak ketika mengalami kejadian yang dikatakan kekurangan kasih sayang, terkucilkan, terlantar, miskin, yatim piatu, hidup dibawah tekanan, menjadi korban penganiayaan, dan lain sebagainya berlari pada kehidupan keras. Atau dengan kata lain membiarkan hidupnya tidak dapat melihat warna kehidupan. Kalau pun seseorang bijak menanggapi peristiwa pahit yang sedang bermain hanya berkisar satu diantara seratus anak.” Ka’Allred penuh penekanan membuatku mengerti ucapannya.
“Sama dong kehidupan Adilia sekarang, lebih memilih hidup berada pada jurang dibandingkan memandang bahwa segala sesuatu yang terjadi mengajarkan hidupnya tentang sebuah warna pelangi.” Kata-kataku membayangkan hidup Adilia.
“Seperti itulah, terkadang juga beberapa tokoh terlihat aneh dikarenakan suatu peristiwa masa lalu.” Ucapan ka’Allred lagi.
“Peristiwa masa lalu ka’!”
“Seperti salah seorang tokoh diberitakan oleh media membuat sebuah pemberontakan demi pembeorntakan bahkan ingin menghancurkan semua orang disekelilingnya. Baik melalui pemboman, atau bertindak anarkis, pembunuhan, kekerasan terhadap beberapa hal dan lain sebagainya.” Kata-kata ka’Allred.
“Terus?”
“Latar belakang kehidupan mereka perlu diselidiki, terkadang mereka terlihat mempunyai banyak uang atau berhasil di beberapa bidang, namun pada kenyataan membuat sesuatu yang tidak diduga. Mengorbankan nyawa banyak orang disekitarnya, tanpa pernah merasa bersalah sedikitpun. Ada saat seseorang membuat aksi merusak, karena pada dasarnya tertanam akar kebencian luar biasa, tidak mengenal dunia luar seperti apa, atau mengalami masa lalu paling pahit, kekurangan kasih sayang.” Perkataan ka’Allred mendetail.
“Sama seperti kehidupan Adilia, sama sekali tidak mendapat kasih sayang hingga bertingkah seperti ini.” Ujarku.
“Pengaruh lingkungan juga penyebab semua itu. Akan tetapi semua itu kembali kepada pribadi masing-masing bagaimana merespon segala sesuatu yang sedang dilewati dan berbagai akar permasalahan dalam diri. Jika bijak melihat, kau akan menjadi pemenang. Namun, jika kekecewaan membungkus duniamu berada di sebuah jurang. Banyak orang bisa saja menjadi korban akan peristiwa tersebut suatu hari kelak.” Kata-kata bijak ka’Allred.
Inilah ka’Allred selalu mengajarkan tentang lingkaran hidup. Saya akan belajar menjadi bijak ketika berhadapan tentang masalah. Tidak akan melakukan tindakan bodoh seperti bunuh diri beberapa tahun silam. Beruntung Tuhan mengirimkan ka’Allred hingga tindakan bodoh itu tidak jadi kulakukan.
Kembali kepada permasalahan beberapa tokoh yang tertera pada gambar foto itu, mencoba menari informasi. Terdapat 10 tokoh penting terkait langsung bahkan menjadi objek dari foto tersebut. Mencari informasi-informasi tentang kehidupan mereka beserta berbagai aktifitas-aktifitasnya. Tokoh pertama bernama Brihatnandar mempunyai hobi bergonta-ganti pasangan, bahkan terkesan mempunyai hubungan dengan banyak wanita. Seputar cerita tentang kepribadiannya yang senang akan daun mudah. Hanya saja tidak saja media terkadang tidak berani mengambil resiko untuk memberitakan.
Pejabat ini bernama Nuscahyadi, paling hobi melakukan ritual mistik demi melancarkan acara kampanye ataupun perkembangan bisnis. Memiliki dukun dengan kekuatan ilmu hitam paling tinggi. Masing-masing anggota keluarga memiliki jenis dukun berbeda-beda. Bukan hanya Nuscahyadi satu-satunya tokoh dengan kehidupan seperti ini, ada begitu banyak tokoh-tokoh penting bahkan dunia selebritis terikat akan roh perdukunan. Dengan alasan guru spiritual, jika diselidiki lebih mendalam ternyata dunia mistis perdukunan membungkus.
“Ka’Allred bagaimana pejabat-pejabat di sini” kata-kataku menunjuk beberapa tokoh lagi. Ka’Allred berusaha terus mengorek informasi demi informasi tentang mereka. Rutinitas mereka setiap hari selain menjadi pedoman bagi masyarakat.
“Ternyata beberapa tokoh-tokoh tersebut saling berkaitan terhadap beberapa dugaan korupsi untuk beberapa arah. Masing-masing memiliki permainan penyimpanan harta benda paling halus di luar nengeri. Sama sekali tidak tercium, kalaupun tercium harta benda mereka tetap aman terkendali di beberapa bank luar negeri.” Kalimat ka’Allred terhadapku.
“Mereka itu pejabat, bagaimana cara kita menemukan bukti kuat tentang kasus ini.” Ujarku.
“Pak Dira bekerja sama dengan beberapa atau salah satu diantara pejabat tersebut untuk menjalankan aksi pembunuhan terhadap ibu Silvana. Kemungkinan besar, ibu Silvana mempunyai bukti kuat tentang kehidupan mereka. Masih menjadi pertanyaan…” kalimat ka’Allred.
“Berarti pak Dira bukan pelaku sebenarnya?” ucapanku.
“Salah satu anggota yang membantu, tetapi dikendalikan oleh satu atau lebih dari satu pihak.” Jawaban ka’Allred.
“Ada pula yang sengaja memainkan program, hanya saja tidak terlihat bahwa program tersebut berkedok bisnis bahkan merugikan banyak orang di sekitar.” Lanjut ka’Allred lagi.
Nama-nama tokoh lain dalam foto tersebut adalah Riady, Mahrid, dan masih terdapat tokoh-tokoh lainnya. Ka’Allred masih terus mengumpulkan informasi tentang tokoh-tokoh tersebut. Kembali melakukan petualangan di beberapa daerah terkait akan aktifitas para tokoh dalam gambar foto tersebut. Mencari jalan memutuskan hubunganku dengan Danto anak pak Dira. Dia hanyalah anak remaja yang membutuhkan kasih sayang. Saya sadar bahwa seorang Danto ingin mencari perhatian dan menghilangkan kesepiannya di tempat lain.
Danto tidak benar-benar menyukaiku sebagaimana layaknya dirasakan oleh banyak pasangan. Saya pun hanya menganggap dia sebagai seorang adik, menjadi pasangannya merupakan kesalahan terbesar. Suatu hari kelak, Danto pasti bisa membedakan antara kata suka, sekedar mengagumi, hanya sekedar kesenangan semata, atau pelampiasan terhadap apa yang hilang dari dirinya. Banyak orang terjatuh ketika berhadapan dengan hal-hal seperti ini.
Membuat petualangan terbaru bersama ka’Allred di beberapa daerah selama beberapa waktu. Tanpa sepengetahuan Asia melakukan petualangan ke beberapa wilayah termasuk Negara guna mencari tahu informasi terbaru. Berusaha mengerti petunjuk-petunjuk, informasi, bukti, ataupun ucapan pernyataan mereka.
“Untung saja, ayah sama sekali tidak menaruh curiga terhadapku dan kegiatanku selama ini.” Kalimatku sambil memasukkan sebuah roti besar ke mulutku.
“Sama, jika bunda dan Asia tahu petualanganku denganmu, tamatlah riwayatku.”
“Berarti kakak masih mempunyai bunda?” lengkingan suaraku meledak.
“Sebenarnya saya anak yatim piatu, orang tua kandungku kedua-duanya sudah lama meninggal.” Ucapan ka’Allred.
“Berarti?”
“Bunda mengabdopsiku sebagai pengganti putri kesayangannya.” Jawabannya.
“Berarti kau anak adopsi rupanya, pantas saja kakak Allred selalu terlihat bijak menghadapi permasalahan ternyata telah melewati banyak hal.” Dunianya berbeda denganku, masih memiliki ayah sekalipun tanpa pernah tahu wajah seorang bunda itu rasanya bagaimana? Berarti hidupku masih jauh lebih baik dong, tetapi permasalahan otak ka’Allred nomor satu.
“Ka’Allred bagaimana jika Asia sampai sadar kita berdua selalu berpetualang bersama-sama.” Mataku tidak berkedip memikirkan kejadian yang akan terjadi.
“Jangan terlalu dipikirkan, semua ini demi membuktikan kalau Cristal bukan pelaku pembunuhan ibu Silvana.” Jawaban ka’Allred selalu membantuku, tidak peduli resiko hubungannya bersama Asia akan hancur jika semua orang tahu.
“Ka’Allred kenapa terus menolongku?”
“Karena saya tahu Cristal tidak bersalah,” jawaban ka’Allred tiba-tiba terhadapku. Hanya itu saja jawaban kakak, apakah tidak ada ada hal lain melakukan semua ini. Bisa dikatakan cintaku sampai kapanpun bertepuk sebelah tangan. Suka akan tetapi tidak akan pernah bisa kugenggam. Melepas akan tetapi dia selalu ada bersama denganku setiap saat memberikan memori terhebat.
Tidak pernah bosan berdoa kepada Tuhan tentang pergumulan doaku selama bertahun-tahun, serta permohonan terbaruku bahwa Cristal lepas dari penjara dan melupakan perasaanku terhadap ka’Allred. “Terimah kasih Tuhan, sudah menjawab doaku menghilangkan kebodohan dari diriku dan membuat sejarah dunia seperti Thomas Edison, melepas Cristal dari penjara, juga membuatku lupa tentang perasaanku terhadap ka’Allred. Amin,” isi doaku setiap saat dimanapun berada sekalipun saya tidak sedang di kamarku.
“Tenangkan dirimu, jangan berpikir aneh tentang diriku.” Kata-kata ka’Allred menjawab telepon Asia tunangannya. Menyukai seseorang yang telah menjadi milik orang itu terlalu menyakitkan. Mempunyai kerinduan berjalan bersama seseorang paling special merupakan impian setiap gadis. Makan bersama, bercanda, tertawa, berdoa, dan melakukan banyak kegiatan bersama dirinya adalah hal paling menyenangkan.
“Kapan saya bisa menjalani kehidupan seperti itu, Tuhan?” gumamku jauh di dasar hati. Andai kata, ka’Allred belum menjadi milik orang lain. Belum tentu juga dia mempunyai perasaan suka jika ka’Allred masih sendiri. Saya bukanlah wanita sempurna…
BAGIAN SEPULUH…

ALLRED…
Berpetualang bersama Lazki membuat memori tersendiri bagi duniaku. Kenapa ketika berada dekat dengan Lazki sangat jauh berbeda saat bersama Asia. Terkadang perasaan takut menyerangku, apa yang dikatakan bunda betul-betul menjadi kenyataan.
“Saya bisa menyimpulkan, kalau permasalahan disini bukan tentang siapa pelaku, melainkan hatimu sedang bercabang di 2 wanita. Tanpa kau sadari, dunia Lazki jauh lebih melekat dibandingkan seorang Asia.” Ucapan bunda masih terngiang jelas di telingaku.
Apakah motivasiku hanya ingin mencari kebenaran tentang pembunuhan Cristal atau ingin menghilangkan kesedihan yang terlukis di wajah Lazki? Merenungkan tentang sesuatu hal untukku sekarang. Mendengar Lazki berbicara berbagai kata tentang peristiwa membuatku lupa tentang jalur hidupku sekarang. Tidak pernah bosan melihatnya mengobrak abrik mesin penuh semangat.
Bercita-cita menjadi seperti Thomas Alfa Edison, sesuai kisah seorang tokoh terkenal. Pada saat itu, saya hanya ingin membuat dia mengurungkan niat menyelesaikan masalah dengan cara bunuh diri. Tidak dikatakan, dunia Lazki harus menjadi begitu mirip dengan Thomas Edison. Dia benar-benar berjuang, setiap melakukan petualang ke beberapa daerah dan Negara, seorang Lazki selalu membawa laptop ditemani berbagai jenis mesin.
Pekerjaan Lazki ketika berjalan hanya mengukur jalan, mencoba menyimak data-data mesin, terowongan, dan lain sebagainya. Kenapa jadi seperti ini sih? Cetusku setiap melihat pemandangan tidak mengenakkan mata. Tujuan kami mencari informasi, sedangkan Lazki terkadang terus saja bergulat bersama mesin-mesin aneh seperti itu.
“Terimah kasih Tuhan telah menjawab doaku,” isi doanya setiap saat tanpa sadar saya selalu mendengar ataupun menguping. Berada di ruang sama, dimana Lazki tidur di atas kasur, sedangkan saya sendiri terbaring sekitar lantai atau sofa. Menghindar, agar iblis tidak mempermainkan kehidupan kami ketika berada dalam ruangan yang sama.
“Terimah kasih Tuhan telah melepasku dari ikatan kebodohan dan membuatku menjadi jenius hingga kelak dapat menciptakan sejarah dunia sama seperti Thomas Alfa Edison.” Isi doa Lazki terbangun tengah malam.
“Thomas Edison lagi dan lagi,” cetusku di dalam hati, mendengar isi doanya tanpa pernah dia sadar.
“Membuat Cristal keluar dari penjara, juga membuatku lupa tentang perasaanku terhadap ka’Allred.” Isi doanya suatu ketika membuatku terkejut luar biasa. Semenjak pertama kali mendengar isi doanya, saya sendiri tidak tahu harus berpikir kemana? Bahkan semenjak peristiwa tersebut, setiap hari pada pertengahan malam saya harus mendengar isi doa-doa yang dinaikkan oleh Lazki.
Tetap berkata terimah kasih Tuhan telah menjawab doaku, sekalipun permohonan sama sekali belum memperlihatkan hasil. Itulah dunia Lazki tanpa pernah seorangpun menyadari semua itu. Dia tahu jika saya telah bertunangan, hingga setiap malam mengucapkan doa-doa tersebut. Apakah saya harus tertawa akan isi doa Lazki tentang Thomas Edison, Cristal, dan sayapun masuk didalamnya? Terbangun setiap pagi, berada di dekata Lazki seolah tidak pernah mendengar isi doanya.
“Ka’Allred sebentar lagi mesin-mesinnya akan berfungsi sempurna hanya menunggu proses sedikit lagi,” teriak Lazki kegirangan.
“Saya pikir informasi kasus sudah memperlihatkan hasil,” cetusku.
“Ka’Allred, mesin ini bisa digunakan oleh banyak Negara, pengiriman barang tanpa harus ke jasa pengiriman barang lebih dahulu.” Teriak Lazki.
“Maksudnya?” tanyaku.
“Seperti ini, hanya dengan membangun post lokasi di beberapa area seperti jalan raya, taman, sekolah, pelabuhan, atau tempat yang diinginkan kemudian membuat terowongan bawah tanah sebagai jalur dilaluinya transportasi pengiriman barang ini.” Kalimat Lazki.
“Kenapa bisa?”
“Begini, jika saya ingin mengirim sebuah paket, memasuki sebuah kotak kemudian menghidupkan layar program sesuai petunjuk pada computer. Menekan alamat serta nama daerah atau Negara tempat tujuan paket tersebut. Menggesek kartu kredit, ATM, atau alat pembayaran lainnya. Kemudian menekan tombol pengiriman pada layar. Maka paket akan terkirim ke tempat tujuan. Di tempat tersebut dapat langsung terkirim ke alamat tujuan atau melalui perusahaan jasa pengiriman.” Penjelasan Lazki.
“Jasa pengiriman!”
“Perusahaan jasa pengiriman dapat bekerja sama dengan transportasi ini, seseorang sebelum memasuki kotak pengiriman tersebut tentunya melakukan pengecekan melalui beberapa alat pendetksi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Menghidupkan sebuah alat sesuai petunjuk layar computer disini, menulis nama, alamat, dan daerah/ Negara yang akan ditujuh. Kemudian memilih perusahaan jasa pengiriman, selanjutnya menggesek kartu kredt, ATM, atau alat pembayaran lain sesuai petunjuk. Terakhir menekan tombol pengiriman sesuai alamat paket tanpa perlu memakai pesawat, roda empat, kapal.” Lazki seakan mempresentasekan hasil karyannya di hadapanku.
“Jadi pengirimannya bergerak sendiri?” tanyaku.
“Yah seperti itulah, karena alat pengiriman ini telah diotomatiskan. Jika menekan daerah atau Negara B maka dengan sendirinya mengikuti petunjuk yang ada. Jadi, cuaca buruk tidak menjadi penghalang paket kiriman dapat diantar langsung ke tempat tujuan.” Ujarnya.
“Wow, Lazki benar-benar hebat, sekarang sudah mengalahkan Thomas Edison.”
“Ka’Allred, sebentar lagi duniaku berubah sekian tahun perjuanganku hingga akhir cerita dapat menggerkan dunia, terimah kasih Tuhan…” teriak Lazki begitu bahagia.
“Tuhan, melihat Lazki bahagia, sayapun ikut bahagia. Tidak disangka petualangan kami membuat dia berhasil menyempurnakan imajinasinya.” Lirihku di dasar hati.
“Doa Lazki selama bertahun-tahun terkabul, tinggal pergumulan doanya yang kedua dan tiga,” bisikan hatiku. Tidak menjadi masalah isi doa ke-2 terkabul, tentu menjadikan dunia Lazki semakin berbahagia. Andai kata, isi doa yang ke-3 dikabulkan olehmu, pada saat itu saya benar-benar tidak ingin melepasnya sedikitpun…Apakah yang akan terjadi dengan hidupku saat itu?
“Terimah kasih Tuhan telah menjawab doaku, saya tidak lagi menjadi idiot, duniaku dapat membuat sejarah tersendiri untuk dikenal sepanjang masa. Cristal telah keluar dari penjara, dan saya telah melupakan perasaanku terhadap ka’Allred.” Isi doa Lazki tanpa pernah bosan sekalipun mesin alat sesuai keinginan hatinya sudah di depan mata, sedangkan pergumulan lain masih belum terlihat.
“Tuhan, apakah saya berada dalam kisah percintaan segi tiga?” pertanyaanku kepada Tuhan tidak mempercayai semua ini.
“Paling mengerikan sepanjang sejarah, seorang pengacara terkenal berada sekitar lokasi percintaan segitiga.” Bisikan hatiku. Duniaku bersama Lazki mengaajarkan beberapa jalur tentang arti berjuang tanpa harus berhenti. Keyakinan Lazki tentang sebuah kekuatan doa, sekalipun membutuhkan waktu panjang hingga saat itu tiba Tuhan menjawab pergumulan kehidupannya. Hal seperti ini mengajarkan diriku secara pribadi tentang kekuatan di tengah lembah seperti apapun permainan terus membungkus.
“Ka’ Allred, membutuhkan waktu lama hingga akhir cerita Tuhan menjawab doaku.” Senyuman Lazki mengembang penuh kebahagiaan tidak dapat diukur hanya melalui lukisan kata-kata semata-mata.
“Sebentar lagi Lazki menjadi penemu paling terkenal, sama seperti Thomas alfa Edison atau Albert Stenly,” kata-kataku ikut merasakan kebahagiaannya.
“Ka’Allred, terimah kasih karena Tuhan memakaimu mengajarkan langkahku beberapa tahun lalu bagaimana memulai hanya memakai secarik kertas kemudian menempelkan pada dinding kamar, singkat cerita terus berdoa disertai perjuangan tanpa pernah berhenti.” Kalimat-kalimat Lazki membayangkan kejadian bagaimana rasa putus asa membungkus, mengambil jalan pintas untuk melenyapkan diri dalam sekejap…
“Itu semua karena kesadaran bahkan kemauan dari jalanmu, tidak bercerita tentang ucapanku buatmu sepuluh tahun lalu,” memainkan anak rambut panjangnya terus-menerus.
“Ka’Allred berhenti memainkan rambutku seperti itu,” gertakan Lazki memecahkan gendang pendengaranku. Kegemaranku adalah membuat Lazki terlihat kesal, marah, ataupun tertawa dalam sekejap.
Tuhan, jauh berbeda ketika berada bersama Asia juga Lazki masing-masing mempunyai jalur pemikiran tersendiri. Lazki mempercayai tentang kekuatan doa dan tidak akan pernah behenti berjuang demi mimpi di depan mata. Asia terlihat cantik bahkan terlalu sempurna bagi pemikiran tiap pria, namun ada saat dimana rasa hambar akan membungkus ketika berdialog tentang berbagai hal dengannya. Apa yang sedang kupikirkan? Hal tergila membandingkan dua pribadi ketika berhadapan denganku.
Membayangkan ucapan bunda akan sebuah pernyataan bagi langkahku untuk melihat siapa yang ada di depanku. Pondasi sebuah hubungan, dimana pandangan mata tidak  bercerita tentang seberapa besar kecocokan antara satu dengan lainnya, melainkan seberapa besar seseorang bertahan menghadapi ketidak cocokan. Kalimat bijak bunda terkadang membuatku sulit mencerna makna pernyataan tersebut. Di lain sisi berkata tetaplah bertahan dalam sebuah objek, jika hatiku menyukai bahkan bahagia. Namun, di lain hal bercerita tentang seberapa besar pertahanan menghadapi ketidak cocokan.
“Tuhan, buat langkahku bijak saat berkata-kata terlebih membuat sebuah keputusan.” Suara hatiku berbicara kepada Tuhan saat ini. Sesuai nama yang melekat padaku Allred berarti bijaksana dalam berjalan, berkata-kata, menatap, bercerita, membuat sebuah keputusan, dan melakukan banyak hal. Sama seperti keadaanku sekarang bijak ketika Tuhan menghadapkan 2 pribadi dengan jalur berbeda.
“Ka’Allred minumlah selagi masih hangat!” Lazki menyodorkan segelas kopi panas hasil buatannya. Selama beberapa waktu mencari informasi-informasi penting tentang dunia beberapa tokoh penting membuat kami sedikit kelelahan.
“Terimah kasih Lazki,” sahutku mengambil segelas kopi dari tangannya, kemudian meneguk untuk merasakan hasil buatan seorang Lazki.
“Ka’Allred pelan-pelan minumnya,” ujar Lazki.
“Lazki, santai saja kenapa?”
“Harusnya ka’Allred bersyukur saya masih mau memperhatikan.” Gerutu Lazki memperlihatkan wajah cemberut.
“Lazki, ada hal yang ingin kukatakan terhadapmu,” ujarku tiba-tiba mengalihkan perhatian setelah beberapa saat diam-diam menatap wajahnya tanpa disadari olehnya.
“Apa itu?” rasa penasaran menyerang Lazki.
“Andai kata seluruh pemimpin dunia mengeluarkan surat keputusan paling menggemparkan bagi semua mahluk di muka bumi…” ujarku bercerita.
“Maksudnya?” Lazki tidak memahami sama sekali…
“Garis bawahi ucapanku tentang seandainya, okey!”
“Ka’Allred langsung saja bercerita, tidak usah berbelit-belit.”
“Seandainya, seluruh pemimpin negara bekerja sama di seluruh dunia membuat keputusan…”
“Keputusan tentang apa ka’?”
“Keputusan tentang seluruh wanita tercantik harus segera dibunuh di seluruh penjuru dunia, bagaimanapun caranya…” kalimatku benar-benar serius.
“Ka’Allred jangan membuat cerita seperti itu,” tegurnya.
“Lazki sekarang itu saya hanya bercerita andai kata, gimana sih.”
“Baiklah, kenapa kalau semua dibunuh?” pertanyaannya.
“Pertanyaanku, seorang Lazki akan bersembunyi dimana kalau surat keputusan itu benar-benar keluar?” kalimatku.
“Saya akan bersembunyi di hutan” jawaban terpolos dari seorang Lazki.
“Kau pikir para pemimpin dunia tidak mempunyai alat pendeteksi guna melacak lokasimu.” Ujarku.
“Di kolong meja, kamar mandi, dalam lemari,”
“Astaga, Lazki sedangkan hutan saja bisa mereka lacak apa lagi kalau hanya kolong meja, kamar mandi, atau lemari.” Ucapanku menggeleng-gelengkan kepala.
“Saya akan membuat sebuah alat biar keberadaanku tidak bisa dilacak sedikitpun.”
“Lazki, sepintar-pintarnya kau membuat alat tapi andai kata mereka kembali menemukan teknologi paling tercanggih hingga berhasil melacak lokasimu gimana coba?”
“Ka’Allred, masih ada tempat lagi tidak bisa dilacak oleh mereka”
“Dimana coba?” tanyaku.
“Dalam gua, pasti mereka tidak bisa menemukan diriku,” jawaban seorang Lazki.
“Astaga, Lazki sedangkan hutan bisa mereka lacak kalau hanya sekedar gua pasti mereka bisa menemukan lokasi persembuyianmu.”
“Kalau mereka menemukan diriku, apa boleh buat saya siap mati di tangan para pemimpin dunia.” Ucapannya tertunduk membayangkan andai kata itu terjadi…
“Merasa amat wanita cantik,” kalimatku membuatnya terlihat kesal.
“Ka’Allred tadi bilang apa?” Tanya Lazki.
“Lazki surat keputusan ini diperuntukkan bagi wanita cantik untuk dibunuh, garis bawahi 2 kata yaitu wanita cantik.” Jawabanku.
“Ka’Allred,” merasa sesuatu mengganjal dari pernyataannya.
“Memangnya Lazki salah satu wanita cantik, benar-benar merasa amat paling cantik sampai harus membayangkan harus bersembunyi di hutan, gua, kolong meja, lemari…”
“Ka’Allred…” teriakannya terlihat kesal.
“Oh my God, terlalu percaya diri bilang cantik,” tawaku meledak seketika tanpa memperdulikan amarahnya sedikitpun.
“Kalau Asia sih, saya tutup mata berusaha mencari tempat persembunyian kalau seorang Lazki gimana cerita.” Tambahan kalimatku kembali sambil tertawa.
Keusilan yang kulakukan membuat Lazki tidak ingin berkata-kata sedikitpunn terhadapku. Setiap saat membuang muka ketika berhadapan denganku, sama sekali tidak berbicara sedikitpun. Lazki benar-benar mengamuk besar selama beberapa hari terdiam terus tanpa berkata-kata ataupun menyapa. Mencoba manarik tangannya dan membawa dia ke sebuah kursi panjang untuk menjelaskan bahwa itu hanyalah keusilan biasa bahkan tidak perlu ditanggapi serius.
“Saya minta maaf jika keusilanku membuatmu seperti ini.” Permohonan maafku sambil berjalan duduk di sampingnya. Tetap terdiam dan masih belum mengungkapkan sepatah katapun. Memohon maaf habis-habisan di hadapan Lazki hanya untuk mengembalikan senyumannya. Hal terbodoh yang selalu kulakukan saat berada di hadapan Lazki membuatnya terlihat kesal. Menyesali perbuatanku dan berjuang kembali membuat dia tersenyum tanpa memperlihatkan kekesalan lagi…
BAGIAN SEBELAS…

LAZURIT…
Ka’Allred benar-benar keterlaluan membuat sebuah keusilan paling mengerikan hingga membuatku terlihat bodoh. Dia selalu bercerita andai kata, bahkan suara hatikupun selalu bercerita andai kata seorang Lazki bisa menjadi gadis sempurna seperti Asia tunangannya. Ayah selalu mengajarkan langkahku untuk tidak pernah membanding-bandingkan apa yang ada dalam diriku dan orang lain. Masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan, jadi, syukurilah apapun duniamu sekarang. Setiap orang mempunyai nilai, hanya kembali kepada pribadi tentang suatu perjuangan untuk berjalan.
“Tuhan, terimah kasih karena saya bisa menghilangkan perasaan suka terhadap ka’Allred saat ini.” Bisikan hatiku setiap berada di hadapannya. Ayah tidak pernah mengajarkanku untuk merebut milik seseorang, seperti apapun keadaanku.
“Lazki, berhenti bertingkah seperti anak kecil,” tegur ka’Allred akibat keusilannya, saya tidak ingin memperlihatkan senyuman ataupun berbicara sepatah kata.
“Ka’Allred benar-benar keterlaluan,” tangisku pecah seketika. Menangis bukan karena tingkah keusilannya melainkan sebuah pergumulan untuk menghancurkan perasaan suka terhadap diri ka’Allred. Andai kata, saya tidak pernah dipertemukan dengannya, rasa sayang tidak akan pernah menguasai hidupku.
“Saya tidak bermaksud membuatmu menangis,” ka’Allred berusaha menghapus butiran kristal pada sepasang mataku.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku lupa akan perasaan suka terhadap ka’Allred,” suara hatiku bergema menahan rasa sakit jauh bermain bagian paling mendalam.
“Lazki hebat saat melangkah, itulah kelebihan terkuat dari dunia gadis sepertimu.” Ungkapan ka’Allred berusaha menghibur bahkan menghapus air mataku sekarang.
“Andai kata Tuhan membuatku tidak mengenal kakak,”
“Memangnya segitu bencinya dunia Lazki sampai berbicara seperti itu,” memotong pembicaraanku.
“Lupakan kalimatku tadi ka’Allred.” Hampir saja, mulutku keceplosan mengungkap isi hatiku sendiri. Mempermalukan diri sendiri hingga ka’Allred dan dunia tertawa melihatku. Biarlah hanya hati dan hidupku menyadari semua yang kurasakan, bahkan rasa cinta terlalu kuat bermain untuknya.
“Saya tidak ingin Lazki menyesali karena Tuhan membuat kita berdua saling mengenal satu dengan lainnya, sekalipun waktu itu kau ingin melenyapkan dirimu sendiri.” Ka’Allred tersenyum di hadapanku.
“Lupakan waktu dimana saya hanya ingin mati,” sahutku berusaha bangkit berjalan masuk kembali ke kamar. Saya harus berjuang untuk tidak membuat pria yang kusukai tersadar akan perasaanku sendiri. Pikiranku hanya harus berfokus terhadap permasalahan Cristal, setelah itu membuat hasil penemuanku dikenal oleh banyak orang. Menjadi seperti Thomas Edison berhasil menggegerkan dunia, seorang gadis paling bodoh mempunyai daya tarik tersendiri.
Kembali ke permasalahan kasus pembunuhan ibu Silvana, mencari pelaku sebenarnya. Membuang jauh-jauh tentang apa yang kurasakan, mempercayai Tuhan telah mengabulkan doaku. Mempelajari beberapa tokoh-tokoh penting, tanpa disadari oleh lapisan masyarakat jika mereka sedang memainkan peranan aneh di depan dan belakang publik. Hasil pencaharian bukti tentang beberapa tokoh yang tertera dalam foto tersebut, sedikit demi sedikit mulai memperlihatkan jawaban demi jawaban untuk ribuan pertanyaan.
“Ka’Allred coba perhatikan wajah ibu Silvana dua puluh dua tahun lalu, terlihat aneh” ujarku memperhatikan sesuatu mengganjal.
“Dari mana kau mendapatkan foto ini?” Tanya ka’Allred kebingungan.
“Saya tidak sengaja menemukan fotonya di internet,” jawabanku.
“Aneh, saya saja calon menantunya tidak pernah melihat foto seperti ini di rumahnya. Jadi pertanyaan, kenapa tiba-tiba foto ini muncul begitu saja di dunia maya?”
“Coba perhatikan wajah ibu Silvana!”kata-kataku berusaha memecahkan teka teki.
“Seperti tidak ada yang aneh, Lazki.”
“Ibu Silvana tidak biasanya memakai pakaian seperti ini, benar-benar tertutup.”
“Betulan juga katamu, biasanya calon mertuaku itu selalu ingin terlihat cantik bahkan sempurna untuk penampilannya.
“Betul ucapan kakak, terlihat kalau mertua ka’Allred hanya ingin berpakaian membentuk tubuh sekalipun telah memiliki seorang putri paling sempurna di dunia.” Kata-kataku kembali.
“Jangan katakan jika ibu Silvana pada saat itu berbadan…” kalimatnya terpotong.
“Ini dia suatu keganjilan dari foto ini, mertua kakak saat itu berbadan dua terlihat jelas dari bentuk wajah ibu Silvana dan bagaimana gerakan tangannya berusaha menutupi sesuatu hanya saja seluruh lapisan masyarakat tidak menyadari hal ini.” Memperlihatkan beberapa foto-foto ibu Silvana puluhan tahun lalu.
“Menjadi pertanyaan kenapa harus menutupi kehamilannya, sedangkan beliau bersuami bahkan mempunyai seorang putri?” pancinganku menunjukkan beberapa foto-foto dimana benar-benar membuktikan saat itu ibu Silvana berbadan dua.
“Pasti ada sesuatu tidak beres dibalik kehamilannya,” ka’Allred mencoba mempelajari beberapa informasi yang telah dikumpulkan selama beberapa waktu.
“Ka’Allred harus mencari jalan agar menemukan sebuah fakta kehidupan rumah tangga mertua kakak kemarin.” Ucapanku.
“Baru juga calon mertua belum resmi menjadi mertua,” kalimat ka’Allred menepuk keningku memakai tangannya.
“Terserah ucapan ka’Allred, intinya kakak harus menemukan bukti Cristal tidak bersalah terhadap kematian ibu Silvana.”
“Saya akan berusaha mendekati beberapa orang kepercayaan ibu Silvana, untuk memecahkan permasalahan ini.” Ka’Allred mencoba menekan beberapa nomor guna menemukan sebuah fakta kuat. Membuat sebuah skenario demi mencari beberapa data, namun orang-orang terdekatnya terlebih Asia tidak menyadari semua ini. Salah seorang asisten rumah tangga yang telah mengabdikan diri jauh sebelum Asia lahir, menjadi pusat incaran kami.
Pasti ada sebuah rahasia tersembunyi  kuat dari seorang ibu Fasinai bahkan semua angggota kuluarga di rumah itu tidak menyadari. Setelah melakukan petualangan di beberapa daerah, wilayah, bahkan luar negeri akhirnya kami kembali ke ibu kota. Ka’Allred memang paling bisa diandalkan untuk urusan menyusun skenario tentang ibu Fasinai. Mengikuti kemanapun ibu Fasinai bepergian. Dengan kesengajaan menemui Asia, mencari jalan guna memecahkan sebuah teka teki tersembunyi selama ini.
“Lazki, coba pelajari beberapa data yang kutemukan,” pesan ka’Allred melalui BBM. Membuka sebuah kotak kiriman dari ka’Allred, sedangkan dia sendiri sedang menemani Asia kembali. Kotak tersebut dengan penuh perjuangan di ambil dari kamar ibu Fasinai.
“Ka’Allred benar-benar pandai untuk mengalihkkan perhatian,” celotehku sambil membuka isi dari kotak tersebut. Kotak ini berisi sepasang pakaian bayi, foto senyuman bayi berjenis kelamin perempuan, dan masih banyak lagi. Terlihat bagaimana seorang bayi perempuan berada di pangkuan ibu Silvana.
“Tidak mungkin ini adalah Asia,” mencari tahu lebih lanjut tentang siapa bayi perempuan tersebut. Berarti bayi perempuan ini adalah adik Asia sendiri terlihat dari tahun foto itu dibuat, sedangkan pada saat itu Asia telah berusia 6 tahun. Ibu Silvana benar-benar pada saat itu sedang berbadan dua, yang jadi pertanyaan dimana bayi itu sekarang berada?
Memeriksa kembali foto-foto yang masih tersisa pada kotak tersebut. Kembali tanganku menemukan beberapa tokoh-tokoh penting sedang duduk bersama ibu Silvana. Terlihat jelas terdapat beberapa dari mereka tersenyum, salah satunya sedang memeluk erat seorang gadis kecil. Mengirim pesan kepada ka’Allred agar segera bertemu denganku secepatnya. Satu jam kemudian, ka’Allred segera berada di hadapanku untuk mengungkap beberapa keganjalan tertentu.
“Kenapa tidak sekalian dunia kiamat baru nongol di depanku!” gerutuku sedikit kesal.
“Lazki sadar tidak, kalau Asia itu tunanganku selama beberapa bulan kami tidak bertemu hanya demi kasus ini. Berusaha menutupi semua  permasalahan dari dirinya, bahkan mencari jalan menemuimu.” Jawaban ketusnya.
“Maaf, karena permasalahan diriku dan Cristal membuat hidup kakak seperti ini,” wajahku tertunduk dan tidak tahu harus mengungkapkan sesuatu. Tuhan, bantu langkahku untuk tetap berada di tempat yang seharusnya. Jangan biarkan duniaku berusaha menggenggam sesuatu yang pada dasarnya merupakan milik orang lain. Mencintai tetapi tangannya tidak akan pernah bisa kugenggam sedikitpun, itulah duniaku sekarang.
“Lazki tidak perlu meminta maaf, karena saya tahu Cristal tidak bersalah.” Tangan ka’Allred seperti biasa memainkan rambut panjangku. Memberikan senyum hingga membuat detakan jantungku sendiri bermain begitu kuat.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku lupa terhadap perasaanku sendiri untuk ka’Allred.” Bisikan hatiku berirama kuat bahkan terus berdoa ketika dia berada di dekatku. Sesuatu yang tidak mungkin akan kugenggam bahkan menjadi milikku untuk selamanya.
“Lazki kenapa diam,” ka’Allred memecahkan keheningan dalam ruangan.
“Oh yah, beberapa isi kotak itu sepertinya memperlihatkan sesuatu terlalu mengganjal.” Uacapku segera mengambil kotak, kemudian mengeluarkan segala isinya.
“Tokoh-tokoh penting ini lagi,” melihat bagaimana ibu Silvana sedang berfoto bersama mereka, hanya saja wajah pak Dira tidak terlihat. Tokoh penting bernama Brihatnandar, Nuscahyadi, Riady, Mahrid, Habrizky, dan teman-temannya kembali terlihat di beberapa lembar foto dalam kotak tersebut.
“Ka’Allred siapa pria yang sedang memeluk gadis kecil ini?” tanyaku menyodorkan sebuah foto kembali.
“Gadis kecil ini adalah Asia, sedangkan pria yang sedang memeluknya tidak lain merupakan bapak Blitar.” Jawaban ka’Allred mengingat foto kecil Asia.
“Siapa pak Blitar itu?”
“Ayah Asia yang sudah meninggal,” menjelaskan pertanyaanku. Menjadi pertanyaan, selain foto kecil Asia, terdapat bayi perempuan sedang berada dalam pangkuan ibu Silvana. Terlihat keganjalan, hanya bersama ibu Silvana, tidak terdapat wajah Asia maupun bapak Blitar.
“Ka’Allred, jangan-jangan bayi perempuan ini benar-benar putri kandung ibu Silvana hanya saja tidak tercium oleh pemberitaan media.”
“Itulah permasalahannya, kenapa ibu Silvana harus menutupi kehamilannya,” ka’Allred kebingungan melihat teka-teki kasus permasalahan keluarga Asia.
“Kemungkinan besar anak yang dikandung ibu Silvana adalah hasil selingkuhan dari pria lain bukan suaminya sendiri.” Kata-kataku benar-benar mencurigai keganjalan juga konflik kehidupan keluarga ibu Silvana. Mempelajari beberapa informasi permasalahan ibu Silvana dan jawaban tentang beberapa pertanyaan.
“Tidak mungkin, jika diperhatikan dari pemberitaan media bagaimana ibu Silvana benar-benar larut dalam kesedihan ketika bapak Blitar berpulang menghadap Tuhan.” Kalimat ka’Allred mengingat memori kemarin. Seperti diketahui oleh semua lapisan masyarakat rumah tangga ibu Silvana selalu terlihat harmonis jauh dari pemberitaan konflik perceraian. Ka’Allred dan Asia telah menjalin hubungan jauh sebelum bapak Blitar meninggal beberapa tahun lalu.
“Asia tidak pernah mengeluh tentang rumah tangga orang tuanya sedang bermasalah, bahkan ketika ibu Silvana dan pak Blitar berada dihadapanku, tidak terlihat percekcokan atau konflik rumah tangga sedikitpun.” Ucapan ka’Allred kembali menjelaskan memori sebelumnya. Menurut pemikiranku, bahwa seseorang dapat membuat skenario tentang kehidupan rumah tangganya, namun, ada saat dimana semua akan meledak hanya menunggu waktu.
Ka’Allred mencoba mencari informasi tentang kehidupan rumah tangga ibu Silvana sekitar 22 tahun lalu demi memecahkan kasus kematiannya. Saya sendiri menjenguk Cristal serta memastikan keadaannya baik-baik saja saat ini di sel penjara. Merahasiakan petualangan yang telah kulakukan bersama ka’Allred dari ayah maupun Cristal. Mereka tidak boleh mengetahui segala kegiatanku belakangan ini. Tiba-tiba saja, secara tidak sengaja saya menabrak seseorang ketika sedang berada di sekitar pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan dapur.
“Maaf saya tidak sengaja,” masih belum tersadar wajah orang di hadapanku sekarang. Mengingat kebutuhan dapur beserta isi kulkas semua kosong, setelah menjenguk Cristal di penjara saya menuju pusat perbelanjaan. Menghabiskan waktu untuk beberapa mencicipi aneka hidangan sekitar mall sehabis membeli segala keperluan dapur.
“Kau lagi…” teriakan Asia penuh amarah. Setiap melihatku, tatapan mata Asia hanya akan bercerita tentang kebencian luar biasa buatku. Terlebih jika dia tahu tentang petualanganku bersama ka’Allred, perang dunia ke-3 sudah bersiap-siap di depan mata. Tinggal mempersiapkan mental saja menghadapi setiap ucapan paling pedis dari perbendaharaan mulutnya. Paling heboh lagi, disaat ka’Allred memperlihatkan dirinya sebagai pengacara Cristal, amukan luar biasa akan segera membungkus masyarakat terlebih Asia sendiri.
“Kenapa kau selalu ada sekitar hidupku,” tatapan sinis penuh kebencian terarah padaku.
“Saya tidak sengaja menabrak anda,” ujarku berusaha setenang mungkin.
“Dengar pelayan cafe, sebentar lagi adikmu akan meringkus selamanya dalam sel tahanan.” Teriakannya mengarah pada permasalahan Cristal.
“Adik saya tidak bersalah, percayalah!” kalimatku.
“Kau hampir membuatku rugi hingga miliaran, dilain hal adikmu membunuh mama…” emosional Asia tidak terkendali.
“Asia, kenapa kau berteriak seperti ini?” suara ka’Allred tiba-tiba berada di tengah kerumunan banyak orang. Tersadar seketika, saya berada diantara kerumunan orang banyak sekarang akibbat teriakan seorang Asia. Tuhan, jangan sampai menjadi pemberitaan media keesokan harinya, desisku di dasar hati membayangkan sesuatu hal.
“Lazki,” ucapan ka’Allred tidak menyangka. Asia terus saja mengeluarkan ucapan penuh kebencian akibat insiden ketidak sengajaan tadi. Ka’Allred berusaha menenangkan Asia kemudian membawanya pergi dari kerumunan banyak orang tanpa mengucapkan sepatah katapun. Memegang dadaku untuk menahan rasa sakit menyukai seseorang yang tidak akan pernah bisa kugenggam sama sekali.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku lupa tentang perasaan cinta begitu besar untuk seorang ka’Allred semata.” Suara hatiku bermain di tengah kerumunan banyak orang. Berjalan menuju rumah serta berusaha melupakan peristiwa penabrakan tersebut.
“Tuhan, setelah permasalahan Cristal selesai saya janji tidak akan memperlihatkan batang hidungku lagi di hadapan ka’Allred.” Isi doaku ketika telah berada di rumah. Tiba-tiba saja, saya merasakan dekapan hangat ayah memberikan kesejukan tersendiri. Ayah seakan memahami bahwa saat ini gadis kecilnya berada dalam sebuah dilema kehidupan.
“Lazki, percayalah bahwa setiap permasalahanmu tidak melebihi kekuatanmu.” Kalimat bijak ayah, seakan mengerti tentang langkah gadis kecilnya tanpa perlu bercerita tentang akar permasalahanku sekarang.

BAGIAN DUA BELAS…

ALLRED…
“Allred ada apa denganmu?” pertanyaan Asia terhadapku setiap bertemu.
“Kau banyak berubah, saya merasa tubuhmu berada di hadapanku tetapi hati juga pikiranmu jauh terlempar di luar sana.” Tatapan Asia membuatku sedikit rishi…
“Itu hanya perasaanmu semata,” ujarku berusaha mengalihkan perhatian. Kasus kematian ibu Silvana menjadi bagian terpenting sekarang. Saya harus berusaha mengungkap pelaku pembunuhan sebenarnya, membuktikan Cristal tidak bersalah atas kematian ibu Silvana.
“Allred kemana saja kau selama ini?” pertanyaan Asia mulai curiga seputar hidupku.
“Ada beberapa pekerjaan klien harus kuselesaikan, tidak memungkinkan saya tetap berada di kota ini terlebih dunia bisnis kecilan yang sedang kugeluti sekarang.” Mencoba mencari berbagai alasan. Asia menyadari selain menjadi seorang pengacara, saya pun mulai mengembangkan sayap di dunia properti. Walaupun masih pemula, setidaknya saya berjuang demi bisnis tersebut.
“Betul hanya seputar bisnis, tidak ada permasalahan lain?” Asia memancing memperlihatkan wajah penuh kecurigaan. Belum saatnya Asia menyadari bahwa saya meminta pengadilan memberi waktu 3 bulan mengungkap kebenaran kematian ibu Silvana. Perang dunia siap bermain di depan mata, ketika dia menyadari pengacara Cristal ketika di pengadilan nanti merupakan tunangannya sendiri. Asia terlebih media tidak boleh menyadari, sebelum semua bukti terkumpul kuat membuktikan Cristal bukan pelaku sebenarnya.
“Seperti ada kecurigaan dari Asia?” pertanyaanku berbalik ke arah Asia.
“Tidak seperti itu permasalahannya, hanya saja Allred yang kukenal jauh berbeda dengan sekarang. Seakan hatinya berpetualang bagi orang lain, entahlah, mungkin hanya perasaanku semata…”
“Mungkin kau kebanyakan nonton serial drama, hingga…” ujarku terpotong.
“Mungkin kau benar,” kalimat Asia melanjutkan.
Betul ucapan Asia sewaktu bersamaku kemarin. Tubuhku berada bersama dengannya, tetapi hati juga pikiranku ingin terus berada di samping Lazki. “Tuhan, jujur, saya tidak ingin permohonan doa Lazki paling akhir dikabulkan olehMU” isi doaku secara tiba-tiba. Katakan saja, saya manusia paling rakus bahkan terlalu egois. Menginginkan Lazki, pada hal seluruh lapisan masyarakat juga tahu tentang pertunanganku dengan Asia.
“Bersama Lazki, membuatku ingin melakukan apapun yang kusuka ataupun tertawa lepas.” Memandang foto Lazki. Tidak pernah menyadari bagaimana kamera hand phoneku selalu memotret wajahnya. Jika Asia menyadari wajah Lazki memenuhi memori hand phoneku, tidak usah dipertanyakan lagi perang dunia 3 seperti apa bermain.
“Maka dari itu, spesial data harus terus diberi kata sandi” tanganku membuat sandi hingga siapapun tidak akan bisa memeriksa file memoriku.
“Lazki terlebih Asia tidak akan pernah tahu file memoriku.” Senyum-senyum sendiri seperti orang gila…
“Kau memang tidak secantik, secerdas, kaya, terkenal, dan sesempurna Asia tapi duniaku selalu menyukai apapun yang ada dalam dirimu.” Berbicara sendiri memandang foto Lazki dan seperti biasa tersenyum bagaikan manusia gila. Kata sempurna terlalu jauh bahkan bagaikan langit dan bumi ketika semua orang ingin membuat perbandingan antara Lazki juga Asia.
Kembali seputar pemecahan kasus kematian ibu Silvana alias ibunda tercinta Asia mencari beberapa informasi lagi. Berusaha mengintai setiap pergerakan pak Dira, ibu Fasinai, dokter Giza, beserta 10 tokoh penting di Negara ini. Saya dan Lazki harus membagi tugas agar data yang ada bisa lebih memperlihatkan sebuah pemecahan. Kehidupan 10 tokoh penting Negara benar-benar membuktikan jika beberapa dari mereka berperan aktif dalam rencana pembunuhan berencana ibu Silvana.
“Saya harus bisa memancing ibu Fasinai tentang siapa bayi perempuan itu?” mencari jalan berbicara dengannya. Terus mengikuti kemanapun asisten kepercayaan ibu Silvana melakukan aktifitas di luar rumah. Pasti ada rahasia tersembunyi terkemas dalam suatu paket antara ibu Silvana, ibu Fasinai, pak Dira, beserta 10 tokoh penting Negara ini. Hanya saja, butuh skenario halus memecahkan paket tersebut.
“Berhenti menjadi mata-mata di belakangku,” suara seseorang dari belakang. Menyadari asal suara tersebut, hingga saya sendiri tidak dapat berkutik. Berusaha bersembunyi sebaik mungkin, namun akhir cerita pergerakanku tercium jelas. Ternyata ibu Fasinai bukan manusia terbodoh, tidak dapat pekah terhadap segala tindak tandukku selama ini. Bagaimana saya mengikuti kemanapun dia pergi dengan berbagai penyamaran.
“Saya mengenalmu, sekalipun kau sekarang sedang berpakaian seperti itu, memakai kumis tebal, berkaca hitam atau menjadi loper Koran bahkan pemulung sampah pengacara Allred.” Ucapan ibu Fasinai sedikit meninggi pada pertengahan kalimatnya.
“Anda salah orang,” ucapku masih berusaha menyangkal. Ibu Fasinai berjalan ke arahku membuka kaca mata dan topi yang kukenakan. Berada diatas sebuah truk guna melancarkan aksiku, namun semuanya menjadi kacau balau. Dua orang pengawal ibu Fasinai berusaha mengikat tanganku hingga membawa ke suatu tempat jauh  dari ibu kota. Berusaha memberontak, namun mereka membiusku hingga tidak sadarkan diri.
“Dimana saya?” ketika tersadar, sebuah ruangan namun saya sendiri tidak mengetahui tempat tersebut. Ibu Fasinai masuk ke ruangan tersebut, memberi isyarat terhadap ke-2 pengawalnya untuk segera keluar. Hanya kami berdua saja tertinggal, untuk beberapa saat satu sama lain tidak memperdengarkan suara.
“Saya tahu kau mencuri kotak persegi dari kamarku,” ibu Fasinai mulai mengangkat suara setelah terdiam lama.
“Nyali seorang pengacara Allred cukup besar, tidak seorangpun berani memasuki ruanganku tanpa terkecuali termasuk nona Asia.” Kalimatnya sekali lagi.
“Pasti ada sesuatu tersembunyi kuat, Cristal bukan pelaku sebenarnya pembunuhan ibu Silvana.” Ucapanku.
“Memang benar, bukan dokter koas itu pelaku pembunuhan sesungguhnya, bahkan dia hanya dijadikan kambing hitam. Sudah jelas ucapanku!”
“Kenapa kalian begitu kejam?” emosionalku meledak, tanganku memukul tembok di hadapanku, beberapa kursi berhamburan, suara gaduh bermain sekitar ruangan.
“Percuma saja, tidak seorangpun bisa mendengar suara anda pengacara Allred calon suami nona Asia” tatapan penghinaan melekar pada pelupuk matanya.
“Lebih mengejutkan lagi, terjadi kisah cinta segi tiga antara pengacara terbaik negara ini, nona Asia, dan pelayan cafe.” Sedikit menyinggung kehidupan pribadiku. Pada kenyataannya, antara saya dan Lazki tidak terjalin hubungan sedikitpun, sekalipun masing-masing menyimpan suatu perasaan mendalam.
“Apa mau anda sebenarnya?” pertanyaanku langsung pada inti.
“Duduklah!” ibu Fasinai mempersilahkan saya duduk di hadapannya.
“Saya membutuhkan bantuanmu,” ucapan ibu Fasinai setelah saya berusaha duduk bahkan menahan diri, sambil mempelajari situasi dari kepribadiannya.
“Bantuan!” sahutku sama sekali tidak mengerti…
“Kau pasti sadar tentang kisah kehidupan Nyonya Silvana, rahasia yang selama ini tersembunyi rapat terbongkar oleh tanganmu juga pelayan café itu.” Ujarnya.
“Jangan menyebut dia sebagai pelayan cafe, namanya Lazki,”
“Itu tidak penting,” mata ibu Fasinai tidak perduli tentang nama ataupun…
“Nyonya Silvana mempunyai seorang bayi perempuan hasil selingkuhan, rahasia terpendam tanpa seorangpun tahu termasuk tuan Blitar. Kecurigaanmu pada dasarnya benar-benar terbukti, hubungan gelap terjalin hingga berujung suatu paket rahasia dunia sosialita nyonya Silvana bersama beberapa tokoh terkemuka di Negara ini.” Penjelasan ibu Fasinai menutup rapat-rapat rahasia terpendam yang masih tertutup rapat.
“Apakah penyebab kematian ibu Silvana dikarenakan permasalahan kemarin?” pertanyaanku mencoba mencari tahu tentang…
“Kematian ibu Silvana bukan hanya tentang perselingkuhan, melainkan beberapa data penting tentang program dan beberapa hal lain dipegang oleh nyonya Silvana. Karena bukti kuat tersebut, berakibat pada kematian nyonya Silvana sendiri.” Penjelasannya.
“Siapa pelaku sebenarnya, kenapa Cristal menjadi kambing hitam mereka?”
“Inilah yang berusaha saya selidiki secara diam-diam. Dira hanyalah bawahan dari mereka untuk mempermulus jalan. Cristal dikenal sebagai dokter cerdas, sekalipun masih bersifat sebagai koas namun mempunyai keahlian menangani kasus-kasus tersulit di dunia medis. Beberapa dokter menyukai keahliannya bahkan membanding-bandingkan Cristal dan dokter Giza. Inilah pusat permasalahan sebenarnya.” Kata-kata ibu Fasinai mulai menjelaskan mengapa Cristal menjadi kambing hitam kematian ibu Silvana.
“Saya memperhatikan dokter Giza…” kalimatku terpotong.
“Dokter Giza merupakan putra semata wayang dari istri terdahulu Dira. Secara otomatis, Dira tidak menginginkan karir anaknya terhambat hanya karena seorang dokter koas. Terdapat beberapa tokoh di atas Dira, namun saya masih mencurigai pelaku terbesar dari kasus ini. Beberapa di antara mereka merupakan tokoh dengan kekuasaan paling berpengaruh untuk berbagai wilayah.”
“Dokter Giza tahu pak Dira adalah ayahnya?” pertanyaanku lagi.
“Dokter Giza tahu, tidak seorangpun tenaga medis rumah sakit menyadari hubungan darah di antara mereka.” Jawaban ibu Fasinai,
“Apakah mereka adalah tokoh-tokoh yang anda maksudkan?” memperlihatkan beberapa lembar tokoh dari saku dompetku.
“Tepat katamu, mereka adalah orang berpengaruh bahkan sulit terjangkau untuk mencari kebenaran tertentu. Salah dari mereka merupakan bos utama, sedangkan beberapa orang diantaranya hanyalah anak buah semata. Bertahun-tahun saya masih menyelidiki penyebab pasti kematian tuan Brital, namun belum memperlihatkan hasil.”
“Berarti pak Brital meninggal bukan karena serangan jantung?” mata tidak berkedip sama sekali.
“Semua itu hanya hasil skenario, pada kenyataannya tuan Brital tewas oleh permainan mereka. Saya harus berhati-hati menyusun rencana, nona Asia sama sekali tidak menyadari hal ini. Lebih baik diam dibandingkan membuat sebuah resiko besar.” Ucapannya.
“Menurut anda siapa paling berperan menjadi pelaku utama diantara tokoh-tokoh ini?”
“Saya masih belum bisa memastikan, tetapi tokoh terdekat nyonya Silvana adalah Brihatnandar. Pemberitaan media tentang kehidupan perselingkuhan oleh beberapa daun muda memang benar. Menjalin hubungan gelap tanpa sepengetahuan tuan Blitar dan nona Asia adalah kesalahan terbesar dari nyonya Silvana.” Kata-kata ibu Fasinai.
“Apakah anak ibu Silvana masih hidup? Jika benar sekarang dia ada dimana?”
“Apakah telah terjadi konflik besar permasalahan rumah tangga antara ibu Silvana dan pak Blitar sejak awal pernikahan mereka?” pertanyaanku kembali ingin mengetahui semua…
“Adik Asia sampai sekarang masih hidup, bahkan tumbuh menjadi gadis cantik tanpa seorangpun menyadari semua itu. Walau mereka dari ayah berbeda tetapi dilahirkan melalui Rahim yang sama. Dia ada disuatu tempat, namun belum waktunya kau mengenal dia. Setelah nyonya Silvana melahirkan, putrinya diberikan kepada orang lain untuk membesarkan bahkan merawat penuh kasih sayang. Nyonya Silvana memakai krim pengecil perut juga stagen perekat hingga kehamilannya tidak tercium oleh semua orang.” Penjelasan paling rinci terlalu mendetail lebih dari yang kuharapkan.
“Bagaimana seputar bahtera rumah tangga ibu Silvana?”
“Sama sekali tidak terdapat pertengkaran sedikitpun, tetapi dunia seperti nyonya Silvana haus kasih sayang. Disaat masing-masing menghabiskan waktu demi pekerjaan, saat itulah permainan iblis memainkan irama. Sex, kedewasaan, agama merupakan pertahanan terbesar sebuah bahtera rumah tangga. Ketiganya menghilang, walau terlihat harmonis depan banyak orang.”
“Akhir cerita, terjadilah perselingkuhan antara nyonya Silvana dan Brihatnandar” kesimpulan dari penjelasan ibu Fasinai.
“Kau tahu bagaimanapun bukti terkumpul, tetapi dunia pengadilan berada dalam genggaman tangan mereka. Jadi, kau harus memainkan sebuah skenario ketika berhadapan penuh untuk mencari titik lemah. Nyonya Silvana menyimpan sebuah data-data menyangkut program-program permainan mereka di suatu tempat. Beliau tidak sempat memberitahu dimana memori data file tersebut. Saya harus bersikap setenang mungkin, seolah tidak mengetahui kejadian sebenarnya tentang kasus kematian tuan Blitar dan nyonya Silvana.” Ucapan ibu Fasinai menjelaskan.
“Apa yang harus kulakukan?” kalimatku.
“Menemukan memori data tentang kumpulan bukti permainan mereka, mengikuti setiap gerak-gerik Brihatnandar, Riady, dan beberapa tokoh lain. Jangan sampai mereka menyadari apa yang telah kau rencanakan. Sekalipun bukti menjelaskan, tetapi kekuatan mereka kuat untuk bermain untuk beberapa tempat.” Menjawab pertanyaanku.
“Semua itu berkaitan erat, Riady terlihat manis depan lapisan masyarakat, namun membuat skenario tidak terduga. Ketakutan luar biasa akibat korupsi besar-besaran dari sebagian besar anggota parpolnya terlebih Riady sendiri. Saya mencurigai adanya pergerakan perpecahan diantara lapisan masyarakat hingga membuat kekacauan belasan tahun lalu. Semua masih pada tahap mengumpulkan informasi, jadi berhati-hatilah.” Tambahan penjelasan ibu Fasinai.
“Saya berhati-hati…” kata-kataku.
“Masih terdapat tokoh berperan seperti malaikat jauh mengalahkan hati Tuhan ketika berada diantara lapisan masyarakat dan media, tetapi jauh mengalahkan hati iblis ketika berada di belakang layar. Beberapa diantara mereka memiliki karakter mengerikan seperti ini, hanya saja tetaplah terlihat biasa hingga waktu itu tiba." Ucapan ibu Fasinai mengarahkan beberapa karakter beberapa tokoh.
Ternyata ibu Fasinai berada di pihak kami, bahkan mempunyai tujuan yang sama. Memberikan beberapa petunjuk, tentang gerak gerik beserta identitas orang-orang terdekat ibu Silvana. Sama sekali tidak kupahami, kenapa identitas putri ke-2 ibu Silvana tetap dirahasiakan olehnya. Memainkan otot bahkan memperlihatkan kejadian aneh sama saja membawa diri ke sebuah jurang pada pertengahan jalan. Ibu Fasinai merupakan orang kepercayaan pak Blitar juga istrinya.
“Saya tidak akan memberi tahukan perasaanmu sebenarnya kepada nona Asia,” memulai menyindir kehidupan pribadiku.
“Maksud anda?”
“Pengacara Alled, memangnya saya begitu bodoh menyadari hatimu bukan milik nona Asia tunanganmu melainkan lebih kepada pelayan café itu.” Membuatku terdiam seketika itu juga.
“Berhati-hatilah, perang dunia siap berirama ketika nona Asia menyadari segala kelakuanmu terlebih menjadi pengacara si’pelaku pembunuhan ibu kandungnya.” Ujarnya lagi.
“Cristal bukan pembunuh, anda juga sadar!” kata-kataku.
“Tetapi kau berjuang karena mencintai Lazki,” pernyataan ibu Fasinai terhadapku.

BAGIAN TIGA BELAS

LAZURIT…
Kemana perginya ka’Allred? Perasaanku jadi tidak tenang seakan terjadi sesuatu,  selama beberapa hari dia sama sekali tidak memberi kabar. Apa terjadi sesuatu dengan ka’Allred? Tuhan, lindungi dimanapun dia berada saat ini, permohonan doaku. Telepon celulernya pun tidak aktif, bahkan seluruh akun medsos atas kepemilikan ka’Allred fakum. Mengendap-ngendap seperti pencuri sekitar pintu pagar rumah Asia, mencoba menengok ke dalam.
“Asia selama beberapa haripun bepergian sendiri tanpa ka’Allred,” mulutku berbicara sendiri seperti orang gila. Untuk kedua kalinya mencari dia di rumahnya. Mengendarai motor butut kesayanganku menuju alamat tujuan. Terlihat seorang ibu sedang menghias halaman, berjalan bolak balik memindahkan beberapa pot bunga. Memotong tanaman hias kemudian membentuk menyerupai sebuah rumah memakai gunting khusus.  Memberanikan diri berjalan ke depan pagar setelah memarkir motor tidak jauh dari lokasi.
Mengetuk pintu pagar besi dari rumah ini, setidaknya menyadari kehadiranku. “Selamat sore tante,” sapaku. Ibu paruh bayah itu, kemungkinan besar ibunda tercinta ka’Allred. Terlihat jelas penampilannya, tidak seperti seorang pembantu rumah tangga.
“Cari siapa?” tegur bunda ka’Allred itu dengan ramah.
“Ka’Allred ada?” tanyaku sedikit menunduk.
“Pasti kau gadis bernama Lazz…”
“Lazki,`nama saya Lazki” meneruskan ucapannya.
“Masuk,” mempersilahkan masuk ke dalam rumah, menyuguhkan segelas minuman dingin buatku.
“Allred selalu bercerita banyak tentang dirimu,” ucap bunda ka’Allred.
“Betulkah?” bahagia mendengar ka’Allred bercerita banyak tentang diriku.
“Memangnya ka’Allred bercerita apa saja?” tanyaku lagi melupakan tujuan mencari kaAllred.
“Lazki merupakan gadis paling lucu yang pernah ditemui, selalu bertingkah usil hanya demi menarik perhatian atau membuat kekesalan tertentu, dan masih banyak lagi.”
“Ka’Allred betul-betul keterlaluan,” mimic wajah cemberut terlihat jelas.
“Allred lebih banyak bercerita tentang Lazki dibandingkan Asia tunangannya sendiri,” kalimatnya membuat jantungku berdetak memainkan irama.
“Tuhan, jangan biarkan saya diberi harapan palsu.” Irama suara hatiku lebih kuat.
“Pengacara terkenal seperti Allred menyukai petualangan seru bersama Lazki,”
“Setahuku, ka’Allred merahasiakan semuanya dari tante?” ucapku kebingungan.
“Awal mula Allred berusaha menutupi, berhubung tante mengamuk, singkat cerita terbongkar semua…” jawaban bunda ka’Allred.
“Jadi tante tahu kalau ka’Allred akan…” kalimmatku terpotong.
“Menjadi pengacara adikmu Cristal kan?” bunda ka’Allred melanjutkan.
“Tante sama sekali tidak marah?”
“Allred hanya mengikuti kata hati saja,” ujarnya.
“Kan yang terbunuh calon besan tante sendiri, sementara pelaku terarah kepada Cristal” kalimatku.
“Bukan berarti calon besan, kemudian saya tidak bijak melihat permasalahan seperti ini,” pernyataan bunda ka’Allred.
“Terimah kasih banyak karena tante diantara banyak orang mempercayai Cristal bukan pembunuh ibu Silvana.” Kata-kataku.
“Kau tidak perlu mengucapkan terimah kasih,” tegur bunda ka’Allred.
“Ka’Allred dimana tante?”
“Memangnya dia tidak menghubungi atau mengirim pesan?” pertanyaan hingga membuatku menggeleng-gelengkan kepala.
“Allred, esok hari baru pulang, sejam lalu mengirim pesan, ada hal penting ingin  dilakukannya” kalimat bunda ka’Allred lagi.
“Syukurlah, ternyata ka’Allred tidak kenapa-kenapa” mengelus-ngelus dada sendiri.
“Lazki harus mempersiapkan mental, jika Asia sampai tahu Allred adalah pengacara Cristal.” Perkataan bunda ka’Allred membuatku tersedak ketika memasukkan gelas minuman ke dalam mulutku.
“Seluruh lapisan masyarakat juga media tahu, kalau Allred dan Asia merupakan sepasang kekasih. Dilain cerita bunda tercinta Asia tewas mengenaskan, pelaku mengarah kepada Cristal adikmu. Sementara Allred menjadi pengacara atau dengan kata lain berada di pihak pelaku. Walau Cristal bukan pelaku sebenarnya.” Bunda ka’Allred menjelaskan.
“Saya ngerti tante,” kalimatku tertunduk.
“Andai kata Allred tidak ataupun dapat memenangkan kasus Cristal, seluruh lapisan masyarakat memberi penilaian terhadap dirinya. Kemungkinan besar Asia tidak akan tinggal diam, sekalipun Cristal terbukti bukan pelaku sebenarnya.”
“Sebenarnya apa yang ingin tante ucapkan?”
“Kau terlalu polos, suatu hari kelak Lazki akan menyadari mengapa Allred berani mengambil tindakan seperti itu walau harus mengorbankan karir bahkan tidak memperdulikan penilaian masyarakat. Hanya saja, persiapkan mentalmu menghadapi kemarahan Asia kelak.” Bunda ka’Allred mencoba menjelaskan, tentunya beliau menyadari secara pasti akan karakter seorang Asia.
Merenungkan setiap ucapan bunda ka’Allred tentang kemarahan Asia. Mempersiapkan diri ketika Asia menyadari semua ini. Asia benar-benar beruntung bisa memiliki ka’Allred, andai kata saya menjadi dirinya. Pemikiran apa dalam benakku sekarang, membayangkan menjadi seorang Asia? Hal terbodoh bagi pemandangan ayah…
“Gadis kecil ayah sedang melamun,” tegur ayah tiba-tiba memecah keheningan kamar.
“Ayah mengagetkan, masuk tanpa mengetuk dahulu” cetusku.
“Pasti sedang memikirkan sesuatu,” pancingan ayah.
“Ayah, anda kata menyukai sesuatu yang bukan milik sendiri apakah itu salah bahkan terlalu menyakitkan?” pertanyaanku keluar begitu saja.
“Lazki pasti bisa membedakan antara jalur salah dan benar,” jawaban ayah.
“Jelas perasaanku terhadap ka’Allred adalah jalur paling salah,” gerutuku dalam hati.
“Menyukai seseorang merupakan hak masing-masing individu, bahkan tidak ada yang salah tentang pernyataan ini. Namun, letak kesalahannya jika kau melewati batas untuk meraih genggaman tangannya.” Kalimat bijak ayah.
“Dari mana ayah tahu, jika Lazki menyukai seseorang?” terkejut mendengar kalimat ayah.
“Sepasang bola matamu berbicara,” jawaban ayah.
“Ayah, rasanya perih hanya dapat melihat tanpa pernah bisa menggenggam,”
“Jangan katakan orang itu pria beristri?” tegur ayah.
“Dia belum beristri ayah, tapi sudah menjadi tunangan wanita paling sempurna di dunia.” Nada suaraku terdengar lemah, seakan tidak memiliki semangat hidup.
“Serahkan semua sama Tuhan, permasalahan datang tidak melebihi batas kemampuan gadis kecilku.” Dekapan ayah memelukku erat membuatku lebih baik dari sebelumnya.
“Tuhan, terimah kasih karena membuatku lupa tentang rasa cinta begitu besar untuk ka’Allred.” Bisikan hatiku bergema di dasar dan terdiam dalam dekapan ayah.
“Sepertinya ada ketukan pintu malam-malam begini,” ayah merasakan seseorang mengetuk pintu rumah.
“Biar Lazki saja yang buka pintunya, ayah!” berdiri secepatnya kemudian berjalan menuju pintu depan.
“Ka’Allred,” terkejut melihat ka’Allred depan pintu tengah malam begini.
“Jangan berisik, bilang ayahmu kalau itu suara kucing.” Menyumbat mulutku memakai tangannya.
“Lazki,” suara ayah dari dalam…
“Hanya kucing numpang lewat,ayah. Tidak ada siapa-siapa disini.” Balasku menjawab ayah.
“Kenapa malam-malam begini bertamu,” berusaha lepas dari tangan ka’Allred.
“Duduklah, atau kita cari tempat aman! Perintah ka’Allred.
“Sebaiknya sekitar gudang tempatku memeriksa mesin-mesin rongsokan.” Berjalan menuju gudang, sedang ka’Allred sendiri mengikut dari belakang.
“Tuhan terimah kasih, karena telah menghilangkan suara detak jantung luar biasa kuat ketika berada di dekat dirinya, bahkan membuatku lupa perasaanku sendiri.” Suara hatiku berbicara. Mempercayai bahwa Tuhan telah mengabulkan permohonan doaku, sekalipun pandangan mata masih tidak terlihat.
“Kenapa menatapku seperti itu? Jangan-jangan Lazki naksir saya lagi” ka’Allred mulai bersikap usil…
“Ada apa kemari?” pertanyaaku. Ka’Allred menjelaskan maksud kedatangannya mengenai tentang kasus Cristal. Bagaimana ibu Fasinai bercerita banyak, bahkan menjelaskan beberapa hal tentang dunia beberapa tokoh penting. Semua kecurigaan tentang perselingkuhan ibu Silvana benar-benar terjadi. Pak Brihatnandar bersama beberapa tokoh lain merupakan salah dari mereka sebagai pelaku utama tewasnya ibu Silvana dan pak Blitar.
Pak Blitar meninggal bukan karena serangan jantung, melainkan terdapat skenario pembunuhan berencana sama seperti ibu Silvana. Tugas terpenting yaitu menemukan memori file kasus criminal beberapa tokoh-tokoh tersebut. Cristal harus bersabar menunggu, hingga semua kebenaran terungkap di depan mata.
“Ka’Allred, terimah kasih atas segala bantuan kakak selama ini.” Ujarku.
“Terimah kasihnya diterimah,” senyum ka’Allred bertebaran hingga detak jantungku kembali berirama lagi.
“Terimah kasih Tuhan, telah menghilangkan suara irama detakan jantungku ketika melihat senyumannya.” Suara hatiku berbisik seketika.
“Andai kata, tanganmu bisa kugenggam,” suara hatiku terus saja berbicara.
“Lazki pasti terpesona melihat senyumanku” godaan ka’Allred menyadarkan diriku.
“Ka’Allred terlalu norak,” gertakku.
“Lazki, jangan berhenti berjuang apapun keadaannya demi Cristal” kalimat ka’Allred tiba-tiba`saja membuatku berada dalam dekapannya.
“Kok jadi main dekap-dekapan segala,” ucapku.
“Lazki, sebentar saja, tidak usah bicara, please.” Makin mendekapmu.
“Andai kata, tangan kakak bisa kugenggam erat-erat,” ujarku dalam hati menahan rasa perih…
Memikirkan kemarahan Asia ketika menyadari pengacara Cristal adalah tunangannya sendiri, membuatku harus benar-benar mempersiapkan diri. Saya harus terus berjuang, walau kemarahan Asia di ambang pintu, menjadikan ka’Allred tunangannya berbalik menyerang. Setelah kasus permasalahan Cristal selesai, saya akan berusaha menghilang dari kehidupan ka’Allred.Senin ceria berencana mengenalkan Cristal, siapa pengacara yang akan menangani kasusnya sebentar lagi.
“Cristal, bagaimana keadaanmu sekarang?” menyapa Cristal.
“Ka’Lazki, apakah selamanya saya akan terus mendekap disini?”
“Cristal harus percaya akan setitik harapan,” jawabanku.
“Hai, boleh bergabung dengan kalian?” ka’Allred mengejutkan Cristal.
“Bukankah dia pengacara terkenal tunangan anak ibu Silvana?” mata Cristal tidak mempercayai apa yang ada di depannya sekarang.
“Ka’Allred adalah pengacara yang akan menangani kasusmu,” ujarku.
“Bagaimana jika Asia tahu? Bagaimana hubungan pertunangan…? Cristal…
“Tenang saja, saya akan tetap menjadi pengacara terbaik buatmu.”Nada serius ka’Allred terngiang di telinga kami. Tidak seorang pengacarapun ingin menangani kasus Cristal, terlebih segala bukti mengarah kuat kepada dirinya. Hanya ka’Allred saja yang dapat menolong kami saat ini.
“Allred,” sebuah suara membuat wajah kami berbalik ke arah sudut sebelah kiri ruangan. Asia berjalan ke hadapan kami memperlihatkan wajah murka penuh amarah bahkan ingin menelan semua yang ada di sekelilingnya.
“Benar apa yang telah kudengar barusan?” teriakan Asia penuh amarah.
“Asia, kenapa bisa ada disini?” ka’Allred tidak menduga kejadian di depan matanya.
“Justru aku yang balik bertanya, kenapa kau berada disini?” pertanyaan balik Asia.
“Kau rela berkhianat hanya demi seorang pelayan café dan adiknya. Apa kau tahu, bagaimana perasaanku mendengar mama tewas terbunuh? lebih hancur lagi mendengar kau menjadi pengacara si’pembunuh.” Nada tinggi Asia terbungkus air mata.
“Ka’Allred tidak bersalah,” mulutku mulai membuka suara.
Asia memandang seolah ingin berusaha segera melenyapkanku dari permukaan bumi. Amarah memenuhi dirinya, tanpa pernah menduga mengambil sebuah gelas kaca di hadapan kami, kemudian melemparkan ke hadapanku. Seseorang melindungiku, kurasakan ka’Allred mendekapku hingga gelas tersebut  mengenai punggungnya. Pecah berkeping-keping sekitar punggung ka’Allred dan akhirnya berserakan ke seluruh lantai. Polisi datang mengamankan, asia di bawah keluar dari ruangan tersebut.
“Ka’Allred,” rasa panik melingkupi diriku melihat darah sekitar punggung ka’Allred.
“Asia, hentikan semua ini” ka’Allred mendorong Asia agar menjauh dariku dan Cristal.
 “Kau keterlaluan mengambil semua yang kumiliki,” teriakan Asia berusaha melepaskan diri dari beberapa petugas yang sedang membawanya keluar.
“Saya akan membalasmu, pelayan cafe” nada tinggi Asia masih terdengar jelas.
“Saya tidak apa-apa,” kalimat ka’Allred. Benar ucapan bunda ka’Allred, ketika Asia menyadari semua ini berarti saya harus mempersiapkan mental. Penyerangan Asia sekarang ini hanyalah awal, bisa saja dia akan melakukan hal lebih gila lagi. Apa yang kupikirkan terjadi, 3 hari kemudian Asia menghadangku ketika hendak memasuki sebuah mini market. Mendaratkan tamparan keras berulang kali ke wajahku tanpa berhenti sedikitpun. Ka’Allred  tiba-tiba datang menarik tangan Asia, membawa dia pergi dari tempat kejadian. “Kenapa kau menghancurkan hidupku?” teriakan Asia berulang kali…

BAGIAN EMPAT BELAS...

ALLRED...
Saya tidak mengerti hidupku, berada diantara kisah asmara dengan jalur tersendiri dari siapapun. Asia secara tiba-tiba datang menabrak Lazki berteriak membuat keributan besar menciptakan pertengkaran hebat. Terlebih memberikan berulang kali tamparan terhadap Lazki, ketika tersadar pengacara Cristal adalah tunangannya sendiri. Saya tidak akan pernah mundur menjadi pengacara Cristal, sekalipun hubunganku bersama Asia kandas di tengah jalan. Hatiku tidak akan pernah membiarkan dunia Lazki terbungkus kesedihan, apa lagi Cristal bukanlah pelaku sebenarnya kematian ibu Silvana.
Tanggapan seperti apapun dari berbagai lapisan masyarakat, media, terlebih Asia tidak akan pernah membuatku mundur menghadapi kasus Cristal. Hanya membutuhkan sedikit waktu hingga pelaku sebenarnya muncul ke permukaan. Segala data yang telah terkumpul mengarah terhadap beberapa tokoh penting. Selain pak Dira sebagai anak buah, terdapat pula bapak Brihatnandar sempat menjalin hubungan bersama ibu Silvana jauh sebelum melangsungkan pernikahan jauh sebelum melangsungkan pernikahannya dengan pak Blitar.
“Informasi ibu Fasinai menjelaskan kisah asmara ibu Silvana,” ujarku sendiri…
“Memori penyimpanan data yang dimaksudkan oleh ibu Fasinai berada dimana sekarang?” bingung tidak tahu harus mencari memori tersebut.
Menjadi pertanyaan adik Asia sendiri sekarang berada dimana? Berita kehamilan ibu Silvana tidak tercium oleh pihak media terlebih sang suami. Dengan alasan menyelesaikan sebuah bisnis di luar negeri, ibu Silvana mencari tempat untuk melahirkan buah hatinya. Singkat cerita, putri kedua ibu Silvana dirawat oleh seseorang tanpa sepengetahuan siapapun. Hingga detik ini, Asia tidak pernah tahu jika dirinya mempunyai seorang adik perempuan.
“Saya harus bisa mengikuti kemanapun pak Brihatnandar pergi,” mempelajari beberapa aktifitas pak Brihatnandar tanpa disadari olehnya.
Beberapa hari ini Asia tidak pernah ingin bertemu denganku, sedangkan pihak media terus menyudutkan dengan membuat ribuan pertanyaan. Mengapa saya berkhianat terhadap Asia dengan menjadi pengacara Cristal? Jelas-jelas seluruh lapisan masyarakat menyadari hubungan yang telah terjalin sekian tahun bersama Asia. Tuhan, entahkah langkahku saat ini telah melakukan hal terbodoh...
“Tuhan, hanya Engkau menyadari tiap langkah kehidupanku bukan orang lain,” kata hatiku berbisik dan berteriak secara luar biasa. 
Kenapa kau menghancurkan hidupku?” kalimat Asia terngiang jelas di telingaku. Tamparan keras berulang kali mendarat sekitar wajah Lazki membuat hatiku seakan teriris sesuatu. Kakiku berjalan ke hadapan Asia menarik tangannya dan berusaha menghentikan kelakuan buruknya. Membiarkan Lazki menjatuhkan air matanya seorang diri, dia terlihat seperti gadis lemah tidak dapat melawan tamparan dari Asia.
“Allred, jika hatimu berada di sekitar objek lain, masih belum terlambat.” Suara bunda membuat lamunanku buyar.
“Bunda, sudah lama berada disini?” sapaku tersadar seketika...
“Bunda menyadari bagaimana suasana hatimu sekarang, diperhadapkan 2 jalur” kalimat bunda menyadari tentang keadaanku.
“Saya tidak akan pernah mundur menjadi pengacara Cristal,” kalimatku.
“Bunda sedang tidak bercerita tentang kasus Cristal, melainkan suasana hatimu.”
“Maksud bunda?” tanyaku.
“Jauh di dasar hati paling dalam tersimpan kuat nama Lazki dan tidak pernah bercerita tentang Asia.” Kata-kata bunda menunjuk hatiku.
“Kenapa bunda berbicara seperti itu?”
“Allred, seluruh media juga memberitakan bagaimana Asia menampar wajah Lazki berulang kali bahkan seputar kau menjadi pengacara Cristal” Ujar bunda.
“Bukan permasalahan menjadi pengacara Cristal membuat kau melamun seperti ini, melainkan dunia Lazki.” Bunda menjelaskan seolah menyadari secara pasti apa yang sedang berada dalam benakku.
“Ketika melakukan petualangan bersama Lazki secara diam-diam demi memecahkan teka teki tewasnya ibu Silvana...” kalimatku terpotong.
“Apakah terjadi sesuatu?” pertanyaan bunda.
“Tidak mungkin anak bunda melakukan penyimpangan,” cetusku menyadari pemikiran bunda.
“Lantas?” pertanyaan bunda.
“Sekitar jam 2 pagi tiap hari, Lazki selalu terbangun untuk menaikkan doa kepada Tuhan. Tanpa pernah menyadari kupingku mendengar begitu jelas segala permohonannya kepada Tuhan.” Curahan hatiku mengingat peristiwa kemarin.
“Selama beberapa hari, saya hanya mendengar sebuah keinginan terlihat gila terngiang jelas pada telingaku. Terimah kasih Tuhan, saya sudah tidak bodoh lagi dan menjadi sama seperti Thomas Edison dapat menggegerkan dunia, amin.” Tersenyum membayangkan raut wajah seorang Lazki sedang berdoa.
“Apa yang salah dari doanya?” kalimat bunda.
“Tidak ada yang salah, hanya sedikit membuatku tertawa sepuluh tahun lalu dia ingin bunuh diri. Singkat cerita, saya sempat melihat kejadian tersebut dan berusaha menghalangi keinginannya. Dia gadis paling bodoh sedunia berulang kali mengalami penolakan demi penolakan akibat kemampuan otaknya benar-benar mengerikan terlalu bodoh.” Ujarku.
“Berarti...” ungkap bunda.
“Semua orang mengejek tingkat kebodohannya, tinggal kelas berkali-kali, ayahnya berlutut di hadapan kepala sekolah hanya demi mempertahankan Lazki tetap mengenyam bangku pendidikan.”
“Kemudian?” ucap bunda penasaran.
“Demi menghentikan tangisnya, mengarahkan Lazki kepada kisah kehidupan Thomas Alfa Edison manusia terbodoh di dunia berhasil menjadi penemu. Menyarankan dia membuat permohonan pada secarik kertas, kemudian menempelkan sekitar dinding kamar. Setiap melewati permohonan tersebut katakan, terimah kasih Tuhan telah mengabulkan doaku sekalipun belum terlihat di depan mata.” Penjelasanku.
“Berarti setiap hari tanpa pernah bosan, Lazki terus berdoa hingga bertahun-tahun hanya demi menjadi sama seperti Thomas Edison?” mulut bunda mengangnga hampir tidak mempercayai semua ucapanku.
“Seperti itulah, bertahun-tahun melakukan hal tersebut, hasilnya seorang Lazki berhasil menjadi seorang penemu. Banyak orang tidak menyadari hasil temuan Lazki. Untuk beberapa saat sampai detik sekarang, dia ingin fokus pada permasalahan Cristal, setelah itu melakukan promosi besar-besaran tentang penemuannya. Saya tahu hasil temuan Lazki dan bagaimana perjuangannya mempelajari beberapa macam alat untuk merangkai menjadi sebuah teknologi terbaru.”
“Wow...” teriak Bunda.
“Lazki hebat yah bunda, jauh berbeda dengan kehidupan Asia” ucapanku membandingkan dunia Lazki dan Asia masing-masing mempunyai perbedaan cukup fantastis.
“Allred, masing-masing orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Seorang Asia terlihat sempurna bagi pemikiran banyak orang baik dari segi fisik, kekayaan, tingkat kecerdasan, dan banyak lagi. Tetapi dilain hal, dunia Asia mempunyai kekurangan dimana membungkus langkahnya.” Ungkapan bunda.
“Bagi seorang Lazki berbanding terbalik, jauh dari kata sempurna bahkan tingkat kemampuan otaknya dibawah rata-rata. Itulah kekurangan Lazki, tetapi mempunyai kelebihan tersendiri yaitu percaya tentang kekuatan doa.” Ucap bunda kembali.
“Entahlah bunda,” kalimatku.
“Itulah yang dikatakan syukurilah apapun yang ada di dalam dirimu dan jangan pernah membandingkan dunia sendiri dengan orang lain. Terkadang seseorang terlihat sempurna, namun, dilain hal tidak memiliki sesuatu kelebihan yang dimiliki oleh seseorang yang selalu memperlihatkan kekurangan.” Kalimat bijak bunda mengajarkan duniaku tentang beberapa hal.
“Bunda, permohonan Lazki berikutnya, agar Cristal lepas dari penjara.” Mengalihkan perhatian bunda tentang isi doa Lazki setiap jam 2 pagi.
“Memangnya permohonan Lazki ada berapa?” tanya bunda.
“Beberapa hari saya hanya mendengar satu permohonan membuatku terus tertawa setiap mendengar isi doanya tanpa pernah dia tahu. Tiba-tiba kupingku mendengar begitu jelas kalimat doanya tentang Cristal lepas dari penjara juga...” kalimatku terpotong.
“Juga apa?”
“Trimah kasih Tuhan, membuatku lupa akan perasaan suka terhadap ka’Allred, itulah isi doa Lazki membuat terkejut akan pernyataannya. Dia tidak pernah tahu, bagaimana saya selalu menguping isi doanya setiap hari.” Kata-kataku membayangkan seorang Lazki terkadang meneteskan air mata ketika menyebut namaku dalam doanya.
“Dan seorang Allred berpura-pura tidak pernah menyadari semua itu!” bunda menatap wajahku...
“Saya berusaha bertingkah seperti biasa seakan tidak pernah menyadari segala isi permohonan doanya. Waktu itu air matanya terjatuh dihadapanku, saya tahu kenapa sampai Lazki menangis sejadi-jadinya. Bukan karena saya sedang membuat keusilan, melainkan perasaan mendalam berusaha untuk dihilangkan.” Kata-kataku.
“Bunda ingin bertanya, kenapa kau menjalin sebuah hubungan dengan Asia?” mimik wajah bunda meminta suatu jawaban.
“Saya berpikir bahwa seorang Asia mempunyai kualitas tersendiri, bahkan semua pria menyukai kesempurnaan. Saya pun termasuk dalam deretan penyuka kesempurnaan, terlalu munafik jika dunia Allred tidak menginginkan hal seperti itu.” Tuturku.
“Asia cantik, cerdas, mudah beradaptasi, mampu menjangkau bagian paling tersulit ketika sedang membuat berbagai perencanaan untuk beberapa bidang penting, dan banyak lagi. Bukan karena seorang Asia mempunyai kekayaan ataupun orang tuanya dikenal oleh lapisan masyarakat. Melainkan bercerita tentang kesempurnaan Asia berada diatas nilai rata-rata.” Jawabanku.
“Allred, belum tentu seseorang pada pemandangan mata terlihat sempurna dapat membuat pelangi bagi langkahmu. Terkadang justru beberapa kekurangan itulah menciptakan serpihan hidup tentang lingkaran hidupmu kelak.” Ujar bunda membuatku berada dalam dekapannya.
“Terkadang perasaan takut membungkus perjalananku bunda, andaikata Tuhan mengabulkan permohonan doa Lazki dan saya benar-benar tidak ingin melepasnya.”
“Allred, jangan sampai kau menyesal di kemudian hari” kalimat bunda.
“Kenapa?”
“Lazki berhasil melupakan perasaan cinta yang begitu besar buat Allred. Tuhan bisa saja mengirimkan seseorang jauh lebih baik dari kehidupanmu, hingga penyesalan terus membungkus duniamu.” Ucapan bunda membuatku tersadar. Bagaimana jika hal itu terjadi? Saya tidak akan pernah bisa memainkan rambut panjang Lazki atau membuat keusilan untuk melihat wajah cemberutnya.
Ucapan bunda terus menghantui pikiranku, hingga konsentrasiku rusak setiap saat. Lazki berusaha menjauh bahkan tidak ingin berkomunikasi sedikitpun setelah peristiwa kemarin. Saya masih mempunyai kesempatan sebelum semua terlambat untuk memulai. Tuhan mengizinkan saya mendengar permohonan Lazki, setidaknya menyadari semua itu. Mencari keberadaan Lazki, tidak perduli pemberitaan media bahkan tentang perasaan Asia.
“Pasti dia berada di sana,” tanganku segera mengemudikan sebuah kendaraan menuju lokasi persembunyian Lazki. Sudah aku duga, dia sedang menjatuhkan air mata sekitar ruang bawah tanah gudang kampusnya.
Saya biasa menghabiskan waktu bersama mesin-mesin ini tanpa seorangpun menyadari sekitar ruang bawah tanah gudang kampusku.” Memori tentang ucapan Lazki terngiang tiba-tiba bermuara dalam ingatanku.
“Kenapa nangis?” tegurku tiba-tiba berada di hadapan Lazki.
“Kakak” segera menghapus air matanya.
“Lupakan ucapan Asia, jangan menangis seperti ini” tanganku berusaha menghapus sisa-sisa air mata Lazki. Masih berusaha menahan diri untuk tidak menjelaskan apapun, hingga permasalahan Cristal terpecahkan. Namun, tanganku akan terus menggenggam erat tangan Lazki dan tidak akan membiarkan jatuh kepada orang lain.
“Bersabarlah Lazki, sedikit lagi setelah kasus Cristal selesai,” suara hatiku berbisik sendiri.
“Berhenti berdoa tentang cara Tuhan mengabulkan permohonan menghilangkan cinta luar biasa besar untukku. Setelah permasalahan Cristal selesai, aku akan membawamu keluar dari negara ini dan hidup bersama di luar sana.” Suara hatiku kembali menarik Lazki berada dalam dekapanku.
“Ka’Allred,” tangis Lazki makin pecah. Saya tahu mengapa air matanya kembali terjatuh, hati Lazki berjuang membuang jauh perasaan mendalam untukku.
“Permasalahan Cristal belum selesai, jadi tutup saja telingamu rapat-rapat dan lupakan tentang ucapan Asia.” Terus mendekap Lazki.
“Maaf,” kalimat Lazki.
“Kenapa harus meminta maaf?” pertanyaanku.
“Karena perbuatanku nama kakak rusak bahkan semua orang menilai buruk tentang dirimu menjadi pengacara Cristal.” Jawaban Lazki.
“Cristal tidak bersalah, itu semua bukan salahmu” kalimatku.
“Kakak tidak marah, pada hal semua masyarakat memberitakan hal-hal buruk?”
“Saya tidak akan mundur menjadi pengacara Cristal, demi Lazki” jawabanku.
“Maksudku demi membuktikan kebenaran tentang kasus kematian ibu Silvana,” kata-kataku lagi.
“Bagaimana hubungan ka’Allred dan Asia?” tanya Lazki.
“Saya minta maaf meninggalkanmu seorang diri saat itu,” ujarku mengalihkan perhatian Lazki agar tidak terbebani tentang hubunganku dan Asia. Bersabarlah sedikit lagi, hingga permasalahan Cristal selesai.
“Tidak apa-apa,”
“Kita harus berjuang bersama-sama memecahkan teka teki kematian ibu Silvana. Berhenti menangis, ngerti!” ungkapanku memegang tangan Lazki erat.
“Jangan berpikir tentang hubunganku dan Asia, lupakan masalah kemarin.” Pernyataanku kembali untuk Lazki.
BAGIAN LIMA BELAS...

LAZKI...
Berusaha melupakan peristiwa kemarin tentang tamparan Asia berulang kali mendarat sekitar wajahku. Menyembunyikan diri tanpa ada seorangpun menyadari keberadaanku berada dimana? Tidak memperdulikan ketakutan ayah ketika gadis kecilnya sedang bersembunyi jauh dari keramaian. Hingga pada akhir cerita, ka’Allred menemukan tempat persembunyianku.
Tuhan, tamparan Asia memang pantas mendarat ke wajahku sekalipun berulang kali. Membuat ka’Allred menjadi pengacara Cristal satu-satunya jalan penyelesaian kasus ibu Silvana. Tidak seorangpun pengacara ingin menangani kasus Cristal selain ka’Allred. Tuhan, setelah Cristal dinyatakan tidak bersalah, saya akan segera pergi dari kehidupan ka’Allred.
“Kenapa nangis?” tegur ka’Allred mendapati tempat persembunyianku.
“Apa yang harus kulakukan ka’ untuk membuang jauh-jauh perasaanku buatmu?” bisikan hatiku. Butiran air terus saja mengalir sekitar mataku, menahan rasa sakit bukan karena tamparan Asia melainkan kata sayang terpendam kuat untuk ka’Allred.
Tangan ka’Allred segera menghapus butiran air sekitar bola mataku. “Terimah kasih Tuhan, membuat haatiku lupa akan rasa cinta luar biasa buat ka’Allred” seru doaku kepada Tuhan jauh di dasar hati, sekalipun pada kenyataannya rasa cinta itu makin kuat berakar.
“Kakak,” kalimatku terus mengalirkan butiran air di hadapannya.
“Lupakan ucapan Asia, dan janngan menangis seperti ini!” tangisku makin menjadi-jadi. Air mataku terjatuh bukan karena perkataan Asia, tetapi berjuang membuang jauh-jauh tentang keinginanku menggenggam tangan ka’Allred.
Ka’Allred tetap bertahan untuk menjadi pengacara Cristal. Kami berdua harus bekerja sama mencari memori data bukti penyimpangan beberapa tokoh-tokoh terpandang di Negara ini. Salah dari antara mereka merupakan bos pelaku utama tewasnya ibu Silvana dan suaminnya. Hingga detik sekarang, Asia tidak pernah tahu jika ayahnya tewas terbunuh bukan karena serangan jantung.
Tugasku sekarang kembali berada di rumah sakit tempat dimana ibu Silvana tewas seketika untuk mencari beberapa petunjuk lagi. Sementara ka’Allred berusaha menyadap beberapa saluran komunikasi bapak Brihatnandar. Ibu Fasinai memberikan petunjuk baru tentang aktifitas Brihatnandar.
Menyamar sebagai petugas medis memasuki beberapa ruangan. Bertingkah seperti pencuri ketika memasuki ruangan tempat  dimana ibu Silvana tewas. Mematikan cctv yang ada di sekitar ruangan tersebut, tanpa sepengetahuan semua orang. Memeriksa segala isi dari ruangan tersebut hanya demi suatu tujuan yaitu memori data. Tanganku tidak sengaja menyentuh sebuah bingkai foto hingga terjatuh. Beruntung, ruangan ini kedap suara hingga tidak menimbulkan bunyi keras di luar.
“Foto siapa ini?” tanganku mengambil beberapa lembar beberapa lembar foto terselip sekitar belakang bingkai, hingga tidak seorangpun menyadari keberadaannya. Terkejut melihat seseorang yang sepertinya sangat tidak asing bagi pemandanganku. Wajah seorang gadis dimulai sejak usia kecil, remaja, hingga dewasa.
“Tidak mungkin,” sesuatu yang mengejutkan tentang identitas seseorang. Berusaha berjalan keluar dengan membawa beberapa lembar foto tersebut untuk mencari kebenaran menuju suatu tempat. Ketika berada di hadapannya, tanganku melemparkan foto-foto tersebut demi mendapat sebuah jawaban.
“Kenapa menatapku seperti itu?” pertanyaannya menunduk.
“Kau pasti menyadari gambar dari foto-foto di tanganmu sekarang,” ucapanku hanya mengeleng-gelengkan kepala.
“Berikan saya sebuah alasan bahkan ribuan jawaban diantara beberapa pertanyaan!” kalimatku.
“Ibu Silvana adalah mami Cristal,” jawaban Cristal  menutupi identitasnya selama bertahun-tahun.
“Berarti Asia…?” menatap wajah Cristal.
“Asia tidak tahu jika saya adiknya, bertahun-tahun menyembunyikan rahasia ini.” Cristal tetap menunduk.
“Tapi ka’Lazki harus percaya jika bukan saya pelaku pembunuh mami,” kalimat Cristal.
Cristal mulai bercerita banyak  tentang kisah kehidupan pribadinya yang selama ini tertutup rapat. Cristal juga baru mengetahui orang tua kandung sebenarnya, saat-saat terakhir menjelang kepergian ibu yang telah merawat dia selama bertahun-tahun. Biaya sekolah Cristal hingga kuliah berasal dari ibu Silvana. Cristal sangat membenci ibu kandungnya sendiri sampai kapanpun. Ibu Silvana dengan kesengajaan mengarahkan pihak kampus agar menempatkan Cristal untuk praktek di rumah sakit miliknya.
“Apa ibu Fasinai menyadari keberadaanmu?” tanyaku.
“Siapa dia? Oh saya tahu, pasti nenek keriput berwajah bengis orang kepercayaan mami yang selalu mengikuti gerak-geriku selama bertahun-tahun.” Jawaban Cristal.
“Kenapa ibu Fasinai diam seribu bahasa ketika kau berada di penjara?”
“Saya membenci mami, Asia, dan nenek tua itu.” Cristal menaruh kebencian mendalam terhadap mereka. Pantas saja, ibu Fasinai terdiam ketika mengetahui ka’Allred adalah pengacara Cristal.
“Ka’Lazki berjanjilah untuk tidak memberi tahukan Asia tentang siapa saya sebenarnya,” permohonan Cristal. Ternyata Asia dan Cristal bersaudara, walau berbeda ayah. Cristal bercerita, pada hari kejadian ibu Silvana berusaha ingin menemuinya. Beberapa alasan tertentu membuat Cristal berjalan menuju ruangannya. Namun, ketika Cristal sampai disana ruangan ibu Silvana penuh darah segar. Entah bagaimana ceritanya, hingga sidik jari Cristal berhamburan ke seluruh ruangan tersebut. Mereka benar-benar hebat membuat jebakan luar biasa bagi Cristal sebagai kambing hitam.
Menceritakan semua kejadian tersebut di hadapan ka’Allred akan dunia Cristal. Ka’Allred benar-benar tidak menyangka tentang identitas putri ke-2 ibu Silvana adalah Cristal. Sama sekali tidak terpikirkan, bahwa ibu Fasinai sengaja merahasiakan semua ini. Asia sama sekali tidak menyadari siapa Cristal sebenarnya. Raut wajah Asia selalu terbungkus kebencian untuk Cristal akibat kematian ibu Silvana. Dia sama sekali tidak pernah menyadari jika Cristal lahir dari Rahim yang sama dengannya.
“Kenapa anda merahasiakan identitas Cristal kepada kami?” ucapan ka’Allred ketika bertemu ibu Fasinai sekitar gudang rahasia jauh dari ibu kota.
“Saya berpikir, sekarang bukan waktu yang tepat membahas tentang identitas Cristal.” Jawaban ibu Fasinai.
“Kenapa anda diam begitu saja ketika semua bukti mengarah kepada Cristal?” tanyaku.
“Identitas Cristal tidak boleh diketahui oleh publik, terlebih dia begitu membenciku.” Wajah ibu Fasinai sedikit terangkat ke atas.
“Masa depan Cristal rusak, bahkan Asia harus membenci adiknya sendiri.” Nada suaraku meninggi seketika…
“Bukti-bukti tentang tentang kejahatan mereka masih berada di suatu tempat, sekalipun bukti tersebut benar-benar tergenggam oleh tangan, namun membutuhkan skenario halus untuk bertindak.” Ucapan ibu Fasinai.
“Tunggu-tunggu, bisakah anda membantu kami memeriksa aktifitas ibu Silvana selama sebulan penuh sebelum beliau tewas melalui cctv?” perkataan ka’Allred.
“Sepertinya seseorang dengan sengaja merusak rekaman cctv di beberapa tempat terlebih ruangan nyonya Silvana.” Jawaban ibu Fasinai.
“Kalau rekaman cctv 2 hari sebelum kejadian kemungkinan…” ujar ka’Allred.
“Baiklah, saya akan mencoba mencari cctv sekitar rumah sakit dan ketika nyonya Silvana berada di rumah.” Tangan ibu Fasinai memberi isyarat kepada pengawalnya. Beberapa jam kemudian, rekaman cctv berhasil diambil dengan mudah. Memeriksa rekaman tersebut serta mencari data-data tentang kegiatan ibu Silvana.
Seminggu sebelum peristiwa tersebut, tanpa disadari ibu Silvana tertangkap kamera berjalan menuju suatu ruangan. Ternyata ruangan tersebut tempat Cristal beristirahat setelah melakukan  aktifitasnya di ruang bedah ataupun persalinan. Seperti tangan ibu Silvana menyelipkan sesuatu pada pakaian medis yang sering dikenakan oleh Cristal selama bertugas ketika berada di ruang bedah.
“Apa itu?” pertanyaan ka’Allred.
“Hanya Cristal yang dapat menjawab pertanyaan kakak,” jawabku. Tanpa sepengetahuan Cristal atau siapapun di sekitarnya, ibu Silvana menyelipkan benda tersebut. Menjenguk Cristal dalam sel penjara, untuk meminta jawaban tentang pertanyaan kami.
Cristal mengaku tidak mengetahui sama sekali tentang sesuatu yang dilakukan oleh ibu Silvana. Komunikasi di antara Cristal dan ibu Silvana tidak pernah ada. Walau ibu Silvana sengaja membuat Cristal berada di hadapannya, namun, kebencian jauh lebih melekat dibanding membuat alur komunikasi. Cristal tidak pernah tertarik berbicara sedikitpun di hadapan ibu kandungnya sendiri.
“Saya ingat, pakaian itu kulempar begitu saja ke gudang rumahku kemungkinan besar benda tersebut masih ada.” Kalimat Cristal.
“Kenapa kau tidak memeriksa sebelum membuang seluruh barangmu?” suaraku meledak kepada Cristal.
“Saat itu ketika hendak berjalan menuju ruang bedah, mami penuh kesengajaan menyentuhku. Saya akan membuang seluruh barang yang telah disentuh oleh tangannya.” Ujar Cristal.
“Kenapa kau begitu membenci ibu kandungmu sendiri?” Tanya ka’Allred.
“Dia tidak pernah menganggapku sebagai anak, karena perbuatannya hidupku tidak pernah tentram. Semua ayah tiriku memberikan caci maki, bahkan salah satu dari mereka hampir saja melakukan pemerkosaan terhadapku. Apakah itu yang dikatakan hidup?” jawaban Cristal.
“Tapi kenapa kau memanggil ibu Silvana dengan sebutan mami? Tanyaku.
“Karena ibu yang telah merawatku menyuruhku untuk bersumpah, sebenci apapun diriku terhadapnya, saya harus tetap memanggilnya mami. Ibu Silvana hadir ketika sumpah itu saya ucapkan di hadapan mereka.” Memperlihatkan jika ibu yang telah merawatnya tidakingin Cristal terjebak oleh suatu kesalahan…
Akal logika berpikir, bahwa tidak ada yang salah tentang kebencian Cristal terhadap ibu Silvana. Akan tetapi, kebencian tersebut akan membuat kerusakan tertentu ketika Cristal melangkah ke suatu lingkaran. Setelah menemui Cristal dalam sel tahanan, kamipun segera menuju sebuah rumah yang tidak asing bagiku. Setelah ditinggal oleh pemiliknya, rumah Cristal seakan terlihat angker bagi pandangan mata.
“Lokasi gudang Cristal ada di sana ka’!” tanganku menunjuk. Membuka pintu, tangan kami segera menjalar, memeriksa seluruh isi gudang. Mengobrak-abrik semua benda di sekitar, berusaha menemukan pakaian tersebut. Terlihat jelas, jika ada begitu banyak pakaian, sepatu, tas, bahkan benda-benda yang masih terlihat baru berada di gudang ini. Dapat disimpulkan, jika tangan ibu Silvana selalu ingin menyentuh putri  kandungnya. Kebencian Cristal jauh lebih hebat bermain, dibandingkan ingin berusaha berada dipelukan ibu kandungnya sendiri.
Sehari penuh kami berada di sekitar gudang ini, namun tidak menemukan apapun. “Jangan berhenti, pasti terlihat!” ujarku masih memeriksa seluruh isi gudang. Tiba-tiba mataku tidak sengaja melihat selembar pakaian medis yang biasa dikenakan Cristal, bahkan sangat mirip gambar dalam cctv. berada di sekitar belakang lemari, sama sekali tidak terlihat.
“Ka’Allred, bantu saya mendorong lemari ini!” perintahku berusaha menggerakkan sebuah lemari kayu ke arah depan, hingga tangan dapat meraih pakaian tersebut. Pasti ada petunjuk memori akan bukti kejahatan beberapa tokoh terpandang termasuk pak Dira.
“Ka’Allred pasti ini pakaian yang dikenakan oleh  Cristal waktu itu,”
“Lazki, yakin kalau…” kalimat ka’Allred.
“Periksa saja dulu, jangan berhenti berjuang ka’’Allred untuk mencari pakaian” gurauanku sedikit tertawa. Ka’Allred mencoba memeriksa isi saku pakaian yang berada di tanganku sekarang. Terlihat mimik wajah ka’Allred seakan menemukan sesuatu di dalam…
“Apa yang kakak temukan?” tanyaku.
“Hanya kertas diagnose pasien,” jawaban ka’Allred membuatku ciut seketika seakan tidak bersemangat. Melihat tangan ka’Allred bermain di sekitar saku lain, seakan…
“Lazki, coba lihat ini!” ka’Allred menyodorkan  sebuah bungkusan kertas kecil dalam zak plastic obat, bahkan terlalu kecil hingga tidak terlihat sedikitpun. Mencoba membuka secara perlahan untuk melihat isi dari bungkusan tersebut. Mata bisa tertipu, hanya terdapat racikan obat karena dalam bentuk bubuk. Namun, ternyata sebuah alat memiliki ukuran begitu kecil berada di sekitar racikan bubuk obat yang terbungkus rapi.
“Lazki, ini pasti memori data tentang bukti kejahatan beberapa tokoh penting.” Membuatku terkejut melihat sebuah benda ukuran seperti semut  di tangannya. Mencoba melihat isi dari memori tersebut melalui sebuah note book ukuran mini. Terlihat jelas bagaimana wajah Brihatnandar membuat sebuah penyusupan untuk kepentingan pribadi.
BAGIAN ENAM BELAS

ALLRED…
Memeriksa isi dari memori data yang telah berada di tangan kami sekarang. Seorang Brihatnandar melakukan penyusupan skenario paling halus untuk membuat perpecahan. Singkat cerita, dokumen-dokumen yang menjelaskan kasus korupsi secara besar-besar pun berada di dalam. Ternyata, Brihatnandar hanya bawahan, masih ada lagi bos merupakan tokoh utama cerita untuk bermain di segala tempat.
Perjanjian kontrak, antara kelompok para pemuka penceramah dan beberapa tokoh pentingpun terdapat dalam memori tersebut. Bagaimana mereka memainkan file-file aset Negara, guna kepentingan pribadi. Beberapa data bukti tentang kerja sama antara beberapa tokoh pemimpin beberapa wilayah Negara ini dan mereka. Bagaimana memainkan aset negara hingga memenuhi kas mereka Kemudian menutup segala jalan jika terdapat seseorang yng dianggap dapat menghancurkan dunia mereka.
“Seperti ada orang?” tanganku secepatnya mematikan layar Note book serta mengambil memori file tersebut. Memberi syarat kode agar Lazki tidak memperdengarkan sedikitpun suara. Sekelompok orang memasuki rumah Cristal, menggeladah segala ruangan.
“Sepertinya mereka sudah menyadari tentang keberadaan memori tersebut,” kalimatku.
“Apa yang harus kita lakukan sekarang, mereka pasti datang mencari atas perintah Brihatnandar dan …” kalimat Lazki, namun tanganku menyumbat mulutnya dari belakang. Seseorang seakan menyadari keberadaan kami, hingga kakinya terus berjalan-jalan mencari ke segala ruangan. Sementara kami masih bersembunyi sekitar salah satu kamar. Mencari jalan keluar untuk keluar dari tempat tersebut, namun, semua di pagari oleh mereka.
“Pasti memori file itu berada di sekitar sini,” suara salah satu dari mereka. Kegelapan malam menyelimuti, mereka tetap berada sekitar rumah Cristal mendobrak segala ruangan.
“Bagaimana?” pertanyaan seseorang datang memakai pakaian formal dengan tampilan jas berwarna gelap. Dia tidak lain adalah pak Brihatnandar, berjalan masuk berada di hadapan mereka. Tidak lama kemudian beberapa tokoh seperti Nuscahyadi, Dira, Riady, juga terdapat 3 orang public figur yang sekarang telah menjabat menjadi anggota dewan. Tanganku berusaha merekam percakapan mereka lebih dekat, tanpa siapapun menyadari.
“Nuscahyadi, habislah kita semua kalau benda itu berada di tempat lain,” ujar Brihatnandar penuh ketakutan luar biasa.
“Apakah kau akan membiarkan Cristal terus berada dalam penjara?” Nuscahyadi balik bertanya ke hadapan Brihatnandar.
“Kenapa bertanya denganku? Saya tidak memperdulikan dunia dokter koas seperti dia” jawaban Brihatnandar.
“Bukankah Cristal anak kandung anda, akibat hubungan gelap yang terjadi kemarin?” Nuscahyadi memperlihatkan kening berkerut, namun pernyataan sindiran…
“Saya memang menjalin hubungan gelap bersama Silvana, tetapi Cristal bukan darah dagingku.” Jawaban Brihatnandar.
“Jadi Cristal anak Silvana, berarti kakak Asia?” Dira baru menyadari rahasia terpendam tentang identitas Cristal. Mereka bercerita banyak, bagaimana hubungan gelap hingga kehamilan ibu Silvana tertutup oleh media dan lapisan masyarakat. Ayah kandung Cristal ternyata bukan Brihatnandar, malainkan Riady salah satu tokoh berwajah malaikat bagi seluruh lapisan masyarakat. Sekaligus menjadi pelaku utama tewasnya pak Blitar dan ibu Silvana.
“Ayah kandung Cristal sebenarnya adalah Riady bukan saya. Walau kegemaranku mengoleksi daun muda termasuk Silvana, tetapi Silvana melahirkan bayi hasil hubungan gelap bukan berasal dari benihku.” Penjelasan Brihatnandar.
“Kau masih ingin menutupi status Cristal dan seperti apa kau bermain di belakang suami Silvana. Pada hal, jika dipikir-pikir kau dan Blitar adalah sahabat selama bertahun-tahun. Seorang Riady tidak dapat menjadi seperti sekarang, jika bukan karena pertolongan Blitar.” Sindiran jelas dari Brihatnandar.
Ternyata setahun setelah hubungan ibu Silvana dan Brihatnandar berakhir, akhir cerita Riady masuk sebagai pengganti hingga terjadilah kehamilan yang tidak diinginkan. Rumah tangga ibu Silvana dan Blitar selalu terlihat harmonis, namun siapa yang menyangka kasus perselingkuhan alias hubungan gelap bermain diantara mereka. Pak Blitar tidak pernah menyadari, jika sahabat terbaiknya menjadi pengkhianat terbesar bahkan pelaku utama dari kasus pembunuhan.
Inilah yang dikatakan realita kehidupan, ada saat ketika sahabat menjadi musuh dalam selimut tanpa sepengetahuan. Pada kenyataan, bahwa manusia akan selalu mengcewakan di waktu-waktu tertentu suatu hari kelak. Ternyata ucapan kesedihan Riady ketika sahabatnya meninggal hanyalah skenario belaka. Tidak pernah menyangka tentang semua yang dilakukannya. Segala karakter seorang Riady sama sekali tidak memperlihatkan kata cacat sedikitpun di hadapan lapisan masyarakat.
Banyak orang tidak akan pernah bisa mempercayai tentang susunan skenario terbaik oleh Riady. Berperan sebagai sahabat terbaik, malaikat, pembunuh, sekaligus bos untuk beberapa kejadian di negara ini. Sama sekali tidak terlihat rasa sayang sedikitpun untuk Cristal alias putri kandungnya sendiri. Seorang ayah akan selalu berjuang mengorbankan  dirinya, namun jauh berbeda ketika melihat sosok Riady. Menghancurkan masa depan Cristal, tidak pernah memberikan perlindungan sebagai seorang ayah terhadap putrinya sendiri.
“Jangan pikirkan Cristal, biarkan saja anak itu membusuk dalam penjara,” pernyataan terkejam seorang ayah kandung bagi putrinya. Pak Dira menyukai Cristal sebagai kambing hitam. Hingga karir putra kesayangannya tidak akan terganggu sedikitpun. Mereka terus mencari benda yang sekarang berada dalam tanganku sampai ke segala penjuru ruangan.
“Siapa di sana?” tiba-tiba saja suara hand phone berbunyi, mengalihkan perhatian mereka ke arah kami berdua. Menarik tangan Lazki agar segera keluar dari tempat tersebut. Menyadari keberadaan kami, hingga kami harus berpencar…
“Lazki, pergilah jauh dari tempat ini,” memberikan hand phone hasil rekaman dan memori file ke tangan Lazki.
“Saya mengalihkan perhatian mereka, jaga jangan sampai benda ini hilang atau direbut” ujarku mendorong Lazki agar segera meninggalkan rumah Cristal. Kami behasil keluar dari pagar rumah,  namun ada begitu banyak anak buah mereka mengejar.
“Ka’Allred,” Lazki terlihat ketakutan.
“Pergilah cepat, kau ingin Cristal keluar dari penjara kan?” terus mendorong Lazki agar berlari sekuat mungkin. Berusaha mengalihkan perhatian mereka dengan berjalan ke arah barat depan jalan rumah Cristal, sedangkan Lazki sendiri berlari ke arah bagian timur.
“Tuhan, jangan biarkan mereka menemukan keberadaan Lazki” terus berlari sekuat mungkin, namun sesuatu menyentuh kakiku hingga tersandung jatuh. Berbagai pukulan menyerang tubuhku sekarang, pada akhir cerita mengalirkan darah segar. Mengikat tangan dan kaki, mengancam akan membunuh jika tidak menyerahkan benda tersebut.
“Pengacara Allred rupanya bisa juga bermain-main,” Brihatnandar tertawa sinis bolak balik berjalan di hadapanku.
“Kau pasti tahu dimana memori file milik Silvana berada,” Riady berbicara penuh penekanan. Mulutku tetap terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata, sekalipun berbagai pukulan keras terarah sekitar tubuhku. Menyuruh anak buahnya mengejar keberadaan Lazki bagaimanapun caranya.
“Jangan harap temanmu bisa kabur begitu saja,” rasa percaya diri membungkus Riady. Ayah paling terkejam, menjadikan putri kandungnya sendiri sebagai kambing hitam atas kejahatan yang telah dilakukannya. Jauh berbeda dengan ayah Lazki selalu menjadi sahabat terbaik bagi puutri kesayangannya.
Karakter para ayah pada dasarnya memiliki perbedaan ketika berhadapan buah hati mereka. Masing-masing memiliki ciri khas saat membentuk dunia sang buah hati. Terdapat seorang ayah selalu menginginkan kesempurnaan hingga dunia sang buah hati bercerita tentang tekanan luar biasa. Dilain hal, terdapat seorang ayah memanjakan  dengan jalan salah, mengikuti segala kemauang sang anak. Terdapat pula, cerita seorang ayah tahu menempatkan ucapan, pembentukan, kasih sayang bagi sang anak.
Untuk kali ini, dunia seorang ayah bercerita tidak akan pernah memberikan kasih sayang bagi sang anak. Membuat seorang anak sebagai kambing hitam terbaik bagi segala kejahatan yang dilakukan olehnya. Tidak mengakui anak kandungnya sendiri, berkhianat terhadap sahabat sendiri.
“Kau ayah paling terburuk yang pernah kutemukan,” bahasaku menyindir Riady.
“Saya tidak pernah perduli akan ucapanmu, di dunia ini hanya akan bercerita tentang tahta, harta, wanita yang dapat memuaskan kehidupan sekalipun bersifat pengkhianatan terhdap sahabat sendiri.” Pernyataan Riady penuh keangkuhan hidup.
“Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan terjatuh juga.” Bahasaku menyindir…
“Pengacara Allred tahu apa tentang kehidupan dan jangan menjadi munafik,” Brihatnandar berjalan ke arahku. Terus mengarahkan pukulan ke seluruh tubuhku penuh kegeraman. Seakan tiada jalan buatku, yang terlihat hanyalah maut sebentar lagi menjemput. Tetapi, sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi ke tengah-tengah kami secara tiba-tiba.
Tembak menembak antara satu sama lain bermain selama beberapa saat. Seseorang berusaha melepaskan ikatan tangan dan membawaku keluar dari tengah lapangan gelap jauh dari rumah penduduk. “Ini akan sangat menyakitkan, tapi bertahanlah!” perintah seseorang ketika berada dalam sebuah mobil. Mengemudikan dengan kecepatan tinggi, terjadi kejar mengejar diantara kendaraan kami. Pada akhir cerita, saya tidak sadarkan diri dan tidak mengetahui kejadian selanjutnya.
“Ka’Allred, buka matamu!” suara tidak asing menghias gendang pendengaranku. Tersadar saya berada dalam sebuah ruangan, namun entahlah dimana?
“Lazki,” ucapanku.
“Ka’Allred…” suara Lazki segera menghapus air matanya. Tuhan, setelah kasus Cristal selesai saya akan segera membawa Lazki keluar dari Negara ini. Memutuskan hubungan pertunangan dengan Asia, itulah hal terbaik bagi duniaku sekarang.
“Apa kau takut terjadi sesuatu denganku?” mengambil tangan Lazki dan menggenggenggamnya erat-erat. Menggenggam tangan Lazki jauh lebih menyenangkan, dibandingkan berada di samping Asia.
“Pengacara Allred sudah siuman?” ibu Fasinai tiba-tiba berjalan di hadapan kami. Ternyata ibu Fasinai yang telah menolong kami malam kejadian kemarin. Berusaha menerobos kumpulan tokoh-tokoh penting, dan melajukan kendaraannya dengan kecepatan tinggi. Meminta bantuan polisi, kesimpulan cerita dimana mereka semua tidak dapat melarikan diri. Menjadi penghuni penjara saat ini, bahkan nama-nama mereka memenuhi media. Tetapi, Riady berhasil melarikan diri dari kejaran polisi dan berada entah berada dimana…
Beberapa hari kemudian kasus Cristal disidangkan setelah peristiwa kemarin terjadi. Cristal terbukti tidak melakukan pembunuhan dan dinyatakan bebas oleh pengadilan. Kebahagiaan melingkupi Cristal, pada akhirnya berhasil menghirup udara segar di luar penjara. Sekarang ini, Riady menjadi incaran polisi akibat pembunuhan berencana terhadap pak Blitar dan istrinya. Mata Asia terbuka siapa pelaku pembunuhan dari kedua orang tuanya.
Sekalipun demikian, tatapan kebencian Asia untuk Lazki tidak pernah berubah. Memutuskan bertemu Asia demi menyelesaikan persoalan kami, itulah perencanaanku sekarang. ”Asia, maaf atas segala yang terjadi kemarin,” kalimatku memulai pembicaraan ketika berada di hadapan Asia.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan,” ucapan Asia.
“Menjadi pengacara Cristal tentu membuatmu kecewa, tetapi terbukti jika dia bukan pelaku pembunuhan orang tuamu.” Duduk bersebelahan di sampingnya.
“Tidak menyangka sahabat terdekat papa menjadi aktor terbaik dari skenarionya.” Kalimat Asia.
“Riady sedang dalam pengejaran polisi,” ujarku.
“Asia, ada yang ingin kukatakan” mengalihkan perhatian Asia…
“Tentang apa?”
“Saya merasa hubungan diantara kita tidak dapat diteruskan,” jawabanku.
“Berarti pertunangan kita pu…pu…tus,”
“Seperti itulah” sahutku menarik nafas dalam-dalam, siap menerima caci maki Asia.
“Apa karena pelayan cafe itu?” mata Asia terlihat berkaca-kaca.
“Saya menyukai Lazki, tepat katamu” anggukan kepalaku.
“Katakan, kalau semua yang kau ucapakan semua hanya ingin sekedar mengujiku semata dan tidak benar-benar terjadi,” Asia menggoncang seluruh tubuhku.
“Pasti Asia bisa mendapat pengganti yang jauh lebih baik,” berbicara sepelan mungkin berusaha untuk tidak menyakiti perasaan Asia.
“Kau pikir saya adalah benda begitu mudah berpindah tangan atau segera jatuh dalam pelukan pria lain.” Tangisan Asia makin berirama.
“Asia yang kukenal begitu sempurna, cantik, cerdas, mampu menghadapi permasalahan bisnis ataupun beberapa bidang lain pasti semua pria menyukai kehidupanmu.” Ujarku.
“Kalau saya sempurna, kenapa kau lebih memilih berpaling dan berlari merebut tangan pelayan cafe?” pertanyaan Asia.
“Bersama Lazki sepertinya saya merasa mempunyai makna hidup tersendiri ketika hendak membuat sebuah pendakian, petualangan, saat tertawa, dan masih banyak hal lain.”
“Tidak ketika kau menjadi tunanganku?” Bola mata Asia memandang tajam…
“Ya,” jawabanku.
“Tapi, saya tidak akan pernah melepaskan tunanganku sendiri untuk orang lain” nada tinggi Asia.
“Kau tidak dapat memaksakan sesuatu hal terhadap kehidupan seseorang.” Sahutku.
Asia terus mengalirkan air matanya, terus berjuang demi mempertahankan hubungan kami. Semua itu tidak mungkin terjadi, dunia Asia dan Lazki benar-benar jauh berbeda. Sekalipun Asia berjuang mempertahankan hubungan kami, semuanya akan terlihat hambar. Duniaku dapat membuat warna-warna tersendiri ketika bersama Lazki bukan Asia. Jika hatimu merasa nyaman terhadap sebuah objek, tetaplah berada di dalam.
“Ada lagi yang perlu kau ketahui” menatap Asia.
“Orang yang selama ini kau sebut sebagai pembunuh orang tuamu adalah adik kandungmu sendiri. Kau tahu, perjuangan Lazki demi mencari kebenaran agar Cristal keluar dari penjara.” Sewaktu berada di pengadilan, identitas Cristal masih tertutup rapat. Asia sama sekali tidak pernah menyangka kasus perselingkuhan ibu kandungnya sendiri. Bagaimana Cristal hidup tanpa pengakuan kedua orang tuanya, bahkan mengalami berbagai hal.
Asia dan Cristal lahir dari Rahim yang sama, sekalipun berbeda ayah. Asia baru menyadari tentang kehidupan Cristal, juga beberapa kejadian bahkan tertutup rapat oleh media selama bertahun-tahun. Asia dan Cristal memiliki kisah kehidupan tersendiri tentang serpihan hidup.
BAGIAN TUJUH BELAS…

LAZURIT…
Berpetualang memecahkan kasus kematian ibu Silvana demi mencari pelaku sebenarnya bersama ka’Allred. Kehidupan mengajarkan bagaimana memainkan irama ketika serpihan-serpihan memecah dunia. Dimulai akan langkah seorang Cristal menjadi anak yang tidak akan pernah merasakan arti kasih sayang dari orang tua kandungnya sendiri. Kebecian tertanam erat dalam kisah Cristal, bahkan sang ayah tidak akan pernah perduli tentang serpihan hidupnya.
Ka’Allred, ibu Fasinai, terlebih saya selama ini berpikir jika ayah Cristal adalah Brihatnandar merupakan salah satu toko terpandang di negara ini. Namun, pada kenyataan menjelaskan ayah Cristal merupakan sahabat terbaik suami sah ibu kandungnya sendiri. Menjadi anak hasil hubungan gelap, terlebih tidak akan pernah diakui begitu menyakitat kan. Menjadi kambing hitam dari ayah kandung sendiri, hingga semua orang mengucilkan kehidupan membuat langkah berada di sebuah lembah kelam.
Setelah kami mendapat bukti tentang kejahatan beberapa tokoh terkemuka, akhirnya pengadilan menyatakan Cristal bebas. Tuhan, terimah kasih karena sudah menjawab doaku mengeluarkan Cristal dari sel tahanan. Permohonan doa dijawab oleh Tuhan secara bertahap. Bertahun-tahun berdoa agar Tuhan membuatku dapat mempunyai suatu penemuan seperti Thomas Alfa Edison benar-benar terkabul. Sekalipun terlihat isi doaku belum dijawab oleh Tuhan, namun hatiku mempercayai jika Tuhan sudah mengabulkannya.
“Terimah kasih Tuhan, membuat duniaku berbeda.” Rasa syukur kunaikkan kepada Tuhan. Seorang yang terlahir bodoh, namun kini dapat melakukan berbagai hal. Menjadi seperti Thomas Alfa Edison, berpetualang memecahkan kasus, dapat memahami tentang serpihan hidup menjadikan langkahku penuh irama.
“Jangan berhenti berjuang,” ucapan ka’Allred terus terngiang setiap saat selama bertahun-tahun membuatku terus berjuang. Menulis permohonan pada secarik kertas, menempelkan di dinding kamar, dan terus berdoa kepada Tuhan. Sekalipun jawaban doa sama sekali tidak terlihat, tetap berucap “terimah kasih Tuhan  karena sudah mengabulkan doaku.”
Mengajarkanku untuk terus berjuang sama seperti langkah hidup Thomas Alfa Edison. Ribuan kali mengulang dan tidak pernah bercerita hanya sekali bagi kehidupannya demi menggerkan dunia. Berada di kampus biasa, namun, terus berjalan, berjuang sekalipun mengalami kegagalan ketika mendaki sebuah puncak. Setelah Cristal dinyatakan bebas, kini dunia Lazki kembali mengejar mimpi. Sebuah alat transportasi pengiriman barang akan menjadi perhatian dunia.
“Pasti lagi sibuk bersama mesin-mesin tidak jelasnya,” ucapan seseorang mengalihkan perhatianku. Ternyata ka’Allred memasang wajah ceria menyodorkan minuman dingin. Hanya tinggal satu keinginan doa yang masih belum terjawab, namun saya tetap mempercayai Tuhan sudah menjawabnyua.
“Terimah kasih Tuhan, karena sudah membuatku lupa terhadap rasa cinta begitu kuat untuk ka’Allred.” Bisikan hati akan selalu berdoa setiap dia berada di dekatku.
“Setelah semua yang terjadi, melakukan petualangan besar hingga ending cerita Cristal dinyatakan bebas oleh pengadilan, rasanya seperti bermimpi.” Senyum ka’Allred. Detakan jantugku terus saja berirama menciptakan suasana tersendiri jauh di dasar melihat pria pemberi kekuatan bagiku. Memberiku setitik harapan, disaat semua tidak memperlihatkan jalan sepuluh tahun silam. Namun, tangan ka’Allred sendiri tidak pernah bisa kugenggam. “Terimah kasih Tuhan, karena telah menghilangkan perasaan sayang untuknya.” Hatiku kembali berdoa kepada Tuhan, sekalipun pada kenyataan rasa sayang tersebut makin kuat.
“Pasti sekarang Lazki lagi sibuk melakukan promosi besar-besaran tentang penemuan kemarin,” ka’Allred selalu terlihat berkharisma ketika sedang berbicara.
“Tepat ucapaan ka’Allred, sekarang saya harus fokus menjadi seperti Thomas Alfa Edison” berusaha memperlihatkan semangat luar biasa di hadapan pria pemberi kekuatan ketika segala jalan tertutup buatku.
“Wow...” kebiasaan ka’Allred mengacak-ngacak rambut hitam panjangku.
“Saya akan berjuang bersama Lazki, setidaknya membantu menggegerkan dunia seperti Thomas Edison.” Kalimat ka’Allred lagi...
“Andai kata...”wajahku tertunduk.
“Lazki, berhenti mengucapkan sebuah doa buatku!” mimik wajah ka’Alled terlihat serius. Terkejut mendengar pernyataan...
“Kenapa ka’Allred berbicara seperti itu? Memang saya biasa berdoa buat kakak? Perasaan isi doaku hanya tentang lingkaran hidup menjadi seperti Thomas Edison.” Tidak mengerti maksud ucapan ka’Allred.
“Lazki tidak pernah sadar, jika seorang Allred selalu mendengar doa yang dinaikkan setiap jam 2 pagi sebelum fajar menyingsing memohon kepada Tuhan.” Kalimat ka’Allerd.
“Maksud ka’Allred? Saya sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan.”
“Lazki, Memang saya tuli dan tidak mendengar, bagaimana mulutmu berkata-kata dan terkadang harus menjatuhkan butiran air dari sepasang matamu hanya karena...”
“Hanya karena apa ka’Allred?
“Tuhan, terimah kasih karena sudah menghilangkan rasa cinta luar biasa untuk ka’Allred.” Pernyataan ka’Allred berdiri dari sebuah kursi berbalik ke hadapanku. Tidak pernah menyangka ka’Allred menjadi penguping terbaik untuk setiap permohonan doa yang kunaikkan. Ternyata dia benar-benar menyadari bagaimana perasaanku terhadap dirinya.
“Tuhan, sekarang saya menjadi bahan tertawaan ka’Allred” suara hatiku.
“Berhenti berdoa agar Tuhan menghilangkan perasaan sayang dan cinta untukku” entah apa yang haru kukatakan mendengar ucapannya...
“Saya tidak pernah mau bahkan menginginkan sedikitpun Tuhan mengabulkan permohonan doamu yang ke-3.” Ucapan ka’Allred tetap memubuatku diam seribu bahasa.
“Tuhan, apakah ini hanya mimpi?” bisikan hatiku.
“Lazki mempunyai 3 permohonan doa kepada Tuhan setiap saat. Jam 2 pagi membangunkan fajar mengucap syukur bahwa Tuhan telah menjawab segala pergumulannya. Terimah kasih Tuhan membuatku menjadi sama seperti Thomas Edison, telah mengeluarkan Cristal dari penjara, dan menghilangkan segala rasa cinta yang begitu besar untuk ka’Allred. Mempercayai jika Tuhan sudah mengabulkan semuanya, sekalipun sama sekali tidak terlihat oleh pemandangan kasat mata.” Kalimat demi kalimat mengalir dari perbendaharaan mulutnya.
“Saya menyukai kehidupan Lazki yang selalu berjuang dan menyukai sebuah pergumulan doa kepada Tuhan. Saya ingin menggenggam tangan Lazki untuk selamanya.” Wajah ka’Allred mengucapkan semua itu di hadapanku.
“Bagaimana dengan Asia tunangan kakak selama bertahun-tahun?” Ayah tidak pernah mengajarkan langkahku merebut milik orang lain, seberapa besarpun rasa sayang yang kumiliki untuknya.
“Hubungan diantara kami sudah barakhir, saya menyukai dunia Lazki bukan Asia,” meyakinkan kehidupanku...
Secara tiba-tiba seseorang berada di hadapan kami, bersujud memohon bahkan mengalirkan air mata. Rasa tidak ingin melepas terlihat jelas dari wajah Asia. “Apa salahku? Kenapa kau merebut Allred dari kehidupanku?” tangisan Asia memenuhi halaman belakang rumahku. Entah dari mana Asia mengetahui alamat rumahku, hingga sekarang berlutut meneteskan air mata.
“Kau tidak bisa memaksakan seseorang untuk tetap bersama denganmu,” kalimat ka’Allred menegaskan tentang sesuatu hal kepada Asia.
“Apapun bisa kau rebut dariku, hanya satu permohonanku jangan merebut Allred,” permohonan Asia bersujud sekitar kakiku. Menangis histeris tanpa berhenti sedikitpun.
“Asia hentikan kelakuanmu!” ka’Allred menarik tangan Asia agar berhenti melakukan kelakuan paling terbodoh.
“Saya tidak akan berhenti bermohon sampai dia mengembalikan dirimu,” Siapa sih yang ingin kehilangan ka’Allred bahkan Asia manusia paling sempurna pun rela menjatuhkan harga dirinya di hadapanku sekarang.
“Terimah kasih Tuhan karena membuat langkahku untuk tidak akan pernah merebut sesuatu yang bukan milikku.” Suara hatiku terus berdoa, sekalipun semua itu menciptakan pecahan luka-luka bagi langkahku.
“Kedua orang tuaku tewas terbunuh, orang yang kuanggap sebagai paman terbaik merebut kebahagianku dan berkhianat. Sahabat terbaik papa berkhianat hingga menciptakan luka. Sekarang, kaupun ingin merebut Allred?” Tangisan Asia semakin menjadi-jadi...
“Apa yang harus kulakukan agar kau tidak merebut tunanganku?” Asia terus memegang kakiku hanya demi mempertahankan tunangannya.
“Bicaralah Lazki, apa yang harus kulakukan untuk mempertahankan tunanganku?” terus menangis sejadi-jadinya, dan tidak akan membiarkan tangan ka’Allred menggenggamku sedikitpun.
“Asia, hentikan tingkah laku terbodohmu!” nada tinggi ka’Allred berusaha menarik tangan Asia agar berhenti bersujud di hadapanku.
“Kumohon...” tangisan Asia. Ayah tidak pernah mengajarkan hidupku merebut milik orang lain, hatiku harus memahami jika untuk selamanya ka’Allred hanya diciptakan untuk menggenggam tangan Asia. Tanganku tidak akan pernah merusak kebahagiaan orang lain.
“Ka’Allred,” teriakku sambil terus berjalan segera ke hadapannya. Seseorang berhasil melewati pintu depan rumahku, menyusup, hingga berhasil menembakkan sebuah peluru...
“Lazki,” suara ka’Allred masih terngiang jelas di sekitar gendang pendengaranku.
“Seperti apapun Asia memohon di hadapanmu, genggaman tanganku akan tetap bertahan untuk seseorang yang mengerti tentang arti sebuah pergumulan doa selama bertahun-tahun tanpa pernah menyerah sediktpun.” Air mata ka’Allred membasahi wajahku.
“Terimah kasih Tuhan, membuat hidupku tidak akan pernah merebut milik orang lain,” doa yang masih bisa kunaikkan jauh di dasar hatiku sebelum pada akhirnya sepasang mataku terpejam.
Terimah kasih, mengajarkan langkahku tentang sebuah pernyataan “Jangan berhenti berjuang” disaat segala jalan tertutup. Manusia terbodoh memiliki setitik harapan agar dapat menggegerkan isi dunia suatu hari kelak. Secarik kertas menciptakan suatu kekuatan tersendiri ketika semua orang hanya memandangku sebagai sampah tidak layak pakai.
Terimah kasih, mengenalkan duniaku tentang kisah kehidupan Thomas Alfa Edison mengalami kegagalan demi kegagalan dalam menempuh sebuah jarak. Jangan berhenti berjuang seperti apapun langkahmu, sama seperti kehidupan Thomas manusia paling bodoh diantara mahluk terbodoh namun berhasil membuat seluruh dunia terdiam kebingungan. Menciptakan sejarah bagi dunia, hingga membuat semua orang tidak dapat berbicara.

ALLRED...
“Lazki, berjanjilah untuk berjuang menghancurkan maut,” suaraku terus berkata-kata. Darah segar mengalir, seorang Lazki mengorbankan dirinya sendiri demi hidupku. Riady berjalan masuk menuju halaman belakang rumah Lazki, membawah sebuah senjata. Peluru Riady berhasil menembus tubuh Lazki, tidak pernah terbayangkan peristiwa mengerikan sedang bermain.
Peluru yang seharusnya diperuntukkan buatku,  terhalang oleh tubuh Lazki. Tidak menyangka Riady selalu lolos dari incaran polisi bahkan pandai menghilangkan jejak. Hingga akhir cerita, berhasil menembuskan sebuah peluru ke tubuh Lazki. Mengejar Riady pembunuh terkeji bagi dunia, oleh karena segala kejahatannya. Menjadikan Cristal kambing hitam atas tindakan pembunuhan terhadap ibu Silvana. Dan sekarang berhasil menembakkan sebuah peluru ke tubuh Lazki. Polisi akhirnya berhasil menangkap Riady, buronan yang selalu berhasil melarikan diri.
“Terimah kasih Tuhan, membuat Lazki berhasil menghancurkan jurang maut” isi doaku memohon kepada Tuhan. Percaya jika Tuhan sudah mengabulkan keinginanku, sekalipun pandangan mataku melihat Lazki sedang tidak sadarkan diri dalam kamar operasi.
“Terimah kasih Tuhan, telah membangunkan Lazki dari koma,” jeritan hatiku bermain, sekalipun pandangan mataku melihat jika Lazki masih terbaring koma.
“Ka’Allred, bagaimana keadaan Lazki?” Cristal terlihat begitu ketakutan.
“Ayah, semua ini hanya mimpi kan?” pertanyaan Cristal kembali...
“Gadis kecilku hanya tertidur untuk beberapa saat,” jawaban seorang ayah meyakinkan dirinya.
Membayangkan Asia terus menangis bahkan berlutut di bawah kaki Lazki, agar tidak merebut tunangannya. Di tengah isakan Asia, tiba-tiba Riady datang menembakkan peluru. Target utama Riady adalah Alled, namun pada kenyataan Lazki mengorbankan dirinya sendiri demi melindungiku. Terimah kasih Tuhan, membuat Lazki bisa terbangun kembali, bisikan hatiku bergema. Belajar menjadi seperti Lazki terus berucap kepada Tuhan, meyakini jika segala doa telah terjawab. 10 tahun lalu, saya hanya ingin menghalangi Lazki agar tidak mengakhiri nyawanya sendiri dengan membuat sebuah cerita.
Mengingat dunia seorang Thomas Edison dan membaca sebuah cerpen, kemudian menyusun kalimat demi kalimat hingga jalan Lazki terus bermain. Hanya hal seperti itu yang bisa kulakukan sehingga dia berhenti memikirkan tindakan bodoh dengan cara mengakhiri hidupnya. Namun, duniaku sendiri sama sekali tidak pernah melakukan hal-hal semacam itu. Menulis permohonan pada secarik kertas, menempelkan sekitar dinding kamar, dan terus berucap terimah kasih Tuhan, karena sudah mengabulkan doaku.
“Ayah, apakah Lazki masih bisa terbangun?”jerit tangis Cristal menjelajah di wajah.
“Gadis kecilku pasti terbangun, maut tidak dapat merebutnya dari kehidupan seorang ayah,” kepercayaan seorang ayah memandang suatu keyakinan dalam dirinya. Bapak Abraham dipanggil dengan ucapan ayah oleh Cristal selama ini. Cristal telah menganggap bapak Abraham sebagai ayah kandungnya sendiri.
“Manusia itu terlalu kejam,” nada suara Cristal histeris mengingat ayah kandungnya sendiri terbungkus karakter jauh melebihi iblis.
“Dunia Cristal pasti bisa melihat dengan bijak jalur di hadapannya,” pernyataan seorang ayah mengejutkan semua orang. Lazki tumbuh menjadi dewasa, namun tetap menjadi gadis kecil pada pemandangan matanya dan sekarang sedang berjuang melawan jurang maut. Masih dapat membuat pernyataan tidak terduga di hadapan semua orang di sekitarnya.
“Maksud paman berucap seperti itu?” tanyaku di hadapan beliau.
“Sejak kecil, Lazki sama sekali tidak pernah merasakan tentang kasih sayang seorang ibu. Kemiskinan membuat ibu kandungnya sendiri pergi dari hidup kami selama bertahun-tahun. akan tetapi, Irama kehidupanku tidak akan pernah mengajarkan gadis kecilku tentang akar kebencian terhadap ibu kandungnya sendiri.” Curahan hati sang ayah...
“Mengucapkan segala hal baik tentang ibu kandungnya setiap saat, sekalipun kenyataan berbanding terbalik hingga dia tumbuh menjadi dewasa. Lazki tidak pernah tahu bagaimana seorang ibu pergi menjauh hanya karena sebuah jurang kemiskinan.” Kata-kata seorang ayah terus bercerita.
“Hubungan kisah Cristal dan Lazki?” tanyaku.
“Saya tidak akan pernah mengajarkan dunia Cristal untuk menyimpan sebuah akar kekecewaan atau kebencian mendalam terhadap ayah kandungnya sendiri. Cristal, jadilah bijak ketika melihat sebuah jalur, jangan membenci ayah kandungmu sendiri.” Pernyataan sang ayah mendekap Cristal bahkan melupakan bagaimana Lazki sedang berjuang melawan maut.
“Kenapa Tuhan membuatku terlahir menjadi anak dari manusia paling keji seperti Riady? Jauh lebih baik mempunyai ayah dengan pendidikan rendah, dibanding harus menerima kenyataan jika ayah kandungku sendiri manusia paling kejam jauh mengalahkan iblis.” Tangis Cristal semakin pecah dalam dekapan ayah Lazki.
“Cristal jangan pernah menyalahkan Tuhan, terlebih membuat ribuan pertanyaan seperti ini. Hal paling terkeji adalah menyalahkan Tuhan oleh karena terlahir dari benih manusia terkejam jauh mengalahkan iblis. Itulah yang dikenal sebagai serpihan-serpihan kehidupan.” Kalimat bijak seorang ayah,
“Berkhianat terhadap sahabatnya sendiri, menyusun pembunuhan, menjadikan putri kandungnya sendiri sebagai kambing hitam, ka’Allred hampir meninggal akibat perbuatannya, sekarang ka’Lazki sedang berjuang mempertaruhkan nyawa, entahkah dia bisa terbangun atau...” isakan tangis Cristal bermain kuat. “Cristal,” ayah Lazki terus mendekap Cristal berusaha menghilangkan luka-luka dalam dirinya.
“Bagaimana bisa saya mengakui dia sebagai ayah? Banyak lapisan masyarakat menjadi korban akibat perbuatannya, banyak orang-orang tidak berdosa menanggung akibat. Dapatkah hatiku menerima dia sebagai ayah?” kebencian Cristal jauh lebih kuat...
Cristal membutuhkan waktu panjang menilai tentang serpihan-serpihan kehidupan yang sedang memainkan hidupnya selama bertahun-tahun. Andai kata, saya menjadi Cristal hal samapun akan kulakukan adalah menaruh kebencian mendalam. Kisah hidupku hanya bercerita kebencian dan kebencian...
“Ayah tidak pernah mengajarkan Cristal berada di jalan salah. Kau harus belajar tentang makna ketika berjalan melewati berbagai jenis lembah kehidupan.” Kalimat bijak masih tetap berirama, sekalipun putri kandungnya sendiri tertembak melalui tangan Riady ayah kandung Cristal. “Permasalahan datang membungkus tidak melebihi batas kemampuanmu,” ucapan bijak sang ayah.
BAGIAN DELAPAN BELAS...

CRISTAL...
Menerima kenyataan terpahit, manusia terkejam di dunia adalah ayah kandungku sendiri. Tuhan, kenapa saya terlahir dari silsilah manusia paling bengis? Menjadi anak haram hasil hubungan gelap tidak pernah kuinginkan, tapi kenapa Tuhan? Tuhan, apakah KAU mengerti goresan lukaku? Tuhan, kenapa segala hal menghancurkan hidupku? Dirawat dan dibesarkan oleh seorang wanita yang sering bergonta-ganti pasangan. Ayah tiriku sendiri hampir saja menciptakan kehancuran dalam hidupku. Hampir merebut kehormatan yang kumiliki. Sejak kecil, saya harus belajar melakukan apapun secara mandiri tanpa bantuan seorang ibu.
Pandangan dunia bercerita seorang Cristal mempunyai ibu, namun mereka tidak pernah melihat hidupku ketika berada di rumah. Mami hanya memikirkan dirinya sendiri, bahkan terkadang mengeluarkan ucapan menyakitkan. Dia hanya memikirkan bagaimana kebahagiaannya sendiri tanpa pernah melihat duniaku. Setiap tahun selalu bercerita tentang perceraian adalah karakter terburuk mami.
Pada akhir cerita, bertemu kakak yang masih duduk di bangku sekolah dasar karena kemampuan otaknya terlihat mengerikan. Kehidupan ka’Lazki sama seperti hidupku selalu bercerita tentang air mata. Masing-masing mempunyai kisah kehidupan yang akan diakhiri dengan butiran-butiran air dari sepasang mata. Terkucilkan, terbodoh, keluar masuk sekolah, tinggal kelas berulang kali itulah dunia ka’Lazki. Nafasku tidak pernah melihat kehangatan ayah ataupun ibu. Alur hidupku hanya bercerita tentang mami yang hanya menyukai dunia alkohol.
Berpura-pura judes di hadapan ka’Lazki, tetapi disaat tertentu melihat tingkahnya. Mahluk terbodoh tidak akan pernah dijumpai dibelahan dunia manapun. Hanya saya seorang yang ingin duduk sebangku dengannya, walau wajah judesku tidak pernah hilang. Berpura-pura terlihat bodoh di hadapan teman-temanku, setidaknya ka’Lazki bukan hanya satu-satunya manusia dengan kemampuan otak sangat rendah.
Seminggu sebelum ka’Lazki berada di sekolah sama denganku, saya lebih dahulu menjadi murid pindahan. Jadi, seluruh siswa tidak pernah menayadari akan kemampuan otakku diatas rata-rata. Walau mengalami kesepian terparah, tetapi ayah ka’Lazki setiap saat memberikan kehangatan. Merubah segalanya dalam hidupku, mengajarkan sesuatu yang tidak pernah kuraih dari orang tuaku sendiri.
Ka’Lazki mulai memperlihatkan perubahan demi perubahan, walau nilai-nilainya masih berada dibawah standar. Membutuhkan waktu dan perjuangan membentuk tingkat perkembangan otak ka’Lazki manusia terbodoh. Sifat judesku mulai menghilang setelah ka’Lazki dinyatakan lulus sekolah lanjutan pertama. Dia benar-benar terkejut melihat prestasiku ketika bersama-sama menduduki bangku kelas sebelas. Terlebih ketika dunia Cristal berhasil meraih posisi tertinggi di bangku kelas dua belas. Ka’Lazki tidak pernah menyadari kemampuan otakku yang sebenarnya selama ini.
“Mana mungkin saya bisa berjuang membentuk perkembangan otak ka’Lazki, kalau saya masuk dalam deretan siswa terbodoh,” tertawa sendiri terkadang melihat raut wajah ka’Lazki terus belajar dan belajar. Sepulang sekolah hingga malam tiba, ka’Lazki terus berjuang agar tidak menjadi bahan tertawaan karena tinggal kelas. Tidur, makan, berangkat sekolah, belajar pun selalu bersama-sama. Bahkan segala waktu yang kumiliki selalu kuhabiskan di rumah ka’Lazki, sampai memanggilnya dengan sebutan ayah.
Bersama-sama mengikuti ujian tes kampus terbaik negara ini walau jurusan berbeda. Sejak kecil, saya bercita-cita ingin menjadi seorang dokter terbaik dan berkualitas tinggi. Jauh berbeda impian ka’Lazki ingin menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison salah satu penemu terbaik dunia. Saya dinyatakan lulus, tetapi tidak untuk ka’Lazki bahkan hasil jawabannya menjadi bahan tertawaan semua dosen. Berulang kali mencoba keberuntungan melalui test di beberapa kampus, namun selalu mengalami kegagalan. Singkat cerita, ka’Lazki mengambil jurusan tekhnik mesin di salah satu kampus kecil, bahkan tidak pernah masuk deretan nominasi akreditasi terbaik.
Setiap hari berada di sekitar kampus ka’Lazki sehabis kuliah, hal menyenangkan dalam hidupku. Selama ini saya bisa melupakan segala permasalahanku oleh karena seorang sahabat dan ayah terbaik buatku. Hingga suatu ketika, mami jatuh sakit dan pada akhihrnya menghembuskan nafas terakhir. Bukan permasalahan tentang kepergian mami, melainkan mengetahui kebenaran tentang identitasku.
Pada kenyataan menyadari jika dia bukan ibu kandungku sendiri, membuatku semakin membenci Tuhan. Saya tidak pernah terlahir dari rahimnya, bahkan dia hanya wanita bayaran untuk merawat dan membesarkanku. Lebih pahit lagi mendengar saya anak salah satu tokoh h terpandang walau bukan seorang pejabat. Siapa yang tidak mengenal ibu Silvana, pengusaha tersukses di berbagai bidang. Pejabatpun selalu terlihat segan ketika berada di hadapannya. Biaya hidup dan pendidikanku berasal dari ibu Silvana, bukan wanita yang telah membesarkanku selama ini. Saya membenci ibu Silvana bagaimanapun usaha yang dilakukan untuk mendapatkan perhatianku.
Permainan terbaik dibuat, bekerja sama dengan pihak kampus agar saya berada di rumah sakitnya. Apapun  pemberiannya akan selalu kulemparkan ke gudang. Ka’Lazki tidak pernah tahu identitasku dan bagaimana permasalahan hidupku. Saya membenci memiliki kakak seperti Asia, dimana segala pola tingkah lakunya hanya bercerita kesombongan. Saya hanyalah anak haram, hasil hubungan gelap yang tidak akan pernah diakui oleh kedua orang tuaku.
“Cristal, percayalah mami tidak bermaksud membuangmu,” kalimat ibu Silvana setiap berada di hadapanku.
“Kau manusia paling kejam,” bentakanku penuh kebencian.
“Maafkan mami Cristal, apa yang harus kulakukan untuk menghilangkan kebencian dari dirimu?” tangisan dia setiap saat.
“Lebih baik saya tidak mempunyai ibu, kenapa kau harus datang merusak hidupku?”
“Cristal,”
“Kau tidak pernah merasakan kehidupan seperti diriku, kesepian, tanpa kasih sayang, terlantar, hampir menjadi korban pemerkosaan, dipelihara oleh seorang ibu yang selalu bergonta ganti pasangan. Jauh lebih hebat lagi ketika menyadari saya anak haram dari salah satu tokoh terpandang di negara ini.” Rasa benciku jauh lebih besar sampai kapanpun juga.
Hingga suatu ketika, ibu Silvana tewas terbunuh oleh seseorang. Segala bukti mengarah kepadaku atas insiden tersebut. Sidik jariku berada di segala benda-benda kepemilikan ibu Silvana sekitar ruangan kekuasaannya. Seseorang menjebakku bahkan seluruh media memberitakan peristiwa tersebut. Hanya ka’Lazki dan ayahnya selalu berada bersamaku setiap saat. Menghapus air mataku, berjuang membuktikan saya tidak bersalah. Tanpa pernah bosan ayah setiap hari berkunjung dalam sel tahanan membawa segala makanan kesukaanku.
“Terimah kasih ayah,” memeluk pria paruh bayah dan menganggapnya sebagai ayah kandungku sendiri.
“Cristal, harus yakin tentang setitik harapan,” kalimat bijak ayah tanpa henti setiap saat.
Ka’Lazki bercerita kisah perjalanan hidupnya, dan bagaimana dia bertemu ka’Allred. Menyuruhku menulis sebuah permohonan pada secarik kertas, menempelkan sekitar dinding sel penjara tempatku berbaring dan berdoa. Sekalipun kasat mata melihat jika Cristal masih dalam penjara, namun setiap saat berkata “terimah kasih Tuhan, sudah menjawab doaku.”
“Terimah kakak karena telah menghapus air mataku,” bisikan hatiku setiap berada di hadapan ka’Lazki.
“Ayah, terimah kasih setiap saat memberi kehangatan dalam kesunyian hatiku,”
Setiap saat memegang secarik kertas berisi permohonan doaku, dan mengucap sykur Tuhan telah mengabulkan semua. “Terimah kasih Tuhan, sudah membuatku lepas dari penjara dan dinyatakan tidak bersalah.” Isi doaku, sekalipun kasat mata berkata saya masih berada di penjara bahkan segala bukti makin memberatkan langkahku.
Selama 3 bulan ka’Lazki melakukan petualangan mencari bukti jika saya bukan pelaku sebenarnya tanpa sepengetahuanku dan ayah. Hal lebih mengejutkan berlutut di hadapan tunangan Asia agar mau menjadi pengacara untuk menangani kasusku. Seluruh pengacara angkat tangan bahkan tidak pernah mau berada di pihakku. Pengorbanan ka’Lazki jauh hebat bermain, hingga membuatku tidak dapat berkata-kata.
Akhir cerita, saya dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan. Ka’Lazki dan ka’Allred berhasil membuktikan pelaku sebenarnya. Namun, hatiku hancur mendengar ayah kandungku sendiri menjadi penyebab segala skenario. Menjadikanku kambing hitam atas peristiwa tersebut. Haruskah saya berbahagia sekarang atau menangis histeris mendengar sebuah pernyataan. Riady salah satu pejabat terbaik negara menjadi tokoh utama untuk segala skenario menjijikkan. Menerima kenyataan Riady adalah ayah kandungku.
Riady berhasil melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Sampai akhirnya kembali melakukan kejahatan menembakkan sebuah peluru  ke tubuh ka’Lazki. Lebih buruk lagi, ayah membuat sebuah pernyataan ditengah keadaan ka’Lazki yang sedang terbaring koma.
“Dunia Cristal pasti bisa melihat dengan bijak jalur di hadapannya,” pernyataan ayah.
Hingga detik sekarang, saya tidak pernah ingin menganggap ibu Silvana sebagai mami. Kebencianku jauh lebih kuat bermain terhadap ibu Silvana, Asia, ibu Fasinai, terlebih Riady. Saya tidak akan pernah menganggap mereka sebagai keluarga. Merenungkan pernyataan ayah untuk tidak merusak masa depanku sendiri oleh karena permasalahan yang sedang terjadi.
“Apa yang harus kulakukan, Tuhan? Jeritanku menangis semalaman. Hal lebih mengejutkan, Asia berlutut di hadapan ka’Lazki memohon agar tidak merebut ka’Allred darinya.
“Tuhan, terimah kasih telah mengembalikan nafas hidup buat ka’Lazki,” tangisku memohon.
Mengemudikan mobil menuju suatu alamat yang tidak asing bagi kehidupan banyak orang. Membunyikan bel mencari pemilik dari alamat rumah tersebut. “Masuklah!” perintah salah satu pelayan kepercayaan rumah tersebut.
“Saya tidak lama,” ujarku sedikit judes.
“Sebenci-bencinya nona terhadap rumah dan pemiliknya, tetapi mereka tetap bagian dari kehidupanmu.” Ibu Fasinai mengucapkan sebuah pernyataan.
“Saya mencari Asia, bukan untuk tinggal di rumah ini,” kalimatku.
“Siapa yang mencariku?” Asia berjalan melalui anak tangga menengok ke hadapan kami. Selama ini saya saya tidak pernah mau mengakui Asia sebagai kakakku sendiri. Hanya ka’Lazki saja kakak terbaik bagi hidupku bukan Asia.
“Adikmu datang mencari,” jawaban ibu Fasinai.
“Kau,” suara Asia di hadapanku. Apa pun akan kulakukan demi ka’Lazki agar bisa merasakan kebahagiaan. Mendengar curahan hati ka’Allred, bagaimana ka’Lazki berdoa berjuang melawan perasaannya sendiri.
“Saya tidak akan membiarkan ka’Lazki menangis,” bisikan hatiku membayangkan tangisa ka’Lazki.
“Kenapa mencariku?” pertanyaan Asia.
“Asia, sadarlah jika dia satu-satunya anggota keluargamu sekarang!” tegur ibu Fasinai.
“Duduklah!” perintah Asia.
“Saya kemari hanya ingin meminta sesuatu hal,” ucapku.
“Fasinai, tinggalkan kami!” perintah Asia.
“Baik,” sekarang hanya tinggal kami berdua...
“Lepaskan ka’Allred untuk ka’Lazki, menyerahlah” pernyataanku.
“Apakah kau pernah merasakan ditinggalkan semua orang, tiba-tiba tunanganmu direbut oleh orang lain.” suara Asia.
“Kau menganggap satu-satunya manusia paling menderita adalah dirimu bukan orang lain,” sahutku.
“Papa dikhianati sahabat terbaiknya, harus mati melalui susunan skenario, mama berselingkuh hingga lahirlah dirimu, sekarang Allredpun akan keluar dari hidupku.” Seakan hanya dia manusia paling menderita di dunia.
“Apakah kau pernah merasakan menjadi seorang anak haram, tanpa pengakuan orang tua kandung sendiri? Mempunyai ibu tetapi tidak pernah memberikan kasih sayang, apakah kau tahu rasanya menjadi putri manusia terjahat? Pertanyaanku.
“Seakan hanya kau saja paling menderita, itulah perbedaan antara kau dan ka’Lazki.” ucapku kembali.
“Tutup mulutmu!” perintah Asia.
“Jika kau berlutut di hadapan ka’Lazki demi tunanganmu, maka sayapun akan melakukan hal sama berlutut memohon supaya kau melepaskan ka’Allred.” Pertama kali bagi hidupku berlutut di hadapan seseorang paling kubenci...
“Asia sadarlah, dia itu adikmu!” ibu Fasinai terlihat marah atas tindakanku.
“Kau tidak pernah tahu kehidupan ka’Lazki. Bertahun-tahun menjadi sampah bagi banyak orang oleh karena kemampuan otaknya berbeda. Manusia terbodoh jauh mengalahkan autisme seakan tidak memiliki harapan. Tuhan mengirim ka’Allred agar dia bisa melihat setitik harapan.” Kalimatku...
“Ka’Lazki tidak pernah merebut milikmu, bahkan setiap saat terus berjuang dalam permohonan doanya kepada Tuhan, agar tidak merebut milik orang lain. Tetapi, kau harus menyadari sesuatu hal, hati ka’Allred selamanya hanya diperuntukkan bagi dia.” Kakiku masih berlutut memohon..
“Apa yang harus kulakukan?” tangisan Asia pecah.
“Kau cantik, cerdas, mempunyai tubuh sempurna, kaya, terkenal, kasat mata semua orang berkata kau manusia paling sempurna bagi para pria. Saya percaya, kalau kau pasti dengan mudah bisa mendapat pengganti ka’Allred.” Jawabanku.
“Menjalin hubungan selama 5 tahun, sekarang...” Nafas Asia sesak membayangkan harus merelakan tunangannya sendiri untuk orang lain, sesuatu yang tidak pernah terbayangkan dalam hidupnya.
“Kau masih mempunyai banyak hal menarik, semua pria terobsesi tentang berbagai hal menarik dari hidupmu. Percayalah, kelak kau akan dapat pengganti jauh lebih baik bahkan terbaik jika kau belajar melepaskan bahkan merelakan...” membuat dia mengerti tentang sebuah istilah...
“Saya butuh waktu memberi jawaban,” Air matanya memperlihatkan bagaimana kesesakan bahkan kesunyian membungkus hidupnya ketika semua pergi menjauh.
“Beri kesempatan ka’Lazki untuk tersenyum,” kalimatku.
“Cristal, andai kata saya mengikuti maumu...” Asia tiba-tiba berhenti berbicara beberapa saat.
“Bisakah kau mengikuti apapun yang kuinginkan?” raut wajah Asia terlihat serius ketika melanjutkan ucapannya. Demi kebagiaan kakakku semuanya akan kuperjuangkan sampai kapanpun. Bertahun-tahun, ka’Lazki mengisi kesunyian, bahkan berjuang membersihkan namaku ketika semua orang menunjuk diriku sebagai seorang pembunuh.
“Saya akan lakukan apapun,” tubuhku masih berlutut di hadapannya. Asia berjalan mendekat, menyuruhku segera berdiri.
“Apa yang kau inginkan?” pertanyaanku.
“Semua orang-orang yang kusayangi telah pergi, bahkan saya harus merelakan Allred tunanganku sendiri keluar dari hidupku, memikirkan dunia Asia terbungkus kesunyian rasanya seperti apa?” berbicara seakan masih terlihat tidak akan pernah merelakan...
“Kau tidak bisa memaksakan sesuatu agar tetap bertahan dalam hidupmu,” ucapku.
“Berikan hidupku sebagian rashaa sayang yang kau berikan untuk Lazki!” kalimat Asia
“Saya tidak mengerti,”
“Menjadi penghuni rumah ini, menghilangkan kebencianmu terhadap diriku dan ibu kandungmu sendiri adalah persyaratan yang kuajukan,” jawaban Asia. Harus kuakui, kebencianku masih terus bermain hingga detik sekarang.
Ayah mengajarkan untuk tidak merusak masa depanku sendiri, bijak ketika menjalani beberapa alur kehidupan. Saya harus belajar membuang amarah, kebencian, sakit hati terhadap banyak ketidak adilan membungkus langkahku. Memenuhi ucapan Asia menjadi penghuni rumah besar seperti istana adalah yang terbaik bagi seluruh masalahku. Belajar menerima Asia sebagai kakak bahkan melupakan tentang kebencianku terhadap semua yang terjadi.
“Tuhan, bisakah saya memeluk manusia terjahat bahkan menerima dia sebagai ayahku?” menatap foto Riady dalam kesunyian kamar. Beranjak dari rumah Asia, dan mengikuti semua kemauannya. Membereskan segala barang-barangku untuk tinggal seatap bersama Asia. Perjanjian diantara kami, demi kebahagiaan kakak terbaik ketika melewati sebuah lembah.
Entah mengapa mobilku berputar ke arah lain bukan menuju rumah sakit malam ini. Melangkahkan kaki ke suatu tempat, berada di hadapan manusia paling kejam. Tanganku membawa sebuah sebuah pena dan buku, berdiri memandang seseorang. Air mataku terjatuh seketika, entahkah semua yang kulakukan adalah yang terbaik. Melihat salah satu narapidana terkejam di depanku sekarang.
“Kau membuatku menjadi anak haram,” memperlihatkan sebuah tulisan dihadapannya, kemudian merobek bahkan membuang memenuhi ruangan itu. Kembali menulis berbagai kalimat dan memperlihatkan pernyataan terburuk...
“Kau manusia paling bengis dan terkejam di dunia,”
“Menghancurkan rumah tangga sahabat terbaikmu sendiri itulah duniamu,”
“Menyusun skenario, menjadi pembunih berdarah dingin terhadap sahabat terbaikmu.”
“Kau juga menewaskan istri sahabatmu, dan membuat anaknya menjadi yatim piatu.”
“Kau membuatku membenci ibu kandungku sendiri,”
“Kau membunuh mami, istri dari sahabat terbaikmu.” Kalimat demi kalimat melalui lembaran kertas demi lembaran kertas, kemudian merobek, dan membuatnya berhamburan di sekitar lantai.
“Kau menjadikan anak kandungmu sendiri sebagai kambing hitam terbaik atas segala kejahatanmu,”
“Kau membuatku mendekam dalam penjara.”
“Kau membuat semua orang membenci kehidupanku, bahkan menghancurkan masa depanku.”
“Kau ayah terburuk yang pernah ada, manusia paling kejam.”
“Begitu banyak masyarakat bawah menjadi korban akibat perbuatanmu,”
“Ka’Allred hampir mati ditanganmu, pukulan demi pukulan terus terarah ditubuhnya”
“Sekarang kau berhasil menembakkan sebuah peluru ke tubuh kakakku, entahkah dia akan terbangun esok hari.”
“Ka’Lazki hingga detik sekarang masih berjuang melawan maut,” kalimat demi kalimat terus kuukir, merobek Dan membuangnya hingga memenuhi seluruh lantai. Air mataku terus mengalir, rasa sesak bermain kuat memenuhi hidupku. Kedua lututku tiba-tiba terjatuh lemas, terus menangis diantara robekan-robekan kertas berisi segala hal menyakitkan. Air matanya terjatuh membaca setiap kalimat-kalimat dari tulisanku.
“Tuhan, balut lukaku dan buang setiap hal terpahit dari jalanku,” kata-kataku bergema jauh di dasar hati. Tangisan, robekan kertas, dan air mataku pecah memenuhi ruangan.
Kembali menulis kata demi kata, “Saya ingin berkata...”
“Kau urutan manusia dan ayah terkejam menempati posisi pertama.”
“Tanganku ingin belajar memeluk seorang ayah terkejam di dunia,” air mataku terus mengalir membasahi lantai.
“Belajar untuk menyayangi ayah terkejam di dunia,” kata demi kata tertulis di hadapannya.
“Saya ingin berada dalam dekapanmu, ayah.” Sebuah kalimat kembali tertulis pada selembar kertas. Berjuang untuk berdiri dan berjalan di hadapannya. Membuat dia membaca kalimat terakhir...
“Ayah...” ucapku, tangannya mememluk dirinya, dan terus menangis tanpa henti.
“Saya tidak pantas disebut sebagai ayah,” pertama kali mendengar dia berkata-kata seumur hidupku. Seluruh petugas ikut meneteskan air mata...
“Maaf atas segala hal terjahat yang selalu membungkus hidupmu” pernyataan seorang ayah terkejam dalam tangisannya memeluk erat diriku.
“Kau putri terbaik dari seorang ayah terkejam,” salah seorang petugas berjalan masuk, membuat sebuah pengakuan...
Belajar berada dalam dekapannya, bahkan melupakan segala yang telah terjadi. Masa depanku harus memahami tentang alur yang sedang membungkus. Serpihan-serpihan hidup mengajarkan langkahku tentang perputaran roda. Bagaimana mata memandang, sekalipun segala hal terlihat mengerikan.
“Jaga dirimu selama kau berada disini” kata-kataku sebelum meninggalkan sel tahanan.
Robekan kertas tersebut menjadi gambaran tentang berbagai serpihan-serpihan hidup bermain kuat membungkus jalur langkahku. Selamat tinggal, segala akar kekecewaan” bisikan hatiku tersenyum sendiri. Mobilku kembali berputar, menuju sebuah rumah sakit.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku dapat melakukan hal yang tidak akan pernah kulakukan.” Bisikan hatiku.
“Terimah kasih Tuhan, atas segala perputaran kehidupan dalam hidupku.”
“Terimah kasih Tuhan, telah mengembalikan nafas kehidupan untuk kakakku,” sekalipun pandangan mata hanya melihat ka’Lazki masih terbaring koma.
LAZKI...
“Lazki, jangan pergi” sebuah suara terus terdengar jelas di telingaku. Seorang malaikat berjubah putih mengenakan sayap, matanya biru, raut wajah terbungkus kehangatan berjalan ke hadapanku. Memegang tanganku, kemudian membawaku ke suatu tempat jauh.
“Lazki...” seakan saya mendengar jelas suara ayah. Pertengahan jalan, kakiku terhenti mencari sumber suara tersebut.
“Tuhan, gadis kecilku hanya tertidur...” jeritan hati ayah, bahkan tangisannya terdengar jelas.
“Harta ayah paling berharga kelak akan memperlihatkan betapa bernilainya dia, dan suatu saat semua orang pasti tercengang-cengang.” Suara kembali terdengar.
“Lazki, bukan anak bodoh,” tiba-tiba sebuah layar besar berada di hadapanku, memperlihatkan seorang ayah terus mendekap gadis kecilnya.
“Lazki, jangan berhenti berjuang,” wajah dan suara ayah terpampang jelas.
“Lazki, berjanjilah untuk menghancurkan maut,” tiba-tiba wajah ka’Allred memenuhi layar.
“Terimah kasih Tuhan, telah mengembalikan nafas kehidupan untuk kakakku” tangisan histeris Cristal. Tubuhku masih berdiri kaku, seakan sesuatu mengunci bibirku untuk tidak berkata-kata.
“Lazurit Krizopras, yang kau dengar adalah jeritan hati mereka untukmu.” Ucapan lembut malaikat di hadapanku.
“Kembalilah untuk mereka,” kembali malaikat itu berkata-kata. Tubuhku pergi mejauh dari malaika dengan sendirinya hingga tidak terlihat...
“Terimah kasih Tuhan, telah mengabulkan doaku Lazki berhasil menghancurkan jurang maut,” suara seseorang terus menggenggam erat tanganku. Dia mengikuti setiap ucapan doa yang kunaikkan. 
“Terimah kasih Tuhan, karena menghilangkan...” bisikan hati, namun secara tiba-tiba mengingat bagaimana jeritan ka’Allred pada layar besar.
“Lazki...” suara ka’Allred tersadar ketika tanganku bergerak.
“Lazki sadar...” teriakan ka’Allred memenuhi ruangan.
“Gadis kecilku pasti terbangun,” senyuman ayah mendekapku erat, tidak perduli akan segala alat-alat medis di sekitar tubuhku.
“Ka’Lazki,” Cristal berjalan ke sampingk. Mereka semua menangis buatku, jeritan hati mereka terdengar begitu jelas depan layar besar bersama seorang malaikat bersayap.
“Ayah, Cristal, ka’Allred terimah kasih terus berada di sampingku,” terharu melihat perhatian besar hanya buatku seorang.
“Saya akan tetap menggenggam tangan Lazki sampai kapanpun,” kata-kata ka’Allred membuatku tidak dapat berbicara. Mengingat bagaimana Asia berlutut memohon agar tidak merebut tunangannya.
“Kau tidak usah memikirkan diriku,” sebuah suara tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Maaf atas segala kelakuan burukku selama ini,” seakan hatiku tidak mempercayai siapa orang dihadapanku sekarang berdiri dan meminta maaf.
“Saya pasti bisa mendapat lebih baik sesuai ucapan seseorang,” kembali Asia berkata-kata.
“Ka’Asia, terimah kasih,” pertama kali melihat Cistal memanggil Asia dengan sebutan kakak.
“Wow, pertama kalinya kau menyebutkan kalimat seperti itu,” senyum Asia memeluk Cristal. Berarti Asia merelakan ka’Allred untukku, hampir tidak mempercayai semua yang kulihat ketika terbangun.
“Maaf telah melukai hatimu,” kata-kata ka’Allred.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, kau berhak menentukan pilihan hidupmu. Kesimpulan untuk cerita ini adalah kau bukan jodohku, saya tidak harus memaksakan tanganku mempertahankan dirimu.” Mata Asia mengarah ke hadapanku.
“Asia, maaf  membuat hidupmu kacau,” ucapku. Asia hanya tersenyum terhadap ucapanku. Tuhan memberikan kebahagiaan luar biasa dan tidak pernah kupikirkan selama ini. Langkahku berhasil membuat suluruh dunia terdiam, oleh karena hasil temuanku. Menjadi sama seperti Thomas Alfa Edison benar-benar terwujud, manusia terbodoh berhasil membuktikan sesuatu dalam dirinya. Cristal dapat melanjutkan impiannya menjadi seorang dokter terbaik. Ayah selalu berada bersama denganku membuatku dapat berjalan dan terus berjuang tanpa henti. Terakhir, ka’Allred selalu ada menemani tiap langkahku diantara serpihan-serpihan kehidupan.

TAMAT