Minggu, 16 Juli 2017

DAUN KERING ITU BERNILAI…

BAGIAN 1…

Kireynzie…
Suatu kondisi dari sebuah jembatan rusak  menjadi objek tersendiri setiap kakiku berjalan melewati. “Objek menarik,” hanya kalimat seperti inilah setiap saat muncul dengan  sendirinya. Bagi seorang mahasiswi psikolog sepertiku membutuhkan berbagai objek tetapi dapat memberikan sebuah nilai, disaat menjelaskan tentang sesuatu hal. Jembatan rusak sama seperti psikolog hidup seseorang saat-saat tertentu, ketika berjalan pada lingkaran kecil maupun besar. Terkadang hidup seseorang hanya bercerita tentang karakter bersama dunia psikolog tiba-tiba begitu saja hadir, namun menciptakan kenyataan paling mencekam.
Jembatan rusak dapat menjadi gambaran tentang psikolog seseorang sedang rusak ketika berjalan mengejar atau hanya sekedar memperbaiki situasi. Terlalu sulit memahami pernyataan tersebut, kenapa? Dikarenakan hanya Tuhan dan saya menyadari makna tersebut. Mahasiswi psikolog tingkat akhir bernama Kireynzie sedang bergumul tentang penyusunan skripsi dengan mengumpulkan beberapa objek sebagai karya tulisnya. Menjadi objek perhatian, saya masuk tahap jembatan rusak ataukah tidak akibat mencari kualitas system penyusunan yang tidak biasa dari mahasiswa akhir manapun?
“Seperti memikirkan sesuatu,” mami sedikit membuka lebar pintu kamar sederhana berukuran kecil. Mami menyadari betul anaknya sekarang dan bagaimana dilema mencari system penyusunan tidak biasa untuk segera mendapat gelar yang kuimpikan.
“Mami salah menebak,” jawabku berusaha menutupi.
“Pasti tentang judul skripsi lagi kan,” berjalan mendekat ke arahku mencoba mencari tahu bahkan memastikan segala hal…
“Entahlah mi,”
“Dosen pembimbing Kirey sudah cerita semua sama mami kemarin di kampus” tangan mami mengambil selembar kertas. Mami merupakan  salah satu dosen pengajar kampus tempatku menuntut ilmu demi meraih mimpiku.
“Kirey pusing harus membahas permasalahan tentang apa buat skripsi,” tanganku terus saja menepuk-nepuk meja.
“Jembatan rusak” suara mami nyaring terdengar membaca sebuah tulisan tertera jelas memenuhi area meja kamarku.
“Dasar anak psikologi segala sesuatu harus dikaitkan pada hal-hal aneh” celoteh mami kembali menyadari sesuatu hal. Wajar mami berkata-kata seperti itu, dirinya bukanlah salah satu dosen bagi fakultas psikologi.
“Jembatan rusak itu identic akan permasalahan seseorang ketika sedang berhadapan ataupun melewati suatu kondisi.” Ujarku menoleh ke arah mami biar berhenti mengejek tulisanku.
“Maksudnya?”
“Ada saat seseorang berhadapan tentang suatu permasalahan, secara otomatis dan pastinya psikologinya secara logika dapat rusak sebagian atau total keseluruhan.” Pernyataan tersebut cukup membuat mami terdiam tanpa harus menertawakan tulisanku sekali lagi.
“Berarti psikolog rusak digambarkan jembatan rusak…” raut wajah mami keanehan. Kepalaku hanya mengangguk pertanda membenarkan ucapan mami.
“Kirey, tidak ada salahnya mencari tahu dan mempelajari tentang dunia sex kemudian menghubungkan secara psikolog atau bahkan menggambarkan sebagai jembatan  rusak.”
“Maksud mami?”
“Kirey membutuhkan judul dan penyusunan skripsi tidak biasanya bahkan mempunyai cerita tersendiri untuk dibahas. Mami hanya sekedar memberi saran buatmu.”
“Mami menyuruh Kirey menjelaskan tentang dunia psikologi seksualitas.” Membuatku hampir tidak mempercayai ucapan mami.
“Tidak ada salahnya, dimulai dari kenakalan remaja, kupu-kupu malam, permasalahan sex normal ataupun tidak normal sehingga mengganggu psikolog seseorang. Kirey, sekarang hidup di zaman modern terbungkus permasalahan psikolog seksualitas yang tidak biasa dari tahun-tahun kemarin ataupun generasi sebelumnya.” Mami mencoba membukakan sepasang bola mataku untuk melihat keadaan zaman sedang bermain bersama bibit dan generasi penerus dalam sebuah titik lingkaran.
“Bagaimana permasalahan materi pembahasan dan lain sebagainya, mi?”
“Kirey, harus berpikir tenang” ungkap mami.
“Berpikir gimana mi?” mataku melotot ke arah mami.
“Mempelajari sesuatu hal membutuhkan proses, sama seperti susunan skripsi Kirey sekarang” kata-kata mami membuatku merenung sesuatu dibalik sebuah objek. Berpikir, tenang, butuh proses, penyusunan berada dibalik sebuah objek bagi langkah hidup Kireynzie. Menendang setiap benda di sekitarku ketika berjalan melewati tikungan demi tikungan menuju kampus. Kalimat ini dapat dijadikan pernyataan sebagai sastra tersembunyi spesial bagi seseorang yang sedang menggeluti dunia sastrawan. Menendang setiap benda di sekitarku setiap melewati tikungan, mempunyai makna tersendiri bagi seseorang. Namun, berlaku bagi seseorang yang pada dasarnya memahami pernyataan ataupun gambaran tersebut.
Memainkan kaleng soda seperti biasa kebiasaanku setelah meneguk sekaligus menghabiskan seluruh isinya. “Saya sudah mendapat judul pembahasan paling tepat spesial for my skripsi,” teriak Isrel mengagetkan dari arah belakang. Suaranya memenuhi lapangan dan taman kampus Kenward. Terkadang sikap Isrel membuat diriku bersikap dingin. Tetapi di lain hal juga membuatku akan selalu berucap dia adalah sahabat terbaik.
“Syukurlah,” acuh tak acuh tanpa memperdulikan seperti apa kebahagiaan Isrel sekarang.
“Kirey, apakah kau dalam masalah besar?” pertanyaan dia menyadari sesuatu.
“Pergilah, saya lebih suka menyendiri dibanding melihatmu berteriak seperti tadi!”
“Tidak seperti itu kali cara mengusir,” seperti biasa Isrel berkata-kata sambil memotong kuku tangan memakai gigi-gigi tajam yang dia miliki dengan cara menggigit terus menerus.
“Kebiasaan buruk,” menyindirnya.
“Saya tahu masalahmu sekarang” Isrel dengan mudah menebak sesuatu dalam diriku.
“Jadi…” menatap dia tanpa memperdulikan kalimat terjutek dari perbendaharaan mulutku. Tiba-tiba dia membisikkan sesuatu ke telingaku, hingga membuat wajahku merah seperti kepiting rebus. Mami memberi tahu Isrel tentang judul skripsi yang membuatku pusing bahkan mengalami depresi akhir-akhir ini. Lebih parah lagi, mami tanpa sepengetahuanku mendaftarkan judul skripsi tentang permasalahan yang sama sekali merupakan hal tabu bagiku. Isrel memberitahukan campur tangan mami menuju fakultas psikolog menemui dosen pembimbingku. Hal lebih mengerikan Isrel membisikkan sesuatu hingga membuat wajahku merah menyala seketika itu juga.
“Kau gila,” teriakanku pada Isrel melemparkan kaleng soda ke arahnya, namun berhasil ditepis.
“Why not, Kireynzie?” pernyataan Isrel.
“Kirey, judul pembahasan skripsi yang disarankan orang tuamu benar-benar menantang dan kau harus berjuang” Isrel kembali berkata-kata sambil bertolak pinggang mengarah ke wajahku.
“Kau tahu akibat membaca karya-karya seperti itu?” teriakanku.
“Kirey lagi berpura-pura atau memang pada kenyataan benar-benar polos,” sindir Isrel.
“What?” mataku melotot marah…
“Kirey, andai kata saya menyuruh seorang anak kecil membaca atau tanda kutip maka hal tersebut memang merupakan kegilaan. Hanya menyuruhmu membaca demi  penyusunan skripsimu sekarang.”
“Kau keterlaluan,” amarahku.
“Memangnya kau belum pernah berpengalaman sama sekali tentang dunia seksual?” memcurigai sesuatu hal…
“Berarti Isrel memang benar-benar berpengalaman untuk masalah sex level tinggi,” nada penekanan menyindir dirinya.
“Pengalaman, wow” hanya hal tersebut keluar dari mulutnya sambil tertawa menanggapi sindiranku. Menyuruhku membaca karya-karya berbau dalam tanda kutip…merupakan hal terbodoh dari dunia Isrel.  
Toko buku merupakan salah satu cara terbaik mempelajari segala sesuatu berbau sex beserta pemahaman psikolog seseorang ketika terbungkus hal-hal yang tidak biasa. “What? Tata cara bercinta, buku apaan ini” gerutuku sendiri melihat beberapa judul buku.
“Memang saya sudah menikah apa?” kembali bergerutu sendiri jauh di dasar hati.
Nothing impossible, mempelajari hal-hal seperti ini sekalipun dunia Kirey belum memiliki pengalaman. Demi sebuah susunan skripsi, dimana bagi akal sehat mami juga Isrel benar-benar mempunyai tantangan tersendiri dalam pembahasannya. Ada begitu banyak hal bermain bahkan bercerita kuat tentang objek seperti ini. Menerima tantangan mami membuat sebuah pembahasan bahkan menghubungkan antara satu dengan lainnya dalam sebuah susunan berbau psikolog seksualitas di zaman modern yang tidak lazim.
“Hei, bukumu terjatuh!” kalimat seseorang menyerahkan sebuah buku.
“Terimah kasih” ucapku segera mengambil buku tersebut dari tangannya.
“Kenapa kau membeli begitu banyak buku berbau seksual, tata cara percintaan, dan masih banyak lagi?” dia langsung berbicara pada inti tanpa ada kata permisi terlebih dahulu. Wajahku pasti tidak asing lagi saat berada di toko buku Syalalala. Bagaimana tidak setiap hari saya terus saja berada disini demi sebuah tuntutan susunan skripsi paling menantang menurut mami.
“Apakah kau sudah berkeluarga?” kembali pertanyaan bermain terhadapku.
“Saya belum berkeluarga” jawabku.
“Lantas?” tangannya menunjuk ke arahku seolah menyerang sebagai intel…
“Skripsi”
“Ternyata mahasiswa tingkat akhir, jurusan?” balik bertanya lagi…
“Psikologi, universitas Kenward” jawabku kembali.
“Setahuku hanya dokter spesialis obgin khusus membahas hal-hal seperti itu atau dunia kebidanan” dia berucap sambil menawarkan sebotol minuman kepadaku.
“Saya ingin membahas permasalahan karakter seksual seseorang dari normal bahkan melampaui batas logika pemikiran, kemudian menghubungkan antara satu dengan lainnya di beberapa tempat ataupun objek lainnya.” Entah mengapa saya dapat menguraikan lebih detail untuk pertama kali terhadap orang asing.
“Saya menyarankan kau harus mempelajari secara langsung beberapa tempat, membaca artikel-artikel kisah nyata, kehidupan selebritis mungkin, kenapa? Karena sebagian selebritas bahkan hampir keseluruhan tidak lepas dari kehidupan bebas dan permasalahan seksual,” ucapannya.
“Kenapa saya harus mempelajari hidup selebritas?” ucapku.
“Salah satu artis internasional berkata saya adalah pelacur terpanas, secara logika dia mempunyai kekayaan luar biasa, terkenal, cantik, dan banyak hal yang dimiliki. Menjadi pertanyaan kenapa? Apa yang salah pada hidupnya?” ungkapannya mencoba menjawab…
“Kenapa?” tanyaku.
“Secara fisik, artis ini memiliki semua yang ingin dimiliki banyak orang, tetapi dilain hal ada rasa hambar bahkan terdapat kekosongan dalam hidupnya. Sehingga pada akhir cerita, psikologinya terganggu dan melampiaskan pada sebuah ikatan sex abnormal.” Penjelasan panjang darinya.
Inilah hidup, seseorang berjalan pada sebuah area yang merupakan jurang dikarenakan sebuah perasaan hambar dalam hidup, sekalipun pandangan mata berkata tentang kesempurnaan. Semua wanita ingin memiliki segala sesuatu yang dimilikinya, tetapi dibalik semua itu terdapat rasa hambar/ kekosongan tertentu bahkan tidak dapat terisi oleh objek sejenis apapun. Artis itu berpikir, jika satu-satunya cara mengisi kekosongan tersebut adalah kenikmatan sex. Semua orang membutuhkan sex, tetapi pada letak yang tepat dan tidak bercerita di jalur salah.
“Terkadang ada pula seorang selebriti terlihat tertutup, tetapi siapa yang menduga memiliki kelainan sex pada dirinya” Kembali dia menjelaskan sesuatu…
“Anda bukan hakim untuk menilai seseorang,” ungkapku menatapnya.
“Kau ingin mempelajari permasalahan seksual, kemudian saya membantu menjelaskan. Ada yang salah? Saya memang bukan hakim, tetapi perlu kau ketahui ini kenyataan hidup dan ikatan hingga membuat psikolog seseorang terganggu tentang banyaknya permasalahan seksual.” Dia hanya mengungkapkan kembali tentang kenyataan hidup, mungkin saya merupakan manusia terpolos di dunia sama sekali tidak memahami hal-hal seperti ini.
 “Kalau boleh tahu nama anda siapa?” tanganku terulur ke hadapannya.
“Saya Nefritsal, bekerja sebagai salah satu tenaga medis juga seorang dosen pada salah satu kampus.”
“Tenaga medis itu banyak, ada dokter, suster, farmasi, laboratorium, dan…” ujarku.
“Saya seorang bidan bukan dokter ataupun suster,” menjawab pertanyaanku memakai suara lantang.
Nama keren, tetapi pekerjaan sebagai seorang bidan kedengaran seperti aneh saat mendengar hal tersebut. Sempat berpikir jika dia adalah salah satu pimpinan perusahaan atau minimal seorang dokter spesialis, tetapi luar dugaan. Kami bercerita beberapa hal, pertama kali bagi hidupku bertemu orang asing dan dapat bertukar pikiran untuk beberapa bidang. Nefritsal berperan sebagai bidan desa, namun harus berada di kota ini selama beberapa waktu untuk melanjutkan pendidikannya. Dilain sisi dia seorang mahasiswa,tetapi juga berperan sebagai salah satu tenaga pengajar.
“Bisakah kita menjadi sahabat setelah ini?” mata, ucapan bibirku, dan hati benar-benar menginginkan dia mau menjadi temanku.
“Berikan saya akun IG, ID, FB, BBM, dan seluruh akun medsos yang kau miliki!” perintahnya menyodorkan hand phone android miliknya. Setelah pertemuan tersebut, kami akhirnya menjadi sahabat dalam bertukar pikiran. Ka’Nefrit merupakan teman baik selain Isrel untuk banyak hal. Banyak membantuku serta mengarahkan demi memahami proses pembahasan skripsi yang sedang kuhadapi.
Hari-hariku disibukkan dengan catatan penting tentang beberapa istilah-istilah bagi penyusunan skripsi semester akhir. Mencoba mempelajari kehidupan remaja serta mencari tahu tentang proses perkembangan akibat teknologi zaman modern. Mulai mencoba membaca karya tulis berbau pornografi pada salah satu aplikasi terkenal.  Seperti yang diketahui, sebagian besar penulisnya berada pada umur remaja bahkan terlalu belia untuk memahami kalimat-kalimat percintaan orang dewasa. Entah dibalik akun tersebut mengatas namakan wajah anak remaja ataukah pada dasarnya ini benar-benar nyata. Dapat melukiskan kata demi kata adegan-adegan percintaan melalui sebuah karya tulis, itulah dunia remaja masa kini.
“Kau harus berhati-hati membaca aplikasi-aplikasi seperti ini!” ka’Nefrit memulai pembicaraan. Hari ini kami janjian untuk bertemu di tempat biasa, lebih tepatnya toko buku Syalalala.
“Kenapa memang?” tanyaku
“Tentang beberapa dampak yang akan terjadi” jawaban menyindir darinya.

Bagian 2…

Nefritsal…
Mempelajari kehidupan banyak orang selain berperan sebagai salah satu tenaga medis yang hanya bercerita tentang sebuah pengabdian terhadap masyarakat. Semua orang mungkin akan bertanya, mengapa saya mengambil jurusan seperti ini? Jawabannya hanya Tuhan dan saya yang tahu tentang hal tersebut. Mengambil kuliah jurusan kebidanan, singkat cerita menjadi bidan desa bertempat pada salah satu wilayah terpencil. Hidupku berbeda dari kebanyakan orang-orang sekitarku bahkan tidak akan pernah sama. Saya menganggap langkah kehidupanku penuh teka teki bahkan benar-benar misterius sekalipun terlihat normal bagi pemandangan mata siapapun.
Ada saatnya seorang Nefrit terlihat segar ceria ketika berada dalam sekumpulan tempat. Keadaan tertentu saya akan menjadi pribadi pendiam tanpa sepatah katapun di tempat lain. Terkadang menjadi seperti manusia sombong tanpa menegur banyak orang, inilah karakter hidupku. Apakah karena permasalahan antara kehidupanku dan sebagian dari mereka berbeda ataukah pandangan meragukan setiap saat akibat sebuah keadaan atau kejadian misterius belasan tahun silam. Tuhan, hidupku tidak pernah ingin bercerita tentang sebuah akar kepahitan terhadap siapapun, dan jauhkan semua itu dari lingkaran langkahku.
“Ibu bidan, tolong istri saya mau melahirkan!” suara ketukan rumah membangunkan tidurku tengah malam. Segera menyalakan lampu, melihat arah jam berputar. Membuka pintu rumah, kemudian mempersiapkan segala peralatan partus.
“Gunting, betadine, kasa steril, katerisasi, spoit, air dtt, hand scoen steril,  oksitoksin,” memastikan seluruh kelengkapannya dan meletakkan sesuai tempatnya.
“Apa lagi yang kurang” mataku segera masih melihat seluruh peralatan tersebut.
“Cepat ibu bidan!” perintah pak Sawir khawatir terjadi sesuatu terhadap istrinya.
“Iya pak, nyalakan motornya segera” perintahku. Inilah pekerjaanku, terkadang harus bangun tengah malam hanya untuk melakukan tugasku sebagaimana mestinya. Memeriksa keadaan istri pak Sawir bahkan memastikan tidak terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan ibu juga janinnya. Pembukaan lengkap, bahkan kepala janin sudah nampak sekitar vulva ketika kami sampai. Mengeluarkan seluruh peralatan dari bak partus, memakai sarung tangan steril untuk melakukan pertolongan.
“Mengedan panjang ibu, biar kepala bayinya lahir!” perintahku menyarankan ibu Sawir. Tepatnya pukul 02.25 pagi ibu Sawir melahirkan bayi perempuannya dengan selamat. Harus mengobservasi/ memantau tanda-tanda vital tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi, selain itu jumlah darah dalam bentuk perkiraan selama dua jam setelah ibu melahirkan. Syukurlah tidak terjadi laserasi atau robekan jalan lahir, sehingga penjahitanpun tidak perlu dilakukan. Hal lebih rumit bagi seorang ibu, andai kata laserasi berada pada tingkat empat bagian rectum pun ikut robek.
Membaringkan tubuh sejenak setelah kembali berada di rumah, itulah keadaanku sekarang. Sesuatu mengenai kepalaku, hingga membuatku kembali terbangun dari tidur. Sebuah buku tiba-tiba saja terjatuh dari atas lemari ke arah tempat saya berbaring. “Hanya sebuah kenangan,” gumamku dalam hati memandang kata demi kata dari isi buku tersebut. Bayangan seseorang mengembalikan memoriku masa-masa sebelumnya…
“Shine…” merupakan salah satu isi sekitar pertengahan lembar dari buku tersebut. Pertama kali ingin mempelajari bahasa asing, mataku hanya tertuju terhadap satu kata tersebut. Duniaku terlalu bodoh untuk mengenal terlebih mengusai bahasa-bahasa internasional. Namun, entah  mengapa hatiku ingin belajar sekalipun saya terlalu bodoh dalam penguasaan bahasa asing. Kata itu pula, membuat langkah kakiku berbeda dari siapapun juga, mempunyai makna tersendiri terhadap pola pikir serta pembentukan duniaku.
Flasback…
“Saya menyukai kata ini,” ungkapku.
“Pasti mempunyai  misteri tersendiri”
“Shine berarti menyinari, kau tahu kalau saya ingin melakukan banyak hal dan menjadikan kata seperti ini sebagai sebuah kunci bagi hidupku.” Tersenyum menatapnya. Dia selalu ada mengisi hidupku dengan hal-hal baru. Ketika air mataku terjatuh, tangannya seakan menggenggam kuat jemariku hingga dapat berjalan melewati sebuah badai. Menjadi pendengar setia akan setiap permasalahanku, tanpa pernah bosan tetap berada di sekitarku.
Hingga suatu hari, seiring berjalannya waktu, “Saya harus pergi...” kata-kata terakhir darinya…
Flashback…
Semenjak perpisahan kami, sedikitpun kabar darinya tak pernah terdengar oleh gendang pendengaranku. “Kau hanya bagian dari masa lalu” mataku memandang selembar foto yang masih terselip hingga detik sekarang memenuhi ruang hatiku. Hidupku masih dapat berjalan bahkan mengungkapkan berbagai cerita, sekalipun dia tidak akan pernah ada di depanku. Tuhan tahu hal terbaik bagi langkahku, belajar tentang warna pelangi melalui hal terpahit dalam lingkup kehidupanku.
“Jangan pernah kecewa terhadap hal terpahit sekalipun yang sedang melingkupi hidupmu sekarang ataupun suatu hari kelak,” kalimat terbaik bagi diriku sendiri melekat kuat demi  sebuah penghiburan semata. Penyemangat hidup ketika menjalani atau sedang berlayar di tengah samudera luas penuh badai.
“Sakit ibu bidan” wajah nampak meringis dari seorang ibu akibat kontraksi.
“Tenang ibu, jangan mengedan selama pembukaan belum lengkap” ucapku, pagi cerah disibukkan oleh pasien hendak melahirkan.
“Sakitnya makin bertambah” wajah nampak meringis tak kuat menahan kontraksi.
“Ibu hanya perlu menarik nafas dalam-dalam, selanjutnya buang tapi jangan mengedan!” berusaha menenangkan.
“Memangnya kenapa ibu bidan?”
Portio ibu bisa bengkak, juga dapat terjadi robekan bagian jalan lahir bayi bahkan perdarahan juga dapat terjadi” penjelasanku.
“Sabar ibu yah,” berusaha menenangkan sang ibu.
“Bagaimana keadaan istri saya ibu bidan?” rasa cemas suami  melihat keadaan istrinya.
“Masih pembukaan 6,” ucapku.
“Kenapa lama sekali ibu bidan?” si’ibu terlihat menggerutu.
“Umumnya anak pertama proses kelahirannya membutuhkan waktu panjang,” kembali memberikan pengertian terhadap mereka.
“Ibu harus makan, biar mempunyai energy kuat sewaktu mengedan sebentar jika pembukaan sudah lengkap” kembali mengarahkan si’ibu. Agar mempunyai tenaga sewaktu mengedan, maka ketika tidak terjadi kontraksi sang ibu harus makan atau minum sehingga dapat membantu dalam proses persalinan. Minimal meneguk segelas teh, kenapa? Dikarenakan pada teh mengandung asupan karbohidrat berperan sebagai sumber energy bagi sang ibu.
“Baik ibu bidan, biar saya yang menyuapi” kalimat sang suami berperan sebagai suami siaga dan selalu ada bagi keluarganya.
Pertama kali mengalami persalinan dengan kata lain disebut sebagai primigravida/ anak pertama terkesan menyakitkan. Proses persalinan pun lebih lama dibanding multigravida. Kembali lagi kepada fisik masing-masing ibu, terkadang seorang ibu menganggap dirinya sedang berada dalam sebuah liang kubur. Mempertaruhkan nyawa ketika hendak melahirkan sang buah hati. Dilain hal, terdapat pula seorang ibu sama sekali tidak merasakan sakit hanya menganggap biasa ketika uteri/ rahim sedang berkontraksi. Kasus ibu semacam ini, dikarenakan terbiasa akan pekerjaan-pekerjaan berat. Berada di ladang, melakukan pekerjaan rumah tangga membuatnya kuat bahkan sama sekali tidak memiliki kesulitan ketika hendak melahirkan.
Jauh berbeda pada sang ibu yang jarang beraktifitas terlihat tak mampu menghadapi persalinan. Masing-masing ibu memiliki tingkat fisik berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Terkadang ada saat seorang ibu hendak melahirkan membuatku ingin tertawa, kenapa? Tidak terjadi kontraksi uteri, tetapi berteriak keras mengeluh kesakitan. Terdapat beberapa jawaban diantaranya manja, tidak terbiasa melakukan aktifitas dalam rumah sehingga hanya sakit biasa teriaknya minta ampun, usia masih dalam batas remaja, dan terakhir sekedar mencari perhatian terhadap sang suami.
Para bidan dapat mengetahui apakah ini benar-benar kontraksi Rahim biasa disebut sebagai his ataupun bukan. Apa bila tangan bidan memegang area abdomen/ perut ibu teraba keras seperti dahi menandakan perlangsungan his benar-benar kuat. Andai kata itu tidak terjadi hanya teraba lunak berarti  rasa sakit itu tidak ada dan terkadang bersifat ingin mencari perhatian semata. His dapat dibedakan menjadi 2 yaitu his palsu dan asli. Bracxton his alias His palsu bersifat nyeri tetapi beraturan, timbul hilang, tidak terjadi pembukaan,ibu masih dapat tersenyum pastinya, jauh berbeda terhadap his sesngguhnya nyeri tembus belakang, tidak beraturan dan berlangsung lama, ketika terjadi his abdomen terada seperti dahi keras bukan lunak, terjadi pembukaan.
“Akhirnya, anak saya lahir juga” rasa haru melihat bayinya melingkupi seorang ayah. Mendekap dan mengucapkan sesuatu pada telinga sang bayi.
“Selamat yah pak” ucapan selamat dariku. Di tengah dialog kami, tiba-tiba telepon celulerku berdering keras.
“Bapak tidak bohongkan?” kalimatku mendengar berita dari pusat. Saya dapat melanjutkan kembali pendidikan setelah beberapa tahun lamanya mengabdi sebagai seorang bidan desa di ibu kota. Akhirnya, keinginanku untuk melanjutkan pendidikan dapat terkabulkan juga. Wow..
Beberapa teman-teman seperjuanganku memberi ucapan selamat, saya akan berada di ibu kota selama beberapa waktu. Selain itu, salah satu kampus menawarkan saya untuk menjadi salah satu tenaga pengajar selama masih berada di ibu kota. Kembali ke kota dan jauh dari desa terpencil tempat saya ditugaskan, inilah langkah hidupku sekarang. “Saya pasti merindukan hidup bersama penduduk disini” bisikan hatiku selama berada dalam bis.
“Apakah kau akan berada di hadapanku secara tiba-tiba suatu hari kelak?” entah mengapa memori tentang dia tiba-tiba muncul. Berusaha memendam rasa sakit akibat sebuah goresan dari kehidupan seseorang di masa lalu. Lingkaran hidup masa lalu mengajarkan tentang suatu gerbang besar yang harus kulewati.
Flashback…
“Kau dan saya harus belajar gambaran tentang makna kualitas nilai disaat daun kering berjatuhan memenuhi bumi,” kata-kata tersebut setiap saat memenuhi gendang pendengaranku.
“Makna daun kering itu sendiri seperti apa?” pertanyaanku terhadapnya.
“Jalani hidup seperti biasa, suatu hari kelak kau akan menyadari makna dari gambaran yang terus saja memenuhi beranda pemikiranmu,” jawaban darinya, sedikit membuat otakku berputar tidak jelas.
“Wow…” tersenyum di hadapan dia.
Menjalani kehidupan, dia ada untuk mengajarku tentang kualitas nilai. Hingga suatu ketika dia pun berperan menggoncangkan sesuatu dalam hidupku. “Saya harus pergi, hubungan ini harus berakhir…” kalimat paling mengerikan terdengar jelas oleh gendang pendengaranku.
Flashback…
“Permisi,” suara seseorang membangunkanku dari tidur panjang.
“Sudah sampai, maaf membangunkan tidur nyenyak anda!” ungkap sopir bis terhadapku.
“Saya yang seharusnya meminta maaf bukan bapak,” balasku.
“Sepertinya mimpi anda benar-benar indah,”
“Mimpi indah, pada kenyataan hanyalah mimpi buruk” bisikan hatiku bergema tersenyum pahit berusaha menutupi semuanya dari sekitarku.
“Semoga hari anda menyenangkan!” kalimat sopir bis sebelum meninggalkan tempatku berpijak.
“Terimah  kasih,” ujarku tersenyum. Dari terminal, akhir cerita petualanganku berlanjut ke bandara yang akan mengantarkan menuju ibu kota demi menempuh pendidikan.
Menjalani aktifitasku sebagai salah satu mahasiswa merupakan aktifitas terbaru bagi hidupku. Beruntung, saya mendapat tawaran menjadi salah satu pengajar pada salah satu kampus D3 kebidanan. Melewati keramaian kota, menjalankan dua peran setiap hari adalah pengalaman terbaru bagiku. Pinggiran jalan ibu kota seperti biasa dipenuhi para pengemis meminta uang demi  dapat menjalani hari-hari mereka.
Ada saat dimana hatiku menaruh rasa ibah, kemudian memberikan salah satu dari pengemis tersebut selembar uang sekalipun tidak bernilai setidaknya memberi penuh keihklasan. Akan tetapi, lebih banyak saya akan melewati para pengemis tersebut tanpa pemberian sepersen pun uang. Kebanyakan orang dapat saja berpikir, bahkan saya tidak memiliki hati nurani terhadap mereka. “Mereka harus belajar tentang kata mencari mencucurkan keringat,” jawaban paling tepat.
Hampir secara keseluruhan penduduk para pengemis berada dibawah umur ataupun masih berusia muda. Satu hal yang pasti, Tuhan tidak pernah mengajarkan manusia menjadi peminta-minta. Hidup para anak harus terarah, bukan bercerita tentang sebuah istilah menjadi pengemis demi sepotong roti. Memberi berarti mengajarkan kemalasan terhadap mereka untuk berjuang dan memahami arti keringat mencucur demi sepotong roti. Sehingga mereka tidak akan pernah tahu tentang pembentukan terhadap kerasnya kehidupan.
“Ka’ minta uangnya” salah seorang anak berusia ± 9 tahun menyodorkan tangannya ke hadapanku sekitar area parkiran pusat perbelanjaan.
“Adek, jangan menjadi pengemis! andai kata tanganku memberikan kamu uang berarti saya mengajarkan kemalasan terhadap hidupmu.” Kalimat tersebut muncul begitu saja buat dia, singkat cerita tangannya kemudian berhenti meminta. Banyak orang dapat memberi penilaian saya seorang tanpa belas kasihan, tetapi dilain hal pola pikirku ingin bercerita tentang mendidik. Mengemis bukanlah satu-satunya jalan meraih sebuah kehidupan. Jauh lebih baik mencucurkan keringat sekalipun uang yang dihasilkan tidaklah seberapa, tetapi mengajarkan kehidupan untuk melawan badai.
Berada pada salah satu toko buku di tempat baruku sekarang merupakan aktifitas terbaru dariku. Melalui tempat itu juga, Tuhan mengirimkan seorang teman baru bagiku. Mahasiswi fakultas psikolog sedang bergumul untuk penyusunan skripsi, lebih aneh lagi mengumpulkan banyak referensi buku tentang dunia seksualitas. Kireynzie merupakan nama lengkapnya, akrab dengan sebutan Vania bagi kebanyakan orang. Teman terbaik walaupun dia masih berstatus mahasiswi.
“Ka’Nefrit, bisakah kita bertemu?” pesan singkat Kirey melalui WA. Seperti biasa, Kirey banyak mengalami pergumulan permasalahan tentang skripsi ataupun orang tuanya menginginkan dia dapat membuat sesuatu yang menantang bagi para dosen dalam penyusunannya. Bagi orang tua lain tidak begitu paham tentang permasalahan perkuliahan anak-anak mereka, lain hal akan dunia Kirey. Orang tuanya menjadi salah satu tenaga pengajar membuat kirey harus menyadari suatu fungsi peran.
“Tidak ada yang salah tentang pemikiran orang tuamu, karena beliau menyadari batas letak kemampuanmu sampai dimana” tegurku terhadap Kirey saat bertemu di tempat biasa. Dunia para orang tua antara satu dan lainnya masing-masing mempunyai perbedaan tersendiri diantaranya tuntutan, kebebasan, pilihan, penilaian sepihak dan masih banyak lagi.

Bagian 3…

Kireynzie…
Mempelajari  keadaan termasuk terjun secara langsung mencari pengaruh, sebab-akibat, defenisi, mekanisme kehidupan seksual mereka yang sedang berada pada tepi jurang. Entahkah penyebab utama pergaulan bebas, kekurangan kasih sayang, terdapat kekosongan ataupun rasa hambar di suatu area tertentu dalam diri sehingga menganggap dunia sex merupakan obat paling ampuh melebihi apapun.
“Saya akan menjelajah kehidupan malam, mendekati wanita-wanita PSK, memasuki dunia remaja melalui dunia medsos ataupun tempat-tempat mereka bersarang, atau apa saja” berbicara pada diri sendiri. Mulai mempersiapkan beberapa perlengkapan, entahkah sekedar berjaga-jaga ataupun hal lain.
“Kirey mau kemana malam-malam seperti ini?” tegur mami berdiri secara mengejutkan depan pintu kamarku.
“Ada hal penting mi,” jawabku segera berlalu dari hadapan mami.
“Hampir saja, ini juga karena perbuatan mami sampai anak semata wayangnya melakukan hal-hal tergila” celotehku segera menghidupkan mesin motor. Menurut cerita Isrel, tengah malam seluruh kupu-kupu malam akan berkumpul sekitar di tempat-tempat seperti ini. Ternyata memang benar, pinggir jalan penuh perempuan-perempuan siap untuk menjajahkan diri mereka sendiri. Saya harus mendekati mereka, bagaimanapun caranya demi tugas akhir.
Apakah perlu saya memakai pakaian sama seperti mereka? Warna lipstik menyala, kekurangan kain, sepatu hak tinggi terlihat benar-benar mengerikan. Hal terbodoh bahkan pemikiran paling gila membayangkan gaya berbusana Kirey mencerminkan kupu-kupu malam. “Nona manis, mau kemana?” tegur seorang pria paruh bayah berusaha mendekat ke arahku.
“Mau kesana” rasa takut, keringat dingin mengusur seluruh tubuh.
“Kenapa harus kesana, saya siap membayar tubuhmu berapapun yang kau mau hanya untuk semalam?” ucapan menjijikkan darinya. Saya tidak pernah berpikir kejadian seperti ini akan terjadi, pria tua, gila, berlemak, berbau tanah berusaha mencolek tubuhku. Apakah pria tersebut sama sekali tidak menyadari kegilaan dalam dirinya?
“Polisi,” suara bunyi sirene polisi berbunyi keras, hingga semua orang berlari sekuat tenaga agar terhindar dari kejaran petugas. Pria paruh bayah itupun segera berlari kuat bahkan melupakan hasrat seksualnya. Kakiku harus segera berlari sekuat tenaga, jangan sampai petugas ikut membawa saya mengira bagian dari kupu-kupu malam. Hal paling menyebalkan, belum terjadi wawancara penting, tetapi semua berakhir kacau.
Bersembunyi sekitar semak-semak agar tidak tertangkap dari kejaran petugas. “Kau benar-benar gila Kirey,” memukul kepalaku sendiri. Berjalan jongkok secaraa perlahan-lahan, seolah-olah saya adalah seorang pencuri ataupun buronan. Tiba-tiba sebuah motor berhenti tidak jauh dari tempatku mengendap-ngendap. Pemilik motor tersebut segera berlari ke sebuah pohon untuk buang air kecil.
“Dasar laki-laki, BAK sembarang tempat” gerutuku. Ide cemerlang muncul seketika, setelah orang tersebut siap kembali mengemudikan motornya, saya segera berada di belakangnya menodong menggunakan pistol mainan.
“Jangan melihat ke belakang, jalankan sekarang juga,” ancamanku begitu saja. Tanpa pikir panjang dia melakukan apa yang kuperintahkan. Akhir cerita, saya berhasil jauh dari kejaran para petugas. Pria itu tidak menyadari pistol yang ada di tanganku hanya senjata mainan anak kecil semata.
“Berhenti!” perintahku. Dia segera menghentikan motornya, sama sekali tidak ada suara terucap dari bibir mulutnya. Kakiku segera beranjak dari motor, tiba-tiba dia  berhasil mengambil kendali hingga merebut pistol yang kugunakan.
“Wanita gila,” tersadar pistol tersebut  hanya mainan anak kecil.
“Saya hanya ingin menghindari kejaran polisi” berbicara padanya sambil tertunduk.
Matanya menatap tubuhku dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Jangan macam-macam” segera menarik sweater yang berada di tangannya, untuk menutupi bagian atas tubuhku. Dia hanya terdiam tanpa berkata-kata sepatah katapun. Tidak lama setelah itu, dia segera berlalu dari hadapanku melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Berharap tidak akan pernah bertemu kembali dengan dirinya.
Beberapa hari setelah peristiwa tersebut, saya masih berpikir mencari jalan mencari lebih detail kehidupan para kupu-kupu malam. Jika hanya berpatokan terhadap referensi buku, tidaklah cukup menjelaskan permasalahan keadaan seperti ini. Saya harus memulai mempelajari dari latar belakang wanita penghibur, berlanjut terhadap hubungan sebagian besar kaum adam menyukai wanita lain sekalipun telah berumah tangga atau memiliki istri sempurna.
“Pria itu lagi,” mengenal sosok seseorang yang sedang berjalan sekitar pusat perbelanjaan terbesar. Memakai topi agar ia tidak mengenalku sama sekali.
“Apa kau punya mata?” Sikapnya sangat dingin, emosional tinggi. Salah satu pelayan restoran tanpa sengaja menabrak hingga menumpahkan segelas jus ke arahnya, tatapan penuh amarah mulai dimainkan. Berusaha menghindar tetap saja bertemu dengannya.
“Kau…” mengingat siapa diriku, setelah menabrak salah satu pelayan restoran, kini giliranku bertabrakan dengannya.
“Salah orang” teriakku segera menjauh bahkan jika perlu biarkan tubuhku bersembunyi di dasar lautan terdalam, itupun kalau saya pintar berenang sih. Ternyata dunia tidak selebar daun kelor, dalam sebulan hampir setiap saat seorang Kirey tanpa sengaja dan tersadar selalu berpapasan dengan manusia paling dingin. Kepribadiannya begitu dingin, tatapan sinis setiap saat menjelajah pada dirinya, terlihat arrogant, berpakaian hanya mengenakan celana jeans dipadukan t-shirt.
“Kau siapa? Setiap saat terus membuntuti pergerakanku” bahasaku sangat gerah bertemu dengannya.  Sekitar lobi jalan, pusat perbelanjaan, kampus, pasar malam, restoran, café, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang kulalui selalu saja wajahnya berpapasan denganku.
“Justru sebaliknya? Minggir!” bahasa terkacau, terjutek, terdingin menyergap diriku.
“Saya tidak mengenalmu, jangan pernah berada di depanku lagi!” teriakan amarah dariku.
“Gadis tergila,” bahasa mengejek memenuhi mulutnya.
“Apa kau bilang? Coba ulangi sekali lagi!” penekanan kalimatku.
“Manusia tergila”
“Rasakan ini” menginjak kakinya sekeras-kerasnya dan berlari secepat mungkin. Suaranya masih terdengar jelas berkumandang mengerang kesakitan akibat perbuatanku. Satu pertanyaan, mengapa saya setiap saat harus berpapasan dengan manusia seperti itu? Memang di dunia ini tidak ada cowok lain terlihat lebih manis, cool, sopan, baik hati, tanpa memperlihatkan kepribadian arrogant. Apakah memang takdir  menuntutku menghadapi hal-hal seperti sekarang?
Petualanganku harus berlanjut, melupakan deretan peristiwa mengesalkan itulah yang seharusnya terjadi. Menarik nafas dalam-dalam, kembali mencari  tahu tentang latar belakang dunia para pekerja seks komersial di luar sana. Pusat tempat tinggal mereka  ternyata berada tidak jauh dari arah lokasi mencari mangsa setiap malamnya. Sebagian dari mereka berstatus mahasiswi, pelajar tetapi bermukim jauh sekitar lokasi. Bermacam-macam jawaban masuk dalam gendang  pendengaranku, setelah melakukan adaptasi luar biasa tanpa rasa curiga terhadapku.
“Saya mempunyai masa lalu kelam” ucapan salah seorang PSK.
“Masa lalu kelam seperti apa?” pertanyaanku sangat berhati-hati.
“Keadaan menuntut terlebih tekanan demi tekanan bermain, membuat langkahku berada pada sebuah jurang” setetes air mata terjatuh begitu saja di hadapanku. Hutang orang tua terlampau berat menuntut untuk berada di jalan salah. Permasalahan tekanan berat membuat psikolog seseorang terganggu, bahkan tidak dapat mengambil keputusan tepat hingga akhir cerita lebih memilih jurang.
Di lain cerita, jawaban berbeda terucap “Saya terjebak oleh orang terdekat sendiri, menipu dengan memberikan janji-janji manis setelah berada di ibu kota ternyata membuat hidupku hancur seketika.” Tangannya memegang sebatang rokok bahkan tiada henti terus menghisap dan menghisap.
“Pacar saya menjebak, membuat hidupku berada dalam ikatan obat-obat terlarang hingga kakiku tidak dapat lagi keluar bahkan demi meraih benda haram itu tubuhku harus bermain di atas ranjang alias menjajahkan diri.” Kesalahan dalam memilih pasangan hingga akhir  cerita menjelaskan tentang sebuah jurang hitam.
“Semua teman-temanku mempunyai dunia fashion terbaru, sementara rasa haus hingga ingin menjadi sama seperti mereka. Salah satu sahabatku mengajarkan jalan demi mendapat sejumlah uang.” Menjajahkan tubuh hanya demi memenuhi kebutuhan fashion atau tampil sempurna ketika berada di kampus, sekolah, ataupun sekitar lingkungan tempat kaki berpijak merupakan hal terbodoh yang selalu kudengar oleh gendang telingaku.
“Saya memimpikan mempunyai sekolah tinggi, sementara orang tuaku tidak memiliki sejumlah uang untuk membuatku menjadi seorang mahasiswi.” Mempunyai mimpi tinggi, tetapi memakai jalan salah demi berada pada sebuah puncak bukit. Banyak jalan menuju Roma, tetapi seseorang harus mampu memilih jalan tepat mencapai tempat tersebut.
“Apa sih yang tidak saya miliki? uang, rumah, mobil, ratusan pembantu, orang tuaku pengusaha sukses tetapi tidak mampu memberikan kasih sayang sebagaimana mestinya. Saya berpikir jalan terbaik mempunyai kenikmatan hidup melalui hubungan seksual terhadap banyak orang untuk mengisi kekosongan dalam hidupku sendiri.” Kata-kata seperti ini sebagian besar terjadi dalam hidup anak-anak konglomerat. Dia menjelaskan tentang keegoisan orang tuanya, ending cerita memberikan jebakan hingga tidak dapat lepas akibat ikatan begitu kuat. Kebanyakan anak akan mengambil jalan salah ketika orang tua tak pernah bisa meluangkan waktu terbaik mereka. Kasih sayang orang tua berperan penting bagi perjalanan hidup seorang anak. Terdapat satu berbanding seribu dapat terbentuk oleh karena tak mendapat perhatian penuh dari orang tua mereka, akan tetapi tidak bercerita bagi sebagian besar hidup anak-anak lain. Perbandingan cukup jauh…
Permasalahan masing-masing individu mempunyai cerita tersendiri. Kembali terhadap pribadi apakah memilih jalan sesuai sekalipun menyakitkan, ataukah jurang pemberi kenikmatan  sesaat. Menarik kesimpulan akan masing-masing perbedaan jawaban yang melatar belakangi permasalahan seksual bagi hidup wanita PSK. “Jembatan mereka memang benar-benar rusak” bisikan hatiku disaat belajar berada sekitar kehidupan mereka untuk mencari jawaban.
“Mereka masih mempunyai kualitas nilai hidup, Ki” kata-kata ka’Nefrit saat bercerita banyak tentang kisah hidup mereka. Seperti biasa kami membuat janji untuk bertemu di toko buku Syalalala…
 “Entahlah hanya Tuhan dan mereka yang menyadari kualitas nilai dalam diri sendiri” ucapku.
“Daun kering itu masih bernilai, sekalipun secara manusia daun-daun disana jatuh berguguran dan  akan diinjak bahkan terbuang begitu saja” kata-kata ka’Nefrit menatap ke arahku.
“Sekalipun pemandangan mata semua orang berkata tidak ada kehidupan akibat segala ikatan menjijikkan dalam diri, tetapi tetap mempunyai kualitas nilai andai kata kakinya segera berjalan keluar dari jurang tempat dia berpijak.” Ka’Nefrit bercerita kembali menjelaskan sesuatu hal…
“Saya membutuhkan waktu memahami pernyataan kakak”
“Tentu, seiring waktu berjalan kau akan tahu maksud gambaran tentang pernyataanku.” Mengungkapkan segala hal dalam dirinya untuk membuatku menyadari tentang timer. Latar belakang langkah hidup kupu-kupu malam memiliki cerita tersendiri. Keadaan, jebakan,tekanan, tuntutan, kekurangan kasih sayang, ingin terlihat sempurna secara fisik oleh karena perubahan fashion ssepanjang waktu terus berganti dan masih banyak lagi menjadi faktor penyebab mereka terikat. Secara psikologi dunia seksualitas menjadi alat permasalahan terbesar berujung ikatan menjijikkan.
“Perutku kenapa tiba-tiba sakit seperti ini?” segera mencari toilet area masih sekitar kampus. Sepertinya ada yang salah masuk ke dalam perutku pagi tadi, membuat saya terus keluar masuk toilet kampus.
“Isrel, bawah saya segera ke rumah sakit” terkulai lemas di hadapan Isrel.
“Kirey…” suara Isrel masih sempat terdengar jelas sekitar gendang telingaku.
“Saya berada dimana?” terkejut melihat cairan infus terpasang sekitar pergelangan tanganku.
“Kau sudah sadar Kirey?” rasa lega terlihat dari Isrel. Ternyata saya pingsan, hingga seseorang membantu Isrel membawaku menuju rumah sakit.
“Berterimah kasihlah terhadap orang yang telah membawamu ke rumah sakit” ungkap Isrel.
“Memang siapa orang itu?” tanyaku penasaran.
“Dia” jawaban Isrel mengagetkan diriku. Pemuda dingin, arrogant, hancur, tidak jelas adalah malaikat penolongku sekarang.
“Kau alergi makanan” kembali Isrel berkata-kata.
“Makanya, hidup itu jangan terlalu rakus melihat makanan” sindiran pria arrogant.
“Mending juga rakus makanan, dari pada…” celotehku kembali.
“Kirey, sepertinya saya harus menebus obat ini” Isrel segera berjalan keluar dari ruang tempatku berbaring. Sementara Mami masih sibuk berbicara dengan dokter di  ruang lain.
“Kalau boleh tahu, siapa namamu?” pertanyaanku, hanya tinggal kami berdua dalam ruang perawatan tersebut.
“Kenapa kau harus tahu namaku, itu  tidak penting” kalimat paling judes darinya.
“Sangat penting,” penekanan kalimatku menatap dia. Menjadi pertanyaan, kenapa dia selalu ada menghiasi di depanku, apakah dunia ini terlalu kecil sebagai tempat berpijak.
“Kirey,” tegur mami berjalan masuk ke ruanganku.
“Mami,” ujarku.
“Dasar anak mami,” kalimatnya masih dapat kudengar.
“Perkenalkan anak teman mami namanya Adriell” ujar mami memperkenalkan manusia arrogant di depanku.
“Kenapa seperti nama anak perempuan gitu?” sedikit menyindir.
“Kirey diam,” tegur mami.
“Sudah berumur, sifat masih kekanak-kanakan” sekali lagi mengejekku.
“Lebih baik bersifat kekanak-kanakan dibanding arrogant” membalas sindirannya. Menjadi pertanyaan kenapa saya  harus mengalami perselisihan terhadap seseorang? Nampak jelas pada wajah Adriell rasa tidak suka bahkan kebencian akibat kejadian waktu itu. Kenapa juga kami harus selalu bertemu? Apakah memang dasarnya, dia sengaja ingin melakukan aksi balas dendam? Tetapi kenapa dia mau membawaku ke rumah sakit?

Bagian 4…

Akhirnya dokter memperbolehkan Kirey pulang ke rumahnya kembali. Hanya alergi makanan hingga membuat Kirey harus mengalami terus menerus buang air besar. Perselisihan terhadap pria yang baru dikenalnya masih berlanjut. Pertemuan antara Kirey dan Adriel tanpa disengaja oleh pihak keluarga, walau orang tua mereka antara satu sama lain saling mengenal. Adriel bekerja desain arsitek penyuka petualangan. Dirinya terkenal sebagai manusia dingin, arrogant sewaktu kecil hingga beranjak dewasa. Setelah lama berada di negara asing, dia kembali memulai kehidupan baru bersama keluarganya.
“Adril, ingat pesan kakakmu sebelum kau kembali ke negara ini,” ucap pak Dipta terhadap Adriell.
“Jangan membuat masalah aneh!” tegur pak Dipta terhadap anak kandungnya sendiri.
Adriell berjalan terus menuju kamarnya tanpa memperdulikan ucapan orang tuanya. “Gadis gila” membayangkan sosok Kirey setiap saat tanpa sengaja terus-menerus berpapasan dengannya. Ada saat ia akan tersenyum sendiri mengingat tingkah laku Kirey, terlebih pertama kali bertemu merasa tertipu akan pistol mainan.
Penyuka petualangan sekaligus mencari inspirasi, itulah dunia seorang Adriell. Berpakaian santai, tanpa harus memakai jas resmi seperti kebanyakan orang merupakan ciri khas bagi hidupnya. “Adril, tidak lama lagi saya akan segera kembali” bunyi pesan email seseorang…
“Duniaku dan duniamu berbeda,” Adril berbicara sendiri membaca email tersebut.
Memainkan jemari tangan sendiri, kemudian kembali berpetualang menggunakan motor kesayangannya. “Dia lagi,” kalimat dingin Adriell hampir saja terjadi kecelakaan hebat. Motornya tidak sengaja menabrak seorang anak kecil dalam pelukan seseorang.
“Kau hampir membuat kami mati,” Kirey tidak dapat mengedalikan amarahnya.
“Kenapa juga berjalan lamban seperti manusia belum menyentuh makanan?” ucapan Adriell membalas Kirey seolah tidak bersalah.
“Orang kaya memang selalu seperti ini, sudahlah” gerutu Kirey berusaha menahan emosi. Kirey berusaha membawa gadis kecil dalam pelukannya menuju rumah sakit. Lebih memilih mengalah, karena menyadari carakter dingin Adriell seperti apa.
“Gadis gila” rasa kesal Adriell mengejar Kirey.
“Biar kuantar ke rumah sakit, naiklah!” Adriell menghentikan motornya depan Kirey.
“Tidak usah” Kirey terus berjalan berusaha menahan rasa sakit akibat terjatuh.
“Naiklah,” perintah Adriell, segera mengambil gadis kecil dari gendongan Kirey.
“Cepat!” kembali Adriell mendorong Kirey menuju motor miliknya. Dibalik sikap dingin Adriell masih terdapat belas kasih terhadap orang-orang sekitarnya. 10 menit kemudian, mereka akhirnya berada di rumah sakit...
“Ini hanya luka kecil, juga tidak ada tulang patah” ucapan dokter melihat seluruh hasil pemeriksaan.
“Bagaimana dengan keponakan saya, dok?” Kirey sangat khawatir.
“Hasil pemeriksaannya juga memperlihatkan kondisi normal, buktinya dia masih bisa berjalan” jawaban dokter.
“Syukurlah,” Kirey mengelus dada. Mengingat sikap arrogant Adriell membuat Vania ingin memberikan pelajaran. Memohon kepada dokter, agar merahasiakan hasil pemeriksaan sebenarnya, dan menjelaskan hasil palsu terhadap Adriell. Awalnya menolak menyetujui permohonan Kirey, tetapi setelah memberitahu jika dia sahabat Nefrit, akhir cerita sang dokter siap membantu.
“Pasti dokter cakep ini, memiliki rasa terhadap ka’Nefrit” kata-kata Kirey jauh di dasar hati. Nefrit menyarankan Kirey untuk berobat ke rumah sakit tersebut, andai kata terganggu akan permasalahan kesehatan.
“Tidak salah dok,” ujar Adriel mencurigai sesuatu.
“Kirey mengalami permasalahan tulang sekitar area kakinya, karena memaksakan diri berjalan sambil menggendong anak-anak setelah kecelakaan tadi” ucapan dokter terhadap Adriell.
“Perasaan, gadis gila itu masih dapat berjalan kuat tanpa gejala aneh” Adriell masih belum mempercayai ucapan dokter.
“Apa perlu saya menjelaskan anatomi tulang-tulang sekitar kaki bahkan seluruh tubuh?” mimic wajah dokter terlihat serius.
“Tidak perlu dokter, percuma menjelaskan saya pun mengantuk mendengar bahasa-bahasa alien dari dunia medis” Adriell hanya dapat berkata-kata seperti itu. Menurut
“Kirey harus beristirahat penuh selama 2 minggu, jadi anda harus mengerti keadaannya” terlihat wajah Adriell shock berat.
“Kenapa harus 2 minggu, kan saya Cuma ngerjai dia selama seminggu” Kirey menggerutu terhadap dokter setelah Adriell berjalan keluar untuk menebus obat.
“Biar kalian bisa saling mengenal satu sama lain,” candaan dokter tertawa…
“Kirey, bagaimana keadaanmu?” Nefrit nampak khawatir setelah mendapat telepon dokter Wild. Dapat dikatakan Nefrit dan dokter Wild bersahabat sejak lama.
“Ka’Nefrit,” senyum Kirey …
“Berarti saya harus memanggilmu sebagai adik kecil kalau begini ceritanya” gurauan dokter Wild.
“Dia berada disini,” suara hati Adriell berbisik bersembunyi melihat pemandangan di depannya. Berusaha menyembunyikan diri jauh lebih baik bagi Adriell dibandingkan memperlihatkan wajahnya.
“Gadis gila, ada hal yang harus kulakukan jangan menungguku terlalu lama, pulanglah memakai taksi!” tangan Adriell mengirim pesan terhadap Kirey melalui selembar kertas melalui perantara salah suster rumah sakit tersebut. Wajah Kirey sangat kesal membaca pesan dari Adriell.
“Jauh lebih baik tidak pernah bertemu denganmu” memandang selembar foto masih terselip rapi jauh dalam dompet Adriell. Menghabiskan  waktu mengelilingi jalan ibu kota menggunakan kendaraan motornya, memberikan penghiburan tersendiri bagi Adriell. Motor Adriell berhenti depan café  untuk menghilangkan penat. Kombinasi antara café dan toko buku sekaligus sebagai perpustakaan baca bagi masyarakat terlebih anak-anak muda.
Kenangan masa lalu kembali berputar hingga membayangi memori Adriell. Senyuman Nefrit memenuhi beranda hatinya, mencoba melupakan kenangan masa lalu. “Dia selalu mengerti tentang hidupku, tetapi keadaan berkata lain” suara hati Adriell kembali berbisik. Berada di luar negeri merupakan tuntutan orang tuanya untuk meraih mimpi, hingga harus mengorbankan gadis impiannya.
“Kenapa kau selalu menjadi manusia paling menyebalkan sedunia?” suara Kirey melalui sambungan telepon.
“Dari mana dia mengetahui nomor teleponku?” gerutu Adriell sambil menjauhkan hand phone dari gendang pendengarannya.
“Arrogant, dingin, menyebalkan, semua hal buruk selalu memenuhi dirimu” rasa kesal Kirey diluapkan kembali.
“Kalau sifatmu seperti ini terus, mana ada pria yang mau mendekat” balas Adriell menjawab dari telepon celulernya. Adriell menutup sambungan teleponnya karena tidak tahan mendengar emosional terlalu berlebihan. Adriell segera meninggalkan café tersebut, menuju rumah Kirey…
Menyalakan bunyi bel rumah Kirey, dan 5 menit setelahnya seseorang membuka pintu rumah tersebut. “Adriell,” suara ibu Fedina menyambut Adriell.
“Ayo masuk,” mempersilahkan Adriell memasuki rumah, sementara itu Vania berjalan pincang menuju ke arahnya.
“Apa maumu? Ingin mengejekku?” tangis Kirey pecah…
“Gadis cengeng,” gerutu Adriell sedikit kesal.
“Kau menabrakku, meninggalkan diriku sendiri di rumah sakit, sekarang datang untuk mengejekku” tangis Kirey makin menjadi-jadi.
“Kirey, sikapmu seperti anak kecil kalau seperti ini,” tegur ibu Fedina.
“Memang kenapa mi? dia penyebab Kirey mengalami kejadian seperti sekarang,” Kirey tidak bisa menerima bagaimana bisa orang tuanya lebih membela Adriell.
“Bagaimana Adriell bisa menyukaimu kalau sikapmu seperti anak kecil” tegur ibu Fedina di hadapan mereka, membuat Kirey terbelalak.
“Jangan-jangan mami mau menjodohkan Ki’ dengan manusia arrogant seperti dia,” rasa Kirey makin memuncak.
“Apa yang tante bicarakan dengan orang tua saya?” Adriel mencurigai sesuatu hal.
“Kalian jangan melotot seperti itu, setidaknya kalian sekedar kenalan saja dulu, kan tidak menjadi masalah.” Ibu Fedina mencoba menenangkan mereka. Sejak awal jauh sebelum bertemu tanpa kesengajaan, orang tua masing-masing ingin menjodohkan mereka. Ibu Fedina menjelaskan semuanya, hingga wajah Kirey makin terlihat Shock.
“Kami sebagai orang tua bermaksud ingin mempertemukan kalian, tetapi Tuhan lebih dulu mempertemukan kalian tanpa sengaja. Berarti kalian berdua memang benar-benar jodoh,” senyum ibu Fedina menatap mereka.
“Mami keterlaluan” Kirey terus saja menangis.
“Berhenti menangis, gadis cengeng!” kalimat Adriell risih mendengar air mata Kirey.
“Arrogant, dingin, brengsek, segala hal buruk ada dalam dirimu” Kirey menolak perjodohan tersebut.
“Air  matamu itu buaya,” Adriell berkata-kata tanpa memperdulikan perasaan Kirey.
Adriell menaruh sebuah kotak berisi cake untuk Kirey sebagai tanda permintaan maaf atas peristiwa kecelakaan tadi di atas meja dengan keras. Kirey tiba-tiba berhenti menangis melihat tingkah laku Adriell. “Manusia cengeng, selamanya akan terus-terus cengeng,” kata-kata Adriell sambil berjalan keluar menjauh dari hadapan mereka.
“Adriell mau kemana?” teriak ibu Fedina mengejar Adriell.
“Mencari Surga bukan mengejar neraka, tante” jawaban Adriell menghidupkan mesin motornya, kemudian segera meninggalkan rumah Kirey.
Rasa muak melihat kelakuan Kirey, juga rencana orang tuanya untuk menjodohkan mereka makin menambah deretan kekesalan Adriell. Rasa geram melingkupi Adriel, oleh karena perjodohan sepihak tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu. Hidupnya terasa bagai berada di neraka, kaki tidak dapat berlari untuk menghindar. Beberapa hari ia menyembunyikan diri di suatu tempat terpencil, jauh dari keramaian kota.
“Kau harus bertanggung jawab atas peristiwa kecelakaan yang menimpa diriku” kata-kata Adriell membaca pesan Kirey melalui WA.
“Mahasiswi jurusan psikolog, tapi justru sebaliknya psikologinya lebih terganggu dibanding orang lain” balasan Adriell untuk Vania.
“Setidaknya, saya dapat menenangkan diri untuk sementara waktu di tempat ini” Adriel kembali melanjutkan perjalanannya mencari tempat penginapan sementara. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang yang sedang berjalan menuju suatu tempat. Adriell berusaha mengikuti tanpa sepengetahuan...
“Kenapa saya harus melihatmu kembali?” pertanyaan Adriell dalam hati.
“Ibu bidan sakit,” ucapan seorang ibu tidak tahan menghadapi rasa sakit sekitar perutnya. Nefrit kembali ke desa tempatnya bertugas untuk berlibur, sekaligus mengurus beberapa surat-surat penting disamping. Selain itu mempunyai peran kembali menjadi bidan desa selama masih kakinya masih berpijak sekitar wilayah tersebut. Ternyata Adriell baru menyadari pekerjaan Nefrit selama bertahun-tahun. Berada di kota hanya untuk melanjutkan pendidikan selama beberapa waktu.
“Ibu sakit kalau saya tekan disini?” tangan Nefrit menekan bagian atas simpisis, sang ibu hanya mengangguk membenarkan.
“Haid terakhir ibu kapan?” pertanyaan Nefrit.
“Bulan maret kemarin ibu bidan” jawaban sang ibu.
“Berarti 2 bulan yang lalu, selama beberapa hari ibu haid?”
“5 hari ibu bidan,”
“Satu lagi, terakhir kali ibu haid sekitar tanggal berapa bulan maret kemarin?”
“Tanggal 5 Maret,” sang ibu menjawab kembali. Menanyakan haid pertama haid terakhir (HPHT) untuk mengetahui usia kehamilan dan juga tafsiran partus sangat penting bagi seorang bidan. Jika terakhir kali haid tanggal 5 Maret berarti HPHT ibu adalah 1 Maret. Memeriksa lebih lanjut keadaan sang ibu melalui VT (vaginal touch) memastikan diagnose sebenarnya.
“Melihat flek darah, sakit kalau tekan sepertinya ibu mengalami kehamilan ektopik terganggu,”  kata-kata Nefrit lagi.
“Istri saya tidak kenapa-kenapa kan ibu bidan?” rasa khawatir menyergap sang suami.
“Saya harus segera memasang infus, kemudian melakukan rujukan sekarang juga” tangan Nefrit mengambil perlengkapan infus set sebagai pertolongan pertama selain mengobservasi tanda-tanda vital.
“Bidan tolong selamatkan istri saya!” ucapan sang suami.
“Letak janin bertumbuh diluar rahim, jadi istri bapak  harus segera dirujuk ke kota untuk mendapat penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis obgin” kata-kata Nefrit menjelaskan sesudah melakukan pemasangan infus terhadap sang ibu.
“Segera hubungi salah satu rumah sakit di kota untuk rujukan” perintah Nefrit lagi.
“Persiapkan ambulans sekarang juga!”
“Ambulans di tempat ini Cuma 1, itupun bannya bocor karena mengantar pasien tadi karena kecelakaan parah” ujar salah satu petugas kesehatan lainnya. Adriell melihat layanan kesehatan desa ini sangat kecil, tidak seperti ketika berada di kota besar.
“Jadi harus bagaimana?” Nefrit bergegas keluar mencari kendaraan yang dapat digunakan menuju kota.
“Gunakan kendaraan ini, biar saya yang menyetir” kalimat seseorang menghentikan langkah Nefrit. Mulutnya terkunci, berkata-katapun sangat sulit melihat siapa orang yang menawarkan diri untuk membantu.
“Berhenti bertanya ataupun menolak” Adriell menarik tangan Nefrit.
“Hanya bagian masa lalu” bisikan hati Nefrit berteriak kuat. Pertemuan tak terduga antara dirinya dan bagian masa lalu. Adriell membantu mengangkat sang ibu menuju mobil. Berusaha menahan air mata agar tidak mengalir di hadapan Adriell selama perjalanan menuju rumah sakit.
“Masa lalu, cinta pertama, perjodohan muncul serentak membungkus hidupku saat ini” Suara hati Adriell bermain menjelaskan tentang irama yang sulit untuk terlukiskan oleh apapun.
Bagian 5…

Nefritsal…
Masa laluku kembali memainkan irama di hadapanku. Tuhan, jauh di dasar hati dia hanyalah masa lalu dan selamanya akan terkubur dalam-dalam. Memutuskan hubungan sepihak tanpa sebab, itulah hal paling menyakitkan darinya. Bertahun-tahun berjuang keras membuang dia keluar dari hidup, hingga  akhir cerita hadir kembali di hadapanku sekarang.
“Maaf karena telah menyakiti hatimu bertahun-tahun” dia berbicara begitu mudah…
“Maaf atas setiap rasa sakit yang kuciptakan buatmu,” kalimatnya kemudian melangkah pergi kembali meninggalkan hidupku. Mulutku terus diam membisu, membiarkan kakinya terus berlalu dari hadapanku.
“Hanya bagian masa lalu,” air mataku tak terbendung.

Flashback…
Pertama kali bertemu dengannya adalah ketika semua orang sangat ketakutan, bahkan menganggap dia aneh. Menjadi teman sekelas denganku, kehidupannya benar-benar kacau bahkan menjadi manusia paling nakal. Sikap dingin, sering bolos, berpakaian mengerikan, dan masih banyak lagi adalah bagian hidup seorang Adriell. Dapat dikatakan ia adalah ketua preman sekolah, semua siswa sangat takut, tetapi juga menjauh.
“Minta rokok sebungkus!” kebiasaan terburuk darinya berada di belakag sekolah hanya untuk mengisap benda haram seperti itu. Terkadang tanpa rasa takut, berani menebarkan asap rokoknya dalam kelas ketika jam pelajaran terlihat kosong. Sering memukul siswa-siswa lain jika berani melawan ataupun mencari masalah dengan dia.
“Coba jalan,” hanya berucap seperti itu, seluruh siswa ketakutan.
“Bukkkkkkk…” beberapa pukulan menimpa salah satu temanku karena berani melawan ucapannya. Seluruh guru angkat tangan melihat kenakalan dari dunia seorang Adriell Fidelis.
“Kenapa menatapku seperti itu?” tiba-tiba saja, pertanyaan dari mulut Adriell diarahkan terhadapku. Tanpa sengaja, dia menjadi objek bagi pandangan mataku sendiri. Pagi-pagi sekali, saya harus berada di kelas untuk bersih-bersih sesuai jadwal. Menyapu dan mengepel lantai kelas, menyusun kursi, serta mennghapus seluruh tulisan sekitar papan tulis hanya sendiri. Beberapa teman yang bertugas belum datang, jadi harus kuselesaikan sendirian. Tiba-tiba saja suara kursi terdengar keras. Dia orang kedua masuk ke kelas setelah saya, seakan mencari masalah dengan kembali menghambur-hamburkan kertas di hadapanku.
Sejak awal menginjak sekolah, dia tidak pernah berkata-kata sedikitpun di hadapanku. Saya bukanlah siswa periang, supel, berprestasi, cantik, ataupun terkenal akan sebuah kelebihan di sekolah. Tetapi hidupku juga tidak termasuk dalam kategori manusia terbodoh, dapat dikatakan saya masih bisa beradaptasi sedikit. “Berhenti menatapku, bersihkan kembali kelas ini!” memerintah seakan dia adalah pemilik sekolah ini.
“Ambil ini!” melemparkan sebuah sapu ke hadapanku. Mau tidak mau, saya harus kembali membersihkan kelas akibat ulah preman sekolah bernama Adriell Fidelis. Dengan sengaja, menyemburkan asap rokoknya hingga rasa sesak melingkupi tubuhku. Semua terasa gelap seketika, saat tersadar saya sudah terbaring di tempat tidur.
“Kau sudah sadar?” pertanyaan Kiara sang ketua kelas.
“Dimana saya?” tanyaku balik.
“Kau pingsan tadi, syukurlah sekarang sudah siuman” jawaban Kiara. Adriell mendapat skorsing oleh pihak sekolah akibat ulahnya. Bukan pertama kali, seorang Adriel harus kena skorsing dengan pola tingkah laku terlalu buruk bagi penilaian banyak orang. Pihak sekolah memberiku izin untuk beristirahat sehari penuh di rumah. Mengambil tasku, kemudian berjalan pulang menuju rumah. Pertengahan jalan, pandangan mataku terarah kepada sekumpulan anak remaja sepertiku sedang mengonsumsi minuman beralkohol. Salah satu diantara mereka terlihat jelas wajah Adriell. Kehidupan dia benar-benar terikat oleh jurang paling kelam, bahkan terlalu sulit untuk berlari keluar.
Kehidupan Adriell hanya bercerita tentang kegelapan dan kegelapan. Andai kata, terdapat setitik sinar saja untuk menyinari kegelapan tersebut dalam dirinya. Kehidupan malam, pergaulan buruk, minuman beralkohol, seorang preman terkejam, perkelahian, dan hal-hal terburuk selalu saja membungkus hidupnya. Ketika berada di kelas, selalu saja tertidur pulas selama jam pelajaran. Merobek selembar kertas, menulis sebuah kalimat dan menyimpan sekitar bagian saku luar tasku.
“Biarkan setitik sinar menerangi ruang gelap dalam  jalanmu,” pernyataan kalimat pada selembar kertas dalam saku luar tasku. Kekuranganku, bahwa saya bukan seseorang yang fasih berkata-kata atau berceramah di hadapan teman-teman. Namun, setidaknya ini tindakan paling tepat untuk memberikan selembar kertas ini buatnya setiap berhadapan denganku.
“Karena perbuatanmu, saya mendapat skors,” dia menghadang jalanku menuju sekolah.
“Kau harus membayar semua ini,” dia kembali berkata-kata penuh amarah. Tanganku segera mengambil sesuatu bagian luar saku tasku, kemudian menyerahkan…
“Buatmu,” mengambil tangan Adriell. Menaruh lipatan kertas tersebut pada telapak tangannya, kemudian berlari menjauh pergi hingga ia tidak dapat mengejarku. Minimal selembar kertas itu dapat menjadi setitik sinar untuk menerangi ruang gelap dalam dirinya. Beberapa hari setelah kejadian kemarin, ia kembali menghadang langkahku menuju kantin sekolah.
“Buatmu,” lipatan kertas kedua kuletakkan pada bagian saku baju seragam Adriell.
“Belajar berjalan melihat sinar matahari jauh lebih baik, dibandingkan kaki tetap berada dalam ruang gelap tanpa melihat setitik sinar.” Isi kalimat tulisan buatnya. Mulut Adriel tertutup seolah tak dapat berkata-kata ataupun menyerang seperti biasa.
Hanya membutuhkan waktu, untuk dapat membuat dia meninggalkan ruang gelap. Menjadi pertanyaan, apakah ia berubah 360° C setelah surat kedua? Jawabannya sama sekali tidak terjadi perubahan apapun, bahkan sikapnya semakin di luar kendali. Mencari masalah demi masalah, membuatku terjebak oleh permainannya. Tak pernah terlintas sedikitpun, tentang bayangan hidupku menjadi bulan-bulanan Adriell.
Dapat dikatakan, dia berhasil membuatku berada dalam masalah. Entah bagaimana cara dia mendapat jalan, hingga pihak sekolah menuduhku telah mencuri soal ujian. Berusaha menahan amarah, sempat terlintas pertanyaan, “Mengapa harus saya menjadi pusat perhatian dunia Adriell?” Saya tidak pernah ingin mencari masalah apapun terhadap banyak orang terlebih dunia dia.
Prestasi, kecantikan, kekayaan, ataupun kelebihan-kelebihan tertentu sama sekali tidak pernah membungkus langkahku. Namun, pada kenyataan dia terus membuat jebakan bahkan kesusahan demi kesusahan. “Kau puas?” kalimatku ketika dia berjalan kesekian kali di hadapanku.
“Sangat puas,” tanpa rasa bersalah memberikan jawaban paling wow…
“Pada kenyataan, harus kuakui hidupmu lebih menyukai manusia lemah untuk menjadi bahan permainan,” pernyataan terpanjang pertama kali saat berdiri memandang wajah manusia seperti dia.
Dia terlihat geram akan ucapanku, tangannya siap menerkam tetapi tiba-tiba kakinya berlari jauh dariku. Entah kemasukan roh seperti apa, beberapa hari kemudian Adriell mengakui kesalahannya dan berkata bukan saya pelaku pencurian soal-soal ujian sekolah. Hari demi hari terus berjalan, hingga seminggu telah berlalu batang hidungnya belum nampak memenuhi ruang kelas. Merencanakan sesuatu untuknya, saat dia kembali memasuki kelas terlintas kembali dalam akal pemikiranku. Menulis kalimat berbeda-beda pada selembar kertas, dan melipat menjadi bagian kecil.
“Dia kembali hadir menciptakan kegaduhan,” suara hatiku berbisik melihat Adriell berjalan masuk kelas mencari mangsa terbaru. Memberikan lipatan kertas setiap hari tanpa ada rasa bosan sedikitpun. Menyelipkan sekitar laci meja ataupun loker milik Adriell bahkan memberi secara langsung, itulah kebiasaanku setiap hari.
“Tidak ada kata terlambat untuk membiarkan setitik sinar menerangi ruang gelapmu,”
“Jangan biarkan kakimu terus memainkan lumpur, berjalanlah menuju air jernih.”
“Belajar mengenal warna  pelangi jauh lebih baik, dibandingkan langkah kaki tetap berjalan sekitar area kegelapan tanpa cahaya sedikitpun.” Kalimat berbeda-beda. Saat ini belum memperlihatkan hasil tetapi hati tetap berkata suatu hari kelak akan menjadi inspirasi terbaik bagi hidup Adriell atau bahkan seluruh dunia tanpa pernah kusadari.
“Berhenti memberiku lipatan kertas berisi tulisan seperti ini!” Adriel menarik tanganku menuju parkiran sekolah. Berusaha melepaskan tanganku hingga berhasil, mengeluarkan tanpa pernah menyerah kembali menyerahkan lipatan kertas…
“Buatmu,!” bahasaku, kemudian berlari jauh.
“Menggenggam bola emas mengajarkan pembentukan hidup jauh melebihi apapun.” Isi tulisan buatnya.
“Hari ini belum memperlihatkan hasil, tetapi suatu hari kelak keadaan justru berbalik” bisikan hatiku mempercayai sebuah kekuatan tulisan.
Hingga suatu ketika menjelang kenaikan kelas XII, hujan keras tiba-tiba bermain memenuhi jalan-jalan menuju rumahku. Saya segera berteduh, mencari tempat berlindung adalah hal terbaik. Seseorang berjalan menuju ke arah tempatku berteduh, memberikan sebuah payung. “Buatmu,” haruskah saya tertawa ucapan tanpa rasa bosan buatnya, kini berbalik buatku? Adriell berjalan meninggalkan diriku, membiarkan bajunya basah oleh karena permainan air hujan membasahi bumi.
Hal lebih mengejutkan, setelah libur kenaikan kelas, pertama kali melihat perubahan terbesar dari hidup Adriell. Potongan rambut jauh lebih rapi tanpa warna-warna norak seperti tahun-tahun kemarin. Pakaian putih, bersih, rapi mulai terlihat, sekalipun masih sedikit canggung memperlihatkan perubahan dirinya. “Buatmu,” menunjuk meja disampinya untukku. Menawarkan diri agar berada di samping kursi bekas manusia terkejam.
“Buatmu,” beberapa hari kemudian memberikan sebuah lukisan. Daun kering berjatuhan memenuhi bumi, jenis lukisan paling aneh menurutku. Ternyata tingkat kejeniusan Adriell mulai terlihat di hadapan para guru. Seluruh siswa masih belum mempercayai tingkat perubahan hidup seorang Adriell.
“Buatmu,” setiap berbicara, hanya kata seperti itu saja keluar ketika berdiri menatapku.
Tidak tahu harus berkata-kata, mulutku hanya terdiam menerima setiap pemberian Adriell. Preman sekolah berbalik arah melihat setitik sinar ketika berjuang melepaskan ikatan belenggu kelam. “Naiklah!” menarik tanganku untuk segera berada di atas motornya. Beberapa hari belakangan, ia selalu mengantarku pulang sekolah. Menarik tanganku dengan paksa jika menolak, sekitar sudut persimpangan sekelompok orang tiba-tiba menghadang jalan Adriell.
“Bukkkk…” berkali-kali pukulan terarah pada tubuhnya, dia tidak memberi perlawanan sama sekali. Kata balas dendam jauh lebih tepat, oleh karena karakter Adriell kemarin.
“Berhenti!” teriakanku berusaha menghentikan mereka, namun terlalu sukar bagi seorang gadis remaja sepertiku. Tuhan, hatiku masih tetap percaya tentang mujizat dan pertolonganMU. Tidak lama kemudian, beberapa teman sekelas datang membantu kami, hingga akhirnya mereka berlari keras dan pergi menjauh. Darah mengalir memenuhi wajah Adriell, sehingga harus dilarikan menuju rumah sakit terdekat. Menemani dia selama mendapat perawatan rumah sakit adalah hal terbaru bagiku.
“Buatmu,” seperti biasa hanya kata tersebut yang dapat keluar darinya untukku. Memberikan lukisan dengan gambar sama, daun kering berjatuhan dimana-mana, tidak jauh dari induk pohon.
“Daun kering itu masih bernilai,” terdapat tulisan kecil bagian bawah lukisan tersebut.
“Suatu hari kelak, kau akan menyadari makna lukisan ini.” Pertama kali mendengar dia berkata-kata sedikit panjang. Melangkah keluar dari kamar perawatan Adriell, tiba-tiba seorang ibu paruh bayah berhenti di dekatku.
“Terimah kasih, telah merubah dunia Adriell” menggenggam erat tanganku. Semenjak kejadian tersebut, Adriell selalu ada buatku setiap keadaan. Saya sendiri tidak mengerti antara status hubungan kami, apakah hanya sekedar sahabat atau lebih dari itu? Hal paling menyebalkan, tanpa pernah bosan dia hanya memberikan lukisan sama seperti sebelumnya. Terkadang tertawa melihat raut wajahku menerima lukisan sama seperti kemarin-kemarinnya.
“Selama liburan semester, saya akan menghabiskan liburan bersama keluarga di luar negeri, jadi...” ucapan Adriell menghentikan langkahnya menuju kelas.
“Kenapa jauh sekali?” tanyaku.
“Kau mau saya bawakan oleh-oleh apa buatmu?”
“Terserah, yang penting jangan memberiku lukisan daun kering berjatuhan lagi,” gerutuku terlihat kesal.
“Kau dan saya harus belajar gambaran tentang makna kualitas nilai disaat daun kering berjatuhan memenuhi bumi,” sekarang berbalik arah, dia selalu memberikan kalimat-kalimat bijak.
Setelah libur semester pertama usai, namun sebulan lebih Adriell tiba-tiba menghilang. Pesan terakhir darinya, jika dia ingin menghabiskan liburan di luar negeri bersama keluarga sehingga tidak dapat bertemu denganku. Rasa takut berkecamuk dalam diriku. Sedikitpun balasan pesan buatnya melalui email, tidak pernah ada.
“Tuhan, lindungi dia dimanapun kakinya berpijak saat ini” seru doaku tanpa pernah berhenti jauh di dasar hatiku. Pertama kali rasa takut, jika tidak akan pernah kembali ke hadapanku lagi.
“Nefrit,” suara seseorang menghadang langkahku menuju ruang kelas. Berbalik mencari arah suara tersebut, air mataku mengalir begitu saja…
“Kau kembali,” memukul tubuhnya.
“Maaf membuatmu menunggu terlalu lama,” kalimat Adriell.
Segera membawaku ke dalam rangkulannya, menyadari jika saya tidak akan pernah bisa lepas dari dunia seorang Adriell. Hal lebih mengejutkan, pertama kali mendengar dia memanggil namaku. Semenjak dia kembali, sikap Adriell berubah jauh melebihi dari perkiraanku. Dia dapat tertawa lebar di hadapan banyak orang, menciptakan hal-hal lucu dalam kelas dan masih banyak lagi.
“Teman-teman makan sepuasnya, biar saya yang bayar semua” menghabiskan uang jajan untuk membayar uang makan seluruh teman-teman sekelas.
“Nefrit, apakah kau ingin menjadi pacarku?” menembakku depan banyak siswa di kantin hingga wajahku memerah.
“Diam berarti yah,” menggenggam erat jariku. Dia selalu ada memberikan senyuman terbaik untukku. Adriell sekarang jauh berbeda, penuh tawa, mudah bergaul, humoris, penuh keceriaan. Membantuku membersihkan kelas disaat saya bertugas sesuai jadwal. Membantu mengerjakan seluruh tugas sekolah ataupun hanya sekedar mencatat. Ketika hujan turun membasahi bumi, selalu ada melindungiku. Entah menggunakan payung, jaket, daun pisang, atau bahkan tangannya sendiri.
“Jangan sampai terjadi sesuatu denganmu,” menyodorkan botol jus segar hasil racikan sendiri bersama kotak bekal miliknya. Dia selalu ada menjadi pacar terbaik sampai kapanpun juga. Perhatian, kasih sayang, bahkan memberikan uang tabungan sendiri untuk melanjutkan kuliahku kelak. Berusaha menolak, tetapi dia terlihat geram atas kelakuanku.
“Masa depanmu jauh lebih berharga, jangan berhenti mengejar mimpimu” kalimatnya.
Waktu yang dinantikan, melihat hasil pengumuman setelah ujian sekolah. Apakah dinyatakan lulus untuk melanjutkan ke jenjang kuliah atau tidak? Rasa bahagia tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata, karena kami dinyatakan lulus, terlebih Adriell mendapat nilai terbaik. Setelah pengumuman kelulusan, secara mengejutkan memutuskan hubungan sepihak tanpa pernah mengetahui kesalahanku.

Bagian 6…
Nefritazal…
Flashback…
“Hanya bagian masa lalu” jauh lebih baik berucap seperti ini, dibanding memunculkan rasa sakit luar biasa. Masih melekat kuat jika dia telah membayar jauh sebelumnya biaya masuk kuliahku setelah pengumuman kelulusan secara diam-diam. Kenapa dia masih ingin melihat masa depanku? Dia tahu, kalau seorang Nefrit hanyalah gadis yatim piatu, sehingga harus berjuang terlebih dahulu demi meraih sebuah mimpi. Lukisan pemberian Adriell masih tersimpan rapi. Haruskah saya tertawa melihat jenis lukisan dengan gambar sama seperti biasa.
“Kau hanya masa lalu,” kalimatku, setiap memandang lukisan-lukisan pemberiannya.
Akhirnya saya kembali berada di ibu kota… Kamis pagi terlihat cerah, melihat masa depanku jauh lebih baik dibandingkan mengingat memori masa lalu. Seperti biasa, saya harus mengajar sebagai seorang dosen pada pagi hari setiap Kamis hingga  Sabtu sesuai jadwal. Rutinitas terbaik bagi hidupku...
“Sampai dimana pembahasan kemarin?” memulai pembicaraan berhadapan dengan banyak mahasiswi kebidanan…
“Kenapa terdiam, ada yang bisa menjelaskan inti-inti penjelasan pertemuan sebelumnya?” kembali berbicara.
“Permasalahan-permasalahan yang biasa terjadi selama proses kehamilan,” jawaban Henah mengacungkan tangan.
“Permasalahan seperti apa?” tanyaku kembali.
“Perdarahan terus menerus, penglihatan kabur, nyeri perut berlebihan, edema/bengkak”
“Perdarahan dapat terjadi diakibatkan oleh…” bertanya sekali lagi.
“Ibu hanya sekedar menjelaskan permasalahan biasa terjadi, tetapi belum berlanjut hingga penyebab terjadi pperdarahan.” Disa berbicara memotong pembicaraan.
“Baiklah, saya akan melanjutkan materi lanjutan…” segera berdiri sambil berputar berkeliling barisan kursi mereka.
“Perdarahan hamil muda dapat disebabkan terjadinya abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa. Sementara di sisi lain, plasenta previa dan solution plasenta pada masa hamil tua menjadi penyebab perdarahan terjadi.” Penjelasan buat mereka. Mola hidatidosa adalah hamil anggur, abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi < 20 minggu umur kehamilan. Kehamilan ektopik terganggu yaitu kehamilan di luar kandungan. Plasenta previa dimana tertanamnya plasenta sekitar segmen bawah Rahim, sedangkan solution plasenta plasenta terlepas sebelum waktunya.
“Ibu, bagaimana dengan perdarahan post partum?” Hena mengajukan pertanyaan.
“Perdarahan post partum alias setelah persalinan, dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, restensio plasenta, trauma/ robekan jalan lahir.” Membuat mereka mengerti patologi selama masa kehamilan hingga persalinan. Atonia uteri saat uterus tidak berkontraksi sehingga menyebabkan perdarahan. Retensio plasenta bercerita tentang plasenta tidak lahir setelah kelahiran janin, sedangkan restensio plasenta sebagian plasenta masih tersisa dalam cavum uteri atau belum lahir hingga menyebabkan perdarahan. Robekan jalan lahir pun berperan besar ketika terjadi perdarahan, diakibatkan oleh bayi makrosomia atau bayi besar, ibu mengedan sebelum waktunya sehingga dapat berpengaruh sekitar area jalan lahir, persalinan terlalu cepat tanpa penolong (bidan atau dokter) berlangsung <2 jam.
“Baiklah, sampai disini dulu pertemuan kita” tidak  terasa waktu telah berlalu. Berlalu dari hadapan mereka menuju parkiran kampus.
“Ka’Nefrit” sepertinya saya mendengar suara sedang memanggil namaku. Mencari-cari arah suara tersebut, ternyata Kirey.
“Saya disini,” melambai-lambaikan tangan dari seberang jalan.
“Kirey, sudah lama disini?” sapaku setelah berada di hadapannya. Menghabiskan waktu bersama Kirey merupakan jalan menghilangkan rasa penat akibat aktifitas mengajar. Kirey banyak bercerita tentang penyusunan skripsi dan masih membutuhkan banyak bimbingan untuk memahami ataupun menjelaskan beberapa situasi. Membaca beberapa karakter penulis pornografi melalui  sebuah aplikasi juga tidak asing lagi, itulah dunia Kirey sekarang.
“Seperti yang telah saya sampaikan kemarin, kau harus berhati-hati!” tegurku.
“Berhati-hati?” pemikiran Kirey masih belum menangkap.
“Kau membaca karya-karya bersifat pornografi, secara jelas dapat memancing rangsangan lebih dari yang dibayangkan sekalipun hanya melalui tulisan. Bahkan terjadi orgasme ketika daya seksual terpancing oleh objek tersebut.” Menjelaskan terhadap dirinya.
“Jika seseorang tidak dapat mengendalikan diri, maka akan segera mencari pemuas sex entah melalui masturbasi memakai alat tertentu atau memasukkan secara langsung jari tangannya sekitar vagina tanpa dia sadar, bahkan lebih  dari itu mencari  seseorang sebagai pelampiasan.” Melanjutkan penjelasan terhadap Kirey.
“Dunia psikologi anak remaja, bahkan anak-anak dibawah umur menjadi terganggu akibat rangsangan seksual yang sebenarnya belum waktunya, tetapi karena kurang perhatian, arahan, pengetahuan lebih berakhir tragis.” Kirey menarik nafas dalam-dalam membayangkan kehidupan zaman modern di dunia anak dan remaja.
“Seperti itulah, organ reporduksi masih belum matang, tetapi dipaksakan untuk bekerja, ending cerita merusak hidup dan masa depan mereka.” inilah dunia zaman modern, berkata lain bagi pemikiranku sendiri.
“Ka’Nefrit, pematangan organ reporduksi di usia berapa?”
“Usia 19 tahun, jadi seseorang tidak dapat berhubungan sex ataupun menikah dibawah usia tersebut. Bahkan usia ini masih membutuhkan pengarahan, kenapa? Permasalahan tidak atau labilnya seseorang, pola pikir tentang kedewasaan masih mengambang berujung pada permasalahan psikologi mereka.” menjelaskan akan sebuah cerita…
“Kenapa ka’Nefrit memahami hal semacam ini, sementara bidang…?”
“Kami yang bekerja di dunia kebidanan mempelajari hal seperti itu, bahkan harus menguasai untuk bekal ketika bertugas terutama wilayah pedesaan.”
“Ka’Nefrit, bukankah dunia perkotaan pergaulannya jauh lebih buruk?”
“Terkadang tanpa disadari oleh banyak pihak, pergaulan remaja atau anak-anak bawah umur sekitar wilayah pedesaan jauh melebihi dibawah kendali dari perkotaan.” Jawaban membuatnya sedikit terkejut.
“Kenapa bisa?”
“Entahlah, tetapi terkadang permasalahan ketidaktahuan, dunia medsos, program pembentukan berhubungan dengan pihak sekolah, juga permasalahan komunikasi antara sekolah, orang tua, dan dunia kesehatan.” Memberi penjelasan akan pengaruh permasalahan remaja pedesaan.
“Sudah sore, ada hal yang harus kuselesaikan” ucapku kembali. Menikmati suasana pantai bersama Kirey sambil bercerita tentang suatu akar permasalahan anak-anak dibawah umur dan remaja, jauh lebih baik dari pada mengingat memori kemarin. Menarik nafas dalam-dalam mengemudikan motor menuju rumah kontrakan.
“Sampai juga,” menghela nafas membuka kunci rumah. Sepasang mataku beralih melihat sebelah yang sudah berpenghuni, setelah lama kosong. Suara bunyi motor kembali mengalihkan perhatianku, berbalik untuk melihat wajah si’penghuni terbaru. Hari makin gelap, sehingga wajahnya terlihat samar-samar. Seakan saya mengenal…
Berbaring dalam kamarku, menutup mata, berusaha melupakan mimpi-mimpi buruk kemarin. Hanya bagian masa lalu bagiku sampai kapanpun. Hidupku masih dapat berjalan, sekalipun masa lalu terlihat kelam. Membayangkan sikap dingin, seolah semua hal tidak pernah terjadi menciptakan luka kembali. Tuhan, ajari hidupku untuk tidak pernah kecewa seperti apapun permasalahan percintaan yang sedang membungkus hidupku bertahun-tahun lamanya.
“Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu membangunkan tidurku tengah malam. Jam segini, seseorang mengetuk pintu rumahku, membutuhkan bantuan.
“Temanku sakit, saya butuh bantuan anda!” kata-kata seseorang seperti penghuni baru rumah sebelah ketika pintu terbuka.
“Dari mana anda tahu, kalau…?” belum sempat menjawab.
“Tetangga rumah depan bilang, kalau sakit hubungi saja tetangga samping rumahmu” jawaban kacau darinya. Ternyata ibu pemilik rumah kontrakan ini melakukan promosi besar-besaran, pada hal saya berkecimpung di dunia kebidanan. Segera mengambil peralatan medis, kemudian segera berjalan menuju rumah penghuni terbaru.
Haruskah saya terkejut atau pura-pura tidak mengenal siapa orang yang sedang terbaring lemah saat ini? Hanya bagian  masa lalu, tetapi kenapa tiba-tiba terus saja membayangi langkahku. “Kenapa berhenti?” ucap temannya.
“Tidak, seperti ada nyamuk menerkam kaki saya” mengalihkan perhatian.
“Tekanan darahnya rendah, juga demam tinggi” Mengukur suhu, juga tekanan darah Adriell, bagian masa lalu dunia Nefritzal. Mengompres sekitar dahi dan axila menggunakan air hangat untuk menurunkan demam Adriell sepanjang malam.
“Apa saya terlalu bodoh bagimu?” suara hatiku berteriak kuat.
“Berhenti berbalik…” dia mengigau. Berjaga semalaman, terus ada di sampingnya sekalipun dia hanyalah masa lalu sampai kapanpun juga.
“Berikan bubur ini, jika dia terbaangun!” berkata-kata terhadap temannya sendiri.
“Jangan katakan apapun tentang siapa yang terus berada disampingnya sepanjang malam, bilang saja dokter.” Dia tidak boleh menyadari tentang keberadaanku. Kembali ke rumah, jauh lebih baik sebelum Adriell terbangun dan tersadar akan sesuatu…
“Mungkin, saya mencari rumah kontrakan terbaru” berpikir seharian. Berusaha bersembunyi ketika melewati rumahnya, biar dia tidak menyadari identitasku. Disaat hati mengubur jauh ke dasar lautan, tetapi dia muncul tanpa terduga. Kisah percintaanku tak seindah drama korea…
“Tunggu sebentar,” seseorang memanggil, langkah kaki terhenti saat hendak berjalan memasuki rumah.
“Bukumu terjatuh depan rumahku” melangkah mendekat sebelum saya berbalik…
“Terimah kasih atas bantuan anda beberapa hari lalu, sampai-sampai berjaga semalaman” temannya mengingkari janji agar tidak bercerita tentang apapun menyangkut diriku. Adriell benar-benar terkejut, saat bagian masa lalunya berbalik ke hadapannya. Berbicara satu katapun terlalu sulit untuk keluar. Segera menarik buku di tangan Adriell, kemudian berjalan masuk ke rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Tuhan, ajar hidupku untuk tidak pernah kecewa terhadap hal yang sedang membungkus diriku sekarang, seperti apapun perjalanan percintaanku bertahun-tahun lamanya.” Jeritan hati berjuang menahan rasa sakit bertahun-tahun lamanya.
Menyayat hati lebih menyakitkan oleh karena orang terdekat, dibanding hal dalam bentuk apapun di dunia ini. Berpikir bijak terlalu sulit rasanya bagi langkah perjalanan hidupku sekarang ini. Lingkaran hidup bercerita hebat di suatu pusaran area penuh arus badai. Berjuang melawan dan menahan bulir-bulir air agar tidak menetes keluar dari sepasang bola mata. Kaki ingin berlari jauh, tetapi kisah hidupku bercerita lain…
Mencari rumah kontrakan terbaru, membuatku seharian berada di luar rumah. “Memang sebaiknya harus seperti ini” meratapi kehidupan sendiri. Hal terkacau adalah masih menyimpan segala barang pemberian Adriell. Dia bukan lagi bagian dari hidupku sampai kapanpun juga. Saya tidak akan pernah bertanya tentang apapun juga, termasuk kenapa memutuskan sepihak hubungan yang terjalin. Diam jauh lebih bijak, ketimbang harus membuat ribuan pertanyaan.
“Setidaknya, rumah kontrakan terbaru dekat dengan kampus tempatku mengajar,” tersenyum sendiri, setelah berhasil menemukan tempat tinggal terbaru. Mengemasi seluruh barang-barang membuatku sedikit lelah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan rumah…
“Apakah kau ingin pindah karena kehadiranku?” Adriell berdiri depan pintu, tanpa basah basih bertanya tentang sesuatu hal setelah pintu rumah terbuka.
“Saya tidak pernah tahu kalau ternyata kita akan bertetangga seperti sekarang, jangan pindah ke tempat lain karenaku!” mulut masih belum dapat berkata-kata…
“Maaf setiap saat selalu membuat hidupmu penuh luka,” kembali ia mengucapkan pernyataan, tetapi mulutku tetap saja terdiam. Di hadapan banyak mahasiswa, mulutku dapat mengucapkan ribuan kata ketika mengajar, namun diam membisu dan bercerita lain saat dia di depanku. Apakah saya hanya tertawa atau menangis mendengar ucapan seorang Adriell.
“Kau menyuruhku melupakan semua tanpa pernah tahu kesalahanku, sekarang setelah bertahun-tahun hidupku telah lupa tentang dunia masa lalu tiba-tiba tanpa rasa berdosa atau bersalah muncul begitu saja.” Tangisku pecah, sekian tahun memendam bulir-bulir air hingga tidak dapat menetes keluar dari sepasang bola mataku.
“Saya mungkin terlalu bodoh hingga harus hidup dalam ikatan belenggu seperti ini,” kembali berkata-kata di hadapannya, tubuhku terjatuh lemas…
“Berhenti menangis!” pertama kali seorang Adriell mengusap bulir-bulir air mata yang terjatuh sekitar pelupuk mataku. Bagaimana bisa saya menghindar atau berjuang melupakan, dengan sikap secara tiba-tiba datang dan membuat hal-hal seperti sekarang. Semakin hatiku berjuang untuk melupakan, rasa sayang buatnya pun semakin kuat. Manusia terbodoh diantara terbodoh bernama Nefritzal. Pertama kali merasakan dekapan hangat dirinya, sejak awal hubungan kami hingga detik sekarang.
“Apa yang harus kulakukan agar berhenti melihatmu?” Air mataku makin pecah, bertahun-tahun berusaha menahan rasa sakit, hingga akhirnya tidak terbendung.
“Jangan pindah karenaku, tetaplah disini!” dia semakin mempererat dekapannya. Kupikir hidupku tidak akan pernah terbelenggu oleh bagian masa lalu, namun pada kenyataan langkahku berkata lain. Cerita hidupku berbeda dengan semua orang disekitarku. Mempunyai alur tersendiri, bahkan terlalu sulit untuk dilukiskan hanya melalui kata-kata.
Dia membuat kakiku tetap berada di rumah ini, tidak perduli dengan hal-hal menyakitkan kemarin. Dapat dikatakan pada kenyataan hidup menjadi manusia terbodoh, itulah keadaanku sekarang. Berjuang meninggalkan bagian masa lalu, tetapi keadaan bercerita lain. “Buatmu,” setelah bertahun-tahun terlewati, ia kembali mengucapkan kalimat. Seperti biasa, sebuah lukisan yang sama bercerita tentang daun kering berjatuhan memenuhi jalan.
“Daun kering itu bernilai,” tanpa pernah merubah tulisan kecil pada bagian bawah atau atas lukisan.
Adriell bergerak di dunia arsitektur desain, selama bertahun-tahun menyelesaikan studinya luar negeri. Menyukai petualangan sekedar sebagai penghibur ataupun insppirasi. Selama beberapa hari ini, dia sama sekali tidak menampakkan wajahnya semenjak hari terakhir memberikan sebuah lukisan sama seperti biasa bertahun-tahun lalu.
Perasaan takut kembali membungkus, tentang dia akan pergi menjauh kembali dari hidupku. Andai kata itu terjadi, entah langkahku akan tetap mendaki atau terhenti untuk menjalani hidup. Entah mengapa, hati merasakan sesuatu hal...
“Berjuang melupakan bagian masa lalu,” suara hati berbisik.
“Namun, kaki tetap terbelenggu oleh masa lalu hingga ia muncul membuatku semakin terikat.” Inilah kehidupan yang sedang memainkan irama bagi perjalananku sekarang.
“Tuhan, andai kata luka itu kembali, jangan biarkan hidupku terlihat lemah oleh siapapun juga bahkan sebesar apapun goresan menciptakan rasa sakit.” Kembali menghela nafas, mempersiapkan diri menerima kenyataan…

Bagian 7…

Kireynzie…
Kenapa dia menghilang begitu saja? Giliran berada dekat antara kami hanya bertengkar terus-menerus, keadaan justru berbeda saat dia tak memperlihatkan batang hidungnya sedikitpun. Apa ini pertanda saya menyukai cowok dingin dan arrogant seperti Adriell. Tuhan, jangan sampai dia tahu perasaanku sebenarnya, bisa-bisa kepala Adriell menjadi besar.
“Ada baiknya menyegarkan diri selepas membaca ataupun mempelajari kesalahan-kesalahan penyusunan skripsi.” Beberapa hari bertemu dosen pembimbing, 2 bab penuh koreksi mulai latar belakang, gaya bahasa, istilah-istilah tertentu, system pengungkapan, peranan aktif beberapa referensi, pemahaman jalur sehingga berkaitan penuh antara bagian satu dan lainnya. Tata cara pembahasan dan bagaimana bercerita akan dunia sex serta hubungan langsung maupun tak langsung akan psikologi seseorang terlebih melewati garis batas normal.
“Menyiram tanaman hias mami, sepertinya oke juga” melepas stress akibat beberapa permasalahan. Di lain hal ingin memberi pelajaran bagi Adriell, ternyata malah menghilang beberapa hari. Kesalahan terbesarku adalah tidak memiliki penguasaan diri mendengar berita perjodohan antara kami. Pada hal, jauh di dasar hati ada saat dimana jantungku akan terus berdetak keras saat dia berada dekatku. Apa yang kupikirkan sekarang? Benar-benar gila…
Permasalahan perjodohan, jantung mulai berdetak tak karuan saat bertemu dengan dia, hal lebih rumit lagi adalah penyusunan skripsi masih penuh pergumulan hidup. Seseorang membuka pintu pagar rumah tanpa mengetuk terlebih dahulu, berpikir jika itu maling di siang bolong lagi cari mangsa. Luar akal pemikiran, tangan hendak mengambil sebuah balok kayu, seseorang menghalangi dari belakang…
“Kau pikir saya pencuri?” suara arrogant, dingin bermain sekitar gendang telingaku.
“Memang,” satu kata terdengar judes…
“Kalau sifatmu terus seperti anak-anak…” berhenti berbicara terhadapku.
“Kenapa memang? Tidak seorangpun cowok ingin pdkt, terlebih kau tidak akan pernah menerima perjodohan kita” berbicara terhadap Adriell masih terdengar judes.
“Terserah kau saja berpikir,” seolah tak pernah perduli.
“Dari mana saja kau selama ini?” pertanyaan terhadap manusia terdingin. Dia tersenyum terhadap Kiyrenzie pertama kali menciptakan sejarah sejak pertemuan kami. Sikap dingin, arrogant, menyebalkan seakan menghilang begitu saja dalam hidup Adriell.
“Maaf, membuat hidupmu kacau hingga melepas tanggung jawab selama beberapa hari kemarin,” sejarah kembali bercerita, dia meminta maaf pertama kalinya di hadapanku. Saya tidak dapat menyangkal akan perasaanku sendiri, disaat dia menjauh kata kosong bahkan kehilangan
“Memang makan apa semalam, tiba-tiba tersenyum lebih parah meminta maaf?” memegang dahi Adriell seolah tak mempercayai sikapnya sekarang.
“Saya penyebab hingga kakimu penuh perban kemarin hingga sekarang,” pernyataan Adriell penuh penyesalan. Dia tidak pernah tahu kalau kakiku masih baik-baik saja, karena terlanjur ingin membuat permainan jadinya hingga detik sekarang masih terbungkus perban. Pergi dan pulang kampus harus dijemput oleh Isrel, acting terbaik bagi dunia seorang Kirey.
“Jadi, kau akan bertanggung jawab?” melirik ke arah Adriell.
“Seperti itulah, selama beberapa hari sampai kakimu sembuh secara total” jawaban mengejutkan buatku tentunya.
“Kau mau mengantar dan menjemput ke kampus, melakukan apapun yang kuinginkan, merawatku dengan sepenuh hati, membantu penyusunan skripsiku?” masih belum percaya.
“Tentu” satu jawaban pasti.
“Kau tidak sakitkan?” tanyaku lagi memegang dahinya.
“Sampai kau sembuh total, setelah itu saya akan pergi dari hidupmu selamanya”
“Kalau kau pergi sekarang juga tidak apa-apa!” perintahku.
“Baik, kalau memang itu keinginan hatimu” mulai berjalan meninggalkanku.
“Tunggu, saya hanya becanda,” menghalangi dia keluar pagar rumah.
Dia benar-benar menepati janji untuk bertanggung jawab penuh atas perbuatannya. Mengantar dan menjemput ke kampus, membantu pengetikan skripsi sekitar bagian-bagian yang tidak kupahami, memasak buatku, dan masih banyak lagi. Membawaku menikmati suasana danau, pinggiran pantai, juga taman-taman baca ibu kota. Perubahan sikap Adriell membuatku benar-benar terkejut.
“Ternyata kau bisa melukis juga,” mengamat-amati kegiatan Adriell di bawah pohon yang terdapat sekitar taman baca.
“Kenapa memang?” pertanyaan terdengar menyebalkan.
“Saya pikir kau melukis wajahku, ternyata hanya daun beterbangan menuju tanah tidak jauh dari pohon,” menyindir lukisannya bersifat anak SD semata.
“Lukisan ini mempunyai arti, bos” Adriell menganggap saya bos…
“Memang artinya apa coba?” mencari tahu...
“Seseorang dengan kehidupan menjijikkan, rusak, sampah masyarakat, tidak memiliki masa depan, tetapi mempunyai nilai.” Jawaban Adriell membuatku terdiam sendiri.
“Sama seperti daun jatuh, terbuang, kemudian menjadi kering, dikumpulkan untuk pembakaran bahkan menjadi abu setelah berada dalam nyala api. Tiba-tiba seseorang datang membuatnya memiliki kualitas nilai sebelum terlambat dan berada dalam nyala api kekal jauh luar pemikiran siapapun.” Kembali melanjutkan kata-kata, pertama kali mendengar dari mulut seorang Adriell.
“Apa kehidupanmu sekacau itu?” melirik ke arah Adriell.
“Hidup seorang Adriell benar-benar bermain dalam sebuah jurang, hancur, menjijikkan, pembangkang, sampah masyarakat, sama seperti daun berjatuhan dan akan memasuki nyala api, menjadi abu tanpa nilai sedikitpun. Semua mata tidak akan melihat, bahkan hanya menganggap sebagai perusak pemandangan.” Dia berkata-kata…
“Tanpa pernah menyerah, seseorang berjuang hingga membuatnya terlihat bernilai.” Pertama kali mulut Adriell mengakui seseorang, entah dia seorang wanita ataupun pria. Andai kata seseorang itu wanita, sakit rasanya melihat dia menggenggam tangan orang lain.
“Memang daun kering bisa dibuat apa selain terbakar, apa tidak ada kata kiasan lain?”
“Saya seorang Arsitek desain menggunakan daun kering sebagai salah satu bahan untuk menciptakan sebuah karya. Selain itu, daun  kering dapat digunakan dalam industry kerajinan kalau tingkat kreatifitas seseorang tinggi. Dengarkan, barang yang dianggap sampah, kelak memberikan sebuah nilai, namun entah kapan,” nada kalimat Adriell penuh penekanan.
“Syaratnya hanya satu untuk membuat sampah memiliki sebuah nilai” kembali dia berkata-kata menatap tajam.
“Apa syaratnya?”
“Tidak pernah menyerah, terus berjuang apapun hasil sekarang tetap berjalan,”
“Sejak kapan kau mempelajari semua itu?”
“Semenjak saya memiliki nilai akibat sebuah perjuangan tanpa kata menyerah sedikitpun,” jawaban seorang Adriell membuka mataku. Dia yang kukenal sebagai manusia arrogant, dingin, angkuh, menyebalkan, hancur, kacau dapat berkata-kata sebijak ini.
Tuhan, jujur saya tidak ingin dia berucap tentang seseorang dari mulutnya. Rasa takut dapat saja mencekam, andai kata kalimatnya bercerita tentang seseorang paling spesial. Tidak pernah tersirat, setahap demi setahap hatiku benar-benar ingin dia selalu berada didekatku. Jangan sampai dia berucap jika seseorang itu adalah wanita spesial, bahkan tak tergantikan sampai kapanpun.
“Bisakah kau melukis wajahku, selain daun kering terus menerus?” menarik kanvas dari tangannya.
“Kau bukan objek menarik bagi lukisanku” ucapan paling menyebalkan…
“Sekali-sekali lukis diriku, setidaknya kau harus memenuhi janjimu sampai kakiku sembuh!” kalimatku, hingga membuat dia tak berkutik sama sekali.
“Baiklah, setelah lukisanku selesai,” seakan terlihat pasrah.
“Satu lagi, setidaknya lukisan daun keringmu itu buatku setelah selesai” ucapku.
“Tidak bisa,” Adriell menolak memberikan lukisannya untukku.
“Memang kenapa?” berbalik ke hadapan Adriell menatap tajam mencari jawaban.
“Lukisanku ini sebagai bahan koleksi pribadi, bukan buatmu” jawaban paling cetus.
“Tidak masalah, yang penting kau melukis wajahku!” perintahku secara tegas.
“Kapan kakimu lepas dari perbannya?” Adriell sedikit curiga…
“Dokter bilang, masih butuh waktu seminggu lagi” berbohong hanya sekedar membuat dia tetap berada di dekatku.  
“Perasaan dokter mengatakan hanya 2 minggu, kenapa bertambah seminggu?” rasa kesal terlihat di wajah Adriell.
“Ini juga karena kau, coba lebih bertanggung jawab juga tidak harus kabur seperti kemarin pasti sekarang saya bisa berjalan normal” mencari alasan lain.
Rela melakukan apapun, hanya untuk membuatmu bertahan di dekatku. Terserah semua orang akan memberi penilaian terburuk, tetapi saya benar-benar ingin dia tetap bersamaku. Walau awal hanya sekedar ingin memberi pelajaran yang tidak akan pernah terlupakan, namun permainan waktu berkata lain. Benci berubah menjadi cinta, itulah keadaan hidupku sekarang.
Apakah saya salah menjadi manusia paling egois, andai kata terdapat nama seseorang di hatinya. Gendang pendengaranku akan tertutup rapat, sekalipun dia berkata hatinya milik orang lain. Pertama kali ada pria membuatku marah, kesal, sering bertengkar, akan tetapi hatiku ingin selalu berada di dekatnya. Banyak pria berjuang mencari perhatianku, namun tidak satupun berkesan pada pemandangan mata. Hingga Adriell muncul, bercerita tentang hal lain bagi nafas hidupku.
“Kau harus membantuku mencari referensi terbaru untuk susunan skripsi!” memegang tangan Adriel kuat-kuat.
“lepaskan tanganmu!”
“Memang salah kalau saya memegang kuat?” menatap Adriell tajam.
“Maksudmu?” pertanyaan balik darinya.
“Kita berdua dijodohkan, mau tidak mau harus menerima kenyataan bos” ujarku.
“Hubungan antara dijodohkan dan tanganmu menggenggam erat dimana?”
“Sudahlah, kau tidak akan pernah mengerti” cetusku menggerutu…
Seakan dia bersikap bodoh untuk dapat memahami pernyataanku. Tuhan, mungkin dunia Kirey bersifat penuh ego, akan tetapi rasa takut lebih kuat mencekam dibanding apapun. Mendengar pernyataan Adriell tentang sebuah lukisan, menimbulkan rasa takut jika mataku tak akan pernah melihatnya lagi. Tanpa bertanya satu katapun, bahwa pada kenyataan hidup seseorang telah memiliki hatinya.
“Ka’Nefrit bisakah kita bertemu?” menulis sebuah pesan singkat. Pikiranku saat ini hanya ingin mencurahkan segala isi hati terhadap sahabat terdekatku.
“Isrel terlihat seperti anak-anak, mana mungkin memahami apa yang kurasakan” pikiranku berkecamuk. Jauh berbeda saat berhadapan atau bercerita tentang banyak bersama ka’Nefrit.
“Dimana?” balasan pesan singkat ka’Nefrit.
“Tempat biasa,” menjawab isi pesan tersebut.
“Okey, tunggu saya sekitar 30 menit dari sekarang” membaca pesan masuk darinya.
Bersiap-siap menuju tempat biasa untuk bertemu. Sambil membaca buku-buku yang telah disediakan, kombinasi antara café, perpustakaan, dan toko buku mempunyai desain menarik sehingga terkesan bagi para pembaca. “Sudah lama menunggu?” tiba-tiba ka’Nefrit hadirdi hadapanku sekarang.
“Belum kok,” jawabku sambil meneguk secangkir kopi.
“Mba, pesan kopi satu lagi dong!” mengacungkan tangan.
“Jangan kopi, berikan jus alpukat rasa mokacino saja” ka’Nefrit menolak secangkir kopi hitam.
“Baiklah,” ucapku kembali. Memesan minuman sesuai keinginan hatinya...
“Apa kau punya masalah?” tegurnya.
“Lebih dari masalah,” jawabanku menampakkan mimic wajah sedih.
“Tentang skripsi?”
“Lebih dari skripsi malahan,” membenturkan kepalaku sendiri ke meja.
“Jangan menyakiti dirimu sendiri,” menghalangi kepalaku berbenturan dengan meja.
“Apa yang harus kulakukan, andai kata…?” ucapanku terhenti.
“Tentang apa, Ki?”
“Entahlah,” wajahku terlihat seakan tak mempunyai semangat ataupun harapan hidup.
“Manusia aneh,” ka’Nefrit hanya menggeleng-gelengkan kepala.
“Sulit untuk dilukiskan hanya melalui kata-kata,” raut wajahku makin menyedihkan.
“Ceritakan, mungkin saya dapat membantu!”
Memulai bercerita bagaimana rasa benci berubah menjadi rasa takut dia pergi menghilang dari hidupku. Membayangkan wajah dingin Adriell sambil mencurahkan segala isi hatiku sendiri. Rasa takut jauh lebih bermain kuat, andai kata orang yang kucintai berlari kuat untuk menggenggam tangan wanita lain. Kesalahan terbesarku adalah ingin tetap mempertahankan, sekalipun saya menjadi manusia ter-egois bagi pemikiran siapapun juga.
“Kami dijodohkan oleh orang tua,” kepalaku tertunduk.
“Terus,” ka’Nefrit menanggapi...
“Sejak bercerita tentang sesuatu, hatiku berkata ada orang lain di hatinya dan itu bukan diriku,” mataku mulai berkaca-kaca…
“Kisah percintaan segi tiga rupanya,” ka’Nefrit tersenyum mendengar curhatanku.
“Ka’,Belum pasti ini percintaan segi tiga, karena saya belum bertanya secara langsung”
“Lantas, apa namanya?” Tanya ka’Nefrit lagi.
“Hanya sekedar menduga-duga tanpa bukti kuat yang langsung keluar dari mulutnya.” Membayangkan wajah Adriell melukis sambil berkata-kata tentang sebuah makna. Seseorang berjuang mengumpulkan hingga membuatnya bernilai…
“Siapa tahu wanita di hatinya hanya masa lalu, bahkan sudah meninggal mungkin.” Ka’Nefrit memberikan harapan, berusaha menghilangkan rasa takut dalam diriku.

Bagian 8…

“Dari mana saja?” suara tanpa bayangan membuat jantung Nefrit hampir keluar sarang. Menemani Kirey sepanjang hari hanya untuk menghilangkan rasa stress berkepanjangan, juga perasaan ketakutan tentang sebuah kisah percintaan. Menghabiskan waktu dan berusaha meringankan beban pergumulan hidup Kirey.
“Bersama teman,” Nefrit masih mengelus-ngelus bagian dadanya karena terkejut.
“Kau pikir  saya hantu?” Adriell tersenyum melihat tingkah laku Nefrit.
“Tentu saja, ini sudah malam, ada suara tanpa gambar jauh lebih mengerikan,”
“Aneh, yang satu menganggapku pencuri, lainnya mengira hantu gentayangan” Adriel menggeleng-gelengkan kepala berkata-kata dalam hati.
“Apa ada sesuatu, sampai kepalamu seperti itu?” Nefrit bertanya…
“Hanya angin lalu,” jawaban dan pertanyaan tidak ketemu.
“Tadi kau berkata teman, apa pria?” wajah Adriell nampak kecut…
“Bukan, hanya wanita…” Nefrit menjawab sambil membuka pintu kulkas ketika sudah berada dalam rumah.
“Memang teman wanitamu itu kenapa, sampai segitunya kau pulang larut malam begini hanya sekedar membantu?” Adriell masih belum menyadari akan perasaan mendalam Kirey.
“Dia menyukai seseorang, tapi sangat ketakutan kalau pria itu lebih memilih wanita lain.” Jawaban Nefrit sambil memberikan segelas jus segar untuk Adriell.
“Siapa yang dimaksud Nefrit?” Adriell bertanya-tanya pada diri sendiri.
“Ada apa?” Nefrit memperhatikan raut wajah Adriell, seakan terjadi sesuatu.
“Tidak kenapa-kenapa?” menjawab Nefrit.
“Buatmu,” seperti biasa tanpa rasa bosan, hanya memberikan jenis lukisan sama hasil karyanya sendiri sejak remaja. Entah apa yang ada dalam benak Adriell…
“Lukisan sama seperti biasa,” sindir Nefrit ingin tertawa atau menangis.
“Kalau tidak mau, biar saya ambil kembali” tangan Adriell berusaha merebut kembali lukisan tersebut.
“Jangan, setidaknya menjadi bahan koleksi pribadi” menghalangi Adriell.
“Andai kata, kau menyadari mengapa saya meninggalkanmu bertahun-tahun lamanya” suara hati Adriell bergema.
“Beberapa hari kemarin kau menghilang,” ujar Nefrit menyodorkan makanan di atas meja untuk Adriell.
“Kau masih melakukan kebiasaanmu kemarin,” Adriel mengalihkan pembicaraan.
“Maksudmu?”
“Menyodorkan makan buatku, kalau bertamu ke rumahmu” Adriell segera mengambil piring, kemudian menuangkan makanan yang terhidang…
“Rasanya tetap sama,” kembali Adriell berbicara setelah mencicipi makanan tersebut.
“Jangan mengalihkan pembicaraan” Nefrit menghadang sendok Adriell ke mulutnya.
“Saya melukis itu buatmu, sekalian menyelesaikan masalah penting.” Adriell masih merahasiakan tentang peristiwa kecelakaan ringan menimpa Kirey, bagaimana dirinya harus bertanggung jawab, dan juga permasalahan perjodohan dari orang tuanya.
“Saya tetap menyukai lukisanmu, sekalipun jenis lukisanmu tidak pernah berubah,” Nefrit menundukkan kepalanya.
“Apapun keadaan depan mata, berjanjilah satu buatku!” menggenggam tangan Nefrit.
“Tentang apa?” wajah Nefrit menengadah ke arah Adriell.
“Tetaplah menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.” Raut wajah Adriell menampakkan sebuah rahasia, tetapi masih terus bersembunyi jauh di dalam…
“Saya tidak pernah tahu hingga detik sekarang, kenapa kau pergi? Kesalahan terbesar yang kulakukan ada dimana?” dia hanya manusia biasa, ingin mencari tahu…
Mulut Adriell masih terkunci rapat-rapat, bahkan diam membisu seribu bahasa. “Andai kata kau mengetahui tentang sebuah kisah, pasti hatimu akan pergi menjauh” Adriell berusaha menyembunyikan penyebab kepergiannya. Suara hatinya dapat berkata-kata, akan tetapi mulutnya tetap terkunci rapat.
“Suatu hari nanti kau akan tahu, tetapi tidak sekarang” mendekap erat Nefrit.
“Btw, Jangan terlalu lengket seperti ini biasa berbahaya kalau setannya bekerja!” Nefrit berusaha lepas dari dekapan Adriell.
“Ini menyinggung secara halus atau kasar?” Adriell ingin tertawa lepas.
“Kasar,”jawaban Nefrit mendorong Adriell keluar dari rumahnya.
“Kau mengusirku?” gerutu Adriell.
“Sudah malam, pulanglah!” Nefrit masih menyadari tentang etika bertamu sesuai tempat. Mengunci pintu rapat-rapat, membiarkan Adriell berdiri depan rumahnya sendirian.
“Rahasia apa yang kau sembunyikan?” Nefrit menatap lukisan Adriell, termenung dalam kamar kecilnya seorang diri. Sementara Adriell sendiri berjalan pulang menuju rumah, masih bertetanggaan…
“Apakah kau masih tetap bertahan, andai kata menyadari kejadian sebenarnya?” Adriell berbicara sendiri, menghela nafas dalam-dalam. Tiba-tiba sebuah bunyi telepon, terdengar nada familiar memenuhi gendang telinganya sekarang.
“Apa kau baik-baik saja?” pertanyaan langsung ke inti dari sambungan telepon.
“Kakak sendiri bagaimana? Jangan perdulikan keadaanku, sedangkan kakak hanya memikirkan hal-hal aneh terus-menerus,” gerutu Adriell membalas.
“Adriell, kalau penemuan kakak sudah muncul ke permukaan pasti kau akan bangga”
“Ka’ berhenti berkata-kata!” rasa kesal Adriell terhadap kakaknya sendiri.
“Menurut gosip beredar, kalau kau dijodohkan oleh papa, apa betul?”
“Masalahku belum selesai, muncul masalah baru” Adriell menarik nafas panjang.
“Gadis cantik, langsing, lumayan tinggi terlalu sayang kalau kau tolak” tegur kakaknya.
“Berarti papa mengirim fotonya kesana, hebat sekali,” Adriell makin risih satu atap bersama orang tuanya.
“Sepertinya, kau masih terikat dengan masa lalu” menyerang Adriell.
“Entahlah,” jawaban Adriell sendiri.
“Selama kepulanganmu, apa kau pernah bertemu dengan masa lalumu?” pertanyaan hingga menjadikan Adriell diam membisu.
“Adriell, jawab kakak” suara terus memanggil-manggil dari telepon setengah jam penuh Adriell terdiam.
“Maaf,” kalimat Adriell.
“Bersabarlah, Tuhan mengizinkan percobaan terjadi atasmu tidak melebihi kekuatanmu,” kata bijak sedikit menghibur Adriell.
“Kupikir kami tidak akan pernah bertemu, tetapi keadaan bercerita lain,” nada suara Adriell melemah.
“Sudah kuduga, kau akan tetap terikat bahkan lebih dari itu”
“Bagaimana saya akan bercerita suatu hari nanti?” Adriell membayangkan kejadian-kejadian yang akan terjadi ketika sebuah rahasia terbongkar.
“Kau selalu seperti ini,” tegur kakaknya melalui sambungan telepon. Adriell memiliki satu-satunya saudara, sekalipun terpisah negara namun mereka tetap berkomunikasi. Sepanjang malam bercerita banyak hal, sekalipun hanya melalui sambungan telepon sebagai perantara.
Keadaan menjadikan hidup seorang Adriell menjauh bertahun-tahun lamanya. Menyibukkan diri sebagai seorang petualang memberi penghiburan baginya. Bergerak di dunia arsitek sesuai keinginan hati, membawa Adriell memasuki sebuah area terbaru dari hidup. Setiap berjalan memasuki kantor, penampilan seorang Adriell selalu terkesan cuek, ambu radur, kacau, berpakaian kaos biru sesuai warna kusukaannya dipadukan dengan celana jeans sobek kiri-kanan. Terkadang semua orang berpikir, jika Adriell sama sekali tidak memperlihatkan sisi wibawa ataupun charisma sebagai pemimpin. Inilah dunia seorang Adriell terkesan cuek, dingin, tidak akan pernah pusing ucapan semua orang.
Di lain tempat, Nefrit sedang mengajar dalam ruang mahasiswa kebidanan semester 5. Menjelaskan tentang beberapa penemuan terakhir di dunia obstetric. “Baiklah, kali ini saya ingin membahas tentang beberapa penemuan terbaru dan sekarang telah diterapkan oleh beberapa negara.” Nefrit bercerita, sambil menunjukkan beberapa gambar melalui layar.
“Neha, sejauh artikel yang kamu baca, coba sebutkan beberapa penemuan terbaru bagi obstetric?”
“Saya tidak tahu menahu tentang itu bu,” Neha senyam-senyum menunduk.
“Tidak apa-apa, saya akan menjelaskan ada 2 penemuan yang sekarang dikenal oleh lapisan masyarakat diantaranya…” penekanan kata-kata Nefrit ketika berkata-kata.
“Lotus birth, yaitu tetap membiarkan plasenta melekat pada bayi sampai pupus dengan sendirinya, selanjutnya water birth persalinan dalam air dapat diterapkan jika memenuhi persyaratan bagi seorang ibu termasuk kualitas rumah sakit itu sendiri. Water birth telah banyak diterapkan, bahkan artis-artis, kalangan atas lebih memilih persalinan seperti ini.” Kembali melanjutkan penjelasannya.
“Ada pertanyaan?” Nefrit memandang mereka…
“Untuk permasalahan water birth tentu sudah tidak asing lagi, tetapi menjadi pertanyaan keuntungan lotus birth alias membiarkan plasenta terpupus sendiri dari sang bayi?” Sisil mengangkat tangan sambil berbicara.
“Mengurangi terjadinya infeksi, dapat membantu mencukupi asuhan nutrisi dan makanan pada bayi baru lahir, meningkatkan kadar zat besi bayi,” (referensi: manfaat.co.id.2015).
“Jelaskan hubungan antara asupan nutrisi bayi dan plasentanya sendiri, sedangkan dunia sang bayi tidak lagi bercerita di dalam cavum uteri, tetapi luar perut ibu?” Neha meminta jawaban penjelasan.
“Penyokong selama dalam kandungan adalah plasenta sebagaimana diketahui merupakan sumber untuk menyalurkan  darah berisi nutrisi, zat-zat mineral, maupun oksigen bayi. Andai kata, bayi dipisahkan dalam waktu cepat dari plasenta maka secara otomatis memmbuat dia kehilangan kesempatan untuk mendapat asupan oksigen serta darah berisi nutrisi.” Jawaban Nefrit berusaha membuat mereka mengerti. (Referensi: manfaat.co.id.2015).
“Berarti pemotongan tali pusat beberapa menit setelah lahir dikatakan terlalu cepat?” Sisil kembali bertanya…
“Seperti itulah, bayi masih butuh penyesuaian atau adaptasi ketika terlahir ke dunia, sehingga masih dapat dinyatakan bahwa sang bayi masih bergantung penuh terhadap plasenta. Perlahan demi perlahan, adaptasi mulai terjadi, menyadari tubuh bayi mulai menerima kehidupannya yang baru.” Jawaban Nefrit.
“Saya masih belum paham antara adaptasi, bayi mulai menerima kehidupannya, dan plasenta?” Neha bertanya lagi.
“Dimulai dari bayi masih berada dalam cavum uteri, disini plasenta berperan sebagai penyalur nutrisi, mineral, dan oksigen dari sang ibu. Terjadi perbedaan kehidupan saat berada dalam Rahim perut ibu dan di luar. Ketika terlahir kedunia, sang bayi masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan mengenal dunia barunya. Plasenta masih memiliki kaitan penuh dalam hal ini, kenapa? Karena sang bayi hanya mengenal tentang pertukaran makanan nutrisi melalui plasenta.” Nefrit menjelaskan kembali…
“Perlu diketahui, bahwa plasenta masih menyimpan cadangan nutrisi selama beberapa hari yang sangat penting bagi pertumbuhan setelah bayi lahir. Pada dasarnya, setiap pernyataan yang keluar pasti menimbulkan pertanyaan terbaru antara kalian sebagai mahasiswa terhadap saya sebagai dosen pengajar.” Kalimat Nefrit cukup membuat mereka paham pengenalan tentang lotus birth.
“Ibu, apakah lotus birth diharuskan bagi setiap ibu jika melihat dari sisi keuntungan?” Tiyani pertama kali bertanya untuk mata kuliah ini.
“Kembali kepada pribadi ibu masing-masing, ingin mencoba silahkan dan sama sekali tidak ada pemaksaan. Itupun penerapan lotus birth hanya terdapat di beberapa tempat saja, masih jarang penggunaannya untuk negara ini sendiri.” Nefrit berkata-kata…
“Ibu, apakah kami juga mempunyai potensi cukup besar untuk menciptakan sebuah penemuan terbaru  di dunia kebidanan?” Tiyani bertanya lagi.
“Kenapa tidak, seiring waktu berjalan kalian akan mengenal dunia persalinan baik bersifat fisiologis maupun patoligis seperti apa. Sewaktu menghadapi pasien terlebih sekitar pedesaan terpencil, otak harus berputar dan harus mampu menciptakan sebuah terobosan kalau perlu bagi perkembangan dunia medis.” Kalimat Nefrit.
“Perlihatkan kualitas diri, tidak  menutup kemungkinan suatu hari kelak salah satu dari kalian mempunyai penemuan terbaru dan diakui internasional bagi perkembangan medis.” Nefrit berbicara kembali…
“Diluar sana banyak saingan ibu, belum lagi lapangan kerja bidan sekarang sulit karena terlalu banyaknya lulusan hingga banyak pula pengangguran, ditambah permasalahan ujian demi mendapat selembar sertifikat.”  Neha terlihat lemas bercerita tentang kenyataan hidup.
“Mempunyai prinsip dan harapan hidup yaitu selesai kuliah saya pasti bekerja, berjuang, tidak ada hal yang mustahil bagi Tuhan apa lagi hanya bekerja sebagai seorang bidan. Andai kata kau gagal hari ini, teruslah berjalan dan berjuang hingga nafasmu berhasil membuktikan kualitas terbaik di hadapan semua orang.” Memberikan pelajaran penting demi membentuk pola pikir dalam diri mereka.
“Sampai disini dulu perjumpaan kita,” Nefrit melihat arah jam menunjukkan waktu selesainya mata kuliah. Berjalan keluar dari kampus tempat Nefrit mengajar, seperti biasa dia juga berperan sebagai mahasiwa S2 disamping menjadi seorang dosen.
“Ka’Nefrit,” Kirey tanpa sengaja bertemu dengannya seputar jalan raya menuju pasar tradisional. Nefrit ingin berbelanja kebutuhan rumah, juga berpikir untuk membuat masakan spesial bagi Adriell.
Dia dikejutkan dengan Kirey sedang memegang tangan seseorang yang dikenalnya. Memori tentang curahan hati Kirey bermain dalam ingatannya. Tidak pernah terlintas, jika pria yang dimaksudkan oleh Kirey ternyata Adriell. “Kami dijodohkan oleh orang tua,” ucapan Kirey beberapa hari sebelumnya tiba-tiba terngiang sekitar telinganya.
“Nefrit,” Adriell tanpa sadar berbicara menyebut namanya.
“Kalian saling mengenal?” mata Kirey tidak berkedip menyaksikan pertemuan tidak terduga diantara mereka.

Bagian 9…

Kirenzie…
Tak pernah kuduga sebelumnya ka’Nefrit dan Adriel sudah saling mengenal antara satu sama lain. Terlihat raut wajah Adriell sedikit terkejut, sedang ka’Nefrit tak pernah menyangka terjadi pertemuan seperti ini. Rasa bahagia menyergapku, kenapa? Saya dapat mengorek informasi tentang Adriell dari ka’Nefrit sendiri. Bisa mengetahui makanan kesukaan, sifat, dan pola pikir seorang Adriel lebih berada dimana. Mengajak ka’Nefrit menikmati kebersamaan di tempat biasa.
“Ternyata kalian teman sejak sekolah dulu, pantes” masih belum mempercayai…
“Kirey, berhenti bertingkah kekanak-kanakan!” tegur Adriell terhadapku, memang apa yang kulakukan hanya berucap seperti itu, mendapat teguran.
“Ka’Nefrit, bagaimana tingkah Adriell sewaktu sekolah kemarin?” pertanyaanku membuat ka’Nefrit tersedak saat mamasukkan segelas jus alpukat rasa capucino.
“Kenapa belum menjawab pertanyaanku?” saya masih bingung, sedang ka’Nefrit masih saja menikmati jus didepannya seakan tak memperdulikan pertanyaanku.
“Maaf,” ka’Nefrit memulai pembicaraan.
“Jangan minta maaf, segera jawab pertanyaanku saja kakak” ungkapku.
“Adriell selalu menjadi pusat perhatian semua orang,” ka’Nefrit tersenyum santai…
“Menjadi pusat perhatian karena prestasi, cakep, terkaya, atau apa?” tanyaku lagi.
“Bukan prestasi atau hal yang kau ucapkan, tapi karena tingkat kenakalannya sudah jauh melebihi ambang batas dan selalu menjadi preman sekolah salah jadi,” penekanan ka’Nefrit terkesan aneh dari raut wajahnya. Mata Adriell terbelalak mendengar semua itu.
“Wow, apa Adriell selama sekolah dikenal sebagai play boy?” Sekarang giliran Adriell batuk-batuk mendengar  pertanyaanku.
“Adriell sewaktu sekolah sekalipun terkenal sebagai manusia paling nakal, tapi untuk permasalahan manusia play boy tidak sama sekali, jauh berbeda dengan sekarang sepertinya…”
“Ka’Nefrit, jangan membuatku penasaran, sepertinya kenapa?” tanyaku kembali.
“Berhenti mengorek informasi tentangku,” Adriell menegur dan mengarahkan wajahnya terhadapku.
“Memang kenapa? Kita berdua dijodohkan oleh orang tua, tidak ada salahnya mengorek informasi biar saya bisa menerima masa lalumu mulai dari sekarang.” Ucapku membalas Adriell.
“Perasaan kau tidak mau dijodohkan denganku, kenapa sekarang seolah ingin berkata lain?” Adriell masih merasa aneh melihat tingkahku.
“Sepertinya ada hal yang harus kuselesaikan, kalau begitu saya permisi dulu” ka’Nefrit mengambil tasnya secepat mungkin, kemudian segera berdiri hendak menjauh dari pertengkaran kecil diantara kami berdua.
“Tunggu!” Adriell menghentikan langkah ka’Nefrit.
“Saya harus pergi sekarang, selesaikan dulu pertengkaran kalian baru menghubungiku kembali,” ka’Nefrit tertawa kecil melihat ke arah kami berdua.
Hanya tinggal berdua, diam seribu bahasa tanpa satupun berkata-kata. Kebiasaan terburuk diantara kami adalah pertengkaran, pertengkaran, hanya pertengkaran. Bagaimana saya dapat menaklukkan manusia seperti dia kalau selalu saja seperti ini? Kenapa saya bisa menyukai Adriell? Pertanyaan paling buruk bagi hidupku sendiri. Sikap Adriell terkesan seakan tidak akan pernah perduli tentang perjodohan kami. Sepanjang perjalanan pulang mengantarkan ke rumah, dia tetap diam seribu bahasa.
Saya suka segala hal dalam diri seorang Adriell, sekalipun sikap cuek bahkan tak pernah perduli apapun tentang hidupku. Dia kembali menghilang hanya karena pertanyaan sekedar mencari informasi ketika ka’Nefrit di depan kami. Ratusan kali menghubungi melalui telepon, tetapi tak pernah diangkat olehnya. Pesan melalui BBM, WA, massanger, line dariku  juga tidak pernah terbaca.

Nefritzal…
Pada kenyataan hidup, saya harus siap menerima sebuah kisah tersembunyi. Sama sekali tak terpikirkan, jika pria yang dimaksud oleh Kirey merupakan orang terdekat bahkan terlalu berharga bagi duniaku sendiri. Pertemuan tidak terduga antara kami bertiga, sedangkan Kirey belum menyadari sesuatu hal. Andai kata, Kirey menyadari semua itu apa yang akan diperbuat olehnya?
“Menjatuhkan air matapun tidak akan menyelesaikan masalah buatku sekarang” berusaha menahan rasa sakit, biarlah tersembunyi dan tersimpan jauh di dasar paling terdalam. Tuhan, ajar hidupku untuk siap menerima kenyataan terpahit apapun itu. Saya masih dapat melangkah, sekalipun apa yang diinginkan hati tidak  sesuai dengan kenyataan hidup.
“Kenapa kau tidak mengangkat telpon dariku?” tak pernah kusangka, dia terus berjaga depan rumahku. Menghabiskan waktu bersama teman, bahkan menginap di rumahnya jauh lebih baik dibanding bertemu Adriell setiap saat.
“Dari mana saja kau, kenapa menghilang?” raut wajahnya terlihat marah.
“Kenapa tidak menjawab?” kembali melemparkan pertanyaan sambil memegang pergelangan tanganku. Mulutku terkunci rapat, jauh lebih baik diam seribu bahasa dibanding menjawab pertanyaan demi pertanyaan darinya. Membuka pintu rumah, dia berusaha untuk masuk juga tanganku masih berjuang untuk menghalangi kakinya dapat berjalan.
“Kau pasti marah, itu bukan kesalahanku” dia terus saja menggedor pintu rumahku.
“Hal terburuk adalah seorang Adriell tak pernah berkata jujur, selalu bersembunyi” tangisku pecah seketika selama beberapa hari berusaha untuk kupendam. Bersandar dibalik pintu rumah, dengan air mata terus saja mengalir.
“Maaf, selalu membuatmu terluka,” dia masih berada di luar, pertama kali mendengarnya berbicara dengan isak tangis. Tak pernah sekalipun air matanya terjatuh oleh karena sesuatu hal menyakitkan terlebih terdengar histeris dalam tangisan.
Tetaplah menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.” Kalimat yang pernah diucapkan oleh Adriell tiba-tiba terngiang memenuhi beranda pendengaranku. Bagaimana Kirey dapat menjalani kehidupan tanpa Adriell. Tidak lagi bercerita tentang masalah perjodohan, melainkan perasaan Kirey terlalu mendalam untuknya. Salah satu diantara kami harus ada yang mengalah, dan itu terarah untukku.
“Astaga,” ucapku sangat terkejut melihat Adriell pingsan saat membuka tirai jendela. Kupikir dia sudah kembali ke rumahnya, ternyata luar dugaan terus berjaga semalaman. Berusaha sekuat tenaga membawa dia masuk ke kamar, demamnya sangat tinggi. Kembali berada di sampingnya, merawat, berjaga hingga dia terbangun dari tidur.
“Jangan pergi,” dia mengigau.
“Kau tidak pernah jujur” kalimatku berusaha mengganti kompresannya. Sampai sekarang saya tidak pernah tahu penyebab Adriell pergi menjauh dan memutuskan hubungan sepihak bertahun-tahun lamanya. Tiba-tiba muncul bersebelahan rumah denganku, disaat hatiku mulai belajar kembali menerima, hal terpahit adalah mendengar tentang perjodohan dia bersama sahabatku sendiri. Membayangkan Kirey mencurahkan segala isi hatinya beberapa waktu lalu, hingga terpancar rasa takut luar biasa membuatku harus belajar melepas sesuatu yang ingin kupertahankan.
“Tuhan, ajar hidupku untuk tidak kecewa sepahit apapun perjalananku saat ini,” jeritan hati berteriak kuat sekalipun menyakitkan, bahkan lebih dari itu. Kisah percintaan tak berujung, akan segera berakhir.
“Maaf membuatmu selalu terluka” Adriell terbangun dari tidurnya menatap ke arahku.
“Demammu sudah turun,” mengecek suhu tubuhnya.
“Berjanjilah, kau akan tetap menggenggam tanganku sekalipun selalu membuatmu terluka.” Kalimat terbodoh seorang Adriell tanpa pernah berpikir tentang orang-orang di sekitarnya.
“Lepaskan!” perintahku, berusaha melepaskan tanganku darinya.
“Berjanjilah” dia masih terus berucap
“Apa karena alasan Kirey sampai kau pergi begitu saja bertahun-tahun lamanya?”
“Saya baru mengenal dia semenjak kembali menginjakkan kaki di negara ini.”
Mataku terus menatapnya seolah menginginkan penjelasan lebih, “Kirey  waktu itu pasti masih kecil andaikan saya mengenalnya sewaktu dulu” ujarnya lagi.
“Kirey menyimpan perasaan mendalam hanya untuk seorang Adriell bukan yang lain,” kalimatku penuh penekanan…
“Saya tidak pernah menghapus nama Nefrit jauh di dasar hatiku” tatapan mata Adriell seakan berkata jujur, atau saya yang terlalu lemah…
“Bagaimana perasaan Kirey jika menyadari semua ini?” bertanya ke arahnya.
“Kenapa saya terpisah jauh dari papa? Karena menolak perjodohan yang tidak pernah saya inginkan.” Adriell meletakkan tanganku bagian detakan jantungnya.
“Berdetak begitu kuat” suara hatiku berbisik di dalam.
“Apa benar yang kulihat sekarang?” tiba-tiba Kirey berada di hadapan kami, jauh lebih terkejut dengan apa yang dilihatnya sekarang. Dari mana Kirey menemukan alamat rumahku? Kenapa dia tiba-tiba mendengar hal yang seharusnya tak boleh di dengar olehnya?
“Kalian berdua pengkhianat,” rasa kecewa terlihat jelas melalui nada ucapan Kirey.
“Kirey,” teriakanku berusaha mengejar Kirey yang berlari jauh meninggalkan kami.
“Kirey, berhenti” mulutku kembali berteriak namun ia tetap berlari kuat.
“Kenapa harus ka’Nefrit yang menusukku dari belakang?” tangisan Kirey terdengar kuat sekitar gendang pendengaranku. Terus saja berlari, tanpa memperdulikan lalu lalang kendaraan di depannya. Berusaha membuat dia berhenti berlari, tetapi tidak membuahkan hasil.
“Kirey, semua ini salah paham” mencoba berbicara perlahan, saat kami mendapati jalanan buntu.
“Pergilah ka’, tidak ada gunanya berbicara!” dia terus saja mengusirku agar menjauh.
“Ki, bagaimana saya harus menjelaskan” ucapanku pelan.
“Selama ini saya selalu menganggapmu sebagai sahabat, ternyata menusuk”
“Ki’ harus percaya” sekali lagi mulutku berucap, namun Kirey tetap memperlihatkan kekecewaan mendalam. Menganggap semua ini sebagai pengkhianatan antara kami. Seperti apapun penjelasanku sekarang, tidak akan pernah didengar olehnya. Bagi Kirey jika ini sebuah pengkhianatan terbesar bahkan menusuk.
“Maaf membuatmu terluka” ucapanku dengan kepala menunduk. Hal tak terduga, Kirey mendorong tubuhku begitu keras jauh dari tempat kami berdiri.
“Kirey…” teriakan histerisku. Sebuah balok kayu sekitar gedung tua tempat kami berdiri tiba-tiba terjatuh. Jalanan ini memang buntu bagian selatan dan bangunan tua sebagai penghalang menuju arah lain. Balok kayu tersebut mengenai tubuh dan kaki Kirey, hingga jatuh pingsan.
“Kirey kenapa?” suara Adriell menuju ke arah tempat kami berdua.
“Adriell, tolong Kirey!” ucapanku sangat gugup, khawatir, penuh ketakutan. Adriell segera mengangkat tubuh Kirey membawanya menuju rumah sakit. Menahan mobil yang sedang berjalan bagian utara dari gedung tersebut.  
“Dokter selamatkan teman saya” menangis histeris memegang kuat lengan seorang dokter ketika kami berada di rumah sakit. Membayangkan bagaimana seorang Kirey dalam rasa kekecewaan penuh, masih berjuang menyelematkan hidupku dari maut.
“Saya penyebab Kirey mengalami kecelakaan ini,” ucapku. Menangis histeris menyesali deretan peristiwa beberapa waktu lalu sebelum kecelakaan tersebut. Andai kata, Kirey tidak pernah datang ke rumahku waktu itu, semua ini tidak akan pernah terjadi.
“Semua ini, bukan salahmu” Adriell berusaha menenangkan diriku.
“Adriell, bagaimana keadaan Kirey?” seorang wanita paruh bayah terlihat cemas.
“Apa yang terjadi dengan anak saya?” tangis wanita tersebut memenuhi ruangan.
“Tante harus tenang” ucapan Adriell berusaha membuatnya tenang. Menunggu hasil pemeriksaan dokter tentang keadaan Kirey. Sepanjang malam berjaga menantikan Kirey segera terbangun.
“Siapa yang bernama Adriell disini?” ucap seorang perawat di hadapan kami semua.
“Saya suster,” Adriell segera mengacungkan tangan menjawab.
“Nona Kirey terus saja mengigau menyebut nama anda,” kalimat suster menyuruh Adriell untuk berada di samping Kirey.
“Kalau anda tetap berada di sampingnya, akan membantu memulihkan kondisinya,” kembali suster menjelaskan tentang sebuah kenyataan yang harus kuterima. Mengintip dari jendela menyaksikan bagaimana Adriell terus menggenggam kuat jemari Kirey. Membiarkan dia menjadi bagian hidup Kirey, sekalipun rasa sakit membungkus kuat.
“Tuhan, biarlah dia menjadi milik sahabatku sendiri” berkata-kata berbicara kepada Tuhan. Dalam kekecewaan, amarah, terluka Kirey masih berusaha menyelematkan kehidupanku. Adriell yang terus berjaga di sampingnya, hingga Kirey terbangun dari tidur.
“Adriell,” suara Kirey masih lemah ketika tersadar.
“Tidak usah bergerak atau bicara dulu,” ucap Adriell menyadari  Kirey terbangun. Mengintip keadaan Kirey sudah membaik jendela membuatku legah.
“Maaf selalu membuat hidupmu seperti sekarang,” ucapan Adriell.
“Kaki saya tidak bisa digerakkan,” teriakan Kirey sambil menangis setelah beberapa hari terbaring di rumah sakit.
“Mi, sekarang Kirey lumpuh” Kirey terus saja menangis histeris dalam ruangan.
Dokter menjelaskan akibat balok besar menimpa kakinya, hingga menjadikan Kirey mengalami lumpuh total. Membuatku semakin bersalah karena diriku hingga Kirey harus berakhir dengan keadaan cacat seperti ini. “Saya masih ingin berjalan sama seperti orang lain” air mata Kirey semakin keras. Dapat dikatakan saya manusia paling pengecut, tak pernah bisa berada di hadapannya.
“Dia lebih membutuhkanmu jauh dibanding diriku sendiri” ucapku tanpa sengaja bertemu Adriell tidak jauh dari kamar tempat Kirey dirawat. Adriell hanya terdiam mendengar ucapanku. Berusaha tersenyum seakan dan berkata jika saya dapat menghadapi kehidupanku sendiri. Kirey hanya membutuhkan Adriell sebagai pondasi kekuatan ketika semua hal benar-benar mengecewakan hidupnya.
“Maaf membuatmu selalu terluka,” kesekian kalinya seorang Adriell tanpa pernah bosan berkata-kata dengan kalimat yang sama.

Bagian 10…

Adriell…
Saat kakiku kembali berpijak di tempat ini, ada begitu  banyak kenangan yang tak akan pernah kulupakan. Hal pertama kali kulakukan menuju sebuah makam, dan tak lain saudara kandungku sendiri. “Mungkin saya terlalu bodoh pergi menjauh darinya” menatap batu nisan depanku.
Flashback…
Siapa tidak mengenal Adriell satu-satunya manusia paling mengerikan, hancur, si’ pembuat masalah, berandalan, hidup dalam pergaulan menjijikkan, preman. Dimanapun baik lingkup  sekitar luar maupun dalam sekolah takluk dibawah kaki seorang Adriell. Mama, papa, kedua kakakku angkat tangan melihat kelakuanku. Salah satu kakakku berada jauh dari kehidupan keluarganya, alias lebih memilih hidup di negara orang hanya untuk cita-citanya.
“Woi, jangan berani melawan” bentakku memberikan pukulan demi pukulan terhadap salah satu siswa di luar sekolahku. Beberapa kali berhubungan langsung dengan polisi, sebelum akhirnya saya memasuki bangku sekolah menengah.
“Mama ingin Adriell berubah” tegur mama membelai rambutku.
“Mama urus saja kakak, jangan berlagak seolah memperhatikan Adriell” gertakku.
Seperti itulah hidupku penuh amarah, menganggap orang tuaku lebih menyayangi kakakku dibanding diriku sendiri. Hingga suatu ketika perhatianku tertuju terhadap salah satu siswi teman sekelasku sendiri. Pertama kali memasuki sekolah, dia tidak pernah berbicara denganku ketika kami berpapasan atau bertemu di kelas. Nefrit tidak mempunyai hal istimewa sedikitpun terlebih sebuah prestasi sangat jauh dari bayangan hidupnya. Kecantikannya berada dibawah rata-rata, warna kulit tidak semulus seperti perkiraan orang.
“Saya mempunyai ide,” akalku mulai berjalan hanya sekedar ingin menjadikan dia sebagai mangsa permainan. Semua siswa begitu takut dan tunduk terhadapku termasuk para guru sekolah. Saya menyadari jika esok hari merupakan jadwal baginya untuk membersihkan kelas. Sengaja datang pagi-pagi sekali hanya sekedar membuatnya terpancing. Menghambur-hamburkan sampah memenuhi kelas, hingga membuat dia kembali membersihkan ruang tersebut. Lebih parah merokok dan membuang asapnya ke hadapan Nefrit sampai akhir cerita pingsan secara tiba-tiba akibat ulahku.
Apakah saya merasa bersalah? Jawabannya tidak sama sekali bahkan sangat puas, sekalipun saya harus mendapat hukuman karena perbuatanku. Hal tak terduga dilakukan olehnya. Kupikir dia akan mengambil sebuah senjata kemudian berbalik menyerangku, ternyata sebuah lipatan kertas diberikan untukku. “Biarkan setitik sinar menerangi ruang gelap dalam  jalanmu,” isi pada secarik kertas pemberiannya.
Memikirkan siang dan malam makna kalimat dalam lipatan kertas pemberiannya. Seakan ada sesuatu ingin membuatku terus mengingat kalimat tersebut semakin saya berusaha untuk melupakan. “Saya tidak akan pernah berubah, hanya karena kata-kata seperti ini,” merobek kertas pemberiannya setelah berhari-hari tersimpan aman dalam kamarku. Sifatku semakin kubuat lebih mengerikan dibanding sebelumnya. Hal lebih mengerikan, dia tak pernah bosan memberikan lipatan kertas dengan kata-kata berbeda. Walaupun saya hampir membuatnya keluar dari sekolah dengan menjebak dia sebagai pencuri soal ujian, tetapi dia masih belum menyerah.
“Hal terkacau menjebak, tapi justru saya harus kembali mengakui perbuatanku sendiri” gerutuku sendiri setelah keluar dari kantor kepala sekolah. Setiap berpapasan denganku, tanpa rasa bosan tetap melakukan hal sama. Hingga suatu waktu, ternyata dia salah memberikan surat, pada kenyataan jika saudara kembarku yang mendapat lipatan kertas darinya. Seberapa besarpun kemarahanku, saudaraku selalu menjadi kakak terbaik buatku. Disaat tertentu, saya tidak dapat berada di sekolah tanpa sepengetahuanku dia menyamar sebagai diriku. Akibat kejadian seperti itulah, ka’Aldrich bertemu Nefrit.
“Anak mama tidak kenapa-kenapa kan?” rasa khawatir mama selalu berlebihan buat kakakku, membuat saya merasa terbuang. Saya tidak pernah tahu ka’Aldrich terdiagnosa penyakit seperti apa, hingga menjadikan perhatian mama lebih banyak untuknya. Membaca lipatan-lipatan kertas pemberian Nefrit terkadang memberikan penghiburan buatku demi melawan kesepian dalam diriku sendiri. Tersenyum sendiri membayangkan Nefrit berani memberikan lipatan kertas ini.
“Buatmu,” hanya kata seperti ini saja yang akan keluar ketika bertemu dengannya. Memberikan dia sebuah payung di tengah hujan deras seakan menjadi penghiburan buatku. Hal terbodoh adalah memberikan dia jenis lukisan sama seperti biasa untuknya. Kehidupanku mulai mengalami perubahan karena dirinya, termasuk prestasiku di sekolah. “Daun kering itu bernilai,” bercerita tentang hidupku sendiri berstatus sampah akan tetapi dibuat bernilai olehnya.
Saat hidupku mengalami perubahan demi perubahan, mama datang ke hadapanku menangis sedemikian rupa. Menyuruhku melanjutkan sekolah keluar negeri, kenyataan terpahit membiarkan ka’Aldrich berperan sebagai diriku di sekolah. “Kenapa mama selalu menyuruhku mengalah dari kakak?” amarahku tak terkendali. Mama seolah ingin bersujud hanya demi kebahagiaan ka’Aldrich.
“Memang hanya dia anak mama, sedang Adriell hanya anak haram?” ucapanku lagi.
Air mata mama terus mengalir, hingga akhirnya berkata jujur tentang penyakit kakakku yang sebenarnya. Dia menyembunyikan semua itu setidaknya tidak menjadi beban bagi siapapun. Ternyata kakak menyadari penyakit kanker darah yang menimpa dirinya sendiri, namun diam seribu bahasa. Ka’Aldrich memiliki perasaan suka terhadap seseorang di sekolah, membuatku harus mengalah. Saya dan kakak sama-sama menyimpan perasaan sama terhadap gadis yang sama. Kenyataan terpahit adalah mengalah dengan kata lain merelakan Nefrit untuk ka’Aldrich.
Beralasan libur kenaikan kelas, hingga saya harus pergi menghabiskan waktu bersama keluarga di luar negeri hingga batas masuk sekolah terhadap Nefrit. Hal yang terjadi adalah kami sekeluarga sedang mengalami pergumulan berat, ka’Aldrich sedang berjuang di ruang ICU selama berhari-hari. “Berikan kesempatan bagi ka’Aldrich menikmati hubungan bersama gadis yang disukainya, Tuhan” isi doaku memohon kepada Tuhan.
Saya ingin menebus semua kesalahanku, biarkan dia terbangun dari tidurnya, Tuhan. Tanpa pernah berhenti berdoa di hadapan Tuhan. “Adriell, bagaimana keadaan Aldrich?” ka’Adrin bertanya terhadapku. Tanpa sepengetahuan seorangpun, jika ternyata kami kembar tiga  Adrin Fidelis, Aldrich Fidelis, dan terakhir diriku Adriell Fidelis.
“Semua ini salahku,” ucapku menyalahkan diri sendiri.
“Tidak ada yang perlu disalahkan,” kata-kata bijak ka’Adrin memeluk diriku. Papa dan mama terus bergumul tentang kondisi ka’Aldrich saat ini. Terlebih mama terus saja menjatuhkan air mata dan berharap sebuah mujizat. Pada akhirnya ka’Aldrich terbangun dari koma, dapat menjalani hidup berusaha memperlihatkan dirinya terlihat sehat tanpa rasa sakit sedikitpun. Menyetujui permintaan mama untuk pergi bersama ka’Adrin melanjutkan sekolah. Ka’Aldrich tidak pernah menyadari tentang perasaanku sebenarnya terhadap Nefrit, biarlah terkubur dalam tanpa harus nampak  ke sebuah permukaan. Melihat kebahagiaan ka’Aldrich jauh lebih berharga dibanding kehidupanku sendiri.
Nefrit tak pernah menyadari siapa orang yang telah menyatakan perasaannya, bukanlah diriku melainkan saudara kembarku sendiri setelah terbangun dari koma. “Setidaknya, Tuhan masih memberikan kakakku kesempatan merasakan kebahagiaan” suara hatiku berbisik. Mama bercerita banyak melalui saluran telepon jika ka’Aldrich terlihat bahagia ketika berada di sekolah barunya. Kehadiran Nefrit berperan sebagai tombak kekuatan bagi ka’Aldrich untuk memiliki semangat hidup.
Setiap saat bercerita banyak bagaimana ka’Aldrich menembak Nefrit agar mau menjadi pacarnya. Nefrit tidak pernah tahu, jika selama ini ka’Aldrichlah yang selalu ada disampingnya menjalani banyak hal. “Aldriell, harus kuat” kalimat bijak ka’Adrin setiap waktu ketika hidupku terlihat hambar. Kondisi ka’Adrich makin memburuk, akan tetapi selalu disembunyikan olehnya. Hal tak terduga adalah memberikan seluruh tabungannya untuk biaya kuliah gadis paling berarti baginya. Memutuskan hubungan secara tiba-tiba hubungan percintaan antara dia dan Nefrit akibat kondisi kesehatannya makin memburuk. Sampai akhirnya ka’Aldrich meninggal, Nefrit tidak pernah tahu siapa orang yang telah menyatakan perasaannya dan selalu bersama menjalani masa sekolah tingkat akhir.
“Maaf telah menyakiti hatimu setiap saat, dan terimah kasih karena telah memberikan kebahagiaan tak ternilai buatku yaitu dirinya.” Sebuah pesan masuk melalui emailku. Pesan terakhir ka’Aldrich sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Flashback…
Tahun demi tahun berlalu, saya tidak pernah menyangka akan kembali menginjakkan kaki ke tempat dimana penuh memori antara ka’Aldrich, dia, dan saya. Sampai detik sekarang dia tak pernah menyadari tentang kematian ka’Aldrich, menyembunyikan segala sesuatu hal terbaik untuknya. Mama ingin melupakan semua kenangan tentang ka’Aldrich sehingga memutuskan tinggal bersama ka’Adrin di negara orang. Sementara papa tetap bertahan hidup di negara ini, ketika terdapat waktu kosong beliau akan segera terbang menjenguk mama di luar. Tuhan, jauhkan dia dari hidupku berharap tak akan pernah bertemu bagian dari masa laluku.
Pertama kali menjelaskan hasil karyaku di hadapan para pengusaha ketika berada di negara ini. Banyak pengusaha luar sedang melakukan kunjungan sekaligus pertemuan, gedung tempat saya berdiri sekarang. “Baiklah, saya ingin menjelaskan tentang area desain dari segi kualitas memiliki satu sisi keunikan, bahkan dapat dapat menjadi sebuah objek perhatian semua mata.” Berada di hadapan beberapa pimpinan perusahaan.
“Area, keunikan, objek perhatian terlihat menarik juga” Mr. Charlo menyukai katiga istilah tersebut.
“Saya bisa melanjutkan?” kembali berbicara lagi.
“Silahkan!” Mr. Charlo mempersilahkan.
“Bukan hanya sekedar ingin mencoba bahkan lebih dari itu, membuat sebuah konsep desain bahkan menjadi objek perhatian siapapun sekitar area padang gurun luas. Langsung pada pokok pembahasan konsep menarik terlebih memberikan sisi keunikan tersendiri adalah daun-daun kering terus berjatuhan memenuhi padang pasir.” Tetap berusaha bersikap tenang saat berdiri menjelaskan hasil karyaku.
“Sekitar padang gurun membentuk daun-daun kering berjatuhan, ada yang melayang di udara dan terdapat pula memenuhi daratan gurun pasir. Peletakan taman bermain, taman bunga, kolam renang, gedung hotel, apartement, café, restoran, dan beberapa hal yang menarik untuk menjadi objek tertentu dapat memenuhi area padang gurun tersebut.” Berdiri di hadapan mereka dan kembali menjelaskan…
“Bagaimana membuat trik agar objek-objek yang disebutkan sebelumnya seperti taman, hotel, kolam renang, apartement, arena permainan memicu adrenalin, dan lain sebagainya dapat menyerupai daun-daun sedang beterbangan di udara dan sedang atau sudah mendarat di padang pasir?” Mr. Charlo bertanya tentang tingkat trik membentuk desain seperti ini memenuhi area padang pasir.
“Sama seperti biasa sebelumnya mematok ukuran luas yang akan digunakan termasuk tingkat kedalaman bawah tanah dari padang pasir sendiri. Membentuk gambar sepanjang area sama seperti daun-daun sedang beterbangan di udara bahkan sedang atau sudah mendarat memenuhi padang pasir. Menetapkan jalur-jalur seperti hotel, kolam renang, arena permainan, jembatan kaca menyerupai daun kering, dan lain sebagainya sebagai objek perhatian sesuai lokasi yang telah ditentukan. Ada kesulitan tertentu, tetapi dapat dibuatkan sebuah trik sehingga mendapat hasil sesuai.” Mulutku tak berhenti berbicara untuk memberi penjelasan.
“Satu hal lagi, mungkin terkesan sedikit aneh tapi untuk beberapa objek seperti jalanan, jembatan, hotel, café dapat menggunakan daun kering yang telah mengalami proses terlebih dahulu termasuk pengawetan menjadi bahan kulit luar sebagai penghias. Objek bangunan tetap menggunakan bahan yang sama, hanya saja sebagai bahan penghias luar digunakan daun  kering kemudian memakai kaca bening sebagai bahan pelapis sehingga dapat bertahan lama dan tidak lagi melakukan pengecetan.” Kembali berkata-kata menerangkan hasil pemikiran dari dalam diriku sendiri.
“Apakah perlu untuk beberapa objek seperti café, hotel, apartement dapat menggunakan konsep bersifat kombinasi atau hanya melihat satu area saja sebagai pengikut?” Mr. Charlo masih mengajukan pertanyaan.
“Bisa saja tergantung selera, perpaduan antara modern dan tradisonal dapat menjadi bagian dalam konsep tersebut. Contoh apartement didesain dengan bentuk gedung menyerupai selembar daun sedang tertiup angin. Akan tetapi, pada bagian dalam apartement ini terdapat kombinasi antara modern dan tradisional. Kenapa? Agar tidak menghilangkan cita rasa atau ciri khas tentang sebuah kebudayaan suatu negara selama tidak melewati  batas norma.” Mencoba kembali menguraikan. 
“Wow…” Mr. Britsh tiba-tiba bersuara.
Sama seperti kehidupan berada di sebuah alur area tanpa arah, tetapi dapat bernilai. Daun yang jatuh dan beterbangan bahkan memenuhi bumi, mengisahkan kisah hidupku akan menjadi kering, kemudian memasuki proses pembakaran tanpa nilai sama sekali. Kehidupan rusak, menjijikkan, berada dalam sebuah jurang akan tetapi seseorang membuatnya bernilai hingga memperlihatkan sebuah kualitas. Daun kering yang sebelumnya akan menjadi abu, tetapi dapat dijadikan sebuah objek perhatian bagi banyak mata. Daun kering itu bernilai ketika berada di sebuah padang gurun luas untuk menghias memberi keunikan tersendiri.
 Masa lalu seseorang dapat bersifat kekacauan dan hal-hal menjijikkan, tetapi dibuat bernilai oleh Tuhan ketika dia berhasil keluar dari jurang dan menjadi pemenang. Sesuatu yang dianggap tak mempunyai nilai oleh karena masa lalu, akan tetapi dapat menjadi sebuah objek kekuatan bagi orang lain ketika berada dalam sebuah lembah pergumulan. Seseorang dengan kehidupan terpuruk, ada saat dimana dapat memainkan peran/ kualitas kehidupan dalam suatu padang gurun atau beranda pergumulan permasalahan sebuah pribadi.
“Bagaimana keadaanmu?” seperti biasa ka’ Adrin selalu menanyakan kabar melalui pesan singkat. Menjalani hari-hariku berpetualang, mengambil gambar-gambar unik melalui kamera pribadi, dan menjadi seorang arsitek inilah duniaku sekarang. Hingga tanpa sengaja dipertemukan gadis lucu, cantik, manis, langsing, masih berstatus mahasiswa. Pertemuan pertama terkesan aneh, tanpa sadar orang tua kami saling mengenal satu sama lain, berniat menjodohkan antara aku dan dia. Setiap bertemu hanya bercerita tentang pertengkaran tanpa komunikasi baik. Hingga suatu ketika saya melihat dia bersama dengan bagian dari masa laluku yaitu gadis terhebat bagi nafas hidupku sendiri.
“Kenapa mataku harus kembali melihatmu?” menatap sebuah lukisan. Satu sisi saya harus berhadapan dengan acara perjodohan, dilain sisi bagian masa lalu kembali hadir memberi bayangan bagi langkahku. Pertengkaran besar terjadi antara saya dan papa, karena menolak perjodohan dengan Kirey. Berujung hingga kakiku harus lari dari rumah meninggalkan papa seorang diri. Tak pernah menyangka saya akan kembali bertemu bahkan bersebelahan rumah dengannya. Apakah ini tanda dari Tuhan? Bagaimana jika dia menyadari kejadian sebenarnya, dan menganggap hidupnya berada dalam permainan? Hingga detik sekarang, Nefrit tak pernah tahu tentang kematian ka’Aldrich semua tersembunyi kuat darinya.
Dia bahkan merawatku sepanjang malam, tanpa sepengetahuanku. Sampai akhir cerita teman yang membantu kepindahanku memberitahu hal ini, jika seseorang telah berjaga sepanjang malam buatku. Hal lebih gila lagi demi menghindar, dia berusaha mencari rumah kontrakan terbaru. Entah dorongan kekuatan dari mana membuat dia tetap bertahan bersebelahan rumah denganku. Memulai perjalananku dengannya jauh lebih hebat dibanding menerima perjodohan bersama Kirey. Perjodohan dan permasalahan tentang ka’Aldrich biarlah tersembunyi rapi untuk sementara waktu, menunggu waktu baik menjelaskan segala sesuatunya.
Tak pernah disangka, rahasia perjodohanku terbongkar juga pada akhirnya. Sejak awal saya menyadari jika antara Kirey dan Nefrit terjalin suatu ikatan persahabatan. Pertama kali melihat dia di rumah sakit bersama Kirey, sebelum kami menjadi tetangga. Kirey belum menyadari tentang semua ini, tetapi dia tahu jika terjadi hubungan tidak sehat antara kami bertiga. Kesalahan terbesarku adalah tidak pernah jujur tentang hal apapun terhadapnya, baik tentang perjodohan terlebih permasalahan ka’Aldrich. Menunggu depan rumahnya sepanjang hari, panggilan telepon maupun pesanku tak pernah dijawab olehnya. Hingga ia pada akhirnya ia muncul, melemparkan beberapa pertanyaan tetapi mulutnya diam.
Berusaha menghalangi kakiku memasuki rumahnya. Berusaha menggedor rumahnya agar bisa terbuka, saya tahu dia berada dibalik pintu sedang menjatuhkan air mata. “Maaf, selalu membuatmu terluka,” hanya kalimat seperti itu saja dapat keluar. Berjaga sepanjang malam depan rumah wanita terhebat bagiku jauh lebih berharga. Tiba-tiba penglihatanku kabur dan semua menjadi gelap…
Saat membuka mata, untuk kesekian kalinya dia selalu ada di sampingku. Kami memulai pembicaraan serius, dia menyangka jika Kirey penyebab saya memutuskan hubungan sepihak bertahun-tahun lamanya kemarin. Dia tidak pernah tahu tentang ka’Aldrich hingga detik sekarang. Masih berusaha menutupi kenyataan sebenarnya tentang peristiwa kemarin, tetapi juga menjelaskan Kirey bukan penyebab permasalahan saat itu. Hal lebih mengerikan adalah Kirey melihat kami sedang berbicara dan berprasangka buruk tentang situasi kami.
“Kalian berdua pengkhianat” emosional Kirey tak terkendali, berlari keluar dari rumah. Nefrit masih berusaha mengejar untuk menjelaskan, sementara saya sendiri masih berjuang untuk dapat terbangun dari tempat tidur dalam kondisi lemah seperti ini. Mengambil motor dan mencari arah mereka berdua berlari. Di luar pemikiranku adalah mendapati Kirey berlumuran darah, sedang Neefrit berteriak histeris meminta bantuan. Kirey berusaha menyelematkan Nefrit dari sebuah runtuhan balok kayu besar sekitar gedung tua tempat mereka berpijak. Di rumah sakit Kirey terus saja mengigau menyebut namaku, tak pernah menyangka perasaannya lebih mendalam dari yang kubayangkan.
Terus berada disamping Kirey, membiarkan dia pergi menjauh hal terkacau bagi hidup seorang Adriell. Kirey mengalami kelumpuhan pada kedua kakinya akibat peristiwa kemarin. Menangis sejadi-jadinya bahkan terlalu histeris, inilah keadaan Kirey sekarang. “Adriell, Pencobaan yang Tuhan izinkan tidak melebihi kekuatanmu, bersabarlah” suara ka’Adrin bergema melalui saluran telepon.
“Hal terkacau, kisah percintaanmu selalu saja berujung membentuk segi tiga siku-siku,” sebuah gurauan pesan dari ka’Adrin kembali.
“Segi tiga siku-siku dan lainnya apa bedanya memang? Membalas pesan ka’Adrin.

Bagian 11...

Kireynzie…
Ratusan panggilan teleponku dihiraukan oleh Adriell, banyak kiriman pesanpun tak terbaca olehnya. Jalan satu-satunya adalah mencari ka’Nefrit untuk mencurahkan segala isi hatiku. Berupaya mencari tahu alamat rumah ka’Nefrit di kampus tempat dia mengajar.
“Ternyata rumah ka’Nefrit disini” celotehku sendiri ketika berhasil mendapat alamat rumahnya. Berjalan masuk ke arah pintu rumah yang terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi terbuka lebar. Seakan tidak ada siapapun di rumah ini, masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Memasuki ruang kamar terbuka dari rumah itu…
“Sepertinya saya mengenal lukisan ini,” mencoba mengingat pajangan lukisan sama.
Sama seperti daun jatuh, terbuang, kemudian menjadi kering, dikumpulkan untuk pembakaran bahkan menjadi abu setelah berada dalam nyala api. Tiba-tiba seseorang datang membuatnya memiliki kualitas nilai sebelum terlambat dan berada dalam nyala api kekal jauh di luar pemikiran siapapun.” Mengingat Kata-kata Adriell…
“Ini lukisan Adriell, kenapa menumpuk sebanyak ini di kamar ka’Nefrit?” pertanyaanku memandang setiap pajangan lukisan dengan gambar sama membentuk daun berjatuhan memenuhi tanah. Daun kering itu bernilai, tulisan sama di setiap ujung dari seluruh lukisan tersebut. Apakah benar Adriell dan ka’Nefrit mempunyai emiliki hubungan khusus? Rasa curiga mulai menerpa. Lukisan ini dapat menjadi salah satu bukti utama.
Terdengar 2 orang sedang berbicara pada ruang lain dari rumah ini, mencari arah suara mereka. Hal lebih mengejutkan adalah mendapati Adriell dan ka’Nefrit saling berpegangan tangan. Kenapa mereka tidak pernah jujur, bahkan menyembunyikan semua dari diriku? Hal terbodoh bagiku menyukai seseorang yang jelas-jelas dimiliki oleh sahabatku sendiri.
“Kalian berdua pengkhianat,” ujarku berada di hadapan mereka. Hal yang dapat kulakukan adalah berlari menjauh dari mereka. Ka’Nefrit mengejar kepergianku, hingga kami mendapati jalan buntu. Tidak ingin mendapat penjelasan apapun tentang apa yang kulihat, sekalipun mencoba berbicara. 
“Maaf membuatmu terluka,” pernyataan terburuk dari mulutnya bagiku. Selang beberapa menit kemudian, tanganku mendorong tubuhnya untuk menjauh oleh karena sebuah balok akan segera jatuh tepat ke arah tempat ia berdiri. Jauh di dasar hati, rasa sayang sebagai seorang sahabat ataupun adik masih lebih kuat. Membiarkan balok kayu terjatuh menimpa tubuhku…
Ketika tersadar, tubuhku sudah terbaring lemah memenuhi ruang rumah sakit. Dia terus berada di sampingku hingga mataku terbuka. Lebih membuatku tak ingin melepas atau memberikannya kepada sahabatku sendiri. Terlanjur menyukai manusia dingin, angkuh, judes seperti Adriell adalah hal terkacau bagi hidupku sendiri.
“Kakiku tidak bisa digerakkan sama sekali,” ucapku mencoba turun dari tempat tidur setelah terbaring lemah selama beberapa hari.
“Kaki saya tidak bisa digerakkan,” teriakanku penuh histeris, menangis, ketakutan, dan banyak lagi membungkus. Adriell berusaha menenangkan diriku, hal terberat adalah menjadi manusia cacat seumur hidup. Bagaimana permasalahan skripsiku? Bagaimana saya dapat menjalani hidup ke  depan? Terus saja menangis, kenyataan terpahit harus menerima kondisi tubuhku sekarang.
“Tenanglah,” mami berusaha mendekapku.
“Mi, sekarang Kirey lumpuh”
“Anak mami pasti bisa menghadapi semua ini” mami tetap mendekap erat tubuhku. Keadaanku sekarang sudah jauh berbeda, terus berada di atas kursi roda menyendiri merenungi kisah paling menyedihkan. Sekali-sekali berada di sekitar taman rumah sakit…
“Apa kita berdua bisa berbicara,” ka’Nefrit tiba-tiba berada di sekitarku sekarang.
“Sebentar saja, please” tetap memohon, mulutku diam membisu menatap…
“Mi, tinggalkan kami berdua sebentar” tidak lama setelah kehadiran ka’Nefrit, ternyata mami pun berjalan ke arah kami. Menyuruh mami pergi menjauh, setidaknya memberi kesempatan kami berbicara lepas. Seakan mami ingin marah atas kejadian kemarin, akan tetapi masih tertahan oleh kode yang kuberikan.
“Maaf membuat hidupmu menjadi seperti ini,” ka’Nefrit meminta maaf dengan kepala tertunduk. Apakah saya salah ingin mempertahankan Adriell hanya buatku? Menyukai 1 pria yang sama, menjadikan persahabatan berantakan…
“Kenapa kakak tidak menceritakan semuanya?” tangisku pecah.
“Semua ini salahku,” Ka’Nefrit memandang ke arahku.
“Pertama kali mendengar kami dijodohkan, rasa ingin menolak, tetapi jauh di dasar hati rasa suka buatnya mulai berakar. Pertemuan diawali perselisihan, pertengkaran, judes membuatku tak bisa lepas darinya. Apa yang harus kulakukan?” berkata-kata berusaha menahan rasa sakit.
“Menyebutmu sebagai pengkhianat adalah kesalahan, karena kakak lebih dulu mengenal dia dibanding diriku sendiri. Ternyata lukisan itu buat kakak” kembali berbicara.
“Ki’ maaf karena saya tidak pernah tahu.”
“Sekarang kakak bebas mengambil dia kembali!” hal yang tidak pernah kuinginkan menyerahkan Adriell untuk orang lain siapapun itu. Sejenak kami terdiam tanpa berbicara antara satu sama lain…
“Hanya masa lalu, sekarang dia hanya milikmu” ucapannya menghentikan tangisku.
“Bagaimana ka’Nefrit berkata seperti itu?”
“Kau lebih membutuhkan dia dibanding hidupku sendiri,” ka’Nefrit memelukku.
“Saya tidak ingin dikasihani,” ujarku dalam pelukannya.
“Ki’ jangan berpikiran negative tentangku, pertahankan orang yang kau sayangi sebelum penyesalan membungkus dirimu sendiri.”
“Maaf karena diriku hingga kau berakhir seperti sekarang” kembali berkata-kata, hingga pada akhir cerita meninggalkan diriku seorang diri di taman. Apakah keputusan yang diambilnya lebih tepat? Mencintai pria sama benar-benar menyakitkan…
Belajar menerima keadaanku memakai kursi roda itulah yang kujalani sekarang. Adriell tetap berada di sampingku, menemani hari-hariku, berjuang untuk menciptakan kembali senyum, dan melakukan hal gila hanya demi mengembalikan semangatku. Membantuku dalam penyusunan skrispsi yang tertinggal kemarin. Dia benar-benar lupa tentang kisah masa lalunya bersama ka’Nefrit. Menerima perjodohan denganku, dan bersedia menemani hari-hariku.
“Ini ambillah,” memberikan sebuah lukisan berisi wajahku.
“Kau benar-benar menepati janjimu” ujarku mengmbil lukisan dari tangannya.
“Tentu saja,” kalimat Adriell tersenyum ke arahku.
“Bisakah kau memberiku lukisan sama seperti ka’Nefrit?” permintaanku.
“Kenapa kau harus meminta lukisan seperti itu?” pertanyaan Adriell…
“Karena saya juga ingin mempunyai nilai di mata seorang Adriell,” jawaban terbaik…
Dia hanya terdiam tanpa jawaban mendengar ucapanku. Berjuang membuatku tersenyum, tertawa, mengembalikan semangatku dengan berbagai cara. Namun, dia tak pernah menyadari jika hatinya sedang berjuang melupakan masa lalu. Apakah saya bersalah mempertahankan dia untuk menemani hari-hariku?
“Ki’ makan di sana yah!” pertama kali dia memanggil namaku sama seperti ka’Nefrit.
“Tidak ada lagi pertengkaran, perselisihan diantara kami” suara hatiku berbisik saat bersama dengannya.
“Masih panas,” memberikan secangkir coklat panas hanya buatku.
“Saya bisa masak sesuatu yang spesial untukmu, mau?” seakan dia melupakan masa lalunya bersama ka’Nefrit dan hanya memberikan senyuman itu buatku.
“Kelebihan garam,” teriakku…
“Akhirnya kembali berteriak juga,” tersenyum memperbaiki bagian depan rambutku.
Kami tertawa bersama, menikmati hari-hariku bersama dia. Mempertahankan apa yang seharusnya harus kegenggam dan tak akan melepasnya sedikitpun. Dia membuatku dapat melupakan semua masalahku, menghilangkan air mata di pelupuk mataku. Memberikan sebuah boneka lucu sebagai sahabat untuk menghibur saat rasa kesepian mulai bermain. Seekor anak anjing menjadi hadiah terbaik darinya ketika kami merayakan ultahku.
Adriell…
Selalu membuat luka untuknya itulah kebiasaan terburuk dari hidupku. Harus menerima keadaan menjalani hari-hariku bersama Kirey adalah keputusan terburuk bagiku. Benar ucapan ka’Adrin, selalu saja kisah percintaanku membentuk segi tiga siku-siku. Berada diantara percintaan segi tiga, namun hanya berpatokan terhadap satu sudut.
“Selalu saja berakhir seperti ini,” mataku menatap bingkai lukisan…
“Apakah anakku harus terus diam dalam kesunyian?”
“Mama,” seakan tak mempercayai siapa yang sedang memasuki kamarku sekarang. Mama kembali ke negara ini, bahkan mencari alamat rumahku bukan papa. Perlahan dapat melupakan ingatan tentang ka’Aldrich dari pikirannya. Lebih memilih tinggal bersama denganku dalam sebuah rumah kontrakan kecil dari pada istana papa.
“Kesalahan terbesar seorang ibu, terkadang sulit bersikap adil terhadap anak-anaknya” ucapan mama sambil menarik tubuhku berada dalam pelukannya. Memberikan kasih sayang penuh dan berusaha memahami perjalanan anaknya.
“Mama hanya melihat ka’Aldrich tanpa memikirkan perasaan kalian berdua. Pada hal anak mama ada tiga bukan Cuma satu,” kembali berkata-kata seolah menyesali semua perbuatannya.
“Bukan kesalahan mama, saat itu ka’Aldrich sedang sakit” kalimatku.
“Aldriell, pertahankan gadis pilihanmu” mama seolah menyadari sesuatu.
“Semua sudah terlambat, dia pergi” jawabku menunduk seakan menerima nasib.
“Belum terlambat,” mama menyadari perasaanku terhadap Nefrit…
“Kirey sekarang lumpuh, jalan satu-satunya untuk mengembalikan semangat hidupnya adalah saya bukan orang lain”
“Sampai kapan kau akan hidup seperti ini?” tegur mama.
“Selamanya,” membayangkan hidup bersama wanita lain selain Nefrit.
“Pertahankan gadis yang merubah anak mama semenjak usia remaja,” ucapan mama.
“Terlambat ma, sekalipun bertahan tetap dia akan membenciku andai kata dia menyadari tentang ka’Aldrich”
“Adriell hanya tidak pernah berkata jujur tentang semua hal terhadap dirinya,” kata-kata bijak mama terhadapku. Merenung tentang ucapan mama atau membuang jauh-jauh semua itu. Kirey membutuhkan semangat hidup, dan saya harus belajar untuk tetap berada di sampingnya sesakit apapun perjalananku.
Bagaimanapun saya harus berjuang melupakan tentang masa lalu sampai kapanpun hanya memberikan rasa sakit. Berjuang melupakan dirinya jauh lebih baik, dan mencoba menerima wanita lain. “Kalau anda tetap berada di sampingnya, akan membantu memulihkan kondisinya,” tetap bersama Kirey merupakan jalan terbaik dari semua masalahku sekarang.
“Adriell, penemuanku berhasil” sepasang mataku menjadi tak berkedip penampakan ka’Adrin berjalan memelukku sekarang. Beberapa hari lalu mama berniat tinggal bersamaku, hal lebih mengejutkan ka’Adrin berada di sini memberitahukan kabar bahagianya.
“Apa ini benar-benar dirimu?” masih belum mempercayai kehadiran ka’Adrin.
“Ini saya, dengar pihak internasional benar-benar mengakui otak jenius kakakmu.”
“Berhentilah berbicara ka’ tentang penemuanmu itu!” cetusku.
“Permasalahan pengakuan,” mencariku hanya sekedar bercerita tentang hal ini.
“Memang kakak berhasil menemukan alat apa?” tanyaku.
“Alat radar bom memiliki radiasi untuk menjinakkan yang dapat di pasang pada sebuah hand phone. Kau tahukan sekarang tuh zaman teroris bermunculan dimana-mana, jadi harus mawas diri setiap saat.” Senyum bahagia memenuhi hatinya sekarang.
“Jelaskan lebih detail?” sekedar basa basi pertanyaan.
“Dalam lokasi hand phone terdiri atas beberapa bagian Filter RX membagi/ filter  frekuensi yang diterima, microphone alat komunikasi lisan dengan system kerja merubah getaran gelombang suara yang diterima menjadi getaran listrik kemudian mengalami proses, transistor/ penguat RX penguat frekuensi penerima sinyal setelah filter sebelum tindak lanjut oleh mesin handphone, antena menangkap juga memancarkan gelombang sinyal yang diterima oleh pesawat ponsel, switcth Antena duplexer/ pemisah antara sinyal penerima & sinyal pemancar, dan beberapa komponen lainnya.” Mulut ka’Adrin terus berbicara. (referensi: www.pro.co.id 2016)
“Letaknya dimana coba?” mengajukan pertanyaan terhadap ka’Adrin.
“Terdapat pada beberapa komponen seperti microphone, antena, switch antena lebih dimodifikasi juga melakukan beberapa perubahan sehingga dapat mengirim sinyal  gelombang untuk mematikan beberapa alat dari bagian sebuah bom agar tidak terjadi sebuah ledakan. Perlu menambahkan sebuah alat khusus terhadap komponen tersebut, berperan sebagai alat pencium aktifitas sebuah bom dalam sebuah ruangan. Kemudian beberapa komponen alat lain dalam waktu bersamaan bermain untuk menghancurkan ataupun merusak jaringan fungsi bom sehingga tidak terjadi ledakan.”   
“Sistem perakitannya sendiri seperti apa?
“Itu rahasia, jangan sampai ada yang menyalah gunakan kan bisa membahayakan semua orang terlebih orang-orang kalangan bawah selalu menjadi korban.”
“Memang hanya pada sebuah handphone saja, tidak bisa dibuat tersendiri gitu? Tanyaku lagi sambil menyodorkan segelas air.
“Dapat dibuat terpisah juga, hanya saja dunia sekarang semua orang tidak dapat hidup tanpa sebuah handphone. Jadi ini merupakan salah satu alternative menghindari sebuah aksi teroris, selain pembuatan terpisah alat penangkal bom jenis apapun.”
Ka’Adrin selalu berimajinasi tentang alat-alat terbaru sesuai daya tangkap otaknya sendiri, jauh berbeda bagi hidupku hanya berpikir pada sebuah system ataupun desain arsitek. Pembuatan alat untuk menangkap radiasi sebuah bom memakai beberapa data penting dari sebuah penyusunan juga menggabungkan teori-teori tertentu tentang gaya gelombang siknyal. Tanpa campur tangan manusia sedikitpun, radiasi mengirim melalui gelombang sinyal untuk mematikan/manghancurkan/non aktifkan komponen terpenting dalam sebuah bom yang terdiri dari beberapa komponen.
“Adrin mana?” mama baru datang setelah menjenguk papa, segera mencari ka’Adrin.
“Ada di kamar ma, masih ngorok” menjawab mama. Ternyata mama memaksa ka’Adrin kembali setelah bertahun-tahun mengejar mimpi di negara orang. ka’Adrin berencana tinggal bersama dan tak ingin berada di istana papa. Mengosongkan gudang belakang rumah sebagai laboratorium terbaru untuknya. Mama hanya tersenyum melihat kelakuan ka’Adrin tak pernah berubah sedikitpun.
“Memang apa lagi imajinasi penemuanmu sekarang?” ujarku melewati tempatnya.
“Adriell, jangan menggangguku” tegurnya.
Masih berpikir tentang sebuah alat setelah sukses dengan sebuah mesin penghubung antara pihak bank dan perusahaan-perusahaan untuk bertransaksi di luar negeri. Seseorang atau perusahaan tanpa harus mengambil bahkan menyetor uang dalam jumlah banyak di bank. Dapat mengambil ataupun menyetor memakai sebuah alat hasil rakitan ka’Adrin. Sebuah kotak penghubung antara bank dan perusahaan-perusahaan melalui jalur yang telah ditentukan. Dengan kata lain, seseorang tak perlu khawatir tentang tindakan pencurian di jalan, kenapa? Karena hal tersebut tak perlu dilakukan lagi, selain itu jalan dari kotak penghubung mempunyai system keamanan dan jalur tersendiri.
Sebuah perusahaan dapat terlebih hotel, pusat perbelanjaan dapat memasang alat tersebut untuk lebih memudahkan transaksi. Hanya dengan memasukkan sejumlah uang dalam kotak tersebut, kemudian menghidupkan dengan memilih bank yang diinginkan sesuai program pada layar computer, singkat cerita kotak ini akan berjalan sendiri menuju bank yang dituju. Kotak ini berisi alat pendeteksi uang palsu dan penghitung jumlah uang sebelum mengirim menuju sebuah bank. Selain itu terdapat layar computer dengan program yang telah ditentukan untuk memberi perintah entah bersifat transaksi penarikan atau pengiriman sejumlah uang. Perusahaan dapat memasang alat tersebut sesuai keinginan masing-masing, seperti ruang bendahara perusahaan atau mempunyai tempat khusus agar lebih memudahkan dan merasa nyaman.
Jalur perjalanan kotak tersebut dibuat sistematis demi keamanan. Jalan kotak tersebut sama seperti perjalanan rel lift tetapi dengan tingkat kecepatan tinggi dan terpasang sekitar bawah tanah. Bagian luar sepanjang jalan kotak terpasang beberapa keamanan khusus seperti kulit terbuat dari lapisan baja sulit untuk dijangkau, cctv, sengatan listrik, juga lapisan duri besi kemudian kembali melapisi sebagai bahan kulit luar lain. Alat inipun dapat langsung menyambungkan antara tempat-tempat mesin ATM & bank yang menyebar, sehingga tak perlu lagi seseorang memakai pengawalan ketat membawa sejumlah uang. Juga menghubungkan antara bank pusat dan cabang-cabangnya di daerah kota kecil.

Bagian 12…

Nefritzal…
Melupakan Adriell merupakan keputusan paling tepat, masih bergelut sebagai dosen dan juga menjadi mahasiswa di kampus yang berbeda itulah hidupku sekarang. Mengambil keputusan untuk pindah ke kota lain demi menjauh dari kehidupan mereka, hal terbaik bagiku. Melanjutkan kuliahku di kota lain dari negara ini mengejar pendidikan S2 merupakan jalan tersulit, tetapi harus kulakukan. Beruntung sebuah kampus mau menerimaku sebagai dosen pengajar di tempat yang berbeda. Berperan sebagai mahasiswa dan dosen pengajar di 2 kampus sama seperti kemarin. Hanya saja, dengan wilayah yang berbeda, kota tempatku sekarang menuju desa dimana saya harus menjalankan tugas sebagai seorang bidan tidak perlu lagi memakai transportasi udara alias pesawat. Cukup menggunakan bis saja selama beberapa dapat sampai disana.
“Kau hanya masa lalu, selamat tinggal” ujarku. Kirey jauh lebih membutuhkkan hidupmu dibanding diriku sendiri.
“Saya harus tetap semangat menjalani aktifitas apapun keadaanku sekarang,” berusaha tersenyum berjalan menuju sebuah ruangan tempatku membentuk dan berperan sebagai pendidik. Setelah penyampaian materi beberapa waktu lalu, sesuai perjanjian membagi kelompok dan berada di depan teman-temannya untuk mempertanggung jawabkan tugas mereka.
Tempat dan suasana baru memberikan sebuah perbedaan, masing-masing mempunyai keunikan tersendiri ketika kaki berpijak untuk mencari perbedaan. Hidup harus terus berjalan, masa lalu terlebih kekecewaan bukanlah sebuah kelemahan untuk menghancurkan diri sendiri. Langkahku tetap dapat memainkan irama dengan sisi unik tanpa harus berbalik melihat masa laluku.
“Baiklah, sesuai aturan permainan silahkan kelompok 3 menampilkan bahkan mempertanggung jawabkan hasil tugas sebagai kelompok pertama!” berkata-kata di hadapan mahasiswa DIII kebidanan. Presentasi depan dan menyampaikan hasil makalah mereka…
“Silahkan mengajukan pertanyaan dari kelompok lain!” ujarku kembali.
“Jelaskan defenisi sesuai istilah yang telah diterangkan sebelumnya?” Zilia mengacungkan tangan.
“Tunggu, aturan main kita sekarang, antara kelompok 3 sebagai pihak mempertanggung jawabkan, sedangkan kelompok lain mengajukan pertanyaan. Hanya saja, perlu menyimak pertanyan, tetap tenang, dan harus mengikuti aturan  permainan. Jelas?”
“Jelas ibu,” mereka serentak menjawab.
“Sepertinya Zilia harus memperjelas tentang pertanyaan sebelumnya, karena terdapat banyak istilah disini langsung pada inti, paham?” kembali berbicara di hadapan mereka.
“Baik, saya ingin kelompok 3 menjelaskan defenisi dari infeksi menular seksual dan juga lebih menguraikan tentang herpes genetalia, gonorrhea, clamidia, sifilis, trichomoniasis, hepatitis, HIV?” Zilia menjabarkan kembali pertanyaannya.
“Masih ada pertanyaan lain, sebelum memasuki pembahasan berikut?” ujarku.
“Jelaskan masing-masing penyebab dari golongan infeksi menular seksual itu sendiri?” Kania mengangkat tangan. Terdapat beberapa pertanyaan lain yang harus dijawab oleh kelompok di depan mereka sekarang. Perdebatan mulai terjadi antara kelompok 3 dan kelompok-kelompok lainnya…
“IMS merupakan penyakit kelamin dengan system penularan melalui hubungan seksual, pakaian dalam, keringat, jarum suntik. Sesuai penjelasan kami, jika herpes genetalia, candiloma akuminata, gonorrhea, clamidia, sifilis, trichomoniasis, hepatits, HIV merupakan jenis-jenis IMS.” Melin memulai menguraikan...
“Herpes genetali merupakan jenis infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simplex, beberapa gejala diantaranya rasa terbakar sekitar bagian yang akan mengalami luka, demam, nyri otot, kelelahan, sakit kepala, dan paling dominan adalah munculnya gelembung-gelembung bergerombolan sama besar berisi cairan pada satu tempat sekitar area kelamin dan selangkangan.” Melin berbicara sekali lagi dengan gaya bahasa sedikit berbeda.
“Penjelasan saya yang lainnya belum terurai,” Zilia menatap ke arah kelompok 3.
“Silahkan kelompok 3 menjelaskan kembali apa yang belum terjawab!” ucapku.
“Gonerhea atau kencing nanah berupa bakteri neiseria gonore sebagai penyebab. Clamidia akuminata/ kutil dimana kelainan berbentuk vegetasi dan berjonjot seperti jengger ayam disini human papilloma virus (HPV) berperan sebagai virus. Clamidia disebabkan bakteri clamidia trakomatis memiliki gejala sering buang air kecil, nyeri bagian perut dan pinggang, mual, nyeri ketika berhubungan seks/ dyspareunia, perdarahan menstruasi. Sifilis/ raja singa dikarenakan infeksi bakteri Treponema pallidum bersifat akut dan kronis dengan ditandai lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan selaput lendir kemudian masuk ke dalam periode laten diikuti dengan lesi pada kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem saraf pusat dan sistem kardiovaskuler.” Vita mencoba menjabarkan terhadap Zilia.
Trichomoniasis disebabkan infeksi protozoa Trichomonas vaginalis, yaitu protozoa patogen umumnya ditemukan pada saluran genita urinaria wanita, organisme ini dapat menyebabkan keputihan atau flour albus atau leucorrhoea, dan dalam kondisi yang lebih parah akan terjadi radang vagina atau vaginitis. Hepatitis B & C disebabkan oleh VHB & VHC sama-sama menyerang organ hati. HIV AIDS dimana virus HIV sebagai penyebab.” Vita kembali menjabarkan bagian yang belum terjawab.
“Kami rasa defenisi dan penyebab telah terurai,?” Melin berkata-kata mewakili kelompok 3.
“Ibu,” Farah mengangkat tangannya.
“Silahkan Farah!” ucapku mempersilahkan.
“Penyebab utama penyakit menular seksual akibat seks bebas dan seringnya bergonta-ganti pasangan, menjadi pertanyaan kenapa mereka terus saja terikat permasalahan seperti ini? Pada hal jika berpikir secara logika, baik pihak sekolah dan kampus pasti  menjelaskan dampak seks bebas sesuai bahasa mereka masing-masing.” Farah berkata-kata ingin mencari penyebab…
“Berarti Farah mencari jawaban mengapa generasi muda selalu terikat hal dengan pergaulan buruk juga seks bebas, sekalipun mereka selalu mendapat penjelasan bahkan pendidikan tentang dunia seksual sesuai bahasa yang dimengerti?” ungkapku mengulangi…
“Benar ibu?” Farah mengangguk.
“Kelompok 3, setelah kalian tidak dapat menjawab baru ibu akan menjawab?” ucapku.
“Beberapa penyebab utama, kekurangan kasih sayang sehingga mencari di luar menganggap jika seks dapat menggantikan apa yang hilang dan tak pernah dirasakan. Kebanyakan generasi muda menceritakan akar permasalahan mereka pada orang yang tidak tepat, entah permasalahan labil dan faktor usia.” Kata-kata Melin.
“Jelaskan hubungan antara permasalahan labil/faktor usia dan menceritakan pada orang tidak tepat? Secara akal manusia, bibit ataupun generasi ini ingin mencari orang yang seumuran dengan mereka untuk banyak hal, pasti dong kalian-kalian disini juga jika bergaul bersama orang tua tentu mengantuk dan tidak ada yang menarik, ibaratnya ga keren.” Farah memotong pembicaraan…
“Sang anak bercerita terhadap teman-temannya yang mempunyai kehidupan berantakan pula, secara otomatis akan mengarahkan ke jalan salah. Terlebih jika tempat curhat ternyata lawan jenisnya, awal mungkin biasa tetapi makin hari makin lama dan makin dekat dari sini setan bermain untuk menghancurkan kehidupannya. Karena rasa takut hilangnya sebuah perhatian berakhir menjadi seks di luar nikah bahkan bersifat gonta-ganti pasangan.” Melin kembali menguraikan penjelasannya.
“Memang tidak ada penyebab lain, selain dari faktor ini?” Nayah tiba-tiba bertanya.
“Kalangan remaja labil dapat menjabarkan uraian adegan seksual sampai ke akar-akar tertentu melalui sebuah karya tulis di beberapa aplikasi, kenapa? Permasalahan teknologi oleh karena penggunaan yang tidak tepat.” Muti mengemukakan permasalahan lain.
“Kemungkinan adaptasi untuk memasuki dunia mereka masih belum menemukan cara paling tepat, kenapa? Karena dunia generasi muda, pola pikir, karakter masing-masing memiliki perbedaan tersendiri, pada akhirnya mereka bersikap cuek dan menganggap biasa pergaulan bebas sehingga beresiko bahkan positif terdiagnosa infeksi menular seksual.” Muti sekali lagi menjabarkan pendapatnya.
“Baik, sekarang ibu yang balik bertanya terhadap kalian” ujarku.
“Loh ibu, harusnya kan menjelaskan apa yang tidak kami ketahui, kenapa malah balik bertanya?” sanggahan Zilia.
“Sekedar memancing pengetahuan kalian?” jawabku.
“Andai kata salah satu dari kalian ingin merubah sekumpulan generasi muda dengan pergaulan menjijikkan, buruk, seks bebas, narkoba, dan hal-hal mengerikan selalu membungkus. Singkat cerita, mencoba memasuki kehidupan mereka, tetapi pada akhirnya bukan kamu yang merubah, tetapi justru berbalik arah pada kenyataan kamu yang mengikut dalam hal-hal buruk.” Ungkapku menatap mereka satu per satu…
“Apa penyebab bukan kamu yang merubah, justru kamu yang dirubah menjadi buruk? Dimulai dari Vita” tanganku menunjuk ke arah Vita.
“Bercerita tentang kepolosan, cara berpikir, serta strategi terkacau di awal, tetapi tanpa sadar rasa ingin mencoba mulai bermain hingga pada akhirnya bukan saya yang merubah melainkan kehidupankupun hancur tenggelam di dalam.” Jawaban Vita.
“Zilia!” tanganku menunjuk.
“Karena saya penuh rasa percaya diri tinggi dapat merubah sekumpulan generasi muda, tetapi tidak menyadari hambatan atau hal-hal yang akan terjadi setelahnya, sementara pondasi pengetahuan, juga cara beradaptasi sangat lemah untuk dijadikan sebagai pertahanan. Akhir cerita bukan saya yang merubah melainkan jalanku mengikut pergaulan mereka.” Zilia.
“Terlalu mengikut apapun gaya hidup mereka dengan alasan adaptasi, mereka merokok otomatis sayapun harus ikut dengan maksud pertengahan jalan mulai menjadi seorang pendeta, ustads, biksu untuk membuat selembar kotbah. Pada kenyataannya, saya yang dirubah bukan merubah.” Melin menyampaikan jawaban lain.
“Permasalahan saya tidak berpikir ketika bertindak, dengan kata lain apakah diri saya mampu bertahan ketika berada dalam pergaulan mereka atau tidak? Sekalipun memiliki pengetahuan melebihi kapasitas, strategi tetapi saya menggunakan kekuatan tanpa memahami kerendahan hati untuk memahami dunia mereka ataupun latar belakang, dan kesalahan bertindak, secara otomatis kehidupanku hancur sama seperti mereka.”  Muti mempunyai pendapat lain…
“Satu lagi pertanyaan saya, apakah seseorang atau salah satu dari kalian dapat merubah sebuah budaya yang dianggap penuh pergaulan bebas disuatu wilayah atau negara, sedangkan kenyataan sekarang, banyak generasi muda diawal perjalanan terlalu polos, tetapi pada akhirnya rusak berantakan, dengan kata lain bukan kamu yang merubah tetapi kamulah yang dirubah?” pertanyaanku memang sedikit rumit, tetapi setidaknya…
“Nayah!” ujarku menunjuk arah Nayah.
“Kenapa tidak, bagi manusia mustahil tetapi bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Saya hanya butuh berjuang dan berjuang untuk membentuk sebuah pola pikir tentang kepribadian dalam pergaulan. Tentang merubah tetapi justru sebaliknya dirubah, ini hanya berbicara tentang pertahanan dan hubungan saya dengan Tuhan. Kalau saya melihat pernyataan ini terus, berarti saya tidak bisa berjalan.” Jawaban Nayah mempercayai sesuatu yang tidak mungkin menjadi  mungkin.
“Strategi untuk merubah sekumpulan pergaulan buruk seperti apa?” tanyaku kembali.
“Dimulai dari diri saya sendiri untuk berubah, memberikan teladan yang baik bagi kehidupan banyak generasi muda. Jangan sampai memberi contoh buruk , membuat caption tentang permasalahan HIV, sementara pola pikir dan cara berpakaian saya memancing bagi lawan jenis sehingga terjadi rangsangan seksual dan pikiran liar. Otomatis, mereka yang melihat ingin mencari pelampiasan akhirnya terjadilah seks bebas berakhir dengan semakin meluasnya virus HIV.” Nayah kembali menjelaskan tentang sesuatu…
“Berarti kau menginginkan semua orang harus berpakaian tertutup sekali, ibaratnya sudah menyapu tanah dan hanya mata saja yang terlihat?” Zilia bertanya…
“Saya tidak menekankan cara berpakaian seperti ini, tetapi setidaknya masih dalam tahap sewajarnya. Rambut adalah mahkota wanita bagi pemikiranku, setidaknya biarkan dia terurai. Satu hal, pelajari dan cerna pernyataan saya dan jangan langsung memberikan penilain salah. Mulutku hanya sekedar ingin mengemukakan tentang sebuah pola pemahaman dan bukan bersifat menyerang atau mengejek suatu pengajaran.” Nayah sekali lagi berbicara di hadapan banyak teman-temannya.
Pendapat Nayah pada dasarnya memang betul, dimulai dari diri sendiri untuk merubah seseorang. Permasalahan fashion memang trend bagi kehidupan banyak orang. Di lain hal pemikiran saya membenarkan, jika terkadang terdapat beberapa orang dengan fashion tertutup, namun pada kenyataan mereka mengalami kelainan daya seksual tingkat parah. Hanya berhadapan dengan lawan jenis memperlihatkan perut datar atau lekukan tubuh, sekalipun masih dalam gaya busana tertutup, namun sisi liar dalam dirinya bermain kuat. Tanpa kebanyakan orang menyadari, mereka dalam sekejap mengalami orgasme cukup parah. Hidup tak dapat berjalan tanpa masturbasi, kenapa? Permasalahan psikologi seksual mereka tidak terkendali.
Banyak orang  dengan sengaja memancing kehidupan masyarakat di luar sana melalui dunia fashion hanya berbalut bikini dan hal-hal aneh untuk memancing alam liar lawan jenis mereka. Tidak dapat disangkal juga, jika terkadang justru orang-orang yang hidup seakan bebas, psikologi seksual mereka masih jauh lebih baik dibanding sebagian dari mereka yang memiliki gaya fashion benar-benar tertutup. Inilah kenyataan hidup? Tetapi, perlu disadari gaya hidup dengan trend busana terbuka dan bebas dapat merusak banyak kehidupan orang-orang diluar sana terlebih bibit-bibit generasi ke depan.
Jadwal kuliahku sementara diliburkan oleh karena beberapa hal dari pihak kampus, jadi saya dapat kembali ke desa untuk menjalani profesi sebagaimana mestinya. Begitupun kampus tempat berperan sebagai pengajar pendidik, seluruh mahasiswanya menjalani program praktek di rumah sakit dan beberapa tempat pelayanan kesehatan. Menjalani kembali profesi sebagai bidan desa sampai masa liburku habis.
“Pasti hidup Kirey sekarang jauh lebih baik,” tiba-tiba saja terlintas wajah Kirey dalam pikiranku. Menjalani hidup baru memang jauh lebih baik, dibanding mengharapkan menjadi bagian dari kehidupan masa depan seorang yang tidak pernah ada memperlihatkan…
“Bu bidan, tolong istri saya” seorang pria terlihat sangat khawatir dengan kondisi istrinya setelah melahirkan. Luka bekas jahitan seksio mengalami infeksi cukup parah. Ketika kehamilan anak pertama, sang istri tidak dapat melahirkan normal, sehingga pihak dokter menyarankan untuk seksio sesaria. Beberapa hari setelah SC, mereka kembali ke desa dengan persyaratan rajin memeriksakan luka bekas jahitan pada pusat pelayanan kesehatan terdekat.
“Tidak tahu kenapa bekas jahitan tiba-tiba merah,gatal, nyeri, bengkak, bernanah, dan berbau seperti ini” pak Ganjar sangat ketakutan melihat istrinya mengalami infeksi.
“Bapak tenang yah,” berbicara sambil membersihkan luka infeksi post SC. Mengambil kasa steril dan air desinfeksi (NaCl untuk membersihkan luka) setelah mencuci tangan dan memakai hand Scoend. Berusaha membersihkan dengan mengeluarkan cairan nanah dan kotoran dari luka jahitan. Alat-alat operasi kurang steril, ibu alergi benang, ibu kurang memperhatikan personal Hygnie ketika perawatan, asupan nutrisi sangat kurang terlebih makanan mengandung protein, jahitan benang longgar, cara dokter mengambil jaringan untuk ketika terjadi penjahitan menjadi penyebab terjadinya infeksi luka post seksio.
“Bapak harus rajin memeriksakan kondisi luka jahitan ibu sampai sembuh,” ujarku, setelah membersihkan infeksi luka tersebut serta mengganti perban plester yang baru.
“Baik ibu bidan,”
“Ibu harus mengonsumsi makanan bernutrisi tinggi terlebih mengandung banyak protein untuk mengganti jaringan baru.” Tegurku terhadap sang ibu.
“Makanan apa saja itu bu bidan ada kandungan proteinnya?” Tanya ibu Ganjar.
“Seperti ikan gabus sangat cocok dikonsumsi menjalani operasi karena mengandung protein tinggi, selain itu ibu dapat mengonsumsi makanan dengan asupan gizi tinggi lain seperti telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan.” kembali menjawab  pertanyaan ibu Ganjar.
Seorang ibu dapat saja mengalami kasus seperti ibu Ganjar, jika mengalami beberapa penyebab yang telah disebutkan sebelumnya. Terkadang juga dipengaruhi oleh faktor stress setelah melahirkan, sehingga jaringan kondisi ibu dalam keadaan memburuk dan dapat beresiko terjadinya infeksi. Menghabiskan waktu untuk mengabdikan diri sebagai tenaga kesehatan mempunyai sisi unik ketika seseorang menjalani, sama seperti hidupku sekarang.
“Buka mulutnya sayang,” berada di tengah posyandu untuk memberikan vaksin polio.
“Anak pintar,’ salah satu hal yang kulakukan, mempelajari dunia anak, serta memberi healthy education tentang pentingnya imunisasi/vaksin dasar bagi  seorang anak. Bidan mempunyai peran penting ketika berada dalam suatu wilayah pedesaan. Oleh sebab itu, seorang bidan desa harus mempunyai pengetahuan luas dan tidak pernah tertinggal tentang hal-hal terbaru dari dunia medis terlebih menyangkut kesehatan ibu dan anak (KIA).
Pendekatan terhadap penduduk mempunyai tingkat kesulitan tertentu, terlebih hanya sekedar mengarahkan tentang pentingnya pemeriksaan organ reproduksi seorang wanita. Adat, budaya, rasa malu, agama, pendidikan rendah menjadi salah satu faktor terbesar mengapa sang ibu enggan memeriksakan organ reproduksinya ke petugas kesehatan terdekat. Sebagaimana dunia medis menyebutkan bahwa tiap wanita dapat beresiko terkena CA serviks. Pada wilayah tertentu strategi seperti apapun, terkadang tidak membuahkan hasil agar memeriksakan organ reproduksi mereka ke pusat layanan kesehatan terdekat.
“Permisi,” terdengar suara seseorang sedang mengetuk pintu rumah.
“Selamat sore,” sekali lagi berbicara dari luar…
“Tunggu sebentar,” segera berlari menuju pintu untuk melihat siapa mereka.
“Kalian” masih belum percaya jika bekas mahasiswa didik saya dari ibu kota berada di tempat ini untuk melakukan praktek lapangan. Neha, Tiyani, dan Sisil termasuk kategori mahasiswa cerdas lebih memilih desa terpencil semacam sekarang untuk sebagai tempat praktek akhir mereka.
“Kami sangat merindukan ibu biar bisa kembali mengajar,” ungkap Neha.
“Memilih tempat ini sebagai kegiatan praktek lapangan, karena kami berpikir ibu pasti mau membimbing dan mengarahkan,” Tiyani menatap seolah ingin saya kembali untuk mengajar lagi.
“Setidaknya bisa melihat wajah serius ibu Nef lagi,” Berucap sesuatu dari hati, sambil memeluk tubuhku demi melepas rindu. Antara dosen dan mahasiswa tidak hanya bercerita tentang si’ pendidik dan terdidik, tetapi juga bersifat tentang persahabatan yang sedang terjalin. Ada saat sebagai seorang dosen berperan sebagai pendidik dalam mengarahkan, dimana memperlihatkan sisi profesional, kharisma, wibawa, integritas. Namun, dilain hal, saat tertentu kata-kata seperti ini dapat saja hilang, dan hanya bercerita tentang persahabatan untuk memahami sisi kehidupan mereka.
“Kalian dapat mendata semua penduduk disini, dan mencari akar permasalahan kesehatan yang lebih sering muncul” menjelaskan akan beberapa kegiatan selama menjalani praktek di desa ini.
Mahasiswa PKL tak akan pernah luput dari acara pendataan penduduk suatu wilayah. Sekalipun cuaca tidak menguntungkan seperti hujan deras atau panas terlalu terik , kaki harus tetap jalan untuk berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya. Suka duka benar-benar dijalani oleh karena kaki harus mendaki untuk sampai ke suatu wilayah batas rumah penduduk, mengalami pengusiran, tak dianggap, dan masih banyak lagi kejadian aneh membungkus…
“Ibu, sejauh ini kami sudah melakukan pendataan di beberapa tempat dari desa ini” Neha berkata-kata sambil memperlihatkan hasil data-data yang mereka dapatkan.
“Ini secara menyeluruh atau masih ada yang belum terjangkau untuk pendataan?” ujarku membaca seluruh data-data pemberian mereka.
“Masih ada satu tempat lagi, itupun hanya terdapat beberapa rumah penduduk saja,”
“Berarti data ini masih sementara?” tanyaku lagi.
“Permasalahannya masih ada satu tempat lagi, di sisi lain ada juga beberapa rumah tanpa penghuni karena pemiliknya sedang berlibur di luar desa atau merantau mungkin ibu mencari pekerjaan layak.” Ungkap Neha…
“Tidak apa-apa, menjadi pertanyaan saya sekarang, sebutkan permasalahan kesehatan yang sering kalian jumpai selama proses pendataan?” pertanyaanku lagi.
“Tingkat pendidikan masih terlalu rendah sehingga pengetahuan tentang kesehatan dibawah rata-rata, kondisi jamban sebagian dari penduduk memprihatinkan, banyak ibu belum menjadi akseptor/ pengguna KB, pemahaman tentang penyakit menular seksual jauh dari bayangan.” Neha menjelaskan lebih rinci tentang kenyataan kehidupan penduduk.
“Jadi rencana program kerja kalian seperti apa?” kembali membuat pertanyaan.
“Setidaknya memberikan penyuluhan tentang pentingnya keluarga berencana, kegiatan di beberapa sekolah, kerja bakti sosial, pemeriksaan IVA untuk mendeteksi adanya infeksi dalam organ reproduksi beresiko pada CA serviks dan beberapa kegiatan lagi nantinya.”
“Neha, sebelum menjalankan program kerja, kalian harus memikirkan beberapa hal”
“Maksud ucapan ibu?”
“Penduduk desa disini masih kental tentang sebuah pengajaran dan tingkat pendidikan mereka dibawah rata-rata, jadi terkadang kami sebagai bidan desa mempunyai kesulitan untuk mengkordinir ataupun mengarahkan tentang beberapa situasi terlebih permasalahan kesehatan.” Penjelasan untuk membuatnya mengerti...
“Untuk kasus imunisasi dasar sejauh ini tinggal satu atau dua orang dari masyarakat belum bisa menerima, mungkin karena mereka berpikir jika terdapat kandungan tertentu dalam vaksin sebagaimana telah diketahui diharamkan oleh sebuah pengajaran. Sementara kandungan vaksin ini sendiri telah diuji coba dari hewan lain tetapi tidak bisa, sedangkan imunisasi begitu penting bagi pertumbuhan seorang anak. Ujarku kembali menjelaskan.
“Berarti…” kalimat Neha…
“Pengajaran dan adat yang masih kental terkadang bertolak belakang dengan dunia medis sendiri. Kemungkinan salah satu alasan mengapa penduduk tidak ingin menjadi akseptor KB adalah permasalahan suatu pengajaran menganggap hal seperti ini haram untuk dilakukan, berlawanan bahkan perselisihan cukup parah bagi kalangan medis.” Ungkapanku kembali.
“Tetapi sebagian besar berkata mengalami permasalahan ketidakcocokan ketika menjadi akseptor KB,” Neha mulai bercerita…
“Neha, terkadang kalimat seperti ini hanyalah alasan belaka, namun jauh di luar itu akibat permasalahan kentalnya sebuah pengajaran dan adat yang mengikat mereka. Memerlukan proses adaptasi tersendiri untuk masuk dalam dunia mereka, itupun terkadang tidak membuahkan hasil sesuai harapan.” Kata-kataku terhadapnya.
“Lantas, bagaimana dengan permasalahan pemeriksaan organ reproduksi?” Neha.
“Lebih parah lagi, kenapa? Faktor pendidikan rendah menjadi penyebab ketidaktahuan betapa pentingnya pemeriksaan organ reproduksi bagian dalam untuk menghindari penyakit seperti Ca Cerviks.”
“Siapa tahu permasalahan biaya ibu?” Neha.
“Neha, pemeriksaan IVA untuk mendeteksi terjadinya permasalahan infeksi vagina dikatakan gratis hanya menggunakan asam asetat, tetapi hampir keseluruhan penduduk menganggap biasa dan selalu mencari alasan untuk pergi menjauh. Kenapa?” ujarku.
“Kenapa ibu?” Neha,
“Karena permasalahan yang sama tentang kentalnya sebuah pengajaran menjadi benteng pertahanan sehingga mereka tidak menyadari betapa pentingnya pemeriksaan seperti ini. Juga karena rasa malu untuk memperlihatkan bagian organ reproduksi mereka,” kalimatku…
“Menganggap organ reproduksi mereka masih dalam keadaan tanpa masalah. Sang suami tidak mungkin menyeleweng sehingga pemeriksaan seperti ini tak harus dilakukan. Pada hal, terkadang para wanita tak pernah tahu tentang posisi suami seperti apa diluar. Pandangan mata dapat saja tertipu, tetapi siapa yang menyangka justru seseorang terlihat tidak mungkin melakukan penyimpangan atau jajan sembarang tempat karena beberapa kegiatan telah dilakukan ternyata hasilnya menipu. Sang istri menjadi korban, pada akhir cerita mereka mengalami permasalahan kesehatan reproduksi yang akan terlihat beberapa tahun ke depan.” Kata-kata lumayan panjang untuk membuatnya mengerti tentang permasalahan penduduk desa di tempat ini.
Inilah permasalahan yang selalu terjadi dalam lapisan masyarakat, karena ketidaktahuan pada akhirnya menganggap sepeleh tentang pemeriksaan organ reproduksi bagian dalam. Biaya pap smear bagi lapisan masyarakat bawah sulit untuk dijangkau, tetapi program kegiatan IVA untuk mendeteksi terjadinya erosi ataupun infeksi lain bagian dalam organ reproduksi dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja tingkat kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan seperti ini dibawah standar rata-rata.
Ancaman terbesar dapat berujung maut bagi seorang wanita selain kanker payudara adalah Ca cerviks. Jika tidak mendapat penanganan dini ataupun pemeriksaan lebih lanjut, dapat menghancurkan kehidupan sendiri. Ca cerviks disebabkan oleh human papilloma virus, dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam artian, si’pria melakukan hubungan seksual terhadap wanita pertama penderita HPV. Kemudian kembali berhubungan dengan wanita kedua dimana kondisi tubuh sehat tanpa HPV. Secara otomatis wanita kedua dapat tertular melalui si’pria pembawa human papiloma virus (HPV). Virus ini dapat melekat pada bagian penis dari si’pria, bertransportasi secara bersamaan cairan sperma ke dalam vagina melalui hubungan seksual.
Neha masih berusaha mencari cara agar kegiatan program kerja mereka tetap terlaksana, apapun hasilnya. “Setidaknya mencoba, dari pada tidak sama sekali” ungkapan Neha menyusun beberapa rencana.
“Semoga kegiatan mereka dapat memberikan hasil memuaskan, sesuai harapan bersama.” Berada di tengah mereka dan bekerja sama mengatasi tingkat permasalahan pola pikir penduduk desa di wilayah ini. Beberapa hari setelah acara mereka, tiba-tiba saja saya mendapat telepon dari pusat untuk segera berada di ibu kota untuk mengikuti program pelatihan khusus dalam peningkatan kualitas bidan desa.
Suasana ibu kota akan mengembalikan memori tentang permasalahan kemarin. Saya hampir lupa bagaimana caranya untuk menangis ataupun sekedar menghapus air mata karena permasalahan antara masa lalu dan diriku sendiri. Setidaknya kegiatan yang kulakukan dari hari ke hari dapat membuat memoriku hilang ingatan selama beberapa waktu belakangan. Hanyalah bagian masa lalu, kaki harus tetap berjalan…



Bagian 13…

“Aku sangat bahagia untuk hari ini,” Kirey nampak terlihat cantik mengenakan gaun di hari pertunangannya bersama Adriell. Acara pertunangan yang digelar oleh kedua belah pihak berjalan dengan baik. Senyum kebahagiaan memancar, seakan telah melupakan tentang kisah masa lalu dari hidup seorang Adriell.
“Selamat atas pertunangan kalian berdua,” ucapan selamat Isrel terhadap mereka.
“Terimah kasih,” balasan Kirey terlihat sangat bahagia.
“Kau benar-benar beruntung mendapat pasangan seperti sahabatku,” tegur Isrel terhadap Adriell sambil tersenyum...
“Tentu saja, saya orang paling berbahagia di dunia ini memiliki pasangan terbaik diantara semuanya.” Tak terlihat sedikitpun rasa kecewa, melainkan kebahagiaan mendalam bagi seorang Adriell.
“Dia benar-benar lupa akan masa lalunya,” suara hati Kirey diantara senyum kebahagiaan terpajang pada wajah cantiknya. Tak ada kekecewaan ataupun penyesalan nampak memenuhi wajah Adriell memilih gadis cacat seperti Kirey. Bersama-sama menikmati hidup hingga maut memisahkan...
Kirey dapat menjalani hari-harinya ketika tangan Adriell terus menggenggam erat jemari tangannya. “Kau pasti bisa berjalan lagi,” kata-kata Adriell selalu menjadi semangat bagi Kirey untuk berjuang dari kelumpuhan. Mengikuti terapi, setidaknya memberikan harapan baginya agar dapat berdiri dan berjalan kembali. Adriell tanpa rasa bosan terus berada di samping tunangannya sendiri. Seakan rasa sayang untuk wanita  masa lalunya terbuang, oleh karena kehadiran Kirey.
“Maaf, saya tidak sengaja menjatuhkan barang anda…” Kirey berusaha mengambil kantong belanjaan. Tanpa sengaja kursi rodanya sedikit menyenggol seseorang dari arah belakang ketika menikmati suasana embun taman di pagi hari.
“Ka’Nefrit,” terkejut siapa di hadapannya sekarang.
“Ternyata kita bertemu kembali,” Nefrit tersenyum melihat Kirey tetap dapat menjalani aktifitasnya sekalipun dengan kondisi hanya mengenakan kursi roda. Nefrit menjalani program pelatihan salama beberapa waktu, sehingga mengharuskan dirinya untuk kembali menginjak ibu kota. Berusaha menjauh dari hubungan mereka, tetapi Tuhan tetap menginginkan pertemuan seperti ini terjadi.
“Kudengar kalian sudah melangsungkan pertunangan?” Nefrit berusaha menahan luka tentang acara pertunangan mereka.
“Kakak tidak marah?” Kirey bertanya balik memandang Nefrit.
“Kau pantas untuk mendapatkan kebahagiaan, terlebih karena saya hingga tubuhmu terus berada di atas kursi roda.” Nefrit memeluk erat sahabatnya sendiri.
“Kirey, hadiah terbaik untukmu!” teriakan Adriell mencari Kirey di taman.
Sebuah lukisan terjatuh dari tangan Adriell melihat seseorang yang sedang bersama tunangannya sekarang ini. Pertemuan antara mereka bertiga tanpa perencanaan sebelumnya, terkesan mengejutkan. “Selamat atas pertunangan kalian,” Nefrit mengulurkan tangan ke hadapan Adriell untuk memberi ucapan selamat. Lukisan Adriell tak pernah berubah tetap sama seperti biasa, daun kering berjatuhan memenuhi tanah di sekitarnya tak jauh dari induk pohon. Adriell hanya terdiam melihat bagian masa lalu kembali hadir memperlihatkan dirinya tanpa sengaja.
“Tuhan, ajari hidupku untuk tidak akan pernah kecewa sekalipun kisah percintaan terlihat menyakitkan, membuat goresan luka di tiap sudut pintu hati.” Suara hati Nefrit menjerit dan berteriak jauh di dasar.
“Sepertinya saya harus meninggalkan kalian,” Kataa-kata Nefrit berusaha tetap menampakkan senyum tanpa ada raut kesedihan memancar di wajahnya.
“Silahkan,” ungkap Adriell membiarkan dia berlalu dari hadapan mereka.
“Ini untukmu!” Adriell memberikan sebuah lukisan untuk tunangannya, setelah Nefrit meninggalkan mereka.
“Kupikir kau akan pergi mengejar dia, ternyata dugaanku salah” Kirey berucap sambil memutar kursi rodanya ke arah samping.
“Kenapa kau berpikir seperti itu?” Adriell menahan kursi roda milik Kirey.
“Entahlah,” Kirey masih ragu akan perasaan Adriell, apakah hubungan terjalin atas dasar kasihan atau benar-benar rasa sayang mulai bertumbuh makin kuat?
“Terkadang saya merasa jika tunanganku sendiri memiliki…” Kirey memandang pohon-pohon di sekeliling mereka, sambil berkata-kata…
“Kenapa kau berucap seperti itu?” pertanyaan Adriell.
“Membuatku lupa atas kesedihanku, selalu tersenyum hanya buatku, melakukan apapun keinginan hatiku, membantuku dalam penyusunan skripsi, bahkan saya bisa merasakan setiap saat jika hatimu hanya untuk Kireyznie.” Ungkapan perasaan Kirey.
“Lantas, kenapa…?” pertanyaan Adriell…
“Tapi terkadang kau tiba-tiba berubah diam, seakan segala hal yang kau lakukan karena terpaksa.” Kalimat Kirey…
“Itu hanya perasaanmu saja, Adriell tetaplah Adriell akan selalu bersama Kirey,” mendorong kursi roda Kirey. Menghalangi Kirey kembali mengucapkan sepatah kalimat…
“Apa kau benar-benar hanya mencintai satu orang saja? Pertanyaan Kirey masih ragu setiap tunangannya berada di hadapannya.
“Tentu saja, hanya satu”
“Siapa? Apa ka’Nefrit?” pertanyaan Kirey.
“Bukan dia, tapi dirimu”
“Kau tidak bohong kan?” Kirey masih bertanya untuk benar-benar yakin.
“Setiap hari saya selalu menghabiskan waktu bersama denganmu, kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Biar saya benar-benar yakin” jawaban Kirey.
“Sampai kapanpun Adriell hanya mencintai Kireynzie”
“Terimah kasih sudah memilihku,” senyum Kirey…
“Hampir saja,” Merenung tentang ucapan Kirey, membuatnya berada pada ambang masalah tanpa penyelesaian. Kembali mengingat beberapa kejadian ketika berada menghabiskan seluruh waktu bersama Kirey.
“Semua ini karena perbuatan mama,” cetusnya sangat kesal.
“Andai kata dia tahu kejadian sebenarnya” berpikir sendiri tentang keadaan sekarang. Adriell berusaha menghilangkan penat akibat permasalahan demi permasalahan menimpa kehidupannya. Mengambil sebuah kamera, kemudian berjalan menuju motor terbaik bagi dunianya bahkan menjadi sahabat untuk menghabiskan suka duka ketika berjalan melewati sebuah area tertentu.
Tidak dapat mempercayai tentang apa yang akan terjadi selanjutnya permasalahan antara wanita terbaik untuknya dan Kirey yang saat ini masih memakai kursi roda untuk melakukan segala aktifitasnya. Menyusuri persimpangan jalan hanya sekedar berjuang melupakan permasalahan dari hidup. Pandangan matanya beralih pada seorang remaja menghabiskan waktu seharian demi memenuhi biaya hidup sehari-hari. Menjajahkan barang dagangannya setiap lampu merah berhenti tidak jauh dari persimpangan jalan tempat kaki Adriell berpijak.
“Cuaca panas begini, bisa segar kalau sudah meneguk es buatanku” senyum sebagai modal menawarkan barang dagangannya terhadap banyak orang. Ada beberapa jenis barang jualan, baik berupa makanan maupun benda lain untuk dijajahkan selain es dan minuman dingin lainnnya.
“Kenapa kau begitu yakin?” tegur Adriell setelah remaja tersebut berkata-kata.
“Tentang apaan?” balik bertanya terhadap Adriell.
“Setelah meneguk es buatanmu pasti terasa segar kembali, ini hanya es loh,” Adriell.
“Kakak berkata kalau ini hanya es, tetapi bagi orang susah sepertiku ini perubahan”
“Perubahan dan tubuh terasa segar hubungannya dimana?” Adriell makin bingung.
“Mengejar masa depan adalah kebutuhan hidup buatku, tidak tahu kalau untuk orang lain sendiri apakah pikirannya sama sepertiku.” Entah mengapa remaja itu ingin bercerita sesuatu yang terpendam dari hidupnya bahkan tersembunyi bagi siapapun juga.
“Saya semakin bingung kalau dari segi ucapanmu seperti orang berpendidikan” kalimat Adriell kembali.
“Karena saya tahu kakak pasti orang berpendidikan, jadi bahasaku juga seperti ini, namanya juga beradaptasi” menjawab pertanyaan Adriell.
“Kau belum menjawab pertanyaanku?” Adriell mencari jawaban…
“Saya ingin membuat masa depanku menjadi nyata, makanya tangan, kaki, dan otak harus mulai bergerak. Miskin bukan berarti akhir dari segala hal terburuk buatku, tetapi mengajar bagaimana saya bisa berjalan dan memahami tentang setiap perubahan demi perubahan ketika melangkah ataupun berlari.”
“Berarti kau remaja tapi berstatus…” mimic wajah Adriell.
“Berstatus mahasiswa, karena itu saya harus membuat mereka yakin bahkan seyakin-yakinnya ketika berjualan untuk menarik perhatian mereka biar laris.” Jawaban mencengangkan dari remaja tersebut.
“Kenapa tidak mencari pekerjaan dimana gitu?”
“Kakak, segala sesuatu terlebih bagi orang miskin sepertiku harus dimulai dari hal ataupun pekerjaan terkecil dan tidak secara langsung. Kenapa? Biar ketika saya menjadi seorang pemimpin suatu hari nanti hidupku dapat mengerti tentang kerendahan hati dan tidak akan pernah menghancurkan diri sendiri.” Kembali dia menjawab pertanyaan Adriell.
“Berarti kau berusaha mewujudkan mimpimu menjadi seorang pemimpin, tetapi mulai belajar hidup ataupun berjuang dengan bekerja seperti ini. Singkat cerita biar jualanmu laku, kau berusaha meyakinkan dengan menjual senyumanmu dan kata-kata sedikit berbeda tetapi memperlihatkan hasil.” Ujar Adriell menebak maksud ucapan sejak awal hingga akhir dari remaja ini.
“Seperti itulah, demi menciptakan sebuah perubahan juga mewujudkan mimpiku karena semua itu membutuhkan pendidikan dan uang yang cukup benar-benar harus diperjuangkan.” Seorang remaja berkata-kata seperti orang dewasa. Umur memang tidak menjamin kedewasaan seseorang ketika bertindak, bergerak, melewati setiap sudut persimpangan hidup.
“Satu pertanyaan lagi, kenapa kau ingin terus melanjutkan pendidikan? Pada hal salah satu pejabat saja dapat menjadi orang sukses tanpa pendidikan tinggi terlebih biaya sekarang serba mahal.” Adriell kembali melontarkan sebuah pertanyaan. Entah untuk melupakan masalah percintaannya dan mempelajari sesuatu hal, ataukah sekedar sebagai penghibur.
“Kakak, itu zaman dulu dan tidak bercerita tentang keadaan sekarang. Pejabat itu mana mungkin menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi kalau memang pendidikan itu tidak penting.” Kalimatnya lagi...
“Tapi kan biasanya sebagian orang berpikir jika mimpi itu dapat tetap diraih meskipun tanpa pendidikan tinggi,” memancing pembicaraan ke arah yang lebih serius.
“Kembali pada permasalahan kemarin dan sekarang mempunyai jalan cerita berbeda, dengan  kata lain prinsip perbedaan generasi kemarin tidak pernah sama, ngerti kakak?”
“Lumayan ngerti sedikit,” Adriell tertawa…
“Salah satu desainer busana kebaya bercerita tentang tingkat pendidikannya sangat dibawah standar, kemudian berhasil mewujudkan mimpinya tanpa mengenyam bangku pendidikan sama seperti salah satu pejabat. Tetapi generasi mereka berdua bercerita tentang zaman kemarin bukan tentang keadaan sekarang.” Dia menjabarkan tentang dua generasi antara kemarin dan sekarang.
“Sekarang segala sesuatunya harus di dasarkan atas perjalanan pendidikan baik ketika meraih sebuah mimpi ataupun beradaptasi tentang banyak hal dalam lingkaran hidup di sekelilingnya.” Melanjutkan kembali akan pentingnya dunia pendidikan.
“Fungsi pendidikan buatmu?” Adriell berkata-kata ingin mempelajari pemikiran seorang anak remaja sepertinya.
“Pendidikan tidak hanya bercerita tentang ingin mengejar mimpi dan harus melalui jalur kualitas tingkat pendidikan tertentu.” Jawabnya.
“Jadi?” Adriell masih penasaran.
“Pendidikan juga mengajarkan seseorang untuk beradaptasi pada suatu keadaan tertentu, membentuk wawasan, mempelajari etika masing-masing suku bahkan antar bangsa luar dengan tingkat kesulitan ataupun pemahaman tersendiri.” Dia kembali bercerita…
“Sebagian besar public figur lebih mengutamakan karir dibanding mengejar pendidikan, kenapa? karena mereka yakin dapat menghasilkan uang dan ketenaran tanpa tingkat pendidikan tentunya,” bahasa Adriell kembali beradu argument...
“Itulah hal terburuk dari jalan mereka, bukan permasalahan seseorang masih dapat meraih kekayaan dan popularitas tanpa harus mengenyam bangku standar kualitas pendidikan. Tetapi ada saat ketika berada dalam lingkungan tertentu, mereka tidak dapat memahami ataupun beradaptasi tentang suatu etika ataupun wawasan tertentu.” Melawan cara berpikir Adriell tentang sebuah pernyataan…
“Berarti kau menganggap mereka tidak memiliki etika, pada hal etika dan bahasa mereka jauh lebih baik dibanding orang-orang yang mempunyai kualitas pendidikan tinggi,” Adriell masih melawan ucapan remaja tersebut.
“Berarti anak remaja sepertiku masih lebih dewasa berpikir dibanding kakak yang sudah tua,” ledeknya.
“Bukan permasalahan seperti itu sih, tapi nada ucapanmu itu loh” bantah Adriell.
“Kakak, ada saat seseorang harus diperhadapkan dengan keadaan tertentu. Nah, jika kualitas otak dibawah rata-rata maka akan terjebak sendiri. Seseorang mengejar pendidikan tidak hanya bercerita tentang sebuah mimpi, ingin menjadi kaya, mempunyai masa depan cerah..,Tutur bahasa, charisma, wibawa, pribadi mereka yang mempunyai pendidikan pasti ada perbedaan  ketimbang orang disekelilingnya.” Ujarnya.
“Dapat mengenal dunia luar tentang adanya perbedaan masing-masing bangsa baik dari segi pola pikir, etika ketika berhadapan dengan seseorang baik kalangan local maupun asing,, budaya bebas ataupun terikat, gaya bahasa saat menanggapi sebuah pemahaman, dan masih banyak lagi. Tidak mudah untuk diadu domba oleh pihak-pihak tertentu baik bersifat dalam maupun luar negara sendiri karena status pendidikan memang basicnya kuat.” Bahasa seorang anak remaja sekali lagi berkata-kata tentang dunia pendidikan.
“Cara berpikirmu mirip seseorang,” Adriell tersenyum melihat cara berpikir seorang remaja yang baru saja menginjak bangku kuliah, umurnya masih 18 tahun. Dia bernama Pilar, gadis remaja dengan pemikiran melebihi usia dewasa pada umumnya. Mengingatkan Adriell tentang bayang-bayang Nefrit memiliki kesamaan bahkan dapat dikatakan sebelas dua belas dengan kepribadian hampir mirip.
“Saya harap kakak masih menyapaku atau sekedar bercerita basah basih jika melewati persimpangan jalan ini,” kata-kata Pilar sebelum akhirnya Adriell berlalu dari hadapannya.
“Pasti,” balasan Adriell sambil menyalakan  mesin roda dua yang senantiasa menjadi sahabat bagi hidupnya.
Kembali menjelajah jalan tertentu menuju sebuah tempat tidak jauh dari persimpangan tempat dia dan gadis remaja sedang menjajahkan dagangannya. Memasuki sebuah kawasan pemakaman hanya sekedar berziarah seperti biasanya. Untuk beberapa saat pertemuan antara dia dan gadis remaja tersebut membuatnya lupa akan permasalahan apapun yang sedang membungkus. Namun, setelah berada depan makam Aldrich pikirannya menjadi kacau dan tak tahu harus berjalan ke arah mana.
“Tuhan, tanganku masih ingin menggenggam tangannya bukan wanita manapun” teriakan hati Adriell. Membersihkan area pemakaman tempat saudara kembarnya beristirahat. Menghilang dan memberikan Aldrich kesempatan menikmati sebuah kebahagiaan.
“Ingin berkata jujur, tetapi seakan terdapat sebuah benteng kuat menghalangi mulut untuk berkata-kata terhadap dia,” menarik nafas dalam-dalam…
“Apa anda tidak apa-apa?” suara tidak asing lagi dari arah belakang memenuhi gendang pendengaran Adriell. Tak berbicara sepatah katapun ketika tubuhnya berbalik mencari sumber suara tersebut. Pertemuan tak terduga antara Adriel, tempat peristirahatan Aldrich, dan Nefrit …
“Kenapa kau selalu ada di depanku?” teriakan hati Adriell di tempat tersembunyi.
Seakan ingin bertanya pemakaman tersebut, namun Nefrit masih diam membisu. Tak pernah terpikirkan sedikitpun jika pemakaman orang tua Nefrit berdampingan bersama tempat Aldrich beristirahat. “Hingga detik sekarang dia tak pernah tahu tentang ka’Aldrich” bisikan hati Aldriell berusaha menjaga jarak.
“Saya hanya ingin berziarah ke makam orang tuaku bersebelahan dengan tempatmu berdiri sekarang,” Nefrit membuka suara setelah diam membisu selama beberapa saat.
Kaki Adriell tiba-tiba melangkah hingga berada lebih dekat di hadapan Nefrit. “Tetaplah menggenggam tanganku, sekalipun segala sesuatu selalu saja menciptakan goresan luka pada dirimu,” kata-kata Adriell mendekap erat tubuh Nefrit tanpa berpikir panjang. Nefrit berusaha melepaskan diri, tetapi tidak berhasil...
“Maaf, selalu membuatmu terluka setiap detiknya” terus mendekap gadis impiannya.
“Kenapa kau selalu seperti ini?” kalimat Nefrit masih berjuang untuk melepaskan diri.
“Berhenti berbicara, dan biarkan seperti ini untuk beberapa saat,” hingga membuat Nefrit berhenti memberontak agar bisa terlepas.
“Kau akan menyakiti hati Kireynzie jika sikapmu seperti ini terus,” ucapan Nefrit.
“Lupakan tentang Kireynzie, tetaplah berada dalam dekapanku selama beberapa saat.”

Bagian 14…

Adriell…
Manusia pengecut seperti diriku selalu saja menciptakan goresan demi goresan bagi hidupnya. Inilah pertemuan tanpa kesengajaan antara aku, dia, dan tempat peristirahatan ka’Aldrich. Dia tidak pernah menyadari siapa yang telah menyatakan rasa cinta dan menjadi pasangan terbaik. Pada kenyataan, jika pemakaman orang tuanya bersebelahan dengan tempat ka’Aldrich selama ini. Membawa dia dalam dekapanku, walau tubuhnya memberontak juga berusaha lepas.
“Kau akan menyakiti hati Kireynzie jika sikapmu seperti ini terus,” ucapan Nefrit.
“Lupakan tentang Kireynzie, tetaplah berada dalam dekapanku selama beberapa saat.”
“Kenapa kau selalu mempersulit masalah?” saya masih dapat merasakan air matanya mengalir membasahi kemeja biru diselah-selah pertanyaannya.
Dia tidak pernah menyadari penyakit, kematian, dan pemakaman ka’Aldrich. Semua rahasia pertukaran diantara ka’Aldrich dan diriku sendiri masih tersembunyi bahkan tertutup rapat. Sebelum meninggal ka’Aldrich telah membayar biaya kuliah Nefrit memakai tabungannya sendiri. Selalu tersenyum, tertawa, bahkan menghabiskan waktu bersama gadis impiannya merupakan kebahagiaan terbaik dari hidup ka’Aldrich.
“Siapa itu Aldrich Fidelis?” membuka pertanyaan, matanya mengarah pada sebuah batu nisan dengan nama Adrich Fidelis. Ternyata dia sama sekali tak memperhatikan batu nisan sebelah pemakaman kedua orang tuanya. Datang dan berlalu begitu saja, untuk pertama kali menyadari tentang nama yang begitu mirip denganku…
“Dia kakakku,” jawabku.
“Berarti tempat peristirahatan orang tuaku bersebelahan dengan kakakmu?”
“Ka’Aldrich kakak terkuat saat menjalani hidupnya,” berbalik ke arah Nefrit.
“Dan kau masih belum menyadari betapa berharganya hidupmu untuk ka’Aldrich” suara hatiku berbisik pada diri sendiri.
“Kenapa tidak pernah memberitahuku kalau kau mempunyai kakak?” pertanyaan tersebut menciptakan sentakan demi sentakan jauh di dasar tubuhku sekarang.
“Karena kau tidak pernah bertanya,” masih berusaha menutupi tentang rahasia tersembunyi dari dirinya.
“Apa boleh saya lihat foto kakakmu?”
“Tertinggal di rumah,” segera menjawab pertanyaan Nefrit.
“Pulanglah, pasti Kirey khawatir sekarang dan berusaha mencarimu!” dia mengalihkan pembicaraan tentang Kirey. Bisakah dia berhenti berkata-kata tentang Kirey? Andai kata dia tahu tentang ka’Aldrich apakah hatinya tetap akan melihatku?
“Mencoba berada di samping Kirey, ternyata jauh lebih menyakitkan.” Ujarku.
“Dia tunanganmu” menegur dengan suara lantang. Depan makam ka’Aldrich suaranya terdengar keras juga penuh penekanan kuat pada satu kata ‘tunanganmu’.
“Kau tahu bagaimana Kirey hingga detik sekarang masih berada di atas kursi roda, tetaplah menjadi pasangan terbaik dan terhebat bagi hidupnya.” Berkata-kata sebelum akhirnya berlalu dari hadapanku.
Mencerna ucapan yang keluar  dari mulutnya serta merenung akan kisah hidup paling menyedihkan dari langkahku sendiri. Mengingat kembali memori dimulai dari kejadian Kirey menjadi lumpuh hingga pada akhirnya Nefrit pergi menjauh. Kembali melukis pemandangan sama seperti biasa tanpa rasa bosan. “Kau tidak boleh menganggapku hanya bagian masa lalu,” berbicara sendiri sambil memandangi lukisan hasil karyaku.
“Masih memandang lukisan, tapi tidak berani untuk mempertahankan!” detakan langkah mama mengejutkan diriku seketika.
“Mama terus saja mengganggu,”
“Adriell, perasaan mama baru masuk dan seharian tidak melihatmu” beginilah mama menegur disaat keadaanku lagi tidak semangat.
“Kau dari mana saja seharian,” teriak ka’Adrin siap menyergap diriku sekarang.
“Bukankah menyenangkan kalau saya seharian tidak ada!” cetusku menyindir…
“Tidak begitu juga,” balas ka’Adrin.
“Mama melihatmu mendekap dia tadi,” tegur mama.
“Saya juga lihat, bagaimana kalian berdiri depan makam Aldrich,” ka’Adrin.
“Hingga detik sekarang dia tidak pernah tahu tentang kepergian ka’Aldrich,” wajah tertunduk di hadapan mama dan ka’Adrin.
“Dan hingga detik sekarang, anak mama tetap diam membisu,” tegur mama.
“Hingga detik sekarang adikku terlalu sulit bercerita, ngerti” ka’Adrin melanjutkan…
“Apa yang kalian bicarakan?” pertanyaan ka’Adrin menarik lukisan dari tanganku.
“Tentang Kirey,” jawabku asal.
“Kenapa kau tak menceritakan permasalahan sebenarnya kalau…” tegur mama.
“Kirey masih bergumul dengan kursi rodanya, bagaimana jika sampai ke telinga Kirey jauh lebih fatal,” langsung memotong pembicaraan mama.

Flashback…
“Tanggal pertunangan berada depan mataku sekarang,” menarik nafas panjang-panjang seakan menginginkan waktu berputar cukup lama. Hati masih menginginkan sebuah mujizat, setidaknya langkah hidup tidak berada dalam situasi sulit seperti sekarang.
“Sampai kapanpun, dirimu selalu menjadi bagian terbaik buatku,” tersenyum memandang sebuah foto masih terselip aman dalam dompetnya. Adriell tetaplah Adriell tak akan pernah mampu menjalani suatu hubungan bersama wanita manapun oleh karena bagian masa lalu terhebat jauh melebihi apapun.
“Adriell, pertahankan gadis pilihan hatimu” suara mama membangunkan lamunan Adriell dalam kamarnya sendiri.
“Mama, sudah lama berdiri disini?” pertanyaanku tak menyadari kehadiran ibu Fidelis beberapa waktu sebelum memperdengarkan ucapannya.
“Adriell hanya butuh usaha kecil untuk mengembalikan dia,” Adrin tiba-tiba berada di tengah mereka. Dia menyadari tentang perasaan adiknya, dapat dikatakan sebuah petualangan percintaan segi tiga mempermainkan dunia Adriell.
“Kirey lebih membutuhkanku,” kepala tertunduk membayangkan Kirey menangis bahkan tanpa semangat.
“Adriell,” tegur mama.
“Adriell berutang budi terhadap Kirey karena menyelamatkan Nefrit dari kecelakaan,” masih menjawab mama…
“Keputusanmu itu bukan jalan terbaik buatmu juga tidak bagi Kirey dan Nefrit,” ka’Adrin mengangkat pembicaraan.
“Harusnya Nefrit terbaring lumpuh, tapi diluar dugaan Kirey malah menjadi penyelamat sekaligus malaikat sekalipun hidupnya sendiri merasa mendapat dibohongi.” Mulutku berkata-kata tetapi hati tak akan pernah bisa terbohongi.
“Kelak kau akan menyesal tentang keputusan terburukmu sekarang,” ujar mama.
“Lebih baik berpikir dari sekarang, kalau nasi sudah menjadi bubur kau tidak dapat berbuat apapun, ngerti!” tegur mama kembali.
“Adriell, ada hal yang tidak kau ketahui!” sahut ka’Adrin seolah ingin menjelaskan tentang sebuah rahasia.
“Tentang?” tanyaku berbalik ke arahnya.
“Sebenarnya saya sudah kembali ke negara ini sudah lama jauh sebelum bertemu denganmu, tanpa sepengetahuanmu selama ini, terkadang saya berperan menggantikan peranmu berada di sisi Kirey” ka’Adrin membuka sebuah rahasia.
“Apa kakak sadar resikonya nanti?” tegurku.
“Kau menghilang tiba-tiba dari rumah sakit, sementara papa bercerita banyak permasalahan kecelakaan dan tangisan Kirey melalui saluran telepon.” Pembelaan ka’Adrin.
“Kakak lebih membuatku dalam masalah besar, ngerti?” ujarku sedikit geram.
“Mama juga ada dalam skenario, jadi kau tidak bisa menyalahkan kakakmu,” kalimat mama makin membuatku bingung
“Dulu mama menyuruhku untuk membiarkan ka’Aldrich berperan sebagai diriku di sekolah dan sekarang jangan-jangan mama juga menyuruh ka’Adrin kembali berperan sebagai diriku.” Kata-kataku hampir tak mempercayai mama dapat melakukan hal seperti ini lagi.
“Karena mama tahu hati dan pikiranmu hanya buat gadis impianmu semenjak remaja bukan siapapun. Setidaknya, mama bisa memperbaiki keadaan” mama menggenggam kuat tanganku hingga membawaku ke dalam pelukannya.
Apa yang terjadi dengan hidupku sekarang, sewaktu sekolah kemarin ka’Aldrich menyamar sebagai diriku demi mendapat gadis impiannya dan sekarang ka’Adrin melakukan hal sama entah demi apa? Tidak bisa disangkal, selama dia meninggalkan ibu kota saya terus saja mengurung diri di suatu tempat jauh dari rumah sakit. Ka’Adrin bercerita tentang segala hal diperbuatnya demi mengembalikan semangat dan senyuman Kirey seperti sebelum mengalami kelumpuhan total. Ka’Adrin menyadari juga mengetahui rahasia paling tersembunyi bahkan karakter paling detail dalam diriku.
“Tidak mungkin ka’Adrin terus berada di samping Kirey tanpa cinta diantara mereka” kata-kataku membayangkan sesuatu hal akan meledak andai kata semuanya terbongkar.
“Siapa bilang saya tidak menyukai Kirey,” senyum ka’Adrin mengembang.
“Berarti?” pancingku…
“Kirey salah satu manusia cerdik, cantik, terkadang menggemeskan, dan saya menyukai tipekal seperti ini dengan kata lain tidak ada penyesalan menyamar sebagai dirimu.” Ungkap ka’Adrin masih berbicara…
“Kirey pasti semakin marah,” tegurku.
“Sebenarnya kau menyukai Kirey atau Nefrit? Gaya bahasamu seakan menyukai kedua-duanya” wajah ka’Adrin penuh curiga.
“Tentu saja bukan Kirey,” segera menjawab.
“Biarkan saja seperti ini sekarang, tunggu waktu paling tepat untuk menjelaskan tentang semua kejadian sebenarnya termasuk permasalahan ka’Aldrich” ujar mama.
“Betul sekali, masalah pertunangan serahkan saja pada kami” ka’Adrin makin terlihat bersemangat.
“Jangan katakan, kalau kakak akan menyamar kembali dan bertunangan dengan Kirey?” ujarku menyadari sesuatu tidak beres.
“Sudah tahu nanya, apa salahnya? Selama ini Kirey nyaman berada dekatku jauh berbeda ketika bersama dirimu pasti senyumnya hilang,” ka’Adrin penuh rasa percaya diri.
“Tetap saja, dia menganggap kakak adalah saya” masih tak habis pikir tentang semua ini…
“Berhenti berbicara, satu lagi jangan jadi manusia serakah ingin menguasai kedua-duanya” ka’Adrin berbicara seolah merasa takut kehilangan.
“Makin mengerikan saja masalahku,” rasa kesalku makin menjadi-jadi. Berpikir antara mengikuti seluruh skenario ka’Adrin atau melawan tetapi penyesalan seumur hidup pasti bermain kuat bagi diriku sendiri. Dibalik kaca mobil melihat pemandangan tak biasa saat Kirey tertawa lepas bersama kakakku sendiri. Tidak pernah menyadari seseorang yang telah membalut lukanya bukanlah hidupku,tetapi pada kenyataannya adalah orang lain.
Memberi senyum, semangat, kekuatan, hal-hal baru bagi dunia Kirey dan tak pernah kuberikan selain kakakku sendiri. “Ternyata ka’Adrin masih berpikir tentang kasih sayang terhadap lawan jenis, selain berpikir tentang berbagai alat-alat dalam imajinasi otaknya” suara hati bercerita sambil tersenyum menyaksikan kisah perjalanan ka’Adrin.
Acara pertunangan pun tiba di depan mata, Kirey tak pernah menyadari siapa orang yang telah bertukar cincin dengannya. Berjalan memakai kursi roda menebarkan senyum bahagia oleh karena kisah percintaan dalam hidupnya memperlihatkan kehidupan. Bersembunyi di suatu tempat menyaksikan pertunangan antara Kireynzie dan ka’Adrin. Waktu dan acara pertunangan dimajukan, jauh sebelum Kirey menghadapi ujian skripsi. Dia masih bergumul tentang penyusunan skripsi, dan telah mendapat persetujuan untuk ujian meja ke depan. Proses terapi Kirey masih berjalan, sementara ka’Adrin terus berada di samping membantu agar pulih dan dapat keluar dari cacat lumpuh yang selama ini membungkus.
“Adriell, berikan dia lukisan terbaikmu!” ka’Adrin menarik salah satu lukisan dalam kamarku hanya demi Kirey semata. Karena bersifat pemaksaan, saya harus merelakan salah satu lukisanku diberikan kepada Kirey. Berhubung ka’Adrin berhalangan, sehingga saya harus menyerahkan secara langsung di tempat biasa. Tanpa pernah terduga sama sekali terjadi pertemuan antara diriku, Kirey, dan Nefrit. Ingin berkata-kata, namun pada kenyataannya seakan ada benteng kuat menjadi penghalang.
Flashback…
Mengingat peristiwa beberapa waktu lalu membuatku seakan ingin tertawa, kenapa? Sewaktu ka’Aldrich masih bernafas, hidupnya berjuang keras menjadi diriku demi melihat sebuah kekuatan dalam diri Nefrit. Hal sekarang pun kembali terjadi, tetapi bukan ka’Aldrich melainkan ka’Adrin berusaha menjadi diriku hanya demi mencari senyuman seorang Kirey. Bagaimana jika 2 wanita tersebut menyadari tentang rahasia tersembunyi diantara kami?
Kirey masih dalam proses terapi, hingga detik sekarang belum memperlihatkan hasil bagi pergerakan kakinya. Tanpa rasa bosan, ka’Adrin terus berjuang menjadi penyemangat bagi hidupnya hingga pelangi mulai berirama kembali bagi dunia seorang Kirey. Berawal dari kata ingin menyelamatkan hidupku untuk mempertahankan apa yang sepantasnya harus kugenggam, kemudian berujung pada kisah percintaan antara mereka. Sementara dilain hal, dunia Nefrit masih belum dapat untuk kukejar.
Tetaplah menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.” Ucapanku terhadapnya menggema begitu saja membungkus gendang pendengaranku.
“Bisakah kau tetap menggenggam tanganku, sekalipun hidupmu setiap saat penuh akar kekecewaan sepanjang jalan dimana kakimu berpijak oleh karena diriku?” berkata-kata sambil memandang lukisan di depanku.
Daun kering itu bernilai, sama seperti hidupku memiliki kualitas nilai hingga akhir cerita tak akan pernah mengalami proses pembakaran oleh karena perjuangan dirinya. Dapatkah kau berlari kembali memberikan setiap saat secarik kertas tanpa ada kata menyerah dalam dirimu, sama seperti peristiwa sewaktu kau dan aku masih bercerita tentang dunia remaja.
“Ka’Adriell!” sapa seseorang membangunkan dari tidurku seketika.
“Pilar, kenapa kamu bisa berada disini?” terkejut melihat Pilar membawa senyuman ketika matahari masih bersembunyi dibalik awan.
“Justru saya yang bertanya, kenapa kakak berada di tempat seperti ini pagi-pagi buta?”
“Saya ketiduran hingga lupa jika ini bukan rumah” jawabku.
“Sepertinya kau mempunyai masalah serius?” tegurku kembali…
“Seperti itulah, salah satu dosen terbaik kami mengalami permasalahan” raut wajah Pilar menampakkan kesedihan.
“Memang ada permasalahan apa, sampai segitu sedihnya wajahmu?”
“Kakak, masalahnya dosenku yang satu ini mengalami situasi paling rumit karena berada dalam sebuah area jebakan dari beberapa pihak.” Kalimatnya sambil melemparkan sebuah batu kecil pada danau tepat di depan kami.
“Kalau boleh tahu siapa nama dosenmu itu? Apa permasalahannya?” tanyaku.
“Bapak Surjolandi, permasalahannya adalah beliau berhasil masuk dalam area jebakan pihak tertentu. Dituduh menggelapkan dana hingga mempunyai hutang banyak sekali bahkan telah diperkarakan oleh kepolisian.”
“Jadi?” hanya kalimat itu saja tersirat keluar dari mulutku.
“Jadi apanya kakak?”
“Jadi selanjutnya, maksudku” kembali berkata-kata…
“Jadi pokoknya kacaulah ceritanya kakak,” cetus Pilar.
“Apa sih kelebihan dosenmu itu, sampai raut wajahmu segitu sedihnya?”
“Pak Landi merupakan salah satu tenaga pembentuk bibit dengan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh pengajar manapun. Negara terlalu rugi jika hanya melihat satu kesalahan yang belum tentu dilakukan olehnya, tanpa mempertimbangkan ataupun memandang perjuangan beliau ketika membentuk setiap bibit-bibit generasi ke depan.” Kata-kata Pilar mengungkapkan sesuatu hal.
“Kelebihan gimana maksudnya?”
“Astaga, kakak pasti pernah mengenyam bangku pendidikan dan mengerti bagaiamana tentang beberapa system dalam suatu area tertentu.” Pilar si’gadis remaja jauh lebih berkembang dan menyadari akan banyak hal dibanding umurnya.
“Belum tentu saya pekah tentang dunia seperti jalur pendidikan, kenapa? Karena bidangku tidak terdapat pada area tersebut.” Kata-kataku masih memperlihatkan penekanan terhadapnya.
“Jadi, kakak ingin saya menjelaskan seperti apa?”
“Jelaskan tentang kelebihan yang dimiliki, siapa tahu saya bisa membantu!”
“Memang bisa?”
“Kenapa tidak, Pilar!”
“Kelebihan beliau sebagai pembentuk bibit, dimana mampu mengenal jalur serta kesulitan paling detail pada sebuah area dan sulit di dapat pada tenaga pendidik lain. Generasi membutuhkan terobosan juga adaptasi demi sebuah masa depan suatu bangsa dari si’tenaga pendidik terlebih bagi jalur bibit-bibit.”
“Btw, apa nama kampus tempatmu mengejar masa depan?” pertanyaanku lagi.
“Kampus Harapan Bangsa,” terdengar aneh ketika menyebut nama kampus…
“Sepertinya saya pernah mendengar nama kampus tersebut!”
“Jelaslah kakak, nama kampus itu paling terkenal di negara ini” celotehnya.
“Itu nama kampus seseorang yang kukenal,”
“Jangan katakan itu kepemilikan orang tua kakak,”
“Sepertinya,” mengiyakan jika papa merupakan pemilik kampus tersebut, hanya saja saya tidak ingin terjun ataupun tahu tentang suasana kampus tersebut.
“Kakak, tolong selamatkan salah satu dosen terbaik kami,” memohon dengan sangat.
“Sampai segitunya,”
“Pastilah kakak,” menampakkan wajah cemberut.
“Saya akan mencoba mencari tahu masalah sebenarnya, juga membela dosenmu itu pada papa”
“Terimah kasih sebelumnya, kakak” Pilar berteriak kegirangan.
“Bukankah kalian itu masuk kategori generasi muda, bukan bercerita bibit bos”
“Kakak, dosenku itu, selain memasuki dunia generasi muda juga bibit yang diambil dari pedalaman untuk dibentuk sedemikian rupa hingga memperlihatkan kualitas, ngerti!”
“Oh seperti itu ceritanya, gadis cerewet” ujarku mengangguk-anggukan kepala.
Berjanji untuk berusaha membantunya menyelamatkan salah satu tenaga pendidik terbaik dimatanya, “Saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ucapku kembali sambil menampakkan senyum…
Berusaha menghubungi kantor papa dan mencari tahu seluk beluk permasalahan sedetail-detailnya. Kesalahan terbesar bagi sebuah negara adalah menghancurkan si’pembentuk bibit generasi tanpa mencari tahu apa akar permasalahan sebenarnya lebih berjalan kemana. Terkadang hal seperti ini terjadi pada sebuah bangsa selalu menghancurkan masa depan, dan mengambil sesuatu yang dikatakan buruk bagi pemandangan kasat mata jasmani siapapun juga. Sebuah perangkap dibuat hingga pada akhir cerita seluruh mata selalu tertipu, bahkan membuang sebuah berlian terbaik dari negara sendiri.
“Papa, harus mencari tahu akar permasalahan itu  seperti apa?” ucapku terhadap papa.
“Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba kau datan mengamuk di kantor papa?” papa terkejut melihat tingkahku dan tidak biasa bagi pemikirannya.
“Karena permasalahan ini,” menyodorkan beberapa surat kabar tentang pemberitaan kasus penipuan salah satu dosen kampus miliknya.
“Menjadi pertanyaanku sekarang kenapa kau turut campur dalam situasi kampus papa?” tegur papa terkejut melihat tingkah laku tidak biasa dari diriku. Semenjak mengambil keputusan meninggalkan rumah dan hidup mandiri, papa tidak pernah ingin pusing terhadap apapun dariku. Satu lagi hal yang tak disadari olehnya adalah skenario pertunangan ka’Adrin dan Kirey.
“Namanya saja Harapan bangsa, tetapi pada kenyataan kalian orang-orang diatas selalu menghancurkan masa depan dan perkembangan negara sendiri, terlalu kasihan” ujarku tanpa memperdulikan tindakan juga amarah papa.
“Adriell jaga ucapanmu,” gertakan papa.
“Jangan salah memilih jalan hingga ujung cerita menghancurkan banyak bibit generasi. Tidak semua tenaga pendidik menguasai management pendidikan hingga memperlihatkan hasil.” Kembali berucap terhadap papa sekalipun semakin geram melihat tingkahku.
“Adriell!” papa berteriak dengan tangan teracung bahkan hampir menampar wajahku.
“Papa ingin menampar? Silahkan!” tanpa memperdulikan kegeraman papa…
“Jangan mencampuri permasalahan yang bukan jalur ataupun bidangmu!” tegur papa.
“Jadi, papa mengancam Adriell?”
“Ini permasalahan kampus dan bukan hakmu mencampuri apapun di dalamnya!”
“Negara ini memang tidak pernah kekurangan tenaga pendidik, bahkan ada begitu banyak orang ingin masuk dalam jalur pendidikan. Hanya saja, permasalahannya terlalu sulit mendapat seorang pendidik dengan karakter yang dapat memahami tingkat kesulitan paling terkacau dalam sebuah jalur bibit-bibit tertentu.” mencoba mengemukakan pendapatku…
“Tidak semua orang memahami tentang management pendidikan sekalipun bergelut ataupun telah menempuh tingkat gelar sekolah setinggi-tingginya,” ujarku sekali lagi berusaha meyakinkan papa. Terdiam beberapa saat tanpa kembali memperlihatkan kegeraman pada wajahnya. Tiba-tiba saja, papa segera berjalan ke hadapanku…
“Beberapa tahun lalu, papa berpikir kau tidak mempunyai masa depan tetapi keadaan berbalik anakku selalu berhasil memperlihatkan kualitas nilai pada dirinya” ucapan papa menepuk-nepuk bahuku. Pembicaraan yang berawal tentang permasalahan salah satu dosen berubah menjadi topic pembicaraan lain. Lebih mengejutkan papa bercerita bagaimana kisah hidupnya sewaktu remaja benar-benar mirip sama seperti kisahku. Perjalanan remaja dengan prediksi oleh semua orang tanpa masa depan sedikitpun dikarenakan sebuah jurang, tetapi diluar dugaan justru bercerita tentang sinar setelah bertahun-tahun berlalu.
“Papa menyukai lukisanmu,” senyum papa terukir. Ternyata papa sudah mengetahui tentang rahasia pertunangan kemarin dan bagaimana ka’Adrin menyamar sebagai diriku untuk mengelabui semua orang. Papa berjanji akan  berusaha membantu semaksimal mungkin salah satu tenaga pendidik yang bermasalah di kampusnya.
Bagian 15…

Adrin…
Keadaan membuatku untuk kembali hadir dalam lingkup kehidupan keluargaku, setelah mengejar mimpi jauh dari mereka. Ada saat tawaku meledak ketika mendengar curahan hati adikku sendiri tentang dunia asmara tanpa ujung pada jalur hidupnya. Membiarkan serta merelakan Aldrich mengambil posisi sebagai dirinya beberapa tahun silam hanya demi mendapat perhatian dari gadis yang sama menempati hatinya. Adriell hanya akan diam membisu tanpa berkata-kata ataupun ingin mengejar gadis impiannya setelah Aldrich meninggal. Tetap memutuskan tinggal bersamaku di negara orang, hingga akhirnya memutuskan kembali lebih dulu dibanding diriku.
Saya tetap berjuang menjadi kakak terbaik buatnya ketika hati dan perasaan terus saja mengalami  kekacauan. Memberi penghiburan tersendiri bagi hati penuh goresan luka tanpa sedikitpun cinta pertama bagi hidupnya menyadari hal tersebut. Mendengar jika Adriell harus bertunangan bersama wanita lain membuatku harus kembali ke tempat kelahiranku. Mama banyak bercerita tentang permasalahan perjodohan dilakukan oleh papa dan orang tua gadis tersebut. Wajahnya cantik, lucu, dan terlihat menyenangkan buatku, namun tidak bagi Adriell. Kenapa? Jawabannya selalu sama, karena permasalahan cinta masa lalu.
Mama akhirnya memiliki kesepakatan akan sebuah skenario unik juga dapat dikatakan akan membuat papa mengamuk besar. Jauh sebelum Adriell kembali, hatiku berkata bahwa Tuhan akan kembali mempertemukan dirinya dengan bagian dari masa lalunya. Ujung cerita terjadilah kisah percintaan segi tiga diantara mereka. Hal lebih rumit adalah Kirey lumpuh karena berusaha menyelamatkan bagian cinta pertama Adriell dan tak lain merupakan sahabatnya sendiri. Kekecewaan, air mata, sakit hati membungkus Kirey, namun hati nurani seorang sahabat masih jauh lebih kuat untuk bermain.
Menyamar sebagai Adriell hanya demi mengembalikan semangat hidup seorang Kirey. Menolong kehidupan saudara kembarku yang masih tersisa jauh lebih berharga dibanding apapun juga. Berada di samping Kirey hanya demi mengembalikan senyumannya yang hilang, sama seperti memori foto yang diperlihatkan oleh mama kemarin. Adriell bahkan tak menyadari skenario penyamaran menjadi dirinya selama beberapa waktu. Semua membutuhkan waktu cerita tentang pasangan hidup ataupun perjalanan percintaan dari titik hidup seseorang.
“Menggenggam bola emas mengajarkan pembentukan hidup jauh melebihi apapun.” Saya hanya sekedar mengutip sebuah pernyataan dari secarik kertas milik Adriell. Mencoba berbicara perlahan bahkan terlalu bijak, hanya demi memperbaiki kepingan-kepingan hidup seorang gadis lumpuh. Tetap diam membisu tanpa berucap sepatah katapun di hadapanku. Belajar mengikut dari bagian kisah cinta pertama Adriell untuk mengembalikan senyuman Kirey. Membuat kata-kata sebijak mungkin ataupun melakukan copy paste tiap kalimat dari lembaran kertas putih milik Adriell.
“Apapun kisah hidupmu, tidak berarti kau harus tenggelam dan tak akan pernah memunculkan diri ke sebuah permukaan.” Sekali lagi saya mencoba mengutip kumpulan kalimat dari salah satu lembaran kertas putih milik Adriell.
Ada saat dia akan terlihat murung, terus-menerus menjatuhkan air mata, tak memiliki harapan untuk hidup bahkan masih banyak hal-hal buruk membungkus dirinya. Berjuang membuat dia tersenyum sekalipun saya harus terlihat bodoh di hadapannya. Kenapa saya rela bertingkah bodoh seperti ini? Apakah memang demi menolong Adriell atau ada sesuatu hal lain dan tidak mudah diungkapkan hanya melalui lukisan kata-kata? “Tersenyumlah walau hanya sedetik saja” kata-kata tersebut berteriak keras jauh di dasar hati setiap berada bersama dengannya.
Sampai suatu hari, Adriell benar-benar siap berada di hadapannya, sedang tubuhku sendiri bersembunyi jauh dari hadapan mereka. Adriell sama sekali tak menyadari kepulanganku kembali ke negara ini, dan skenario penyamaran sebagai dirinya di hadapan Kirey. Adriell menyerahkan sebuah lukisan ke hadapan gadis lumpuh alias Kireynzie…
“Ini ambillah,” ternyata lukisan tersebut berisi wajah Kirey dan dilukis langsung memakai tangan Adriell.
“Kau benar-benar menepati janjimu” pertanyaan Kirey.
“Tentu saja,” kalimat Adriell seakan memaksakan sebuah senyuman memancar.
“Bisakah kau memberiku lukisan sama seperti ka’Nefrit?” permintaan Kirey.
“Kenapa kau harus meminta lukisan seperti itu?” pertanyaan Adriell…
“Karena saya juga ingin mempunyai nilai di mata seorang Adriell,” jawaban dari perbendaharaan mulut Kirey. Kini saya mengerti, rasa cinta dalam diri Kirey jauh lebih besar namun pada kenyataan berbanding terbalik bagi dunia Adriell hanya melihat satu wanita. Sampai kapanpun juga adikku hanya akan terikat pada bagian masa lalunya dan bukan untuk orang lain. Saya tidak akan menyerah mengembalikan senyuman gadis lumpuh seperti Kirey dan membuat Adriel terlepas dari tuntutan belenggu oleh karena balas budi atau rasa bersalah. Hari demi hari kulalui mencari jalan sekalipun harus menjadi manusia paling bodoh bahkan merendahkan diri jauh dari prinsip hidupku hanya demi seorang gadis lumpuh. Pengalaman seperti ini membuatku sadar, ada saat seseorang harus menjadi seperti manusia paling bodoh tanpa memperlihatkan kelebihan dalam dirinya untuk mencari sebuah perhatian tentang cinta. Tidak bercerita tentang kelebihan, ketenaran, uang, atau hal-hal lain, hanya mengarah pada adaptasi dan cara merendahkan hati.
Perjuangan pasti membuahkan hasil, dan hal seperti itu pasti terjadi bagi hidupku. Pada akhirnya dia mulai tersenyum, tertawa, bahkan berteriak menikmati suasana alam bersama diriku. Memperlihatkan diri di hadapan Adriell, dan memutuskan untuk tinggal serumah dengannya hanya demi melihat keadaan selanjutnya. Di awal pertemuan pertama, Adriell tak pernah menyangka saya kembali hadir dan membuat kakiku berpijak di negara ini. Kami berdua hanya bercerita seputar penemuanku demi mengalihkan perhatian Adriell semata-mata. Adikku masih belum menyadari susunan skenario terbaik antara diriku dan mama tanpa melibatkan papa sama sekali.
Menjelang pertunangan Adriell bersama Kirey, susunan skenario makin dilancarkan oleh kami. Informasi yang di dapat adalah Nefrit telah berada jauh dari kota ini, terlalu sulit mencari tahu tentang tempat tinggalnya. Mama masih berusaha memberi nasihat bagi Adriell agar menghentikan acara pertunangan tersebut. Tidak ada jalan keluar, selain berkata jujur tentang sebuah rahasia di hadapan Adriell sambil berusaha mencari keberadaan Nefrit. Terkejut, marah, geram benar-benar tepancar di wajah Adriell tetapi ini jalan terbaik menyelesaikan masalah. Pada akhirnya Adriell menyetujui tentang pertunangan antara saya dengan melakukan penyamaran sebagai dirinya bersama Kirey.
“Kau benar-benar gila!” jantung Adriell benar-benar hampir keluar karena skenario...
“Berhentilah berkata-kata,” tegurku.
“Kakak makin menyusahkan hidupku,”
“Kudengar Nefrit kembali ke kota ini, kejar dia jangan sampai kau menyesal” ujarku. Mama berhasil menemukan informasi tentang keberadaan Nefrit, dan membuatnya menginjakkan ibu kota. Dengan alasan pelatihan khusus bagi peningkatan kualitas bidan desa, Nefrit kembali hadir sesuai rencana mama.
“Dari mana kakak tahu semua itu?” tanyanya seakan ingin segera beranjak keluar…
“Jaringanku banyak, ngerti?” memberikan senyum sedikit sinis juga. Beberapa jam setelah pertunangan terlaksana, saya harus kembali ke rumah untuk berada di hadapan layar computer seperti biasa. Setidaknya membiarkan Kirey tertidur lelap setelah aktifitas pertunangan di antara kami.
“Kau pasti bahagia hari ini?” seperti biasa Adriell masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu kemudian berakhir mengagetkan atau membuat kata-kata melankolis…
“Bahagia apanya?” tanyaku.
“Tentang pertunanganmu, jujur saja kau menyukai Kirey kan?”
“Sejak kemarin saya sudah bilang memang iya, memang salah?” tanpa berbalik ke arahnya masih tetap bergulat depan layar computer.
“Tidak ada yang salah, beritahu padaku dimana alamat Nefrit?”
“Tapi, kau harus membantuku?” ujarku menyerahkan beberapa lembaran kertas juga file ke tangan Adriell.
“Maksud kakak?”
“Lingkari data-data dengan sebuah istilah microchip sekalian ambil dari file-file ini!”
“Kakak,” suara gerah mulai menaik.
“Lakukan saja!” Dengan keterpaksaan mulai melakukan segala perintahku, mencoba melingkari setiap data penjelasan tentang penemuan terbaru dunia yaitu microchips. Terlebih pemasangan chips pada tubuh dilandasi beberapa tujuan ataukah sekedar penipuan belaka. Bagi dunia alat ini merupakan kemajuan teknologi paling berperan dan diakui oleh internasional. Hanya saja, seakan terkesan aneh bagi seseorang yang pekah terhadap penemuan tersebut. Sekian tahun saya bergelut di dunia teknologi, dan berusaha mencari alat-alat penemuan terbaru baik hasil karyaku sendiri maupun milik orang lain, suara hatiku berkata tentang hal mengganjal pada chips tersebut yang baru saja dipromosikan oleh internasional.
“Apa yang kau dapat dari data-data ini?” tanyaku.
“Beberapa negara telah memperkenalkan pemasangan chips pada tubuh berfungsi sebagai alat kesehatan. Di lain hal, misrosoft dan salah satu brand handphone terkenal telah bekerja sama dimana akan dilakukan pemasangan chips pada bagian kelamin untuk mengetahui pasangan berselingkuh.” Kata-kata Adriell menjelaskan.
“Wow…”teriakanku. Dengan alasan positif hanya demi meraih perhatian lapisan masyarakat akan teknologi paling berkesan. Sebuah perusahaan asing menyarankan seluruh karyawannya menanam sebuah microchips pada tubuh untuk memudahkan transaksi atau apapun juga. Teknologi dan penemuan terbaru memang pada dasarnya berkembang pesat juga akan terus berjalan. Kemajuan kualitas otak seseorang makin meninggi oleh karena perkembangan zaman.
“Apa yang salah dari penemuan ini, kenapa kau seakan mempermasalahkan?”
“Adriell, percaya atau tidak  percaya tapi ini kenyataan dan kisah nyata yang akan terjadi pada perjalanan lapisan negara ke depan.” Jawabanku.
“Saya tidak mengerti, permasalahannya adalah microchip seperti ini lebih memudahkan transaksi apapun dan tidak ada yang salah dimataku,” Adriell.
“Penemuan ini terkesan untuk kebaikan dan memiliki banyak fungsi bagi setiap negara terlebih dunia pemerintahan, tetapi ada hal lain melalui penemuan tersebut akan menghancurkan setiap bangsa manapun.” Ujarku.
“Kakak, jangan mencoba menakut-nakuti” wajah Adriell terkesan khawatir…
“Jika setiap negara merespon bahkan menyetujui penggunaan microchips terlebih membangun kantor-kantor besar di belahan dunia, maka seluruh data tentang kepemimpinan ataupun system pemerintahan dari sebuah negara tercatat jelas di suatu tempat. Sebuah kelompok tertentu di suatu tempat akan memeriksa seluruh data politik, perekonomian, saham, pendidikan, dan seluruh bidang kemudian memainkan secara halus menuju pemerintahan dengan satu penguasa.” Menjelaskan kata demi kata, sekalipun banyak orang di luar sana tidak akan mempercayai apapun ucapanku tetapi hal seperti ini akan terjadi ke depan.
Sebuah pemerintahan dengan gaya kepemimpinan paling terkejam jauh melebihi siapapun juga. Jika Hitler merupakan manusia paling kejam, maka dia jauh ratusan kali lipat lebih mengerikan. Beberapa waktu menjadi manusia berhati malaikat, tetapi suatu waktu akan memperlihatkan karakter aslinya. Suatu hari nanti, dia menjadi penguasa dan akan menghancurkan seluruh pemimpin dunia. Menganggap diri sebagai Tuhan yang harus disembah dan diagungkan, menginjak-injak seluruh agama manapun jika melawan. Pada dasarnya, seluruh data-data siapapun juga menjadi alat untuk membuat sebuah system pada sebuah negara. Kelebihan dan kekurangan masing-masing negara berada dalam genggaman tangannya oleh karena permainan yang dibuat benar-benar halus.
“Berarti maksud kakak hanya terdapat seorang pemimpin saja untuk memerintah seluruh negara? Menjadi pertanyaanku, siapa penguasa yang ada dibalik semua ini?” Adriell.
“Tepat katamu, hanya ada satu pemimpin untuk seluruh negara. Penguasa tersebut masih bersembunyi di suatu tempat, dan akan memperlihatkan dirinya suatu hari kelak. Tanpa sadar, sebagian besar orang-orang berpengaruh dari belahan dunia merupakan bagian yang berperan penting alias tangan kanannya.” Inilah kenyataan, sekalipun semua orang akan menertawakan apapun yang kujelaskan dan tidak mempercayai sama sekali ucapanku.
“Dari seluruh data, dikatakan suhu paling tepat bagi penempatan sebuah chips pada tubuh adalah bagian tangan dan dahi. Apakah terdapat efek samping ke depan?” Adriell.
“Pernyataan dunia medis berkata, apapun benda asing yang masuk dalam tubuh butuh waktu beradaptasi dan dapat memperlihatkan efek jika tidak ada kecocokan. Entah bersifat jangka pendek atau panjang jika ternyata ada penolakan.” Ujarku.
“Maksud kakak?”
“Microchip memiliki kandungan zat kimia tertentu, dan pasti akan berefek suatu hari kelak. Untuk sekarang memang tidak memperlihatkan gejala, tetapi seiring waktu berjalan akan muncul penyakit kulit yang belum pernah ada di dunia. Kenapa? Karena kandungan zat kimia berbahaya dalam microchips tersebut dapat merusak bagian organ tubuh setahap demi setahap tanpa disadari.” Ini kenyataan, sekalipun ada begitu banyak fakta medis menyatakan bahwa tidak akan pernah ada efek bagi pengguna chips pada tubuh. Sebuah negara akan berhadapan beberapa hal jika merespon teknologi tersebut, diantaranya data-data pemerintahan hingga sedetail mungkin berada di tangan si’penguasa, jebakan demi jebakan akan dimainkan, permasalahan penyakit kulit paling menjijikkan pun akan bermunculan kelak.
Sekalipun semua orang dapat tertawa tentang pernyataanku, namun hal tersebut akan nyata suatu hari kelak. Kembali pada masing-masing negara merespon teknologi tersebut atau mempercayai ucapanku. Pemerintahan terhebat sedang dirancang dalam kekuasaannya jauh melebihi kekuasaan Hitler. Seluruh pemimpin dunia akan terjebak bahkan bertekuk lutut perlahan demi perlahan tetapi pasti. Mengumpulkan, mempelajari, menyimak setiap alat terbaru dari zaman ke zaman, namun penemuan terbaru seperti pemasangan chips pada tubuh benar-benar lebih membahayakan dibandingkan sebuah ledakan nuklir antar negara. Percaya atau tidaknya, suatu hari kelak jika terjadi perang dunia tiga itu karena skenario yang tersusun rapi olehnya. Jadi, tiap pemimpin harus bijak menanggapi setiap penemuan ataupun teknologi oleh sebuah perusahaan maupun keadaan-keadaan market terlihat ganjal seakan terdapat keanehan.
“Dia tertidur pulas,” gerutuku sendiri mendengar suara dengkuran Adriell. Memperbaiki selimut Adriell, sambil melihat arah jarum jam sekarang sedang menunjuk…
“Kejarlah bagian terbaik dari dirimu, jangan berpikir permasalahan hutang budi dan lain sebagainya hingga menyakiti hidupmu sendiri.” Berkata-kata terhadap Adriell dalam tidur pulasnya, sekalipun hanya hembusan angin yang mendengar. Permasalahan teknologi terbaru cukup membuatku sedikit pusing untuk beberapa belakangan, tetapi tak akan menyerah menjelaskan pada dunia dampak yang akan terjadi ke depan oleh karena pemasangan Chips pada tubuh, walau semua orang akan menertawakan diriku.
Beberapa hari setelah pertunangan, sepulang mengantar Kirey dari terapi pada salah satu rumah sakit terbesar, tiba-tiba saja mataku melihat Adriell mengendarai motornya menuju suatu tempat.
“Habislah saya, kalau sampai Kirey menyadari kehadiran Adriell” berucap dalam hati, berusaha mengalihkan perhatian Kirey dan memutar mobil ke arah lain. Membuat banyak alasan, agar Kirey sedikitpun tak mencurigai mengapa kami berbalik arah. Hampir saja, keberadaan Adriell disadari oleh Kirey. Semua mempunyai waktu untuk bercerita tentang banyak hal ataupun sebuah rahasia tersembunyi, entah bersifat umum terlebih pribadi. Merenung sendiri di tengah keramaian, setelah Kirey berada di rumahnya. Membayangkan keadaan Kirey, Adriell, mama, dan diriku sendiri untuk suatu sudut persimpangan jalan. Jauh lebih baik menceritakan kejadian sebenarnya terhadap Nefrit, dibanding terus berdiam diri sama seperti Adriell.
Mencoba untuk mengajak mama agar setidaknya berkomunikasi jujur di hadapan Nefrit, agar permasalahan tersebut tidak berlarut-larut. Pada akhirnya, mama menyetujui hingga kami berjalan mencari alamat tempat tinggal Nefrit. Mengetuk pintu rumah terbilang sederhana jauh dari kata kemewahan seperti milik papa. 5 Menit kemudian, seorang wanita sederhana tetapi seakan memiliki hal menarik ketika memandang wajahnya dan sulit dilukiskan melalui goresan kata-kata membuka pintu  tersebut.
“Boleh kami masuk,” ucap mama sangat lembut. Dia terperanjat ketika menatap kehadiranku dan mama. Perkiraanku benar, jika dia menganggap Adriell sedang berdiri di hadapannya. Masih terdiam kaku, seakan ingin menolak keinginan mama…
“Tolonglah, sekali saja” ucap mama memohon…
“Nef, ada hal yang perlu kau ketahui, biarkan kami masuk!” ujarku.
“Masuklah!” mempersilahkan kami memasuki ruang kecil dari bagian rumahnya. Menyeduhkan kami segelas kopi panas, selama beberapa saat semua terdiam tanpa berkata-kata. Mama berusaha mengatur nafas panjang sebelum berkata-kata tentang kehidupan Aldrich, Adriell, juga hidupku sendiri.
“Kau pasti menyangka, seorang yang sedang berdiri di hadapanmu sekarang adalah Adriell Fidelis” ujarku memulai pembicaraan sehingga menimbulkan pertanyaan besar bagi Nefrit. Seharusnya, jauh sejak Aldrich masih hidup, dia harus menyadari tentang beberapa deretan peristiwa.
“Saya hanya kakak kembar Adriell, jadi jangan berjuang untuk mengusirku keluar atau merasa tidak nyaman denganku” ucapku kembali makin membuatnya semakin bingung.
“Entah dari mana harus memulai pembicaraan,” ujar mama, sementara mulut Nefrit tetap diam membisu sekalipun pandangan matanya bercerita tentang rasa bingung dan terkejut…
“Benar ucapan Adriell dan Aldrich tentang dirimu, akan tetap diam bahkan berusaha menahan untuk tidak berbicara, namun saat tertentu dapat saja bereaksi melalui beberapa hal” kalimatku lagi, hingga dia semakin tidak mengerti arah pembicaraan kami.
“Kenapa Aldrich bisa mengenalku, bukankah dia sudah meninggal? Kenapa Adriell tak pernah bercerita kalau dia mempunyai saudara kembar?” pertanyaan Nefrit tiba-tiba…
“Dari mana kau tahu tentang meninggalnya Aldrich?” mama bertanya. Nefrit menjelaskan, jika tanpa sengaja bertemu dengan Adriell saat berziarah ke kubur orang tuanya. Adriell hanya bercerita tentang nama kakaknya, dimana hingga detik sekarang bertetanggaan dengan makam kedua orang tuanya. Nefrit tidak menyadari jika Aldrich merupakan salah satu bagian terpenting dari hidupnya sekaligus saudara kembar Adriell.
“Nefrit, sebenarnya seseorang yang telah menyatakan perasaannya terhadapmu sewaktu sekolah kemarin bukan Adriell melainkan saudara kembarnya bernama Aldrich” Kalimat mama mulai bercerita. Nefrit baru menyadari jika Adriell mempunyai dua saudara kembar tanpa seorangpun menyadari. Menjelaskan jika ternyata mama meminta Adriell meninggalkan negara ini, dan membiarkan Aldrich menyamar sebagai dirinya. Mencoba menjabarkan mulai dari awal cerita hingga berujung pada kejadian seperti sekarang…
“Aldrich sakit dan tak pernah mengenal dunia luar. Hingga suatu ketika Aldrich menyamar sebagai adiknya dan bertemu denganmu di sekolah. Pertama bagi hidup Aldrich ingin mengerti tentang semangat hidup karena selembar kertas darimu. Seorang ibu ingin menangis melihat anaknya mengejar setitik sinar sekalipun dalam kondisi tubuh tidak seperti orang lain.” Air mata mama mulai terlihat pada pelupuk matanya ketika bercerita…
“Adriell merelakan gadis impiannya untuk melihat kekuatan ataupun senyum kakaknya. Kau tidak pernah tahu bagaimana Aldrich bergumul bahkan berjuang melawan maut hanya demi mewujudkan mimpinya.” Kembali mama berderai air mata mengenang memori beberapa waktu lalu. Aldrich sengaja meminta agar dikubur bersebelahan tempat makam kedua  orang tua Nefrit.
“Yang selalu tertawa keras, tersenyum tanpa paksaan, membuat suasana ceria, menyatakan perasaannya tiba-tiba, memegang kuat tanganku setiap berjalan, berjuang melindungi tubuhku dari derasnya hujan memakai apapun ditangannya bukan Adriell” Nefrit hampir tak mempercayai setiap ucapan mama, tidak tahu harus berkata-kata.
“Aldrich mulai hadir dalam hidupmu setelah liburan kenaikan kelas akhir setelah berjuang melawan maut. Dia juga membayar seluruh biaya kuliahmu sejak pendaftaran hingga akhir memakai tabungannya. Karena dia tahu waktu kematiannya makin dekat, hingga memutuskan hubungan sepihak denganmu setelah pengumuman kelulusan.” Ungkap mama.
“Adriell dan Aldrich tidak pernah ingin mempermainkan perasaanmu. Mereka berdua menyukai apapun dalam hidupmu terlebih Adriell sampai kapanpun tetap menganggapmu sebagai pondasi terhebat bagi hidupnya.” Kata-kataku terhadapnya…
Bagian 16…

Nefritzal…
Seperti sebuah mimpi bertemu orang tuanya, bahkan mendengar kisah tersembunyi tentang sebuah rahasia bertahun-tahun tersembunyi hingga tiba-tiba saja berjalan ke permukaan. Kenapa saya tidak pernah menyadari sedikitpun akan perbedaan dua karakter di hadapanku kemarin? Dia menghilang dari hadapanku, tiba-tiba kembali hadir hingga menyatakan perasaannya membuat kejutan bagi siapapun. Selalu diam membisu tanpa ucapan sepatah katapun tentang sebuah rahasia.
“Dia mempunyai saudara kembar…” lebih mengejutkan, salah satu kembarannya menyamar sebagai dirinya dan menjadi bagian terpenting bagi hidupku tanpa pernah kusadari sedikitpun.
Tetaplah menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.” Ucapan Adriel setiap saat terngiang memenuhi beranda pendengaranku. Sebuah amplop berisi selembar surat pemberian Adriell bukan tetapi lebih tepatnya Aldrich diberikan buatku.
“Aldrich menitipkan surat buatmu, kelak jika kau menyadari siapa dirinya” ucapan seorang ibu untuk memperlihatkan rahasia terpendam.
“Pasti sulit bagimu menerima kenyataan tentang rahasia 3 anak kembar, terlebih 2 diantara mereka mempermainkan langkah hidupmu hingga detik sekarang. Entah dalam keadaan sadar ataupun tidak sama sekali…” kembali sang ibu berucap…
“Hingga detik sekarang Adriell tetap ingin menjadi bagian terbaik dari gadis pilihannya yang membuat perubahan besar beberapa tahun lalu,” salah satu kembaran Adriell bercerita di hadapanku sekarang. Pertama kali melihat wajahnya, mataku benar-benar tertipu oleh kemiripan wajah tanpa ada perbedaan sedikitpun.
“Bagaimana dengan Kirey? Dia lebih membutuhkan Adriell dibanding hidupku sendiri sampai kapanpun juga.” Kalimatku membayangkan Kirey masih terbelunggu dalam kelumpuhan fisik secara total.
“Kirey dan Adriell tidak pernah bertunangan,” ujar sang ibu…
“Maksud anda?” tanyaku. Adrin bercerita panjang bagaimana kembali terjadi penyamaran hanya demi mengelabui hati seorang gadis lumpuh. Kirey pun tidak pernah tahu tentang rahasia anak kembar 3 dari keluarga Fidelis yang sedang mempermainkan perasaannya sama seperti hidupku. Masih menganggap jika Adriell benar-benar bertunangan dengannya, dan ternyata adalah orang lain. Meminta waktu untuk berpikir, hingga akhirnya membiarkanku seorang diri kembali dalam rumahku. Menatap sudut kamar persegi, kemudian tanganku bergerak membuka dan membaca selembar kertas dalam kesunyian malam.  
Dear,
Cewek terbaik buatku
Setelah menyadari identitasku, dan bagaimana tentang kisah saudara kembar bertukar peran hanya demi menjadi bagian terpenting dalam hidupmu, berarti tubuhku sudah berada di suatu tempat. Dapat dikatakan, saya manusia paling jahat mengambil cinta pertama bahkan bagian terpenting dari kehidupan saudara kembarku. Di akhir cerita, tanganku berjuang untuk lepas dari hidupmu tanpa pernah memberi tahukan tentang sebuah rahasia. “Kau mempunyai harga dan kualitas nilai, disaat kakimu belajar mengejar apa yang hidupmu katakan tidak mempunyai kehidupan, tetapi Tuhan berkata bahwa objek tersebut adalah bola emas yang harus digenggam oleh tanganmu.” Bagi hidupku sendiri tidak ada hal menyenangkan, namun selembar kertasmu mengajar tentang sebuah petualangan terbaru bagi si’penderita kanker sepertiku. Seharusnya, lipatan kertas tersebut ditujukan bagi Adriell, tetapi jatuh ke tanganku.
Apa sih yang menarik dari hidupmu? Pertanyaan tersebut selalu terbentang membungkus pemikiranku sendiri. Gadis sederhana, kecantikan berada di bawah rata-rata, penampilan jauh dari kata modern, tidak sekaya anak teman-teman papa, tingkat kecerdasan pun jauh dari kata jenius…Jujur, hatiku selalu ingin menghabiskan banyak hal bersama denganmu, sekalipun saya harus menjadi kakak terkejam bagi Adriell. Bercerita pada mama, biar Adriell bersedia meninggalkan sekolahnya, dan pada akhir cerita saya dapat berganti peran sebagai dirinya.
“Maaf, membuatmu terpisah darinya hanya demi keegoisanku semata.” Seorang Aldrich hanya ingin merasakan bagaimana kau bercerita banyak hal. Ketika berada dalam ruang ICU, tanpa dapat membuka mata sama sekali, suara hatiku terus berdoa kepada Tuhan. Berikan saya sekali saja kesempatan dapat menjadi bagian terpenting bagi hidupnya, Tuhan! Teriakanku jauh dari alam kesadaran. Ketika terbangun dari tidur, semua orang menjatuhkan air matanya hanya buatku termasuk Adriell. Hal lebih mengejutkan, dia bersedia meninggalkan negara ini  dan membuatku dapat berada di hadapanmu. Tersenyum, tertawa, melakukan banyak hal menyenangkan bersamamu juga teman-teman lain membuatku lupa tentang pergumulan penyakit dalam nafasku. Terimah kasih, karena telah mengajarkan tentang petualangan bagi hidupku. Maaf, memutuskan hubungan secara tiba-tiba tanpa sebab…
Jangan pernah membenci hidupku, sekalipun kau merasa tertipu pada permainan anak kembar dalam langkahmu. Saya hanya ingin mempunyai memorimo jauh melebihi Adriell menjadi bagian terpenting bagi hidupmu. Semua orang dapat berkata, saya manusia paling jahat, tetapi suara hatiku selalu berkata langkahku ingin memainkan irama bersama denganmu walau hanya dalam waktu singkat. Maaf, membuatmu terluka bahkan selalu menjadi Adriell hingga saya sadar waktu kepergianku semakin dekat dan memutuskan hubungan sepihak.
Satu hal, tetaplah menjadi bagian kehidupan di antara kami. Nama siapapun tersimpan kuat jauh di dasar hatimu diantara kami, biarkan saya tetap menjadi memori terbaik dalam nafas hidupmu.

By, Aldrich Fidelis…

“Tuhan, haruskah saya menangis?” seakan berkeluh kesah hanya karena selembar kertas putih berisi curahan hati bagian dari kisah hidupku. Rahasia tersembunyi oleh saudara kembar terbungkus kisah misterius tentang memori beberapa tahun silam. Pada akhirnya air mataku jauh lebih kuat mengalir, dibanding saya berjuang untuk menahan sehingga tidak akan pernah terjatuh sekalipun dalam ruangan tersunyi tanpa seorangpun. Absen dari proses pelatihan, dan memutuskan berjalan menuju suatu tempat keesokan harinya.
Memandang batu nisan di hadapanku sekarang tanpa mengedipkan mata sedikitpun. Saya tidak pernah menyangka tentang bagian-bagian seperti ini akan terjadi dalam hidupku. “Lebih tepatnya, kau sengaja tinggal bersebelahan dengan orang tuaku” berkata-kata seorang diri di hadapan makam Aldrich. Menuntut Adriell berkata jujur, mengapa memutuskan hubungan sepihak tanpa pernah tahu salahku berada di bagian mana? Hingga detik sekaranpun, Adriell tetap diam membisu…
Seseorang menyatakan perasaannya untukku, ternyata bukanlah Adriell melainkan saudara kembarnya. Mungkin saya terlalu bodoh bahkan tak mengerti apapun akan dua pribadi terpenting sampai kapanpun menjadi bagian hidupku. Tiba-tiba saja suara langkah hentakan kaki seseorang terdengar kuat memenuhi gendang pendengaranku. Berbalik arah mencari tahu arah suara hentakan tersebut. Berlari dan berusaha bersembunyi di balik pohon tidak jauh dari sekitar area pemakaman, setelah menyadari pemilik hentakan kaki…
“Andai kata, dia menyadari tentang sebuah rahasia” ucapan Adriell depan makam Aldrich, sementara tubuhku tetap bersembunyi darinya.
“Saya manusia paling pengecut, tak pernah bisa menjawab satu pertanyaan dia mengapa memutuskan hubungan sepihak tanpa pernah tahu apa kesalahan yang diperbuatnya.” Ungkapan perasaan Adriell memandang batu nisan Aldrich.
“Rahasia tentang apa?” pertanyaanku tiba-tiba membuat dia berbalik arah dan terkejut seketika. Seakan mencurigai sesuatu hal, namun tetap diam membisu tanpa bercerita tentang kehidupan Aldrich.
“Kenapa selalu diam?” selalu saja seperti ini, tangisku pecah ketika dia hadir…
“Salahku apa? Sampai kalian berdua mempermainkan kehidupanku” tangisku makin berkumandang memecah keheningan…
“Kau tahu sesuatu?” dia balik bertanya terhadapku.
“Kenapa kau tidak pernah berkata jujur kalau dia saudara kembarmu? Pertanyaanku.
“Bagaimana kau menyadari tentang…?” tiba-tiba berhenti berucap…
“Adrin, Aldrich, Adriell dari keluarga Fidelis tanpa pernah ada yang tahu jika kalian ternyata kembar tiga. Adrin terus mengejar mimpinya di negara orang, Aldrich bergumul hebat tentang penyakitnya selama bertahun-tahun hingga menyembunyikan diri dari kehidupan luar, sedangkan Aldriell mengenal dunia luar dan berada dalam lingkungan sekolah sama seperti diriku.” Berucap dengan tangan menunjukkan selembar foto mereka bertiga pemberian Adrin.
“Apa ka’Adrin bertemu denganmu?” Adriell…
“Kau berbohong liburan ke luar negeri, tetapi sedang bergumul tentang penyakit kakakmu hingga mengambil keputusan meninggalkan negara ini.” Menangis tersungkur depan batu nisan Aldrich. Menyadari akan sebuah rahasia, dan pada kenyataannya diriku menjadi bagian bagi hidup mereka. Saat tertentu hati ingin mempersalahakan dirinya, namun dilain hal keadaan membuatnya menjadi seperti sekarang. Permainan saudara kembar membuat luka tidak hanya terhadap hidupku melainkan juga terarah pada dunia Kirey.
“Kenapa kau harus menutupi semua hal? Apa salahku?” isak tangisku masih jauh lebih bermain memegang batu nisan Aldrich.
“Maaf, setiap detik selalu melukai perasaanmu” Adriell berusaha membawaku masuk dalam dekapannya. Mereka berdua menempatkan hidupku pada situasi yang tak pernah kumengerti, pada ujung cerita menjelaskan variasi keadaan terkacau buatku.
“Tetaplah bersamaku, sekalipun hidupku terus saja mengecewakan” pernyataan memohon seorang Adriell untukku di depan batu nisan Aldrich.
“Bagaimana dengan Kirey?” segera menghapus tangisku…
“Kirey dan saya tidak pernah bertunangan” Adriell.
“Kirey tetap menganggap Adrin adalah Adriell bukan orang lain. Dia bukan mainan terlebih terapi kakinya masih belum menampakkan hasil” suaraku meninggi…
“Biarkan Kirey menjadi bagian hidupku,” sosok Adrin tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Ka’Adrin!” Adriell.
“Kau harusnya berterimah kasih terhadap diriku, kenapa? Tanyakan pada dirimu!” senyum salah satu kembaran Adriell berkata-kata terhadapnya.
“Sampai kapanpun juga hati Kirey hanya tertuju pada satu nama dan itu bukan Adrin tetapi Adriell,” kalimatku berkata-kata terhadap mereka.
“Andai kata kedua adikku dapat mempertahankan dirimu, maka sayapun dapat mempertahankan gadis yang kusukai apapun resikonya” Adrin berbeda dari dunia Adriell…
“Pertahankan gadis yang selama ini tak dapat digantikan oleh siapapun di hatimu. Jangan pernah bertahan bersama seseorang, hanya karena sebuah hutang budi!” kembali Adrin berucap terhadapnya.
“Apa maksud ucapanmu?” tatapanku penuh Tanya…
“Adikku bertahan di samping Kirey hanya demi dirimu, kenapa? Karena Kirey menyelamatkan dirimu dari kecelakaan kemarin hingga berakhir cacat total” jawaban Adrin terhadapku. Hal yang sama kulakukan adalah merelakan dirinya demi Kirey. Kupikir dia bertahan oleh permohonanku agar dirinya tetap berada di samping Kirey, tetapi pada kenyataannya bercerita lain. Duniaku baru menyadari perbedaan kepribadian antara Aldrich dan Adriell sekalipun terlahir dengan kemiripan  wajah yang sama.
“Biarkan Aldrich tetap menjadi bagian terpenting bagi hidupmu, tetapi biarkan pula Adiell tetap berjuang dan selalu ada buatmu apapun keadaan di depan matamu sekarang” Adrin kembali membuat susunan kalimat terhadapku, sambil mempersatukan antara tanganku dan tangan Adriell. Tidak dapat berkata-kata itulah keadaanku sekarang, hanya terdiam…
Tuhan, setiap hal atau apapun perjalanan hidupku sekarang semuanya berada dalam genggaman tanganMU. Kalau saya ingin berkata jujur, langkahku dapat memahami tentang variasi irama ketika mengenal dunia mereka berdua terlebih Adriell. Mungkin saya manusia bodoh, tidak dapat membedakan dua pribadi ketika berada di hadapanku kemarin.
“Terimah kasih, karena kau hadir dalam hidupku tanpa pernah kumengerti ataupun tersadar” suara hatiku berbisik memandang batu nisan Aldrich. Memori saat bersama Aldrich terekam kuat dalam ingatanku. Tertawa, bercerita banyak, penuh keceriaan, selalu membuat kejutan bagiku dan banyak teman-temanku di kelas memiliki kisah tersendiri. Semua orang terkejut menyaksikan perubahan drastis Adriell, tetapi seseorang bersembunyi dibalik nama tersebut. Kepribadian introvert Adriell masih jauh lebih bermain walau dengan kehidupan terkacau jauh sebelum memperlihatkan perubahan. Setelah liburan saat itu, Aldrich merubahnya menjadi suatu pribadi bahkan lebih dikenal sebagai dunia ekstrovert.

Kireynzie…
Terkadang saya merasa ada yang salah akan kepribadian Adriell, ataukah semua itu hanya pemikiranku semata. Dia tampak berbeda, seakan terdapat dua kepribadian dalam dirinya saat bersamaku. Ada saat dirinya selalu membuatku ingin terus tertawa, mengajarkan banyak hal, melakukan tingkah konyol pada akhir cerita saya melupakan setiap  masalahku.
“Kau harus terlihat lucu depan kamera,” kalimat Adriell menghidupkan kamera ponselnya. Hal terkacau setiap bersamaku adalah berpose dengan gaya selfie ala-ala drama Korea. Adriell yang kukenal dulu tak pernah menyukai kegiatan selfie ataupun tersenyum setiap saat hanya buatku. Dia berubah seakan terdapat kepribadian lain dalam dirinya secara tiba-tiba.
“Kirey harus semangat menghadapi ujian skripsi hari ini!” tersenyum sambil berusaha memperbaiki anak rambut sekitar wajahku. Dia memberiku semangat, selalu ada mendekap langkah perjalanan hidupku dan membuat warna-warna tersendiri di dalamnya.
“Saya akan tetap menunggumu hingga ujianmu selesai, Ki’ pasti bisa” sekali lagi memberiku semangat sebelum berjalan masuk ke sebuah ruangan memakai kursi roda. Mempresentasikan hasil data dan beberapa bagian isi pembahasan susunan skripsiku tentang psikologi permasalahan seksual terhadap kelompok tertentu, baik dalam generasi muda, dunia anak, maupun area lain dari kehidupan di sekitarnya.
“Dari susunan datamu menjelaskan tentang tingkat permasalahan generasi muda berada diambang kehancuran dikarenakan beberapa keadaan. Salah satu diantaranya kurangnya dekapan atau perhatian, baik dari segi kasih sayang, pendidikan, program sekolah ataupun pemerintah tidak memperlihatkan hasil sehingga dunia mereka berada dalam permasalahan kelainan seksualitas ataupun pergaulan bebas lainnya.” Kata-kata pak Diba mencoba kembali menjabarkan salah satu isi bagian dari susunan skripsi milikku.
“Menjadi pertanyaanku, mengapa kau berani menyatakan program sekolah ataupun pemerintah tidak memperlihatkan hasil bagi kehidupan generasi muda?” Pernyataan yang telah kubuat harus ada keberanian mempertanggung jawabkan di hadapan mereka.
“Jelaskan tujuanmu mengambil sejumlah data serta penyusunan tentang tingkat permasalahan psikologi kehidupan seksualitas dari berbagai kalangan terlebih bibit-bibit generasi?” kembali melontarkan pertanyaan terhadapku.
“Terdapat beberapa penyebab menurut pemikiran saya sendiri, mengapa pernyataan tersebut menjadi pusat perhatian bahkan pokok pembahasan susunan skripsi ini” berdiri di hadapan mereka, mencoba berbicara memakai mimik ataupun intonasi nada kalimat tersendiri  ketika mengungkapkan.
“Lanjutkan!” pak Diba menatap…
“Faktor kepribadian sang anak dalam tingkatan kesulitan untuk membentuk pola pikirnya sekalipun terdapat beberapa system yang telah dimainkan, perubahan drastis pergaulan disertai dunia etika generasi kemarin dan sekarang berputar 360º C, belum menemukan program ataupun system terbaik untuk beradaptasi ketika membentuk bibit-bibit generasi sehingga menjadi akar belenggu permasalahan kemudian berdampak pada dunia psikologi mereka.” mencoba menjelaskan maupun mempertanggung  jawabkan pernyataanku sendiri.
“Tujuanmu sendiri?” pak Diba masih memainkan pena di depannya…
“Setidaknya dunia luar baik dari pihak orang tua, tenaga pendidik, pemerintah, dan area-area tertentu lebih memahami tentang tingkat kesulitan kasus-kasus permasalahan psikologi seksualitas dalam kehidupan generasi muda, kenapa? Karena generasi muda merupakan kaki dian ataupun sebuah menara bagi suatu negara.” Berkata-kata kembali…
“Ucapanmu bercerita, lebih memahami tentang tingkat kesulitan kasus-kasus, menjadi pertanyaanku apakah hidupmu sendiri menguasai seluruh kesulitan sehingga terjadi pemasalahan seksualitas dari bibit generasi jauh melebihi mereka yang berperan bahkan berpengalaman sebagai pendidik juga orang tua di luar sana?” Ibu Jezilia yang juga berperan menjadi salah satu penguji di hadapanku sekarang.
“Saya minta maaf sebelumnya, andai kata beberapa nada pernyataan saya terkesan memperlihatkan kalimat keangkuhan dalam berpikir baik keadaan sadar maupun tidak. Manusia tidak ada yang sempurna, namun saya hanya ingin menjabarkan apa yang dibukakan oleh mataku tentang permasalahan seperti ini.” Terkadang, hal tidak terpikirkan sama sekali bagi tenaga pendidik maupun mereka yang berpengalaman terhadap kasus-kasus generasi muda, tetapi terpikirkan ataupun dibukakan oleh seseorang/kelompok/kalangan tertentu. Bukan berarti ada kata gagal ataupun tidak mempunyai kualitas menghadapi maupun menyelesaikan permasalahan dalam dunia generasi muda untuk terbentuk menjadi lebih baik.
“Seseorang dapat berlari membuat perubahan, tetapi membuat banyak pertanyaan dan berbagai jenis tanda baca terhadap area situasi-siatuasi tertentu ketika berada dalam sebuah objek. Pemikiranku, kalimat yang kau gunakan terlalu kacau, bagi kaum awam berkata berbelit-belit bahkan terlalu sulit untuk dimengerti, ini bukan dunia sastra dan tidak semua orang memahami bahasa tersebut terlebih mereka yang tidak mempunyai tingkat pendidikan tinggi…” Ibu Jezilia kembali berkata-kata…
“Mengapa kau masih ingin mempertahankan kalimat-kalimat seperti  ini berada dalam bagian susunan skripsimu? Dimana letak hubungan antara pembahasan inti dan kalimat ini?” ibu Jezilia seakan melingkari beberapa tulisan dari lembaran kertas di hadapannya.
“Saya ingin menjadi berbeda dengan orang lain ketika mengungkapkan tentang sebuah objek di sekelilingku, sekalipun mempunyai tingkat kesulitan atau beberapa kalangan akan menghina/menganggap biasa setiap kalimat-kalimat tersebut.” Jawabanku…
“Hanya itu saja?”
“Seiring perkembangan zaman, pola bahasa seseorang terkadang memberi kesan menjebak atau penempatan dimana memenuhi beranda tertentu dalam perjalanan area tertentu pula. Setidaknya, saya belajar ataupun orang-orang di luar sana terlebih generasi muda untuk memahami kalimat tidak biasa dengan gaya ataupun tatanan bahasa tertentu. Setidaknya ketika bertemu situasi tertentu, berbagai tanda baca ataupun mimik seseorang dapat dimengerti, entah bersifat pembentukan, pandangan negative mereka namun halus, ataupun penjebakan/ kejahatan yang ingin dilakukan seseorang.” Penjelasanku. Pada dasarnya, jauh lebih baik memakai tata bahasa yang muda dimengerti oleh orang terlebih ketika berada dalam lingkungan awam. Namun, seiring perkembangan zaman seseorang terlebih generasi muda harus belajar memahami tatanan dengan gaya bahasa cukup sulit untuk dimengerti.
Ketika berhadapan dengan banyak orang, memakai bahasa umum atau pasar dan mudah dimengerti memang lebih menyenangkan. Tidak semua orang dapat menguasai tingkat kesulitan tata/ gaya bahasa bagi banyak orang, apa lagi saat berdialog dengan  seseorang tanpa tingkat pendidikan tinggi. Perkembangan teknologi, pergaulan, perubahan dunia luar mengharuskan seseorang belajar tingkat kesulitan untuk mempelajari pola kata kalimat-kalimat tidak biasa. Terkadang, disaat tertentu seseorang ataupun pihak luar sengaja membuat sebuah argument, terdengar menarik tetapi terdapat jebakan-jebakan tanpa pernah seorangpun menyadari semua itu.  
“Yang ingin saya pertanyakan, letak hubungan antara permasalahan psikologi yang diangkat olehmu dan kalimat seperti ini?” ibu Jezilia memasang wajah serius terhadapku...
 “Hubungan antara kalimat ini dan permasalahan inti, dimana ada begitu banyak generasi berpikir akan perubahan, tetapi tidak menyadari langkah yang mereka ambil… sehingga akhir cerita menyatakan dampak negative terhadap situasi psikologi mereka sendiri.” Pernyataan terurai keluar oleh pemikiranku…
“Kirey, apakah kau paham maksud pertanyaanku?” ibu Jezilia menatap…
“Kalimatmu terdengar berbelit-belit,” Pak Madira mengangkat suara…
“Salah satu contoh, seseorang mempunyai impian tinggi, seiring berjalannya waktu dia memasuki dunia dan lingkungan pergaulan bersama teman-temannya. Permasalahannya adalah matanya melihat sebuah objek tanpa melakukan analisa apa yang ada didepannya. Singkat cerita membuat berbagai tanda baca entah bersifat tanda Tanya, koma, titik, sama dengan dan lain sebagainya yang mengarah pada hal-hal negative. Permasalahan psikologinya pun rusak total, oleh karena kebiasaan buruk ditawarkan secara halus tanpa sadar, terlebih ikatan belenggu seks abnormal mengancam depan mata. Kenapa? Karena sebuah jebakan yang dimulai sejak awal melalui hal-hal tidak wajar.” Uraian terpanjang di hadapan mereka.
“Ucapanmu menyebutkan analisa, jelaskan lebih detail tentang istilah tersebut?” Ibu Jezilia masih memainkan pulpennya serta mencoret beberapa beberapa lembaran kertas…
“Satu lagi istilah dari perkataanmu adalah objek, jabarkan antara  analisa dan objek?” Pak Madira kembali mengajukan pertanyaan…
“Objek disini dapat bercerita tentang pergaulan, keputusan yang diambil, langkah kaki berjalan kemana, pernyataan seseorang ataupun pengajaran dari luar tanpa analisa lebih dahulu. Segala sesuatunya hanya bercerita jalan dan membuat perubahan tetapi tidak memahami ataupun meneliti ketika berhadapan dengan objek tersebut, pada kenyataannya kehidupannya hancur dengan perubahan negative dan hal-hal menjebak terlebih permasalahan psikologi seksualnya menjadi kacau bahkan merusak hidup bahkan apapun dalam jalannya.” Berusaha menceritakan apa yang ada dalam pemikiranku…
“Area situasi-situasi yang diperhadapkan menjadikan hidupnya penuh tanda baca pada hal-hal negative dan bukan positif terlebih pada jalur psikologinya sendiri.” Kembali berkata-kata tentang apa yang kupikirkan.
“Kembali pada pembahasan inti mengenai permasalahan psikologi seksualitas. Apakah kau bisa berjalan membuat sebuah perubahan untuk dunia generasi muda agar mereka mengerti tentang permasalahan seksualitas dikarenakan berbagai macam situasi dengan kondisi fisik tubuhmu yang tidak memungkinkan dari dirimu?” pak Madira…
“Semua orang tahu, seorang Kireynzie mengalami cacat total dan tak bisa berjalan…apa kau masih dapat berjuang menjadi apa yang kau inginkan dalam sebuah terobosan perubahan?” pak Madira menambahkan kalimatnya lagi.
“Cacat tidak berarti menghancurkan segala hal dalam hidup. Selama ini saya belajar tentang dunia psikologi, berarti andai kata diriku hanya melihat kelumpuhan sebagai objek terbesar maka langkahku akan terus berada pada sebuah jurang. Berakibat kehancuran demi kehancuran tidak hanya ditujukan terhadap kehidupanku tetapi banyak orang di luar sana.” Jawabanku…
“Berarti?” pak Madira.
“Dalam kelumpuhan/ keterbatasan, saya akan terus berjalan mengejar mimpi membuat perubahan bagi banyak orang terlebih generasi muda sesuai skil area dari diriku yaitu dunia psikologi.” Kembali menjabarkan jawaban akan pertanyaan mereka…
Ruang melingkar, beberapa dosen penguji, pulpen, lembaran susunan skripsi milikku, dan beberapa pertanyaan menyatu menyerang diriku sekarang. Dapat dikatakan ketengan demi ketegangan akan setiap pernyataanku mulai bermain, serta menciptakan pertanyaan-pertanyaan baru yang kemudian memainkan perannya. “Saya pasti bisa,” itulah bisikan hati, ketika sebuah pertanyaan kembali dilemparkan buatku.
“Buat hidupmu menjadi inspirasi bagi banyak orang, sekalipun kondisi cacat seakan menghancurkan banyak hal dalam langkah seorang Kireynzie” kata-kata pak Madira buatku...
“Terkadang sesuatu yang pahit itu membuat hidup terus saja menjatuhkan air mata, tetapi jauh dibalik semuanya hanya ingin membentuk kehidupan seseorang. Jangan pernah kecewa apapun hal terburuk terjadi dalam hidupmu, tetap berjalan sekalipun seluruh jalan tertutup buatmu.” Tiba-tiba ibu Jezilia melontarkan pernyataan tersebut ke arahku yang sedang memakai kursi roda.
“Kami rasa cukup bagi Kireynzie berada di depan, silahkan keluar!” perintah pak Diba sambil tersenyum ke arahku.
“Terimah kasih,” ujarku menunduk terharu mendengar mereka mengajarkan hidupku.
Masa kritis menghadapi ujian telah berakhir. Memakai kursi roda untuk berlalu dari hadapan mereka dalam sebuah ruang persegi. Dia tetap menunggu dengan setia sampai ujianku selesai. Andai kata, hal terpahit adalah Adriell pergi menjauh selamanya dari hidupku, berarti semua itu hanya bersifat pembentukan sesuai ucapan dosen-dosen penguji. Apakah saya mampu menerima kenyataan tersebut, andai kata itu terjadi?
“Bagaimana ujianmu?” berlari kecil menjemput diriku.
“Cukup menegangkan,” ujarku. Sama seperti hubungan antara kau, aku, dan dia. Mungkin saya terlalu egois memaksakan diri menjadi bagian terpenting bagi hidupmu.
“Apa kau bahagia menjadi tunanganku?” melihat ke arahnya.
“Tentu saja” terlihat tanpa beban menjawab, namun disaat tertentu seakan segala sesuatu diperbuatnya buatku bersifat pemaksaan. Kenapa juga, saya harus mengingat hal-hal tidak jelas? Bukankah dunia Kireynzie tidak bisa berjalan tanpa dirinya.

Bagian 17…

Adriell…

Ka’Adrin juga mama bertemu Nefrit tanpa sepengetahuanku. Menceritakan semua rahasia terpendam selama ini, pada dasarnya mereka hanya ingin membantu memperbaiki hubungan antara diriku dan Nefrit. Perasaannya pasti terpukul mendengar bagaimana keadaan mempermainkan hidupnya. Mahluk seperti perempuan, jalan keluar dari masalahnya pasti menangis sama seperti dirinya sekarang. Bagaimanapun ka’Aldrich tetap menjadi memori terindah bahkan terlalu berharga bagi hidupnya.
“Kakak sepertinya punya masalah? Tegurku melihat ka’Adrin berjalan sedikit lemas setelah seharian menemani Kirey di kampus.
“Tau ah…” bahasa cuek sambil menggaruk kepalanya sendiri.
“Pasti terjadi sesuatu?”
“Sepertinya?” ka’Adrin masih menjawab seakan malas berkata-kata.
“Pasti tentang Kirey?” ucapku memancing ka’Adrin.
“Bagaimana kalau dia menjauh setelah menyadari identitasku?” tiba-tiba saja ka’Adrin bertanya penuh ketakutan.
“Bukannya ka’Adrin sendiri ingin terus mengejar, kenapa sekarang takut?”
“Bagaimana kalau dia tidak bisa melupakanmu setitikpun, andai kata menyadari  semua tentang diriku?” ka’Adrin masih nampak lemas…
Beginilah hidup, perjalanan dramanya lebih melankolis dibanding drama Korea. Kisah percintaan terbilang menyedihkan bahkan terdapat permasalahan-permasalahan di setiap sudut persimpangan. Hidup itu  penuh misteri, tidak ada yang tahu keadaan tentang hari ini, esok, dan akan datang. Keadaan dapat saja berputar, kemarin Kirey menyimpan nama Adriell jauh di dasar hatinya, tetapi hari ini atau esok tanpa sadar olehnya nama ka’Adrin tersimpan kuat.
“Permasalahan kita sama, saya diam seribu bahasa karena takut Nefrit akan menolak dan terus membenciku, sekarang, ka’Adrin mengalami ketakutan seperti saya, kenapa? Rasa takut Kirey kecewa dan pergi menjauh.” Ujarku, seakan ingin tertawa membayangkan bagaimana kami diperhadapkan masalah yang sama.
“Entahlah” menarik nafas dalam-dalam. Pertama melihat wajah’nya memasang wajah penuh kekhawatiran hanya karena seorang wanita. Selama ini, dia hanya bergumul tentang imaginasi tingginya menjadi seorang penemu. Tiba-tiba seseorang seakan mengisi sesuatu dalam dirinya hingga membuat dia sendiri mengalami ketakutan. Seiring perjalanan waktu akibat permasalahan tersebut dia menjadi seseorang berbeda dari karakter sebelumnya.
“Sepertinya bunyi HP kakak?” mendengar suara telepon masuk tengah malam…
“Halo,” ka’Adrin segera mengangkat telepon celulernya dan menjawab panggilan…
“Adriell, tolong saya” nada suara Kirey terdengar jelas dari telepon…
“Kebakaran…” suara orang berteriak masih terdengar dengan jelas.
“Kirey sekarang ada dimana? Jangan panik!” ka’Adrin bergegas mencari kunci mobil.
Sekitar lingkungan rumah Isrel sekarang sedang kebakaran dan Kirey terjebak di dalamnya. Menyarankan ka’Adrin mengendarai motor saja biar lebih cepat sampai kesana. Menggunakan alat bantu melalui aplikasi mencari potongan jalan terccepat untuk sampai tujuan. Jalanan menuju rumah Isrel terlalu sempit, seakan semua masyarakat disana tidak pernah memperdulikan pelebaran jalan dengan mengiklaskan tanah mereka per/meter dibuat jalan.
“Tuhan, lindungi Kirey” kekhawatiran ka’Adrin terlihat jelas.
“Adriell, percepat jalan motornya!” teriak ka’Adrin lagi.akhirnya kami sampai dan segera masuk ke rumah Isrel untuk mencari Kirey. Api menyebar sangat cepat di beberapa rumah, sebagian dari bagian belakang rumah Isrelpun sudah dilahap oleh si’jago merah. Suara teriakan Isrel berteriak meminta pertolongan sambil membantu sahabatnya berusaha keluar.
“Ki’, kau dimana?” ka’Adrin berteriak keras.
“Adriell,” suara Kirey membalas ka’Adrin yang disangkanya adalah diriku. Tanpa memperdulikan apapun kami berdua berusaha menerobos api yang sudah mulai menjalar. Seakan terkejut melihat kami berdua dengan wajah sama tanpa ada perbedaan,sedangkan Kirey sendiri tiba-tiba pingsan seketika. Berjuang mengeluarkan Kirey dan Isrel dari rumah dengan  menerobos beberapa tempat.
“Bersyukur Tuhan masih menolong kita,” ujarku, setelah kami berhasil keluar dari rumah tersebut. Tinggal dan bermukim di kota besar, tetapi terlihat kumuh juga kacau diakibatkan permasalahan tata desain jalan sangat memprihatinkan. Akses jalan terlalu sempit, sehingga mobil pemadam kebakaran tidak bisa segera bertindak secepatnya untuk melakukan pertolongan. Beberapa rumah telah di lahap oleh api dengan sangat cepat, bukan karena permasalahan pemadam kebakaran kurang cekatan, tetapi akses jalan benar-benar memprihatinkan.
Seharusnya masyarakat mempunyai kesadaran tentang pentingnya pelebaran jalan demi kepentingan bersama. Tanah tidak akan dibawah mati ke liang kubur, setidaknya masing-masing dari mereka merelakan tanahnya untuk akses jalan minimal 1 meter. Tidak ada yang menyadari kejadian-kejadian esok hari, sama seperti keadaan sekarang tiba-tiba terjadi musibah kebakaran dikarenakan arus tegangan listrik salah satu dari mereka bermasalah. Rumah yang terlalu berdekatan tanpa jarak jalan terlihat kumuh dan berantakan, terlebih kendaraan tidak bisa lalu lalang. Kembali pada kesadaran masyarakat, jangan bertengkar hanya karena permasalahan tanah 1 cm, terlebih untuk akses pembuatan jalan. Pemerintahpun seharusnya turun tangan untuk hal-hal permasalahan semacam ini, untuk menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Akhirnya api berhasil dipadamkan sekian waktu, setelah pemadam kebakaran berjuang keras…
“Kenapa kalian ada 2?” Isrel kebingungan, sedangkan Kirey masih belum sadar.
“Ki’ bangun” berusaha memberi minyak nyong-nyong sekitar hidung Kirey. Tangan Kiery mulai bergerak pada akhirnya…
“Adriell,” ucapan Kirey masih lemas,
“Ki’, kau tidak kenapa-kenapa kan?” Nefrit tiba-tiba saja hadir di tengah kami semua.
“Ka’Nef, ada disini mengkhawatirkan diriku?” kalimat Kirey pelan. Seakan melupakan dan tak ingin bertanya, perhatian Kirey hanya tertuju pada Nefrit semata. Membawa tinggal di rumah, sementara mama sibuk mempersiapkan kamar untuk beristirahat. Setelah semua berkumpul di ruang keluarga, tatapan mata Kirey seolah ingin meminta jawaban. Mengapa Adriell ada dua? Itulah maksud tatapan seorang Kirey. Ingin marah bahkan berteriak keras, tetapi seakan ada sesuatu hal menghalangi Kireynzie melakukan hal tersebut. Bukan lagi bercerita peristiwa kebakaran, tetapi penjelasan lain…
“Mama mewakili mereka berdua meminta maaf karena telah menipu hidupmu?” ucap mama memulai pembicaraan setelah hening beberapa saat.
“Saya masih belum paham?” Kirey memancing suasana. Saya berusaha mulai menjelaskan dari awal permasalahan hingga bagaimana pertukaran peran antara kami. Bercerita tentang kisah kehidupan ka’Aldrich yang masih belum diketahui olehnya. Terlalu sulit menceritakan beberapa hal, namun ini adalah kenyataan.
Anak kembar tiga mempermainkan perasaan mereka berdua. Tidak ada maksud menyakiti hati siapapun terlebih Kirey, namun keadaan membuat semuanya berubah. Pertunangan seharusnya dilakukan olehku, tetapi ka’Adrin berganti peran denganku. Berterus terang, bagaimana ka’Adrin selalu ada buatnya sekalipun air matanya terjatuh setiap saat dan itu bukan hidupku. Memberi pengharapan, kekuatan, semangat, keceriaan bagi dunia Kireynzie, bukanlah diriku melainkan ka’Adrin. Melakukan banyak hal terbodoh pertama kali seumur hidup hanya demi mengembalikan senyum seorang gadis lumpuh.
“Tinggalkan saya seorang diri!” perintah Kirey seakan ingin menangis.
“Maaf membuat hatimu hancur” wajah ka’Adrin terlihat tegang…
“Ki’ mungkin hatimu terluka, tapi kau harus tahu kalau ada orang yang lebih mencintai dirimu dibanding kau menyukai apapun dalam hidupku” ujarku kepadanya. Kirey membutuhkan waktu berpikir bahkan menerima kenyataan terkacau bagi hidupnya.
Memberi kesempatan bagi Kirey untuk berpikir seharian, sama seperti yang dilakukan oleh Nefrit. Sedikit mencari celah sudut pintu kamar Kirey, apa yang sedang diperbuatnya sendiri dalam kamar? Mendengar isak tangisnya membuatku tak dapat berpikir apapun, kecuali hanya terdiam. Tidak jauh dari pintu kamar Kirey, ternyata Nefrit duduk tersungkur sekitar dinding sudut ruang lain. Menarik nafas dalam-dalam, terdiam, dan seperti biasa berusaha menahan air matanya, namun ketika berada di hadapanku akan tertumpah begitu saja. Ka’Adrin sendiri duduk termenung memenuhi halaman rumah, seakan mimik wajahnya menggambarkan, jika dirinya siap menerima penolakan atau kemarahan Kirey keesokan harinya. Beberapa jam lalu kami bergumul tentang masalah kebakaran, tetapi setelah itu semua terlupakan terganti oleh permasalahan lain.
“Adriell, Adriell…” bisik seseorang di telingaku. Ketika membuka mata, ternyata mama datang membawa segelas air putih buatku. Ternyata tanpa sadar, saya ketiduran di atas sofa ruang keluarga. Sinar matahari pagi sekarang sedang bermain di luar, bekerja seharian demi menghilangkan kegelapan bagi siapapun dan bumi. Sambil meneguk segelas air putih, Kirey berjalan ke arahku memakai kursi roda. Sementara mama membiarkan kami berdua dalam ruangan tersebut. Mulutku tak dapat berbicara, hingga kami terdiam sejenak…
“Salah dosen pengujiku berkata, terkadang sesuatu yang pahit itu membuat hidup terus saja menjatuhkan air mata, tetapi jauh dibalik semuanya hanya ingin membentuk kehidupan seseorang. Jangan pernah kecewa apapun hal terburuk terjadi dalam hidupmu.” Kirey memulai pembicaraan. Tidak pernah menyangka, dia dapat berkata-kata bijak…
“Di hatimu namaku tak akan pernah tersimpan kuat sampai kapanpun, namun, ketika lukaku bermain seseorang menyimpan namaku sangat kuat di hatinya tanpa kusadari.” Ujarnya lagi memandang ke hadapanku.
“Kirey yang kukenal dan dilihat semua orang, mempunyai tingkat keceriaan tinggi, cantik, ramah, langsing, sedikit imut, punya hal menarik dalam dirinya.” Ungkapku…
“Kau tenang saja, saya tidak akan marah akibat penipuan darimu. Saya hanya membutuhkan waktu untuk berpikir bijak dan dewasa melihat hatimu hanya milik ka’Nef bukan diriku.”
“Ki’ sekarang benar-benar berubah,” kata-kataku begitu saja…
“Pantas saja, saya selalu merasa ada dua pribadi bermain dalam hidupku setiap saat” berusaha membuang rasa kecewa dari hidupnya. Sulit bagiku mempercayai, Kirey dapat berkata-kata sebijak ini. Ka’Adrin dan juga diriku siap menerima amarah, kegeraman, teriakan, hinaan darinya,  tetapi hal yang terjadi justru bertolak belakang dari pemikiran kami. Hanya membutuhkan waktu baginya menerima kenyataan di depan mata. Ka’Adrin terus berjuang untuk tetap berada di samping dan menjadi bagian terpenting bagi hidupnya. Kirey sama sekali tak memutuskan pertunangannya bersama ka’Adrin, bahkan wajahnya menampakkan kebahagiaan jauh melebihi ketika berada di hadapanku. Tinggal diriku saja berjuang memperbaiki diri di hadapan Nefrit.
Mempertahankan gadis yang kusukai sejak dulu sampai kapanpun. Mencoba kembali memperbaiki hubungan kami seperti semula, sekalipun ada begitu banyak goresan luka kuciptakan buatnya. “Nafasku tetap menginginkan langkahmu menjadi sebuah Kristal mewarnai irama kehidupanku,” memegang tangan Nefrit. Berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak pernah keluar dari lingkaran kehidupanku setitikpun. Sejenak dia hanya terdiam seakan memberi penolakan, namun tiba-tiba memberiku senyuman…
“Hal terbodoh bagi hidupku adalah tetap menyukai dirimu,”ucapannya menggenggam erat kedua tanganku tanpa berusaha melepasnya sedikitpun. Menikmati hidup bersama dirinya bukan karena dia gadis tercantik, kenapa? Karena dia tidak masuk nominasi wanita cantik di negara ini, tetapi hal yang membuat hidupku berbeda. Daun kering itu bernilai, membuat hidupku mempunyai kualitas hidup ketika memainkan irama sebelum memasuki jurang lebih dalam. Membawaku keluar dari jurang saat itu, dan membuatku duniaku dapat terdesain unik jauh melebihi Kristal murni.
7 Bulan kemudian…
“Ka’Nef, bagaimana dengan vaksin penjelasan kakak kemarin?” Kirey tiba-tiba muncul mencari informasi tentang vaksin yang harus dilakukan sebelum melangsungkan pernikahan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal membahagiakan adalah Kirey akhirnya dapat berjalan kembali, proses terapinya membuahkan hasil. Kami berempat berjanji akan melangsungkan pernikahan pada tanggal, waktu, dan tempat yang sama.
“Bukannya ini yang ketiga kalinya, kau mendapat vaksin Ca serviks sebelum nikah?”
“Saya bukan orang medis, jadi mengikut saja ucapan kakak tentang pentingnya vaksin ini sebelum nikah, tapi masih belum mengerti kenapa diharuskan gitu?” Kirey.
“Vaksin Ca serviks untuk mencegah kanker serviks, dengan syarat belum berhubungan sex, usia 10-55 tahun. Vaksin harus dilakukan 3x yaitu bulan 0, 1, dan 6.” Penjelasan Nefrit kembali. Dunia wanita begitu berharga, jauh lebih baik mencegah dibanding menyesal dikemudian hari. Tidak berarti seseorang terlihat mencurigai pasangan sendiri, tetapi untuk menghindarkan penyakit-penyakit seperti Ca Serviks. Bagi wanita setelah menikah, namun belum pernah melakukan vaksin diharuskan rutin pap smear pada pusat kesehatan terdekat. Sebagian besar perempuan, menganggap sepele tentang pentingnya vaksin Ca serviks sebelum menikah, pada hal kegiatan seperti ini terlalu penting untuk dilakukan.
“Bukankah sekarang jadwal ketiga?” Kirey menarik tangan Nefrit dan berjalan menuju rumah sakit untuk mendapat vaksin berikutnya. Kebahagiaan benar-benar sempurna saat mereka berdua kembali menjadi sahabat.
Terkadang saya masih belum memahami jalan pikiran kakakku sendiri, ketika semua orang sibuk mempersiapkan hari pernikahannya, malah dia sibuk bergumul seperti biasa dalam  sebuah ruangan. Setelah berhasil mengejar Kirey, hal yang terjadi sekarang adalah dunia ka’Adrin kembali seperti semula...
“Ka’Adrin semua orang sibuk, bahkan calon istrimu sendiri berusaha mempersiapkan hari pernikahan terbaik, kenyataan depan mata malah…” sindirku menegur ka’Adrin.
“Kan, masih ada waktu bergumul tentang imaginasi, ngerti?”masih sibuk mempelajari beberapa peralatan di hadapannya.
“Memang sekarang, apa lagi muncul di otakmu?” tanyaku.
“Permasalahan listrik, saya lagi mencari data-data berhubungan tentang itu semua.”
“Kakak, sedikit lagi hari paling membahagiakan buatmu” tegurku.
“Adriell, ini juga hal membahagiakan buatku, ngerti!”
“Tunggu, tadi berkata listrik, memang ada apa?” tanyaku kembali.
“Sambungan listrik ke segala arah tanpa memakai kabel lagi” jawabnya.
“Bagaimana cerita, sementara ini semua tidak bisa dilakukan tanpa sambungan listrik ke segala arah,” cetusku...
“Justru karena itu, otakku lagi bekerja berpikir sekarang” ujarnya. Dia hanya mencoba mencari sebuah alat sambungan listrik terbaru. Sama seperti system Bluetooth ataupun shareit dalam pemakaian ponsel celuler lebih tepatnya untuk mengalirkan aliran listrik ke rumah-rumah. Hanya dengan memakai kata sandi atau kode pada tiap pengguna, maka akan terjadi sambungan aliran listrik. Pemasangan sebuah tiang sebagai alat pemancar sebagai pengganti kabel akan berdiri di tengah-tengah jalan dan berperan sebagai system Bluetooth atau Shareit.
Alat ini benar-benar dapat berperan penting bagi kehidupan masyarakat dengan beberapa keuntungan dan lebih sistematis. “Adriell, setidaknya kau mengerti tentang desain arsitek,” ucapnya masih memeriksa beberapa data…
“Memang hubungannya dimana coba?” tanyaku menggeleng-gelengkan kepala.
“Adriell, apa kau tidak merasa risih melihat tiang dan kabel listrik sepanjang jalan? Belum lagi jika rusak atau cara pemasangan kabel kacau seolah menyentuh tanah terlalu dekat. Sementara jalan dan kota terlihat menyenangkan dengan konsep desain unik juga tanpa sambungan kabel kiri/kanan bahkan merusak pemandangan.” Ka’Adrin seperti biasa mencoba menguraikan apa yang ada dalam benaknya.
“Hal lebih mengerikan lagi, jika si’jago merah mengamuk pada salah satu rumah atau area tertentu maka dengan cepat menjalar ke segala arah di sekitarnya melalui sambungan kabel listrik. Tetapi, jika memakai alat seperti pemancar dengan system Bluetooth atau shareit sebagai sarana transfer aliran listrik, pasti mengurangi resiko-resiko seperti ini dan lebih praktis.” Kembali ka’Adrin menjelaskan.
“Semua butuh proses mencari alat-alat seperti ini, terlihat dari wajahmu,” ujarku.
“Tidak ada kata mustahil bagi Tuhan, apa sih yang tidak bisa diperbuat olehNYA.” Ka’Adrin mengucapkan sebuah kalimat…
“Kau masih mempercayai Tuhan, kupikir hidupmu hanya bercerita tentang hal aneh”
“Adriell, jangan meremehkan hidupku! Sejenius apapun hidupmu, tanpa campur tangan Tuhan maka apa sih yang dapat diperbuat olehmu bahkan hidup akan selalu bercerita kehancuran setiap melangkah sekalipun pandangan semua orang melihat keberhasilan dalam jalanmu.” Seakan ka’Adrin lagi berceramah sama seperti seorang pendeta, biksu, atau ustads mungkin lebih tepatnya. Namun, pada kenyataannya pernyataan tersebut benar adanya, seseorang tak dapat menyombongkan setiap kepandaian/kejeniusan dalam hidup, kenapa? Karena semua itu berasal dari Tuhan, tidak bercerita tentang kekuatan sendiri.
Hidup itu penuh misteri ketika menjalani terlebih membuat sebuah petualangan. Sama seperti kisah hidup antara Kirey, Nefrit, ka’Adrin, mama, papa, dan juga diriku mempunyai misteri tertentu di setiap langkah. Menjalani kehidupan bahkan melewati kisah-kisah tentang pergumulan, kekuatan, rahasia tersembunyi, petualangan, dan banyak lagi itulah kehidupan kami.
“Selamat yah, atas pernikahan kalian” semua orang memberi ucapan bahagia di hari pernikahan kami. Mama juga papa tersenyum menyaksikan pernikahan kedua anaknya. Dua anak kembar melakukan pernikahan bersamaan dengan masing-masing pasangannya pada tanggal, waktu, dan tempat yang sama.
“Terimah kasih, masih tetap menjadi bagian terpenting bagi hidupku,” mendekap hangat Nefrit di hadapanku masih berada di tengah-tengah undangan. Dia hanya tersenyum mendengar setiap pernyataanku. Kami tetap bergelut di dunia masing-masing, tanpa harus menuntut satu sama lain. Nefrit akhirnya pindah tugas ke ibu kota, tetap menjadi apa yang diingin hatinya. Kirey bergelut dalam dunia psikolog, sedangkan suaminya ka’Adrin tetap menyukai dunia teknologi dan mencari berbagai hal baru. Saya sendiri menyukai desain arsitek, mencoba menemukan konsep-konsep unik sesuai kemampuan dalam diriku.
“Saya ingin mencoba konsep desain sebuah tempat parawisata seakan memberi petualangan tersendiri bagi banyak orang,” ujarku depan banyak ceo-ceo ternama…
“Tentang?” salah seorang dari mereka bertanya.
“Memakai sampah sebagai bahan desain di beberapa area” jawabku.
“Seperti?” seseorang mengacungkan tangan.
“Ada begitu banyak bahan plastik terbuang begitu saja, dapat digunakan sebagai bahan utama ketika mendesain sebuah tempat wisata” seperti biasa berusaha menjelaskan petualangan terbaru…
“… sekian, saya rasa cukup” setelah bercerita panjang serta mengemukakan hasil karyaku sendiri sehingga bernilai bagi banyak orang. Bersama dirinya, semua hal menjadi berbeda sekalipun tiap sudut jalan terdapat misteri. Membutuhkan waktu menjawab setiap misteri yang terjadi…
###TAMAT###