a REASON…
Bagian 1…
Nitzana…
Apakah
keinginan terbaik dapat terwujud seketika? Siapa yang menyangka warna pribadi
hidup Nitzana menjadi sedikit berbeda dibanding orang di sekitarnya. Menapaki
satu jalan untuk sebuah alasan tentu tidak mudah, namun mengesankan. Saya ingin
mencari cerita menarik dengan kisah petualangan terbaik dari semua orang.
“Zana” Livia berjalan masuk ke ruang kerjaku tanpa mengetuk pintu terlebih
dahulu membawa seseorang…
“Ada
denganmu? Masuk begitu saja seperti tidak mengenal tata karma” menegurnya.
“Stop menegur!” Livia.
“Mungkin
saya harus memberimu satu pelajaran” bernada kesal ke arah Livia.
“Jangan
berkata seperti itu di hadapan temanku” Livia tidak mau kalah.
“Apa
yang kau inginkan?” bertanya…
“Bantu
temanku karena hanya kau psikolog terbaik yang pernah ada” perkiraan tepat
menjadi jawaban penutup untuk meninggalkan ruangan secepat mungkin. Datang
tanpa membuat jadwal, masuk tiba-tiba, dan tujuannya adalah menolong semua
teman-temannya yang sedang mengalami masalah depresi. Berperan sebagai seorang
psikolog tentu tidak mudah tetapi inilah jalan hidup. Menghadapi berbagai kasus
permasalahan tiap hari kemudian berpikir mencari solusi terbaik ketika
berhadapan dengan seorang klien.
Bahasa,
tutur kata, adaptasi, penguasaan segala jenis mimic pergerakan tubuh, analisa
tulisan, dan masih banyak lagi harus berperan penting dalam dunia psikolog.
Ketika seseorang mengungkapkan satu nada kalimat, maka ahli psikolog harus cepat menangkap bahkan menyimpulkan
kepribadian tersembunyi tanpa siapapun menyadari semua itu. Bukan karena pakar
psikolog merupakan seorang dukun atau Tuhan, tetapi bidang mereka mempunyai
cerita tersendiri…
Mengenal
lebih detail factor masalah demi menentukan satu diagnose dan jalan keluar bagi
kasus-kasus tertentu ketika berhadapan dengan klien. Memahami berbagai
ilustrasi kehidupan tentu tidak mudah, namun salah satu jalan keluar penanganan
sebuah kasus memerlukan alat peraga semacam ini. Menjadi pendengar setia bahkan
terbaik bagi mereka yang sedang mengalami satu permasalahan tanpa jalan keluar
juga salah satu ciri khas sang psikolog. Masing-masing kami memiliki cara
tersendiri ketika berdiri maupun berhadapan di antara banyak orang.
“Apa
masalahmu?” pertanyaan langsung ke inti setelah Livia berjalan pulang.
Dia
wanita berusia kepala tiga, cantik, ibu rumah tangga dan memiliki 3 orang anak.
Mata bengkak, lingkaran hitam sekitar kelopak mata, wajah lemas, perasaan
kecewa terpampang jelas tanpa harus berucap sepatah katapun. Mencoba mendengar
setiap keluh kesah akibat satu kesalahan terbesar sedang bermain dalam biduk
kehidupan sang suami. Menangis sejak awal dialog seakan menyatakan rasa sakit
bersama luka terus saja mendekam.
Mengungkapkan
bagaimana rumah tangga yang selama ini berjalan sekian tahun sedang berada di
ujung tanduk karena perselingkuhan. Hal lebih mengejutkan lagi adalah dia masih
jauh lebih cantik dibanding wanita selingkuhan sang suami setelah melihat
selembar foto mereka. Kejadian seperti ini memang sering terjadi dalam
kehidupan rumah tangga, dapat dikatakan bukan hanya dia satu-satunya mengalami
hal tersebut.
“Wanita
itu berperan sebagai rekan kerjanya hingga pada cerita akhir menghancurkan
kehidupan rumah tanggaku tanpa rasa kasihan” ungkapan perasaannya di sela-sela
tangis masih saja berjalan…
“Menangis
terus juga tidak akan pernah menyelesaikan masalah” ungkapku.
“Perceraian
menjadi jalan keluar masalah saya sekarang” nada pasrah melalui ucapan
tersebut.
“Mengambil
jalan pintas semacam perceraian menyatakan kau benar-benar kalah terhadap dunia
rumah tanggamu sendiri” membalas ucapannya.
“Saya
sudah berusaha bertahan berulang kali, tapi selalu saja kata terluka makin membesar
bagaimanapun tangan berusaha menutup tiap celah” dia mengungkapkan satu
pernyataan menyerah. Siapa sih yang tidak sakit menjalani kisah paling tragis
dengan 3 anak dan harus menghadapi masalah perselingkuhan sang suami. Kekacauan
terparah lagi adalah versi kecantikan sang selingkuhan hanya berada di bawah
standar bahkan sang istri masih jauh lebih cantik dua kali lipat. Pada
kenyataannya kecantikan bukanlah modal utama menjadi penyebab sang suami
menjalani kisah perselingkuhan di luar sana. Kenyamanan, dialog yang
menyenangkan, tempat terbaik ketika mengungkapkan sesuatu, adaptasi sang wanita
mempunyai daya tarik menarik menjadi beberapa alasan semua itu bisa terjadi.
Terkadang
permasalahan seks menjadi peran utama perselingkuhan bagi beberapa kasus. Di
beberapa tempat factor seks dan kecantikan bukan alasan utama masalah
perpecahan rumah tangga. “Saran saya, setidaknya belajarlah untuk tidak saling
menyalahkan terlebih membuat keputusan tentang perceraian” berucap kembali di
hadapannya.
“Jujur,
saya tidak tahan mendapat perlakuan buruk iblis itu” terus saja menangis.
“Cobalah
untuk mengubah beberapa hal dalam diri anda sebagai istri. Jangan berpikir
egois demi masa depan sekaligus perkembangan ketiga buah hati, kenapa? Karena
mereka membutuhkan figur orang tua baik dari segi pendidikan, pembentukan,
teladan, bahkan segala aspek paling kecil sekalipun.” Pemahaman keluarga
berantakan dengan jalur perceraian tanpa berpikir panjang akan semakin merusak
segala sesuatu di dalamnya.
“Bagaimana
kalau semua itu tidak pernah berhasil sama sekali?”
“Mungkin
ada yang salah dan membutuhkan bahan koreksi pribadi lebih ke tingkat paling
sulit dijangkau. Sepertinya saya terlalu kejam, tidak bisa merasakan
penderitaan, dan lebih kacau lagi menyudutkan anda tapi jalur pernikahan bukan
bahan permainan” jawaban penjelasan dari pertanyaan wanita tersebut. Kasus
perselingkuhan sang suami bukan karena factor kecantikan fisik atau
permasalahan seks yang biasa terjadi, melainkan objek kenyamanan dan setitik
celah bermain untuk menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka.
“Dia
pasangan pilihan sejak awal sebelum masuk dalam bahtera rumah tangga berarti
anda harus siap melawan badai walaupun dikatakan luka demi luka selalu saja
menggempur pertahanan diri. Pondasi benteng pernikahan ada pada kekuatan
seorang wanita bersama tingkat kesabaran paling beda di antara siapapun juga”
sekali lagi menyatakan penjelasan…
Bagian
2…
Terkadang
sesuatu dalam hidup sulit untuk dipahami, hanya saja kaki harus terus berjalan
suka maupun tidak dan ini kenyataan. Pemandangan mata bisa menipu semua orang
terlebih membutakan banyak objek di sekitarnya. Tertawakan saja diri sendiri
karena selalu tertipu terhadap pemandangan luar. Btw, kenapa juga ini sebagai
kalimat pernyataan pembuka? Lupakan…
Zana
hidupmu punya sesuatu hal menakjubkan, ingat itu! Penyemangat tiap langkah
hidup sekaligus menjadi penghiburan tiap detik. “Mami,” anak perempuan usia
lima tahun berlari ke arahku.
“Anak
mami, sudah pulang rupanya” seperti inilah kisah Zana memiliki gadis kecil
tanpa pasangan hidup. Seperti ada yang salah? Entahlah…
“Moza
punya sesuatu buat mami” segera memberikan selembar kertas berisi wajah seorang
wanita dengan sayap putih pada bagian belakangnya. Hati Moza hanya akan
menyatakan satu-satunya malaikat bersayap yang selalu hadir memberi warna tertuju
pada sosok ibunya semata.
“Hari
ini mami libur” tersenyum ke arah sang gadis kecil.
“Berarti
Moza seharian jalan bersama mami dong” teriak kegirangan…
“Seperti
itulah” tersenyum menatap wajah Moza. Merasakan petualangan anak sekitar arena
bermain anak merupakan hal paling menyenangkan. Tertawa lepas bersama sang buah
hati mempunyai cerita lain bagi jalan Nitzana. Berbelanja kebutuhan rumah
setelah menikmati suasana petualangan paling seru terdengar menyenangkan. Kalau
boleh jujur saya mempunyai gaya hidup tersendiri dari orang lain di luar sana.
Saya
tidak terlalu menyukai jajanan luar, lebih senang makanan rumahan, selesai
bekerja selalu menghabiskan waktu di rumah, dan masih banyak hal lain menjadi
ciri khas pribadiku. Oh yah... masalah cemilan? Hanya sekali-sekali saja di
konsumsi jika benar-benar menginginkan. Wanita di tempat lain senang mengoleksi
barang-barang bermerk mulai dari tas, sepatu, pakaian, arloji, dan lain
sebagainya, tapi buat saya itu tidak akan pernah berlaku sama sekali. Bukan masalah
memamerkan atau bersifat sebagai manusia munafik menjelaskan hal semacam ini
maupun memberi ejekan terhadap wanita lain. Kehidupan pribadiku memang sejak
dulu sama sekali tidak menyukai terlebih terobsesi pada benda-benda bermerk.
Mempunyai
sepasang sepatu dan dua ransel itu cukup buatku. Handphone android dibawah
standar terdengar jauh lebih menyenangkan dibanding harus mengikuti keluaran
terbaru tiap saat. Saya tidak harus menjadi orang lain demi terlihat fantastis
di mata dunia. Masalah lawan jenis? Jalan hidupku percaya, kelak Tuhan akan
mengirimkan seseorang yang terbaik dapat menerima apapun kekurangan saya
pribadi.
“Mami,
masakannya sudah selesai belum?” wajah cemberut Moza terpampang jelas.
“Lapar…lapar…lapar”
beberapa orang berteriak memukul meja. Satu rahasia lagi bahkan sampai detik
sekarang orang di luar sana belum menyadari sama sekali. Di rumahku menjadi
pusat penampungan mereka yang mengalami gangguan mental. Entah bagaimana cara
Tuhan membuatku bisa berhadapan dengan mereka. Salah satu psikolog membuka
lebar pintu rumahnya bagi orang-orang semacam ini. Kisah masa lalu membuatku
ingin melakukan semua itu dan belajar menjadi sahabat mereka.
Sebagian
dari mereka tiba-tiba saja berdiri depan rumah bersama wajah yang sulit dimengerti.
Seakan Tuhan sengaja menunjukkan jalan ke tempatku untuk menjadi bagian hidup
di antara perjalanan mereka. Beberapa lainnya lagi, saya pungut secara
diam-diam di beberapa pedesaan ketika sedang berlibur bersama sang buah hati.
Terpasung pada satu tempat mengerikan bahkan semua tidak menganggapnya sebagai
manusia melainkan binatang liar.
“Inilah
hal tergila yang pernah kau lakukan Zana” berucap pada diri sendiri.
“Diam!”
Nata tiba-tiba menyuruh Moza menundukkan kepala.
“Akhirnya
dapat…” teriak Nata.
“Dapat
apa?” tanyaku.
“Kutu
Moza besar sekali…” jawaban Nata.
“Moza
tidak punya kutu” ledakan amarah Moza mengguncangkan semua isi rumah.
“Ini
ku…ku…ku…tu” Nata memperlihatkan kecoa besar tiba-tiba saja hinggap di sekitar
kepala Moza.
“Mami…”
tangis Moza.
“Ini
bukan kutu tapi kecoa” menjelaskan pada gadis remaja berusia 18 tahun. Nata
membutuhkan waktu untuk dapat keluar setahap demi setahap karena kisah di masa
lalu. Terkadang dia tiba-tiba saja menangis bahkan memberontak secara
emosional. Gadis remaja bersama kisah menyakitkan membuatnya tidak mengenal
siapapun di sekitarnya.
Berusaha
membagi waktu antara pekerjaan, Moza, dan mengurus kehidupan mereka di rumah.
“Sekarang waktunya mandi” membunyikan sebuah lonceng hanya sekedar mengumpulkan
mereka. Bukan permasalahan obat-obatan dokter menjadi focus utama sebagai
bentuk penyembuhan, melainkan kasih sayang dan perhatian merupakan modal
pondasi terbaik dengan peranan aktif di dalamnya.
Mengajarkan
sebagian dari mereka cara membaca sebuah buku tiap malamnya. Moza banyak
membantu selama ini walaupun dikatakan usianya masih terlalu kecil menjalani
kehidupan aneh di rumah. Tangan mungilnya juga belajar memandikan beberapa dari
mereka termasuk mengurus Nata. “Mami selesai” teriak Moza merapikan rambut
Nata…
“Sekarang
waktunya Moza berangkat ke sekolah” tersenyum ke arahnya.
“Ingat
Moza tidak punya kutu” masih sedikit judes mengingat kejadian semalam.
“Itu
benar-benar kutu Moza” teriak Nata.
“Biar
mami kuncir rambut Moza sebelum ke sekolah!” mengalihkan perhatian Moza.
Seperti
inilah dunia kami di rumah bersama satu kisah cerita tertentu di balik sebuah
pintu. Beruntung beberapa orang mau membantu saya menjalani perjalanan tidak
biasa dan merawat mereka dengan penuh kasih sayang. Satu hal, jangan pernah
membenci perjalanan beberapa orang yang sedang mengalami gangguan mental berat
di sekitar kehidupan anda. Jadilah obat sekaligus cahaya terbaik bagi kehidupan
mereka tanpa seorangpun menyadari semua itu.
Tuhan
itu baik membuat hidupku tidak mengalami kesulitan keuangan sama sekali. Saat-saat
tertentu terkadang juga masalah ekonomi tiba-tiba saja menyerang dan di luar
dugaan selalu ada cerita tentang campur tangan sang pencipta di dalamnya.
Cerita paling terkacau/ bisa dikatakan sebagai bahan lelucon, saya hampir berada
dalam sebuah tahanan sel penjara. Kenapa? Di fitnah mengambil sejumlah uang
sewaktu masih bekerja sebagai kasir salah satu toko elektronik di sebuah kota.
Pada
saat itu jalan hidup saya belum bercerita tentang ingin berada pada satu
jenjang pendidikan bersama gelar sarjana. Hal terkacau adalah temanku berpikir
bahwa saya seorang pencuri, pada hal sebenarnya tidak sama sekali. Kemungkinan
besar kalau dia heran seolah saya bisa melakukan beberapa hal dalam keluarga. Kesalahan terbesar saya juga
adalah tanpa sadar mengatakan masalah pembuatan rumah di kampung, itu pun hanya
bangunan tiang semata.
Saya
berusaha mengingat beberapa kejadian sebelumnya dan kenapa dicurigai seperti
ini setelah dipecat tidak hormat? Sepertinya dia atau seseorang lainnya mendengar
percakapan telepon dengan saudara laki-lakiku tentang pembelian mesin harga
lumayan. Atau entahkan tanpa sadar saya bertanya mengenai harga-harga beserta
pusat toko penjualan mesin. Cerita sebenarnya adalah teman saudara laki-lakiku
meminta bantuan agar dicarikan jenis mesin tertentu tidak jauh dari tempat saya
bekerja. Kebetulan salah satu kasir mengambil uang toko dalam jumlah cukup
besar sampai dipenjarakan pada saat itu. Bersahabat dekat dengannya tidak juga,
tetapi entah mengapa seolah hatiku ingin menjenguk dia di penjara. Mengajak
jalan sekalipun sama sekali belum pernah sewaktu belum masuk penjara, justru
teman terdekatnya yang juga menghabiskan uang tersebut menyerang balik
sekaligus menjauh pada hal mereka menikmati. Setelah kunjungan tersebut semakin
kacau saja gosip yang menyebar.
Teman
yang menjadi penyebar fitnah buatku memang terlihat polos juga baik di hadapan
semua orang. Saya juga pernah gugup di hadapan sang bos tua, jadi kemungkinan
dijadikan bahan alibi paling kacau. Kebenarannya adalah saat itu program server
computer error, jadi manual pada hal banyak sekali pembeli dalam transaksi
besar. Singkat cerita, saya sedikit kelabakan karena harus melayani system
cepat dan sempat berpikir salah mengembalikan uang konsumen. Jantung terus saja
berdetak karena berpikir tidak mempunyai uang mengganti yang mines. Ternyata
mines seperti pikiranku sama sekali tidak terjadi. Masalah lain juga di satu
sisi adalah temanku itu selalu mines setiap penyetoran tiap malamnya di depan
bos bahkan mencapai jumlah lumayan. Dia berpikir kalau saya mengambil uangnya
karena kursi/ meja kami berdampingan, sedangkan kata mines tidak pernah terjadi
dalam kasus saya kalaupun ada paling main sedikit sekali dan itupun sekali
setahun.
Akhir
cerita kisahku adalah harus mengakui sesuatu yang tidak kulakukan sama sekali
di hadapan istri sang bos bahkan hampir ke penjara. Entah bagaimana cerita permasalahan
penjara dibatalkan. Saya juga sedikit mencurigai sesuatu kalau istri bos
seperti cemburu dan kemungkinan takut sesuatu. Sebenarnya sih, jauh sebelum
pernikahan bos muda dan entah itu hanya perasaan semata kalau dia menyukaiku.
Saya tidak ingin pasanganku dirampas suatu hari kelak, jadi hidupku bertahan
bahkan berusaha berpura-pura untuk tidak tahu. Secara logika dalam sekejap
kemungkinan dunia miskin tidak akan lagi mempermainkan jalan hidupku. Tuhan
tahu segala kebutuhanku bahkan segala yang ada di dalamnya dan bertahan untuk
tidak merampas milik orang jauh lebih baik…
Bukan
karena ingin mencekik leher dengan menahan membelanjakan makanan di luar, hanya
saja saya lebih suka makanan rumah. Banyak orang merasa tidak berkecukupan
karena factor belanja di luar habis-habisan. Kehidupanku juga senang membeli
selembar pakaian bagus, tapi tidak sampai mencari harga-harga fantastis.
Hal-hal semacam inilah membuat keuangan di tangan dapat diatur dengan cukup
tanpa harus berhutang kiri-kanan.
Pantas
beberapa teman kerja kemarin memancing ingin meminjam uang, pada hal hanya
sekedar menjebak semata. Pada saat itu saya terlalu polos ingin mengiyakan
karena berpikir kehidupanku sama dengan mereka miskin dan kebetulan uang gajiku
selalu disisihkan sebagian buat tabungan. Tidak ada yang tahu hari esok, jadi
sebagai persiapan beban-beban tak terduga tanpa harus berhutang ke orang lain.
Permasalahan pergaulan pun menjadi alasan saya mengalami kejadian seperti ini
di tempat kerja. Jujur, saya tidak terlalu menyukai cara temanku bergaul. Dapat
dikatakan hidupku masuk dalam kategori terlalu polos/lugu. Berteman,
beradaptasi, tersenyum terhadap banyak orang, hanya saja cara mereka
mengungkapkan kata-kata kotor/kasar/vulgar bahkan kebun binatang menjadi dilema
tersendiri.
Sejak
kecil mama melatih bahkan memukul andaikan ucapan-ucapan yang keluar terdengar
merusak. Saya juga tidak suka pertemanan antar lawan jenis over dosis seperti
memegang bagian-bagian tertentu seperti perut, pingggang, menggigit telinga, dan
beberapa hal walaupun dikatakan tidak ada maksud lain atau hiburan dan
semacamnya. Prinsip seperti ini membuat saya dibenci karena terlalu munafik
kemungkinan bagi pemikiran mereka. Tempat kerja sebelumnya juga seakan tidak
bisa membedakan teman lawan jenis bahkan terlihat kacau. Kesimpulannya, saya
sedikit menegur sekaligus mempertahankan prinsip dan akhir cerita hidupku
menjadi bahan kebencian paling menyeramkan bagi mereka semua. Masalah
berpacaran saja, saya tidak boleh melewati batas tertentu. Terserah semua orang
berkata hidupku itu polos-polos munafik, intinya saya mempunyai satu prinsip
hidup…
“Kisah
paling miris dan selalu saja menjadi bahan kebencian semua orang” bergumam
sendiri membayangkan memori kemarin.
“Zana,
kenapa melamun pagi-pagi begini?” suara Livia membangunkan saya dari ingatan
masa lalu .
“Kebiasaan
buruk” menegur Livia.
“Tapi
menyenangkan buatku” balasan Livia.
“Tinggalkan
ruang kerja saya sekarang juga!” nada memerintah.
“Psikolog
aneh, judes, kacau, menyebalkan” Livia.
“Terserah”
“Kasihan
Moza memiliki mami terkacau di dunia” ledek Livia.
“Berhenti
membawa nama Moza segala!”
“Satu-satunya
psikolog terjudes yang pernah ada dan lebih gila lagi menampung semua orang
gila di rumahnya, jadi wajar saja otaknya pun ikut berantakan” Livia.
Hanya
Livia seorang menyadari seluruh penghuni rumahku. Tidak seorangpun temanku
berpikir jika saya akan melakukan hal gila semacam ini. Sejak memasuki bangku
kuliah kami berdua selalu bersama sampai akhir cerita segala isi rumahku selalu
menimbulkan rasa penasaran bagi manusia semacam Livia. Selalu saja membawa
klien dengan kasus paling rumit ke ruang kerjaku karena dia sendiri khusus
berada pada penanganan psikolog bagian anak.
“Btw,
Moza pulang jam berapa hari ini?” Livia.
“Memang
kenapa?”
“Mau
ngajak Moza makan di luar” Livia.
“Moza
cukup bahagia dengan masakan maminya” membalas jawaban…
“Itu
menurutmu bukan Moza” cetus Livia.
Seperti
inilah kisah Livia setiap awal bulan. Bisa dikatakan dia rajin menjemput Moza
dari sekolah kemudian berada pada satu tempat hiburan bagi anak-anak dan
menghabiskan waktu seharian di sana. “Biar saya yang jemput Moza” berteriak
sambil menarik sebuah kunci mobil sekitar meja.
Seharian
penuh Livia membawa Moza sampai malam menjemput belum kembali ke rumah. Update
status terbaru terus saja bermunculan memenuhi beranda akun milikku. Kolam
renang, makanan, es krim, toko boneka, sepeda warna pinky pun semua
diperlihatkan olehnya melalui beberapa aplikasi medsos. “Terlalu berlebihan”
menggerutu sendiri sambil berjalan bolak-balik depan teras. Semua anggota
penghuni rumah sudah pada tidur sekarang.
“Terimah
kasih aunty” suara Moza terdengar juga. Memasang wajah seram melihat mereka
berdua berjalan ke arahku.
“Moza
punya sesuatu buat mami” senyum Moza.
“Sekarang
sudah jam larut malam, kenapa Moza tidak pulang pagi saja sekalian?” tegurku.
“Jangan
memarahi anak kecil!” Livia membela Moza.
“Tinggalkan
rumahku sekarang juga! Sudah malam pulang sana!” sedikit melotot ke arah Livia.
Bagian
3…
Gagal
mengusir Livia merupakan hal terkacau malam ini. Dia ngotot ingin tidur bersama
kami karena takut sendirian di rumahnya. “Semua anggota keluarga lagi pergi
liburan” senyum Livia menerobos pintu.
“Pelan-pelan
jalannya, aunty!” Moza memberi isyarat.
“Memang
kenapa?” Livia tanpa berpikir berteriak keras membangunkan seluruh penghuni
rumah. Pada akhir cerita adalah terjadilah kekacauan satu sama lain sampai
teriakan kiri-kanan menggelegar memenuhi semua ruangan.
“Pencuri”
seperti itulah Gadi setiap mendengar sedikit saja suara malam-malam begini.
Seluruh penghuni pasti dibuat gempar seketika oleh tingkah lakunya. Beberapa
dari mereka membawa segala jenis benda-benda isi rumah.
“Serang
pencuri” sekali lagi Gadi sebagai ketua mereka memulai aksi.
“Moza
kan sudah bilang” tegur Moza.
“Moza
kenapa sama pencuri?” Nata siap menggempur.
“Saya
bukan pencuri” Livia sangat ketakutan.
“Pokoknya
pencuri” Gadi tidak mau tahu sampai membuat suasana makin gaduh. Beruntung saja
hampir sebagian dari mereka sudah berada pada tahap pemulihan bahkan ada yang
sembuh total tanpa gejala sama sekali. Terkadang juga beberapa lainnya
mempunyai tingkatan berbeda sehingga tidak dapat dikatakan pulih, kenapa? Tanpa
terduga tiba-tiba saja berteriak, tertawa sendiri, menangis, atau melakukan hal
setiap melihat satu objek dimana mengingatkan mereka kembali pada kisah masa
lalu. Butuh waktu total dan kesabaran penuh menghadapi kasus dengan diagnose
gangguan kejiwaan…
Dikatakan
takut menjalani hidup bersama mereka? Tentu saja sangat ketakutan terlebih Moza
masih terlalu kecil, tapi seakan ada satu kekuatan untuk membuatku
bertahan sekaligus bijak ketika merawat
sekaligus menjadi sahabat mereka. Jangan jadi pembenci bagi penderita gangguan
kejiwaan karena kau tidak akan pernah tahu tentang beberapa perasaan yang sedang
mempermainkan di dalamnya walaupun itu berlaku bagi beberapa kasus.
“Saya
benar-benar bukan pencuri” Livia.
“Lantas
es krim Gadi hilang tadi siapa yang curi?” Gadi bersiap menyerang memakai
bantal guling miliknya.
“Es
krimnyakan sudah dihabisin ma Gadi sendiri” menjawab pertanyaan Gadi. Mereka
semua pada akhirnya menjadi tenang kembali dan berjalan masuk ke kamar.
“Kau
tidak takut tinggal bersama mereka semua?” Livia.
“Kau
lebih menakutkan” menjawab Livia.
“Sindiranmu
tidak masuk akal” gerutu Livia.
“Tenang
saja mereka semua jinak”
“Jinak
apanya?” Livia.
“Beberapa
orang dengan kesulitan cukup parah mempunyai tempat tinggal sendiri, tapi tetap
dalam pengawasan bahkan dalam beberapa kali dalam seminggu saya akan berada di
sana menjenguk mereka…” menarik napas panjang.
“Berarti
yang tinggal di rumahmu sudah jinak?” Livia.
“Seperti
itulah”
“Pantas
saja kau terlihat begitu tenang” Livia.
Setelah
pergulatan aneh tadi akhirnya kami semua tidur lelap. Bangun lebih awal bersama
beberapa dari mereka yang dikatakan sembuh total untuk membuat sarapan pagi
sekaligus membersihkan rumah. Loan dapat melanjutkan sekolahnya kembali setelah
perjuangan untuk keluar melupakan kisah paling tragis hingga menjebak. Dapat
dikatakan jika dirinya berasal dari keturanan dengan kasus yang sama yaitu
gangguan kejiwaan. Kakek dan ibu pun menjalani situasi semacam ini. Menjadi
pertanyaan, apakah salah satu penyakit kejiwaan terjadi karena factor keturunan?
Buat saya pribadi jawabannya tidak sama sekali.
Lantas
kenapa dari beberapa generasi Loan menjalani situasi semacam ini? Kemungkinan
besar satu masalah tertentu memicu berat sang kakek menjalani banyak objek
semasa hidupnya. Tidak seorangpun memahami, factor pendidikan, pergaulan, juga
beberapa tempat lain menjadi alasan utama kakek Loan mengalami hal tersebut.
Pada akhir cerita adalah mitos yang sering muncul pada kalangan masyarakat
mengenai penyakit kejiwaan turunan dari generasi ke generasi. Ketika ibu loan sendiri
menjalani jalur tersendiri, seakan pemikiran karena mitos-mitos yang beredar
menjadi beban sekaligus ketakutan buatnya. Saat sedikit saja masalah datang,
kemungkinan besar sang ibu tidak dapat mengendalikan pikiran sendiri dan
terjadilah kasus sama seperti kemarin terlebih tidak seorangpun ingin menjadi
sahabat terbaik.
Mendapat
perlakuan kurang baik oleh orang sekitar menjadikan Loan menjalani kehidupan
asing bahkan menjadi penyendiri. Permasalahan ekonomi cukup parah juga bermain
apa lagi harus kehilangan sosok ibu di usia masih terlalu kecil. Saat itu panas
terik tiba-tiba saja mencekik seluruh tubuh sampai akhir cerita wajah Loan
bersama pakaian compang-camping seakan tidak mengenal arah berdiri di
hadapanku. Menatap seperti manusia bodoh dengan pikiran-pikiran kosong tanpa
kesadaran dalam dirinya. Entah dorongan seperti apa membuat tanganku terulur ke
wajahnya dan memberikan dekapan hangat. Proses yang cukup panjang untuk membawa
Loan keluar membuahkan hasil pada akhir cerita juga.
“Loan,
berangkat sekolah yah” senyum Loan memulai lembaran baru bagi hidupnya.
Sebentar lagi dia akan lulus sekolah dan memulai menapaki bangku perguruan
tinggi. Belajar menjalani satu dunia tanpa mencoba berbalik ke belakang.
“Saya
ingin menjadi seorang psikolog seperti ka’Zana suatu hari kelak” senyum Loan.
Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini dapat terjadi walaupun akal
logika sulit menerima dimana mantan orang gila menjadi seorang psikolog suatu
hari nanti. Manusia boleh menolak, tapi andaikan Tuhan membuka jalan siapakah
yang dapat menutup pintu itu? Nilai-nilai Loan cukup bagus bahkan lebih dari
pemikiran semua orang. Jangan pernah merendahkan orang yang ada di sekitarmu
hanya karena masa lalu paling mengerikan.
Seperti
biasa Livia mengejutkan akibat teriakan paling rusak selama perjalanan
mengantar Moza ke sekolah. Matanya sibuk membaca beberapa pemberitaan melalui
dunia medsos yang lagi beredar. “Moza bisa tuli aunty” cetus Moza.
“Kau
mengagetkan Moza” menegur Livia.
“Seorang
pengusaha dikenal paling sukses, mapan, tampan tiba-tiba saja harus menjalani
perawatan pada salah satu rumah sakit jiwa di kota ini” Livia membaca keras
satu artikel seolah dunia ini hanya miliknya.
“Sekarang
pengusaha tersebut sedang dalam pencaharian karena melarikan diri…” Livia.
“Berhenti
berbicara!” makin marah melihat kelakuan Livia.
“Iya-iya
saya diam” wajah cemberut Livia terpampang.
Saya
pikir mulutnya benar-benar diam, ternyata tidak sama sekali setelah perjalanan
menuju kantor. “Btw, kenapa sampai bisa terjadi yah kasus seperti pengusaha
tadi?” pertanyaan Livia.
“Kenapa
tidak” balasku.
“Pengusaha
sukses, mapan, tampan, terkenal, kaya raya lah mendadak stress terus masuk
rumah sakit jiwa, logikanya dimana?” Livia masih tercengang…
“Semua
bisa terjadi kalau dia sendiri tidak mampu menjalani tekanan.”
“Kalau
dipikir-pikir mana mungkin wajah setampan dan setenang seperti dirinya bisa
hidup dalam tekanan sampai kejiwaan gitu” livia.
“Terkadang
mata bisa menipu. Orang yang dikatakan benar-benar memiliki kesempurnaan hidup
pada kenyataannya hanyalah sebagai topeng belaka karena satu kisah tersembunyi
di dalam sedang membungkus diri.”
“Yang
betul saja” gerutu Livia.
“Kau
ini psikolog atau bukan sih?” menyerang Livia.
“Entahlah”
jawaban cetus Livia. Saya tidak pusing akan pemberitaan semacam ini. Masih
banyak hal yang harus kulakukan bersama cerita menarik dibanding terlihat
seperti orang bodoh mengikuti berita besar seperti itu menurut pandangan orang.
Perbedaan
antara kami berdua benar-benar terlihat. Menikmati jalan sebagai single parents
menciptakan memory tersendiri bersama kisah lain. Ada hal dimana suara hati
terkadang terlalu sulit berkata-kata, seperti itulah petualanganku sekarang.
Mengarungi satu jalan tertentu seakan beberapa arah sedang berteriak kuat. Langit
bergelora karena permainan awan putih setelah matahari terbit. Bintang-bintang
tersenyum manis menjadi hiasan terbaik ketika malam sedang berkata-kata. Btw,
aneh juga ungkapan kiasan yang sedang bermuara memenuhi pemikiran sekarang.
hufffffttttttt…
“Kenapa
jadi macet begini sih” mengeluh sekitar jalan raya besar.
“Mana
Moza menunggu lama di sekolah” memukul setir mobil. Satu-satunya jalan adalah
menelepon Livia biar menjemput Moza di sekolah menggunakan motor. Berjam-jam
menunggu karena jalanan sedang dalam perbaikan di beberapa jalur sampai membuat
kemacetan panjang. Rasa lelah menyelimuti tubuh selama perjalanan…
“Akhirnya
bisa bebas juga dari macet setelah 7 jam di jalan” menggerutu lagi dan lagi.
Suara bising perut seperti tidak bisa kompromi lagi bahkan harus segera diisi.
Memarkir mobil pada salah satu rumah makan kecil demi kebutuhan lambung. Entah
mengapa saya harus menyaksikan pengeroyokan terhadap seseorang depan mata
sendiri setelah keluar dari rumah makan tersebut.
“Berhenti!”
berteriak berusaha menolong…
“Kenapa
kalian main keroyok begini sih?” ujarku lagi.
“Dia
duluan salah mencuri makanan orang” jawaban salah satu pengeroyok.
“Dasar
orang gila…” masih memberi pukulan.
Segera
mengambil uang dari dompet dan menyuruh mereka pergi menjauh. Menatap seseorang
di depanku sekarang sambil berpikir sejenak. Tubuh kotor, dekil, sangat bau,
pakaian sobek, wajah penuh luka hanya karena ingin makan sesuatu sebagai
pengganjal perut. Hal tak terduga adalah dia seperti mengalami permasalahan gangguan
mental. Apa Tuhan sengaja mempertunjukkan sesuatu di depanku hari ini? Memesan
satu porsi makan buatnya merupakan langkah pertama…
“Makanlah!”
berkata-kata selembut mungkin.
Dia
makan sangat lahap sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri. “Ada setan”
menunjuk sesuatu pada sudut jalan tidak jauh dari tempat kami duduk sekarang.
Tikus jalan lagi berkeliaran dikatakan setan. Lumayan sebagai bahan penghiburan
malam sekarang. Membawa pulang ke rumah memang keputusan terbaik dan memang
itulah yang harus terjadi.
“Mami…”
Moza berlari kecil menuju garasi mobil.
“Kenapa
mami pulang lama?” Moza sedikit kesal.
“Mami
terjebak macet”
“Dia
siapa mi?” Moza menunjuk pria dekil di sampingku.
“Setan
terbang” teriak pria tersebut.
“Apa
mami lihat setan juga?” Moza terlihat ketakutan…
“Itu
nyamuk bukan setan” segala jenis binatang di bilang setan… Membawa pria itu
masuk, kemudian mencoba membersihkan tubuh dekilnya. Menyuruh Loan memandikan
dia sampai benar-benar bersih. Kebetulan mereka berdua sama-sama pria jadi tidak
masalah.
“Setan
harus di bunuh” pria itu segera berlari menarik sandal Loan kemudian memukul
cicak yang lagi merayap sekitar dinding.
“Mami,
kenapa uncle itu ngomong setan terus?” Moza.
“Mana
Setan?” semua penghuni rumah berlari keluar kamar sambil membungkus diri
memakai selimut.
“Tidak
boleh takut setan” Gadi menjadi pemimpin barisan mereka seperti biasa.
“Masuk
kamar semua!” tangan mendorong mereka memasuki kamar sambil beberapa mengarahkan
juga.
“Nama
uncle siapa? Pertanyaan Moza menatap pria yang masih bermain memukul dinding
memakai sandal jepit Loan.
“Siapa
namaku?” seperti kebingungan mencari namanya sendiri.
“Lebih
parah dari ka’Nata” Moza menepuk jidat…
“Moza
besok harus sekolah kan? Jadi bobo sana!” kalimat ibu Malia tiba-tiba berjalan
ke hadapan kami. Sosok ibu yang selalu sabar menghadapi semua anggota penghuni
rumah.
“Betul
kata ibu, jadi Moza waktunya bobo” tersenyum menatap Moza.
“Moza
juga penasaran mau tahu nama uncle, gimana sih” rasa kesal Moza berjalan menuju
kamar. Menyuruh Loan tidur sekamar bersama pria tersebut demi keamanan bersama
agar tidak membuat keributan di tempat Gadi.
Selama
beberapa hari pria itu terus saja bertanya tentang siapa namanya. Berjalan
bolak-balik menggigit bajunya sendiri dengan bulu lebat yang hampir memenuhi
wajahnya. “Siapa namaku?” bertanya pada dirinya sendiri.
Berusaha
membuat dia cukup tenang sehingga tidak lagi berlari-lari memukul dinding
karena menganggap cicak sebagai setan rumah. “Mau tahu namamu?” pancingku
membawa dia pada sebuah kursi.
“Siapa
namaku?” pertanyaannya.
“Sekarang
namamu adalah…” ujarku terpotong.
“Siapa?”
“Farand”
menjawab ucapannya.
“Berarti
kau seseorang yang menyenangkan” melanjutkan lagi kalimat tadi. Dia butuh waktu
untuk pulih, entah dalam jangka pendek ataupun panjang. Kemungkinan satu
masalah paling menyakitkan membuatnya tidak lagi mengenal siapa orang
sekitarnya. Sorotan mata Farand berkata seakan ada sesuatu yang hilang.
Bagian
4…
Rutinitas
hidup tetap berjalan dan tidak perubahan sedikitpun. Menjalani pekerjaan
sebagai seorang psikolog, namun melarang keras klienku berjalan mencari alamat
tempat tinggalku. Pertemuan hanya akan terjadi sebatas di klinik bukan rumah.
Saya dan Livia bekerja sama menjalankan proses operasi satu klinik. Jadi dengan
kata lain kami berdua mempunyai peran penting di tempat ini.
“Masuk”
menjawab setelah mendengar ketukan pintu dari luar. Tentu hanya klien atau staf
dapat melakukan hal semacam ini mana mungkin Livia…
Seorang
wanita seperti sudah berusia kepala tiga berjalan masuk memakai pakaian terusan
ke bawah. “Mungkin ada yang bisa saya bantu” memulai percakapan setelah
mempersilahkan dia duduk pada sebuah kursi.
“Saya
Risa berperan sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga dengan satu anak
berusia 3 tahun.”
Depresi
berat memang terpampang jelas memenuhi wajahnya. Mulai mengungkapkan segala
masalah yang sedang dihadapi sekarang. Sang suami bekerja sebagai salah satu
manager perusahaan, sedangkan dia sendiri menjadi salah satu pegawai
pemerintah. Secara logika hidup mereka dapat dikatakan lebih dari kata cukup
bagi pemikiran semua orang. Semua itu tidak berlaku ketika mendengar cerita
tentang permasalahan selalu saja berkekurangan bahkan memiliki hutang
kiri-kanan. Anak hanya satu saja dengan beban biaya kebutuhan belum masuk dalam
kategori pendidikan.
“Suami
manager perusahaan, saya juga pegawai pemerintah golongan lumayan tinggi, anak
Cuma satu tapi menjadi pertanyaan kami berdua selalu depresi menghadapi masalah
keuangan rumah…” Risa mengeluarkan semua masalah dalam dirinya.
“Apa
yang salah dengan kehidupan kami?” sekali lagi bertanya.
“Keluarkan
semuanya…” kalimatku.
“Perasaanku
berkata kalau saya tidak terlalu membelanjakan apa-apa tetapi tiba-tiba saja
dalam sekejap uang di tangan lenyap bukan karena dicuri dan entah kemana…”
Risa.
Wajahnya
terlihat kacau, bingung, sulit berpikir, lebih parah lagi harus mengonsumsi
obat penenang setiap malam minimal membuat dia terlelap tanpa harus berpikir
panjang. Permasalahan seperti ini memang sering terjadi di kalangan masyarakat.
Pandangan mata dapat menipu semua orang jika melihat hanya dari luar semata.
Gaji berkapasitas tinggi memang tidak menjamin semua kebutuhan dapat tercukupi,
sementara gaji rendah selamanya juga tidak menjamin seseorang hidup kekurangan.
Apa yang salah?
“Dalam
satu pengajaran agama tertentu mengatakan bahwa bukan masalah besar kecilnya
pendapatan gaji terhadap kehidupan, melainkan apakah diberkati atau tidak.
Pendapatan sebesar apapun akan tetap berkekurangan karena dicuri oleh belalang
pelahap. Bagaimanapun kecilnya gaji seseorang juga akan tetap berkecukupan
kalau istilah diberkati ada pada jalur hidupnya.” Mencoba menjelaskan sekaligus
mengutip pernyataan yang memang sulit diterima oleh logika manusia seseorang.
Saya tidak membawa nama agama disini, hanya saja pengajaran seperti ini dapat
berlaku umum bagi siapa saja…
“Belalang
pelahap itu apa maksudnya?” ucapan Risa memperlihatkan raut wajah bingung.
“Bisa
bercerita tentang kehilangan, pencurian, semua uang lari ke biaya berobat
karena salah satu anggota keluarga sakit, atau objek-objek lain yang dalam
sekejap melenyapkan pendapatan untuk sebulan.”
“Berarti
pendapatan kami dimainkan oleh belalang pelahap?” Risa.
“Saya
juga tidak katakan kalau setiap pendapatan lebih selalu dimainkan oleh belalang
pelahap sampai selalu merasa kekurangan terus-menerus. Bisa jadi gaya hidup
boros, selalu melihat rumput tetangga lebih hijau dibanding milik sendiri,
mendengar apa kata orang sampai menghancurkan diri sendiri untuk satu kasus
keuangan dalam bentuk jalur salah, ingin hidup seperti artis dengan masalah
persaingan produk brand ternama, dan lain sebagainya.”
“Kenapa
orang dengan gaji kecil dapat hidup berkecukupan sesuai pernyataan tadi? Risa.
“Jawabannya
simple karena orang tersebut tidak ingin terlihat berkeluh kesah, melontarkan
bahasa-bahasa menghancurkan jalannya sendiri, kemungkinan mereka suka memberi
dalam kekurangan walaupun dikatakan hidupnya penuh pergumulan beban biaya
hidup, dan paling berperan adalah bersyukur sekaligus mendoakan hasil jerih
lelahnya di hadapan Tuhan agar cukup digunakan untuk sebulan.”
“Memberi
dalam kekurangan? Terdengar aneh, saya saja benar-benar kesulitan karena
pengelolahan pendapatan lantas bagaimana cerita?” Risa…
“Memberi
karena kelebihan itu biasa, tetapi memberi dalam kekurangan merupakan hal luar
biasa sekaligus menjadi penguji terkuat hidup seseorang. Hanya saja jangan juga
dimanfaatkan oleh oknum tertentu di luar sana, jadi harus tahu membedakan kedua
jalur tadi.”
“Apa
yang harus saya lakukan?” Risa.
“Belajar
mengoreksi hidup masing-masing, berkomitmen untuk tahu pengelolahan keuangan
tanpa harus saling menutupi satu sama lain, jangan pernah mengeluh, belajarlah
membawa/ mendoakan tiap pendapatan di hadapan Tuhan sebelum digunakan, dan…”
“Dan
memberi dalam kekurangan maksud ucapan anda?” Risa.
“Seperti
itulah. Terkadang saya pun tidak lulus untuk kasus seperti ini tetapi jalan
hidup harus mencoba dan mencoba sampai terdapat kata menang sedang bercerita di
dalamnya.” Ejek saja hidupku sebagai salah satu penceramah bukan seorang
psikolog lagi…terdengar lucu menjelaskan objek semacam ini terhadap salah satu
klien.
Kasus
masalah keuangan mempunyai jenis perbedaan masing-masing bagi perjalanan hidup
banyak orang di luar sana. Beberapa klien menjatuhkan air mata bahkan sejak
awal sampai akhir curahan hati mereka tetap saja isak tangis lebih berkuasa.
Depresi berat hingga melenyapkan nyawa sendiri alias bunuh diri sebagian besar
terjadi dalam kehidupan banyak orang. Pada dasarnya uang memang selalu saja
berkuasa sekaligus menjadi neraka bagi hidup sendiri, inilah kenyataan hidup…
Setiap
sekali seminggu Risa datang mengunjungi klinik untuk menceritakan setiap hal
yang sedang terjadi dan bagaimana harus menjalani semua itu. Menjadi pendengar
setia tanpa rasa bosan sama sekali merupakan ciri khas terbaik yang harus
dimiliki oleh seorang psikolog. Memberikan beberapa terapi serta solusi masalah
klien pun tidak pernah luput untuk bidang semacam ini.
“Mi,
hari ini punya waktu?” Moza membawa boneka bear lucu berjalan masuk dalam
dekapanku.
“Memang
Moza mau buat apa hari ini?”
“Kan
tanggal merah mi, jadi Moza mau jalan seharian” Moza.
“Astaga,
mami lupa kalau ternyata sekarang tanggal merah.”
“Gimana
sih” cetus Moza.
“Ngomong-ngomong
boneka bearnya lucu” ujarku.
“Cute
seperti Moza, mi” Moza.
“Dapat
dari mana?” tanyaku.
“Kemarin
itu uncle lari keluar rumah alias hilang…” Moza.
“Uncle
siapa?”
“Siapa
lagi kalau bukan uncle Farand” Moza.
“Lantas”
mendadak panik mendengar nada tersebut.
“Tenang mi karena unclenya sudah kembali tidur di
kamar” Moza.
“Terus?”
tidak mengerti…
“Moza
bantu ka’Loan nyarriin uncle, terus ketemu di jalan lagi pegang boneka bear”
Moza.
“Dapat
dari mana? Jangan-jangan boneka curian?” kalimatku membalas…
“Kami
berkeliling bertanya kiri kanan termasuk toko boneka terdekat apa merasa
kecurian atau kehilangan boneka, tapi jawabannya tidak sama sekali” Loan
tiba-tiba masuk dalam percakapan kami berdua.
“Lantas
dia tiba-tiba menghilang lalu memegang boneka bear besar?” ungkapku…
“Entahlah…”
Loan.
“Kenapa
di tangan Moza?” tanyaku lagi.
“Setan
dinding…” teriak Farand seketika mengalihkan sekaligus mengagetkan kami.
Itulah
Farand selalu saja menganggap binatang bentuk apapun sebagai setan.
Jangan-jangan dia mengalami permasalahan kejiwaan karena berkaitan langsung
dengan salah satu jenis hewan. “Mi, sepertinya Moza harus terus berjaga di
samping izzy mulai dari sekarang” ucapan Moza terdengar lucu.
“Memang
izzy harus segitunya di samping Moza?” tawaku ingin segera meledak.
“Uncle
Farand bisa saja membunuh izzy karena dikira setan” jawaban Moza.
Moza
memiliki seekor anak anjing kecil yang selalu menemani hari-harinya. Dia
berlari memakai tubuh mungilnya mencari izzy di beberapa ruang dalam rumah.
“Mi, jangan-jangan izzy sudah mati” tangis Moza pecah makin tidak karuan
berlari masuk ke kamar.
“Moza
harus tenang” berusaha menenangkan Moza.
“Anjing
Moza bukan setan, kenapa uncle Farand jahat gitu” ucapan Moza di sela-sela
tangisan kerasnya.
“Izzy
masih hidup Cuma ga tau dimana gitu..”
“Izzy
masih kecil biarpun sedikit hitam tapi tetap cute mi” cetus Moza.
“Moza
berhenti nangis dong!” berkata-kata sambil menghapus air mata Moza.
“Izzy
kan kecil, polos, lugu seperti Moza” terus saja meratap…
“Berhenti
nangis! Kita cari Izzy sama-sama” segera menggendong tubuh mungil Moza.
Berjam-jam
hanya digunakan untuk mencari Izzy di rumah termasuk jalan-jalan di luar sana.
Hal terkacau adalah Moza makin histeris menangis memikirkan anjing kecilnya
sekarang. Selama ini izzy tidak pernah hilang sekalipun. Acara menghabiskan
waktu liburan batal pada akhirnya. Rasa lelah mencari tetapi tidak menemukan
hasil. Seluruh penghuni rumah sejak tadi ribut mencari keberadaan anjing
kecilnya. Jalan terbaik adalah membuat laporan kehilangan sekaligus keputusan
akhir sebelum akhirnya kami berjalan pulang ke rumah.
“Tuhan,
kalaupun izzy mati setidaknya bawah ke hadapan Moza” tangis Moza.
“Belum
tentu juga izzy mati” ucapan penghiburan bagi gadis kecil di sampingku.
“Tuhan
dengar doaku, Moza mau lihat mayat izzy” Moza.
“Berhenti
nangis! Cepat turun, kita sudah sampai” membuka pintu mobil di samping.
Moza
berusaha turun dengan wajah lesuh tanpa semangat. Berjalan lambat menuju
halaman rumah hanya demi menenangkan diri. “Izzy…” teriak Moza tidak
mempercayai pemandangan di depannya sekarang. bagaimana tidak? Seluruh wajah
anjing kecilnya blepotan penuh es krim vanilla…
“Kenapa
ini bisa terjadi?” Moza sedikit bingung.
Farand
yang dikatakan sebagai pembunuh ternyata menemani izzy menikmati es krim.
Dimana dia mendapat…? “Uncle, kupikir kau melenyapkan nyawa izzy” Moza akhirnya
tersenyum juga.
“Setan
ada di sana” Farand segera berlari menunjuk seekor ayam kecil milik tetangga.
“Itu
bukan setan uncle tapi ayam tetangga” Moza menghalangi langkah Farand.
Kulkas
berisi es krim habis ludes karena perbuatan Farand. Entah dari mana kunci
pembuka di dapat olehnya. Seluruh penghuni rumah bisa berteriak kacau jika
terlihat oleh mereka. Sebenarnya sih dapat dikatakan kalau es krim tersebut
diperuntukkan buat mereka juga, hanya saja perlu pembatasan dan diberikan tidak
tiap hari.
“Izzy
hampir pingsan karena suara galak tetangga” bisik Moza ke telinga Farand.
“Pada
hal, Moza mau lihat izzy perbaiki keturunan ma anjing paling cakep sedunia”
Moza melanjutkan ucapannya tanpa harus berbisik kembali.
“Jadi
izzy harus hidup dan ga boleh mati di tangan tetangga galak” lanjut ucapan
Moza.
“Izzy
bukan setan” Farand menunjuk Izzy.
“Izzy
kan jelek uncle jadi kalau besar harus bisa perbaiki keturunan, understand?”
Moza. Perutku sakit akibat tertawa melihat ulah Moza si’gadis mungil. Air mata
juga tangisannya menghilang karena menemukan kembali anjing kecilnya. Dunia
gadis kecil memang beda dengan anak-anak lain di luar sana.
Dia
bisa menenangkan Nata ataupun yang lain setiap kali berteriak di kamar,
walaupun dikatakan semua itu mustahil terjadi. Jenis pemikiran gadis kecil
mempunyai cara sendiri mengatasi beberapa anggota rumah. “Mi, mau roti”
memberikan kotak bekalnya.
Pagi-pagi
sekali Moza berjalan menuju dapur minta beberapa potong roti sebagai bekal
makan siang di sekolah. “Cepat amat anak mami bangun”…
“Moza
mau ke sekolah pagi-pagi” jawaban Moza.
“Buat?”
ujarku…
“Nara
mau kenalin anjingnya ke Moza” jawaban polos gadis kecil.
“Kan
bisa pulang sekolah” balasku.
“Tidak
bisa mi” Moza.
“Memang
harus yah pagi ini?”
“Anjingnya
Nara itu mau jalan-jalan dulu di luar negeri, lama baru balik” Moza.
“Kan
izzy bisa kenalan ma anjingnya Nara, siapa tahu jodoh kalau besar” sambung Moza.
“Izzy
masih terlalu kecil Moza.”
“Mi,
anjing Nara itu bule jadi izzy bisa perbaiki keturunan kalau besar” Moza. Anak
sekecil itu sudah mengenal istilah perbaikan keturunan segala macam…
Bagian
5…
Sejenak
perut sakit karena tertawa melihat ulah Moza pagi-pagi buta. Menjadi
pertanyaan, siapa yang mengajarkan anak sekecil itu tentang kalimat ingin
memperbaiki keturunan? Dia masih terlalu kecil untuk memahami maupun pencernaan
beberapa objek hidup. “Zana…” satu suara menghentikan tanganku meneguk
secangkir kopi pada salah satu tempat tidak jauh dari lokasi klinik.
“Makin
cantik” senyum seseorang seakan ingin mengembalikan ingatan masa lalu.
“Mau
apa kemari?” kata-kata semacam ini menandakan satu permasalahan kekecewaan
terhadap dirinya di masa lalu. Kau hanya bagian kemarin dan tidak akan pernah
bercerita tentang masa depanku kelak. Zana jalani hidupmu bersama kisah baru
tanpa melihat ke belakang.
Sekian
lama penderitaan hidup terus berjalan sampai segala sesuatu dalam ceritaku
hanya berkata-kata tentang luka dan air mata. Tuhan, jangan sampai saya menjadi
manusia pembenci tetapi juga tidak ingin terus terikat terhadap dia di masa lalu.
“Zana, bagaimana kabarmu?” ucapan mengerikan terdengar memenuhi gendang
pendengaran.
“Seperti
yang kau lihat lebih dari kata baik” balasan sedikit sinis. Mengambil tas
kemudian berjalan meninggalkan dirinya. Dia pantas dikatakan manusia iblis
secara logika pemikiranku pribadi. Tanpa rasa berdosa menampakkan batang
hidungnya di depanku setelah sekian tahun berjalan. Dia tidak pernah tahu
bagaimana rasanya ditertawakan, dipermalukan, terkucilkan, mendapat hinaan,
kehilangan, kebencian semua orang, sulit menjalani hidup, seperti manusia idiot, fitnah, penderitaan, sulit
mendapat pekerjaan kiri-kanan, dan masih banyak lagi kekacauan paling
mengerikan selalu terjadi.
Saya
tidak akan pernah menjadi pengemis hanya demi manusia paling kejam sedunia. Tuhan,
buang setiap kemarahan dalam hidupku pribadi karena saya tahu semua itu akan
menghancurkan segala jalanku ke depan. Butuh waktu panjang menerima satu
kenyataan terpahit bahkan harus belajar memaafkan. Hal paling tersulit bagi
hidup adalah belajar memberi kata maaf setelah segala sesuatu yang terjadi.
Sampai saya harus mendengar ucapan-ucapan menyinggung depan orang banyak.
Kenapa seolah dengan sengaja menutup
segala…
“Zana
lupakan masa lalu” tersenyum sinis tanpa sengaja tangan mematahkan sebuah
pulpen di atas meja kerja.
“Wah
wah wah seorang psikolog tetapi mengalami gangguan juga” Livia sejak tadi
berdiri depan pintu memperhatikan pergerakanku.
“Mau
apa kesini?”
“Ada
klien sejak tadi mengetuk pintu tapi si’pemilik ruangan tidak mendengar” Livia.
Kehidupanku
memang patut menjadi bahan tertawaan banyak karena memiliki alur cerita aneh.
Mendapat sindiran setiap saat depan banyak orang dalam satu ruangan, pada hal
mereka tidak pernah tahu bagaimana saya bergumul tentang beban hidup. Andai
kata kalian harus menjalani apa yang sedang kulalui? Begitu mudah menyatakan
satu kalimat tanpa pernah berpikir sesuatu. Wajar ucapan orang tersebut depan
banyak orang, kenapa? Karena sejak masih dalam kandungan dirinya sudah
dikelilingi baby sister, jadi sampai detik sekarang kehidupan misikin
sedetikpun tidak pernah dirasakan. Lah kakeknya tinggal di luar negeri dengan
kekayaan berlimpah.
“Andaikan,
dia datang menjelaskan sesuatu mungkin nasibku tidak sekacau ini” berkata-kata
sendiri mengingat salah satu kejadian terkacau bagaimana seseorang menyindir
sekaligus menyerang memakai … depan banyak orang.
“Mengerikan…”
menertawakan diri sendiri. Buat saya melupakan semua kisah masa lalu paling suram
dalam kehidupanku, Tuhan. Amarah, kebencian, kekecewaan, dendam hanya akan
menghancurkan masa depan sekaligus segala sesuatu dalam hidupku. Ajarkan
jalanku tentang pintu maaf walaupun dikatakan membutuhkan proses paling
tersulit termasuk terhadap seseorang yang sedang kuharapkan datang menjelaskan
sesuatu hal, namun tidak pernah ada…
“Memberi
maaf boleh saja, tapi memberi kesempatan tidak akan pernah” Semua hanya masa
kemarin bukan ceritaku hari ini dan esok.
Saya
pasti bisa melewati masa tersulit sekali lagi dalam hidupku pribadi. Nitzana
berarti mekar bahkan tidak akan pernah layu walaupun selalu saja jalan harus berhadapan
dengan lembah kelam. “Mi, sejak tadi uncle mengintip di situ” bisik Moza
memberi isyarat.
“Uncle?”
“Uncle
Farand” Moza menarik tanganku menuju sebuah lemari tidak jauh dari ruang makan
tempat kami duduk.
“Farand
kenapa sembunyi seperti itu?” mengelus lembut rambutnya.
“Membunuh
setan” jawaban Farand seperti biasa. Mengajak pria tersebut menuju meja makan
disertai beberapa menu makanan rumahan di atas. Wajar mengintip seperti tadi,
perutnya kelaparan…
Mengangkat
tubuh Moza dalam tidur lelapnya setelah bermain seharian dalam satu ruang kamar
tempat kami menghabiskan banyak kebahagiaan. Meninggalkan Farand menghabiskan
makanannya sendirian, sementara yang lain sudah berada di alam mimpi seperti
Moza. Tidak menutup kemungkinan jika pria itu dapat kembali pada kehidupan
normal suatu hari kelak. Selalu saja menganggap segala hewan adalah setan
terkecuali izzy anak anjing kesayangan Moza.
“Mungkin
alur cerita hidupmu masih jauh lebih buruk dibanding kisahku” berkata-kata
terhadap Farand setelah kembali ke meja tersebut.
“Terkadang
saya merasa kalau penderitaanku jauh melebihi siapapun, tetapi saat itu Tuhan
datang menunjukkan beberapa kisah termasuk hidupmu” tersenyum di hadapannya.
Farand terus memasukkan seluruh makanan ke mulutnya…
Ada
saat dimana rasa lelah terus saja menyerang, namun tiba-tiba saja Tuhan
menunjukkan sesuatu terhadap saya pada satu kumpulan ibadah kecil. Di sana
seseorang bersaksi tentang wanita tua harus menjalani perjalanan terpahit dalam
hidupnya. Suami wanita itu menderita lumpuh tidak bisa jalan dan kedua anaknya
cacat. Salah satu anaknya mengalami permasalahan gangguan kejiwaan. Dalam
keadaan terluka, seakan kata amarah terhadap Tuhan tidak terlontar bahkan masih
bisa menolong orang-orang di sekitarnya. Hidup berkekurangan itulah kisah sang
wanita tua tadi bersama kisah nyata yang sedang mempermainkan jalannya.
Sekarang
di hadapanku berdiri Farand juga banyak anggota rumah dengan penyakit yang
sama. “Saya tidak tahu kisahmu, tapi apapun itu tentu menyakitkan” memberi
senyum terbaik.
“Tunggu
sebentar!” berlari mencari sesuatu. Setelah menemukan apa yang kuinginkan
kemudian berjalan kembali ke hadapan Farand.
“Sepertinya
wajahmu hanya penuh bulu, jadi terlihat tua” baru menyadari sesuatu…
Mencoba
menghilangkan seluruh bulu jenggot yang sedang memenuhi wajahnya. Memangkas
habis rambutnya biar terlihat lebih rapi dengan suasana malam makin larut. “Selesai…”
penuh semangat berucap memberikan sebuah cermin.
“Ini
siapa?” pertanyaan terbodoh Farand.
“Ini
Farand” menjawab pertanyaannya.
“Lebih
cakep dibanding model holywood” melanjutkan ucapan lagi.
“Bukan
setan” kebiasaan Farand.
“Sepertinya
saya pernah melihat wajahmu tapi dimana yah?” mencoba mengingat sesuatu.
“Setan
di dinding” teriak Farand berlari, beruntung saja Gadi tidak terbangun akibat
ulahnya.
“Sudah
malam, pergi tidur sana!” dia mulai mengerti sekaligus mendengar apa yang di
ucapkan ke arahnya.
Membutuhkan
proses berbeda-beda menghadapi kasus-kasus penyakit seperti ini. Minimal, hari-hari
kemarin beberapa dari mereka sembuh total bahkan dapat mengejar mimpinya dan
melanjutkan kehidupan. Obat pemberian dokter psikiatri hanya berperan sebagai
penenang, tetapi tidak bercerita tentang pemulihan terlebih kesembuhan secara
total. Pada dasarnya membutuhkan tingkat kesabaran lebih dari pemikiran semua
orang untuk berhadapan dengan mereka.
Doa,
kasih sayang, perhatian,dan iman menjadi pondasi utama bagi kesembuhan mereka
dengan diagnosa gangguan mental/ kejiwaan. Andaikan kau seorang ibu ataupun
ayah harus menghadapi nasib sang anak karena cacat gangguan mental, jadilah
kuat menatap hari esok. Bukan tidak mungkin penyakit seperti ini tidak bisa
disembuhkan, hanya membutuhkan titik kesabaran dan bagaimana caramu menjerit di
hadapan Tuhan.
“Zana…”
untuk kedua kalinya dia datang ke hadapanku tanpa rasa berdosa. Rasa malu
seperti menghilang begitu saja dalam diri manusia bengis semacam Hagan. Di mana
dia menyadari letak keberadaan saya sekarang? Beruntung saja Moza tidak ikut
bersama saya sekarang guna belanja bulanan pada salah satu pusat perbelanjaan
terdekat.
“Kau
hanya masa lalu” berucap menatap ke arahnya.
“Masa
lalu buatmu tapi tidak buatku” balasan manusia tanpa dosa yang tiba-tiba saja
menampakkan diri kembali.
“Bertahun-tahun
lamanya menunggu? Kau bisa merasakan bagaimana rasa sakit mendapat sindiran
seseorang depan ratusan bahkan ribuan orang? Terkucilkan, hinaan, miskin, sulit
bekerja, dan segala jenis hidup terkacau selalu saja menyerang…” berucap di
hadapannya.
“Zana”
Hagan.
“Minimal
kau datang menjelaskan sesuatu di depanku. Kalaupun perasaanmu sama sekali
tidak ada, buatku itu tidak masalah karena pasti Tuhan mengirimkan seseorang yang
jauh lebih baik di luar sana, tapi tidak pernah sama sekali.”
“Maaf…”
Hagan.
“Sejak
dulu saya sudah belajar memberi maaf tapi tidak lebih dari itu. Kau tidak
pernah tahu rasanya kehilangan, seenaknya semua orang mengucapkan kata-kata
kasar, bahkan segala sesuatu yang mengerikan selalu saja menghancurkan hidup.
Sebenarnya hatimu itu bercerita tentang manusia atau iblis?”
Jalan
hidupku sekarang jauh berbeda dengan hari kemarin. Saya benci permainan drama
kiri kanan dari semua orang. “Lupakan kehidupanku jauh lebih baik sama seperti
saya belajar melupakan semuanya” suara hati berbisik di tengah keramaian.
Jalanku pasti mempunyai cerita terbaik bagi seseorang di luar sana suatu hari
kelak. Kemarin dan hari ini air mata bisa saja mengalir karena perlakuan tidak
adil dari orang sekitar, tapi kelak Tuhan akan menjadi pembela terbaik buatku.
Bertahun-tahun
menjalani hidup menyedihkan bahkan selalu saja menjadi bahan ejekan banyak
orang. Menantikan seseorang untuk datang menolongku, ternyata saya terlihat
menyedihkan mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Setahun dua
tahun mungkin saya tutup mata, tapi ini bercerita tentang penantian
bertahun-tahun seperti orang idiot. Perjalanan hidupku memang patut ditertawakan
kiri kanan…
“Beberapa
hari belakangan kau terus saja melamun” Livia sejak tadi berdiri lama tepat di
depan meja kerjaku.
“Sejak
kapan masuk?” tegurku.
“Sejak
nenek moyangmu belum lahir” Livia.
“Bahan
gurauanmu bisa juga” sedikit tertawa.
“Za,
bisakah kau berbagi masalahmu walaupun itu hanya sedikit saja” Livia menatap
serius ke arahku sekarang.
“Dia
datang menampakkan wajahnya” ujarku.
“Siapa?”
Livia.
“Pria
itu…” menjawab Livia.
“Maksudmu
manusia yang selalu saja diam seribu bahasa di suatu tempat tanpa pernah ingin
tahu bagaimana rasanya penderitaanmu dan terus saja berjalan dari tahun ke
tahun?” Livia, sedang saya hanya menganggukkan kepala.
“Saya
tidak ingin tinggal di masa lalu lagi” tangisku pecah seketika…
“Bagaimanapun
kau berhak menentukan jalan hidupmu bukan orang itu atau siapapun yang hanya
tahu memberimu pernyataan-pernyataan negative” Livia.
Saya
berhak menentukan jalan hidup sendiri dan seorangpun tidak akan pernah bisa
menghancurkan semua itu. Menikmati sesuatu di hadapanku sekarang jauh lebih
baik dibanding kembali mengingat bahkan terikat akan satu kisah masa lalu.
Tuhan pasti mempersiapkan cerita terbaik buatku lebih dari dari bayangan
siapapun. Kata membenci, kecewa, marah, sakit hati, memori masa pahit harus
lenyap karena semua itu menghancurkan kehidupan sendiri.
Tuhan,
kisahku memiliki irama terbaik dengan caraMU yang unik tanpa terpikirkan sama
sekali. “Moza lapar mi” wajah cemberut Moza bangun tengah malam mencari
makanan.
“Paling
tidak, si’Kecil menjadi penghibur terbaik melewati jalan-jalan melelahkan”
berkata-kata di dasar hati sambil mendekap gadis kecilku.
“Lambung
Moza terbuat dari apa sih? Lapar terus” membuat gurauan.
“Mami
jangan meledek Moza” cetus Moza.
“Kalau
gitu ke dapur sekarang” menggendong tubuh mungil Moza.
“Mi,
itu suara apaan di sana?” Moza memberi isyarat agar pelan-pelan sambil mencari
arah suara tersebut berasal. Mata gadis kecil terbelalak melihat kelakuan
Farand berada di dapur tengah malam seperti ini.
“Bunuh
setan” Farand berlari-lari menepuk nyamuk…
“Uncle
jangan berisik!” tegur Moza.
“Uncle mau makan masakan mami?” senyum Moza.
Farand diam beberapa saat melihat ke arahku. Tiba-tiba saja menganggukkan
kepala pertanda setuju untuk ajakan tersebut. Makan mie instan tengah malam
bolehlah asal tidak sering-sering saja bagi anak semacam Moza. “Enak…” semangat
Farand melahap makanan di hadapannya.
Bagian
6…
Menyibukkan
diri melalui rutinitas hidup setiap hari menjadi penghibur tersendiri.
Menjalani pekerjaan sebagai salah satu psikolog memang tidak mudah, kenapa?
Masalah beban hidupku sendiri jauh lebih berat dibanding para klien dengan
segala keluh kesahnya. “Zana kan” tiba-tiba seorang wanita datang menegur
menyebut namaku pada salah satu pusat kebugaran…
“Maaf,
apa kita pernah bertemu sebelumnya?” masih belum mengenal wanita di depanku.
“Nitzana
tidak salah lagi” suaranya menjadi pusat perhatian orang di sekitar.
“Siapa
yah?” masih belum mengingat apa-apa.
“Ini
saya Fadia tetangga jurusan waktu kuliah” balasnya.
“Fadia
si’kurus, kacamata besar, rambut kuncir dua…ga salah?” terbelalak…
“Yah
betul sekali” penuh semangat menjawab. Saya hampir tidak percaya penampilan
teman kuliahku sekarang berubah drastis seperti bukan dia.
“Perubahan
360°” menatap tanpa mengedipkan mata sama sekali. Dia terlihat seksi, cantik,
lebih dari kata sempurna di mata para pria tentunya. Bagaimana bisa terjadi? Dirinya
tidak lagi bercerita akan hal semacam itu. Kami berdua kembali mengenang
kisah-kisah masa kuliah dan bagaimana ditertawakan oleh orang banyak hanya
karena permasalahan penampilan semata.
“Mau
makan? Biar saya yang traktir” tawaran menyenangkan.
“Dengan
senang hati” menjawab Fadia.
Mencari
restoran terdekat setelah meninggalkan gedung pusat kebugaran tempat kami
menghabiskan sebagian waktu hari ini. Fadia melanjutkan pendidikan medisnya
sebagai seorang dokter spesialis bedah di luar negeri. Sekarang dia kembali ke
Negara tempat asalnya, namun dengan perubahan drastic dan tidak lagi menjadi
manusia cupu. Hidup siapa yang akan menyangka? Kami berdua menjadi sangat akrab
kemarin setelah pertemuan dua manusia cupu sekitar perpustakaan kampus…
“Kau
sudah menikah?” pertanyaanku di sela-sela menikmati steak…
“Saya
sendiri pusing…” Fadia.
“Maksudnya?”
terdengar lucu ucapan tadi…
“My
dad menjodohkan saya dengan salah satu pengusaha terkenal di Negara ini, tapi
ujung ceritanya menyedihkan” Fadia.
“Menyedihkan
bagaimana?”
“Dia
tiba-tiba mendadak mengalami gangguan kejiwaan bahkan sampai mendapat perawatan
rumah sakit, paling parah lagi sampai semua media meliput pemberitaannya” Fadia.
“Jadi
acara tunangan kalian batal dong?”
“100%
batal, pada hal dia kan cinta pertama saya sejak dulu jauh sebelum kami berdua
dijodohkan seperti ini” Fadia.
“Kenapa
tidak mendampingi dia sampai pulih?”
“Karena
malu jadi daddy membatalkan sepihak perjodohan kami” Fadia.
“Jelek
amat kasusmu” tertawa mendengar curhatannya…
“Kau
sendiri bagaimana? Fadia.
“Seperti
yang kau lihat”
“Memangnya
tipe pria yang ingin kau dijadikan suami seperti apa sih?” Fadia.
“Saya
menyukai cowok dengan kepribadian berbeda dari orang lain di sekitarnya. Ketika
memasuki rumah tangga kelak ada banyak hal yang dapat kami lakukan…”
“Kepribadian
bagaimana?” Fadia.
“Saya
tidak ingin pasangan yang hanya berpikir tentang seks semata walaupun pondasi
terkuat rumah tangga ada pada kata tersebut.” Ada banyak hal yang bisa
dilakukan bahkan menjadi moment paling menyenangkan ketika berhadapan dengan
pasangan. Saat berada di atas ranjang dia dapat menunjukkan cara lain
mengungkapkan rasa cinta entah melalui curhatan, membuat sebuah bahan lelucon,
berdoa, bermain kartu tanpa harus selalu bercerita akan peran seks harus
dimainkan…
Melakukan
kegiatan-kegiatan rumah seperti membersihkan, memasak, mengajarkan sesuatu hal
menarik terhadap sang buah hati dengan cara berbeda dari orang lain merupakan
harapanku kelak. Seks memang berperan dalam menjalani bahtera rumah tangga dan
semua itu tidak dapat disangkal tetapi jangan jadikan focus utama dalam
keluarga. Saya juga tidak menginginkan pasangan sendiri berselingkuh akibat
rasa tidak puas akan permasalahan seksual… hanya saja pasanganku harus memahami
objek-objek paling menyenangkan untuk membuat banyak memory keluarga lebih dari
kata seks.
“Andaikan
pria di hadapanku hanya berpikiran seks semata, jauh lebih baik jika dirinya
mengejar wanita-wanita hot dengan penampilan fantastis sekaligus merangsang
tanpa rasa malu memamerkan segala jenis lekuk tubuh ketika berada di dunia
medsos, dibanding bertahan berdiri di depanku…” menjelaskan sesuatu terhadap
teman lama.
“Zaman
sekarang pria memang lebih senang hal semacam ini kan?” Fadia.
“Saya
percaya Tuhan pasti mengirim seseorang yang terbaik sesuai yang kumau sekaligus
bisa perbaikan keturunanlah, gimana sih” pernyataan luar biasa…
“Berarti
kau juga menyukai cowok keren gitu maksudnya?” Fadia.
“Wajah
bisa digunakan untuk perbaikan keturunan” jawaban cukup manis menurutku.
“Wow
luar biasa” Fadia.
“Bagaimana
denganmu? Ingin mencari pengganti atau bertahan?” pertanyaanku.
“Entahlah,
lagian saya serba salah buat jalan apa lagi umur juga sudah terlalu tua kalau
masih mau jalani kehidupan bebas” Fadia.
“Kita
berdua lucu yah” ungkapan terhadapnya.
“Kau
sih enak memiliki Moza, sedang saya…?” Fadia.
Dia
memang menyadari keberadaan Moza karena kami masih sempat bertemu beberapa
tahun lalu sebelum keberangkatannya keluar negeri. Hari ini saya dan Fadia
dipertemukan kembali secara tidak sengaja pada salah satu pusat kebugaran. Siapa
yang menyangka sahabat lama dengan peran paling tercupu, kini mengalami
perubahan drastis. Beberapa hari belakangan dia banyak menghubungi setelah
pertemuan kemarin.
Mengajak
reunian bersama beberapa teman kampus menjadi hal paling favorite buatnya.
Mencari kesibukan luar hanya untuk melupakan masa perjodohan sekaligus
kekacauan berita akibat sang pria mendadak mengalami gangguan kejiwaan. “Btw,
kau kan seorang psikolog kuharap…” ucapan Fadia di sela-sela meneguk segelas
jus tempat biasa kami menghabiskan wakktu bersama.
“Kuharap
apa?”
“Kuharap
kau bisa membantu sepupuku yang lagi depresi berat” Fadia.
“Memang
sepupumu lagi bermasalah?”
“Saya
pikir kasus hidupku paling terkacau, tapi ternyata dugaanku salah, seperti yang
saya katakan tadi kalau sepupuku jauh lebih menyedihkan” Fadia.
“Lebih
sadis dari sang calon tunangan mendadak mengalami kejiwaan sampai harus
dilarikan ke rumah sakit bahkan lebih kacau lagi seluruh media meliput?”
sindirku.
“Yah
begitulah…” Fadia mengangguk.
“Kalau
begitu bawah saja dia ke klinik kami besok.”
“Kau
memang sahabat terbaik” Fadia.
“Masalah
sepupumu itu seperti apa?” satu pertanyaan buatnya.
“Biar
dia sendiri menjelaskan esok” wajah Fadia seakan sulit berkata-kata untuk
memulai awal cerita.
Fadia
seakan kacau bahkan tidak dapat berkata-kata akan situasi sepupunya sendiri.
Memiliki situasi sedikit tersulit membuatnya wanita itu benar-benar berada
dalam ruang deperesi terparah. “Duduklah!” mengambil sebuah kursi terhadap
wanita yang baru saja berjalan masuk. Fadia memberi isyarat meninggalkan kami
berdua dan hanya berdiri sebatas depan pintu ruangan. Jika diperhatikan dari
segi wajah, gadis ini masih berusia dua puluhan…
“Ka’Fa
mana? Kenapa harus ninggalin Zahlee sendirian disini?” ternyata nama gadis ini
Zahlee…
“Mungkin
ka’Fa lagi ada keperluan” menjawab pertanyaan gadis tersebut.
Sekitar
tiga puluh menit semenjak datang, dia hanya bertanya tentang sekali tanpa
berkata-kata lagi. Kelopak mata cekung, tatapan penuh nada kebencian, tubuh
kurus menggambarkan situasi Zahlee saat ini. “Jadikan saya sahabatmu walaupun
kita baru bertemu” mencoba memulai dialog antara kami.
“Memang
apa yang bisa dilakukan sahabat sepertimu?” Zahlee.
“Menjadi
pendengar setia mungkin” menjawab tanpa basa basi.
“Hanya
itu?” Zahlee.
“Mungkin
saya tidak bisa mengerti beban hidupmu, tapi setidaknya saya ingin kau berbagi
beban hidup denganku.”
“Berbagi
beban hidup? Lupakan…” Zahlee. Tepat dugaanku kalau dia sulit menjelaskan apa
yang terjadi terhadap siapapun termasuk sepupunya sendiri terlebih orang asing.
Kami terdiam cukup lama setelah jawaban lantang dari gadis itu. Memberi waktu
merupakan cara terbaik…
“Ka’Fa
sengaja menjebak biar saya berada di tempat seperti ini, tapi semua itu tidak
akan membuat saya menceritakan segalanya…” Zahlee segera berdiri dan ingin
melangkah keluar dari ruangan.
“Seorang
sahabat menaruh kasih setiap waktu, menjadi seorang saudara dalam kesukaran.
Saya selalu siap mendengar ceritamu seandainya kau berubah pikiran” membuat
langkah Zahlee terhenti seketika.
“Kenapa?”
Zahlee.
“Karena
saya ingin menjadi sahabatmu, ngerti?” sedikit memberi penekanan. Dia terus
saja berjalan keluar meninggalkan ruangan.
Beberapa hari kemudian, Zahlee tiba-tiba saja
berjalan memasuki klinik lebih tepatnya berdiri di hadapanku sekarang. Butuh
waktu untuk percaya tentang makna sahabat yang hanya ingin merasakan beban
hidupnya…
“Lupakan
saya seorang psikolog, lihat saya sebagai sahabat” entah mengapa rasa ingin
mendekap gadis di depanku jauh lebih kuat bermain. Tuhan, tentu masalah
hidupnya jauh lebih berat dibanding apa yang selalu saja terjadi dalam hidupku.
“Apa
tawaran kakak masih berlaku?” Zahlee mulai menangis dalam dekapanku…
“Tentu
saja” menjawab pertanyaannya.
“Saya
hamil 4 bulan karena ulah...” Tidak seorangpun menyadari beban hidupnya
termasuk keluarga terdekat. Hamil akibat pemerkosaan brutal oleh sekelompok
orang menghancurkan masa depannya. Ketakutan, depresi, trauma, marah, kebencian
menjadi kalimat terbaik untuk menggambarkan hidup Zahlee sekarang. Dijebak pada
salah satu kegiatan kampus berujung malapetaka. Wajah para pemerkosa tidak
dapat dilihat olehnya karena ruang di tempat kejadian sangat gelap. Dia sendiri
tidak berani bercerita sepatah katapun terhadap anggota keluarga sendiri.
Berniat
menggugurkan kandungannya adalah jalan pintas untuk penyelesaian masalah
menurut pemikirannya sendiri. Siapa sih yang ingin menjadi bahan tertawaan
banyak orang karena mengalami satu kejadian pahit? “Kenapa harus Zahlee? Kenapa
Tuhan membiarkan Zahlee diperlakukan bengis sama mereka?” Dia benar-benar marah
terhadap sang pencipta.
“Zahlee
malu menjalani hidup” terus saja menangis…
Terkadang
saya berpikir masalahku terlalu mengerikan, namun sebaliknya untuk kesekian
kali Tuhan memperlihatkan tentang tangisan penderitaan seseorang jauh lebih
menyakitkan. “Zahlee boleh nangis sepuas hati kalau itu bisa meringankan beban
hidupmu” membawa gadis itu masuk dalam dekapanku. Dia butuh dekapan hangat
sekaligus peranan sahabat di sampingnya.
“Perempuan
bagai telur diujung tanduk, sekali pecah seolah tak bernilai sama sekali”
menyodorkan selembar kertas putih berisi gambar telur jatuh dan pecah.
“Zahlee
sekarang tidak ada bedanya dengan telur pecah ini kan?” Zahlee.
“Manusia
bisa berkata telur yang sudah pecah tidak akan pernah kembali menjadi bulat,
tetapi buatku telur itu masih bisa memberi sebuah nilai…” menatap lembut ke
arahnya.
“Berarti
Zahlee masih mempunyai satu nilai begitu maksud kakak?” Zahlee.
“Yah
seperti itulah” mengangguk kepala…
“Telur
utuh merupakan symbol virginitas seorang gadis, lantas pecah begitu saja sisi
nilainya ada dimana?” Zahlee.
“Mamaku
selalu mengajar kehidupan saya pribadi agar tetap bernilai walaupun dikatakan
kategori wajah tidak masuk hitungan standar kecantikan bagi dunia” ujarku.
“Terus
kalau seperti hidupku bagaimana?” Zahlee.
“Mamaku
juga selalu menjadikan symbol telur yang sedang berada diujung tanduk sebagai
gambaran virginitas seorang gadis, kalau pecah berarti tidak bernilai sama
sekali dan karena itu harus benar-benar berada pada area paling tepat”
berkata-kata kembali.
“Kakak
tadi katakan telur pecah masih mempunyai nilai, lah sekarang cerita beda seperti menghancurkan sisi
hidupku…” Zahlee.
“Itu
kata mamaku bersama kalimat bijak beliau biar jalur hidupku pribadi masih tetap
pada area lingkaran kehendak Tuhan. Tapi untuk kasus yang sedang kau jalani,
semua itu tidak berlaku” menjawab pertanyaan gadis itu.
“Memang
telur pecah bisa dibuat apa?” Zahlee.
“Zaman
dulu putih telur digunakan sebagai salah satu bahan perekat bangunan artinya
tetap memiliki satu keistimewaan. Satu lagi, kulit telur memiliki fungsi
lstimewa dalam standar kecantikan para wanita loh…”
“Standar
kecantikan?” Zahlee.
“Kulit
telur dapat diolah sebagai serbuk bedak bahkan kulit Nampak halus setelah
pemakaian melalui satu proses tertentu. Selain itu, bisa juga dibuat menjadi
beberapa kerajinan industry seperti perabot rumah atau hiasan-hiasan tertentu
bahkan menjadi salah satu bahan bagi seniman untuk menorehkan satu karya.”
“Bagaimana
dengan anak dalam Rahim Zahlee?” berpikir harus menjalani hidup bersama anak
hasil pemerkosaan paling kejam…
“Zahlee
ingin membunuh benih menjijikkan dalam Rahim yang terus saja makin berkembang
tanpa merasa berdosa sedikitpun” dia terus saja memukul perutnya hingga
tangisnya kembali histeris memecah dinding ruang.
“Kalau
kau membunuh janin dalam kandunganmu berarti semakin menghancurkan hidup
sendiri, sama saja kau kalah terhadap masalahmu sekarang bahkan jauh lebih
kejam dibanding mereka yang berperan sebagai pemerkosa.” Walaupun bagi
pemikiran orang banyak diluar sana jika semua itu tidak adil, kenapa? Karena
korban pemerkosaan harus rela menjalani penderitaan berlipat-lipat ganda dengan
kehadiran seorang bayi yang tidak pernah diinginkan sama sekali.
“Semua
orang akan menertawakan, lebih parah lagi karena para pemerkosa meninggalkan bekas pada Rahim Zahlee” dia makin
menangis histeris.
“Janin
dalam rahimmu juga seorang manusia bukan hewan. Buktikan pada mereka kalau kau
seorang yang kuat bahkan selalu menjadi pemenang jauh melebihi pemikiran semua
orang, walaupun dikatakan semua itu terlalu sulit dijalani.” Apa yang saya
ucapkan merupakan kata-kata bijak terbaik bukan karena tidak memiliki rasa
belas kasihan sama sekali terhadap sang korban pemerkosaan.
“Zahlee
tidak mampu menjalani hidup seperti ini” Zahlee.
“Belajar
membuktikan tentang satu kekuatan ditengah penderitaan memang sulit, setidaknya
kau harus mencoba.” Tidak mudah menjalani situasi seperti kehidupan gadis
seperti Zahlee. Membawa dia ke beberapa tempat hanya sekedar memperlihatkan
sisi kebahagiaan sekaligus membuatnya terhibur hanya demi melupakan masalahnya
sendiri.
Bagian
7…
Kasus
seperti Zahlee memang butuh waktu untuk kembali menjalani hidup normal bahkan
dapat dikatakan akan membekas sampai kapanpun sisi hidupnya. Membunuh janin
hasil pemerkosaan bukan jalan keluar penyelesaian masalah. Di beberapa Negara
melegalkan masalah aboorsi terlebih jika janin tersebut merupakan hasil
pemerkosaan seseorang di luar sana. Janin juga manusia dan bukan hewan yang
dengan mudahnya dibunuh tanpa rasa berdosa setitikpun dalam bentuk alasan apa pun.
Ada banyak dokter seperti mengamuk besar bahkan menyerang pemerintah andaikan
perubahan peraturan baru tentang aborsi menjadi non illegal terlebih
Negara-negara bebas.
Kejadian
terbaru adalah sebuah Negara bagian di satu Negara besar membuat peraturan
tentang hukum pidana permasalahan aborsi. Hampir sebagian besar dokter marah
dan tidak bisa menerima peraturan tersebut. Andaikan saya ada di hadapan mereka
semua, rasa-rasanya ingin memberikan satu pertanyaan, “Kalian dokter atau
binatang seolah tidak memiliki karakter belas kasih terhadap ciptaan Tuhan yang
juga mempunyai hak melihat dunia?” Binatang saja memiliki rasa sayang cukup
besar, bagaimana dengan manusia?
Minimal,
mengurangi seks bebas kalau ada peraturan seperti ini juga kan. Tentu mereka
berpikir berhubungan seks karena takut terjadi pembuahan, jadi saya rasa
peraturan seperti ini bisa menghancurkan karakter menjijikkan seperti itu. Kembali
pada permasalahan Zahlee tentang perjalanan hidupnya yang masih panjang.
Mencoba menjelaskan akan beban dia saat ini terhadap anggota keluarga termasuk
Fadia. Mereka semua shock mendengar tentang apa yang sedang menimpa Zahlee.
Tetap berada di samping gadis itu menjadi kekuatan tersendiri buatnya.
Janin
dalam kandungan Zahlee mempunyai kehidupan sama seperti Moza. Tidak seorangpun
pernah menduga kisah hidup gadis kecilku terlahir ke dunia karena perbuatan
bejat… Moza yang kukenal jauh lebih kuat dibanding apapun ketika mengingat
bagaimana pertarungan hebat melawan maut di hari pertama tubuhnya melihat
dunia.
Flashback…
“Dokter,
selamatkan dia” menangis histeris memohon terhadap seseorang yang sedang
mengenakan pakaian putih…
“Kami
akan berusaha semaksimal mungkin,” kata-kata sang dokter berusaha membantu saya
berdiri. Tubuh seorang bayi mungil harus menjalani berbagai penanganan medis.
Apakah gadis kecil akan terbangun? Berada dalam ruang incubator dipenuhi segala
jenis selang dengan mata harus terbungkus oleh lapisan kain putih. Bayi mungil
memiliki berat bobot jauh dibawah standar normal karena belum cukup bulan.
Berat badannya hanya 1.600 gram, sementara berat bayi lahir normal sekitar
2.500- 4.000 gram.
“Kau
harus hidup,?” berkata-kata menatap ke arah tubuh mungil sang bayi.
Jari
mungilnya memegang penuh jari telunjuk kiriku penuh kehangatan. “Kau seperti
air mancur terlihat indah, menyejukkan hati, terus mengalir dalam ruang hidup…”
tersenyum melihat ke arah tubuh mungil dalam sebuah ruang incubator.
“Moza
menjadi nama dengan kesan paling menarik di tiap gendang pendengaran semua
orang” berucap kembali…
Flashback…
Gadis
kecilku dapat membuktikan betapa kuat dirinya untuk melewati satu alur cerita
mencengangkan dalam hidupnya. Siapa yang menyangka bayi primatur dengan bobot
berat rendah selalu terlihat menggemaskan bersama anjing kesayangannya. “Izzy
harus perbaiki keturunan kalau sudah besar, ngerti?” ucapan terpolos setiap bermain
bersama Izzy.
Seorang
pria tua tiba-tiba saja memberi seekor bayi anjing imut di depan pintu
supermarket tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Hari itu sekaligus bertepatan
dengan hari ulang tahunnya bahkan menganggap jika izzy adalah kado istimewa.
“Tuhan, jangan biarkan izzy sakit” tiba-tiba saja berdoa dengan wajah sedih.
“Moza
sayang izzy biarpun wajahnya sedikit jelek, tapi kan kalau besar bisa perbaiki
keturunan dengan seekor anjing paling manis, Tuhan.” Haruskah saya tertawa
mendengar doa anak kecil seperti Moza. Antara sedih dan merasa lucu melihat
gaya gadis kecil hanya karena anjing kesayangannya lagi tidak mood buat makan
hari ini.
“Moza,
anak mami sudah selesai doanya?” pertanyaan membuat dia terkejut…
“Sejak
kapan mami duduk di samping Moza?” pertanyaan balik Moza.
“Baru
saja” jawaban buatnya.
“Izzy
lagi sedih, tidak mood, malas makan, terus wajahnya juga sangat sedih, mi”
wajah sedih Moza terpancar.
“Kenapa
bisa?”
“Mana
Moza tau mi,” Moza merasa kesal mendapat pertanyaan aneh…
“Moza
ko jawabnya gitu?”
“Habis
mami nyebelin” rasa kesal Moza.
“Sepertinya
izzy ngambek masalahnya kemarin Moza makan es krim sendirian” menggoda gadis
kecil di sampingku.
Hal
tak terduga, tiba-tiba saja Farand datang menyodorkan es krim rasa vanilla ke
hadapan izzy. Tubuh mungil anjing kecil kembali bersemangat dengan gonggongan
suara terdengar cute. “Lain kali Moza jangan makan sendirian, lah kalau begini
kan izzy bisa mengamuk seperti tadi” berkata-kata lagi menatap wajah polos
gadis kecil.
“Moza
menyesal izzy, jangan ngambek seperti tadi lagi” tangan mungil Moza mengelus
tubuh anjing kesayangannya.
“Uncle
Farand memang ngerti perasaan izzy yah” ucapanku sambil tersenyum ke arah
Farand.
Pria
di hadapan kami mulai mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Saya percaya
suatu hari kelak Farand dapat kembali pulih juga menjalani kehidupan normal
lagi. “Saya tidak tahu masalahmu seperti apa, tapi Tuhan tentu punya cara
paling menarik membuatmu pulih” merangkul hangat Farand.
“Ada
setan di sana” Farand segera melepas tangannya berlari mengejar seekor kecoa.
Hidup
memiliki kisah alur berbeda sama seperti mereka yang sekarang berada di
rumahku. Seorang psikolog bersama kehidupan tak biasa itulah diriku sekarang. Terkadang
saya harus menyiapkan beberapa cara sebagai bahan terapi ketika berhadapan
dengan para klien. Di klinik dapat dikatakan saya berperan sebagai psikolog,
namun ketika berada di rumah suara hati berkata tentang objek lain jauh melebihi
peranan sebelumnya.
“Hari
ini dapat digunakan untuk menghabiskan waktu menikmati pemandangan sebuah danau
setelah bekerja beberapa jam di klinik” berucap sendiri.
“Zana,
seorang klien menelepon memintamu bertemu di sekitar pinggiran danau sekarang
juga” Livia masuk tanpa mengetuk dan memberikan pekerjaan lagi…
“Kenapa
juga tidak datang langsung ke klinik besok?” sedikit kesal.
“Jadi
kau mau saya membatalkan?” Livia mulai menekan sebuah nomor pada layar ponsel
miliknya.
“Biarkan
saja,” menarik tas bersama kunci mobil kemudian berjalan keluar…
Lumayan
juga kagum melihat pemandangan danau di depanku sekarang setelah memarkir mobil
pada satu tempat. Minimal dapat dijadikan sebagai bahan refreshing. Sambil
menyelam minum air, kenapa tidak? Mencoba menghubungi sebuah nomor untuk
pertemuan antara saya dan klien. Menurut petunjuk pesan WA, klien ada di
sekitar sini…
“Anda
ibu Zana kan?” seorang gadis manis berpakaian casual tiba-tiba berbicara.
Dia
terlihat santai menikmati suasana danau dengan kacamata hitam berada di atas
kepalanya. Jika diperhatikan raut wajahnya tak menampakkan masalah apapun.
Berlari mengejar barisan itik sambil tertawa membuatku sedikit ragu. “Saya
klien anda sekarang” tersenyum manis memainkan air sekitar pinggiran danau.
“Kau
hanya ingin bermain kan?” entah mengapa saya melontarkan pernyataan ini.
“Ayo
duduklah! Nikmati saja pemandangan di sini dulu baru bercerita” ucapannya.
Selama
sejam kami berdua duduk manis menikmati keindahan danau. Sekali-sekali berdiri
bermain air ataupun mengejar barisan bebek lucu tidak jauh dari tempat kami
duduk. Entah mengapa secara kebetulan juga suasana di sini begitu sepi
pengunjung, mungkin bukan hari libur. Hanya tertawa memercikkan air sampai
bajupun ikut basah pada jam berikutnya. “Saya tidak punya waktu bermain”
memulai pembicaraan.
“Temani
saya bermain” gadis itu menyiram saya dengan air. Sepertinya kami berdua
sekarang lagi bermain air sampai pakaian basah semua. Terpaksa harus membeli
sepasang pakaian di pinggir jalan bahkan harus berganti dari pada masuk angin.
“Hari
menyenangkan bukan ibu?” dia tersenyum ke arahku setelah berganti pakaian.
“Jangan
panggil saya ibu terlalu tua” cetusku.
“Kalau
begitu kakak, okey?” menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Siapa
namamu?” setelah menikmati pemandangan bersama dan sekarang baru bertanya
tentang nama sang klien.
“Nama
saya Rae artinya polos” menjawab sambil menyodorkan segelas kopi cup panas ke
tanganku. Jika diperhatikan dia memang benar-benar polos seperti anak kecil…
“Kok
bisa yah orang tuamu memberi nama seperti itu?” buat pemikiran saya sekarang
arti namanya itu terkesan lucu.
“Ka’Zana,
ayo duduk di bawah pohon sana sambil menikmati angin sejuk! Kebetulan Rae
membawa bekal buat kita berdua” menarik tanganku yang pada akhirnya kami bedua
kembali menikmati suasana danau lagi.
“Ini
sangat enak” memasukkan beberapa sendok makan ke mulutku.
“Ka’Zana
suka?” dia bertanya kembali, sedang saya hanya mengangguk. Bekal yang di bawah
olehnya memang enak…
“Btw,
sepertinya kau tidak punya masalah apapun?” ucapan memancing buatnya.
“Siapa
bilang? Justru karena punya masalah makanya membayar seorang psikolog biar
menemani saya sepanjang hari” Rae menjawab spontan. Terkadang hidup seseorang
hanya butuh teman penghibur seperti sekarang tanpa harus menceritakan semua
masalahnya, tapi itu membuat dia bahagia dan jauh lebih baik. Penanganan kasus
seperti ini memang jarang terjadi bahkan sang klien hanya ingin mencari
seseorang sebagai pendengar setia walaupun dikatakan tidak melakukan apapun
dengan solusi terbaik.
“Lantas?”
ucapanku.
“Temani
saya saja selama seminggu untuk menikmati pemandangan di sini!” Rae.
“Memang
hanya itu saja yang harus saya kerjakan?” bertanya lagi.
“Ka’Zana
please” Rae memasang wajah memohon.
“Di
jam sore bukan siang seperti sekarang” mengajukan persyaratan.
“Rae
maunya dari siang sampai sore” Rae.
“Baiklah”
menjawab setelah berpikir setengah jam.
Hari
berikutnya adalah kami berdua berlari kesana kemari sekitar bibir pantai di
siang bolong. Rae ingin menikmati suasana pantai jadi pergantian tempat
dilakukan. Menulis beberapa symbol lucu di atas pasir sambil tertawa keras.
Saya belum pernah merasa tertawa lepas seperti sekarang seumur hidup. Seakan
Tuhan memakai dia untuk mengajari saya tertawa lepas. Sebenarnya siapa yang
sedang bermasalah? Saya atau gadis ini? seolah ingin menertawakan diri sendiri.
Beberapa hari belakangan terus berada di sampingnya melakukan banyak hal seperti
bermain game, duduk di bawah pohon, berlari sekitar bibir pantai, bermain air
di bawah air terjun, dan berlari mengejar barisan bebek di tepi danau sampai
kaki kami akhirnya lelah.
“Btw,
Ka’Zana pernah menyukai milik orang lain?” astaga Tuhan, pertanyaan ini
terdengar lucu. Saya pikir masalah Rae seputar sesuatu hal paling sulit dan
ternyata dugaanku meleset…
“Memang
masalahmu sekarang menyukai milik orang lain? Tanya balik lagi.
“Entahlah”
menjawab bersama senyum termanis seakan tidak pernah terlihat mengalami rasa
stress karena satu masalah.
“Saya
juga pernah diperhadapkan masalah sepertimu bahkan beberapa bulan lagi terjadi
pernikahan” menyodorkan sebuah permen lollipop. Kami berdua seperti anak kecil
selalu melakukan hal-hal kekanakkan termasuk menikmati permen-permen dan masih
banyak lagi.
“Kupikir
masalahku benar-benar memalukan yah, ternyata Rae punya saingan” gadis itu
tertawa lebar karena terkesan lucu.
“Kakak
lebih kacau lagi karena beberapa kali harus diperhadapkan dengan kasus sama
yaitu milik orang lain” berkata-kata kembali. Entah kenapa juga selalu saja
kisah sama terulang lagi sampai rasanya saya ingin menertawakan sinis kehidupan
sendiri. Menjadi pertanyaan, kasus yang sama menyatakan kata menang atau
sebaliknya gagal total? Tidak mudah menjalani objek semacam ini dan benar-benar
hal tersebut merupakan pergumulan terberat di antara sekian banyak beban hidup
sedang membungkus.
“Saya
benar-benar tidak tahu kalau dia sudah menjadi milik orang lain” gadis polos
sedang menundukkan kepala.
“Rasanya
menyakitkan pasti, tapi anggap saja sebagai bahan penghiburan semata yang
sedang berjalan untuk membuat hidup punya warna” ucapan terkacau terhadapnya.
“Ka’Zana
ngaco punya warna gimana kalau begitu?” Rae.
“Selama
Rae masih belum diapa-apakan dalam artian ujung rambut sampai ujung kaki tetap
terjaga, berpikir waras saja…”
“Tentulah
Rae dijamin perawan 100% dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan jauhkan
hal-hal buruk dari kehidupanku dan jangan sampai Rae khilaf atau dijahati oleh
orang di luar sana…” wajar namanya Rae memang kenyataan dirinya polos bersama
ucapan semacam ini.
“Kau
terlihat lucu” pertama kali buatku berhadapan dengan klien seperti dirinya.
“Btw,
ka’Zana bisa cerita lagi memory kemarin tentang milik orang lain?” Rae.
“Berawal
dari sekedar mencari perhatian berujung cerita kacau akibat permainan kehidupan. Hukum tabur tuai tentu terjadi
andaikan saya merampas milik orang lain. Bisa saja suatu hari kelak
pasangankupun akan dirampas oleh gadis lain seiring berjalannya waktu atau
mungkin kisah mantan masih tetap menjadi dilema saat-saat tertentu.” Inilah
penjelasan terkacau mengenang memory kemarin.
“Jadi
ka’Zana bertahan?” Rae.
“Saya
berpikir lagi, andaikan menjadi wanita yang sebentar lagi menikah seakan
dipermalukan karena pihak pria membatalkan sepihak tentu jauh lebih
menyakitkan. Kesimpulan cerita adalah kalau saya tetap mencoba berlari meraih
milik orang lain berarti hidup mengalami kelumpuhan total.”
“Ka’Zana
memilih?” Rae.
“Saya
berjuang untuk menang walaupun dikatakan umur menjadi masalah terbesar buatku
pribadi. Pada kenyataan, terkadang Tuhan mengizinkan masalah seperti ini
terjadi dan 100% memang benar-benar ujian terberat karena beberapa factor.
Satupun anggota keluargaku sama sekali tidak menyadari masalah yang sedang saya
hadapi” penjelasan terpanjang bagi gadis di sampingku sekarang.
“Sengaja
melakukan hal-hal seperti tidak memiliki etika sama sekali menjadi objek paling
berperan untuk menyelesaikan masalah” melanjutkan kembali ucapanku.
“Kenapa
yah masalah seperti ini harus terjadi?” Rae.
“Walaupun
dikatakan telah memiliki pasangan, terkadang sebagian besar pria bahkan dapat
dikatakan hampir keseluruhan mempunyai kebahagiaan/kenikmatan/kebanggaan
tersendiri untuk menjadi penakluk lawan jenisnya.” Ceramah sedikit panjang
memang juga terdengar sedikit…
“Kebanggaan
tapi menghancurkan…” Rae.
“Inilah
kenyataan yang sebenarnya terjadi. Objek terburuk lain lagi adalah terjebak di
antara permainan sendiri. Beberapa dari mereka hanyut dengan kisah tragis di
ujung cerita.”
“Mengerikan”
Rae.
“Kekacauan
lebih parah lagi kalau ternyata si’gadis polos berhasil masuk jebakan, apa lagi
kalau dikatakan sudah hamil di luar nikah” menggeleng-geleng kepala sendiri.
“Sadis”
Rae.
“Karena
itulah Rae sebagai perempuan harus benar-benar banyak berdoa, minimal Tuhan
tetap menjaga dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kata khilaf itu pasti akan
selalu menjebak hidup seseorang terlebih kalau pria di depan mata benar-benar
perfect.” Terlalu munafik untuk berkata air liur tidak akan pernah meleleh
menyaksikan satu pemandangan mahluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Jebol semua
pertahanan karena kata sempurna.
Pada
dasarnya bahan ujian terbesar seseorang baik yang belum menikah terlebih berada
dalam satu ikatan pernikahan adalah kesetiaan. Ada begitu banyak celah dapat
tertawa lebar hanya untuk sebuah jebakan. Kata bertahan hanya pada satu
pasangan semata memang menjadi beban pergumulan terberat. Mungkin sebagian
besar orang di luar sana hanya menganggap angin lewat tentang proses setia,
namun lukisan definisi kata tersebut mempunyai proses bersama jebakan terberat
siap menghadang. Tentu seseorang tidak akan bertahan melihat seorang saja
andaikan hal tersebut bukan kekuatan Tuhan.
“Rae
akan menganggap memory kemarin sebagai bahan penghiburan semata” Rae.
“Seperti
menyenangkan untuk menari di dalam ombak sekarang ini” menarik tangan Rae
membawa dirinya berlari masuk ke tengah ombak pantai. Tertawa dan membiarkan
pakaian kami basah kuyup terkena air.
“Ka’Zana
selfie denganku sekarang terus upload biar cari perhatian gitu di medsos”
segera menyalakan kamera android miliknya.
“Itu
sama saja memancing atau mungkin cowok yang kau suka akan berpikir kalau masih
ingin mengejar dirinya” berucap lagi…
“Biarkan
saja. Lah saya selfie seperti ini memang hobi dan karena sesuatu hal juga” Rae.
“Sesuatu
itu boleh dijabarkan?” menatap ke arahnya.
“Rae
percaya di suatu tempat tersembunyi ada cowok terbaik dengan kualitas jauh dari
perkiraan sedang menatap wajahku. Tuhan punya cara yang ajaib menyatakan
sesuatu yang tidak terpikirkan sama sekali untuk diberikan buatku” Rae.
“Wow…”
tertawa melihat gaya selfie Rae.
“Tuhan
punya cara paling ajaib untuk menyatakan satu cerita terbaik dan melukis namaku
di hati seorang pria berkualitas suatu hari kelak” Rae.
“Amin”
membalas ucapan Rae.
“Kelak
Tuhan pasti berkata kalau pria berkualitas itu hanya milikku seorang dan bukan
milik siapa-siapa dengan cerita unik di dalamnya, ini iman kepercayaan seorang Rae
si’gadis polos” Rae.
“Cerita
sekarang hanya bahan proses dan ujian, apakah belajar untuk menang atau kalah
total bahkan membuat iblis tertawa lebar…” ucapanku terhadapnya lagi.
Pengalaman kemarin memang satu beban terberat sekaligus ujian terbesar sama
seperti kisah Rae.
“Ka’Zana,
ayo tuliskan namamu di sini” Rae berlari menuju satu batu karang besar tidak
jauh dari bibir pantai tempat kami bermain dengan ombak.
Pertama
kali bermain kejar-kejaran bersama seorang klien di tepi ombak. Menikmati
suasana dermaga sambil menyaksikan bagaimana matahari terbenam di sebelah
barat. Pengalaman luar biasa beberapa hari belakangan bersama si’gadis polos
seperti Rae. Sejak saat itu kami berdua menjadi sahabat dekat untuk berbagi
cerita. Entah karena mempunyai pengalaman sama kemarin sampai saya benar-benar
menyukai dirinya.
“Ka’Zana
terima kasih buat semuanya” Rae memeluk tubuhku.
“Mungkin
kemarin saya benar-benar merasa dipermalukan, tapi hari ini saya menganggap
kalau semua itu hanya warna-warna hidup sebagai bahan penghiburan untuk
dikenang kelak” semangat Rae melanjutkan berkata-kata lagi.
“Ada
banyak cerita lain menjadikan keindahan tersendiri dalam perjalanan dan bukan
hanya berkata-kata tentang lawan jenis, walaupun dikatakan itu sangat penting.
Hati harus bersabar menunggu waktu Tuhan dengan senyuman seorang pria
berkualitas bahkan tidak pernah terpikirkan sama sekali diberikan.” Inilah nada
ceramah biarpun membuat banyak orang di luar sana mengantuk mendengar atau
membaca.
Bagian
8…
Berpikir
tentang petualangan kemarin bersama Rae menjadi kenangan tak terlupakan.
Berawal dari hanya sekedar berperan sebagai klien sampai membuat satu alur
cerita persahabatan di ujung cerita. “Apa saya sedikit mengganggu?” suara tidak
asing bergerumu di sekitar pendengaran. Siapa yang menyangka olahraga sepeda
hari libur begini akan terusik oleh seseorang. Kenapa juga dia tidak pernah
bosan berdiri di hadapanku? Masalah muncul lagi sepertinya…
“Suasana
pagi cerah memang menyenangkan buat bersepeda” senyum pria kacau.
“Minggir
kalau masih ingin hidup!” berujar sinis.
“Galak
amat” Hagan seakan tak memperdulikan semua itu.
“Lupakan
semua memory kemarin, ngerti” menyerang Hagan.
“Saya
tidak akan pernah menyerah meraih kembali jemari tanganmu” teriakan Hagan
menjadi perhatian orang banyak.
“Kau
tidak mungkin berhasil karena itu masa lalu” membalas ucapannya kemudian segera
menghilang…
Saya
masih waras untuk berjalan menikmati kebahagiaanku sendiri. Masa lalu tidak
dapat menghancurkan hidupku dan tidak akan pernah sekalipun. Memiliki Moza memberi
kebahagiaan tersendiri tanpa harus berputar ke sisi dunia lain. Ternyata tanpa
sadar Hagan mengejar sekaligus mengekor di belakang sepedaku sekarang. “Kau…”
menghentikan mengayuh sepeda.
“Kenapa
kau tidak pernah bisa memberi kesempatan kembali?” Hagan.
“Kau
tidak pernah merasakan bagaimana saya terus bertahan dalam penantian panjang
dan apa yang terjadi selanjutnya? Hanyalah kekecewaan semata” mendorong tubuh
Hagan ke tanah kemudian berlalu meninggalkan dirinya seorang diri.
Tiba-tiba
saja pandangan mataku dibawa Tuhan ke satu jalan besar hanya beberapa meter
dari tempatku berdiri. “Moza…” spontan kedua kaki segera berlari ke jalan
tempat gadis kecil berada bersama anak anjing kesayangannya. Tidak lagi
memperdulikan hal lain hanya berlari dan berlari secepat mungkin. Sebuah mobil
dengan kecepatan besar sedang berjalan ke arah sang gadis kecil. Mendorong
tubuh Moza sangat keras jauh dari jalan tersebut dan hal selanjutnya adalah…
“Mami…”
teriakan keras Moza sedang menggetarkan telinga.
“Mi
buka mata” tangisan histeris Moza terus saja menjalar.
“Jangan
tinggalin Moza sendiri” semua terlihat kabur dan gelap…
Sekali
lagi semua terasa sangat gelap tanpa setitik cahaya. Tuhan, apakah ini pertanda
saya akan berada di dunia lain jauh meninggalkan Moza. Benarkah jalanku
terhenti sekarang? Mata kepalaku sendiri menyaksikan bagaimana beberapa orang
sedang berpakaian medis berupaya menyelamatkan seseorang dalam sebuah ruangan.
Terkejut melihat kalau orang itu diriku sendiri sedang terbaring tanpa sadarkan
diri. Tiba-tiba saja sesuatu mendorongku untuk kembali masuk ke tubuh sendiri.
“Dimana
saya?” tersadar sesuatu.
“Mami
sudah bangun?” Moza berteriak.
“Dimana
saya? Kenapa saya tidak bisa melihat? Kenapa gelap?” terus bertanya.
“Mata
anda masih tertutup perban setelah mengalami luka cukup parah kemarin”
seseorang tiba-tiba datang memeriksa kondisi saya sekarang.
“Siapa
kamu?” bertanya lagi.
“Saya
dokter yang sedang menangani anda sekarang” menjawab pertanyaan…
“Tenang
mi” Moza berbisik lembut sambil mengusap rambut di kepalaku.
“Moza”
segera mengambil tangannya.
“Maafkan
Moza. Mami seperti ini karena Moza” gadis kecil menangis histeris seketika.
“Moza
tidak ada yang lukakan?” takut terjadi sesuatu sambil meraba-raba seluruh wajah
gadis kecil.
“Kenapa
mami terus saja mikirin Moza?” dia makin histeris menangis.
“Moza
dengan siapa?”
“Uncle
Farand” Moza. Hal tidak pernah kuduga kalau pria itu ternyata mempunyai rasa
belas kasih sama seperti manusia normal lainnya.
“Moza
makan” suara Farand…
“Uncle
sudah bisa menyebut nama Moza” rasa tidak percaya sang gadis kecil.
“Kami
pikir kau hanya memanggil setan semata kalau sudah lihat binatang berkeliaran”
tertawa meraba-raba tempat tidur.
“Mami
Moza makan” hal tak terduga Farand dapat berucap seperti ini, terlebih menyuap
makanan masuk ke mulutku sekarang.
“Terima
kasih” berucap terhadap Farand. Pertama kali dia memanggilku dengan sebutan
mami Moza bukan Zana terdengar lucu. Beberapa anggota rumah juga datang berjaga
seharian di rumah sakit. Nata pun terus berada di sampingku walaupun dikatakan
dirinya masih dalam proses pemulihan. Menangis histeris tidak ingin pulang ke
rumah membuat gadis remaja ini mencari segala cara agar tetap bertahan.
“Nata,
ayo pulang!” ibu Malia sedikit menggertak.
“Tidak
mau” Nata segera berlari ke memegang tiang tempat tidur…
Terus
saja menangis sampai seisi rumah sakit mendengar. “Biarkan saja dia tetap
tinggal denganku” segera meraba-raba mencari keberadaan Nata.
“Nata
itu berbeda dengan manusia normal lainnya, bagaimana kalau dia membuat masalah
di rumah sakit?” Ibu Malia sangat khawatir.
“Percaya
padaku” tersenyum hangat membalas ucapan ibu Malia pada akhirnya membuatnya
menyerah mendengat kalimat tersebut. Livia sendiri tidak pernah menyangka atas
apa yang sedang menimpa keadaanku sekarang. Sahabatku yang satu ini juga terus
berjaga sampai saya benar-benar dinyatakan pulih. Hal paling membahagiakan
adalah perban pada sepasang bola mataku akan segera dilepas setelah beberapa
hari mendapat perawatan. Hari yang paling kunantikan tiba juga pada akhirnya. Bisa
melakukan aktifitas seperti biasa lagi dan menatap cerahnya langit biru.
“Coba
buka mata anda perlahan-lahan!” perintah sang dokter.
“Kenapa
semuanya gelap dok?” berusaha mengucek mata beberapa menit kemudian.
“Semuanya
gelap…” Hari ini kisah hidupku benar-benar hancur seketika. Meraba-raba apa
yang saya temukan yang kemudian berakhir dengan teriakan histeris.
“Saya
buta” cerita terkacau sedang bermain pada kisahku.
“Zana
tenangkan dirimu” Livia mencoba mencoba menahan segala pergerakanku.
“Apa
kau tahu bagaimana rasanya?” menangis keras.
“Semua
gelap” berteriak sekali lagi.
“Sangat
gelap” terus saja memberontak…
“Pikirkan
Moza” sebuah tamparan keras mendarat pada wajahku seketika.
“Kau
berani menamparku?” berteriak terhadap Livia.
“Kalau
kau buta berarti hidupmu berakhir? Dimana Nitzana kemarin?” Livia.
“Saya
tidak akan bisa melihat lagi” tubuhku tersungkur ke lantai.
“Kau
bisa menghadapi semua klien dengan masalah cukup parah, bahkan rumahmu sampai
detik sekarang menjadi penampungan mereka dengan diagnose gangguan kejiwaan,
lantas sekarang…?” Livia.
“Tinggalkan
saya sendiri, sekarang!” rasa marah…
“Saya
pikir seorang Nitzana cukup kuat ternyata dugaanku salah” Livia.
“Pergi!”
berteriak memerintah Livia. Kehidupan saya hancur sekarang. Duniaku tidak lagi
bercerita tentang cahaya melainkan kegelapan tiap detiknya. Peristiwa
kecelakaan tersebut menghancurkan kehidupan hingga menyatakan kegelapan untuk
selama-lamanya. Bisakah Nitzana sang psikolog dapat berjalan dalam kegelapan?
Kata depresi benar-benar hidup bahkan memiliki akar kuat membungkus jalan
hidup. Mengurung diri merupakan objek terbaik buatku sekarang dibanding
mendengar penjelasan dokter maupun orang-orang di sekitarku.
Tidak
ingin keluar dari kamar, menangis berlarut-larut, mengunci pintu menjadi kisah
paling miris sedang terjadi. Semua penghuni rumah tidak lagi memperdengarkan
suara kegaduhan setelah peristiwa kemarin. Apa yang harus kulakukan sekarang? Tertawa
dalam kegelapan menciptakan kisah terkacau bagi jalanku pribadi. Saya butuh
waktu menerima rasa paling terpahit tiba-tiba saja mendekam membelenggu jiwa.
“Gelap
Tuhan…” berteriak tanpa sadar dalam tidurku.
“Semua
gara-gara Moza” rasa bersalah gadis kecil di luar pintu kamar. Semenjak
peristiwa tersebut, dia tidak lagi tidur
sekamar denganku. Ibu Malia maupun Livia menjadi teman tidurnya
sekarang.
“Izzy
juga sedih seperti Moza yah?” tangisnya pecah seketika. Tengah malam begini
sepertinya dia terus berjaga depan pintu kamar yang masih terkunci dengan
sangat baik.
“Tuhan,
kembalikan mami seperti dulu” terus saja menangis.
“Kenapa
mobil itu harus menabrak mami dan bukannya Moza?” lagi-lagi rasa suaranya
kembali memenuhi gendang pendengaran.
“Moza”
seperti suara Livia mengejutkan tubuh gadis kecil.
“Semua
karena Moza kan aunty sampai mami buta?” Moza.
“Zana,
apa kau senang sekarang membiarkan anakmu terus merasa bersalah seperti sekarang?
Psikolog rusak…” kesabaran Livia sudah hilang. Tangan dan kakinya sekarang
bermain ingin menghancurkan pintu kamarku. Tidak lagi memperdulikan orang di
sekitarnya terus berusaha menerobos masuk. Dia hanya memiliki cara seperti ini
karena kunci cadangan rumah letak keberadaannya tidak diketahui oleh penghuni
rumah selain saya seorang.
Seseorang
seperti sedang membantu Livia mendobrak pintu kamarku. Seolah saya tidak lagi
memperdulikan apa yang mereka lakukan di luar sana. “Puas membuat semua orang
menderita seperti ini?” Livia menggoncang tubuhku berulang kali setelah pintu
berhasil terbuka.
“Aunty
jangan sakiti mami” Moza berlari masuk mendekap tubuhku seketika.
“Mami
Moza sudah hilang ditelan bumi, ngerti?” Livia menarik Moza.
“Mami
tidak salah” Moza.
“Wanita
depan Moza sekarang bukan mami, tapi mayat hidup” Livia.
“Semua
salah Moza” sang gadis kecil berteriak seketika…
“Puas
membuat anak sekecil Moza harus merasa bersalah selama sisa hidupnya?” Livia.
“Tinggalkan
saya sendiri!” mengusir mereka keluar. Saya butuh waktu untuk berpikir jernih
tetapi tidak sekarang. Tetap mengurung diri merupakan jalan keluar masalahku
sekarang. membayangkan hidup harus berjalan dalam gelap menciptakan ketakutan
terberat tanpa ujung. Tuhan, jujur saya tidak ingin terus menjadi manusia
depresi seperti sekarang. Angkat tiap beban yang sedang berakar jauh melebihi
bayangan semua orang, Tuhan.
Menangis
keras tanpa henti membuatku hilang kendali terhadap hidup sendiri. Tidak lagi
berpikir bagaimana sang gadis kecil terus larut dalam rasa bersalah akibat
peristiwa kecelakaan beberapa waktu lalu. Hal paling mengejutkan adalah mereka
yang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan dalam rumah tidak lagi
memperdengarkan suaranya. Seakan kerja sama yang baik satu sama lain
mengerjakan segala pekerjaan rumah.
“Makan!”
Gadi membawa sepiring bubur di samping tempat tidurku.
“Enak…”
Nata walaupun dikatakan tidak lagi mengenal dirinya, namun berjaga sepanjang
malam memberi kehangatan tanpa sadar setelah pintu kamar berhasil dibuka oleh
mereka.
“Tidak
makan berarti setan” Farand membuatku ingin tertawa lebar…
Semua
anggota rumah terus saja bergantian berjaga di sekitar kamarku tanpa rasa
lelah. Apa yang sedang kulakukan sekarang, Tuhan? Kegaduhan suara tidak lagi
terdengar seakan dapat merasakan apa yang kurasakan, walaupun dikatakan
sebagian dari mereka butuh perawatan lebih…
Sebenarnya
mereka atau saya yang sekarang benar-benar mengalami gangguan psikologis parah
bahkan terdengar menakutkan? Ingin menertawakan diri sendiri membayangkan semua
ini. Mereka terus berjaga di sekitarku berusaha menghilangkan tiap rasa sakit
dengan berbagai cara. Segala jenis kekonyolan membuat saya tersenyum seketika.
Hal terbodoh bagi manusia sepertiku adalah merasa seluruh hidup hancur tanpa
pernah peduli apapun.
“Mami
tersenyum…” Moza tersadar seketika.
Gadis
kecil terus saja dihantui rasa bersalah. Jujur, jauh di dasar hati saya tidak
pernah menyalahkan dirinya dan melempar ribuan pertanyaan tentang peristiwa
kecelakaan kemarin. Seorang Nitzana butuh waktu menerima kenyataan harus
berjalan dalam gelap sampai akhirnya mengurung diri sepanjang waktu. Rasa takut
bergantung terhadap kehidupan orang lain membuat saya tidak bisa berpikir
jernih.
“Tersenyum”
mereka semua serentak berucap secara mengejutkan.
“Ice
cream” Gadi memasukkan sesendok ice cream ke mulutku.
“Setan
hilang…” seperti biasa Farand berkata-kata tidak masuk akal. Teriakan, rasa
marah, mengurung diri, dan banyak hal menyatakan setan terus saja
bergentayangan menurut pemikiran pria tersebut.
“Kakak
Zana akhirnya kembali” suara Loan berkumandang.
“Zana
kembali juga” tidak di sangka Livia berada di tengah mereka hanya tidak memperdengarkan
suaranya dan berusaha menahan diri. Tetap setia tinggal di rumah ini tanpa rasa
jenuh sama sekali.
“Sepertinya
kau harus pulang sekarang” satu nada kalimat mengusir Livia.
Bagian
9…
Di
luar dugaan rekan kerja sekaligus teman tetap bertahan untuk tetap menjadi
penghuni rumah di sini. “Saya betah berada di rumah ini, lagian seluruh
barang-barangku sudah berpindah tempat sekarang” Livia.
“Sejak
kapan kau membuat keputusan sendiri?” sedikit kesal.
“Memang
harus yah meminta izin?” Livia.
“Lebih
dari kata harus” jawaban paling tepat untuk satu pertanyaan menekan…
Satu
hal, mereka semua membuat saya lupa tentang satu istilah pahit yaitu berjalan
dalam gelap. Tuhan sekali lagi memperlihatkan tentang sesuatu bahwa orang-orang
dengan gangguan mentalpun mempunyai rasa sayang cukup besar jauh melebihi
pemikiran. Bisa saja orang di luar sana berkata kalau pikiran mereka sedang
tidak berada pada situasi normal, namun pernyataan tersebut hilang ketika
tangan belajar untuk mendekap penuh kehangatan.
“Terima
kasih buat semuanya” berucap di hadapan mereka.
Akhir
cerita adalah saya belajar memulai satu lembaran baru. Berulang kali terjatuh
ketika melewati jalan maupun sudut ruangan itulah keadaanku sekarang. Kata
gagal selalu saja terjadi setiap kaki berpijak pada satu area karena kegelapan.
Buta bukanlah alasan paling tepat menghancurkan perjalanan hidup sendiri.
Jatuh, terus mencoba, ratusan kali kegagalan, terluka menjadi alasan saya hidup
walaupun semuanya tidak terlihat hanya karena kegelapan.
Mencoba
menghiruk udara segar pagi-pagi buta dengan berjalan sendirian di sekitar
taman. Izzy anjing pintar dan cukup cerdas untuk mengerti perintah sekaligus
berperan sebagai penunjuk jalan. Saya bisa merasakan bagaimana daun-daun itu
beterbangan hebat karena tiupan angin. Duduk di antara rumput hijau
membayangkan perjalanan di tengah suasana gelap paling mencekam.
“Ka’Zana…”
sepertinya saya pernah mendengar suara ini.
“Siapa?”
bertanya dengan kondisi tubuh tanpa gerakan kemana-mana.
“Saya
baru tahu keadaan ka’Zana dari seseorang” dia memeluk tubuhku begitu saja.
“Rae”
menyadari gadis itu.
“Lantas
siapa lagi?” Rae.
“Dimana
kau tahu saya ada di sini?” hampir tak percaya…
“Pokoknya
rahasia” Rae.
“Sekarang
main rahasiaan segala yah?”
“Kakak
nikmati saja matahari terbit” Rae. Siapa yang pernah menduga hari-hari kemarin
saya terus berada di samping gadis tersebut, namun sekarang semua bercerita
lain. Hal mengejutkan lagi dia membawaku ke tempat dimana kami berdua pernah
menghabiskan waktu bersama. Menjemput di rumah serta mengantar pulang kembali
selama seminggu hanya untuk menghibur semata. Minikmati suara alam di sekitar
dermaga menjadi objek paling menyenangkan. Bibir pantai menjadi saksi bagaimana
kami menari dan tertawa di tengah ombak.
“Ka’Zana
tidak akan berhentikan dari pekerjaan kemarin sebagai psikolog?” Rae memulai
awal dialog setelah kami berdua berada di sekitar pinggir danau.
“Entahlah.”
“Ka’Zana
hanya buta tapi dalam banyak hal tetap kuat jauh melebih apapun” Rae.
“Menurutmu
saya kuat?” kesalahan terbesar gadis seperti dia berpikir kacau. Andaikan Rae
menyadari bagaimana saya terus mengurung diri selama beberapa waktu lamanya…
“Temanku
membutuhkan bantuan ka’Zana sebagai psikolog saat ini” Rae tanpa meminta
persetujuanku langsung menghubungi temannya melalui telepon celuler.
“Cari
psikolog lain dan itu bukan saya.” Kenyataan sekarang adalah seorang Nitzana
juga berada dalam keadaan depresi berat yang tidak mungkin bisa melakukan
apapun. Kekacauan lain lagi, dimana dia sendiri tidak mau menerima berbagai
alasan bahkan tetap bersikeras pada keputusannya. Bisakah saya tertawa sinis sekarang
mendengar seorang gadis memaksakan salah satu psikolog kembali menghadapi para
klien.
Sejam
kemudian seseorang menyapa ketika kami sudah berada di bawah sebuah pohon
sejuk. Objek mengerikan selanjutnya adalah Rae meninggalkan saya dan orang itu.
“Kau tahu kalau saya buta?” Ini tidak biasa dibiarkan begitu saja berusaha
mengusir dengan sebuah pertanyaan.
“Kakak
hanya buta secara fisik, bukan buta hati kan?” rasa-rasanya saya ingin tertawa
mendengar jawaban tersebut.
“Lupakan
pertanyaanku. Pergilah!” nada mengusir sekali lagi.
“Jangan
mengusir saya, please” gadis itu seketika berlutut bersama air matanya…
Kegilaan
apa lagi sekarang seakan semua itu belum berakhir. Dia terus saja menangis
tanpa henti seakan masalahnya jauh lebih menyakitkan dibanding berjalan dalam
gelap seperti hidupku. “Berhenti menangis!” menegur dirinya.
“Ceritakan
masalahmu!” sekali lagi berucap. Kenapa juga saya harus dijebak seperti ini
oleh seorang gadis polos bernama Rae.
“Saya
sangat frustasi menghadapi kasus permasalahanku.”
“Tunggu,
siapa namamu? Sejak tadi kau belum memperkenalkan diri” berujar lagi.
“Panggil
saja Laish” terdengar menghibur cara dia memperkenalkan diri.
“Bisa
kau ceritakan masalahmu?”
“Saya
salah satu lulusan kesehatan bersama cerita menyeramkan di dalamnya sampai
membuatku sempat mengalami shock” Laish.
“Maksudmu?”
“Karena
kesulitan mendapat pekerjaan, akhirnya saya magang pada salah satu rumah sakit
melalui jalur bayar dan tidak gratis. Factor sertifikat, pengalaman, baru
lulus, juga umur menjadi alasan sulit mendapat kerja. Asalkan rajin maka saya
bisa direkrut menjadi karyawan rumah sakit kalau lowongan terbuka…” Laish.
“Lantas
letak cerita masalahnya?”
“Saya
berusaha bekerja sebaik mungkin walaupun harus terlihat seperti manusia idiot.
Jujur, karakter introvert dalam hidupku terkadang sulit saya tinggalkan
bagaimanapun caraku untuk mengubah dan harus berperan sebagai orang lain dan
itu bukan diriku” Laish.
Laish
bercerita bagaimana alur kisah hidupnya terdengar kacau. Berawal dari pihak
rumah sakit menuntut pengalaman kerja sampai tuntutan umur akhirnya dia memilih
jalur magang demi mendapat selembar kertas untuk mempermudah. Menurut cerita
beberapa karyawan lain yang dulunya juga berstatus magang kalau pihak RS tetap
membuka lowongan kerja hanya tidak dipublikasikan.
Asalkan
rajin maka dapat direkomendasikan dari masing-masing kepala ruangan. Kejadian
selanjutnya adalah Laish berjuang keras agar dapat disukai, diterima, direkrut
sebagai salah satu karyawan di rumah sakit tersebut. Mulai dari membersihkan
ruangan, mengganti seprei pasien, menyapu, mengepel, sterilisasi OK (Operatie
Kamer), cuci alat-alat, mencatat, membersihkan darah pasien, keluar mengambil
sesuatu karena kepentingan pribadi atau rumah sakit tanpa meminta ganti rugi
uang bensin, bolak-balik mengambil status pasien hingga naik turun tangga,
melakukan apapun perintah mereka, pulang larut, dan segala macam. Tujuannya
hanya satu yaitu dapat diterima bekerja karena begitu sulitnya lowongan
pekerjaan medis terlebih jika tidak punya bantuan orang dalam.
Menerima
apapun perlakuan beberapa orang walaupun dikatakan terlihat seperti manusia
idiot. Sampai akhirnya satu kasus pasien terjadi pada salah satu ruangan, beberapa
orang menyudutkan dirinya. “Saya harus berlari kiri-kanan mencari status pasien
kunjungan kembali sementara jaraknya pun cukup menyita, belum lagi kalau naik
turun tangga, terus dimarahi bagian admisi depan…lengkap sudah semuanya” Laish.
“Kenapa
kau tetap bertahan?”
“Saya
butuh pekerjaan, jadi walaupun harus mendapat perlakuan kacau yang penting
direkomendasikan jadi karyawan tidak menjadi masalah” Laish.
“Terus…”
menyuruh dia melanjutkan nada kalimatnya.
“Sistem
magang di rumah sakit itu system rolling dengan pergantian tempat dalam waktu
yang ditentukan. Singkat cerita, saya berada pada ruang Antenatal care cukup
lama di sana karena mengalami perpanjangan magang untuk mengikuti tes
berikutnya” Laish.
“Apa
yang terjadi selanjutnya?”
“Saya
berusaha melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Suntik KB, mencatat di
beberapa buku laporan untuk pemeriksaan ibu hamil 2x seminggu, membersihkan/
mengepel ruangan di beberapa tempat selain ANC, mengurus bayi, observasi pasien
sekaligus membersihkan darah, memakaikan pembalut pasien, memindahkan pasien ke
ruang nifas, menjadi asisten dokter anak walaupun harus pulang larut malam atau
kena marah setiap hari tetap saya jalani…” Laish.
“Bukannya
ruang ANC hanya melayani pemeriksaan kehamilan?”
“Saya
di beberapa tempat sekaligus untuk beberapa waktu. Berusaha bekerja dengan baik
walaupun ada banyak kekurangan ketika beraktifitas. Capek, lelah, mendapat
marah sudah tidak saya pikirkan hanya demi sebuah pekerjaan. Kepala ruangan ANC
pun sudah tidak melakukan pekerjaan selain duduk nongkrong di ruang bersalin
karena semua pekerjaannya diambil alih. Tangannya baru sibuk 2x dalam sebulan
untuk masalah imunisasi anak, itupun masih dibantu dan tidak luput saya tetap
ikut mencatat atau menangani pasien anak selain menjadi asisten dokter anak”
Laish.
“Kenapa
juga melakukan semua pekerjaan seperti itu?” meledek dirinya.
“Demi
disukai oleh mereka walaupun harus terlihat super idiot tidak menjadi masalah.
Mungkin orang di luar sana tidak pernah tahu bagaimana kehidupan saya
benar-benar bergumul tentang kasus masa depan, tapi itulah keadaan kehidupanku
pribadi terlalu menyedihkan” Laish.
“Tidak
perduli bagaimana beratnya pasien, saya berusaha sekuat mungkin mendorong
dengan postur tubuh kecil. Berusaha menjadi orang lain karena kepribadianku
berbeda. Selalu ditegur karena bekerja tergesah-gesah sementara dalam
menghadapi pasien membutuhkan ketenangan dan itu selalu dipermasalahkan oleh
mereka” Laish.
“Kepribadian?”
“Karena
tidak ingin diejek lambat ketika bekerja juga masalah kepribadian membuat saya
berusaha ingin memperlihatkan yang terbaik, tapi terkesan aneh. Jujur, selama
ini saya juga bertanya-tanya kenapa keperibadianku ketika berhadapan dengan
sesuatu terkadang gugup, ingin melakukan yang terbaik dengan bekerja secepat
mungkin atau terlihat terburu-buru, dan beberapa hal lain? Sampai akhirnya,
saya menonton tentang kisah kehidupan manusia introvert membuat mataku terbuka
kalau ciri-ciri seperti itu memang benar-benar nyata membungkus perjalanan…”
Laish.
“Sifatku
dulu itu introvertnya sangat parah, kenapa? Karena selalu mengantuk bahkan
ingin tidur, sakit kepala, gelisah kalau berada di tempat-tempat ramai. Andaikan
tidak ada hal penting di luar sana tentu saya akan betah berminggu-minggu tanpa
keluar sampai tetangga ada yang bilang bertelur di rumahnya. Mulutku tidak akan
berkata-kata apapun terhadap ayah kalau tidak ada hal penting. Ayahku saja
selalu mengeluh kalau dirinya merasa hanya berbicara ma tembok bukan anaknya. Saya
benar-benar berjuang penuh pergumulan luar biasa untuk keluar dari karakter
semacam ini” Laish kembali bercerita…
“Jadi?”
“Terkadang
banyak orang salah paham dan memberi cap aneh. Saya berusaha memperbaiki diri
walaupun selalu gagal untuk banyak objek” Laish.
“Lantas
kesalahan terbesar lain yang kau perbuat di rumah sakit itu?”
“Seiring
berjalannya waktu, tiba-tiba saja satu kejadian tidak terduga terjadi sampai
namaku terseret di dalam” Laish.
“Masalah
apa memang?”
“Pasien
suntik KB dengan diagnose abses sampai suami sang ibu mengamuk keras di rumah
sakit. Walaupun bukan saya si’penyuntik pasien, tapi namaku tetap terlibat.
Sebenarnya saat itu jadwal imunisasi anak dan saya berada di beberapa tempat.
Di satu sisi harus bolak-balik mencari beberapa status pasien anak bahkan
sampai naik turun tangga, pemeriksaan tanda-tanda vital pasien anak sebelum
dokter datang, membantu mencatat data laporan ataupun menimbang balita
imunisasi, sedangkan setelah dokter tiba harus terus berada di ruang poli…”
Laish.
“Lantas?”
“Kebetulan
bulan itu terdapat beberapa mahasiswa praktek, jadi terjadilah satu peristiwa
di luar dugaan setelah itu. Saya terlalu sibuk jadi tidak mengingat apakah
mendampingi mahasiswa atau tidak kemarin. Singkat cerita seminggu kemudian
terjadi peradangan dan beberapa karyawan berkata kesalahan lokasi menyuntik
agak di atas sampai namaku terseret…” Laish.
“Akhir
cerita kau langsung dipecat?”
“Saya
tidak mau menyalahkan si’penyuntik terlebih menyudutkan. Kenapa? Karena banyak kasus
kejadian di luar sana selalu terjadi abses setelah suntik KB bahkan dilakukan
oleh tenaga medis berpengalaman. Kejadian sama juga pernah terjadi di RS situ
dan ada beberapa pasien curhat tetangganya abses karena suntik KB oleh bidan
sekitar rumah mereka, belum lagi kasus di puskesmas di luar berita-berita yang
sudah viral di dunia maya melalui beberapa artikel” Laish.
“Jadi?”
“Kasus
ini sangat mengganjal, hanya saja pihak medis tidak berani melapor karena
secara otomatis judge mall praktek tentu tidak akan luput. Masa depan antara
saya dan mahasiswa itu sedang dipertaruhkan disini. Menyalahkan dia juga tidak
akan menyelesaikan masalah karena sama-sama salah atau memang benar-benar ada
sesuatu keanehan dibalik suntik KB. Secara logika, kenapa kasus sama selalu
terjadi di banyak tempat di luar pemberitaan media hanya pemerintah belum
mengambil respon selanjutnya” Laish.
“Lantas
kalau masalah lokasi penyuntikan dipersalahkan, bagaimana dengan mereka yang
melakukan prosedur kecantikan bagian bokong bersama area-area lain pada bagian
tubuh?” Laish melanjutkan lagi…
“Maksudmu?”
“Pihak
rumah sakit menyatakan kesalahan lokasi penyuntikan agak di atas, sedangkan
para dokter bedah plastic memainkan spoit cukup besar sekitar bokong pasien
sampai terkadang mengenai tulang pada prosedur kecantikan tetapi tidak terjadi
sesuatu apapun. Terlalu disayangkan lagi adalah kepala ruangan di sana langsung
menyudutkan bahkan menjelek-jelekkan namaku di atas tanpa mengingat bagaimana
pengorbanan yang sudah saya lakukan selama ini…”
“Keterlaluan
juga yah kalau dipikir-pikir” …
“Kepala
ruangan itu mungkin tidak pernah rasakan pergumulan berat jadi seenaknya
bericara terhadap pihak rumah sakit. Selama ini saya tidak mempermasalahkan
bagaimana berjalan seperti orang idiot atau dimarahi dokter depan banyak orang
yang penting bisa diterima kerja…” Laish.
“Berarti
kau juga biasa dimarahi dokter?”
“Sering
malah. Pernah satu kasus kejadian, pasien anak terjadi kejang beberapa kali
bahkan sempat terulang di atas mobil menuju rumah sakit. Singkat cerita saat
itu kebetulan dokter sedang sembayang dalam ruangannya, sedangkan nenek dari
si’anak berteriak UGD beberapa kali dan akhirnya saya langsung membuat
keputusan tanpa persetujuan…” Laish.
“Keputusan
tentang?”
“Membawa
sang anak langsung masuk UGD tanpa harus melalui poli seperti biasa. Penanganan
segera dilakukan oleh dokter jaga setelah saya oservasi suhu mencapai 40°C,
tetapi di pihak lain saya langsung mendapat teguran keras depan umum. Dokter
anak tidak bisa menerima keputusan mendadak seperti itu dan bagaimanapun harus
melalui poli anak terlebih dahulu” Laish.
“Sang
dokter mengamuk depan keluarga pasien?”
“Seperti
itulah kejadiannya. Ibu pasien meminta maaf setelah dokter keluar dari UGD,
tapi saya hanya berkata kalau itu pembelajaran buatku pribadi karena memang
belum tahu apa-apa mengenai aturan rumah sakit. Jujur, sebenarnya ketika amarah
dokter sedang berlangsung pada saat itu seakan sesuatu berteriak di dasar
hati…” Laish.
“Tentang?”
“Tidak
jadi masalah kau marahi seperti itu yang terpenting si’anak bisa langsung
tertangani karena kasus seperti ini memang harus langsung ke UGD tanpa perlu
menunggu dan itu juga membuat saya tidak menyesal atas keputusan tersebut
walaupun sang dokter katanya mengamuk di grup rumah sakit malam hari” Laish.
“Kepribadian
doktermu mungkin sedikit bermasalah” langsung menjudge…
“Kalau
boleh jujur, saya memang tidak terlalu menyukai kepribadian beberapa dokter di
sana terlebih dokter anak karena beberapa kasus pasien sulit untuk
dijelaskan termasuk menjatuhkan rekannya
karena alasan tidak masuk akal…” Laish.
“Contohnya?”
“Salah
seorang pasien dengan diagnose plasenta previa atau tertanamnya plasenta pada
segmen jalan lahir walaupun belum masuk kategori totalis hanya bagian sekitar
pinggiran. Singkat cerita, terjadi pendarahan semalaman, sedang dokter obgyn
yang menangani pasien tersebut ingin kelahiran normal dan para bidan mulai
jantungan karena kondisi yang sudah terlihat shock. Salah sedikit nyawa bermain
di sini dan tentu akar permasalahan terarah kemana?” Laish.
“Apa
pasien ini tidak bisa ditangani oleh dokter lain?” bertanya kembali…
“Permasalahannya
adalah dokter lain tidak berani mengambil alih karena itu melanggar kode etik
dan andaikan terjadi sesuatu hal tidak diinginkan secara otomatis kesalahan
dijatuhkan terhadap…” Laish.
“Jadi
bagaimana dengan pasien tadi?”
“Secara
logika entah apa yang akan terjadi, tapi Tuhan masih memberi pertolongan hingga
pasien masih bisa bertahan, pada hal dokter obgyn tersebut datang ke RS untuk
secsio kalau tidak salah jam siang dan bukan pagi, itupun karena di terror
terus-menerus oleh kepala ruangan kamar bersalin. Walaupun status magang nama
saya juga pasti tetap terseret andaikan terjadi sesuatu. Sadis…” Laish.
“Hanya
karena benar-benar butuh pekerjaan jadi kau harus bertahan dan berpura-pura
tidak tahu menahu apapun di dalam?” sedikit memancing.
“Kejadian
lain yaitu pihak rumah sakit menambah seorang dokter lagi untuk jadwal jaga
sore bagian poli anak, tetapi karena factor takut bersaing dan iri hati jadinya
dokter anak yang tadi terus saja sengaja membuat masalah bahkan menekan
sedemikian rupa. Akhir cerita adalah dokter anak yang baru masuk mengalah juga
memilih berhenti dari pada harus hidup dibawah tekanan hanya karena perebutan
masalah jumlah pasien…” Laish.
“Terus…?”
“Untuk
masalah kesuksesan, uang, karir, keberhasilan anak, cucu semua sudah dimiliki
bahkan usianya itu masuk kepala enam tapi dia selalu saja serakah terhadap apa
yang ada di depannya. Seakan dia tidak pernah mensyukuri apapun pemberian
Tuhan. Di depan mata kepalaku sendiri dokter anak itu tidak ingin melepas label
harga pakaian mahal untuk diberikan kepada dua karyawan rumah sakit dengan
kehidupan cukup sulit” Laish…
“Cerita
lain lagi dong”
“Dia
berkata tidak usah lepas harganya, setidaknya ingin mendapat pujian hebat
banyak orang. Terkadang juga dokter anak itu mengeluh masalah gaji pembantu
rumah tangganya sebentar lagi, pada hal uangnya sangat banyak bahkan salah satu
anaknya kerja di luar negeri. Kenyataannya memang dokter rajin memberi, tetapi
tidak pernah tulus sama saja bohong. Ucapannya juga biasa terlalu memandang
enteng orang di sekitarnya” Laish.
“Cukup
kacau juga”
“Hal
lebih menyedihkan pada saat saya diberatkan oleh kasus pasien suntik, ayahku
sakit di rumah dan saya pun drop seketika. Di satu sisi merawat ayah, di sisi
lain merawat diri sendiri karena sakit juga bahkan saya sampai shock pada saat
itu hingga tidak masuk beberapa hari. Semua masalah datang menyerang secara bersamaan”
Laish.
“Setelah
agak baikan sedikit, saya memaksakan diri ke rumah sakit dan berharap masih
diberi kesempatan tapi ternyata pandangan mata mereka dingin. Akhirnya, saya
mengambil keputusan hari itu juga ingin berhenti. Singkat cerita adalah menunggu
dokter anak datang untuk pamit, tapi belum juga bicara langsung mendapat respon
penolakan dan diberhentikan sebagai asisten…” Laish.
“Memangnya
kau tidak hubungi dokter kenapa tidak masuk?”
“Salah
satu karyawan bilang tidak usah masuk dulu biar dia saja yang sampaikan akhir
cerita kasusnya semakin jelek terlebih kepala ruangan ANC yang harus turun
tangan jadi asisten dokter anak dan kemungkinan pemberitaan jelek makin meraja
lelah disitu. Saya salah satu pemasukan terbesar rumah sakit, kenapa kau
perlakukan saya seperti itu? pernyataan sang dokter di hadapanku hari terakhir
di RS” Laish.
“Terlalu
kacau dan sombongnya minta ampun” ingin tertawa mendengar…
“Tetap
mencium tangannya sebelum meninggalkan ruangan itulah yang kulakukan. Mengurus
ayah sampai infus sendiri di rumah, masalah pasien, di serang habis-habisan
dalam keadaan kondisi saya lemas total karena sakit juga, tertekan, dan masih
banyak lagi membuat shock bahkan menangis sendiri dalam kamar” Laish.
“Saat
itu saya pun harus bolak balik rumah sakit untuk pemeriksaan darah karena
dirujuk. Pikiranku benar-benar berkecamuk karena semua masalah juga ketakutan
jangan-jangan saya positif hepatitis penyakit menular dan akan membuat semakin
banyak penolakan kerja di semua tempat” Laish.
“Berarti
kau…” kalimatku terpotong.
“Saya
terkontaminasi dengan darah pasien HBsAg hari kedua minggu pertama magang di
rumah sakit. Dalam keadaan memperbaiki selang infus pasien berujung musibah.
Saya pikir ruangan penuh, jadi untuk sementara harus dirawat sekitar ruang
isolasi karena malam itu pasien banyak sedangkan yang jaga hanya berdua. Darah
dari infus muncrat keluar penuh di tangan. Saya hanya berkata terima kasih
Tuhan dan berusaha menutupi kejadian sebenarnya” Laish.
“Hasil
pemeriksaan kemarin menyatakan?”
“Tuhan
membuat mujizat karena hasilnya negative diluar akal logika pada hal jenis
kulit saya tipis jadi terkadang mudah terluka atau sensitive dengan beberapa
sabun sampai membuatku betul-betul takut melihat hasil pemeriksaan tersebut.
Setiap hari kerjaku hanya menampung air seni untuk mengecek jernih atau
tidaknya setelah kejadian terkontaminasi kemarin sampai terjadi peristiwa
pasien abses hingga saya sakit cukup lama” Laish.
“Betul-betul
mujizat kalau dipikir-pikir virus hepatitis penularannya jauh lebih cepat
dibanding HIV” membayangkan sesuatu hal…
“Saya
selalu berdoa agar Tuhan lindungi dalam bekerja hingga kejadian tersebut tidak
terulang kembali. Pernah kejadian lain lagi dimana seorang pasien HIV sengaja
menghembuskan napasnya di hadapan saya berulang kali, tapi diagnose belum di
dapat. Saya tahu itu kesengajaan, mungkin dia berpikir setidaknya bisa tertular
ke orang lain. Setelah dilakukan pengecekan pada salah satu RS sebelumnya
karena menolak pemeriksaan darah, semua menjauh bahkan anggota keluarganya ketakutan…”
Laish.
“Lantas
bagaimana lanjutan reaksimu?”
“Sebagai
salah satu tenaga medis harus siap berhadapan dengan hal-hal semacam ini dan
tetap bisa menempatkan diri. Saya masih sempat menegur salah satu anggota
keluarganya karena merasa takut mengantar sang ibu ke toilet…” Laish.
“Apa
yang kau katakan?”
“Bagaimanapun
dia anggota keluarga, jadi jangan melakukan hal semacam ini berpikir seolah
ingin menjauh maksud ucapanku terhadap anggota keluarganya, sampai akhirnya
ditemani juga ke toilet. Singkat cerita pasien di rujuk ke RS lain…” Laish.
“Pengalaman
kocak sekaligus kacau” sedikit tertawa membayangkan andaikan saya berada di
sana…
“Kesalahan
saya saat itu hanya berdoa minta perlindungan biar tidak terjadi penularan
penyakit dari pasien, tapi tidak berpikir untuk dampak penanganan terhadap
pasien dapat berakibat fatal seperti kasus abses pasien suntik KB walaupun
tanganku bukan pelaku si’penyuntik” Laish.
“Kau
akan mendapat pekerjaan jauh lebih baik dibanding ini, mungkin hari kemarin
membuatmu terluka tapi semua itu tidak akan berlangsung lama.” Entah mengapa
tiba-tiba saja mulutku berkata-kata bijak seperti ini sedang saya sendiri
berada dalam situasi sulit. Haruskah saya menertawakan diri sendiri? Manusia
buta harus menjadi pendengar setia bahkan menciptakan kata-kata bijak.
“Saya
berdoa bagi kepala ruangan rumah sakit tersebut semoga tidak mengalami
pergumulan hidup mencari pekerjaan seperti jalanku sampai seperti nangis darah terlebih
menanggung beban berat bahkan mengalami shock” Laish.
“Tiap
orang mempunyai pergumulan hidup berbeda-beda. Saya sebagai psikolog harus
berjalan dalam gelap karena buta, jauh berbeda akan situasi yang sedang kau
jalani sekarang. Satu hal, tetaplah menunjukkan senyum terbaikmu…”
“Benar-benar
nangis darah kalau ingin mencari kerja, itu pun ditolak habis-habisan kiri
kanan. Sadis kehidupan” Laish.
“Sebenarnya
sih, saya hanya sementara walaupun dengan gaji kecil di sana andaikan diterima
bekerja karena ada jalan lain yang ingin kukejar kelak” Laish.
“Maksudmu?”
“Selama
ini saya berusaha mengejar jalan A, hanya saja seakan tidak memperlihatkan
hasil walaupun beberapa pihak/kelompok/tokoh tertentu memberikan kode buatku
pribadi. Entahlah, terkadang kata lelah, kecut hati, bahkan putus pengharapan
muncul seketika …” Laish.
“Diam-diam
saya sudah berusaha melalui beberapa cara, tapi kisahku kembali seperti manusia
idiot. Tetap saja hidupku terlalu menyedihkan sekaligus mengerikan karena tidak
ada hasil. Andaikan saya menyerah lantas bagaimana banyak hal yang telah
dilalui? Jujur, pergumulan terberatku adalalah ingin keluar dan berjalan di
suatu area jauh dari Negara yang saya tempati sekarang. Jujur, hatiku
benar-benar ingin Tuhan mendengar sekaligus mengabulkan isi doa sekaligus
pergumulan hidupku” Laish kembali menjabarkan sesuatu.
“Jangan
pernah hilang pengharapan apapun pergumulan hidup di depanmu sekarang.” Sekali
lagi ingin menertawakan diri sendiri membuat pernyataan bijak seperti itu,
sementara pengalaman kemarin benar-benar mengguncang hidupku pribadi. Saya pun
harus kuat memulai lembaran baru sekalipun tidak dapat lagi melihat bagaimana
langit biru sedang bermain di atas sana. Seakan satu kekuatan membuat jalanku
lebih percaya diri untuk kembali menjadi seorang psikolog walaupun kegelapan
sedang tertawa hebat menyaksikan sisi hidupku sekarang. Laish bersama ceritanya
seakan mengajar loh hati agar tetap berperan sebagai pendengar setia banyak
orang di luar sana. Belajar membangkitkan satu kekuatan walaupun dikatakan
kehidupan sendiri benar-benar lemah.
Bagian
10…
Saya
ingin kembali menjalani pekerjaan sebagai seorang psikolog. Tidak berarti semua
terlihat gelap sampai kehidupan sendiri tidak dapat bangkit dari istilah
keterpurukan. Buta bukan satu alasan kaki harus berhenti, jalan hidupku masih
panjang. Belajar melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Memakai tongkat
ketika berjalan bukan masalah besar melainkan hanya sebagai kekuatan hari esok.
Butuh waktu keras menguasai segala jenis ruang klinik tempat saya bekerja.
Hari
pertama bekerja setelah peristiwa kecelakaan tersebut disuguhi oleh salah satu
klien tanpa basa-basi bercerita akan satu kisahnya. “Saya seorang dengan
penyimpangan seks alias berada dalam kumpulan komunitas LGBTQ” berkata-kata
langsung pada inti. Dia belum memperkenalkan namanya sama sekali, bahkan
dirinya tidak menyadari jika psikolog yang sedang berhadapan dengannya ternyata
buta. Seorang Nitzana berjuang keras agar tetap terlihat seperti manusia
normal.
“Kalau
boleh tahu namamu siapa?”
“Nama
saya Ozella, panggil saja Ozel” jawaban seorang gadis dan jika mendengar
suaranya dapat disimpulkan usianya masih terbilang dua puluhan ke atas.
Ada
banyak kasus penyimpangan seks di sekitar lapisan masyarakat bahkan secara
terang-terangan tanpa rasa malu memperlihatkan pada seluruh dunia. Apa yang
salah bagi kehidupan seperti mereka? Tidak dapat disangkal bagaimana komunitas
LGBTQ memperjuangkan hak mereka agar mendapat pengakuan oleh dunia
internasional. Bendera pelangi terus saja dikibarkan serta sedang dalam tahap
gencar mempromosikan kebahagiaan anggota mereka.
Garis
warna itu terus saja bermain, berkumandang, membuat satu cerita memenuhi dunia
media social terlebih khusus. Sekarang di hadapan saya berdiri salah satu dari
mereka mengungkapkan kisah hidupnya sebagai manusia lesbian. “Saya mencintai
seorang gadis” Ozella kembali berkata-kata.
“Apa
kau benar-benar memahami makna defenisi mencintai seseorang?”
“Dia
cantik, baik, memahami bagaimana situasi hidup, memberi support terbaik ketika
saya ingin berjalan kemanapun. Mungkin saya tidak terlalu memahami defenisi
mencintai, namun kehidupannya benar-benar dapat memberi kehangatan buatku dan
tidak bercerita dari lawan jenisku…” Ozella.
“Apa
salah kalau saya benar-benar mencintai sesama jenisku? Manusia lesbian seperti
saya juga butuh kebahagiaan seperti orang normal lainnya” Ozella kembali
mengungkapkan perasaannya.
“Apa
kalian sudah melakukan hubungan lebih dari manusia normal?”
“Kami
berdua sering menghabiskan malam panas di atas ranjang” Ozella. Jawaban gadis
ini benar-benar terdengar menjijikkan bahkan berada pada level paling parah.
Bagaimana bisa terjadi hubungan seks hanya dengan jenis kelamin yang sama?
“Pertanyaan
saya sekarang, kalau kau memang bahagia lantas kenapa harus berada di hadapan saya
untuk berbagi cerita?”
“Entahlah…”
Ozella.
“Berarti
kau merasa ragu?” merasa ragu…
“Kebahagiaan
terbesarku berada pada dirinya bukan orang lain” penekanan Ozella.
“Kalau
boleh tahu, tanggapan orang tuamu bagaimana?”
“Buat
apa memperdulikan tanggapan mereka…” Ozella.
“Maksud
ucapanmu?”
“Ayah
berlari ke pelukan wanita lain ketika saya baru belajar berjalan. Sampai detik
sekarang saya tidak pernah tahu bentuk wajah ayah…” Ozella.
“Bagaimana
kau bisa menjalani hidupmu selama ini?”
“Saya
dibesarkan paman dengan banyak hal terburuk terus saja menimpa. Singkat cerita
dia datang dalam hidup membuat saya bisa lupa tentang perlakuan kejam mereka
semua” Ozella.
“Kau
yakin perasaanmu terhadapnya?” selalu saja melempar pertanyaan…
“Saya
benar-benar yakin” Ozella. Rasa trauma masa lalu menghancurkan sisi hidupnya
tentang kekuatan cinta sebenarnya antara pria dan wanita. Masalah terbesar kaum
LGBTQ adalah kehilangan cinta kasih dikarenakan factor orang terdekat selalu
saja membuat mereka terluka.
“Dinding
sebelah kanan di sana terdapat sebuah pintu…” menunjuk satu pintu.
“Maksud
anda?” Ozella.
“Saya
ingin kau berdiam diri dengan mata terpejam dalam ruang tersebut.”
“Memang
harus yah?” Ozella.
“Minimal
kau mencoba” penekanan menjawab pertanyaan darinya.
Saya
belajar berjalan membawa Ozella seperti orang normal seolah kedua bola mataku
bisa melihat di depan. Menyuruh dia duduk pada sebuah kursi dengan mata
terpejam tanpa cahaya lampu. “Bayangkan kau berada dalam lingkaran gelap”
berucap terhadapnya.
“Gelap”
Ozella tanpa sadar…
“Bayangkan
satu titik cahaya berjuang keras mencari celah agar bisa masuk dalam lingkaran
tersebut.” Mencoba membuka pintu hatinya tentang setitik cahaya yang sedang
berjuang keras ingin menjadi sahabat terbaik buatnya.
“Cahaya
itu mungkin tidak memberi nilai sama sekali, tetapi dapat memberimu satu
sentuhan kehangatan hingga kau lupa bagaimana terlukanya hatimu dari waktu ke
waktu” kembali melanjutkan satu pernyataan terhadap gadis di hadapanku
Kehidupan kaum LGBTQ membenarkan diri tentang
kebahagiaan mereka, namun jauh di dasar hati ada sesuatu hal paling sulit
diungkapkan walaupun dikatakan sebagian besar memberanikan diri melangsungkan
pernikahan. Dapat dikatakan hampir secara keseluruhan komunitas semacam ini
mempunyai masa lalu kelam. Sulit mengartikan kasih sayang seorang ibu terlebih
ayah karena kehidupan broken home terus mempermainkan seperti barang mainan. Jauh
di dasar hati mereka pasti menyadari kalau jalan LGBTQ adalah kesalahan dan
dosa terbesar, hanya saja karena tidak ingin mendapat sindiran/ penghinaan/
terkucillkan/ diskriminasi sehingga berjuang keras mendapat pengakuan dunia.
Ozella
bukan satu-satunya gadis yang sedang berada dalam barisan kategori lesbian. Di
luar sana ada banyak orang mengalami perjalanan hidup seperti dirinya. Apa yang
salah? Seorang ayah tidak pernah benar-benar menjadi figure terbaik bagi
kehidupan anak-anaknya. Bagi ingatan anaknya hanya mengungkapkan kekejian,
luka, kekecewaan, dendam, dan masih banyak lagi sehingga ketika beranjak dewasa
rasa takut terus saja mencekam saat berhadapan dengan lawan jenisnya sendiri.
Salah
satu kisah seorang gadis cantik, model, mempunyai jenjang karir cukup
mengagumkan, rambut indah, pendidikan tetapi menyatakan diri sebagai kaum
lesbian. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup gadis
cantik tersebut. Photo sang ayah tidak pernah Nampak memenuhi beranda akun
pribadi miliknya, sedangkan ibunya sendiri seperti mengalami satu situasi
kekecewaan sehingga menganggap perilaku anaknya tetap lurus. Rasa bangga sang
ibu melalui tulisan memang dinyatakan, hanya saja itulah kesalahan terbesar
yang dilakukan sebagai pembentuk kepribadian gadis semata wayangnya.
Saya
bisa menyimpulkan kalau gadis itu tidak pernah mengerti defenisi kasih sayang
seorang ayah berada pada jalur seperti apa. Di tempat lain terdapat beberapa
pria dengan postur tubuh sempurna, roti sobek, berpendidikan, mapan, tampan,
kaya, seorang dokter spesialis tetapi melangsungkan pernikahan dengan sesama
jenis. Sekali lagi kenyataan bercerita tentang kisah lain sedang bersembunyi
hebat di belakang. Minimal hidupku jauh lebih baik walaupun dikatakan jauh dari
kata bahagia. Ada banyak kisah tentang kehilangan sosok ayah terbaik menjadi
penyebab utama terjadinya penyimpangan.
Pelecehan
seksual, pemerkosaan masa kecil, kekerasan pun tidak luput dari semua hal yang
sedang berkaitan erat dengan kehidupan LGBTQ. Jujur, kepribadian papaku juga
mengalami satu masalah cukup parah sampai kami anak-anaknya kesulitan ketika berdialog.
Saya tidak bisa menyalahkan atau membenci papa apapun bentuknya, kenapa? Karena
masa lalu tanpa figur sang ayah sejak kecil menghancurkan kehidupannya pribadi.
Papa hidup di kota orang setelah kakekku meninggal dan usianya masih terbilang
kecil. Diperlakukan tidak adil bahkan hanya dimanfaatkan seperti orang bodoh
menjadikan kepribadiannya jauh dari kata terbentuk. Sekolah papa tidak sampai
tamatan sekolah dasar seperti yang lain. Hidup di jalan karena tidak tahan
terhadap penderitaan itulah kisahnya.
Beruntung
mama terus ada di samping untuk mengajar kami bagaimana cara berjalan. Rasa
luka pun terkadang menjerit, tetapi saya terlalu bodoh andaikan tidak memahami
bagaimana papa menjalani kehidupan sulit. Papa sulit mengungkapkan beberapa
keadaan untuk membentuk anak-anaknya karena permasalahan pendidikan dan masa
lalu suram. Kasih sayang ayah memang benar-benar berharga jauh melebihi berlian
bagi kehidupan seorang anak.
Dalam
doa selalu terselip nama papaku, bukan tentang kebencian terhadapnya melainkan
bagaimana saya belajar bijak melihat sudut pandang lain. Saya harus mengerti
tentang satu keadaan terpahit yang pernah dilalui olehnya. Papaku memang tidak
sempurna baik dari segi pendidikan, fisik, cara mengungkapkan sesuatu untuk
mengajar tetapi saya tetap bangga menjadi anaknya. Dapat dikatakan tidak semua
anak bisa berpikir jernih seperti kami dan inilah yang menjadi problem terbesar
sehingga sebagian besar dari mereka berada pada jalur LGBTQ.
Saya
masih mempunyai mama dengan kekuatan luar biasa mengajarkan sesuatu, namun di
luar sana ada banyak anak kemungkinan tidak seperti kehidupanku. Sang ibu
mempunyai akar permasalahan lain bahkan tidak perduli bagaimana anaknya sangat
membutuhkan belaian kasih sayang. Bisa dikatakan jika hidupku mendapat kasih
sayang cukup sekalipun terkadang sayapun merasa hidup dalam keadaan tertekan
dari mama saat-saat tertentu.
Dunia
LGBTQ tentu tidak akan pernah lepas dari kisah miris seperti kehidupan papa
yaitu kehilangan kehangatan keluarga. Beberapa saat saya berpikir kalau
meluapkan amarah demi menentang kehidupan mereka dapat memperlihatkan satu
hasil terbaik. Kesimpulan, tidak semudah yang saya bayangkan. Kekuatan mereka
benar-benar kuat dan hampir seluruh pemimpin dunia mengakui kehidupan LGBTQ
adalah sesuatu yang normal. Perjuangan untuk mendapat pengakuan di luar dugaan.
Bendera pelangi sedang berkibar di tiap Negara sekarang ini.
Diam
membisu menyaksikan kisah perjuangan mereka terkesan aneh. Menerima kenyataan
sekaligus mengakui dunia LGBTQ menyatakan diri pada satu jurang dan jauh lebih
menciptakan dosa. Mereka hanya butuh perhatian karena ada begitu banyak luka
terjadi pada kisah di masa lalu. Menjadi seorang sahabat pun membutuhkan proses
panjang bagi komunitas LGBTQ. Membawa keluar kemudian memperlihatkan sebuah pelita
kecil menjadi dilema tersendiri karena penolakan demi penolakan terus dimainkan
oleh mereka.
Meluapkan
emosional pun bukan jalan keluar terbaik bagi dunia mereka. Kekuatan doa
mempunyai pengaruh besar untuk berhadapan dengan komunitas LGBTQ. Kenyataannya
adalah memang butuh satu talenta tertentu, siap menerima ribuan penolakan, pengorbanan
besar, serta proses luar biasa hanya demi menyatakan satu cahaya pelita di
hadapan mereka. Saya tidak akan menjadi hakim bagi komunitas semacam ini karena
hidupku juga mempunyai cerita lain. Kakiku sedang belajar agar tidak lagi meluapkan
emosional berlebihan, tetapi tetap menganggap pemimpin dunia melakukan
kesalahan terbesar bagi komunitas LGBTQ karena pola pikir mereka.
Selama
beberapa saat saya menganggap biasa tiap kesaksian hidup, pengajaran, cerita
film dengan alur jalan tentang dunia seorang ayah. Seiring berjalannya waktu
mataku benar-benar terbuka betapa pentingnya peranan ayah bagi kehidupan sang
anak. Berpikir cara papa merespon akan banyak hal di depannya membuatku sadar
tentang satu defenisi. Kekuatan pondasi terhebat anak adalah ketika ayahnya
tetap berlari kuat membawa pada satu garis kehangatan dan bisa membuat mereka
mengerti defenisi tentang cinta. Salah seorang penulis memberanikan diri
mengungkapkan bagaimana sang ayah harus belajar berlari seberapa hebat pun
situasi kondisi anak-anaknya. Penulis tersebut menyatakan defenisi kemenangan
sang ayah melalui satu alur cerita.
Tulisannya
terkesan berceramah dari awal pembahasan sampai akhir cerita. Dia bukan penulis
terkenal, tapi menulis menjadi kebahagiaan tersendiri buatnya pribadi. Objek
seperti ini membuat dirinya menyadari kehangatan dan dekapan sang ayah memang
mempunyai kisah paling menarik sekaligus unik untuk mewarnai kehidupan seorang
anak. Tidak ada ayah gagal di dunia ini selama dirinya mencoba berperan dengan
cara berbeda diantara para ayah ketika tangannya berjuang menggenggam hangat
anaknya pada satu alur cerita.
“Sekali
lagi Tuhan memperlihatkan kehidupan di suatu tempat jauh lebih menyedihkan
dibanding kisahku sendiri” ingin tertawa sinis ketika hati menyadari sesuatu…
“Mami”
entah bagaimana cerita Moza berada dalam ruang kerja milikku setelah kepergian
klien tersebut.
“Kenapa
Moza bisa berada disini?” hampir tak percaya…
“Uncle
Farand mengantar Moza kemari” jawaban gadis kecil. Menjadi pertanyaan,
bagaimana bisa Farand dapat menyadari jalanan ke klinik? Semua ini terdengar
membingungkan secara akal logika.
“Ada
setan di sana” Farand berteriak bersama segala kekonyolan tingkahnya.
“Dimana
Aunty Livia?” Moza.
“Moza
sudah pulang sekolah?” suara Livia mengejutkan seketika…
“Aunty”
sepertinya Moza berlari ke pelukan Livia, sementara Farand sendiri sibuk
menepuk dinding di sekitarnya karena berpikir cicak yang sedang merayap adalah
setan terjahat.
“Aunty,
apa mami Moza sudah makan?” Moza.
“Moza
bawah makan siang buat mami” Moza. Rasa bersalah terus saja menggerogoti tubuh
Moza setelah peristiwa kecelakaan
kemarin. Akal logika berpikir jika saya sedang berjalan dalam gelap, tetapi
pada kenyataannya gadis kecilku selalu berusaha menjadi pelita.
“Moza
akan jadi tongkat terbaik mami” suara polos gadis kecil menghentikan tepukan
Farand pada dinding-dinding ruang.
“Anak
mami seperti orang dewasa saja” tersenyum mendengar pernyataan Moza. Seperti
inilah kisahku bersama anak semata wayang bersama segala tingkah kekonyolannya.
Hal lebih mengejutkan lagi adalah Farand selalu berjaga di sampingnya walaupun
dikatakan kondisi mental pria tersebut masih belum pulih secara total. Entah
bagaimana cara seorang Farand dapat menghafal beberapa tempat. Terkadang saya
merasa jika dirinya seperti orang normal lain…
Bagian
11…
Nadav Frodine…
Pengusaha
cukup disegani bersama segala kesempurnaan dalam diri. Bagaimana? terkesan
sekaligus terdengar arrogant? Itulah diriku dan semua itu memang nyata ada
dalam jalan hidupku pribadi. Tampan, kaya, sukses, tubuh sempurna seperti
model, jenius, pewaris tunggal, seorang ceo, terkenal menjadi ciri khas pria
bernama Nadav Frodine. Pihak media tidak pernah absen meliput tentang kisah
perjalanan sang ceo tersukses…
“Saya
tidak menyukai caramu menuturkan konsep di depan” menyerang langsung ke bagian
paling menusuk pada salah satu karyawan kepercayaan.
“Maaf
pak” dia menundukkan kepala seperti manusia pengemis.
“Saya
tidak segan-segan bisa memecat siapapun dia…” pernyataan tegas tetapi terdengar
menyeramkan.
Menjalani
hidup sebagai salah satu pimpinan perusahaan raksasa membuat saya merasa bangga
terhadap apa yang sedang berada di tangan sekarang. Tentu sikap arrogant
seperti kebanyakan orang melekat kuat tanpa kendali. Kenapa? Nadav Frodine
merupakan pria paling sempurna bahkan disegani oleh banyak tokoh-tokoh
masyarakat. Pangeran tampan seperti Fazza lewat untuk masalah wajah sekaligus
kekayaan.
“Bagaimana
pekembangan alat yang saya inginkan?” penekanan luar biasa terhadap seseorang
melalui saluran telepon. Satu lagi, saya juga mempunyai sebuah laboratorium
cukup fantastis guna perkembangan teknologi terbaru selain memiliki perusahaan
raksasa yang sekarang ini bergerak di beberapa bidang.
“Saya
tidak mau tahu tentang apa dan mengapa. Ngerti?” nada menggertak mulai bermain.
Hobi terbaik manusia arrogant sejenis Nadav adalah selalu melampiaskan
emosional dalam bentuk apapun terlebih jika itu sebuah kesalahan terbesar. Kata
super steril juga membungkus jalan hidup pengusaha sukses. Setitik debu pun
tidak boleh terpampang pada tiap area sudut manapun. Rumahku jauh dari kata
jorok dan bisa dikatakan luar biasa sterillllllllll…
Pernah
suatu ketika tangan Nadav memecat hampir seluruh pelayan rumah hanya karena
kotoran debu masih menempel di atas meja ruang kerja pribadiku. Salah sendiri
melanggar aturan tata tertib kebersihan di rumah. Seluruh perabot rumah harus
tertata rapi dalam istana megah milikku. Daddy seorang dokter sekaligus pemilik
rumah sakit terbesar, tetapi saya tidak menyukai mengikuti jejaknya.
“Saya
itu mau kopi sedang-sedang bukan aneka rasa seperti ini” memarahi salah satu
pelayan rumah.
“Ma…ma…ma…af
tuan”
“Sekali
lagi melakukan kesalahan, jangan harap mendapat kesempatan kedua” menatap tajam
kembali ke arah sang pelayan.
“Inilah
si’tuan pemilik istana bersama kebiasaan seram jauh mengalahkan iblis” ledekan
seseorang yang tidak asing lagi…
“Jangan
pernah berjalan masuk ke rumahku tanpa ada hasil terbaru dari laboratorium”
menyerang langsung terhadap pria di depanku.
“Tidak
segitunya juga kali” balasan nada Nevil seperti biasa.
“Dasar
sepupu tidak tahu untung, seenaknya saja masuk rumah orang tanpa permisi.”
“Memang
ada kesalahan gitu kalau saya masuk begitu saja?” Nevil.
“Bagaimana?
Dengar yah saya sudah keluarkan uang habis-habisan hanya demi satu produk keluaran
terbaru ke depan” kalimat mengancam buatnya.
“Sabar
dikit kenapa ga bisa?” Nevil.
“Keluar
dari rumahku sekarang juga!” mengusir sepupu bangsat semacam dirinya. Sepuluh
menit setelah kepergian Nevil, tiba-tiba saja muncul sosok pria tua bangka siapa
lagi kalau bukan daddy.
Kebenaran
terbaik bagi seorang ceo semacam diriku adalah pertengkaran tidak akan pernah
absen tiap daddy berdiri tepat di hadapanku. Saya benci menjadi seperti manusia
tua bangka tanpa pernah menyadari keinginan putra semata wayangnya. Sampai
detik sekarang, jalanku tidak pernah memahami tentang defenisi seorang ayah
berlari kemana. Sejak kecil kelakuan tua bangka hanya marah tanpa alasan. Kakak
perempuanku satu-satunya mengalami tekanan berat dan berakhir gila tanpa
mengenal siapapun sebagai akibat tuntutan harus selalu menjadi nomor satu. Lebih
mengerikan lagi mommy meninggal tragis karena serangan jantung mendadak setelah
ka’Neva menghilang tanpa jejak. Sejak saat itu Nadav tidak akan pernah ingin
menjadi seperti manusia iblis itu.
“Umurmu
sekarang berapa? Suka tidak suka kau harus tetap bertunangan dengan anak
sahabat daddy, ngerti?” tua bangka berjalan ke rumah ini seperti biasa hanya
membicarakan kepentingan asetnya semata bukan tentang kebahagiaan sang anak.
Seumur hidup saya tidak akan pernah menganggap dia sebagai ayah terhebat.
“Jangan
harap saya akan menuruti kemauan tua bangka seperti dirimu” balasan sinis
terhadapnya.
“Anak
durhaka” tangannya seperti sudah ingin bermain tapi tertahan sesuatu…
“Ayo
tampar, kalau perlu ambil pisau di dapur terus tikam biar seluruh dunia tahu
Nadav mempunyai daddy paling kejam tanpa saingan” berteriak sekeras mungkin
sebagai tanda kebencian.
“Nadav”
gertakan keras berkumandang.
“Pergi
dari rumahku sekarang!” mengusir memang jauh lebih baik. Kenapa juga memaksakan
anak harus bertunangan? Kenyataan adalah jika dia seorang dokter tanpa hati
nurani hanya memikirkan popularitas bersama sejumlah asset penambah
pundi-pundi. Singkat cerita, sang tua bangka berjalan keluar meninggalkan
istana megah Nadav Frodine. Objek tidak terpikirkan sama sekali, dia membuat
satu rencana pertemuan keluarga dengan cara menjebak sehingga saya tidak bisa
berlari keluar setelah kejadian malam itu.
Melihat
senyum munafik iblis di depanku benar-benar memuakkan. Bagaimana bisa saya
terperangkap dengan kasus semacam ini? menyamar sebagai investor bahkan
menentukan pertemuan sekaligus dinner pada salah satu tempat termewah tanpa ada
unsur mencurigakan sama sekali. Manusia licik ingin mengambil keuntungan
sepihak. Saya tidak akan biarkan berita pertunangan memenuhi gendang
pendengaran media manapun. Gadis itu jauh dari kata nominasi sebagai pasangan
hidup terbaik. Mengamuk besar terhadap Nevil dan beberapa pegawai perusahaan
atas peristiwa jebakan menjijikkan sedang menertawakan hidupku seketika.
“Saya
itu tidak tertarik menikah ma pilihan tua bangka di sana” melemparkan beberapa benda
ke arah Nevil.
“Stop,
tidak pakai emosi juga kali seperti sekarang” Nevil berusaha menghindar hingga
membuat pecahan beling memenuhi seluruh lantai istana megah milikku.
“Tua
bangka gila berhasil menjebak, kau sadar tidak? Gara-gara perbuatanmu main
terimah saja kerja sama A dan B” masih belum puas melempar apapun seluruh benda
di sekitarku.
“Gadis
itu cantik, apa yang salah coba?” Nevil.
“Nenek
lu yang cantik, kenapa bukan kau saja yang nikah ma dia” berteriak keras.
“Dengan
senang hati kalau daddymu memberi benda sempurna seperti itu” Nevil.
“Karena
perbuatanmu tua bangka gila berhasil menghancurkan hidupku” rasa geram…
“Bagaimana
kalau kau berpura-pura gila untuk sementara buat menghindar, tapi harus siap
menjadi pemberitaan media” Nevil menyodorkan satu cara terkacau…
“Kau
saja yang gila” terus saja melemparkan benda-benda pecah belah ke hadapannya
tapi berhasil di tangkis.
“Ini
cara satu-satunya buat kau keluar dari jebakan terlebih tanda tangan perjanjian
aneh ada di tangan daddymu kan” Nevil. Tua bangka berhasil mengambil tanda
tanganku tanpa sadar pada beberapa lembar perjanjian aneh. Dengan kata lain,
seluruh asset akan jatuh ke tangannya termasuk istana megah andaikan saya
berusaha menolak acara pertunangan…
“Ini
semua karena ulahmu” berteriak makin geram.
“Kau
kan ingin mempermalukan daddymu sejadi-jadinya, sekarang waktu paling tepat
yaitu berpura-pura gila bahkan seluruh media meliput pemberitaan tersebut,
ngerti?” Nevil.
“Bagaimana
dengan masalah perusahaan, laboratorium milikku, dan semuanya…?”
“Lupakan
untuk sementara waktu. Kau masih memiliki saya juga Rae adik sepupu dari
saudara daddymu” Nevil.
“Memang
kau sepupu dari mana?” pertanyaan bodoh.
“Saya
kan keponakan mommymu, sedang Rae keponakan daddymu, gimana sih?” Nevil. Mau
tidak mau saya harus menjalani satu keadaan terkacau dalam hidup. Berperan
sebagai orang gila, masuk rumah sakit, menjadi pemberitaan media, ditertawakan
semua orang, dan masih banyak lagi…
Settingan
paling sempurna dengan peran putra tunggal salah satu tokoh terkenal mengalami
gangguan kejiwaan hingga terus saja menjadi incaran seluruh media. Tua bangka
itu harus benar-benar malu luar biasa tanpa ampun bagaimanapun caranya. Rasa
sakit sekian tahun menyaksikan kisah pahit akan terbayar, sedang dia sendiri
tidak akan pernah bisa memamerkan wajahnya depan publik. Saya tidak perduli
akan reputasi penghinaan dari berbagai kalangan, yang terpenting adalah manusia
iblis mengalami penderitaan paling menyedihkan di antara segala penderitaan.
Pemilik rumah sakit terbesar sedang menjadi bahan tertawaan seluruh dunia.
Terkurung
dalam jeruji rumah sakit jauh lebih baik buatku pribadi. Hal mengejutkan
sahabat ayah membatalkan sepihak pertunangan dengan sendirinya karena merasa
dipermalukan hanya dalam hitungan singkat. Gadis itu terus saja menangis
menurut informasi dari sepupu sialku. Akhir cerita dari kisahku adalah saya
berjuang keras melarikan diri dari rumah sakit tempatku mendapat perawatan
berulang kali. Tua bangka gila ingin membawa saya ke satu Negara asing demi
menjalani proses perawatan yang lebih canggih dibanding Negara sendiri untuk
proses penyembuhan.
“Saya
harus bisa melarikan diri secepatnya” berkata-kata pada diri sendiri sambil
mencari jalan berulang kali…
“Yes…
berhasil” meloncat kegirangan seketika setelah melewati satu terowongan kecil
rumah sakit. Nevil dan Rae tidak mengetahui keberadaanku sekarang. memanjangkan
jenggot juga rambut menjadi alternative terbaik agar semua orang tidak mengenal
identitasku. Beberapa hari hidup di jalan seperti manusia gelandangan tanpa
tempat tinggal. Sekelompok orang tiba-tiba saja melakukan pengeroyokan di satu
jalan gelap tanpa ampun.
“Tuhan,
seperti inikah rasanya hidup di jalan dan mengalami situasi kurang
menyenangkan?” entah mengapa pikiranku seketika mengingat sang pencipta hanya
sekedar melemparkan sebuah pertanyaan.
Seakan
Tuhan mengirim seseorang untuk membuatku lepas dari mereka. Darah segar mengalir
memenuhi pakaian compang camping milikku. Wanita itu sama sekali tidak takut
terhadap penampilan terburukku. Hal yang tidak pernah dilakukan daddy yaitu
merawatku dengan penuh kasih sayang. Memberi makan, tidak memperdulikan
gangguan kejiwaan dalam diriku, menatap lembut, membuatku mengenal kehidupan
baru itulah yang sedang terjadi.
Berpura-pura
gila tetap menjadi scenario terbaik buatku sekarang. menganggap segala jenis
binatang manapun merupakan golongan jenis setan yang harus dimatikan dalam
sekejap. “Itu setan” berteriak mengejar seekor tikus jalanan. Pertama kali
mengenal seorang wanita bersama kepribadian berbeda dari semua orang di
sekitarnya. Dia mengenalkanku terhadap anggota penghuni rumah tempat kaki
berdiri…
Gadis
kecil memanggil dia dengan sebutan mami sambil bergelut manja. Hal tak
terpikirkan sama sekali yaitu peranan dirinya dalam menampung manusia-manusia
gangguan mental dalam sebuah rumah tanpa rasa takut. “Hanya beberapa saja
manusia waras di sekitarku sekarang” berucap sendiri jauh di dasar hati
mengamat-amati pemandangan aneh.
“Nama
uncle siapa?” ucapan gadis kecil…
Seketika
raut wajah terlihat bingung mempertanyakan nama tanpa titik koma. Peranan
manusia gila tetap berjalan seolah saya lupa akan nama sendiri. “Siapa namaku?”
terlihat bodoh mempertanyakan nama sendiri. Acting terbaik seorang Nadav
Frodine memang pantas mendapat penghargaan ketika berada pada situasi
mengerikan seperti sekarang.
“Mau
tahu namamu?” Rasa takut secepat kilat membungkus tiba-tiba menyadari seseorang
mengetahui identitasku. Wanita itu membawaku pada sebuah kursi tanpa rasa kesal
melihat kelakuan bahkan menganggap segala jenis hewan adalah setan belaka.
“Siapa namaku?” pertanyaan terlontar seetika
sangat takut...
“Sekarang
namamu adalah…”
“Siapa?”
semakin takut mendengar jawaban darinya.
“Farand”
rasa lega mendengar jawaban tersebut.
Menjadi
pertanyaan kenapa memberi nama seperti itu? “Berarti kau seseorang yang
menyenangkan” Wanita itu memberiku sebuah nama dengan makna sedikit
mengejutkan. Sejak kapan Nadav Frodine terlihat menyenangkan di hadapan orang
terdekatnya? Hal terpenting sekarang adalah mereka semua tidak akan pernah
menyadari identitas asliku. Wajah penuh jenggot bersama rambut gondronng berantakan
untuk pertama kali menjadi pengalaman terkacau.
Ada
begitu banyak kisah lucu bersama gadis kecil bernama Moza dan juga izzy anjing
kecilnya. Saya baru menyadari pekerjaan wanita tersebut berperan sebagai
seorang psikolog setelah beberapa hari tinggal di rumah tersebut. Seorang janda
kembang lebih tepat untuk menggambarkan statusnya. Harus bermain petak umpet
bersama Gadi, Nata, dan seluruh anggota komunitas manusia gila merupakan kisah
terbodoh yang pernah kulakukan. Membenci kata kotor/ jorok tetapi coba lihat
sekarang perjalanan hidupku. mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki semua
hanya bercerita tentang manusia terjorok sedunia.
Kejadian
lebih gila lagi adalah Moza si’ gadis kecil menangis bahkan menuduh saya
membunuh izzy anjing kesayangannya karena menganggap semua hewan itu setan.
Mana mungkin Nadav Frodine sekejam itu membunuh anjing paling cute sedunia.
Jujur, saya tidak menyukai anak kecil, tapi entah mengapa berbeda cerita ketika
berhadapan dengan Moza. “Kenapa juga harus berkeliling mencari izzy sampai
sejauh ini” menggerutu sendiri di jalan membayangkan kelakuan terbodoh sendiri.
“Dari
pada dibenci gadis kecil itu, ya sudahlah” menggaruk-garuk kepala…
Berkeliling
mencari izzy yang ternyata tertidur pulas di bawah pohon tetangga tidak jauh
dari rumah. Mandi keringat sampai seluruh pakaian basah semua hanya karena
anjing kecil milik Moza. Membawa Izzy pulang kembali ke rumah tetapi lebih gila
lagi si’ anjing berlari kembali pohon tetangga buat tidur. Tanpa sengaja
menemukan kuci kulkas berisi ice cream tersimpan baik pada satu kotak
tersembunyi. Terpaksa memancing izzy memakai ice cream vanilla biar terbangun
dari tidur…
Wajah
izzy blepotan bahkan seluruh ice cream habis ludes masuk ke perutnya hanya
dalam hitungan menit. “Rakus amat lu njing” menggeleng-geleng kepala. Anak
anjing semacam dia tidak sebodoh perkiraanku. Lebih gila lagi Moza ingin izzy
perbaiki keturunan kalau sudah besar nanti. Btw, kalau diperhatikan wajah mommy
Moza lumayan cantik juga. Kenapa perhatianku sekarang beralih ke tempat lain
yah?
“Tuhan,
tipekal cewek yang kusuka itu harus gadis bukannya janda” berkata-kata bodoh
dalam hati. Jangan karena segala kebaikan yang diberikan terus saya berpindah
haluan ke janda. Tidak akan pernah…
Jangan
hanya karena dia memberi pertolongan pertama, kehangatan, kelembutan, kebaikan
terus hati ceo paling perfect sedunia benteng pertahanannya hancur seketika.
Bukannya membenci janda, hanya saja saya kan memang sejak dulu mengejar gadis.
Lebih kacau lagi tanpa sengaja melihat pertemuan antara wanita itu dan mantan
suaminya yang masih hidup. Sesuai perkiraan Moza tidak pernah tahu cerita
maupun bentuk wajah ayahnya sejak lahir ke dunia paling brengsek bahkan penuh
dosa malapetaka sedang menghadang satu sama lain.
Entah
bagaimana bisa detakan jantung selalu bermain kesana-kemari tanpa henti ketika
menatap wajahnya. “Mungkin alur cerita hidupmu masih jauh lebih buruk dibanding
kisahku” ucapan sang psikolog terhadapku.
“Terkadang
saya merasa kalau penderitaanku jauh melebihi siapapun, tetapi saat itu Tuhan
datang menunjukkan beberapa kisah termasuk hidupmu” dia tersenyum mengungkapkan
kembali sebuah pernyataan.
“Saya
tidak tahu kisahmu, tapi apapun itu tentu menyakitkan” sekali lagi nada kalimat
penuh kehangatan.
Bagian
12…
Nadav Frodine…
Kisahku
memang terdengar menyakitkan andaikan dia tahu. Saya tidak pernah bisa memahami
kehidupan penuh cinta antara seorang ayah dan anaknya sendiri. Kakak Neva harus
hidup di bawah tekanan sampai akhir cerita mengalami depresi berat bahkan
keberadaan dirinya sama sekali tidak meninggalkan jejak. Haruskah segala jenis
akar kesedihan terus saya tutup rapat? Daddy bukan manusia melainkan iblis
bertanduk tanpa perasaan. Saya tidak akan pernah tunduk terhadap manusia
semacam dirinya…
Mungkin
dengan jalan scenario putra semata wayangnya mengalami gangguan kejiwaan akan
menghancurkan harga diri sekaligus reputasinya sebagai tokoh paling
berpengaruh. Saya ingin membuat tua bangka itu malu jauh melebihi perkiraan
semua orang. “Kau harus membayar tiap rasa sakit mommy, kakak, juga hidupku
sendiri” menatap sebuah foto…
Berperan
sebagai manusia gila memang menjadi satu petualangan paling heboh, minimal juga
jalur terbaik mempermalukan si’tua bangka gila. Seorang manusia super steril
harus memulai kehidupan super jorok tanpa arah. Hal lebih kacau lagi adalah
Loan memandikan tubuhku hanya memakai sabun seadanya. Beruntung saja saya tidak
tidur bersama kumpulan orang gila di rumah itu. Menurut cerita sih, Loan juga
pernah menjadi mantan dengan diagnose penyakit sama seperti mereka tapi sudah
sembuh total tanpa harus tergantung pada satu tablet obat manapun. Janda
psikolog seperti wanita ini benar-benar berbeda…
“Meskipun
berbeda bukan berarti pria perfect semacam Nadav harus nembak janda juga kan…”
berkata-kata sendiri sambil sedikit membenturkan kepala ke dinding. Pertama
kali dalam hidup belajar tertawa lepas di tengah kumpulan manusia-manusia
dekil, namun menyenangkan. Mendengar suara dengkuran keras ketika tertidur,
memperebutkan ice cream, bermain lumpur, tertawa mendengar doa gadis kecil bagi
anjing kesayangannya harus memperbaiki keturunan kalau sudah besar, dan masih
banyak lagi.
“Ka’Nadav
mau lari kemana lagi?” sebuah suara tiba-tiba muncul memenuhi gendang
pendengaran ketika berjalan mencari angin segar secara diam-diam alias
sembunyi-sembunyi malam hari di luar sana…
“Rae”
terkejut seketika melihat penampakan sepupuku. Di mana dia tahu saya berada di
sini? Jangan-jangan dia menyewa detektif. Menutup mulut Rae kemudian membawanya
pergi jauh dari pintu pagar rumah tempatku menghabiskan banyak objek konyol.
Pada hal saya sudah sengaja memelihar jenggot, terlihat dekil, rambut
berantakan masih kalau keluar rumah masih saja tercium rapi olehnya.
Ternyata
sepupuku ini tanpa sengaja melihat wajah mirip saya setelah menengok temannya
pada salah satu rumah masih bersebelahan dengan tempat tinggalku. Paling heboh
lagi adalah temannya itu pemilik pohon besar tempat izzy berteduh kalau lagi
galau. “Kakak tidak bisa lagi lari kencang” omelan Rae seakan tidak perduli
keadaan di sekitar.
“Btw,
bagaimana suasana perusahaan setelah kepergian sang ceo yang berperan sebagai
manusia saraf?” mengalihkan perhatian.
“Mereka
tertawalah masalahnya pemimpin paling kejam dikenal sebagai manusia paling
steril pergi menghilang ditelan bumi” jawaban penuh penghinaan…
“Beraninya
kau” rasa kesal mendengar jawaban Rae.
“Saya
lagi patah hati, jadi jangan membentakku keras-keras dong!” wajah cemberut Rae
lagi bermain…
“Paling
patah hati dengan orang yang sama” mengejek Rae.
“Siapa
bilang? Yang dulu itu Cuma khilaf dan tidak benar-benar masuk pada kategori
rasa suka gimana sih” Rae.
“Apa
kau tahu pacar dari cowok kemarin itu gimana?” tidak sengaja melihat raut
wajahnya di medsos terlihat depresi berat. Sebenarnya sih, kalau di pikir-pikir
kan harusnya Rae yang mengalami masalah emosional, depresi, sakit hati, rasa
panas luar biasa, tatapan mata penuh kekosongan, kelopak mata hitam, terkadang
mata bengkak seperti habis menangis, dan segala jenis teman-temannya di
belakang tapi justru berbalik arah. Wanita alias pacar pilihan cowok itu
seperti…
Di
luar dugaan Rae tiap malam tidur nyenyak, makan tetap stabil, senyum lebar
kemana-mana, santai menikmati hidup walaupun sering diganggu suka mainin kucing
di jalan. “Saya serius” sekali lagi melemparkan pernyataan ke arah Rae.
“Saya
tidak tertarik” jawaban Rae.
“Kenapa
memang?”
“Gara-gara
dia beberapa kelompok tertentu suka bersikap usil terhadap saya di medsos. Suka
mainin kucinglah, kucingku membutuhkanku, menolong kucing di jalan, love dog
hate cat, sampai-sampai salah satu akun terkenal dengan cerita-cerita produksi
filmnya juga usil bilang binatang zodiac itu kucing, lebih kacau lagi pernah
kampus terkenal dunia promosi bagaimana suasana tempat mereka tapi gambar
terakhir kucing seperti ingin mengganggu terus…” perutku sakit akibat tertawa
lebar mendengar curhatan seorang Rae yang malang.
“Sadar
tidak? Bagaimanapun cewek itu menampakkan kemesraan bersama sang pacar tapi
tetap saja raut wajahnya terbaca benar-benar mengalami tingkat emosional luar
biasa, kepanasan, sengaja menjebak, ingin meledak tapi berusaha ditahan,
keriput, kelopak mata hitam kurang tidur, sakit hati, makan hati, mata bengkak
seperti habis nangis, dan kawan-kawannya di belakang…” mencoba menjelaskan
sesuatu terhadap Rae.
“Gara-gara
simbol koment kucing-kucingnya bersama sang pacar, lah sekarang saya jadi bahan
keusilan habis-habisan” Rae.
“Tapi
tidurmu tetap nyenyak kan? Beda ma si’cewek itu…”
“Sebenarnya
pada saat itu masalahku terlalu banyak kiri-kanan sampai sulit djelaskan.
Singkat cerita, seolah dia sengaja menjebak karena kemungkinan berpikir tingkat
emosionalku berada pada batas sangat labil bahkan gampang menjadi bahan
tertawaan sekaligus mempermalukan diri sendiri melalui objek aneh gitu” Rae.
“Memangnya
kau benar-benar membenci kucing gitu yah?” nada mengejek.
“Ada
beberapa hal yang harus diluruskan sekarang” Rae.
“Apa
itu?”
“Saya
tidak menyukai pria alias pacar sang wanita itu 100%, kalaupun kemarin
bertingkah aneh berarti kata khilaf memang menggerogoti kan. Biar pun video
seks mereka ada bahkan dipublikasikan, lah tidak ada masalah alias tidurku
tetap nyenyak saja” Rae.
“Jawab
pertanyaanku tadi tentang masalah kebencian terhadap kucing!”
“Sebenarnya
sih saya tidak benar-benar membenci kucing, hanya saja permasalahan sering
mendengar beberapa orang kulitnya bersisik akibat cakaran kucing dan juga satu
pengajaran aneh terhadap kepercayaan tertentu seakan mengkultuskan. Hewan
tersebut mempunyai Sembilan nyawa, hantunya bisa gentayangan dalam mimpi kalau
dibunuh, paling suci sementara anjing itu najis alias haram…” Rae.
“Memang
ada pengajaran begitu?”
“Menganggap
najis siapapun yang memelihara anjing bahkan tidak mau makan/ minum ketika disodorkan
atau bertamu. Andaikan terkena sentuhan anjing maka harus dicuci dengan tanah
7x biar kembali suci. Mereka selalu berdebat masalah sesuatu paling najis dan hanya
menilai dari hewan peliharaan semata bukan melihat permasalahan karakter
pribadi. Ini benar-benar gila sepupuku tercinta” Rae.
“Hubungannya
dengan cewek itu apa coba?”
“Dia
sengaja memancing memakai symbol kucing bersama objek lain dan kebetulan masalahku
banyak sekali waktu itu jadi sayapun lebih memperlihatkan seakan-akan ingin
mempermalukan diri sendiri…” Rae.
“What?”
“Saya
ingin membuktikan dugaanku terhadapnya, jadi sengaja juga terlihat emosional,
cemburu, membuat sesuatu melalui objek tertentu hanya saja kesalahan terbesar
adalah tidak menyadari kalau kata itu merupakan ibu kota salah satu Negara di
luar sana” Rae.
“Saya
ingin minta maaf terhadap Negara tersebut dan tidak bermaksud mengejek hanya
mau membuktikan satu jebakan dari wanita itu. Satu lagi, saya tidak bisa ikut
campur tentang masalah salah satu Negara besar membangun benteng perbatasan
untuk menghalangi orang asing masuk tanpa izin” Rae.
“Nada
ucapanmu seperti menjurus ke tempat lain deh…”
“Memang”
Rae.
“Salah
satu pemimpin Negara sengaja membangun sebuah tembok perbatasan untuk mencegah
imigran gelap masuk hingga mendapat kecaman. Seorang artis internasional
menyindir pemimpin tersebut dengan sebuah lagu sebagai aksi mengecam
tindakannya. Buat saya pribadi, tentu pemimpin ini sudah memikirkan sebab
akibat ke depan jadi tidak berani mengambil resiko” Rae.
“Saya
mengerti sekarang siapa pemimpin yang kau maksud” berkata-kata…
“Andaikan
ditelusuri lebih dalam dan memang kenyataan kalau Negara raksasa ini sedang
dalam proses pengamatan banyak kelompok tertentu. Kejadian pengeboman salah
satu gedung terpenting beberapa tahun lalu tembus, secara otomatis sebagian
besar oknum di luar sana sedang gencar mencari celah untuk membuat satu aksi di
luar nalar semua orang. Perang dunia 3 bisa pecah habis-habisan andaikan hal
seperti ini terjadi…” Rae.
“Berarti
pemimpin itu mencurigai…” ucapanku terpotong.
“Bisa
saja kelompok dari mereka menyamar atau mendapat celah melalui jalur tersebut
untuk menjalankan aksi. Tidak dapat disangkal Negara yang dikatakan raksasa
memang menjadi incaran beberapa area tertentu, entah karena factor politik, iri
hati, pengajaran kacau, kebencian, dan objek-objek lain. Saya tidak akan ikut campur
untuk kasus semacam ini terlebih nyawa banyak orang juga sedang dipertaruhkan
di sini” Rae.
“Btw,
kembali ke masalah cewek alias musuh bebuyutanmu” seakan ingin menyindir.
“Saya
tidak merasa punya musuh bebuyutan bos. Seakan menaruh curiga terhadap cewek
kacau itu seperti menceritakan sesuatu untuk tujuan tertentu sampai salah satu
artis terkenal bercerai” Rae.
“Maksudmu?”
“Sebenarnya
sih kesalahan juga dari saya saat itu sampai sengaja menjebak dia melalui
sesuatu hal. salah satu rumah produksi perfilman besar di sebuah Negara B
sengaja mengambil latar Negara C untuk proses syuting yang awalnya akan berada
di Negara A benua lain pula. Seiring berjalannya waktu semua berjalan mulus
tanpa berita miring, tapi tiba-tiba terdengar rencana perceraian artis peran
utama pada drama tersebut. Kalau di selidiki lebih lanjut Negara B tidak pernah
mengambil proses syuting di Negara tersebut karena kemungkinan alasan tempat,
jarak, lokasi, bersama system lain tapi semenjak masalah ini menjadi perhatian
seperti ada unsur kesengajaan” Rae.
“Hanya
perasaanmu saja mungkin?”
“Penghujung
tahun kemarin, cewek itu ke Negara B dan pasti ada pernyataan yang di keluarkan
hingga mengundang perhatian sekaligus pertanyaan. Akhir cerita, si’suami
menggugat cerai sang artis. Bisa saja masalah perceraian mereka ada hubungannya
dengan ini masalah sebagai pemeran utama dalam film dengan mengambil lokasi
syuting di Negara C, pada hal saya sudah diam seribu bahasa, lagian waktu itu
kan Cuma mau menjebak sekaligus membuktikan sesuatu lah kenapa jadi begini
ceritanya?” Rae.
“Saya
tahu artis yang kau maksud, tapi kan mereka mengungkapkan alasan perceraian
karena sebuah perbedaan…”
“Siapa
tahu mereka sengaja menutup rapat alasan sebenarnya. Andaikan firasatku benar,
saya ingin minta maaf sebesar-besarnya terhadap pasangan artis ini atas semua
yang terjadi. Jujur, sama sekali tidak ada maksud apapun ingin menghancurkan
kehidupan siapapun terlebih bahtera rumah tangga seseorang. Kesalahan artis itu
kenapa mengganti syuting latar Negara dan bisa saja berbagai bumbu penyedap
masuk berujung masalah rumah tangga terkait. Saya kan kemarin punya banyak
sekali masalah berat, kalaupun melakukan kejadian aneh itu sekedar ingin
membuktikan sesuatu dan hanya berfokus terhadap cewek tadi bukan menyebar kekacauan
begini sampai rumah tangga orang hancur…” Rae.
“Saran
saya juga, sebaiknya cewek ini menikah saja cepat sama pacarmu dari pada pihak
lain menanggapi aneh atau kau kepanasan atau stress sendiri. Perasaan suka ma
pacarnya 100% tidak ada sama sekali, kemarin itu hanya khilaf gimana sih…” Rae
melanjutkan lagi kalimatnya.
“Kasusmu
lebih rusak dibanding masalahku menjadi gila” menatap sepupuku yang paling
malang menjalani hidup.
“Tadi
kau bilang patah hati, ma siapa?” memancing kembali sang sepupu.
“Kepo
amat” sindiran Rae.
“Btw,
saya punya kenalan psikolog bisa membantu masalahmu sekarang. Ini kartu
namanya, kau tinggal menghubungi saja langsung besok tanpa menunda” memberikan
kartu nama milik Nitzana sang psikolog. Beginilah pertemuan kami hanya
membicarakan kisahnya dengan segala tingkah kekonyolan. Tidak terkenal di depan
public, tapi ketika sengaja memainkan satu objek langsung menjadi perhatian.
Rae memang hebat…
Meminta
Rae merahasiakan letak keberadaan saya terhadap Nevil bagaimanapun caranya.
Peristiwa berikutnya adalah sepupuku kali ini memberanikan diri menemui
psikolog untuk mengungkapkan keadaan psikisnya sekarang. Terdengar lucu sih
kalau dipikir-pikir lagi tentang bagaimana seorang Rae menjalani sebuah jalan.
Ngomong-ngomong kisah cintaku sendiri kan lebih kacau lagi dibanding sepupuku.
Tuhan, jangan sampai saya benar-benar menyukai janda itu. Nadav hanya ingin
menikah dengan seorang gadis bukannya janda beranak satu, walaupun Moza
terlihat menggemeskan.
Berusaha
membuang jauh-jauh satu perasaan special buat seorang janda dan tetap menjalani
hidup untuk sementara sebagai Farand si’manusia gila. Bermain petak umpet,
mencuri mangga tetangga, menghabiskan kegilaan, makan bersama, berebut ice
cream bersama sekelompok manusia gila menjadi bagian dari hidupku sekarang.
Kegiatan lain yang kulakukan juga adalah menemani izzy kalau lagi ngambek atau
galau karena kelakuan Moza. Btw, saya baru tahu kalau anjing juga bisa galau
atau ngambek.
“Kenapa
kau tidak pernah bisa memberi kesempatan kembali?” tanpa sengaja mendengar
percakapan antara Zana dan mantan suaminya ketika lagi menikmati udara segar.
“Kau
tidak pernah merasakan bagaimana saya terus bertahan dalam penantian panjang
dan apa yang terjadi selanjutnya? Hanyalah kekecewaan semata,” Seorang psikolog
dengan kekuatan ternyata mengalami satu tekanan berat karena ulah sang mantan.
Kenapa saya harus mendengar percakapan kurang menyenangkan seperti ini? Zana
mendorong pria brengsek itu ke tanah lalu pergi tanpa menoleh lagi. sang mantan
ingin mengejar, tapi dengan sengaja saya melemparkan kotoran anjing ke seluruh
pakaiannya hingga akhir cerita dia berjalan pulang…
“Memang
enak dikerjain seperti ini” tertawa melihat tingkah pria tersebut.
Tidak
lama setelah kejadian tadi, tiba-tiba saja sebuah suara seseorang berteriak
keras mengalihkan pandangan. Darah segar mengalir membasahi tubuh Zana
seketika. Seluruh tubuhku kaku bahkan tidak dapat digerakkan beberapa saat
menyaksikan pemandangan di depan. “Mami…” Moza berteriak dan menangis
sejadi-jadinya.
“Mi
buka mata” tangisan histeris Moza.
“Jangan
tinggalin Moza sendiri” sekali lagi gadis kecil histeris ketakutan. Pertama
kali perasaan takut luar biasa sedang menggerogoti hidupku seketika. Suara
ambulans berteriak keras sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Entah
bagaimana cara saya berusaha berlari ke
arah Moza, menelepon ambulans, dan terus berjaga di rumah sakit pada hal
sebelumnya seluruh tubuh terasa kaku.
Tuhan,
beri kesempatan Zana untuk kembali menjalani kehidupannya. Saya benar-benar
menyukai dia. Petualanganku indah ketika melihat senyum sang psikolog tetap
bermain di dunia brengsek yang penuh dengan kehidupan keras. Sesuatu terjadi
setelah tanpa henti terus berdoa buatnya. “Dimana saya?” suara Zana terdengar menandakan
nafas hidup kembali. Tuhan mendengar seru doa orang sombong seperti diriku.
Kebahagiaan
hanya berlangsung sementara saja, setelah beberapa hari sejak siuman suara
histeris berkumandang. “Kenapa semuanya gelap dok?” mengucek mata beberapa
menit kemudian.
“Semuanya
gelap…” mulai meraba sesuatu di sekitarnya.
“Saya buta” sekali lagi berteriak histeris.
Seorang wanita kuat menjalani hidup, namun pada akhirnya terlihat lemah setelah
mengalami kebutaan akibat peristiwa kecelakaan kemarin. Sang mantan tidak
menyadari apa yang sedang terjadi. Coba saja pria itu datang ke rumah sakit,
tentu saya akan segera membuat perhitungan. Histeris berlarut-larut bahkan
mengalami depresi berat sedang terjadi pada hidup seorang wanita kuat. Di luar
dugaan, seluruh penghuni rumah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan
kehidupan Zana seperti dulu lagi. Mereka dengan gangguan mental juga mempunyai
sebuah perasaan iba menyaksikan bagian terbaik dalam hidup sangat rapuh...
Saya
baru menyadari sisi hidup mereka yang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan
bersama satu rasa cinta jauh tersimpan di dasar hati. Perhatian besar dapat memulihkan seseorang
dari satu lingkaran depresi. Gangguan kejiwaan dapat hancur dengan sendirinya
melalui satu pengorbanan terbesar diiringi doa menjadi ciri khas rumah ini. Tidak
pernah kehilangan cara untuk mengembalikan sang psikolog kembali pada kehidupan
normal.
Sampai
pada akhir cerita, dia benar-benar kembali tersenyum memulai kehidupan. Pekerjaan
yang ingin ditinggalkan olehnya kembali digeluti walaupun tanpa seberkas cahaya
di depan. Saya benar-benar menyukai dia tanpa bisa memberi sebuah alasan. Rae
sepupuku berhasil menjadi salah satu penghibur terbaik bagi sang psikolog.
Seorang Zana mengalami ribuan kali kegagalan ketika berjalan tanpa memakai
tongkat. Dia hanya tidak ingin terlihat cacat depan orang banyak ataupun merasa
perlu dikasihani.
“Dia
benar-benar melebihi pikiranku sekarang” bergumam sendiri menatap di tempat
tersembunyi. Berusaha menghapal setiap sudut jalan, area rumah, pasar, taman,
mall, tempat Gym, klinik kerjanya sendiri tanpa bantuan tongkat sama sekali.
Mata sang psikolog boleh saja tidak melihat seberkas cahaya tetapi hati
bercerita lain. Satu lagi, saya selalu menggagalkan rencana mantan suaminya
hingga tak pernah bisa menampakkan batang hidungnya sendiri. Meminta bantuan
Rae memang terdengar menarik setiap waktu.
Menyukai
Zana merupakan petualangan terbaik ketika Tuhan membuat saya berada pada suatu
area tidak biasa. Selama ini duniaku hanya berkata-kata seenak yang dipikirkan,
menyudutkan, berteriak, menatap sinis, kejam akan tetapi sesuatu berkata lain
ketika bermain dengan sebuah lingkaran. “Kena kau” tiba-tiba saja seseorang
mengunci segala pergerakan tubuhku dari belakang.
“Mau
sembunyi dimana lagi bos?”
“Nevil
lepas!” berusaha melepaskan diri darinya. Malam-malam seperti ini berkeliaran
di jalan sepi terlebih mengintai sekacau itu. Membawaku masuk ke dalam mobil
yang kemudian mengemudi seperti dikejar ribuan setan.
Bagian
13…
Nevil
menganggap permainan Nadav sepupunya benar-benar keterlaluan. Melarikan diri
dari rumah sakit kemudian hilang tanpa jejak. Singkat cerita Nevil mulai
menaruh curiga terhadap Rae dan mulai mencari tahu letak keberadaan sepupunya
kali ini. “Aneh, kan harusnya si’manusia sombong ini lebih percaya ma saya…”
cetus Nevil membuntuti Rae.
“Kenapa
lebih percaya ma sepupu dari daddynya” Nevil mengepalkan tangan seketika. Waktu
paling tepat bagi Nevil berdiri di hadapan Nadav serta meminta penjelasan
tentang maksud menyembunnyikan sesuatu selama ini. sekarang dia seperti manusia
penculik tidak jauh dari sebuah tiang istrik besar berdiri tegak.
“Apa-apaan
ini?” Nadav berusaha lepas setelah berada di atas mobil milik Nevil.
“Justru
saya yang harus balik nanya” Nevil.
“Mulai
berani ya sekarang” Nadav.
“Jelaskan
semuanya atau saya hubungi your daddy posisi keberadaanmu sekarang!”
“Saya
tidak mau kau buat keributan di sana, ngerti?” Nadav.
“What?
Ulangi sekali lagi!” Nevil. Mau tidak mau otomatis Nadav harus menjelaskan
semua kejadian sejak awal sampai dirinya berada pada sebuah lingkungan rumah
yang penuh dengan sekelompok manusia aneh.
“Kau
betah tinggal bersama kumpulan manusia seperti itu?” Nevil membayangkan bagaimana
sepupunya bermain kotor, berebut ice cream, bermain petak umpet dan lompat
tali, lari bolak-balik, mengelus seekor anak anjing yang lagi galau di bawah
pohon, dan masih banyak lagi hasil pengintaian kemarin. Sulit dipercaya
si’manusia steril mengalami perubahan drastis karena seorang wanita.
“Sebenarnya
saya yang kurang waras atau kau memang benar-benar tidak waras?” Nevil.
“Mau
gimana lagi” jawaban Nadav.
“Saya
perhatikan kau terus saja mengekor diam-diam di belakang seorang wanita” Nevil.
“Dia
buta tapi berusaha terlihat normal…” Nadav.
“Seperti
aura-aura percintaan kalau begini ceritanya nih” Nevil tertawa keras…
“Menurut
informasi kalau dia janda beranak satu”
Nevil.
“Kau
benar-benar penguntit terbaik sepanjang sejarah” Nadav sedikit geram.
“Hellllooooo,
perasaan sepupuku lebih suka gadis dibanding janda” Nevil.
“Suka-suka
saya dong” balasan Nadav.
“Dia
janda berkualitas, percuma gadis tapi rasa janda sama juga bohong” Nadav.
“Saya
kan Cuma becanda. Kenapa tanggapannya serius begitu?” Nevil.
“Ngomong-ngomong,
bagaimana perkembangan alat yang saya inginkan? Jangan katakan kerjamu hanya
jadi penguntit orang” penekanan keras Nadav.
“Masih
dalam proses” jawaban Nevil.
“Saya
mau lihat sampai dimana?” Nadav.
“Kau
pikir mencari desain alat pembuat gedung itu gampang?” teriak Nevil.
“Tetap
saya ingin lihat” menyalakan mesin mobil menuju sebuah laboratorium besar…
Mereka
berdua pada akhirnya sampai pada sebuah gedung cukup jauh dari ibu kota.
Meneliti beberapa perkembangan satu alat canggih hasil imajinasi. “Saya sudah
mencoba mempejari lebih detail mesin-mesin penggerak dengan kecepatan tertentu,
tapi masih butuh sedikit waktu lagi. Alat ini terdiri dari layar computer untuk
sebuah desain yang telah terprogram sebelumnya atau karya para arsitek yang
memang sesuai persetujuan, beberapa kotak penyaluran, system penyetelan, mesin
penggerak, pipa jembatan dari bahan besi ketika mesin sedang bekerja, dan
beberapa bagian lainnya” Nevil.
“Kotak
penyaluran dan pipa jembatan perbedaannya dimana coba?” Nadav.
“Kotak
penyalur di sini terdiri dari beberapa bagian seperti semen, pasir, kawat
pengikat, batang besi sesuai ukuran, batu gunung sebagai pondasi, batu bata, pipa
air untuk campuran, tiang-tiang penyangga terlebih dengan desain gedung
bertingkat alat ini harus diperankan luar biasa. Setelah mendapat perintah dari
program layar sesuai desain yang dinginkan, maka secara otomatis mesin akan
mulai bekerja untuk membuat batas pengukur sesuai tingkat perbandingan dan
mencampur beberapa bahan dari kotak penyalur seperti semen dan pasir dalam satu
tempat. Di lain tempat mesin pun bekerja menata batu-batu gunung pada area yang
telah ditentukan bersamaan dengan proses olahan campuran semen-pasir sebagai
bahan perekat/plester seperti biasa” Nadav.
“Lantas”
Nadav.
“Pipa
jembatan sendiri fungsinya mengirim semua bahan seperti batu-batuan dan bahan
campuran menuju lokasi secara otomatis. Susunan batu akan mulai bekerja kembali
sesuai jenis desain pada layar komputer setelah proses pondasi dan beberapa
masalah penyegelan besi sekitar selesai dikerjakan. System kerja mesin ini lebih
mempercepat proses kerja dan dapat dikatakan mempunyai kelebihan untuk beberapa
desain gedung tertentu” Nevil.
“Berarti
masih dalam proses?” Nadav.
“Butuh
waktu mempelajari susunan perakitan system kerja mesin ini, jadi harus sabar
dong.”
“Ada satu cara mempercepat penemuanmu kali
ini” Nadav.
“Caranya
gimana?” Nevil.
“Kau
harus berguru 100% pada para professor atau orang-orang ber-IQ tinggi dari
kalangan bangsa Yahudi” jawaban Nadav membuat Nevil terbelalak seketika.
“What?”
Nevil.
“Secara
kalangan mereka mengerti secara detail system perakitan terbaik, jenis-jenis
kualitas mesin, bisa menemukan hal baru bahkan 99% teknologi di dunia adalah
hasil penemuan bangsa Yahudi. Jadi, suka tidak suka harus terima kenyataan
tentang kualitas otak mereka” Nadav.
“Boleh
juga tuh idemu. Btw, kau tidak ingin melihat apartemen baru milikku di tengah
ibu kota?” Nevil.
“Kenapa
pembicaraan beralih kesana?” Nadav.
“Ayolah”
Nevil mendorong tubuh Nadav untuk meninggalkan gedung tersebut. Akhir cerita
mereka berdua berada pada satu area cukup unik di tengah kota setelah
perjalanan cukup lama.
“Sudah
pagi ternyata” Nadav menggosok kedua bola matanya. Mereka berdua tertidur lelap
tidak jauh lokasi apartement Nevil sebelum turun dari mobil.
“Hei
bangun!” menepuk kepala Nevil.
“Masih
ngantuk” Nevil seakan tidak memperdulikan perilaku sepupunya.
“Bangun!”
sekali menepuk kepala Nevil bukan lagi memakai tangan melainkan sepatu
miliknya.
“Keterlaluan”
umpatan Nevil. Mereka akhirnya keluar dari mobil memasuki satu area tertentu
setelah memarkir kendaraan yang cukup jauh dari tempat lokasi. Satu suguhan
pemandangan tidak biasa sedang menghias jalan di depan. Suasana area sangat
gersang, tandus tanpa tanaman, terdapat beberapa alat tambang zaman dulu di
beberapa sudut, benar-benar semacam tanpa kehidupan sama sekali.
“Apartemen
macam apaan ini” cetus Nadav melirik sinis ke arah sang sepupu.
“Inilah
yang dikatakan salah satu jenis seni desain arsitek paling unik. Bagian luar
sudah sengaja bahkan sepanjang jalan memainkan konsep dengan penampakan seperti
ini” jawaban Nevil. Lokasi apartement tersebut dibuat membentuk pulau kecil dengan
suguhan pemandangan sedikit fantastis. Terdapat mall cukup besar, restoran,
rumah bermain anak, danau, akuarium, teater di tengah-tengah tanah yang begitu
tandus pada akhirnya. Gedung-gedung tersebut menyerupai bongkahan batu bara,
sedangkan sarana jembatan ataupun pernak-pernik hiasan dibuat mirip seperti
beberapa alat-alat tambang zaman dahulu kala.
“Akhirnya
kita sampai juga” teriak Nevil setelah berdiri tepat depan sebuah gedung.
“Mataku
mines atau apaan ini?” Nadav sedikit terkejut.
“Bagaimana
keren ga?” senyum Nevil. Gedung apartemen bertingkat membentuk sebuah gua di bagian
timur tanah paling tandus. Pada malam hari lampu warna-warni mulai bermain
bahkan air mancur dari beberapa arah membasahi gedung tersebut dengan sedikit
keunikan desain. Tidak jauh dari lokasi terdapat gunung buatan tangan manusia
dengan sebuah menara kecil dan restoran di atasnya sekitar pertengahan danau
untuk menikmati pemandangan terlebih pada malam hari.
“Jauh
lebih megah dibanding istanamu” ledekan Nevil lagi. Desain interior apartemen
terbilang mempunyai ciri khas tersendiri. Perpaduan antara konsep tanah
gersang, gua, dan dunia modern sehingga menciptakan satu seni desain. Kamar
tidur dan kamar mandi sendiri didesain dengan latar pengambilan inspirasi dari
kehidupan dalam sebuah gua. Permainan dunia modern dan tanah gersang dijabarkan
melalui beberapa ruang lainnya. Satu titik kehidupan di tengah tanah paling
tandus…
“Sang
arsitek suka bermain dengan perpaduan konsep dalam desain interior” Nadav.
“Sang
arsitek mengajak saya bekerja sama untuk penambahan satu jenis teknologi”
Nevil.
“Apa
maksud ucapanmu tadi?” Nadav mulai mencurigai sesuatu.
“Tenang
saja, ini juga masih di bawah brand perusahaanmu milikmu kan” Nevil.
“Teknologi
apa yang kau katakan tadi?” Nadav.
“Mesin
cuci jenis terbaru. Bagian kamar mandi dengan sengaja dibuatkan jalan lorong
untuk memasukkan pakaian kotor langsung menuju mesin cuci yang diletakkan
sesuai keinginan hati seperti di dapur atau tempat lain. Jika tumpukan pakaian
kotor sudah penuh dalam tabung, maka mesin cuci akan memutar dengan sendirinya.
Pakaian akan masuk pada lemari seterika uap yang sudah di program setelah
proses cucian dan pengeringan selesai selesai” Nevil.
“Lemari
seterika uap?” Nadav.
“Lemari
khusus yang berfungsi untuk melicinkan pakaian. Alatnya kan sama seperti seterika
uap lain hanya dalam bentuk dan program berbeda. Lemari seterika ini dibuat
otomatis dan langsung tersambung setelah proses cucian selesai” Nevil.
“Jadi
ceritanya sepaket?” Nadav.
“Yah
seperti itulah. Tapi kalau pihak pemilik apartemen lebih menyukai laudry luar
maka kotak pakaian kotor dalam kamar mandi bisa langsung disambungkan pada
beberapa tempat laundry di luar sana yang memang sudah bekerja sama sekaligus
telah terdaftar dalam program komputer” Nevil.
“Seseorang
bisa mengirim pakaian kotor sesuai jumlah yang diinginkan, maka secara otomatis
akan terkirim melalui mesin otomatis ke tempat laundry, begitu maksudnya?”
Nadav.
“Yah
seperti itulah dan pengembalian kembali pakaian pun otomatis dari tempat
laundry…” Nevil.
“Jangan-jangan
kau diberikan gratis apartemen ini tanpa satu sen pembayaran?” Nadav.
“Memang”
Nevil mengangguk tersenyum.
“Kau
sadar tidak? Kalau sang arsitek lokasi gedung di sini dulunya bekas orang
gila…” Nevil melanjutkan lagi ucapannya.
“Mana
mungkin” Nadav.
“Kenyataan,
dia kan juga tetangga sebelah denganku sekarang. Jangan anggap remeh atau
pandang sebelah mata mantan penyakit jiwa bisa jadi esok hari dia bisa membuat
sesuatu hal luar biasa…” Nevil
“Ngomong-ngomong
sekelompok orang di rumah tempatku sekarang pasti sibuk nyari keberadaan saya
sekarang” Nadav menatap tajam.
Pada
akhir cerita, Nevil sengaja memainkan scenario untuk mengembalikan sepupunya.
Dengan alasan menemukan Nadav di jalan karena terus berteriak dan tidak sengaja
menabraknya hingga terjatuh bahkan harus dilarikan ke rumah sakit hingga
mendapat perawatan. “Maaf membuat kalian cemas, sedangkan saya sendiri tidak
mengetahui identitas pria tua sinting gila ini kemarin…” berkata-kata setelah
berdiri di hadapan kumpulan anggota rumah milik Zana. Mereka semua benar-benar
khawatir akan keadaan Nadav.
“Tidak
sepatutnya anda berbicara seperti itu terhadap Farand” Zana sedikit kesal…
“Maaf”
Nevil.
“Uncle
Farand jangan keluar rumah malam-malam lagi tanpa Moza” seorang gadis kecil
berlari memeluk Nadav.
“Uncle
bunuh setan” Nadav kembali terlihat seperti manusia gila.
“Hebat
betul aktingnya sampai tidak terlihat waras sedikitpun” suara hati Nevil
menyaksikan seorang actor lagi memainkan scenario.
“Memangnya
setan mana dibunuh ma uncle?” Moza
“Itu”
Nadav menunjuk Nevil sebagai setan terjahat.
“Enak
saja bilang saya setan” suara pelan Nevil.
“Bagaimana
cara anda bisa mengetahui identitasnya dan mengembalikan dia kemari?” Loan
bertanya tiba-tiba.
“Yah
betul” Livia.
“Karena
bertanya ke orang-orang di sekitar sana” Nevil.
“Uncle
Farand jangan menghilang lagi. Apa lagi uncle harus jadi obat nyamuk buat izzy
kalau kencan nanti…” ucapan Moza membuat Nevil tertawa keras.
“What?
Obat nyamuk? Siapa itu izzy?” Nevil masih tertawa.
“Guk
guk guk guk guk…” suara izzy siap menerkam Nevil seketika.
“Izzy
berhenti!” perintah Moza.
“Obat
nyamuk anak anjing yang lagi kencan” Nevil makin tertawa. Pandangan mata
mencurigakan mulai menjalar, tetapi kemudian Nadav berhasil mengalihkan
perhatian hingga sang sepupu bisa berjalan pulang kembali ke rumahnya.
Bagian
14…
Nitzana…
Rumah
dibuat gempar karena salah satu anggota keluarga menghilang tiba-tiba tanpa
jejak sedikitpun. Semua pada khawatir hingga mencari di setiap sudut. “Uncle
bunuh setan di sana” Nata menunjuk arah luar pintu. Izzy berlari menggonggong
mencari keberadaan Farand.
“Biasanya
anjing bisa melacak keberadaan seseorang, tapi kenapa izzy tidak bisa melakukan
hal yang sama?” kata-kata Livia terdengar seperti menarik izzy.
“Aunty,
tiap anjing punya kelebihan dan kekurangan juga” cetus Moza.
“Kalau
izzy mah kelebihannya cuma menghabiskan ice cream sebanyak-banyaknya” Livia.
“Kelebihan
izzy bukan cuma itu” penekanan nada suara Moza.
“Apa
lagi kelebihannya?” Livia.
“Aunty
keterlaluan” Moza.
“Kenapa
ribut begini sih?” menegur mereka hingga terjadi keheningan.
“Izzy
harus bisa buktikan kelebihan terbaikmu biar aunty malu” Moza memecah
keheninggan.
“Bantu
Moza cari uncle Farand sampai ketemu” Moza segera berjalan keluar bersama
anjing kecilnya. Kami berbagi beberapa tempat setidaknya bisa saling membantu
satu sama lain bahkan bertanya ke semua orang. Saya berusaha berjalan seperti
manusia normal dan seakan dapat melihat tanpa mereka semua menyadari tentang
kegelapan yang sedang menyelimuti sekarang.
“…pria
tinggi, berjenggot, rambut berantakan?” bertanya pada tiap orang yang lewat
hanya dengan mengandalkan gendang pendengaran.
“Tidak
sama sekali” jawaban sama tiap kali bertanya.
“Mamiku
seperti tidak buta”ucapan gadis kecil .
“Sejak
kapan Moza di belakang mami?” berbalik ke arah suara tersebut.
“Sejak
tadi” Moza.
“Ka’Loan
mana?”
“Berjalan
kesana, Moza melihat mami, jadi singkat cerita mengekor terus di belakang ma
izzy” Moza.
“Ayo
kita cari uncle sama-sama” gadis kecil menarik tanganku. Tidak ada hasil sama
sekali sampai akhirnya Livia memutuskan untuk membuat laporan orang hilang di
kantor polisi. Seperti ada yang hilang tanpa kehadiran Farand di rumah ini.
Seseorang mengetuk pintu depan setelah kami semua lelah mencari seharian. Ekor
izzy bergoyang seperti mengenali siapa yang ada di depan teras sekarang.
“Uncle
Farand pulang” teriak Moza memeluk izzy.
“Moza
tahu dari mana?” Livia.
“Kelebihan
izzy bisa kenal siapa yang lagi berdiri di luar sana” Moza.
“Menyindir”
Livia. Sesuai perkataan Moza kalau orang yang berdiri di luar sana adalah
Farand ternyata memang benar. Kami semua lebih dikejutkan bagaimana seseorang
membawa dirinya dengan selamat ke rumah ini. menurut pengakuan pria tersebut
jika Farand mengalami kecelakan hingga mendapat perawatan di rumah sakit.
“Minimal
tidak terjadi sesuatu apapun terhadap Farand” berucap terhadap pria itu.
“Syukurlah
paman bisa ditemukan lagi” Loan bernapas lega. Pria tersebut akhirnya memohon
pamit, tetapi kami semua lupa bertanya siapa nama dia setelah meninggalkan
rumah. Suasana ramai kembali hadir lagi dikarenakan salah satu penghuni rumah
sudah ditemukan.
Saya
ingin memulai hidup dengan lembaran baru dan tetap berjalan sama seperti
manusia normal lainnya. Klien tidak pernah menyadari jika psikolog di
hadapannya ternyata hanyalah manusia cacat. Mengantar mereka menuju pintu luar
atau melakukan beberapa kegiatan tanpa bantuan tongkat untuk berjalan. Bukan
karena ingin membodohi orang banyak melainkan bidang saya memang berada di
tempat seperti ini yaitu menjadi pendengar setia sekaligus sahabat.
“Zana
akhirnya saya menemukanmu kembali” suara seseorang sedang bergema sekitar
gendang pendengaranku sekarang.
“Fadi”
setelah lama tidak terdengar kabarnya tiba-tiba kami dipertemukan lagi.
“Terima
kasih buat semua yang kau lakukan terhadap Zahlee” Fadia.
“Bagaimana
kabar Zahlee sekarang? apa bayinya sudah lahir?”
“Bayi
Zahlee sangat cantik” Fadia. Zahlee sedang melanjutkan pendidikannya sambil
menjadi seorang ibu bagi sang buah hati. Memulai lembaran baru tanpa melihat
betapa kelamnya masa lalu memang sangat sulit, tetapi seiring berjalannya waktu
satu seni sedang berirama mengajar tentang petualangan.
“Kemarin
saya harus berada di luar negeri karena urusan pekerjaan jadi tidak sempat
memberi kabar” Fadia.
“Memangnya
saya menanyakan kenapa kontakmu tiba-tiba putus?”
“Siapa
tahu saja kau merindukan diriku lagi” Fadia. Pertemuan kami berdua kembali
terjadi di tempat Gym seperti biasa. Hal lain yang sama sekali belum diketahui
olehnya tentang kisahku sekarang adalah masalah penglihatan. Berjalan,
melakukan aktifitas, bekerja, menatap seolah kedua bola mataku tidak pernah
mengalami kegelapan sama sekali. Fadia tidak menyadari kalau sekarang saya
sedang berada pada alur cerita manusia cacat. Secara logika mustahil semua ini
bisa mengelabui orang-orang di sekitar, tetapi saya berhasil berjalan sama
seperti manusia normal lainnya.
Sampai
detik sekarang bisa dikatakan saya masih rajin memeriksa kondisi kedua mata
untuk mengetahui apakah masih ada harapan untuk melihat kembali. Suara hatiku
juga masih berteriak keras untuk menatap seberkas cahaya. “Kedua bola matamu
masih bisa tertangani oleh seorang dokter terkenal” dokter Adney seolah
memberikan saya setitik harapan.
“Sepertinya
saya sudah terbiasa dengan kehidupan sekarang, dok” membohongi diri sendiri.
“Kasus
seperti matamu memang paling sulit ditangani, tapi di tangannya saya yakin
penglihatanmu bisa kembali” Dokter Adney.
“Jangan
memberi saya satu harapan palsu kalau memang seumur hidup jalanku hanya
bercerita untuk tetap berjalan dalam gelap.”
“Zana
jangan patah semangat seperti ini” Dokter Adney.
“Ngomong-ongomong
siapa nama dokter itu?” bertanya langsung pada inti.
“Dia
memang dokter paling sulit dihubungi sih karena beliau salah satu tokoh paling
berpengaruh…” jawaban seperti ini kenapa jadi lari? Nyambungnya dimana?
“Doker
Adney yang saya tanyakan nama bukan jawaban seperti ini.”
“Dokter
Frodine seorang pemilik rumah sakit terbesar di seluruh wilayah termasuk rumah
sakit disini” jawaban dokter Adney tanpa basa basi. Sepertinya saya pernah
mendengar nama Frodine, namun entahlah…
“Jangan-jangan
ayah dari ceo yang sekarang lagi mengalami gangguan kejiwaan berat sampai-sampai
tidak pernah absen dari pemberitaan media” Livia tiba-tiba saja masuk ke tengah
pembicaraan kami.
“Sejak
kapan kau menjadi pendengar setia di depan pintu sana?” bertanya ke arah suara
Livia.
“Setengah
jam lalu. Kau selalu berjalan seorang diri seakan tidak memerlukan bantuan
siapapun, sedang kami semua selalu dibuat ketakutan” Livia.
“Moza
mana?”
“Moza
di sini buat jadi tongkat mami” suara Moza tiba-tiba berlari memelukku erat.
“Betul
ucapanku kan dokter?” Livia.
“Jangan
sekali-kali menyebut nama anaknya di hadapan beliau seandainya kalian berhasil
bertatap muka karena bisa berakibat fatal” dokter Adney.
“Kok bisa yah manusia sempurna semacam
anaknya menjadi gila seperti itu?” Livia.
“Kabar
terbaru, anaknya tiba-tiba saja menghilang sampai sekarang belum ditemukan
hanya belum tercium oleh pihak media” suara dokter Adney sangat pelan.
“Saya
tidak tertarik membahas masalah pribadi orang lain, jadi permisi dok”
menggendong Moza kemudian berlalu dari hadapan mereka. Dasar Livia mulut
sepuluh ribu bibir masih saja gila urusan. Singkat cerita mereka berdua
mengejar di belakang hanya untuk memastikan persetujuan pertemuan dengan sang
dokter.
“Saya
tidak tertarik sama sekali dok” jawaban penuh kebohongan. Saya takut berharap
pada sesuatu yang tidak jelas, walaupun suara hatiku terus saja berteriak ingin
melihat seberkas cahaya.
“Ini
kesempatanmu buat bisa melihat lagi” Livia.
“Saya
dan Livia akan berusaha menghubungi sang dokter, asal kau jangan berhenti
berharap atau patah semangat” dokter Adney.
“Moza
juga izzy selalu merindukan mami bisa melihat seperti dulu” tangan mungil Moza
membelai anak rambutku.
“Lakukan
demi Moza” Livia.
“Terserah
kalian” menjawab cuek seakan tidak pernah peduli.
Berjalan
dalam gelap memang menyakitkan, tapi saya tidak ingin mengalami merasakan sakit
lebih dalam. Selama ini kaki sudah terbiasa berjalan tanpa melihat sesuatupun
bahkan belajar terlihat kuat dari luar. Jangan berikan saya sesuatu yang tidak
pasti kalau memang semua itu hanya angin lalu. Belajar hidup seperti manusia
normal lainnya walaupun kenyataan berkata sebaliknya.
“Setan
di sana” Farand mengejutkan saya dengan tepukan tangannya.
“Mungkin
masalahmu masih jauh lebih berat dibanding petualangan hidupku” berkata-kata
terhadap Farand hingga membuatnya berhenti menyebut kalimat yang sama.
“Saya
sudah katakan orang yang anda cari tidak tinggal di sini” Livia terdengar
bertengkar dengan seseorang. Suara
kegaduhan di depan rumah terdengar jelas. Seperti sekelompok orang masuk paksa
ke rumah bahkan membuat keributan sekaligus kekacauan di segala ruangan.
“Nadav,
keluar sekarang juga!” salah satu dari mereka berteriak keras.
“Daddy
tidak bisa lagi kau tipu dengan penyakitmu itu” makin berteriak…
“Siapa
itu Nadav?” bertanya sendiri.
“Bapak
sudah gila yah” rasa geram Loan pertama kalinya terhadap seseorang. Mereka
berjalan menaiki anak tangga hingga berada pada lantai dua rumah ini. Berusaha
berdiri mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tiba-tiba tangan Farand
menghalangi jalanku seketika.
“Mau
menipu daddy dengan cara apa lagi?” ucapan orang yang sama setelah berhasil
berada di hadapan kami. Pria itu bertanya terhadap siapa? Apa maksud ucapannya?
Seperti ada sesuatu masalah yang bahkan saya sendiri tidak menyadari.
Jangan-jangan maksud mereka adalah…
“Maaf
kalau boleh tahu, bapak bicara terhadap siapa?” berusaha untuk tetap tenang.
“Pria
gila di samping kakak itu maksudnya” Rae ada bersama dengan mereka membuat
keributan.
“Rae
harus jelaskan maksud pernyataanmu tadi!”
“Maaf
ka’Zana semua ini kesalahan saya juga sepupu pria gila di sampingmu” Rae.
“Maksudmu
Farand?” Livia hampir tidak percaya…
“Saya
sudah berusaha menutup rapat sedalam mungkin bahkan kalau bisa sampai di dasar
laut, tapi tetap saja mata-mata paman dimana-mana” seperti saya pernah
mendengar jenis suara ini.
“Kau
kan yang waktu itu mengantar Farand ke rumah” Loan.
“Kau
sih terlalu ceroboh” Rae menyalahkan pria tadi.
“Kemarin
daddy bisa dipermainkan, tapi tidak untuk sekarang” ucapan pria yang sejak tadi
terus saja meluapkan amarahnya.
“Iblis
jahanam selalu menghancurkan semua orang di sekitarnya” tiba-tiba saja Farand
berucap seperti manusia normal bahkan menyadari pasti siapa mereka.
“Bawah
dia pulang kalau perlu seret paksa!” perintah sang pria tua tersebut.
“Kau
hanya iblis bukan daddy buatku” Farand berusaha lepas.
Hal
yang terjadi selanjutnya adalah mereka berhasil membawa Farand keluar
meninggalkan tempat ini bagaimanapun beberapa anggota rumah berusaha
menghalangi. Gonggongan izzy tiba-tiba saja menghentikan langkah sang pria tua
tadi. “Kakek masih ingat Moza?” di tengah-tengah genting menakutkan seperti ini
gadis kecil berkata-kata seolah mereka saling kenal.
“Izzy
sekarang sudah besar” Moza. Bagaimana bisa si’pembuat keributan ternyata
seseorang yang menghadiahkan gadis kecil seekor bayi anjing di hari ulang
tahunnya. Ingatan Moza benar-benar tajam untuk permasalahan seperti ini. Dia
juga si’pemberi boneka bear yang setiap malam terus berada dalam pelukan Moza,
tapi berbohong jika itu pemberian Farand. Pria tersebut hanya terdiam kemudian
berlalu begitu saja tanpa jawaban…
Rae
berusaha menjelaskan semua permasalahan yang sedang terjadi sejak awal hingga
terjadi keributan besar seperti sekarang. Nevil sang sepupu lainnya juga ikut
menjabarkan bagaimana perselisihan antara ayah dan anak sudah berlangsung lama.
Mereka berdua pun tidak dapat berbuat apa-apa. Farand maksudku Nadav sengaja
ingin mempermalukan ayahnya sendiri sekaligus ingin membatalkan pertunangannya
dengan jalan berpura-pura mengalami depresi hingga penyakit kejiwaan tingkat
parah. Saya benar-benar tertipu oleh acting pria tersebut. Masalah lain lagi
adalah ayahnya merupakan dokter spesialis terbaik yang dimaksud oleh dokter
Adney.
Bagian
15…
Nadav Frodine…
Manusia
monster pada akhirnya menyadari settingan permainanku. Saya benar-benar
membenci dia sebagai ayahku. Membawa sekumpulan anak buahnya secara mengejutkan
dan membuat keributan besar tempat saya berada. Monster bengis berhasil
mengumpulkan informasi setelah menyebar semua orang-orangnya di setiap sudut
Negara ini. orang bawahannya memang merupakan FBI terbaik yang pernah ada. Apa
yang terjadi setelah Zana dan semua anggota rumah mengetahui identitasku
sebenarnya? Saya tidak ingin siapapun dari mereka membenciku.
“Kau
monster” mendobrak pintu kamar setelah sang monster berhasil membuat saya
terkurung di rumahnya.
“Kalau
saya monster berarti kau anak monster paling durhaka” balasan sang monster dari
luar.
“Kenapa
begitu jahat terhadap anak sendiri?”
“Manusia
jahat itu sebenarnya siapa? Saya sebagai monster atau kau sebagai anak
monster?” Manusia monster.
“Buka”
terus-menerus mendobrak pintu kamar. Manusia monster menyadari betul apa yang
akan kulakukan sehingga melakukan pergantian bahan pintu dari kayu menjadi besi
baja. Otak paling cerdik yaitu mengurung anak sendiri dalam rumahnya.
Berhari-hari dia terus mengurung bahkan melarang siapapun masuk ke rumah
sekalipun itu kedua sepupuku. Hanya memperbolehkan pelayan membawa makanan ke
kamar, sedang hal lain tidak diperkenankan.
“Kenapa
si’monster tidak mengurus saja semua rumah sakit miliknya?” sangat kesal
melihat kelakuan bejatnya.
Saya
harus keluar dari rumah ini bagaimanapun caranya. Bagaimana andaikan Zana
benar-benar membenciku. Satu lagi, siapa yang akan menghalangi mantan suaminya
itu berjalan ke hadapannya? Saya menyukai Zana dan ini tidak boleh terjadi.
Berusaha setenang mungkin merupakan hal yang perlu kulakukan sekarang.
berpura-pura tidur saat seorang pelayan mengantar makanan memang sering kulakukan.
“Hei bangun” seperti suara Rae.
Dia
spontan membekap mulutku rapat-rapat untuk menghentikan reaksiku seketika. “Sepupu
gila” ujarku terkejut. Rae berusaha menyamar sebagai pelayan pengantar makanan
ke kamar dengan seragam memakai seragam seperti yang lain. Dia menjelaskan
betapa sulitnya berada di rumah ini dan benar-benar perjuangan besar. Salah
satu asisten kepercayaan manusia monster membantu Rae setelah sekian lama
mencari cara menembus rumah. Sengaja meminta penambahan pelayan buat
bersih-bersih karena merasa kewalahan dengan luas rumah yang begitu besar.
“Keluarkan
saya dari sini bagaimanapun caranya?” emosionalku ingin meledak.
“Saya,
Nevil, ibu Hana lagi berpikir keras sekarang” Rae.
“Mana
mungkin si’pelayan emas monster mau membantu…”
“Justru
kau salah menilai ibu Hana. Siapa coba mati-matian mencari jalan saya bisa
berada di depanmu sekarang?” Rae.
Ibu
Hana merupakan tangan kanan daddy sekaligus terkenal dengan sebutan wajah
sekaligus karakter paling menyeramkan. Saya hampir tidak percaya dengan semua
yang dilakukan olehnya. “Kau harus tenang” Rae kembali berkata-kata.
“Apa
Zana membenciku atau sangat benci?”
“Kau
ingin keluar karena dia?” Rae.
“Bukan
karena itu juga” berusaha menyembunyikan semuanya.
“Kami
sudah menjelaskan semua perkaramu, tapi sepertinya ka’Zana butuh waktu” Rae.
“Bantu
saya keluar dari rumah sialan ini” memohon terhadap Rae.
“Pertemukan
saya dengan Zana sekali saja” sekali lagi memohon.
“Kau
sudah dengar berita?” Rae.
“Tentang?”
“Satu-satunya
dokter yang bisa menangani kasus seperti ka’Zana hanya daddymu, jadi jangan
membuatnya semakin sulit” Rae. Mata Zana bisa melihat lagi asalkan melalui
tangan seorang ahli bedah terbaik yang memang mengerti jelas penanganannya.
Kenapa harus daddy?
Berpikir
keadaan di luar sana dalam kamar memang menyakitkan. Sekarang Moza lagi berbuat
apa? Izzy pasti berada di bawah pohon besar milik tetangga kalau galau atau
ngambek ma gadis kecil. Semua anggota rumah apa merindukan saya? Permainan
petak umpet, kejar-kejaran, kuda-kudaan, dan segala hal lucu masih terus saja
terngiang. Andaikan saya bisa berada di rumah itu, Tuhan.
“Gunakan
seragam ini besok, kebetulan ayahmu berada di luar seharian jadi kau bisa menyamar
sebagai pelayan untuk mengelabui semua orang di sini” tidak pernah menyangka
ibu Hana mau berkorban besar sekaligus bertarung nyawa buatku. Tidak perduli
ledakan emosional daddy andaikan ketahuan…
“Kenapa
mau menolong saya?” menghalangi jalannya.
“Saya
hanya mengikuti keinginan ibumu sebelum meninggal” ibu Hana.
“Mommy”
Ibu
Hana berjalan keluar meninggalkan kamar membuatku kembali berada dalam kurungan
seorang diri. Bertahun-tahun saya membenci tangan kanan daddy di rumah ini,
tetapi sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana dia terus berjaga di
belakangku. Tiba-tiba saja daddy berjalan masuk untuk pertama kalinya kami
berdua bertatap muka setelah kejadian malam itu. “Jadi alasanmu membatalkan
pertunangan kemarin karena mengejar wanita bodoh di luar sana?” daddy
berkata-kata di luar dugaan.
“Wanita
siapa maksud daddy?”
“Siapa
lagi kalau bukan psikolog buta yang lagi mengemis masalah operasi matanya”
daddy. Tidak mungkin juga Zana menjadi pengemis di hadapan manusia monster.
Wanita yang kusuka mempunyai harga diri untuk hal semacam ini.
“Saya
bertemu dengannya setelah kabur dari rumah sakit, jadi Zana tidak ada hubungan
sama sekali masalah pembatalan pertunangan.”
“Dia
janda beranak satu, tidak sederajat, berada jauh di bawah level keluarga
Frodine” penekanan daddy memang terdengar mengerikan.
“Saya
menyukai dia apapun statusnya” menjawab pertanyaan daddy. Seorang Zana membuat
saya belajar untuk satu start terbaik di tengah pahitnya petualangan hidup.
Sampai sekarang nama wanita pilihan daddy kemarin tidak saya ingat. Kebencianku
terhadap daddy merupakan satu-satunya alasan ingin mempermalukan namanya depan
public selain pembatalan pertunangan. Tidak ingin bernasib sama seperti kakak
akhirnya saya lebih memilih menjadi pembangkang.
Singkat
cerita, manusia monster meninggalkan kamar dengan penuh rasa geram. Saya harus
berhasil meninggalkan rumah neraka bagaimanapun caranya. Keesokan harinya ibu
Hana bersama Rae membantu saya agar bisa keluar dari rumah milik sang monster.
Memakai sebuah seragam sampai menyamar menjadi seorang pelayan hanya untuk
mengelabui anak buah daddy. Kamera cctv bersama para bodyguard bertubuh besar terus
saja berjaga di tiap sudut. Beralasan berbelanja ke pasar untuk bahan keperluan
dapur merupakan satu-satunya jalan. Tidak semudah yang dibayangkan, kenapa? Selalu
ada pertanyaan interogasi bahkan menatap dari ujung rambut hingga ujung kaki di
setiap ruang dan jalan yang harus kami lalui.
“Saya
benci memakai make-up tebal seperti ini” berkata-kata setelah berhasil keluar
dari rumah tahanan sang monster.
“Pelankan
suaramu! Jangan sampai salah satu dari mereka sedang mengekor karena mencium
bau-bau mencurigakan” Rae. Satu-satunya keinginanku sekarang adalah berada di
hadapan Zana untuk memberi penjelasan. Meminta Rae berpindah tempat dan
membiarkan saya mengemudikan kendaraan miliknya. Merdeka seperti inilah
perasaanku sekarang setelah mendekam dalam rumah beberapa minggu lamanya.
“Lihat
di sana sepertinya wajah ka’Zana” tangan Rae menunjuk seberang jalan setelah
kami melewati beberapa jalan. Mencoba membuka kaca untuk melihat lebih jelas.
Dia benar Zana bersama mantan suaminya. Ini tidak boleh dibiarkan… Memutar
mobil hingga akhirnya saya berhasil memarkir pada pinggir jalan raya.
“Lepaskan”
Zana berusaha lepas.
“Kenapa
kau tidak pernah bisa memberi saya kesempatan sekali saja?” teriak mantannya.
“Kalau
dia tidak mau kenapa dipaksa?” berlari ke tengah-tengah mereka.
“Kau
siapa?” sang mantan suami.
“Farand”
Zana sangat kaget…
“Saya
calon suami Zana” menjawab spontan.
“Kau
kan hanya mantan suami Zana, jadi tidak berhak lagi dong mengusik hidupnya”
ujarku kembali.
“Sejak
kapan saya punya mantan suami?” pertanyaan Zana membuat mata saya terbelalak
seketika. Hal lebih mengejutkan lagi adalah tiba-tiba saja Moza berlari ke
tengah-tengah kami sampai memerintahkan izzy menggigit pria tersebut.
“Izzy
gigit uncle jelek ini biar rabies” teriak Moza.
“Mami
tidak apa-apa?” Moza memeluk Zana.
“Kau
selingkuh di belakang sampai mempunyai anak reseh di luar nikah macam dia” sang
mantan makin histeris.
“Izzy,
ayo gigit orang jahat itu cepat!” perintah Moza. Akhir cerita adalah pria
tersebut lari terbirit-birit meninggalkan kami.
“Moza
rindu uncle” tiba-tiba saja gadis kecil berlari memelukku. Menjadi pertanyaan
Moza anak siapa? Apa Zana pernah hamil di luar nikah? Tadi dia menyatakan tidak
pernah menikah sama sekali, lantas kenapa memiliki seorang anak? Mencari tempat
aman saling melepas rindu merupakan hal paling menyenangkan buatku dibanding
membuat ribuan pertanyaan lagi tentang status pernikahan atau semacamnya.
Meminta
maaf terhadap Zana karena berbohong selama ini. Saya hanya ingin menjauh dari
daddy sampai acting terlalu jauh. “Dari mana kau dapat berita saya janda
beranak satu sampai ayahmu mengamuk besar?” Zana.
“Jadi
daddy benar-benar bertemu denganmu?”
“Dia
datang mengancam ke klinik tapi tidak lama” Zana. Bagaimanapun manusia monster
benar-benar menghalangi apa yang kusukai. Setidaknya, Zana belum pernah menikah
itu cukup buatku.
“Kalau
belum nikah lantas Moza anak siapa?” pertanyaan keceplosan, untung saja gadis
kecil tertidur lelap, sedang Rae berjalan keluar mencari makanan. Untuk
berjaga-jaga kami berada jauh dari ibu kota.
“Kau
pikir saya cewek dengan masa lalu nakal sampai melahirkan Moza di luar nikah?”
rasa geram Zana merasa tersinggung.
“Bukan
maksudku seperti itu juga.”
“Ibu
Moza diperkosa di tengah kondisi kejiwaannya sangat memprihatinkan. Saya juga
menemukan dirinya sekitar pedesaan di sini dalam keadaan hamil. Mengambil
sekaligus merawat dia sama seperti yang lain. Ketika melahirkan gadis kecil
terjadi pendarahan hebat sampai akhirnya meninggal” Zana. Menganggap Moza
sebagai anak kandung sendiri dan membesarkan dengan penuh kasih sayang menjadi
tanggung jawab Zana. Sampai detik sekarang berusaha mencari tahu ayah biologis
Moza, namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Ada banyak orang di luar sana
sengaja mengambil kesempatan ketika seseorang mengalami permasalahan kejiwaan
alias gila. Gadis kecil lahir penuh perjuangan bahkan hampir bernasib sama
seperti sang ibu yaitu berada jauh dari alam manusia.
“Moza
lahir primatur dengan berat hanya 1.600 gram hingga harus menjalani perawatan
di rumah sakit selama beberapa waktu. Saya pikir sudah tidak ada harapan,
tetapi gadis kecil begitu kuat jauh melebihi pikiranku untuk terus bertahan
hidup” Zana kembali menjabarkan sesuatu yang tidak kuketahui.
“Sekarang
dia tumbuh jadi gadis kecil paling ceria” tidak pernah membayangkan sesuatu
dibalik kisah gadis kecil. Zana memperlihatkan beberapa foto masih tersimpan
dalam memory handphone android miliknya. Foto-foto sewaktu ibu Moza masih hidup…
“Ini
tidak mungkin” berkata-kata dalam hati melihat beberapa gambar.
“Ada
apa denganmu?” Zana merasa terjadi sesuatu…
“Tidak
ada apa-apa” ucapku berbohong.
“Sampai
kapan kau membenci ayahmu?” Zana tiba-tiba saja berpindah dialog. Kenapa juga
harus menyindir tua bangka mengerikan seperti tidak ada dialog lain saja.
Sampai kapanpun saya akan tetap membenci tiap perlakuan buruknya terhadap
keluarga sendiri.
“Beri kesempatan dirimu berdamai dengan hatimu
sendiri walaupun dikatakan terlalu sulit. Mungkin hatimu jauh lebih terluka
dibanding kisah hidupku atau dunia Moza, tapi kau harus belajar keluar…” Zana.
“Saya
harus memaafkan tua bangka begitu maksudnya?” nada kesal.
“Tidak
ada ayah sempurna di dunia. Kau hanya perlu mencoba tersenyum di hadapan
ayahmu” Zana.
Ucapan
cukup tersenyum membuatku ingin tertawa lebar. Zana hanya belum menyadari
bagaimana tekanan demi tekanan menghancurkan kehidupan kakakku akibat ulah sang
ayah. Siapa pernah menduga, ka’Neva mengalami kisah paling rumit sampai
akhirnya melahirkan bayi hasil pemerkosaan. Yah, foto ibu Moza jelas-jelas
memperlihatkan wajah kakakku. Apa tua bangka pernah menyadari penderitaan putri
kandungnya di luar sana? Zana belum menyadari identitas asli foto dalam memory
handphone miliknya.
Ka’Neva
terlalu banyak menderita sampai berakhir tragis. Dalam kondisi kejiwaannya pun
mendapat perlakuan kejam oleh orang di luar sana sampai melahirkan seorang
bayi. Daddy memang sangat kejam menuntut anaknya menjadi apa yang diingini
hatinya. Saya tidak pernah melihat raut wajah penyesalan pada orang tua macam
dirinya. Pasti si’tua bangka lagi mengerahkan para anak buahnya di segala
penjuru bumi.
Bagian
17…
Nitzana…
Siapa
yang menduga ayah sang ceo terkenal tiba-tiba saja kembali membuat keributan.
Klinik tempat saya bekerja terdengar seperti perang dunia 3 akibat perbuatan
beliau. Sang anak berpura-pura gila sampai berujung perang nuklir antara satu
dengan lainnya. “Kau hanya janda beranak satu, jangan berani-berani menggoda
anak saya” kalimat penghinaan. Tunggu-tunggu, sejak kapan saya menjadi janda?
Lantas kalau janda memang harus diejek seenak jidat? Janda juga manusia bukan
barang rongsokan…
“Jangan
harap saya mau menyetujui pembedahan matamu” sekali lagi berteriak.
“Berarti
dokter Adney sudah berdiri di hadapan anda begitu maksudnya?”
“Saya
bukan dokter bodoh bisa masuk perangkap janda kritis sepertimu” ucapan menusuk
tuan Frodine.
“Irama
seni hidupku masih berputar dan sama sekali tidak terhenti walaupun kaki harus
terus berjalan tanpa sebuah penglihatan. Ngerti?” dunia masih terus menyatakan
satu kisah buatku, lantas kenapa harus takut? Buta atau cacat secara fisik jauh
lebih baik dibanding cacat hati seperti dirinya.
“Kau
hanya orang rendahan” tuan Frodine.
“Salah
seorang musisi legendaris Jhon Lennon menjalani kisah cukup pahit seperti anak
anda. Menjadi pembenci karena karakter sang ayah terlalu menyedihkan bahkan
tidak pernah memberi memory terbaik bagi anaknya.” berucap menyamakan jalan
hidup antara Farand dan seorang musisi legendaris.
“Memang
kau tahu apa tentang hidup Nadav” membalas sinis.
“Jhon
Lennon menciptakan sebuah lagu berisi rasa kecewa, kemarahan luar biasa, ribuan
pertanyaan terhadap sang ayah. Ciptaan lagunya memang berjudul Mother, tapi
semua itu ditujukan pada seorang pria tua tanpa rasa belas kasih sedikitpun.
Kehidupannya selalu mengalami goncangan demi goncangan walaupun dikatakan dia
memiliki karir cemerlang sama seperti anak anda.”
“Kau
hanya psikolog rendahan” tuan Frodine.
“Singkat
cerita adalah sang musisi membuat skandal menghina Tuhan, namun jauh dibalik
itu diam-diam dia membuat sebuah pernyataan terhadap seorang pendeta. Andaikan
saya merasakan kasih sayang ayahku, tentu hidupku tidak akan melakukan hal seperti
kemarin, begitulah pernyataannya” terus berkata-kata tanpa henti di hadapannya.
“Musisi
legendaris diakhir cerita meninggal karena perbuatannya sendiri. Perselisihan
antara dia dan anaknya pun selalu menjadi sorotan public selama hidupnya” masih
terus berucap. Sang musisi mempunyai nasib sama seperti anaknya, haus kasih
sayang seorang ayah. Minimal, Farand maksudku Nadav tidak sedang membuat sebuah
pernyataan menghina Tuhan. Rasa kecewa benar-benar akan menghancurkan jalan
hidup para anak di setiap sudut persimpangan. Tidak dapat disangkal terdapat
beberapa tokoh-tokoh dunia di luar sana melakukan tindak kejahatan bahkan
membunuh nyawa hingga tidak terhitung lagi jumlahnya hanya karena permasalahan
hilangnya figure seorang ayah di masa kecil.
“Pergilah!
Hidup saya baik-baik saja walaupun bola mataku dinyatakan buta seumur hidup!”
pernyataan mengusir.
Tuan
Frodine berjalan keluar meninggalkan klinik di akhir cerita. “Kau tidak
apa-apakan?” Livia sangat khawatir atas kejadian yang sudah terjadi. Beruntung
saja Livia sedang tidak berada di tempat tadi, bisa-bisa makin kacau…
Kekacauan
baru kembali terjadi ketika perjalanan pulang ke rumah. Pertemuan tidak terduga
terjadi antara saya dan Hagan terulang. Masalah satu belum selesai tetapi harus
berhadapan pada masalah lain lagi. Dia belum menyadari keadaan mata saya dalam
kondisi buta alias cacat. “Zana, apa susahnya memberi saya kesempatan untuk
memperbaiki” Hagan seperti biasa berceloteh seakan semua bisa kembali menjadi
baik. Saya tidak membenci dirinya, hanya saja pintu itu tertutup rapat untuk
masalah menjalin hubungan.
Belasan
tahun bukan penantian singkat. Saya juga merasa tidak pernah berpacaran
dengannya kalau di pikir-pikir lagi sih. Menjalani hubungan seperti manusia
normal lainnya sama sekali tidak pernah. Mungkin kemarin kata naïf memang lebih
berperan, jadi sulit mencerna. “Kau berada dimana waktu saya menangis,
difitnah, diejek, dan semua hal buruk terjadi? Lupakan semuanya. Kau dan saya sekalipun
tidak pernah kencan seperti orang lain kan? jadi tidak perlu merasa bersalah”
berkata-kata di hadapan seorang Hagan.
Dia
tetap bertahan dengan cerita membuat keributan di tengah jalan. Tiba-tiba saja
seorang pria hadir di tengah kami di luar dugaan bahkan sangat mengejutkan.
Bagaimana bisa Farand lepas dari kurungan ayahnya setelah berminggu-minggu? Sama
seperti ayahnya berpikir kalau saya ini seorang janda dan Hagan adalah mantan
suamiku. Sejak kapan saya menikah dengan pria itu? Lebih kacau lagi mengelabui
Hagan dengan berpura-pura berperan sebagai calon suami…
Terdengar
lucu memang pertengkaran besar terjadi di tengah jalan bersama gonggongan izzy
hingga membuat Hagan lari ketakutan. Aneh juga, si’gadis kecil muncul tiba-tiba
untuk membantu mommynya. Kami meninggalkan ibu kota demi menghindari kejaran
tuan Frodine karena ulah anaknya sendiri kabur dari rumah. Entah sejak kapan
Farand menjadi pengekor setia bahkan menganggap Hagan sebagai mantan suami.
Sejak kapan saya menjanda?
Mau
tidak mau saya harus bercerita panjang lebar kehidupan Moza terhadap Farand.
Menyuruh dia membuka galery android milikku untuk melihat wajah ibu gadis kecil
sebenarnya dibanding berpikir aneh tentangku. Mengajak dia berdamai terhadap
sang ayah memang cukup sulit. “Makanan datang” Rae mengagetkan kami semua
dengan teriakannya.
“Aunty,
kenapa lama sekali? Moza lapar” gadis kecil terbangun dari tidur…
“Izzy,
ice cream buatmu biar tidak galau” Rae seperti menggoda izzy. Kami berempat
berada di satu perkampungan kecil jauh dari ibu kota tanpa rencana sama sekali.
Farand maksudku Nadav butuh waktu menghadapi masalahnya sendiri. Perkampungan
kecil di sini mengingatkan kembali kisah kehidupan seorang wanita…
Flashback…
“Boneka
boneka boneka…” telunjuk seorang wanita menunjuk sesuatu bahkan bertingkah
seperti anak kecil.
“Dasar
wanita gila, pergi!” salah satu pemilik toko sekitar jalan di depanku sangat
geram sampai menyeretnya seolah dia bukan manusia. Saya hanya ingin berlari
menjauh meninggalkan kota untuk melupakan segala hal kacau dalam hidup. Rasa
kecewa terhadap Tuhan membuat jalan saya sendiri seperti hilang arah.
Sepertinya sang pencipta sengaja mempertemukan saya dengan wanita tersebut.
Jalan hidupku masih jauh lebih baik dibanding dirinya yang selalu berkeliling
dengan pakaian kotor tanpa sadar.
“Boneka
pokoknya boneka” dia selalu berteriak. Perutnya pun terlihat membesar tetapi
tidak menyadari sesuatu di dalam rahimnya. Apa yang istimewa dari boneka bear
besar di sana? Tidak seorangpun pernah peduli tentang dirinya atau sekedar
menaruh setitik rasa iba. Semua memberi kata-kata hinaan terhadapnya. Terkadang
membuat keributan di jalan, berteriak, makan dari sisa makanan di sekitar bak
sampah, tidur tanpa alas tikar menjadi rutinitasnya setiap hari. Mencoba
mengajak dia berbicara dengan tangan gemetar serta memberi dekapan hangat hanya
untuk menenangkan dirinya.
“Buatmu”
tersenyum memberinya sebuah boneka bear besar.
“Boneka
boneka boneka daddy…” tertawa menarik spontan boneka di tanganku. Tinggal
bersama dengannya selama beberapa saat di perkampungan kecil. Membersihkan
tubuhnya, memandikan, memotong rambut panjangnya, tidur bersama itulah yang
kulakukan. Kenyataan lain adalah dia sangat cantik. Memberi dia nama Gadis
memang terdengar menyenangkan buatku. Beberapa orang mengambil kesempatan
memperkosa Gadis sampai hamil dalam keadaan kondisi seperti ini. Manusia zaman
sekarang benar-benar kejam.
Tiba-tiba
saja Gadis mengalami kontraksi hebat sebelum waktunya sampai dilarikan ke rumah
sakit dan harus berakhir dengan rujukan untuk mendapat perawatan lebih baik di
ibu kota. “Boneka boneka boneka daddy…” hanya kata-kata seperti ini yang terus
melekat memenuhi perbendaharaan ucapannya. Gadis menghembuskan nafasnya setelah
melahirkan karena pendarahan hebat terus-menerus.
“Dokter,
selamatkan dia” menangis histeris memohon terhadap seseorang yang sedang
mengenakan pakaian putih…
“Kami
akan berusaha semaksimal mungkin,” kata-kata sang dokter berusaha membantu saya
berdiri. Tubuh seorang bayi mungil harus menjalani berbagai penanganan medis.
Apakah gadis kecil akan terbangun? Berada dalam ruang incubator dipenuhi segala
jenis selang dengan mata harus terbungkus oleh lapisan kain putih. Bayi mungil
memiliki berat bobot jauh dibawah standar normal karena belum cukup bulan.
Berat badannya hanya 1.600 gram, sementara berat bayi lahir normal sekitar
2.500- 4.000 gram.
“Kau
harus hidup,?” berkata-kata menatap ke arah tubuh mungil sang bayi.
Jari
mungilnya memegang penuh jari telunjuk kiriku penuh kehangatan. “Kau seperti
air mancur terlihat indah, menyejukkan hati, terus mengalir dalam ruang hidup…”
tersenyum melihat ke arah tubuh mungil dalam sebuah ruang incubator.
“Moza
menjadi nama dengan kesan paling menarik di tiap gendang pendengaran semua
orang” berucap kembali…
Flashback…
“Moza
mau tidur ma mommy” gadis kecil membangunkan saya dari ingatan masa lalu.
“Gawat
gawat…” suara seorang pria berteriak cukup parah dari luar. Ternyata Nevil
mengejar kami sampai ke kampung setelah mendapat informasi dari Rae. Tuan
Frodine mengamuk besar karena kepergian Farand hingga menyebar seluruh anak
buahnya ke setiap sudut jalan kota-kota untuk mencari informasi.
“Paman
sengaja membawa semua penghuni di rumah tempat perkumpulan orang-orang gila”
Nevil sangat ketakutan.
“Gadi,
Loan, Nata, Livia, ibu Malia, dan semua penghuni rumah di bawah begitu
maksudnya?” menarik kerah baju Nevil.
“Sebenarnya
kau bisa melihat atau memang buta?” Nevil.
“Pasti
karena ulahmu lagi kan” Farand menyalahkan Nevil.
“Jelas-jelas
ulahmu, kenapa saya di kambing hitamkan?” Nevil. Saling menyalahkan tidak akan
menyelesaikan masalah, jadi sebisa mungkin menghentikan pertengkaran kecil
mereka berdua. Berusaha berpikir untuk mencari jalan keluar masalah ini…
“Saya
penyebab semua” rasa bersalah sekaligus penyesalan terdengar melalui ucapan
Farand. Kesimpulannya yaitu dia ingin membawa mereka semua kembali tanpa luka
lecet sedikitpun. Kepergian Farand menjadi penyebab kegeraman tuan Frodine di
luar kendali. Sangat marah membuat sang dokter tidak dapat berpikir jernih.
Farand
akan kembali ke kota lebih tepatnya berada di sebuah istana yang merupakan
neraka buatnya tanpa memori manis bersama seorang ayah. “Saya harus ikut
denganmu” mencoba meraba dinding untuk menemukan jalan pintu. Berusaha
menghentikan keinginanku tapi tidak berhasil dan saya tetap bertahan ingin
berdiri di hadapan seorang pria tua kejam.
“Saya
juga ikut” Rae tidak mau kalah. Akhir cerita, kami semua kembali ke kota
memakai kendaraan pribadi milik Nevil cukup besar untuk menampung beberapa
orang. Pertengkaran hebat antara seorang ayah bersama anaknya biasa terjadi
bahkan bisa saja nyawa salah satu diantaranya melayang begitu saja.
Masing-masing mempertahankan ego dan menganggap diri benar.
Perasaan
berkecamuk berpikir tentang sesuatu depan mata memenuhi sepanjang perjalanan.
Menyandra Livia juga yang lainnya hanya demi menyatakan satu keegoisan sang
ayah di hadapan anaknya. Saya tidak pernah mengerti maksud Farand membawa Moza
bersama izzy untuk satu pertemuan…
“Kau
tidak berpikir keselamatan anak saya bagaimana?” geram akan kelakuan Farand.
“Saya
akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu” Farand.
“Nadav
pasti punya alasan melakukan ini, jadi ka’Zana…” Rae seperti memohon juga.
Apa
hubungan Moza dengan semua masalah ini? Penyebab kegeraman tuan Frodine berasal
dari dirinya, lantas kenapa gadis kecil harus menganggung? Seperti ada sesuatu
yang disembunyikan olehnya, tetapi apa? Saya merasa di tiap sudut berdiri
beberapa anak buah dengan badan super tegak bak sosok atlet. Pria tua itu
sebenarnya seorang dokter atau ketua mafia kelas kakap?
“Akhirnya
kau datang juga” ucapan tuan Frodine.
“Lepaskan
mereka” Farand.
“Ternyata
psikolog buta bertarung nyawa juga berjalan ke rumah monster” tuan Frodine.
“Mereka
tidak salah apa-apa, jadi lepaskan” Farand.
“Dengan
syarat kau harus meminta maaf atas semua kelakuan bejatmu dan bersujud di
depanku sekarang” tuan Frodine.
“Bajingan”
Farand sangat benci melakukan hal semacam ini dan jangan pernah harap…
“Silahkan
pilih, nyawa mereka di tanganmu sekarang” tuan Frodine.
“Kupikir
kakek berhati lembut ternyata pikiran Moza salah” gadis kecil dalam gendonganku
tiba-tiba berkata-kata…
“Paman
itu kan dokter bukan orang jahat lantas kenapa bisa sebengis ini?” Rae.
“Sebaiknya
paman hadapi dengan kepala dingin” Nevil.
“Semua
ini karena permainan Nadav sendiri sampai menyimpan ambisi untuk mempermalukan
orang tuanya sendiri, kesalahanku ada dimana? Tuan Frodine.
“Sejak
dulu kau selalu menjadi Monster” Farand.
“Saya
bisa lebih jahat dari yang kau pikirkan” tuan Frodine.
“Kenapa
kau selalu jadi ayah paling jahat? Pernah tidak sedikit saja berpikir ingin
menjadi sahabat buat anakmu. Kakakku tertekan, gila, menghilang karena ulah
monster tua sepertimu. Mommy mendadak serangan jantung sampai meninggal juga
ulahmu dan sekarang kau mau lampiaskan kata iblis dalam dirimu terhadap
mereka…” Farand berteriak sangat hebat.
“Kau
pikir saya akan berubah” tuan Frodine menarik Moza dari gendonganku bahkan
digunakan sebagai alat untuk menyerang Farand anak kandungnya sendiri.
“Paman
jangan bertindak bodoh” Nevil sangat ketakutan.
“Kau
ingin membunuh darah dagingmu sendiri? Silahkan!” Farand.
“Apa
maksudmu?” terkejut mendengar pernyataan Farand.
“Ka’Neva
menderita depresi sampai tertekan karena ulah monster sepertimu. Hidup di jalan
tanpa rumah, menderita, diperkosa, dan melahirkan seorang anak. Kau puas
menghancurkan kehidupan satu-satunya anak perempuanmu sendiri? Kakakku selalu
menganggap daddynya malaikat, tapi kenyataan apa yang kau perbuat terhadapnya?”
Farand.
“Dan
sekarang kau juga ingin melenyapkan satu-satunya peninggalan kakakku” saya
hampir tidak percaya atas apa yang baru saja kudengar. Farand ingin berkata
kalau Moza adalah cucu kandung tuan Frodine. Jadi, Gadis mengalami tekanan karena
perbuatan ayahnya sendiri. Ternyata Moza masih mempunyai keluarga…
“Izzy
anjing pemberian kakek pasti sedih kalau Moza mati” Moza.
“Kau
ngompol” teriak tuan Frodine segera menurunkan Moza dari gendongannya.
“Kalau
Moza gemetar pasti pipis celana” dalam situasi kacau gadis kecil masih bisa
bersikap seperti ini. Tidak dapat dipercaya…
“Serang
orang tua gila” seseorang tiba-tiba saja berteriak.
“Nata…”
mereka berhasil lepas dengan sendirinya hingga berada di tengah-tengah kami
semua. Lebih kacau lagi adalah Nata berperan sebagai pemimpin penyerang.
Terdengar suara histeris Livia memukul seseorang memakai panci dapur.
“Dari
mana kakak dapatkan panci-panci ini?” pertanyaan Rae.
“Kami
berhasil lepas terus jalan lewat dapur, hasilnya yah seperti ini” Livia.
“Serang
bangka gila” Gadi membunyikan keras beberapa wajan penggorengan.
“Tua
bangka gila” Nevil.
“Berani-beraninya
kau…” rasa geram tuan Frodine terhadap keponakannya.
“Paman
kan orang jahat” Nevil.
Kenapa
jadi pertarungan memakai peralatan memasak seperti ini sih? Sana sini terjadi
keributan bersama suara-suara histeris. “Hancurkan saja monster di sana!”
seakan Farand tidak lagi memperdulikan ayahnya sendiri. Perlawanan berat antara
anak buah tuan Frodine dan mereka terdengar kacau… Terdengar lucu, pertempuran
dimenangkan oleh tim mereka walaupun hanya bermodalkan alat-alat dapur.
“Izzy
gigit tua bangka gila” Nata berteriak…
“Monster
gila” Farand seperti tidak mau kalah.
“Tua
gila” Gadi lebih berteriak.
“guk
guk guk guk…” sepertinya izzy sudah siap mengambil ancang-ancang.
“Ayo
izzy,kelebihanmu itu jangan cuma makan ice cream doang” Livia.
“Izzy
berhenti!” Moza berusaha menghalangi izzy yang entah setengah perjalanan
berlari ke arah tuan Frodine.
“Moza
kenapa menghalangi izzy? Dia kan tua bangka gila” cetus Nevil.
“Siapa
yang operasi mami kalau kakek rabies? Moza ingin mami melihat lagi” Moza.
Suasana berubah menjadi hening setelah terdengar ricuh beberapa waktu. Ucapan
polos seorang gadis kecil meluluhkan hati semua orang di sekitarnya. Akhirnya,
kami semua bisa kembali ke rumah dengan selamat. Membiarkan Farand tetap berada
di rumah itu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Memberi ruang dan
membuatnya menyadari banyak hal yang terlewatkan oleh mereka.
Keretakan
hubungan ayah dan anak memang sering terjadi karena keegoisan masing-masing
pihak. “Pantas saja suara hatiku mengatakan kalau wajah Farand seperti tidak
asing lagi” pernyataan Livia setelah kami berada di rumah kembali.
“Lantas
kalau sudah tahu mau apa?”
“Tidak
disangka seorang ceo terkenal bisa melakukan drama konyol seperti itu untuk
menghindari perjodohan sekaligus mempermalukan orang tua sendiri” Livia.
“Kenapa
terlalu gila urusan?” membuatnya sangat kesal dan berjalan sendiri ke kamar.
Bagian 18…
Nadav Frodine…
Rumah
bak istana kembali sunyi senyap setelah mereka semua pergi. Berdiam dalam kamar
seorang diri membayangkan bagaimana senyuman ka’Neva terlintas kuat dalam
ingatanku. Tidak pernah menyangka Moza si’gadis ceriah ternyata keponakan
kecilku. “Nadav, belum tidur?” ibu Hana tiba-tiba saja berdiri di depanku.
“Sejak
kapan…?” terkejut.
“Moza
benar-benar mirip mamanya” ibu Hana tersenyum pertama kalinya.
“Selama
ini kau tidak pernah tersenyum terhadapku…”
“Keadaan
membuat saya seperti itu” ibu Hana.
“Keadaan?”
“Lupakan”
ibu Hana.
“The
flower that blooms in adversity is the rare and beautiful of all, kenapa kau
tidak pernah bisa mencoba menjadi seperti bunga itu?” ibu Hana.
“Ibu
Hana mengutip dari mana?”
“Serial
film Wulan Disney. Btw, ada yang salah?” ibu Hana.
“Entahlah…”
jawaban terkacau.
“Cara
daddymu memang salah menyatakan berbagai objek bagi hidup kalian anak-anaknya,
tetapi cobalah belajar bertindak bijak dan menjadi langka seperti bunga tadi.
Tidak ada salahnya untuk mencoba dari pada tidak sama sekali” ibu Hana.
Perselisihan
antara dunia seorang ayah dan anaknya memang sering terjadi di kalangan
masyarakat bahkan bukan saya satu-satunya bernasib seperti ini, hanya saja kata
terlalu menyakitkan sulit membuatku berpikir jernih. Kematian mommy,
penderitaan kakak, dan cara daddy mengaplikasikan hal-hal mengerikan
menghancurkan memoryku untuk memahami kehidupan sebenarnya.
Tanpa
sengaja tubuhku bertabrakan dengan daddy di dapur dalam gelap. Sepertinya
monster itu sudah lama bersandar pada sebuah kursi di sana. Untuk beberapa saat
kami berdua diam tidak berbicara satu sama lain ataupun bertengkar seperti
biasa. “Tanganmu terluka” daddy memulai bahan pembicaraan. Mengambil kotak obat
pada sebuah lemari kemudian membersihkan luka tanganku.
“Pertama
kalinya…” tertawa sinis.
“Bisa
dikatakan daddy memang kejam, iblis, monster, selalu membuat penderitaan, tidak
pernah bisa menjadi sahabat terbaik, ataupun menciptakan sebuah memory indah
bersama keluarga…maaf untuk semua itu” daddy berucap…
“Kenapa
baru berkata sekarang?”
“Keegoisan,
kesombongan, keserakahan, ingin membentuk anak menjadi paling sempurna sampai
membuat satu tindakan menekan berakhir dengan menyatakan sebuah cerita tragis
dalam keluarga. Terus terang, daddy ingin memperlihatkan terhadap dunia tentang
cerita terbaik tetapi cara yang ditempuh memang salah bahkan sangat salah…”
daddy berbicara dengan wajah menunduk dan tidak berani menatap ke arahku.
“Andaikan
waktu dapat diputar kembali. Jauh di dasar hati daddy benar-benar merindukan
kakak Neva, rasa-rasanya kepala mau pecah setiap memory tentangnya muncul
seketika, tapi semua sudah terlambat memang” sekali lagi daddy membuat
pernyataan penyesalan.
“Kakak
mengalami kontraksi hebat sebelum waktunya sampai harus melahirkan Moza dengan
usia kehamilan belum cukup bulan. Siapa yang pernah menyangka ka’Neva mempunyai
anak cantik, pintar, ceria seperti Moza.” Membayangkan bagaimana gadis kecil
penuh semangat mengungkapkan sesuatu di depannya dengan begitu lugu…
“Daddy
memang manusia kejam, jadi wajar kau menjadi pembenci. Tidak masalah kalaupun
kata maaf mungkin atau memang sangat sulit dapat terukir pada loh hatimu”
daddy.
“Memang
sangat sulit” berkata-kata jujur di hadapannya.
“Satu
permintaan daddy, jangan menghalangi daddy menciptakan sebuah memory manis
untuk Moza setidaknya Tuhan masih memberi kesempatan memperbaiki luka hati
bahkan sesuatu yang sudah terlalu rusak” daddy.
Saya
tidak pernah melihat daddy berucap penyesalan atau membuat pernyataan seperti
ini sebelumnya. Bisakah saya memberi kata maaf begitu saja terhadapnya setelah
semua hal yang terjadi? Zana sendiri membiarkan daddy berdiri di hadapan Moza
tanpa rasa marah sedikit pun. Mungkin karena dia seorang psikolog, jadi
memahami satu subjek terbaik yang harus dilakukan. Saya bukan Zana dengan mudah
memberi sebuah pintu bagi pria tua untuk memperbaiki sesuatu yang dikatakan
rusak sejak lama.
Menatap
dari kejauhan bagaimana daddy belajar membuat Moza tersenyum lebar dan terus
berada di sampingnya. “Maaf membuat Moza sakit” entah apa maksud daddy berucap
seperti ini terhadap gadis kecil.
“Moza
tidak akan menyuruh izzy menggigit kakek. Biarpun kakek dulu jahat tapi
sekarang sudah tidak lagi” Moza hanya belum memahami pernyataan orang dewasa…
“Guk
guk guk…” ekor izzy sedang menari di tengah mereka. Membiarkan pria tua
menikmati satu senyuman manis gadis kecil. Manusia monster bisa tertawa seperti
itu? Wajah beringas, kejam, arrogant, banyak menuntut hilang terbawah angin.
Sulit dipercaya lingkaran gelap berubah total hanya karena setetes air jernih.
Butuh
waktu panjang membuang setiap rasa sakit keluar dari tubuh. Diam terpaku
membiarkan daddy menciptakan satu memory manis pada hidup seorang gadis kecil.
Matahari pagi memancar serta memberi kehangatan terlebih ketika seorang ayah
tertawa lepas mendekap sang anak di bawah pancaran sinarnya. Kisah semacam itu
hanya ada dalam khayalan semata, namun tidak pernah terjadi bagi jalan hidupku
sendiri.
Duduk
termenung di sepanjang halte seorang diri dan berpikir. “Minimal kau harus
mencoba tersenyum di hadapan ayahmu” Zana tiba-tiba muncul di sampingku. Dia
berjalan tanpa sebuah tongkat bahkan beraktifitas layaknya manusia normal.
“Saya
menyukaimu” hal terbodoh menyatakan perasaan dengan suasana seperti ini.
Nitzana…
Terkejut,
ingin marah, terdiam, seperti lelucon dimana pria tua sombong berkunjung ke
rumah. Saya tidak akan pernah memberikan Moza. Tuan Frodine bisa melakukan apa
saja yang dia mau, tetapi mengambil gadis kecil bukan permainan. “Mau apa lagi
datang kemari?” Livia seolah siap menyerang.
“Biarkan
dia masuk!” entah mengapa ucapan seperti ini keluar begitu saja.
“Izzy”
suara Moza mengejar anjing kecilnya.
“Saya
hanya ingin melihat senyum anak itu, tapi tidak bermaksud mengambilnya darimu”
tuan Frodine dapat membaca pikiranku.
“Izzy
gigit si’tua…” Nata berteriak keras di tengah kami.
“Guk
guk guk guk” izzy siap mengikuti perintah.
“Izzy
berhenti!” Moza.
“Mami
harus lihat wajah Moza, kalau kakek tua mati gimana cerita dong?” cetus Moza.
“Livia
bawah masuk Nata ke kamarnya!” nada memerintah.
Dengan
rasa kesal Livia membawah masuk Nata dan membiarkan kami berada di ruang tamu
untuk menghabiskan waktu bersama. “Moza harus menemani kakek untuk beberapa
waktu kalau ingin melihat mami sembuh” hal terbodoh yang pernah kulakukan.
Mendengar
diam-diam percakapan mereka di sela-sela sudut tidak jauh dari tempat tersebut
terkesan mengintai. “Kenapa mami pergi?” Moza kecil bertanya setelah saya
berhasil meninggalkan mereka. Kenyataan terbodoh memberi celah pria tua itu
merebut gadis kecil dariku.
“Untuk
memberi kesempatan kakek meminta maaf pada gadis manis di depanku” tanpa basa
basi menjawab pertanyaan gadis kecil.
“Kapan
mami melihat lagi?” Moza.
“Tergantung”
tuan Frodine.
“Ucapan
kakek kenapa jadi aneh yah?” Moza.
“Moza
harus mau menemani kakek bermain kalau ingin mami bisa melihat lagi ” tuan
Frodine.
“Artinya
kakek tidak lagi nolak operasi mata mami? Gitu maksudnya?” Moza.
“Tergantung
juga” tuan Frodine. Dunia antara seorang kakek dan cucu kini berbeda dari
siapapun. Membiarkan pria tua itu mengantar dan menjemput Moza ke sekolah,
menghabiskan waktu sekitar arena perminan anak, berkeliling taman, dan
melakukan banyak kegiatan lain. Gadis kecil tidak pernah bertanya atau ingin
menyimpan satu kata dendam terhadapnya.
Tetap
menatap dengan wajah senyum ketika sang kakek tua berdiri di hadapannya. Saya
bisa saja kehilangan Moza sewaktu-waktu, tetapi menciptakan jurang pemisah
bersama keluarga sebenarnya juga merupakan kesalahan terbesar. Siapa pernah
menduga boneka bear menyimpan satu memory terbaik dalam diri antara seorang
pria tua dan anak perempuannya. “Maaf membuatmu hidup menderita seperti ini”
ucapan tuan Frodine tanpa sengaja terdengar olehku ketika bermain sekitar
pekarangan rumah.
“Moza
tidak merasa menderita” gadis kecil berkata-kata…
“Iya
juga sih Moza menderita sejak mami buta karena ulah gadis kecilnya…” dia terus
merasa bersalah karena peristiwa kecelakaan kemarin.
Gadis
kecil tidak pernah menyadari maksud ucapan sang kakek. Moza lahir ke dunia
karena perbuatan bejat sekelompok orang di luar sana seperti itulah kenyataan
hidup yang sedang terjadi. “Moza sudah waktunya mandi” hadir di tengah mereka
begitu saja…
Si’kecil
berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberutnya tanpa nada bicara satu
katapun. “Terima kasih membiarkan saya menciptakan satu memori manis buatnya
walaupun dikatakan tidak akan membuat Neva hidup kembali atau memperbaiki
keadaan paling rusak” pria tua berucap setelah kepergian Moza.
“Saya
tidak akan merebutnya darimu atau bersikap egois untuk mempertahankan satu prinsip sombong seperti kemarin” ucapannya
sekali lagi.
“Apa
anda tidak pernah berpikir sama sekali untuk menciptakan memori manis terhadap
Farand maksudku Nadav sama seperti yang kau lakukan terhadap Moza?” melemparkan
sebuah pertanyaan.
“Entahlah.
Jauh di dasar hati Nadav benar-benar terluka dan tidak mudah menjadi dokter
untuk membedah setiap luka yang kenyataan memang sudah benar-benar berada pada
satu stadium cukup parah dibanding penyakit lainnya” tuan Frodine.
“Setidaknya
mencoba untuk menjadi dokter bedah terbaik buatnya dari pada tidak sama sekali”
berkata-kata sedikit sinis.
“Saya
takut menjadi ayah paling gagal buatnya untuk kesekian kalinya. Rasanya
mustahil menjadi dokter bedah bagi seorang anak karena kesalahan sendiri” tuan
Frodine.
“Terserah”
jawaban cukup kacau.
“Saya
sudah mengatur jadwal operasi buatmu. Jadi, kau harus mempersiapkan diri
beberapa hari lagi” berkata-kata seketika kemudian berjalan pulang tanpa
memberi kesempatan membalas ucapannya. Membuat keputusan sendiri bersama jadwal
operasi terdengar…
Saya
bisa melihat lagi bagaikan mimpi tetapi akan segera nyata. Kalimat memohon
terhadap pria tua itu sama sekali tidak pernah kulakukan sejak awal sampai
detik sekarang. Hidupku masih dapat berjalan walaupun dinyatakan buta
selamanya. Entah perasaan bersalah atau ingin balas budi menjadi penyebab tuan
Frodine bersedia menjadi dokter khusus menangani masalah kedua bola mataku.
“Mami,
kenapa uncle Farand duduk di sana seorang diri?” kalimat Moza saat kami berdua
sedang menikmati udara sejuk. Menyuruh gadis kecil berjalan pulang bersama
Loan, sedang saya sendiri berjalan menuju sebuah halte.
Sepertinya
dia duduk termenung di sepanjang halte seorang diri dan berpikir. “Minimal kau
harus mencoba tersenyum di hadapan ayahmu” berkata-kata hingga membuatnya
terkejut dan menyadari keberadaanku.
“Saya
menyukaimu” balasan ucapan terkacau bahkan terdengar aneh.
“Kau
tidak perlu membalas, setidaknya menyadari perasaanku” berucap kembali.
Apa
yang salah dengan pernyataannya? Mengungkapkan dua kalimat dan membiarkan saya
seorang diri duduk termenung. Dia berjalan pergi tanpa berkata-kata lagi.
Lelucon bodoh sedang bermuara di sini. Haruskah saya tertawa mendengar nada
kalimat darinya? Berpikir berulang kali pun tetap terdengar sebagai bahan
lelucon belaka…
“Seperti
ada yang mengganggu pikiranmu sekarang” pertanyaan tuan Frodine ketika sedang memeriksa
kondisi kedua mataku. Sampai detik sekarang saya tidak pernah memanggil pria
tua tersebut sebagai dokter. Siapa pernah menduga tuan Frodine menawarkan diri
sendiri untuk proses bedah kedua mataku.
“Dokter
Frodine bisa bicara sebentar?” sepertinya saya mengenal suara seorang wanita
yang tiba-tiba saja membuka pintu…
“Dokter
Fa” tuan Frodine.
“Fadia”
tepat dugaanku.
“Bisa
dokter jelaskan! kenapa Nadav tegah berbuat hal sekeji itu terhadap saya?”
Fadia seperti meminta satu penjelasan. Jangan-jangan pria yang dimaksud olehnya
adalah Farand bekas calon tunangan sekaligus cinta pertamanya. Apa Farand
memang sudah benar-benar gila tidak pernah menginginkan wanita semacam Fadia?
“Kenapa
dia tegah membuat skenario seperti ini bahkan membohongi publik hanya demi
menghindari pertunangan?” Fadia.
“Dia
belum menyadari keberadaanku” suara hati berbisik sendiri. Beberapa hari lalu
saya mendengar satu pernyataan perasaan Farand, tetapi sekarang terdengar lucu
bagaimana hancurnya hati seorang Fadia karenanya.
“Kau
berada dimana waktu anak saya harus mendapat perawatan di rumah sakit? Yang
saya tahu kalau kau menghilang ditelan bumi, minimal Tuhan membuka mata seorang
ayah sepertiku bagaimana tanganku hampir saja melakukan satu kesalahan terbesar
dalam hal pendamping hidup…” tuan Frodine.
“Fa
juga dipaksa menjauh dari Nadav. Sampai detik sekarang saya masih belum bisa
melupakan Nadav, apa salah kalau saya ingin memperbaiki semuanya?” Fadia.
“Nadav
tidak pernah mencintai wanita sepertimu. Kau wanita sempurna, jadi jangan
berusaha membuat masalah baru atau menjadi pengemis cinta di hadapan seorang
pria” tuan Frodine. Kenapa juga saya harus mendengar dialog percakapan seperti
ini?
“Beri
Fa kesempatan sekali saja” Fadia sujud memohon…
“Saya
tidak pernah menyukaimu, kenapa kau harus menjadi pengemis?” siapa pernah
menduga Farand maksudku Nadav tiba-tiba saja hadir di tengah percakapan
tersebut. Lebih mengejutkan lagi, dia berdiri di sampingku seketika.
“Zana”
Fadia hampir tidak percaya akan pemandangan di hadapannya sekarang. Temanku
sama sekali belum menyadari tentang permasalahan kedua bola mataku. Terkadang
Fadia tertipu ketika saya sedang berjalan bahkan melakukan beberapa hal di
tempat Gym.
“Maaf
tidak sengaja mendengar percakapan kalian”…
“Kenapa
kau berada disini?” Fadia.
“Kedua
mata saya buta. Besok jadwal operasi untuk mengembalikan mata saya ke kondisi
normal, jadi yah seperti itulah…” menjawab pertanyaan Fadia.
“Sejak
kapan?” Fadia.
“Cukup
lama…”
“Jadi
kau wanita yang dimaksud Nevil terus berada di samping Nadav?” Fadia.
“Saya
tidak menyadari skenario Farand maksudku Nadav. Saya pun baru mengetahui cinta
pertamamu ternyata dirinya”…
“Saya
menyukai dia, jadi pergilah!” kalimat terbodoh seorang Farand mengusir Fadia
wanita sempurna di mata para pria.
“Selesaikan
masalah kalian karena harusnya saya yang meninggalkan ruangan di sini” mencoba
melangkah keluar. Seseorang menahan tubuhku seketika…
“Kenapa
kau tidak pernah bisa menatapku sedikit saja?” Fadia menangis keras.
“Karena
kau bukan tipeku. Saya rasa penjelasanku cukup jelas” Farand.
“Kenapa
harus kau? Saya selalu menganggapmu sebagai teman sekaligus mengagumi semua
yang ada dalam dirimu, tapi kenapa harus kau?” Fadia melemparkan sebuah
pertanyaan terhadapku sebelum keluar meninggalkan ruangan. Pertanyaan bodoh
bahkan sangat bodoh. Saya tidak pernah menyuruh dia menyukaiku.
Perselisihan
antara ayah dan anak, keluarga gadis kecil muncul, sahabatku ternyata mencintai
pria yang tidak pernah memberinya harapan, hal lebih gila lagi pria tersebut
membuat pernyataan cinta tiba-tiba di hadapanku tanpa berpikir panjang.
Rasa-rasanya saya ingin tertawa lebar seperti orang bodoh…
Farand
hanya diam tak bersuara ketika Fadia berlalu meninggalkan kami bertiga. Suasana
tetap seperti biasa tetap terdapat benteng antara dirinya dan tuan Frodine.
“Cukup kau menyadari perasaanku, tidak perlu membalas…” ucapan Farand terhenti
seketika. Hal yang terjadi selanjutnya adalah dia berjalan keluar dari ruangan.
Sulit dimengerti memang…
Merenung
tentang beberapa deretan peristiwa membuatku ingin menertawakan diri sendiri
sekali lagi. “Kau siap?” pertanyaan tuan Frodine terhadapku.
“Mami
harus semangat” Moza memberi kalimat penyemangat. Yah seperti inilah saya
sekarang sedang mempersiapkan diri untuk proses bedah. Sejak peristiwa kemarin,
saya belum mendengar bunyi suara Farand. Ayah dan anak tetap saja saling diam
bahkan terlalu mustahil untuk tegur sapa satu sama lain.
“Kakak
Zana pasti bisa melihat lagi” Loan.
“Izzy
bisa jadikan mami obat nyamuk kalau sudah punya pasangan” Moza.
“Melihat
lagi” Nata berteriak keras tidak perduli akan menjadi perhatian semua orang.
“Mungkin
saya sulit membuka pintu maaf buatmu, tapi lakukan yang terbaik buat mami Moza”
terdengar lucu pernyataan seorang anak terhadap ayahnya sendiri.
“Tentu
saja” tuan maksudku dokter Frodine. Berada dalam sebuah ruang untuk menjalani
proses bedah sesuai jadwal. Saya tidak akan lagi berjalan dalam gelap atau
hidup ketakutan tanpa siapapun menyadari semua itu. Pertama kalinya hidup
menyadari tentang makna cahaya ketika berdiri pada satu persimpangan. Seakan
Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi hanya demi menyatakan satu makna objek
terhadap jalanku.
“Buka
matamu perlahan-lahan!” kalimat perintah dokter Frodine setelah sekian waktu
menunggu. Perban putih sekitar mataku akhirnya terlepas juga. Mulai mencoba
membuka perlahan demi perlahan. Seperti terdapat beberapa bayangan orang-orang
di sekitar…
“Zana
jangan menakuti kami semua” Livia terlihat sangat khawatir.
“Ka’Zana”
raut wajah Loan benar-benar takut menghadapi kenyataan andaikan operasi kedua
mataku gagal.
“Jangan
membuat Moza juga izzy ketakutan” gadis kecil menunduk.
“Dokter
Frodine, terima kasih buat semuanya” tersenyum manis membuat mereka semua
histeris bahagia…
“Wow,
pertama kalinya kau memanggil saya dengan sebutan seperti itu” dokter Frodine.
“Ka’Zana
bisa melihat lagi harus dirayakan” Rae.
“Akhirnya
kau bisa melihat lagi” Farand maksudku Nadav terlihat sangat tampan dengan
setelan jas dengan jenis potongan model rambut pendek. Siapa yang pernah
menyangka dia memiliki sisi charisma tersendiri membuatnya berbeda dengan orang
lain. Wajar saja Fadia menangis histeris karena ditolak olehnya.
“Saya
ucapkan selamat buatmu” suara seseorang yang tiba-tiba berjalan masuk di tengah
kami.
“Dokter
Fa” dokter Frodine.
“Walaupun
saya masih bertanya kenapa, tapi sekarang ini saya juga lagi belajar menerima
melupakan sekaligus menerima kenyataan” dokter Fadia.
“Dokter
Fa” Farand.
“Saya
memang salah seperti ucapan daddymu” Fadia tersenyum kecut, kemudian berjalan
keluar meninggalkan kami semua. Rutinitasku kembali pada kehidupan normal
setelah menjalani masa pemulihan selama beberapa hari belakangan. Bergelut di
dunia psikolog serta berhadapan dengan situasi-situasi tertentu.
Dokter
Frodine membiarkan Moza tetap berada di sampingku merupakan sebuah hadiah
terbaik dari Tuhan. “Mulai sekarang Moza mau panggil kakek dengan sebutan
grandpa saja” gadis kecil seperti biasa bermain bersama kakeknya sekitar
pekarangan rumah.
“Lah
kenapa di ganti?” dokter Frodine.
“Lebih
gaul” dari mana sang bocah mendengar istilah seperti itu?
“Grandpa,
doa Moza sekarang sudah bertambah” Moza memeluk boneka bear raksasa pemberian dokter
Frodine.
“Memang
Moza doa apa saja?” dokter Frodine.
“Mami
terus di samping Moza, izzy bisa perbaiki keturunan kalau besar nanti, grandpa
umurnya panjang biar bisa jadi obat nyamuk izzy kalau lagi kencan” kalimat Moza
memecah ledakan tawa dokter Frodine seketika. Tingkah lucu gadis kecil
menjadikan orang di sekitarnya bisa saja tertawa terus-menerus tanpa henti.
Memangnya umur anjing dikatakan dewasa berapa sih?
“Izzy
sepertinya lagi galau” sosok Nadav Frodine mencul di tengah mereka, sementara
Nata dan yang lainnya sibuk berebut ice cream.
“Uncle
Farand kapan datang?” sampai detik sekarang Moza hanya mengenal nama Farand
bukan Nadav Frodine.
“Baru
saja” Nadav.
“Ngomong-ngomong
siapa bilang izzy galau?” Moza.
“Lantas
kenapa izzy duduk termenung galau di bawah pohon tetangga sebelah?” Nadav.
Hal
selanjutnya adalah gadis kecil berlari pelan dan mengendap-ngendap masuk ke
halaman rumah tetangga sebelah. Menatap dari jendela rumah bagaimana pertemuan
pertama kali antara ayah dan anak semenjak meninggalkan rumah sakit. Batang
hidung Nadav tidak terlihat lagi sebulan belakangan…
“Apa
kau tidak tertarik menciptakan satu memory manis terhadap anakmu satu-satunya
seperti yang kau lakukan terhadap cucumu Moza?” Raut wajah tatapan Nadav
menyatakan sesuatu.
“Beri
saya sebuah memory berharga, sulit dilupakan, berkesan, manis walaupun
dikatakan butuh waktu panjang membuka pintu maaf bagi ayah sepertimu” membuat
pernyataan mengejutkan sekali lagi.
“Apa
bisa dimulai dengan dekapan daddy?” kalimat Nadav kembali.
“Tentu”
dokter Fodine mendekap kuat anaknya. Sejauh ilmu psikolog yang saya pelajari
bahwa dekapan seorang ayah dapat membalut luka sang anak perlahan demi
perlahan. Tidak butuh susunan kalimat manis, cukup mendekap hangat seolah
menjadi kekuatan terbaik.
Menyaksikan
satu pemandangan manis dibalik jendela terdengar berkesan juga. Menghilang
sebulan tanpa kabar kemudian berakhir dengan pertemuan sekaligus kalimat
seperti sekarang. “Kenapa kau tidak mengambil kesempatan saja dengan uangnya”
Livia berbisik di sekitar gendang pendengaranku.
“Sejak
kapan berdiri di belakangku? Maksudmu apa?” menatap tajam.
“Kau
memang lugu atau berpura-pura tidak mengerti ucapan matrealistis? Apa lagi
cakep gitu” Livia.
“Peluang
saya banyak kalau hanya ingin memanfaatkan kekayaan lawan jenisku, hanya saja
tidak pernah kulakukan walaupun benar-benar membutuhkan uang dan ingin keluar
dari jerat kemiskinan…”
“Lantas?”
Livia.
“Hukum
tabur tuai pasti terjadi. Bisa saja tuaian perbuatanku diarahkan terhadap
anak-anakku kelak atau kondisi rumah tangga atau objek-objek lain di luar
dugaan. Terlalu munafik memang kalau saya katakan tidak butuh uang, tetapi
tahan diri sajalah.”
“Wah
wah wah kenapa jadi panas yah?” Livia memainkan rambutnya. Dialog kami berdua
terhenti seketika dengan teriakan tetangga sebelah karena ulah Moza dan izzy.
“Izzy,
jangan sekali-kali perbaiki keturunan ma anjing tetangga sebelah! Understand?”
cetus Moza berhasil kabur dari halaman rumah sebelah. Seperti inilah dunia
gadis kecil dalam otaknya hanya bercerita tentang anjingnya harus memperbaiki
keturunan. Isi doa Moza tetap sama yaitu perbaiki keturunan.
“Tuhan,
berikan izzy pasangan cakep biar bisa perbaiki keturunan 100%. Aminnn”
rutinitas doa Moza setiap hari. Memperbaiki bagian poni rambut Moza sambil
berusaha menahan tawa memang sangat sulit dilakukan. Menikmati hari libur
bersama gadis kecil pada salah satu taman bermain anak menciptakan keseruan
tersendiri.
Siapa
pernah menduga bayi mungil yang seolah mustahil berkembang tumbuh menjadi gadis
kecil paling manis. Anak perempuan Neva Frodine sekarang menjadi penyemangat
hidup sekaligus cahaya. “Izzy jangan galau-galau lagi, ngerti?” Moza memberi
ice cream vanilla ke mulut anjing kecilnya.
“Moza
jangan main jauh-jauh!”
“Tenang
saja mi” balas Moza.
“Zana…”
terdengar suara seseorang menyebut namaku.
“Farand
bukan maksudku Nadav…”
“Saya
menyukaimu setidaknya kau tahu perasaanku” Nadav.
“Tapi
saya juga ingin mendobrak pintu hatimu buatku” Nadav.
“Caranya?”
“Mengajak
makan, antar- jemput klinik, atau masak bersama biarpun saya hanya tahu buat
telur ceplok itupun hangus” Nadav.
“Ngomong-ngomong
kapan saya bisa belajar mendobrak pertahanan hatimu?” sekali lagi berkata-kata
tanpa memberi jedah…
“Terserah”
balasan buatnya sambil menyodorkan sisa ice cream miliki izzy.
#TAMAT#