INILAH DUNIAKU
Inilah
Duniaku Bagian 1...
SHINE...
Namaku Shine Cristabel
Dalvianis...Aku bukan keluarga dengan segala harta berlimpah dan dapat
melakukan berbagai hal hanya dengan uang. Seorang Shine hanya terlahir dari
keluarga sederhana, namun berlimpah kasih sayang.
Wajahku juga tidak terlahir dengan
sebuah kecantikan dan kesempurnaan luar biasa, hingga menjadi idola di mata
para kaum adam. Bahkan, satu hal paling mengerikan dalam perjalananku bahwa aku
terlahir dengan wajah paling buruk dan tidak memenuhi standar kecantikan
sejenis apa pun.
Seorang Shine juga merupakan korban
buly di sekolah semenjak memasuki bangku
SD. Awal perjalananku akan bercerita tentang air mata dan segala jenis
kesedihan, oleh karena segala ejekan dari seluruh teman-teman sekolahku.
“ Shine, adakah seseorang yang dapat
menyaingi warna kulitmu paling tergelap diantara semua jenis warna kulit. “
Ejekan salah satu dari temanku.
“ Betul itu...hahahahaha...” Teriak
Nesa.
“ Dari segi jenis warna kulit,
paling gelap diantara semua yang tergelap bahkan kalau dipikir-pikir seekor monyet
betina jauh lebih cantik dibanding dirimu. “ Ejekan Erika.
Nesa dan Erika merupakan teman
sekelasku paling dikagumi dan idola bagi semua orang oleh karena kecantikan
wajah yang dimilikinya. Untuk pemandangan mata siapapun mereka terlahir dengan
wajah paling sempurna, bahkan untuk masalah otak tetap menjadi yang nomor satu.
Aku dan mereka merupakan teman
sekelas sejak SD hingga memasuki bangku SMU. Entah mengapa, aku selalu bertemu
dengan mereka dan kembali menjadi teman sekelasku. Aku selalu kalah dari segi
kepintaran dan segala macamnya, mereka terlalu sempurna jauh melebihi siapapun.
Mereka terlahir sebagai gadis dengan wajah tercantik, otak jenius, bahkan
terbungkus oleh harta berlimpah.
“ Shine si’ kulit hitam paling terhitam
jauh mengalahkan warna arang di dapur...” Teriak Erika dengan nada penekanan.
“ Bibir sangat besar, ga ada
cantik-cantiknya dengan wajah sangat mengerikan.” Penghinaan Nesa.
“ Nesa, kalau dipikir-pikir di dalam
dirinya sebenarnya apa sih yang bisa dibanggakan?” Kembali ejekan dari Erika
terus terngiang pada kedua telingaku.
“ Hatiku begitu sakit mendengar tiap
kalimat penghinaan mereka setiap harinya. “ Hanya kalimat tersebut yang dapat
muncul dalam benakku
“ Sudah hitam pekat, bibir terlampau
hancur, ga punya batang hidung alias pesek.” Ejekan Erika kembali.
“ Erika, masih ada satu hal lagi
yang tidak dimiliki olehnya.” Ucap Nesa dengan tatapan penuh penghinaan.
“ Apaan itu?” Senyuman sinis Erika
sedang bermain.
“ Terlahir sebagai gadis miskin dan
tidak memiliki apa pun.” Jawaban dari Nesa.
“Wow...” Kalimat Erika hingga
membuat air mataku ingin menglir terus menerus.
“Tuhan, kenapa aku harus terlahir
sebagai gadis paling mengerikan di dunia ini dan tidak dapat memiliki wajah
sempurna sama seperti mereka, hingga aku terbebas dari berbagai ejekan oleh
teman-teman sekelasku.” Jerit hatiku menahan air mataku.
Setiap hari aku harus mendapat
berbagai jenis kalimat penghinaan di sekolahku. Pulang dengan hati begitu
menyakitkan, bahkan air mataku terus mengalir dalam kamar. Apakah aku memang
harus dilahirkan menjadi bahan tertawaan siapapun dan tidak akan pernah
memiliki teman.
“Tuhan, sebenarnya di dalam diriku
hanya akan selalu bercerita kekurangan dan kekurangan untuk seumur hidup?”
Kalimat dengan penuh kekecewaan terhadap Tuhan.
“Tuhan, sebenarnya kelebihanku itu
seperti apa? Terlahir dengan wajah begitu mengerikan, kulit hitam, otak tidak
jenius, tidak terbungkus oleh harta berlimpah, bahkan aku tidak memiliki
talenta sedikitpun. “ Keluh kesahku kembali naik.
“Tuhan, terlalu sakit bahkan sangat
menyakitkan.” Jeritku dengan air mata mengalir dalam kamar kecilku.
“Apakah aku memang diciptakan
sebagai korban buly seumur hidupku?” kembali jeritanku...
Hingga
suatu hari, ayahku mengajarkanku tentang sesuatu hal dalam perjalananku. Tanpa
aku sadari sedikitpun, bahwa ayah selalu memperhatikan diriku yang tidak
memiliki semangat untuk berangkat ke sekolah dan segala hal dalam perjalananku.
“ Shine, jangan pernah malu atau berkecil
hati oleh karena tidak terlahir dengan wajah cantik dan paling sempurna.”
Kalimat ayah secara tiba-tiba, saat mendapati diriku menangis di dalam kamar.
“ Ayah “ Ucapku dengan segera
menghapus air mata yang sedang mengalir begitu deras.
“ Ayah sadar tentang duniamu saat
ini, menangis karena menjadi korban ejekan di dalam kelasmu.” Ucapan seorang
ayah yang berusaha membawaku dalam dekapannya dengan penuh kehangatan.
“ Dari mana ayah tahu, kalau aku
selalu diejek oleh banyak teman-temanku?” Pertanyaanku.
“ Ayah juga pernah merasakan hal
yang sama seperti dirimu sewaktu kecil hingga remaja. “ Jawaban seorang ayah
dengan sangat lembut.
“ Mereka selalu menertawakan
kekuranganku dan warna kulitku yang terlahir dengan sangat hitam pekat. Ayah,
rasanya sangat sakit diejek seperti itu.”
“ Ayah bisa merasakan rasa sakit
dalam dirimu, setiap melihatmu menangis dalam kamar secara diam-diam. “ Kalimat
ayah sekali lagi.
“ Ayah, kenapa Tuhan membuatku
terlahir dengan wajah sangat buruk, bahkan warna kulit hitam pekat terlebih
dengan jenis bibir seperti ini.? “ Keluh kesahku dan menganggap Tuhan itu tidak
pernah adil.
“ Jangan pernah menyalahkan Tuhan
atas segala yang ada dalam dirimu. Dibalik semua itu, ada maksud dan rencana
Tuhan untuk perjalanan seorang Shine.” Penjelasan ayah.
“ Ayah, kenapa teman-temanku
terlahir dengan wajah sangat sempurna dan berbagai hal menarik ada dalam
kehidupannya, sedangkan diriku terlahir tidak dengan harta berlimpah bahkan
untuk masalah otak...aku berada di urutan belakang. “ Keluhku kembali dalam
derasnya air mata.
“ Shine, semua orang terlahir dengan
kelebihan dan kekurangan. Jangan pernah katakan, dirimu sama sekali tidak
memiliki kelebihan sedikitpun. “ Kalimat bijak ayah dengan pancaran kelembutan
pada wajahnya.
“ Ayah, tapi tidak dengan diriku
yang terlahir dengan segala macam
kekurangan.”
“ Shine, anak ayah memiliki sebuah
kelebihan dan tidak seorangpun miliki. Tapi, semua membutuhkan waktu dan
perjuangan untuk membuktikan sesuatu hal di dalam dirimu.” Ujar ayah.
“ Ayah pasti berbohong dengan segala
ucapan sejenis ini, hanya untuk menghibur hatiku saja kan. “ Ucapku dengan
mimik wajah terlihat tidak ingin dikasihani oleh siapapun termasuk ayahku.
“ Shine harus percaya dengan
perkataan ayah, kalau kamu memiliki sebuah kelebihan yang tidak seorangpun
miliki dan hanya anak ayah yang miliki. Hanya saja, seorang Shine harus
berjuang keras untuk memperlihatkan kelebihan tersebut kepada semua orang.
Hingga suatu ketika mereka semua yang mengejekmu menjadi malu dalam sekejap. “
Kalimat bijak ayah terus mendekapku.
“ Maksud ayah? “
“ Apa pun kata orang dan bagaimanpun
cara mereka untuk mengejekmu, tetaplah mengucap syukur sekalipun menyakitkan
bahkan terlalu sakit. Dan buktikan pada mereka, dengan doa dan perjuangan luar
biasa kalau seorang Shine memiliki sebuah kelebihan dimana tidak seorangpun
memilikinya. “ Sekali lagi ayah mengajariku tentang sebuah perjalanan
kehidupan.
“ Sekalipun sangat menyakitkan...”
Ucapku.
“ Sekalipun terlalu menyakitkan,
jangan pikirkan ejekan mereka dan tetap tersenyum. Bahkan seorang Shine harus
tetap memiliki semangat hidup, sekalipun semua orang menjauh bahkan mengucilkan
dirimu. “ Sekali lagi penjelasan ayah mulai membuka mata hatiku untuk tetap
memiliki semangat hidup apa pun yang terjadi.
“ Ayah, kalau aku terus berdoa,
berjalan dengan penuh perjuangan, tetap tersenyum sekalipun ejekan mereka
terlalu menyakitkan dan sekalipun tidak memiliki teman oleh karena
terkucilkan...Apakah Tuhan akan meninggikan diriku suatu hari kelak dan berada
dipihakku tanpa membeda-bedakan siapapun juga ?” Pertanyaanku kembali terhadap
ayah.
“ Tuhan tidak pernah membedak-bedakan
siapapun, hanya saja, terkadang IA mengizinkan duniamu mengalami sesuatu hal
bahkan terlalu menyakitkan untuk mengajarkanmu tentang sebuah perjuangan,
pembentukan, makna kehidupan.” Kalimat ayah kembali.
“ Inilah ayahku akan selalu
mengarahkan duniaku pada hal-hal yang membentuk. “ Bisikan hatiku sedang
menggema di dalam...
Semenjak saat itu, duniaku belajar
sesuai dengan segala kalimat-kalimat bijak dari ayah. Tidak menjadi kecewa oleh
karena berbagai hal ejekan, tetap tersenyum sekalipun tidak memiliki seorang
teman, tetap memiliki sebuah semangat untuk berjalan sekalipun terkucilkan.
Bersyukur atas berbagai hal dalam perjalananku, sekalipun terlalu menyakitkan.
Bahkan untuk membuat sebuah penyelidikan tentang suatu kelebihan dalam
perjalanan seorang Shine dan tidak pernah membuahkan hasil sedikitpun...satu
hal yang pasti, tetap memiliki sebuah harapan dan semangat untuk berjalan dalam
sebuah lautan duri.
“ eh kulit hitam mau ngapain?”
Kalimat Erika hingga seluruh teman-teman sekelasku tertawa dalam sekejap.
“ Si’ bibir paling hancur dan
hitamnya mengalahkan arang...orang yang lewat disini hanya mereka yang tidak
memiliki wajah buruk seperti dirimu. Ngerti. “ Bentak Erika kembali.
Berusaha menahan rasa sakit di dalam
diriku dan belajar untuk tersenyum atas setiap penghinaan mereka. Belajar untuk
tidak pernah marah dan menyalahkan Tuhan atas segala yang terjadi dalam
perjalananku saat ini.
“ Terimah kasih atas setiap
penghinaan yang keluar dari bibir mulutmu. “ Ucapanku tanpa harus
memperlihatkan wajah perih bahkan rasa sakit hati oleh karena ejekan mereka
setiap saat.
“ Tuhan, aku percaya kalau di dalam
hidupku terdapat sebuah kelebihan yang tidak pernah bisa dimiliki oleh siapapun
juga...Hanya diriku yang memiliki kelebihan tersebut. “ Suara hatiku sedang
menggema menahan rasa perih di dalamnya.
“ Hanya membutuhkan waktu dan
perjuangan untuk memperlihatkan pada mereka bahkan seluruh dunia akan sebuah
kelebihan dalam perjalanan langkahku saat ini. “ Jeritku kembali di dasar hati
paling terdalam...
“ Wow, untuk pertama kalinya seorang
wajah buruk rupa mengucapkan kalimat seperti ini.” Ucap Nesa mendengar apa yang
kukatakan.
“ Tidak menjadi masalah setiap
ejekan untuk perjalananku terus membungkus hidupku, tapi, satu hal bukan
berarti aku harus menghilangkan senyuman pada wajahku. “ Kalimatku terhadap
mereka kemudian berlalu menuju sebuah perpustakaan.
Inilah duniaku terbiasa dengan
setiap ejekan dari teman-temanku, namun aku berhasil membuktikan terhadap semua
orang bahwa akulah pemenang dari setiap akar permasalahan. Tetap tersenyum,
berjuang membuktikan pada mereka sekalipun harus hidup terkucilkan dan tidak
pernah dianggap oleh siapapun juga. Seorang Shine memiliki sebuah kelebihan dan
tidak akan pernah di dapat di dalam diri siapapun juga. Hanya membutuhkan waktu
untuk membuktikan sesuatu hal, hingga mereka menjadi malu suatu hari kelak.
Shine tidak harus terus menerus
hidup dalam air mata oleh karena menjadi korban buly dari banyak orang. Ayah
selalu mengajarkanku berbagai hal menarik hingga membentuk langkah perjalananku
setiap saat. Seperti apa pun ejekan mereka setiap saat, bukan berarti duniaku
tidak dapat mengejar sebuah impian dalam suatu area kehidupan.
Andai kata aku terlahir dengan wajah
cantik, kemungkinan besar duniaku tidak akan pernah mengenal makna dari sebuah
perjalanan dan perjuangan. Atau duniaku hanya akan memperlihatkan sebuah
kesombongan oleh karena kecantikan dalam hidupku. Aku tidak akan pernah
mengerti arti dari sebuah istilah tentang ucapan syukur apa pun yang terjadi
sekalipun hal tersebut menyakitkan bahkan terlalu perih.
“ Bunda, lagi masak apa ini hari ?”
Pertanyaanku tiba-tiba mengagetkan bunda.
“ Shine, kagetin bunda saja...”
kalimat bunda terhadapku.
“ Bunda, sepertinya enak benner...”
“ Shine, hari ini bunda masak
spesial buat dirimu dan ayah.” Kalimat Bunda dengan tersenyum.
“ Wow...rasanya sangat nikmat luar
biasa.” Ujarku.
“ Bunda sangat bahagia melihat hidup
Shine yang sekarang diliputi semangat luar biasa tanpa memperlihatkan wajah
sedih pada dirinya. “ Kalimat bunda mendekapku begitu erat dan diriku dapat
merasakan kasih sayang serta kelembutannya.
“ Terimah kasih, karena selalu ada
untuk langkah perjalananku. “ Kalimatku dengan rasa haru ingin meneteskan air
mata.
“ Shine, semua yang dikatakan oleh
ayah benar adanya...apa pun kata orang, jangan pernah membiarkan hidupmu terus
berada dalam kesedihan. “ Kalimat bunda terus mendekapku.
“ Bunda...”
“ Shine, ada saat seseorang
dikucilkan sedemikian rupa, mendapat berbagai jenis ejekan, seakan Tuhan tidak
pernah berpihak dalam perjalanannya. Tapi, satu hal yang harus kamu yakini
bahwa dibalik semuanya itu hanya untuk mengajarkan langkah kakimu membuat
sebuah irama seni kehidupan. “ Kalimat bijak bunda mengajarkanku tentang
sesuatu hal.
Inilah duniaku yang harus kulewati
dan membuktikan bahwa aku adalah pemenang apa pun yang terjadi. Terkucilkan,
mendapat penghinaan, tidak memiliki seorang temanpun, lahir dengan wajah paling
buruk bahkan dengan warna kulit tergelap jauh mengalahkan warna arang...satu
hal yang pasti tetap berjalan dan memiliki semangat hidup. Suatu hari kelak,
waktu akan berbicara dalam langkahku dan pada saat itu, Tuhan akan mengangkat
serta meninggikan diriku.
“ Anak-anak, kalian semua kedatangan
murid baru dalam kelas ini.” Ucap ibu guru memulai pembicaraan di dalam kelas.
“ Siapa anak baru itu ibu guru,
apakah cowok paling keren sedunia atau cewek paling cantik mengalahkan Erika. “
Kalimat salah satu dari teman sekelasku.
“ Denger yah, tidak akan pernah ada
yang dapat menyaingi kecantikan bahkan kesempurnaan di dalam diriku.” Kalimat
Erika dengan wajah menantang...
“ Kalian semua diam...ayo kamu
masuk...” kalimat ibu guru membuat semua orang terkejut saat melihat wajah dari
anak baru tersebut.
“ Sepertinya, si’kulit hitam
mengalahkan warna arang akan memiliki saingan terberat di dalam kelas kita kali
ini.” Ledekan Nesa dengan terus tertawa.
“ Wajahnya...sangat sangat sangat
bahkan terlalu jelek...” Ejekan Erika dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“ Jangan menghina teman kalian,
karena tidak ada satupun manusia terlahir sempurna.” Teguran ibu guru.
“ Perkenalkan nama kamu di depan
kelas.” Sapa ibu guru.
“ Namaku Louis Anabel Handika, panggil
saja Louis.” Sapa anak baru itu.
“ Saudara kembar si’buruk
rupa...hahahahaha.” Ejekan Nesa.
“ Louis duduk di samping Shine saja,
karena hanya disitu yang kosong...” Ucapan ibu guru dengan suara lembutnya.
“ Terang saja kosong, karena ga ada
yang mau duduk berdekatan dengan gadis buruk rupa bahkan paling terburuk yang
pernah hadir.” Ucap Hezel dengan tatapan sinis.
“ Louis, saingan terberatmu
disana...sesuai dengan wajah benar-benar mengerikan.” Ledekan Erikan membuat
semua teman-temanku tertawa lebar.
Inilah Duniaku Bagian 2...
LOUIS...
Berulang kali pindah sekolah oleh
karena perkelahian yang terjadi akibat duniaku yang tidak akan pernah bisa
menahan berbagai kalimat penghinaan dari mereka. Namaku Louis Anabel Handika
dan terlahir dengan wajah sangat mengerikan. Setiap hari aku harus mendapat
berbagai ucapan penghinaan dari teman-teman sekolahku. Hingga pada akhirnya aku
tidak tahan dengan ucapan mereka dan membuatku menampar bahkan menyerang wajah
mereka. Akibat perbuatanku yang selalu mencakar wajah mereka, hingga membuatku
selalu bermasalah dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah.
“ Mami, ga habis pikir dengan
perbuatanmu Louis.” Ujar mami sangat kesal dengan perbuatanku yang selalu
membuat permasalahan saat berada di lingkungan sekolah.
“ Mami ga pernah tahu rasanya
mendapat berbagai ejekan dan hal-hal paling mengerikan di lingkungan sekolah. “
Teriakanku pada mami sangat marah.
“ Louis, sekalipun kamu diejek
seperti apa pun, belajarlah untuk menahan diri. “ Ucapan mami berusaha
menenangkan diri.
“ Andai kata mami mengalami
permasahan seperti diriku, apa yang akan mami ucapin?”
“ Louis, tapi tidak seperti ini
caranya.” Ujar mami kembali.
“ Rasanya sangat sakit mi, kenapa
aku harus lahir dengan wajah paling terburuk hingga membuat diriku harus
mengalami ejekan seperti ini.” Bentakku dengan sangat keras.
Inilah duniaku saat ini, akan selalu
bercerita tentang amarah dan perkelahian oleh karena tidak dapat menahan diri
dengan segala penghinaan seluruh teman-temanku. Hingga pada akhirnya, aku harus
berpindah-pindah sekolah terus menerus. Banyak teman-temanku harus dilarikan ke
rumah sakit akibat perbuatanku. Buatku mereka yang lebih dulu memulai
permasalahan denganku, jadi, pada dasarnya aku merasa tidak bersalah sedikitpun
dalam hal ini.
“ Sangat sangat sangat jelek...”
Kalimat yang begitu menyakitkan kembali terngiang pada sepasang telingaku,
hanya saja aku berusaha menahan diri saat sedang berada di depan kelas untuk
memperkenalkan diri sebagai siswa pindahan. Mataku mengarah pada seseorang yang
memiliki wajah buruk sama seperti diriku.
Hal yang paling mengejutkan adalah
sekalipun mendapat penghinaan luar biasa, akan tetapi tetap memperlihatkan
keceriaan. Tidak pernah mengeluh, tetap bersemangat sekalipun semua orang
mengucilkan dirinya. Aku pikir hanya diriku saja manusia yang dilahirkan dengan
bentuk paling terburuk, ternyata dugaanku salah selama ini. Dia bernama Shine
dan menjadi teman sebangku di lingkungan sekolahku yang terbaru.
Ibu guru menyarankan aku duduk
disampingnya, karena tidak ada kursi kosong selain di tempat tersebut. Ibu
guruku yang satu ini sangat baik, tidak pernah membeda-bedakan siapapun juga.
Bahkan beliau selalu menegur Erika dan yang lainnnya untuk tidak pernah
mengejek siapapun juga.
“ Hai, perkenalkan namaku Shine.”
Sapa Shine terhadapku saat aku berada disampingnya.
“ Ternyata, hidupku sama seperti
dirinya terlalu menyedihkan...” suara hatiku disela-sela ucapannya.
“ Aku Louis.” Balasku membalas
uluran tangannya.
Semenjak saat itu, aku mulai
memiliki seorang teman untuk bercerita berbagai hal. Kami menjadi sahabat,
dikarenakan memiliki nasib sama dan tidak jauh berbeda. Harus terkucilkan,
korban buly, selalu dipandang sebelah mata oleh siapapun juga.
“ Nama kamu sangat terdengar keren,
tapi, saat melihat wajahnya sangat mengerikan.” Ledekan demi ledekan mulai
menggema dalam lingkungan sekolahku yang baru.
“ Shine dan Louis tidak jauh
berbeda, memiliki wajah sangat mengerikan bahkan tidak terdapat sedikitpun
talenta dalam perjalanannya.” Ejekan Erika mulai menggema.
“ Mending juga wajahku yang buruk,
dari pada terlahir cantik tapi hati lebih buruk bahkan paling menjijikkan
diantara siapapun di dunia ini.” Teriakanku seolah terdengar menantang mereka.
“ Wow...untuk pertama kalinya ada
seorang yang berani melawan Erika saat ini.” Ucap Erika berusaha menarik
rambutku, namun tidak berhasil...
“ Jangan berani-berani menyentuhku,
sedikit saja tanganmu menyerang...aku tidak segan-segan membuat wajahmu menjadi
cacat seumur hidup. Ngerti. “ Gertakan keras dari bibirku.
“ Rasakan pembalasanku nanti...”
ucapan Erika yang berjalan mundur meninggalkan diriku di kantin sekolah.
“ Aku tidak akan pernah membiarkan
mereka terus mengejekku sedemikian rupa.” Bisikan hatiku.
Dunia Shine sangat berbeda dengan
diriku untuk beberapa hal. Senyuman Shine tetap mengambang sekalipun harus
hidup dalam keadaan benar-benar menyedihkan. Inilah dunia Shine, tetap memiliki
semangat hidup dan tertawa sekalipun berbagai kalimat penghinaan terus
membungkus perjalanannya.
“ Aku tidak akan pernah bisa
bersikap sama seperti dirinya.” Suara hatiku menggema.
“ Shine, kenapa wajahmu sama sekali
tidak menampakkan amarah sekalipun mereka terus menerus menerkammu dengan
berbagai ejekan?” Pertanyaanku saat perjalanan pulang dari sekolah.
“ Ayahku mengajarkanku untuk tetap
memiliki semangat hidup sekalipun hidup terlalu menyakitkan dalam perjalananku
sampai kapanpun.” Kalimat Shine membuatku terkejut.
“ Kenapa yah, kita berdua harus
terlahir dengan wajah mengerikan seperti ini dan akhir cerita menjadi bahan
ejekan semua orang.” Pertanyaanku dengan memainkan botol minuman soda.
“ Jangan pernah kecewa dengan apa
pun yang sedang menimpa dirimu. Dibalik semua yang terjadi dalam hidupmu hanya
untuk mengajarkan irama dari seni kehidupan.” Kalimat Shine tanpa memikirkan
setiap ejekan mereka. Bahkan wajahnya tidak memperlihatkan kesedihan ataupun
luka-luka akibat perilaku semua orang di lingkungan sekolah.
Kalimat demi kalimat yang di ucapkan
oleh Shine membuatku tidak mengerti tentang jalan kehidupannya. Diluar dugaan,
dirinya dapat mengucapkan kalimat bijak seperti ini sekalipun seakan kehidupan
tidak pernah berpihak dalam dirinya.
Dalam kamarku, aku merenungkan
berbagai hal dan memikirkan cara untuk keluar dari penderitaan yang selama ini
membungkus duniaku. Setiap harinya, aku harus mendapat berbagai kalimat
penghinaan oleh karena terlahir sebagai gadis buruk rupa.
“ Percantik dirimu dengan operasi
plastik di klinik kami saat ini...” kalimat tersebut menjadi pusat perhatianku.
Sebuah iklan pada salah satu akun dengan memperlihatkan beberapa toko-toko dari
dunia hiburan dan kalangan masyarakat menjadi cantik dalam sekejap akibat hasil
operasi plastik yang mereka lakukan.
“ Sangat menakjubkan, dalam sekejap
mereka berubah menjadi sangat cantik. “ Kalimatku tidak mempercayai atas apa
yang kulihat saat ini.
“ Apakah operasi plastik dapat
membuatku menjadi seorang idola jauh mengalahkan kecantikan Erika salah satu
gadis paling angkuh di sekolahku?” Pertanyaanku di dalam hati.
“ Aku bisa menjadi idola baru bahkan
dapat meraih impianku menjadi seorang model ternama pada pandangan mata
siapapun juga.” Gumamku kembali membayangkan diriku menjadi seorang idola
dimanapun kakiku berpijak.
Keesokan harinya, aku mencoba
mengutarakan segala hal yang akan kulakukan saat perjalanan pulang dari sekolah
kepada Shine...
“ Shine, ada cara agar mereka
berhenti untuk mengejek bahkan mengucilkan kita berdua.” Ujarku terhadapnya.
“ Maksud kamu ?” Pertanyaan Shine
tidak mengerti dengan penjelasanku.
“ Kita dapat menjadi idola baru bagi
mata siapapun, bahkan kita berdua tidak akan pernah diejek oleh siapapun juga.”
Kalimatku dengan wajah sangat bahagia.
“ Maksud kamu, ada jalan keluar
sehingga mereka berhenti mengeluarkan berbagai kalimat penghinaan...jangan
berkata, kalau kamu ingin merencanakan sesuatu yang jahat.” Kalimat Shine
dengan mata terbelalak.
“ Jangan ngelantur arah
pembicaraanmu, mana mungkin aku akan merencanakan pembunuhan terhadap mereka
lagian umurku masih terlalu muda untuk menjadi nara pidana. “ Ucapku
terhadapnya.
“ Jadi, apa yang akan kamu lakukan
Louis? ”
“ Bagaimana kalau kita berdua
menjalani operasi plastik hingga tidak seorangpun mengejek bahkan melemparkan
berbagai sindiran sejenis apa pun. “ kalimat dengan penuh semangat.
“ Apa...” Teriakan Shine sangat
kaget mendengar perkataanku.
“ Coba lihat beberapa tokoh terkenal
ini dan sebagian lagi dari kalangan masyarakat, wajah mereka dulunya sangat
tidak masuk nominasi...tapi sekarang menjadi sangat cantik karena pembedahan
pada wajah mereka. “ Penjelasanku.
“ Aku tidak pernah menyangka dengan
ucapanmu saat ini...” Nada kecewa Shine sangat terlihat jelas.
“ Shine, coba lihat wajah kita
berdua sekarang...”
“ Louis, tidak seperti ini caranya.”
“ Shine, apakah kamu ingin terus
diejek dengan berbagai kalimat mengerikan...bahkan, di klinik tersebut dapat
membuat kulitmu yang hitam pekat menjadi putih. “
“ Louis, mungkin kamu dapat
memikirkan tentang operasi plastik karena memiliki uang yang banyak. Tapi...”
“ Shine, kalau memang kamu berpikir
tentang masalah biaya...aku dapat membantumu untuk membayar segala biaya
operasi plastik yang akan kamu jalani. “ Kalimatku pada dirinya.
“ Ayah dan bundaku tidak pernah
mengajarkan diriku tentang hal semacam ini. “ Perkataan Shine menatap dengan
serius.
“ Shine, coba bayangkan...apakah
kamu mau seumur hidupmu menerima penghinaan bahkan terkucilkan oleh karena
warna kulitmu, hidungmu, bibirmu, wajahmu yang begitu buruk....”
“ Louis, kecantikan seseorang tidak
hanya diukur dari bentuk wajahnya. Namun, dapat dilihat dari beberapa segi
lainnya.”
“ Buktinya, mereka hanya akan selalu
melihat fisik semata, bahkan kaum adampun hanya akan memperhatikan kecantikan
dari luar...hingga sekarang, apa ada yang pernah mendekatimu dan mengutarakan
perasaannya.”
“ Louis, semua mempunyai waktu...”
“ Shine, Apakah ada dari seorang
pria tampan menginginkan dirimu dan bermaksud menjadikanmu sebagai pasangan
paling spesial. “
“ Louis, sekali lagi aku katakan
semua mempunyai waktu Tuhan. Mungkin untuk saat ini kita harus terbungkus oleh
berbagai ejekan bahkan terkucilkan. Tapi, suatu hari kelak Tuhan akan
meninggikan kita dengan caranya yang ajaib.”
Kata-kata Shine memperlihatkan tidak akan pernah menyetujui jalan untuk
membedah seluruh tubuhnya apa pun yang terjadi.
“ Shine dengarkan...aku juga ingin
menjadi idola dan menginginkan wajah paling sempurna hingga suatu hari kelak
seorang Louis dapat mengejar impiannya menjadi model terkenal.”
“ Ayah dan bundaku tidak pernah
mengajarkanku hal-hal seperti ini. Sekalipun menyakitkan, inilah duniaku harus
tetap kujalani...” kalimat Shine kembali.
“ Terserah dirimu...” Ucapanku
berlalu dari hadapannya karena tidak akan pernah mendengar apa pun tentang
nasehatnya.
Aku menginginkan perubahan di dalam
diriku dalam bentuk apa pun dan tidak ingin hidup dengan jenis wajah sangat
mengerikan seperti ini. Pemikiran Shine sangat jauh berbeda denganku bahkan
terlalu berbanding terbalik.
Setiap malam, aku selalu bermimpi
membayangkan diriku menjadi seorang idola yang memiliki paras paling cantik
bahkan tidak akan pernah tersaingi oleh siapapun juga. Apakah aku salah kalau
menginginkan terlahir dengan wajah paling tercantik dan dikagumi oleh siapapun
juga terlebih kaum adam.
Aku ingin menjadi seorang model
terkenal suatu hari kelak yang akan selalu dipuja puji oleh semua orang. Selama
beberapa hari, aku tidak ingin berbicara sedikitpun bahkan hanya sekedar untuk
tersenyum kepada Shine. Aku menganggap kalimat Shine itu terlalu menyedihkan
dan tetap ingin bertahan dalam keadaan wajah buruk rupa.
Aku tidak akan pernah bisa hidup
sama seperti dunia Shine, hanya menerima kenyataan terlahir dengan wajah paling
buruk tanpa ada perubahan sedikitpun.Setelah memikirkan segala hal yang akan
terjadi, aku memutuskan untuk menjalani bedah plastik demi mendapatkan
kesempurnaan wajah dalam waktu sekejap mata.
Aku berencana akan menjalani bedah
plastik dan melanjutkan studiku ke luar negeri, tanpa seorangpun menyadari
segala jenis identitasku. Jujur, aku tidak menginginkan duniaku terbungkus oleh
berbagai kalimat penghinaan oleh siapapun juga.
“ Shine...” Kalimatku saat berjalan
ke hadapan sahabatku di sebuah taman tempat kami menghabiskan waktu untuk
menghibur diri sendiri selain beberapa toko buku dan mall.
“ Maaf...” Kalimatku dengan menunduk
di hadapannya.
“ Tidak ada yang perlu dimaafkan,
masing-masing orang memiliki pandangan berbeda-beda untuk sesuatu hal. Aku
memiliki sebuah prinsip tersendiri, dan bahkan kemungkinan besar tidak sejalan
dengan apa yang ada dalam benakmu saat ini. Hanya saja...” Ucap Shine.
“ Hanya saja kenapa? ” Pertanyaanku.
“ Hanya saja, jangan karena
perbedaan prinsip dan arah jalan seperti ini hingga menghancurkan persahabatan
yang telah berjalan. “ Ucapan Shine memeluk diriku dengan penuh kehangatan.
“ Shine, sesuai dengan
ucapanmu...sekalipun kita berdua memiliki prinsip hidup yang berbeda, jangan
pernah berhenti untuk menjadi sahabatku sampai kapanpun juga. “ Air mataku
tiba-tiba menetes dalam pelukan eratnya.
“ Aku akan selalu menjadi sahabatmu,
apa pun yang terjadi. “
“Shine, sekarang aku sedang
merencanakan untuk melanjutkan sekolahku ke luar negeri. “
“Kenapa sampai kamu melakukan hal
tersebut. Bukankah kita berdua akan selamanya menjadi sahabat. “ Kalimat Shine
sangat terkejut.
“Kita berdua akan tetap menjadi sahabat
sampai kapanpun juga, hanya saja, sesuai dengan ucapanmu prinsip masing-masing
orang berbeda-beda dan tidak akan pernah sama. “ Kalimatku terus memeluk erat
sahabatku satu-satunya.
“Kalau kamu pergi, pasti aku akan
kesepian...karena satu-satunya orang yang mau bersahabat denganku hanya dirimu.
“
“Kita akan tetap berkomunikasi
melalui kecanggihan teknologi sekarang. Aku berniat untuk tetap melakukan
sebuah pembedahan plastik, dan menyelesaikan studiku di luar negeri. Setelah
lulus sekolah di sana, aku akan melanjutkan kuliahku kembali ke negeri ini
dengan bentuk wajah yang berbeda. “ Penjelasanku membuat dirinya benar-benar
tidak dapat mengedipkan mata.
“Shine, seperti yang telah kamu
katakan bahwa masing-masing orang memiliki prinsip berbeda-beda. Jadi, inilah
duniaku dengan prinsip jauh berbanding terbalik dari seorang Shine. “
“Louis, apakah kamu benar-benar
menginginkan jalan seperti ini untuk keluar dari ejekan mereka? Apakah tidak
ada jalan lain yang ingin kamu ambil selain pembedahan plastik ? “
“Shine, biar bagaimanapun prinsip
dan arah pemikiran kita berdua sangat jauh berbeda. Aku tidak menyalahkanmu
karena tetap ingin mempertahankan apa pun yang ada dalam duniamu. Jadi, jangan
menyalahkan diriku karena telah membuat keputusan seperti ini. “ Penjelasanku
terhadapnya.
“Terserah kamu saja, karena yang
menjalani segala sesuatu adalah dirimu bukan siapapun juga. Aku cukup
menjelaskan tentang beberapa hal, hanya saja, kembali terhadap dirimu...Apakah
ingin menerima ataupun tetap berpegang teguh. “
“Sesuai ucapanmu, prinsip
masing-masing orang jauh berbeda, tapi sekalipun memiliki perbedaan aku ingin
tetap menjadi sahabatmu sampai kapanpun. “ Ucapku kembali memeluknya.
INILAH DUNIAKU BAGIAN 3...
SHINE...
Ternyata Louis sangat nekat dengan
segala rencana yang telah di susunnya. Bagi pemikiranku menjalani operasi
plastik hanya demi mendapat sebuah kecantikan fisik belaka bukanlah sesuatu hal
yang dapat memecahkan masalah di tiap aspek kehidupan manapun. Bunda dan ayah
tidak pernah mengajarkan duniaku untuk berjalan serta membuat sebuah keputusan
paling mengerikan yang akan kusesali seumur hidupku. Menjadi salah satu korban
buli merupakan sesuatu paling mengerikan, kenapa? Dikarenakan duniaku tidak
pernah terbungkus oleh senyuman kebahagiaan dengan begitu banyaknya teman-teman
dari berbagai arah.
Cara berpikir masing-masing pribadi
tidak akan pernah sama dan inilah duniaku yang akan terus berjalan. Sekalipun
hidupku terus terbungkus oleh berbagai penghinaan, terkucilkan, tidak akan
pernah di pandang oleh siapapun dan segala hal mengerikan...namun sekali lagi
aku katakan inilah duniaku dalam suatu area perjalanan. Aku percaya Tuhan
mengizinkan hal tersebut terjadi dalam perjalananku, hanya untuk mengajarkan
sebuah pembentukan kepribadian secara berbeda bahkan unik di mataNYA. Belajar
untuk tidak menjadi kecewa tentang segala hal dalam perjalananku.
“Belajar untuk tidak pernah kecewa
dan bertanya dengan ribuan pertanyaan mengapa aku harus terlahir seperti ini. “
Bisikan hatiku sedang menggema dalam keheningan kamar saat ini.
“Tuhan, area perjalananku pastinya
akan berbeda dan membuat cerita
tersendiri bahkan terlalu menarik untuk di simak suatu hari nanti. Ajarkan
nafasku untuk tetap bertahan dalam perjalanan yang membentuk duniaku saat ini.”
Kembali bisikan hatiku bermain sekali lagi.
“Shine...Shine...Shine...” Suara
ayah memanggil sambil mengetuk pintu kamar.
“Iya...” Teriakanku segera berlari
membuka pintu kamarku.
“Ayah
pikir, putriku lagi berbuat apa...” ucapan pertama ayah saat pintu terbuka.
Aku segera berada dalam dekapan ayah
dengan penuh kehangatan, hingga menghancurkan sesuatu hal yang tidak dapat
kulukiskan dengan kata-kata. Sekalipun mereka semua mengucilkan diriku,
memandang sebelah mata bahkan sama sekali tidak pernah memandang, namun seorang
Shine masih mempunyai ayah terhebat dalam perjalanannya. Sekalipun kehidupanku
sedang berada dalam jurang kemiskinan, namun sekali lagi akan kukatakan bahwa
seorang Shine masih dapat bernapas dan belajar untuk memahami berbagai hal.
“Anak ayah lagi ingin
manja-manjanya.” Godaan ayah.
“Memangnya
ayah seorang peramal, mengerti dan menyadari apa yang ada dalam hidup Shine. “
“Memangnya ayah berkata seperti itu? “ Tanya
ayah.
“Tidak juga sih ayah. “ Kalimatku dengan
tersenyum.
“Shine, sekali lagi ayah hanya ingin
mengatakan...” Kalimat ayah terpotong.
“Mengatakan apa ayah? ”
“Sekalipun Shine menjalani sebuah keadaan
paling mengerikan dan seakan tidak terlihat jalan sedikitpun, jangan pernah
kecewa. “ Kalimat ayah dengan penuh kehangatan.
“Ayah...”
“Shine, harus mempercayai bahwa suatu hari
kelak Tuhan akan meninggikan duniamu. Jangan terjebak dengan segala keadaan di
depan mata.” Ungkap ayah sambil berjalan ke arah sebuah kursi.
“Shine akan belajar dan doakan Shine sehingga
tidak akan pernah terjebak bahkan hidup terbungkus oleh kekecewaan hanya karena
berada di sesuatu hal yang begitu tidak mengenakkan dan sangat mengiris hati. “
Kalimatku dengan mata berkaca-kaca. Tanpa kusadari beberapa kristal sedang
keluar dari sepasang bola mataku saat ini.
“Harus yakin bahwa di dalam dirimu terdapat
sebuah kelebihan yang tidak seorangpun miliki dan hanya Shine yang mempunyai
kelebihan tersebut. “ Ungkapan ayah penuh ketulusan.
“Shine mengerti ayah...” Lengkingan suaraku
tiba-tiba meledak membuat ayah tersontak kaget oleh hal yang telah kuperbuat.
“Shine, jangan mengagetkan seperti ini juga
kaliiiii....” kalimat ayah memegang ke dua telinganyua.
“Putri ayah lebih menarik terlihat saat
senyuman dan semangatnya terlihat setiap saat. “
“Ayah, terimah kasih karena selalu memberikan
kekuatan dalam Kalimat ayah kembali.
“Shine akan menjalani kehidupan tanpa patah
semangat apa pun yang terjadi sekalipun di depan mata hanya akan bercerita
tentang kepedihan dan luka oleh karena berbagai hal dalam perjalanan
kehidupanku. “ Ungkapan hatiku saat berada dalam pelukan ayah kembali.
“Anak ayah memiliki kekuatan luar biasa yang
tidak dimiliki oleh siapapun, saat berhadapan oleh berbagai penghinaan banyak
orang bahkan saat semua orang hanya akan memandangnya sebelah mata hingga harus
terkucilkan terus-menerus.” Ungkapan ayah sebelum meninggalkan kamarku.
Inilah duniaku dengan perjalanan berbeda di
dalamnya, sekalipun harus bercerita tentang
berbagai ejekan dari teman-teman
sekolahku, namun tetap mempercayai bahwa di balik semua itu hanya akan
mengajarkan tentang seni kehidupan. Seorang Shine mempunyai sebuah kekuatan
luar biasa disaat semua orang tidak akan pernah melihat apa pun di dalam
dirinya. Senyuman harus terus bermain dalam jalur dalam duniaku. Aku bukanlah
seseorang yang harus terlihat lemah oleh karena berada dalam area perjalanan
yang tidak menyenangkan bagi pandangan mata.
Setiap harinya teman-temanku dapat tertawa
akan segala kekurangan dalam diriku, namun satu hal yang pasti bahwa dibalik
semuanya itu terdapat sebuah kekuatan terhebat bahkan luar biasa. Wajahku boleh
saja tidak secantik siapapun gadis
tercantik di dunia ini, namun satu hal dunia Shine harus tetap mempercayai
tentang waktu yang indah dalam perjalanannya. Terlahir dengan kulit hitam pekat
bahkan jauh mengalahkan warna arang hingga berbagai ejekan tidak jelas
membungkus perjalanan, bukan berarti aku tidak memiliki sebuah nilai lebih
dalam area perjalananku.
“Tuhan, dalam hidupku aku mempercayai bahwa
aku boleh saja terlahir dengan wajah paling terburuk, kulit hitam pekat, bentuk
bibir seperti ini...Hanya saja, aku mempercayai , bahwa hidupku memiliki sebuah
kelebihan yang tidak dimiliki oleh siapapun juga, namun hanya diriku yang
memiliki kelebihan tersebut.” Bisikan hatiku sedang menggema dengan penuh arti
hingga pada akhirnya memberikan kekuatan tersendiri dalam perjalananku.
Aku baru menyadari tentang sesuatu hal, bahwa
sahabatku Louis telah lama meninggalkanku seorang diri. Louis tetap pada
tekadnya, berusaha ingin mempercantik diri melalui jalan operasi plastik. Entah
bagaimana keadaannya saat ini, pada hal sesuai dengan perjanjian kalau kami
akan terus berkomunikasi meskipun di pisahkan oleh jarak yang cukup jauh.
Namun, sebaliknya antara kami tiba-tiba harus putus kontak seperti ini. Cara
berpikir untuk beberapa hal di antara kami, pada dasarnya sangat berbanding
terbalik bahkan begitu berlawanan arah satu dengan lainnya. Inilah duniaku
dengan segala kekurangannya, tidak akan pernah mengambil jalan pintas apa pun
yang terjadi. Namun, jauh berbeda dengan temanku untuk beberapa hal di depan
mata.
Kembali pada ingatanku beberapa waktu yang
lalu, saat mengantar Louis menuju bandara, kami berdua masih berpelukan erat.
Butiran kristal terus dikeluarkan oleh sepasang bola mataku, akibat perpisahan
tersebut. Untuk pertama kalinya, aku memiliki sahabat oleh karena memiliki
nasib serupa dalam perjalanan dari dunia fana. Tinggal di ibu kota dengan
segala ciri-ciri serta karakter dari tiap orang benar-benar akan bercerita atau
mengarah pada sebuah area tertentu dari sesuatu hal yang tidak terduga.
“Si’kulit hitam, mau kemana lu...” Gertakan
dari salah satu teman sekelasku.
“Aku ingin berjalan menuju sebuah perpustakaan
untuk mencari sebuah buku.” Jawabanku tanpa harus berpikir bahwa dunia itu
begitu kejam oleh karena sebuah perjalanan yang telah membungkus hidupku. Tidak
akan pernah berkata-kata, bahwa aku tidak memiliki kelebihan semua mempunyai
waktu untuk membuktikan pada mereka dan dunia suatu hari kelak.
“ Kulit hitam dengan bibir jelek seperti itu
terlihat sangat besar.” Ejekan Erika secara tiba-tiba dari arah belakang.
“Hahahahahaha....” Tawa mereka secara
serentak.
“ Terimah kasih Tuhan buat ucapan penghinaan
mereka dan cara mereka menertawakanku.: bisikan hatiku menggema.
“Tidak ada yang salah dengan kondisi fisikku,
Erika...” Kalimatku sepintas kemudian berlalu.
“Wow...si’kulit hitam sekarang sudah bisa
melawan gadis tercantik di sekolah kita.” Nada suara salah satu dari mereka.
“Tidak pernah di sangka-sangka dan di
duga-duga.”
“Jangan pernah mengucapkan hal seperti itu
lagi di depanku. Ngerti.” Kalimat Erika terlihat sangat kesal.
Kakiku melangkah menuju sebuah perpustakaan
sekolah untuk menyelesaikan sebuah tugas dari sekolahku. Inilah saatnya, aku
harus membuktikan pada mereka tentang sesuatu hal dengan giat belajar dan dapat
memiliki sebuah prestasi luar biasa hingga seorang Shine mempunyai nilai lebih.
Aku bertekad untuk mempunyai sebuah prestasi luar biasa dalam sekolahku,
sekalipun membutuhkan waktu luar biasa untuk dapat meraih hal tersebut. Namun,
aku tidak akan pernah menyerah begitu saja. Untuk beberapa saat nilaiku, hanya
berada di bagian paling terbelakang oleh karena belum adanya usaha untuk
membuat sebuah perubahan. Akan tetapi, saat ini aku akan membuat sebuah
perubahan hingga mengagetkan semua orang bahkan seluruh dunia.
“Hei...”
sebuah suara tiba-tiba terdengar dengan begitu jelas dari arah sebelah kiri
telingaku.
“Apa ada suara dalam ruangan ini atau tidak?”
suara itu kembali terngiang di telingaku. Apakah suara tersebut di arahkan
terhadapaku atau sebaliknya sama sekali tidak... Aku mencoba berbalik untuk
melihat siapa orang yang berbicara, secara mengejutkan di sampingku terpampang
sebuah senyuman paling manis yang pernah kulihat.
“Hai...boleh
aku bergabung denganmu?” pertanyaan seseorang dengan sedikit mengedipkan
matanya.
Dalam
keadaan masih terdiam dan tidak tahu harus berkata-kata, untuk pertama kalinya
seorang cowok manis ingin berbicara, berteman, dan tersenyum manis di
hadapanku. Apakah ini sebuah mimpi buatku Tuhan ataukah ada sesuatu yang ingin
di rencanakan oleh banyak teman-teman sekelasku. Mereka tidak berhenti untuk
membuatkan sebuah jebakan, hanya demi mendapat sebuah kepuasan tertentu. Untuk
saat ini, hidupku boleh saja secara terus-menerus terbungkus berbagai
penghinaan paling mengiris hati bahkan terlalu perih. Langkahku dapat saja
dipermainkan oleh banyak orang, namun, suatu hari kelak aku akan membuat sebuah
perubahan dan perbedaan.
“Hai,
kenapa diam saja?” tiba-tiba sebuah suara kembali menggema dan mengagetkan
diriku.
Tanpa
menghiraukan kata-kata cowok manis tersebut, aku berjalan dan tidak membalas
sedikitpun pertanyaannya. Aku hanya tidak ingin berada dalam sebuah jebakan dan
tidak menginginkan sedang berpikir tentang seorang idola bahkan tentang sebuah
perjalanan cinta buatku saat ini. Ini hanya sebuah jebakan dari mereka dan aku
harus bijak menghadapi semuanya.
“Anak-anak,
hari ini kita kembali kedatangan murid baru.” Ucapan guruku di depan kelas.
“Ibu
jangan katakan murid kali ini, tidak ada bedanya dengan Louis yang telah pergi
meninggalkan sahabat terbaiknya.” ledekan salah satu dari mereka.
“Ibu
tidak pernah mengajarkan kalian untuk mengejek siapapun di sekeliling kalian.”
nada suara dari guruku mulai meninggi.
“Siapa
juga yang mengatakan kalau ibu mengajarkan kami untuk mengejek seseorang.”
ungkap Nesa memainkan rambut lurus panjangnya.
“Tapi,
satu hal kami kan hanya berbicara tentang fakta dan apa yang sedang di lihat
oleh mata.” celoteh Erika.
“Maksud
kalian seperti apa, berbicara seperti ini?” Pertanyaan guruku kembali
“Fakta
bahwa di sekolah kita ini, Shine merupakan satu-satunya siswi dengan wajah
paling buruk tidak tersaingi oleh siapapun juga.” Jawaban Erika dengan nada
penuh penekanan.
“Erika...”teriakan
ibu guru.
“Dan
satu lagi bu, murid baru kemarin bernama Louis akhirnya datang menjadi saingan
dari Shine.Mereka berdua memiliki wajah paling mengerikan dan tidak ada hal
paling menarik dalam mereka.”tambahan Nesa memperjelas kalimat sahabatnya.
“Kalian
benar-benar keterlaluan.” Gertakan ibu guru kembali.
“Kami
tidak keterlaluan ibu, hanya saja kami bericara berdasarkan atas apa yang di
lihat oleh mata.” Celoteh Erika kembali membalas.
“Terkadang
mereka yang mendapat penghinaan saat ini, suatu hari kelak dapat mempermalukan
kalian. Tidak ada yang dapat mengerti dan menyadari untuk setiap misteri
kehidupan seseorang. Ibu hanya berusaha untuk bijak berbicara di depan kalian
saat ini.” Ungkapan guruku yang membuat hatiku ingin menangis sejadi-jadinya.
“Kalian
berdua di hukum membersihkan seluruh ruangan kelas dan toilet di sekolah ini,
jangan karena salah satu dari kalian adalah anak pemilik sekolah ini, seenaknya
saja mengeluarkan ejekan-ejekan terhadap orang.” Kalimat ibu guru dengan
menyuruh mereka keluar dari kelas tersebut.
“Ibu
akan rasakan pembalasanku dan kita lihat saja sampai berapa lama ibu akan
bertahan di sekolah ini.” Ancaman Erika.
“Erika,
kalaupun hari ini ibu di pecat karena memberikan hukuman pada anak seperti
dirimu...Ibu tidak pernah menyesal melakukan hal seperti ini.” Sebuah kalimat
dari seorang guru hendak menampar kesombongan Erika.
“Sekarang
keluar dari ruangan ini dan lakukan seluruh hukuman yang ibu perintahkan...”
Gertakan ibu guru kembali suara penuh amarah.
Semua
murid-murid di dalam kelas secara tiba-tiba diam seribu bahasa tanpa
mengucapkan satu katapun. Nesa dan Erika berjalan keluar dari ruangan kelas
memasang wajah mengerikan. Aku sudah terbiasa mendapat tatapan-tatapan sinis
dari mereka seakan-akan ingin membuat sebuah pembalasan.
“Maaf,
kudengar ada acara ribut-ribut jadi saya langsung saja menerobos ke kelas ini.”
Suara seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan ruangan kelas.
“Wow...manisnya.”Kalimat
salah satu dari temanku.
“Cakep
habis.” Kembali ucapan yang lainnya.
“Saya
kirain anak baru kali ini saudara kembarnya Shine lagi, maaf ibu maksudku cewek
lagi kan membosankan...” Mencoba mengelak.
“Jaga
ucapan kalian atau kalian ingin seperti Nesa dan Erika membersihkan seluruh
ruangan dan kamar mandi.” ucap ibu guru kembali.
“
Masuklah Brave dan perkenalkan dirimu di depan kelas.”
“Orang
yang menyapaku di perpustakaan tadi.” suara hatiku berbicara dan mengingat
kejadian sebelumnya.
“Perkenalkan,
nama saya Brave Aaric yang berarti
seseorang pemimpin yang mempunyai kasih, namun berani untuk berjalan dan
tidak pernah takut dengan keadaan. Panggil saja saya dengan Brave.” Senyuman
kembali menghias wajahnya.
“Astaga
Brave, memangnya kamu sudah menjadi seorang pemimpin yah?” Ledekan seseorang.
“Menurut
mami, saya harus mempercayai sesuatu yang tidak terlihat, dengan kata lain mami
mempercayai kalau suatu hari kelak anaknya akan menjadi seorang pemimpin.”
Kenang Brave dengan sedikit tertawa.
“Ternyata
Brave anak mami rupanya.” ucap Taniar sekali lagi.
“Bisa
jadi saya adalah anak mami dan papi malahan...” Balasnya lagi membuatku sedikit
tersenyum.
“Brave,
cari kursi yang kosong dan duduklah di sana.” Kalimat Ibu guru.
Dia
berjalan dengan senyuman untuk menebarkan pesonanya pada siapapun juga di
sekelilingnya. Tatapan matanya berjalan ke sebelahku dengan tersenyum, tanpa
memperlihatkan wajah yang penuh ejekan.
“Hai,
kita bertemu lagi kali ini.” Sapaanya dengan tersenyum.
“Brave,
tidak salah duduk dengan Shine?” Tegur Taniar.
“Yang
betul saja Brave, bahkan kami semua alergi berada di dekatnya.” Ejekan mereka
kembali.
“Ternyata
nama kamu adalah Shine, arti dari nama kamu boleh tahu tidak?” Senyuman Brave
tetap menghiasi wajahnya.
Aku
tidak memperdulikan apa pun ucapannya, bahkan sama sekali tidak menjawab
pertanyaannya. Diam seribu bahasa adalah jauh lebih baik di bandingkan
berkata-kata hingga mereka akan kembali membuat sebuah luka dalam nafasku saat
ini.
“Kalau
tidak menjawab, tidak menjadi masalah hanya saja kamu minggir ke samping tembok
dan biarkan aku yang duduk di sini. Ngerti.” Kata-katanya membuatku tidak tahu
harus mengatakan apa pun.
Anak
baru bernama Brave Aaric memiliki wajah tampan dan dapat menebarkan segala
pesonanya pada siapapun juga. Bahkan primadona sekolah Erika pun berusaha
mengejarnya dan ingin mendapat perhatian lebih. Berada di sampingnya dan diam
seribu bahasa tanpa mengucapkan apa pun serta membalas segala yang di
katakannya adalah jauh lebih baik bagiku. Sangat berbeda dari teman-temanku,
bahkan aku terlalu minder untuk menjadi sahabatnya ataupun memberikan sebuah
senyuman.
Aku
hanya akan fokus pada pelajaranku saat ini, bukan mengejar seorang idola
sekolah bahkan pangeran sekalipun sama sekali tidak terpetik tajam dalam
nafasku. Seorang Shine hanya perlu berjuang untuk memperlihatkan sesuatu di
dalam dirinya. Suatu hari kelak, langkah dan nafasku akan bercerita tentang
sesuatu hal yang tidak di miliki oleh seseorang, namun ada dalam diriku.
Belajar berbicara di di depan kelas dan banyak orang, tanpa memperdulikan apa
kata mereka.
Tidak
memperdulikan cibiran, pandangan sebelah mata, ejekan oleh karena bentuk fisik
bahkan warna kulitku tidaklah sama seperti mereka semua. Aku akan membuktikan
pada dunia, bahwa seorang Shine memiliki sebuah nilai yang berbeda dan tidak
dapat di samakan dengan siapapun juga. Hanya membutuhkan perjuangan setahap
demi setahap, hingga waktu itu tiba, mereka menjadi malu akan setiap hal yang
terlontar dari perbendaharaan bibir tentang perjalananku.
Pada
malam hari aku terus belajar dan berusaha mengalahkan rasa kantuk pada diriku.
Sebelum ayam berkokok, seorang Shine belajar membangunkan fajar dengan berlutut
di hadapan Tuhan melalui doa.
“Tuhan,
semua orang boleh saja mencibir, mengejek, mengucilkan, dan bercerita berbagai
hal buruk dalam nafasku saat ini. Aku bukanlah manusia sempurna bahkan paling
terburuk di antara yang terburuk. Warna kulitku tidaklah sehalus dan seputih
para artis terkenal, namun, aku percaya suatu hari kelak di dalam diriku
terdapat sebuah nilai lebih bagi siapapun yang memandangnya.” Doa yang
terlontar di dasar hatiku setiap paginya sebelum ayam berkokok.
“Aku
pasti bisa melewati segala hal yang sedang terjadi saat ini. Mereka dapat saja
mengolok-olokku, namun, jauh di balik itu semua aku percaya terdapat sebuah
pembentukan dan seni hidup dalam nafasku saat ini.” Ungkapan isi hati kembali
ke hadapanNYA.
“Aku
tidak akan pernah mengambil jalan pintas dengan melakukan operasi plastik hanya
demi memperoleh bentuk wajah dan tubuh sempurna. Mensyukuri apa yang diberikan
olehMU jauh lebih baik, dibandingkan mencari jalan pintas hanya demi membuat
mereka untuk berhenti menertawakan bentuk fisikku saat ini. Sekalipun terlalu
menyakitkan bahkan sangat mengiris hati, namun seorang Shine akan belajar bahwa
semuanya hanya bersifat pembentukan warna-warna kehidupan.” Bisikan hatiku
sekali lagi dengan mencurahkan segalanya di hadapan Tuhan. Belajar untuk tidak
menjadi kecewa dan tidak mencari alasan, mengapa Tuhan membuatku terlahir
dengan bentuk fisik paling terburuk diantara semuanya.
INILAH
DUNIAKU BAGIAN 4...
Saat
berada di sekolah aku belajar untuk menjawab semua pertanyaan dari guru dan
melontarkan berbagai pertanyaan. Menghabiskan waktuku dalam sebuah perpustakaan
saat jam istirahat sekolah. Aku belajar beberapa alat musik dari ayahku saat
sore hari. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, selama nafasku terus
berjuang untuk memperlihatkan sebuah nilai pada dunia di luar sana.
Seorang
Shine tidak terlahir dari keluarga yang memiliki segala harta benda dengan
kekayaaan berlimpah. Terlahir dari keluarga miskin, namun memiliki ayah dan
bunda yang akan selalu memberikan kasih sayangnya. Mengajarkan langkahku,
sebuah makna tentang pembentukan di dalam berbagai kekurangan bukan karena
kelebihan untuk bentuk apa pun. Tidak terlahir dengan wajah cantik melebihi
seorang putri ataupun seorang model terkenal di dunia ini. Mempunyai wajah
paling terburuk di antara yang paling terburuk, dengan warna kulit hitam pekat,
rambut seperti kawat berduri. Bentuk bibir yang akan selalu mendapat penghinaan
oleh karena ukurannya.
“Shine,
duniamu seakan tidak ingin berbicara dengan siapapun juga?” pertanyaan
seseorang dari belakang dalam sebuah ruangan perpustakaan. Aku mengenal dengan
pasti pemilik dari suara tersebut adalah siapa. Sama sekali aku tidak akan
berbalik dan menjawab pertanyaannya.
“Duduk
sebangku denganmu ternyata membosankan yah...” tetap memperlihatkan wajah
ceria, sekalipun aku diam seribu bahasa dan sama sekali tidak memperhatikan
setiap ucapannya.
“Bukan
karena hidupku tidak ingin berteman dengan siapapun juga, namun, diriku
terbiasa dengan keadaan seperti ini tanpa seorang teman karena terkucilkan. Kalaupun
seseorang datang dan ingin menjadi sahabat, rasanya terlalu sulit untuk
mempercayai semuanya.” Bisikan hatiku berbicara di dalam...
“Kalau
di pikir-pikir, Shine ternyata seorang gadis misterius yang akan selalu
tertutup pada siapapun juga. Namun, saat berada dalam ruangan kelas terlihat
berbeda dengan siapapun dengan segala yang di milikinya.” ucapan Brave.
“Aku
ingin menjadi temanmu, tanpa harus melihat bentuk fisik semata...” kalimat yang
secara tiba-tiba mengagetkan diriku. Untuk pertama kali dalam perjalananku, ada
seorang cowok mengungkapkan hal seperti ini. Terngiang kembali dalam ingatanku,
bagaimana reaksi teman-temanku terlebih pada kaum pria saat berada di depanku.
Memperlihatkan wajah seakan menatap seorang monster, diriku terlalu menjijikkan
di mata mereka setip saat.
“Rasanya
mustahil...” Ucapku di dasar hati.
“Apa
yang ada di pikiranmu saat ini, tidak semuanya benar.” Ucapnya kembali menatap
dengan serius.
“Aku
tahu, kalau dunia dan kehidupanmu selalu menjadi ejekan seluruh orang-orang
yang berada di sekitarmu. Terkucilkan, menjadi bahan olok-olokkan, terniaya,
dan lain sebagainya yang pada akhirnya membuatmu menjadi tertutup bahkan
terlalu tertutup terhadap banyak hal di sekitarmu.”Ungkapannya kembali
membuatku tersentak dan tidak sedikitpun mengedipkan mata. Buku yang berada di
depanku tiba-tiba terjatuh ke lantai...
“Tidak
usah kaget gitulah dengan ucapanku.”
“Tidak
mungkin seorang cowok cakep ingin berteman denganku tanpa sebab, apakah ini
sebuah jebakan dari Erika?” Pertanyaan dalam pikiranku.
“Pada
saat berada di ruangan kelas dan depan semua guru, suaramu selalu terdengar,
sementara di hadapanku atau yang lainnya sama sekali tidak terdengar.”
ucapannya mengetuk-ngetuk meja di depan menggunakan tangannya.
“Karena
aku ingin memperlihatkan pada mereka semua, bahwa seorang Shine mempunyai nilai
lebih.” Suara hatiku di dasar hati. Berlalu dari hadapan Brave adalah jauh
lebih baik di bandingkan menjawab semua pertanyaannya. Sekalipun dia adalah
satu-satunya siswa yang mau duduk bersebelahan dengan dalam ruangan kelas
selain Louis yang telah pergi dan tidak pernah memberikan kabar sedikitpun.
“Shine,
apakah kamu sadar kalau saya tidak seperti mereka yang akan selalu mengejekmu
karena mami selalu mengajarkanku untuk tidak membeda-bedakan siapapun dalam
berteman.” Teriakan Brave membuat semua mata tertuju pada arah suaranya saat
ini.
“Benar-benar
anak mami.” Gumamku pelan sambil berlalu tanpa berbalik sedikitpun.
Dalam
benakku saat ini adalah memperlihatkan sebuah nilai lebih terhadap mereka semua
di dalam langkah kakiku yang sedang tergores oleh berbagai tusukan duri dari
berbagai arah. Aku berjuang keras untuk meraih beasiswa, hingga dapat menembus
salah satu kampus terbaik dunia saat ini. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia
ini, selama nafasku tidak mengenal kata menyerah dan terus berdoa kepada Tuhan.
Mendaki sebuah puncak tertinggi membutuhkan suatu perjuangan luar biasa dan
tidak di katakan semudah membalikkan telapak tangan.
“Anak
ayah, rajin benner belajarnya.” Godaan ayah mengagetkan diriku saat berada
dalam kamarku membolak balikkan buku-buku pelajaranku.
“Ayah
mengagetkan saja.” Senyumku memeluknya dengan penuh kehangatan.
“Gimana
tentang permasalahan sekolahnya? Sekarang yang ayah lihat kalau Shine sudah
benar-benar menjadi kutu buku.” Membelai rambutku.
“Shine,
selalu mengingat akan ucapan ayah untuk memiliki sebuah nilai suatu hari
kelak.” Senyuman kehangatan kembali kupancarkan.
“Maksud
Shine gimana?”
“Shine
ingin mengejar beasiswa ke luar negeri pada salah satu kampus terbaik dunia.
Tidak ada yang mustahil selama ada perjuangan dan tidak mengenal kata
menyerah.” Kalimatku terus berada dalam dekapan seorang ayah.
“Shine
ingin mengejar mimpi dan memperlihatkan pada dunia bahwa seseorang tidak hanya
bisa di nilai dari kecantikan fisik belaka, melainkan sesuatu hal lain dari
dalam dirinya.” Ungkapanku kembali.
“Kejarlah
apa yang ingin kamu kejar, selama tidak melewati batas dan jangan pernah
menyerah pada keadaan di sekitarmu. Jangan dengarkan apa kata orang, namun,
perhatikan apa yang ada di dalam dirimu.” Kata-kata bijak sang ayah.
Inilah
ayahku yang akan selalu mengarahkan untuk membentuk duniaku saat ini. Selalu
berada di belakang memberikan sebuah kekuatan sehingga nafasku dapat mengerti
sesuatu yang bernilai di suatu titik perjalanan. Terkucilkan bukan berarti
tidak dapat memiliki sebuah mimpi yang dapat terwujud suatu hari kelak.
Perubahan dapat di buat saat dalam diri sendiri menyadari makna sebuah
pembentukan di antara berbagai kekurangan dan badai terberat sekalipun.
Aku
berhasil membuktikan pada mereka tentang sebuah nilai dalam perjalananku.
Perjuanganku tidak pernah menjadi sia-sia, berhasil meraih peringkat pertama di
sekolahku mengalahkan Erika sang primadona. Tidak ada yang tidak mungkin di
dunia ini selama seseorang tidak mengenal kata menyerah.
“Astaga,
ternyata Erika dikalahkan oleh si’ wajah buruk di sekolah kita.” Ucapan salah
satu temanku saat berada di kantin.
“Siapa
yang akan menduga, si’kulit hitam pekat menjadi manusia paling berprestasi
bahkan sepuluh kali lipat dari Erika.” Mata mereka tercengang-cengang.
“Wow...”
Ucap salah satu dari mereka kembali membuat Erika benar-benar penuh amarah.
“Ini
hanya kesalahan pemeriksaan semata, Tidak mungkin si’mie instan tersebut
tiba-tiba menjadi nomor satu dengan nilai sempurna.” Rasa geram pada wajah
Erika benar-benar terpampang.
“Mana
mungkin ini adalah kesalahan pada saat pemeriksaan, karena saya tahu pasti bahwa
Shine pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa yang bisa saja meledak bahkan
makin meledak suatu hari kelak.” Kata-kata Brave secara tiba-tiba di tengah
mereka.
“Kau
membelanya...” Kegeraman Erika makin menjadi.
“Kita
tidak akan pernah tahu perputaran kehidupan, itulah yang mami ucapkan buatku
setiap saat.” Senyuman manis terpampang luar biasa pada Brave Aaric.
“Benar-benar
anak mami.” Kalimatku di dasar hati mendengar apa yang d ucapkannya dari
kejauhan.
Aku
berhasil membuktikan pada mereka bahwa seorang pemenang akan terus berjuang
memperlihatkan sebuah perbedaan dan menyadari warna-warna kehidupan bukan
karena kelebihan melainkan kekurangan tertentu di suatu titik perjalanan.
Inilah duniaku belajar, berjuang, memahami arti sebuah kemenangan, menjadi
pemenang saat seorangpun tidak pernah menydari bagaimana aliran air mataku
terus membasahi pintu kamarku.
Untuk
kesekian kalinya, seorang Shine berhasil membuktikan sebuah prestasi luar
biasa. Seseorang tidak dapat dinilai hanya dari kecantikan fisik belaka atau
seberapa besar kekayaan yang dimiliki. Menyadari bahwa perjuangan untuk
memperlihatkan sebuah nilai bukan karena kelebihan-kelebihan, melainkan berbagai
kekurangan dalam kehidupan. Menjadi pemenang saat semua orang menganggapmu tidak
bernilai bahkan merupakan lapisan paling terburuk untuk siapapun yang
memandang.
“Shine,
apakah aku tidak akan pernah bisa menjadi temanmu?” pertanyaan Brave setiap
berada di depanya. Bukan karena aku tidak ingin menjadi sahabat yang baik,
hanya saja...
“Sedikit
hari lagi kita akan meninggalkan sekolah ini, lantas apakah kau tidak akan
pernah dapat berkata-kata sedikitpun terhadapku setelah sekian lamanya bersama
dalam ruangan kelas dan meja yang sama.” Pertanyaannya membuatku menyadari
sesuatu hal. Yah...Sedikit hari lagi kami akan meninggalkan sekolah ini, dan
melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Membayangkan
dan mengingat, bagaimana dirinya terus memberikan sebuah senyuman keceriaan
saat duduk berdampingan dengannya dalam ruangan kelas. Tidak pernah menjawab
atau berbicara sedikitpun dengannya, sekalipun
dia berusaha untuk mengajukan diri menjadi teman yang baik. Inilah Brave tetap
tersenyum, hal seperti inilah yang membuat semua orang menyukainya termasuk
diriku secara diam-diam tanpa kusadari.
“Mamiku
mengajarkan hidupku untuk berteman dengan siapapun termasuk dengan dirimu.”
Ucapannya membuatku sedikit ingin tertawa di dasar hati.
“Dasar
anak mami.” Suara hatiku tertawa di dalam.
“Shine
akan melanjutkan kuliah di mana?” pertanyaannya kembali dengan senyumannya.
“Inilah
Brave Aaric yang akan selalu melontarkan berbagai pertanyaan yang sama sekali
tidak akan pernah kujawab sedikitpun. Inilah duniaku, akan selalu berlalu dari
hadapannya bersikap cuek dan tidak memperhatikan apa pun yang di ucapkannya.”
Kata-kataku di dasar hati kemudian berjalan dan berlalu dari hadapannya saat
ini.
“Shine,
apakah kamu sadar kalau sejak pertama kali melihatmu...” Teriakannya di tengah
hujan deras yang tiba-tiba turun depan halaman sekolah, membuat langkahku
terhenti seketika tanpa membalikkan wajahku ke hadapannya...
“Sejak
pertama kali melihatmu, aku ingin menjadi temanmu, tidak perduli apa kata orang
tentang duniamu dan segala kekuranganmu.” Teriakannya kembali menggema di
telingaku yang semakin membuat baju seragamku basah oleh karena derasnya hujan saat
ini.
Membayangkan
dirinya saat pertama kali menyapaku dengan senyumannya. Tetap menyapa dengan
senyumannya, sekalipun mulutku tidak akan memperkatakan sepatah katapun. Apakah
aku terlalu takut untuk memiliki seorang teman seperti dirinya. Apakah hidupku
yang terbiasa menyendiri jauh lebih baik dibandingkan mempunyai sahabat seperti
dirinya. Apakah kekhawatiranku lebih berkuasa oleh karena tidak ingin
memperoleh pengalaman pahit kembali, menerima kenyataan bahwa sahabatku akan
menghilang sama seperti Louis. Apakah aku takut mereka akan memainkan jebakan
untuk hidupku. Ataukah takut menerima kenyataan bahwa aku menyukai dirinya yang
tidak boleh terjadi.
“Shine,
kata mamiku jangan pernah menutup diri pada seseorang yang ingin berteman
denganmu.” Ucapannya akan selalu membawa nama mami, inilah dunia Brave...
Aku
berusaha untuk tidak membalikkan wajahku ke hadapannya, dan mencoba untuk
melangkahkan kakiku di tengah derasnya air hujan. Hingga tiba-tiba, suaranya
kembali berteriak memanggil namaku...
“Shine,
kenapa kamu tidak ingin berteman denganku? Pada hal aku ini manis, tampan,
ceria, suka tersenyum menurut mamiku.” Teriakannya membuatku ingin tertawa
sejadi-jadinya.
Aku
berusaha berlari dari hadapannya dan mencari tempat persembunyian di balik
pohon besar pinggir jalan dekat dengan sekolah serta tertawa sejadi-jadinya.
Memperhatikan dirinya di balik pohon besar, yang terlihat lemas di karenakan
untuk kesekian kalinya, aku sama sekali tidak menjawab ataupun berbicara
dengannya. Hingga tiba-tiba sebuah truk kendaraan dengan kecepatan besar sedang
berjalan ke hadapannya...
“Brave...”
Teriakanku berlari sejadi-jadinya ke hadapannya.
“Brave,
awas...” Kalimatku mendorong tubuhnya ke sebelah kiri dari jalan tersebut.
Beruntung Tuhan masih menolong kami berdua hingga tidak kenapa, hanya luka
lecet pada kaki saja.
“Kamu
tidak kenapa-kenapa?” pertanyaannya sangat khawatir, sedangkan aku hanya
menggeleng-gelengkan kepalaku dan berusaha berdiri. Kuperhatikan tangan dan
kakinya lebih banyak luka dibandingkan diriku, pada hal kalau dipikir-pikir...
“Setidaknya,
dia tidak kenapa-kenapa.” Ucapku di dasar hati. Berusaha membantunya berdiri
dan membawanya ke rumahku untuk mengobati lukanya.
“Shine,
apa yang terjadi?” Ucap bunda tersentak kaget melihat bajuku basah dan banyak
luka pada tubuh Brave.
“Bunda,
tolong ambilkan kotak obat.” Ucapku secara tiba-tiba membuat Brave tidak berkedip.
Tidak lama kemudian, bunda datang dan kami bersama-sama membersihkan sekaligus
mengobati luka Brave akibat terjatuh tadi.
“Wow,
ternyata Shine memanggil mempunyai bunda yang ramah seperti mamiku.” Ucapan
Brave memecahkan keheningan, membuatku selalu ingin tertawa.
“Kenalkan
bunda, nama saya Brave teman sekolahnya Shine.”
“Shine
ternyata sekarang sudah mempunyai teman...” Godaan bunda.
“Teman
yang tidak pernah diakui bunda.” Ucap Brave, entah sejak kapan sok akrab dengan
sosok seorang ibu di depannya.
“Kenapa
memangnya?” Kening bunda sedikit berkerut.
“Gimana
tidak, setiap Brave ingin mengajukan diri sebagai temannya dia akan selalu diam
seribu bahasa dan bersikap cuek tanpa berkata-kata sedikitpun.” Jawaban dari
seorang Brave.
“Benar
yang di katakan Brave kalau Shine tidak ingin berteman dengannya dan selalu
diam seribu bahasa.” Ucapan Bunda membuatku tidak tahu harus mengatakan sesuatu
hal.
“Tidak
semua yang dikatakannya benar dan jangan mempercayai perkataannya sedikitpun.”
Jawabanku sambil mencari handuk bersih untuk diberikan kepada Brave.
“Siapa
bilang yang dikatakan Shine itu benar, justru sebaliknya dia terlalu misterius
buatku.” Brave mencibirkan bibirnya.
“Brave,
hanya butuh berjuang sedikit lagi untuk menjadi temannya Shine dan mengenal apa
yang ada di dalam kehidupannya.” Kalimat bunda dengan penuh kehangatan.
“Untuk
menjadi temannya saja harus berjuang, gimana kalau menjadi pacarnya bisa lebih
beresiko kali yah?” Ucapan Brave dengan pelan, membuatku sedikit salah tingkah.
Memandangnya dengan sedemikian rupa, apa yang salah dengan perkataannya...
“Kamu
mendengar ucapanku tadi yah, hanya sedikit becanda dan jangan terlalu di
tanggapi.” Senyuman Brave kembali terpampang.
Tidak
lama setelah hujan berhenti, ayah mengantarkan dirinya untuk kembali ke
rumahnya.Terlihat jelas, kalau ayah sangat menyukai Brave saat pertama kali
menyapanya. Pada dasarnya Brave tidak pernah menghina siapapun yang ada di
depannya atau bahkan membeda-bedakan untuk di jadikan bahan tertawaan. Hidupku
yang terbiasa menyendiri membuatku terkadang hidup dalam sebuah ketakutan untuk
bersahabat dengan seseorang.***
INILAH
DUNIAKU BAGIAN 5...
“Maafkan
aku, bukan karena tidak pernah menginginkan menjadi sahabatmu.” Lirihku di
dasar hati mengingat setiap kalimatnya.
“Seorang
Shine hanya takut untuk menyadari sesuatu yang ada di dasar hatinya saat ini.
Takut mengakui sebuah perasaan yang terpendam dan terlalu sulit untuk di
jelaskan.” ucapanku kembali mengingat kata-katanya.
Inilah
duniaku, takut untuk mengakui perasaanku yang sebenarnya hingga berusaha
menutupi segala sesuatunya jauh di dasar hati paling terdalam. Satu hal yang
harus kupikirkan adalah menunggu hasil seleksi penerimaan beasiswa pada salah
kampus terbaik yang selama ini kuimpikan.
“Tuhan,
perjuanganku tidak akan pernah menjadi sia-sia saat ini.” ucapan doaku di dasar
hati.
“Aku
ingin menjadi seorang ilmuwan, dan kalau Engkau menghendaki aku akan lulus dan
mendapat beasiswa pada salah satu kampus terbaik.” Ucapan doaku di dasar
hatiku.
Harvad,
Oxford, MIT, ataukah Stanford merupakan salah satu kampus tempatku
berpijak...Tidak ada yang mustahil, selama perjuangan diiringi dengan sebuah
kekuatan doa saat ini. Hanya membutuhkan sedikit perjuangan untuk dapat lolos
pada salah satu kampus tersebut. Aku berusaha berjuang dan berjuang untuk
mengejar mimpiku.
Aku
akan terus berjuang dan tidak mengenal kata menyerah demi meraih impianku.
Mempunyai sebuah nilai di mata dunia membutuhkan sebuah perjuangan dan tidak
dikatakan semudah membalikkan telapak tangan. Menunggu hasil tes, di mana Tuhan
akan membawaku saat ini untuk mengejar impianku. Memperhatikan dengan seksama
hasil pengumuman melalui geogle pencaharian.
“Bunda...ayah...”
Teriakku mencari mereka dengan histeris.
“Shine,
kenapa teriak-teriak?”” Tanya ayah sangat khawatir.
“Ayah...”
Teriakku memeluknya dan menangis histeris sejadi-jadinya.
“Shine
harus tenang dan ceritakan kepada ayah apa yang terjadi.” Kalimat ayah
menenangkan diriku.
“Shine
mendapat email yang menyatakan kalau anak ayah lulus pada salah satu kampus
terbaik di dunia.” Teriakku histeris.
“Anak
bunda lulus di mana?” Kalimat bunda tidak bersabar untuk mendengarnya.
“MIT...”
Teriakanku memeluk mereka.
“Sebentar
lagi anak ayah dan bunda akan menjadi seorang ilmuwan yang memiliki berbagai
penemuan-penemuan hebat.” Tangis bahagiaku memancar.
“Terimah
kasih Tuhan...” Rasa syukur ayah mengangis bahagia.
Jangan
pernah menyerah untuk meraih apa yang ingin kamu raih, buktikan kemenanganmu
saat berada di antara lautan duri yang selalu membuat luka pada seluruh
kehidupanmu. Massachusetts Institute of Technology adalah salah kampus terbaik
yang dunia miliki. Sedikit lagi, impianku untuk menjadi seorang penemu akan
segera tercapai.
“Terimah
kasih Tuhan, perjuanganku tidak menjadi sia-sia saat ini untuk meraih apa yang
aku inginkan.” Bisikan hatiku saat ini yang tidak dapat di lukiskan dengan
kata-kata.
Beberapa
hari lagi aku akan meninggalkan negaraku untuk meraih impianku di luar sana.
Inilah duniaku, berusaha mengejar impianku dan melupakan segala luka yang terbungkus
saat berada di negaraku sendiri. Orang-orang di sekitarku dapat berkata, jika
aku memiliki berbagai kekurangan, namun, di balik itu semua Tuhan mengajarkanku
tentang warna-warna kehidupan. Seni hidup terbentuk dalam duniaku, bukan karena
aku memiliki berbagai kelebihan dalam langkahku saat ini. Seni kehidupan
terbentuk dalam nafasku oleh karena berbagai kekurangan dalam diriku.
“Akhirnya,
aku kita akan benar-benar berpisah.” Sebuah suara membangunkan aku dari
lamunanku saat ini.
Berbalik
ke arah suara tersebut dan melihat segala tingkah laku konyolnya. Tuhan, apakah
aku terlalu takut untuk mengakui sesuatu hal dalam diriku saat ini terhadap
dirinya.
“Btw,
kamu akan melanjutkan kuliahmu di mana Shine?” Pertanyaan Brave dengan wajah
penuh keseriusan. Aku sadar betul, kalau ini hari terakhir melihat dirinya
menyapaku dan tidak akan pernah memandang senyumannya dalam melewati
hari-hariku.
“Shine,
apakah kita tidak akan pernah menjadi seorang teman, sahabat gitu?” Pertanyaan
Brave kembali.
“Kata
mami, jangan pernah menolak seseorang yang ingin berteman denganmu atau suatu
hari kelak kau akan diselimuti penyesalan luar biasa.” Senyumannya kembali
bermain di wajahnya seperti biasa.
“Tuhan,
untuk terakhir kalinya aku akan mendengar dirinya menyebut maminya dan
memancarkan senyum keceriaan. Apakah aku kembali berlalu dari hadapannya dan
tidak akan pernah membalas senyumannya?” Suara hatiku menggema kembali dan
kemudian seperti biasanya melangkahkan kakiku
untuk melewati dirinya tanpa berbicara sedikitpun.
“Tumben,
dia tidak berteriak sedikitpun saat aku berlalu dari hadapannya.” Pertanyaanku
di dasar hati. Kakiku berlalu dari hadapannya, tiba-tiba kakiku terhenti oleh
karena sebuah batu di depanku yang secara tiba-tiba menyadarkanku sesuatu
hal...Aku mencoba membalikkan wajah...
Aku
berbalik berjalan ke arah tempat dia berdiri sebelumnya dan tidak mendapati
dirinya. Berusaha untuk menemukan dirinya, aku tidak ingin seumur hidupku di
penuhi sebuah rasa penyesalan luar biasa. Terakhir kalinya memandang dia, sebelum
pada akhir cerita, senyumannya tidak akan berada di depanku. Nafasku bermain
secara tidak beraturan akibat kakiku yang terus berlari untuk mencari dirinya.
“Kenapa
kamu berlari seperti itu?” Pertanyaannya secara tiba-tiba dari arah timur
sekitar jalan di depan sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah.
“Apa
yang terjadi? Apakah ada sesuatu hal?” Pertanyaan terbodoh yang pernah
kudengar...
Membalikkan
tubuhku dan berjalan ke arahnya untuk mengucapkan sesuatu hal... “Apakah kamu
mau menemaniku selama sehari penuh saat ini?” Pertanyaanku yang membuatnya
tidak mengedipkan mata sedikitpun.
“Apakah
aku tidak salah dengar?” Dia balik bertanya.
“Aku
ingin menjadi temanmu.” Ucapanku menjawab pertanyaannya yang telah sekian lama
terlontar dari dirinya.
“Apakah
jawaban yang kudengar ini tidak ada yang salah.”
“Tentu
saja” Jawabanku. Belajar untuk tersenyum di hadapannya, sama seperti dia yang
selalu memberikan senyumannya tanpa pernah memperlihatkan kejenuhan sedikitpun.
Bersama
dengan dirinya selama sehari penuh, menghabiskan waktu beberapa saat untuk
berada di sekitar pusat perbelanjaan. Berjalan ke sebuah taman yang tidak jauh
dari sekolah tempat kami belajar dan tertawa lepas untuk pertama kali saat
bersamanya. Mungkin aku terlalu takut menyadari, bahwa Brave Aaric adalah pria
yang kusukai untuk pertama kalinya. Berada di sekitar pasar malam dan kembali
tertawa lepas di hadapannya.
“Ini
buatmu...” Ujarku memberikan sebuah gelang yang kubeli di sekitar pasar malam
tersebut.
“Gelangnya
sangat menarik.” Wajahnya akan selalu memancarkan senyuman termanisnya.
“Sama
seperti dirimu, akan selalu menjadi teman yang menarik sampai kapanpun juga.
Tidak akan pernah bosan untuk terus memancarkan senyuman paling berkesan setiap
saat.” Kalimatku berusaha untuk menatapnya.
“Shine,
apakah aku boleh bertanya?”
“Tentang
apa?” diriku balik bertanya.
“Kamu
akan melanjutkan kuliah di mana?”
“Memangnya,
kalau saya memberitahukan tempatku kuliah, kamu akan mengejar.” Pertanyaanku
kembali.
“Yah,
tidak menjadi masalah dong...mengejar teman di kampus tersebut.”
“Kita
hanya sebatas teman dan tidak lebih dari itu...” Kalimatku secara tiba-tiba dan
berusaha untuk memperlihatkan sebuah senyuman sama seperti dirinya.
“Bukan
berarti sebatas teman, terus tidak dapat mengetahui keberadaannya dong...”
Ungkapannya kembali.
“Sudah
malam, ayo kita pulang.” Ujarku bangkit dari sebuah kursi sambil memegang
permen lolipop pada tanganku.
Untuk
terakhir kalinya menatap wajah yang selalu memancarkan senyuman dan keceriaan.
Aku ingin mengejar mimpiku dan tidak ingin berpikir tentang sesuatu yang tidak
mungkin terjadi hingga dapat kuraih.
“Kamu
ingin tahu aku akan melanjutkan kuliahku di mana?” Pertanyaanku terhadap
dirinya pada sudut persimpangan jalan.
“Pastilah...”
Jawaban dari perbendaharaan mulutnya.
“Besok
aku akan berangkat ke luar negeri dan melanjutkan studiku pada salah satu
kampus...” Jawabanku.
“Apa
nama dari kampus yang akan kau tempati.”
“Massachusetts
Institute of Technology, aku ingin menjadi seorang ilmuwan suatu hari kelak dan
memiliki sebuah penemuan terbaik di dunia.” Jawabanku yang sedikit mengagetkan
dirinya.
“Kita
tidak akan pernah bertemu lagi?” Kalimatnya tidak tahu harus berkata-kata dan
berusaha untuk memecahkan keheningan setelah beberapa saat terdiam di antara
gelapnya malam.
“Yah
seperti itulah yang akan terjadi, ini terakhir kalinya Shine melihat senyuman
seorang cowok termanis yang pernah kulihat.” Ucapanku tersenyum lebar.
“Berarti
Shine mengakui senyumanku selama ini.” ujarnya tiba-tiba.
“Sudah
malam kita harus berpisah, aku tidak akan pernah melupakan malam ini sampai
kapanpun juga. Terimah kasih karena selalu memberikan senyuman termanis di
hadapanku tanpa rasa jenuh sedikitpun.” Ucapanku meninggalkan dirinya menuju
rumahku.
“Selamat
tinggal cinta pertama yang tidak akan pernah kugenggam sedikitpun. Terimah
kasih buat senyumanmu selama ini, aku terlalu takut untuk mengakui perasaanku
sampai kapanpun juga.” Bola-bola kristal tiba-tiba keluar begitu saja dari
sepasang mataku di tengah perjalananku.
Kenangan
terbaik yang tidak akan pernah kulupakan berjalan bersama seorang cowok
termanis di sekolahku seharian penuh sebelum keberangkatanku meraih sebuah
mimpi. Tidak akan ada lagi seseorang yang berusaha memainkan senyuman
termanisnya di hadapanku. Melemparkan sebuah pertanyaan tanpa jenuh di
hadapanku.
“Shine,
jaga diri baik-baik di sana yah” Nasehat ayah dan bunda secara bergantian.
“Jangan
terbawah arus pergaulan di luar sana, dengarkan seseorang yang memiliki nilai
adalah dia yang dapat mempertahankan dan menjaga kehormatannya. Lebih baik
terlahir dengan kondisi bentuk fisik biasa saja, namun mempunyai kualitas hidup
berbeda dari siapapun, dibandingkan dengan kondisi fisik sempurna, namun, tidak
mempunyai nilai sama sekali.” Nasehat ayah terakhir kalinya saat berada di
depannya.
“Shine
mengerti maksud ayah.” Kalimatku kembali, sambil memperhatikan arah sekitarku
mencari sesuatu...
“Dia
tidak akan mungkin datang.” bisikan hatiku di dasar hati.
“Shine,
di dalam tasmu sudah bunda masukkan beberapa baju hangat buatmu, kamu harus
pakai. Ngerti.” Kalimat bunda mendekap diriku dengan kehangatan. Aku berjalan
memegang ransel dan sebuah tiket pesawat...
“Shine...Shine...Shine...”
Tiba-tiba sebuah suara yang tidak asing lagi terdengar di telingaku. Wajahku
berbalik ke arah suara tersebut...
“Kamu
datang...” Senyumku terpancar untuknya.
“Aku
pasti datang untuk memberikan sebuah kado buatmu sebagai tanda perpisahan kita
berdua.” Kalimat Brave terus memperlihatkan senyumannya tanpa menampakkan rasa
sedih sedikitpun. Mengambil sebuah kotak dari tangannya, kemudian berlalu dari
hadapannya.
“Terimah
kasih karena mau menjadi temanku.” Kalimatku yang kemudian berlalu dari
hadapannya.
Inilah
duniaku berjalan dan berlalu dari hadapannya. Rasa penasaran mendekapku saat
telah berada di pesawat sambil memandangi kotak tersebut. Tanganku membuka
kotak tersebut dan mencoba mencari tahu sesuatu yang ada di dalamnya. Ternyata
sebuah bingkai foto dengan wajahnya yang terpampang dihiasi senyuman
termanisnya dan sebuah kalung liontin. Mataku mengarah pada sebuah surat yang
di letakkan paling dasar dari kotak tersebut.
Dear,
Shine...
Gadis
terkuat yang pernah kukenal di dunia ini adalah Shine. Sekalipun tidak memiliki
wajah secantik dan sesempurna Erika atau siapapun wanita tercantik/ terkenal di
dunia ini, namun, memiliki keunikan tersendiri. Terkucilkan, mendapat berbagai
ejekan, di pandang sebelah mata, dan berbagai goresan luka pada dirinya, namun,
terus berjuang untuk meraih impiannya. Memiliki sebuah kekuatan yang tidak
dimiliki oleh siapapun juga hingga berhasil membuktikan sebuah kelebihan di
dalam dirinya.
Shine
memang tidak terlahir dengan bentuk fisik sempurna, bahkan oleh karena hal
tersebut yang pada akhirnya membuat semua orang menjauh dari kehidupannya.
Namun, Shine mempunyai sebuah kelebihan dan keunikan yang tidak di miliki oleh
siapapun juga. Perjuangan dari kehidupan Shine yang pada akhirnya berhasil
membuat kemenangan demi kemenangan dalam perjalanannya. Entah sejak kapan aku
mulai menyukai Shine dan segala hal yang berhubungan dengannya.
Aku
suka dengan kekuatan yang ada di dalam dirimu. Aku suka dengan tulisan yang
tertera pada sebuah bukumu dan tanpa sepengetahuanmu telah kubaca. Seorang
pemenang akan terus berjuang memperlihatkan sebuah perbedaan dan menyadari warna-warna
kehidupan bukan karena berbagai kelebihannya melainkan kekurangan-kekurangan
tertentu di suatu titik perjalanan. Inilah duniaku belajar, berjuang, memahami
arti sebuah kemenangan, menjadi pemenang saat seorangpun tidak pernah menyadari
bagaimana aliran air mataku terus membasahi pintu kamarku. Itulah kalimat yang
tertera pada salah satu bukumu, di mana menyadarkan diriku tentang siapa Shine
sebenarnya.
Tanpa
rasa bosan bertanya apakah aku bisa menjadi temanmu? Namun, jauh dibalik itu
semua, aku menginginkan lebih dari sekedar pertemanan. Aku suka dengan segala
yang ada di dalam dirimu. Shine, kalau memang kamu jodoh terbaik untuk
kehidupanku suatu hari kelak tentunya kita akan dipertemukan di suatu tempat
tertentu. Sekalipun ada begitu banyak orang yang berusaha mendekati dirimu,
kalau memang dirimu hanya tercipta buatku maka mereka semua tidak akan pernah
berhasil untuk memilikimu terlebih mengikat janji suci.Pasti Shine bertanya,
mana ada cowok yang ingin melakukan pendekatan dalam bentuk apa pun? Mereka
hanya belum menyadari siapa dirimu, saat tersadar beberapa diantaranya akan
terus berjuang mengejar gadis bernama Shine Christabel Dalvianis. Tidak semua
pria melihat dari bentuk fisik semata, kenapa? Karena saya seorang
pria...hahahahhahahahaha...
Sekalipun
kamu berada di ujung dunia, kalau dirimu tercipta hanya untuk diriku maka pasti
akan ada cara Tuhan yang ajaib untuk mempersatukan. Kejarlah mimpimu dan jangan
pernah menyerah untuk menggapainya. Jangan pernah dengarkan apa kata orang,
melainkan tetap berpegang pada apa yang ada di dalam dirimu. Aku percaya suatu
hari kelak kamu akan menjadi seorang ilmuwan terkenal yang memiliki sebuah
penemuan dan akan di akui oleh internasional. Aku akan selalu berdoa dari
kejauhan untuk seorang gadis bernama Shine. Gadis yang memiliki sebuah kekuatan
besar.
Brave
Aaric
6...
Tidak
pernah menyangka atas kata-kata tersebut, hingga sepasang mataku kembali
mengeluarkan butiran-butiran kristal. Untuk pertama kalinya menyukai seseorang
dan takut untuk mengakui sebuah kenyataan beberapa saat kemarin.
“Terimah
kasih karena telah menyukaiku.” Bisikan hatiku yang sedang bermain dengan terus
mengeluarkan butiran kristal.
“Suatu
hari kelak, sesuai dengan perkataanmu kalau kamu di takdirkan untukku, pasti
Tuhan akan mempertemukan kita kembali di suatu tempat.” Kata-kataku di dasar
hati memandang sebuah senyuman pada sebuah bingkai foto pemberian dirinya.
Aku
berusaha untuk meraih impianku dan terus berjuang menjadi apa yang ingin
kugenggam saat ini. Kampus terbaru yang akan menceritakan tentang hal-hal baru
saat ini. Setiap harinya aku disibukkan oleh berbagai tugas kampus yang harus
segera kuselesaikan. Aku berusaha untuk membagi waktu sebaik mungkin. Selain
kuliah, aku bekerja paruh waktu pada salah satu restoran kecil yang tidak jauh
dari kampusku. Tidak menjadi masalah bekerja apa pun selama bersifat halal dan
tidak menyusahkan ayah serta bundaku.
Belajar untuk menyeimbangkan semuanya, tidak membuat kuliah terbengkalai
ataupun pekerjaan sambilanku kacau balau.
Aku
berusaha meneliti beberapa alat dan mempelajari tentang mesin-mesin yang di
desain sedikit berbeda. Selama beberapa tahun aku terus berjuang keras mencari
ataupun bahkan berusaha untuk mengembangkan sebuah desain khusus untuk sebuah
pesawat terbang dan saling berkaitan dengan perjalanan kapal di lautan luas.
Mencari tempat-tempat perakitan pesawat di beberapa negara di dunia ini melalui
bantuan om geogle.
Mempelajari
versi standar mesin kipas turbo yang harus di hubungkan dengan sebuah desain
pesawat terbang.
“Dimensi
sebuah pesawat akan mengarah pada panjang
secara keseluruhan, tinggi (hingga ekor horizontal), diameter badan, lebar
kabin maksimal, panjang kabin, panjang sayap geometris, luas sayap, lambaian
sayap, roda dasar, jalur roda.” Kata-kata yang aku tuliskan pada sebuah buku
catatanku saat berada dalam sebuah ruangan besar untuk melakukan suatu
penelitian tertentu.
Aku
harus belajar untuk mempelajari lebih spesifik tentang data operasi dasar yang
di sertai dengan jenis mesin dan harus menyimak secara pasti tentang jarak yang
ditempuh dari kecepatan masing-masing pesawat. Perakitan sebuah pesawat dengan
menyimak secara pasti beberapa data paling mendasar. Salah satu jenis mesin
yaitu mesin turbojet merupakan mesin yang umumnya terdiri dari sebuah kipas
internal dengan sebuah turbojet kecil yang terpasang dibelakangnya untuk
menggerakkan kipas tersebut. Namun, perlu diketahui kelemahan dari mesin
tersebut adalah boros bahan bakar.
“Turbojet,
turboprop, & turbofan merupakan 3 jenis jet engine.” Salah satu data yang
menunjukkan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan pesawat terbang.
Tanganku
terus-menerus mengotak-atik layar yang ada di depanku dan terus mempelajari
beberapa data tertentu. Turbofan merupakan penyempurnaan dari turbojet &
turboprop. Kekurangan turbojet sendiri sehingga menyulitkan adalah boros bahan
bakar, sekalipun mempunyai kekuatan besar dibandingkan jenis lain (lebih cocok
untuk pesawat tempur). Sementara turboprop mempuyai kelemahan, dimana tidak
mampu untuk mensuport high altitude, hanya mencapai 25.000 feet saja. Pada sisi
lain, turbofan mempunyai keistimewaan tersendiri irit bahan bakar dan memiliki
tenaga dorong yang besar.
Perlu
memahami turbofan mempunyai prinsip kerja tersendiri, dimulai airflow (udara)
masuk ke dalam blade (low pressure compresor) atau disebut dengan LPC,
kemudian, dikompres kembali oleh blade yang lebih kecil ukurannya (high prssure
compresor/HPC), kemudian masuk ke ruang pembakaran (combustion Chamber).
Berlanjut pada pemberian ignition hingga suhu/tempratur tinggi yang kemudian
barulah disemprot oleh fuel. Satu hal, bahwa energi kimia menjadi energi dorong
dikarenakan pembakaran yang sedang terjadi. (Wikipedia)
“Yang
menjadi pertanyaan, adalah bagaimana mendesain sebuah pesawat dengan
mempelajari beberapa perakitan, mesin, jenis bahan bakar sebagai sumber energi,
serta melakukan kombinasi dengan mesin kapal.” Kata-kataku membolak-balikkan
buku-bukuku serta terus berada di depan layar saat ini. Inilah hidupku mencari
melakukan sebuah penelitian dan terus berjuang keras. Berada di sebuah ruangan
laboratorium yang terdapat pada area kampus.
“Shine,
belum pulang?” suara Prof. Albert mengagetkanku.
“Belum
Prof.” Jawabanku sambi terus mempelajari jenis-jenis mesin yang ada di depanku.
“Benar-benar
serius mempelajari mesin-mesin ini.” Pancingan Prof. Albert seolah menyadari
sesuatu yang sedang kucari.
“Maaf
Prof.”
“Kenapa
harus minta maaf, aku suka dengan ide-ide yang ada dalam dirimu.” Ungkapannya.
“Maksud
Prof?” Pertanyaan balik ke arahnya.
“Tanpa
kau beritahu apa yang sedang diteliti,aku sudah menyadari ada sesuatu hal yang
sedang kamu pelajari.” Jawabannya.
“Shine,
semua membutuhkan kesabaran.”
“Iya
Prof.” Ucapku menundukkan kepala.
“Kalau
boleh tahu, jenis penemuan apa yang ingin kau cari, teliti, dan kembangkan?”
Pertanyaan Prof. Albert.
“Mungkin
aku bisa sedikit membantu dan mengarahkan.” Kalimatnya kembali.
“Yang
benner Prof.” Ucapanku kegirangan.
“Bicaralah...”
Ujarnya tersenyum mengingatkanku pada seseorang yang akan selalu memberikan
senyuman termanisnya.
“Kenapa
tiba-tiba terdiam...” Kening Prof. Albert berkerut.
“Saya
sedang mempelajari bagaimana membuat perpaduan kombinasi antara mesin pesawat
terbang & kapal laut.”
“Maksudnya?”
“Begini
Prof. seperti yang diketahui bahwa desain pesawat memiliki mesin tertentu,
sedangkan untuk kapal sendiri terdiri dari berbagai bagian mesin. Bagian dari
kapal sendiri di antaranya ruang kontrol mesin (untuk mengontrol seluruh
mesin-mesin yang sedang beroperasi), mesin induk/main propulsion engine
(berbagai unit untuk menghasilkan daya dorong terhadap kapal), mesin-mesin
bantu/auxiliary engines (instalasi mesin untuk membantu pengoperasian kapal),
mesin generator (unit penggerak generator/pembangkit tenaga listrik),beberapa
jenis pompa diantaranaya pompa pendingin air tawar/fresh water cooling pump
(memindahkan sekaligus mensirkulasi air tawar melalui berbagai sistem
pipa-pipa,pendingin/cooler & lain-lain), pompa pendingin air laut, dan
masih terdapat berbagai mesin lagi yang harus di pelajari...” Penjelasan
panjang terhadap Professor yang ada di depanku.
“Yang
menjadi pertanyaan hubungan antara mesin pesawat dan mesin-mesin kapal yang kau
jelaskan mengarah kemana?” Pertanyaan Professor kembali sambil mengerutkan
keningnya.
“Saya
ingin membuat sebuah transportasi terbaru, di mana dapat berjalan sebagai
pesawat terbang dan pada keadaan tertentu dapat berjalan di air sebagai kapal
laut. Tidak yang ada mustahil, selama saya mengandalkan Tuhan dan terus berdoa,
sementara dilain sisi terus berjuang serta mempelajari semuanya.” Kalimatku
mencoba menegaskan sesuatu hal.
“Betul
juga pernyataanmu, berdoa diiringi oleh sikap/perbuatan...” ucapannya.
“Permasalahan
di sini adalah mendesain kembali bentuk pesawat dengan harus memperluas panjang
secara keseluruhan, diameter badan dari yang sebelumnya. Jalur roda, roda
dasar, jenis sayap, lambaian sayap harus lebih di modifikasi sedemikian rupa
hingga pada saat berada di air dapat tersimpan secara otomatis melalui tempat
penyimpanan yang di desain khusus. Badan pesawat pada bagian bawah harus
sedikit lebih runcing dan melebar ke samping kiri dan kanan sedikit menjulang.”
Penjelasanku mencoba menjabarkan apa yang ada dalam pemikiranku saat ini.
“Terus...”
Hanya kata tersebut yang dapat di keluarkan oleh Prof. Albert.
“Menggunakan
jendela kaca kedap air pada badan pesawat, sedangkan pintu yang gunakan tidak
berada pada samping pesawat melainkan pada bagian paling atas. Dengan kata
lain, jika pesawat tersebut berada di air secara otomatis dapat mengapung, akar
permasalahan pesawat yang jatuh dan tenggelam dikarenakan situasi tertentu
menggunakan pintu samping dan mempunyai celah sehingga air dapat masuk secara
luar biasa. Pada akhirnya dapat menenggelamkan pesawat tersebut ke dasar
lautan.” Penjelasanku kembali mencoba menjabarkan lebih spesifik.
“Bagaimana
dengan kapal yang terdiri dari beberapa jenis mesin dan memiliki sistem
tersendiri?” Pertanyaan Prof. Albert kembali.
“Inilah
yang sedang saya teliti dan kembangkan Prof. kita dapat memasang beberapa jenis
mesin yang digunakan oleh kapal pada pesawat. Jadi, Pada saat berada di udara
mesin pesawat terbang tetap bermain, sedangkan saat berada di lautan air, mesin
tersebut dimatikan secara otomatis kemudian menghidupkan mesin kapal sebagai
penggerak di air. Beberapa mesin kapal dapat lebih di modifikasi menjadi satu
bagian, sehingga memiliki berbagai fungsi saat berada di air.” Lajutan
penjelasanku kembali.
“Tepat
seperti apa katamu, beberapa mesin kapal yang terdiri pompa pendingin air tawar
dan laut, pompa minyak pelumas, pompa bahan bakar, pompa ballast (untuk mengisi
dan mengosongkan air laut ke & dari tangki-tangki ballast di kapal), pompa
sanitair (untuk air tawar maupun air laut dimana menyalurkan air tawar/air laut
ke sistem sanitair kapal yaitu ke kamar-kamar mandi & WC), dan berberapa
mesin lain dapat dimodifikasi lebih kecil. Atau...” Penjelasan Prof. Albert.
“Atau
menyatukan dengan mendesain yang memiliki berbagai fungsi saat berada di air.
Dimana hanya menggunakan 2 atau 3 mesin dengan berbagai fungsi-fungsi di
dalamnya. Karena jika mendesain satu mesin saja untuk seluruh fungsi kapan
kapal akan mengalami banyak kesulitan dan pada dasarnya terdapat beberapa jenis
mesin yang harus terpisah dengan beberapa bagian lainnya.” Mencoba melanjutkan
ucapan Prof. Albert.
Mempelajari
beberapa kelebihan dan kelemahan mesin pesawat. Mencari data-data tentang
jenis-jenis mesin dan sistem perakitan dari sebuah pesawat terbang dan kapal
laut. Setelah mengetahui lebih lanjut melakukan kombinasi antara 2 jenis
transportasi yang memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Dengan kata lain, mendesain lebih spesifik antara sebuah
transportasi terbaru dimana dapat menjadi pesawat terbang, namun, pada keadaan
tertentu dapat bergerak di air dengan kata lain berubah 360º menjadi sebuah
kapal.
“Kombinasi
antara mesin pesawat terbang & kapal laut.” Kalimatku terus melihat dan
menyusun bagian-bagian rakitan-rakitan tertentu.
“Shine,
pasti bisa...” Ucapan Prof. memberikan semangat.
Ucapan
Prof. Albert memberikan semangat buatku untuk membuat sebuah penemuan terbaru
yang akan di akui oleh internasional. Aku memandang sebuah foto yang akan
selalu memberikan penghiburan secara tersendiri...
“Gimana
kabarmu dan apa yang sedang kamu lakukan saat ini.” Pertanyaanku memandang
sebuah foto yang memperlihatkan senyuman termanisnya.
“Tidak
terasa sudah 3 tahun suaramu tidak pernah kudengar, sesuai dengan ucapanmu
kalau memang kita berdua jodoh bagaimanapun pasti Tuhan akan mempertemukan.”
kata-kataku berbicara pada foto tersebut.
Mengingat
senyuman yang tidak akan menghilang dari ingatanku. Bagaimana seorang Brave
tidak pernah jenuh untuk berada di hadapanku, dan berkata aku ingin menjadi
teman yang terbaik. Walaupun tidak pernah membalas senyumannya, dan terus
bersikap dingin bahkan tidak pernah peduli, tapi, tanpa pernah jenuh tetap bersikap
ramah di hadapanku. Di lain cerita mengungkapkan perasaannya melalui secarik
kertas hingga membuatku tidak akan pernah melupakan hal tersebut.
“Halo,
ayah...” Menjawab telpon dari ayah yang terus memberikan kekuatan untukku
melalui doa dan berbagai nasehatnya.
“Shine,
baik-baik saja kan di sana...Ingat jangan lupa makan dan jaga kesehatan
baik-baik.” Nasehat ayah kembali melalui telpon.
“Shine
ngerti ayah. Pokoknya ayah dan bunda jaga kesehatan di sana yah.” Ucapanku
kembali.
“Shine,
sudah dengar kabar tentang Brave belum?” Pertanyaan ayah tiba-tiba.
“Shine
terakhir kali melihatnya sejak di bandara, dan sama sekali tidak ada kontak
dengannya sekarang.” Jawabanku mengingat bagaimana terakhir kalinya memberikan
senyumannya dengan sebuah kotak yang tidak akan pernah lepas dari memoryku.
“Sebulan
setelah Shine pergi, Brave pun melanjutkan pendidikannya di luar negeri tapi
entah di mana...” Kalimat ayah.
“Dari
mana ayah tahu kalau dia melanjutkan studinya di luar?” Pertanyaanku kembali
melalui saluran telpon.
“Sore
itu, Brave ke rumah dan pamit karena ingin melanjutkan studi ke luar, tapi dia
sama sekali tidak mengatakan kemana dan apa nama kampus yang di tempati saat
ini.” Jawaban Ayah.
“Brave
terus mengunjungi rumah ayah dan bunda selama sebulan sebelum keberangkatannya.
Jadi, ayah dan bunda mempunyai penghiburan tersendiri.” Kalimat ayah kembali.
“Halo
ayah...” Jaringan sepertinya tidak bersahabat hari ini, hingga sambungan telpon
dengan ayah terputus begitu saja.
“Pasti
pada saat bersama ayah dan bunda, kata mami terus saja melekat pada mulutnya
seperti biasa.” Senyumanku memegang kalung liontin yang terus menggantung pada
leherku.
Aku
tetap melakukan pekerjaan paruh waktu pada salah satu restoran yang tidak jauh
dari kampusku. Tetap melakukan penelitian lebih lanjut tentang sebuah temuan
transportasi terbaru yang sedikit lagi akan memperlihatkan hasil. Tugas-tugasku
di kampus berusaha kuselesaikan dengan baik tanpa mengganggu aktifitas yang
lainnya.
Sore
itu, secara tiba-tiba seseorang memanggilku saat aku hendak membersihkan
seluruh peralatan makan pada sebuah meja.
“Shine...Shine...”
Suara seseorang yang sepertinya tidak asing lagi di telingaku, tapi aku masih
meragukan sesuatu hal.
“Shine,
ini aku Louis” Ucapannya membuat menjatuhkan beberapa piring ke lantai hingga
pecah. Beruntung bos di tempatku bekerja tidak marah dan hanya mengkhawatirkan
diriku.
“Shine,
tidak yang luka pada tanganmu?” Rasa khawatir pada bos yang segera berjalan ke
hadapanku membersihkan pecahan piring tersebut.
“Shine,
tidak kenapa-kenapa kan?” Ucapan Louis memeriksa keadaan tanganku.
“Louis,
rasanya mustahil kalau ini dirimu.” Ucapku tidak mempercayai wanita tercantik
yang pernah kulihat jauh mengalahkan bentuk fisik Erika dan siapapun juga,
sedangkan bosku meninggalkan kami berdua untuk berbicara.
“Shine
pasti tidak akan pernah mempercayai kalau orang yang ada di depanmu sekarang
adalah Louis sahabatmu sewaktu SMU.” Kalimatnya membuatku benar-benar tidak
mempercayai apa yang ada di hadapanku sekarang.
“Tidak
mungkin...” Ujarku tidak mempercayai sedikitpun.
“Namamu
Shine Christabel Dalvianis merupakan korban buli di sekolah setiap saat, sama
seperti diriku Louis Anabel Handika. Aku minta maaf karena putus kontak
denganmu kemarin, dikarenakan beberapa hal.” Memperlihatkan wajah sedih.
“Jadi,
kamu benar-benar menjalani operasi plastik hingga menjadi wanita secantik ini?”
Pertanyaan tanpa mengedipkan mata sedikitpun.
“Aku
berhasil menjalani oplas dan sekarang terikat berbagai kontrak. Cita-citaku
akhirnya berhasil kuraih menjadi seorang model terkenal.” Ujarnya dengan penuh
semangat.
“Aku
terlalu banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan, hingga kontak kita jadi
terputus. Tapi, akhirnya aku berhasil menemukan dirimu kembali secara tidak
sengaja di sini.” Lanjutan kalimatnya kembali.
“Jadi,
sekarang kamu benar-benar cantik jauh mengalahkan Erika.” Kalimatku kembali di
hadapannnya seakan seperti mimpi.
INILAH
HIDUPKU BAGIAN 7...
LOUIS...
Ternyata
dunia ini begitu sempit, akhirnya aku menemukan kembali sahabatku saat sedang
liburan dan sekaligus melakukan pemotretan sekitar kota ini. Setelah sekian
lama putus kontak dengannya, hingga pada akhirnya kembali mempertemukan diriku
dengannya. Tempat tinggalku saat ini tidak menetap, aku harus berada di
beberapa negara bagian Eropa, kemudian berada di Asia , yang selanjutnya
mengharuskan diriku di Amrik saat ini.
“Louis,
sekarang kamu benar-benar sangat cantik...” Kalimat Shine seakan tidak
mempercayai atas apa yang terjadi pada perubahan fisikku.
“Inilah
mimpiku yang berhasil kuwujudkan melalui operasi plastik untuk meraih bentuk
fisik paling sempurna dan menjadi seorang model terkenal.” Ucapanku
menjelaskan.
“Jadi,
model yang selalu menjadi sorotan media selama ini ternyata kamu. Bahkan semua
teman-teman sekolah dulu yang selalu mengejek tiba-tiba memberi pujian tanpa
mereka sadari.” Celoteh Shine membuatku tertawa.
“Perubahan
fisik yang sempurna pasti akan membawa keberuntungan dan berbagai pujian dari
siapapun.” Kalimatku memperlihatkan senyuman terhadapnya.
“Shine,
apakah kau melanjutkan studimu di sini?” Pertanyaanku
“Yah,
seperti itulah...” Jawaban simple seorang Shine.
“Jangan
katakan studi ada di...” Ucapku tidak mempercayai...
“Massachusetts
Institute of Technology berlokasi di Charles River Basin, Cambridge...apa perlu
diperjelas?” Ucapan Shine.
“Wow...”
Ucapanku merasa takjub.
“Serasa
mimpi,Shine yang aku tinggalkan kemarin tingkat kejeniusannya dibawah rata-rata
bahkan lebih buruk dariku. Tapi, sekarang dapat menembus salah satu kampus
terbaik dunia. Wow...” Mataku terbelalak.
“Apakah
kamu sudah mempunyai pacar?” Pertanyaanku kembali.
“Memangnya
kenapa?” Pertanyaan balik darinya.
“Aku
pastikan kamu belum mempunyai pendamping hidup saat ini karena beberapa
faktor.”
“Maksud
dari kalimatmu?” Kalimat Shine.
“Kamu
pasti mengerti kenapa hingga saat ini, tidak ada seorangpun yang berada di
sampingmu. Diantaranya karena faktor kesibukan mengejar impianmu dan hal yang
paling mendasar karena semua pria hanya akan melihat bentuk fisik semata.”
Ucapku menjelaskan sesuatu.
“Dimanapun
kamu berada semua orang hanya akan memperhatikan bentuk fisik yang paling
sempurna diantara yang tersempurna, dan jangan pernah berharap seorang pangeran
tampan akan jatuh dari langit yang di ciptakan untuk dirimu.” Kalimatku penuh
penekanan.
“Jadi,
maksudmu saya harus merubah segala sesuatu yang ada dalam diriku sama seperti
dirimu?” Kekesalan Shine terlihat.
“Yah
seperti itulah.” Ucapanku.
“Seluruh
perusahaan seakan lebih menomor satukan bentuk fisik semata, terlebih dalam
mencari pasangan. Pasti tidak seorangpun yang ingin mengutarakan perasaannya?
kenapa? Karena fisik lebih diutamakan.” Penekanan pada kalimatku kembali.
“Jadi,
menurutmu jalan yang harus kutempuh satu-satunya adalah melalui operasi
pembedahan wajah dan warna kulitku.” Suara Shine tiba-tiba.
“Yah
seperti itulah, lakukan operasi plastik demi masa depanmu, hingga pada akhir
ceritamu kau akan selamanya menjadi primadona dan idola bagi siapapun.”
Kalimatku menyarankan sesuatu hal terhadapnya.
Shine
tidak menyahut atas segala yang kukatakan, tapi, tidak juga menanggapi. Inilah
kehidupan, semua orang hanya melihat segala sesuatu yang bersifat dari luar
bukan karena keistimewaan lain yang terselip di dalam sana. Apakah nasehat yang
kuajukan terhadapnya benar-benar salah?
Menurut pandanganku, hal tersebut merupakan jalan meraih kesuksesan.
Setelah
melakukan sebuah operasi pembedahan., aku berhasil meraih mimpiku menjadi
seorang model terkenal. Bahkan seorang Louis menjadi rebutan siapapun juga baik
di kalangan pengusaha, bangsawan, anak-anak pejabat, dan pejabat sendiri.
Karirku benar-benar meroket saat ini, hingga aku harus mengatur waktu yang ada.
Berulang
kali aku menawarkan Shine untuk melakukan oplas, namun, dia juga tetap tidak
pernah menggapi apa yang kuinginkan dalam dirinya. Operasi plastik merupakan jalan
satu-satunya untuk mendapatkan pujian dari semua orang. Aku tidak akan pernah
melupakan bagaimana semua orang mengejekku dan mengucilkan diriku oleh karena
bentuk fisik mengerikan. Rasa sakit dalam diriku saat ini, akhirnya terbayar
lunas.
“Louis,
kehidupan kita berdua berbeda dan tidak akan pernah sama...” Kalimat Shine
segera beranjak dari sebuah kursi tempat dirinya bekerja.
“Kamu
mau kemana?” Pertanyaanku.
“Cara
berpikir kita berdua berlawanan arah, jangan memaksakan sesuatu hal dalam
hidupku dengan memiliki prinsip kehidupan seperti perjalananmu saat ini.”
Ucapannya kembali.
“Tapi,
sampai kamu akan menjadi seorang gadis kulit hitam dengan wajah paling buruk
dan lain sebagainya.” Gertakanku.
“Louis,
Tidak berarti aku terlahir dengan berbagai kekurangan hingga pada akhir cerita
mengambil jalan mengerikan. Seni kehidupan terbentuk, bukan karena seseorang
memiliki segala hal yang terlalu sempurna dari pemandangan mata, melainkan
berbagai kekurangan-kekurangan di suatu titik perjalanan seseorang.” Kalimat
Shine kembali berhadapa muka denganku.
“Kehidupan
kita berdua sangat jauh berbeda, Saya ingin Louis yang kemarin dan tidak harus
memaksakan sesuatu hal.” Lanjutannya kembali.
“Memangnya
Louis yang sekarang kenapa?” Pertanyaanku sinis mulai keluar dari mulutku.
“Louis
yang sekarang selalu memperlihatkan sebuah kesombongan saat berkata-kata, hanya
menilai segala sesuatunya dari luar bukan sisi lain sebuah kehidupan. Berbeda
dengan yang kemarin kukenal sekalipun sedikit sulit untuk menerima kenyataan
pada saat itu.” Jawabannya membuatku meninggalkan dirinya seketika tanpa
berkata-kata.
Cara
berpikir antara hidupku dan Shine benar-benar berbanding terbalik. Inilah dunia
kami berdua sama-sama akan saling mempertahankan tentang paradigma
masing-masing. Aku bangga atas apa yang telah kuperbuat dan inilah duniaku.
Berulang kali melakukan oplas membuatku lebih terlihat sempurna.
SHINE...
Tidak
pernah menyangka dipertemukan dengan Louis pada akhirnya. Kebahagiaan meliputi
diriku saat berada di hadapannya, namun, pada kenyataannya Louis banyak
berubah. Siapa bilang tidak seorangpun akan pernah mau menjadi pendamping
hidupku. Entah mengapa, suara hatiku terus berkata, kalau dia setia menungguku
di suatu tempat. Mempercayai kalimat-kalimatnya yang tertulis pada secarik
kertas, hingga pada akhir cerita aku akan kembali dipertemukan dengan Brave.
Seakan
terdapat sebuah kekuatan luar biasa untuk terus mempercayai setiap kalimatnya.
Hanya membutuhkan waktu, hingga pada saat itu tiba dia akan kembali ke
hadapanku dan memperlihatkan senyumannya. Jangan dengarkan apa kata orang,
itulah yang dikatakannya dan terus berjuang meraih mimpi.
Aku
terus berjuang meraih apa yang ingin kugenggam, memperlihatkan pada mereka
bahwa hidupku mempunyai sebuah nilai sekalipun bentuk fisikku tidak pernah
sempurna bahkan paling terburuk diantara yang terburuk. Inilah hidupku, tetap
berjuang hingga pada akhir cerita aku dapat memperlihatkan pada dunia tentang
arti sebuah nilai di dalam berbagai kekurangan.
Louis
tidak pernah berada di hadapanku kembali semenjak perselisihan kami yang
terakhir. Pola pikir antara kami berdua berlawanan arah dan tidak akan pernah
bertemu. Aku berusaha membuktikan bahwa pembentukan warna-warna ada pada
berbagai kekurangan di suatu titik kehidupan, bukan karena berbagai kelebihan-kelebihan
yang terlihat luar biasa dan hanya dapat di pandang dari luar semata. Louis
berusaha memperlihatkan, bahwa seseorang mempunyai nilai saat memiliki berbagai
kelebihan-kelebihan yang hanya dinilai dari bentuk fisik,kekayaan, dan berbagai
ketenaran, pujian banyak orang, bahkan menjadi rebutan semua lawan jenis.
“Profesor...”
Teriakku secara histeris ke hadapannya.
“Ada
apa Shine, apakah ada sesuatu yang buruk?” Pertanyaan Prof. Albert.
“Aku
berhasil mendesain trnsportasi terbaru yang dapat di gerakkan di udara maupun
air melalui beberapa metode.” Air mataku mengalir bahagia.
“Wow...”
Teriakan Prof. Albert dengan penuh kegirangan.
“Shine
pasti akan menjadi penemu paling terkenal saat ini.” Godaan Prof. kembali.
Akhirnya
penemuanku di akui oleh seluruh dunia dan Shine memiliki catatan sejarah
tersendiri di antara deretan nama-nama ilmuwan. Ayah dan bundaku sangat bahagia
mendengar apa yang telah di capai anaknya. Saat ini berhasil membuat seluruh
dunia menjadi tercengang-cengang oleh sebuah nilai yang Tuhan buat untukku.
“Terimah
kasih Tuhan untuk semua yang ada dalam perjalananku saat ini.” Bisikan hatiku
kembali di dasar paling terdalam. Semua orang mengakui hasil temuanku saat ini,
Inilah hidupku belajar mengerti bahwa ada saat semua akan Tuhan jadikan indah
pada waktunya. Ayah dan bundaku akhirnya tinggal bersamaku di negara ini.
Karena aku bekerja pada salah satu perusahaan terbesar, yang membuatku tidak
dapat meninggalkan negara ini dan kembali ke negaraku.
Mengejar
dan menggenggam impianku, hingga pada akhir cerita aku berhasil meraihnya. Saat
membereskan beberapa data di depanku, tiba-tiba saja kalung yang ada pada
leherku terjatuh tanpa kusadari. Saat tersadar, aku sudah berada di rumahku...
“Kalung...kalung...kalungku...”
kalimatku, sambil berusaha untuk terus mencarinya.
“Shine,
mau kemana?” Kalimat ayah, namun, tidak kuperdulikan. Aku kembali ke ruangan
tempatku bekerja mengemudi menggunakan kecepatan tinggi.
“Semoga
kalung tersebut ada di ruanganku.” kalimatku dengan secepatnya turun dari mobil
dan berlari ke ruangan tempatku membereskan beberapa data-data yang di anggap
penting. Terus mencari benda tersebut selama beberapa saat, hingga suara sebuah
benda terjatuh ke lantai. Mataku berusaha mencari arah suara tersebut,
hingga...
“Aku
dapat kalungnya...” Tanpa terasa butiran kristal kembali mengalir dari sepasang
mataku.
“Entah
kekuatan seperti apa yang membuatku ingin mempertahankan benda ini...” Lirihku
membayangkan beberapa hal. Semua yang dikatakannya benar-benar terjadi, ada
beberapa orang yang selalu datang silih berganti untuk menyatakan perasaannya
terhadapku, namun, suara hatiku selalu berkata untuk terus bertahan...
“Shine, apa yang kamu lakukan di
sini?” Ujar Dalvin tiba-tiba...
“Aku
lagi mencari sesuatu..” Jawabanku sambil memegang kalung tersebut pada jemari
tanganku.
“Aku
yakin, kalau gara-gara kalung tersebut membuatku tertolak sedemikian rupa olehmu.”
Kalimatnya tersenyum.
“Dari
mana kau tahu?”
“Benar
dugaanku...”Ucapannya kembali.
“Boleh
aku lihat kalungmu, penasaran ingin melihat isi yang ada di dalamnya.” Berusaha
meraihnya dariku.
“Memangnya
liontin ini bisa di buka? Mana mungkin, sudah bertahun-tahun pada leherku
tapi...” Suara serakku.
“What...Sekitar
berapa tahun?” Mulutnya menganga.
“kurang
lebih 7 tahun.”
“Aku
pastikan, kalau di dalam kalung ini ada sesuatu...” Kalimat Dalvin mencoba
membuka liontin tersebut. Membutuhkan waktu beberapa saat untuk membukanya
dengan hati-hati.
“Ternyata
tidak mudah...” Ujarnya.
“Sudahlah,
di dalamnya pasti terdapat apa pun.” Kalimatku berusaha meraihnya kembali.
“Kau
ini tidak mempercayai kata-kataku, bersabarlah sedikit lagi.” Celotehnya.
“Kalung
ini sengaja di desain seperti ini, entah dengan kesengajaan atau apa...”
Kata-katanya kembali.
Tiba-tiba
terdengar sesuatu yang terlempar ke lantai saat berhasil membuka liontin
tersebut. Seakan tidak menyadari apa yang ada di dalamnya selama ini...
“Brave
A. love Shine C.D.” Dalvin membaca tulisan yang ada pada cincin tersebut.
Berusaha menarik cincin tersebut dari tangan Dalvin dan memegangnya...
“Shine,
terdapat lipatan kertas yang terlipat-lipat sedemikian rupa pada liontin ini..”
Ujarnya sekali lagi membuatku kembali tidak menyadari sesuatu hal.
“Berikan
padaku...” Kalimatku menyodorkan tanganku untuk mengambilnya.
“Ambillah
ini memang milikmu dan aku tidak berhak membuka terlebih membacanya.” Kata-kata
Dalvin berdiri hendak beranjak dari ruangan tersebut.
“Dalvin,
terimah kasih...” Hanya kalimat itulah yang dapat kulontarkan terhadapnya.
“Tidak
perlu berterimah kasih atas apa yang telah kulakukan.” Yang kemdian berlalu
dari ruangan tersebut.
Tidak
pernah menyangka atas apa yang terjadi selama ini. Untuk sekali ini aku
dikelabui olehnya. Ternyata namaku terus terukir di hatinya sampai kapanpun
juga.
Shine...
Kalau
Shine memang di takdirkan untuk Brave, maka suatu hari kelak liontin ini dapat
terbuka dengan cara Tuhan yang ajaib. Liontin ini dengan sengaja aku desain
secara berbeda, sehingga tidak dapat terbuka dan tidak di sadari oleh siapapun.
Seandainya kamu menyadari keberadaan cincin tersebut di dalam liontin ini,
artinya suatu hari kelak Tuhan akan mempertemukan kita. Selamanya, Brave akan
selalu menyayangi Shine. Kata mami, kalau seorang yang disayangi memang jodoh
dari Tuhan, akan ada cara yang tidak terbayangkan sedikitpun untuk
mempertemukan kembali.
Brave Aaric yang selalu
berdoa untukmu
*******
“
Dasar anak mami” Air mataku mengalir keluar dengan begitu deras.
“Kenapa
dia selalu membuat teka teki dalam hidupku?” suara hatiku saat ini.
Menantikan
cara Tuhan yang ajaib untuk membuktikan setiap perkataannya. Setelah beberapa
hari kejadian tersebut, aku melakukan perjalanan di negara Australia untuk
bekerja sama dalam beberapa bidang tertentu.
“Kalau
memang Tuhan menciptakan dia untukku, maka kami akan di pertemukan di suatu
tempat...” Ucapanku memandangi pemandangan kota di negara yang kutempati
berpijak saat ini dan tidak adalah Australia. Setelah bertemu dengan klien, aku
langsung menghibur diri dengan berjalan mengelilingi ibu kota dari negara
tersebut. Mataku tiba-tiba mengarah ke sebuah rumah makan kecil yang tidak jauh
dari sekitar pantai di negara ini. Duduk dan menyaksikan keindahan pantai sambi
menikmati jenis makanan yang ada dalam restoran tersebut.
Seakan
aku mengenal sosok seseorang yang baru saja melewatiku barusan, “ Brave...”
Teriakanku di dasar hati berusaha mengejar orang telah berlalu dari hadapanku.
Berlari dan berlari mengingatkanku pada memori sebelumnya, bagaimana aku
berusaha mencarinya sehari sebelum keberangkatanku untuk melanjutkan studi.
Berusaha mencari bayangan yang tidak pernah kulihat lagi selama kurang lebih 7
tahun. Nafasku kembali bermain secara tidak beraturan sama seperti kejadian
beberapa tahun lalu. Tidak menemukan hasil...
“Apakah
aku gila?” tangisku tiba-tiba pecah di bibir pantai.
“Kenapa
anda menangis nona?” Tiba-tiba sebuah suara menyadarkanku akan sesuatu hal.
Mencoba membalikkan wajahku secara perlahan dan berbalik melihat arah suara
tersebut...Tangisku semakin pecah, sejadi-jadinya...
“Shine...”
Ucapannya seakan menyadari sesuatu hal...
“Tanpa
rasa bosan bertanya apakah aku bisa menjadi temanmu? Namun, jauh dibalik itu
semua, aku menginginkan lebih dari sekedar pertemanan. Aku suka dengan segala
yang ada di dalam dirimu. Shine, kalau memang kamu jodoh terbaik untuk
kehidupanku suatu hari kelak tentunya kita akan dipertemukan di suatu tempat
tertentu. Sekalipun ada begitu banyak orang yang berusaha mendekati dirimu,
kalau memang dirimu hanya tercipta buatku maka mereka semua tidak akan pernah
berhasil untuk memilikimu terlebih mengikat janji suci.Pasti Shine bertanya,
mana ada cowok yang ingin melakukan pendekatan dalam bentuk apa pun? Mereka
hanya belum menyadari siapa dirimu, saat tersadar beberapa diantaranya akan
terus berjuang mengejar gadis bernama Shine Christabel Dalvianis. Tidak semua
pria melihat dari bentuk fisik semata, kenapa? Karena saya seorang
pria...hahahahhahahahaha...” kata-kata yang terus kuingat pada selembar kertas
pemberiannya.
“Kau
sadar kalau sejak dulu aku juga menyukai Brave...” Tangisku semakin pecah dan
hanya hal tersebut yang dapat kulakukan.
“Kamu
memakai cincinnya?” Pertanyaan Brave menyadari sesuatu...matanya mengarah pada sebuah
cincin yang melekat di jari manisku.
“Berarti
Shine diciptakan hanya untuk Brave...” Senyumannya membelai rambutku saat ini.
“Aku
berhasil menggenggam impianku.” Hanya kalimat tersebut yang dapat kukatakan.
“Aku
tahu, karena Shine mempunyai kekuatan luar biasa untuk menggenggam apa yang
ingin di genggamnya.” Senyumannya kembali.
“Apakah
kamu merindukanku?”
“Pertanyaan
bodoh” jawabanku kembali.
Aku
berhasil mendapat apa yang ingin kugenggam, dan memperlihatkan pada dunia
tentang sebuah nilai di dalam berbagai kekurangan. Membutuhkan perjuangan luar
biasa yang pada akhirnya memberikan kemenangan luar biasa. Tuhan memberikan
pasangan hidup terbaik dalam hidupku yang sejak dulu menerima segala
kekuranganku. Memberikan kekuatan luar biasa dalam perjalananku.Terimah kasih
Tuhan untuk semuanya.
Lama
tidak mendengar kabar Louis yang ternyata berada dalam sebuah penjara oleh
karena keterikatannya pada obat-obat terlarang karena... Semua orang
mengejeknya oleh karena menyadari wajah asli yang sebenarnya dari seorang
Louis. Pemberitaan melalui media terdengar, setelah kegagalan operasi yang
menjadikan wajahnya jauh lebih buruk dari monster. Jujur, di dasar hati paling dalam,
aku prihatin dengan keadaannya. namun, pada dasarnya dialah yang membuka celah
dan membuat dirinya untuk menjadi permainan. Erika sendiri mengalami stress
akibat wajah yang rusak parah oleh karena kebakaran yang terjadi di rumahnya.
Nesa sendiri harus hidup dalam hutang dan mengharuskannya menjadi seorang
pengemis di jalanan. Beberapa berita tersebut aku dapat melalui ibu guru yang
terlalu baik saat masih berada pada bangku SMU dulu.
"Setelah ini, penemuan apa lagi yang sedang kamu rencanakan?" Senyuman Brave sambil memainkan jus alpukat yang ada di depannya.
"Pertanyaan bodoh?" Ujarku.
"Kenapa setiap bertanya, selalu dengan jawaban bahwa pertanyaanku adalah pertanyaan bodoh?"
"Aku merencanakan ingin membuat sebuah mesin pembuat gedung?" Jawabanku membalas senyumannya.
"Kalau, berhasil menemukan sebuah mesin pendesain gedung pencakar langit dan lain sebagainya, gimana nasib para kuli bangunan?" Pertanyaan histeris dari Brave.
"Tenang saja, mereka tidak akan kehilangan pekerjaan kalau otak di jalankan dan mengusai berbagai jenis mesin-mesin..." Ucapanku.
"Apakah hanya itu saja yang ada di pikiranmu?"
"Entahlah..." Pikiranku sepertinya sudah di tebak.
"Kalo aku, lagi sedang merencanakan mendesain beberapa jenis pariwisata, Suatu hari kelak karyaku akan di akui oleh internasional. Bukan berarti saat ini belum diakui, tapi, sepertinya aku banyak mendapat banyak signal dari beberapa negara sih...Hanya saja..." Ucapan Brave tetap memperlihatkan senyumannya.
"Hanya saja..." Keningku sedikit mengkerut.
"Semua mempunyai waktu yang berasal dari Tuhan Tinggal menunggu waktu yang tepat dan bersabar, serta mengandalkan Tuhan pasti akan terlihat jelas ke depan tentang segalanya..." Ucapan Brave kembali.
"Kita pasti bisa melewati semuanya bersama-sama." Ucapannya lagi terus memainkan gelasnya dan memberikan senyuman termanisnya. Inilah duniaku, mata Tuhan tidak akan pernah buta untuk memperhatikan jalan kehidupan seseorang. Terimah kasih Tuhan, karena memberikan teman hidup seperti Brave Aaric di dalam senyumannya memberikan kekuatan terbesar buatku. Aku bersyukur karena Tuhan membuat sesuatu hal yang luar biasa dalam perjalananku dan memberikan orang-orang terhebat seperti ayah, bunda, dan Brave Aaric. TAMAT
"Setelah ini, penemuan apa lagi yang sedang kamu rencanakan?" Senyuman Brave sambil memainkan jus alpukat yang ada di depannya.
"Pertanyaan bodoh?" Ujarku.
"Kenapa setiap bertanya, selalu dengan jawaban bahwa pertanyaanku adalah pertanyaan bodoh?"
"Aku merencanakan ingin membuat sebuah mesin pembuat gedung?" Jawabanku membalas senyumannya.
"Kalau, berhasil menemukan sebuah mesin pendesain gedung pencakar langit dan lain sebagainya, gimana nasib para kuli bangunan?" Pertanyaan histeris dari Brave.
"Tenang saja, mereka tidak akan kehilangan pekerjaan kalau otak di jalankan dan mengusai berbagai jenis mesin-mesin..." Ucapanku.
"Apakah hanya itu saja yang ada di pikiranmu?"
"Entahlah..." Pikiranku sepertinya sudah di tebak.
"Kalo aku, lagi sedang merencanakan mendesain beberapa jenis pariwisata, Suatu hari kelak karyaku akan di akui oleh internasional. Bukan berarti saat ini belum diakui, tapi, sepertinya aku banyak mendapat banyak signal dari beberapa negara sih...Hanya saja..." Ucapan Brave tetap memperlihatkan senyumannya.
"Hanya saja..." Keningku sedikit mengkerut.
"Semua mempunyai waktu yang berasal dari Tuhan Tinggal menunggu waktu yang tepat dan bersabar, serta mengandalkan Tuhan pasti akan terlihat jelas ke depan tentang segalanya..." Ucapan Brave kembali.
"Kita pasti bisa melewati semuanya bersama-sama." Ucapannya lagi terus memainkan gelasnya dan memberikan senyuman termanisnya. Inilah duniaku, mata Tuhan tidak akan pernah buta untuk memperhatikan jalan kehidupan seseorang. Terimah kasih Tuhan, karena memberikan teman hidup seperti Brave Aaric di dalam senyumannya memberikan kekuatan terbesar buatku. Aku bersyukur karena Tuhan membuat sesuatu hal yang luar biasa dalam perjalananku dan memberikan orang-orang terhebat seperti ayah, bunda, dan Brave Aaric. TAMAT