Rabu, 18 Mei 2016



INILAH DUNIAKU

Inilah Duniaku Bagian 1...

SHINE...
            Namaku Shine Cristabel Dalvianis...Aku bukan keluarga dengan segala harta berlimpah dan dapat melakukan berbagai hal hanya dengan uang. Seorang Shine hanya terlahir dari keluarga sederhana, namun berlimpah kasih sayang.
            Wajahku juga tidak terlahir dengan sebuah kecantikan dan kesempurnaan luar biasa, hingga menjadi idola di mata para kaum adam. Bahkan, satu hal paling mengerikan dalam perjalananku bahwa aku terlahir dengan wajah paling buruk dan tidak memenuhi standar kecantikan sejenis apa pun.
            Seorang Shine juga merupakan korban buly di sekolah semenjak  memasuki bangku SD. Awal perjalananku akan bercerita tentang air mata dan segala jenis kesedihan, oleh karena segala ejekan dari seluruh teman-teman sekolahku.
            “ Shine, adakah seseorang yang dapat menyaingi warna kulitmu paling tergelap diantara semua jenis warna kulit. “ Ejekan salah satu dari temanku.
            “ Betul itu...hahahahaha...” Teriak Nesa.
            “ Dari segi jenis warna kulit, paling gelap diantara semua yang tergelap bahkan kalau dipikir-pikir seekor monyet betina jauh lebih cantik dibanding dirimu. “ Ejekan Erika.
            Nesa dan Erika merupakan teman sekelasku paling dikagumi dan idola bagi semua orang oleh karena kecantikan wajah yang dimilikinya. Untuk pemandangan mata siapapun mereka terlahir dengan wajah paling sempurna, bahkan untuk masalah otak tetap menjadi yang nomor satu.
            Aku dan mereka merupakan teman sekelas sejak SD hingga memasuki bangku SMU. Entah mengapa, aku selalu bertemu dengan mereka dan kembali menjadi teman sekelasku. Aku selalu kalah dari segi kepintaran dan segala macamnya, mereka terlalu sempurna jauh melebihi siapapun. Mereka terlahir sebagai gadis dengan wajah tercantik, otak jenius, bahkan terbungkus oleh harta berlimpah.
            “ Shine si’ kulit hitam paling terhitam jauh mengalahkan warna arang di dapur...” Teriak Erika dengan nada penekanan.
            “ Bibir sangat besar, ga ada cantik-cantiknya dengan wajah sangat mengerikan.” Penghinaan  Nesa.
            “ Nesa, kalau dipikir-pikir di dalam dirinya sebenarnya apa sih yang bisa dibanggakan?” Kembali ejekan dari Erika terus terngiang pada kedua telingaku.
            “ Hatiku begitu sakit mendengar tiap kalimat penghinaan mereka setiap harinya. “ Hanya kalimat tersebut yang dapat muncul dalam benakku
            “ Sudah hitam pekat, bibir terlampau hancur, ga punya batang hidung alias pesek.” Ejekan Erika kembali.
            “ Erika, masih ada satu hal lagi yang tidak dimiliki olehnya.” Ucap Nesa dengan tatapan penuh penghinaan.
            “ Apaan itu?” Senyuman sinis Erika sedang bermain.
            “ Terlahir sebagai gadis miskin dan tidak memiliki apa pun.” Jawaban dari Nesa.
            “Wow...” Kalimat Erika hingga membuat air mataku ingin menglir terus menerus.
            “Tuhan, kenapa aku harus terlahir sebagai gadis paling mengerikan di dunia ini dan tidak dapat memiliki wajah sempurna sama seperti mereka, hingga aku terbebas dari berbagai ejekan oleh teman-teman sekelasku.” Jerit hatiku menahan air mataku.
            Setiap hari aku harus mendapat berbagai jenis kalimat penghinaan di sekolahku. Pulang dengan hati begitu menyakitkan, bahkan air mataku terus mengalir dalam kamar. Apakah aku memang harus dilahirkan menjadi bahan tertawaan siapapun dan tidak akan pernah memiliki teman.
            “Tuhan, sebenarnya di dalam diriku hanya akan selalu bercerita kekurangan dan kekurangan untuk seumur hidup?” Kalimat dengan penuh kekecewaan terhadap Tuhan.
            “Tuhan, sebenarnya kelebihanku itu seperti apa? Terlahir dengan wajah begitu mengerikan, kulit hitam, otak tidak jenius, tidak terbungkus oleh harta berlimpah, bahkan aku tidak memiliki talenta sedikitpun. “ Keluh kesahku kembali naik.
            “Tuhan, terlalu sakit bahkan sangat menyakitkan.” Jeritku dengan air mata mengalir dalam kamar kecilku.
            “Apakah aku memang diciptakan sebagai korban buly seumur hidupku?” kembali jeritanku...
Hingga suatu hari, ayahku mengajarkanku tentang sesuatu hal dalam perjalananku. Tanpa aku sadari sedikitpun, bahwa ayah selalu memperhatikan diriku yang tidak memiliki semangat untuk berangkat ke sekolah dan segala hal dalam perjalananku.
            “ Shine, jangan pernah malu atau berkecil hati oleh karena tidak terlahir dengan wajah cantik dan paling sempurna.” Kalimat ayah secara tiba-tiba, saat mendapati diriku menangis di dalam kamar.
            “ Ayah “ Ucapku dengan segera menghapus air mata yang sedang mengalir begitu deras.
            “ Ayah sadar tentang duniamu saat ini, menangis karena menjadi korban ejekan di dalam kelasmu.” Ucapan seorang ayah yang berusaha membawaku dalam dekapannya dengan penuh kehangatan.
            “ Dari mana ayah tahu, kalau aku selalu diejek oleh banyak teman-temanku?” Pertanyaanku.
            “ Ayah juga pernah merasakan hal yang sama seperti dirimu sewaktu kecil hingga remaja. “ Jawaban seorang ayah dengan sangat lembut.
            “ Mereka selalu menertawakan kekuranganku dan warna kulitku yang terlahir dengan sangat hitam pekat. Ayah, rasanya sangat sakit diejek seperti itu.”
            “ Ayah bisa merasakan rasa sakit dalam dirimu, setiap melihatmu menangis dalam kamar secara diam-diam. “ Kalimat ayah sekali lagi.
            “ Ayah, kenapa Tuhan membuatku terlahir dengan wajah sangat buruk, bahkan warna kulit hitam pekat terlebih dengan jenis bibir seperti ini.? “ Keluh kesahku dan menganggap Tuhan itu tidak pernah adil.
            “ Jangan pernah menyalahkan Tuhan atas segala yang ada dalam dirimu. Dibalik semua itu, ada maksud dan rencana Tuhan untuk perjalanan seorang Shine.” Penjelasan ayah.
            “ Ayah, kenapa teman-temanku terlahir dengan wajah sangat sempurna dan berbagai hal menarik ada dalam kehidupannya, sedangkan diriku terlahir tidak dengan harta berlimpah bahkan untuk masalah otak...aku berada di urutan belakang. “ Keluhku kembali dalam derasnya air mata.
            “ Shine, semua orang terlahir dengan kelebihan dan kekurangan. Jangan pernah katakan, dirimu sama sekali tidak memiliki kelebihan sedikitpun. “ Kalimat bijak ayah dengan pancaran kelembutan pada wajahnya.
            “ Ayah, tapi tidak dengan diriku yang  terlahir dengan segala macam kekurangan.”
            “ Shine, anak ayah memiliki sebuah kelebihan dan tidak seorangpun miliki. Tapi, semua membutuhkan waktu dan perjuangan untuk membuktikan sesuatu hal di dalam dirimu.” Ujar ayah.
            “ Ayah pasti berbohong dengan segala ucapan sejenis ini, hanya untuk menghibur hatiku saja kan. “ Ucapku dengan mimik wajah terlihat tidak ingin dikasihani oleh siapapun termasuk ayahku.
            “ Shine harus percaya dengan perkataan ayah, kalau kamu memiliki sebuah kelebihan yang tidak seorangpun miliki dan hanya anak ayah yang miliki. Hanya saja, seorang Shine harus berjuang keras untuk memperlihatkan kelebihan tersebut kepada semua orang. Hingga suatu ketika mereka semua yang mengejekmu menjadi malu dalam sekejap. “ Kalimat bijak ayah terus mendekapku.
            “ Maksud ayah? “
            “ Apa pun kata orang dan bagaimanpun cara mereka untuk mengejekmu, tetaplah mengucap syukur sekalipun menyakitkan bahkan terlalu sakit. Dan buktikan pada mereka, dengan doa dan perjuangan luar biasa kalau seorang Shine memiliki sebuah kelebihan dimana tidak seorangpun memilikinya. “ Sekali lagi ayah mengajariku tentang sebuah perjalanan kehidupan.
            “ Sekalipun sangat menyakitkan...” Ucapku.
            “ Sekalipun terlalu menyakitkan, jangan pikirkan ejekan mereka dan tetap tersenyum. Bahkan seorang Shine harus tetap memiliki semangat hidup, sekalipun semua orang menjauh bahkan mengucilkan dirimu. “ Sekali lagi penjelasan ayah mulai membuka mata hatiku untuk tetap memiliki semangat hidup apa pun yang terjadi.
            “ Ayah, kalau aku terus berdoa, berjalan dengan penuh perjuangan, tetap tersenyum sekalipun ejekan mereka terlalu menyakitkan dan sekalipun tidak memiliki teman oleh karena terkucilkan...Apakah Tuhan akan meninggikan diriku suatu hari kelak dan berada dipihakku tanpa membeda-bedakan siapapun juga ?” Pertanyaanku kembali terhadap ayah.
            “ Tuhan tidak pernah membedak-bedakan siapapun, hanya saja, terkadang IA mengizinkan duniamu mengalami sesuatu hal bahkan terlalu menyakitkan untuk mengajarkanmu tentang sebuah perjuangan, pembentukan, makna kehidupan.” Kalimat ayah kembali.
            “ Inilah ayahku akan selalu mengarahkan duniaku pada hal-hal yang membentuk. “ Bisikan hatiku sedang menggema di dalam...
            Semenjak saat itu, duniaku belajar sesuai dengan segala kalimat-kalimat bijak dari ayah. Tidak menjadi kecewa oleh karena berbagai hal ejekan, tetap tersenyum sekalipun tidak memiliki seorang teman, tetap memiliki sebuah semangat untuk berjalan sekalipun terkucilkan. Bersyukur atas berbagai hal dalam perjalananku, sekalipun terlalu menyakitkan. Bahkan untuk membuat sebuah penyelidikan tentang suatu kelebihan dalam perjalanan seorang Shine dan tidak pernah membuahkan hasil sedikitpun...satu hal yang pasti, tetap memiliki sebuah harapan dan semangat untuk berjalan dalam sebuah lautan duri.
            “ eh kulit hitam mau ngapain?” Kalimat Erika hingga seluruh teman-teman sekelasku tertawa dalam sekejap.
            “ Si’ bibir paling hancur dan hitamnya mengalahkan arang...orang yang lewat disini hanya mereka yang tidak memiliki wajah buruk seperti dirimu. Ngerti. “ Bentak Erika kembali.
            Berusaha menahan rasa sakit di dalam diriku dan belajar untuk tersenyum atas setiap penghinaan mereka. Belajar untuk tidak pernah marah dan menyalahkan Tuhan atas segala yang terjadi dalam perjalananku saat ini.
            “ Terimah kasih atas setiap penghinaan yang keluar dari bibir mulutmu. “ Ucapanku tanpa harus memperlihatkan wajah perih bahkan rasa sakit hati oleh karena ejekan mereka setiap saat.
            “ Tuhan, aku percaya kalau di dalam hidupku terdapat sebuah kelebihan yang tidak pernah bisa dimiliki oleh siapapun juga...Hanya diriku yang memiliki kelebihan tersebut. “ Suara hatiku sedang menggema menahan rasa perih di dalamnya.
            “ Hanya membutuhkan waktu dan perjuangan untuk memperlihatkan pada mereka bahkan seluruh dunia akan sebuah kelebihan dalam perjalanan langkahku saat ini. “ Jeritku kembali di dasar hati paling terdalam...
            “ Wow, untuk pertama kalinya seorang wajah buruk rupa mengucapkan kalimat seperti ini.” Ucap Nesa mendengar apa yang kukatakan.
            “ Tidak menjadi masalah setiap ejekan untuk perjalananku terus membungkus hidupku, tapi, satu hal bukan berarti aku harus menghilangkan senyuman pada wajahku. “ Kalimatku terhadap mereka kemudian berlalu menuju sebuah perpustakaan.
            Inilah duniaku terbiasa dengan setiap ejekan dari teman-temanku, namun aku berhasil membuktikan terhadap semua orang bahwa akulah pemenang dari setiap akar permasalahan. Tetap tersenyum, berjuang membuktikan pada mereka sekalipun harus hidup terkucilkan dan tidak pernah dianggap oleh siapapun juga. Seorang Shine memiliki sebuah kelebihan dan tidak akan pernah di dapat di dalam diri siapapun juga. Hanya membutuhkan waktu untuk membuktikan sesuatu hal, hingga mereka menjadi malu suatu hari kelak.
            Shine tidak harus terus menerus hidup dalam air mata oleh karena menjadi korban buly dari banyak orang. Ayah selalu mengajarkanku berbagai hal menarik hingga membentuk langkah perjalananku setiap saat. Seperti apa pun ejekan mereka setiap saat, bukan berarti duniaku tidak dapat mengejar sebuah impian dalam suatu area kehidupan.
            Andai kata aku terlahir dengan wajah cantik, kemungkinan besar duniaku tidak akan pernah mengenal makna dari sebuah perjalanan dan perjuangan. Atau duniaku hanya akan memperlihatkan sebuah kesombongan oleh karena kecantikan dalam hidupku. Aku tidak akan pernah mengerti arti dari sebuah istilah tentang ucapan syukur apa pun yang terjadi sekalipun hal tersebut menyakitkan bahkan terlalu perih.
            “ Bunda, lagi masak apa ini hari ?” Pertanyaanku tiba-tiba mengagetkan bunda.
            “ Shine, kagetin bunda saja...” kalimat bunda terhadapku.
            “ Bunda, sepertinya enak benner...”
            “ Shine, hari ini bunda masak spesial buat dirimu dan ayah.” Kalimat Bunda dengan tersenyum.
            “ Wow...rasanya sangat nikmat luar biasa.” Ujarku.
            “ Bunda sangat bahagia melihat hidup Shine yang sekarang diliputi semangat luar biasa tanpa memperlihatkan wajah sedih pada dirinya. “ Kalimat bunda mendekapku begitu erat dan diriku dapat merasakan kasih sayang serta kelembutannya.
            “ Terimah kasih, karena selalu ada untuk langkah perjalananku. “ Kalimatku dengan rasa haru ingin meneteskan air mata.
            “ Shine, semua yang dikatakan oleh ayah benar adanya...apa pun kata orang, jangan pernah membiarkan hidupmu terus berada dalam kesedihan. “ Kalimat bunda terus mendekapku.
            “ Bunda...”
            “ Shine, ada saat seseorang dikucilkan sedemikian rupa, mendapat berbagai jenis ejekan, seakan Tuhan tidak pernah berpihak dalam perjalanannya. Tapi, satu hal yang harus kamu yakini bahwa dibalik semuanya itu hanya untuk mengajarkan langkah kakimu membuat sebuah irama seni kehidupan. “ Kalimat bijak bunda mengajarkanku tentang sesuatu hal.
            Inilah duniaku yang harus kulewati dan membuktikan bahwa aku adalah pemenang apa pun yang terjadi. Terkucilkan, mendapat penghinaan, tidak memiliki seorang temanpun, lahir dengan wajah paling buruk bahkan dengan warna kulit tergelap jauh mengalahkan warna arang...satu hal yang pasti tetap berjalan dan memiliki semangat hidup. Suatu hari kelak, waktu akan berbicara dalam langkahku dan pada saat itu, Tuhan akan mengangkat serta meninggikan diriku.
            “ Anak-anak, kalian semua kedatangan murid baru dalam kelas ini.” Ucap ibu guru memulai pembicaraan di dalam kelas.
            “ Siapa anak baru itu ibu guru, apakah cowok paling keren sedunia atau cewek paling cantik mengalahkan Erika. “ Kalimat salah satu dari teman sekelasku.
            “ Denger yah, tidak akan pernah ada yang dapat menyaingi kecantikan bahkan kesempurnaan di dalam diriku.” Kalimat Erika dengan wajah menantang...
            “ Kalian semua diam...ayo kamu masuk...” kalimat ibu guru membuat semua orang terkejut saat melihat wajah dari anak baru tersebut.
            “ Sepertinya, si’kulit hitam mengalahkan warna arang akan memiliki saingan terberat di dalam kelas kita kali ini.” Ledekan Nesa dengan terus tertawa.
            “ Wajahnya...sangat sangat sangat bahkan terlalu jelek...” Ejekan Erika dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
            “ Jangan menghina teman kalian, karena tidak ada satupun manusia terlahir sempurna.” Teguran ibu guru.
            “ Perkenalkan nama kamu di depan kelas.” Sapa ibu guru.
            “ Namaku Louis Anabel Handika, panggil saja Louis.” Sapa anak baru itu.
            “ Saudara kembar si’buruk rupa...hahahahaha.” Ejekan Nesa.
            “ Louis duduk di samping Shine saja, karena hanya disitu yang kosong...” Ucapan ibu guru dengan suara lembutnya.
            “ Terang saja kosong, karena ga ada yang mau duduk berdekatan dengan gadis buruk rupa bahkan paling terburuk yang pernah hadir.” Ucap Hezel dengan tatapan sinis.
            “ Louis, saingan terberatmu disana...sesuai dengan wajah benar-benar mengerikan.” Ledekan Erikan membuat semua teman-temanku tertawa lebar.

Inilah Duniaku Bagian 2...

LOUIS...
            Berulang kali pindah sekolah oleh karena perkelahian yang terjadi akibat duniaku yang tidak akan pernah bisa menahan berbagai kalimat penghinaan dari mereka. Namaku Louis Anabel Handika dan terlahir dengan wajah sangat mengerikan. Setiap hari aku harus mendapat berbagai ucapan penghinaan dari teman-teman sekolahku. Hingga pada akhirnya aku tidak tahan dengan ucapan mereka dan membuatku menampar bahkan menyerang wajah mereka. Akibat perbuatanku yang selalu mencakar wajah mereka, hingga membuatku selalu bermasalah dan akhirnya dikeluarkan dari sekolah.
            “ Mami, ga habis pikir dengan perbuatanmu Louis.” Ujar mami sangat kesal dengan perbuatanku yang selalu membuat permasalahan saat berada di lingkungan sekolah.
            “ Mami ga pernah tahu rasanya mendapat berbagai ejekan dan hal-hal paling mengerikan di lingkungan sekolah. “ Teriakanku pada mami sangat marah.
            “ Louis, sekalipun kamu diejek seperti apa pun, belajarlah untuk menahan diri. “ Ucapan mami berusaha menenangkan diri.
            “ Andai kata mami mengalami permasahan seperti diriku, apa yang akan mami ucapin?”
            “ Louis, tapi tidak seperti ini caranya.” Ujar mami kembali.
            “ Rasanya sangat sakit mi, kenapa aku harus lahir dengan wajah paling terburuk hingga membuat diriku harus mengalami ejekan seperti ini.” Bentakku dengan sangat keras.
            Inilah duniaku saat ini, akan selalu bercerita tentang amarah dan perkelahian oleh karena tidak dapat menahan diri dengan segala penghinaan seluruh teman-temanku. Hingga pada akhirnya, aku harus berpindah-pindah sekolah terus menerus. Banyak teman-temanku harus dilarikan ke rumah sakit akibat perbuatanku. Buatku mereka yang lebih dulu memulai permasalahan denganku, jadi, pada dasarnya aku merasa tidak bersalah sedikitpun dalam hal ini.
            “ Sangat sangat sangat jelek...” Kalimat yang begitu menyakitkan kembali terngiang pada sepasang telingaku, hanya saja aku berusaha menahan diri saat sedang berada di depan kelas untuk memperkenalkan diri sebagai siswa pindahan. Mataku mengarah pada seseorang yang memiliki wajah buruk sama seperti diriku.
            Hal yang paling mengejutkan adalah sekalipun mendapat penghinaan luar biasa, akan tetapi tetap memperlihatkan keceriaan. Tidak pernah mengeluh, tetap bersemangat sekalipun semua orang mengucilkan dirinya. Aku pikir hanya diriku saja manusia yang dilahirkan dengan bentuk paling terburuk, ternyata dugaanku salah selama ini. Dia bernama Shine dan menjadi teman sebangku di lingkungan sekolahku yang terbaru.
            Ibu guru menyarankan aku duduk disampingnya, karena tidak ada kursi kosong selain di tempat tersebut. Ibu guruku yang satu ini sangat baik, tidak pernah membeda-bedakan siapapun juga. Bahkan beliau selalu menegur Erika dan yang lainnnya untuk tidak pernah mengejek siapapun juga.
            “ Hai, perkenalkan namaku Shine.” Sapa Shine terhadapku saat aku berada disampingnya.
            “ Ternyata, hidupku sama seperti dirinya terlalu menyedihkan...” suara hatiku disela-sela ucapannya.
            “ Aku Louis.” Balasku membalas uluran tangannya.
            Semenjak saat itu, aku mulai memiliki seorang teman untuk bercerita berbagai hal. Kami menjadi sahabat, dikarenakan memiliki nasib sama dan tidak jauh berbeda. Harus terkucilkan, korban buly, selalu dipandang sebelah mata oleh siapapun juga.
            “ Nama kamu sangat terdengar keren, tapi, saat melihat wajahnya sangat mengerikan.” Ledekan demi ledekan mulai menggema dalam lingkungan sekolahku yang baru.
            “ Shine dan Louis tidak jauh berbeda, memiliki wajah sangat mengerikan bahkan tidak terdapat sedikitpun talenta dalam perjalanannya.” Ejekan Erika mulai menggema.
            “ Mending juga wajahku yang buruk, dari pada terlahir cantik tapi hati lebih buruk bahkan paling menjijikkan diantara siapapun di dunia ini.” Teriakanku seolah terdengar menantang mereka.
            “ Wow...untuk pertama kalinya ada seorang yang berani melawan Erika saat ini.” Ucap Erika berusaha menarik rambutku, namun tidak berhasil...
            “ Jangan berani-berani menyentuhku, sedikit saja tanganmu menyerang...aku tidak segan-segan membuat wajahmu menjadi cacat seumur hidup. Ngerti. “ Gertakan keras dari bibirku.
            “ Rasakan pembalasanku nanti...” ucapan Erika yang berjalan mundur meninggalkan diriku di kantin sekolah.
            “ Aku tidak akan pernah membiarkan mereka terus mengejekku sedemikian rupa.” Bisikan hatiku.
            Dunia Shine sangat berbeda dengan diriku untuk beberapa hal. Senyuman Shine tetap mengambang sekalipun harus hidup dalam keadaan benar-benar menyedihkan. Inilah dunia Shine, tetap memiliki semangat hidup dan tertawa sekalipun berbagai kalimat penghinaan terus membungkus perjalanannya.
            “ Aku tidak akan pernah bisa bersikap sama seperti dirinya.” Suara hatiku menggema.
            “ Shine, kenapa wajahmu sama sekali tidak menampakkan amarah sekalipun mereka terus menerus menerkammu dengan berbagai ejekan?” Pertanyaanku saat perjalanan pulang dari sekolah.
            “ Ayahku mengajarkanku untuk tetap memiliki semangat hidup sekalipun hidup terlalu menyakitkan dalam perjalananku sampai kapanpun.” Kalimat Shine membuatku terkejut.
            “ Kenapa yah, kita berdua harus terlahir dengan wajah mengerikan seperti ini dan akhir cerita menjadi bahan ejekan semua orang.” Pertanyaanku dengan memainkan botol minuman soda.
            “ Jangan pernah kecewa dengan apa pun yang sedang menimpa dirimu. Dibalik semua yang terjadi dalam hidupmu hanya untuk mengajarkan irama dari seni kehidupan.” Kalimat Shine tanpa memikirkan setiap ejekan mereka. Bahkan wajahnya tidak memperlihatkan kesedihan ataupun luka-luka akibat perilaku semua orang di lingkungan sekolah.
            Kalimat demi kalimat yang di ucapkan oleh Shine membuatku tidak mengerti tentang jalan kehidupannya. Diluar dugaan, dirinya dapat mengucapkan kalimat bijak seperti ini sekalipun seakan kehidupan tidak pernah berpihak dalam dirinya.
            Dalam kamarku, aku merenungkan berbagai hal dan memikirkan cara untuk keluar dari penderitaan yang selama ini membungkus duniaku. Setiap harinya, aku harus mendapat berbagai kalimat penghinaan oleh karena terlahir sebagai gadis buruk rupa.
            “ Percantik dirimu dengan operasi plastik di klinik kami saat ini...” kalimat tersebut menjadi pusat perhatianku. Sebuah iklan pada salah satu akun dengan memperlihatkan beberapa toko-toko dari dunia hiburan dan kalangan masyarakat menjadi cantik dalam sekejap akibat hasil operasi plastik yang mereka lakukan.
            “ Sangat menakjubkan, dalam sekejap mereka berubah menjadi sangat cantik. “ Kalimatku tidak mempercayai atas apa yang kulihat saat ini.
            “ Apakah operasi plastik dapat membuatku menjadi seorang idola jauh mengalahkan kecantikan Erika salah satu gadis paling angkuh di sekolahku?” Pertanyaanku di dalam hati.
            “ Aku bisa menjadi idola baru bahkan dapat meraih impianku menjadi seorang model ternama pada pandangan mata siapapun juga.” Gumamku kembali membayangkan diriku menjadi seorang idola dimanapun kakiku berpijak.
            Keesokan harinya, aku mencoba mengutarakan segala hal yang akan kulakukan saat perjalanan pulang dari sekolah kepada Shine...
            “ Shine, ada cara agar mereka berhenti untuk mengejek bahkan mengucilkan kita berdua.” Ujarku terhadapnya.
            “ Maksud kamu ?” Pertanyaan Shine tidak mengerti dengan penjelasanku.
            “ Kita dapat menjadi idola baru bagi mata siapapun, bahkan kita berdua tidak akan pernah diejek oleh siapapun juga.” Kalimatku dengan wajah sangat bahagia.
            “ Maksud kamu, ada jalan keluar sehingga mereka berhenti mengeluarkan berbagai kalimat penghinaan...jangan berkata, kalau kamu ingin merencanakan sesuatu yang jahat.” Kalimat Shine dengan mata terbelalak.
            “ Jangan ngelantur arah pembicaraanmu, mana mungkin aku akan merencanakan pembunuhan terhadap mereka lagian umurku masih terlalu muda untuk menjadi nara pidana. “ Ucapku terhadapnya.
            “ Jadi, apa yang akan kamu lakukan Louis? ”
            “ Bagaimana kalau kita berdua menjalani operasi plastik hingga tidak seorangpun mengejek bahkan melemparkan berbagai sindiran sejenis apa pun. “ kalimat dengan penuh semangat.
            “ Apa...” Teriakan Shine sangat kaget mendengar perkataanku.
            “ Coba lihat beberapa tokoh terkenal ini dan sebagian lagi dari kalangan masyarakat, wajah mereka dulunya sangat tidak masuk nominasi...tapi sekarang menjadi sangat cantik karena pembedahan pada wajah mereka. “ Penjelasanku.
            “ Aku tidak pernah menyangka dengan ucapanmu saat ini...” Nada kecewa Shine sangat terlihat jelas.
            “ Shine, coba lihat wajah kita berdua sekarang...”
            “ Louis, tidak seperti ini caranya.”
            “ Shine, apakah kamu ingin terus diejek dengan berbagai kalimat mengerikan...bahkan, di klinik tersebut dapat membuat kulitmu yang hitam pekat menjadi putih. “
            “ Louis, mungkin kamu dapat memikirkan tentang operasi plastik karena memiliki uang yang banyak. Tapi...”
            “ Shine, kalau memang kamu berpikir tentang masalah biaya...aku dapat membantumu untuk membayar segala biaya operasi plastik yang akan kamu jalani. “ Kalimatku pada dirinya.
            “ Ayah dan bundaku tidak pernah mengajarkan diriku tentang hal semacam ini. “ Perkataan Shine menatap dengan serius.
            “ Shine, coba bayangkan...apakah kamu mau seumur hidupmu menerima penghinaan bahkan terkucilkan oleh karena warna kulitmu, hidungmu, bibirmu, wajahmu yang begitu buruk....”
            “ Louis, kecantikan seseorang tidak hanya diukur dari bentuk wajahnya. Namun, dapat dilihat dari beberapa segi lainnya.”
            “ Buktinya, mereka hanya akan selalu melihat fisik semata, bahkan kaum adampun hanya akan memperhatikan kecantikan dari luar...hingga sekarang, apa ada yang pernah mendekatimu dan mengutarakan perasaannya.”
            “ Louis, semua mempunyai waktu...”
            “ Shine, Apakah ada dari seorang pria tampan menginginkan dirimu dan bermaksud menjadikanmu sebagai pasangan paling spesial. “
            “ Louis, sekali lagi aku katakan semua mempunyai waktu Tuhan. Mungkin untuk saat ini kita harus terbungkus oleh berbagai ejekan bahkan terkucilkan. Tapi, suatu hari kelak Tuhan akan meninggikan kita dengan caranya yang ajaib.”  Kata-kata Shine memperlihatkan tidak akan pernah menyetujui jalan untuk membedah seluruh tubuhnya apa pun yang terjadi.
            “ Shine dengarkan...aku juga ingin menjadi idola dan menginginkan wajah paling sempurna hingga suatu hari kelak seorang Louis dapat mengejar impiannya menjadi model terkenal.”
            “ Ayah dan bundaku tidak pernah mengajarkanku hal-hal seperti ini. Sekalipun menyakitkan, inilah duniaku harus tetap kujalani...” kalimat Shine kembali.
            “ Terserah dirimu...” Ucapanku berlalu dari hadapannya karena tidak akan pernah mendengar apa pun tentang nasehatnya.
            Aku menginginkan perubahan di dalam diriku dalam bentuk apa pun dan tidak ingin hidup dengan jenis wajah sangat mengerikan seperti ini. Pemikiran Shine sangat jauh berbeda denganku bahkan terlalu berbanding terbalik.
            Setiap malam, aku selalu bermimpi membayangkan diriku menjadi seorang idola yang memiliki paras paling cantik bahkan tidak akan pernah tersaingi oleh siapapun juga. Apakah aku salah kalau menginginkan terlahir dengan wajah paling tercantik dan dikagumi oleh siapapun juga terlebih kaum adam.
            Aku ingin menjadi seorang model terkenal suatu hari kelak yang akan selalu dipuja puji oleh semua orang. Selama beberapa hari, aku tidak ingin berbicara sedikitpun bahkan hanya sekedar untuk tersenyum kepada Shine. Aku menganggap kalimat Shine itu terlalu menyedihkan dan tetap ingin bertahan dalam keadaan wajah buruk rupa.
            Aku tidak akan pernah bisa hidup sama seperti dunia Shine, hanya menerima kenyataan terlahir dengan wajah paling buruk tanpa ada perubahan sedikitpun.Setelah memikirkan segala hal yang akan terjadi, aku memutuskan untuk menjalani bedah plastik demi mendapatkan kesempurnaan wajah dalam waktu sekejap mata.
            Aku berencana akan menjalani bedah plastik dan melanjutkan studiku ke luar negeri, tanpa seorangpun menyadari segala jenis identitasku. Jujur, aku tidak menginginkan duniaku terbungkus oleh berbagai kalimat penghinaan oleh siapapun juga.
            “ Shine...” Kalimatku saat berjalan ke hadapan sahabatku di sebuah taman tempat kami menghabiskan waktu untuk menghibur diri sendiri selain beberapa toko buku dan mall.
            “ Maaf...” Kalimatku dengan menunduk di hadapannya.
            “ Tidak ada yang perlu dimaafkan, masing-masing orang memiliki pandangan berbeda-beda untuk sesuatu hal. Aku memiliki sebuah prinsip tersendiri, dan bahkan kemungkinan besar tidak sejalan dengan apa yang ada dalam benakmu saat ini. Hanya saja...” Ucap Shine.
            “ Hanya saja kenapa? ” Pertanyaanku.
            “ Hanya saja, jangan karena perbedaan prinsip dan arah jalan seperti ini hingga menghancurkan persahabatan yang telah berjalan. “ Ucapan Shine memeluk diriku dengan penuh kehangatan.
            “ Shine, sesuai dengan ucapanmu...sekalipun kita berdua memiliki prinsip hidup yang berbeda, jangan pernah berhenti untuk menjadi sahabatku sampai kapanpun juga. “ Air mataku tiba-tiba menetes dalam pelukan eratnya.
            “ Aku akan selalu menjadi sahabatmu, apa pun yang terjadi. “
            “Shine, sekarang aku sedang merencanakan untuk melanjutkan sekolahku ke luar negeri. “
            “Kenapa sampai kamu melakukan hal tersebut. Bukankah kita berdua akan selamanya menjadi sahabat. “ Kalimat Shine sangat terkejut.
            “Kita berdua akan tetap menjadi sahabat sampai kapanpun juga, hanya saja, sesuai dengan ucapanmu prinsip masing-masing orang berbeda-beda dan tidak akan pernah sama. “ Kalimatku terus memeluk erat sahabatku satu-satunya.
            “Kalau kamu pergi, pasti aku akan kesepian...karena satu-satunya orang yang mau bersahabat denganku hanya dirimu. “
            “Kita akan tetap berkomunikasi melalui kecanggihan teknologi sekarang. Aku berniat untuk tetap melakukan sebuah pembedahan plastik, dan menyelesaikan studiku di luar negeri. Setelah lulus sekolah di sana, aku akan melanjutkan kuliahku kembali ke negeri ini dengan bentuk wajah yang berbeda. “ Penjelasanku membuat dirinya benar-benar tidak dapat mengedipkan mata.
            “Shine, seperti yang telah kamu katakan bahwa masing-masing orang memiliki prinsip berbeda-beda. Jadi, inilah duniaku dengan prinsip jauh berbanding terbalik dari seorang Shine. “
            “Louis, apakah kamu benar-benar menginginkan jalan seperti ini untuk keluar dari ejekan mereka? Apakah tidak ada jalan lain yang ingin kamu ambil selain pembedahan plastik ? “
            “Shine, biar bagaimanapun prinsip dan arah pemikiran kita berdua sangat jauh berbeda. Aku tidak menyalahkanmu karena tetap ingin mempertahankan apa pun yang ada dalam duniamu. Jadi, jangan menyalahkan diriku karena telah membuat keputusan seperti ini. “ Penjelasanku terhadapnya.
            “Terserah kamu saja, karena yang menjalani segala sesuatu adalah dirimu bukan siapapun juga. Aku cukup menjelaskan tentang beberapa hal, hanya saja, kembali terhadap dirimu...Apakah ingin menerima ataupun tetap berpegang teguh. “
            “Sesuai ucapanmu, prinsip masing-masing orang jauh berbeda, tapi sekalipun memiliki perbedaan aku ingin tetap menjadi sahabatmu sampai kapanpun. “ Ucapku kembali memeluknya.













INILAH DUNIAKU BAGIAN 3...

SHINE...
            Ternyata Louis sangat nekat dengan segala rencana yang telah di susunnya. Bagi pemikiranku menjalani operasi plastik hanya demi mendapat sebuah kecantikan fisik belaka bukanlah sesuatu hal yang dapat memecahkan masalah di tiap aspek kehidupan manapun. Bunda dan ayah tidak pernah mengajarkan duniaku untuk berjalan serta membuat sebuah keputusan paling mengerikan yang akan kusesali seumur hidupku. Menjadi salah satu korban buli merupakan sesuatu paling mengerikan, kenapa? Dikarenakan duniaku tidak pernah terbungkus oleh senyuman kebahagiaan dengan begitu banyaknya teman-teman dari berbagai arah.
            Cara berpikir masing-masing pribadi tidak akan pernah sama dan inilah duniaku yang akan terus berjalan. Sekalipun hidupku terus terbungkus oleh berbagai penghinaan, terkucilkan, tidak akan pernah di pandang oleh siapapun dan segala hal mengerikan...namun sekali lagi aku katakan inilah duniaku dalam suatu area perjalanan. Aku percaya Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi dalam perjalananku, hanya untuk mengajarkan sebuah pembentukan kepribadian secara berbeda bahkan unik di mataNYA. Belajar untuk tidak menjadi kecewa tentang segala hal dalam perjalananku.
            “Belajar untuk tidak pernah kecewa dan bertanya dengan ribuan pertanyaan mengapa aku harus terlahir seperti ini. “ Bisikan hatiku sedang menggema dalam keheningan kamar saat ini.
            “Tuhan, area perjalananku pastinya akan berbeda dan membuat cerita  tersendiri bahkan terlalu menarik untuk di simak suatu hari nanti. Ajarkan nafasku untuk tetap bertahan dalam perjalanan yang membentuk duniaku saat ini.” Kembali bisikan hatiku bermain sekali lagi.
            “Shine...Shine...Shine...” Suara ayah memanggil sambil mengetuk pintu kamar.
            “Iya...” Teriakanku segera berlari membuka pintu kamarku.
            “Ayah pikir, putriku lagi berbuat apa...” ucapan pertama ayah saat pintu terbuka.
            Aku segera berada dalam dekapan ayah dengan penuh kehangatan, hingga menghancurkan sesuatu hal yang tidak dapat kulukiskan dengan kata-kata. Sekalipun mereka semua mengucilkan diriku, memandang sebelah mata bahkan sama sekali tidak pernah memandang, namun seorang Shine masih mempunyai ayah terhebat dalam perjalanannya. Sekalipun kehidupanku sedang berada dalam jurang kemiskinan, namun sekali lagi akan kukatakan bahwa seorang Shine masih dapat bernapas dan belajar untuk memahami berbagai hal.
            “Anak ayah lagi ingin manja-manjanya.” Godaan ayah.
            “Memangnya ayah seorang peramal, mengerti dan menyadari apa yang ada dalam hidup Shine. “
“Memangnya ayah berkata seperti itu? “ Tanya ayah.
“Tidak juga sih ayah. “ Kalimatku dengan tersenyum.
“Shine, sekali lagi ayah hanya ingin mengatakan...” Kalimat ayah terpotong.
“Mengatakan apa ayah? ”
“Sekalipun Shine menjalani sebuah keadaan paling mengerikan dan seakan tidak terlihat jalan sedikitpun, jangan pernah kecewa. “ Kalimat ayah dengan penuh kehangatan.
“Ayah...”
“Shine, harus mempercayai bahwa suatu hari kelak Tuhan akan meninggikan duniamu. Jangan terjebak dengan segala keadaan di depan mata.” Ungkap ayah sambil berjalan ke arah sebuah kursi.
“Shine akan belajar dan doakan Shine sehingga tidak akan pernah terjebak bahkan hidup terbungkus oleh kekecewaan hanya karena berada di sesuatu hal yang begitu tidak mengenakkan dan sangat mengiris hati. “ Kalimatku dengan mata berkaca-kaca. Tanpa kusadari beberapa kristal sedang keluar dari sepasang bola mataku saat ini.
“Harus yakin bahwa di dalam dirimu terdapat sebuah kelebihan yang tidak seorangpun miliki dan hanya Shine yang mempunyai kelebihan tersebut. “ Ungkapan ayah penuh ketulusan.
“Shine mengerti ayah...” Lengkingan suaraku tiba-tiba meledak membuat ayah tersontak kaget oleh hal yang telah kuperbuat.
“Shine, jangan mengagetkan seperti ini juga kaliiiii....” kalimat ayah memegang ke dua telinganyua.
“Putri ayah lebih menarik terlihat saat senyuman dan semangatnya terlihat setiap saat. “
“Ayah, terimah kasih karena selalu memberikan kekuatan dalam Kalimat ayah kembali.
“Shine akan menjalani kehidupan tanpa patah semangat apa pun yang terjadi sekalipun di depan mata hanya akan bercerita tentang kepedihan dan luka oleh karena berbagai hal dalam perjalanan kehidupanku. “ Ungkapan hatiku saat berada dalam pelukan ayah kembali.
“Anak ayah memiliki kekuatan luar biasa yang tidak dimiliki oleh siapapun, saat berhadapan oleh berbagai penghinaan banyak orang bahkan saat semua orang hanya akan memandangnya sebelah mata hingga harus terkucilkan terus-menerus.” Ungkapan ayah sebelum meninggalkan kamarku.
Inilah duniaku dengan perjalanan berbeda di dalamnya, sekalipun harus  bercerita tentang berbagai ejekan  dari teman-teman sekolahku, namun tetap mempercayai bahwa di balik semua itu hanya akan mengajarkan tentang seni kehidupan. Seorang Shine mempunyai sebuah kekuatan luar biasa disaat semua orang tidak akan pernah melihat apa pun di dalam dirinya. Senyuman harus terus bermain dalam jalur dalam duniaku. Aku bukanlah seseorang yang harus terlihat lemah oleh karena berada dalam area perjalanan yang tidak menyenangkan bagi pandangan mata.
Setiap harinya teman-temanku dapat tertawa akan segala kekurangan dalam diriku, namun satu hal yang pasti bahwa dibalik semuanya itu terdapat sebuah kekuatan terhebat bahkan luar biasa. Wajahku boleh saja  tidak secantik siapapun gadis tercantik di dunia ini, namun satu hal dunia Shine harus tetap mempercayai tentang waktu yang indah dalam perjalanannya. Terlahir dengan kulit hitam pekat bahkan jauh mengalahkan warna arang hingga berbagai ejekan tidak jelas membungkus perjalanan, bukan berarti aku tidak memiliki sebuah nilai lebih dalam area perjalananku.
“Tuhan, dalam hidupku aku mempercayai bahwa aku boleh saja terlahir dengan wajah paling terburuk, kulit hitam pekat, bentuk bibir seperti ini...Hanya saja, aku mempercayai , bahwa hidupku memiliki sebuah kelebihan yang tidak dimiliki oleh siapapun juga, namun hanya diriku yang memiliki kelebihan tersebut.” Bisikan hatiku sedang menggema dengan penuh arti hingga pada akhirnya memberikan kekuatan tersendiri dalam perjalananku.
Aku baru menyadari tentang sesuatu hal, bahwa sahabatku Louis telah lama meninggalkanku seorang diri. Louis tetap pada tekadnya, berusaha ingin mempercantik diri melalui jalan operasi plastik. Entah bagaimana keadaannya saat ini, pada hal sesuai dengan perjanjian kalau kami akan terus berkomunikasi meskipun di pisahkan oleh jarak yang cukup jauh. Namun, sebaliknya antara kami tiba-tiba harus putus kontak seperti ini. Cara berpikir untuk beberapa hal di antara kami, pada dasarnya sangat berbanding terbalik bahkan begitu berlawanan arah satu dengan lainnya. Inilah duniaku dengan segala kekurangannya, tidak akan pernah mengambil jalan pintas apa pun yang terjadi. Namun, jauh berbeda dengan temanku untuk beberapa hal di depan mata.
Kembali pada ingatanku beberapa waktu yang lalu, saat mengantar Louis menuju bandara, kami berdua masih berpelukan erat. Butiran kristal terus dikeluarkan oleh sepasang bola mataku, akibat perpisahan tersebut. Untuk pertama kalinya, aku memiliki sahabat oleh karena memiliki nasib serupa dalam perjalanan dari dunia fana. Tinggal di ibu kota dengan segala ciri-ciri serta karakter dari tiap orang benar-benar akan bercerita atau mengarah pada sebuah area tertentu dari sesuatu hal yang tidak terduga.
“Si’kulit hitam, mau kemana lu...” Gertakan dari salah satu teman sekelasku.
“Aku ingin berjalan menuju sebuah perpustakaan untuk mencari sebuah buku.” Jawabanku tanpa harus berpikir bahwa dunia itu begitu kejam oleh karena sebuah perjalanan yang telah membungkus hidupku. Tidak akan pernah berkata-kata, bahwa aku tidak memiliki kelebihan semua mempunyai waktu untuk membuktikan pada mereka dan dunia suatu hari kelak.
“ Kulit hitam dengan bibir jelek seperti itu terlihat sangat besar.” Ejekan Erika secara tiba-tiba dari arah belakang.
“Hahahahahaha....” Tawa mereka secara serentak.
“ Terimah kasih Tuhan buat ucapan penghinaan mereka dan cara mereka menertawakanku.: bisikan hatiku menggema.
“Tidak ada yang salah dengan kondisi fisikku, Erika...” Kalimatku sepintas kemudian berlalu.
“Wow...si’kulit hitam sekarang sudah bisa melawan gadis tercantik di sekolah kita.” Nada suara salah satu dari mereka.
“Tidak pernah di sangka-sangka dan di duga-duga.”
“Jangan pernah mengucapkan hal seperti itu lagi di depanku. Ngerti.” Kalimat Erika terlihat sangat kesal.
Kakiku melangkah menuju sebuah perpustakaan sekolah untuk menyelesaikan sebuah tugas dari sekolahku. Inilah saatnya, aku harus membuktikan pada mereka tentang sesuatu hal dengan giat belajar dan dapat memiliki sebuah prestasi luar biasa hingga seorang Shine mempunyai nilai lebih. Aku bertekad untuk mempunyai sebuah prestasi luar biasa dalam sekolahku, sekalipun membutuhkan waktu luar biasa untuk dapat meraih hal tersebut. Namun, aku tidak akan pernah menyerah begitu saja. Untuk beberapa saat nilaiku, hanya berada di bagian paling terbelakang oleh karena belum adanya usaha untuk membuat sebuah perubahan. Akan tetapi, saat ini aku akan membuat sebuah perubahan hingga mengagetkan semua orang bahkan seluruh dunia.
            “Hei...” sebuah suara tiba-tiba terdengar dengan begitu jelas dari arah sebelah kiri telingaku.
“Apa ada suara dalam ruangan ini atau tidak?” suara itu kembali terngiang di telingaku. Apakah suara tersebut di arahkan terhadapaku atau sebaliknya sama sekali tidak... Aku mencoba berbalik untuk melihat siapa orang yang berbicara, secara mengejutkan di sampingku terpampang sebuah senyuman paling manis yang pernah kulihat.
“Hai...boleh aku bergabung denganmu?” pertanyaan seseorang dengan sedikit mengedipkan matanya.
Dalam keadaan masih terdiam dan tidak tahu harus berkata-kata, untuk pertama kalinya seorang cowok manis ingin berbicara, berteman, dan tersenyum manis di hadapanku. Apakah ini sebuah mimpi buatku Tuhan ataukah ada sesuatu yang ingin di rencanakan oleh banyak teman-teman sekelasku. Mereka tidak berhenti untuk membuatkan sebuah jebakan, hanya demi mendapat sebuah kepuasan tertentu. Untuk saat ini, hidupku boleh saja secara terus-menerus terbungkus berbagai penghinaan paling mengiris hati bahkan terlalu perih. Langkahku dapat saja dipermainkan oleh banyak orang, namun, suatu hari kelak aku akan membuat sebuah perubahan dan perbedaan.
“Hai, kenapa diam saja?” tiba-tiba sebuah suara kembali menggema dan mengagetkan diriku.
Tanpa menghiraukan kata-kata cowok manis tersebut, aku berjalan dan tidak membalas sedikitpun pertanyaannya. Aku hanya tidak ingin berada dalam sebuah jebakan dan tidak menginginkan sedang berpikir tentang seorang idola bahkan tentang sebuah perjalanan cinta buatku saat ini. Ini hanya sebuah jebakan dari mereka dan aku harus bijak menghadapi semuanya.
“Anak-anak, hari ini kita kembali kedatangan murid baru.” Ucapan guruku di depan kelas.
“Ibu jangan katakan murid kali ini, tidak ada bedanya dengan Louis yang telah pergi meninggalkan sahabat terbaiknya.” ledekan salah satu dari mereka.
“Ibu tidak pernah mengajarkan kalian untuk mengejek siapapun di sekeliling kalian.” nada suara dari guruku mulai meninggi.
“Siapa juga yang mengatakan kalau ibu mengajarkan kami untuk mengejek seseorang.” ungkap Nesa memainkan rambut lurus panjangnya.
“Tapi, satu hal kami kan hanya berbicara tentang fakta dan apa yang sedang di lihat oleh mata.” celoteh Erika.
“Maksud kalian seperti apa, berbicara seperti ini?” Pertanyaan guruku kembali
“Fakta bahwa di sekolah kita ini, Shine merupakan satu-satunya siswi dengan wajah paling buruk tidak tersaingi oleh siapapun juga.” Jawaban Erika dengan nada penuh penekanan.
“Erika...”teriakan ibu guru.
“Dan satu lagi bu, murid baru kemarin bernama Louis akhirnya datang menjadi saingan dari Shine.Mereka berdua memiliki wajah paling mengerikan dan tidak ada hal paling menarik dalam mereka.”tambahan Nesa memperjelas kalimat sahabatnya.
“Kalian benar-benar keterlaluan.” Gertakan ibu guru kembali.
“Kami tidak keterlaluan ibu, hanya saja kami bericara berdasarkan atas apa yang di lihat oleh mata.” Celoteh Erika kembali membalas.
“Terkadang mereka yang mendapat penghinaan saat ini, suatu hari kelak dapat mempermalukan kalian. Tidak ada yang dapat mengerti dan menyadari untuk setiap misteri kehidupan seseorang. Ibu hanya berusaha untuk bijak berbicara di depan kalian saat ini.” Ungkapan guruku yang membuat hatiku ingin menangis sejadi-jadinya.
“Kalian berdua di hukum membersihkan seluruh ruangan kelas dan toilet di sekolah ini, jangan karena salah satu dari kalian adalah anak pemilik sekolah ini, seenaknya saja mengeluarkan ejekan-ejekan terhadap orang.” Kalimat ibu guru dengan menyuruh mereka keluar dari kelas tersebut.
“Ibu akan rasakan pembalasanku dan kita lihat saja sampai berapa lama ibu akan bertahan di sekolah ini.” Ancaman Erika.
“Erika, kalaupun hari ini ibu di pecat karena memberikan hukuman pada anak seperti dirimu...Ibu tidak pernah menyesal melakukan hal seperti ini.” Sebuah kalimat dari seorang guru hendak menampar kesombongan Erika.
“Sekarang keluar dari ruangan ini dan lakukan seluruh hukuman yang ibu perintahkan...” Gertakan ibu guru kembali suara penuh amarah.
Semua murid-murid di dalam kelas secara tiba-tiba diam seribu bahasa tanpa mengucapkan satu katapun. Nesa dan Erika berjalan keluar dari ruangan kelas memasang wajah mengerikan. Aku sudah terbiasa mendapat tatapan-tatapan sinis dari mereka seakan-akan ingin membuat sebuah pembalasan.
“Maaf, kudengar ada acara ribut-ribut jadi saya langsung saja menerobos ke kelas ini.” Suara seseorang tiba-tiba memecahkan keheningan ruangan kelas.
“Wow...manisnya.”Kalimat salah satu dari temanku.
“Cakep habis.” Kembali ucapan yang lainnya.
“Saya kirain anak baru kali ini saudara kembarnya Shine lagi, maaf ibu maksudku cewek lagi kan membosankan...” Mencoba mengelak.
“Jaga ucapan kalian atau kalian ingin seperti Nesa dan Erika membersihkan seluruh ruangan dan kamar mandi.” ucap ibu guru kembali.
“ Masuklah Brave dan perkenalkan dirimu di depan kelas.”
“Orang yang menyapaku di perpustakaan tadi.” suara hatiku berbicara dan mengingat kejadian sebelumnya.
“Perkenalkan, nama saya Brave Aaric yang berarti  seseorang pemimpin yang mempunyai kasih, namun berani untuk berjalan dan tidak pernah takut dengan keadaan. Panggil saja saya dengan Brave.” Senyuman kembali menghias wajahnya.
“Astaga Brave, memangnya kamu sudah menjadi seorang pemimpin yah?” Ledekan seseorang.
“Menurut mami, saya harus mempercayai sesuatu yang tidak terlihat, dengan kata lain mami mempercayai kalau suatu hari kelak anaknya akan menjadi seorang pemimpin.” Kenang Brave dengan sedikit tertawa.
“Ternyata Brave anak mami rupanya.” ucap Taniar sekali lagi.
“Bisa jadi saya adalah anak mami dan papi malahan...” Balasnya lagi membuatku sedikit tersenyum.
“Brave, cari kursi yang kosong dan duduklah di sana.” Kalimat Ibu guru.
Dia berjalan dengan senyuman untuk menebarkan pesonanya pada siapapun juga di sekelilingnya. Tatapan matanya berjalan ke sebelahku dengan tersenyum, tanpa memperlihatkan wajah yang penuh ejekan.
“Hai, kita bertemu lagi kali ini.” Sapaanya dengan tersenyum.
“Brave, tidak salah duduk dengan Shine?” Tegur Taniar.
“Yang betul saja Brave, bahkan kami semua alergi berada di dekatnya.” Ejekan mereka kembali.
“Ternyata nama kamu adalah Shine, arti dari nama kamu boleh tahu tidak?” Senyuman Brave tetap menghiasi wajahnya.
Aku tidak memperdulikan apa pun ucapannya, bahkan sama sekali tidak menjawab pertanyaannya. Diam seribu bahasa adalah jauh lebih baik di bandingkan berkata-kata hingga mereka akan kembali membuat sebuah luka dalam nafasku saat ini.
“Kalau tidak menjawab, tidak menjadi masalah hanya saja kamu minggir ke samping tembok dan biarkan aku yang duduk di sini. Ngerti.” Kata-katanya membuatku tidak tahu harus mengatakan apa pun.
Anak baru bernama Brave Aaric memiliki wajah tampan dan dapat menebarkan segala pesonanya pada siapapun juga. Bahkan primadona sekolah Erika pun berusaha mengejarnya dan ingin mendapat perhatian lebih. Berada di sampingnya dan diam seribu bahasa tanpa mengucapkan apa pun serta membalas segala yang di katakannya adalah jauh lebih baik bagiku. Sangat berbeda dari teman-temanku, bahkan aku terlalu minder untuk menjadi sahabatnya ataupun memberikan sebuah senyuman.
Aku hanya akan fokus pada pelajaranku saat ini, bukan mengejar seorang idola sekolah bahkan pangeran sekalipun sama sekali tidak terpetik tajam dalam nafasku. Seorang Shine hanya perlu berjuang untuk memperlihatkan sesuatu di dalam dirinya. Suatu hari kelak, langkah dan nafasku akan bercerita tentang sesuatu hal yang tidak di miliki oleh seseorang, namun ada dalam diriku. Belajar berbicara di di depan kelas dan banyak orang, tanpa memperdulikan apa kata mereka.
Tidak memperdulikan cibiran, pandangan sebelah mata, ejekan oleh karena bentuk fisik bahkan warna kulitku tidaklah sama seperti mereka semua. Aku akan membuktikan pada dunia, bahwa seorang Shine memiliki sebuah nilai yang berbeda dan tidak dapat di samakan dengan siapapun juga. Hanya membutuhkan perjuangan setahap demi setahap, hingga waktu itu tiba, mereka menjadi malu akan setiap hal yang terlontar dari perbendaharaan bibir tentang perjalananku.
Pada malam hari aku terus belajar dan berusaha mengalahkan rasa kantuk pada diriku. Sebelum ayam berkokok, seorang Shine belajar membangunkan fajar dengan berlutut di hadapan Tuhan melalui doa.
“Tuhan, semua orang boleh saja mencibir, mengejek, mengucilkan, dan bercerita berbagai hal buruk dalam nafasku saat ini. Aku bukanlah manusia sempurna bahkan paling terburuk di antara yang terburuk. Warna kulitku tidaklah sehalus dan seputih para artis terkenal, namun, aku percaya suatu hari kelak di dalam diriku terdapat sebuah nilai lebih bagi siapapun yang memandangnya.” Doa yang terlontar di dasar hatiku setiap paginya sebelum ayam berkokok.
“Aku pasti bisa melewati segala hal yang sedang terjadi saat ini. Mereka dapat saja mengolok-olokku, namun, jauh di balik itu semua aku percaya terdapat sebuah pembentukan dan seni hidup dalam nafasku saat ini.” Ungkapan isi hati kembali ke hadapanNYA.
“Aku tidak akan pernah mengambil jalan pintas dengan melakukan operasi plastik hanya demi memperoleh bentuk wajah dan tubuh sempurna. Mensyukuri apa yang diberikan olehMU jauh lebih baik, dibandingkan mencari jalan pintas hanya demi membuat mereka untuk berhenti menertawakan bentuk fisikku saat ini. Sekalipun terlalu menyakitkan bahkan sangat mengiris hati, namun seorang Shine akan belajar bahwa semuanya hanya bersifat pembentukan warna-warna kehidupan.” Bisikan hatiku sekali lagi dengan mencurahkan segalanya di hadapan Tuhan. Belajar untuk tidak menjadi kecewa dan tidak mencari alasan, mengapa Tuhan membuatku terlahir dengan bentuk fisik paling terburuk diantara semuanya.
INILAH DUNIAKU BAGIAN 4...

Saat berada di sekolah aku belajar untuk menjawab semua pertanyaan dari guru dan melontarkan berbagai pertanyaan. Menghabiskan waktuku dalam sebuah perpustakaan saat jam istirahat sekolah. Aku belajar beberapa alat musik dari ayahku saat sore hari. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, selama nafasku terus berjuang untuk memperlihatkan sebuah nilai pada dunia di luar sana.
Seorang Shine tidak terlahir dari keluarga yang memiliki segala harta benda dengan kekayaaan berlimpah. Terlahir dari keluarga miskin, namun memiliki ayah dan bunda yang akan selalu memberikan kasih sayangnya. Mengajarkan langkahku, sebuah makna tentang pembentukan di dalam berbagai kekurangan bukan karena kelebihan untuk bentuk apa pun. Tidak terlahir dengan wajah cantik melebihi seorang putri ataupun seorang model terkenal di dunia ini. Mempunyai wajah paling terburuk di antara yang paling terburuk, dengan warna kulit hitam pekat, rambut seperti kawat berduri. Bentuk bibir yang akan selalu mendapat penghinaan oleh karena ukurannya.
“Shine, duniamu seakan tidak ingin berbicara dengan siapapun juga?” pertanyaan seseorang dari belakang dalam sebuah ruangan perpustakaan. Aku mengenal dengan pasti pemilik dari suara tersebut adalah siapa. Sama sekali aku tidak akan berbalik dan menjawab pertanyaannya.
“Duduk sebangku denganmu ternyata membosankan yah...” tetap memperlihatkan wajah ceria, sekalipun aku diam seribu bahasa dan sama sekali tidak memperhatikan setiap ucapannya.
“Bukan karena hidupku tidak ingin berteman dengan siapapun juga, namun, diriku terbiasa dengan keadaan seperti ini tanpa seorang teman karena terkucilkan. Kalaupun seseorang datang dan ingin menjadi sahabat, rasanya terlalu sulit untuk mempercayai semuanya.” Bisikan hatiku berbicara di dalam...
“Kalau di pikir-pikir, Shine ternyata seorang gadis misterius yang akan selalu tertutup pada siapapun juga. Namun, saat berada dalam ruangan kelas terlihat berbeda dengan siapapun dengan segala yang di milikinya.” ucapan Brave.
“Aku ingin menjadi temanmu, tanpa harus melihat bentuk fisik semata...” kalimat yang secara tiba-tiba mengagetkan diriku. Untuk pertama kali dalam perjalananku, ada seorang cowok mengungkapkan hal seperti ini. Terngiang kembali dalam ingatanku, bagaimana reaksi teman-temanku terlebih pada kaum pria saat berada di depanku. Memperlihatkan wajah seakan menatap seorang monster, diriku terlalu menjijikkan di mata mereka setip saat.
“Rasanya mustahil...” Ucapku di dasar hati.
“Apa yang ada di pikiranmu saat ini, tidak semuanya benar.” Ucapnya kembali menatap dengan serius.
“Aku tahu, kalau dunia dan kehidupanmu selalu menjadi ejekan seluruh orang-orang yang berada di sekitarmu. Terkucilkan, menjadi bahan olok-olokkan, terniaya, dan lain sebagainya yang pada akhirnya membuatmu menjadi tertutup bahkan terlalu tertutup terhadap banyak hal di sekitarmu.”Ungkapannya kembali membuatku tersentak dan tidak sedikitpun mengedipkan mata. Buku yang berada di depanku tiba-tiba terjatuh ke lantai...
“Tidak usah kaget gitulah dengan ucapanku.”
“Tidak mungkin seorang cowok cakep ingin berteman denganku tanpa sebab, apakah ini sebuah jebakan dari Erika?” Pertanyaan dalam pikiranku.
“Pada saat berada di ruangan kelas dan depan semua guru, suaramu selalu terdengar, sementara di hadapanku atau yang lainnya sama sekali tidak terdengar.” ucapannya mengetuk-ngetuk meja di depan menggunakan tangannya.
“Karena aku ingin memperlihatkan pada mereka semua, bahwa seorang Shine mempunyai nilai lebih.” Suara hatiku di dasar hati. Berlalu dari hadapan Brave adalah jauh lebih baik di bandingkan menjawab semua pertanyaannya. Sekalipun dia adalah satu-satunya siswa yang mau duduk bersebelahan dengan dalam ruangan kelas selain Louis yang telah pergi dan tidak pernah memberikan kabar sedikitpun.
“Shine, apakah kamu sadar kalau saya tidak seperti mereka yang akan selalu mengejekmu karena mami selalu mengajarkanku untuk tidak membeda-bedakan siapapun dalam berteman.” Teriakan Brave membuat semua mata tertuju pada arah suaranya saat ini.
“Benar-benar anak mami.” Gumamku pelan sambil berlalu tanpa berbalik sedikitpun.
Dalam benakku saat ini adalah memperlihatkan sebuah nilai lebih terhadap mereka semua di dalam langkah kakiku yang sedang tergores oleh berbagai tusukan duri dari berbagai arah. Aku berjuang keras untuk meraih beasiswa, hingga dapat menembus salah satu kampus terbaik dunia saat ini. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini, selama nafasku tidak mengenal kata menyerah dan terus berdoa kepada Tuhan. Mendaki sebuah puncak tertinggi membutuhkan suatu perjuangan luar biasa dan tidak di katakan semudah membalikkan telapak tangan.
“Anak ayah, rajin benner belajarnya.” Godaan ayah mengagetkan diriku saat berada dalam kamarku membolak balikkan buku-buku pelajaranku.
“Ayah mengagetkan saja.” Senyumku memeluknya dengan penuh kehangatan.
“Gimana tentang permasalahan sekolahnya? Sekarang yang ayah lihat kalau Shine sudah benar-benar menjadi kutu buku.” Membelai rambutku.
“Shine, selalu mengingat akan ucapan ayah untuk memiliki sebuah nilai suatu hari kelak.” Senyuman kehangatan kembali kupancarkan.
“Maksud Shine gimana?”
“Shine ingin mengejar beasiswa ke luar negeri pada salah satu kampus terbaik dunia. Tidak ada yang mustahil selama ada perjuangan dan tidak mengenal kata menyerah.” Kalimatku terus berada dalam dekapan seorang ayah.
“Shine ingin mengejar mimpi dan memperlihatkan pada dunia bahwa seseorang tidak hanya bisa di nilai dari kecantikan fisik belaka, melainkan sesuatu hal lain dari dalam dirinya.” Ungkapanku kembali.
“Kejarlah apa yang ingin kamu kejar, selama tidak melewati batas dan jangan pernah menyerah pada keadaan di sekitarmu. Jangan dengarkan apa kata orang, namun, perhatikan apa yang ada di dalam dirimu.” Kata-kata bijak sang ayah.
Inilah ayahku yang akan selalu mengarahkan untuk membentuk duniaku saat ini. Selalu berada di belakang memberikan sebuah kekuatan sehingga nafasku dapat mengerti sesuatu yang bernilai di suatu titik perjalanan. Terkucilkan bukan berarti tidak dapat memiliki sebuah mimpi yang dapat terwujud suatu hari kelak. Perubahan dapat di buat saat dalam diri sendiri menyadari makna sebuah pembentukan di antara berbagai kekurangan dan badai terberat sekalipun.
Aku berhasil membuktikan pada mereka tentang sebuah nilai dalam perjalananku. Perjuanganku tidak pernah menjadi sia-sia, berhasil meraih peringkat pertama di sekolahku mengalahkan Erika sang primadona. Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini selama seseorang tidak mengenal kata menyerah.
“Astaga, ternyata Erika dikalahkan oleh si’ wajah buruk di sekolah kita.” Ucapan salah satu temanku saat berada di kantin.
“Siapa yang akan menduga, si’kulit hitam pekat menjadi manusia paling berprestasi bahkan sepuluh kali lipat dari Erika.” Mata mereka tercengang-cengang.
“Wow...” Ucap salah satu dari mereka kembali membuat Erika benar-benar penuh amarah.
“Ini hanya kesalahan pemeriksaan semata, Tidak mungkin si’mie instan tersebut tiba-tiba menjadi nomor satu dengan nilai sempurna.” Rasa geram pada wajah Erika benar-benar terpampang.
“Mana mungkin ini adalah kesalahan pada saat pemeriksaan, karena saya tahu pasti bahwa Shine pada dasarnya memiliki kemampuan luar biasa yang bisa saja meledak bahkan makin meledak suatu hari kelak.” Kata-kata Brave secara tiba-tiba di tengah mereka.
“Kau membelanya...” Kegeraman Erika makin menjadi.
“Kita tidak akan pernah tahu perputaran kehidupan, itulah yang mami ucapkan buatku setiap saat.” Senyuman manis terpampang luar biasa pada Brave Aaric.
“Benar-benar anak mami.” Kalimatku di dasar hati mendengar apa yang d ucapkannya dari kejauhan.
Aku berhasil membuktikan pada mereka bahwa seorang pemenang akan terus berjuang memperlihatkan sebuah perbedaan dan menyadari warna-warna kehidupan bukan karena kelebihan melainkan kekurangan tertentu di suatu titik perjalanan. Inilah duniaku belajar, berjuang, memahami arti sebuah kemenangan, menjadi pemenang saat seorangpun tidak pernah menydari bagaimana aliran air mataku terus membasahi pintu kamarku.
Untuk kesekian kalinya, seorang Shine berhasil membuktikan sebuah prestasi luar biasa. Seseorang tidak dapat dinilai hanya dari kecantikan fisik belaka atau seberapa besar kekayaan yang dimiliki. Menyadari bahwa perjuangan untuk memperlihatkan sebuah nilai bukan karena kelebihan-kelebihan, melainkan berbagai kekurangan dalam kehidupan. Menjadi pemenang saat semua orang menganggapmu tidak bernilai bahkan merupakan lapisan paling terburuk untuk siapapun yang memandang.
“Shine, apakah aku tidak akan pernah bisa menjadi temanmu?” pertanyaan Brave setiap berada di depanya. Bukan karena aku tidak ingin menjadi sahabat yang baik, hanya saja...
“Sedikit hari lagi kita akan meninggalkan sekolah ini, lantas apakah kau tidak akan pernah dapat berkata-kata sedikitpun terhadapku setelah sekian lamanya bersama dalam ruangan kelas dan meja yang sama.” Pertanyaannya membuatku menyadari sesuatu hal. Yah...Sedikit hari lagi kami akan meninggalkan sekolah ini, dan melanjutkan tingkat pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Membayangkan dan mengingat, bagaimana dirinya terus memberikan sebuah senyuman keceriaan saat duduk berdampingan dengannya dalam ruangan kelas. Tidak pernah menjawab atau berbicara sedikitpun  dengannya, sekalipun dia berusaha untuk mengajukan diri menjadi teman yang baik. Inilah Brave tetap tersenyum, hal seperti inilah yang membuat semua orang menyukainya termasuk diriku secara diam-diam tanpa kusadari.
“Mamiku mengajarkan hidupku untuk berteman dengan siapapun termasuk dengan dirimu.” Ucapannya membuatku sedikit ingin tertawa di dasar hati.
“Dasar anak mami.” Suara hatiku tertawa di dalam.
“Shine akan melanjutkan kuliah di mana?” pertanyaannya kembali dengan senyumannya.
“Inilah Brave Aaric yang akan selalu melontarkan berbagai pertanyaan yang sama sekali tidak akan pernah kujawab sedikitpun. Inilah duniaku, akan selalu berlalu dari hadapannya bersikap cuek dan tidak memperhatikan apa pun yang di ucapkannya.” Kata-kataku di dasar hati kemudian berjalan dan berlalu dari hadapannya saat ini.
“Shine, apakah kamu sadar kalau sejak pertama kali melihatmu...” Teriakannya di tengah hujan deras yang tiba-tiba turun depan halaman sekolah, membuat langkahku terhenti seketika tanpa membalikkan wajahku ke hadapannya...
“Sejak pertama kali melihatmu, aku ingin menjadi temanmu, tidak perduli apa kata orang tentang duniamu dan segala kekuranganmu.” Teriakannya kembali menggema di telingaku yang semakin membuat baju seragamku basah oleh karena derasnya hujan saat ini.
Membayangkan dirinya saat pertama kali menyapaku dengan senyumannya. Tetap menyapa dengan senyumannya, sekalipun mulutku tidak akan memperkatakan sepatah katapun. Apakah aku terlalu takut untuk memiliki seorang teman seperti dirinya. Apakah hidupku yang terbiasa menyendiri jauh lebih baik dibandingkan mempunyai sahabat seperti dirinya. Apakah kekhawatiranku lebih berkuasa oleh karena tidak ingin memperoleh pengalaman pahit kembali, menerima kenyataan bahwa sahabatku akan menghilang sama seperti Louis. Apakah aku takut mereka akan memainkan jebakan untuk hidupku. Ataukah takut menerima kenyataan bahwa aku menyukai dirinya yang tidak boleh terjadi.
“Shine, kata mamiku jangan pernah menutup diri pada seseorang yang ingin berteman denganmu.” Ucapannya akan selalu membawa nama mami, inilah dunia Brave...
Aku berusaha untuk tidak membalikkan wajahku ke hadapannya, dan mencoba untuk melangkahkan kakiku di tengah derasnya air hujan. Hingga tiba-tiba, suaranya kembali berteriak memanggil namaku...
“Shine, kenapa kamu tidak ingin berteman denganku? Pada hal aku ini manis, tampan, ceria, suka tersenyum menurut mamiku.” Teriakannya membuatku ingin tertawa sejadi-jadinya.
Aku berusaha berlari dari hadapannya dan mencari tempat persembunyian di balik pohon besar pinggir jalan dekat dengan sekolah serta tertawa sejadi-jadinya. Memperhatikan dirinya di balik pohon besar, yang terlihat lemas di karenakan untuk kesekian kalinya, aku sama sekali tidak menjawab ataupun berbicara dengannya. Hingga tiba-tiba sebuah truk kendaraan dengan kecepatan besar sedang berjalan ke hadapannya...
“Brave...” Teriakanku berlari sejadi-jadinya ke hadapannya.
“Brave, awas...” Kalimatku mendorong tubuhnya ke sebelah kiri dari jalan tersebut. Beruntung Tuhan masih menolong kami berdua hingga tidak kenapa, hanya luka lecet pada kaki saja.
“Kamu tidak kenapa-kenapa?” pertanyaannya sangat khawatir, sedangkan aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku dan berusaha berdiri. Kuperhatikan tangan dan kakinya lebih banyak luka dibandingkan diriku, pada hal kalau dipikir-pikir...
“Setidaknya, dia tidak kenapa-kenapa.” Ucapku di dasar hati. Berusaha membantunya berdiri dan membawanya ke rumahku untuk mengobati lukanya.
“Shine, apa yang terjadi?” Ucap bunda tersentak kaget melihat bajuku basah dan banyak luka pada tubuh Brave.
“Bunda, tolong ambilkan kotak obat.” Ucapku secara tiba-tiba membuat Brave tidak berkedip. Tidak lama kemudian, bunda datang dan kami bersama-sama membersihkan sekaligus mengobati luka Brave akibat terjatuh tadi.
“Wow, ternyata Shine memanggil mempunyai bunda yang ramah seperti mamiku.” Ucapan Brave memecahkan keheningan, membuatku selalu ingin tertawa.
“Kenalkan bunda, nama saya Brave teman sekolahnya Shine.”
“Shine ternyata sekarang sudah mempunyai teman...” Godaan bunda.
“Teman yang tidak pernah diakui bunda.” Ucap Brave, entah sejak kapan sok akrab dengan sosok seorang ibu di depannya.
“Kenapa memangnya?” Kening bunda sedikit berkerut.
“Gimana tidak, setiap Brave ingin mengajukan diri sebagai temannya dia akan selalu diam seribu bahasa dan bersikap cuek tanpa berkata-kata sedikitpun.” Jawaban dari seorang Brave.
“Benar yang di katakan Brave kalau Shine tidak ingin berteman dengannya dan selalu diam seribu bahasa.” Ucapan Bunda membuatku tidak tahu harus mengatakan sesuatu hal.
“Tidak semua yang dikatakannya benar dan jangan mempercayai perkataannya sedikitpun.” Jawabanku sambil mencari handuk bersih untuk diberikan kepada Brave.
“Siapa bilang yang dikatakan Shine itu benar, justru sebaliknya dia terlalu misterius buatku.” Brave mencibirkan bibirnya.
“Brave, hanya butuh berjuang sedikit lagi untuk menjadi temannya Shine dan mengenal apa yang ada di dalam kehidupannya.” Kalimat bunda dengan penuh kehangatan.
“Untuk menjadi temannya saja harus berjuang, gimana kalau menjadi pacarnya bisa lebih beresiko kali yah?” Ucapan Brave dengan pelan, membuatku sedikit salah tingkah. Memandangnya dengan sedemikian rupa, apa yang salah dengan perkataannya...
“Kamu mendengar ucapanku tadi yah, hanya sedikit becanda dan jangan terlalu di tanggapi.” Senyuman Brave kembali terpampang.
Tidak lama setelah hujan berhenti, ayah mengantarkan dirinya untuk kembali ke rumahnya.Terlihat jelas, kalau ayah sangat menyukai Brave saat pertama kali menyapanya. Pada dasarnya Brave tidak pernah menghina siapapun yang ada di depannya atau bahkan membeda-bedakan untuk di jadikan bahan tertawaan. Hidupku yang terbiasa menyendiri membuatku terkadang hidup dalam sebuah ketakutan untuk bersahabat dengan seseorang.***
INILAH DUNIAKU BAGIAN 5...

“Maafkan aku, bukan karena tidak pernah menginginkan menjadi sahabatmu.” Lirihku di dasar hati mengingat setiap kalimatnya.
“Seorang Shine hanya takut untuk menyadari sesuatu yang ada di dasar hatinya saat ini. Takut mengakui sebuah perasaan yang terpendam dan terlalu sulit untuk di jelaskan.” ucapanku kembali mengingat kata-katanya.
Inilah duniaku, takut untuk mengakui perasaanku yang sebenarnya hingga berusaha menutupi segala sesuatunya jauh di dasar hati paling terdalam. Satu hal yang harus kupikirkan adalah menunggu hasil seleksi penerimaan beasiswa pada salah kampus terbaik yang selama ini kuimpikan.
“Tuhan, perjuanganku tidak akan pernah menjadi sia-sia saat ini.” ucapan doaku di dasar hati.
“Aku ingin menjadi seorang ilmuwan, dan kalau Engkau menghendaki aku akan lulus dan mendapat beasiswa pada salah satu kampus terbaik.” Ucapan doaku di dasar hatiku.
Harvad, Oxford, MIT, ataukah Stanford merupakan salah satu kampus tempatku berpijak...Tidak ada yang mustahil, selama perjuangan diiringi dengan sebuah kekuatan doa saat ini. Hanya membutuhkan sedikit perjuangan untuk dapat lolos pada salah satu kampus tersebut. Aku berusaha berjuang dan berjuang untuk mengejar mimpiku.  
Aku akan terus berjuang dan tidak mengenal kata menyerah demi meraih impianku. Mempunyai sebuah nilai di mata dunia membutuhkan sebuah perjuangan dan tidak dikatakan semudah membalikkan telapak tangan. Menunggu hasil tes, di mana Tuhan akan membawaku saat ini untuk mengejar impianku. Memperhatikan dengan seksama hasil pengumuman melalui geogle pencaharian.
“Bunda...ayah...” Teriakku mencari mereka dengan histeris.
“Shine, kenapa teriak-teriak?”” Tanya ayah sangat khawatir.
“Ayah...” Teriakku memeluknya dan menangis histeris sejadi-jadinya.
“Shine harus tenang dan ceritakan kepada ayah apa yang terjadi.” Kalimat ayah menenangkan diriku.
“Shine mendapat email yang menyatakan kalau anak ayah lulus pada salah satu kampus terbaik di dunia.” Teriakku histeris.
“Anak bunda lulus di mana?” Kalimat bunda tidak bersabar untuk mendengarnya.
“MIT...” Teriakanku memeluk mereka.
“Sebentar lagi anak ayah dan bunda akan menjadi seorang ilmuwan yang memiliki berbagai penemuan-penemuan hebat.” Tangis bahagiaku memancar.
“Terimah kasih Tuhan...” Rasa syukur ayah mengangis bahagia.
Jangan pernah menyerah untuk meraih apa yang ingin kamu raih, buktikan kemenanganmu saat berada di antara lautan duri yang selalu membuat luka pada seluruh kehidupanmu. Massachusetts Institute of Technology adalah salah kampus terbaik yang dunia miliki. Sedikit lagi, impianku untuk menjadi seorang penemu akan segera tercapai.
“Terimah kasih Tuhan, perjuanganku tidak menjadi sia-sia saat ini untuk meraih apa yang aku inginkan.” Bisikan hatiku saat ini yang tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata.
Beberapa hari lagi aku akan meninggalkan negaraku untuk meraih impianku di luar sana. Inilah duniaku, berusaha mengejar impianku dan melupakan segala luka yang terbungkus saat berada di negaraku sendiri. Orang-orang di sekitarku dapat berkata, jika aku memiliki berbagai kekurangan, namun, di balik itu semua Tuhan mengajarkanku tentang warna-warna kehidupan. Seni hidup terbentuk dalam duniaku, bukan karena aku memiliki berbagai kelebihan dalam langkahku saat ini. Seni kehidupan terbentuk dalam nafasku oleh karena berbagai kekurangan dalam diriku.
“Akhirnya, aku kita akan benar-benar berpisah.” Sebuah suara membangunkan aku dari lamunanku saat ini.
Berbalik ke arah suara tersebut dan melihat segala tingkah laku konyolnya. Tuhan, apakah aku terlalu takut untuk mengakui sesuatu hal dalam diriku saat ini terhadap dirinya.
“Btw, kamu akan melanjutkan kuliahmu di mana Shine?” Pertanyaan Brave dengan wajah penuh keseriusan. Aku sadar betul, kalau ini hari terakhir melihat dirinya menyapaku dan tidak akan pernah memandang senyumannya dalam melewati hari-hariku.
“Shine, apakah kita tidak akan pernah menjadi seorang teman, sahabat gitu?” Pertanyaan Brave kembali.
“Kata mami, jangan pernah menolak seseorang yang ingin berteman denganmu atau suatu hari kelak kau akan diselimuti penyesalan luar biasa.” Senyumannya kembali bermain di wajahnya seperti biasa.
“Tuhan, untuk terakhir kalinya aku akan mendengar dirinya menyebut maminya dan memancarkan senyum keceriaan. Apakah aku kembali berlalu dari hadapannya dan tidak akan pernah membalas senyumannya?” Suara hatiku menggema kembali dan kemudian seperti biasanya melangkahkan kakiku  untuk melewati dirinya tanpa berbicara sedikitpun.
“Tumben, dia tidak berteriak sedikitpun saat aku berlalu dari hadapannya.” Pertanyaanku di dasar hati. Kakiku berlalu dari hadapannya, tiba-tiba kakiku terhenti oleh karena sebuah batu di depanku yang secara tiba-tiba menyadarkanku sesuatu hal...Aku mencoba membalikkan wajah...
Aku berbalik berjalan ke arah tempat dia berdiri sebelumnya dan tidak mendapati dirinya. Berusaha untuk menemukan dirinya, aku tidak ingin seumur hidupku di penuhi sebuah rasa penyesalan luar biasa. Terakhir kalinya memandang dia, sebelum pada akhir cerita, senyumannya tidak akan berada di depanku. Nafasku bermain secara tidak beraturan akibat kakiku yang terus berlari untuk mencari dirinya.
“Kenapa kamu berlari seperti itu?” Pertanyaannya secara tiba-tiba dari arah timur sekitar jalan di depan sebuah cafe yang tidak jauh dari sekolah.
“Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu hal?” Pertanyaan terbodoh yang pernah kudengar...
Membalikkan tubuhku dan berjalan ke arahnya untuk mengucapkan sesuatu hal... “Apakah kamu mau menemaniku selama sehari penuh saat ini?” Pertanyaanku yang membuatnya tidak mengedipkan mata sedikitpun.
“Apakah aku tidak salah dengar?” Dia balik bertanya.
“Aku ingin menjadi temanmu.” Ucapanku menjawab pertanyaannya yang telah sekian lama terlontar dari dirinya.
“Apakah jawaban yang kudengar ini tidak ada yang salah.”
“Tentu saja” Jawabanku. Belajar untuk tersenyum di hadapannya, sama seperti dia yang selalu memberikan senyumannya tanpa pernah memperlihatkan kejenuhan sedikitpun.
Bersama dengan dirinya selama sehari penuh, menghabiskan waktu beberapa saat untuk berada di sekitar pusat perbelanjaan. Berjalan ke sebuah taman yang tidak jauh dari sekolah tempat kami belajar dan tertawa lepas untuk pertama kali saat bersamanya. Mungkin aku terlalu takut menyadari, bahwa Brave Aaric adalah pria yang kusukai untuk pertama kalinya. Berada di sekitar pasar malam dan kembali tertawa lepas di hadapannya.
“Ini buatmu...” Ujarku memberikan sebuah gelang yang kubeli di sekitar pasar malam tersebut.
“Gelangnya sangat menarik.” Wajahnya akan selalu memancarkan senyuman termanisnya.
“Sama seperti dirimu, akan selalu menjadi teman yang menarik sampai kapanpun juga. Tidak akan pernah bosan untuk terus memancarkan senyuman paling berkesan setiap saat.” Kalimatku berusaha untuk menatapnya.
“Shine, apakah aku boleh bertanya?”
“Tentang apa?” diriku balik bertanya.
“Kamu akan melanjutkan kuliah di mana?”
“Memangnya, kalau saya memberitahukan tempatku kuliah, kamu akan mengejar.” Pertanyaanku kembali.
“Yah, tidak menjadi masalah dong...mengejar teman di kampus tersebut.”
“Kita hanya sebatas teman dan tidak lebih dari itu...” Kalimatku secara tiba-tiba dan berusaha untuk memperlihatkan sebuah senyuman sama seperti dirinya.
“Bukan berarti sebatas teman, terus tidak dapat mengetahui keberadaannya dong...” Ungkapannya kembali.
“Sudah malam, ayo kita pulang.” Ujarku bangkit dari sebuah kursi sambil memegang permen lolipop pada tanganku.
Untuk terakhir kalinya menatap wajah yang selalu memancarkan senyuman dan keceriaan. Aku ingin mengejar mimpiku dan tidak ingin berpikir tentang sesuatu yang tidak mungkin terjadi hingga dapat kuraih.
“Kamu ingin tahu aku akan melanjutkan kuliahku di mana?” Pertanyaanku terhadap dirinya pada sudut persimpangan jalan.
“Pastilah...” Jawaban dari perbendaharaan mulutnya.
“Besok aku akan berangkat ke luar negeri dan melanjutkan studiku pada salah satu kampus...” Jawabanku.
“Apa nama dari kampus yang akan kau tempati.”
“Massachusetts Institute of Technology, aku ingin menjadi seorang ilmuwan suatu hari kelak dan memiliki sebuah penemuan terbaik di dunia.” Jawabanku yang sedikit mengagetkan dirinya.
“Kita tidak akan pernah bertemu lagi?” Kalimatnya tidak tahu harus berkata-kata dan berusaha untuk memecahkan keheningan setelah beberapa saat terdiam di antara gelapnya malam.
“Yah seperti itulah yang akan terjadi, ini terakhir kalinya Shine melihat senyuman seorang cowok termanis yang pernah kulihat.” Ucapanku tersenyum lebar.
“Berarti Shine mengakui senyumanku selama ini.” ujarnya tiba-tiba.
“Sudah malam kita harus berpisah, aku tidak akan pernah melupakan malam ini sampai kapanpun juga. Terimah kasih karena selalu memberikan senyuman termanis di hadapanku tanpa rasa jenuh sedikitpun.” Ucapanku meninggalkan dirinya menuju rumahku.
“Selamat tinggal cinta pertama yang tidak akan pernah kugenggam sedikitpun. Terimah kasih buat senyumanmu selama ini, aku terlalu takut untuk mengakui perasaanku sampai kapanpun juga.” Bola-bola kristal tiba-tiba keluar begitu saja dari sepasang mataku di tengah perjalananku.
Kenangan terbaik yang tidak akan pernah kulupakan berjalan bersama seorang cowok termanis di sekolahku seharian penuh sebelum keberangkatanku meraih sebuah mimpi. Tidak akan ada lagi seseorang yang berusaha memainkan senyuman termanisnya di hadapanku. Melemparkan sebuah pertanyaan tanpa jenuh di hadapanku.
“Shine, jaga diri baik-baik di sana yah” Nasehat ayah dan bunda secara bergantian.
“Jangan terbawah arus pergaulan di luar sana, dengarkan seseorang yang memiliki nilai adalah dia yang dapat mempertahankan dan menjaga kehormatannya. Lebih baik terlahir dengan kondisi bentuk fisik biasa saja, namun mempunyai kualitas hidup berbeda dari siapapun, dibandingkan dengan kondisi fisik sempurna, namun, tidak mempunyai nilai sama sekali.” Nasehat ayah terakhir kalinya saat berada di depannya.
“Shine mengerti maksud ayah.” Kalimatku kembali, sambil memperhatikan arah sekitarku mencari sesuatu...
“Dia tidak akan mungkin datang.” bisikan hatiku di dasar hati.
“Shine, di dalam tasmu sudah bunda masukkan beberapa baju hangat buatmu, kamu harus pakai. Ngerti.” Kalimat bunda mendekap diriku dengan kehangatan. Aku berjalan memegang ransel dan sebuah tiket pesawat...

“Shine...Shine...Shine...” Tiba-tiba sebuah suara yang tidak asing lagi terdengar di telingaku. Wajahku berbalik ke arah suara tersebut...
“Kamu datang...” Senyumku terpancar untuknya.
“Aku pasti datang untuk memberikan sebuah kado buatmu sebagai tanda perpisahan kita berdua.” Kalimat Brave terus memperlihatkan senyumannya tanpa menampakkan rasa sedih sedikitpun. Mengambil sebuah kotak dari tangannya, kemudian berlalu dari hadapannya.
“Terimah kasih karena mau menjadi temanku.” Kalimatku yang kemudian berlalu dari hadapannya.
Inilah duniaku berjalan dan berlalu dari hadapannya. Rasa penasaran mendekapku saat telah berada di pesawat sambil memandangi kotak tersebut. Tanganku membuka kotak tersebut dan mencoba mencari tahu sesuatu yang ada di dalamnya. Ternyata sebuah bingkai foto dengan wajahnya yang terpampang dihiasi senyuman termanisnya dan sebuah kalung liontin. Mataku mengarah pada sebuah surat yang di letakkan paling dasar dari kotak tersebut.
Dear,
Shine...
Gadis terkuat yang pernah kukenal di dunia ini adalah Shine. Sekalipun tidak memiliki wajah secantik dan sesempurna Erika atau siapapun wanita tercantik/ terkenal di dunia ini, namun, memiliki keunikan tersendiri. Terkucilkan, mendapat berbagai ejekan, di pandang sebelah mata, dan berbagai goresan luka pada dirinya, namun, terus berjuang untuk meraih impiannya. Memiliki sebuah kekuatan yang tidak dimiliki oleh siapapun juga hingga berhasil membuktikan sebuah kelebihan di dalam dirinya.
Shine memang tidak terlahir dengan bentuk fisik sempurna, bahkan oleh karena hal tersebut yang pada akhirnya membuat semua orang menjauh dari kehidupannya. Namun, Shine mempunyai sebuah kelebihan dan keunikan yang tidak di miliki oleh siapapun juga. Perjuangan dari kehidupan Shine yang pada akhirnya berhasil membuat kemenangan demi kemenangan dalam perjalanannya. Entah sejak kapan aku mulai menyukai Shine dan segala hal yang berhubungan dengannya.
Aku suka dengan kekuatan yang ada di dalam dirimu. Aku suka dengan tulisan yang tertera pada sebuah bukumu dan tanpa sepengetahuanmu telah kubaca. Seorang pemenang akan terus berjuang memperlihatkan sebuah perbedaan dan menyadari warna-warna kehidupan bukan karena berbagai kelebihannya melainkan kekurangan-kekurangan tertentu di suatu titik perjalanan. Inilah duniaku belajar, berjuang, memahami arti sebuah kemenangan, menjadi pemenang saat seorangpun tidak pernah menyadari bagaimana aliran air mataku terus membasahi pintu kamarku. Itulah kalimat yang tertera pada salah satu bukumu, di mana menyadarkan diriku tentang siapa Shine sebenarnya.
Tanpa rasa bosan bertanya apakah aku bisa menjadi temanmu? Namun, jauh dibalik itu semua, aku menginginkan lebih dari sekedar pertemanan. Aku suka dengan segala yang ada di dalam dirimu. Shine, kalau memang kamu jodoh terbaik untuk kehidupanku suatu hari kelak tentunya kita akan dipertemukan di suatu tempat tertentu. Sekalipun ada begitu banyak orang yang berusaha mendekati dirimu, kalau memang dirimu hanya tercipta buatku maka mereka semua tidak akan pernah berhasil untuk memilikimu terlebih mengikat janji suci.Pasti Shine bertanya, mana ada cowok yang ingin melakukan pendekatan dalam bentuk apa pun? Mereka hanya belum menyadari siapa dirimu, saat tersadar beberapa diantaranya akan terus berjuang mengejar gadis bernama Shine Christabel Dalvianis. Tidak semua pria melihat dari bentuk fisik semata, kenapa? Karena saya seorang pria...hahahahhahahahaha...
Sekalipun kamu berada di ujung dunia, kalau dirimu tercipta hanya untuk diriku maka pasti akan ada cara Tuhan yang ajaib untuk mempersatukan. Kejarlah mimpimu dan jangan pernah menyerah untuk menggapainya. Jangan pernah dengarkan apa kata orang, melainkan tetap berpegang pada apa yang ada di dalam dirimu. Aku percaya suatu hari kelak kamu akan menjadi seorang ilmuwan terkenal yang memiliki sebuah penemuan dan akan di akui oleh internasional. Aku akan selalu berdoa dari kejauhan untuk seorang gadis bernama Shine. Gadis yang memiliki sebuah kekuatan besar.
                                                                                                            Brave Aaric
6...

Tidak pernah menyangka atas kata-kata tersebut, hingga sepasang mataku kembali mengeluarkan butiran-butiran kristal. Untuk pertama kalinya menyukai seseorang dan takut untuk mengakui sebuah kenyataan beberapa saat kemarin.
“Terimah kasih karena telah menyukaiku.” Bisikan hatiku yang sedang bermain dengan terus mengeluarkan butiran kristal.
“Suatu hari kelak, sesuai dengan perkataanmu kalau kamu di takdirkan untukku, pasti Tuhan akan mempertemukan kita kembali di suatu tempat.” Kata-kataku di dasar hati memandang sebuah senyuman pada sebuah bingkai foto pemberian dirinya.
Aku berusaha untuk meraih impianku dan terus berjuang menjadi apa yang ingin kugenggam saat ini. Kampus terbaru yang akan menceritakan tentang hal-hal baru saat ini. Setiap harinya aku disibukkan oleh berbagai tugas kampus yang harus segera kuselesaikan. Aku berusaha untuk membagi waktu sebaik mungkin. Selain kuliah, aku bekerja paruh waktu pada salah satu restoran kecil yang tidak jauh dari kampusku. Tidak menjadi masalah bekerja apa pun selama bersifat halal dan tidak menyusahkan ayah serta bundaku.  Belajar untuk menyeimbangkan semuanya, tidak membuat kuliah terbengkalai ataupun pekerjaan sambilanku kacau balau.
Aku berusaha meneliti beberapa alat dan mempelajari tentang mesin-mesin yang di desain sedikit berbeda. Selama beberapa tahun aku terus berjuang keras mencari ataupun bahkan berusaha untuk mengembangkan sebuah desain khusus untuk sebuah pesawat terbang dan saling berkaitan dengan perjalanan kapal di lautan luas. Mencari tempat-tempat perakitan pesawat di beberapa negara di dunia ini melalui bantuan om geogle.
Mempelajari versi standar mesin kipas turbo yang harus di hubungkan dengan sebuah desain pesawat terbang.
“Dimensi sebuah pesawat akan mengarah pada  panjang secara keseluruhan, tinggi (hingga ekor horizontal), diameter badan, lebar kabin maksimal, panjang kabin, panjang sayap geometris, luas sayap, lambaian sayap, roda dasar, jalur roda.” Kata-kata yang aku tuliskan pada sebuah buku catatanku saat berada dalam sebuah ruangan besar untuk melakukan suatu penelitian tertentu.
Aku harus belajar untuk mempelajari lebih spesifik tentang data operasi dasar yang di sertai dengan jenis mesin dan harus menyimak secara pasti tentang jarak yang ditempuh dari kecepatan masing-masing pesawat. Perakitan sebuah pesawat dengan menyimak secara pasti beberapa data paling mendasar. Salah satu jenis mesin yaitu mesin turbojet merupakan mesin yang umumnya terdiri dari sebuah kipas internal dengan sebuah turbojet kecil yang terpasang dibelakangnya untuk menggerakkan kipas tersebut. Namun, perlu diketahui kelemahan dari mesin tersebut adalah boros bahan bakar.
“Turbojet, turboprop, & turbofan merupakan 3 jenis jet engine.” Salah satu data yang menunjukkan tentang beberapa hal yang berhubungan dengan pesawat terbang.
Tanganku terus-menerus mengotak-atik layar yang ada di depanku dan terus mempelajari beberapa data tertentu. Turbofan merupakan penyempurnaan dari turbojet & turboprop. Kekurangan turbojet sendiri sehingga menyulitkan adalah boros bahan bakar, sekalipun mempunyai kekuatan besar dibandingkan jenis lain (lebih cocok untuk pesawat tempur). Sementara turboprop mempuyai kelemahan, dimana tidak mampu untuk mensuport high altitude, hanya mencapai 25.000 feet saja. Pada sisi lain, turbofan mempunyai keistimewaan tersendiri irit bahan bakar dan memiliki tenaga dorong yang besar.
Perlu memahami turbofan mempunyai prinsip kerja tersendiri, dimulai airflow (udara) masuk ke dalam blade (low pressure compresor) atau disebut dengan LPC, kemudian, dikompres kembali oleh blade yang lebih kecil ukurannya (high prssure compresor/HPC), kemudian masuk ke ruang pembakaran (combustion Chamber). Berlanjut pada pemberian ignition hingga suhu/tempratur tinggi yang kemudian barulah disemprot oleh fuel. Satu hal, bahwa energi kimia menjadi energi dorong dikarenakan pembakaran yang sedang terjadi. (Wikipedia)
“Yang menjadi pertanyaan, adalah bagaimana mendesain sebuah pesawat dengan mempelajari beberapa perakitan, mesin, jenis bahan bakar sebagai sumber energi, serta melakukan kombinasi dengan mesin kapal.” Kata-kataku membolak-balikkan buku-bukuku serta terus berada di depan layar saat ini. Inilah hidupku mencari melakukan sebuah penelitian dan terus berjuang keras. Berada di sebuah ruangan laboratorium yang terdapat pada area kampus.
“Shine, belum pulang?” suara Prof. Albert mengagetkanku.
“Belum Prof.” Jawabanku sambi terus mempelajari jenis-jenis mesin yang ada di depanku.
“Benar-benar serius mempelajari mesin-mesin ini.” Pancingan Prof. Albert seolah menyadari sesuatu yang sedang kucari.
“Maaf Prof.”
“Kenapa harus minta maaf, aku suka dengan ide-ide yang ada dalam dirimu.” Ungkapannya.
“Maksud Prof?” Pertanyaan balik ke arahnya.
“Tanpa kau beritahu apa yang sedang diteliti,aku sudah menyadari ada sesuatu hal yang sedang kamu pelajari.” Jawabannya.
“Shine, semua membutuhkan kesabaran.”
“Iya Prof.” Ucapku menundukkan kepala.
“Kalau boleh tahu, jenis penemuan apa yang ingin kau cari, teliti, dan kembangkan?” Pertanyaan Prof. Albert.
“Mungkin aku bisa sedikit membantu dan mengarahkan.” Kalimatnya kembali.
“Yang benner Prof.” Ucapanku kegirangan.
“Bicaralah...” Ujarnya tersenyum mengingatkanku pada seseorang yang akan selalu memberikan senyuman termanisnya.
“Kenapa tiba-tiba terdiam...” Kening Prof. Albert berkerut.
“Saya sedang mempelajari bagaimana membuat perpaduan kombinasi antara mesin pesawat terbang & kapal laut.”
“Maksudnya?”
“Begini Prof. seperti yang diketahui bahwa desain pesawat memiliki mesin tertentu, sedangkan untuk kapal sendiri terdiri dari berbagai bagian mesin. Bagian dari kapal sendiri di antaranya ruang kontrol mesin (untuk mengontrol seluruh mesin-mesin yang sedang beroperasi), mesin induk/main propulsion engine (berbagai unit untuk menghasilkan daya dorong terhadap kapal), mesin-mesin bantu/auxiliary engines (instalasi mesin untuk membantu pengoperasian kapal), mesin generator (unit penggerak generator/pembangkit tenaga listrik),beberapa jenis pompa diantaranaya pompa pendingin air tawar/fresh water cooling pump (memindahkan sekaligus mensirkulasi air tawar melalui berbagai sistem pipa-pipa,pendingin/cooler & lain-lain), pompa pendingin air laut, dan masih terdapat berbagai mesin lagi yang harus di pelajari...” Penjelasan panjang terhadap Professor yang ada di depanku.
“Yang menjadi pertanyaan hubungan antara mesin pesawat dan mesin-mesin kapal yang kau jelaskan mengarah kemana?” Pertanyaan Professor kembali sambil mengerutkan keningnya.
“Saya ingin membuat sebuah transportasi terbaru, di mana dapat berjalan sebagai pesawat terbang dan pada keadaan tertentu dapat berjalan di air sebagai kapal laut. Tidak yang ada mustahil, selama saya mengandalkan Tuhan dan terus berdoa, sementara dilain sisi terus berjuang serta mempelajari semuanya.” Kalimatku mencoba menegaskan sesuatu hal.
“Betul juga pernyataanmu, berdoa diiringi oleh sikap/perbuatan...” ucapannya.
“Permasalahan di sini adalah mendesain kembali bentuk pesawat dengan harus memperluas panjang secara keseluruhan, diameter badan dari yang sebelumnya. Jalur roda, roda dasar, jenis sayap, lambaian sayap harus lebih di modifikasi sedemikian rupa hingga pada saat berada di air dapat tersimpan secara otomatis melalui tempat penyimpanan yang di desain khusus. Badan pesawat pada bagian bawah harus sedikit lebih runcing dan melebar ke samping kiri dan kanan sedikit menjulang.” Penjelasanku mencoba menjabarkan apa yang ada dalam pemikiranku saat ini.
“Terus...” Hanya kata tersebut yang dapat di keluarkan oleh Prof. Albert.
“Menggunakan jendela kaca kedap air pada badan pesawat, sedangkan pintu yang gunakan tidak berada pada samping pesawat melainkan pada bagian paling atas. Dengan kata lain, jika pesawat tersebut berada di air secara otomatis dapat mengapung, akar permasalahan pesawat yang jatuh dan tenggelam dikarenakan situasi tertentu menggunakan pintu samping dan mempunyai celah sehingga air dapat masuk secara luar biasa. Pada akhirnya dapat menenggelamkan pesawat tersebut ke dasar lautan.” Penjelasanku kembali mencoba menjabarkan lebih spesifik.
“Bagaimana dengan kapal yang terdiri dari beberapa jenis mesin dan memiliki sistem tersendiri?” Pertanyaan Prof. Albert kembali.
“Inilah yang sedang saya teliti dan kembangkan Prof. kita dapat memasang beberapa jenis mesin yang digunakan oleh kapal pada pesawat. Jadi, Pada saat berada di udara mesin pesawat terbang tetap bermain, sedangkan saat berada di lautan air, mesin tersebut dimatikan secara otomatis kemudian menghidupkan mesin kapal sebagai penggerak di air. Beberapa mesin kapal dapat lebih di modifikasi menjadi satu bagian, sehingga memiliki berbagai fungsi saat berada di air.” Lajutan penjelasanku kembali.
“Tepat seperti apa katamu, beberapa mesin kapal yang terdiri pompa pendingin air tawar dan laut, pompa minyak pelumas, pompa bahan bakar, pompa ballast (untuk mengisi dan mengosongkan air laut ke & dari tangki-tangki ballast di kapal), pompa sanitair (untuk air tawar maupun air laut dimana menyalurkan air tawar/air laut ke sistem sanitair kapal yaitu ke kamar-kamar mandi & WC), dan berberapa mesin lain dapat dimodifikasi lebih kecil. Atau...” Penjelasan Prof. Albert.
“Atau menyatukan dengan mendesain yang memiliki berbagai fungsi saat berada di air. Dimana hanya menggunakan 2 atau 3 mesin dengan berbagai fungsi-fungsi di dalamnya. Karena jika mendesain satu mesin saja untuk seluruh fungsi kapan kapal akan mengalami banyak kesulitan dan pada dasarnya terdapat beberapa jenis mesin yang harus terpisah dengan beberapa bagian lainnya.” Mencoba melanjutkan ucapan Prof. Albert.
Mempelajari beberapa kelebihan dan kelemahan mesin pesawat. Mencari data-data tentang jenis-jenis mesin dan sistem perakitan dari sebuah pesawat terbang dan kapal laut. Setelah mengetahui lebih lanjut melakukan kombinasi antara 2 jenis transportasi yang memiliki perbedaan satu dengan lainnya. Dengan kata  lain, mendesain lebih spesifik antara sebuah transportasi terbaru dimana dapat menjadi pesawat terbang, namun, pada keadaan tertentu dapat bergerak di air dengan kata lain berubah 360º menjadi sebuah kapal.
“Kombinasi antara mesin pesawat terbang & kapal laut.” Kalimatku terus melihat dan menyusun bagian-bagian rakitan-rakitan tertentu.
“Shine, pasti bisa...” Ucapan Prof. memberikan semangat.
Ucapan Prof. Albert memberikan semangat buatku untuk membuat sebuah penemuan terbaru yang akan di akui oleh internasional. Aku memandang sebuah foto yang akan selalu memberikan penghiburan secara tersendiri...
“Gimana kabarmu dan apa yang sedang kamu lakukan saat ini.” Pertanyaanku memandang sebuah foto yang memperlihatkan senyuman termanisnya.
“Tidak terasa sudah 3 tahun suaramu tidak pernah kudengar, sesuai dengan ucapanmu kalau memang kita berdua jodoh bagaimanapun pasti Tuhan akan mempertemukan.” kata-kataku berbicara pada foto tersebut.
Mengingat senyuman yang tidak akan menghilang dari ingatanku. Bagaimana seorang Brave tidak pernah jenuh untuk berada di hadapanku, dan berkata aku ingin menjadi teman yang terbaik. Walaupun tidak pernah membalas senyumannya, dan terus bersikap dingin bahkan tidak pernah peduli, tapi, tanpa pernah jenuh tetap bersikap ramah di hadapanku. Di lain cerita mengungkapkan perasaannya melalui secarik kertas hingga membuatku tidak akan pernah melupakan hal tersebut.
“Halo, ayah...” Menjawab telpon dari ayah yang terus memberikan kekuatan untukku melalui doa dan berbagai nasehatnya.
“Shine, baik-baik saja kan di sana...Ingat jangan lupa makan dan jaga kesehatan baik-baik.” Nasehat ayah kembali melalui telpon.
“Shine ngerti ayah. Pokoknya ayah dan bunda jaga kesehatan di sana yah.” Ucapanku kembali.
“Shine, sudah dengar kabar tentang Brave belum?” Pertanyaan ayah tiba-tiba.
“Shine terakhir kali melihatnya sejak di bandara, dan sama sekali tidak ada kontak dengannya sekarang.” Jawabanku mengingat bagaimana terakhir kalinya memberikan senyumannya dengan sebuah kotak yang tidak akan pernah lepas dari memoryku.
“Sebulan setelah Shine pergi, Brave pun melanjutkan pendidikannya di luar negeri tapi entah di mana...” Kalimat ayah.
“Dari mana ayah tahu kalau dia melanjutkan studinya di luar?” Pertanyaanku kembali melalui saluran telpon.
“Sore itu, Brave ke rumah dan pamit karena ingin melanjutkan studi ke luar, tapi dia sama sekali tidak mengatakan kemana dan apa nama kampus yang di tempati saat ini.” Jawaban Ayah.
“Brave terus mengunjungi rumah ayah dan bunda selama sebulan sebelum keberangkatannya. Jadi, ayah dan bunda mempunyai penghiburan tersendiri.” Kalimat ayah kembali.
“Halo ayah...” Jaringan sepertinya tidak bersahabat hari ini, hingga sambungan telpon dengan ayah terputus begitu saja.
“Pasti pada saat bersama ayah dan bunda, kata mami terus saja melekat pada mulutnya seperti biasa.” Senyumanku memegang kalung liontin yang terus menggantung pada leherku.
Aku tetap melakukan pekerjaan paruh waktu pada salah satu restoran yang tidak jauh dari kampusku. Tetap melakukan penelitian lebih lanjut tentang sebuah temuan transportasi terbaru yang sedikit lagi akan memperlihatkan hasil. Tugas-tugasku di kampus berusaha kuselesaikan dengan baik tanpa mengganggu aktifitas yang lainnya.
Sore itu, secara tiba-tiba seseorang memanggilku saat aku hendak membersihkan seluruh peralatan makan pada sebuah meja.
“Shine...Shine...” Suara seseorang yang sepertinya tidak asing lagi di telingaku, tapi aku masih meragukan sesuatu hal.
“Shine, ini aku Louis” Ucapannya membuat menjatuhkan beberapa piring ke lantai hingga pecah. Beruntung bos di tempatku bekerja tidak marah dan hanya mengkhawatirkan diriku.
“Shine, tidak yang luka pada tanganmu?” Rasa khawatir pada bos yang segera berjalan ke hadapanku membersihkan pecahan piring tersebut.
“Shine, tidak kenapa-kenapa kan?” Ucapan Louis memeriksa keadaan tanganku.
“Louis, rasanya mustahil kalau ini dirimu.” Ucapku tidak mempercayai wanita tercantik yang pernah kulihat jauh mengalahkan bentuk fisik Erika dan siapapun juga, sedangkan bosku meninggalkan kami berdua untuk berbicara.
“Shine pasti tidak akan pernah mempercayai kalau orang yang ada di depanmu sekarang adalah Louis sahabatmu sewaktu SMU.” Kalimatnya membuatku benar-benar tidak mempercayai apa yang ada di hadapanku sekarang.
“Tidak mungkin...” Ujarku tidak mempercayai sedikitpun.
“Namamu Shine Christabel Dalvianis merupakan korban buli di sekolah setiap saat, sama seperti diriku Louis Anabel Handika. Aku minta maaf karena putus kontak denganmu kemarin, dikarenakan beberapa hal.” Memperlihatkan wajah sedih.
“Jadi, kamu benar-benar menjalani operasi plastik hingga menjadi wanita secantik ini?” Pertanyaan tanpa mengedipkan mata sedikitpun.
“Aku berhasil menjalani oplas dan sekarang terikat berbagai kontrak. Cita-citaku akhirnya berhasil kuraih menjadi seorang model terkenal.” Ujarnya dengan penuh semangat.
“Aku terlalu banyak disibukkan dengan berbagai kegiatan, hingga kontak kita jadi terputus. Tapi, akhirnya aku berhasil menemukan dirimu kembali secara tidak sengaja di sini.” Lanjutan kalimatnya kembali.
“Jadi, sekarang kamu benar-benar cantik jauh mengalahkan Erika.” Kalimatku kembali di hadapannnya seakan seperti mimpi.
INILAH HIDUPKU BAGIAN 7...

LOUIS...
Ternyata dunia ini begitu sempit, akhirnya aku menemukan kembali sahabatku saat sedang liburan dan sekaligus melakukan pemotretan sekitar kota ini. Setelah sekian lama putus kontak dengannya, hingga pada akhirnya kembali mempertemukan diriku dengannya. Tempat tinggalku saat ini tidak menetap, aku harus berada di beberapa negara bagian Eropa, kemudian berada di Asia , yang selanjutnya mengharuskan diriku di Amrik saat ini.
“Louis, sekarang kamu benar-benar sangat cantik...” Kalimat Shine seakan tidak mempercayai atas apa yang terjadi pada perubahan fisikku.
“Inilah mimpiku yang berhasil kuwujudkan melalui operasi plastik untuk meraih bentuk fisik paling sempurna dan menjadi seorang model terkenal.” Ucapanku menjelaskan.
“Jadi, model yang selalu menjadi sorotan media selama ini ternyata kamu. Bahkan semua teman-teman sekolah dulu yang selalu mengejek tiba-tiba memberi pujian tanpa mereka sadari.” Celoteh Shine membuatku tertawa.
“Perubahan fisik yang sempurna pasti akan membawa keberuntungan dan berbagai pujian dari siapapun.” Kalimatku memperlihatkan senyuman terhadapnya.
“Shine, apakah kau melanjutkan studimu di sini?” Pertanyaanku
“Yah, seperti itulah...” Jawaban simple seorang Shine.
“Jangan katakan studi ada di...” Ucapku tidak mempercayai...
“Massachusetts Institute of Technology berlokasi di Charles River Basin, Cambridge...apa perlu diperjelas?” Ucapan Shine.
“Wow...” Ucapanku merasa takjub.
“Serasa mimpi,Shine yang aku tinggalkan kemarin tingkat kejeniusannya dibawah rata-rata bahkan lebih buruk dariku. Tapi, sekarang dapat menembus salah satu kampus terbaik dunia. Wow...” Mataku terbelalak.
“Apakah kamu sudah mempunyai pacar?” Pertanyaanku kembali.
“Memangnya kenapa?” Pertanyaan balik darinya.
“Aku pastikan kamu belum mempunyai pendamping hidup saat ini karena beberapa faktor.”
“Maksud dari kalimatmu?” Kalimat Shine.
“Kamu pasti mengerti kenapa hingga saat ini, tidak ada seorangpun yang berada di sampingmu. Diantaranya karena faktor kesibukan mengejar impianmu dan hal yang paling mendasar karena semua pria hanya akan melihat bentuk fisik semata.” Ucapku menjelaskan sesuatu.
“Dimanapun kamu berada semua orang hanya akan memperhatikan bentuk fisik yang paling sempurna diantara yang tersempurna, dan jangan pernah berharap seorang pangeran tampan akan jatuh dari langit yang di ciptakan untuk dirimu.” Kalimatku penuh penekanan.
“Jadi, maksudmu saya harus merubah segala sesuatu yang ada dalam diriku sama seperti dirimu?” Kekesalan Shine terlihat.
“Yah seperti itulah.” Ucapanku.
“Seluruh perusahaan seakan lebih menomor satukan bentuk fisik semata, terlebih dalam mencari pasangan. Pasti tidak seorangpun yang ingin mengutarakan perasaannya? kenapa? Karena fisik lebih diutamakan.” Penekanan pada kalimatku kembali.
“Jadi, menurutmu jalan yang harus kutempuh satu-satunya adalah melalui operasi pembedahan wajah dan warna kulitku.” Suara Shine tiba-tiba.
“Yah seperti itulah, lakukan operasi plastik demi masa depanmu, hingga pada akhir ceritamu kau akan selamanya menjadi primadona dan idola bagi siapapun.” Kalimatku menyarankan sesuatu hal terhadapnya.
Shine tidak menyahut atas segala yang kukatakan, tapi, tidak juga menanggapi. Inilah kehidupan, semua orang hanya melihat segala sesuatu yang bersifat dari luar bukan karena keistimewaan lain yang terselip di dalam sana. Apakah nasehat yang kuajukan  terhadapnya benar-benar salah? Menurut pandanganku, hal tersebut merupakan jalan meraih kesuksesan.
Setelah melakukan sebuah operasi pembedahan., aku berhasil meraih mimpiku menjadi seorang model terkenal. Bahkan seorang Louis menjadi rebutan siapapun juga baik di kalangan pengusaha, bangsawan, anak-anak pejabat, dan pejabat sendiri. Karirku benar-benar meroket saat ini, hingga aku harus mengatur waktu yang ada.
Berulang kali aku menawarkan Shine untuk melakukan oplas, namun, dia juga tetap tidak pernah menggapi apa yang kuinginkan dalam dirinya. Operasi plastik merupakan jalan satu-satunya untuk mendapatkan pujian dari semua orang. Aku tidak akan pernah melupakan bagaimana semua orang mengejekku dan mengucilkan diriku oleh karena bentuk fisik mengerikan. Rasa sakit dalam diriku saat ini, akhirnya terbayar lunas.
“Louis, kehidupan kita berdua berbeda dan tidak akan pernah sama...” Kalimat Shine segera beranjak dari sebuah kursi tempat dirinya bekerja.
“Kamu mau kemana?” Pertanyaanku.
“Cara berpikir kita berdua berlawanan arah, jangan memaksakan sesuatu hal dalam hidupku dengan memiliki prinsip kehidupan seperti perjalananmu saat ini.” Ucapannya kembali.
“Tapi, sampai kamu akan menjadi seorang gadis kulit hitam dengan wajah paling buruk dan lain sebagainya.” Gertakanku.
“Louis, Tidak berarti aku terlahir dengan berbagai kekurangan hingga pada akhir cerita mengambil jalan mengerikan. Seni kehidupan terbentuk, bukan karena seseorang memiliki segala hal yang terlalu sempurna dari pemandangan mata, melainkan berbagai kekurangan-kekurangan di suatu titik perjalanan seseorang.” Kalimat Shine kembali berhadapa muka denganku.
“Kehidupan kita berdua sangat jauh berbeda, Saya ingin Louis yang kemarin dan tidak harus memaksakan sesuatu hal.” Lanjutannya kembali.
“Memangnya Louis yang sekarang kenapa?” Pertanyaanku sinis mulai keluar dari mulutku.
“Louis yang sekarang selalu memperlihatkan sebuah kesombongan saat berkata-kata, hanya menilai segala sesuatunya dari luar bukan sisi lain sebuah kehidupan. Berbeda dengan yang kemarin kukenal sekalipun sedikit sulit untuk menerima kenyataan pada saat itu.” Jawabannya membuatku meninggalkan dirinya seketika tanpa berkata-kata.
Cara berpikir antara hidupku dan Shine benar-benar berbanding terbalik. Inilah dunia kami berdua sama-sama akan saling mempertahankan tentang paradigma masing-masing. Aku bangga atas apa yang telah kuperbuat dan inilah duniaku. Berulang kali melakukan oplas membuatku lebih terlihat sempurna.

SHINE...
Tidak pernah menyangka dipertemukan dengan Louis pada akhirnya. Kebahagiaan meliputi diriku saat berada di hadapannya, namun, pada kenyataannya Louis banyak berubah. Siapa bilang tidak seorangpun akan pernah mau menjadi pendamping hidupku. Entah mengapa, suara hatiku terus berkata, kalau dia setia menungguku di suatu tempat. Mempercayai kalimat-kalimatnya yang tertulis pada secarik kertas, hingga pada akhir cerita aku akan kembali dipertemukan dengan Brave.
Seakan terdapat sebuah kekuatan luar biasa untuk terus mempercayai setiap kalimatnya. Hanya membutuhkan waktu, hingga pada saat itu tiba dia akan kembali ke hadapanku dan memperlihatkan senyumannya. Jangan dengarkan apa kata orang, itulah yang dikatakannya dan terus berjuang meraih mimpi.
Aku terus berjuang meraih apa yang ingin kugenggam, memperlihatkan pada mereka bahwa hidupku mempunyai sebuah nilai sekalipun bentuk fisikku tidak pernah sempurna bahkan paling terburuk diantara yang terburuk. Inilah hidupku, tetap berjuang hingga pada akhir cerita aku dapat memperlihatkan pada dunia tentang arti sebuah nilai di dalam berbagai kekurangan.
Louis tidak pernah berada di hadapanku kembali semenjak perselisihan kami yang terakhir. Pola pikir antara kami berdua berlawanan arah dan tidak akan pernah bertemu. Aku berusaha membuktikan bahwa pembentukan warna-warna ada pada berbagai kekurangan di suatu titik kehidupan, bukan karena berbagai kelebihan-kelebihan yang terlihat luar biasa dan hanya dapat di pandang dari luar semata. Louis berusaha memperlihatkan, bahwa seseorang mempunyai nilai saat memiliki berbagai kelebihan-kelebihan yang hanya dinilai dari bentuk fisik,kekayaan, dan berbagai ketenaran, pujian banyak orang, bahkan menjadi rebutan semua lawan jenis.
“Profesor...” Teriakku secara histeris ke hadapannya.
“Ada apa Shine, apakah ada sesuatu yang buruk?” Pertanyaan Prof. Albert.
“Aku berhasil mendesain trnsportasi terbaru yang dapat di gerakkan di udara maupun air melalui beberapa metode.” Air mataku mengalir bahagia.
“Wow...” Teriakan Prof. Albert dengan penuh kegirangan.
“Shine pasti akan menjadi penemu paling terkenal saat ini.” Godaan Prof. kembali.
Akhirnya penemuanku di akui oleh seluruh dunia dan Shine memiliki catatan sejarah tersendiri di antara deretan nama-nama ilmuwan. Ayah dan bundaku sangat bahagia mendengar apa yang telah di capai anaknya. Saat ini berhasil membuat seluruh dunia menjadi tercengang-cengang oleh sebuah nilai yang Tuhan buat untukku.
“Terimah kasih Tuhan untuk semua yang ada dalam perjalananku saat ini.” Bisikan hatiku kembali di dasar paling terdalam. Semua orang mengakui hasil temuanku saat ini, Inilah hidupku belajar mengerti bahwa ada saat semua akan Tuhan jadikan indah pada waktunya. Ayah dan bundaku akhirnya tinggal bersamaku di negara ini. Karena aku bekerja pada salah satu perusahaan terbesar, yang membuatku tidak dapat meninggalkan negara ini dan kembali ke negaraku.
Mengejar dan menggenggam impianku, hingga pada akhir cerita aku berhasil meraihnya. Saat membereskan beberapa data di depanku, tiba-tiba saja kalung yang ada pada leherku terjatuh tanpa kusadari. Saat tersadar, aku sudah berada di rumahku...
“Kalung...kalung...kalungku...” kalimatku, sambil berusaha untuk terus mencarinya.
“Shine, mau kemana?” Kalimat ayah, namun, tidak kuperdulikan. Aku kembali ke ruangan tempatku bekerja mengemudi menggunakan kecepatan tinggi.
“Semoga kalung tersebut ada di ruanganku.” kalimatku dengan secepatnya turun dari mobil dan berlari ke ruangan tempatku membereskan beberapa data-data yang di anggap penting. Terus mencari benda tersebut selama beberapa saat, hingga suara sebuah benda terjatuh ke lantai. Mataku berusaha mencari arah suara tersebut, hingga...
“Aku dapat kalungnya...” Tanpa terasa butiran kristal kembali mengalir dari sepasang mataku.
“Entah kekuatan seperti apa yang membuatku ingin mempertahankan benda ini...” Lirihku membayangkan beberapa hal. Semua yang dikatakannya benar-benar terjadi, ada beberapa orang yang selalu datang silih berganti untuk menyatakan perasaannya terhadapku, namun, suara hatiku selalu berkata untuk terus bertahan...
            “Shine, apa yang kamu lakukan di sini?” Ujar Dalvin tiba-tiba...
“Aku lagi mencari sesuatu..” Jawabanku sambil memegang kalung tersebut pada jemari tanganku.
“Aku yakin, kalau gara-gara kalung tersebut membuatku tertolak sedemikian rupa olehmu.” Kalimatnya tersenyum.
“Dari mana kau tahu?”
“Benar dugaanku...”Ucapannya kembali.
“Boleh aku lihat kalungmu, penasaran ingin melihat isi yang ada di dalamnya.” Berusaha meraihnya dariku.
“Memangnya liontin ini bisa di buka? Mana mungkin, sudah bertahun-tahun pada leherku tapi...” Suara serakku.
“What...Sekitar berapa tahun?” Mulutnya menganga.
“kurang lebih 7 tahun.”
“Aku pastikan, kalau di dalam kalung ini ada sesuatu...” Kalimat Dalvin mencoba membuka liontin tersebut. Membutuhkan waktu beberapa saat untuk membukanya dengan hati-hati.
“Ternyata tidak mudah...” Ujarnya.
“Sudahlah, di dalamnya pasti terdapat apa pun.” Kalimatku berusaha meraihnya kembali.
“Kau ini tidak mempercayai kata-kataku, bersabarlah sedikit lagi.” Celotehnya.
“Kalung ini sengaja di desain seperti ini, entah dengan kesengajaan atau apa...” Kata-katanya kembali.
Tiba-tiba terdengar sesuatu yang terlempar ke lantai saat berhasil membuka liontin tersebut. Seakan tidak menyadari apa yang ada di dalamnya selama ini...
“Brave A. love Shine C.D.” Dalvin membaca tulisan yang ada pada cincin tersebut. Berusaha menarik cincin tersebut dari tangan Dalvin dan memegangnya...
“Shine, terdapat lipatan kertas yang terlipat-lipat sedemikian rupa pada liontin ini..” Ujarnya sekali lagi membuatku kembali tidak menyadari sesuatu hal.
“Berikan padaku...” Kalimatku menyodorkan tanganku untuk mengambilnya.
“Ambillah ini memang milikmu dan aku tidak berhak membuka terlebih membacanya.” Kata-kata Dalvin berdiri hendak beranjak dari ruangan tersebut.
“Dalvin, terimah kasih...” Hanya kalimat itulah yang dapat kulontarkan terhadapnya.
“Tidak perlu berterimah kasih atas apa yang telah kulakukan.” Yang kemdian berlalu dari ruangan tersebut.
Tidak pernah menyangka atas apa yang terjadi selama ini. Untuk sekali ini aku dikelabui olehnya. Ternyata namaku terus terukir di hatinya sampai kapanpun juga.
Shine...
Kalau Shine memang di takdirkan untuk Brave, maka suatu hari kelak liontin ini dapat terbuka dengan cara Tuhan yang ajaib. Liontin ini dengan sengaja aku desain secara berbeda, sehingga tidak dapat terbuka dan tidak di sadari oleh siapapun. Seandainya kamu menyadari keberadaan cincin tersebut di dalam liontin ini, artinya suatu hari kelak Tuhan akan mempertemukan kita. Selamanya, Brave akan selalu menyayangi Shine. Kata mami, kalau seorang yang disayangi memang jodoh dari Tuhan, akan ada cara yang tidak terbayangkan sedikitpun untuk mempertemukan kembali.
                                                                        Brave Aaric yang selalu berdoa untukmu
                                                                        *******
“ Dasar anak mami” Air mataku mengalir keluar dengan begitu deras.
“Kenapa dia selalu membuat teka teki dalam hidupku?” suara hatiku saat ini.
Menantikan cara Tuhan yang ajaib untuk membuktikan setiap perkataannya. Setelah beberapa hari kejadian tersebut, aku melakukan perjalanan di negara Australia untuk bekerja sama dalam beberapa bidang tertentu.
“Kalau memang Tuhan menciptakan dia untukku, maka kami akan di pertemukan di suatu tempat...” Ucapanku memandangi pemandangan kota di negara yang kutempati berpijak saat ini dan tidak adalah Australia. Setelah bertemu dengan klien, aku langsung menghibur diri dengan berjalan mengelilingi ibu kota dari negara tersebut. Mataku tiba-tiba mengarah ke sebuah rumah makan kecil yang tidak jauh dari sekitar pantai di negara ini. Duduk dan menyaksikan keindahan pantai sambi menikmati jenis makanan yang ada dalam restoran tersebut.
Seakan aku mengenal sosok seseorang yang baru saja melewatiku barusan, “ Brave...” Teriakanku di dasar hati berusaha mengejar orang telah berlalu dari hadapanku. Berlari dan berlari mengingatkanku pada memori sebelumnya, bagaimana aku berusaha mencarinya sehari sebelum keberangkatanku untuk melanjutkan studi. Berusaha mencari bayangan yang tidak pernah kulihat lagi selama kurang lebih 7 tahun. Nafasku kembali bermain secara tidak beraturan sama seperti kejadian beberapa tahun lalu. Tidak menemukan hasil...
“Apakah aku gila?” tangisku tiba-tiba pecah di bibir pantai.
“Kenapa anda menangis nona?” Tiba-tiba sebuah suara menyadarkanku akan sesuatu hal. Mencoba membalikkan wajahku secara perlahan dan berbalik melihat arah suara tersebut...Tangisku semakin pecah, sejadi-jadinya...
“Shine...” Ucapannya seakan menyadari sesuatu hal...
“Tanpa rasa bosan bertanya apakah aku bisa menjadi temanmu? Namun, jauh dibalik itu semua, aku menginginkan lebih dari sekedar pertemanan. Aku suka dengan segala yang ada di dalam dirimu. Shine, kalau memang kamu jodoh terbaik untuk kehidupanku suatu hari kelak tentunya kita akan dipertemukan di suatu tempat tertentu. Sekalipun ada begitu banyak orang yang berusaha mendekati dirimu, kalau memang dirimu hanya tercipta buatku maka mereka semua tidak akan pernah berhasil untuk memilikimu terlebih mengikat janji suci.Pasti Shine bertanya, mana ada cowok yang ingin melakukan pendekatan dalam bentuk apa pun? Mereka hanya belum menyadari siapa dirimu, saat tersadar beberapa diantaranya akan terus berjuang mengejar gadis bernama Shine Christabel Dalvianis. Tidak semua pria melihat dari bentuk fisik semata, kenapa? Karena saya seorang pria...hahahahhahahahaha...” kata-kata yang terus kuingat pada selembar kertas pemberiannya.
“Kau sadar kalau sejak dulu aku juga menyukai Brave...” Tangisku semakin pecah dan hanya hal tersebut yang dapat kulakukan.
“Kamu memakai cincinnya?” Pertanyaan Brave menyadari sesuatu...matanya mengarah pada sebuah cincin yang melekat di jari manisku.
“Berarti Shine diciptakan hanya untuk Brave...” Senyumannya membelai rambutku saat ini.
“Aku berhasil menggenggam impianku.” Hanya kalimat tersebut yang dapat kukatakan.
“Aku tahu, karena Shine mempunyai kekuatan luar biasa untuk menggenggam apa yang ingin di genggamnya.” Senyumannya kembali.
“Apakah kamu merindukanku?”
“Pertanyaan bodoh” jawabanku kembali.
Aku berhasil mendapat apa yang ingin kugenggam, dan memperlihatkan pada dunia tentang sebuah nilai di dalam berbagai kekurangan. Membutuhkan perjuangan luar biasa yang pada akhirnya memberikan kemenangan luar biasa. Tuhan memberikan pasangan hidup terbaik dalam hidupku yang sejak dulu menerima segala kekuranganku. Memberikan kekuatan luar biasa dalam perjalananku.Terimah kasih Tuhan untuk semuanya.
Lama tidak mendengar kabar Louis yang ternyata berada dalam sebuah penjara oleh karena keterikatannya pada obat-obat terlarang karena... Semua orang mengejeknya oleh karena menyadari wajah asli yang sebenarnya dari seorang Louis. Pemberitaan melalui media terdengar, setelah kegagalan operasi yang menjadikan wajahnya jauh lebih buruk dari monster. Jujur, di dasar hati paling dalam, aku prihatin dengan keadaannya. namun, pada dasarnya dialah yang membuka celah dan membuat dirinya untuk menjadi permainan. Erika sendiri mengalami stress akibat wajah yang rusak parah oleh karena kebakaran yang terjadi di rumahnya. Nesa sendiri harus hidup dalam hutang dan mengharuskannya menjadi seorang pengemis di jalanan. Beberapa berita tersebut aku dapat melalui ibu guru yang terlalu baik saat masih berada pada bangku SMU dulu.
"Setelah ini, penemuan apa lagi yang sedang kamu rencanakan?" Senyuman Brave sambil memainkan jus alpukat yang ada di depannya.
"Pertanyaan bodoh?" Ujarku.
"Kenapa setiap bertanya, selalu dengan jawaban bahwa pertanyaanku adalah pertanyaan bodoh?"
"Aku merencanakan ingin membuat sebuah mesin pembuat gedung?" Jawabanku membalas senyumannya.
"Kalau, berhasil menemukan sebuah mesin pendesain gedung pencakar langit dan lain sebagainya, gimana nasib para kuli bangunan?" Pertanyaan histeris dari Brave.
"Tenang saja, mereka tidak akan kehilangan pekerjaan kalau otak di jalankan dan mengusai berbagai jenis mesin-mesin..." Ucapanku.
"Apakah hanya itu saja yang ada di pikiranmu?"
"Entahlah..." Pikiranku sepertinya sudah di tebak.
"Kalo aku, lagi sedang merencanakan mendesain beberapa jenis pariwisata, Suatu hari kelak karyaku akan di akui oleh internasional. Bukan berarti saat ini belum diakui, tapi, sepertinya aku banyak mendapat banyak signal dari beberapa negara sih...Hanya saja..." Ucapan Brave tetap memperlihatkan senyumannya.
"Hanya saja..." Keningku sedikit mengkerut.
"Semua mempunyai waktu yang berasal dari Tuhan Tinggal menunggu waktu yang tepat dan bersabar, serta mengandalkan Tuhan pasti akan terlihat jelas ke depan tentang segalanya..." Ucapan Brave kembali.
"Kita pasti bisa melewati semuanya bersama-sama." Ucapannya lagi terus memainkan gelasnya dan memberikan senyuman termanisnya. Inilah duniaku, mata Tuhan tidak akan pernah buta untuk memperhatikan jalan kehidupan seseorang. Terimah kasih Tuhan, karena memberikan teman hidup seperti Brave Aaric di dalam senyumannya memberikan kekuatan terbesar buatku. Aku bersyukur karena Tuhan membuat sesuatu hal yang luar biasa dalam perjalananku dan memberikan orang-orang terhebat seperti ayah, bunda, dan Brave Aaric.     TAMAT