Kamis, 09 Agustus 2018


SECERCA SINAR

Bagian pertama

Gilia Rehyndia…

Namaku Gilia Rehyndia Yehuda berasal dari keluarga sangat sederhana. Mempunyai ayah, bunda, ka’ Allred, dan terakhir adikku Shelby masih berusia 3 tahun. Tinggal di sebuah desa masih sangat asri tanpa polusi udara perkotaan. Hari ini merupakan bagian terpenting perjalanan hidup Gilia untuk meraih masa depan. “Gi, lulus” sorak kebahagiaan Nefrit sahabat terbaikku.
“Senangnya,” memeluk Nefrit.
“Kau akan lanjut kuliah dimana?” Nefrit bertanya sambil membuat coretan sana-sini terhadap seragam sekolahku.
“Tentu saja lanjut kuliah di perkotaanlah, mengejar kakak” masih terus memainkan spidol hitam…
Impianku berada pada salah satu kampus terbaik di ibu kota untuk pendidikan sama seperti kakak. Terus belajar hanya agar saya bisa menembus kampus terbaik. Satu lagi, jika jarak usia antara saya dan Shelby sangatlah terpaut jauh. Ka’Allred benar-benar sangat marah menyadari bunda hamil lagi pada usia terbilang tua. Walaupun ayah hanya seorang petani, tetapi perjuangannya menyekolahkan kami sangat luar biasa dan patut diberikan jempol terbaik. Mengikuti ujian masuk kampus “Life of Art” kemudian menunggu hasil pengumuman. Untuk menembus kampus tersebut benar-benar membutuhkan perjuangan, serta proses belajar terkesan ekstrim buatku.
Otak ka’Allred jauh berbeda denganku, kenapa? Dia dengan gampangnya tanpa harus mengikuti ujian masuk, namun dinyatakan lulus karena tingkat kejeniusannya benar-benar tidak diragukan lagi. Hal terheboh adalah mengambil langsung 2 jurusan dengan 2 kampus terbaik pula juga jurusan berbeda. Suatu hari kelak kakak akan menjadi seorang pengacara sekaligus dokter terbaik di negara ini. Dingin, terlalu serius, pendiam, susah ditebak, jutek adalah sifat terbaik ka’Allred. Berbeda denganku periang, cerewet, tapi mempunyai semangat pantang menyerah.
“Kakak” memasang wajah memohon,
“Apa maumu?” terhadap siapapun pasti nada bicaranya sangat dingin.
“Bantu saya belajar biar bisa lulus!” menyerahkan buku juga pulpen.
“Tidak bisa,” sangat judes. Sempat berpikir, apakah hanya saya saja yang memiliki kakak seperti dia? Tidak pernah tersenyum, dingin, pendiam, sulit berinteraksi bersama keluarga sendiri, kerjanya hanya main game itulah sifat kakakku. Saya ingin bertanya, apakah kakakku bukanlah anak kandung bunda & ayah? Sifat ayah ramah, suka becanda, murah senyum, suka menolong, berinteraksi dengan siapa saja, dan masih banyak hal menarik dalam dirinya tetapi tidak satupun menurun ke kakakku. Begitupun sebaliknya dengan bunda rajin, lembut, perhatian, baik hati pokoknya selalu menjadi ibu terhebat, hanya saja kakakku jauh dari sifat-sifat tersebut. Kelebihan kakak hanya satu yaitu jenius level tinggi, tanpa perlu belajar nilai-nilainya berada di puncak.
“Allred, jangan seperti itu terhadap adikmu!” tegur ayah, sedang kakakku masih diam bahkan hanya sibuk memainkan game terbaru.
“Ayah, sebenarnya kakak anaknya siapa sih?” bertanya di hadapan mereka.
“Kenapa berkata seperti itu?” ayah balik Tanya mengelus kepalaku…
“Kenapa tidak satupun sifat ayah atau bunda turun ke kakak?” berkata-kata sambil menggaruk kepala sendiri. Kakak seakan tak perduli akan pertanyaanku hanya tetap diam.
“Jangan-jangan waktu lahir, anak ayah tertukar di rumah sakit” ujarku lagi.
“Bagaimana mau tertukar, jelas-jelas sebelum dibawah ke rumah sakit, saya sudah lahir duluan di rumah tepat ruang tamu menuju pintu keluar, terpaksa bidannya datang ke rumah…” jawaban sinis ka’Allred penuh penekanan diperuntukkan buatku.
“Jangan-jangan sekarang menjadi pertanyaan putri ayah yang kedua benar-benar anak kandung atau bukan? Kenapa otaknya seperti siput sulit berlari?” sindir ka’Allred.
“Kakak keterlaluan?” tangisku pecah.
“Situ mulai duluan,” ka’Allred benar-benar tidak memperdulikan perasaanku.
“Allred berhenti berucap seperti itu terhadap adikmu sendiri!” tegur bunda tiba-tiba hadir di tengah kami. Ka’Allred terdiam saat bunda mulai berkutik...
“Bantu adikmu mengejar impiannya, ngerti!” menyerahkan buku-buku yang kupegang ke hadapannya.
“Dalam bersaudara itu karakternya tidak pernah sama lebih tepatnya berbeda-beda tetapi unik. Ka’Allred pendiam, dingin, judes berbeda dengan karakter Gi & Shelby. Kalau sifat kalian semua sama pasti terlihat hambar bahkan membosankan.” Ayah seperti biasa bijak berucap…
“Perbedaan membuat seseorang terbentuk, mempunyai seni, menyenangkan, dapat memahami sesuatu objek satu sama lain antara sesama saudara kandung” kembali ayah berucap sambil tersenyum memeluk hangat tubuhku.
“Kemarilah!” perintah ka’Allred menarik tanganku dari pelukan ayah. Seperti inilah dunia kakak adik dari keluarga Yehuda. Setiap liburan, kakak pasti pulang kampung dengan jalan menghabiskan waktu bersama permainan game. Namun, di lain hal kelebihan kakakku tetap ada seperti otak jenius juga selalu hadir saat kegiatan gotong royong. Perbaikan jalan, membantu warga membersihkan jalan-jalan, membangun beberapa tempat guna kepentingan bersama tak pernah dilewatkan olehnya bersama wajah paling dingin seorang Allred Yehuda. Masih terlihat kesal, tetapi tetap memperhatikan apapun penjelasan ka’Allred dengan baik. Belajar setiap hari hanya demi dapat menembus universitas Life of Art dan itulah mimpiku. Mencoba menyimak tiap soal demi soal bersama penjabaran ka’Allred.
“Fighting” ucapan bunda memeluk hangat putrinya sebelum berangkat ke kota. Saya mengikuti ujian di kota sekarang setelah mendaftar online. Tinggal di rumah kontrakan kakak selama beberapa waktu.
Menjadi pertanyaan, kenapa juga kakak tidak mengambil kontrakan rumah dekat dari kampus? Jarak antara rumah dan kampus agak jauh sehingga membuatku terlihat bingung mencari alamat. Mencengangkan menikmati suasana arsitek kampus yang begitu besar di hadapanku sekarang. Benar-benar menakjubkan itulah gambaran tanpa harus melukiskan dengan kata-kata berbagai desain gedung di hadapanku sekarang bersama pemandangan tak biasa. “Saya pasti lulus” memberi semangat pada diri sendiri saat berhadapan dengan soal-soal ujian.
“Bagaimana ujiannya?” setelah saya berada di rumah sehabis mengikuti ujian. Hal mengejutkan untuk pertama kalinya kakak seolah perhatian terhadapku.
“Ka’Allred tidak sakitkan?” memegang kening kakakku sendiri masih biungung…
“Maksudmu?” pertanyaan dingin.
“Hanya bertanya, kan aneh tiba-tiba jadi perhatian terhadap adik sendiri” jawabanku…
“Jangan pernah ada seorangpun menyadari kita berdua ternyata kakak beradik kalau kau dinyatakan lulus, ngerti?” pernyataan ka’Allred membuatku tak memahami ucapannya. Merahasiakan hubungan persaudaraan antara kami berdua, benar-benar menyebalkan. Ternyata adik kandung sendiri malu diakui depan umum. Jangan-jangan kakak juga tidak pernah bercerita tentang apapun pekerjaan orang tuanya di kampung dan menutup serapat mungkin semuanya.
“Kenapa kakak malu mengakui adik sendiri depan banyak orang?” berteriak…
“Bawel,” hanya satu kata buatku, kemudian berlalu…
Menunggu pengumuman kelulusan membuat hidupku terasa membosankan. Ayah tidak mau kalau anaknya pulang kampung lebih dahulu sambil menunggu kabar terbaru. “Urus saja baik-baik kakakmu di situ” tegur ayah. Berada di kota jauh berbeda ketika tinggal di kampung bersama segala aktifitas berlawanan untuk segala sesuatunya. Saya ingin menjadi seorang pemimpin sebuah perusahaan suatu hari kelak. Mengambil jurusan management bisnis merupakan hal paling menarik demi mewujudkan mimpiku.
Berjalan-jalan ke pasar terdekat guna membeli kebutuhan rumah. Suasana pasar di kota & kampungku akan tetap kukatakan berbeda. Tidak terlalu ramai untuk menghabiskan waktu berbelanja di tempat seperti ini. “Berapa harga ikannya?” mengamati ikan-ikan kecil di hadapanku sekarang.
“Tidak mahal, Cuma 20.000,- saja” penjual ikan tersenyum.
“Ikan kecil-kecil begini dalam tumpukan sedikit dibilang tidak mahal” protesku.
“Ini di kota adik manis” celoteh penjual ikan.
“Pokoknya Rp. 5.000,- saja” menawar…
“Harga Rp. 5.000,- pergi sana mancing sendiri di sungai” gerutu si’penjual.
“Dari pada bertengkar dengan pejual ikan, mending cari baju cakar terbaru di sini” salah seorang penjual baju bekas tersenyum ke arahku. Hal terhebat pertama kali kulakukan ketika berada sekitar perkotaan tawar menawar juga melihat stok maupun keluaran terbaru pakaian bekas di pasar. Membawa barang belanjaan dari pasar ternyata berat juga.
Membersihkan rumah, memasak, bernyanyi sambil menghibur diri sendiri merupakan kegiatan terbaik selama berada disini. “Ini berita dari kampus, cari namamu sekarang!” sikap dingin kakak seperti biasa sangat menyebalkan. Informasi tentang kelulusan nama-nama calon mahasiswa Life of Art. Tanganku masih terus mencari apakah namaku terdapat di antara sekian banyaknya nama tertera pada surat kabar tersebut. Pihak kampus memakai 2 media untuk mengumumkan berita kelulusan yaitu online dan surat kabar harian terbaru.
“Jangan-jangan kau tidak lulus?” sikap judes kakak.
“Gilia Rehyndia,” berteriak kegirangan sangat bahagia menemukan namaku…
“Periksa lagi nama Gilia Rehyndia itu banyak,” tegur kakak.
“Gilia Rehyndia Yehuda, ini betul namaku” menggertak ka’Allred.
“Jangan pernah menyebut namaku di hadapan semua orang terlebih mengakui saya sebagai kakakmu, ngerti?” ancam ka’Allred sambil menunjuk ke arahku memakai tangannya.
“Satu lagi, jangan pernah sampaikan masalah ini ke ayah juga bunda!” sekali lagi berkutik kemudian berjalan keluar dari rumah.
“Kakak menyebalkan, egois, malu mengakui adik kandung sendiri” berteriak sangat kencang tetapi tidak diperdulikan olehnya.
Nasib terburuk berada di kota seakan tak mempunyai keluarga satu pun hanya demi mengejar mimpi. Ayah memang hanya seorang petani, namun tetap penuh semangat menyekolahkan anak-anaknya bagaimanapun caranya. Saya harus buktikan kalau perjalananku tak akan pernah mengecewakan kedua orang tuaku. Selang beberapa waktu kemudian, akhir cerita hal paling dinantikan menginjakkan kaki di kampus pun tiba.
“Anak baru, kenapa jalanmu terlalu kelewatan lemotnya?” salah seorang senior berteriak keras menggertak. Hal paling mengesalkan adalah penerimaan mahasiswa baru harus berlangsung seperti ini. Para senior sengaja memainkan peran melakukan aksi paling berkuasa bahkan bersikap jahil terhadap juniornya sendiri. Berlari sekuat tenaga menuju barisan sebelum mendapat hukuman lebih parah. Selama beberapa hari harus melakukan berbagai kegiatan aneh sesuka hati para senior. Bernyanyi bersama segala jenis tarian maupun dance paling kacau harus dilakukan. Wajah harus kena coretan lipstick, arang, spidol dari senior setiap berhadapan dengan salah satu dari mereka. berjemur di bawah sinar matahari berjam-jam merupakan kegiatan semakin memutihkan kulit…
Meminta tanda tangan saja harus membawa cokelat, permen, lipstick, bedak, bunga, dan lain sebagainya buat mereka. Kegiatan paling mengalihkan perhatian semua orang adalah menyaksikan bagaimana fakultas kedokteran menatar para junior mereka satu persatu. Kakak termasuk salah satu di antara mereka berperan sebagai senior terdingin. Masing-masing fakultas mempunyai cara sendiri menghadapi mahasiswa terbaru mereka setiap tahunnya. Penasaran menyaksikan kepribadian kakak ketika berhadapan dengan orang banyak merupakan kata untuk menggambarkan diriku sekarang.
“Kenapa semua mahasiswa perempuan memberikan segala jenis cokelat, brownis, cake, makanan, surat di hias sedemikian manis buat kakak?” pusing menyaksikan pemandangan tak biasa secara diam-diam.
“Kenapa mengendap-ngendap seperti itu?” salah satu seniorku mendapati diriku bersama pemandangan kurang menyenangkan.
“Jangan sekali-sekali berpikiran mendekati dia!” menunjuk ke arah ka’Allred setelah tersadar tentang maksud dan tujuanku bersembunyi disini.
“Dia pacarku, jadi jangan macam-macam!” tegurnya lagi.
“Ka’Allred mahasiswa kedokteran sedang kakak management, bagaimana cerita?”
“Ternyata kau langsung tahu nama dia, sekali lagi saya peringatkan jangan coba-coba berjalan ke arahnya!” makin menggertak.
“Maaf ka’, lain kali tidak akan kuulangi” jawabku menunduk…
Menerima kelakuan terburu para senior bersama sikap jahil mereka. Objek paling menyenangkan dilakukan oleh para senior adalah permainan paling kacau juga jahil bagi mahasiswi dengan wajah tercantik merupakan makanan empuk mereka semua. Beruntung saja, wajahku tidak masuk kategori cantik dan bisa bebas dari mereka semua. Tanpa pandang senior laki-laki maupun perempuan terus menjalankan visi mempermainkan para junior dengan kategori paling cantik dan tampan di antara kami semua. Membuat puisi, berteriak di hadapan semua orang, berkeliling lapangan, dan masih banyak lagi permainan aneh buat para junior dengan kriteria paling cantik juga tampan.
“Biasanya manusia-manusia culun saja paling sering dijahili, tapi kenyataan sekarang kategori paling cantik dan tampan harus menjadi bulan-bulanan para senior. Wow…” gerutuku mengingat kejadian tadi selama di kampus.
“Telpon dari ayah” kakak melemparkan telepon celulernya ke tanganku. Bahagia mendengar suara ayah, bunda, juga Shelby dari kejauhan. Tertawa mendengar bagaimana Shelby menangis ingin berada di kota bersama denganku.
“Shelby rindu mau ketemu kakak” suara manis Shelby berkumandang.
“Gi’ harus bisa membedakan jalur pergaulan di kota dan desa” kalimat bunda.
“Gi’ harus mampu beradaptasi tetapi menyadari batas-batas tertentu ketika berhadapan dengan berbagai objek pergaulan di kota. Jangan pernah melewati jalur-jalur yang bisa menghancurkan jalan Gi sendiri.” Ungkapan bijak seorang ayah bagi putri kesayangannya. Kata-kata membentuk bahkan rasa khawatir membuatku sadar betapa berharganya hidupku jauh melebihi sekumpulan berlian bagi mereka.
“Jangan lama-lama bercerita,” tegur kakak bersama wajah judesnya seperti biasa. Mengadu pada bunda adalah jalan terbaik, pada akhir cerita kakak terus saja dibentak-bentak melalui saluran telepon. Setidaknya membuatku puas bahkan bercerita sebagai aksi balas dendam buat kakakku sendiri.

Bagian 2…

Hari pertama memasuki mata kuliah ilmu management bisnis setelah melewati proses penyambutan paling menyebalkan. Berjemur berjam-jam di lapangan, harus merasakan rasa manis sebuah permen dari mulut ke mulut oleh seluruh mahasiswa baru membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku seketika, dan masih banyak lagi. Demi mendapat tanda tangan harus membawa cokelat, lipstick, bedak, bunga, atau beragam hadiah bagi para senior. Untung saja, banyak mahasiswi memberi kakak cokelat jadi bisa saya ambil untuk diberikan lagi kepada para seniorku. Hal lebih menyebalkan adalah menulis surat menghina senior paling tidak disukai, kemudian membacakan depan umum. Berteriak menyatakan cinta terhadap salah satu senior merupakan persyaratan utama mendapat tanda tangan mereka sebagai tanda kelulusan mengikuti ospek kampus.
Mendapat teman baru di kampus terfavorit memang pengalaman paling seru. Nayah, Sania, Goldy merupakan calon sahabat terbaik juga menyenangkan saat ini. Kampus ini lengkap dengan semua jurusan dan terdiri dari beberapa fakultas. Masing-masing fakultas mempunyai gedung,halaman, juga taman tersendiri. Secara kebetulan antara fakultas jurusanku dan kedokteran saling bersebelahan. Tiap fakultas terdiri dari beberapa jurusan mata kuliah tertentu, jadi silahkan memilih sesuai mimpi suatu hari kelak…
“Kau lihat senior-senior kemarin?” Sania asyik memainkan permen lollipop.
“Memang kenapa?” Nayah terkesan cuek bertanya sambil memperbaiki tali sepatunya.
“Lagi berkumpul di taman sambil tertawa” balas Sania.
“Biarkan saja mereka” ujarku terhadap mereka.
“Ingin rasanya saya balas dendam karena perbuatan mereka” kekesalan Sania terlihat jelas.
“Nayah saja habis-habisan menjadi bulan-bulanan tetap diam tanpa berkata-kata” tegur Goldy.
“Terkadang saya menggerutu, kenapa harus terlahir dengan wajah tidak cantik? Tapi, sekarang saya malah bersyukur” menertawakan diri sendiri…
“Kenapa dialog pembicaraan sudah berlari ke jalur lain?” Sania menatap ke arahku.
“Tuhan tahu kalau saya akan kuliah disini” tersenyum ke arah Sania.
“Hubungannya?” Goldy tidak mengerti.
“Sekarang zaman sudah berubah, wajah cantik dan tampan harus menjadi bulan-bulanan para senior bukan lagi manusia-manusia culun. Ngerti?” memasang mimic wajah berbeda bersama penekanan kalimat tidak biasa terhadap Goldy.
“Kau mengejek?” Nayah sedikit tersinggung. Harus kuakui kecantikan natural seorang Nayah dapat menghanyutkan siapapun. Para senior lebih menyukai wajah cantik menjadi bulan-bulanan buat  mereka.
“Kenyataan dan bukti sudah terlihat” menggoda Nayah. Semua tertawa akibat ulahku kecuali Nayah masih sedikit emosi bahkan terkesan judes. Salah satu hal paling menarik adalah ketiga teman baruku mau menerima seorang Gi tanpa harus memandang status. Menikmati suasana kuliah bersama objek-objek tak terduga maupun luar jalur tertentu merupakan hal paling menarik. Belajar untuk aktif berbicara ketika jam kuliah sedang berjalan adalah prinsip yang harus kuterapkan pada diriku sendiri. Salah maupun benar setiap pernyataanku tetap menantang mentalku sendiri di hadapan para dosen juga teman-temanku.
Membuat pertanyaan demi pertanyaan kemudian melemparkan ke arah dosen juga teman-temanku merupakan hal paling menarik buatku. Pembentukan mental, keberanian, pemahaman, konsep berpikir, pernyataan-pernyataan terbaru dapat bermuara melalui objek-objek seperti ini. Seorang pemimpin masa depan memulai hidup dengan menemukan hal-hal terbaru, bukan menyatakan kata “AKU” dalam dirinya merupakan perdebatan terbaik buat hidupku sendiri ketika berhadapan dengan objek seperti apapun bentuknya.
Bercerita dunia mahasiswa dengan segala aktifitasnya adalah gambaran untuk mengerti peranan mereka ketika berada dalam suatu area-area tidak biasa. Beberapa bagian hidup maupun karakter mahasiswa dimana mencari pemikiran tersendiri, pemahaman untuk mengerti tentang perjalanan, masa-masa emosional masih bermain, jiwa muda membuat mereka terkadang salah dalam memilih jalur, ingin menjadi terhebat tanpa memikirkan sebab-akibat juga pengalaman-pengalaman, berada pada area pergaulan yang rusak sehingga menjadikan mereka kurang bijak dan menghancurkan masa depan dalam sekejap. Inilah fakta paling menarik ketika kakiku menginjakkan kampus bahkan saat menjalani segala aktifitas sebagai seorang mahasiswa di ibukota.
“Bagaimana ini pakaian kuliah hanya itu-itu terus?” menggerutu bahkan termenung dalam kamar.
“Mau mengadu pada ayah berarti menambah beban lagi” berpikir sejenak. Mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah, harus mencari jalan biar bisa ke kampus dengan potongan pakaian terbaru juga.
“Saya punya akal sekarang” menepuk kepala sendiri kemudian berlari keluar menuju kamar ka’Allred. Membongkar lemari pakaian kakakku juga kegiatan pertama kali kulakukan selama berada di ibukota.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” seperti biasa wajah terkesan dingin bermain…
“Kenapa semua pakaianku berserakan?” tekanan darak ka’Allred mulai meninggi.
“Bajumu banyak sekali, ini masih terpakai tidak?” memperlihatkan ke arahnya.
“Memang kenapa?” masih bergelut dengan pertanyaan.
“Kakak sadar tidak kalau adikmu hanya mempunyai beberapa potong pakaian ke kampus?” tatapan mataku bertanya-tanya tentang semua koleksi pakaiannya. Ayah hanya petani, menjadi pertanyaan kenapa koleksi pakaian kakakku begitu banyak?
“Kau curiga kalau selama ini membohongi ayah hanya untuk bahan koleksi pakaian?”
“Seperti  itulah, bisa ya dan bisa juga tidak” jawabanku. Tujuan utama ke kamar kakakku hanya untuk mencari pakaian-pakaian tidak terpakai olehnya, tetapi malah menimbulkan pertanyaan baru buatku ketika melihat segala jenis koleksi lemarinya.
“Bawel, bodoh, penuh curiga, suka mendengkur itu saja dalam dirimu” tegur kakak.
“Bersihkan kamarku sekarang!” perintah ka’Allred. Sebagai adik harus menerima kenyataan mengikuti segala perintah sang kakak.
“Ayah, apa kakak biasa meminta uang lebih?” menelpon ayah secara diam-diam setelah ka’Allred berjalan keluar dari kamar.
“Tidak sama sekali, malahan ayah yang harus selalu balik bertanya tentang kondisi keuangannya pada hal kalau dipikir-pikir kuliah dengan beberapa jurusan secara bersamaan membutuhkan biaya banyak.” Ungkap ayah terhadapku melalui saluran telepon.
Menjadi pertanyaan, dari mana kakak mendapat uang mengoleksi banyak pakaian di lemarinya? Apakah kakak memanfaatkan semua cewek di kampus untuk memenuhi semua kebutuhannya? Harus saya akui ka’Allred memang idola bagi seluruh penghuni kampus. Hal lebih mengejutkan tidak seorangpun menyadari jika kakak mengambil jurusan kuliah lain di kampus berbeda secara bersamaan. Fakultas hukum merupakan salah satu jurusan tersulit, tapi berani memasuki area tersebut. Menjadi seorang dokter sekaligus pengacara terbaik merupakan impian tak terduga dari kakakku.
“Masa bodoh” mengumpulkan beberapa potongan pakaian ka’Allred sambil merapikan kembali kamarnya yang sudah berantakan akibat ulahku.
“Kakak mau marah atau tidak, saya tidak akan pernah perduli” menggerutu sendiri. Membawa ke tukang jahit tidak jauh dari rumah beberapa potongan pakaian kakak. Merubah pakaian tersebut menjadi model pakaian gadis remaja masa kini. Beberapa celana jeansnya berubah menjadi rok bersama jenis model hasil imajinasiku sendiri. Memperkecil beberapa kemeja juga membentuknya menjadi seperti dress casual buat ke kampus.
“Sangat menarik” sambil tersenyum depan cermin melihat hasil permak jahitan…
“Gi” teriakan kakak tidak mempercayai pemandangan depan matanya sekarang.
“Kakak, sekarang waktunya ke kampus” berlari keluar menuju halte bis.
“Rasakan pembalasanku nanti Gi” tidak pernah melihat kemarahan sedasyat sekarang.
Memakai dress hasil modifikasi kemeja kakak Allred bersama sambungan beberapa pita susun bagian bawah biar tidak terlihat mini juga ikat pinggang hasil sisa kain dipadukan sepatu kets masa sekarang. Tidak perlu membeli pakaian baru menuju kampus hanya membutuhkan kreatifitas tinggi. Dunia mahasiswa terbungkus pikiran-pikiran tidak biasa tetapi menyenangkan.
“Kau terlihat manis hari ini?” tegur Sania berjalan ke arahku.
“Sepertinya saya mengenal warna pakaian ini” salah seorang senior tiba-tiba memperhatikan pergerakanku.
“Diakan salah satu penggemar berat ka’Allred” bahasa hatiku berbicara.
“Perasaan kakak saja” Sania mengalihkan perhatian terlihat sok kenal sok akrab.
“Jelaslah pernah melihat dan inikan hasil permak kemeja milik ka’Allred” celotehku kembali di dasar hati.
Seniorku paling kejam juga centil akhirnya berjalan jauh dari hadapan kami. Menikmati masa-masa kuliah ternyata hal paling menyenangkan. Selama jam kuliah berlangsung berbagai permasalahan mahasiswa bermunculan. Serius, bertanya, mengantuk, tertidur, memainkan handphone tanpa terbaca oleh dosen, saling adu argument tentang sebuah objek, menangis, tertawa menghiasi suasana ruangan.
“Jelaskan defenisi juga hubungan antara pemimpin, management, aku dalam suatu titik perjalanan seseorang menurut versi sendiri?” pak George melemparkan pertanyaan.
“Nilai B plus saya berikan secara langsung bagi kalian jika menjawab pertanyaan saya” masih melontarkan pernyataan.
“Kenapa hanya B plus? Setidaknya A plus pak?” protes Sania.
“Kalau mahasiswa terlalu mendapat nilai A plus-plus bisa melonjak kepalanya, ngerti?” jawabak terkacau dosen di hadapan kami.
“Itu namanya tidak adil pak” teriakan semua mahasiswa secara bersamaan. Keseruan antara ruang kuliah, dosen, protes, dan para mahasiswanya sedang terjadi.
“Bisa menjadi A jika kalian saling debat dengan ketiga kata yang telah saya sebutkan sebelumnya. Bagaimana? Deal or no deal?” memberi kebijakan bagi mahasiswanya.
“Diam berarti deal. Okey, siapa duluan memulai statement versi sendiri dari ketiga istilah tersebut?” sekali lagi berkata-kata setelah kami semua dalam ruangan membisu. Mempunyai gaya, konsep mengajar, pandangan mata, prinsip, kepribadian, keunikan tersendiri adalah bagian kisahnya saat berdiri di hadapan para mahasiswa.
“Ini tidak adil namanya” protesku.
“Semakin protes semakin mengacaukan semuanya, jadi lebih baik diam. Silahkan!” penekanan menggambarkan makna sikap tegas.
“Bagian dari ilmu, seni, kegiatan, proses, prinsip untuk mengkordinasi dan mengembangkan sebuah area tertentu merupakan defenisi dari kata management.” Jawaban Varina memulai mengemukakan …
“Defenisi dua istilah lain?” pak George.
“Setidaknya saya mencoba mengemukakan defenisi sendiri, sedangkan 2 istilah ingin saya lemparkan ke arah Gilia Rehyndia Yehuda untuk menjabarkan menurut versinya” hal tak terduga dari Vari.
“Kau ingin menantang?” Nayah tiba-tiba bersuara…
“Seperti itulah, sekarang ruangan ini lagi bercerita tentang pernyataan menurut defenisi sendiri bersama perdebatan” senyum Vari mengambang.
“Berhenti berbicara! Sekarang Gilia silahkan menjabarkan!” pak George.
“Pemimpin bercerita tentang seseorang dengan kemampuan memimpin, mempengaruhi, menjalankan roda perjalanan tertentu unntuk sebuah perkembangan. Berbicara istilah AKU berarti kekuatan dalam diriku sendiri melihat peran antara pemimpin dan management.” Mencoba menjabarkan ketiga istilah tersebut menurut versiku bukan tokoh-tokoh berpengaruh dengan keahlian untuk membuat sebuah defenisi.
“Coba jelaskan hubungan ketiga istilah tadi!” Sania menyerang dengan sebuah pertanyaan bukannya dosen harus melemparkan perintah seperti ini…
“Menyatukan antara pemimpin, management, AKU berarti kehancuran & jurang” saya mencoba untuk saling menghubungkan ketiga kata tersebut.
“Seorang pemimpin harus mempunyai kualitas untuk memahami management suatu area, jangan pernah menciptakan kata AKU saat menjalani dua istilah tadi.” Salah ataupun benar pernyataanku, setidaknya saya belajar untuk mengemukakan objek tidak biasa…
“Kekuatan dalam diri sendiri melihat peran antara pemimpin dan management merupakan defenisi yang kau lontarkan, sedangkan pernyataanmu bercerita berlawanan untuk saling menghubungkan ketiga istilah tersebut.” Inilah dunia Nayah bercerita lain ketika berada di luar maupun dalam ruang selama jam kuliah berlangsung.
“Inilah yang saya katakan dimana kekuatan berarti lebih berjalan pada kesombongan untuk melihat peran pemimpin dan management, sedangkan kualitas dapat diraih ketika seseorang memahami tahapan maupun kepribadian prinsip untuk menciptakan sesuatu yang tidak biasa.” Versiku kembali bermain…
“Puas dengan jawabanku?” masih seputar suara Gi lebih berbicara…
“Kenapa dapat membuat pernyataan management adalah seni, sedangkan bagian kata tersebut lebih tepat dibawah ke dalam pemahaman defenisi pemimpin?” Dustin salah satu teman kampusku paling senang melakukan analisa bahkan bagian huruf tak disadari oleh siapapun dibuat menjadi sesuatu yang menggemparkan.
“Pada dasarnya defenisi antara pemimpin dan management hampir sama lebih tepatnya sebelas dua belas saat mencoba menganalisa makna kedua istilah tersebut dari versi tokoh terkemuka bagaimanapun. Seni berarti menciptakan sebuah keindahan atau objek-objek menyenangkan. Dalam hal ini seseorang dapat menjadi pemimpin berintegritas ketika menganggap apa yang dilakukan dalam management suatu area/wilayah sebagai seni tanpa harus memperlihatkan kata AKU untuk berjalan.” Vari bersama penjelasannya…


Bagian 3…

Suasana mata kuliah pak George pasti berakhir seperti sekarang. Belajar mengerti bahwa ketika berjalan harus dapat melihat maupun menganggap sebagai sebuah seni tanpa harus terbebani. Keseruan saat jam mata kuliah telah berakhir menandakan perdebatan pun selesai. Seakan semua mata tertuju padaku juga berusaha mengamat-amati apa yang salah dalam diriku. Berjalan menuju kantin kampus untuk mengisi kampung tengah sambil menunggu jam mata kuliah berikutnya. Terkadang kami sebagai mahasiswa harus berada di kampus sejak pagi hingga sore hari hanya demi menunggu para dosen. Jam kuliah tidak menentu sesuai petunjuk masing-masing dosen membuat kami suka maupun tidak tentang jadwal harus tetap standby di tempat.
Terkadang numpang istirahat di kost teman terdekat setidaknya dapat beristirahat sejenak. Menunggu pesan WA dari ketua tingkat ketika dosen berada di tempat atau menentukan jadwal kapan masuk. “Apa yang salah dengan diriku? Kenapa semua orang memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki?” bertanya terhadap Sania.
“Tidak ada sama sekali” memperhatikan diriku dari ujung rambut hingga kaki.
“Lantas” masih memeriksa bolak balik belakangku sendiri.
“Sepertinya saya mengenal baju yang kau pakai, tapi dimana yah?” tegur salah satu seniorku sendiri.
“Sekarang saya mengerti” lirihku di dasar hati. Kakak Allred merupakan idola terbaik bagi fakultas kedokteran terlebih management yang secara kebetulan bersebelahan. Sampai segitunya juga menghafal jenis maupun warna pakaian kakakku sendiri.
“Jenis sepatumu tidak asing lagi buatku” Kirey salah satu seniorku sedikit terkejut. Sepatu ini memang milik kakakku secara kebetulan ukuran kakinya sedikit mirip perempuan. Tinggal memasukkan kertas ke dalam sepatu sebagai pengganjal biar tidak longgar.
“Saya hafal betul sepatu Allred, jangan-jangan kau nyuri?” menggertak tiba-tiba.
“Allred itu siapa yah?” harus berpura-pura tidak mengenal saudara kandung sendiri. Masih tetap pada status menuduhku sebagai pencuri sepatu sehingga membuatku tersudut di hadapan banyak orang. Hal tak terduga tiba-tiba menarik tangan kemudian berjalan menuju fakultas kedokteran. Desain gedung bagian dalam dari fakultas kedokteran benar-benar unik sehingga membuatku lupa bagaimana tanganku sedang ditarik paksa.
Desain paling menakjubkan terdapat jembatan kaca, taman membentuk batang pohon yang sedang mengambang sekitar pertengahan danau, jenis perpustakaan berbeda dari fakultas manapun dan semua berada pada bagian bawah tanah dengan memakai konsep paling unik. Desain arsitek terbaik diantara semua fakultas, pantas saja mahasiswa kedokteran biasa jarang terlihat. Sebuah jalan mengikuti arus sungai kecil buatan tangan manusia menghubungkan gedung laboratorium bagi fakultas tersebut. Jembatan kaca Kristal berada pada sekitar muara gelembung-gelembung sabun warna-warni sebagai jalan utama atau penghubung menuju perpustakaan dan juga rumah sakit besar milik kampus. Hanya mahasiswa fakultas kedokteran saja yang dapat memakai jalan tersebut sebagai perantara antara kampus dan rumah sakit tempat praktek.
“Desain arsitek paling wow,” pertama kali melihat keunikan dari desain arsitek bawah tanah fakultas kedoketeran.
“Sepertinya dia mencuri sepatu juga bajumu” gaya sinis Kirey ternyata membawaku ke hadapan kakakku sendiri.
“Saya tidak mencuri apapun” membela diri sendiri. Bagaimana tidak, ada begitu banyak teman ka’Allred di hadapanku sekarang. Ka’Allred sendiri menggeleng-gelengkan kepala menatap wajahku bahkan ingin segeraa memakan hidup-hidup adiknya sendiri.
“Allred, sepatu ini benar-benar mirip punyamu” celoteh salah satu dari mereka. kenapa juga ka’Allred harus menutup identitas kami berdua? Berujung saya harus mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari para senior yang ingin mencari perhatiannya.
“Belum tentu itu milik Allred” salah seorang tiba-tiba berjalan ke arahku. Pertama kali ada senior mau membela sekalipun bukan dari fakultas sendiri. Wajahnya benar-benar manis, cakep, lembut, menggetarkan hati…
“Buktinya, Allred tidak memakai sepatunya sekarang seperti biasa” bantah Kirey.
“Kirey jaga mulutmu, kenapa juga langsung menuduh tanpa sebab?” pertama kali ka’Allred menggertak seseorang demi membelah sang adik.
“Kakak tidak salah makan,” suaraku pelan menatap wajah kakakku sendiri.
“Maksudku betul kakak siapa namanya? Jangan langsung menuduh tanpa sebab” hampir saja…
“Tidak mungkin juga saya memakai dress cewek, motifnya saja sama kotak-kotak biru mudah, sedangkan sepatu milikku masih tersimpan manis dalam loker” berbicara penuh penekanan sekaligus matanya menatap tajam ke arahku. Antara ingin memakan diriku hibup-hidup karena merusak kemeja juga memakai sepatu kesayangannya. Semua terdiam setelah mendengar penjelasan dari ka’Allred sendiri.
“Terbukti kalau saya tidak mencuri barang kakak siapa namanya lagi tadi? Saya lupa” tertawa kecil menepuk-nepuk bahu ka’Allred.
“Boleh saya pergi sekarang?” ujarku lagi.
“Lain kali kalau mau cari perhatian langsung bilang suka” tegur salah satu teman ka’Allred terhadap Kirey.
“Betul, kalau memang naksir langsung saja dan kenapa juga ketemu pakai alasan saya mencuri segala?” sindirku sangat kesal. Saya bersumpah tidak akan pernah menerima dia sebagai calon kakak iparku.
“Kalau mau cari ribut jangan disini, pergi ke pasar sana!” seperti biasa bahasa dingin ka’Allred merupakan ciri khas terkacau…
“Kakak terimah kasih membelaku depan banyak orang” berlari kecil sambil tersenyum.
“Tidak sakit? Tumben” suara pelan kakak Allred.
“Kalian seperti sudah saling kenal?” ujar salah satu dari mereka.
“Bukan kakak yang ini, lagian saya saja selalu lupa namanya” senyum terbaik…
“Maksudku kakak yang satu ini” berbicara kembali sambil menepuk bahunya sedikit keras. Reaksi terbaik darinya adalah terkejut…
“Berarti maksudnya Danils” ungkap salah satu teman ka’Allred karena tidak satupun dari mereka kukenal.
“Saya,” ka’Danils menunjuk diri sendiri.
“Memang siapa lagi calon dokter tercakep yang menolong saya tadi?” menepuk kembali sekitar lengannya.
“Berhenti berbicara” tegur ka’Allred seakan terlihat marah melihat akrab dengan temannya sendiri. Kembali ke fakultas sendiri jauh lebih baik dari pada bertahan disini. Seniorku benar-benar keterlaluan menganggap saya sebagai pencuri barang orang. Pesona ka’Allred memang dapat menghanyutkan semua gadis sehingga segala cara dilakukan demi mendapat perhatiannya. Sampai kapanpun juga saya tidak akan pernah menerima Kirey sebagai calon kakak iparku. Bagaimanapun dia berjuang dan pasti ada jalan menggalkan rencananya.
Sahabatku jadi cemas karena masalah seperti ini sampai-sampai terlambat masuk jam mata kuliah salah satu dosen terkiler. Kalau sudah terlambat begini jangan harap bisa masuk ke dalam ruangan. Menunggu jauh lebih baik untuk dilakukan. “Siapa yang ingin ikut arisan?” teriak Sania setelah jam mata kuliah berakhir.
“Lumayan sebagai uang tabungan” Nayah membantu Sania.
“Arisan perminggu atau bulan?” Vari bertanya tiba-tiba…
“Tunggu kiamat dunia baru selesai kalau bulanan? mingguanlah” cetus Goldy.
“Berapa?” tanyaku.
“Kalau semua yang ada di ruangan ikut berarti sekitar tujuh jutaanlah sudah potong pajak 1%” Sania menjawab.
“Kenapa harus pakai pajak segala?” bertanya lagi.
“Kau pikir menagih uang arisan itu gampang?” cetus Sania.
“Cari manusia paling tegas buat nagih pembayaran arisan sekaligus bisa dipercaya sebagai bendahara” Vari mengangkat bicara.
“Okey, telah ditetapkan Nayah sebagai penagih juga bendahara” Sania.
“Kalau begitu saya ikut” teriakanku minimal bisa dijadikan tabungan. Pada akhirnya semua ikut mendaftar baik laki-laki maupun perempuan.
“Pembayaran harus tepat waktu dan sadar sendiri jangan sampai sudah berteriak masih belum sadar bayar mentang-mentang namanya lebih dulu naik” tegur Nayah.
“Tapi si’bendahara juga harus jujur, ngerti?” bukan Dustin namanya kalau tidak berkata seperti ini.
“Okey, deal” Nayah berbicara sebagai bendahara arisan khusus management bisnis.
Kegiatan arisan di kampus tidak akan pernah lepas dari hidup para mahasiswa, namun entahlah bagi kampus lain. Menikmati masa-masa kuliah bersama hal-hal menakjubkan. Ikut arisan merupakan kegiatan paling menyenangkan bahkan dapat dikatakan sebagai seni. Intinya pembayaran lancar, bendahara jujur, sikap tegas sebagai penagih tentu lebih menarik sekaligus dapat dibutuhkan sewaktu-waktu sebagai tabungan. Suasana akan menjadi ricuh, ramai, tertawa, kacau ketika sebuah gulungan kertas berisi nama terjatuh ke lantai.
“Namaku pasti naik” Goldy tidak sabar menantikan sebuah gulungan kertas terjatuh setelah seminggu berlalu.
“Namaku” Boby mengamuk.
“Saya dulu kenapa?” Sania memasang  wajah cemberut.
“Bisa tenang tidak?” gertak Vari. Akhirnya sebuah gulungan kertas kecil terjatuh ke lantai dan hal paling mengerikan adalah saling berebut mengambil benda tersebut.
“Janisa” teriakan Dustin menggeleng-geleng kepala.
“Kenapa bukan namaku? Payah” gerutu Goldy.
“Bisakah kita tukaran Janis? Nanti kalau namaku keluar baru kau ambil!” Sania memohon.
“Kalau dunia kiamat baru namamu keluar? Bagaimana cerita?” Janis menolak.
“Kalau saya biar medekati akhir namaku keluar tidak jadi masalah yang penting pembayaran titik-titik akhir jangan macam-macam” suara meninggi dariku. Saya suka bermain arisan kemudian menerima uangnya pada bagian menjelang atau bahkan paling terakhir. Tapi  permasalahannya paling sering terjadi ketika berada diurutan-urutan akhir adalah bendahara dan semua anggota bersikap cuek untuk membayar. Jadi, harus waspada bahkan lebih berteriak keras biar mereka semua takut.
“Kenapa wajahmu seperti itu?” ka’Allred mencurigai sesuatu terjadi. Kakakku terlalu banyak curiga, saya hanya duduk termenung pada bagian kursi dekat dapur ditegur. Masih terngiang bagaimana dia benar-benar mengamuk beberapa pakaian kesayangannya dibawah ke tukang jahit buat permak habis.  Berteriak juga berkata-kata tidak jelas ketika sudah berada di rumah. Singkat cerita, saya mengadu pada ayah yang berujung kakakku dapat hukuman setimpal. Sejak saat itu, dia tidak berani lagi mengamuk juga berteriak depanku. Kalaupun marah hanya memasang wajah bengis dan dingin seperti biasa.
“Tidak ada” berlalu dari hadapannya menuju teras rumah. Mataku tertuju pada satu sosok sedang menyapu halaman depan rumah. Berarti rumah sebelah sudah punya penghuni baru rupanya.
“Hai” sapanya sambil tersenyum, tetapi saya tetap terdiam.
“Namaku Zelby dan sudah pasti menjadi tetangga barumu” ujarnya lagi.
“Seperti nama adikku” jawabku.
“Kalau huruf depan namaku diawali Z pasti ada perbedaan dengan adikmu”
“Adikku diawali S” semangatku berkata-kata.
“Siapa namamu?” bertanya lagi.
“Gilia Rehyndia Yehuda, panggil saja Gi” semangatku.
“Terlalu bersemangat” tertawa lebar di hadapanku. Mempunyai tetangga baru memang menyenangkan. Ternyata ka’Zelby bekerja pada salah satu perusahaan yang tidak terlalu jauh dari sekitar kompleks rumah kami.
“Saya mengundangmu ke rumah buat ondel-ondel kecil sebagai tanda pindah rumah” terkejut masih ada acara seperti itu di kota. Saya langsung saja mengangguk dan segera berlari ke rumahnya. Terbuat dari tepung ketan, vanili, pewarna alami daun suji pandan, sedikit air hangat diaduk menjadi satu. Berisi gula merah kemudian dibuat bulat-bulat kecil dan terakhir masukkan ke dalam air mendidih yang terus berada di atas api menyala. Tunggu setelah mengambang naik menandakan masak, kemudian tiriskan celup ke dalam parutan kelapa.
“Wow, enaknya” tanpa basa-basi mencicipi langsung. Ternyata menyenangkan punya tetangga seperti ini bisa jadi teman gosip paling hot. Menghabiskan waktu seharian di rumahnya jika jam tidak ada jam kuliah sekalipun tanpa penghuni  merupakan kebiasaan terbaik yang sedang kulakukan. Saya menganggap jika rumahnya sudah menjadi seperti rumahku sendiri. Tidur, makan, menonton, ,mengerjakan tugas kuliah, curhat, menggosip adalah kegiatan paling sering kulakukan saat bersama dengannya. Ka’Allred sudah mengetahui kegiatan juga kemana saya pergi kalau lagi menghilang tanpa menampakkan batang hidung sedikit pun selama seharian.
“Kau mau nonton?” ka’Zelby tersenyum menghidupkan laptop kesayangannya.
“Film apa?”
“Korea” senyumannya masih bermain.
“What?” tidak mempercayai apa yang ada di depanku sekarang. Selama ini saya tidak pernah tahu tentang cerita drama Korea seperti apa, tetapi dia mengajariku. Sambil tertawa terpingkal-pingkal menghabiskan waktu menikmati drama Korea bersama dengannya. Mengambil semua file seluruh drama yang masih belum kutonton. Oppa merupakan panggilan sayang bagi pria lebih tua. Hobi terbaruku sekarang adalah tidak lagi memanggil ka’Allred dengan sebutan kakak melainkan oppa. Kata seperti ini membuatnya jijik bahkan menganggapku kelewat narsis.


Bagian 4…

Tidak pernah terbayangkan sama sekali teman-teman sekampusku pun ternyata doyan drama Korea seperti diriku. “Aigo…” Sania mulai mempraktekkan kata-kata dalam bahasa Korea. (Aigo: baik).
“Thank you Ajussi”semakin membuat perutku sakit karena tertawa melihat tingkahnya terhadap dosen terkiler.
“Bahasa nano-nano seperti apa yang kau gunakan sekarang? Ajussi itu apa? Makanan atau permen?” pak Wandy menggeleng-gelengkan kepala.
“Korban drama Korengan pak” tiba-tiba Dustin berada di hadapan kami. Teman-teman gengku menghabiskan waktu untuk memakai wi-fi gratis hanya demi download drama terbaru Korea. Berada dalam ruang kelas hanya untuk melanjutkan aksi menonton drama Korea adalah kegiatan terbaik bagi mahasiswi jurusan management bisnis. hanya sedikit dari kami menghabiskan waktu berada di kantin kecuali para manusia-manusia berjenis kelamin pria. Tetapi tidak berlaku bagi Goldy sahabatku, kenapa? Hobinya juga sama dengan kami…
Terkadang kami memakai LCD sama seperti di bioskop-bisokop menonton drama tersebut sambil mengunci rapat pintu ruangan dan mematikan lampu ruangan jika dosen tidak masuk atau jam istirahat. “Kenapa juga oppa memilih wanita lain?” Sania histeris seakan tidak bisa menerima jalan ceritanya.
“Kalau mau protes, pergi langsung ke sutradaranya” Nayah membungkam mulut Sania dengan sebuah kalimat.
“Hyung sangat jahat” muncul kegiatan terbaru dari Goldy.
Khusus jurusan management bisnis kelas B angkatan terbaru memang paling ribut, kocak, histeris, penyuka drama Korea tapi berlaku bagi kalangan kaum hawa semata. Berbeda ketika berhadapan dengan kelas lain terlebih jurusan maupun fakultas lain menghabiskan hidup dikantin, taman, perpustakaan, menggoda senior-senior atau sesama angkatan sendiri, berada di mall, clabing, dan masih banyak lagi bagian dari perjalanan mereka.
“Pak George batal masuk hari ini karena berhalangan, jadi jadwal kuliah beliau dipindahkan minggu depan langsung 3 jam” Dustin sang ketua tingkat mengonfirmasikan kembali jadwal mata kuliah. Seperti dugaanku semuanya berteriak kesenangan, tapi tunggu minggu depan pasti mereka akan mengeluh terlalu lama duduk sampai pantat jadi tepos juga terkena ambeyyen.
“Tapi jam mata kuliah ibu Clara tetap di jadwalkan jam 3 sore nanti, jadi terserah mau pulang istirahat dulu atau tetap berada di kampus sebagai penunggu abadi.” Ketua tingkat masih kembali memberi informasi jadwal kuliah. Seperti inilah pekerjaan para mahasiswa harus menunggu dosen dari pagi hingga sore hari. Terkadang menunggu lama, lapar, tidak bawah uang, muka kusam, badan sudah bau kiri kanan tetapi sang dosen berkata halangan masuk. Seluruh kampus pasti mengalami permasalahan seperti ini, kenapa? Karena hidup mahasiswa memang seperti itu jalan ceritanya.
Berpakaian seksi, sepatu high heels, berjalan seperti model, tertawa, dan masih banyak lagi semua hanya ada dalam cerita sinetron tetapi realita sebenarnya sangat berlawanan. Dapat menjahili dosen dengan segala jenis permainan sekali lagi berlaku di dunia sinteron, kenapa? Kenyataan sebenarnya adalah jangan mencoba bertingkah terlebih jika kampus sendiri merupakan tempat paling disiplin maupun terfavorit. Dunia mahasiswa sangat jauh berbeda ketika berada dalam cerita sinetron dan realita. Cerita sinetron seseorang menjadi manusia paling nakal sedunia, tiba-tiba bertobat kemudian hanya belajar sekali dalam sekejap mendapat IPK paling tinggi atau nomor satu. Pada dunia nyata membutuhkan waktu untuk belajar setahap demi setahap dan tidak dikatakan hanya sekali untuk memperbaiki diri bahkan harus mengulang semester awal kembali.
Hanya saja, terdapat sebagian besar juga kampus selalu menilai segala sesuatu dari keuangan. Tidak menjadi masalah absen beberapa semester yang terpenting uang ijasah tetap dibayar lebih dari bayangan siapapun. Pendidikan mengajarkan banyak hal bukan sekedar mendapat selembar ijasah, jadi pemikiran seperti ini dapat menghancurkan banyak generasi ke depan. Pengalaman, pembentukan, persahabatan, memory terbaik, keunikan, dapat memahami banyak objek merupakan bagian terbaik menjadi seorang mahasiswa dan tidak bercerita hanya selembar ijasah semata.
“Saya istirahat di kostmu saja” berpaling pada Sania yang masih memperbaiki tali sepatunya sendiri karena rumahku jauh dari lokasi kampus kalau memilih pulang untuk sementara. Dia hanya mengangguk menandakan deal atas permintaanku. Ternyata bukan hanya saya saja tetapi Nayah juga Goldy ikut ke kost bersama kami. Istirahat di kost teman merupakan memory paling seru untuk di kenang. Membeli lauk seadanya kemudian kita makan ramai-ramai bersama nasi di tempat kost. Kehidupanku sama seperti Sania berasal dari daerah, merantau kuliah ke kota dengan biaya harus sehemat mungkin. Ekonomi sebagian besar teman-temanku berada di atas rata-rata bahkan orang tua mereka tergolong pengusaha termasuk Nayah bersama Goldy.
Ternyata banyak juga rumah kost sekitar sini namun hal paling aneh adalah kakak sengaja memilih rumah kontrakan jauh dari kampus. Harus kuakui tempat kuliah kakak berada di dua kampus berbeda. “Ternyata tetangga kostmu rata-rata semua tinggal bersama saudara laki-lakinya yah?” ujarku setelah beberapa hari ini selalu numpang istirahat untuk sementara di kostnya sambil memperhatikan situasi kamar lain. Untuk sejenak berpikir jika hanya saya saja hidup bersama kakakku paling terdingin sedunia, ternyata di luar sana banyak juga.
“Jangan ribut atau berteriak keras seperti itu” Sania menutup mulutku sambil memberi isyarat.
“Mereka itu bukan saudara” bisik Sania.
“Lantas sepupu, kan sama saja” balasku.
“Bukan juga melainkan sepasang kekasih” bisik Sania kembali membuatku terkejut. Sebagian besar mahasiswa perantauan mempunyai kisah paling menarik yaitu tinggal serumah bersama pasangan layaknya suami-istri tanpa ikatan pernikahan.  Permasalahan seperti ini di tiap daerah manapun terlebih kota-kota besar selalu terjadi. Membohongi orang tua hanya demi terlihat menarik, terbawa arus pergaulan buruk, membiayai pasangan tanpa ikatan pernikahan, aborsi, dan masih banyak lagi problem mahasiswa masa kini. Ada begitu banyak kisah nyata melahirkan diam-diam kemudian membuang anaknya di tempat sampah. Pulang ke kampung halaman bukan dengan gelar sarjana melainkan janin masih  dalam perut tanpa seorang ayah yang mau bertanggung jawab.
Kaget melihat kota dan pergaulannya merupakan kalimat paling tepat bagi mereka yang berasal dari daerah. Permasalahan lebih parah adalah sebuah adat yang disalah gunakan oleh mereka dari beberapa suku. Konsep berpikir dimana tidak menjadi masalah tinggal serumah sekalipun tanpa ikatan, setelah mempunyai uang baru kemudian melangsungkan pernikahan. Terlalu disayangkan gaya berpikir sejenis ini terus berlanjut sampai detik sekarang.
Kekacauan lain lagi adalah sebagian dari mereka lebih memilih menjual diri demi sebuah fashion trend zaman sekarang. Berada dalam pelukan pria tua tidak akan pernah luput dari kehidupan para mahasiswa. Membohongi orang tua demi sebuah handphone keluaran terbaru. Inilah kenyataan yang terjadi pada dunia kampus dimanapun berada. Saya belajar untuk bisa menempatkan diri, beradaptasi, bertindak hati-hati, berteman tetapi berjuang penuh untuk tidak pernah terjerumus terlebih terjebak terhadap objek seperti ini. Terlalu disayangkan kata perawan sudah tidak berlaku lagi di kalangan sebagian besar mahasiswa oleh sebuah jebakan hidup.
“Berjanjilah terhadapku Sania” tegurku.
“Tentang?” Sania tidak memahami pernyataanku.
“Seperti apapun jebakan permainan hidup dari kalangan pergaulan, jangan pernah merusak hidupmu melalui perjalanan menjijikkan seperti mereka.” berkata-kata buatnya karena menyadari hidup kami berdua berada di perantauan jauh dari orang tua.
 “Berteman dan beradaptasi memang penting, tetapi harus bisa membawa diri setidaknya tetap masih berada pada jalur sesuai peraturan Tuhan.” Masih melanjutkan ucapan buatnya.
“Terkadang saya berpikir, bertanya, juga menginginkan tentang sebuah trend hidup terbaik tetapi di lain hal suara hatiku berteriak untuk tidak berlari pada jalur jebakan.” Sania.
“Jauh lebih baik seseorang harus mendapat ejekan terlalu kuper, kampungan, polos, tidak mengenal perubahan dunia dibandingkan harus memaksakan diri kemudian berujung pada jebakan dan jurang.” Kata-kata tersebut mengalir begitu saja. Sederhana terlihat lebih menyenangkan dibanding harus memaksakan diri menjadi orang lain dengan segala jenis brand termahal.
Semua mempunyai waktu masing-masing, suatu hari akan terbayar setelah keberhasilan berada dalam genggaman tangan. Menjadi orang lain memakai pensil alis setebal mungkin, bedak termahal, asesoris, atau apapun dunia fashion bagaikan selebriti papan atas bukanlah pilihan hidupku. Bagi permasalahan lawan jenisku sendiri, dimana saya ingin memperlihatkan sisi natural tanpa harus menjadi orang lain. Menerima diriku apa adanya bukan karena lapisan make up tebal melainkan saat berdiri di hadapan seorang pria bersama tampilan sederhana sejelek apapun wajahku.
“Akhirnya bisa pulang juga” setelah menghabiskan satu mata kuliah dalam ruangan. Membereskan catatan kuliah, kemudian berjalan pulang.
“Naiklah” tiba-tiba sebuah motor berhenti begitu saja. Saya tahu persis pemilik motor tersebut, kenapa? Setiap hari wajah dinginnya selalu terpampang di rumah.
“Kakak tidak sakit? Kenapa mau pulang sama-sama?” terkejut melihat tingkah ka’Allred. Berusaha menutup serapat mungkin tentang hubungan kakak-adik antara kami berdua.
“Maka dari itu cepat naik sebelum ada yang melihat” menarik tanganku ke belakang motornya. Semangat penuh mengambil posisi duduk di belakang sambil tersenyum.
“Ayah menelpon sejak tadi,” setelah kami berada di rumah.
“Kenapa ayah menelpon?” bingung mendengar tingkah ayah di siang hari menelpon.
“Sudah tahu jawabannya pakai Tanya lagi” kaAllred sedikit marah.
“Mana saya tahu” bahasa paling judes buatnya.
“Karena anak kesayangannya selalu dirindukan, ngerti?” jawaban terdengar cemburu.
“Pastilah” tersenyum manis bahkan lebih dari kata manis malahan…
“Sepeda motor matic di luar sana itu milikmu” baru menyadari sebuah motor matic bekas terparkir manis depan teras rumah. Ternyata ka’Allred ketahuan tidak pernah mau bersama denganku saat ke kampus oleh ayah. Singkat cerita, jalan keluar satu-satunya adalah ayah sengaja menyuruh kakak membeli sepeda motor bekas buat dipakai ke kampus. Bahagianya hidup tidak perlu repot-repot menunggu bis menuju kampus sekalipun hanya motor bekas bukan baru sesuaikan kondisi ekonomi ayah.
Beruntung saja sewaktu di kampung saya sudah belajar mengendarai motor matic hanya tinggal permahir semata. Sekarang saya mulai mengerti kenapa kakak harus menutup serapat mungkin identitas antara kami berdua. Dia hanya tidak ingin adiknya harus dimanfaatkan salah oleh siapapun demi mengejar dirinya. Dibalik sifat dingin kakakku ternyata masih tersimpan rasa sayang buat adiknya. “Kakak ajari saya naik motor beginian!” pagi-pagi buta menarik tangan kakakku dari tempat tidur.
“Gi ini masih pagi buat belajar” kembali ke tempat tidur. Tidak mengenal kata menyerah terus menarik paksa tangan ka’Allred biar mau mengajari saya…
“Gi bukannya di kampung sudah belajar” terlihat kesal tidurnya terganggu.
“Masih kaku” teriakku.
“Yah sudah ayo naik sekarang” menghidupkan mesin motor tanpa mencuci muka atau gosok gigi sedikitpun. Berada di tengah lapangan sepak bola kecil dan tidak jauh dari komplek rumah belajar sekaligus menikmati suasana pagi.
“Saya sudah bisa” berteriak  kencang di tengah kesunyian lapangan, bagaimana tidak suasana seperti masih gelap berada disini.
“Baguslah” sikap cuek ka’Allred.
“Oppa biar saya saja bawah motornya” tersenyum di hadapan ka’Allred.
“Narsis, menjijikkan, paling kacau” muak mendengar sebutan oppa buatnya.
“Biarin” membalas ucapannya. Menikmati sinar matahari mulai terbit di sebelah timur bersama ka’Allred pertama kali semenjak menginjakkan kaki di ibukota. Jajanan bubur ayam gerobak sekitar pinggir jalan sebagai sarapan kami pagi ini. Mengajak ka’Allred berjalan menuju pasar membeli kebutuhan makan sehari-hari. Wajah kesal kakak semakin terlihat tetapi saya tidak memperdulikan semua itu.
“Gi” suara teriakan seseorang menyebut namaku keras-keras.
“Oppa dengar suara teriakan tidak?” bertanya di tengah kerumunan banyak orang.
“Setan mungkin berteriak di telingamu” seperti biasa membuatku kesal…
“Oppa keterlaluan” kesal, marah, mengamuk mendengar ucapannya barusan.
“Gi” seseorang berteriak kegirangan sambil memelukku dari belakang. Bukan main seakan tidak mempercayai pemandangan depanku sekarang, pertemuan antara sahabat terjadi di pasar.
“Nefrit” tak kalah heboh berteriak keras karena kegirangan. Hubungan kontak kami berdua tiba-tiba putus karena kesibukan masing-masing. Nefrit mengambil jurusan perhotelan pada salah satu kampus. Siapa menyangka keinginannya menjadi salah satu karyawan hotel berbintang merupakan bagian dari impiannya. Hidup bersama kakak sepupunya yang sudah berkeluarga menjadi kisah hidup tersendiri untuknya.
“Hai ka’Allred” sapa Nefrit walaupun tidak akan pernah dibalas.
“Balas sedikit memakai senyuman kenapa?” menepuk keras bahu kakakku sendiri.
“Gi sakit…” ka’Allred mengeluh kesakitan akibat kelakuanku. Tidak menyangka pertemuan di pasar tadi menciptakan kesan tersendiri bagi persahabatan kami. Mengajak Nefrit biar singgah sebentar di rumahku sebelum pulang. Dengan senyuman, rasa senang bahkan bersemangat menerima tawaranku.
“Berarti saya bisa kesini kapan saja meminta bantuan atau kalau minggat” seperti itulah sahabatku bersama bahan candaannya.
“Terserah” balasku.
“Ka’Allred berarti bisa membantu saya belajar dong” tetap bersemangat bercerita terhadap kakak sama seperti ketika kami masih di kampung walaupun tidak pernah dibalas dengan senyuman ataupun kata-kata. Memory paling berharga saat kami akan mengikuti ujian akhir sekolah dan secara kebetulan ka’Allred berada di rumah, singkat cerita mengemis-ngemis biar bisa membantu dalam beberapa pelajaran paling sulit. Kelakuan Nefrit adalah menangis sekeras mungkin, bertekuk lutut setidaknya ka’Allred mau membantu. Otak Nefrit memang dikenal sangat pas-pasan bahkan dibawah rata-rata masih jauh lebih kacau dariku. Membutuhkan waktu buat dia mengerti satu mata pelajaran…
“Ka’Allred pasti mau” senyum Nefrit.
“Kau sadar tentang sesuatu?” ka’Allred akhirnya mengangkat bicara sambil membuka pintu kulkas dapur.
“Tentang apa?” Nefrit seperti biasa penuh semangat…
“Jurusanku ada dimana?” sikap angkuh, dingin, judes seorang ka’Allred.
“Sebentar lagi kakak akan menjadi seorang dokter spesialis masa depan dan pengacara terbaik di negeri ini” jawaban Nefrit. Tidak ada satupun rahasiaku yang tertutup jika berada di hadapan sahabatku sendiri dengan kata lain hanya Nefrit yang tahu 2 jurusan mata kuliah kakak di tempat berbeda.
“Nyambungnya dimana antara dokter, pengacara, dan hotel?” ka’Allred berkata-kata keras sambil menunjuk ke arah Nefrit memakai jari tulunjuknya kemudian berlalu dari hadapan kami.
“Sudah tahu sifat kakakku seperti apa? Jadi, jangan masukkan di hati” mengusap lembut wajah Nefrit.
“Saya tidak akan menyerah, kenapa? Ka’Allred itu jenius jadi mau mengamuk bagaimanapun saya akan tetap berjuang” penuh semangat berkata-kata tanpa terlihat ingin menangis atau marah sedikitpun.
“Kau memang tidak pernah berubah” memeluk sahabatku.
“Kau pasti bisa membantuku belajar walaupun jurusan kuliah kita berdua berbeda” Nefrit berkata-kata dalam pelukanku.
“Apa yang dianggap bodoh dan lemah bagi dunia, bisa saja menggemparkan bahkan membuat banyak orang tercengang-cengang suatu hari kelak.” Prinsip hidup Nefrit untuk berjalan melewati jalur-jalur tertentu tidak pernah berubah hingga detik sekarang.


Bagian 5…


Nefrit…

Bertemu kembali sahabat terbaik adalah hal paling menyenangkan dan tidak dapat dilukiskan hanya melalui kata-kata. Dikenal sebagai gadis bodoh itulah diriku tetapi mempunyai daya tarik tersendiri. Kuliah pada salah satu kampus di ibukota juga perjuangan menguras pikiran biar bisa lulus. Tidak perduli kemarahan, sikap dingin, ejekan, kegeraman kakak sahabatku namun saya akan tetap meminta bantuannya biar bisa menembus dunia suatu hari kelak. Ka’Allred terkenal jenius dalam segala hal membuatku pantang menyerah bahkan tetap bermental baja di hadapannya.
“Permisi” bersuara mengetuk pintu rumah Gi.
“Sepertinya tidak ada orang” gumamku tetap berdiri depan pintu rumahnya.
“Gi pergi kuliah, pulanglah!” wajah ka’Allred baru bangun tidur.
“Kakak tidak kuliah?” bertanya…
“Berhenti ngoce dan pulang sekarang!” mengusirku pulang…
“Kalau Gi tidak ada berarti kakak bisa dong membantu saya untuk tugas mata kuliahku yang satu ini, please!” memohon sambil membungkukkan tubuh…
Terus memohon, merengek, bahkan bertekuk lutut di hadapan ka’Allred dengan wajah masih berantakan pagi-pagi seperti ini. “Bangun!” memerintah sambil menggaruk bagian kepalanya…
“Kau lebih parah dari Gi sama-sama mengesalkan” sekalipun ka’Allred menggerutu, marah, geram, mengamuk, berteriak tetapi saya tidak akan pernah menyerah meminta bantuannya.
“Memangnya tugasmu itu seperti apa?” masih terlihat kesal menatapku.
“Dosen itu menyuruhku mempelajari akun-akun media social baik terkenal maupun tidak terkenal bersama berbagai artikel-artikel penjabaran di dalamnya” jawabanku.
“Hei, setahuku jurusanmu perhotelan lantas hubungannya dengan tugas ini dimana?” teriak ka’Allred sedikit membuatku ketakutan.
“Satu lagi kakak membuatku bingung, harus menuangkan segala jenis kesimpulan paradigma netisen terhadap sebuah objek yang terkadang menjebak bahkan menghancurkan sekaligus membuat perpecahan.” Berkata-kata kembali…
“Nefrit, pertanyaanku sebelumnya belum dijawab dan sekarang masih bercerita seputar tugas lain lagi” suara ka’Allred meninggi…
“Kata dosenku harus belajar memahami banyak hal, jadi tugas seperti ini tetap menjadi bagian perhotelan sekalipun bercerita tentang dunia medsos” tersenyum manis di hadapannya.
Ka’Allred mengambil hand phone miliknya kemudian menyuruhku menyiapkan kertas, pulpen, dan juga laptop tentunya. Mempelajari beberapa defenisi tentang sebuah artikel bersama biografi beberapa tokoh tertentu. Ada begitu banyak konflik yang sering terjadi ketika berada di dunia media social terlebih pengguna instagram, FB, dan lain sebagainya. Tidak dapat disangkal jika media social digunakan sebagai kegiatan untuk berkarya, mempengaruhi, membuat sensasi bagi sebuah generasi sekarang.
Hal lebih parah adalah pemilik akun dengan follower-follower terbanyak terkadang membuat perpecahan sangat halus tetapi menusuk. Permasalahan lebih buruk dari itu adalah ketidakpekaan banyak orang mempelajari caption maupun objek tertentu dari setiap post tersebut. Karakter generasi sekarang adalah hanya tahu membuat komentar-komentar terburuk tanpa mempertimbangkan ataupun menganalisa pernyataan-pernyataan mereka. kekacauan terbesar adalah sebagian besar akun seakan memancing pernyataan bersifat sensitive, tetapi memakai cara paling halus untuk menghancurkan negaranya sendiri.
“Coba kau buat sebuah pernyataan pada kolom komentar disini, tetapi memakai akunmu sendiri!” perintah ka’Allred.
“Tunggu apa lagi, sekarang buka akunmu dan buat komentar tak biasa tetapi mencekam!” sekali lagi mencari HP android milikku kemudian melemparkan ke arahku.
“Memang apa yang harus kutulis” kepalaku tertunduk.
“Sekarang pelajari baik-baik bagaimana pemilik IG tersebut membuat pernyataan tentang seorang tokoh cukup dikenal oleh public, ambil kesimpulan, dan buat komentar menurutmu memang benar.” ka’Allred menekan setiap anak kalimat dari perbendaharaan mulutnya.
Sebuah postingan terlihat menjelaskan salah satu tokoh cukup terkenal di kalangan masyarakat. Menuliskan tentang keberhasilannya di negara ini, mempunyai jabatan penting dari beberapa perusahaan besar, memiliki keluarga harmonis sehingga semua orang memuji dirinya. Menurut pengamatan tidak ada yang salah pada postingan tersebut, kenapa? Menjelaskan kebahagian sebuah pertahanan keluarga juga keberhasilan seorang tokoh terkenal sekaligus dapat menjadi teladan. Permasalahan disini bukan pada tokohnya, melainkan satu kata dari pemilik akun tersebut seakan ingin mempermainkan suasana.
Satu kata tetapi bersifat sensitive bagi kalangan sebagian besar bahkan hampir secara keseluruhan masyarakat di negara ini. Semua orang berpikir baik terhadap sang tokoh dan itu tidak menjadi masalah, hanya saja satu kata tersebut akan menjadi dilema paling berperan bagi kehidupan masyarakat di luar sana. Mualaf merupakan satu kata paling dibanggakan oleh hampir secara keseluruhan masyarakat, tetapi menghancurkan negara sendiri jika disalah gunakan oleh berbagai media pengguna. Tetap memegang teguh ataupun perpindahan keyakinan merupakan sebuah privasi bukan untuk menjadi bahan perpecahan ataupun memancing banyak orang.
Kepribadian masyarakat negara ini adalah terlalu fanatic sehingga tidak pernah berpikir tentang menghormati atau menghargai keyakinan lainnya. Para netizen disuguhkan dengan objek-objek artikel dengan pernyataan-pernyataan membangun tetapi juga menyelipkan sebuah perpecahan sekaligus menghancurkan generasi sekarang menjadi lebih buruk. “Silahkan berkomentar!” perintah ka’Allred.
Membuat sebuah pernyataan pada kolom komentar tersebut sehingga berujung pada zona tidak nyaman bagi diri sendiri. Selang beberapa waktu berbagai reaksi komentar negative bermunculan dari berbagai arah menyerang dalam sekejap. Ka’Allred menatap ke arahku sambil membaca semua komentar tersebut. “Kau takut?” pertanyaan terkacau…
Semua membuly komentar milikku dengan membuat tanggapan-tanggapan terkacau bahkan paling terburuk. Iri hati, kebanyakan micin, otak ketinggian, terlalu so’, baper, sensitive, rasis, tanda-tanda kurang didikan dan kasih sayang, aneh, payah, harus membaca kembali topiknya sekaligus menganalisa inilah kata-kata dari para netisen. Secara rinci pada dasarnya menyatakan tentang sosok tokoh terbaik sekaligus mempunyai keluarga bahagia. Kesalahan terbesar bukan pada tokoh tersebut melainkan pemilik akun menyajikan atau menyelipkan permasalahan kata paling sensitive bahkan menghancurkan negaranya sendiri. Hanya satu kata tetapi bagi sebagian masyarakat fanatisme sangat membanggakan sekaligus menghanyutkan…
“Sangat terbaca dengan jelas bagaimana para netizen dengan kepribadian fanatisme membuly habis-habisan dengan mengucapkan hal-hal tidak pantas, walaupun komentarku sendiri bersifat ingin menegur sang pemilik akun untuk tidak membuat perpecahan.” Mencoba menjelaskan sesuatu yang kupetik…
“Coba berpikir tentang prinsip lebih detail!” ka’Allred terus menatap ke arahku.
“Generasi sekarang tidak lagi berpikir tentang basic untuk membentuk maupun menghindari perpecahan, hanya bercerita fanatisme berlebihan sehingga apapun pernyataan untuk mempertahankan keutuhan sebuah negara dianggap sebagai sampah menjijikkan.” Pernyataan terbaik keluar dari mulutku…
Menyelipkan kata “Mualaf” sama saja membuat kerusuhan bagi banyak masyarakat di luar sana dan seakan-akan ingin memperbesar atau memancing masalah melalui perpindahan keyakinan seseorang. Bukan permasalahan tokohnya melainkan satu kata tersebut menjadi perbincangan bagi local maupun internasional. Terkesan biasa tetapi seakan ingin memancing, membuat permainan, menghancurkan, merusak negara sendiri. Seperti yang telah diketahui bersama bagaimana pengaruh sebuah kata dapat berakibat terlalu sensitive bagi banyak penganut kepercayaan lain. Keyakinan seseorang merupakan hak dan juga sebuah privasi bukan sebagai bahan publikasi untuk mengundang reaksi terburuk.
Terlalu banyak pertengkaran yang sering terjadi depan mataku sendiri dan bagaimana saling menyudutkan satu sama lain tentang sebuah keyakinan. Penyelipan mualaf menjadi perbincangan dimana-mana, sehingga ketika berdialog bersama penganut keyakinan lain seakan ingin menyerang  ataupun memaksakan sesuatu untuk memasuki area tersebut. Ada begitu banyak pengalaman demi pengalaman di hadapanku sendiri bercerita lain, saling mengejek, berselisih, bahkan menyerang penganut keyakinan lain dengan memerkan kata mualaf atau apapun itu. Pada akhirnya berujung pada pertikaian, perang media social, perselisihan, bahasa kutuk, kehancuran, penyakit, dan masih banyak lagi dampak negative lain ditimbulkan. Tidak lagi bercerita tentang rasa toleransi atau saling menghormati antara satu sama lain akibat pengaruh fanatisme berlebihan.
“Andai kata kau menjadi bahan bulyan setiap hari di dunia nyata dan medsos akibat pernyataanmu pada kolom komentar tersebut, apa yang akan kau perbuat?” pertanyaan tergila dari ka’Allred.
“Andai kata semua itu terjadi, saya akan tetap berpegang pada pernyataanku selama masih berada pada jalur mempersatukan.” Kalimat terbaik buatnya…
Sekalipun semua netizen, masyarakat, atau pihak manapun bahkan bercerita jutaan orang menyerang sekaligus membuly tetapi saya akan tetap bertahan. Semua dapat membuly, menyerang, melemparkan pernyataan terburuk, mengutuk, mengungkapkan bahwa pemikiranku paling terkacau di antara semuanya. Satu-satunya yang dibutuhkan disini adalah kekuatan mental untuk belajar bertahan bagaimanapun reaksi negative semua orang. Pada dasarnya prinsipku berkata bahwa selama jalur yang kulewati masih pada posisi membentuk, saya akan tetap bertahan apapun yang terjadi.
“Kau tidak ingin menghapus pernyataanmu pada kolom komentar pemilik akun tersebut?” sepasang bola mata ka’Allred menatap tajam…
“Saya tidak akan pernah menghapus setitikpun sekalipun menjadi bahan bulyan buat kehidupanku secara pribadi dari semua pihak.” Pernyataanku…
“Walaupun semua orang berkata nada bicaraku benar-benar lancang, sangat kasar, atau apapun itu saya akan jalani. Pernyataanku masih pada posisi bahasa dan tidak mengeluarkan kata-kata kebun binatang, tetap berada dalam area pernyataan tepat hanya saja banyak orang menanggapi negative.” Sekali lagi menyatakan apa yang seharusnya dipertahankan.
Terserah tanggapan semua orang terhadap kehidupanku sendiri. Entah bersifat menghina, mengutuk, menjauhi, menyerang, mempermalukan, membuly tetap saya akan bertahan selama bersifat membentuk. Kalau boleh jujur, saya mempunyai pribadi paling keras ketika berhadapan dengan sebuah objek tertentu. Sejak kecil saya selalu memimpikan ingin menjadi seseorang dengan mempunyai tingkat perbedaan dari siapapun. Kalau salah maka saya akan melawan dan akan berkata semua itu salah, tetapi jika benar maka saya akan berkata benar.
“Okey, sekarang buat kesimpulan apa yang kau dapat dari semua dialog, pembulyan, pernyataan, karakter, keseimbangan emosional, artikel, pola pikir sebagian besar generasi sekarang baik ketika berada di dunia nyata maupun media social lebih detail!” ka’Allred.
“Ketik sesuai petunjuk dosenmu kemudian perlihatkan hasilnya!” masih melanjutkan ucapannya. Melakukan semua petunjuk ka’Allred dimana menyajikan uraian lebih detail tentang gambaran kisah nyata pola pikir generasi sekarang.
“Ternyata Nefrit kemarin dan sekarang seakan mempunyai perubahan drastis” ka’Allred sedikit menyindir…
“Terserah pemikiran kakak seperti apa, yang penting ajarkan saya banyak hal yang tidak kumengerti sama sekali” tersenyum menyerahkan hasil ketikanku ke tangannya. Dapat dikatakan ka’Allred memperlihatkan sikap dingin, pendiam, judes, tidak mau menolong tetapi kenyataannya akan luluh dengan sebuah trik.
“Gadis aneh” sikap judes, dingin, angkuh kembali beraksi pada dirinya.
“Terserah kakak” tetap tersenyum membalas ucapannya. Entah mengapa saya selalu merasa aman ketika ka’Allred berada di sampingku. Apapun caranya selalu saja ada cara mengemis terhadap dirinya biar mau membantuku dalam mengasah otakku. Sudah menjadi rahasia umum jika saya mempunyai kemampuan otak benar-benar bermasalah untuk berkembang. Ka’Allred banyak membantu sekalipun harus bermohon-mohon sambil bertekuk lutut sekalian saja menangis di hadapannya. Rasa geram, marah, seakan ingin memakanku hidup-hidup sama sekali tak pernah kuperdulikan demi meraih mimpiku sendiri.

FLASHBACK…

“Berhenti mengemis ingin dibantu” ka’Allred berteriak sangat keras.
“Kakak tahu kan otakku paling berkarat diantara semua yang berkarat” memeluk kakinya lebih tepatnya mengemis-ngemis.
“Tidak bisa” semakin geram.
“Saya akan terus datang meminta bantuan kakak biar mau jadi guru terbaikku” tanpa rasa putus asa membalas perkataan ka’Allred. Seperti inilah kebiasaanku jika berada di rumah sahabatku Gi, menjadi pengemis terbaik demi ujian kelulusanku. Kakak sahabatku pasti pulang kampung kalau liburan tiba. Otaknya itu terlalu encer untuk kategori mahasiswa, jadi tetap dapat mengambil jadwal liburan di tengah-tengah kuliahnya yang padat terlebih dengan dua jurusan berbeda. Tinggal menghitung waktu, ka’Allred bakal menjadi dokter spesialis dan pengacara tebaik di negara ini. Jarak umur Gi dan ka’Allred sedikit jauh apa lagi dibandingkan dengan Selby yang masih sangat kecil. Makanya ka’Allred sangat marah besar mendengar bundanya akan segera melahirkan kembali anak ketiga.
“Tidak ada salahnya membantu kami berdua” cetus Gi juga memohon bantuan.
“Kakak bilang tidak pasti tidak akan pernah, ngerti?” penekanan kalimatnya…
“Allred berhenti berucap,” sang bunda sudah berada depan kami menandakan pertolongan datang tepat waktu. Mau tidak mau ka’Allred harus mau membantu kami belajar.
“Saya benci bunda, sudah tua masih juga hamil” seakan ka’Allred melampiaskan kekesalannya terhadap kami karena kehadiran Selby.
“Sadar Allred kalau adikmu itu pemberian Tuhan” sang bunda menegur ka’Allred.
“Kenapa juga bunda belum mengalami monopuse biar tidak hamil lagi” kekesalan ka’Allred terlihat jelas dengan tangan membuka buku-buku pelajaran kami. Hal lebih gila dan lucu lagi saat Selby berusia 2 tahun bagaimana ka’Allred bermain sangat akrab bersama adik bungsunya. Sepertinya sudah mulai menerima kenyataan…


Bagian   6…

Allred Yehuda…

“Dokter terjadi penyumbatan” keadaan ketika berada dalam suatu ruang operasi demi menyelamatkan satu nyawa. Masih berstatus sebagai mahasiswa praktek pada salah satu rumah sakit terkenal di ibu kota. Melanjutkan kuliah bagian dokter spesialis memang tidak mudah khusus penanganan kardiovaaskuler. Di lain hal harus mengatur jadwal kuliah hukum yang sedang saya jalani dan hampir selesai. Menjadi seorang dokter spesialis sekaligus pengacara terbaik merupakan impian saya sejak kecil. Tidak ada kata larangan bagi siapapun yang ingin berada pada 2 profesi bukan?

Flashback…

“Ayah tidak pernah marah terhadap keputusanmu, hanya saja kau harus menjaga kesehatanmu sendiri” tutur bahasa seorang ayah buatku saat membuat keputusan bagi masa depanku sendiri.
“Bagaimanapun saya akan berusaha menjalani kedua-duanya dan itu pilihan hidupku” tetap berpegang teguh pada pilihan hidupku. Mendapat beasiswa pada salah satu kampus terbaik di ibu kota dapat meringankan biaya kuliahku. Ayah hanya berperan sebagai seorang petani, tetapi tidak berarti kehidupan anaknya hanya berada pada satu area saja.
“Ayah tidak pernah menuntut kau harus menjadi yang terbaik diantara yang terbaik dan harus selalu nomor satu di bidang akademik apapun alasannya.” Setiap saat ketika berhadapan denganku, tidak akan pernah bosan mengucapkan kalimat seperti ini.
“Pernyataan ayah tidak pernah berubah” seakan ingin tertawa.
“Cukup lakukan yang terbaik, andai kata gagal tidak berarti seorang Allred bukan lagi anak ayah. Selamanya kau akan tetap menjadi jagoan kecil terbaik bagi ayah, ngerti?” mendekap anaknya dengan caranya sendiri, inilah kisah perjalanan ayahku. Saya tetap jagoan kecil buatnya sampai kapanpun juga. Memberikan kehangatan, pembentukan, pendidikan dengan system berbeda dari seluruh ayah di dunia.

Flashback…

Mengatur waktu sebaik mungkin itulah yang kulakukan saat ini. Berjuang keras agar terpilih menjadi ketua tingkat untuk mengatur segala jadwal seluruh dosen setidaknya tidak bertabrakan merupakan kegiatanku selama beberapa tahun. Dikenal dingin, diam, sulit tersenyum, dan masih banyak lagi merupakan bagian kepribadianku. Tidak ada yang tahu jika saya mengambil 2 jurusan di kampus yang berbeda dan semua tertutup rapat. Hanya ayah, ibu, Gi, dan Nefrit sahabatnya menyadari semua itu.
“Kakak” wajah Gi tidak karuan menatap ke arahku.
“Ka’Allred” semenjak Nefrit tahu rumah kontrakan ini, setiap hari tanpa bosan terus berada disini.
“Mau apa kemari?” seperti inilah kepribadianku dingin, judes, terlihat arrogant terhadap adik sendiri terlebih orang lain jika tidak penting terlebih hal berbau paling penting. Gi dan Nefrit sekarang barada di awal semester kuliah tahun ini. Jarak umurku dan mereka dapat dikatakan sedikit jauh juga. Sekarang saya berada di akhir-akhir semester menjadi pengacara dan juga bagian jurusan dokter spesialis, sedangkan mereka berdua baru berada di awal tahun pertama kuliah.
“Ka’ ajarin saya tentang perhotelan” nefrit memohon sambil berlutut lagi seperti biasa.
“Saya bukan anak perhotelan” geram melihat tingkah konyolnya.
“Kakak itu kan jenius jadi diberi pembahasan bidang apa saja pasti bisa” raut wajah menyedihkan kembali dimainkan oleh sahabat terbaik adikku.
“Tenggelam saja di laut sana” mengambil kunci motor kemudian berlalu dari hadapan mereka. Setiap hari tingkah konyolnya selalu membuat kepalaku sakit. Membawa laptop, banyak buku, pulpen setiap hari minta dibantu mengerjakan tugas-tugasnya. Kelakuan Nefrit ketika berada di kampung dan ibu kota tetap sama tidak ada perubahan sedikitpun bahkan semakin parah. Tetap tersenyum mau dibentak seperti apapun juga tetap berlutut memohon bantuan.
“Ka’Allred, please” terkejut ketika membuka pintu rumah dan ternyata Nefrit masih berada di tempat yang sama malam-malam begini.
“Kau belum pulang?” jantungku hampir terlempar keluar…
“Sejak tadi  dia tetap bertahan seperti ini, tidak mau pindah-pindah” wajah Gi terlihat ketakutan menyaksikan tingkah laku sahabatnya.
“Mana bukunya?” menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah konyol Nefrit.
“Kakak, minumlah” tingkah laku Gi terlihat sangat ramah demi sahabat terbaiknya. Jurusan kami berbeda tetapi menuntut untuk menolongnya, benar-benar membuatku geram setiap saat. Mencoba mempelajari system  perhotelan, parawisata, seberapa penting dampak desain arsitek terhadap bidang tersebut, perpajakan, tahap promosi melalui buku-bukunya. Om google pun tidak akan luput dari semua pengamatan tentang dunia perhotelan di segala arah.
“Jangan masuk jurusan yang sama sekali tidak kau pahami” menggertak Nefrit…
“Tapi sejak kecil mimpiku ingin menjadi bagian terbaik di bidang seperti ini” penuh semangat membalas ucapanku tanpa memperdulikan bagaimana suasana kegeraman, murtad, amarah, emosional di hadapannya sekarang.
“Kakak, makanlah kue hasil buatan kami berdua” Gi menyuap sepotong kue di mulutku bahkan memberi senyum terbaiknya.
“Ternyata kalian membuat kue ini selama saya tidak ada, tetapi berbohong berjam-jam Nefrit tidak mau berpindah tempat” tidak menyangka mereka berdua…
“Maaf kakak, semua ini salahku” Nefrit memasang wajah menyedihkan…
Begadang demi membantu sahabat terbaik adikku menyelesaikan tugas kampusnya, itulah keadaanku sekarang. Mengenalkan Nefrit pada tetangga sebelah rumah merupakan kegiatan terbaru Gi. Hal lebih mengejutkan adalah terkadang mendapati suara berteriak seperti pasar di rumah akibat kelakuan mereka bertiga dan bukan lagi berdua. Menggosip, menonton drama korea, kegiatan memasak, dan lain sebagainya semua sudah berpindah ke rumahku bukan lagi ke tetangga sebelah.
“Hai Allred” sapa tetangga baru.
“Pasti belum kenal namaku, perkenalkan Zelby” menyodorkan tangannya…
“Saya tidak tertarik” perkataan terkejam untuknya.
“Tidak apa-apa kalau sama sekali tidak tertarik” sifatnya sedikit mirip Nefrit.
“Saya pasti beritahu ayah tentang kelakuan kakak” Gi sangat marah…
“Ka’Allred ikut kami masak-masak yah” Nefrit menarik tanganku tiba-tiba menuju dapur. Seperti inilah kelakuan sahabat adikku ketika bertemu denganku. Menyuruhku membersihkan sekaligus memotong sayur di depannya sekarang. Gi sendiri sedang asyik membersihkan beberapa ikan segar, sedang Nefrit dan sang tetangga melakukan pekerjaan lain. Tema hari ini adalah acara masak-memasak bersama 3 sekumpulan manusia centil.
“Ayam lalapan, ikan bakar, mangga acar, nasi merah, saus sambel terasi terong pette benar-benar lengkap” ujar Nefrit menyaksikan menu makanan di atas meja. Pekerjaan terbaikku dimana membakar beberapa terong dan terasi sambil mengoles minyak. Setelah itu mengulek cabe hijau, terong bakar, terasi menjadi satu bersama garam dan penyedap rasa. Menaruh irisan bawang merah, pete goreng, dan tidak lupa perasan jeruk puruk ke dalamnya. Siap dihidangkan sebagai saus sambel ayam lalapan dan ikan bakar yang sejak tadi membuat wajahku berkeringat karena asapnya di belakang rumah.
“Ternyata dokter Allred lahap juga makan yah” Zelby sedikit tertawa…
“Benar ucapan ka’Zelby” Nefrit menambah bahan keusilan. Kegiatan gila tapi menyenangkan bersama 3 manusia centil di hadapanku sekarang.
“Kakak tambah lagi?” Gi tidak menyangka ini ketiga kalinya menaruh nasi ke piringku bahkan semua ikut menertawakan kelakuanku. Pertama kali melakukan kegiatan seperti ini bersama adikku dan kedua sahabatnya merupakan hal terkacau sekaligus menyenangkan juga buatku. Setidaknya suasana hatiku bahagia menikmati makanan di hadapanku jadi acara kegeraman pergi menjauh dari hidupku untuk beberapa saat.
Makan sepuasnya kemudian tidur nyenyak di kamar sendiri tanpa ada gangguan. Membiarkan mereka bertiga melanjutkan kegiatan bergosip maupun menonton serial drama korea di kamar Gi. “Saya penasaran tipe cowok ideal menurut versi kalian berdua seperti apa? Suara Zelby terdengar jelas ke kamarku hingga membangunkan saya dari tidur.
“Tidak gengsi, manis, baik, perhatian, mau belajar tentang banyak objek, tinggi, terus bule biar bisa perbaiki keturunanlah” Gi penuh semangat berkata-kata membuatku ingin tertawa keras tapi berusaha untuk menahan diri. Saya baru menyadari Gi berada pada usia mulai dewasa, selama ini hanya menganggap dirinya tetaplah anak kecil yang akan selalu merengek.
“Wow seru juga, kalau Nefrit?” Zelby menyuruh Nefrit menjawab pertanyaan tersebut.
“Saya kan bodoh, jadi pasanganku harus jenius biar bisa perbaiki keturunan juga” jawaban Nefrit terkesan aneh…
“Nefrit tidak apa-apa cowok itu mempunyai fisik paling terjelek sedunia yang penting jenius begitu maksudnya?” Gi secara spontan membuat pertanyaan kembali.
“Masalahnya saya juga tidak cantik, jadi, Tuhan kalau bisa wajahnya cakep sekaligus jenius biar bisa perbaikan keturunanlah. Tidak ada yang munstahil bagi Tuhan, amin” Nefrit menjawab dengan polosnya…
Entah mengapa bahan dialog mereka terus terngiang di sekitar telingaku. Selama ini ada begitu banyak gadis bergantian juga antri mencari perhatian tetapi tidak satupun masuk dalam kategori tipekal menurut versiku. Apakah saya berada pada zona tidak normal atau mengalami permasalahan transgender? Menurutku tidak sama sekali, hanya saja hidupku belum mengarah terhadap pemikiran seperti mencari seseorang yang terbaik. Saya hanya membutuhkan waktu untuk mengejar mimpi juga menemukan tipekal seorang gadis yang sesuai dengan jalan hidupku sendiri.
“Allred, hari ini sepertinya shiftmu malam” Danils temanku tiba-tiba menyapa di kampus. Terkadang kami harus kembali ke kampus untuk bertemu dosen, tugas mata kuliah terbaru, atau hal lain seperti masih mendapat kepercayaan menangani penyambutan mahasiswa baru. Ternyata saya berhasil membujuk pihak rumah sakit biar memberikan kebijakan jam shift akibat permasalahanku harus magang praktek pada salah satu kantor pengacara terbaik untuk tugas akhirku di jurusan hukum beberapa kali dalam seminggu.
“Baguslah kalau begitu” bersikap cuek seperti biasa.
“Allred, bukannya itu Kirey penggemar beratmu” seakan mengejek…
“Apa yang dia lakukan terhadap juniornya?” mengamati kegiatan Kirey dari arah dekat.
“Kemarin Gi jadi korban, sekarang mau buat keributan baru lagi” cetusku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Fakultas kedokteran memang bersebelahan dengan fakultasnya, jadi kami masih dapat saling tegur sapa atau bekerja sama untuk beberapa kegiatan tertentu.
“Kenapa memperlakukan juniormu seperti itu?” menegur keras tingkah Kirey.
“Dokter Allred” menghentikan kegiatan bertingkah usil terhadap juniornya.
“Nayah” teriak Gi tiba-tiba tak mempercayai pemandangan di depan matanya…
Ternyata korban permainan Kirey berikutnya salah satu sahabat Gi. dimana-mana Gi mempunyai sahabat baik tetangga sebelah, sekitar kampus, teman sekampung hingga detik sekarang. Lebih kacau lagi adalah Gi membawah Nefrit ke kampus, pada hal tidak seorangpun menyadari jika kami saudara kandung. Jangan sampai Nefrit keceplosan berteriak menyebut namaku.
“Ka’A…” sebelum berhasil menyebut namaku, Gi menginjak kaki Nefrit sekaligus memberi kode. Tidak seorangpun boleh menyadari jika saya dan Gi ternyata kakak-adik, kenapa? Hanya untuk menghindari adikku mengalami masalah atau banyak memanfaatkan salah dirinya. Kepalaku cukup sakit ketika banyak wanita berada di hadapanku.
“Kalau memang naksir sama kakak siapa lagi namanya?” Gi menepuk keras bahuku.
“Ka’Allred” Danils menjawab pertanyaan Gi.
“Maksudku ka’Allred, jangan buat sensasi mengganggu sahabatku dong” tegur Gi. penyakit kumat Gi kembali mengisi ruang hidupnya. Satu-satunya junior yang berani melawan seniornya hanyalah adikku seorang melalui beberapa cara. Kirey terlihat ingin mengamuk seketika…
“Berhenti memfitnah!” wow Kirey tidak bisa menerima…
“Tapi kenyataan naksir sama dokter ini kan?” bukan Gi namanya kalau tidak melawan.
“What?” teriak Nefrit tidak percaya bahkan menatap ke arahku seketika sehingga menjadi perhatian.
“Maksudku, kakak ini seorang dokter yah?” Nefrit hampir keceplosan. Akhir cerita Kirey tidak lagi berkutik dan berujung permohonan maaf terhadap Nayah. Tidak dapat disangkal jika sahabat Gi yang satu ini benar-benar cantik, jadi kemungkinan besar Kirey sedikit iri terhadapnya. Cantik, ayu, lembut, anggun dapat menggambarkan kepribadiannya.
“Kakak terimah kasih banyak” tiba-tiba Nayah berlari ke hadapanku.
“Kau hanya berterimah kasih terhadap manusia itu? Kenyataannya kami semua menolongmu” teriak Gi tidak bisa menerima tingkah salah satu sahabatnya.
“Gi mau makan denganku?” Danils membuat masalah baru menggoda adikku.
“Terimah kasih dokter Danils tapi saya merasa tidak tertarik dengan ajakanmu” Gi.
“Memang kenapa?” gerutu Danils.
“Saya lagi mencari wajah bule buat perbaiki keturunan, lah dokter wajahnya tidak bisa dipakai buat perbaikan keturunan biar anakku juga nanti wajahnya blaster.” Jawaban spontan Gi.
Pernyataan terkacau Gi tanpa berpikir panjang untuk berkata-kata. Saya pikir tipekal cowok idamannya pasti berwajah ala-ala Korea seperti drama kesayangannya tetapi ternyata tidak sama sekali. Gi memperkenalkan Nefrit di hadapan teman geng sekampusnya hari ini. “Sepertinya Gi lupa membawa tetangga sebelah rumah buat diperkenalkan ke semua teman kampusnya sekalian” celoteh sendiri menyaksikan tingkah Gi dari kejauhan.
Kejadian paling aneh lagi setelah hari berikutnya adalah sahabat kampusnya bernama Nayah berjuang berada di hadapanku setiap hari. Entah dari mana mendapat jadwal shift praktekku di rumah sakit ataupun ketika berada di kampus sehingga selalu muncul seketika. Harus kuakui kecantikan natural seorang Nayah dapat menggetarkan semua lawan jenisnya. Sisi lembut bahkan setiap bahasa tubuhnya berbeda dari semua gadis manapun juga. Mana mungkin Gi membeberkan hubungan adik kakak antara kami.
“Dokter, sepertinya sibuk” suara lembut, ayu, cantik itulah gambaran Nayah.
“Nayah, mau apa kemari?” entah harus berucap seperti apa. Tidak dapat disangkal seorang Nayah dapat memperlihatkan sisi dewasa dari segi bahasa tubuh maupun penampilannya jauh berbeda dengan adikku dan Nefrit masih bertingkah kekanak-kanakan. Jenis suaranya dapat memberikan kesejukan tersendiri bagi siapapun. Wajar saja, dia mendapat julukan primadona kampus untuk seluruh fakultas hingga membuat Kirey iri melihatnya.
“Nayah kenapa?” tiba-tiba Nayah terlihat histeris pertama kali di rumah sakit.
“Tolong selamatkan papi” terus menangis sangat panik. Pasien baru di ruang gawat darurat ternyata ayahnya. Segera berlari memeriksa kondisi, tanda-tanda vital juga berjuang menyelamatkan pasien tersebut tidak lain adalah ayah dari Nayah.
“Bagaimana hasil pemeriksaannya?” Professor Asdi mencoba mengamati hasil pemerikasaan.
Aterosklerosis?” pertanyaan Prof. Asdi berbalik ke araahku. Beberapa system pemeriksaan yang biasa dilakukan bagi pasien aterosklerosis diantaranya elektrokardigram (EKG), USG dopler, pemindaian (magnetic resonance angiogram/ MRa dan CT scan). EKG dimana memeriksa aktivitas jantung hingga menunjukkan bukti serangan jantung berikutnya. Memeriksa apakah adanya penyumbatan arteri dengan gelombang suara sehingga memakai USG. Pemindaian sendiri untuk memeriksa kondisi arteri. (alodokter.com)
“Hasil pemeriksaan disini menunjukkan pasien mengalami aterosklerosis” memperlihatkan hasil foto pembuluh darah tersumbat oleh zat lemak menumpuk (plak) sehingga terjadi penyempitan dan penebalan arteri. Perlu diketahui gejala yang sering terjadi pada penderita aterosklerosis adalah nyeri dada, tekanan darah tinggi, cepat lelah, peningkatan kadar kolesterol, nyeri otot, sakit kepala, kehilangan memory atau lebih tepatnya pikun. (autoimuncare.com).
“Kasus aterosklerosis pasien ini cukup parah” ungkapku kembali.
“Jadi menurutmu? Prof. Asdi terus menatap layar di depannya…
“Perlu pembedahan bypass/ Coronary artery bypass graft (CABG) karena tingkat sumbatan dan pengapuran kolesterol cukup parah jadi harus membuat jalur pembuluh darah baru dekat arteri lama yang sudah rusak.” Menjabarkan kembali pembedahan bypass.
“Tujuannya?” Prof. Asdi seakan memancing saja…
“Setidaknya melalui pembuatan jalur baru sebagai jalan langsung sehingga dapat melancarkan kembali aliran darah ke jantung juga mendapat suplai oksigen juga sari makanan dengan baik.” Penjabaran tujuan bypass pada pasien ateroklerosis tingkat parah. Pembuluh darah baru berasal dari pembuluh darah vena bagian tubuh lain pasien, entah dari bagian kaki atau lengan.
“Kalau begitu beritahu keluarga terdekatnya secepatnya!” Prof. Asdi.
“Baik Prof.” segera memanggil Nayah untuk memberi penjelasan tentang kondisi orang tuanya saat ini. Perempuan memang seperti ini selalu menangis saat bagian paling terdekat seakan ingin pergi menjauh dari hidup. Proses operasi segera dilakukan sesuai persetujuan Nayah sebagai anak kandung bapak Wijaya. Menelepon Gi agar menemani Nayah selama di rumah sakit setidaknya dapat berbagi beban saat ini. Operasi tersebut berjalan dengan lancar walaupun kondisi pak Wijaya sampai sekarang belum siuman karena pengaruh obat bius.
“Sekali lagi terimah kasih karena menyelamatkan papi” Nayah dengan wajah menunduk berkata-kata, tetapi di otakku malah mengingat bagaimana Nefrit bertingkah seperti ini memohon bantuan.
“Tingkah laku sama dan sepertinya sebelas dua belas” tersenyum manis.
“Dokter bilang apa barusan?” Nayah sedikit bingung…
“Kau harusnya berterimah kasih terhadap Tuhan paling utama, sedang ucapanmu itu bawah ke hadapan dokter Asdi bukan buatku” berkata-kata kemudian berlalu dari hadapannya masih mengenakan pakaian bedah. Nayah hanya hidup berdua dengan sang ayah, sedang ibunya sudah lama meninggal. 2 hari setelah operasi tersebut, hal tak terduga adalah Nayah meminta bantuanku kembali. Lebih kacau dari permintaan Nefrit memohon setiap hari tentang permasalahan tugas kampus. Harus berpura-pura sebagai pacar Nayah depan sang ayah, entah dengan tujuan seperti apa.
“Tolonglah, hanya sampai papiku sehat betul” berlutut depanku. Kenapa sikap Nayah & Nefrit sama? Selalu berlutut demi sebuah bantuan…

Bagian 7…


Allred seakan ingin terjatuh seketika menyaksikan permohonan Nayah. Berlutut, memohon, menjatuhkan air mata setidaknya Allred memenuhi permintaannya yaitu berpura-pura menjadi pacar Nayah depan sang ayah. “Kacau betul” Allred sangat risih atas permintaan tersebut. Suka ataupun tidak suka harus menolong sahabat adiknya. Gi menatap ke arah Allred seakan tak mempercayai tindakan sahabatnya sekarang. Ternyata bukan hanya Gi menyaksikan tindakan tersebut, melainkan Nefrit pun menjadi saksi mata bagaimana Nayah mengemis dan memohon terhadap Allred.
“Nefrit” satu kata berteriak jauh di dalam relung jiwa bagi Allred saat Nefrit dan Gi berdiri di belakang Nayah di ruang khusus para dokter.
“Papi ingin anaknya secepatnya mempunyai pasangan, kalau tidak…” kalimat Nayah terpotong…
“Kalau tidak?” Allred masih posisi berdiri depan Nayah.
“Papi pasti menjodohkan saya dengan anak temannya, tidak mungkin melawan kehendak papi dengan kondisi kesehatannya seperti sekarang” Nayah.
“Dokter kumohon sampai kondisi kesehatan papi pulih” sikap Nayah semakin bermain dengan isakan tangis, sedangkan Gi dan Nefrit hanya bisa terdiam tanpa berkata-kata.
“Nayah punya segalanya mulai dari kecantikan, tubuh sempurna, anggun, ayu, terlihat dewasa, pintar, mempunyai banyak uang pasti di luar sana banyak pria mau menjadi pacar bohongan terlebih serius selain saya.” Allred mengubah posisi tubuhnya seperti Nayah sehingga mereka saling bertatapan.
“Saya hanya ingin dokter bukan yang lain” balas Nayah.
“Sebenarnya saya tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini, tapi saya akan mencoba membantu sebisaku” senyum Allred pertama kali untuk seorang wanita…
“Benar dokter mau menolong saya” Nayah segera menghapus air matanya memegang kuat jari Allred.
“Tuhan, kenapa seperti sakit melihat pemandangan depanku yah?” bisik Nefrit dalam hati menyaksikan kisah antara Allred dan Nayah.
“Gi” Nayah terkejut ketika hendak berdiri dan berbalik ternyata sosok sahabatnya bersandar manis sekitar dinding ruang tersebut.
“Kenapa kakak mau menyetujui permintaan Nayah?” Gi bertanya pada diri sendiri jauh di lubuk sanubarinya. Pertama kali bagi Gi tidak terlalu menyetujui cara Allred menolong Nayah. Walaupun dapat dikatakan Nayah merupakan sosok sahabat bagi Gi tetapi untuk permasalahan seperti ini bukan berarti harus menyetujui keputusan seperti ini. Hidup berpura-pura depan orang tua Nayah menjadi bagian perjalanan Allred Yehuda. Memperkenalkan diri sebagai calon pendamping hidup bahkan menikmati peran oleh sebuah skenario.
“Papi sangat menyukai pilihanmu” semangat pria paruh bayah penuh semangat meskipun cairan infus masih melilit kuat pada tubuhnya.
“Pria dingin, cuek, pendiam, tidak menyukai suasana aneh, terkesan angkuh tetapi berjuang melakoni perannya” hati Nefrit bercerita lain setelah memandang dari kejauhan kamar rawat VIP.
“Menurutmu saya bahagia melihat suasana haru di kamar VIP sana atau tidak?” pertanyaan Gi di arahkan terhadap sahabatnya sambil berjalan melewati koridor rumah sakit.
“Nayah juga sahabatmu kan,”kedua tangan Nefrit berada pada saku celananya berkata-kata tanpa perlu menjawab lebih pertanyaan Gi. Sepatu kets milik Nefrit terus memainkan batu-batuan kecil setelah di luar gedung rumah sakit. Rambut kuncir dua terkesan menyatakan hidupnya masih berada pada kategori sifat remaja.
“Pertama kali melihat kakakku tersenyum untuk seorang gadis, tetapi entahlah” wajah Gi terlihat serius memikirkan beberapa peristiwa sebelumnya.
“Setidaknya ka’Allred sedang belajar menyukai ataupun tersenyum untuk seorang gadis” pernyataan Nefrit sambil memperbaiki poni rambut milik Gi.
“Terserah” Gi memeluk kuat sahabatnya.
“Btw, berapa banyak celana jeans ka’Allred kau permak sendiri?” pertanyaan menyindir Nefrit setelah mengamat-amati penampilan Gi selama ini. Demi menghemat biaya Gi mengambil sebagian pakaian kakaknya untuk sebuah transformasi diriya. Celana jeans milik Allred berubah menjadi rok jeans dengan berbagai stylish terbaru. Begitupun kemeja maupun t-shirt telah berubah bentuk melalui tangan Gi.
“Jangan mengejekku atau memberi tahu siapapun tentang ini” gerutu Gi.
“Nayah call,” memberi isyarat setelah memeriksa panggilan masuk.
“What? Memang segitunya juga harus menggantikan posisi ayahmu?” mata Gi terbelalak mendengar Nayah meminta bantuan untuk didampingi ke perusahaan milik orang tuanya. Ka’Allred hanya sebatas berpura-pura depan orang tua Nayah, sisanya tidak akan pernah mau berjalan. Bagaimana tidak? Ka’Allred lagi harus membagi waktu antara rumah sakit, magang di kantor salah satu pengacara terkenal, penyusunan skripsi tentu menolaklah.
“Sepertinya kita berdua harus kembali ke rumah sakit” gerutu Gi.
“Saya tidak bisa biar kau saja sendirian” Nefrit menolak balik rumah sakit.
“Memangnya saya tidak tahu apa kalau ternyata sahabatku yang satu ini cemburu melihat adegan aneh beberapa hari ini” sindiran Gi sedikit memancing…
“Maksudmu apa bicara seperti itu?” rasa kesal Nefrit mulai terpancing.
“Tanpa pernah kau sadari kalau ternyata dalam hatimu terdapat nama ka’Allred, tapi bagaimanapun kalian berdua sahabatku jadi saya sulit berkata-kata sekarang.” Keceplosan terhadap sahabat sendiri.
“Manusia aneh langsung menyimpulkan perasaan sahabat sendiri” cetus Nefrit.
“Terserah, itu hanya feelingku saja” Gi tetap memaksa sahabatnya menuju salah satu plaza terbesar di kota ini. Memarkir bekas pemberian ayahnya kemudian mulai berjalan memasuki sebuah gedung dengan desain arsitek paling unik dan sedikit berbeda dari tempat manapun. Plaza terkesan aneh, kacau, objek tidak mempunyai seni pada pandangan mata saat berada di luar area tempat tersebut.
Halaman luar, jenis gedung, beberapa jalan tertentu menuju pintu masuk gedung mempunyai bentuk unik tetapi seakan tidak memberikan seni. Tekstur lapisan gedung bagian luar hanya bercerita membentuk duri, tajam, kasar, tidak mempunyai warna bahkan terkesan suram. Halaman depan plaza menjelaskan tentang suasana panas tanpa hiasan, pernak-pernik, debu berserakan, tidak terdapat satu jenis tanaman hijau terlebih sebuah pot bunga untuk menyegarkan tiap pasang bola mata banyak orang. Lantai parkiran pun mengisahkan area-area duri tajam dimana-mana membuat semua orang takut untuk mendekat ataupun memarkir kendaraan sekitar tempat tersebut.
Pada saat kaki berjalan memasuki gedung tersebut semua mata tidak akan berkedip sama sekali menyaksikan desain arsitek pada bagian dalam. Dari luar terlihat hanya membentuk satu gedung saja, tetapi ketika berada di dalam ternyata terdapat sebuah gedung bersama hal-hal berbeda. Terdapat sebuah jembatan kombinasi lapisan variasi anyaman bambu di selimuti kabut asap tebal seakan seseorang berada pada sebuah daerah pegunungan. Bunga warna-warni di desain membentuk burung merpati dan terdapat beberapa kursi bagian depan sebelum memasuki bagian lebih ke dalam. Kursi-kursi tersebut dibuat membentuk hati dengan bahan batu-batuan kerikil yang terdapat di sungai kecil. Hal lebih unik lagi adalah terdapat air terjun buatan ukuran kecil tidak jauh dari barisan rapi kursi tersebut.
Gedung membentuk awan putih lembut berada di depan air terjun buatan tadi. Bagian dalam pusat perbelanjaan ini menyuguhkan suasana menyegarkan, warna-warna lembut dengan konsep awan putih bersih tanpa noda pada setiap shorum dari plaza tersebut. Terkadang seseorang terkesan sangat kasar, bahasa terlalu tajam, ucapan menusuk lebih dari lapisan duri, seperti tidak mempelihatkan dunia etika dan tingkat kualitas pendidikan jika mata melihat pada pandangan dari luar. Akan tetapi, jauh berbeda saat berusaha untuk mencari bagian dalam dari kehidupannya bercerita tentang kelembutan jauh dari pemikiran siapapun sama seperti awan putih tanpa noda merupakan makna desain plaza tersebut. Ketulusan hatinya merupakan gambaran dari merpati putih…
“Kalian sudah datang” sapa Nayah mengagetkan mereka berdua.
“Wow, tempat ini mempunyai desain arsitek paling unik ternyata” Nefrit tak berkedip sedikitpun menyaksikan segala pemandangan di depannya.
“Sang arsitek pendesain tempat ini mempercayai sesuatu hal” pernyataan Nayah menyadari bagaimana kedua temannya dibuat takjub…
“Mempercayai tentang?” pandangan Gi beralih ke hadapan Nayah.
“Jangan pernah menilai seseorang dari luar, kenapa? Karena hidup akan tertipu pada penampilan luar. Seseorang dengan kepribadian sangat kasar, mulut tajam, ucapan menusuk seperti duri bisa saja jauh lebih baik bahkan mempunyai hati selembut awan dan setulus merpati.” Jawaban terbaik Nayah menjelaskan makna kenapa sang arsitek membuat konsep desain seperti ini.
“Justru sebaliknya, terkadang seseorang terlihat berpendidikan, sangat  lembut, benar-benar wajah malaikat tetapi kenyataannya tidak pernah menjadi teladan bagi siapapun juga dan selalu menciptakan kesan neraka.” Nayah melanjutkan kembali kata-katanya. Kepribadian masing-masing orang mempunyai perjalanan berbeda-beda ketika melangkah pada suatu area.
“Kau akan mengajak kami kemana?” Gi bertanya lagi. Nayah hanya tersenyum melihat sahabatnya bertanya sambil terus berjalan.  
“Saya heran denganmu, bermain arisan pada hal uangnya tidaklah seberapa dari uang jajanmu setiap hari” kening Gi berkerut mengungkapkan apa yang ada dalam ingatannya…
“Hanya sebagai hiburan semata, seni kebersamaan, sekaligus nilai persahabatan” jawaban seorang Nayah di hadapan Gi. Memasuki sebuah ruang kantor berukuran sangat luas pada lantai paling akhir dari plaza tersebut. Mempersilahkan kedua sahabatnya biar menikmati pemandangan luar melalui tirai tidak jauh dari kursi mereka duduk.
“Helen, bawah kemari segala jenis laporan baik bersifat keuangan juga pajak!” Nayah berbicara melalui telepon…
Tidak lama kemudian seorang wanita postur tubuh sempurna seperti model memasuki ruangan tersebut setelah Nayah memerintahkan masuk saat ketukan pintu terdengar. Meminta bantuan Gi memeriksa beberapa data terlihat ganjil melalui beberapa file. Nayah menyadari betul kualitas IQ Gi saat berhadapan dengan permasalahan seperti ini. Meminta bantuannya untuk memecahkan sebuah masalah besar perusahaan tentang laporan keuangan, perpajakan, system saham, juga kasus salah satu menghilangnya seorang karyawan terbaik di perusahaannya. Hal seperti ini pula membuat penyakit jantung orang tua Nayah tiba-tiba muncul seketika.
“Apa maumu?” Gi mencurigai sesuatu hal dari sahabatnya sendiri…
“Saya tahu pasti kualitas otakmu, jadi kesimpulannya saya butuh bantuanmu” Nayah.
“Papi menyuruhku mengambil kendali perusahaan dan memecahkan suatu misteri masalah secara diam-diam, walaupun kenyataannya umurku belum waktunya untuk berdiri sebagai pemimpin.” Nayah masih melanjutkan kata-katanya…
“Kau ingin Gi membantumu?” mata Nefrit terbelalak mendengar ucapan Nayah.
“Perusahaan ini berada di ujung tanduk terlebih mempunyai hutang cukup banyak karena sebuah jebakan,” Nayah berusaha meminta mereka untuk tetap tenang dan tidak histeris. Perusahaan besar seperti ini mempunyai misteri permasalahan tersembunyi tetapi benar-benar tertutup rapat dari pemberitaan public. Nayah meminta mereka berdua merahasiakan serapat mungkin tentang permasalahan tersebut sampai semua misteri terpecahkan. Untuk kedua kalinya kembali seorang Nayah berlutut memohon bantuan terhadap seseorang. Tidak pernah menyadari jika Allred dan Gi merupakan saudara kandung.
Beberapa hari lalu berlutut memohon bantuan terhadap Allred, sekarang jalannya bercerita lain dimana dirinya berjuang mengemis memohon bantuan Gi. “Andai kata Nayah tahu kalau ternyata ka’Allred dan Gi ternyata saudara kandung” Nefrit berkata-kata sendiri di dasar hati menatap pemandangan depannya sekarang. Mau tidak mau Gi harus siap menolong sahabatnya sendiri.
“Berikan saya beberapa file perusahaan ini” ungkap Gi.
“Tidak masalah, ambillah!” balas Nayah.
“Tapi dibawah pulang” Gi.
“Terserah, intinya saya butuh bantuan kalian berdua” Nayah benar-benar serius dengan ucapannya. Gi mencoba mempelajari beberapa data-data tertentu dari file tersebut melingkari maupun menulis pada secarik kertas beberapa kosakata yang dapat dijadikan sebagai objek. Laporan keuangan, permainan saham, perpajakan, beberapa ikatan kerja sama bersama perusahaan lain menjadi bagian paling utama penelusuran. Data-data keuangan beberapa pekan terakhir menunjukkan angka antara stabil dan tidak stabil.
“Pengurusan perpajakan seperti kurang objektif sehingga merusak beberapa area” Gi berpikir sendiri. Walaupun masih berstatus mahasiswa tetapi kemampuan otaknya tidak perlu diragukan untuk beberapa area seperti ini. Dari sosok pribadi yang selalu mengemis meminta bantuan sang kakak dan sekarang berubah menjadi berbeda.
“Kemungkinan seseorang atau sekelompok oknum sengaja membuat jebakan permainan saham di perusahaan ini tapi tidak terbaca oleh siapapun” Gi masih sibuk memeriksa bursa saham bersama data-data perusahaan depan layar komputernya.
“Kenapa belum tidur?” Gi tak menyadari sejak tadi Allred sibuk memperhatikan kegiatannya.
“Sejak kapan kakak jadi peduli jam tidurku?” Gi masih sibuk membolak-balikkan beberapa lembar kertas di hadapannya.
“Gi” nada suara tinggi Allred menarik sebuah pulpen dari tangan adiknya.
“Kenapa kakak mempermainkan perasaan sahabatku?” seakan Gi masih kesal melihat tingkah kakaknya…
“Jadi karena ini Gi selalu ingin menjauh dari kakak?” Allred menyadari sesuatu.
“Saya tahu banyak gadis ingin menjadi pasangan terbaik buat ka’Allred, tapi bukan berarti harus mempermainkan perasaan sahabatku sendiri” rasa kesal Gi tertumpah seketika dan melupakan semua kegiatan sebelumnya.
“Saya mempermainkan siapa? Sahabatmu itu banyak tetangga sebelah, Sania, Nayah, Nefrit?” bingung melihat suasana hati adiknya sendiri.
“Nayah menyukai ka’Allred dan itu hanya akal-akalan saja biar bisa lebih dekat” Gi.
“Akal-akalan?” Allred masih bingung…
“Nayah benar-benar menyukai kakak sampai-sampai tidak menginginkan pria manapun termasuk pilihan orang tuanya. Hanya saja, kalau ka’Allred menyetujui berarti sama saja memberikan harapan buat dia.” Gi…
“Nayah memang primadona kampus, anggun, terlihat dewasa, feminim tetapi permasalahannya tentang perasaan terpendam ka’Allred terhadap seseorang tanpa sadar” Gi masih melanjutkan ucapannya.
“Perasaan terpendam sama siapa?” Allred makin bingung pembicaraan adiknya.
“Kakak jawab sendiri,” Gi makin kesal melihat tingkah kakaknya. Segera mengusir Allred dari kamarnya kemudian mengunci pintu dari dalam.
“Tidak akan kubiarkan ka’Allred mempermainkan perasaan sahabat-sahabatku” Gi mengepalkan tangan sehingga membuat pulpennya patah menjadi dua bagian. Nayah benar-benar mencintai Allred, namun di lain hal terdapat pribadi lain tersimpan kuat tanpa sadar dalam hidup pria pujaan hatinya. Berusaha terlihat mengagumkan depan Allred merupakan bagian kepribadian seorang Nayah. Tidak dapat disangkal pertama kali belajar tersenyum untuk seorang gadis itulah dunia allred, tetapi hatinya tetap berkata lain tanpa disadari olehnya dan semua orang kecuali Gi.
“Apa yang harus kulakukan Tuhan?” Gi berpikir keras setiap menyaksikan pemandangan aneh saat berhadapan dengan kakaknya dan sahabatnya sendiri. Nayah masih belum menyadari hubungan kakak-adik antara Gi dan Allred sendiri. Di lain hal Gi juga harus membantu sahabatnya memecahkan sebuah misteri.


Bab 8…


Gilia…

“Gi bagaimana hasilnya?” sosok Nayah terdengar melalui sambungan HP androind. Entahkah keputusanku tepat menolong Nayah untuk memecahkan misteri terhadap perusahaan besar milik ayahnya. Di lain hal rasa kesal buat kakakku benar-benar nyata karena ulahnya. Mempermainkan perasaan kedua sahabatku sendiri secara bersamaan. Sikap dingin buat Nefrit selalu ditunjukkan, namun saya menyadari jauh di dasar hati ka’Allred tersimpan namanya saja. Permasalahannya adalah ka’Allred masih belum menyadari perasaan seperti ini, berjuang berlari, bahkan menyangkal setiap hal menyenangkan dari pribadi seorang Nefrit Art.
“Kenapa kakak belajar tersenyum untukmu?” bertanya tanpa sadar …
“Gi, apa yang kau katakana masalahnya disini berisik?” Nayah berteriak keras…
“Maksudku kita bisa bertemu 3 jam lagi?” hampir saja ketahuan sambil mengelus dada. Nayah mengiyakan pertemuan kami kemudian menutup saluran teleponnya.
“Gi” tegur ka’Allred masih dengan rambut berantakan.
“Ka’Allred” teriak Nefrit menepuk bagian punggung belakang ka’Allred tiba-tiba…
Ka’Allred ingin mengamuk seketika memandang tingkah konyol sahabatku. Satu hal, dunia Nefrit jauh lebih menyenangkan bagi sosok pribadi seperti kakakku dan tidak bercerita tentang perjalanan Nayah. Sikap dingin, geram, caci maki, cuek, angkuh, malas berkata-kata menjadi bagian ka’Allred terhadap kami berdua. Bagaimanapun amarah, tingkat emosional kurang stabil, bahkan kegeraman dari kakakku, namun senyum juga semangat Nefrit tetap terlihat.
“Menganggap semua perlakuan ka’Allred bukan sesuatu yang harus di permasalahkan dari tahun ke tahun” hatiku berbisik menyaksikan raut wajah sahabatku penuh semangat.
“Bantu saya mengerjakan tugas kampus lagi yah” kelakuan Nefrit masih seperti biasa. Berlutut memohon bantuan sambil merengek seperti anak kecil untuk sebuah jawaban. Tetap bersemangat walaupun kenyataannya penolakan berulang kali sering terjadi. Pada akhirnya hati ka’Allred luluh juga walaupun tetap memasang wajah lebih dari kata kiler.
“Berhenti mengemis seperti itu terhadap manusia tanpa hati” menarik kuat tangan Nefrit keluar dari rumah.
“Mulai detik sekarang saya yang akan menolong menyelesaikan tugas-tugasmu” sedikit menggertak Nefrit yang masih kebingungan melihat tingkahku. Singkat cerita pada akhirnya kami berdua menikmati perjalanan menuju sebuah tempat memakai kendaraan roda dua. Masih bingung, berpikir, pusing menyaksikan permasalahan sejam lalu…
“Lupakan masalah sebelumnya dan jangan pernah mengungkit semua itu depan Nayah!” mengingatkan Nefrit sebelum kami bertemu Nayah.
“Apa maksudmu?” Nefrit.
“Nef, sampai detik sekarang satupun teman kampusku termasuk Nayah belum menyadari jika saya adik dari ka’Allred tetangga fakultas sebelah.” Berkata-kata untuk membuat dia tersadar sebuah rahasia. Nefrit masih belum memahami jalan pemikiran ka’Allred menyembunyikan status adiknya sampai detik sekarang.
“Kalian ternyata sudah tiba duluan” tidak asing lagi pada sekitar gendang pendengaran kami siapa yang sedang berkata-kata memberi kejutan. Hampir saja dialog percakapan tadi terdengar oleh Nayah. Singkat cerita, pertemuan kami bertiga membahas kasus permasalahan perusahaan besar milik Nayah. Menjadi pertanyaan adalah kenapa mempercayakan sebuah kasus untuk dipecahkan terhadapku bukan ditujukan bagi manusia berpengalaman? Mencoba mengemukakan situasi masalah dari data-data yang telah saya pelajari semalam-malaman.
Laporan keuangan sengaja dimainkan melalui beberapa data tetapi tak terbaca oleh pihak manapun sehingga terlihat masih stabil tanpa ada unsur gelap di dalamnya. Penyusunan laporan semacam ini dapat dipastikan jika otak briliannya benar-benar sempurna untuk membuat rekapan tertentu. Beralih pada perjalanan pajak mempunyai pengaruh kuat yang sengaja melakukan manipulasi oleh orang tersebut dengan bekerja sama salah satu anggota perpajakan sendiri. Pada saat terjadi kekacauan, tentu kesalahan terbesar akan terarah pada satu target. Ibaratnya permainan kambing hitam…
“Salah satu karyawan terbaik perusahaan ini menghilang tiba-tiba, hanya saja papi masih berusaha menutup rapat seakan menganggap kalau dirinya sedang mengambil cuti” Nayah seakan mencurigai …
“Kau mencurigai dia sebagai pelaku utama?” Nefrit langsung pada inti kalimat.
“Seperti itulah, siapa lagi harus dicurigai?” Nayah memutar kursinya ke kiri dan kanan dalam ruangan kedap suara jauh dari keramaian. Berada di sebuah ruang tersembunyi sekitar perkantoran gedung lain milik orang tua Nayah.
“Belum tentu dibalik permainan ternyata orang ini pelaku utama” Nefrit.
“Atas dasar apa ucapanmu?” mencari jawaban…
“Gi, tidak ada bukti untuk menyimpulkan secara langsung” balas Nefrit.
“Satu lagi, papiku bisa mendekam dalam penjara karena kasus pembunuhan” Nayah.
“Pembunuhan?” serentak kami berdua berkata-kata…
“Sebenarnya sebulan lalu terjadi pembunuhan tidak jauh dari plaza. Korban bernama Laras rekan bisnis terbaik papi bahkan mempunyai saham 30% di perusahaan.” Nayah.
Nayah menjelaskan kalau kejadian tersebut terjadi pada malam hari. Polisi masih belum menemukan bukti kuat untuk menahan ayahnya sebagai tersangka utama. Untuk sementara penyelidikan masih terus berlanjut demi mengumpulkan semua bukti-bukti. Walaupun pak Wijaya alias ayah Nayah tidak berada di tempat kejadian, tetapi hubungan kerja sama antara mereka dapat menjadi bahan penyelidikan terkuat. Ibu Laras mempunyai 2 putra setelah menikahi pria bule di luar negeri.
“Sepertinya karena masalah ini papimu mengalami serangan jantung mendadak” kata-kataku menyimpulkan…
“Entahlah, hanya saja saya tidak ingin terjadi sesuatu dengannya” Nayah. Sesuai kesepakatan bersama adalah berusaha membantu Nayah dan melakukan penyelidikan diam-diam tanpa tercium siapapun terlebih media. Mencari informasi tentang berbagai kegiatan ibu Laras ketika berada di perusahaannya sendiri maupun beberapa tempat. Mengorek bursa saham yang selalu menjadi perhatian sang korban. Ibu Laras mempunyai kekayaan sangat besar dikarenakan ide-ide cemerlang juga beberapa system untuk memainkan saham-saham perusahaan selain mengembangkan perusahaannya sendiri. Selain itu, kami mencoba mencari tahu kehidupan kedua putranya.
Setelah kegiatan perkuliahan, saya harus melanjutkan penyelidikan di beberapa tempat. Seperti seorang detektif saja mencari informasi kebenaran untuk memecahkan sebuah misteri tersembunyi. Anak pertama ibu Laras bernama Brave memegang penting perusahaan milik ibunya, sedangkan putra keduanya bernama Juan Dalfin hidup terpisah dari sang kakak. Memikirkan kasus pemecahan paling rumit pertama kalinya membuat kepalaku sedikit kacau. Membagi tugas, dimana Nefrit bagaimanapun caranya harus berjuang mencari jalan menjadi bagian terbaik Brave putra sulung ibu Laras. Di lain sisi, saya akan mencari informasi tentang keberadaan Juan Dalvin.
“Wajahmu cukup lumayan buat di ajak arisan” bahan gurauan setelah merubah penampilan Nefrit dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada lagi rambut kuncir dua, sepatu kets, celana atau rok jeans bahkan semua tergantikan melalui make over terbaru dalam dirinya.
“Ternyata cantik juga” sekali lagi menggoda dirinya.
“Kenapa bukan Nayah melakukan penyamaran ini?” Nefrit bertanya sambil berusaha menurunkan dressnya terlihat begitu mini…
“Tidak mungkin Nayah melakukan ini, permasalahan sekarang papinya masih sakit terlebih bisa saja ketahuan” menjawab pertanyaannya.
“Pakaianmu kenapa jadi berubah drastis menjijikkan seperti itu?” Ka’Allred muncul depan kami memakai ransel. Nefrit harus belajar menjadi gadis seksi demi sebuah peran terkacau…
“Buat narik perhatian ka’Allred biar tergoda terus bantu mengejarkan tugas kampusku gitu” sifat Nefrit tak pernah berubah saat berada depan kakakku. Menepuk bahu, memegang kuat tangan, berlutut memohon sampai merengek itulah kelakuannya.
“Bukannya cantik malah hancur” ka’Allred seolah tidak menyukai Nefrit memakai busana seksi.
“Ayo Nef” masih terlihat kesal melihat wajah ka’Allred. Berusaha menjauhkan ka’Allred dari hadapan Nefrit merupakan jalan terbaik saat ini. Minimal, ka’Allred tidak mempermainkan perasaan sahabat terbaikku. Kegiatan sekarang adalah memikirkan memecahkan misteri bersifat something. Berpura-pura mengalami kecelakaan mobil milik Nayah setelah pergantian DD demi menjebak target.
“Cukup lumayan luka pada tubuh Nefrit” mengintip dari kejauhan. Harus diberikan jempol untuk talenta acting terbaik dalam dirinya. Urusan Brave merupakan bagian skenario Nefrit, sekarang giliranku mencari informasi keberadaan Juan. Kehidupan putra bungsu ibu Laras terlalu sulit untuk menemukan keberadaannya juga mengorek informasi. Akhir cerita, saya berhasil mendapat alamat tempat tinggal juga kegiatan sehari-hari Juan.
“Oh my God ternyata sifat kakak adik ibarat langit bumi” melihat penampilan Juan Dalvin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Brave penuh charisma, berwibawa, dewasa, cakep, bersih, rapi, bahkan satu hal di usianya yang masih muda jadwal kegiatan amalnya sangat padat. Kenapa juga tugas mendekat pada Brave harus kuserahkan pada Nefrit. Berarti bisa menang banyak sahabatku nanti, minimal setidaknya bisa mendapat pria jauh lebih baik dibanding kakakku.
Hancur, berantakan, seperti tidak terawat, celana sobek kiri-kanan, seperti manusia tidak pernah mandi saja merupakan gambaran seorang Juan Dalvin. Sangat jorok melihat kelakuannya menggigit kuku, mengupil, menggaruk rambut berantakannya seperti jarang keramas pada hal anak salah satu orang terkaya negara ini. Seluruh isi perutku keluar menyaksikan kelakuannya. “Lebih dari kata jorok” bagaimana tidak mengupil kemudian tangan dimasukkan ke dalam mulut. Masih mendingan hidupku sekalipun berasal dari kampung tetapi tidak jorok seperti itu atau berpenampilan kampungan habis. Hancur amat hidupnya bagaikan mimpi buruk…
Saya butuh waktu berpikir, mendekat, mengajak kenalan karena melihat segala objek terjorok dalam dirinya. Lebih aneh lagi tinggal di rumah sederhana alias terpisah dari sang kakak bersama segala aset kemewahan. “Dia betul-betul anak ibu Laras atau memang saya salah mengenal orang?” menyaksikan pemandangan sekarang. Membeli sayur di pasar sendirian memakai sepeda kuno zaman dulu jauh dari kata modern. Selama seminggu hanya bisa melihat sembunyi tanpa berani mendekat serta memeriksa setiap aktifitasnya.
“Perasaan celananya itu sudah seminggu dipakai terus belum ganti-ganti” dasar laki-laki mempunyai kehidupan paling jorok. Kenapa wajah sedih tidak nampak pada wajahnya? Pada hal seorang anak pasti merasa kehilangan jika orang tuanya pergi ke dunia akhirat. Ini masih kategori berduka karena kepergiannya baru sebulan lebih. Jangan-jangan dia hanya anak pungut atau anak haram atau tidak pernah diharapkan hadir ke dunia.
“Ka’Allred” jantungku berpacu tidak karuan melihat kakakku berjalan ke arahnya. Segera mungkin mencari tempat persembunyian paling aman biar tak ketahuan. Tanpa pernah kusangka sama sekali kalau ternyata halaman tempat Juan keluar masuk beberapa hari ini adalah kampus hukum terbaik di ibu kota. Universitas the Passion terkenal sebagai fakultas hukum terbaik jauh mengalahkan kampus lain. Ka’Allred benar-benar jenius lulus di 2 kampus terbaik di negara ini.
“Minggir” suara nada Juan terdengar jelas tidak menyukai ka’Allred.
“Preman kampus” sindiran ka’Allred tertawa sinis.
“Setidaknya semua orang takut terhadapku” Juan tak kalah sinis membalas…
“Kecuali saya. Camkan baik-baik kalau saya tidak akan pernah tunduk di depanmu” mendorong kepala Juan hanya memakai jari telunjuknya. Pertama kali melihat ka’Allred benar-benar memperlihatkan rasa benci paling mendalam terhadap seseorang. Mereka berdua saling bermusuhan satu sama lain. Juan Dalvin calon pengacara terburuk atau terbaik bagi negara ini? Hanya Tuhan saja menyadari kejadian 5 menit ke depan apa lagi bercerita kelak.
“Jangan-jangan mau adu otot” ketakutan melihat bahasa tubuh mereka berdua. Tuhan, jangan sampai mereka berdua benar-benar berkelahi. Kenapa juga ambil jurusan hukum kalau karakter mereka seperti ini? Tuhan mendengar doaku seketika dimana salah satu dosennya hadir begitu saja di tengah mereka berdua sehingga perkelahian pun batal terjadi.
“Kau siapa? Kenapa sejak tadi mengikutiku?” nada seram, pandangan kiler tertuju padaku.
“Mampus” memukul kepala sendiri…
“Jelaskan padaku!” pergelangan tanganku sakit dipegang olehnya. Beruntung saja ka’Allred tidak menyadari keberadaan adiknya.
“Saya pengagum rahasiamu” wajah ketakutan, tubuh gemetaran, tangan mengerang kesakitan.
“Berhenti bergurau! Saya benci manusia pembohong” penekanan Juan…
“Saya benar-benar pengagum terberat kakak” membalas jawabannya.
“Pertama kali saya mempunyai pengagum rahasia, yang betul saja” Juan melepas tangannya. Hal lebih menjijikkan lagi adalah mengupil kemudian kotoran hidungnya di gores pada wajahku. Seluruh isi perutku untuk hari ini benar-benar keluar seketika…
“Masih mau menjadi penggemar rahasiaku?” Juan masih memainkan kotoran hidungnya pada wajahku paling manis juga menggemaskan…
“Kakak keterlaluan” berteriak bahkan masih memuntahkan isi perutku. Lebih kacau lagi, jari telunjuk kanannya mengorek kotoran sekitar giginya, setelah itu bajuku menjadi sasaran membersihkan kotoran giginya.
“Menjijikkan” bagaimana tidak tangan sudah masuk ke mulut, kemudian dibersihkan memakai pakaianku.
“Ini pelajaran buatmu, kenapa? Kau pikir saya terlalu bodoh untuk menyadari seseorang terus mengikuti segala aktifitasku.” Juan…
“Kenapa kakak tidak langsung berada di hadapanku langsung?” masih muntah…
“Menunggu waktu paling tepat, ngerti?” Juan tertawa puas.
Seorang calon pengacara paling terjorok sedunia bersama penampilan hancur, berandalan, rambut berantakan, ketombean bisa jadi kutuan, sandal jepit, celana sobek kiri kanan jauh berbeda dengan penampilan ka’Allred. Bule paling jorok di antara semua hal terjorok sedunia. Kesalahan terbesarku adalah lebih memilih mencari informasi tentang Juan dibanding kakaknya. Mana mungkin menyuruh Nefrit kembali saling bertukar peran. Semua ini gara-gara Nayah membuat kami berdua terjebak masalah serius.
Mau tidak mau harus mencari jalan biar Juan sama sekali tidak menaruh curiga atas sikapku atau bahkan bertemu muka langsung dengan ka’Allred. Bagaimanapun juga sudah terlanjur basah, jadi harus tetap dijalani suka maupun tidak suka. “Gi fighting” memberi semangat pada diri sendiri.
“Oppa harus percaya padaku” membuatnya percaya kalau saya adalah penggemar terberatnya.
“Setahuku hanya Allred saja memiliki penggemar wanita dimana-mana” masih belum percaya. Kesimpulannya, satu pun gadis tidak akan pernah bertekuk lutut di hadapan Juan terlebih menjadi penggemarnya. Bagaimana tidak, dia benar-benar jorok…
“Siapa itu Allred?” berpura-pura tidak kenal segala. Kalau ka’Allred sadar bisa-bisa saya di adukan pada ayah.
“Manusia sok suci, merasa paling jenius, sombong, dingin, hancur, selalu mengatur jadwal mata kuliah seenaknya, tergila-gila menjadi ketua tingkat setiap tahunnya, dan masih banyak lagi…” umpat Juan…
“Kesimpulannya kakak iri sama manusia seperti itu” sindirku…
“Saya hanya tidak menyukai dia terus mengatur  jadwal kuliah dari dosen semaunya tanpa memikirkan peran kami semua” cetusnya. Saya tidak bisa mengamuk juga terhadap ka’Allred dikarenakan 2 jurusan mata kuliah tersulit harus di jalani secara bersamaan. Ka’Allred harus mengatur jadwal antara praktek rumah sakit, magang di kantor notaris, sekaligus waktu kuliah. Singkat cerita, pada akhirnya Juan mau percaya juga kalau saya adalah penggemar rahasianya. Hanya karena misteri kematian ibunya sampai harus menderita seperti ini…


Bagian 9…

Akibat perannya sebagai fens sejati Juan Dalvin sehingga seorang Gi dituntut mengekor setiap saat selama beberapa waktu. Keterpaksaan merupakan kamus terbaik bagi kasus semacam ini. Biasanya manusia seperti itu tidak menyukai jika seseorang terus saja mengekor, tetapi berbeda cerita bagi kepribadian Juan. Senyum-senyum sendiri saat wajah Gi terlihat aneh menyusuri jalan-jalan ibu kota. Sengaja berjalan kaki dari satu jalan ke jalan lain untuk membuat Gi kelelahan penuh keringat.
“Karena kau penggemar pertama, sejati, terbaik buatku jadi tidak masalah mengekor kemanapun saya berpetualang” Juan tersenyum aneh.
“Menjijikkan” mulut Gi mengumpat menyaksikan kelakuan Juan seperti biasa mengupil kemudian memasukkan ke dalam mulutnya. Hal terkacau lagi adalah sengaja mengambil ujung lengan baju Gi dan selanjutnya membersihkan bagian depan giginya.
“Saya bersumpah tidak akan pernah bertemu dengannya lagi setelah masalah Nayah selesai, oh my God” berteriak kesal dalam hati. Berusaha menahan emosi akibat kelakuan Juan Dalvin salah satu anak konglomerat di negara ini. Tuhan, masih jauh lebih baik menghadapi kepribadian ka’Allred dibanding dunia Juan. Pekerjaan Gi sekarang adalah sebelum maupun sepulang kuliah harus beralasan menemui Juan.
Sesuai kesepakatan dimana Nayah akan menyelesaikan seluruh tugas-tugas kampus Gi dan Nefrit selama beberapa waktu sampai masalah terpecahkan. Walaupun Nayah sama sekali kurang paham mengenai perhotelan tetapi harus membantu dalam hal ini. “Ka’Allred” sapa Nayah berlari kecil…
“Seperti biasa Nayah selalu saja mengekor ka’Allred” Gi melihat pemandangan tidak jauh sekitar tempatnya berpijak.
“Ka’Allred sudah makan?” tutur lembut seorang Nayah seorang primadona kampus. Harus di akui wajah cantik Nayah dapat membuat semua pria mengglepek-glepek. Pertama kali bagi seorang Allred bersikap lembut juga tersenyum setiap saat depan seorang gadis. Walaupun perubahan Allred nampak depan Nayah, tetapi Gi masih belum percaya tentang perasaan kakaknya sekarang.
“Kenapa juga saya mau membantu Nayah? Pada hal di lain tempat seseorang terluka” Gi menggerutu sendiri memukul-mukul kepalanya.
“Dari pada melihat pemandangan kacau lebih baik kabur” menyalakan mesin motornya menjemput Nefrit di kampusnya. Nayah dan Nefrit merupakan sahabat terbaik buat Gi, namun di lain tempat Allred juga berperan sebagai kakaknya. Hanya memakan waktu 15 menit untuk berada pada sebuah kampus sederhana berbeda dengan tempat kuliah lain.
“Gi” teriak Nefrit penuh semangat.
“Naiklah!” Gi menyodorkan sebuah helm ke tangan Nefrit. Melepas stress dengan jalan menghabiskan waktu beberapa saat menikmati suasana siang hari di sekitar dermaga.
“Ice creamnya enak” Nefrit.
“Kau kembali dengan kuncir 2 saat di kampus” Gi menarik salah satu bagian rambut kuncir Nefrit. Mereka berdua tertawa lepas walaupun panas terik tetapi membiarkan tubuh tersengat matahari. Gi bercerita banyak tentang Juan Dalvin bersama kehidupan terjorok yang belum pernah dialami sebelumnya. Perut Nefrit sakit karena tertawa keras mendengar curahan hati sahabatnya. Menyesali diri membantu Nayah termasuk lebih memilih berada di hadapan Juan.
“Itu pilihanmu dan bukan salahku” Nefrit mengingatkan bagaimana Gi disuruh memilih. Kesalahan terburuk yang pernah dilakukan bahkan tidak mungkin untuk bertukar peran lagi kecuali mereka berdua saudara kembar.
“Bagaimana dengan Brave?” Gi mengalihkan…
“Ka’Brave mempunyai sisi charisma terbaik, lembut, mapan, dewasa, berjiwa social, dan masih banyak lagi hal menarik. Masalahnya adalah saya sulit menemukan jalan mengorek informasi mengenai ibunya.” Nefrit…
“Sama sepertiku membutuhkan waktu tepat mengorek informasi” Gi menarik nafas.
“Berarti kau benar-benar melupakan perasaanmu terhadap ka’Allred?” wajah Gi berkerut mengingat sesuatu hal lain.
“Kenapa kau selalu berkata sahabatmu ini mempunyai perasaan mendalam buat…?” Nefrit balik bertanya…
“Sejak memakai seragam sekolah juga saya merasa kalau kau menyukai kakakku, hanya saja mungki kau tidak menyadari atau berusaha menutupi semuanya” Gi menggeleng-geleng kepala sendiri..
“Masa iya sih?” sikap Nefrit terkesan biasa-biasa saja.
“Saya lupa” Gi berteriak keras. Segera berdiri dan hal selanjutnya adalah berlari mencari motor kesayangannya. Hari ini harus menemui Juan Dalvin manusia terjorok yang pernah ada bagi pemikiran Gi. Meninggalkan Nefrit seorang diri di dermaga…
“Berikan saya kekuatan Tuhan menerima sikap jahil manusia jorok sedunia” bergumul sepanjang perjalanan ke tempat Juan. Mata Gi terbelalak setengah mati saat motornya terparkir total depan rumah sederhana milik Juan. Sekumpulan manusia-manusia aneh membuka pintu dengan penampilan-penampilan aneh juga.
“Kakak rambutnya lucu”salah satu dari mereka memegang anak poni rambut Gi.
“Makan dulu” sebuah suara berteriak depan pintu rumah.
“Hore” mereka semua serentak berteriak memecahkan gendang pendengaran Gi. Objek terbaru Gi sekarang adalah mengamat-amati cara mereka berbicara, pergerakan, makan antara satu sama lain. Kenyataannya adalah mereka sekumpulan manusia-manusia yang sedang mengalami depresi sehingga berada pada batas gangguan kejiwaan level tinggi alias gila. Juan memungut mereka di jalan, singkat cerita merawat bahkan berusaha memberikan kasih sayang terbaiknya. Tidak mudah menjalani kehidupan seperti ini, tetapi Juan berbeda bagi kebanyakan orang.
Ada begitu banyak hal membuat seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Permasalahan ekonomi, keluarga, pemerkosaan, terbuang, penyakit, bahkan kasus lebih parah terlalu jenius sehingga mengalami gangguan mental. Juan menjadi bagian terbaik buat kehidupan mereka tanpa seorangpun menyadari semua itu. Memandikan, berusaha menjadi sahabat untuk menenangkan saat salah satu dari mereka berteriak histeris atau memegang sebuah benda tajam, merawat, juga memberi makan.
“Anakku pasti datang” seorang ibu berkata-kata sendiri memegang sebuah boneka.
“Ini berarti rumus sains…” mencoret-coret kertas bersama segala jenis rumus sains membuat Gi ingin tertawa melihat pemandangan seperti ini.
“Lepaskan” suara histeris berkumandang pada salah satu kamar di rumah tersebut. Ternyata trauma masa lalu akibat pemerkosaan membuatnya harus mengalami gangguan mental panjang.
“Bagaimana dia menghadapi mereka semua?” Gi bertanya-tanya pada diri sendiri.
“Makanya saya butuh bantuanmu” Juan mendengar suara Gi.
“What?” Gi hampir tidak percaya.
“Ibu yang selalu membantuku pulang kampung, jadi tidak mungkin juga saya memandikan beberapa gadis disini” Juan menyerahkan perlengkapan mandi seperti sabun, sikat gigi, odol, sampo ke tangan Gi.
“Saya takut” Gi seakan ingin menangis.
“Gunakan otakmu dan juga hatimu menghadapi mereka” seorang Juan mengajarkan Gi tentang sebuah perjalanan hidup melalui pernyataan seperti ini. Melihat cara Juan bersikap terhadap mereka melalui cara yang tidak biasa. Calon pengacara terjorok mempunyai sisi lain bahkan tersembunyi dari semua orang.
“Kakak makan” salah seorang gadis kecil memberikan permen lolipop ke mulut Juan.
“Terimah kasih gadis kecilku” memeluk hangat gadis kecil depannya. Gi mencoba bersikap hati-hati berbicara dengan mereka semua. Memeluk hangat mereka sambil berdoa merupakan kegiatan rutinitas seorang Juan setiap pagi.
Awalnya Gi ketakutan menghadapi respon manusia-manusia depannya, tetapi lama-kelamaan rasa takut itu menghilang. Beberapa dari mereka telah kembali pada tahap manusia normal seperti kehidupan di luar. Membutuhkan waktu entah bersifat pendek, sedang, bahkan panjang untuk membuat mereka kembali pada kehidupan normal. Bagi seorang Juan tidak ada hal yang mustahil untuk menyembuhkan penyakit gangguan mental seperti ini sekalipun berada pada level paling terparah.
Sebagian dari mereka juga sudah kembali melanjutkan pendidikannya bahkan bekerja di beberapa perusahaan ibu kota. Kasih sayang dan perjuangan Juan memberikan hasil luar biasa. Ternyata demi menghidupi sekaligus biaya kuliahnya sendiri, Juan berkeliling menjual cakar alias pakaian import bekas. Mahir dalam pengelolaan uang menjadi bagian terbaik hidupnya. Tidak hanya itu dimana Juan mempunyai tempat berjualan di pasar-pasar tradisional.
“Kenyataan sekarang hidupnya tidak pernah bergantung pada kekayaan ibunya bahkan satu sen pun” suara hati Gi bergema melihat Juan berteriak keras di pasar untuk menjajahkan pakaian-pakaian bekas.
“Cakar cakar cakar, buka baru tinggal di pilih” Juan berteriak sekeras mungkin menjajahkan pakaian bekas sekitar pasar tradisional selain berkeliling.
“Seorang calon pengacara paling jorok sedunia ternyata penjual cakar alias pakaian bekas” Gi berkata-kata sendiri seperti orang gila.
“Kenapa berdiri disitu? Bantu saya menjual cakar!” perintah Juan melemparkan beberapa pakaian cakar ke wajah Gi.
“Saya” Gi menunjuk diri sendiri dengan wajah asam.
“Kau adalah penggemar setiaku, jadi antara penggemar dan idola harus saling membantu” Juan mengepalkan tangannya penuh semangat.
“Buka baru buka baru tinggal dipilih” Gi belajar berkata-kata seperti Juan.
“Kalau berteriak harus semangat biar orang-orang pada berhamburan kesini” menepuk punggung Gi.
“Cakar keluaran terbaru” Gi berteriak sekeras-kerasnya di pasar tradisional. Pengalaman terbaru menjadi penjual cakar with calon pengacara terjorok yang pernah ada. Kalau Juan tidak berada di tempat, maka beberapa orang rumahnya bergantian untuk berjualan. Orang-orang tersebut bekas dari mereka yang mengalami gangguan jiwa bahkan dapat beraktifitas tanpa kendali obat dokter sejenis apapun. Kasih sayang, doa, harapan, iman, perjuangan Juan membuat mereka mempunyai kehidupan baru seperti manusia normal lainnya. Menikmati masakan sederhana tetapi memberi makna dan pandangan hidup itulah dunia Juan.
“Tuhan, sepertinya saya salah menilai dia” suara hati Gi berbisik saat sebuah payung pemberian Juan melindungi tubuhnya. Juan membiarkan tubuhnya basah demi melindungi Gi dari derasnya hujan sekitar jalan kecil tidak jauh dari pasar tempatnya berjualan.
“Jantungku berdetak keras” kembali hati Gi bergema sendiri menatap ke arah Juan.
Juan dibesarkan oleh neneknya dengan kehidupan sederhana tanpa pernak pernik kemewahan. Putra bungsu ibu Laras yang satu ini tidak pernah ingin bergantung pada kekayaan orang tuanya satu senpun. Menurut informasi beberapa kali ibu Laras dan Brave kakaknya membujuk untuk tinggal bersama tetapi Juan terus menolak. Lebih baik memilih hidup di rumah sederhana bersama sekumpulan orang-orang yang mengalami penyakit gangguan mental setelah neneknya meninggal dibanding menikmati kekayaan ibu kandungnya.
“Gi akan kuperkenalkan dengan seseorang” senyum Juan terukir. Juan membawa Gi bertemu seseorang setelah hujan berhenti. Sebuah ruangan penuh dengan mesin-mesin, peralatan-peralatan, dan masih banyak lagi memenuhi tempat tersebut.
“Hai Juan” sosok tidak asing bagi Gi menegur Juan sambil berlari kecil.
“Kenapa dunia ini begitu sempit?” Gi tak sadar berkata-kata melihat siapa yang ada di hadapannya sekarang.
“Gi” terkejut melihat Gi…
“Dunia tak selebar daun kelor ternyata” senyum kecut Gi melihat tetangga sebelah rumah...
“Kalian saling kenal?” Kening Juan berkerut.
“Ka’Zelby tetangga sebelah rumahku” Gi sedikit cemberut melihat keakraban antara Juan dan Zelby.
“Kami berdua hanya sahabat, tenang saja” bisik Zelby ke telinga Gi menyadari sesuatu.
“Benar” Gi tanpa sadar berteriak sehingga perhatian Juan beralih ke arahnya.
“Benar apa?” Juan tidak mengerti maksud kata tersebut.
“Bukan apa-apa” balas Zelby. Perasaan lega dalam diri Gi mendengar pernyataan Zelby tentang hubungannya dengan Juan. Hanya ingin memecahkan sebuah masalah tentang kematian ibu Laras juga permasalahan perusahaan milik orang tua Nayah berujung pada kehidupan cinta pertama Gilia Rehyndia Yehuda.
Gi baru menyadari pekerjaan tetangga sebelahnya sekarang. Bergerak di dunia ilmuan merupakan bidang perjalanan Zelby. Bekerja sama dengan sebuah perusahaan besar luar negeri untuk menciptakan suatu teknologi terbaru di dunia transportasi zaman modern. Hal terbaru lagi tentang pekerjaan sampingan Juan adalah menjadi asisten terbaik Zelby beberapa kali dalam seminggu. Zaman modern menuntut perubahan terbesar di dunia teknologi untuk segala bidang termasuk dunia transportasi.
Transportasi rancangan Zelby masih dalam proses hasil imajinasi. Jenis transportasi ini dapat dikatakan terbaru karena berjalan tanpa seorang pengemudi. Memakai kartu berisi voucher untuk membuatnya berjalan. Dapat dihubungkan langsung dengan beberapa area tertentu seperti hotel, bandara, taman bermain, mall, ataupun tempat-tempat wisata bakan dibuat jalur keluar negeri. Salah satu contohnya transportasi tersebut langsung terhubung antara bandara dan hotel untuk lebih memudahkan.
Seseorang hanya menekan sebuah tombol seperti lift pada umumnya untuk mendatangkan transportasi tersebut memakai kartu berisi voucher. Singkat cerita, pintu kotak transportasi ini akan terbuka dengan sendirinya. Pada saat berada di dalam, kartu voucher kembali dimainkan entah bersifat gesek atau hanya scan untuk membuka program pada layar computer yang telah tersedia. System yang digunakan pada program adalah layar sentuh, mengetik kata “hotel” dimana akan memunculkan segala nama-nama hotel yang telah bekerja sama dengan jalur transportasi tersebut. Akhir cerita, transportasi tersebut secara otomatis dan langsung berjalan menuju hotel sesuai pilihan. Dalam kotak tersebut terdapat kursi memuat beberapa orang dan lemari penyimpanan barang, televisi, sedangkan pada layar telah berada pada program otomatis sesuai perkembangan teknologi. Mempunyai tingkat kecepatannya di atas rata-rata untuk transformasi jalur transportasi darat bahkan lebih cepat dari sebuah pesawat.
Seandainya kartu voucher habis dapat melakukan isi ulang atau pembelian terbaru. Transportasi ini dapat bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang memang ingin memang ingin mengembangkan bisnisnya seperti rumah makan, hotel, tempat-tempat wisata. Seseorang tidak perlu lagi antri membeli tiket seperti transportasi lain atau ketakutan karena batal berangkat oleh sesuatu dan lain hal, kenapa? Dimana kartu voucher ini berfungsi tanpa batas sebagai kunci untuk menjalankan transportasi tersebut. Tenaga atau energy untuk menjalankan transportasi ini dapat berasal dari bahan bakar minyak atau listrik. Untuk menghindari tindak criminal, teroris, narkoba, dan beberapa kejahatan lain maka akan di buatkan sebuah post kecil dimana dapat mendeteksi segala sesuatu sebelum memasuki area kotak transportasi tersebut. Di tempat post tersebut terdapat mesin pendeteksi yang bisa memeriksa apapun sampai bagian paling sulit di jangkau.
“Bagaimana system kabel-kabel ini berfungsi bersama jenis transfomasi dari transportasi terbaru” Zelby mencoba mengamati jenis-jenis kabel di ruangan penuh berbagai macam peralatan dan mesin-mesin. Kegiatan Zelby saat melakukan uji coba untuk jenis kabel-kabel yang harus di gunakan.
“Ka’Zelby minumlah” Gi menyodorkan sekaleng minuman dingin menyegarkan.
“Juan lagi tidak di tempat, sekarang jelaskan kenapa sampai kau mati-matian mengekor belakang Juan pada hal sudah tahu kebiasaan buruknya seperti apa!” Zelby.
“Demi memecahkan masalah, tapi sekarang saya mulai menyukai dia” Gi memulai pembicaraan. Menjelaskan tentang permasalahan perusahaan besar milik ayah Nayah juga kasus kematian ibu Juan sendiri. Meminta tolong untuk tidak pernah memberitahukan hubungan kakak-adik antara Gi dan Allred. Zelby baru menyadari jika Allred dan Juan ternyata teman sekampus termasuk permasalahan perselisihan antara mereka berdua.


Bagian 10…


Aktifitasnya bersama Juan selama ini mengajarkan Gi akan sebuah harapan hidup terhadap sekumpulan manusia tertentu. Ada saat Juan berada dalam kumpulan anak-anak yang kemudian membuatnya tertawa, bertingkah seperti mereka, bermain kelereng, petak umpet, dan banyak lagi permainan di beberapa  sebuah sekolah kecil. Selfie bersama merupakan kesenangan Juan ketika masih berada dalam kumpulan mereka. Cerita lain terjadi sewaktu dirinya mulai memasuki sekelompok anak remaja. Rasa ingin mengenal lawan jenis, mengungkapkan pemikiran remaja, beradaptasi, menjadi sahabat untuk memahami situasi remaja zaman sekarang.
“Juan punya cerita” Gi tersenyum sendiri melihat apa yang tidak pernah dilihat olehnya.
“Terimah kasih Nayah karena dirimu membuatku mengenal kepribadian ka’Juan” kembali hatinya berbisik menikmati suasana angin mempermainkan dirinya.
“Ka’Juan punya pacar?” rasa ingin tahu lebih dalam tentang Juan.
“Menurutmu saya mempunyai pacar atau tidak?” Juan balik bertanya.
“Jangan-jangan kau naksir sama saya” menggoda Gi…
Wajah Gi merah seperti kepiting rebus mendengar gurauan tersebut. Pada dasarnya, Gi tidak bisa membohongi perasaannya sendiri untuk pertama kali. Ingin memecahkan misteri teka-teki tetapi yang terjadi adalah kisah perjalanan cintanya bergema. Memandang Juan sebagai calon pengacara terjorok sedunia di awal pertemuan, namun semua berubah seiring berjalannya waktu. Terbiasa melihat gaya Juan yang selalu mengupil, memakai lengan baju Gi untuk membersihkan mulut ataupun giginya, berteriak keras di pasar menjual pakaian bekas, merawat sekumpulan manusia, mengekor kemanapun bepergian.
“Kakak keterlaluan,” sikap judes Gi membalas pernyataan Juan.
“Gi itu masih kecil kuliah baru tahun pertama, bagaimana bisa jadi pacarku” Juan.
“Saya sekarang sudah besar bukan lagi anak kecil” spontan Gi menjawab…
“Sepatu kets, poni, rambut pendek, pipi tembem, tanpa make-up, pakaian remaja masih seperti anak SD malahan, sama sekali tidak terlihat dewasa berarti Gi masih kecil” Juan sedikit menarik rambut Gi.
“Kenapa setiap cowok harus menilai sisi dewasa cewek dari cara berpakaiannya?” Gi.
“Kenapa Juga Gi selalu menampakkan sisi natural tanpa polesan sama sekali?” Juan balik Tanya.
“Kakak jawab pertanyaanku dulu!” perintah Gi.
“Gi dulu harus jawab pertanyaanku” Juan tidak mau kalah…
“Saya ingin apa adanya tanpa harus merubah diriku menjadi orang lain. Menginginkan seseorang menyukai diriku bukan karena hasil polesan make-up, sejelek apapun bentuk wajahku.” Gi berkata-kata…
“Jangan sampai dia kecewa melihat wajahku tanpa polesan suatu hari kelak, sehingga saat cinta-cinta mati malah pergi meninggalkan. Bisa beresiko buat hati…” Gi lanjut berkata-kata…
“Oh begitu ceritanya” Juan.
“Kecantikan seseorang tidak bisa dinilai dari pensil alis, lipstick, taburan bedak, seberapa tebal polesan make-up, juga pakaiannya menurut pemikiran dan prinsipku sendiri.” Gi.
“Pantas saja bajumu jenis fashionnya di bawah standar” Juan.
“Bukan berarti saya harus mengikuti segala jenis trend fashion. Belum tentu juga jenis trend sekarang terlihat cocok dalam diriku, jadi saya hanya menyesuaikan bentuk tubuh dan warna kulit jangan sampai terlihat norak.” Gi berkata-kata…
“Kakak saja pakaiannya berandalan pada hal calon pengacara, aneh” Gi balik menyerang…
“Namanya juga laki beda dengan perempuan semuanya serba ribet” balas Juan.
“Buktinya kakakku penampilannya sangat rapi, bersih, tampan, idola para gadis ibaratnya bagaikan langit dan bumi dengan ka’Juan” sindir Gi.
“Berarti Gi punya kakak?” Juan…
“Jelas-jelas ka’Allred musuh bebuyutan kakak sendiri” celoteh Gi dalam hati.
“Punya kakak paling sempurna di dunia, tapi tidak bisa menerima kenyataan sewaktu mendengar bunda hamil lagi sedang jarak dengan adiknya terlalu jauh…” curhat Gi…
“Maksudnya jarak antara dirimu dan kakakmu?” Juan.
“Saya masih punya adik lagi baru berusia 3 tahun, sedang kakakku kuliah tingkat akhir dokter spesialis.” Penjabaran Gi masih menutup rapat hubungannya dengan Allred.
“Hahahahahha” tawa Juan meledak keras. Seakan Gi melupakan tentang pertanyaan sebelumnya dan tidak mengungkit untuk meminta jawaban.
“Sudah sore, saya harus pulang kakakku bisa marah nanti” Gi bergegas mengambil ranselnya meninggalkan Juan seorang diri.
“Sampai jumpa besok gadis lucu sedunia” teriakan Juan dari kejauhan. Gi hanya tertawa mendengar  suara Juan berkumandang. Membutuhkan waktu setengah hampir sejam untuk berada di rumahnya. Masuk dalam rumah, tetapi mendengar percakapan melalui telepon antara kakak dan sahabatnya sendiri. Terlihat Allred tertawa membuat Gi sedikit kesal.
“Sudah pulang?” Allred menegur Gi setelah menutup telepon Nayah.
“Kakak lagi bertanya” Allred mengangkat bicara kembali setelah 10 menit Gi tidak menjawab hanya duduk menikmati ice cream di ruang makan ukuran kecil.
“Jangan permainkan sahabat-sahabatku” rasa kesal Gi kemudian berjalan keluar menuju rumah tetangga sebelah. Allred bingung melihat setiap kekesalan Gi yang ditumpahkan ke arahnya belakangan ini.
“Awas saja,” umpatan Gi sangat marah.
Demi menghilangkan penat berlebihan akibat terlalu berpikir skenario hubungan yang terjadi antara kakak dan sahabatnya sendiri, Gi menghabiskan waktu sorenya di rumah tetangga sebelah sekalipun sang pemilik tak kunjung pulang. Entah hanya sekedar bercanda atau rasa penasaran tiba-tiba menyerang mencoba membuka sebuah buku kecil di dalam kamar tersebut untuk mengetahui sisi rahasia hidup Zelby.
“Tuhan, kalau persiapan tersebut tidak pernah ada, maka bagaimanapun sekelompok orang mengemis terhadapku tidak akan pernah membuatku kembali. Saya akan bekerja, menikah dan mempunyai anak dengan orang luar, bahkan menjadi warga negara asing untuk selamanya. Andai kata persiapan itu benar-benar ada, bagaimanapun saya berada di negara asing serta menikah dengan orang luar juga, pasti kakiku akan kembali kemari suatu hari kelak sesuai waktuMU.” Tulisan tersebut membentuk paragraph pada pertengahan lembaran buku kecil milik Zelby.
“Tuhan, berikan saya kesempatan sekali saja untuk berada di negara asing mengejar apa yang diingini hatiku, walaupun kenyataannya hidupku mengalami banyak kekurangan dan permasalahan bahasa melalui caraMU yang ajaib.” Kalimat tersebut tertulis pada lembaran berikutnya.
“Apa maksud dari tulisan ini?” Gi bertanya-tanya sendiri.
“Sejak kapan berdiri dan mempelajari isi buku yang kau pegang sekarang? Suara Zelby membuat tubuh Gi tiba-tiba terangkat ke atas.
“Ka’Zelby sejak kapan berada di belakangku” tubuh gemetar, berkeringat, ketakutan itulah gambaran diri Gi sekarang.
“Tidak perlu takut, mau apa lagi kalau kau sudah membaca isinya” Zelby berusaha menenangkan Gi. Menarik buku kecil miliknya kemudian menyimpannya kembali…
“Saya tidak bermaksud menjadi detektif di rumah kakak” Gi menyesali perbuatannya.
“Anggap saja kau tidak pernah membaca atau menyadari isi tulisan tersebut!” Zelby.
“Sepertinya ka’Zelby punya masalah serius?” nada bicara Gi terdengar gugup…
“Ini hanya permasalahan masa depan suatu hari kelak. Percaya atau tidak, semuanya hanya bercerita tentang misteri, entahkah akan terpecahkan atau tidak sama sekali. Tidak usah berpikir aneh-aneh tentang hidupku” Zelby menyandarkan tubuhnya pada pojok dinding kamarnya sendiri.
“Misteri?” satu kata dari mulut Gi…
“Kelak Gi akan mengerti andai kata semua itu nyata hanya menunggu waktu Tuhan hingga misteri kehidupan tersebut terpecahkan, tapi jika semua tidak nyata apapun resikonya harus siap menerima karena telah terbaca olehmu.” Kata demi kata tersusun rapi keluar begitu saja dari diri seorang Zelby.
“Apakah ini merupakan bagian kehidupan sesungguhnya dimiliki oleh hidup ka’Zelby sendiri?” bisikan suara hati Gi menggema bahkan berteriak jauh lebih dari itu.
“Hanya bercerita tentang sesuatu objek misterius dan tidak begitu penting untuk diperhatikan.” Zelby berusaha meyakinkan Gi tentang sesuatu tanpa harus melemparkan pertanyaan terbaru.
“Sikap ka’Allred selalu membuatku kesal” Gi mengalihkan dialog ke tempat lain untuk membuat Zelby melupakan apapun ucapan sebelumnya.
“Gi masih belum tahu sifat asliku yang sebenarnya, jauh lebih parah dari Allred” Zelby.
“Yang betul saja ucapan ka’Zelby” Gi masih belum percaya…
“Saya mempunyai kepribadian keras, beberapa orang mengejek lancang, ada saat akan berkata-kata tajam, bahkan menusuk sehingga beberapa orang menilai buruk tentang kepribadianku.” Curahan hati Zelby.
“Lantas?” Gi…
“Seseorang berkata depan banyak orang secara halus mengungkapkan jika itu akibat pengaruh bagian masa laluku sewaktu kecil, sebenarnya karena keadaan…” Zelby.
“Saya tidak mengerti?” Gi…
“Percaya atau tidak, kemungkinan besar suatu hari kelak saya akan mengalami/ berhadapan dengan keadaan yang menuntut untuk bertindak tegas dan keras. Walaupun akan berakibat kebencian, menyakitkan, menjadi bahan bulyan, bahkan masih banyak lagi namun harus tetap dijalani demi sebuah pembentukan bersama perubahan.” Penjabaran Zelby.
“Belajar menyatakan beberapa kalimat terkesan kejam, namun masih pada tempatnya. Seseorang dengan kepribadian paling lemah, tertutup, sulit berada di tempat umum, introvert harus belajar meninggalkan sebuah zona tertentu demi suatu area bagian tertentu pula.” Bukan tanpa sebab mengapa Zelby mengungkapkan kepribadiannya.
“Awal melihat kepribadian ka’Juan membuat diriku menggerutu setiap saat, tetapi seiring berjalannya waktu penilaianku salah tentangnya” Gi berbicara…
“Gi pasti cinta mati dengan Juan sekarang?” pancing Zelby.
“Intinya saya menyukai kepribadian kakak dan ka’Juan, semua kukatakan dari dasar hatiku paling dalam” Gi memeluk Zelby menganggapnya sebagai saudara kandung. Sepanjang malam mereka bercerita satu sama lain akan banyak hal. Zelby banyak bercerita kehidupan Juan dimulai sejak kecil hingga dewasa.
Juan bukan manusia berpikir bodoh untuk menanggapi sesuatu objek. Pengalaman hidup membuatnya belajar bagaimana tuntutan pertahanan di tengah kehidupan keras. Sang ibu meninggal bukan berarti harus larut dalam kesedihan. Ada sesuatu yang tersembunyi tak pernah bisa di utarakan oleh hatinya. Lebih memilih kehidupan sederhana bersama sang nenek sejak kecil dibandingkan menikmati kemewahan. Hidup tidak selalu bercerita bagaimana harus menjadi nomor satu, paling hebat, terkenal, kelimpahan harta, sempurna, idola bagi dunia. Ada hal jauh lebih menarik untuk membuat langkah memberi seni terbaik untuk dilewati merupakan prinsip hidup Juan Dalvin.
“Ka’Juan bahagia hidup seperti ini?” Gi membantu Juan memperbaiki barang jualannya di pasar. Aktifitas terbaru Gi adalah selalu menjadi pengekor Juan ketika berjualan pakaian import bekas. Seorang Juan menganggap kebahagiaan itu sederhana tanpa harus bercerita tentang sebuah objek paling menarik bahkan terlalu sempurna untuk digenggam. Perjalanan sederhana mengajar untuk memahami sebuah kata ‘Secerca Sinar’.
“Suka atau tidak suka harus tetap bahagia” jawaban Juan.
“Mau apa manusia sempurna itu berkeliaran sekitar pasar?” pandangan Juan beralih pada sosok Allred sedang menghabiskan waktunya berkeliaran di tempat kecil seperti ini. Gi terbelalak kaget melihat kakaknya, sedang Juan sendiri hampir tidak mempercayai seorang Allred dapat juga berbelanja kebutuhan dapur.
“Gawat kalau saya sampai ketahuan bersama musuh bebuyutannya” berusaha mencari tempat persembunyian paling tepat. Juan merasa aneh melihat kelakuan Gi berjalan bolak-balik dengan tubuh gemetar. Seperti ada yang tidak beres menurut pemikirannya. Allred dalam waktu sekejap tiba-tiba berdiri tepat di tempat Juan berjualan.
“Mau beli cakar?” tegur Juan.
“Ternyata kau berjualan di tempat semacam ini?” Allred tertawa sinis.
“Ternyata manusia sempurna berkeliaran belanja juga di tempat seperti ini” Juan balik menyindir…
“Kau dan saya sama, jadi jangan saling menyindir, ngerti?” Juan memicingkan mata…
“Saya tidak mau menghabiskan waktu bercerita lebar dengan manusia terburuk ssepertimu” Allred berkata-kata kemudian berlalu begitu cepat dari hadapan Juan.
“Keluarlah!” perintah Juan menyadari Gi benar-benar ketakutan…
“Ada hubungan antara kau dan Allred? Pacar atau apa?” Juan menancapkan tatapan tertajam setelah Gi keluar dari tempat persembunyiannya. Gi tidak lagi bisa mengelak atau mencari alasan jika tidak mengenal Allred. Selama ini berpura-pura jika antara mereka tidak saling mengenal satu sama lain baik sekitar kampus dan dimanapun itu.
“Dia kakakku” mata Juan terbelalak hampir tidak percaya mendengar pengakuan Gi. Berusaha memberi penjelasan kalau kakaknya sama sekali tidak tahu semua kegiatan yang dilakukannya. Entah roh seperti apa merasuki Gi sehingga menceritakan maksud tujuannya berada di dekat Juan. Bagaimana permasalahan perusahaan Nayah, misteri kematian ibu Laras menjadi penyebab semua itu.
“Saya tahu kakak orang baik, jadi tidak mungkin menyimpan amarah berlarut-larut buatku” wajah Gi tertunduk setelah bercerita panjang lebar penyebab semua ini bahkan harus berbohong. Duduk bersandar di bawah pohon rindang tidak jauh dari jalan besar kecil terletak di belakang pasar tanpa penghuni seorangpun hanya mereka berdua.
“Saya tidak tahu kenapa mami bertemu seseorang tengah-tengah malam pada saat kejadian, tapi hati kecil kecilku berkata kuat kalau pak Wijaya tidak ada hubungannya dengan kasus kematiannya.” Juan menarik nafas panjang. Ingin marah terhadap Gi, namun seakan terdapat sesuatu sehingga kegeramannya tertahan. Kasus kematian ibu Laras masih dalam proses polisi, membutuhkan waktu memecahkan permasalahan siapa pelaku sebenarnya dibalik semua itu.
“Kenapa kau membenci kakakku?” Gi mengalihkan perhatian Juan ke tempat lain…
“Manusia dingin, seenaknya mengatur, sombong, merasa paling suci, bahkan banyak hal-hal buruk di dalam dirinya sangat kubenci” Juan berkata-kata tanpa memikirkan perasaan Gi…
“Sifat kakakku memang seperti itu, saya harap ka’Juan tidak terlalu menyalahkkan dirinya ingin mengatur jadwal kuliah sendiri” Gi.
“Kenapa memang?” rasa kesal Juan…
“Kemungkinan karena ayah hanya seorang petani atau memang mimpinya sampai-sampai ka’Allred berjuang mengejar apa yang diingini hatinya.” Gi.
“Petani? Bukannya anak orang kaya?” Juan.
“Memang ka’Allred bicara anak pengusaha? Sedingin-dinginnya kakakku tapi kalau bicara mulutnya masih normal dan tidak ketinggian” Gi.
“Memang tidak sih, hanya saja kalau dilihat dari penampilannya” Juan.
“Berpenampilan itu tidak harus mahal, sama seperti ka’Allred hanya menyesuaikan pada ukuran tubuh.”jawaban Gi. Mengakui juga jika kakaknya harus kuliah di 2 tempat dan jurusan berbeda yaitu fakultas hukum serta dokter spesialis…


Bagian 11…


Gilia…

Menceritakan segalanya terhadap ka’Juan penyebab saya harus melakukan semua ini. Jauh lebih baik jujur terhadap seseorang yang disukai dibanding tidak sama sekali apapun respon negative yang akan diterima. Setelah ketahuan bagaimana saya berusaha sembunyi agar tidak terlihat oleh ka’Allred di pasar ketika sedang berjualan. Seakan ingin marah tetapi ada sesuatu menahan emosionalnya terlampiaskan buatku. Bersikap tenang, dewasa, masih bercanda membuatku tersadar tingkat karakter pria di depanku sekarang. Menyadari saya adalah adik kandung musuh terberat buatnya di kampus terlebih tujuanku mendekati dirinya. Mencari informasi hubungan ibu Laras lebih jauh, namun saya menemukan suatu kehidupan mengajarkan tentang kasih sayang.
“Dari mana saja?” suara ka’Allred meninggi setelah saya sampai di rumah.
“Kakak tidak usah mengurus kehidupanku” rasa kesalku selalu ada buat kakakku.
“Kakak hanya bertanya pada Gi bukan mengurusi, ini kota besar bukan kampung, ngerti?” luapan emosional ka’Allred bermain seketika…
Saya tidak memperdulikan luapan emosionalku terhadap ka’Allred bahkan yang kulakukan sekarang adalah berlari ke rumah tetangga sebelah. Lagian ini juga siang  kebetulan tanggal merah, suka-suka saya dong. Kekesalanku kian bertambah melihat tingkah laku kakakku di rumah hanya ingin mementingkan diri sendiri. “Kau seperti mempunyai masalah?” tegur ka’Zelby terhadapku.
“Tidak ada” menyangkal tebakannya.
“Raut wajahmu bercerita lain” tebakan ka’Zelby memang selalu tepat.
“Seperti biasa permasalahan antara adik kakak” sikap judesku muncul.
“Gi’ hidup itu tidak akan memperlihatkan seni jika tanpa perbedaan sesama saudara kandung sendiri bahkan terkesan hambar” pernyataan ka’Zelby.
“Kakak Zelby seperti ayah saja setiap saya mengadu” menarik nafas panjang.
“Apakah kau tahu bagaimana perjalanan hidupku?” tersenyum sambil menyodorkan sekaleng minuman bersoda.
“Mana saya tahu kalau kakak tidak bercerita sama sekali” menjawab pertanyaan ka’Zelby. Harus kuakui setiap saya mempunyai masalah pasti berlari ke tetangga sebelah dan tak lain merupakan rumah kontrakan ka’Zelby. Sejauh ini, dia tidak pernah bercerita banyak tentang berbagai hal dalam hidupnya. Pertama kali membuat pernyataan berisi curahan hati…
“Setiap waktu saya harus berjuang melawan maupun bertempur tentang banyak hal tanpa seorangpun memahami apa yang terjadi dalam hidupku sendiri” ka’Zelby membantu membukakan kaleng soda milikku.
“Jika diteropong dari berbagai arah manapun, wajah kakak sama sekali tidak memperlihatkan masalah apapun itu…”
“Entah bersikap acting atau saya benar-benar pandai menyembunyikan semuanya” ka’Zelby.
“Berjuang bahkan menganggap saya tidak pernah mempunyai masalah,” meneguk sekaleng soda menikmati suasana halaman belakang rumah sendiri.
“Ka’Zelby”
“Terkadang saya harus menangis seorang diri dalam kamar hanya untuk mencurahkan segala isi hatiku di hadapan Tuhan, bertempur melawan kebencian bagi siapapun yang berjuang menyerang hidupku sendiri.” Ka’Zelby.
“Memang kakak punya banyak musuh?” tanyaku.
“Sepertinya,” anggukan ka’Zelby.
“Kenapa?”
“Entahlah, kenapa mereka membenciku atau mungkin perasaanku saja atau karena karakter yang kumiliki tidak sesuai aturan sulit untuk beradaptasi” jawaban ka’Zelby.
“Berjalan di suatu tempat tanpa pernah terpikirkan sama sekali, mengalami permasalahan demi permasalahan. Hal lebih mengejutkan saya berjuang menutupi banyak hal sehingga tidak terbaca oleh siapapun demi kepentingan bersama, tetapi kenyataannya mereka balik menyerang seakan membuat satu istilah menyedihkan.” Ka’Zelby berbicara menjabarkan tentang suatu objek…
“Apa lebih kacau dari masalahku sendiri?” imbuhku…
“Sekian tahun saya harus mengalami permasalahan tidak mengenakkan di berbagai arah. Terkucilkan, terpuruk, pandangan sebelah mata, miskin, berhadapan dengan objek-objek kurang menyenangkan itulah kisahku dari waktu ke waktu tanpa pernah berubah sedikitpun.” Ka’Zelby.
“Masih bisa tertangani atau sebaliknya?” pertanyaanku paling bodoh buatnya…
“Saya seperti manusia paling lemah tidak dapat berbuat apapun terhadap masalahku sendiri. Hingga suatu ketika, saya belajar tentang kekuatan berbicara tetapi terkadang harus mendapat sindiran apakah ini berhubungan akan kisah masa lalu kurang menyenangkan. Hal paling menyedihkan bahkan terdengar tragis jika kau melewati semuanya.” Ungkapan ka’Zelby sambil menyandarkan tubuhnya pada sebuah tempat perbaringan di bawah pohon sejuk.
Sejak kecil harus bergumul tentang kehidupan merupakan bagian perjalanan ka’Zelby. Menjelaskan betapa sulitnya ketika sebuah objek permasalahan menerpa. Hal terkacau adalah satu kata yaitu mengampuni setiap kesalahan mereka yang terus saja bermain. Belajar melupakan setiap kesalahan demi kesalahan mereka yang terus saja menyerang bahkan menciptakan fitnah. Ada saat dimana hati tidak mampu bercerita, tetapi air mata harus terjatuh secara tersembunyi.
Setelah berjuang melewati semuanya, ka’Zelby berpikir jika segalanya telah berakhir hanya bercerita masa pemulihan. Namun, keadaan justru bercerita sebaliknya dari pernyataan tersebut. Menerima kenyataan kalau seseorang yang telah dinantikan sekian tahun bukan bagian terbaik buat hidupnya setelah lulus kuliah. Mengucap syukur dalam segala hal, sekalipun terdengar mengerikan itulah yang berusaha dilakukan oleh ka’Zelby. Belum pernah bertemu sama sekali, tetapi mempercayai jika seseorang yang dinantikan benar-benar ada. Justru kenyataannya adalah semua itu bukan bagian terbaik.
Singkat cerita, sambil menunggu proses wisuda juga ijasah, bekerja pada salah satu pusat perbelanjaan cukup besar dan terkenal sebagai karyawan kecil. Ada begitu banyak hal terjadi di tempat tersebut juga membuat kisah-kisah tak terduga bagi kehidupannya sendiri. Anak pemilik tempat tersebut menyukai dirinya tanpa disadari oleh kakak Zelby sendiri. Kenyataan yang ada adalah karakter pemalu, tidak pernah bisa berpikir atau menyangka semua itu terjadi berada dalam dirinya.
“Saya harus mengakui kalau kata grogi atau salah tingkah selalu saja bermain saat berhadapan dengan lawan jenisku sendiri sekalipun saya tidak menyukai dirinya.” Ka’Zelby seakan ingin menertawakan  dirinya sendiri. Pria tersebut terkadang mencari perhatian lebih tepatnya untuk setiap gaya bahasa tubuhnya sendiri. Sehingga sampai suatu ketika, dua orang berbicara secara tiba-tiba di hadapan ka’Zelby seakan ingin mengungkapkan sesuatu.
“Kalau suka bilang saja depan…, bla bla bla bla” kalau tidak salah dengar ucapan secara langsung depan ka’Zelby sehingga membuatnya kaget bukan main.
“Maksud dari ucapan mereka baik tanpa ada tujuan jahat, hanya saja saya sama sekali tidak menyangka sesuatu hal sehingga permasalahan suka menjadi perbincangan di kalangan beberapa orang.” ungkap ka’Zelby memainkan daun-daun kering di sekitarnya.
Seakan menjadi bahan gosip paling akurat dan menyebar kemanapun seluruh area tempat tersebut menjadikan segala sesuatu terlihat aneh. Tidak tahu harus berbuat apapun untuk menghadapi situasi seperti ini. Di satu sisi, hidupnya harus tetap berada pada jalur tertentu, di sisi lain mendengar pernyataan seakan-akan jalannya entah harus berjalan kemana. Diam seribu bahasa merupakan jalan terbaik bagi masalahnya sendiri, menganggap tidak pernah mendengar apapun kecuali bekerja. Singkat cerita, pria tersebut melirik gadis lain yang jauh lebih baik.
“Saya berpikir semua masalah telah berakhir, tapi justru sebaliknya” senyum terpaksa memancar jelas…
“Apa yang terjadi selanjutnya?” rasa penasaran menggerogoti diriku.
“Seakan beberapa dari mereka menyudutkan diriku sekalipun mereka tidak secara langsung bercerita tetapi raut wajah juga ucapan bahasa bibir ketika berdialog satu sama lain bercerita sebaliknya.” Penjabaran ka’Zelby mengenang memory kemarin…
Diam seribu bahasa jauh lebih baik dibanding bercerita tentang apapun juga. Hal lebih parah, teman kerjanya sendiri berusaha menyerang secara bersamaan. Seakan selama bekerja di tempat tersebut dirinya merupakan objek pembuat masalah terbesar. Harus mendengar beberapa pernyataan sindiran dari beberapa situasi bercerita tentang kesalah pahaman untuk memahami satu sama lain.
Kemungkinan, pria tersebut menjelaskan bagaimana perasaannya, sehingga salah seorang pembicara yang biasa berdiri depan banyak orang di tempatnya untuk mengungkapkan tentang sesuatu membuat pernyataan tertentu. Pembicara itu mempunyai maksud dan tujuan yang baik tanpa ada niat jahat sedikitpun, tentang menyatakan perasaan terhadap seseorang kalau memang suka. “Kalau memang suka bilang, kalau ditolak cari yang lain.”
Pembicara tersebut memahami keadaan maupun perasaan masa muda seperti apa, jadi wajar berkata-kata. Beliau terlihat sangat baik juga mengerti tentang situasi. “Saya hanya terdiam bahkan melihat ke arahnya setelah sang pembicara selesai dengan acara” ucapan ka’Zelby. Pemalu, tidak mengerti situasi saat itu, seorang perempuan harus berjalan menyatakan perasaan yang sama sekali membuat dirinya terkejut, tidak boleh berjalan melewati jalur tertentu itulah gambaran hidupnya.
“Dia sempat berjalan bolak-balik di hadapanku sebelum akhirnya sang pembicara berteriak di hadapan banyak orang pada sebuah acara. Saya baru mengerti situasi keesokan harinya setelah melihat post IG tentang pertemuan keluarga.” Masih bercerita seputar kisah pengalaman hidup beberapa waktu lalu…
“Apa yang terjadi?”
“Saya berusaha menutup serapat mungkin tentang kejadian tersebut, satupun anggota keluarga tidak pernah menyadari tentang segala masalah yang kualami di tempat kerja. Menganggap ini tidak pernah terjadi, sekalipun saya harus mendapat banyak masalah entah masih seputar permasalahan dengan pria tersebut atau hal lain. Permasalahan lain, rekan sekerjaku sendiri bersikap dingin tanpa sebab dan hal lebih kacau menceritakan segala jenis keburukanku terhadap banyak orang setelah beberapa waktu bekerja di sana.” Curahan hati bagaimana pedisnya hidup…
“Kenapa kakak tidak berhenti bekerja saja saat itu?” ungkapku…
“Saya berusaha menghindari pertanyaan anggota keluargaku, kenapa? Karena saya tidak ingin satu anggota keluargaku menyadari tentang masalah hidupku. Cukup saya dan Tuhan saja melewati semua itu tanpa harus mereka mengetahui setiap keadaanku.” Jawaban terkacau darinya.
Berhenti bekerja begitu saja berarti lari dari masalah, jauh lebih baik tetap bertahan untuk sementara waktu. Selain itu seakan dirinya harus mendapat julukan menyimpan akar kepahitan oleh karena sesuatu hal. Berkata-kata sebagai pembicara untuk acara tertentu di tempat tersebut kemudian menyisihkan sebuah istilah “Kepahitan”. Berjuang menutupi semua masalah sebaik mungkin agar hubungan pertunangan pria tersebut tidak rusak juga nama baik keluarga maupun tempatnya hancur, tetapi kenyataannya harus mendengar ungkapan lebih menyedihkan lagi. “Jangan karena masalah seperti ini, dapat dijadikan bahan pertikaian oknum lain atau nama baik siapapun rusak” ka’Zelby menarik napas panjang sambil memandang ke arah langit biru.
“Kenapa kakak berkata seakan terdapat oknum lain dapat memainkan situasi?”
“Entahlah, saya berada pada sebuah jalur yang sulit untuk dijelaskan dan suatu hari kelak kemungkinan harus berhadapan dengan beberapa situasi tertentu. Saya hanya tidak menginginkan mereka berada dalam jebakan atau bahan permasalahan seperti ini dijadikan jerat untuk menghancurkan. Ini bukan bercerita tentang hidupku melainkan banyak orang juga keluarganya menjadi korban kalau berbagai bumbu penyedap menjadi satu untuk bermain.” Ka’Zelby.
“Saat semua masalah menyerang secara bersamaan hanya bisa diam. Entah karena ingin menghibur diri atau mengalihkan perhatian, jadi saya menggoda seorang pria bule memakai tata bahasa inggris tidak karuan. Berpikir sejenak jika antara saya dan dia bagaikan artis dan penggemar.” Melanjutkan curhatan kembali…
“Kenapa kakak melakukan hal semacam itu, pada hal jalur yang telah ditetapkan sama sekali tidak boleh melewati batas tertentu?” pertanyaanku sedikit bingung memahami pernyataan ka’Zelby sendiri.
“Hanya sekedar bahan penghiburan sekaligus penasaran saja. Saya merasa kalau Tuhan memakai pria bule tersebut untuk membuatku melupakan tiap masalah yang sedang menimpa pada saat itu. Tatapan tak biasa dari beberapa orang, sindiran, kebencian tersalur buatku, rekan sekerjaku selalu mencari masalah hanya karena hal kecil, dan masih banyak lagi masalah baik saat di tempat kerja maupun tempat lainnya.” Ka’Zelby.
“Jangan percaya pria bule kakak?” sindirku…
“Kalau diperhatikan sisi hidupnya tidak melewati batas dan masih bisa berada pada tahap pergaulan sesuai tempat, namun entahlah pada dunia nyata. Sekedar bercanda semata melalui chatingan itupun dia terkadang jaga image. Setidaknya membuatku dapat tertawa lepas untuk beberapa waktu. Hal tak terduga, kalau saya merasa dia rela begadang habis-habisan hanya demi membalas komentarku. Sengaja membalas komentar semua orang biar tidak terlihat atau terbaca olehku pada tiap post IG miliknya.”  
“Wow…” seolah ingin tertawa…
“Dia selalu menghabiskan uangnya untuk memenuhi hobinya” ka’Zelby menyatakan beberapa gambaran pria bule tersebut…
“Memang hobinya itu apa?” tanyaku.
“Traveling, sampai-sampai suatu ketika dia sempat menyindirku dengan sebuah post ‘I love traveling’ bersama bentuk tengkorak sedikit memperlihatkan kemarahan.” Ka’Zelby.
“Kenapa kakak yang cepat tersinggung dengan captionnya?”
“Bagaimana tidak? Beberapa waktu sebelumnya saya menegur tentang pekerjaan dan kenapa melakukan perjalanan traveling terus-menerus” jawaban ka’Zelby.
“Dia rela begadang, sengaja membalas komentar semua orang biar tidak terlihat, selalu ingin menampilkan wajah paling tampan, punya hobi terbaru yaitu mencari follower sebanyak mungkin dengan cara sengaja melakukan follow terhadap segala jenis akun IG dan setelah mendapat follback…” ucapannya terpotong…
“Kemudian di unfollow seketika, hahahahaha” pertama kali melihat ka’Zelby tertawa lepas.
“Bukan hanya dia satu-satunya manusia-manusia gila follower kemudian melakukan hal semacam itu, di luar sana banyak juga membuat strategi seperti ini” ungkapku.
“Terserah” ka’Zelby.
“Bagaimana perasaan kakak terhadap pria bule itu?” pertanyaanku kembali…
“Awalnya saya hanya menjadikan sebagai penghibur, penasaran sekaligus mengalihkan perhatian jika ada begitu banyak masalah menyergap pada saat itu. Seiring berjalannya waktu, saya berpikir pria bule itu seru untuk diajak bercanda atau mengacaukan hal-hal aneh tetapi ternyata pikiranku salah.” Ka’Zelby berkata-kata sambil memainkan kaleng minumannya.
“Kenapa kakak berkata seperti itu?”
“Sepertinya dia mempunyai kepribadian sedikit sensitive” jawaban ka’Zelby.
“Yang saya ingin dengar kakak menyukai dirinya atau tidak?”
“Kemungkinan besar saya menyukai dirinya dan kemungkinan juga suasana hatiku masih meragukan tentang perasaanku sendiri. Berada di posisi yang sedang saya jalani sangat sulit untuk menentukan pilihan ataupun keputusan terlebih masalah pasangan hidup. Apa lagi kami berdua mengalami perselisihan karena sebuah kejadian.” Ka’Zelby.
“Perselisihan?” sedikit terkejut…
“Saat itu sebagai rasa terimah kasihku karena telah menjadi penghibur selama beberapa saat adalah mengajari kehidupannya tentang beberapa hal. Hanya sekedar menyuruh dia membaca tulisanku melalui website, pikiranku setidaknya ada pembentukan kepribadian maupun memahami akan berbagai aspek hidup.” Ka’Zelby.
“Tadi kakak berkata pria bule itu masih pada jalur?” cetusku…
“Dalam tulisanku bercerita tentang banyak hal, terlebih dunia barat bersama pergaulan kurang menyenangkan bahkan sangat bebas secara otomatis tidak dapat lepas dari semua itu. Bisa saja segala post IG miliknya menutup bagian terkacau dari hidupnya sendiri atau mungkin juga hal lain.” Ka’Zelby…
“Bagaimana bisa dia mengerti bahasa tulisan kakak?”
“Uangnya banyak, jadi saya menyuruh dia mencari penerjemah atau langsung beralih pada om google translate sesuai perkembangan kemajuan teknologi. Di lain sisi mengajarkan dirinya tentang pergaulan juga sebuah hubungan penting terhadap Tuhan.” Ka’Zelby.
“Karena permasalahan teman wanitanya berujung perselisihan. Singkat cerita kami berdua harus tidak saling mengharapkan lagi satu sama lain. Saya sengaja memainkan, menyudutkan, bahkan sekitar 40% tulisanku bercerita tentang dia dan teman wanitanya yang sekaligus berperan sebagai seorang model. Keadaan membuat saya melakukan hal semacam itu, di satu sisi kehidupan harus bergumul banyak objek tetapi di tempat lain seakan pikiranku mengarah pada permainan beberapa orang atau sang model yang sekaligus entah berperan sebagai teman spesialnya ataukah hal lain.” Ka’Zelby…
“Berarti cinta segi tiga?” pancingku.
“Entahlah, hanya saja saat itu segala jenis pergumulan terus mempermainkan seakan segala sesuatu yang terjadi jika saya adalah penyebabnya dari berbagai tempat. Mengalami sebuah keadaan hingga detik sekarang masih butuh waktu untuk terjawab, berhadapan dengan sedikit permasalahan keluarga, rekan sekerjaku sendiri menceritakan segala jenis keburukanku terhadap banyak orang, banyak orang menilai buruk kepribadianku, berjuang menutup semua masalah setidaknya hubungan seseorang tidak rusak atau oknum tertentu dapat menggunakan sebagai bahan jebakan untuk banyak orang andai kata tercium public, belum lagi permainan teman spesialnya.” Curahan hati ka’Zelby…
“Kenapa kakak selalu berkata oknum tertentu dapat saja membuat jebakan?”
“Saya mengalami situasi tersulit, bahkan sulit untuk mempercayai semua yang terjadi dalam perjalananku sendiri. Kelak, kemungkinan besar ada hal yang harus saya jalani dan tentu ada begitu banyak permainan juga jebakan dapat menyerang oleh berbagai pihak tertentu atau terkait akan permasalahan tersebut. Apa lagi pria di tempat kerjaku berperan sebagai seorang pembentuk sebuah area tertentu.” Ka’Zelby.
“Terkadang saya berpikir kalau dia takut andaikan saya menjalin hubungan spesial dengan adiknya. Entahlah, mungkin hanya firasatku semata.” Curahan hati ka’Zelby lagi…
“Dia mempunyai adik berarti?” ujarku, sedang ka’Zelby hanya mengangguk.
“Kelebihan wanita adalah suka menolak, saya tahu pernyataan tersebut diarahkan buatku” ka’Zelby seakan ingin tertawa bercerita…
“Kakak,”
“Kalau boleh jujur, ketika masih berjuang berhadapan dengan pergumulanku sendiri sebenarnya saya memberi kesempatan buat pria tersebut beberapa kali. Hanya saja dia tidak pernah pekah ataupun berjuang untuk mengerti.” Ka’Zelby.
“Saya hanya ingin mempelajari sisi mental ataupun kekuatan kesabarannya sehingga sedikit bermain melalui caption dunia medsos. Dia harus siap melewati jalur proses demi proses yang akan saya mainkan, andai kata pekah terhadap beberapa kesempatan yang diberikan. Percaya atau tidak, suatu hari nanti kemungkinan besar saya harus berhadapan dengan banyak tantangan kehidupan dan mengharuskan pasangan hidupku bertahan apapun yang terjadi.” Ka’Zelby melanjutkan ucapannya…
“Saya baru memainkan media social dan sedikit memancing sesuatu dalam dirinya, hal yang terjadi adalah seakan menilai negative kepribadianku. Feelingku mengatakan kalau dia tidak akan pernah mampu melewati kehidupan keras, tantangan, pernyataan-pernyataan tajam bahkan menusuk dari seseorang terlebih banyak orang. Karakter seperti ini terlalu lemah dan bisa hancur dalam sekejap.” Ka’Zelby sekali lagi menjabarkan…
“Kemungkinan dia tahu hubungan kakak bersama pria bule tersebut?” ujarku.
“Saya memang sengaja post wajah foto pria bule serta bagaimana caranya mempromosikan teman spesialnya pada ajang kontes kecantikan. Tujuanku, entah mengalihkan perhatian, menutup serapat mungkin biar hubungan dengan pasangannya tidak rusak, sebagai penghiburan semata, menggoda pria bule tersebut, dan juga semua orang berpikir jika saya mempunyai standar tinggi untuk pemilihan pasangan hidup.” Ka’Zelby.
“Keadaan yang saya hadapi menuntut untuk tidak bisa sembarang memilih pasangan hidup apapun yang terjadi. Di satu sisi permasalahan umur, ejekan, keadaan membuat saya hidup dalam ketakutan. Bagaimana kalau seumur hidupku tidak akan pernah jalan bersama  lawan jenisku, menjalani pernikahan, membentuk keluarga kecil karena sesuatu yang saya alami? Namun, saya tidak punya pilihan lain” kembali ka’Zelby bercerita panjang tentang sebuah konflik.
“Kalau boleh tahu kakak akan memilih siapa andai kata dua pria ini masih berharap?”
“Gi’ itu tidak mungkin terjadi, kenapa? Pria di tempat kerjaku mempunyai pasangan sendiri dan jangan sampai hubungan mereka rusak sekalipun ada kata ingin mendapat kesempatan kembali. Permasalahannya juga dia mempunyai kepribadian terlalu lemah untuk menghadapi sebuah masalah. Saya tidak membedakan siapapun, baik pria tersebut maupun pria bule salah satu teman IGku sendiri.” Ka’Zelby.
“Saya masih sempat mengirim sebuah pesan terhadap pria bule tersebut tentang sebuah pernyataan sekalipun kami berdua berselisih juga saling salah paham. ‘Saya akan membuatmu menderita andai kata kau menyukai diriku dan tetap bertahan. Namun, saya akan mulai kembali menyukai dirimu kalau kau berhasil lolos.’ Merupakan isi pesanku.” Lanjutan ka’Zelby.
“Maksud ucapan kakak?”
“Tuntutan tentang kekuatan terbaik, prinsip hidup, kepribadian, iman, pertahanan, kesabaran, pengalaman harus dimiliki oleh pasanganku sendiri suatu hari kelak. Harus melewati proses demi proses sesuai aturan yang telah ditetapkan dan itu tidak mudah, sekalipun dia seorang paling berpengaruh ataupun keluarga kerajaan. Saya hanya menyuruh dia melakukan beberapa hal untuk beberapa waktu sebelum memasuki puncak tidak biasa. Hidup sebagai orang kecil, menjalani pekerjaan-pekerjaan kasar juga tidak pernah dianggap, merawat sekelompok manusia tertentu.” Ka’Zelby.
“Apa pria bule itu mau?” tanyaku…
“Dia lebih memilih rekan senegaranya sebagai pasangan terbaik, atau ada sesuatu ataukah kemungkinan tidak sanggup menjalani dunia seperti itu sebelum kembali pada profesi semula, entahlah. Kemungkinan juga, ini jalan Tuhan membuat saya mempunyai pengalaman berharga di dunia medsos dan bagaimana harus berhenti atau keluar.” Jawaban ka’Zelby.
“Saya sudah menerima kenyataan tentang berbagai hal dari kisah hidupku. Terimah kasih Tuhan, hanya kalimat tersebut yang kukatakan setiap saat dalam hati ketika menyaksikan bagaimana dia lebih memilih wanita lain. Permasalahan kebudayaan, proses hidup, pola pikir, pihak-pihak tertentu menjadi penyebab hal seperti ini terjadi. Terlebih beberapa pihak seakan ingin berkata jika dia mempunyai sifat tidak dewasa.” Ka’Zelby masih bercerita…
“Berarti ada beberapa orang yang mengetahui permasalahan ini?”
“Sekalipun tulisanku masih belum dikenal public, tetapi saya mempunyai website tersendiri. Mempunyai iman jika masalahku juga mimpiku mempunyai jalan keluar melalui berbagai tulisan-tulisan yang kubuat. Kemungkinan beberapa IG tertentu membaca tulisanku menyangkut beberapa hal dalam sebuah cerita, sehingga sengaja membuat post caption menyindir dan seakan ditujukan untuk diriku pribadi.” Ka’Zelby.
“Entahkah saya yang cepat tersinggung atau terlalu Grrrrr untuk beberapa hal. Saya pikir, andai kata sebagian orang membaca tulisanku pasti mengejek dengan ucapan halusinasi terlalu ketinggian atau standar tertinggi tapi tidak pernah berkaca. Ternyata, seakan pria bule tersebut mendapat julukan tidak dewasa. Lebih baik memilih pria dewasa dari pada tampan tapi tidak dewasa, tubuh seksi juga tampan bukanlah bagian prioritas terbaik bagi perjalanan kelak merupakan makna caption beberapa dari mereka.” ka’Zelby bercerita lagi…
“Berarti kesimpulan kalau ternyata sama sekali tidak ada kedewasaan dalam dirinya, hanya bermodalkan wajah tampan semata?” tanyaku…
“Sepertinya, menurut pemikiran beberapa dari mereka. Kalau boleh jujur, saya menyukai dia karena hadir menghibur bahkan membuatku lupa terhadap banyak masalahku pada saat itu yang datang secara bersamaan untuk bersatu menyerang perjalananku.” Ka’Zelby.
“Kehidupan…” hanya kata tersebut yang bisa kuucapkan…
“Berhadapan dengan banyak hal, berselisih paham, disudutkan, hanya karena permasalahan mengangkat kaki pada kursi harus mendapat caci seakan tidak mempunyai etika dan selalu dibesar-besarkan, peristiwa pergumulan bertahun-tahun tentang sesuatu yang kualami, hinaan munafik, bermasalah dengan beberapa pria, pandangan sebelah mata, dan masih banyak lagi tentu tidak mudah untuk dijalani.” Ka’Zelby mendesah panjang…
Terkadang seseorang harus menutupi pergumulan hidup melalui sebuah senyuman. Menganggap semua masalah di depan tidak pernah terjadi. Bukan tentang siapa paling terhebat atau kualitas standar tinggi, melainkan terdapat objek lain sehingga suka maupun tidak harus menentukan sikap. Hal lebih menantang bahkan terkacau secara logika adalah mengucap syukur sepahit apapun keadaan yang dijalani dan juga belajar memberikan kata maaf.
“Saya diam terhadap rekan kerjaku sendiri bukan berarti membenci dirinya, melainkan menghindari masalah. Saat melihat teman kerjaku rasa kasihan muncul, kenapa? Karena persamaan kehidupan yaitu berada pada level miskin cukup kacau, terlebih dia masih mempunyai banyak tanggungan untuk biaya pendidikan saudara juga keluarganya. Saya bisa saja menghancurkan hidupnya dalam sekejap karena perbuatan, kemunafikan, dan sikap iri dalam dirinya sendiri.” Ka’Zelby berkata-kata…
“Kenapa kakak tidak lakukan? Sedangkan kakak sendiri sudah mempunyai banyak masalah yang tidak akan pernah dia mengerti?” ungkapku.
“Seperti ucapanku tadi, kalau saya melakukan itu kemungkinan dia dan adik-adiknya pasti kesulitan mencari pekerjaan esok atau suatu hari kelak atau bahkan harus dipecat. Berusaha menahan diri apapun keadaanku sekarang itulah yang terjadi.” Jawaban ka’Zelby. Terimah kasih Tuhan untuk setiap hal yang terjadi merupakan kalimat untuk mengajarkan letak sisi kepribadian seseorang. Terkadang keadaan yang terlihat benar-benar kacau tanpa titik terang masalah bahkan semakin mempermalukan maupun menyudutkan kehidupan sendiri, namun hidup harus terus berjalan.
“Kehidupan kakak pasti sangat sulit untuk bertindak” berkata-kata menyadari bagaimana ketika saya menjadi dirinya. Tidak mudah menerima kenyataan, mendapat kritikan paling menyeramkan, perselisihan, cibiran, pandangan sebelah mata, menjalani suatu objek bagi logika akan menjadi bahan tertawaan, berjuang menutup rapat agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan tetapi mendapat serangan aneh, bermasalah dengan orang luar, dan masih banyak lagi secara bersamaan.
“Terkadang saya harus menangis dalam kamar seorang diri dan ketika berada di luar harus diam seribu bahasa menganggap semua itu tidak pernah terjadi. Ada saat dimana hatiku benar-benar merindukan berada di tengah-tengah kumpulan lingkaran para pendeta terbaik untuk mendoakan saya secara pribadi kemudian menangis sekeras-kerasnya.” Ungkapan perasaan hati kakak yang sedang bergumul tentang permainan…
“Kenapa kakak tidak melakukan semua itu?”
“Mulutku terkunci rapat untuk bercerita terhadap siapapun bahkan keluargakupun tidak menyadari atau memahami keadaanku. Saya hanya ingin di doakan oleh kumpulan pendeta yang tidak pernah mengenal siapa diriku tetapi berteriak keras berdoa buatku.” Ka’Zelby.
“Hal lebih kacau diantara masalahku adalah seorang pria lanjut umur dan sangat tua menggoda diriku.” Masih melanjutkan ucapannya.
“Masalah baru lagi berarti?” kalimatku.
“Secara bersamaan semua menyerang dan paling terkacau adalah seorang pria beranak 5 mengajak jalan. Saya berpikir kalau ke rumah hanya untuk istirahat siang karena sedang mengerjakan rumah tetangga, ternyata mencari perhatian.” Membuatku ingin tertawa seketika…
“Saya pikir karena menganggapku sebagai anak dan kami mempunyai hidup yang sama yaitu miskin, tetapi kenyataannya mempunyai maksud tertentu. Sangat mengerikan” kembali tawaku meledak mendengar kakak Zelby terdengar kesal…
“Kenapa juga kakak terlalu polos berpikiran seperti itu?” sindirku…
“Wajah dan tingkah bapak itu menggambarkan kepolosan, jadi tidak mungkin melewati jalur. Sebenarnya bukan pertama kali saya harus berhadapan dengan om-om genit tapi sudah beberapa kali” ka’Zelby.
“Kok bisa terjadi? Sama yang muda saja kakak masih bagaimana, tiba-tiba…” tawaku semakin meledak seketika.
“Kemungkinan pria-pria tua itu berpikir jika saya seperti manusia autis, polos, atau mengalami gangguan mental, jadi mereka ingin mengambil kesempatan dalam kesempitan karena peristiwa sekian tahun yang terjadi dalam hidupku.” Ungkap ka’Zelby…
“Kasus kakak yang satu ini jauh lebih kacau,” ujarku.
“Pak tua itu bertanya sambil berbisik, kenapa tidak pernah mengangkat teleponnya? Telepon temanku saja terkadang saya tidak angkat terlebih pria tua tengah malam menelpon & menjadi pertanyaan tetapi perasaan negative berusaha kubuang jauh, kenapa? Karena wajah polosnya tidak mungkin mengarah pada hal aneh atau menjijikkan.” Ka’Zelby.
“Sampai saya terkadang ketakutan sendiri akibat hal-hal seperti ini. Tuhan, selama ini saya belajar untuk tetap pada jalurMU, bertahan tidak mengikut hal-hal berbau menyenangkan manusia sekalipun mendapat caci maki, tidak pernah merasakan jalan bersama lawan jenisku sendiri, dan masih banyak lagi setidaknya hidupku mendapat pasangan hidup terbaik bukan duda atau om-om merupakan bagian keluh kesahku.” masih seputar curahan hati kakak Zelby.
“Mengerikan sekali kakak” tawaku masih meledak.
“Semua bersamaan menyerang hidupku dan hal lebih mengerikan adalah pak tua berwajah polos tapi menghanyutkan. Kemungkinan besar karena mengalami trauma permasalahan pria tua sehingga saya tidak pernah menyukai pria berwajah tua sekalipun umurnya masih terlalu muda. Terserah semua orang mengejek saya seperti apa? Itu membuat saya jijik atau mengingat kejadian masa lalu.” Pertama kali memandang wajah ka’Zelby terlihat ketakutan. Mempunyai tetangga sebelah sebagai tempat untuk saling bercerita masalah masing-masing.


Bagian 12…

Harapan, seni hidup, langkah kaki mengajarkan seseorang tentang secerca sinar saat berada dalam suatu lingkaran objek tidak biasa. Kehidupan masing-masing pribadi mempunyai cerita sendiri untuk dijalani. Zelby bersama bagian terbaik pengalaman kisah hidupnya menjelaskan tentang harapan. Dunia Gi memiliki perjalanan lain untuk mengekspresikan diri pada situasi tertentu.  Kekesalan Gi menilai kepribadian Allred seakan sedang mempermainkan diri sendiri dan orang lain. Hatinya bercerita satu nama, tetapi kepribadiannya terlukis bagi orang lain.
“Bagaimana bisa sampai kau memberitahukan tujuan terhadap Juan?” Nefrit berteriak keras mendengar curahan hati Gi menjelaskan semuanya. Gi sendiri bingung menghadapi pemecahan masalah kasus kematian ibu Laras, dunia kakaknya, perasaan kedua sahabatnya, rasa menyukai terlalu dalam untuk Juan.
“Pesan 2 es kelapanya” Gi berdiri sekitar gerobak es.
“Gi jawab pertanyaanku!” Nefrit sangat kesal.
“Kau sendiri bagaimana tentang perasaanmu buat kakakku?” Gi mengalihkan…
“Jangan mengalihkan pembicaraan! Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu denganmu”
“Ka’Juan mempunyai kepribadian terbaik, jadi tenang saja” Gi memainkan gelasnya.
“Kau menyukai ka’Juan?” Nefrit mulai curiga.
“Kau menyukai kakakku? Kenapa selalu menyangkal?” Gi balik bertanya.
“Antara saya dan ka’Allred ibaratnya langit sama bumi, jadi lebih baik mengubur dalam-dalam. Sekarang jawab pertanyaanku” Nefrit balik menyerang…
“Saya menyukai ka’Juan dan akan berjuang. Satu lagi saya tidak mau seperti dirimu berjuang untuk tidak pernah memperlihatkan perasaanmu sendiri” Gi.
“Manusia terlalu sempurna merupakan gambaran ka’Allred, jadi harus juga mendapat yang terbaik seperti Nayah.” Nefrit menyadari dirinya dengan kualitas dibawah standar…
“Kemarin ucapanmu ingin memperbaiki keturunan, lantas kenapa jadi minder seperti ini?” tegur Gi memeluk hangat sahabat terbaiknya. Sejak kecil mereka selalu hidup bersama sampai masuk sekolahpun tetap bersama hingga pada akhirnya terpisah oleh kampus berbeda. Mempunyai tanggal lahir sama adalah anugerah bagi persahabatan mereka. Ayah Gi memberikan nama Nefrit Art ketika lahir karena mempunyai makna.
“Heran nama pemberian ayahmu buatku menurut sejarah cerita mempunyai makna mendalam” Nefrit mengingat memory sejarah tersebut dari sang bunda.
“Kebetulan saat itu kita masih tetangga, jadi pas kita berdua lahir secara bersamaan ibumu menyuruh ayahku memberimu sebuah nama” Gi…
“Sebuah batu paling bernilai selalu hidup di hati Tuhan bersama dengan seni terbaik di dalamnya” ungkap Nefrit menjelaskan makna nama tersebut.
“Berarti hidupmu mempunyai kualitas nilai dan seni, jadi jangan pernah minder” Gi…
“Ayahmu hebat dalam memberi nama bahkan tidak terdengar seperti nama kampung atau pembantulah pada hal Cuma petani” Nefrit tertawa…
“Kau mengejek ayahku, rasakan ini” menginjak kaki Nefrit. Persahabatan terbaik yang pernah dirasakan oleh mereka antara satu sama laini. Kegiatan lebih kacau lagi yang dilakukan sekarang adalah membantu Gi memasarkan pakaian bekas di kampusnya. Gi dan Juan selama beberapa hari berteriak sambil berjualan cakar sekitar kampus Nefrit. Kenyataannya hidup sebagian mahasiswa ekonomi kelas menengah bahkan berduit sekalipun bercerita tentang cakar alias pakaian bekas import sesuaikan isi dompet.
“Cakar cakar cakar buka baru tinggal dipilih, silahkan!” teriakan Gi mulai memasuki ruang kelas satu demi satu sekitar kampus Nefrit.
“Wow, Gi hebat” pujian Juan.
“Makasih oppa” senyuma Gi.
“Bahasa apaan itu” ledek Juan benar-benar jijik mendengar.
“Berapa harganya?” salah seorang mahasiswa sedang bertanya. Berkeliling tempat kos tidak jauh dari kampus Nefrit untuk memasarkan pakaian jualan mereka. Juan sendiri terkadang mengelabui teman-teman kampusnya dengan berkata jika barang yang dijual masih baru. Sebagian pakaian tersebut dicuci kemudian seterika, beri label, bungkus baru biar terlihat baru bahkan dipasarkan melalui situs online. Permasalahannya kampus Juan adalah hampir secara keseluruhan mahasiswanya berasal dari ekonomi kelas atas, jadi harus punya strategi dalam hal ini.
“Cepat sembunyi!” Gi sangat ketakutan melihat kakaknya tiba-tiba berada di sekitar kampus Nefrit. Gi sangat ketakutan melihat reaksi Allred jika menyadari sesuatu hal. Lebih baik menghindari masalah dari pada harus memasuki perang dunia tiga kelak. Nefrit memberi kode terhadap mereka berdua untuk tetap tenang.
“Hai ka’Allred” teriak Nefrit menyambut kedatangan Allred tepat sekitar halaman…
“Lihat Gi tidak?” Allred sibuk mencari adiknya.
“Kakak Nef” seorang gadis kecil berlari memeluk Nefrit.
“Selby kapan datang?” Nefrit hampir tak percaya Selby berada dalam pelukannya.
“Astaga, ternyata Nef  yang kukenal tak sepolos itu” seorang temannya menegur.
“Maksudmu?” Nefri tidak mengerti…
“Kau sudah punya anak ternyata, mana lagi ayah anakmu cakep benar” jawabannya.
“Buu…” Nefrit berusaha membantah.
“Mami” Selby seakan sengaja mengelabui teman-teman kampus Nefrit.
“Buuuukaaannn” Nefrit sedikit histeris.
“Selby rindu pelukan mami” Selby gadis kecil berusia 3 tahun menyukai acting…
“Ayahnya cakep, sedang ibunya seperti anak-anak terus jelek lagi bagaikan langit sama bumi” ejekan kembali mahasiswa lain yang sedang menyaksikan mereka bertiga. Allred hanya diam membisu tanpa berkata-kata seakan menikmati hinaan seperti ini. Gi sendiri berusaha menahan tawa dari kejauhan melihat tingkah adiknya.
“Ayah bundaku menitipkan Selby selama sebulan disini karena mereka berdua lagi punya masalah penting di luar kota jadi tidak bisa dibawah karena perjalanan terlalu jauh.” Allred menjelaskan penyebab Selby berada di ibukota. Mencari keberadaan Gi biar bisa menjaga Selby karena Allred sendiri masih harus shift di rumah sakit sekarang. Nefrit menawarkan diri menjaga Zelby…
“Selby mau ikut ke rumah sakit” memasang wajah memohon.
“Selby tidak boleh kesana” Allred membalas adiknya. Hal yang terjadi selanjutnya, Selby terus menangis ingin ke rumah sakit, sedang Gi sengaja tidak mengaktifkan HP’nya. Akhir cerita Allred terpaksa mengikuti kemauan Selby, namun Nefrit harus tetap berada di samping Selby. Membiarkan Allred selama beberapa jam menjalani tugasnya, sedang Nefrit dan Zelby sibuk berkeliling rumah sakit.
“Tuhan, sembuhkan Sasa” doa seorang gadis kecil. Senyum Allred bermain menyaksikan tingkah adiknya ternyata berada di ruang perawatan anak. Terdiagnosis kelainan jantung sehingga harus menjalani rangkaian perawatan di rumah sakit, inilah kisah perjalanan Sasa. Beberapa jam di rumah sakit membuat Selby mendapat teman baru.
“Ayo pulang!” Allred tiba-tiba muncul depan mereka. Meminta izin pulang cepat dengan sebuah alasan kecil tetapi lebih memudahkan Allred. Bagaimana tidak kepala ruangan menyukai ketampanan wajah Allred, jadi apapun kemauannya pasti disetujui. Allred membawa mereka berdua menuju pusat hiburan permainan anak.
“Maaf Nayah sepertinya untuk hari ini kita tidak bisa bertemu” menutup telepon seketika depan Nefrit.
“Nayah itu siapa?” wajah cemberut Selby melihat kakaknya.
“Teman kakak” jawaban Allred berusaha membersihkan wajah adiknya. Maklum, namanya juga anak kecil makan ice cream pasti blepotan dimana-mana. Objek tak terduga Allred menikmati suasana hiburan bersama mereka sampai tertawa lepas. Bermain, selfie, berjuang mengambil boneka, game permainan, berlari sambil tertawa merupakan hal terbaru untuknya saat ini. Hingga pada akhirnya Selby tertidur lelap dalam gendongan Nefrit. Dapat dikatakan Selby memang sejak lahir sudah lengket dengan sahabat kakaknya.
“Bagaimana kuliahmu?” Allred memecah kehingan setelah menidurkan Selby di kamar.
“Kakak, bantu saya menyelesaikan tugasku yang satu ini” Nefrit penuh semangat berlutut di hadapan Allred seketika seperti biasanya.
“Hentikan tingkah seperti ini, selalu saja!” Allred menggeleng-gelengkan kepala. Nefrit segera berdiri kemudian menarik keras juga mendorong tubuh Allred menuju ruang tamu ukuran kecil di rumah ini. Mengeluarkan laptop, buku, pulpen, paket internet, hand phone untuk menyelesaikan tugas kampusnya. Kebiasaan Nefrit menyuruh Allred membantunya walaupun mempunyai jurusan berbeda.
“Coba kumpulkan data tentang hubungan antara desain arsitek, pariwisata, promosi, dan perhotelan melalui om google!” Allred berkata-kata sambil melingkari beberapa istilah penting lembaran buku milik Nefrit.
“Kakak kalau saya sudah tahu juga, tidak mungkin menyuruh begini” cetus Nefrit.
“Justru karena harus belajar sekaligus sebagai catatan bahan finalmu nanti” Allred.
“Jadi kakak mau membantuku belajar kalau final nanti?” semangat Nefrit.
“Ujianmu kapan?” seakan Allred menandakan akan membantu Nefrit.
“Seminggu lagi ujian final kenaikan semester” Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat akan memasuki tahun kedua kuliah Nefrit. Hal tak terduga lagi adalah senyum manis terukir pada wajah Allred melihat tingkah laku Nefrit. Pada dasarnya Allred menyukai tingkah Nefrit seperti anak kecil, rambut kuncir dua, berponi, merengek, berlutut meminta bantuan. Perbedaan Nefrit dan adiknya hanya terletak pada rambut semata, dimana Gi mempunyai rambut pendek sedang Nefrit berambut panjang.
Nefrit hanya tidak percaya diri terhadap kemampuan otaknya selama ini. Walaupun beberapa tahun mengalami kesulitan pelajaran apa lagi matematika tetapi sekarang mengalami banyak kemajuan. Dapat dikatakan kadar otaknya tidak lagi berada pada tingkat  kebodohan level paling rendah. Perjuangannya berlutut memohon bantuan Allred memberi hasil terbaik juga kemajuan setahap demi setahap. Siapa yang menyangka manusia paling sulit diajar membaca sewaktu kecil sekarang menjadi sosok pribadi berbeda.
“Sudah dapat jawaban pertanyaanku tadi?” pandangan mata Allred tetap fokus pada buku di hadapannya, sedang Nefrit hanya mengangguk dan mulai menjelaskan…
“Sekarang gunakan pemikiranmu sendiri bukan hasil tebak om google!” Allred.
“Dapat dikatakan jika desain arsitek merupakan hal paling menarik untuk memikat wisatawan mancanegara dalam dunia pariwisata termasuk permasalahan perhotelan sendiri. Menciptakan sesuatu yang unik, berbeda, tak pernah ada dapat memberikan keuntungan bagi dunia perhotelan sendiri.” Nefrit hanya mencoba menjelaskan…
“Saya pulang” rambut Gi berantakan masuk membuat mereka kaget bukan main…
Rasa geram luar biasa benar-benar nampak pada wajah Allred melihat tingkah adiknya. Gi seakan tidak memperdulikan kakaknya hanya berjalan masuk kamar. “Gi” Allred mengejar Gi masuk dan berhasil menarik tangannya keluar dari kamar agar tidak membangunkan tidur Selby. Batas kesabaran Allred sudah habis menyaksikan tingkah Gi.
“Kakak lepaskan! Sakit” Gi berusaha melepaskan diri.
“Gi kesakitan ka,” Nefrit berusaha membantu Gi lepas dari Allred.
“Kenapa tingkahmu makin hancur begini?” melepas kasar tangan Gi.
Sejenak mereka bertiga terdiam tanpa seorangpun berkata-kata satu sama lain. Allred tidak pernah menyangka adiknya bertingkah melewati batas pulang selarut ini terlebih Selby butuh penjaga untuk sebulan. “Ka’Allred sendiri kenapa terus mempermainkan perasaan sahabatku?” Gi mulai mengangkat suara…
“Gi jangan berkata seperti itu sama ka’Allred” Nefrit menutup mulut Gi memakai tangannya agar tidak melewati batas berbicara.
“Lepaskan, kakak harus memilih Nayah atau Nefrit” nada suara Gi sedikit keras…
“Gi keterlaluan” Nefrit kecewa melihat sahabatnya. Hal terbaik buat Nefrit adalah meninggalkan sahabatnya berhadapan langsung dengan Allred tanpa memperdulikan apapun.
“Nef mau kemana? Biarkan kakakku menyadari perasaannya dan harus memilih…” Gi berusaha menghentikan kepergian sahabatnya namun tidak berhasil. Gi menjatuhkan tubuhnya ke lantai seketika dan menangis keras.
“Harusnya yang nangis itu Nefrit atau Nayah bukannya adikku” pertama kali bagi Allred menghapus air mata adiknya dan mendekap hangat dirinya. Hubungan persahabatan adiknya menyadarkan perasaan bersalahnya terhadap mereka.
“Nayah melihat kakak menghabiskan waktu seharian bersama Nefrit sampai akhirnya menangis berjam-jam di depanku. Menurut pikirannya kalau kakak berbohong” Allred tidak menyangka Nayah berpikiran semacam itu.
“Selama ini kakak terbiasa harus berhadapan dengan banyak gadis di luar sana dari paling remaja sampai dewasa. Namun, perjalanan sekarang mempunyai cerita sendiri, kenapa?” Allred masih mendekap adiknya.
“Kenapa memang kakak?” Gi.
“Dua gadis yang sedang menyukai diriku sekarang sahabat terbaik adikku.” Allred.
“Nefrit berjuang menutup rapat perasaannya, tapi saya tahu cinta pertamanya sejak dulu adalah kakakku.” Gi.
Allred terdiam mendengar adiknya berkata-kata. Termenung dalam kamar seorang diri mengingat setiap kekesalan Gi, cara Nefrit berlutut setiap berada di hadapannya meminta bantuan, kepribadian Nayah. Membuka galeri HP android miliknya dan menemukan banyak kenangan masa kecil adiknya bersama Nefrit tersimpan di dalam. Tidak pernah ada yang menyadari jika Allred sering mengabadikan kegiatan mereka. Bagaimana Nefrit dan Gi tertawa melihat tangisan pertama kali Selby sewaktu lahir. Wajah cemberut Nefrit menyuapi Selby sesendok makanan dan masih banyak lagi.
“Jangan berhenti menyukaiku” Allred berbisik sendiri dalam dinding senyap kamarnya.
“Kakak” senyuman Selby membangunkan Allred. Sinar matahari pagi menyadarkan diri Allred, tertidur semalaman di kursi tanpa beranjak sekalipun.
“Selby lapar” rengekan Selby terhadap Allred.
“Tunggu sebentar” berusaha berdiri…
“Selby, ayo makan” Gi membawa sepiring bubur buat adik kecilnya. Matahari belum terbit Gi lebih dulu bangun membuat sarapan buat adik kecilnya. Orang tuanya menitipkan Selby di rumah karena urusan mendadak di luar kota. Allred berjalan masuk kamar mandi, sedang Gi memberi makan Selby. Allred mesti bertemu dosen hari ini sebelum ke kantor pengacara terkenal, sedang Gi ada kuliah pagi jadi terpaksa membawa Selby harus ke kampus. Tetangga sebelah mereka sedang sibuk bekerja masih belum bisa diganggu untuk sementara waktu.
Suasana ramai, teriakan, lalu lalang mahasiswa dan masih banyak lagi memenuhi kampus seperti biasa. “Gi, siapa gadis kecil ini?” Goldy berjalan ke arah mereka seperti kebingungan.
“Imutnya” Sania mencubit pipi Selby.
“Mami sakit” Selby sepertinya bersikap usil terhadap kakaknya sendiri. Suara Selby terlalu keras berteriak sehingga seluruh penghuni kampus dikejutkan oleh dirinya. Seluruh penghuni fakultas tersebut mulai bereaksi terhadap gosip pagi ini. Menganggap Gi mempunyai anak masih berusia 3 tahun membuatnya tidak tahu harus menjelaskan seperti apa. Entah dari mana Selby mendapat kata seperti itu, pada hal kedua orang tuanya saja hanya dipanggil ayah-bunda mengingat berasal dari kampung.
“Kakak kemarilah, Selby membuat saya dalam masalah besar” wajah Gi merah padam mendengar semua orang membicarakan dirinya bersama pandangan sinis...
“Tidak bisa Gi,” jawaban Allred melalui telepon.
“Papi,” teriakan Selby sambil berlari ke tempat Allred berdiri. Suasana kampus makin gaduh melihat Selby berteriak memanggil papi ke arah cowok paling populer. Hampir keseluruhan penduduk mahasiswa terkena serangan jantung mendadak. Bagaimana tidak, cowok paling diidolakan ternyata sudah mempunyai anak berusia 3 tahun.
“Gi, kenapa kau merahasiakan hubunganmu dengan idola kampus?” Sania marah…
“Bukan begitu” Gi terbata-bata berkata-kata masih berusaha menjelaskan.


Bagian 13…


Gilia…

Masalah terbaru dibuat oleh Selby saat pertama kali menginjakkan kaki sekitar kampus. Siapa juga mengajari adiknya bertingkah usil seperti ini sampai harus berhadapan dengan gosip, seluruh mahasiswa, dosen, juga segala jenis penghuni kampus. “Jelaskan pada kami kenapa kalian menyembunyikan identitas seperti ini?” salah satu dosen bertanya terhadap kami. Harus berhadapan dengan 2 fakultas yang masih menjadi tetangga baik sampai akhir Selby membuat masalah besar. Harus berdiri dalam satu gedung besar yang terdiri dari para dosen dari 2 fakultas bersama seluruh mahasiswa untuk menjelaskan semuanya. Terdengar tangisan para mahasiswi menyatakan rasa luka paling dalam menerima kenyataan.
“Habis sudah kelakuanmu Selby” Allred tidak habis pikir melihat tingkah adiknya…
“Tidak seperti itu ceritanya” saya berusaha menjelaskan tetapi…
“Cerita apanya? Jelas-jelas Gi dan Allred sudah punya anak” Mr. George mangamuk…
“Mami kenapa mereka mengamuk?” wajah Selby terlihat ketakutan.
“Kakak bicara sekarang, jelaskan” mendorong keras Allred lebih ke depan.
“Kakak,” semua serentak menyebut nama tersebut.
“Itu   panggilan sayang Gi buat ayah anaknya ternyata” Vari hampir tak percaya.
“Pernikahan dini terjadi tapi masih disembunyikan” Kirey marah besar.
“Hampir saja saya menggoda istri sahabatku sendiri” Danils berteriak keras…
“Bukan,” saya merasa berada dalam neraka level tinggi sekarang, sedang ka’Allred tiba-tiba saja tertawa melihat tingkahku.
“Kenapa tertawa?” Mr. George.
“Beri saya kesempatan menjelaskan semuanya” pertama kali lengkingan suara Allred terdengar menakutkan seketika sehingga membuat gedung hening beberapa saat.
“Kami berdua saudara kandung bukan pasangan mesum atau suami-istri, ngerti?” Allred membuka dompetnya dan memperlihatkan foto keluarganya.
“Lantas kenapa gadis kecil ini memanggil kalian  papi-mami?” Danils bingung…
“Selby menonton film kartun kemarin” Selby tiba-tiba saja bersuara…
Kesalahan terbesar ka’Allred adalah merahasiakan tentang hubungan persaudaraan kami sehingga berakhir tragis seperti sekarang. Menjelaskan jika saya dan Selby ternyata adik kandungnya bukan status sebagai istri dan anak. Jarak usia kami memang jauh terlebih dengan Selby sendiri. “Makanya, jangan langsung menyimpulkan” salah satu dosen bernada geram melihat tingkah laku penghuni kampus.
“Lain kali Selby tidak boleh bertingkah seperti ini!” menegur Selby.
“Jangan memarahi gadis kecil itu, kan sayang” Kirey berlari kecil mencari perhatian…
Akhirnya masalah yang ditimbulkan Selby selesai juga. “Dugaanku salah,” fans ka’Allred menyusuri kampus mendekat terhadapku. Mereka semua ingin menjadi pasangan terbaik kakakku, inilah alasan kenapa kakak berjuang menutup rapat status adiknya sendiri di kampus. Berlari dari kejaran mereka menuju parkiran setelah pulang jam kuliah berakhir.
“Gi, naiklah” Goldy menarik tanganku ke mobil, sedang Selby sudah dibawah pulang ka’Allred beberapa jam lalu karena membuat masalah. Meninggalkan motorku sekitar parkiran kampus, setelah itu berada di atas mobil Goldy.
“Sania” terkejut melihat mereka berdua.
“Hai” senyum Sania. Mereka berdua terlihat mencurigakan satu sama lain…
“Jangan katakan…” ujarku memancing…
“Kami berdua berpacaran” spontan Goldy menjawab. Hubungan teman berakhir menjadi sepasang kekasih sebulan lalu tetapi tertutup rapat tanpa rasa curiga siapapun. Saya hanya ingin dijadikan obat nyamuk oleh mereka berdua selama sehari.
“Semoga bahagia” tersenyum walaupun harus menjadi obat nyamuk. Goldy tidak kesulitan akan permasalahan keuangan atau apapun itu mengingat perusahaan industry kerajinan milik orang tuanya mempunyai pengaruh cukup besar. Bergerak di bidang seperti ini membuka lapangan kerja lebih besar terhadap kehidupan banyak orang. Memakai beberapa bahan utama untuk membuat sebuah karya. Salah satu contohnya gabah padi melalui beberapa proses dan pengawetan, akhir cerita dibuat menjadi beberapa karya. Seperti kain horden dengan variasi anyaman modern di rumah, tas, casing beberapa barang elektornik (diantara rice cooker,kulkas, TV, & lain-lain), meja, kursi, beberapa peralatan rumah tangga menjadi bagian karya terbaik memakai bahan utama yaitu sisa gabah padi.
“Btw, turunkan saya disini!” menepuk tangan Goldy dari belakang.
“Memang kenapa?” Goldy menghentikan mobilnya.
“Ada hal yang harus saya lakukan” membuka pintu mobil setelah itu berlari menuju suatu tempat. Memecahkan misteri kasus pembunuhan ibu Laras membuatku mengenal sosok Juan bersama secerca sinar dalam hidupnya untuk berjalan. Menurut informasi Nefrit, jika Brave mempunyai jadwal padat setiap hari terhadap perusahaannya sendiri. Kedua anak ibu Laras memiliki kepribadian berbeda untuk menjalani suatu objek. Brave bersikap tenang, kharismatik, dewasa, lembut, berpendidikan, tampan, juga hidup seperti ibunya yaitu menghadiri kegiatan amal setiap saat. Juan mempunyai cerita tersendiri dimana merasakan kehidupan kecil, keras, mandiri, cuek, suka mengupil, kentut sembarangan, serta banyak terkacau dalam dirinya.
Juan tidak pernah ingin memperlihatkan terhadap dunia kelembutan hatinya. Cukup Tuhan saja menyadari apapun yang dilakukan olehnya dalam keseharian. Berada di tengah kumpulan pengemis untuk mengajarkan banyak hal, tertawa juga bermain, bersama banyak anak sekitar lingkungan pemulung, merawat sekumpulan manusia diagnosis gangguan mental, memberi tanpa harus memerkan terhadap siapapun apa yang dilakukannya. Tuhan, jujur menyukai ka’Juan dengan kepribadian terbaik dalam dirinya. Terimah kasih membuatku memahami petualangan demi petualangan melalui kehidupannya.
“Banyak orang hanya bisa berteori, namun kenyataannya praktek kehidupan mati” lirihku memandang senyum ka’Juan. Berbeda ketika melihat jalur hidup ka’Juan mengajarkan tentang praktek sesungguhnya tanpa harus merangkai kata-kata terbaik depan banyak orang. Calon pengacara terjorok membuatku tersenyum melihat kelembutan hatinya.
“Ka’Juan tidak tertarik mencari tahu pembunuh ibu Laras alias ibu kandungmu sendiri?” memancing dirinya sekarang. Ka’Juan tetap mengayuh sepedanya sedang saya tetap berada di belakang.
“Saya belajar melupakan kematian mama bukan berarti menjadi anak durhaka.” Sebuah kalimat bernada ganjil dari mulutnya. Kenapa Brave tidak pernah ingin berada di hadapannya setelah kematian ibu kandung mereka? Mana mungkin Brave melupakan adiknya jika memperhatikan kepribadiannya sesuai informasi Nefrit sendiri. Menganalisa 2 pribadi anak ibu Laras untuk memecahkan misteri pembunuhan sebenarnya dan beberapa permainan saham perusahaan.
“Ka’Juan antar saya ke suatu tempat memakai sepeda ini!” ka’Juan mengikut saja kemauaku. Setengah jam berlalu, akhirnya kami tiba di sebuah rumah besar seperti istana. Berjalan masuk langsung menuju kamar utama pemilik rumah setelah pintu pagar terbuka. Terlihat jelas sosok Nayah seakan tak memiliki harapan hidup. Juan bertanya mengapa membawa dirinya berada di istana seperti ini. Saya berusaha menjelaskan kalau pemilik rumah ini dan perusahaannya sedang bermasalah akibat beberapa permasalahan termasuk misteri kematian ibu Laras.
“Kenapa wajah temanmu menyeramkan seperti itu?” Juan ketakutan. Kejadian kemarin membuat Nayah terus saja menangis memikirkan ka’Allred. Belum menyadari kalau antara saya dan ka’Allred ternyata kakak-beradik.
“Saya benar-benar mencintai ka’Allred” dalam pemikiran Nayah sekarang hanya ada ka’Allred seorang bukan lagi bercerita tentang permasalahan perusahaan orang tuanya.
“Ooohhh, si’manusia sempurna itu penyebabnya” ka’Juan tidak memperdulikan perasaanku sebagai adik ka’Allred.
“Beruntung sekali dia. Setiap hari pasti ada saja cewek menangis, mengemis cinta, hampir mati karena bunuh diri gara-gara dia” gerutu ka’Juan. Selama ini saya hanya tahu kalau ka’Allred menjadi idola gadis manapun, tetapi baru menyadari banyak lawan jenisnya hampir mati bunuh diri karena dirinya.
“Gadis cengeng, hidup itu tidak hanya bercerita tentang lawan jenis melainkan ada hal lain jauh lebih menyenangkan.” Cetus ka’Juan risih melihat air mata Nayah.
“Nayah, berhenti menangis” gertakku tidak tahan melihat tangisannya. Beberapa saat kemudian tangisannya berhenti juga. Menyuruh dia melupakan permasalahan kisah perjalanan cintanya serta lebih fokus terhadap misteri pembunuhan ibu Laras. Memperkenalkan ka’Juan sebagai anak kandung korban pembunuhan. Sontak membuat Nayah kaget atas tindakanku sekarang. Memberi tahu permasalahan sebenarnya terhadap putra bungsu ibu Laras.
Ka’Juan hanya termenung memandang mata sembab Nayah. Ada sesuatu tidak beres dibalik proses transaksi saham perusahaan milik orang tua Nayah. Polisi semakin gencar melakukan penyelidikan pelaku utama pembunuhan ibu Laras. Segala jenis bukti seakan tertujuh terhadap pak Wijaya semata namun belum cukup kuat menyatakan semua itu. Salah seorang karyawan terbaik menghilang tiba-tiba tanpa penyebab pasti. Nayah masih terus mencari informasi Riana dan penyebab pasti tiba-tiba menghilang. Dugaan kuat pembunuhan ibu Laras dimainkan oleh Riana sendiri menurut versiku untuk saat ini.
Pamit pulang jangan sampai kakakku menanyakan diriku lagi. “Pembunuhan mama masih dalam penyelidikan, jadi jangan berpikir untuk mati karena seorang pria tidak jelas” ka’Juan alergi mendengar tangisan Nayah sehingga berkata-kata seperti itu. Nayah sendiri hanya diam membisu tanpa membalas ucapan ka’Juan. Perjalanan hari ini sangat melelahkan bahkan menguras keringat juga terlebih saat keributan akibat perbuatan Selby.
 Tiba-tiba ingatanku bergema tentang curahan kehidupan ka’Zelby memenuhi kepalaku sekarang. Hidup kakak Zelby mempunyai pengalaman berbeda dari kebanyakan orang bersama cerita tak biasa. Harus mengerti tentang alur kisah percintaan yang terkadang membutuhkan waktu untuk dimengerti. Permasalahan kedua sahabatku menyukai ka’Allred dan bagaimana menghadapi kepribadian masing-masing tanpa memihak siapapun. Nayah baru menyadari kalau ternyata ka’Allred kakak kandungku sendiri berbeda dengan Nefrit sejak kecil kami sudah bersahabat. Saya hanya tidak ingin kedua sahabatku tersakiti sehingga marah harus mengamuk keras terhadap ka’Allred.
“Maaf atas kelakuanku” mengejutkan ka’Allred dalam kamarnya.
“Kenapa harus minta maaf?” masih bersikap cuek sambil membolak balikkan bukunya.
“Saya hanya tidak ingin satu sama lain tersakiti, kenapa? Karena kalian bagian terbaik buat kehidupanku sendiri” menarik kursi lain untuk berada di sampingnya. Ka’Allred tetap kakak terbaik buatku sedingin apapun kepribadian dalam dirinya. Saya baru menyadari ternyata karakter seperti ini selalu menjadi incaran sebagian besar gadis di luar sana termasuk kedua sahabatku.
“Jangan menyakiti siapapun juga. Seseorang mengajarkan untuk mengerti segala keputusan yang harus diambil dan tidak sekedar berkata-kata.” Menatap serius wajah ka’Allred.
“Kalau bukan tetangga sebelah berarti Nefrit mengajarimu berucap seperti ini” melepas kaca matanya sejenak.
“Terserah kakak” membalas ucapannya.
“Entah kakak akan memilih salah satu dari mereka atau sebaliknya tidak sama sekali, tetaplah bersikap netral seperti yang kukenal sebelumnya” kedua kalinya kakak  membawaku dalam dekapan hangatnya.
“Mana mungkin kakak mau memanfaatkan atau tidak bijak melihat situasi terlebih mereka sahabat terbaik buat adikku.” Masih tetap mendekap kuat adiknya sendiri.
“Trimah kasih oppa” membalas pelukan ka’Allred.
“Beri kakak kesempatan! Kakak hanya butuh waktu untuk berpikir seperti keinginanmu menghadapi masalah” pertama kali mengecup pucuk kepalaku. Raut wajah menyedihkan selalu terpancar ketika berada di hadapanku. Menganggap diri tidak mempunyai kepribadian baik, kelebihan menonjol, minder tetapi bermimpi mencapai langit itulah Nefrit. Hanya meminta bantuanku maupun kakak untuk mengasah otaknya sedikit demi sedikit. Bagaimanapun juga mereka berdua sahabat bukan orang lain buatku. Bersikap netral tanpa harus memihak sebelah tetapi juga memberikan semangat.
“Gi memang sahabat terbaik” senyum Ka’Zelby sejam lalu mengajakku lari pagi menikmati suasana embun segar.
“Setidaknya masalah sahabat masih jauh lebih baik dibanding apa yang kakak hadapi” duduk menatap ke langit di atas sekumpulan rumput hijau.
“Bertahun-tahun melewati perjalanan hidup semenjak sesuatu hal menimpa kehidupanku sendiri. Hal pertama selalu ada mengiring doaku…” ucapannya terpotong…
“Kakak” suara pelan terlontar…
“Entah percaya atau hatiku hanya sekedar bercanda untuk mempercayai semua hal yang akan terjadi buatku suatu hari kelak. Hanya saja dalam doa pada pagi maupun malam hari selalu membawanya tanpa pernah terlewatkan sedikitpun.” Ka’Zelby.
“Doa seperti apa?”
“Terimah kasih Tuhan, dimana sudah memberikan roh kerendahan hati buatku dan tidak akan pernah mencuri kemuliaanMU setitikpun. Tidak akan pernah jatuh hanya karena tahta, harta, maupun lawan jenisku sendiri bagaimanapun Engkau membuatku berada pada puncak setinggi apapun merupakan isi doa bahkan menyelipkan dalam puasaku setiap saat.” Jawaban ka’Zelby.
“Bukan karena saya ingin mendapat pujian atau mencari simpatik sehingga mengutarakan pergumulan seperti ini. Seseorang dapat saja berubah sewaktu-waktu baik dari segi pribadi juga hal lainnya sama seperti diriku sendiri.” Memandang ke langit sambil tersenyum kembali melanjutkan ucapannya.
“Saya pernah mendengar seseorang akan jatuh jika diperhadapkan 3 hal yaitu tahta, harta, wanita” mengingat pernyataan seseorang…
“Memang benar bahkan tidak hanya berlaku bagi pria tetapi juga sering terjadi pada wanita. Permasalahan terbesar seseorang bukan karena beban hidup sehingga membuatnya menangis setiap saat melainkan ketika berada di suatu area tertinggi dari kejayaan dirinya.” Ka’Zelby…
“Berarti?”
“Kelak Gi pasti mengerti ucapanku. Saat semua terpenuhi baik segi materi, tahta, lawan jenis, ketenaran bahkan seluruh duniapun dapat tunduk dalam sekejap tanpa disadari saat itulah seseorang dapat terjatuh lebih dari bayangan siapapun.” ka’Zelby.
“Mulutku dapat saja berkata semua karena Tuhan tetapi tidak buat hatiku berteriak rasa takut tersaingi, akan hancur, serakah, menginginkan lebih dari sebuah tahta, termasuk berada dalam belenggu dosa karena lawan jenis. Inilah keadaan dimana dalam sekejap seseorang berada dalam jurang.” Ka’Zelby melanjutkan lagi ucapannya.
“Ternyata sebagian besar orang mengalami permasalahan seperti ini?” baru menyadari suatu area kehidupan. Bukan karena pergumulan, beban hidup, masalah silih berganti menghancurkan hidup seseorang melainkan saat pribadi sama sekali tidak pernah menyadari telah berada pada sebuah belenggu setelah mencapai titik puncak terbaik.
“Entah saya terlalu sensitive, cepat berpikir jika orang itu menyukai saya, atau seperti apa hingga suatu ketika perasaanku berkata lain” ka’Zelby.
“Apa kakak mempunyai pengalaman lain lagi?” berbalik ke arahnya.
“Masih seputar teman IGku kemarin” spontan menjawab…
“Pria bule atau …” tanyaku…
“Saya merasa kalau sahabatnya menyukai diriku juga, pada hal kalau dipikir-pikir komentarku hanya sekedar bahan bercanda atau menghibur diri sendiri ibarat netisen menggoda seorang artis.” Ka’Zelby.
“Maksud kakak pria bule itu lagi?” terlihat mimic wajahku sedikit aneh, sedang ka’Zelby sendiri hanya mengangguk membenarkan tebakanku.
“Kesalahan terbesarku adalah mencari penghiburan melalui media social sekalipun tidak melewati batas tetapi tidak pernah terpikirkan sama sekali jika berujung dengan sesuatu hal.” Seakan menyesal atas perbuatannya.
“Sahabatnya mana mungkin mengenal kakak?” pancingku. Ka’Zelby hanya tersenyum mendengar pernyataanku. Menjelaskan bagaimana ka’Zelby sengaja membuat beberapa komentar candaan semata pada kolom komentar sahabat pria tersebut. Seiring waktu berjalan seakan sahabatnya memendam sebuah perasaan suka. Dimulai dari dialog awal tahun yang sedang terjadi pada salah satu post sahabat pria bule tersebut, menjelaskan sesuatu hal mengganjal. Seolah sekedar mencari perhatian dengan sengaja menyelipkan satu kata bahasa negara ini melalui beberapa post. Demi mengalihkan perhatian netizen biar tidak terbaca sengaja memacari seorang wanita. Hal lebih mengejutkan wanita itu sendiri merupakan manusia pertama memancing dialog permainan.
“Kakak yakin itu pacarnya?” pertanyaanku…
“Entahlah, kemungkinan juga hanya berperan sebagai pacar settingan pada dunia medsos dan kalaupun benar pacarnya berarti wanita itu hanya sebagai bahan pelarian atau pelampiasan saja menurut feelingku.” Ka’Zelby.
“Raut wajah, pandangan mata, beberapa postingan, beberapa netisen seakan sengaja menulis kolom komentar pada IG milik mereka berdua. Beberapa saat berpikir itu tidak mungkin berhubungan dengan saya, tetapi hatiku berkata lain. Terlebih salah satu netisen sengaja menulis namanya seakan memancing pada kolom komentar sahabatnya sendiri.” Masih melanjutkan kata-katanya.
“Menjadi pertanyaan apa kakak mempunyai perasaan terhadap sahabatnya atau tidak? Pertanyaanku lagi…
“Saya hanya sekedar iseng sebagai bahan penghiburan semata. Jujur, masalahku sudah terlalu banyak dan seakan tersudutkan dari berbagai pihak, permasalahan budaya pacaran berada di ambang batas, sesuatu hal terjadi dalam hidupku bahkan belum memperlihatkan titik penyelesaian, dan masih banyak lagi.” Jawaban ka’Zelby.
“Kesimpulannya kakak menyukai sahabatnya atau tidak sama sekali?”
“Saya hanya menganggap hubungan ini ibarat artis dan netizen bahkan tidak lebih dari itu. Masalahku sudah terlalu banyak, tidak mungkin menambah beban masalah lagi” ka’Zelby.
“Terkadang saya ingin menertawakan diri sendiri, kalau benar-benar sahabatnya menyukai diriku berarti hidupku harus benar-benar banyak bergumul kuat setiap hari pada saat itu.” Ka’Zelby tersenyum sambil melanjutkan bercerita tentang kisahnya.
“Kenapa kakak berkata seperti itu?”
“Kenapa? Jangan sampai saya jatuh dalam pencobaan dengan kata lain berada di jurang hanya karena lawan jenisku sendiri. Mempunyai mimpi, sesuatu terjadi pada diriku selama bertahun-tahun, kemungkinan besar jalan yang harus kulewati kelak bercerita tentang tantangan bahkan bisa jadi jebakan suka maupun tidak suka merupakan bagian perjalanan hidupku kelak.” Ka’Zelby.
“Berada di jurang” berbisik jauh di dasar hati sendiri mendengar pernyataan tersebut.
“Anggap saja ini merupakan seni hidup bagi perjalananku sendiri.” Ka’Zelby melanjutkan…
“Seni hidup terbaik…” lirihku.
“Hal lebih lucu kenanganku kemarin adalah beberapa fansnya berkomentar pada postnya di media social?” ka’Zelby.
“Post milik siapa? dia atau sahabatnya?” bertatapan kembali dengan ka’Zelby.
“Tentu saja dia. Seakan beberapa fansnya mengejek dia menyukai anak dibawah umur, sedangkan fisik wajahnya itu dewasa” ka’Zelby.
“Anak dibawah umur? Maksudnya…?”
“Setiap saya post foto pada IG bisa dikatakan terlihat masih berusia belasan tahun sehingga beberapa dari mereka mengejek dirinya, kenapa menyukai anak dibawah umur.” Ka’Zelby.
“Pada hal mereka tidak tahu saja kalau umurku lebih tua darinya. Memang sih, banyak orang berkata kenapa wajahku masih seperti anak-anak bahkan ada yang bilang kalau saya memakai ilmu hitam atau mantra biar awet muda.” Ka’Zelby.
“Kalau dilihat seperti wajahku cute habis, penyebab wajah kakak seperti itu?” menertawakan diri sendiri.
“Mungkin penyebab wajahku seperti ini juga karena sesuatu yang saya alami selama bertahun-tahun, selain itu selalu berdoa sama Tuhan.” Ka’Zelby.
“Berarti mitovasi kakak berdoa biar awet muda gitu?” kalimatku…
“Bukan seperti itu, tapi percaya atau tidak kalau seseorang yang selalu berdoa di hadapan Tuhan bentuk wajahnya pasti beda saja dari yang lain sekalipun tanpa perawatan atau lapisan make-up.” Ka’Zelby.
“Kenapa kakak tidak berpakaian lebih dewasa? Bukan berarti mengejek stylish ka’Zelby” sekedar berjaga-jaga jangan sampai tersinggung…
“Jujur, saya tidak menyukai berpakaian terlalu dewasa dan itu membuatku kegelian terlebih memakai lapisan make-up tebal. Itu bukan bagian hidupku” Ka’Zelby.
“Sama denganku tidak menyukai busana terlalu tante-tante.” Masing-masing orang mempunyai busana pakaian tersendiri juga tidak bisa dipaksakan ke semua orang tentunya.
“Setidaknya dialog barusan seperti ini membuat kakak melupakan masalah” ujarku lagi.
“Terkadang saya harus hidup dalam ketakutan tentang sesuatu hal” ka’Zelby.
“Sesuatu hal?” ujarku.
“Bagaimana kalau saya tidak  akan pernah menikah dan mempunyai anak karena sesuatu yang terjadi dalam hidupku? Apa yang akan terjadi andai kata belum memperlihatkan tanda sama sekali tentang semua teka teki misteri hidupku sendiri? Bisakah saya berlari mengejar mimpiku tanpa berpikir apapun?” ungkapan pernyataan darinya.
“Kalau boleh tahu ciri-ciri pasangan hidup ka’Zelby sendiri seperti apa? Siapa tahu bisa berjodoh dengan ka’Allred” ucapanku membuat ka’Zelby tertawa lebar. Terdengar lucu memang kalau di pikir-pikir sih…
“Cukup dua sahabatmu saja memperebutkan kakakmu dan jangan pernah membawa namaku, ngerti?” masih tetap tertawa akibat pernyataanku sendiri…
“Kakak” memasang wajah cemberut.
“Minimal beberapa bulan melewati sesuatu yang kuperintahkan meninggalkan zona nyaman dan belajar merendahkan hati untuk mengerti kehidupan.” Ka’Zelby.
“Setelah itu?”
“Saya juga masih berpikir umur, jadi setelah itu harus membuat perjanjian hitam di atas putih dimana siap melewati permainan proses sesuai peraturan melalui tanganku sendiri setelah menikah. Sekumpulan pendeta tertentu akan menjadi saksi perjanjian tersebut, dan jika pihak bersangkutan melanggar aturan atau tidak menepati harus siap berhadapan dengan Tuhan secara langsung.” Ka’Zelby.
“Memangnya segitu sakralnya?”
“Perjanjian tersebut terbilang sacral karena sekumpulan pendeta tertentu menjadi saksi sekaligus pendoa atas selembar kertas tersebut. Keadaan membuat saya harus melakukan hal-hal seperti ini dan tidak bercerita tentang tuntutan paling sempurna atau apapun itu.” Ka’Zelby. Kisah hidup, ketakutan, proses, kata sacral, pergumulan, misteri hidup selama bertahun-tahun menjadi bagian perjalanan dirinya.
“Ternyata masalahku belum seberapa dibanding masalah kakak sendiri” ujarku.
“Seperti itulah kemungkinan…” ka’Zelby.
“Ternyata sifat kakakku itu menjadi incaran banyak gadis” kembali membayangkan karakter ka’Allred dalam memoryku sendiri.
“Jangan selalu menyalahkan kakakmu, kenapa? Terkadang saya pun mengalami kejadian seperti dirinya hanya tak terbaca oleh siapapun juga. Tidak berarti kakakmu hanya ingin mempermainkan perasaan kedua sahabatmu.” Ka’Zelby.
“Betul juga,” menganggukkan kepala sendiri mulai memahami perasaan ka’Allred.
“Btw, bagaimana hubunganmu dengan Juan?” ka’Zelby menggodaku…
“Saya benar-benar  menyukai ka’Juan. Untung saja, ka’Juan mempunyai sifat kacau jadi bukan idola seperti kakakku.” Menjawab pertanyaan ka’Zelby. Setidaknya, saya tidak harus makan hati melihat ka’Juan menjadi rebutan kiri-kanan para gadis di luar sana.


Bagian 14…


Zelby…

Mempunyai tetangga baru seperti Gi memang menyenangkan. Entah mengapa mulutku begitu saja bercerita tentang kisah masa laluku kemarin. Berpikir jika diam memang jauh lebih baik demi menjaga sebuah hubungan, namun sesuatu berkata lain. Setidaknya  gaji tidak naik setelah 3 bulan masa training dapat membalut hati seseorang tetapi keadaan semakin kacau. Seolah menganggap penyebab masalah dari segala arah hanya diriku semata. Andai kata, saya tidak bersikap aneh kemungkinan hubungan seseorang dapat rusak. Dapat saja beberapa orang menganggap saya perempuan murahan, pada hal hidupku sama sekali tidak mengerti hal-hal seperti ini. Selalu mendapat sindiran depan banyak orang tentang kepribadianku.
Jujur, saya tidak ingin orang tuaku satu-satunya diejek karena terlihat kotor ataupun tidak mempunyai pendidikan. Salah satu penyebab lain… menyadari betul karakter salah satu orang tuanya dan bagaimana memandang rendah seseorang di depan umum. Tempat lain berkata saya Rakus? Apakah saya rakus tentang cowok atau uang? Sampai detik sekarang saya masih bergumul akan sesuatu yang terjadi dalam perjalananku selama bertahun-tahun bahkan satu kalipun tidak pernah jalan dengan seseorang di dunia nyata. Saya rakus uang atau makanan, hanya Tuhan saja tahu keadaanku seperti apa.
Terlalu tertutup? Apakah mereka dapat mempercayai apa yang saya alami? Justru sebaliknya hanya ejekan yang terjadi. Kasar, mulut tajam, kepahitan, lancang, kemungkinan tidak pernah diajar etika untuk tidak mengangkat kaki di kursi sehingga berteriak depan banyak orang inilah perjalanan hidupku. Rekan sekerjaku sendiri berucap buruk tentangku terhadap banyak orang pada hal kami sekampung dan sama-sama berasal dari kalangan miskin. Terimah kasih Tuhan untuk setiap perjalanan hidup yang sedang terjadi atasku. Kemungkinan karena terbiasa mengalami hal-hal seperti ini, jadi hidup berjuang untuk menganggap semua itu tidak pernah terjadi.  
Wajah terbungkus menyatakan kebencian, selalu saja menyemprotkan pengharum ruangan di tempat saya berdiri seolah-olah bau badanku sangat menyengat. Itulah yang selalu dilakukan oleh rekan sekerjaku. Menganggap kenangan tersebut sesuatu selama bekerja di tempat tersebut. Tanpa pemberitahuan sengaja menempelkan pernyataan menyindir setiap sudut shorum sehingga semua orang semakin menilai buruk sifatku. Terkadang seseorang yang terlihat baik, polos, tangan kanan atasan bisa saja menjadi seseorang paling mengerikan di belakang bahkan berada pada garis kebohongan…
Kebencian, amarah, kegeraman, cibiran, pembuat masalah, dan masih banyak lagi hal buruk tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupanku. Andai kata mereka menjadi saya juga merasakan segala pergumulan hidup “apa yang akan terjadi?”. Berusaha menahan diri, bersikap semua tidak akan pernah terjadi selama beberapa waktu sampai saya memutuskan untuk berhenti. Di satu sisi, saya mengalami yang terlalu sulit untuk diungkapkan selama bertahun-tahun sampai detik sekarang. Di sisi lain, ada begitu banyak permasalahan hidup tanpa pernah berhenti seakan ingin menghancurkan banyak hal dalam diriku.
Tuhan, apapun yang terjadi dalam perjalanan hidupku ajar saya untuk tidak pernah kecewa sehingga langkahku berada pada jalur menuju jurang. Buat hidup melupakan segala hal terburuk yang selalu saja menyerang tanpa pernah berhenti sedikitpun. Pergumulan terberat di antara segala objek adalah memaafkan mereka yang selalu saja menilai negative kehidupanku bahkan menghabisi saya seperti binatang tanpa belas kasih sedikitpun. Satu hal karena mengalami masa lalu terburuk sehingga kepribadianku terkesan lancang dan kasar menjadi penyebabnya. Saya mengalami sebuah kejadian membuat mulutku harus belajar pada garis ketegasan mulai dari perkara paling kecil. Keadaan membuat saya seperti itu bukan karena masa lalu, kebencian, kepahitan, atau perlakuan seperti binatang dari banyak orang.
Tuhan, berikan saya kesempatan untuk berada di negara asing serta mengejar mimpiku bagaimanapun keadaannya. Berikan saya kesempatan mengejar apa yang diingini hatiku sekalipun segala jalan tertutup buatku. Seperti inilah kata-kata tersebut berteriak hebat jauh di dasar hati. “Ka’Zelby, kenapa melamun?” Gi membangunkan saya dari lamunan.
“Hanya berpikir sesuatu” tersenyum pada sosok tetangga sekaligus sahabat baruku. Kami berdua menikmati langit cerah dengan segelas jus segar hasil buatan Gi di bawah pohon besar tepat di belakang rumahku.

Gilia…

Rutinitas seorang Gilia Rehyndia Yehuda setiap yaitu mengumpulkan informasi kasus permasalahan kematian ibu Laras, berada di kampus, terkadang menikmati hidup bersama tetangga sebelah rumah, tertawa dengan sahabat terbaikku Nefrit, membantu ka’Juan berteriak sekitar pasar tradisional menjajahkan pakaian atau merawat sekelompok manusia di rumahnya, dan masih banyak lagi.
“Apa tidak sebaiknya saya merubah penampilanku saja biar terlihat seksi?” ungkapku karena melihat banyak pria lebih menyukai hal-hal bersifat mencolok, hot, seksi sebagai pusat perhatian. Menikmati jus segar di bawah pohon besar belakang rumahnya sungguh menyenangkan.
“Berpakaian seksi itu bukan pilihan yang tepat, kenapa? Menyukai seseorang tidak harus menampilkan hal terkacau dalam hidup seperti memamerkan kulit mulus, memakai lapisan make-up tebal, bikini ter-hot, dan harus menjadi orang lain.” Ka’Zelby…
“Ka’Juan selalu menganggapku seperti masih ingusan” membuang napas panjang.
“Saya tidak akan pernah menjadi orang lain hanya demi mengejar seseorang merupakan bagian prinsipku. Harus memakai fashion dewasa, high heels, berbikini, seksi bukan jalan keluar utama.” Ka’Zelby sekali lagi menekankan sesuatu…
Dapat dikatakan jika saya juga memegang prinsip hidup seperti ini. Entah mengapa pemikiran kacau muncul begitu saja dalam benak mengingat ka’Juan hanya menganggap saya sebagai anak ingusan. Kepribadian ka’Juan membuatku lupa kesan pertama melihat hal-hal terjorok dalam dirinya. Sederhana memang jauh lebih menyenangkan tanpa harus merubah apapun dalam diri sama seperti prinsip kami berdua.
“Btw, kalau boleh tahu keinginan kakak untuk seseorang yang biasa menghibur dirimu tanpa disadari olehnya, jangan salah paham” ujarku beralih topic…
“Apapun yang terjadi saya ingin dia kembali seperti dulu sewaktu masih menggoda dirinya. Tersenyum lebar, tertawa, selalu penuh semangat, wajah bahagia tanpa memperlihatkan mimic wajah aneh.” Ka’Zelby.
“Sekalipun kami tidak lagi saling mengharap, saya hanya menginginkan dia selalu berada dalam lingkaran Tuhan dan tidak akan pernah berada di jalur salah. Jangan melakukan hal-hal aneh demi menarik perhatian,” Ka’Zelby berkata-kata kembali.
“Kenapa juga berharap seperti itu?” menggerutu…
“Entahlah, mungkin karena keadaan” jawaban ka’Zelby untuk seseorang di luar sana.
“Lantas apa sudah melupakan total masalah di bekas tempat kerja kakak?”
“Hal yang tidak akan pernah kulupakan adalah beralasan ingin merantau mencari kerja di daerah lain dan meninggalkan kotaku sendiri agar bisa berhenti kerja disana” ka’Zelby.
“Maksud ka’Zelby?” masih belum paham…
“Bukan masalah di tempat kerjaku melainkan pertanyaan keluargaku bertanya kiri kanan karena mereka semua sekali tidak mengetahui masalah sebenarnya.” Ka’Zelby. Keluarga ka’Zelby hanya menyadari sedikit tentang masalah perselisihannya dengan rekan sekerjanya sendiri bahkan tidak lebih dari itu. Harus meninggalkan ayahnya seorang diri di rumah demi menghindari masalah.
“Masalah paling saya khawatirkan adalah kesehatan ayahku sering sakit karena kondisi kekebalan tubuhnya rentan terkena penyakit apa lagi usianya semakin tua. Sekali lagi keadaan memaksa saya meninggalkan ayahku dan kota sendiri demi menghindari gossip atau masalah lain.” Ka’Zelby.
“Kakak bisa bekerja di tempat lain?” ucapku.
“Sebenarnya bisa, tetapi pasti akan ada masalah lain yang muncul jadi untuk sementara planning seperti itu saja dulu.” Ka’Zelby.
“Ayah ka’Zelby tidak pernah mempermasalahkan umur atau hubungan dengan seorang pria? Hanya sekedar ingin tahu saja”
“Ayah selalu ketakutan kalau anaknya tidak menikah. Saya tahu kenapa dia selalu marah dan permasalahannya Cuma satu yaitu setidaknya anaknya menikah dengan seseorang…” ka’Zelby.
“Apa beliau tidak pernah menentukan kriteria calon pilihan hidup kakak?”
“Intinya mempunyai pekerjaan dan yang penting menikah bahkan terserah pilihanku sendiri. Selalu menuduhku melihat penampilan sih sebenarnya, hanya saja berusaha menutup rapat-rapat telinga mendengar ceramah ayahku.” Ka’Zelby.
“Pasti jawaban kakak hanya satu yaitu keadaan membuatku seperti itu” lirihku...
“Setiap berdoa, saya selalu meminta kepada Tuhan tentang sesuatu…” ka’Zelby.
“Tentang apa?”
“Tuhan beri hidupku kesempatan, setidaknya ayahku melihat saya menikah, mempunyai anak, bermain-main dengan anak-anakku, dan bisa membahagiakan beliau dengan jerih lelahku sendiri. Setidaknya ayah melihat kalau anaknya mempunyai tingkat keberhasilan seperti orang lain.” Ka’Zelby.
“Kisah hidup masing-masing mempunyai beban pergumulan tersendiri” imbuhku.
“Kau tahu? Sewaktu tidak lagi mengharapkan pria yang biasa menghiburku…” ka’Zelby.
“Kok terpotong?” tanyaku. Melihat ka’Zelby senyum-senyum tidak jelas…
“Banyak pria cakep di media social seakan mencari perhatianku. Memperlihatkan apa yang kusuka, warna favoritku, selfie seperti gayaku, dan masih banyak lagi seakan mereka berkata: ‘Ada saya disini siap menghiburmu, menjadi sahabatmu, membuatmu tertawa, dan menciptakan hal-hal menarik buatmu’. Pada hal saya tidak chat atau bagaimana-bagaimana terhadap mereka.” Ka’Zelby.
“Bagaimana bisa ka’Zelby bisa memastikan itu?”
“Mungkin dari tingkahnya, aktif di media social waktu di Negara ini, membuat hal konyol, atau saya terlalu cepat ggrrrrr sendiri, hahahaha” tawa ka’Zelby.
“Ka’Zelby tertawa” ikut tertawa juga bersama dengannya.
“Setidaknya dapat membuatku terhibur, tertawa, melupakan masalahku sejenak. Kemungkinan mereka menjadi pembaca setia tulisanku, jadi terbawah suasana juga…” ka’Zelby.
Kisahku dan ka’Zelby mempunyai cerita sendiri untuk dilukiskan pada dunia. Semua yang terjadi di depanku menjelaskan tentang sebuah kisah hidup mempunyai alur tersendiri. Tidak pernah menyangka kepribadian ka’Allred membuat seluruh gadis bertekuk lutut di hadapannya termasuk sahabatku sendiri. Nefrit terlalu minder untuk menjadi bagian hidup terbaik ka’Allred, sedang Nayah harus menangis menerima sebuah kenyataan kelak. Apa sih yang tidak dimiliki ka’Juan tetapi lebih memilih menjadi manusia paling kecil demi memahami sebuah makna istilah. Secerca sinar akan dimengerti ketika berhadapan dengan sebuah objek tidak biasa.
“Kakak” Selby menggoyang seluruh tubuhku.
“Selby kenapa?” mata masih tertutup dan terlalu sulit untuk dibuka.
“Ka’Gi mau pup” rengekan Selby tengah malam membangunkan tidurku. Mau tidak mau harus bangun mengikuti kemauannya membawa Selby masuk kamar mandi. Hari ini kami hanya berdua di rumah, masalahnya ka’Allred jadwal prakteknya malam.
“Selby sudah pup’nya?” bertanya pada Selby dalam keadaan mata tertutup…
“Selby lapar” beberapa menit setelah keluar dari kamar mandi membuatku terlihat kesal.
“Kau menyusahkan saja” berjalan ke dapur mencari apapun isi kulkas yang bisa dimakan olehnya. Kebiasaan terburuknya sejak dulu setelah buang air harus makan kalau tidak pasti menangis terus karena kelaparan. Tertidur di kursi menunggu Selby menghabiskan makanannya seorang diri.
“Kakak, seperti ada suara hantu di luar” Selby berlari ketakutan di dekatku.
“Selby jangan sembarangan” menegur adikku yang masih memelukku kuat. Seperti suara ketukan pintu depan teras rumah. Kami berdua saling bertatapan…
Berjalan perlahan-lahan menuju pintu depan untuk mencari tahu, bulu kudukku semakin merinding tidak terdapat seorangpun di luar. “Selby takut” terus memeluk kuat punggung belakangku. Membuka tirai jendela untuk memastikan ada tidaknya seseorang depan teras rumah.
“Aaaaaaahhhhhhhhh” kami berdua berteriak bersamaan.
“Guk guk guk” seekor anjing kecil sedang berdiri depan jendela mengibas-ibaskan ekornya.  Cek per cek suara ketukan tadi ternyata Mily anjing kesayangan Selby ingin karena ingin masuk ke rumah karena terkunci di luar. Setelah Mily masuk akhirnya pintu kembali dikunci rapat, mengagetkan saja...
Melihat jarum jam menunjuk pukul 02.00 pagi, namun entah mengapa perasaanku tidak enak. Ternyata bunyi panggilan telepon ratusan kali dari Nefrit tidak terdengar sama sekali oleh. Kenapa juga saya memakai nada getar begini, jadinya tidak terdengar? Seperti ada sesuatu hal yang penting mana mungkin Nefrit call ratusan kali seperti ini. “Halo Nef” mencoba menghubunginya kembali.
“Gi tolong saya sekarang” suara Nefrit terdengar sangat ketakutan dari telepon.
“Nef Nef Nef halo kau sekarang dimana?” tanyak sangat panik.
“Tidak tahu, saya tahu siapa pembunuh ibu La…” tiba-tiba saja terputus. Nefrit dalam bahaya bagaimana ini? Tanganku gemetar menekan nomor Nayah untuk mencari tahu keberadaan Nefrit. Tengah malam harus minitipkan adikku pada tetangga sebelah jangan sampai terjadi sesuatu.
“Tolong jaga adikku ka” meminta tolong. Ka’Zelby hanya mengangguk permohonanku. Melajukan motor sepanjang jalan sepi tanpa manusia seorangpun. Untung lokasinya masih bisa dilacak tengah malam begini, namun tanpa sadar seseorang menarik tanganku. Mengancam yang kemudian membawahku menuju sebuah gudang gelap. Nefrit berada di ruang berbeda denganku sekarang. Mengirim pesan diam-diam melalui HP kecil milikku yang telah kusembunyikan dibawah kos kaki milikku.


Bagian 15…


Allred…

“Dok, sepertinya permasalahan pasien ini ada pada irama lebih tepatnya fibrilasi atrium sampai terjadi stroke iskemik” menyimpulkan kasus pasien yang masuk sejam lalu.
“Penyempitan pembuluh disini menjadi kasus utama terjadi stroke” menunjukkan beberapa bukti melalui layar. Saya dan Danils secara kebetulan  harus shift malam di rumah sakit saat ini.
“Saya juga berpikiran sama sepertimu, coba hubungi prof.” Danils. Seperti inilah kegiatan di rumah sakit berhadapan dengan berbagai jenis kasus pasien. Membuka layar ponselku untuk menghubungi professor Asdi, tetapi mataku tertuju pada sebuah pesan.
“Kakak, tolong Gi dan Nef.” Isi pesan Gi tersontak membuatku kaget seketika.
“Halo, Gi sekarang dimana?” balik menghubungi Gi.
“Kakak disini gelap” terdengar jerit ketakutan Gi melalui salurang telepon namun langsung terputus…
“Kau saja menghubungi Prof.” berucap terhadap Danils. Segera melempar jas putih milikku kemudian berlari keluar dari rumah sakit.
“Ka’Allred” tangisan Nayah menghentikan langkahku.
“Selamatkan temanku, hanya kakak saja yang bias menolong mereka” tubuh Nayah seluruh tubuhnya terlihat gemetar.
“Sebenarnya ada masalah apa?” mencurigai sesuatu. Nayah menjelaskan penyebab Gi dan Nefrit di sekap oleh sekelompok orang.
“Kalau terjadi sesuatu dengan adikku berarti kau takkan bisa lari dari depanku” geram serta ancaman buat Nayah.
“Siapa yang kakak maksud adik?” Nayah bingung.
“Gi itu adikku, ngerti?” menekankan jawaban terhadap Nayah. Selama ini dia tidak pernah tahu kalau kami berdua ternyata adik-kakak. Mencari keberadaan mereka sesuai petunjuk yang baru saja dikirim kembali oleh Gi. Melajukan kendaraan roda dua milikku dengan kecepatan tinggi di tengah kesunyian malam. Kenapa mereka berdua sampai berani mengambil resiko kehilangan nyawa sendiri? Ayah-bunda pasti marah besar jika terjadi sesuatu dengan Gi. Apa yang ada di otak Nayah sampai mengorbankan adikku juga Nef? Berjalan pelan tanpa suara setelah mencurigai sebuah gudang tempat mereka berdua dikurung. Nayah terus mengekor di belakang mengikuti jalanku.
“Pastikan tidak ada siapa-siapa sekitar sini!” perintah seseorang dan seperti tidak asing lagi bahkan wajahnya selalu menghias layar media.
“Itu Brave” Nayah hampir tidak percaya akan penglihatannya sendiri. Bagaimana mungkin sosok teladan, penuh charisma, berwibawa, berjiwa social, lembut, baik menjadi manusia kejam seperti ini. Menyuruh paksa Nayah untuk pergi mencari bantuan dan membiarkan saya sendiri menghadapi mereka. Mengendap-ngendap sangat pelan sehingga berhasil melewati penjagaan ketat beberapa orang-orang Brave. Lebih mengejutkan lagi Juan manusia menjijikkan berdiri di hadapan Brave. Sepertinya Juan dipaksa untuk menanda tangani beberapa berkas penting, sedang Gi dan Nefrit dibawah paksa masuk ke ruangan tersebut.
Kenapa bisa adikku mengenal manusia menjijikkan seperti Juan? Kalau terjadi sesuatu terhadap mereka berdua, dengan tanganku sendiri akan menghibisi manusia menjijikkan itu. “Saya tahu kalau kau menyukai anak ingusan ini, jadi ikuti mauku” pertama kali melihat wajah bengis Brave. Sejak hari ini dan seterusnya, saya tidak akan mempercayai lagi bentuk juga suara lembut seseorang, kenapa? Karena bisa menipu semua orang. Beda wajah beda hati tidak ada yang tahu, lebih parah lagi kalau bentuk wajah dan hati sama jeleknya.
“Kenapa sampai kakak tega melakukan perbuatan paling keji?” Juan masih berusaha bersikap tenang.
“Sejak kecil yang selalu ada disamping mama bukan kau tapi saya. Kenapa mama harus mewariskan hartanya 80% buatmu?” Brave merasa benci mendapat perlakuan tidak adil dari orang tuanya. Di balik pembunuhan kematian ibu Laras ternyata terdapat campur tangan terbaik anak kandungnya sendiri. Seorang anak terbaik dibutakan oleh harta sampai tega melakukan hal semacam itu.
“Ka’Brave” tangis Nerfrit sangat kecewa…

Nefrit…

Saya berpikir tidak ada lagi malaikat terlahir ke dunia ini selain Brave justru sebaliknya. Apa yang saya anggap sebagai malaikat hanyalah permainan topeng terbaik. Malaikat itu ternyata manusia iblis yang sedang berusaha menutupi sifat aslinya. Tanpa sengaja mendengar dialog percakapan antara ka’Brave bersama seorang wanita. Sampai akhirnya wanita tersebut mati di tangan ka’Brave setelah pertengkaran panjang terjadi di akhir. Singkat cerita, ka’Brave menyadari jika saya mendengar dialog mereka serta pembunuhan yang dilakukan olehnya. Berusaha berlari meninggalkan gedung pencakar langit tertinggi miliknya tetapi kekuatan anak buhnya jauh lebih kuat untuk mengejar. Masih sempat menghubungi Gi melalui saluran ponsel milikku juga mengaktifkan lokasi keberadaanku sembunyi-sembunyi. Mereka menampar wajahku berulang kali hingga mengeluarkan darah bahkan menjambak rambutku.
“Lepaskan” seperti suara Gi seakan memberontak minta dilepaskan. Kami berdua berada di ruangan bersebelahan terbungkus suasana gelap mencekam. Tiba-tiba saja beberapa dari mereka menarik kasar tubuh masih dalam tangan terikat. Ka’Brave memaksa adiknya menanda tangani beberapa berkas. Riana salah satu karyawan terbaik pak Wijaya tewas dalam tangannya. Permainan saham sengaja dimainkan oleh ka’Brave pada perusahaan pak Wijaya karena ambisinya. System laporan keuanganpun dan perpajakan dibuatkan jalan halus sehingga mengalami permasalahan tanpa disadari oleh pak Wijaya sendiri sekaligus akan dijadikan kambing hitam suatu hari kelak. Ka’Brave menceritakan semuanya depan kami semua.
“…dengan tanganku juga mama menghilang dari muka bumi” ka’Brave tanpa rasa bersalah sedikitpun mengucapkan kalimat seperti itu. Kalau dipikir sejak kecil hanya ka’Brave saja selalu berada disamping ibu Laras hingga besar. Apakah harta kekayaan lebih berharga dibanding kasih sayang anak terhadap orang tua sendiri? Perbedaan kepribadian ka’Brave dan adiknya terlihat jelas sekarang.
“Tanda tangan atau mereka berdua mati,” kegeraman ka’Brave menyodorkan pistol ke arah kami berdua.
“Saya juga tahu kalau kau berpura-pura terus berada disampingku untuk menyelidiki sesuatu,” kalimat tersebut disodorkan ka arahku. Ka’Juan tidak menyadari sama sekali jika ibu Laras mewariskan asset kekayaannya 80% jauh sebelum peristiwa kematiannya. Inilah yang membuat kakaknya Brave sangat marah, menganggap semua itu tidak adil.
“Tunggu” ka’Juan mulai mengambil berkas di hadapannya perlahan-lahan. Tiba-tiba suara tembakan polisi dari luar mengepung tempat ini ketika tangan ka’Juan hendak menandatangani berkas di depannya.
Tangan ka’Juan segera melepas pulpen saat ka’Allred tiba-tiba muncul mengalihkan perhatian. Dari mana ka’Allred tahu kalau kami sedang dalam bahaya? Tangan ka’Brave berlumur darah saat pistol yang diarahkan ke kepalaku beralih ke tangannya sendiri. Ka’Allred menyelamatkan nyawaku sekali lagi tembakan kedua sebenarnya kembali diarahkan buatku justru berada pada tubuhnya.
“Ka’Allred…” teriakanku meledak. Saya tidak lagi memperdulikan keadaan di sekelilingku dan bagaimana mereka semua saling kejar mengejar. Tanganku berusaha menghentikan aliran darah dari tubuh ka’Allred. Gi sangat panik melihat kejadian tersebut…
“Bertahanlah” tangisku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Di lain pihak, polisi berhasil menangkap ka’Brave dan seluruh anak buahnya dalam pengejaran tadi. Seluruh peralatan medis memenuhi tubuh ka’Allred saat ini. Membayangkan bagaimana dirinya memeluk kuat tubuhku untuk melindungi diriku dari hantaman peluru pistol.
“Tuhan, jangan ambil dia” seru doaku berlumur air mata memeluk Gi. Semua orang berkumpul menantikan perkembangan ka’Allred di ruang operasi. Ayah-bunda ka’Allred terlihat cemas melihat anaknya harus berjuang melawan maut.
“Kakak baik-baik saja kan ayah” Gi terus saja menangis.
“Kakak Allred pasti bisa melewan maut,” sang ayah memeluk kuat Gi.
“Semua ini salahku, maaf” ka’Juan merasa sangat bersalah dan terus saja menundukkan kepalanya sekarang.  
“Ini salahku, seharusnya peluru itu buatku” tangisku…
“Tidak ini salahku karena membuat kalian semua terlibat dalam masalahku” Nayah menghentak-hentakkan kepalanya sendiri pada dinding tembok.
“Jangan melakukan hal itu” Gi berlari melepas dekapan sang ayah menghentikan Nayah. Objek perhatian sekarang adalah masing-masing merasa bersalah seakan ingin tertawa di tengah suasana mencekam.
“Dokter,” berlari ke arah dokter yang baru saja keluar dari kamar operasi. Semua berhamburan menanyakan keadaan ka’Allred juga perkembangannya.
“Bisa buat saya bernapas sedikit tidak? Kalau begini saya juga bisa di ruang operasi seperti dokter Allred” kata-kata dokter…
“Ka’Allred baik-baik saja kan?” Gi menarik pakaian dokter…
“Allred baik-baik saja jangan khawatir kebetulan pelurunya tidak terlalu dalam bagian belakang punggungnya” Danils sahabat ka’Allred hadir di tengah-tengah kami berusaha menolong dokter Yanli.
“Makanya jangan langsung berkerumun seperti ini” rasa kesal dokter Yanli meninggalkan kami semua.
Selama dua minggu ka’Allred mendapat parawatan di rumah sakit. Pak Yehuda dan istrinya, Gi, Selby, Nayah, Juan, ka’Zelby, termasuk diriku tidak pernah absen berjaga seharian di rumah sakit. Seluruh fansnya secara bergilir dari kampus pun tidak luput menjenguk dirinya. Sang bunda baru menyadari jika anaknya ternyata idola sama seperti artis terkenal setelah melihat seluruh gadis-gadis dari 2 kampus berbeda terus berdatangan menjenguk. Tuhan, setidaknya melihat ka’Allred tetap hidup membuatku bahagia tanpa harus mengejar dia untuk menjadi milikku.
“Ka’Allred,” Nayah datang bersama ayahnya membuat kami semua meninggalkan ruang perawatan tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan, namun hidup harus terus berjalan.
“Nef” Gi menatap ke arahku.
“Tidak apa-apa” tetap tersenyum apapun cerita hidupku selanjutnya.
“Nef” Nayah tiba-tiba saja hadir di tengah kami berdua.
“Kemana papimu?” Tanya Gi heran…
“Papi ada urusan penting jadi duluan pulang,” sikap lembut Nayah menjawab kami.
“Bagaimanapun saya berusaha mengalihkan perhatian ka’Allred tetapi tidak pernah bisa karena seseorang” ucapan Nayah kembali…
“Maksudmu?” kami berdua serentak bertanya…
“Hatinya milikmu bukan buatku, terimah kasih sudah menolong keluargaku” Nayah tersenyum lagi kemudian berlalu dari hadapan kami.
“Gi hebat menutupi rahasia kalau ternyata ka’Allred itu kakak sendiri dan sebentar lagi menjadi pengacara juga dokter,” berbalik lagi dan akhirnya berjalan meninggalkan kami.
“Saya menyukaimu sejak dulu” ka’Allred hadir begitu saja depan kami dan langsung menembak diriku seketika.
“Ka’Allred” mata Gi terbelalak menepuk kening kakaknya.
“Saya tidak salah makan, ka’Allred menembak saya depan adik sendiri” ungkapku tergagap…
“Bukan lagi depan Gi tapi kami semua” ka’Zelby menunjukkan sekumpulan orang terdekat dimulai dari keluarga Yehuda yang sangat lengkap, ka’Juan, beberapa dokter termasuk sahabatnya Danils.
“Berarti sekarang kita pacaran” spontan berteriak memegang kuat pundak ka’Allred.
“Tentu,” senyum mengambang ka’Allred sendiri.
“Terimah kasih Tuhan karena saya bisa perbaiki keturunan juga, setidaknya anakku nanti wajahnya cakep dan pastinya jenius” semua tertawa keras akibat ulahku sendiri.
“Bagaimana dengan Gi? Siapa yang kau sukai?” pancing ka’Zelby terlalu  mencurigakan jika dilihat dari lubang jarum…

Gilia…

Akhirnya semua masalah terpecahkan juga sekarang. Hal lebih membahagiakan adalah ka’Allred bisa menentukan pilihan hidupnya ke depan. Tidak salah memilih merupakan bagian terbaik kakakku sendiri demi kebahagiaannya. Paling tidak sahabatku Nayah bisa menerima kenyataan tentang bagian terbaik kakakku tidak bercerita pada dirinya. Masalah di tempat lain lagi yaitu Ka’Zelby seolah memancingku antara hubunganku dan ka’Juan. Sampai sekarang saya hanyalah gadis ingusan di mata ka’Juan. “Kau tidak perlu merubah dirimu untuk mengejar cinta seseorang” senyum ka’Zelby menyadari pikiranku.
“Betul juga, lagian buat apa juga stylish terlihat dewasa tapi sifat hancur, lebih baik wajah dan gaya berpakaian anak-anak tapi karakter masih pada jalur” berkata-kata pada diri sendiri depan cermin kamar. Setiap harinya rutinitasku kembali seperti biasa yaitu aktif kuliah, menemani ka’Juan berjualan juga membantunya merawat sekelompok orang di rumahnya.
“Cakar cakar cakar buka baru, tinggal dipilih” berteriak keras di pasar tradisional. Menjadi pertanyaan kenapa ka’Juan belum menjalankan perusahaan milik ibunya? Jelas-jelas 80% warisan atas namanya bukan ka’Brave yang lagi mendekam dalam penjara. Menurut ucapannya sih untuk sementara lebih baik seperti ini sampai dia merasa yakin untuk berada pada jalur tersebut. Ka’Juan tetap menjenguk kakaknya di penjara tanpa ada perasaan kesal atau marah sedikitpun. Objek lebih mengejutkan lagi adalah ka’Juan membalikkan nama menjadi 50% warisan peninggalan untuk kakaknya. Sisanya digunakan untuk kegiatan amal bagi yang membutuhkan di tempat tersembunyi tanpa seorangpun menyadari semua itu. Seorang pengacara terjorok paling sulit ditebak tetapi membuatku tidak dapat berkata-kata.
“Pembayaran arisan kali ini jangan macam-macam” mengancam semuanya ketika berada di kampus kembali.
“Segitunya juga” Sania menggeleng-geleng kepala.
“Btw, siapa yang mau ikut acara makan-makan?” teriakanku spontan.
“Acara apaan?” Nayah balik ke arahku.
“Buat mie juga masakan-masakan tradisional tapi patungan membayar terus tentukan tempatnya dimana?” jawabanku.
“Saya pikir ada yang jadi donator gitu” kalimat Boby.
“Enak saja, ayo kumpul uang semua!” seolah saya adalah ketua mereka…
Sesuai kesepakatan bersama kalau kegiatan acara masak-memasak diadakan di rumahku sebentar sore. Saya tahu pikiran mereka, bilang saja mau cari perhatian ka’Allred. “Lagian ka’Allred sudah punya pacar kali masih juga dikejar” menggerutu sendiri dalam hati.
“Selama janur kuning belum melengkung masih bisa dikejar,” Varina seakan tahu apa yang sedang kupikirkan sekarang. Pusing amat mengejar kakakku, intinya acara masak dan makan-makannya diadakan. Kegiatan mahasiswa bisnis manajement selalu heboh setiap saat. Pulang kuliah kami langsung menuju pasar menyiapkan bahan-bahan sesuai kebutuhan dan akhirnya semua berkumpul di rumahku. Tidak lupa menyuruh ka’Juan, Nefrit, terakhir ka’Zelby datang mengikuti acara kami sekalipun mereka hanya orang luar.
“Hai Gi” sapa ka’Juan sambil mengupil dan membersihkan tangannya sekitar lengan pakaianku sekarang secara spontan membuat nafsu makan teman-temanku hilang seketika.
“Menjijikkan” mereka semua spontan serentak berkata-kata.
“Kenapa kau bisa menyukai manusia paling jorok seperti ini?” Boby.
“Tidak bisa perbaiki keturunan” Nayah menggeleng-geleng kepala sendiri.
“Setidaknya mukanya bisa dipakai perbaiki keturunan dengan wajah bulenya” ujarku.
“Saya mau anakku bentuk wajahnya ada bule-bulelah” lagi membalas mereka.
“Pengacara terjorok, berandalan, hancur, menjijikkan” Sania menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri. Tidak menyangka seorang Gi tetap mengejar pria jorok seperti ini.
“Doakan saya biar bisa mengajar ka’Juan Dalvin hidup bersih setelah menikah” balasku sampai semua terdiam seperti sedang mengheningkan cipta.
“Kenapa semua mengheningkan cipta seperti ini?” ka’Allred tiba-tiba masuk ke tengah-tengah kami sampai membuat semua perempuan histeris berteriak seketika. Sikap dinginnya kembali dimainkan tapi semua perempuan malah makin histeris bahkan menyukai sikapnya.
“Kau lagi” sikap rishi ka’Allred melihat ka’Juan. Masih saja seperti itu setiap bertemu…
Pada hal kalau ka’Juan sudah bisa menerima diriku sebagai pacar berarti ka’Allred harus siap menerima musuh bebuyutannya sebagai calon adik ipar. “Kakak jangan mengusir calon adik iparmu” membelah ka’Juan di hadapan semua orang.
“Sejak kapan kita berdua pacaran?” ka’Juan mengoceh…
“Berarti kalian belum jadian?” serentak kembali teman-temanku berkata-kata.
“Dalam proses jadian” senyum kecut membalas mereka terus memegang kuat lengan ka’Juan walaupun tatapannya benar-benar menyedihkan. Menikmati kebersamaan di rumah kontrakan sederhana tanpa harus saling membedakan satu sama lain. Ka’Allred tetap jadi idola meski mereka tahu keadaan rumah yang sedang kami tempati sekarang. Tidak lama kemudian Nefrit juga ka’Zelby muncul depan pintu pagar rumah.
“Hai semuanya” sapa Nefrit.
“Ayo masuk” menarik tangan mereka berdua. Tertawa, berteriak, menceritakan kisah-kisah lucu, dan terakhir menonton drama korea terbaru yang baru saja di download oleh Goldy. Seperti pesta rakyat saja memasang layar ukuran sedang buat bahan hiburan…
“Gi, besok saya akan berangkat ke Negara asing kuharap kau tetap baik” ka’Zelby pamit perpisahan di sampingku saat lagi seru-serunya tayangan drama Korea.
“Kakak bohong kan?” masih belum percaya apa yang barusan kudengar.
“Semua yang kau dengar benar kenyataan Gi” ka’Juan ternyata ada di belakang kami.
“Kenapa bisa?” tanyaku.
“Keadaan dan juga mimpi” senyum ka’Zelby. Hari terakhir melihat wajah tetangga sebelah rumahku bersama segala cerita terpendamnya. Tidak ada yang dapat menyadari kisah perjalanan seseorang sehingga membentuk seni hidup tersendiri dalam dirinya…
“Setidaknya saya tidak akan pernah lupa bagaimana mulutku bercerita tentang apa yang selama ini kupendam dalam waktu yang cukup lama apapun resikonya serta dampaknya buatku sendiri ke depan.” Kalimat terakhir ka’Zelby sebelum akhirnya berlalu meninggalkan kami berdua sambil membawa tiket penerbangan pagi ini.
Kisah ka’Zelby akan kembali dimulai untuk objek yang sedang menantinya saat ini. Berbeda denganku mempunyai cerita lain dan tidak akan pernah sama. Semua hanya bercerita tentang seni hidup dimana membentuk, mengajar, bertahan, memahami, kekuatan, senyuman, dan masih banyak lagi saat seseorang berada pada sebuah petualangan tidak biasa…

3 Bulan kemudian…

“Predikat lulusan terbaik jatuh atas nama Allred Yehuda…” suara riuh dalam gedung aula bagi atas terpilihnya ka’Allred sebagai lulusan terbaik.
“Kami persilahkan ketua yayasan sekaligus pemilik Life of Art University untuk menyerahkan sertifikat penghargaan sekaligus mengucapkan sepatah dua patah kata sebagai pidato sambutan lulusan mahasiswa kedokteran.” …
Hadir pada acara wisuda ka’Allred merupakan kegiatan paling seru hari ini. Ayah-bunda, adikku Selby, Nefrit, ka’Juan juga hadir dalam acara wisuda ka’Allred. Walaupun ka’Juan masih butuh perjuangan menerimaku alias belum mengakui perasaannya, setidaknya setiap saat selalu ada buatku. Btw, ayahku kemana? Pada hal harus mendampingi ka’Allred menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik. “Selamat atas…” jenis suara itu selalu kudengar tapi dimana yah? Kenapa seperti suara ayah yang sedang menyampaikan kata sambutan seperti ini?
“Itukan ayah” berdiri spontan dengan menunjuk ke arah depan sehingga menjadi pusat perhatian. Harusnya si’pemilik kampus ini yang harus memberi kata sambutan sekaligus penghargaan, kenapa jadi berdiri disana? Sepertinya ayah-bunda menyembunyikan sesuatu terhadap kami anak-anaknya. Ka’Allred sendiri matanya tak berkedip sedikitpun melihat pemandangan sekarang, sedang Selby berlari kecil keluar dari kursi menuju tempat ayah berdiri.
“Ayah,” Selby berlari memeluk ayah.
“Maaf, perkenalkan Selby gadis kecilku paling bungsu” menggendong Selby sambil memberi penjelasan di hadapan banyak orang. Jalan cerita kehidupan kami selama ini adalah ayah-bunda sengaja merahasiakan sesuatu. Bertahun-tahun sengaja hidup sebagai petani di kampung kecil untuk mengajarkan anak-anaknya secerca sinar dan seni dalam sebuah alur perjalanan tertentu. Sang pemilik kampus Life of Art ternyata ayahku sendiri bahkan tertutup rapat dari pemberitaan public. Saya sebenarnya salah satu anak orang terkaya di Negara ini, wow hebat betul…
Kisahku perjalanan sekarang benar-benar mirip drama Korea, dimana kehidupan sebenarnya adalah berlimpah harta dan kemiskinan hanyalah manipulasi ayah seorang. Selain menjadi pemilik kampus dan rumah sakit Life of Art, ternyata ayah juga masih mempunyai usaha lain. “Berarti calon mertuaku orang kaya dong” Nefrit benar-benar tidak percaya cerita seperti ini benar-benar nyata bukan lagi serial drama.
“Dasar cewek matre” ejekan ka’Allred melirik Nefrit di sampingnya.
“Tidak masalah matre yang penting sama ka’Allred, ngerti?” balasan judes Nefrit.
“Berarti sekarang saya sepenuhnya menerima cintamu” Ka’Juan tiba-tiba saja memegang tanganku terlihat romantis…
“Dasar cowok matre, kemarin juga jual mahal” membalas ka’Juan…
“Btw, kenapa juga ka’Juan mau matre? Dia kan memang kaya dari sananya, ejekanmu itu aneh” Nefrit membelah ka’Juan…
“Uupppsss saya lupa artinya sekian lama perjuangan ada hasilnya juga” teriakku, sedang mereka bertiga menatap dingin ke arahku. 

Beberapa tahun kemudian…

Waktu berlalu begitu cepat dan hidupku tidak lagi bercerita tentang dunia mahasiswa melainkan dunia kerja sama seperti manusia lainnya. Ka’Allred berhasil merebut perhatian banyak orang dengan menjadi dokter spesialis kardiovaskuler dan pengacara terbaik. “Hipertrofi ventrikel kiri jantung,” kata-kata ka’Allred sedang serius memeriksa salah satu pasien baru masuk, sedang kami berdua hanya sibuk menonton saja pekerjaannya sambil menunggu…
“Kondisi bilik kiri jantung mengalami pembesaran dan penebalan karena factor hipertensi,” masih berdialog dengan dokter Danils. Diagnosa kasus dan system pembedahannya terlebih khusus bagian organ jantung memang butuh kemampuan khusus.
Beberapa hari bergumul di rumah sakit bersama pekerjaannya, sekarang bergulat demi memenangkan sebuah kasus di pengadilan…”Yang mulia bisa saya tampilkan sebuah gambar di depan?” ka’Allred berkata-kata depan banyak orang. Sang hakim menyetujui permintaan sang pengacara…
“Coba analisa bentuk wajah sang model beberapa gambar berikut: terkadang tatapannya dan pikirannya terlihat kosong, duduk seperti orang bodoh, tiba-tiba kembali berjalan seperti manusia normal pada gambar berikutnya.” Ka’Allred menunjukkan beberapa gambar seorang model…
“Jadi, sang model mati bukan karena pembunuhan melainkan dirinya sendiri. Sekali lagi periksa lebih lanjut raut wajah sang model untuk memastikan beberapa objek lain” lanjut bahasa ka’Allred membela klien di depannya. Lebih kacau lagi sang model merupakan lulusan psikologi tetapi mengalami permasalahan psikolog, aneh betul kasus semacam ini. Dia sendiri mati karena kelakuannya bukan peristiwa pembunuhan akibat permainan-permainan menjebak untuk memanas-manasi kemudian menjadikan seseorang kambing hitam setelah itu. Akhir cerita kasus tersebut dimenangkan oleh ka’Allred.
“Selamat datang di hotel Gembira Ria,” sapa Nefrit pada salah satu tamu. Sekarang beralih ke pekerjaan adik iparku sendiri Nefrit, beberapa bulan melangsungkan pernikahannya bersama ka’Allred. Bekerja pada salah satu hotel sekitar objek wisata terbaik terwujud juga. Hotel berbintang dengan desain arsitek paling unik sebelum memasuki kawasan wisata yang menyuguhkan suasana alam terbaik dipadukan buatan tangan manusia melalui stylish modern.
Hotel membentuk lengkungan pintu gerbang ucapan selamat datang sebelum memasuki kawasan wisata. Lapisan luar gedung tersebut terbuat beberapa paduan limbah sampah dibuat menjadi sebuah kreatifitas. Kresek plastic kemudian memasuki tahap berbagai motif anyaman, kaleng-kaleng bekas, botol-botol kaca menjadi bahan utama dari desain hotel itu. Konsepnya arsitek hotel ini bercerita tentang menjadi pintu gerbang terkuat walaupun berasal dari sampah buangan tanpa nilai sama sekali untuk menciptakan secerca sinar bagi dunia. Bagian dalam hotel kembali dimainkan bahan-bahan sampah seperti sebelumnya sebagai bahan pajangan, café & resto, kolam renang, tidak jauh dari air terjun, maupun suasana kamar di sekitarnya.
“Sangat unik,” berputar-putar melihat suasana hotel tersebut.
“Berhenti bertingkah seperti ini!” tegur Nefrit menghentikan tingkahku. Ternyata pada jalur bawah tanah terdapat jalan dengan suguhan pemandangan seakan membentuk lembah kabut penuh asap bahkan dingin mencekam menuju pusat inti objek wisata tidak jauh dari lokasi.
“Gi, ponselmu bunyi sejak tadi” tegur Nefrit ke arahku.
“Kenapa belum datang? Persidangannya sudah mau dimulai bos” rasa kesal ka’Juan terdengar jelas melalui salurang ponsel. Saya berjanji untuk hari ini melihat dia memperlihatkan kemampuan terbaiknya sebagai pengacara. Sampai detik sekarang ka’Allred dan ka’Juan masih bersaing satu sama lain sebagai pengacara. Jelas-jelas mereka berdua sudah pasti menjadi keluarga masih terus berselisih…
“Hakim yang terhormat, tolong analisa bentuk raut wajah pada gambar di depan” cara bicaranya benar-benar copy paste dari calon kakak iparnya sendiri, mencibir gaya bahasa ka’Juan. Pada akhir cerita kasus itu memang dimenangkan olehnya akibat copy-paste. Kegiatanku yang lain tidak pernah berubah yaitu selalu berada di samping ka’Juan merawat sekumpulan manusia-manusia tertentu juga menyekolahkan banyak anak di tempat tersembunyi tanpa harus diperlihatkan depan banyak orang.  


#TAMAT#