SECERCA SINAR
Bagian pertama
Gilia Rehyndia…
Namaku
Gilia Rehyndia Yehuda berasal dari keluarga sangat sederhana. Mempunyai ayah,
bunda, ka’ Allred, dan terakhir adikku Shelby masih berusia 3 tahun. Tinggal di
sebuah desa masih sangat asri tanpa polusi udara perkotaan. Hari ini merupakan
bagian terpenting perjalanan hidup Gilia untuk meraih masa depan. “Gi, lulus”
sorak kebahagiaan Nefrit sahabat terbaikku.
“Senangnya,”
memeluk Nefrit.
“Kau
akan lanjut kuliah dimana?” Nefrit bertanya sambil membuat coretan sana-sini
terhadap seragam sekolahku.
“Tentu
saja lanjut kuliah di perkotaanlah, mengejar kakak” masih terus memainkan
spidol hitam…
Impianku
berada pada salah satu kampus terbaik di ibu kota untuk pendidikan sama seperti
kakak. Terus belajar hanya agar saya bisa menembus kampus terbaik. Satu lagi,
jika jarak usia antara saya dan Shelby sangatlah terpaut jauh. Ka’Allred
benar-benar sangat marah menyadari bunda hamil lagi pada usia terbilang tua.
Walaupun ayah hanya seorang petani, tetapi perjuangannya menyekolahkan kami
sangat luar biasa dan patut diberikan jempol terbaik. Mengikuti ujian masuk
kampus “Life of Art” kemudian menunggu hasil pengumuman. Untuk menembus kampus
tersebut benar-benar membutuhkan perjuangan, serta proses belajar terkesan
ekstrim buatku.
Otak
ka’Allred jauh berbeda denganku, kenapa? Dia dengan gampangnya tanpa harus
mengikuti ujian masuk, namun dinyatakan lulus karena tingkat kejeniusannya
benar-benar tidak diragukan lagi. Hal terheboh adalah mengambil langsung 2
jurusan dengan 2 kampus terbaik pula juga jurusan berbeda. Suatu hari kelak
kakak akan menjadi seorang pengacara sekaligus dokter terbaik di negara ini. Dingin,
terlalu serius, pendiam, susah ditebak, jutek adalah sifat terbaik ka’Allred.
Berbeda denganku periang, cerewet, tapi mempunyai semangat pantang menyerah.
“Kakak”
memasang wajah memohon,
“Apa
maumu?” terhadap siapapun pasti nada bicaranya sangat dingin.
“Bantu
saya belajar biar bisa lulus!” menyerahkan buku juga pulpen.
“Tidak
bisa,” sangat judes. Sempat berpikir, apakah hanya saya saja yang memiliki
kakak seperti dia? Tidak pernah tersenyum, dingin, pendiam, sulit berinteraksi
bersama keluarga sendiri, kerjanya hanya main game itulah sifat kakakku. Saya
ingin bertanya, apakah kakakku bukanlah anak kandung bunda & ayah? Sifat
ayah ramah, suka becanda, murah senyum, suka menolong, berinteraksi dengan
siapa saja, dan masih banyak hal menarik dalam dirinya tetapi tidak satupun
menurun ke kakakku. Begitupun sebaliknya dengan bunda rajin, lembut, perhatian,
baik hati pokoknya selalu menjadi ibu terhebat, hanya saja kakakku jauh dari
sifat-sifat tersebut. Kelebihan kakak hanya satu yaitu jenius level tinggi,
tanpa perlu belajar nilai-nilainya berada di puncak.
“Allred,
jangan seperti itu terhadap adikmu!” tegur ayah, sedang kakakku masih diam
bahkan hanya sibuk memainkan game terbaru.
“Ayah,
sebenarnya kakak anaknya siapa sih?” bertanya di hadapan mereka.
“Kenapa
berkata seperti itu?” ayah balik Tanya mengelus kepalaku…
“Kenapa
tidak satupun sifat ayah atau bunda turun ke kakak?” berkata-kata sambil
menggaruk kepala sendiri. Kakak seakan tak perduli akan pertanyaanku hanya
tetap diam.
“Jangan-jangan
waktu lahir, anak ayah tertukar di rumah sakit” ujarku lagi.
“Bagaimana
mau tertukar, jelas-jelas sebelum dibawah ke rumah sakit, saya sudah lahir
duluan di rumah tepat ruang tamu menuju pintu keluar, terpaksa bidannya datang
ke rumah…” jawaban sinis ka’Allred penuh penekanan diperuntukkan buatku.
“Jangan-jangan
sekarang menjadi pertanyaan putri ayah yang kedua benar-benar anak kandung atau
bukan? Kenapa otaknya seperti siput sulit berlari?” sindir ka’Allred.
“Kakak
keterlaluan?” tangisku pecah.
“Situ
mulai duluan,” ka’Allred benar-benar tidak memperdulikan perasaanku.
“Allred
berhenti berucap seperti itu terhadap adikmu sendiri!” tegur bunda tiba-tiba
hadir di tengah kami. Ka’Allred terdiam saat bunda mulai berkutik...
“Bantu
adikmu mengejar impiannya, ngerti!” menyerahkan buku-buku yang kupegang ke
hadapannya.
“Dalam
bersaudara itu karakternya tidak pernah sama lebih tepatnya berbeda-beda tetapi
unik. Ka’Allred pendiam, dingin, judes berbeda dengan karakter Gi & Shelby.
Kalau sifat kalian semua sama pasti terlihat hambar bahkan membosankan.” Ayah
seperti biasa bijak berucap…
“Perbedaan
membuat seseorang terbentuk, mempunyai seni, menyenangkan, dapat memahami
sesuatu objek satu sama lain antara sesama saudara kandung” kembali ayah
berucap sambil tersenyum memeluk hangat tubuhku.
“Kemarilah!”
perintah ka’Allred menarik tanganku dari pelukan ayah. Seperti inilah dunia
kakak adik dari keluarga Yehuda. Setiap liburan, kakak pasti pulang kampung
dengan jalan menghabiskan waktu bersama permainan game. Namun, di lain hal
kelebihan kakakku tetap ada seperti otak jenius juga selalu hadir saat kegiatan
gotong royong. Perbaikan jalan, membantu warga membersihkan jalan-jalan,
membangun beberapa tempat guna kepentingan bersama tak pernah dilewatkan
olehnya bersama wajah paling dingin seorang Allred Yehuda. Masih terlihat
kesal, tetapi tetap memperhatikan apapun penjelasan ka’Allred dengan baik.
Belajar setiap hari hanya demi dapat menembus universitas Life of Art dan
itulah mimpiku. Mencoba menyimak tiap soal demi soal bersama penjabaran
ka’Allred.
“Fighting”
ucapan bunda memeluk hangat putrinya sebelum berangkat ke kota. Saya mengikuti
ujian di kota sekarang setelah mendaftar online. Tinggal di rumah kontrakan
kakak selama beberapa waktu.
Menjadi
pertanyaan, kenapa juga kakak tidak mengambil kontrakan rumah dekat dari
kampus? Jarak antara rumah dan kampus agak jauh sehingga membuatku terlihat
bingung mencari alamat. Mencengangkan menikmati suasana arsitek kampus yang
begitu besar di hadapanku sekarang. Benar-benar menakjubkan itulah gambaran
tanpa harus melukiskan dengan kata-kata berbagai desain gedung di hadapanku
sekarang bersama pemandangan tak biasa. “Saya pasti lulus” memberi semangat
pada diri sendiri saat berhadapan dengan soal-soal ujian.
“Bagaimana
ujiannya?” setelah saya berada di rumah sehabis mengikuti ujian. Hal
mengejutkan untuk pertama kalinya kakak seolah perhatian terhadapku.
“Ka’Allred
tidak sakitkan?” memegang kening kakakku sendiri masih biungung…
“Maksudmu?”
pertanyaan dingin.
“Hanya
bertanya, kan aneh tiba-tiba jadi perhatian terhadap adik sendiri” jawabanku…
“Jangan
pernah ada seorangpun menyadari kita berdua ternyata kakak beradik kalau kau
dinyatakan lulus, ngerti?” pernyataan ka’Allred membuatku tak memahami
ucapannya. Merahasiakan hubungan persaudaraan antara kami berdua, benar-benar
menyebalkan. Ternyata adik kandung sendiri malu diakui depan umum. Jangan-jangan
kakak juga tidak pernah bercerita tentang apapun pekerjaan orang tuanya di
kampung dan menutup serapat mungkin semuanya.
“Kenapa
kakak malu mengakui adik sendiri depan banyak orang?” berteriak…
“Bawel,”
hanya satu kata buatku, kemudian berlalu…
Menunggu
pengumuman kelulusan membuat hidupku terasa membosankan. Ayah tidak mau kalau
anaknya pulang kampung lebih dahulu sambil menunggu kabar terbaru. “Urus saja
baik-baik kakakmu di situ” tegur ayah. Berada di kota jauh berbeda ketika
tinggal di kampung bersama segala aktifitas berlawanan untuk segala sesuatunya.
Saya ingin menjadi seorang pemimpin sebuah perusahaan suatu hari kelak.
Mengambil jurusan management bisnis merupakan hal paling menarik demi
mewujudkan mimpiku.
Berjalan-jalan
ke pasar terdekat guna membeli kebutuhan rumah. Suasana pasar di kota &
kampungku akan tetap kukatakan berbeda. Tidak terlalu ramai untuk menghabiskan
waktu berbelanja di tempat seperti ini. “Berapa harga ikannya?” mengamati
ikan-ikan kecil di hadapanku sekarang.
“Tidak
mahal, Cuma 20.000,- saja” penjual ikan tersenyum.
“Ikan
kecil-kecil begini dalam tumpukan sedikit dibilang tidak mahal” protesku.
“Ini
di kota adik manis” celoteh penjual ikan.
“Pokoknya
Rp. 5.000,- saja” menawar…
“Harga
Rp. 5.000,- pergi sana mancing sendiri di sungai” gerutu si’penjual.
“Dari
pada bertengkar dengan pejual ikan, mending cari baju cakar terbaru di sini”
salah seorang penjual baju bekas tersenyum ke arahku. Hal terhebat pertama kali
kulakukan ketika berada sekitar perkotaan tawar menawar juga melihat stok
maupun keluaran terbaru pakaian bekas di pasar. Membawa barang belanjaan dari
pasar ternyata berat juga.
Membersihkan
rumah, memasak, bernyanyi sambil menghibur diri sendiri merupakan kegiatan
terbaik selama berada disini. “Ini berita dari kampus, cari namamu sekarang!”
sikap dingin kakak seperti biasa sangat menyebalkan. Informasi tentang
kelulusan nama-nama calon mahasiswa Life of Art. Tanganku masih terus mencari
apakah namaku terdapat di antara sekian banyaknya nama tertera pada surat kabar
tersebut. Pihak kampus memakai 2 media untuk mengumumkan berita kelulusan yaitu
online dan surat kabar harian terbaru.
“Jangan-jangan
kau tidak lulus?” sikap judes kakak.
“Gilia
Rehyndia,” berteriak kegirangan sangat bahagia menemukan namaku…
“Periksa
lagi nama Gilia Rehyndia itu banyak,” tegur kakak.
“Gilia
Rehyndia Yehuda, ini betul namaku” menggertak ka’Allred.
“Jangan
pernah menyebut namaku di hadapan semua orang terlebih mengakui saya sebagai
kakakmu, ngerti?” ancam ka’Allred sambil menunjuk ke arahku memakai tangannya.
“Satu
lagi, jangan pernah sampaikan masalah ini ke ayah juga bunda!” sekali lagi
berkutik kemudian berjalan keluar dari rumah.
“Kakak
menyebalkan, egois, malu mengakui adik kandung sendiri” berteriak sangat
kencang tetapi tidak diperdulikan olehnya.
Nasib
terburuk berada di kota seakan tak mempunyai keluarga satu pun hanya demi
mengejar mimpi. Ayah memang hanya seorang petani, namun tetap penuh semangat
menyekolahkan anak-anaknya bagaimanapun caranya. Saya harus buktikan kalau
perjalananku tak akan pernah mengecewakan kedua orang tuaku. Selang beberapa
waktu kemudian, akhir cerita hal paling dinantikan menginjakkan kaki di kampus
pun tiba.
“Anak
baru, kenapa jalanmu terlalu kelewatan lemotnya?” salah seorang senior
berteriak keras menggertak. Hal paling mengesalkan adalah penerimaan mahasiswa
baru harus berlangsung seperti ini. Para senior sengaja memainkan peran
melakukan aksi paling berkuasa bahkan bersikap jahil terhadap juniornya
sendiri. Berlari sekuat tenaga menuju barisan sebelum mendapat hukuman lebih
parah. Selama beberapa hari harus melakukan berbagai kegiatan aneh sesuka hati
para senior. Bernyanyi bersama segala jenis tarian maupun dance paling kacau
harus dilakukan. Wajah harus kena coretan lipstick, arang, spidol dari senior
setiap berhadapan dengan salah satu dari mereka. berjemur di bawah sinar matahari
berjam-jam merupakan kegiatan semakin memutihkan kulit…
Meminta
tanda tangan saja harus membawa cokelat, permen, lipstick, bedak, bunga, dan
lain sebagainya buat mereka. Kegiatan paling mengalihkan perhatian semua orang
adalah menyaksikan bagaimana fakultas kedokteran menatar para junior mereka
satu persatu. Kakak termasuk salah satu di antara mereka berperan sebagai
senior terdingin. Masing-masing fakultas mempunyai cara sendiri menghadapi
mahasiswa terbaru mereka setiap tahunnya. Penasaran menyaksikan kepribadian
kakak ketika berhadapan dengan orang banyak merupakan kata untuk menggambarkan
diriku sekarang.
“Kenapa
semua mahasiswa perempuan memberikan segala jenis cokelat, brownis, cake,
makanan, surat di hias sedemikian manis buat kakak?” pusing menyaksikan
pemandangan tak biasa secara diam-diam.
“Kenapa
mengendap-ngendap seperti itu?” salah satu seniorku mendapati diriku bersama
pemandangan kurang menyenangkan.
“Jangan
sekali-sekali berpikiran mendekati dia!” menunjuk ke arah ka’Allred setelah tersadar
tentang maksud dan tujuanku bersembunyi disini.
“Dia
pacarku, jadi jangan macam-macam!” tegurnya lagi.
“Ka’Allred
mahasiswa kedokteran sedang kakak management, bagaimana cerita?”
“Ternyata
kau langsung tahu nama dia, sekali lagi saya peringatkan jangan coba-coba
berjalan ke arahnya!” makin menggertak.
“Maaf
ka’, lain kali tidak akan kuulangi” jawabku menunduk…
Menerima
kelakuan terburu para senior bersama sikap jahil mereka. Objek paling
menyenangkan dilakukan oleh para senior adalah permainan paling kacau juga
jahil bagi mahasiswi dengan wajah tercantik merupakan makanan empuk mereka
semua. Beruntung saja, wajahku tidak masuk kategori cantik dan bisa bebas dari
mereka semua. Tanpa pandang senior laki-laki maupun perempuan terus menjalankan
visi mempermainkan para junior dengan kategori paling cantik dan tampan di
antara kami semua. Membuat puisi, berteriak di hadapan semua orang, berkeliling
lapangan, dan masih banyak lagi permainan aneh buat para junior dengan kriteria
paling cantik juga tampan.
“Biasanya
manusia-manusia culun saja paling sering dijahili, tapi kenyataan sekarang
kategori paling cantik dan tampan harus menjadi bulan-bulanan para senior.
Wow…” gerutuku mengingat kejadian tadi selama di kampus.
“Telpon
dari ayah” kakak melemparkan telepon celulernya ke tanganku. Bahagia mendengar
suara ayah, bunda, juga Shelby dari kejauhan. Tertawa mendengar bagaimana
Shelby menangis ingin berada di kota bersama denganku.
“Shelby
rindu mau ketemu kakak” suara manis Shelby berkumandang.
“Gi’
harus bisa membedakan jalur pergaulan di kota dan desa” kalimat bunda.
“Gi’
harus mampu beradaptasi tetapi menyadari batas-batas tertentu ketika berhadapan
dengan berbagai objek pergaulan di kota. Jangan pernah melewati jalur-jalur
yang bisa menghancurkan jalan Gi sendiri.” Ungkapan bijak seorang ayah bagi
putri kesayangannya. Kata-kata membentuk bahkan rasa khawatir membuatku sadar
betapa berharganya hidupku jauh melebihi sekumpulan berlian bagi mereka.
“Jangan
lama-lama bercerita,” tegur kakak bersama wajah judesnya seperti biasa. Mengadu
pada bunda adalah jalan terbaik, pada akhir cerita kakak terus saja
dibentak-bentak melalui saluran telepon. Setidaknya membuatku puas bahkan
bercerita sebagai aksi balas dendam buat kakakku sendiri.
Bagian
2…
Hari
pertama memasuki mata kuliah ilmu management bisnis setelah melewati proses
penyambutan paling menyebalkan. Berjemur berjam-jam di lapangan, harus
merasakan rasa manis sebuah permen dari mulut ke mulut oleh seluruh mahasiswa
baru membuatku ingin memuntahkan seluruh isi perutku seketika, dan masih banyak
lagi. Demi mendapat tanda tangan harus membawa cokelat, lipstick, bedak, bunga,
atau beragam hadiah bagi para senior. Untung saja, banyak mahasiswi memberi
kakak cokelat jadi bisa saya ambil untuk diberikan lagi kepada para seniorku. Hal
lebih menyebalkan adalah menulis surat menghina senior paling tidak disukai,
kemudian membacakan depan umum. Berteriak menyatakan cinta terhadap salah satu
senior merupakan persyaratan utama mendapat tanda tangan mereka sebagai tanda
kelulusan mengikuti ospek kampus.
Mendapat
teman baru di kampus terfavorit memang pengalaman paling seru. Nayah, Sania,
Goldy merupakan calon sahabat terbaik juga menyenangkan saat ini. Kampus ini
lengkap dengan semua jurusan dan terdiri dari beberapa fakultas. Masing-masing
fakultas mempunyai gedung,halaman, juga taman tersendiri. Secara kebetulan
antara fakultas jurusanku dan kedokteran saling bersebelahan. Tiap fakultas
terdiri dari beberapa jurusan mata kuliah tertentu, jadi silahkan memilih
sesuai mimpi suatu hari kelak…
“Kau
lihat senior-senior kemarin?” Sania asyik memainkan permen lollipop.
“Memang
kenapa?” Nayah terkesan cuek bertanya sambil memperbaiki tali sepatunya.
“Lagi
berkumpul di taman sambil tertawa” balas Sania.
“Biarkan
saja mereka” ujarku terhadap mereka.
“Ingin
rasanya saya balas dendam karena perbuatan mereka” kekesalan Sania terlihat
jelas.
“Nayah
saja habis-habisan menjadi bulan-bulanan tetap diam tanpa berkata-kata” tegur
Goldy.
“Terkadang
saya menggerutu, kenapa harus terlahir dengan wajah tidak cantik? Tapi,
sekarang saya malah bersyukur” menertawakan diri sendiri…
“Kenapa
dialog pembicaraan sudah berlari ke jalur lain?” Sania menatap ke arahku.
“Tuhan
tahu kalau saya akan kuliah disini” tersenyum ke arah Sania.
“Hubungannya?”
Goldy tidak mengerti.
“Sekarang
zaman sudah berubah, wajah cantik dan tampan harus menjadi bulan-bulanan para
senior bukan lagi manusia-manusia culun. Ngerti?” memasang mimic wajah berbeda
bersama penekanan kalimat tidak biasa terhadap Goldy.
“Kau
mengejek?” Nayah sedikit tersinggung. Harus kuakui kecantikan natural seorang
Nayah dapat menghanyutkan siapapun. Para senior lebih menyukai wajah cantik
menjadi bulan-bulanan buat mereka.
“Kenyataan
dan bukti sudah terlihat” menggoda Nayah. Semua tertawa akibat ulahku kecuali
Nayah masih sedikit emosi bahkan terkesan judes. Salah satu hal paling menarik
adalah ketiga teman baruku mau menerima seorang Gi tanpa harus memandang
status. Menikmati suasana kuliah bersama objek-objek tak terduga maupun luar
jalur tertentu merupakan hal paling menarik. Belajar untuk aktif berbicara
ketika jam kuliah sedang berjalan adalah prinsip yang harus kuterapkan pada
diriku sendiri. Salah maupun benar setiap pernyataanku tetap menantang mentalku
sendiri di hadapan para dosen juga teman-temanku.
Membuat
pertanyaan demi pertanyaan kemudian melemparkan ke arah dosen juga
teman-temanku merupakan hal paling menarik buatku. Pembentukan mental,
keberanian, pemahaman, konsep berpikir, pernyataan-pernyataan terbaru dapat
bermuara melalui objek-objek seperti ini. Seorang pemimpin masa depan memulai
hidup dengan menemukan hal-hal terbaru, bukan menyatakan kata “AKU” dalam
dirinya merupakan perdebatan terbaik buat hidupku sendiri ketika berhadapan
dengan objek seperti apapun bentuknya.
Bercerita
dunia mahasiswa dengan segala aktifitasnya adalah gambaran untuk mengerti
peranan mereka ketika berada dalam suatu area-area tidak biasa. Beberapa bagian
hidup maupun karakter mahasiswa dimana mencari pemikiran tersendiri, pemahaman
untuk mengerti tentang perjalanan, masa-masa emosional masih bermain, jiwa muda
membuat mereka terkadang salah dalam memilih jalur, ingin menjadi terhebat
tanpa memikirkan sebab-akibat juga pengalaman-pengalaman, berada pada area
pergaulan yang rusak sehingga menjadikan mereka kurang bijak dan menghancurkan
masa depan dalam sekejap. Inilah fakta paling menarik ketika kakiku
menginjakkan kampus bahkan saat menjalani segala aktifitas sebagai seorang
mahasiswa di ibukota.
“Bagaimana
ini pakaian kuliah hanya itu-itu terus?” menggerutu bahkan termenung dalam
kamar.
“Mau
mengadu pada ayah berarti menambah beban lagi” berpikir sejenak. Mengeluh tidak
akan menyelesaikan masalah, harus mencari jalan biar bisa ke kampus dengan
potongan pakaian terbaru juga.
“Saya
punya akal sekarang” menepuk kepala sendiri kemudian berlari keluar menuju
kamar ka’Allred. Membongkar lemari pakaian kakakku juga kegiatan pertama kali
kulakukan selama berada di ibukota.
“Apa
yang kau lakukan di kamarku?” seperti biasa wajah terkesan dingin bermain…
“Kenapa
semua pakaianku berserakan?” tekanan darak ka’Allred mulai meninggi.
“Bajumu
banyak sekali, ini masih terpakai tidak?” memperlihatkan ke arahnya.
“Memang
kenapa?” masih bergelut dengan pertanyaan.
“Kakak
sadar tidak kalau adikmu hanya mempunyai beberapa potong pakaian ke kampus?”
tatapan mataku bertanya-tanya tentang semua koleksi pakaiannya. Ayah hanya
petani, menjadi pertanyaan kenapa koleksi pakaian kakakku begitu banyak?
“Kau
curiga kalau selama ini membohongi ayah hanya untuk bahan koleksi pakaian?”
“Seperti itulah, bisa ya dan bisa juga tidak”
jawabanku. Tujuan utama ke kamar kakakku hanya untuk mencari pakaian-pakaian
tidak terpakai olehnya, tetapi malah menimbulkan pertanyaan baru buatku ketika
melihat segala jenis koleksi lemarinya.
“Bawel,
bodoh, penuh curiga, suka mendengkur itu saja dalam dirimu” tegur kakak.
“Bersihkan
kamarku sekarang!” perintah ka’Allred. Sebagai adik harus menerima kenyataan
mengikuti segala perintah sang kakak.
“Ayah,
apa kakak biasa meminta uang lebih?” menelpon ayah secara diam-diam setelah
ka’Allred berjalan keluar dari kamar.
“Tidak
sama sekali, malahan ayah yang harus selalu balik bertanya tentang kondisi
keuangannya pada hal kalau dipikir-pikir kuliah dengan beberapa jurusan secara
bersamaan membutuhkan biaya banyak.” Ungkap ayah terhadapku melalui saluran
telepon.
Menjadi
pertanyaan, dari mana kakak mendapat uang mengoleksi banyak pakaian di
lemarinya? Apakah kakak memanfaatkan semua cewek di kampus untuk memenuhi semua
kebutuhannya? Harus saya akui ka’Allred memang idola bagi seluruh penghuni
kampus. Hal lebih mengejutkan tidak seorangpun menyadari jika kakak mengambil
jurusan kuliah lain di kampus berbeda secara bersamaan. Fakultas hukum
merupakan salah satu jurusan tersulit, tapi berani memasuki area tersebut. Menjadi
seorang dokter sekaligus pengacara terbaik merupakan impian tak terduga dari
kakakku.
“Masa
bodoh” mengumpulkan beberapa potongan pakaian ka’Allred sambil merapikan
kembali kamarnya yang sudah berantakan akibat ulahku.
“Kakak
mau marah atau tidak, saya tidak akan pernah perduli” menggerutu sendiri.
Membawa ke tukang jahit tidak jauh dari rumah beberapa potongan pakaian kakak.
Merubah pakaian tersebut menjadi model pakaian gadis remaja masa kini. Beberapa
celana jeansnya berubah menjadi rok bersama jenis model hasil imajinasiku
sendiri. Memperkecil beberapa kemeja juga membentuknya menjadi seperti dress
casual buat ke kampus.
“Sangat
menarik” sambil tersenyum depan cermin melihat hasil permak jahitan…
“Gi”
teriakan kakak tidak mempercayai pemandangan depan matanya sekarang.
“Kakak,
sekarang waktunya ke kampus” berlari keluar menuju halte bis.
“Rasakan
pembalasanku nanti Gi” tidak pernah melihat kemarahan sedasyat sekarang.
Memakai
dress hasil modifikasi kemeja kakak Allred bersama sambungan beberapa pita
susun bagian bawah biar tidak terlihat mini juga ikat pinggang hasil sisa kain
dipadukan sepatu kets masa sekarang. Tidak perlu membeli pakaian baru menuju
kampus hanya membutuhkan kreatifitas tinggi. Dunia mahasiswa terbungkus
pikiran-pikiran tidak biasa tetapi menyenangkan.
“Kau
terlihat manis hari ini?” tegur Sania berjalan ke arahku.
“Sepertinya
saya mengenal warna pakaian ini” salah seorang senior tiba-tiba memperhatikan
pergerakanku.
“Diakan
salah satu penggemar berat ka’Allred” bahasa hatiku berbicara.
“Perasaan
kakak saja” Sania mengalihkan perhatian terlihat sok kenal sok akrab.
“Jelaslah
pernah melihat dan inikan hasil permak kemeja milik ka’Allred” celotehku
kembali di dasar hati.
Seniorku
paling kejam juga centil akhirnya berjalan jauh dari hadapan kami. Menikmati
masa-masa kuliah ternyata hal paling menyenangkan. Selama jam kuliah
berlangsung berbagai permasalahan mahasiswa bermunculan. Serius, bertanya,
mengantuk, tertidur, memainkan handphone tanpa terbaca oleh dosen, saling adu
argument tentang sebuah objek, menangis, tertawa menghiasi suasana ruangan.
“Jelaskan
defenisi juga hubungan antara pemimpin, management, aku dalam suatu titik
perjalanan seseorang menurut versi sendiri?” pak George melemparkan pertanyaan.
“Nilai
B plus saya berikan secara langsung bagi kalian jika menjawab pertanyaan saya”
masih melontarkan pernyataan.
“Kenapa
hanya B plus? Setidaknya A plus pak?” protes Sania.
“Kalau
mahasiswa terlalu mendapat nilai A plus-plus bisa melonjak kepalanya, ngerti?”
jawabak terkacau dosen di hadapan kami.
“Itu
namanya tidak adil pak” teriakan semua mahasiswa secara bersamaan. Keseruan
antara ruang kuliah, dosen, protes, dan para mahasiswanya sedang terjadi.
“Bisa
menjadi A jika kalian saling debat dengan ketiga kata yang telah saya sebutkan
sebelumnya. Bagaimana? Deal or no deal?” memberi kebijakan bagi mahasiswanya.
“Diam
berarti deal. Okey, siapa duluan memulai statement versi sendiri dari ketiga
istilah tersebut?” sekali lagi berkata-kata setelah kami semua dalam ruangan
membisu. Mempunyai gaya, konsep mengajar, pandangan mata, prinsip, kepribadian,
keunikan tersendiri adalah bagian kisahnya saat berdiri di hadapan para
mahasiswa.
“Ini
tidak adil namanya” protesku.
“Semakin
protes semakin mengacaukan semuanya, jadi lebih baik diam. Silahkan!” penekanan
menggambarkan makna sikap tegas.
“Bagian
dari ilmu, seni, kegiatan, proses, prinsip untuk mengkordinasi dan
mengembangkan sebuah area tertentu merupakan defenisi dari kata management.”
Jawaban Varina memulai mengemukakan …
“Defenisi
dua istilah lain?” pak George.
“Setidaknya
saya mencoba mengemukakan defenisi sendiri, sedangkan 2 istilah ingin saya
lemparkan ke arah Gilia Rehyndia Yehuda untuk menjabarkan menurut versinya” hal
tak terduga dari Vari.
“Kau
ingin menantang?” Nayah tiba-tiba bersuara…
“Seperti
itulah, sekarang ruangan ini lagi bercerita tentang pernyataan menurut defenisi
sendiri bersama perdebatan” senyum Vari mengambang.
“Berhenti
berbicara! Sekarang Gilia silahkan menjabarkan!” pak George.
“Pemimpin
bercerita tentang seseorang dengan kemampuan memimpin, mempengaruhi,
menjalankan roda perjalanan tertentu unntuk sebuah perkembangan. Berbicara
istilah AKU berarti kekuatan dalam diriku sendiri melihat peran antara pemimpin
dan management.” Mencoba menjabarkan ketiga istilah tersebut menurut versiku
bukan tokoh-tokoh berpengaruh dengan keahlian untuk membuat sebuah defenisi.
“Coba
jelaskan hubungan ketiga istilah tadi!” Sania menyerang dengan sebuah
pertanyaan bukannya dosen harus melemparkan perintah seperti ini…
“Menyatukan
antara pemimpin, management, AKU berarti kehancuran & jurang” saya mencoba
untuk saling menghubungkan ketiga kata tersebut.
“Seorang
pemimpin harus mempunyai kualitas untuk memahami management suatu area, jangan
pernah menciptakan kata AKU saat menjalani dua istilah tadi.” Salah ataupun
benar pernyataanku, setidaknya saya belajar untuk mengemukakan objek tidak
biasa…
“Kekuatan
dalam diri sendiri melihat peran antara pemimpin dan management merupakan
defenisi yang kau lontarkan, sedangkan pernyataanmu bercerita berlawanan untuk
saling menghubungkan ketiga istilah tersebut.” Inilah dunia Nayah bercerita
lain ketika berada di luar maupun dalam ruang selama jam kuliah berlangsung.
“Inilah
yang saya katakan dimana kekuatan berarti lebih berjalan pada kesombongan untuk
melihat peran pemimpin dan management, sedangkan kualitas dapat diraih ketika
seseorang memahami tahapan maupun kepribadian prinsip untuk menciptakan sesuatu
yang tidak biasa.” Versiku kembali bermain…
“Puas
dengan jawabanku?” masih seputar suara Gi lebih berbicara…
“Kenapa
dapat membuat pernyataan management adalah seni, sedangkan bagian kata tersebut
lebih tepat dibawah ke dalam pemahaman defenisi pemimpin?” Dustin salah satu
teman kampusku paling senang melakukan analisa bahkan bagian huruf tak disadari
oleh siapapun dibuat menjadi sesuatu yang menggemparkan.
“Pada
dasarnya defenisi antara pemimpin dan management hampir sama lebih tepatnya
sebelas dua belas saat mencoba menganalisa makna kedua istilah tersebut dari
versi tokoh terkemuka bagaimanapun. Seni berarti menciptakan sebuah keindahan
atau objek-objek menyenangkan. Dalam hal ini seseorang dapat menjadi pemimpin
berintegritas ketika menganggap apa yang dilakukan dalam management suatu
area/wilayah sebagai seni tanpa harus memperlihatkan kata AKU untuk berjalan.”
Vari bersama penjelasannya…
Bagian
3…
Suasana
mata kuliah pak George pasti berakhir seperti sekarang. Belajar mengerti bahwa
ketika berjalan harus dapat melihat maupun menganggap sebagai sebuah seni tanpa
harus terbebani. Keseruan saat jam mata kuliah telah berakhir menandakan
perdebatan pun selesai. Seakan semua mata tertuju padaku juga berusaha
mengamat-amati apa yang salah dalam diriku. Berjalan menuju kantin kampus untuk
mengisi kampung tengah sambil menunggu jam mata kuliah berikutnya. Terkadang
kami sebagai mahasiswa harus berada di kampus sejak pagi hingga sore hari hanya
demi menunggu para dosen. Jam kuliah tidak menentu sesuai petunjuk
masing-masing dosen membuat kami suka maupun tidak tentang jadwal harus tetap
standby di tempat.
Terkadang
numpang istirahat di kost teman terdekat setidaknya dapat beristirahat sejenak.
Menunggu pesan WA dari ketua tingkat ketika dosen berada di tempat atau
menentukan jadwal kapan masuk. “Apa yang salah dengan diriku? Kenapa semua
orang memperhatikan dari ujung rambut sampai ujung kaki?” bertanya terhadap
Sania.
“Tidak
ada sama sekali” memperhatikan diriku dari ujung rambut hingga kaki.
“Lantas”
masih memeriksa bolak balik belakangku sendiri.
“Sepertinya
saya mengenal baju yang kau pakai, tapi dimana yah?” tegur salah satu seniorku
sendiri.
“Sekarang
saya mengerti” lirihku di dasar hati. Kakak Allred merupakan idola terbaik bagi
fakultas kedokteran terlebih management yang secara kebetulan bersebelahan.
Sampai segitunya juga menghafal jenis maupun warna pakaian kakakku sendiri.
“Jenis
sepatumu tidak asing lagi buatku” Kirey salah satu seniorku sedikit terkejut.
Sepatu ini memang milik kakakku secara kebetulan ukuran kakinya sedikit mirip
perempuan. Tinggal memasukkan kertas ke dalam sepatu sebagai pengganjal biar
tidak longgar.
“Saya
hafal betul sepatu Allred, jangan-jangan kau nyuri?” menggertak tiba-tiba.
“Allred
itu siapa yah?” harus berpura-pura tidak mengenal saudara kandung sendiri.
Masih tetap pada status menuduhku sebagai pencuri sepatu sehingga membuatku
tersudut di hadapan banyak orang. Hal tak terduga tiba-tiba menarik tangan
kemudian berjalan menuju fakultas kedokteran. Desain gedung bagian dalam dari
fakultas kedokteran benar-benar unik sehingga membuatku lupa bagaimana tanganku
sedang ditarik paksa.
Desain
paling menakjubkan terdapat jembatan kaca, taman membentuk batang pohon yang
sedang mengambang sekitar pertengahan danau, jenis perpustakaan berbeda dari
fakultas manapun dan semua berada pada bagian bawah tanah dengan memakai konsep
paling unik. Desain arsitek terbaik diantara semua fakultas, pantas saja
mahasiswa kedokteran biasa jarang terlihat. Sebuah jalan mengikuti arus sungai
kecil buatan tangan manusia menghubungkan gedung laboratorium bagi fakultas
tersebut. Jembatan kaca Kristal berada pada sekitar muara gelembung-gelembung
sabun warna-warni sebagai jalan utama atau penghubung menuju perpustakaan dan
juga rumah sakit besar milik kampus. Hanya mahasiswa fakultas kedokteran saja
yang dapat memakai jalan tersebut sebagai perantara antara kampus dan rumah
sakit tempat praktek.
“Desain
arsitek paling wow,” pertama kali melihat keunikan dari desain arsitek bawah
tanah fakultas kedoketeran.
“Sepertinya
dia mencuri sepatu juga bajumu” gaya sinis Kirey ternyata membawaku ke hadapan
kakakku sendiri.
“Saya
tidak mencuri apapun” membela diri sendiri. Bagaimana tidak, ada begitu banyak
teman ka’Allred di hadapanku sekarang. Ka’Allred sendiri menggeleng-gelengkan
kepala menatap wajahku bahkan ingin segeraa memakan hidup-hidup adiknya
sendiri.
“Allred,
sepatu ini benar-benar mirip punyamu” celoteh salah satu dari mereka. kenapa
juga ka’Allred harus menutup identitas kami berdua? Berujung saya harus
mendapat perlakuan kurang menyenangkan dari para senior yang ingin mencari
perhatiannya.
“Belum
tentu itu milik Allred” salah seorang tiba-tiba berjalan ke arahku. Pertama
kali ada senior mau membela sekalipun bukan dari fakultas sendiri. Wajahnya
benar-benar manis, cakep, lembut, menggetarkan hati…
“Buktinya,
Allred tidak memakai sepatunya sekarang seperti biasa” bantah Kirey.
“Kirey
jaga mulutmu, kenapa juga langsung menuduh tanpa sebab?” pertama kali ka’Allred
menggertak seseorang demi membelah sang adik.
“Kakak
tidak salah makan,” suaraku pelan menatap wajah kakakku sendiri.
“Maksudku
betul kakak siapa namanya? Jangan langsung menuduh tanpa sebab” hampir saja…
“Tidak
mungkin juga saya memakai dress cewek, motifnya saja sama kotak-kotak biru
mudah, sedangkan sepatu milikku masih tersimpan manis dalam loker” berbicara
penuh penekanan sekaligus matanya menatap tajam ke arahku. Antara ingin memakan
diriku hibup-hidup karena merusak kemeja juga memakai sepatu kesayangannya.
Semua terdiam setelah mendengar penjelasan dari ka’Allred sendiri.
“Terbukti
kalau saya tidak mencuri barang kakak siapa namanya lagi tadi? Saya lupa”
tertawa kecil menepuk-nepuk bahu ka’Allred.
“Boleh
saya pergi sekarang?” ujarku lagi.
“Lain
kali kalau mau cari perhatian langsung bilang suka” tegur salah satu teman
ka’Allred terhadap Kirey.
“Betul,
kalau memang naksir langsung saja dan kenapa juga ketemu pakai alasan saya
mencuri segala?” sindirku sangat kesal. Saya bersumpah tidak akan pernah
menerima dia sebagai calon kakak iparku.
“Kalau
mau cari ribut jangan disini, pergi ke pasar sana!” seperti biasa bahasa dingin
ka’Allred merupakan ciri khas terkacau…
“Kakak
terimah kasih membelaku depan banyak orang” berlari kecil sambil tersenyum.
“Tidak
sakit? Tumben” suara pelan kakak Allred.
“Kalian
seperti sudah saling kenal?” ujar salah satu dari mereka.
“Bukan
kakak yang ini, lagian saya saja selalu lupa namanya” senyum terbaik…
“Maksudku
kakak yang satu ini” berbicara kembali sambil menepuk bahunya sedikit keras.
Reaksi terbaik darinya adalah terkejut…
“Berarti
maksudnya Danils” ungkap salah satu teman ka’Allred karena tidak satupun dari
mereka kukenal.
“Saya,”
ka’Danils menunjuk diri sendiri.
“Memang
siapa lagi calon dokter tercakep yang menolong saya tadi?” menepuk kembali
sekitar lengannya.
“Berhenti
berbicara” tegur ka’Allred seakan terlihat marah melihat akrab dengan temannya
sendiri. Kembali ke fakultas sendiri jauh lebih baik dari pada bertahan disini.
Seniorku benar-benar keterlaluan menganggap saya sebagai pencuri barang orang.
Pesona ka’Allred memang dapat menghanyutkan semua gadis sehingga segala cara
dilakukan demi mendapat perhatiannya. Sampai kapanpun juga saya tidak akan
pernah menerima Kirey sebagai calon kakak iparku. Bagaimanapun dia berjuang dan
pasti ada jalan menggalkan rencananya.
Sahabatku
jadi cemas karena masalah seperti ini sampai-sampai terlambat masuk jam mata
kuliah salah satu dosen terkiler. Kalau sudah terlambat begini jangan harap
bisa masuk ke dalam ruangan. Menunggu jauh lebih baik untuk dilakukan. “Siapa
yang ingin ikut arisan?” teriak Sania setelah jam mata kuliah berakhir.
“Lumayan
sebagai uang tabungan” Nayah membantu Sania.
“Arisan
perminggu atau bulan?” Vari bertanya tiba-tiba…
“Tunggu
kiamat dunia baru selesai kalau bulanan? mingguanlah” cetus Goldy.
“Berapa?”
tanyaku.
“Kalau
semua yang ada di ruangan ikut berarti sekitar tujuh jutaanlah sudah potong
pajak 1%” Sania menjawab.
“Kenapa
harus pakai pajak segala?” bertanya lagi.
“Kau
pikir menagih uang arisan itu gampang?” cetus Sania.
“Cari
manusia paling tegas buat nagih pembayaran arisan sekaligus bisa dipercaya
sebagai bendahara” Vari mengangkat bicara.
“Okey,
telah ditetapkan Nayah sebagai penagih juga bendahara” Sania.
“Kalau
begitu saya ikut” teriakanku minimal bisa dijadikan tabungan. Pada akhirnya semua
ikut mendaftar baik laki-laki maupun perempuan.
“Pembayaran
harus tepat waktu dan sadar sendiri jangan sampai sudah berteriak masih belum
sadar bayar mentang-mentang namanya lebih dulu naik” tegur Nayah.
“Tapi
si’bendahara juga harus jujur, ngerti?” bukan Dustin namanya kalau tidak
berkata seperti ini.
“Okey,
deal” Nayah berbicara sebagai bendahara arisan khusus management bisnis.
Kegiatan
arisan di kampus tidak akan pernah lepas dari hidup para mahasiswa, namun
entahlah bagi kampus lain. Menikmati masa-masa kuliah bersama hal-hal
menakjubkan. Ikut arisan merupakan kegiatan paling menyenangkan bahkan dapat
dikatakan sebagai seni. Intinya pembayaran lancar, bendahara jujur, sikap tegas
sebagai penagih tentu lebih menarik sekaligus dapat dibutuhkan sewaktu-waktu sebagai
tabungan. Suasana akan menjadi ricuh, ramai, tertawa, kacau ketika sebuah
gulungan kertas berisi nama terjatuh ke lantai.
“Namaku
pasti naik” Goldy tidak sabar menantikan sebuah gulungan kertas terjatuh setelah
seminggu berlalu.
“Namaku”
Boby mengamuk.
“Saya
dulu kenapa?” Sania memasang wajah
cemberut.
“Bisa
tenang tidak?” gertak Vari. Akhirnya sebuah gulungan kertas kecil terjatuh ke
lantai dan hal paling mengerikan adalah saling berebut mengambil benda
tersebut.
“Janisa”
teriakan Dustin menggeleng-geleng kepala.
“Kenapa
bukan namaku? Payah” gerutu Goldy.
“Bisakah
kita tukaran Janis? Nanti kalau namaku keluar baru kau ambil!” Sania memohon.
“Kalau
dunia kiamat baru namamu keluar? Bagaimana cerita?” Janis menolak.
“Kalau
saya biar medekati akhir namaku keluar tidak jadi masalah yang penting
pembayaran titik-titik akhir jangan macam-macam” suara meninggi dariku. Saya
suka bermain arisan kemudian menerima uangnya pada bagian menjelang atau bahkan
paling terakhir. Tapi permasalahannya
paling sering terjadi ketika berada diurutan-urutan akhir adalah bendahara dan
semua anggota bersikap cuek untuk membayar. Jadi, harus waspada bahkan lebih
berteriak keras biar mereka semua takut.
“Kenapa
wajahmu seperti itu?” ka’Allred mencurigai sesuatu terjadi. Kakakku terlalu
banyak curiga, saya hanya duduk termenung pada bagian kursi dekat dapur
ditegur. Masih terngiang bagaimana dia benar-benar mengamuk beberapa pakaian
kesayangannya dibawah ke tukang jahit buat permak habis. Berteriak juga berkata-kata tidak jelas ketika
sudah berada di rumah. Singkat cerita, saya mengadu pada ayah yang berujung
kakakku dapat hukuman setimpal. Sejak saat itu, dia tidak berani lagi mengamuk
juga berteriak depanku. Kalaupun marah hanya memasang wajah bengis dan dingin
seperti biasa.
“Tidak
ada” berlalu dari hadapannya menuju teras rumah. Mataku tertuju pada satu sosok
sedang menyapu halaman depan rumah. Berarti rumah sebelah sudah punya penghuni
baru rupanya.
“Hai”
sapanya sambil tersenyum, tetapi saya tetap terdiam.
“Namaku
Zelby dan sudah pasti menjadi tetangga barumu” ujarnya lagi.
“Seperti
nama adikku” jawabku.
“Kalau
huruf depan namaku diawali Z pasti ada perbedaan dengan adikmu”
“Adikku
diawali S” semangatku berkata-kata.
“Siapa
namamu?” bertanya lagi.
“Gilia
Rehyndia Yehuda, panggil saja Gi” semangatku.
“Terlalu
bersemangat” tertawa lebar di hadapanku. Mempunyai tetangga baru memang
menyenangkan. Ternyata ka’Zelby bekerja pada salah satu perusahaan yang tidak
terlalu jauh dari sekitar kompleks rumah kami.
“Saya
mengundangmu ke rumah buat ondel-ondel kecil sebagai tanda pindah rumah”
terkejut masih ada acara seperti itu di kota. Saya langsung saja mengangguk dan
segera berlari ke rumahnya. Terbuat dari tepung ketan, vanili, pewarna alami
daun suji pandan, sedikit air hangat diaduk menjadi satu. Berisi gula merah kemudian
dibuat bulat-bulat kecil dan terakhir masukkan ke dalam air mendidih yang terus
berada di atas api menyala. Tunggu setelah mengambang naik menandakan masak,
kemudian tiriskan celup ke dalam parutan kelapa.
“Wow,
enaknya” tanpa basa-basi mencicipi langsung. Ternyata menyenangkan punya
tetangga seperti ini bisa jadi teman gosip paling hot. Menghabiskan waktu seharian
di rumahnya jika jam tidak ada jam kuliah sekalipun tanpa penghuni merupakan kebiasaan terbaik yang sedang
kulakukan. Saya menganggap jika rumahnya sudah menjadi seperti rumahku sendiri.
Tidur, makan, menonton, ,mengerjakan tugas kuliah, curhat, menggosip adalah
kegiatan paling sering kulakukan saat bersama dengannya. Ka’Allred sudah
mengetahui kegiatan juga kemana saya pergi kalau lagi menghilang tanpa
menampakkan batang hidung sedikit pun selama seharian.
“Kau
mau nonton?” ka’Zelby tersenyum menghidupkan laptop kesayangannya.
“Film
apa?”
“Korea”
senyumannya masih bermain.
“What?”
tidak mempercayai apa yang ada di depanku sekarang. Selama ini saya tidak
pernah tahu tentang cerita drama Korea seperti apa, tetapi dia mengajariku.
Sambil tertawa terpingkal-pingkal menghabiskan waktu menikmati drama Korea
bersama dengannya. Mengambil semua file seluruh drama yang masih belum
kutonton. Oppa merupakan panggilan sayang bagi pria lebih tua. Hobi terbaruku
sekarang adalah tidak lagi memanggil ka’Allred dengan sebutan kakak melainkan
oppa. Kata seperti ini membuatnya jijik bahkan menganggapku kelewat narsis.
Bagian
4…
Tidak
pernah terbayangkan sama sekali teman-teman sekampusku pun ternyata doyan drama
Korea seperti diriku. “Aigo…” Sania mulai mempraktekkan kata-kata dalam bahasa
Korea. (Aigo: baik).
“Thank
you Ajussi”semakin membuat perutku sakit karena tertawa melihat tingkahnya
terhadap dosen terkiler.
“Bahasa
nano-nano seperti apa yang kau gunakan sekarang? Ajussi itu apa? Makanan atau
permen?” pak Wandy menggeleng-gelengkan kepala.
“Korban
drama Korengan pak” tiba-tiba Dustin berada di hadapan kami. Teman-teman gengku
menghabiskan waktu untuk memakai wi-fi gratis hanya demi download drama terbaru
Korea. Berada dalam ruang kelas hanya untuk melanjutkan aksi menonton drama
Korea adalah kegiatan terbaik bagi mahasiswi jurusan management bisnis. hanya
sedikit dari kami menghabiskan waktu berada di kantin kecuali para
manusia-manusia berjenis kelamin pria. Tetapi tidak berlaku bagi Goldy
sahabatku, kenapa? Hobinya juga sama dengan kami…
Terkadang
kami memakai LCD sama seperti di bioskop-bisokop menonton drama tersebut sambil
mengunci rapat pintu ruangan dan mematikan lampu ruangan jika dosen tidak masuk
atau jam istirahat. “Kenapa juga oppa memilih wanita lain?” Sania histeris
seakan tidak bisa menerima jalan ceritanya.
“Kalau
mau protes, pergi langsung ke sutradaranya” Nayah membungkam mulut Sania dengan
sebuah kalimat.
“Hyung
sangat jahat” muncul kegiatan terbaru dari Goldy.
Khusus
jurusan management bisnis kelas B angkatan terbaru memang paling ribut, kocak,
histeris, penyuka drama Korea tapi berlaku bagi kalangan kaum hawa semata.
Berbeda ketika berhadapan dengan kelas lain terlebih jurusan maupun fakultas
lain menghabiskan hidup dikantin, taman, perpustakaan, menggoda senior-senior
atau sesama angkatan sendiri, berada di mall, clabing, dan masih banyak lagi
bagian dari perjalanan mereka.
“Pak
George batal masuk hari ini karena berhalangan, jadi jadwal kuliah beliau
dipindahkan minggu depan langsung 3 jam” Dustin sang ketua tingkat mengonfirmasikan
kembali jadwal mata kuliah. Seperti dugaanku semuanya berteriak kesenangan,
tapi tunggu minggu depan pasti mereka akan mengeluh terlalu lama duduk sampai
pantat jadi tepos juga terkena ambeyyen.
“Tapi
jam mata kuliah ibu Clara tetap di jadwalkan jam 3 sore nanti, jadi terserah
mau pulang istirahat dulu atau tetap berada di kampus sebagai penunggu abadi.”
Ketua tingkat masih kembali memberi informasi jadwal kuliah. Seperti inilah
pekerjaan para mahasiswa harus menunggu dosen dari pagi hingga sore hari. Terkadang
menunggu lama, lapar, tidak bawah uang, muka kusam, badan sudah bau kiri kanan
tetapi sang dosen berkata halangan masuk. Seluruh kampus pasti mengalami
permasalahan seperti ini, kenapa? Karena hidup mahasiswa memang seperti itu
jalan ceritanya.
Berpakaian
seksi, sepatu high heels, berjalan seperti model, tertawa, dan masih banyak
lagi semua hanya ada dalam cerita sinetron tetapi realita sebenarnya sangat
berlawanan. Dapat menjahili dosen dengan segala jenis permainan sekali lagi
berlaku di dunia sinteron, kenapa? Kenyataan sebenarnya adalah jangan mencoba
bertingkah terlebih jika kampus sendiri merupakan tempat paling disiplin maupun
terfavorit. Dunia mahasiswa sangat jauh berbeda ketika berada dalam cerita
sinetron dan realita. Cerita sinetron seseorang menjadi manusia paling nakal
sedunia, tiba-tiba bertobat kemudian hanya belajar sekali dalam sekejap
mendapat IPK paling tinggi atau nomor satu. Pada dunia nyata membutuhkan waktu
untuk belajar setahap demi setahap dan tidak dikatakan hanya sekali untuk memperbaiki
diri bahkan harus mengulang semester awal kembali.
Hanya
saja, terdapat sebagian besar juga kampus selalu menilai segala sesuatu dari
keuangan. Tidak menjadi masalah absen beberapa semester yang terpenting uang
ijasah tetap dibayar lebih dari bayangan siapapun. Pendidikan mengajarkan
banyak hal bukan sekedar mendapat selembar ijasah, jadi pemikiran seperti ini
dapat menghancurkan banyak generasi ke depan. Pengalaman, pembentukan,
persahabatan, memory terbaik, keunikan, dapat memahami banyak objek merupakan
bagian terbaik menjadi seorang mahasiswa dan tidak bercerita hanya selembar
ijasah semata.
“Saya
istirahat di kostmu saja” berpaling pada Sania yang masih memperbaiki tali
sepatunya sendiri karena rumahku jauh dari lokasi kampus kalau memilih pulang
untuk sementara. Dia hanya mengangguk menandakan deal atas permintaanku.
Ternyata bukan hanya saya saja tetapi Nayah juga Goldy ikut ke kost bersama
kami. Istirahat di kost teman merupakan memory paling seru untuk di kenang.
Membeli lauk seadanya kemudian kita makan ramai-ramai bersama nasi di tempat
kost. Kehidupanku sama seperti Sania berasal dari daerah, merantau kuliah ke
kota dengan biaya harus sehemat mungkin. Ekonomi sebagian besar teman-temanku
berada di atas rata-rata bahkan orang tua mereka tergolong pengusaha termasuk Nayah
bersama Goldy.
Ternyata
banyak juga rumah kost sekitar sini namun hal paling aneh adalah kakak sengaja
memilih rumah kontrakan jauh dari kampus. Harus kuakui tempat kuliah kakak
berada di dua kampus berbeda. “Ternyata tetangga kostmu rata-rata semua tinggal
bersama saudara laki-lakinya yah?” ujarku setelah beberapa hari ini selalu
numpang istirahat untuk sementara di kostnya sambil memperhatikan situasi kamar
lain. Untuk sejenak berpikir jika hanya saya saja hidup bersama kakakku paling
terdingin sedunia, ternyata di luar sana banyak juga.
“Jangan
ribut atau berteriak keras seperti itu” Sania menutup mulutku sambil memberi
isyarat.
“Mereka
itu bukan saudara” bisik Sania.
“Lantas
sepupu, kan sama saja” balasku.
“Bukan
juga melainkan sepasang kekasih” bisik Sania kembali membuatku terkejut.
Sebagian besar mahasiswa perantauan mempunyai kisah paling menarik yaitu
tinggal serumah bersama pasangan layaknya suami-istri tanpa ikatan pernikahan. Permasalahan seperti ini di tiap daerah
manapun terlebih kota-kota besar selalu terjadi. Membohongi orang tua hanya
demi terlihat menarik, terbawa arus pergaulan buruk, membiayai pasangan tanpa
ikatan pernikahan, aborsi, dan masih banyak lagi problem mahasiswa masa kini.
Ada begitu banyak kisah nyata melahirkan diam-diam kemudian membuang anaknya di
tempat sampah. Pulang ke kampung halaman bukan dengan gelar sarjana melainkan
janin masih dalam perut tanpa seorang
ayah yang mau bertanggung jawab.
Kaget
melihat kota dan pergaulannya merupakan kalimat paling tepat bagi mereka yang
berasal dari daerah. Permasalahan lebih parah adalah sebuah adat yang disalah
gunakan oleh mereka dari beberapa suku. Konsep berpikir dimana tidak menjadi
masalah tinggal serumah sekalipun tanpa ikatan, setelah mempunyai uang baru
kemudian melangsungkan pernikahan. Terlalu disayangkan gaya berpikir sejenis
ini terus berlanjut sampai detik sekarang.
Kekacauan
lain lagi adalah sebagian dari mereka lebih memilih menjual diri demi sebuah
fashion trend zaman sekarang. Berada dalam pelukan pria tua tidak akan pernah
luput dari kehidupan para mahasiswa. Membohongi orang tua demi sebuah handphone
keluaran terbaru. Inilah kenyataan yang terjadi pada dunia kampus dimanapun
berada. Saya belajar untuk bisa menempatkan diri, beradaptasi, bertindak
hati-hati, berteman tetapi berjuang penuh untuk tidak pernah terjerumus
terlebih terjebak terhadap objek seperti ini. Terlalu disayangkan kata perawan
sudah tidak berlaku lagi di kalangan sebagian besar mahasiswa oleh sebuah
jebakan hidup.
“Berjanjilah
terhadapku Sania” tegurku.
“Tentang?”
Sania tidak memahami pernyataanku.
“Seperti
apapun jebakan permainan hidup dari kalangan pergaulan, jangan pernah merusak
hidupmu melalui perjalanan menjijikkan seperti mereka.” berkata-kata buatnya
karena menyadari hidup kami berdua berada di perantauan jauh dari orang tua.
“Berteman dan beradaptasi memang penting,
tetapi harus bisa membawa diri setidaknya tetap masih berada pada jalur sesuai
peraturan Tuhan.” Masih melanjutkan ucapan buatnya.
“Terkadang
saya berpikir, bertanya, juga menginginkan tentang sebuah trend hidup terbaik
tetapi di lain hal suara hatiku berteriak untuk tidak berlari pada jalur
jebakan.” Sania.
“Jauh
lebih baik seseorang harus mendapat ejekan terlalu kuper, kampungan, polos,
tidak mengenal perubahan dunia dibandingkan harus memaksakan diri kemudian
berujung pada jebakan dan jurang.” Kata-kata tersebut mengalir begitu saja.
Sederhana terlihat lebih menyenangkan dibanding harus memaksakan diri menjadi
orang lain dengan segala jenis brand termahal.
Semua
mempunyai waktu masing-masing, suatu hari akan terbayar setelah keberhasilan
berada dalam genggaman tangan. Menjadi orang lain memakai pensil alis setebal
mungkin, bedak termahal, asesoris, atau apapun dunia fashion bagaikan selebriti
papan atas bukanlah pilihan hidupku. Bagi permasalahan lawan jenisku sendiri,
dimana saya ingin memperlihatkan sisi natural tanpa harus menjadi orang lain.
Menerima diriku apa adanya bukan karena lapisan make up tebal melainkan saat
berdiri di hadapan seorang pria bersama tampilan sederhana sejelek apapun
wajahku.
“Akhirnya
bisa pulang juga” setelah menghabiskan satu mata kuliah dalam ruangan.
Membereskan catatan kuliah, kemudian berjalan pulang.
“Naiklah”
tiba-tiba sebuah motor berhenti begitu saja. Saya tahu persis pemilik motor
tersebut, kenapa? Setiap hari wajah dinginnya selalu terpampang di rumah.
“Kakak
tidak sakit? Kenapa mau pulang sama-sama?” terkejut melihat tingkah ka’Allred.
Berusaha menutup serapat mungkin tentang hubungan kakak-adik antara kami
berdua.
“Maka
dari itu cepat naik sebelum ada yang melihat” menarik tanganku ke belakang
motornya. Semangat penuh mengambil posisi duduk di belakang sambil tersenyum.
“Ayah
menelpon sejak tadi,” setelah kami berada di rumah.
“Kenapa
ayah menelpon?” bingung mendengar tingkah ayah di siang hari menelpon.
“Sudah
tahu jawabannya pakai Tanya lagi” kaAllred sedikit marah.
“Mana
saya tahu” bahasa paling judes buatnya.
“Karena
anak kesayangannya selalu dirindukan, ngerti?” jawaban terdengar cemburu.
“Pastilah”
tersenyum manis bahkan lebih dari kata manis malahan…
“Sepeda
motor matic di luar sana itu milikmu” baru menyadari sebuah motor matic bekas
terparkir manis depan teras rumah. Ternyata ka’Allred ketahuan tidak pernah mau
bersama denganku saat ke kampus oleh ayah. Singkat cerita, jalan keluar
satu-satunya adalah ayah sengaja menyuruh kakak membeli sepeda motor bekas buat
dipakai ke kampus. Bahagianya hidup tidak perlu repot-repot menunggu bis menuju
kampus sekalipun hanya motor bekas bukan baru sesuaikan kondisi ekonomi ayah.
Beruntung
saja sewaktu di kampung saya sudah belajar mengendarai motor matic hanya
tinggal permahir semata. Sekarang saya mulai mengerti kenapa kakak harus
menutup serapat mungkin identitas antara kami berdua. Dia hanya tidak ingin
adiknya harus dimanfaatkan salah oleh siapapun demi mengejar dirinya. Dibalik
sifat dingin kakakku ternyata masih tersimpan rasa sayang buat adiknya. “Kakak
ajari saya naik motor beginian!” pagi-pagi buta menarik tangan kakakku dari
tempat tidur.
“Gi
ini masih pagi buat belajar” kembali ke tempat tidur. Tidak mengenal kata
menyerah terus menarik paksa tangan ka’Allred biar mau mengajari saya…
“Gi
bukannya di kampung sudah belajar” terlihat kesal tidurnya terganggu.
“Masih
kaku” teriakku.
“Yah
sudah ayo naik sekarang” menghidupkan mesin motor tanpa mencuci muka atau gosok
gigi sedikitpun. Berada di tengah lapangan sepak bola kecil dan tidak jauh dari
komplek rumah belajar sekaligus menikmati suasana pagi.
“Saya
sudah bisa” berteriak kencang di tengah
kesunyian lapangan, bagaimana tidak suasana seperti masih gelap berada disini.
“Baguslah”
sikap cuek ka’Allred.
“Oppa
biar saya saja bawah motornya” tersenyum di hadapan ka’Allred.
“Narsis,
menjijikkan, paling kacau” muak mendengar sebutan oppa buatnya.
“Biarin”
membalas ucapannya. Menikmati sinar matahari mulai terbit di sebelah timur
bersama ka’Allred pertama kali semenjak menginjakkan kaki di ibukota. Jajanan
bubur ayam gerobak sekitar pinggir jalan sebagai sarapan kami pagi ini.
Mengajak ka’Allred berjalan menuju pasar membeli kebutuhan makan sehari-hari.
Wajah kesal kakak semakin terlihat tetapi saya tidak memperdulikan semua itu.
“Gi”
suara teriakan seseorang menyebut namaku keras-keras.
“Oppa
dengar suara teriakan tidak?” bertanya di tengah kerumunan banyak orang.
“Setan
mungkin berteriak di telingamu” seperti biasa membuatku kesal…
“Oppa
keterlaluan” kesal, marah, mengamuk mendengar ucapannya barusan.
“Gi”
seseorang berteriak kegirangan sambil memelukku dari belakang. Bukan main
seakan tidak mempercayai pemandangan depanku sekarang, pertemuan antara sahabat
terjadi di pasar.
“Nefrit”
tak kalah heboh berteriak keras karena kegirangan. Hubungan kontak kami berdua
tiba-tiba putus karena kesibukan masing-masing. Nefrit mengambil jurusan
perhotelan pada salah satu kampus. Siapa menyangka keinginannya menjadi salah
satu karyawan hotel berbintang merupakan bagian dari impiannya. Hidup bersama
kakak sepupunya yang sudah berkeluarga menjadi kisah hidup tersendiri untuknya.
“Hai
ka’Allred” sapa Nefrit walaupun tidak akan pernah dibalas.
“Balas
sedikit memakai senyuman kenapa?” menepuk keras bahu kakakku sendiri.
“Gi
sakit…” ka’Allred mengeluh kesakitan akibat kelakuanku. Tidak menyangka
pertemuan di pasar tadi menciptakan kesan tersendiri bagi persahabatan kami.
Mengajak Nefrit biar singgah sebentar di rumahku sebelum pulang. Dengan
senyuman, rasa senang bahkan bersemangat menerima tawaranku.
“Berarti
saya bisa kesini kapan saja meminta bantuan atau kalau minggat” seperti itulah
sahabatku bersama bahan candaannya.
“Terserah”
balasku.
“Ka’Allred
berarti bisa membantu saya belajar dong” tetap bersemangat bercerita terhadap
kakak sama seperti ketika kami masih di kampung walaupun tidak pernah dibalas
dengan senyuman ataupun kata-kata. Memory paling berharga saat kami akan
mengikuti ujian akhir sekolah dan secara kebetulan ka’Allred berada di rumah,
singkat cerita mengemis-ngemis biar bisa membantu dalam beberapa pelajaran
paling sulit. Kelakuan Nefrit adalah menangis sekeras mungkin, bertekuk lutut
setidaknya ka’Allred mau membantu. Otak Nefrit memang dikenal sangat pas-pasan
bahkan dibawah rata-rata masih jauh lebih kacau dariku. Membutuhkan waktu buat
dia mengerti satu mata pelajaran…
“Ka’Allred
pasti mau” senyum Nefrit.
“Kau
sadar tentang sesuatu?” ka’Allred akhirnya mengangkat bicara sambil membuka
pintu kulkas dapur.
“Tentang
apa?” Nefrit seperti biasa penuh semangat…
“Jurusanku
ada dimana?” sikap angkuh, dingin, judes seorang ka’Allred.
“Sebentar
lagi kakak akan menjadi seorang dokter spesialis masa depan dan pengacara
terbaik di negeri ini” jawaban Nefrit. Tidak ada satupun rahasiaku yang
tertutup jika berada di hadapan sahabatku sendiri dengan kata lain hanya Nefrit
yang tahu 2 jurusan mata kuliah kakak di tempat berbeda.
“Nyambungnya
dimana antara dokter, pengacara, dan hotel?” ka’Allred berkata-kata keras
sambil menunjuk ke arah Nefrit memakai jari tulunjuknya kemudian berlalu dari
hadapan kami.
“Sudah
tahu sifat kakakku seperti apa? Jadi, jangan masukkan di hati” mengusap lembut
wajah Nefrit.
“Saya
tidak akan menyerah, kenapa? Ka’Allred itu jenius jadi mau mengamuk
bagaimanapun saya akan tetap berjuang” penuh semangat berkata-kata tanpa
terlihat ingin menangis atau marah sedikitpun.
“Kau
memang tidak pernah berubah” memeluk sahabatku.
“Kau
pasti bisa membantuku belajar walaupun jurusan kuliah kita berdua berbeda”
Nefrit berkata-kata dalam pelukanku.
“Apa
yang dianggap bodoh dan lemah bagi dunia, bisa saja menggemparkan bahkan
membuat banyak orang tercengang-cengang suatu hari kelak.” Prinsip hidup Nefrit
untuk berjalan melewati jalur-jalur tertentu tidak pernah berubah hingga detik
sekarang.
Bagian
5…
Nefrit…
Bertemu
kembali sahabat terbaik adalah hal paling menyenangkan dan tidak dapat
dilukiskan hanya melalui kata-kata. Dikenal sebagai gadis bodoh itulah diriku
tetapi mempunyai daya tarik tersendiri. Kuliah pada salah satu kampus di
ibukota juga perjuangan menguras pikiran biar bisa lulus. Tidak perduli
kemarahan, sikap dingin, ejekan, kegeraman kakak sahabatku namun saya akan
tetap meminta bantuannya biar bisa menembus dunia suatu hari kelak. Ka’Allred
terkenal jenius dalam segala hal membuatku pantang menyerah bahkan tetap bermental
baja di hadapannya.
“Permisi”
bersuara mengetuk pintu rumah Gi.
“Sepertinya
tidak ada orang” gumamku tetap berdiri depan pintu rumahnya.
“Gi
pergi kuliah, pulanglah!” wajah ka’Allred baru bangun tidur.
“Kakak
tidak kuliah?” bertanya…
“Berhenti
ngoce dan pulang sekarang!” mengusirku pulang…
“Kalau
Gi tidak ada berarti kakak bisa dong membantu saya untuk tugas mata kuliahku
yang satu ini, please!” memohon sambil membungkukkan tubuh…
Terus
memohon, merengek, bahkan bertekuk lutut di hadapan ka’Allred dengan wajah
masih berantakan pagi-pagi seperti ini. “Bangun!” memerintah sambil menggaruk
bagian kepalanya…
“Kau
lebih parah dari Gi sama-sama mengesalkan” sekalipun ka’Allred menggerutu,
marah, geram, mengamuk, berteriak tetapi saya tidak akan pernah menyerah
meminta bantuannya.
“Memangnya
tugasmu itu seperti apa?” masih terlihat kesal menatapku.
“Dosen
itu menyuruhku mempelajari akun-akun media social baik terkenal maupun tidak
terkenal bersama berbagai artikel-artikel penjabaran di dalamnya” jawabanku.
“Hei,
setahuku jurusanmu perhotelan lantas hubungannya dengan tugas ini dimana?”
teriak ka’Allred sedikit membuatku ketakutan.
“Satu
lagi kakak membuatku bingung, harus menuangkan segala jenis kesimpulan
paradigma netisen terhadap sebuah objek yang terkadang menjebak bahkan
menghancurkan sekaligus membuat perpecahan.” Berkata-kata kembali…
“Nefrit,
pertanyaanku sebelumnya belum dijawab dan sekarang masih bercerita seputar
tugas lain lagi” suara ka’Allred meninggi…
“Kata
dosenku harus belajar memahami banyak hal, jadi tugas seperti ini tetap menjadi
bagian perhotelan sekalipun bercerita tentang dunia medsos” tersenyum manis di
hadapannya.
Ka’Allred
mengambil hand phone miliknya kemudian menyuruhku menyiapkan kertas, pulpen,
dan juga laptop tentunya. Mempelajari beberapa defenisi tentang sebuah artikel
bersama biografi beberapa tokoh tertentu. Ada begitu banyak konflik yang sering
terjadi ketika berada di dunia media social terlebih pengguna instagram, FB,
dan lain sebagainya. Tidak dapat disangkal jika media social digunakan sebagai
kegiatan untuk berkarya, mempengaruhi, membuat sensasi bagi sebuah generasi
sekarang.
Hal
lebih parah adalah pemilik akun dengan follower-follower terbanyak terkadang
membuat perpecahan sangat halus tetapi menusuk. Permasalahan lebih buruk dari
itu adalah ketidakpekaan banyak orang mempelajari caption maupun objek tertentu
dari setiap post tersebut. Karakter generasi sekarang adalah hanya tahu membuat
komentar-komentar terburuk tanpa mempertimbangkan ataupun menganalisa
pernyataan-pernyataan mereka. kekacauan terbesar adalah sebagian besar akun
seakan memancing pernyataan bersifat sensitive, tetapi memakai cara paling
halus untuk menghancurkan negaranya sendiri.
“Coba
kau buat sebuah pernyataan pada kolom komentar disini, tetapi memakai akunmu
sendiri!” perintah ka’Allred.
“Tunggu
apa lagi, sekarang buka akunmu dan buat komentar tak biasa tetapi mencekam!”
sekali lagi mencari HP android milikku kemudian melemparkan ke arahku.
“Memang
apa yang harus kutulis” kepalaku tertunduk.
“Sekarang
pelajari baik-baik bagaimana pemilik IG tersebut membuat pernyataan tentang
seorang tokoh cukup dikenal oleh public, ambil kesimpulan, dan buat komentar
menurutmu memang benar.” ka’Allred menekan setiap anak kalimat dari
perbendaharaan mulutnya.
Sebuah
postingan terlihat menjelaskan salah satu tokoh cukup terkenal di kalangan
masyarakat. Menuliskan tentang keberhasilannya di negara ini, mempunyai jabatan
penting dari beberapa perusahaan besar, memiliki keluarga harmonis sehingga
semua orang memuji dirinya. Menurut pengamatan tidak ada yang salah pada
postingan tersebut, kenapa? Menjelaskan kebahagian sebuah pertahanan keluarga
juga keberhasilan seorang tokoh terkenal sekaligus dapat menjadi teladan.
Permasalahan disini bukan pada tokohnya, melainkan satu kata dari pemilik akun
tersebut seakan ingin mempermainkan suasana.
Satu
kata tetapi bersifat sensitive bagi kalangan sebagian besar bahkan hampir
secara keseluruhan masyarakat di negara ini. Semua orang berpikir baik terhadap
sang tokoh dan itu tidak menjadi masalah, hanya saja satu kata tersebut akan
menjadi dilema paling berperan bagi kehidupan masyarakat di luar sana. Mualaf
merupakan satu kata paling dibanggakan oleh hampir secara keseluruhan
masyarakat, tetapi menghancurkan negara sendiri jika disalah gunakan oleh
berbagai media pengguna. Tetap memegang teguh ataupun perpindahan keyakinan
merupakan sebuah privasi bukan untuk menjadi bahan perpecahan ataupun memancing
banyak orang.
Kepribadian
masyarakat negara ini adalah terlalu fanatic sehingga tidak pernah berpikir
tentang menghormati atau menghargai keyakinan lainnya. Para netizen disuguhkan
dengan objek-objek artikel dengan pernyataan-pernyataan membangun tetapi juga
menyelipkan sebuah perpecahan sekaligus menghancurkan generasi sekarang menjadi
lebih buruk. “Silahkan berkomentar!” perintah ka’Allred.
Membuat
sebuah pernyataan pada kolom komentar tersebut sehingga berujung pada zona
tidak nyaman bagi diri sendiri. Selang beberapa waktu berbagai reaksi komentar
negative bermunculan dari berbagai arah menyerang dalam sekejap. Ka’Allred
menatap ke arahku sambil membaca semua komentar tersebut. “Kau takut?” pertanyaan
terkacau…
Semua
membuly komentar milikku dengan membuat tanggapan-tanggapan terkacau bahkan
paling terburuk. Iri hati, kebanyakan micin, otak ketinggian, terlalu so’,
baper, sensitive, rasis, tanda-tanda kurang didikan dan kasih sayang, aneh,
payah, harus membaca kembali topiknya sekaligus menganalisa inilah kata-kata
dari para netisen. Secara rinci pada dasarnya menyatakan tentang sosok tokoh
terbaik sekaligus mempunyai keluarga bahagia. Kesalahan terbesar bukan pada
tokoh tersebut melainkan pemilik akun menyajikan atau menyelipkan permasalahan
kata paling sensitive bahkan menghancurkan negaranya sendiri. Hanya satu kata tetapi
bagi sebagian masyarakat fanatisme sangat membanggakan sekaligus menghanyutkan…
“Sangat
terbaca dengan jelas bagaimana para netizen dengan kepribadian fanatisme
membuly habis-habisan dengan mengucapkan hal-hal tidak pantas, walaupun
komentarku sendiri bersifat ingin menegur sang pemilik akun untuk tidak membuat
perpecahan.” Mencoba menjelaskan sesuatu yang kupetik…
“Coba
berpikir tentang prinsip lebih detail!” ka’Allred terus menatap ke arahku.
“Generasi
sekarang tidak lagi berpikir tentang basic untuk membentuk maupun menghindari
perpecahan, hanya bercerita fanatisme berlebihan sehingga apapun pernyataan
untuk mempertahankan keutuhan sebuah negara dianggap sebagai sampah
menjijikkan.” Pernyataan terbaik keluar dari mulutku…
Menyelipkan
kata “Mualaf” sama saja membuat kerusuhan bagi banyak masyarakat di luar sana
dan seakan-akan ingin memperbesar atau memancing masalah melalui perpindahan
keyakinan seseorang. Bukan permasalahan tokohnya melainkan satu kata tersebut
menjadi perbincangan bagi local maupun internasional. Terkesan biasa tetapi
seakan ingin memancing, membuat permainan, menghancurkan, merusak negara
sendiri. Seperti yang telah diketahui bersama bagaimana pengaruh sebuah kata
dapat berakibat terlalu sensitive bagi banyak penganut kepercayaan lain.
Keyakinan seseorang merupakan hak dan juga sebuah privasi bukan sebagai bahan
publikasi untuk mengundang reaksi terburuk.
Terlalu
banyak pertengkaran yang sering terjadi depan mataku sendiri dan bagaimana
saling menyudutkan satu sama lain tentang sebuah keyakinan. Penyelipan mualaf
menjadi perbincangan dimana-mana, sehingga ketika berdialog bersama penganut
keyakinan lain seakan ingin menyerang
ataupun memaksakan sesuatu untuk memasuki area tersebut. Ada begitu
banyak pengalaman demi pengalaman di hadapanku sendiri bercerita lain, saling
mengejek, berselisih, bahkan menyerang penganut keyakinan lain dengan memerkan
kata mualaf atau apapun itu. Pada akhirnya berujung pada pertikaian, perang
media social, perselisihan, bahasa kutuk, kehancuran, penyakit, dan masih
banyak lagi dampak negative lain ditimbulkan. Tidak lagi bercerita tentang rasa
toleransi atau saling menghormati antara satu sama lain akibat pengaruh
fanatisme berlebihan.
“Andai
kata kau menjadi bahan bulyan setiap hari di dunia nyata dan medsos akibat
pernyataanmu pada kolom komentar tersebut, apa yang akan kau perbuat?” pertanyaan
tergila dari ka’Allred.
“Andai
kata semua itu terjadi, saya akan tetap berpegang pada pernyataanku selama
masih berada pada jalur mempersatukan.” Kalimat terbaik buatnya…
Sekalipun
semua netizen, masyarakat, atau pihak manapun bahkan bercerita jutaan orang
menyerang sekaligus membuly tetapi saya akan tetap bertahan. Semua dapat
membuly, menyerang, melemparkan pernyataan terburuk, mengutuk, mengungkapkan
bahwa pemikiranku paling terkacau di antara semuanya. Satu-satunya yang
dibutuhkan disini adalah kekuatan mental untuk belajar bertahan bagaimanapun
reaksi negative semua orang. Pada dasarnya prinsipku berkata bahwa selama jalur
yang kulewati masih pada posisi membentuk, saya akan tetap bertahan apapun yang
terjadi.
“Kau
tidak ingin menghapus pernyataanmu pada kolom komentar pemilik akun tersebut?”
sepasang bola mata ka’Allred menatap tajam…
“Saya
tidak akan pernah menghapus setitikpun sekalipun menjadi bahan bulyan buat
kehidupanku secara pribadi dari semua pihak.” Pernyataanku…
“Walaupun
semua orang berkata nada bicaraku benar-benar lancang, sangat kasar, atau
apapun itu saya akan jalani. Pernyataanku masih pada posisi bahasa dan tidak
mengeluarkan kata-kata kebun binatang, tetap berada dalam area pernyataan tepat
hanya saja banyak orang menanggapi negative.” Sekali lagi menyatakan apa yang
seharusnya dipertahankan.
Terserah
tanggapan semua orang terhadap kehidupanku sendiri. Entah bersifat menghina,
mengutuk, menjauhi, menyerang, mempermalukan, membuly tetap saya akan bertahan
selama bersifat membentuk. Kalau boleh jujur, saya mempunyai pribadi paling
keras ketika berhadapan dengan sebuah objek tertentu. Sejak kecil saya selalu
memimpikan ingin menjadi seseorang dengan mempunyai tingkat perbedaan dari
siapapun. Kalau salah maka saya akan melawan dan akan berkata semua itu salah,
tetapi jika benar maka saya akan berkata benar.
“Okey,
sekarang buat kesimpulan apa yang kau dapat dari semua dialog, pembulyan,
pernyataan, karakter, keseimbangan emosional, artikel, pola pikir sebagian
besar generasi sekarang baik ketika berada di dunia nyata maupun media social
lebih detail!” ka’Allred.
“Ketik
sesuai petunjuk dosenmu kemudian perlihatkan hasilnya!” masih melanjutkan
ucapannya. Melakukan semua petunjuk ka’Allred dimana menyajikan uraian lebih
detail tentang gambaran kisah nyata pola pikir generasi sekarang.
“Ternyata
Nefrit kemarin dan sekarang seakan mempunyai perubahan drastis” ka’Allred
sedikit menyindir…
“Terserah
pemikiran kakak seperti apa, yang penting ajarkan saya banyak hal yang tidak
kumengerti sama sekali” tersenyum menyerahkan hasil ketikanku ke tangannya.
Dapat dikatakan ka’Allred memperlihatkan sikap dingin, pendiam, judes, tidak
mau menolong tetapi kenyataannya akan luluh dengan sebuah trik.
“Gadis
aneh” sikap judes, dingin, angkuh kembali beraksi pada dirinya.
“Terserah
kakak” tetap tersenyum membalas ucapannya. Entah mengapa saya selalu merasa
aman ketika ka’Allred berada di sampingku. Apapun caranya selalu saja ada cara
mengemis terhadap dirinya biar mau membantuku dalam mengasah otakku. Sudah
menjadi rahasia umum jika saya mempunyai kemampuan otak benar-benar bermasalah
untuk berkembang. Ka’Allred banyak membantu sekalipun harus bermohon-mohon
sambil bertekuk lutut sekalian saja menangis di hadapannya. Rasa geram, marah,
seakan ingin memakanku hidup-hidup sama sekali tak pernah kuperdulikan demi
meraih mimpiku sendiri.
FLASHBACK…
“Berhenti
mengemis ingin dibantu” ka’Allred berteriak sangat keras.
“Kakak
tahu kan otakku paling berkarat diantara semua yang berkarat” memeluk kakinya
lebih tepatnya mengemis-ngemis.
“Tidak
bisa” semakin geram.
“Saya
akan terus datang meminta bantuan kakak biar mau jadi guru terbaikku” tanpa
rasa putus asa membalas perkataan ka’Allred. Seperti inilah kebiasaanku jika
berada di rumah sahabatku Gi, menjadi pengemis terbaik demi ujian kelulusanku.
Kakak sahabatku pasti pulang kampung kalau liburan tiba. Otaknya itu terlalu
encer untuk kategori mahasiswa, jadi tetap dapat mengambil jadwal liburan di
tengah-tengah kuliahnya yang padat terlebih dengan dua jurusan berbeda. Tinggal
menghitung waktu, ka’Allred bakal menjadi dokter spesialis dan pengacara tebaik
di negara ini. Jarak umur Gi dan ka’Allred sedikit jauh apa lagi dibandingkan
dengan Selby yang masih sangat kecil. Makanya ka’Allred sangat marah besar
mendengar bundanya akan segera melahirkan kembali anak ketiga.
“Tidak
ada salahnya membantu kami berdua” cetus Gi juga memohon bantuan.
“Kakak
bilang tidak pasti tidak akan pernah, ngerti?” penekanan kalimatnya…
“Allred
berhenti berucap,” sang bunda sudah berada depan kami menandakan pertolongan datang
tepat waktu. Mau tidak mau ka’Allred harus mau membantu kami belajar.
“Saya
benci bunda, sudah tua masih juga hamil” seakan ka’Allred melampiaskan
kekesalannya terhadap kami karena kehadiran Selby.
“Sadar
Allred kalau adikmu itu pemberian Tuhan” sang bunda menegur ka’Allred.
“Kenapa
juga bunda belum mengalami monopuse biar tidak hamil lagi” kekesalan ka’Allred
terlihat jelas dengan tangan membuka buku-buku pelajaran kami. Hal lebih gila
dan lucu lagi saat Selby berusia 2 tahun bagaimana ka’Allred bermain sangat
akrab bersama adik bungsunya. Sepertinya sudah mulai menerima kenyataan…
Bagian 6…
Allred Yehuda…
“Dokter
terjadi penyumbatan” keadaan ketika berada dalam suatu ruang operasi demi
menyelamatkan satu nyawa. Masih berstatus sebagai mahasiswa praktek pada salah
satu rumah sakit terkenal di ibu kota. Melanjutkan kuliah bagian dokter
spesialis memang tidak mudah khusus penanganan kardiovaaskuler. Di lain hal
harus mengatur jadwal kuliah hukum yang sedang saya jalani dan hampir selesai.
Menjadi seorang dokter spesialis sekaligus pengacara terbaik merupakan impian
saya sejak kecil. Tidak ada kata larangan bagi siapapun yang ingin berada pada
2 profesi bukan?
Flashback…
“Ayah
tidak pernah marah terhadap keputusanmu, hanya saja kau harus menjaga
kesehatanmu sendiri” tutur bahasa seorang ayah buatku saat membuat keputusan
bagi masa depanku sendiri.
“Bagaimanapun
saya akan berusaha menjalani kedua-duanya dan itu pilihan hidupku” tetap
berpegang teguh pada pilihan hidupku. Mendapat beasiswa pada salah satu kampus
terbaik di ibu kota dapat meringankan biaya kuliahku. Ayah hanya berperan
sebagai seorang petani, tetapi tidak berarti kehidupan anaknya hanya berada
pada satu area saja.
“Ayah
tidak pernah menuntut kau harus menjadi yang terbaik diantara yang terbaik dan
harus selalu nomor satu di bidang akademik apapun alasannya.” Setiap saat
ketika berhadapan denganku, tidak akan pernah bosan mengucapkan kalimat seperti
ini.
“Pernyataan
ayah tidak pernah berubah” seakan ingin tertawa.
“Cukup
lakukan yang terbaik, andai kata gagal tidak berarti seorang Allred bukan lagi
anak ayah. Selamanya kau akan tetap menjadi jagoan kecil terbaik bagi ayah,
ngerti?” mendekap anaknya dengan caranya sendiri, inilah kisah perjalanan
ayahku. Saya tetap jagoan kecil buatnya sampai kapanpun juga. Memberikan
kehangatan, pembentukan, pendidikan dengan system berbeda dari seluruh ayah di
dunia.
Flashback…
Mengatur
waktu sebaik mungkin itulah yang kulakukan saat ini. Berjuang keras agar
terpilih menjadi ketua tingkat untuk mengatur segala jadwal seluruh dosen
setidaknya tidak bertabrakan merupakan kegiatanku selama beberapa tahun.
Dikenal dingin, diam, sulit tersenyum, dan masih banyak lagi merupakan bagian
kepribadianku. Tidak ada yang tahu jika saya mengambil 2 jurusan di kampus yang
berbeda dan semua tertutup rapat. Hanya ayah, ibu, Gi, dan Nefrit sahabatnya
menyadari semua itu.
“Kakak”
wajah Gi tidak karuan menatap ke arahku.
“Ka’Allred”
semenjak Nefrit tahu rumah kontrakan ini, setiap hari tanpa bosan terus berada
disini.
“Mau
apa kemari?” seperti inilah kepribadianku dingin, judes, terlihat arrogant
terhadap adik sendiri terlebih orang lain jika tidak penting terlebih hal
berbau paling penting. Gi dan Nefrit sekarang barada di awal semester kuliah
tahun ini. Jarak umurku dan mereka dapat dikatakan sedikit jauh juga. Sekarang
saya berada di akhir-akhir semester menjadi pengacara dan juga bagian jurusan
dokter spesialis, sedangkan mereka berdua baru berada di awal tahun pertama
kuliah.
“Ka’
ajarin saya tentang perhotelan” nefrit memohon sambil berlutut lagi seperti
biasa.
“Saya
bukan anak perhotelan” geram melihat tingkah konyolnya.
“Kakak
itu kan jenius jadi diberi pembahasan bidang apa saja pasti bisa” raut wajah
menyedihkan kembali dimainkan oleh sahabat terbaik adikku.
“Tenggelam
saja di laut sana” mengambil kunci motor kemudian berlalu dari hadapan mereka.
Setiap hari tingkah konyolnya selalu membuat kepalaku sakit. Membawa laptop,
banyak buku, pulpen setiap hari minta dibantu mengerjakan tugas-tugasnya.
Kelakuan Nefrit ketika berada di kampung dan ibu kota tetap sama tidak ada
perubahan sedikitpun bahkan semakin parah. Tetap tersenyum mau dibentak seperti
apapun juga tetap berlutut memohon bantuan.
“Ka’Allred,
please” terkejut ketika membuka pintu rumah dan ternyata Nefrit masih berada di
tempat yang sama malam-malam begini.
“Kau
belum pulang?” jantungku hampir terlempar keluar…
“Sejak
tadi dia tetap bertahan seperti ini,
tidak mau pindah-pindah” wajah Gi terlihat ketakutan menyaksikan tingkah laku
sahabatnya.
“Mana
bukunya?” menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah konyol Nefrit.
“Kakak,
minumlah” tingkah laku Gi terlihat sangat ramah demi sahabat terbaiknya.
Jurusan kami berbeda tetapi menuntut untuk menolongnya, benar-benar membuatku
geram setiap saat. Mencoba mempelajari system
perhotelan, parawisata, seberapa penting dampak desain arsitek terhadap
bidang tersebut, perpajakan, tahap promosi melalui buku-bukunya. Om google pun
tidak akan luput dari semua pengamatan tentang dunia perhotelan di segala arah.
“Jangan
masuk jurusan yang sama sekali tidak kau pahami” menggertak Nefrit…
“Tapi
sejak kecil mimpiku ingin menjadi bagian terbaik di bidang seperti ini” penuh
semangat membalas ucapanku tanpa memperdulikan bagaimana suasana kegeraman,
murtad, amarah, emosional di hadapannya sekarang.
“Kakak,
makanlah kue hasil buatan kami berdua” Gi menyuap sepotong kue di mulutku
bahkan memberi senyum terbaiknya.
“Ternyata
kalian membuat kue ini selama saya tidak ada, tetapi berbohong berjam-jam
Nefrit tidak mau berpindah tempat” tidak menyangka mereka berdua…
“Maaf
kakak, semua ini salahku” Nefrit memasang wajah menyedihkan…
Begadang
demi membantu sahabat terbaik adikku menyelesaikan tugas kampusnya, itulah
keadaanku sekarang. Mengenalkan Nefrit pada tetangga sebelah rumah merupakan
kegiatan terbaru Gi. Hal lebih mengejutkan adalah terkadang mendapati suara
berteriak seperti pasar di rumah akibat kelakuan mereka bertiga dan bukan lagi
berdua. Menggosip, menonton drama korea, kegiatan memasak, dan lain sebagainya semua
sudah berpindah ke rumahku bukan lagi ke tetangga sebelah.
“Hai
Allred” sapa tetangga baru.
“Pasti
belum kenal namaku, perkenalkan Zelby” menyodorkan tangannya…
“Saya
tidak tertarik” perkataan terkejam untuknya.
“Tidak
apa-apa kalau sama sekali tidak tertarik” sifatnya sedikit mirip Nefrit.
“Saya
pasti beritahu ayah tentang kelakuan kakak” Gi sangat marah…
“Ka’Allred
ikut kami masak-masak yah” Nefrit menarik tanganku tiba-tiba menuju dapur.
Seperti inilah kelakuan sahabat adikku ketika bertemu denganku. Menyuruhku membersihkan
sekaligus memotong sayur di depannya sekarang. Gi sendiri sedang asyik
membersihkan beberapa ikan segar, sedang Nefrit dan sang tetangga melakukan
pekerjaan lain. Tema hari ini adalah acara masak-memasak bersama 3 sekumpulan
manusia centil.
“Ayam
lalapan, ikan bakar, mangga acar, nasi merah, saus sambel terasi terong pette
benar-benar lengkap” ujar Nefrit menyaksikan menu makanan di atas meja.
Pekerjaan terbaikku dimana membakar beberapa terong dan terasi sambil mengoles
minyak. Setelah itu mengulek cabe hijau, terong bakar, terasi menjadi satu
bersama garam dan penyedap rasa. Menaruh irisan bawang merah, pete goreng, dan
tidak lupa perasan jeruk puruk ke dalamnya. Siap dihidangkan sebagai saus
sambel ayam lalapan dan ikan bakar yang sejak tadi membuat wajahku berkeringat
karena asapnya di belakang rumah.
“Ternyata
dokter Allred lahap juga makan yah” Zelby sedikit tertawa…
“Benar
ucapan ka’Zelby” Nefrit menambah bahan keusilan. Kegiatan gila tapi
menyenangkan bersama 3 manusia centil di hadapanku sekarang.
“Kakak
tambah lagi?” Gi tidak menyangka ini ketiga kalinya menaruh nasi ke piringku
bahkan semua ikut menertawakan kelakuanku. Pertama kali melakukan kegiatan
seperti ini bersama adikku dan kedua sahabatnya merupakan hal terkacau
sekaligus menyenangkan juga buatku. Setidaknya suasana hatiku bahagia menikmati
makanan di hadapanku jadi acara kegeraman pergi menjauh dari hidupku untuk
beberapa saat.
Makan
sepuasnya kemudian tidur nyenyak di kamar sendiri tanpa ada gangguan. Membiarkan
mereka bertiga melanjutkan kegiatan bergosip maupun menonton serial drama korea
di kamar Gi. “Saya penasaran tipe cowok ideal menurut versi kalian berdua
seperti apa? Suara Zelby terdengar jelas ke kamarku hingga membangunkan saya
dari tidur.
“Tidak
gengsi, manis, baik, perhatian, mau belajar tentang banyak objek, tinggi, terus
bule biar bisa perbaiki keturunanlah” Gi penuh semangat berkata-kata membuatku
ingin tertawa keras tapi berusaha untuk menahan diri. Saya baru menyadari Gi
berada pada usia mulai dewasa, selama ini hanya menganggap dirinya tetaplah
anak kecil yang akan selalu merengek.
“Wow
seru juga, kalau Nefrit?” Zelby menyuruh Nefrit menjawab pertanyaan tersebut.
“Saya
kan bodoh, jadi pasanganku harus jenius biar bisa perbaiki keturunan juga”
jawaban Nefrit terkesan aneh…
“Nefrit
tidak apa-apa cowok itu mempunyai fisik paling terjelek sedunia yang penting
jenius begitu maksudnya?” Gi secara spontan membuat pertanyaan kembali.
“Masalahnya
saya juga tidak cantik, jadi, Tuhan kalau bisa wajahnya cakep sekaligus jenius
biar bisa perbaikan keturunanlah. Tidak ada yang munstahil bagi Tuhan, amin”
Nefrit menjawab dengan polosnya…
Entah
mengapa bahan dialog mereka terus terngiang di sekitar telingaku. Selama ini
ada begitu banyak gadis bergantian juga antri mencari perhatian tetapi tidak
satupun masuk dalam kategori tipekal menurut versiku. Apakah saya berada pada
zona tidak normal atau mengalami permasalahan transgender? Menurutku tidak sama
sekali, hanya saja hidupku belum mengarah terhadap pemikiran seperti mencari seseorang
yang terbaik. Saya hanya membutuhkan waktu untuk mengejar mimpi juga menemukan
tipekal seorang gadis yang sesuai dengan jalan hidupku sendiri.
“Allred,
hari ini sepertinya shiftmu malam” Danils temanku tiba-tiba menyapa di kampus.
Terkadang kami harus kembali ke kampus untuk bertemu dosen, tugas mata kuliah
terbaru, atau hal lain seperti masih mendapat kepercayaan menangani penyambutan
mahasiswa baru. Ternyata saya berhasil membujuk pihak rumah sakit biar
memberikan kebijakan jam shift akibat permasalahanku harus magang praktek pada
salah satu kantor pengacara terbaik untuk tugas akhirku di jurusan hukum
beberapa kali dalam seminggu.
“Baguslah
kalau begitu” bersikap cuek seperti biasa.
“Allred,
bukannya itu Kirey penggemar beratmu” seakan mengejek…
“Apa
yang dia lakukan terhadap juniornya?” mengamati kegiatan Kirey dari arah dekat.
“Kemarin
Gi jadi korban, sekarang mau buat keributan baru lagi” cetusku tidak bisa
membiarkan ini terjadi. Fakultas kedokteran memang bersebelahan dengan
fakultasnya, jadi kami masih dapat saling tegur sapa atau bekerja sama untuk
beberapa kegiatan tertentu.
“Kenapa
memperlakukan juniormu seperti itu?” menegur keras tingkah Kirey.
“Dokter
Allred” menghentikan kegiatan bertingkah usil terhadap juniornya.
“Nayah”
teriak Gi tiba-tiba tak mempercayai pemandangan di depan matanya…
Ternyata
korban permainan Kirey berikutnya salah satu sahabat Gi. dimana-mana Gi
mempunyai sahabat baik tetangga sebelah, sekitar kampus, teman sekampung hingga
detik sekarang. Lebih kacau lagi adalah Gi membawah Nefrit ke kampus, pada hal
tidak seorangpun menyadari jika kami saudara kandung. Jangan sampai Nefrit
keceplosan berteriak menyebut namaku.
“Ka’A…”
sebelum berhasil menyebut namaku, Gi menginjak kaki Nefrit sekaligus memberi
kode. Tidak seorangpun boleh menyadari jika saya dan Gi ternyata kakak-adik,
kenapa? Hanya untuk menghindari adikku mengalami masalah atau banyak
memanfaatkan salah dirinya. Kepalaku cukup sakit ketika banyak wanita berada di
hadapanku.
“Kalau
memang naksir sama kakak siapa lagi namanya?” Gi menepuk keras bahuku.
“Ka’Allred”
Danils menjawab pertanyaan Gi.
“Maksudku
ka’Allred, jangan buat sensasi mengganggu sahabatku dong” tegur Gi. penyakit
kumat Gi kembali mengisi ruang hidupnya. Satu-satunya junior yang berani
melawan seniornya hanyalah adikku seorang melalui beberapa cara. Kirey terlihat
ingin mengamuk seketika…
“Berhenti
memfitnah!” wow Kirey tidak bisa menerima…
“Tapi
kenyataan naksir sama dokter ini kan?” bukan Gi namanya kalau tidak melawan.
“What?”
teriak Nefrit tidak percaya bahkan menatap ke arahku seketika sehingga menjadi
perhatian.
“Maksudku,
kakak ini seorang dokter yah?” Nefrit hampir keceplosan. Akhir cerita Kirey
tidak lagi berkutik dan berujung permohonan maaf terhadap Nayah. Tidak dapat
disangkal jika sahabat Gi yang satu ini benar-benar cantik, jadi kemungkinan
besar Kirey sedikit iri terhadapnya. Cantik, ayu, lembut, anggun dapat
menggambarkan kepribadiannya.
“Kakak
terimah kasih banyak” tiba-tiba Nayah berlari ke hadapanku.
“Kau
hanya berterimah kasih terhadap manusia itu? Kenyataannya kami semua
menolongmu” teriak Gi tidak bisa menerima tingkah salah satu sahabatnya.
“Gi
mau makan denganku?” Danils membuat masalah baru menggoda adikku.
“Terimah
kasih dokter Danils tapi saya merasa tidak tertarik dengan ajakanmu” Gi.
“Memang
kenapa?” gerutu Danils.
“Saya
lagi mencari wajah bule buat perbaiki keturunan, lah dokter wajahnya tidak bisa
dipakai buat perbaikan keturunan biar anakku juga nanti wajahnya blaster.”
Jawaban spontan Gi.
Pernyataan
terkacau Gi tanpa berpikir panjang untuk berkata-kata. Saya pikir tipekal cowok
idamannya pasti berwajah ala-ala Korea seperti drama kesayangannya tetapi
ternyata tidak sama sekali. Gi memperkenalkan Nefrit di hadapan teman geng
sekampusnya hari ini. “Sepertinya Gi lupa membawa tetangga sebelah rumah buat
diperkenalkan ke semua teman kampusnya sekalian” celoteh sendiri menyaksikan
tingkah Gi dari kejauhan.
Kejadian
paling aneh lagi setelah hari berikutnya adalah sahabat kampusnya bernama Nayah
berjuang berada di hadapanku setiap hari. Entah dari mana mendapat jadwal shift
praktekku di rumah sakit ataupun ketika berada di kampus sehingga selalu muncul
seketika. Harus kuakui kecantikan natural seorang Nayah dapat menggetarkan
semua lawan jenisnya. Sisi lembut bahkan setiap bahasa tubuhnya berbeda dari
semua gadis manapun juga. Mana mungkin Gi membeberkan hubungan adik kakak
antara kami.
“Dokter,
sepertinya sibuk” suara lembut, ayu, cantik itulah gambaran Nayah.
“Nayah,
mau apa kemari?” entah harus berucap seperti apa. Tidak dapat disangkal seorang
Nayah dapat memperlihatkan sisi dewasa dari segi bahasa tubuh maupun
penampilannya jauh berbeda dengan adikku dan Nefrit masih bertingkah
kekanak-kanakan. Jenis suaranya dapat memberikan kesejukan tersendiri bagi
siapapun. Wajar saja, dia mendapat julukan primadona kampus untuk seluruh
fakultas hingga membuat Kirey iri melihatnya.
“Nayah
kenapa?” tiba-tiba Nayah terlihat histeris pertama kali di rumah sakit.
“Tolong
selamatkan papi” terus menangis sangat panik. Pasien baru di ruang gawat
darurat ternyata ayahnya. Segera berlari memeriksa kondisi, tanda-tanda vital
juga berjuang menyelamatkan pasien tersebut tidak lain adalah ayah dari Nayah.
“Bagaimana
hasil pemeriksaannya?” Professor Asdi mencoba mengamati hasil pemerikasaan.
“Aterosklerosis?” pertanyaan Prof. Asdi
berbalik ke araahku. Beberapa system pemeriksaan yang biasa dilakukan bagi
pasien aterosklerosis diantaranya elektrokardigram
(EKG), USG dopler, pemindaian (magnetic resonance
angiogram/ MRa dan CT scan). EKG dimana memeriksa aktivitas jantung hingga
menunjukkan bukti serangan jantung berikutnya. Memeriksa apakah adanya
penyumbatan arteri dengan gelombang suara sehingga memakai USG. Pemindaian
sendiri untuk memeriksa kondisi arteri. (alodokter.com)
“Hasil
pemeriksaan disini menunjukkan pasien mengalami aterosklerosis” memperlihatkan hasil foto pembuluh darah tersumbat
oleh zat lemak menumpuk (plak) sehingga terjadi penyempitan dan penebalan
arteri. Perlu diketahui gejala yang sering terjadi pada penderita
aterosklerosis adalah nyeri dada, tekanan darah tinggi, cepat lelah,
peningkatan kadar kolesterol, nyeri otot, sakit kepala, kehilangan memory atau
lebih tepatnya pikun. (autoimuncare.com).
“Kasus
aterosklerosis pasien ini cukup
parah” ungkapku kembali.
“Jadi
menurutmu? Prof. Asdi terus menatap layar di depannya…
“Perlu
pembedahan bypass/ Coronary artery bypass
graft (CABG) karena tingkat sumbatan dan pengapuran kolesterol cukup parah jadi
harus membuat jalur pembuluh darah baru dekat arteri lama yang sudah rusak.”
Menjabarkan kembali pembedahan bypass.
“Tujuannya?”
Prof. Asdi seakan memancing saja…
“Setidaknya
melalui pembuatan jalur baru sebagai jalan langsung sehingga dapat melancarkan
kembali aliran darah ke jantung juga mendapat suplai oksigen juga sari makanan
dengan baik.” Penjabaran tujuan bypass pada pasien ateroklerosis tingkat parah. Pembuluh darah baru berasal dari pembuluh
darah vena bagian tubuh lain pasien, entah dari bagian kaki atau lengan.
“Kalau
begitu beritahu keluarga terdekatnya secepatnya!” Prof. Asdi.
“Baik
Prof.” segera memanggil Nayah untuk memberi penjelasan tentang kondisi orang
tuanya saat ini. Perempuan memang seperti ini selalu menangis saat bagian
paling terdekat seakan ingin pergi menjauh dari hidup. Proses operasi segera
dilakukan sesuai persetujuan Nayah sebagai anak kandung bapak Wijaya. Menelepon
Gi agar menemani Nayah selama di rumah sakit setidaknya dapat berbagi beban
saat ini. Operasi tersebut berjalan dengan lancar walaupun kondisi pak Wijaya
sampai sekarang belum siuman karena pengaruh obat bius.
“Sekali
lagi terimah kasih karena menyelamatkan papi” Nayah dengan wajah menunduk
berkata-kata, tetapi di otakku malah mengingat bagaimana Nefrit bertingkah
seperti ini memohon bantuan.
“Tingkah
laku sama dan sepertinya sebelas dua belas” tersenyum manis.
“Dokter
bilang apa barusan?” Nayah sedikit bingung…
“Kau
harusnya berterimah kasih terhadap Tuhan paling utama, sedang ucapanmu itu
bawah ke hadapan dokter Asdi bukan buatku” berkata-kata kemudian berlalu dari
hadapannya masih mengenakan pakaian bedah. Nayah hanya hidup berdua dengan sang
ayah, sedang ibunya sudah lama meninggal. 2 hari setelah operasi tersebut, hal
tak terduga adalah Nayah meminta bantuanku kembali. Lebih kacau dari permintaan
Nefrit memohon setiap hari tentang permasalahan tugas kampus. Harus
berpura-pura sebagai pacar Nayah depan sang ayah, entah dengan tujuan seperti
apa.
“Tolonglah,
hanya sampai papiku sehat betul” berlutut depanku. Kenapa sikap Nayah &
Nefrit sama? Selalu berlutut demi sebuah bantuan…
Bagian
7…
Allred
seakan ingin terjatuh seketika menyaksikan permohonan Nayah. Berlutut, memohon,
menjatuhkan air mata setidaknya Allred memenuhi permintaannya yaitu
berpura-pura menjadi pacar Nayah depan sang ayah. “Kacau betul” Allred sangat
risih atas permintaan tersebut. Suka ataupun tidak suka harus menolong sahabat
adiknya. Gi menatap ke arah Allred seakan tak mempercayai tindakan sahabatnya
sekarang. Ternyata bukan hanya Gi menyaksikan tindakan tersebut, melainkan
Nefrit pun menjadi saksi mata bagaimana Nayah mengemis dan memohon terhadap
Allred.
“Nefrit”
satu kata berteriak jauh di dalam relung jiwa bagi Allred saat Nefrit dan Gi
berdiri di belakang Nayah di ruang khusus para dokter.
“Papi
ingin anaknya secepatnya mempunyai pasangan, kalau tidak…” kalimat Nayah
terpotong…
“Kalau
tidak?” Allred masih posisi berdiri depan Nayah.
“Papi
pasti menjodohkan saya dengan anak temannya, tidak mungkin melawan kehendak
papi dengan kondisi kesehatannya seperti sekarang” Nayah.
“Dokter
kumohon sampai kondisi kesehatan papi pulih” sikap Nayah semakin bermain dengan
isakan tangis, sedangkan Gi dan Nefrit hanya bisa terdiam tanpa berkata-kata.
“Nayah
punya segalanya mulai dari kecantikan, tubuh sempurna, anggun, ayu, terlihat
dewasa, pintar, mempunyai banyak uang pasti di luar sana banyak pria mau
menjadi pacar bohongan terlebih serius selain saya.” Allred mengubah posisi
tubuhnya seperti Nayah sehingga mereka saling bertatapan.
“Saya
hanya ingin dokter bukan yang lain” balas Nayah.
“Sebenarnya
saya tidak bisa memenuhi permintaan seperti ini, tapi saya akan mencoba
membantu sebisaku” senyum Allred pertama kali untuk seorang wanita…
“Benar
dokter mau menolong saya” Nayah segera menghapus air matanya memegang kuat jari
Allred.
“Tuhan,
kenapa seperti sakit melihat pemandangan depanku yah?” bisik Nefrit dalam hati
menyaksikan kisah antara Allred dan Nayah.
“Gi”
Nayah terkejut ketika hendak berdiri dan berbalik ternyata sosok sahabatnya
bersandar manis sekitar dinding ruang tersebut.
“Kenapa
kakak mau menyetujui permintaan Nayah?” Gi bertanya pada diri sendiri jauh di
lubuk sanubarinya. Pertama kali bagi Gi tidak terlalu menyetujui cara Allred
menolong Nayah. Walaupun dapat dikatakan Nayah merupakan sosok sahabat bagi Gi
tetapi untuk permasalahan seperti ini bukan berarti harus menyetujui keputusan
seperti ini. Hidup berpura-pura depan orang tua Nayah menjadi bagian perjalanan
Allred Yehuda. Memperkenalkan diri sebagai calon pendamping hidup bahkan
menikmati peran oleh sebuah skenario.
“Papi
sangat menyukai pilihanmu” semangat pria paruh bayah penuh semangat meskipun
cairan infus masih melilit kuat pada tubuhnya.
“Pria
dingin, cuek, pendiam, tidak menyukai suasana aneh, terkesan angkuh tetapi
berjuang melakoni perannya” hati Nefrit bercerita lain setelah memandang dari
kejauhan kamar rawat VIP.
“Menurutmu
saya bahagia melihat suasana haru di kamar VIP sana atau tidak?” pertanyaan Gi
di arahkan terhadap sahabatnya sambil berjalan melewati koridor rumah sakit.
“Nayah
juga sahabatmu kan,”kedua tangan Nefrit berada pada saku celananya berkata-kata
tanpa perlu menjawab lebih pertanyaan Gi. Sepatu kets milik Nefrit terus
memainkan batu-batuan kecil setelah di luar gedung rumah sakit. Rambut kuncir
dua terkesan menyatakan hidupnya masih berada pada kategori sifat remaja.
“Pertama
kali melihat kakakku tersenyum untuk seorang gadis, tetapi entahlah” wajah Gi
terlihat serius memikirkan beberapa peristiwa sebelumnya.
“Setidaknya
ka’Allred sedang belajar menyukai ataupun tersenyum untuk seorang gadis”
pernyataan Nefrit sambil memperbaiki poni rambut milik Gi.
“Terserah”
Gi memeluk kuat sahabatnya.
“Btw,
berapa banyak celana jeans ka’Allred kau permak sendiri?” pertanyaan menyindir
Nefrit setelah mengamat-amati penampilan Gi selama ini. Demi menghemat biaya Gi
mengambil sebagian pakaian kakaknya untuk sebuah transformasi diriya. Celana
jeans milik Allred berubah menjadi rok jeans dengan berbagai stylish terbaru.
Begitupun kemeja maupun t-shirt telah berubah bentuk melalui tangan Gi.
“Jangan
mengejekku atau memberi tahu siapapun tentang ini” gerutu Gi.
“Nayah
call,” memberi isyarat setelah memeriksa panggilan masuk.
“What?
Memang segitunya juga harus menggantikan posisi ayahmu?” mata Gi terbelalak
mendengar Nayah meminta bantuan untuk didampingi ke perusahaan milik orang
tuanya. Ka’Allred hanya sebatas berpura-pura depan orang tua Nayah, sisanya
tidak akan pernah mau berjalan. Bagaimana tidak? Ka’Allred lagi harus membagi
waktu antara rumah sakit, magang di kantor salah satu pengacara terkenal,
penyusunan skripsi tentu menolaklah.
“Sepertinya
kita berdua harus kembali ke rumah sakit” gerutu Gi.
“Saya
tidak bisa biar kau saja sendirian” Nefrit menolak balik rumah sakit.
“Memangnya
saya tidak tahu apa kalau ternyata sahabatku yang satu ini cemburu melihat
adegan aneh beberapa hari ini” sindiran Gi sedikit memancing…
“Maksudmu
apa bicara seperti itu?” rasa kesal Nefrit mulai terpancing.
“Tanpa
pernah kau sadari kalau ternyata dalam hatimu terdapat nama ka’Allred, tapi
bagaimanapun kalian berdua sahabatku jadi saya sulit berkata-kata sekarang.”
Keceplosan terhadap sahabat sendiri.
“Manusia
aneh langsung menyimpulkan perasaan sahabat sendiri” cetus Nefrit.
“Terserah,
itu hanya feelingku saja” Gi tetap memaksa sahabatnya menuju salah satu plaza
terbesar di kota ini. Memarkir bekas pemberian ayahnya kemudian mulai berjalan
memasuki sebuah gedung dengan desain arsitek paling unik dan sedikit berbeda
dari tempat manapun. Plaza terkesan aneh, kacau, objek tidak mempunyai seni
pada pandangan mata saat berada di luar area tempat tersebut.
Halaman
luar, jenis gedung, beberapa jalan tertentu menuju pintu masuk gedung mempunyai
bentuk unik tetapi seakan tidak memberikan seni. Tekstur lapisan gedung bagian
luar hanya bercerita membentuk duri, tajam, kasar, tidak mempunyai warna bahkan
terkesan suram. Halaman depan plaza menjelaskan tentang suasana panas tanpa
hiasan, pernak-pernik, debu berserakan, tidak terdapat satu jenis tanaman hijau
terlebih sebuah pot bunga untuk menyegarkan tiap pasang bola mata banyak orang.
Lantai parkiran pun mengisahkan area-area duri tajam dimana-mana membuat semua
orang takut untuk mendekat ataupun memarkir kendaraan sekitar tempat tersebut.
Pada
saat kaki berjalan memasuki gedung tersebut semua mata tidak akan berkedip sama
sekali menyaksikan desain arsitek pada bagian dalam. Dari luar terlihat hanya
membentuk satu gedung saja, tetapi ketika berada di dalam ternyata terdapat
sebuah gedung bersama hal-hal berbeda. Terdapat sebuah jembatan kombinasi
lapisan variasi anyaman bambu di selimuti kabut asap tebal seakan seseorang berada
pada sebuah daerah pegunungan. Bunga warna-warni di desain membentuk burung
merpati dan terdapat beberapa kursi bagian depan sebelum memasuki bagian lebih
ke dalam. Kursi-kursi tersebut dibuat membentuk hati dengan bahan batu-batuan
kerikil yang terdapat di sungai kecil. Hal lebih unik lagi adalah terdapat air
terjun buatan ukuran kecil tidak jauh dari barisan rapi kursi tersebut.
Gedung
membentuk awan putih lembut berada di depan air terjun buatan tadi. Bagian
dalam pusat perbelanjaan ini menyuguhkan suasana menyegarkan, warna-warna
lembut dengan konsep awan putih bersih tanpa noda pada setiap shorum dari plaza
tersebut. Terkadang seseorang terkesan sangat kasar, bahasa terlalu tajam,
ucapan menusuk lebih dari lapisan duri, seperti tidak mempelihatkan dunia etika
dan tingkat kualitas pendidikan jika mata melihat pada pandangan dari luar.
Akan tetapi, jauh berbeda saat berusaha untuk mencari bagian dalam dari
kehidupannya bercerita tentang kelembutan jauh dari pemikiran siapapun sama
seperti awan putih tanpa noda merupakan makna desain plaza tersebut. Ketulusan
hatinya merupakan gambaran dari merpati putih…
“Kalian
sudah datang” sapa Nayah mengagetkan mereka berdua.
“Wow,
tempat ini mempunyai desain arsitek paling unik ternyata” Nefrit tak berkedip
sedikitpun menyaksikan segala pemandangan di depannya.
“Sang
arsitek pendesain tempat ini mempercayai sesuatu hal” pernyataan Nayah
menyadari bagaimana kedua temannya dibuat takjub…
“Mempercayai
tentang?” pandangan Gi beralih ke hadapan Nayah.
“Jangan
pernah menilai seseorang dari luar, kenapa? Karena hidup akan tertipu pada
penampilan luar. Seseorang dengan kepribadian sangat kasar, mulut tajam, ucapan
menusuk seperti duri bisa saja jauh lebih baik bahkan mempunyai hati selembut
awan dan setulus merpati.” Jawaban terbaik Nayah menjelaskan makna kenapa sang
arsitek membuat konsep desain seperti ini.
“Justru
sebaliknya, terkadang seseorang terlihat berpendidikan, sangat lembut, benar-benar wajah malaikat tetapi
kenyataannya tidak pernah menjadi teladan bagi siapapun juga dan selalu
menciptakan kesan neraka.” Nayah melanjutkan kembali kata-katanya. Kepribadian
masing-masing orang mempunyai perjalanan berbeda-beda ketika melangkah pada
suatu area.
“Kau
akan mengajak kami kemana?” Gi bertanya lagi. Nayah hanya tersenyum melihat
sahabatnya bertanya sambil terus berjalan.
“Saya
heran denganmu, bermain arisan pada hal uangnya tidaklah seberapa dari uang
jajanmu setiap hari” kening Gi berkerut mengungkapkan apa yang ada dalam
ingatannya…
“Hanya
sebagai hiburan semata, seni kebersamaan, sekaligus nilai persahabatan” jawaban
seorang Nayah di hadapan Gi. Memasuki sebuah ruang kantor berukuran sangat luas
pada lantai paling akhir dari plaza tersebut. Mempersilahkan kedua sahabatnya
biar menikmati pemandangan luar melalui tirai tidak jauh dari kursi mereka
duduk.
“Helen,
bawah kemari segala jenis laporan baik bersifat keuangan juga pajak!” Nayah
berbicara melalui telepon…
Tidak
lama kemudian seorang wanita postur tubuh sempurna seperti model memasuki
ruangan tersebut setelah Nayah memerintahkan masuk saat ketukan pintu
terdengar. Meminta bantuan Gi memeriksa beberapa data terlihat ganjil melalui
beberapa file. Nayah menyadari betul kualitas IQ Gi saat berhadapan dengan
permasalahan seperti ini. Meminta bantuannya untuk memecahkan sebuah masalah
besar perusahaan tentang laporan keuangan, perpajakan, system saham, juga kasus
salah satu menghilangnya seorang karyawan terbaik di perusahaannya. Hal seperti
ini pula membuat penyakit jantung orang tua Nayah tiba-tiba muncul seketika.
“Apa
maumu?” Gi mencurigai sesuatu hal dari sahabatnya sendiri…
“Saya
tahu pasti kualitas otakmu, jadi kesimpulannya saya butuh bantuanmu” Nayah.
“Papi
menyuruhku mengambil kendali perusahaan dan memecahkan suatu misteri masalah
secara diam-diam, walaupun kenyataannya umurku belum waktunya untuk berdiri
sebagai pemimpin.” Nayah masih melanjutkan kata-katanya…
“Kau
ingin Gi membantumu?” mata Nefrit terbelalak mendengar ucapan Nayah.
“Perusahaan
ini berada di ujung tanduk terlebih mempunyai hutang cukup banyak karena sebuah
jebakan,” Nayah berusaha meminta mereka untuk tetap tenang dan tidak histeris.
Perusahaan besar seperti ini mempunyai misteri permasalahan tersembunyi tetapi
benar-benar tertutup rapat dari pemberitaan public. Nayah meminta mereka berdua
merahasiakan serapat mungkin tentang permasalahan tersebut sampai semua misteri
terpecahkan. Untuk kedua kalinya kembali seorang Nayah berlutut memohon bantuan
terhadap seseorang. Tidak pernah menyadari jika Allred dan Gi merupakan saudara
kandung.
Beberapa
hari lalu berlutut memohon bantuan terhadap Allred, sekarang jalannya bercerita
lain dimana dirinya berjuang mengemis memohon bantuan Gi. “Andai kata Nayah
tahu kalau ternyata ka’Allred dan Gi ternyata saudara kandung” Nefrit
berkata-kata sendiri di dasar hati menatap pemandangan depannya sekarang. Mau
tidak mau Gi harus siap menolong sahabatnya sendiri.
“Berikan
saya beberapa file perusahaan ini” ungkap Gi.
“Tidak
masalah, ambillah!” balas Nayah.
“Tapi
dibawah pulang” Gi.
“Terserah,
intinya saya butuh bantuan kalian berdua” Nayah benar-benar serius dengan
ucapannya. Gi mencoba mempelajari beberapa data-data tertentu dari file
tersebut melingkari maupun menulis pada secarik kertas beberapa kosakata yang
dapat dijadikan sebagai objek. Laporan keuangan, permainan saham, perpajakan,
beberapa ikatan kerja sama bersama perusahaan lain menjadi bagian paling utama
penelusuran. Data-data keuangan beberapa pekan terakhir menunjukkan angka
antara stabil dan tidak stabil.
“Pengurusan
perpajakan seperti kurang objektif sehingga merusak beberapa area” Gi berpikir
sendiri. Walaupun masih berstatus mahasiswa tetapi kemampuan otaknya tidak
perlu diragukan untuk beberapa area seperti ini. Dari sosok pribadi yang selalu
mengemis meminta bantuan sang kakak dan sekarang berubah menjadi berbeda.
“Kemungkinan
seseorang atau sekelompok oknum sengaja membuat jebakan permainan saham di
perusahaan ini tapi tidak terbaca oleh siapapun” Gi masih sibuk memeriksa bursa
saham bersama data-data perusahaan depan layar komputernya.
“Kenapa
belum tidur?” Gi tak menyadari sejak tadi Allred sibuk memperhatikan
kegiatannya.
“Sejak
kapan kakak jadi peduli jam tidurku?” Gi masih sibuk membolak-balikkan beberapa
lembar kertas di hadapannya.
“Gi”
nada suara tinggi Allred menarik sebuah pulpen dari tangan adiknya.
“Kenapa
kakak mempermainkan perasaan sahabatku?” seakan Gi masih kesal melihat tingkah
kakaknya…
“Jadi
karena ini Gi selalu ingin menjauh dari kakak?” Allred menyadari sesuatu.
“Saya
tahu banyak gadis ingin menjadi pasangan terbaik buat ka’Allred, tapi bukan
berarti harus mempermainkan perasaan sahabatku sendiri” rasa kesal Gi tertumpah
seketika dan melupakan semua kegiatan sebelumnya.
“Saya
mempermainkan siapa? Sahabatmu itu banyak tetangga sebelah, Sania, Nayah,
Nefrit?” bingung melihat suasana hati adiknya sendiri.
“Nayah
menyukai ka’Allred dan itu hanya akal-akalan saja biar bisa lebih dekat” Gi.
“Akal-akalan?”
Allred masih bingung…
“Nayah
benar-benar menyukai kakak sampai-sampai tidak menginginkan pria manapun
termasuk pilihan orang tuanya. Hanya saja, kalau ka’Allred menyetujui berarti
sama saja memberikan harapan buat dia.” Gi…
“Nayah
memang primadona kampus, anggun, terlihat dewasa, feminim tetapi
permasalahannya tentang perasaan terpendam ka’Allred terhadap seseorang tanpa
sadar” Gi masih melanjutkan ucapannya.
“Perasaan
terpendam sama siapa?” Allred makin bingung pembicaraan adiknya.
“Kakak
jawab sendiri,” Gi makin kesal melihat tingkah kakaknya. Segera mengusir Allred
dari kamarnya kemudian mengunci pintu dari dalam.
“Tidak
akan kubiarkan ka’Allred mempermainkan perasaan sahabat-sahabatku” Gi
mengepalkan tangan sehingga membuat pulpennya patah menjadi dua bagian. Nayah
benar-benar mencintai Allred, namun di lain hal terdapat pribadi lain tersimpan
kuat tanpa sadar dalam hidup pria pujaan hatinya. Berusaha terlihat mengagumkan
depan Allred merupakan bagian kepribadian seorang Nayah. Tidak dapat disangkal
pertama kali belajar tersenyum untuk seorang gadis itulah dunia allred, tetapi
hatinya tetap berkata lain tanpa disadari olehnya dan semua orang kecuali Gi.
“Apa
yang harus kulakukan Tuhan?” Gi berpikir keras setiap menyaksikan pemandangan
aneh saat berhadapan dengan kakaknya dan sahabatnya sendiri. Nayah masih belum
menyadari hubungan kakak-adik antara Gi dan Allred sendiri. Di lain hal Gi juga
harus membantu sahabatnya memecahkan sebuah misteri.
Bab
8…
Gilia…
“Gi
bagaimana hasilnya?” sosok Nayah terdengar melalui sambungan HP androind.
Entahkah keputusanku tepat menolong Nayah untuk memecahkan misteri terhadap
perusahaan besar milik ayahnya. Di lain hal rasa kesal buat kakakku benar-benar
nyata karena ulahnya. Mempermainkan perasaan kedua sahabatku sendiri secara
bersamaan. Sikap dingin buat Nefrit selalu ditunjukkan, namun saya menyadari
jauh di dasar hati ka’Allred tersimpan namanya saja. Permasalahannya adalah
ka’Allred masih belum menyadari perasaan seperti ini, berjuang berlari, bahkan
menyangkal setiap hal menyenangkan dari pribadi seorang Nefrit Art.
“Kenapa
kakak belajar tersenyum untukmu?” bertanya tanpa sadar …
“Gi,
apa yang kau katakana masalahnya disini berisik?” Nayah berteriak keras…
“Maksudku
kita bisa bertemu 3 jam lagi?” hampir saja ketahuan sambil mengelus dada. Nayah
mengiyakan pertemuan kami kemudian menutup saluran teleponnya.
“Gi”
tegur ka’Allred masih dengan rambut berantakan.
“Ka’Allred”
teriak Nefrit menepuk bagian punggung belakang ka’Allred tiba-tiba…
Ka’Allred
ingin mengamuk seketika memandang tingkah konyol sahabatku. Satu hal, dunia
Nefrit jauh lebih menyenangkan bagi sosok pribadi seperti kakakku dan tidak
bercerita tentang perjalanan Nayah. Sikap dingin, geram, caci maki, cuek,
angkuh, malas berkata-kata menjadi bagian ka’Allred terhadap kami berdua.
Bagaimanapun amarah, tingkat emosional kurang stabil, bahkan kegeraman dari
kakakku, namun senyum juga semangat Nefrit tetap terlihat.
“Menganggap
semua perlakuan ka’Allred bukan sesuatu yang harus di permasalahkan dari tahun
ke tahun” hatiku berbisik menyaksikan raut wajah sahabatku penuh semangat.
“Bantu
saya mengerjakan tugas kampus lagi yah” kelakuan Nefrit masih seperti biasa.
Berlutut memohon bantuan sambil merengek seperti anak kecil untuk sebuah
jawaban. Tetap bersemangat walaupun kenyataannya penolakan berulang kali sering
terjadi. Pada akhirnya hati ka’Allred luluh juga walaupun tetap memasang wajah
lebih dari kata kiler.
“Berhenti
mengemis seperti itu terhadap manusia tanpa hati” menarik kuat tangan Nefrit
keluar dari rumah.
“Mulai
detik sekarang saya yang akan menolong menyelesaikan tugas-tugasmu” sedikit
menggertak Nefrit yang masih kebingungan melihat tingkahku. Singkat cerita pada
akhirnya kami berdua menikmati perjalanan menuju sebuah tempat memakai
kendaraan roda dua. Masih bingung, berpikir, pusing menyaksikan permasalahan
sejam lalu…
“Lupakan
masalah sebelumnya dan jangan pernah mengungkit semua itu depan Nayah!”
mengingatkan Nefrit sebelum kami bertemu Nayah.
“Apa
maksudmu?” Nefrit.
“Nef,
sampai detik sekarang satupun teman kampusku termasuk Nayah belum menyadari
jika saya adik dari ka’Allred tetangga fakultas sebelah.” Berkata-kata untuk
membuat dia tersadar sebuah rahasia. Nefrit masih belum memahami jalan
pemikiran ka’Allred menyembunyikan status adiknya sampai detik sekarang.
“Kalian
ternyata sudah tiba duluan” tidak asing lagi pada sekitar gendang pendengaran
kami siapa yang sedang berkata-kata memberi kejutan. Hampir saja dialog
percakapan tadi terdengar oleh Nayah. Singkat cerita, pertemuan kami bertiga
membahas kasus permasalahan perusahaan besar milik Nayah. Menjadi pertanyaan
adalah kenapa mempercayakan sebuah kasus untuk dipecahkan terhadapku bukan
ditujukan bagi manusia berpengalaman? Mencoba mengemukakan situasi masalah dari
data-data yang telah saya pelajari semalam-malaman.
Laporan
keuangan sengaja dimainkan melalui beberapa data tetapi tak terbaca oleh pihak
manapun sehingga terlihat masih stabil tanpa ada unsur gelap di dalamnya. Penyusunan
laporan semacam ini dapat dipastikan jika otak briliannya benar-benar sempurna
untuk membuat rekapan tertentu. Beralih pada perjalanan pajak mempunyai
pengaruh kuat yang sengaja melakukan manipulasi oleh orang tersebut dengan
bekerja sama salah satu anggota perpajakan sendiri. Pada saat terjadi
kekacauan, tentu kesalahan terbesar akan terarah pada satu target. Ibaratnya
permainan kambing hitam…
“Salah
satu karyawan terbaik perusahaan ini menghilang tiba-tiba, hanya saja papi
masih berusaha menutup rapat seakan menganggap kalau dirinya sedang mengambil
cuti” Nayah seakan mencurigai …
“Kau
mencurigai dia sebagai pelaku utama?” Nefrit langsung pada inti kalimat.
“Seperti
itulah, siapa lagi harus dicurigai?” Nayah memutar kursinya ke kiri dan kanan
dalam ruangan kedap suara jauh dari keramaian. Berada di sebuah ruang
tersembunyi sekitar perkantoran gedung lain milik orang tua Nayah.
“Belum
tentu dibalik permainan ternyata orang ini pelaku utama” Nefrit.
“Atas
dasar apa ucapanmu?” mencari jawaban…
“Gi,
tidak ada bukti untuk menyimpulkan secara langsung” balas Nefrit.
“Satu
lagi, papiku bisa mendekam dalam penjara karena kasus pembunuhan” Nayah.
“Pembunuhan?”
serentak kami berdua berkata-kata…
“Sebenarnya
sebulan lalu terjadi pembunuhan tidak jauh dari plaza. Korban bernama Laras
rekan bisnis terbaik papi bahkan mempunyai saham 30% di perusahaan.” Nayah.
Nayah
menjelaskan kalau kejadian tersebut terjadi pada malam hari. Polisi masih belum
menemukan bukti kuat untuk menahan ayahnya sebagai tersangka utama. Untuk
sementara penyelidikan masih terus berlanjut demi mengumpulkan semua
bukti-bukti. Walaupun pak Wijaya alias ayah Nayah tidak berada di tempat
kejadian, tetapi hubungan kerja sama antara mereka dapat menjadi bahan
penyelidikan terkuat. Ibu Laras mempunyai 2 putra setelah menikahi pria bule di
luar negeri.
“Sepertinya
karena masalah ini papimu mengalami serangan jantung mendadak” kata-kataku
menyimpulkan…
“Entahlah,
hanya saja saya tidak ingin terjadi sesuatu dengannya” Nayah. Sesuai
kesepakatan bersama adalah berusaha membantu Nayah dan melakukan penyelidikan
diam-diam tanpa tercium siapapun terlebih media. Mencari informasi tentang
berbagai kegiatan ibu Laras ketika berada di perusahaannya sendiri maupun
beberapa tempat. Mengorek bursa saham yang selalu menjadi perhatian sang
korban. Ibu Laras mempunyai kekayaan sangat besar dikarenakan ide-ide cemerlang
juga beberapa system untuk memainkan saham-saham perusahaan selain
mengembangkan perusahaannya sendiri. Selain itu, kami mencoba mencari tahu
kehidupan kedua putranya.
Setelah
kegiatan perkuliahan, saya harus melanjutkan penyelidikan di beberapa tempat.
Seperti seorang detektif saja mencari informasi kebenaran untuk memecahkan
sebuah misteri tersembunyi. Anak pertama ibu Laras bernama Brave memegang
penting perusahaan milik ibunya, sedangkan putra keduanya bernama Juan Dalfin
hidup terpisah dari sang kakak. Memikirkan kasus pemecahan paling rumit pertama
kalinya membuat kepalaku sedikit kacau. Membagi tugas, dimana Nefrit
bagaimanapun caranya harus berjuang mencari jalan menjadi bagian terbaik Brave
putra sulung ibu Laras. Di lain sisi, saya akan mencari informasi tentang keberadaan
Juan Dalvin.
“Wajahmu
cukup lumayan buat di ajak arisan” bahan gurauan setelah merubah penampilan
Nefrit dari ujung rambut hingga ujung kaki. Tidak ada lagi rambut kuncir dua,
sepatu kets, celana atau rok jeans bahkan semua tergantikan melalui make over
terbaru dalam dirinya.
“Ternyata
cantik juga” sekali lagi menggoda dirinya.
“Kenapa
bukan Nayah melakukan penyamaran ini?” Nefrit bertanya sambil berusaha
menurunkan dressnya terlihat begitu mini…
“Tidak
mungkin Nayah melakukan ini, permasalahan sekarang papinya masih sakit terlebih
bisa saja ketahuan” menjawab pertanyaannya.
“Pakaianmu
kenapa jadi berubah drastis menjijikkan seperti itu?” Ka’Allred muncul depan
kami memakai ransel. Nefrit harus belajar menjadi gadis seksi demi sebuah peran
terkacau…
“Buat
narik perhatian ka’Allred biar tergoda terus bantu mengejarkan tugas kampusku
gitu” sifat Nefrit tak pernah berubah saat berada depan kakakku. Menepuk bahu,
memegang kuat tangan, berlutut memohon sampai merengek itulah kelakuannya.
“Bukannya
cantik malah hancur” ka’Allred seolah tidak menyukai Nefrit memakai busana
seksi.
“Ayo
Nef” masih terlihat kesal melihat wajah ka’Allred. Berusaha menjauhkan
ka’Allred dari hadapan Nefrit merupakan jalan terbaik saat ini. Minimal,
ka’Allred tidak mempermainkan perasaan sahabat terbaikku. Kegiatan sekarang
adalah memikirkan memecahkan misteri bersifat something. Berpura-pura mengalami
kecelakaan mobil milik Nayah setelah pergantian DD demi menjebak target.
“Cukup
lumayan luka pada tubuh Nefrit” mengintip dari kejauhan. Harus diberikan jempol
untuk talenta acting terbaik dalam dirinya. Urusan Brave merupakan bagian
skenario Nefrit, sekarang giliranku mencari informasi keberadaan Juan. Kehidupan
putra bungsu ibu Laras terlalu sulit untuk menemukan keberadaannya juga
mengorek informasi. Akhir cerita, saya berhasil mendapat alamat tempat tinggal
juga kegiatan sehari-hari Juan.
“Oh
my God ternyata sifat kakak adik ibarat langit bumi” melihat penampilan Juan
Dalvin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Brave penuh charisma, berwibawa,
dewasa, cakep, bersih, rapi, bahkan satu hal di usianya yang masih muda jadwal
kegiatan amalnya sangat padat. Kenapa juga tugas mendekat pada Brave harus
kuserahkan pada Nefrit. Berarti bisa menang banyak sahabatku nanti, minimal setidaknya
bisa mendapat pria jauh lebih baik dibanding kakakku.
Hancur,
berantakan, seperti tidak terawat, celana sobek kiri-kanan, seperti manusia
tidak pernah mandi saja merupakan gambaran seorang Juan Dalvin. Sangat jorok
melihat kelakuannya menggigit kuku, mengupil, menggaruk rambut berantakannya
seperti jarang keramas pada hal anak salah satu orang terkaya negara ini.
Seluruh isi perutku keluar menyaksikan kelakuannya. “Lebih dari kata jorok”
bagaimana tidak mengupil kemudian tangan dimasukkan ke dalam mulut. Masih
mendingan hidupku sekalipun berasal dari kampung tetapi tidak jorok seperti itu
atau berpenampilan kampungan habis. Hancur amat hidupnya bagaikan mimpi buruk…
Saya
butuh waktu berpikir, mendekat, mengajak kenalan karena melihat segala objek
terjorok dalam dirinya. Lebih aneh lagi tinggal di rumah sederhana alias
terpisah dari sang kakak bersama segala aset kemewahan. “Dia betul-betul anak
ibu Laras atau memang saya salah mengenal orang?” menyaksikan pemandangan
sekarang. Membeli sayur di pasar sendirian memakai sepeda kuno zaman dulu jauh
dari kata modern. Selama seminggu hanya bisa melihat sembunyi tanpa berani
mendekat serta memeriksa setiap aktifitasnya.
“Perasaan
celananya itu sudah seminggu dipakai terus belum ganti-ganti” dasar laki-laki
mempunyai kehidupan paling jorok. Kenapa wajah sedih tidak nampak pada
wajahnya? Pada hal seorang anak pasti merasa kehilangan jika orang tuanya pergi
ke dunia akhirat. Ini masih kategori berduka karena kepergiannya baru sebulan
lebih. Jangan-jangan dia hanya anak pungut atau anak haram atau tidak pernah
diharapkan hadir ke dunia.
“Ka’Allred”
jantungku berpacu tidak karuan melihat kakakku berjalan ke arahnya. Segera
mungkin mencari tempat persembunyian paling aman biar tak ketahuan. Tanpa
pernah kusangka sama sekali kalau ternyata halaman tempat Juan keluar masuk
beberapa hari ini adalah kampus hukum terbaik di ibu kota. Universitas the
Passion terkenal sebagai fakultas hukum terbaik jauh mengalahkan kampus lain.
Ka’Allred benar-benar jenius lulus di 2 kampus terbaik di negara ini.
“Minggir”
suara nada Juan terdengar jelas tidak menyukai ka’Allred.
“Preman
kampus” sindiran ka’Allred tertawa sinis.
“Setidaknya
semua orang takut terhadapku” Juan tak kalah sinis membalas…
“Kecuali
saya. Camkan baik-baik kalau saya tidak akan pernah tunduk di depanmu”
mendorong kepala Juan hanya memakai jari telunjuknya. Pertama kali melihat
ka’Allred benar-benar memperlihatkan rasa benci paling mendalam terhadap
seseorang. Mereka berdua saling bermusuhan satu sama lain. Juan Dalvin calon
pengacara terburuk atau terbaik bagi negara ini? Hanya Tuhan saja menyadari
kejadian 5 menit ke depan apa lagi bercerita kelak.
“Jangan-jangan
mau adu otot” ketakutan melihat bahasa tubuh mereka berdua. Tuhan, jangan
sampai mereka berdua benar-benar berkelahi. Kenapa juga ambil jurusan hukum
kalau karakter mereka seperti ini? Tuhan mendengar doaku seketika dimana salah
satu dosennya hadir begitu saja di tengah mereka berdua sehingga perkelahian
pun batal terjadi.
“Kau
siapa? Kenapa sejak tadi mengikutiku?” nada seram, pandangan kiler tertuju
padaku.
“Mampus”
memukul kepala sendiri…
“Jelaskan
padaku!” pergelangan tanganku sakit dipegang olehnya. Beruntung saja ka’Allred
tidak menyadari keberadaan adiknya.
“Saya
pengagum rahasiamu” wajah ketakutan, tubuh gemetaran, tangan mengerang
kesakitan.
“Berhenti
bergurau! Saya benci manusia pembohong” penekanan Juan…
“Saya
benar-benar pengagum terberat kakak” membalas jawabannya.
“Pertama
kali saya mempunyai pengagum rahasia, yang betul saja” Juan melepas tangannya.
Hal lebih menjijikkan lagi adalah mengupil kemudian kotoran hidungnya di gores
pada wajahku. Seluruh isi perutku untuk hari ini benar-benar keluar seketika…
“Masih
mau menjadi penggemar rahasiaku?” Juan masih memainkan kotoran hidungnya pada
wajahku paling manis juga menggemaskan…
“Kakak
keterlaluan” berteriak bahkan masih memuntahkan isi perutku. Lebih kacau lagi,
jari telunjuk kanannya mengorek kotoran sekitar giginya, setelah itu bajuku
menjadi sasaran membersihkan kotoran giginya.
“Menjijikkan”
bagaimana tidak tangan sudah masuk ke mulut, kemudian dibersihkan memakai
pakaianku.
“Ini
pelajaran buatmu, kenapa? Kau pikir saya terlalu bodoh untuk menyadari
seseorang terus mengikuti segala aktifitasku.” Juan…
“Kenapa
kakak tidak langsung berada di hadapanku langsung?” masih muntah…
“Menunggu
waktu paling tepat, ngerti?” Juan tertawa puas.
Seorang
calon pengacara paling terjorok sedunia bersama penampilan hancur, berandalan,
rambut berantakan, ketombean bisa jadi kutuan, sandal jepit, celana sobek kiri
kanan jauh berbeda dengan penampilan ka’Allred. Bule paling jorok di antara
semua hal terjorok sedunia. Kesalahan terbesarku adalah lebih memilih mencari
informasi tentang Juan dibanding kakaknya. Mana mungkin menyuruh Nefrit kembali
saling bertukar peran. Semua ini gara-gara Nayah membuat kami berdua terjebak
masalah serius.
Mau
tidak mau harus mencari jalan biar Juan sama sekali tidak menaruh curiga atas
sikapku atau bahkan bertemu muka langsung dengan ka’Allred. Bagaimanapun juga
sudah terlanjur basah, jadi harus tetap dijalani suka maupun tidak suka. “Gi
fighting” memberi semangat pada diri sendiri.
“Oppa
harus percaya padaku” membuatnya percaya kalau saya adalah penggemar
terberatnya.
“Setahuku
hanya Allred saja memiliki penggemar wanita dimana-mana” masih belum percaya.
Kesimpulannya, satu pun gadis tidak akan pernah bertekuk lutut di hadapan Juan
terlebih menjadi penggemarnya. Bagaimana tidak, dia benar-benar jorok…
“Siapa
itu Allred?” berpura-pura tidak kenal segala. Kalau ka’Allred sadar bisa-bisa
saya di adukan pada ayah.
“Manusia
sok suci, merasa paling jenius, sombong, dingin, hancur, selalu mengatur jadwal
mata kuliah seenaknya, tergila-gila menjadi ketua tingkat setiap tahunnya, dan
masih banyak lagi…” umpat Juan…
“Kesimpulannya
kakak iri sama manusia seperti itu” sindirku…
“Saya
hanya tidak menyukai dia terus mengatur
jadwal kuliah dari dosen semaunya tanpa memikirkan peran kami semua”
cetusnya. Saya tidak bisa mengamuk juga terhadap ka’Allred dikarenakan 2
jurusan mata kuliah tersulit harus di jalani secara bersamaan. Ka’Allred harus
mengatur jadwal antara praktek rumah sakit, magang di kantor notaris, sekaligus
waktu kuliah. Singkat cerita, pada akhirnya Juan mau percaya juga kalau saya
adalah penggemar rahasianya. Hanya karena misteri kematian ibunya sampai harus
menderita seperti ini…
Bagian
9…
Akibat
perannya sebagai fens sejati Juan Dalvin sehingga seorang Gi dituntut mengekor
setiap saat selama beberapa waktu. Keterpaksaan merupakan kamus terbaik bagi
kasus semacam ini. Biasanya manusia seperti itu tidak menyukai jika seseorang
terus saja mengekor, tetapi berbeda cerita bagi kepribadian Juan. Senyum-senyum
sendiri saat wajah Gi terlihat aneh menyusuri jalan-jalan ibu kota. Sengaja
berjalan kaki dari satu jalan ke jalan lain untuk membuat Gi kelelahan penuh
keringat.
“Karena
kau penggemar pertama, sejati, terbaik buatku jadi tidak masalah mengekor
kemanapun saya berpetualang” Juan tersenyum aneh.
“Menjijikkan”
mulut Gi mengumpat menyaksikan kelakuan Juan seperti biasa mengupil kemudian
memasukkan ke dalam mulutnya. Hal terkacau lagi adalah sengaja mengambil ujung
lengan baju Gi dan selanjutnya membersihkan bagian depan giginya.
“Saya
bersumpah tidak akan pernah bertemu dengannya lagi setelah masalah Nayah
selesai, oh my God” berteriak kesal dalam hati. Berusaha menahan emosi akibat
kelakuan Juan Dalvin salah satu anak konglomerat di negara ini. Tuhan, masih
jauh lebih baik menghadapi kepribadian ka’Allred dibanding dunia Juan.
Pekerjaan Gi sekarang adalah sebelum maupun sepulang kuliah harus beralasan
menemui Juan.
Sesuai
kesepakatan dimana Nayah akan menyelesaikan seluruh tugas-tugas kampus Gi dan
Nefrit selama beberapa waktu sampai masalah terpecahkan. Walaupun Nayah sama
sekali kurang paham mengenai perhotelan tetapi harus membantu dalam hal ini. “Ka’Allred”
sapa Nayah berlari kecil…
“Seperti
biasa Nayah selalu saja mengekor ka’Allred” Gi melihat pemandangan tidak jauh
sekitar tempatnya berpijak.
“Ka’Allred
sudah makan?” tutur lembut seorang Nayah seorang primadona kampus. Harus di
akui wajah cantik Nayah dapat membuat semua pria mengglepek-glepek. Pertama
kali bagi seorang Allred bersikap lembut juga tersenyum setiap saat depan
seorang gadis. Walaupun perubahan Allred nampak depan Nayah, tetapi Gi masih
belum percaya tentang perasaan kakaknya sekarang.
“Kenapa
juga saya mau membantu Nayah? Pada hal di lain tempat seseorang terluka” Gi
menggerutu sendiri memukul-mukul kepalanya.
“Dari
pada melihat pemandangan kacau lebih baik kabur” menyalakan mesin motornya
menjemput Nefrit di kampusnya. Nayah dan Nefrit merupakan sahabat terbaik buat
Gi, namun di lain tempat Allred juga berperan sebagai kakaknya. Hanya memakan
waktu 15 menit untuk berada pada sebuah kampus sederhana berbeda dengan tempat
kuliah lain.
“Gi”
teriak Nefrit penuh semangat.
“Naiklah!”
Gi menyodorkan sebuah helm ke tangan Nefrit. Melepas stress dengan jalan
menghabiskan waktu beberapa saat menikmati suasana siang hari di sekitar
dermaga.
“Ice
creamnya enak” Nefrit.
“Kau
kembali dengan kuncir 2 saat di kampus” Gi menarik salah satu bagian rambut
kuncir Nefrit. Mereka berdua tertawa lepas walaupun panas terik tetapi
membiarkan tubuh tersengat matahari. Gi bercerita banyak tentang Juan Dalvin
bersama kehidupan terjorok yang belum pernah dialami sebelumnya. Perut Nefrit
sakit karena tertawa keras mendengar curahan hati sahabatnya. Menyesali diri
membantu Nayah termasuk lebih memilih berada di hadapan Juan.
“Itu
pilihanmu dan bukan salahku” Nefrit mengingatkan bagaimana Gi disuruh memilih.
Kesalahan terburuk yang pernah dilakukan bahkan tidak mungkin untuk bertukar
peran lagi kecuali mereka berdua saudara kembar.
“Bagaimana
dengan Brave?” Gi mengalihkan…
“Ka’Brave
mempunyai sisi charisma terbaik, lembut, mapan, dewasa, berjiwa social, dan
masih banyak lagi hal menarik. Masalahnya adalah saya sulit menemukan jalan
mengorek informasi mengenai ibunya.” Nefrit…
“Sama
sepertiku membutuhkan waktu tepat mengorek informasi” Gi menarik nafas.
“Berarti
kau benar-benar melupakan perasaanmu terhadap ka’Allred?” wajah Gi berkerut
mengingat sesuatu hal lain.
“Kenapa
kau selalu berkata sahabatmu ini mempunyai perasaan mendalam buat…?” Nefrit
balik bertanya…
“Sejak
memakai seragam sekolah juga saya merasa kalau kau menyukai kakakku, hanya saja
mungki kau tidak menyadari atau berusaha menutupi semuanya” Gi
menggeleng-geleng kepala sendiri..
“Masa
iya sih?” sikap Nefrit terkesan biasa-biasa saja.
“Saya
lupa” Gi berteriak keras. Segera berdiri dan hal selanjutnya adalah berlari
mencari motor kesayangannya. Hari ini harus menemui Juan Dalvin manusia
terjorok yang pernah ada bagi pemikiran Gi. Meninggalkan Nefrit seorang diri di
dermaga…
“Berikan
saya kekuatan Tuhan menerima sikap jahil manusia jorok sedunia” bergumul sepanjang
perjalanan ke tempat Juan. Mata Gi terbelalak setengah mati saat motornya
terparkir total depan rumah sederhana milik Juan. Sekumpulan manusia-manusia
aneh membuka pintu dengan penampilan-penampilan aneh juga.
“Kakak
rambutnya lucu”salah satu dari mereka memegang anak poni rambut Gi.
“Makan
dulu” sebuah suara berteriak depan pintu rumah.
“Hore”
mereka semua serentak berteriak memecahkan gendang pendengaran Gi. Objek
terbaru Gi sekarang adalah mengamat-amati cara mereka berbicara, pergerakan,
makan antara satu sama lain. Kenyataannya adalah mereka sekumpulan
manusia-manusia yang sedang mengalami depresi sehingga berada pada batas gangguan
kejiwaan level tinggi alias gila. Juan memungut mereka di jalan, singkat cerita
merawat bahkan berusaha memberikan kasih sayang terbaiknya. Tidak mudah
menjalani kehidupan seperti ini, tetapi Juan berbeda bagi kebanyakan orang.
Ada
begitu banyak hal membuat seseorang mengalami gangguan kejiwaan. Permasalahan
ekonomi, keluarga, pemerkosaan, terbuang, penyakit, bahkan kasus lebih parah
terlalu jenius sehingga mengalami gangguan mental. Juan menjadi bagian terbaik
buat kehidupan mereka tanpa seorangpun menyadari semua itu. Memandikan,
berusaha menjadi sahabat untuk menenangkan saat salah satu dari mereka
berteriak histeris atau memegang sebuah benda tajam, merawat, juga memberi
makan.
“Anakku
pasti datang” seorang ibu berkata-kata sendiri memegang sebuah boneka.
“Ini
berarti rumus sains…” mencoret-coret kertas bersama segala jenis rumus sains
membuat Gi ingin tertawa melihat pemandangan seperti ini.
“Lepaskan”
suara histeris berkumandang pada salah satu kamar di rumah tersebut. Ternyata
trauma masa lalu akibat pemerkosaan membuatnya harus mengalami gangguan mental
panjang.
“Bagaimana
dia menghadapi mereka semua?” Gi bertanya-tanya pada diri sendiri.
“Makanya
saya butuh bantuanmu” Juan mendengar suara Gi.
“What?”
Gi hampir tidak percaya.
“Ibu
yang selalu membantuku pulang kampung, jadi tidak mungkin juga saya memandikan
beberapa gadis disini” Juan menyerahkan perlengkapan mandi seperti sabun, sikat
gigi, odol, sampo ke tangan Gi.
“Saya
takut” Gi seakan ingin menangis.
“Gunakan
otakmu dan juga hatimu menghadapi mereka” seorang Juan mengajarkan Gi tentang
sebuah perjalanan hidup melalui pernyataan seperti ini. Melihat cara Juan
bersikap terhadap mereka melalui cara yang tidak biasa. Calon pengacara
terjorok mempunyai sisi lain bahkan tersembunyi dari semua orang.
“Kakak
makan” salah seorang gadis kecil memberikan permen lolipop ke mulut Juan.
“Terimah
kasih gadis kecilku” memeluk hangat gadis kecil depannya. Gi mencoba bersikap
hati-hati berbicara dengan mereka semua. Memeluk hangat mereka sambil berdoa
merupakan kegiatan rutinitas seorang Juan setiap pagi.
Awalnya
Gi ketakutan menghadapi respon manusia-manusia depannya, tetapi lama-kelamaan
rasa takut itu menghilang. Beberapa dari mereka telah kembali pada tahap
manusia normal seperti kehidupan di luar. Membutuhkan waktu entah bersifat
pendek, sedang, bahkan panjang untuk membuat mereka kembali pada kehidupan
normal. Bagi seorang Juan tidak ada hal yang mustahil untuk menyembuhkan
penyakit gangguan mental seperti ini sekalipun berada pada level paling
terparah.
Sebagian
dari mereka juga sudah kembali melanjutkan pendidikannya bahkan bekerja di
beberapa perusahaan ibu kota. Kasih sayang dan perjuangan Juan memberikan hasil
luar biasa. Ternyata demi menghidupi sekaligus biaya kuliahnya sendiri, Juan
berkeliling menjual cakar alias pakaian import bekas. Mahir dalam pengelolaan
uang menjadi bagian terbaik hidupnya. Tidak hanya itu dimana Juan mempunyai
tempat berjualan di pasar-pasar tradisional.
“Kenyataan
sekarang hidupnya tidak pernah bergantung pada kekayaan ibunya bahkan satu sen
pun” suara hati Gi bergema melihat Juan berteriak keras di pasar untuk
menjajahkan pakaian-pakaian bekas.
“Cakar
cakar cakar, buka baru tinggal di pilih” Juan berteriak sekeras mungkin
menjajahkan pakaian bekas sekitar pasar tradisional selain berkeliling.
“Seorang
calon pengacara paling jorok sedunia ternyata penjual cakar alias pakaian
bekas” Gi berkata-kata sendiri seperti orang gila.
“Kenapa
berdiri disitu? Bantu saya menjual cakar!” perintah Juan melemparkan beberapa
pakaian cakar ke wajah Gi.
“Saya”
Gi menunjuk diri sendiri dengan wajah asam.
“Kau
adalah penggemar setiaku, jadi antara penggemar dan idola harus saling
membantu” Juan mengepalkan tangannya penuh semangat.
“Buka
baru buka baru tinggal dipilih” Gi belajar berkata-kata seperti Juan.
“Kalau
berteriak harus semangat biar orang-orang pada berhamburan kesini” menepuk
punggung Gi.
“Cakar
keluaran terbaru” Gi berteriak sekeras-kerasnya di pasar tradisional.
Pengalaman terbaru menjadi penjual cakar with calon pengacara terjorok yang
pernah ada. Kalau Juan tidak berada di tempat, maka beberapa orang rumahnya
bergantian untuk berjualan. Orang-orang tersebut bekas dari mereka yang
mengalami gangguan jiwa bahkan dapat beraktifitas tanpa kendali obat dokter
sejenis apapun. Kasih sayang, doa, harapan, iman, perjuangan Juan membuat
mereka mempunyai kehidupan baru seperti manusia normal lainnya. Menikmati masakan
sederhana tetapi memberi makna dan pandangan hidup itulah dunia Juan.
“Tuhan,
sepertinya saya salah menilai dia” suara hati Gi berbisik saat sebuah payung
pemberian Juan melindungi tubuhnya. Juan membiarkan tubuhnya basah demi
melindungi Gi dari derasnya hujan sekitar jalan kecil tidak jauh dari pasar
tempatnya berjualan.
“Jantungku
berdetak keras” kembali hati Gi bergema sendiri menatap ke arah Juan.
Juan
dibesarkan oleh neneknya dengan kehidupan sederhana tanpa pernak pernik
kemewahan. Putra bungsu ibu Laras yang satu ini tidak pernah ingin bergantung
pada kekayaan orang tuanya satu senpun. Menurut informasi beberapa kali ibu
Laras dan Brave kakaknya membujuk untuk tinggal bersama tetapi Juan terus
menolak. Lebih baik memilih hidup di rumah sederhana bersama sekumpulan
orang-orang yang mengalami penyakit gangguan mental setelah neneknya meninggal
dibanding menikmati kekayaan ibu kandungnya.
“Gi
akan kuperkenalkan dengan seseorang” senyum Juan terukir. Juan membawa Gi
bertemu seseorang setelah hujan berhenti. Sebuah ruangan penuh dengan
mesin-mesin, peralatan-peralatan, dan masih banyak lagi memenuhi tempat
tersebut.
“Hai
Juan” sosok tidak asing bagi Gi menegur Juan sambil berlari kecil.
“Kenapa
dunia ini begitu sempit?” Gi tak sadar berkata-kata melihat siapa yang ada di
hadapannya sekarang.
“Gi”
terkejut melihat Gi…
“Dunia
tak selebar daun kelor ternyata” senyum kecut Gi melihat tetangga sebelah
rumah...
“Kalian
saling kenal?” Kening Juan berkerut.
“Ka’Zelby
tetangga sebelah rumahku” Gi sedikit cemberut melihat keakraban antara Juan dan
Zelby.
“Kami
berdua hanya sahabat, tenang saja” bisik Zelby ke telinga Gi menyadari sesuatu.
“Benar”
Gi tanpa sadar berteriak sehingga perhatian Juan beralih ke arahnya.
“Benar
apa?” Juan tidak mengerti maksud kata tersebut.
“Bukan
apa-apa” balas Zelby. Perasaan lega dalam diri Gi mendengar pernyataan Zelby
tentang hubungannya dengan Juan. Hanya ingin memecahkan sebuah masalah tentang
kematian ibu Laras juga permasalahan perusahaan milik orang tua Nayah berujung
pada kehidupan cinta pertama Gilia Rehyndia Yehuda.
Gi
baru menyadari pekerjaan tetangga sebelahnya sekarang. Bergerak di dunia ilmuan
merupakan bidang perjalanan Zelby. Bekerja sama dengan sebuah perusahaan besar
luar negeri untuk menciptakan suatu teknologi terbaru di dunia transportasi
zaman modern. Hal terbaru lagi tentang pekerjaan sampingan Juan adalah menjadi
asisten terbaik Zelby beberapa kali dalam seminggu. Zaman modern menuntut
perubahan terbesar di dunia teknologi untuk segala bidang termasuk dunia
transportasi.
Transportasi
rancangan Zelby masih dalam proses hasil imajinasi. Jenis transportasi ini
dapat dikatakan terbaru karena berjalan tanpa seorang pengemudi. Memakai kartu
berisi voucher untuk membuatnya berjalan. Dapat dihubungkan langsung dengan
beberapa area tertentu seperti hotel, bandara, taman bermain, mall, ataupun tempat-tempat
wisata bakan dibuat jalur keluar negeri. Salah satu contohnya transportasi
tersebut langsung terhubung antara bandara dan hotel untuk lebih memudahkan.
Seseorang
hanya menekan sebuah tombol seperti lift pada umumnya untuk mendatangkan transportasi
tersebut memakai kartu berisi voucher. Singkat cerita, pintu kotak transportasi
ini akan terbuka dengan sendirinya. Pada saat berada di dalam, kartu voucher
kembali dimainkan entah bersifat gesek atau hanya scan untuk membuka program
pada layar computer yang telah tersedia. System yang digunakan pada program
adalah layar sentuh, mengetik kata “hotel” dimana akan memunculkan segala
nama-nama hotel yang telah bekerja sama dengan jalur transportasi tersebut.
Akhir cerita, transportasi tersebut secara otomatis dan langsung berjalan
menuju hotel sesuai pilihan. Dalam kotak tersebut terdapat kursi memuat
beberapa orang dan lemari penyimpanan barang, televisi, sedangkan pada layar
telah berada pada program otomatis sesuai perkembangan teknologi. Mempunyai
tingkat kecepatannya di atas rata-rata untuk transformasi jalur transportasi
darat bahkan lebih cepat dari sebuah pesawat.
Seandainya
kartu voucher habis dapat melakukan isi ulang atau pembelian terbaru.
Transportasi ini dapat bekerja sama dengan pihak-pihak tertentu yang memang
ingin memang ingin mengembangkan bisnisnya seperti rumah makan, hotel,
tempat-tempat wisata. Seseorang tidak perlu lagi antri membeli tiket seperti
transportasi lain atau ketakutan karena batal berangkat oleh sesuatu dan lain hal,
kenapa? Dimana kartu voucher ini berfungsi tanpa batas sebagai kunci untuk
menjalankan transportasi tersebut. Tenaga atau energy untuk menjalankan
transportasi ini dapat berasal dari bahan bakar minyak atau listrik. Untuk
menghindari tindak criminal, teroris, narkoba, dan beberapa kejahatan lain maka
akan di buatkan sebuah post kecil dimana dapat mendeteksi segala sesuatu
sebelum memasuki area kotak transportasi tersebut. Di tempat post tersebut
terdapat mesin pendeteksi yang bisa memeriksa apapun sampai bagian paling sulit
di jangkau.
“Bagaimana
system kabel-kabel ini berfungsi bersama jenis transfomasi dari transportasi
terbaru” Zelby mencoba mengamati jenis-jenis kabel di ruangan penuh berbagai
macam peralatan dan mesin-mesin. Kegiatan Zelby saat melakukan uji coba untuk
jenis kabel-kabel yang harus di gunakan.
“Ka’Zelby
minumlah” Gi menyodorkan sekaleng minuman dingin menyegarkan.
“Juan
lagi tidak di tempat, sekarang jelaskan kenapa sampai kau mati-matian mengekor
belakang Juan pada hal sudah tahu kebiasaan buruknya seperti apa!” Zelby.
“Demi
memecahkan masalah, tapi sekarang saya mulai menyukai dia” Gi memulai
pembicaraan. Menjelaskan tentang permasalahan perusahaan besar milik ayah Nayah
juga kasus kematian ibu Juan sendiri. Meminta tolong untuk tidak pernah
memberitahukan hubungan kakak-adik antara Gi dan Allred. Zelby baru menyadari
jika Allred dan Juan ternyata teman sekampus termasuk permasalahan perselisihan
antara mereka berdua.
Bagian
10…
Aktifitasnya
bersama Juan selama ini mengajarkan Gi akan sebuah harapan hidup terhadap
sekumpulan manusia tertentu. Ada saat Juan berada dalam kumpulan anak-anak yang
kemudian membuatnya tertawa, bertingkah seperti mereka, bermain kelereng, petak
umpet, dan banyak lagi permainan di beberapa
sebuah sekolah kecil. Selfie bersama merupakan kesenangan Juan ketika
masih berada dalam kumpulan mereka. Cerita lain terjadi sewaktu dirinya mulai memasuki
sekelompok anak remaja. Rasa ingin mengenal lawan jenis, mengungkapkan
pemikiran remaja, beradaptasi, menjadi sahabat untuk memahami situasi remaja
zaman sekarang.
“Juan
punya cerita” Gi tersenyum sendiri melihat apa yang tidak pernah dilihat
olehnya.
“Terimah
kasih Nayah karena dirimu membuatku mengenal kepribadian ka’Juan” kembali
hatinya berbisik menikmati suasana angin mempermainkan dirinya.
“Ka’Juan
punya pacar?” rasa ingin tahu lebih dalam tentang Juan.
“Menurutmu
saya mempunyai pacar atau tidak?” Juan balik bertanya.
“Jangan-jangan
kau naksir sama saya” menggoda Gi…
Wajah
Gi merah seperti kepiting rebus mendengar gurauan tersebut. Pada dasarnya, Gi
tidak bisa membohongi perasaannya sendiri untuk pertama kali. Ingin memecahkan
misteri teka-teki tetapi yang terjadi adalah kisah perjalanan cintanya bergema.
Memandang Juan sebagai calon pengacara terjorok sedunia di awal pertemuan,
namun semua berubah seiring berjalannya waktu. Terbiasa melihat gaya Juan yang
selalu mengupil, memakai lengan baju Gi untuk membersihkan mulut ataupun
giginya, berteriak keras di pasar menjual pakaian bekas, merawat sekumpulan
manusia, mengekor kemanapun bepergian.
“Kakak
keterlaluan,” sikap judes Gi membalas pernyataan Juan.
“Gi
itu masih kecil kuliah baru tahun pertama, bagaimana bisa jadi pacarku” Juan.
“Saya
sekarang sudah besar bukan lagi anak kecil” spontan Gi menjawab…
“Sepatu
kets, poni, rambut pendek, pipi tembem, tanpa make-up, pakaian remaja masih
seperti anak SD malahan, sama sekali tidak terlihat dewasa berarti Gi masih
kecil” Juan sedikit menarik rambut Gi.
“Kenapa
setiap cowok harus menilai sisi dewasa cewek dari cara berpakaiannya?” Gi.
“Kenapa
Juga Gi selalu menampakkan sisi natural tanpa polesan sama sekali?” Juan balik
Tanya.
“Kakak
jawab pertanyaanku dulu!” perintah Gi.
“Gi
dulu harus jawab pertanyaanku” Juan tidak mau kalah…
“Saya
ingin apa adanya tanpa harus merubah diriku menjadi orang lain. Menginginkan
seseorang menyukai diriku bukan karena hasil polesan make-up, sejelek apapun
bentuk wajahku.” Gi berkata-kata…
“Jangan
sampai dia kecewa melihat wajahku tanpa polesan suatu hari kelak, sehingga saat
cinta-cinta mati malah pergi meninggalkan. Bisa beresiko buat hati…” Gi lanjut
berkata-kata…
“Oh
begitu ceritanya” Juan.
“Kecantikan
seseorang tidak bisa dinilai dari pensil alis, lipstick, taburan bedak,
seberapa tebal polesan make-up, juga pakaiannya menurut pemikiran dan prinsipku
sendiri.” Gi.
“Pantas
saja bajumu jenis fashionnya di bawah standar” Juan.
“Bukan
berarti saya harus mengikuti segala jenis trend fashion. Belum tentu juga jenis
trend sekarang terlihat cocok dalam diriku, jadi saya hanya menyesuaikan bentuk
tubuh dan warna kulit jangan sampai terlihat norak.” Gi berkata-kata…
“Kakak
saja pakaiannya berandalan pada hal calon pengacara, aneh” Gi balik menyerang…
“Namanya
juga laki beda dengan perempuan semuanya serba ribet” balas Juan.
“Buktinya
kakakku penampilannya sangat rapi, bersih, tampan, idola para gadis ibaratnya bagaikan
langit dan bumi dengan ka’Juan” sindir Gi.
“Berarti
Gi punya kakak?” Juan…
“Jelas-jelas
ka’Allred musuh bebuyutan kakak sendiri” celoteh Gi dalam hati.
“Punya
kakak paling sempurna di dunia, tapi tidak bisa menerima kenyataan sewaktu
mendengar bunda hamil lagi sedang jarak dengan adiknya terlalu jauh…” curhat
Gi…
“Maksudnya
jarak antara dirimu dan kakakmu?” Juan.
“Saya
masih punya adik lagi baru berusia 3 tahun, sedang kakakku kuliah tingkat akhir
dokter spesialis.” Penjabaran Gi masih menutup rapat hubungannya dengan Allred.
“Hahahahahha”
tawa Juan meledak keras. Seakan Gi melupakan tentang pertanyaan sebelumnya dan
tidak mengungkit untuk meminta jawaban.
“Sudah
sore, saya harus pulang kakakku bisa marah nanti” Gi bergegas mengambil
ranselnya meninggalkan Juan seorang diri.
“Sampai
jumpa besok gadis lucu sedunia” teriakan Juan dari kejauhan. Gi hanya tertawa
mendengar suara Juan berkumandang.
Membutuhkan waktu setengah hampir sejam untuk berada di rumahnya. Masuk dalam
rumah, tetapi mendengar percakapan melalui telepon antara kakak dan sahabatnya
sendiri. Terlihat Allred tertawa membuat Gi sedikit kesal.
“Sudah
pulang?” Allred menegur Gi setelah menutup telepon Nayah.
“Kakak
lagi bertanya” Allred mengangkat bicara kembali setelah 10 menit Gi tidak
menjawab hanya duduk menikmati ice cream di ruang makan ukuran kecil.
“Jangan
permainkan sahabat-sahabatku” rasa kesal Gi kemudian berjalan keluar menuju
rumah tetangga sebelah. Allred bingung melihat setiap kekesalan Gi yang
ditumpahkan ke arahnya belakangan ini.
“Awas
saja,” umpatan Gi sangat marah.
Demi
menghilangkan penat berlebihan akibat terlalu berpikir skenario hubungan yang
terjadi antara kakak dan sahabatnya sendiri, Gi menghabiskan waktu sorenya di
rumah tetangga sebelah sekalipun sang pemilik tak kunjung pulang. Entah hanya
sekedar bercanda atau rasa penasaran tiba-tiba menyerang mencoba membuka sebuah
buku kecil di dalam kamar tersebut untuk mengetahui sisi rahasia hidup Zelby.
“Tuhan,
kalau persiapan tersebut tidak pernah ada, maka bagaimanapun sekelompok orang
mengemis terhadapku tidak akan pernah membuatku kembali. Saya akan bekerja,
menikah dan mempunyai anak dengan orang luar, bahkan menjadi warga negara asing
untuk selamanya. Andai kata persiapan itu benar-benar ada, bagaimanapun saya
berada di negara asing serta menikah dengan orang luar juga, pasti kakiku akan
kembali kemari suatu hari kelak sesuai waktuMU.” Tulisan tersebut membentuk
paragraph pada pertengahan lembaran buku kecil milik Zelby.
“Tuhan,
berikan saya kesempatan sekali saja untuk berada di negara asing mengejar apa
yang diingini hatiku, walaupun kenyataannya hidupku mengalami banyak kekurangan
dan permasalahan bahasa melalui caraMU yang ajaib.” Kalimat tersebut tertulis
pada lembaran berikutnya.
“Apa
maksud dari tulisan ini?” Gi bertanya-tanya sendiri.
“Sejak
kapan berdiri dan mempelajari isi buku yang kau pegang sekarang? Suara Zelby membuat
tubuh Gi tiba-tiba terangkat ke atas.
“Ka’Zelby
sejak kapan berada di belakangku” tubuh gemetar, berkeringat, ketakutan itulah
gambaran diri Gi sekarang.
“Tidak
perlu takut, mau apa lagi kalau kau sudah membaca isinya” Zelby berusaha
menenangkan Gi. Menarik buku kecil miliknya kemudian menyimpannya kembali…
“Saya
tidak bermaksud menjadi detektif di rumah kakak” Gi menyesali perbuatannya.
“Anggap
saja kau tidak pernah membaca atau menyadari isi tulisan tersebut!” Zelby.
“Sepertinya
ka’Zelby punya masalah serius?” nada bicara Gi terdengar gugup…
“Ini
hanya permasalahan masa depan suatu hari kelak. Percaya atau tidak, semuanya
hanya bercerita tentang misteri, entahkah akan terpecahkan atau tidak sama
sekali. Tidak usah berpikir aneh-aneh tentang hidupku” Zelby menyandarkan
tubuhnya pada pojok dinding kamarnya sendiri.
“Misteri?”
satu kata dari mulut Gi…
“Kelak
Gi akan mengerti andai kata semua itu nyata hanya menunggu waktu Tuhan hingga
misteri kehidupan tersebut terpecahkan, tapi jika semua tidak nyata apapun
resikonya harus siap menerima karena telah terbaca olehmu.” Kata demi kata
tersusun rapi keluar begitu saja dari diri seorang Zelby.
“Apakah
ini merupakan bagian kehidupan sesungguhnya dimiliki oleh hidup ka’Zelby
sendiri?” bisikan suara hati Gi menggema bahkan berteriak jauh lebih dari itu.
“Hanya
bercerita tentang sesuatu objek misterius dan tidak begitu penting untuk
diperhatikan.” Zelby berusaha meyakinkan Gi tentang sesuatu tanpa harus
melemparkan pertanyaan terbaru.
“Sikap
ka’Allred selalu membuatku kesal” Gi mengalihkan dialog ke tempat lain untuk
membuat Zelby melupakan apapun ucapan sebelumnya.
“Gi
masih belum tahu sifat asliku yang sebenarnya, jauh lebih parah dari Allred”
Zelby.
“Yang
betul saja ucapan ka’Zelby” Gi masih belum percaya…
“Saya
mempunyai kepribadian keras, beberapa orang mengejek lancang, ada saat akan
berkata-kata tajam, bahkan menusuk sehingga beberapa orang menilai buruk
tentang kepribadianku.” Curahan hati Zelby.
“Lantas?”
Gi…
“Seseorang
berkata depan banyak orang secara halus mengungkapkan jika itu akibat pengaruh
bagian masa laluku sewaktu kecil, sebenarnya karena keadaan…” Zelby.
“Saya
tidak mengerti?” Gi…
“Percaya
atau tidak, kemungkinan besar suatu hari kelak saya akan mengalami/ berhadapan
dengan keadaan yang menuntut untuk bertindak tegas dan keras. Walaupun akan berakibat
kebencian, menyakitkan, menjadi bahan bulyan, bahkan masih banyak lagi namun
harus tetap dijalani demi sebuah pembentukan bersama perubahan.” Penjabaran
Zelby.
“Belajar
menyatakan beberapa kalimat terkesan kejam, namun masih pada tempatnya.
Seseorang dengan kepribadian paling lemah, tertutup, sulit berada di tempat
umum, introvert harus belajar meninggalkan sebuah zona tertentu demi suatu area
bagian tertentu pula.” Bukan tanpa sebab mengapa Zelby mengungkapkan kepribadiannya.
“Awal
melihat kepribadian ka’Juan membuat diriku menggerutu setiap saat, tetapi
seiring berjalannya waktu penilaianku salah tentangnya” Gi berbicara…
“Gi
pasti cinta mati dengan Juan sekarang?” pancing Zelby.
“Intinya
saya menyukai kepribadian kakak dan ka’Juan, semua kukatakan dari dasar hatiku
paling dalam” Gi memeluk Zelby menganggapnya sebagai saudara kandung. Sepanjang
malam mereka bercerita satu sama lain akan banyak hal. Zelby banyak bercerita
kehidupan Juan dimulai sejak kecil hingga dewasa.
Juan
bukan manusia berpikir bodoh untuk menanggapi sesuatu objek. Pengalaman hidup
membuatnya belajar bagaimana tuntutan pertahanan di tengah kehidupan keras.
Sang ibu meninggal bukan berarti harus larut dalam kesedihan. Ada sesuatu yang
tersembunyi tak pernah bisa di utarakan oleh hatinya. Lebih memilih kehidupan
sederhana bersama sang nenek sejak kecil dibandingkan menikmati kemewahan. Hidup
tidak selalu bercerita bagaimana harus menjadi nomor satu, paling hebat,
terkenal, kelimpahan harta, sempurna, idola bagi dunia. Ada hal jauh lebih
menarik untuk membuat langkah memberi seni terbaik untuk dilewati merupakan
prinsip hidup Juan Dalvin.
“Ka’Juan
bahagia hidup seperti ini?” Gi membantu Juan memperbaiki barang jualannya di pasar.
Aktifitas terbaru Gi adalah selalu menjadi pengekor Juan ketika berjualan
pakaian import bekas. Seorang Juan menganggap kebahagiaan itu sederhana tanpa
harus bercerita tentang sebuah objek paling menarik bahkan terlalu sempurna
untuk digenggam. Perjalanan sederhana mengajar untuk memahami sebuah kata
‘Secerca Sinar’.
“Suka
atau tidak suka harus tetap bahagia” jawaban Juan.
“Mau
apa manusia sempurna itu berkeliaran sekitar pasar?” pandangan Juan beralih
pada sosok Allred sedang menghabiskan waktunya berkeliaran di tempat kecil
seperti ini. Gi terbelalak kaget melihat kakaknya, sedang Juan sendiri hampir
tidak mempercayai seorang Allred dapat juga berbelanja kebutuhan dapur.
“Gawat
kalau saya sampai ketahuan bersama musuh bebuyutannya” berusaha mencari tempat
persembunyian paling tepat. Juan merasa aneh melihat kelakuan Gi berjalan
bolak-balik dengan tubuh gemetar. Seperti ada yang tidak beres menurut
pemikirannya. Allred dalam waktu sekejap tiba-tiba berdiri tepat di tempat Juan
berjualan.
“Mau
beli cakar?” tegur Juan.
“Ternyata
kau berjualan di tempat semacam ini?” Allred tertawa sinis.
“Ternyata
manusia sempurna berkeliaran belanja juga di tempat seperti ini” Juan balik
menyindir…
“Kau
dan saya sama, jadi jangan saling menyindir, ngerti?” Juan memicingkan mata…
“Saya
tidak mau menghabiskan waktu bercerita lebar dengan manusia terburuk
ssepertimu” Allred berkata-kata kemudian berlalu begitu cepat dari hadapan
Juan.
“Keluarlah!”
perintah Juan menyadari Gi benar-benar ketakutan…
“Ada
hubungan antara kau dan Allred? Pacar atau apa?” Juan menancapkan tatapan
tertajam setelah Gi keluar dari tempat persembunyiannya. Gi tidak lagi bisa
mengelak atau mencari alasan jika tidak mengenal Allred. Selama ini
berpura-pura jika antara mereka tidak saling mengenal satu sama lain baik
sekitar kampus dan dimanapun itu.
“Dia
kakakku” mata Juan terbelalak hampir tidak percaya mendengar pengakuan Gi.
Berusaha memberi penjelasan kalau kakaknya sama sekali tidak tahu semua
kegiatan yang dilakukannya. Entah roh seperti apa merasuki Gi sehingga
menceritakan maksud tujuannya berada di dekat Juan. Bagaimana permasalahan
perusahaan Nayah, misteri kematian ibu Laras menjadi penyebab semua itu.
“Saya
tahu kakak orang baik, jadi tidak mungkin menyimpan amarah berlarut-larut buatku”
wajah Gi tertunduk setelah bercerita panjang lebar penyebab semua ini bahkan
harus berbohong. Duduk bersandar di bawah pohon rindang tidak jauh dari jalan
besar kecil terletak di belakang pasar tanpa penghuni seorangpun hanya mereka
berdua.
“Saya
tidak tahu kenapa mami bertemu seseorang tengah-tengah malam pada saat
kejadian, tapi hati kecil kecilku berkata kuat kalau pak Wijaya tidak ada
hubungannya dengan kasus kematiannya.” Juan menarik nafas panjang. Ingin marah
terhadap Gi, namun seakan terdapat sesuatu sehingga kegeramannya tertahan.
Kasus kematian ibu Laras masih dalam proses polisi, membutuhkan waktu
memecahkan permasalahan siapa pelaku sebenarnya dibalik semua itu.
“Kenapa
kau membenci kakakku?” Gi mengalihkan perhatian Juan ke tempat lain…
“Manusia
dingin, seenaknya mengatur, sombong, merasa paling suci, bahkan banyak hal-hal
buruk di dalam dirinya sangat kubenci” Juan berkata-kata tanpa memikirkan
perasaan Gi…
“Sifat
kakakku memang seperti itu, saya harap ka’Juan tidak terlalu menyalahkkan dirinya
ingin mengatur jadwal kuliah sendiri” Gi.
“Kenapa
memang?” rasa kesal Juan…
“Kemungkinan
karena ayah hanya seorang petani atau memang mimpinya sampai-sampai ka’Allred
berjuang mengejar apa yang diingini hatinya.” Gi.
“Petani?
Bukannya anak orang kaya?” Juan.
“Memang
ka’Allred bicara anak pengusaha? Sedingin-dinginnya kakakku tapi kalau bicara
mulutnya masih normal dan tidak ketinggian” Gi.
“Memang
tidak sih, hanya saja kalau dilihat dari penampilannya” Juan.
“Berpenampilan
itu tidak harus mahal, sama seperti ka’Allred hanya menyesuaikan pada ukuran
tubuh.”jawaban Gi. Mengakui juga jika kakaknya harus kuliah di 2 tempat dan
jurusan berbeda yaitu fakultas hukum serta dokter spesialis…
Bagian
11…
Gilia…
Menceritakan
segalanya terhadap ka’Juan penyebab saya harus melakukan semua ini. Jauh lebih
baik jujur terhadap seseorang yang disukai dibanding tidak sama sekali apapun
respon negative yang akan diterima. Setelah ketahuan bagaimana saya berusaha
sembunyi agar tidak terlihat oleh ka’Allred di pasar ketika sedang berjualan.
Seakan ingin marah tetapi ada sesuatu menahan emosionalnya terlampiaskan
buatku. Bersikap tenang, dewasa, masih bercanda membuatku tersadar tingkat
karakter pria di depanku sekarang. Menyadari saya adalah adik kandung musuh
terberat buatnya di kampus terlebih tujuanku mendekati dirinya. Mencari
informasi hubungan ibu Laras lebih jauh, namun saya menemukan suatu kehidupan
mengajarkan tentang kasih sayang.
“Dari
mana saja?” suara ka’Allred meninggi setelah saya sampai di rumah.
“Kakak
tidak usah mengurus kehidupanku” rasa kesalku selalu ada buat kakakku.
“Kakak
hanya bertanya pada Gi bukan mengurusi, ini kota besar bukan kampung, ngerti?”
luapan emosional ka’Allred bermain seketika…
Saya
tidak memperdulikan luapan emosionalku terhadap ka’Allred bahkan yang kulakukan
sekarang adalah berlari ke rumah tetangga sebelah. Lagian ini juga siang kebetulan tanggal merah, suka-suka saya dong.
Kekesalanku kian bertambah melihat tingkah laku kakakku di rumah hanya ingin
mementingkan diri sendiri. “Kau seperti mempunyai masalah?” tegur ka’Zelby
terhadapku.
“Tidak
ada” menyangkal tebakannya.
“Raut
wajahmu bercerita lain” tebakan ka’Zelby memang selalu tepat.
“Seperti
biasa permasalahan antara adik kakak” sikap judesku muncul.
“Gi’
hidup itu tidak akan memperlihatkan seni jika tanpa perbedaan sesama saudara
kandung sendiri bahkan terkesan hambar” pernyataan ka’Zelby.
“Kakak
Zelby seperti ayah saja setiap saya mengadu” menarik nafas panjang.
“Apakah
kau tahu bagaimana perjalanan hidupku?” tersenyum sambil menyodorkan sekaleng
minuman bersoda.
“Mana
saya tahu kalau kakak tidak bercerita sama sekali” menjawab pertanyaan
ka’Zelby. Harus kuakui setiap saya mempunyai masalah pasti berlari ke tetangga
sebelah dan tak lain merupakan rumah kontrakan ka’Zelby. Sejauh ini, dia tidak
pernah bercerita banyak tentang berbagai hal dalam hidupnya. Pertama kali
membuat pernyataan berisi curahan hati…
“Setiap
waktu saya harus berjuang melawan maupun bertempur tentang banyak hal tanpa
seorangpun memahami apa yang terjadi dalam hidupku sendiri” ka’Zelby membantu
membukakan kaleng soda milikku.
“Jika
diteropong dari berbagai arah manapun, wajah kakak sama sekali tidak
memperlihatkan masalah apapun itu…”
“Entah
bersikap acting atau saya benar-benar pandai menyembunyikan semuanya” ka’Zelby.
“Berjuang
bahkan menganggap saya tidak pernah mempunyai masalah,” meneguk sekaleng soda
menikmati suasana halaman belakang rumah sendiri.
“Ka’Zelby”
“Terkadang
saya harus menangis seorang diri dalam kamar hanya untuk mencurahkan segala isi
hatiku di hadapan Tuhan, bertempur melawan kebencian bagi siapapun yang
berjuang menyerang hidupku sendiri.” Ka’Zelby.
“Memang
kakak punya banyak musuh?” tanyaku.
“Sepertinya,”
anggukan ka’Zelby.
“Kenapa?”
“Entahlah,
kenapa mereka membenciku atau mungkin perasaanku saja atau karena karakter yang
kumiliki tidak sesuai aturan sulit untuk beradaptasi” jawaban ka’Zelby.
“Berjalan
di suatu tempat tanpa pernah terpikirkan sama sekali, mengalami permasalahan demi
permasalahan. Hal lebih mengejutkan saya berjuang menutupi banyak hal sehingga
tidak terbaca oleh siapapun demi kepentingan bersama, tetapi kenyataannya
mereka balik menyerang seakan membuat satu istilah menyedihkan.” Ka’Zelby
berbicara menjabarkan tentang suatu objek…
“Apa
lebih kacau dari masalahku sendiri?” imbuhku…
“Sekian
tahun saya harus mengalami permasalahan tidak mengenakkan di berbagai arah.
Terkucilkan, terpuruk, pandangan sebelah mata, miskin, berhadapan dengan
objek-objek kurang menyenangkan itulah kisahku dari waktu ke waktu tanpa pernah
berubah sedikitpun.” Ka’Zelby.
“Masih
bisa tertangani atau sebaliknya?” pertanyaanku paling bodoh buatnya…
“Saya
seperti manusia paling lemah tidak dapat berbuat apapun terhadap masalahku
sendiri. Hingga suatu ketika, saya belajar tentang kekuatan berbicara tetapi
terkadang harus mendapat sindiran apakah ini berhubungan akan kisah masa lalu
kurang menyenangkan. Hal paling menyedihkan bahkan terdengar tragis jika kau
melewati semuanya.” Ungkapan ka’Zelby sambil menyandarkan tubuhnya pada sebuah
tempat perbaringan di bawah pohon sejuk.
Sejak
kecil harus bergumul tentang kehidupan merupakan bagian perjalanan ka’Zelby.
Menjelaskan betapa sulitnya ketika sebuah objek permasalahan menerpa. Hal
terkacau adalah satu kata yaitu mengampuni setiap kesalahan mereka yang terus
saja bermain. Belajar melupakan setiap kesalahan demi kesalahan mereka yang
terus saja menyerang bahkan menciptakan fitnah. Ada saat dimana hati tidak
mampu bercerita, tetapi air mata harus terjatuh secara tersembunyi.
Setelah
berjuang melewati semuanya, ka’Zelby berpikir jika segalanya telah berakhir
hanya bercerita masa pemulihan. Namun, keadaan justru bercerita sebaliknya dari
pernyataan tersebut. Menerima kenyataan kalau seseorang yang telah dinantikan
sekian tahun bukan bagian terbaik buat hidupnya setelah lulus kuliah. Mengucap
syukur dalam segala hal, sekalipun terdengar mengerikan itulah yang berusaha
dilakukan oleh ka’Zelby. Belum pernah bertemu sama sekali, tetapi mempercayai
jika seseorang yang dinantikan benar-benar ada. Justru kenyataannya adalah semua
itu bukan bagian terbaik.
Singkat
cerita, sambil menunggu proses wisuda juga ijasah, bekerja pada salah satu pusat
perbelanjaan cukup besar dan terkenal sebagai karyawan kecil. Ada begitu banyak
hal terjadi di tempat tersebut juga membuat kisah-kisah tak terduga bagi
kehidupannya sendiri. Anak pemilik tempat tersebut menyukai dirinya tanpa
disadari oleh kakak Zelby sendiri. Kenyataan yang ada adalah karakter pemalu,
tidak pernah bisa berpikir atau menyangka semua itu terjadi berada dalam
dirinya.
“Saya
harus mengakui kalau kata grogi atau salah tingkah selalu saja bermain saat
berhadapan dengan lawan jenisku sendiri sekalipun saya tidak menyukai dirinya.”
Ka’Zelby seakan ingin menertawakan dirinya
sendiri. Pria tersebut terkadang mencari perhatian lebih tepatnya untuk setiap
gaya bahasa tubuhnya sendiri. Sehingga sampai suatu ketika, dua orang berbicara
secara tiba-tiba di hadapan ka’Zelby seakan ingin mengungkapkan sesuatu.
“Kalau
suka bilang saja depan…, bla bla bla bla” kalau tidak salah dengar ucapan
secara langsung depan ka’Zelby sehingga membuatnya kaget bukan main.
“Maksud
dari ucapan mereka baik tanpa ada tujuan jahat, hanya saja saya sama sekali
tidak menyangka sesuatu hal sehingga permasalahan suka menjadi perbincangan di
kalangan beberapa orang.” ungkap ka’Zelby memainkan daun-daun kering di
sekitarnya.
Seakan
menjadi bahan gosip paling akurat dan menyebar kemanapun seluruh area tempat
tersebut menjadikan segala sesuatu terlihat aneh. Tidak tahu harus berbuat
apapun untuk menghadapi situasi seperti ini. Di satu sisi, hidupnya harus tetap
berada pada jalur tertentu, di sisi lain mendengar pernyataan seakan-akan
jalannya entah harus berjalan kemana. Diam seribu bahasa merupakan jalan
terbaik bagi masalahnya sendiri, menganggap tidak pernah mendengar apapun
kecuali bekerja. Singkat cerita, pria tersebut melirik gadis lain yang jauh
lebih baik.
“Saya
berpikir semua masalah telah berakhir, tapi justru sebaliknya” senyum terpaksa
memancar jelas…
“Apa
yang terjadi selanjutnya?” rasa penasaran menggerogoti diriku.
“Seakan
beberapa dari mereka menyudutkan diriku sekalipun mereka tidak secara langsung
bercerita tetapi raut wajah juga ucapan bahasa bibir ketika berdialog satu sama
lain bercerita sebaliknya.” Penjabaran ka’Zelby mengenang memory kemarin…
Diam
seribu bahasa jauh lebih baik dibanding bercerita tentang apapun juga. Hal
lebih parah, teman kerjanya sendiri berusaha menyerang secara bersamaan. Seakan
selama bekerja di tempat tersebut dirinya merupakan objek pembuat masalah
terbesar. Harus mendengar beberapa pernyataan sindiran dari beberapa situasi
bercerita tentang kesalah pahaman untuk memahami satu sama lain.
Kemungkinan,
pria tersebut menjelaskan bagaimana perasaannya, sehingga salah seorang
pembicara yang biasa berdiri depan banyak orang di tempatnya untuk
mengungkapkan tentang sesuatu membuat pernyataan tertentu. Pembicara itu
mempunyai maksud dan tujuan yang baik tanpa ada niat jahat sedikitpun, tentang
menyatakan perasaan terhadap seseorang kalau memang suka. “Kalau memang suka
bilang, kalau ditolak cari yang lain.”
Pembicara
tersebut memahami keadaan maupun perasaan masa muda seperti apa, jadi wajar
berkata-kata. Beliau terlihat sangat baik juga mengerti tentang situasi. “Saya
hanya terdiam bahkan melihat ke arahnya setelah sang pembicara selesai dengan
acara” ucapan ka’Zelby. Pemalu, tidak mengerti situasi saat itu, seorang
perempuan harus berjalan menyatakan perasaan yang sama sekali membuat dirinya
terkejut, tidak boleh berjalan melewati jalur tertentu itulah gambaran
hidupnya.
“Dia
sempat berjalan bolak-balik di hadapanku sebelum akhirnya sang pembicara
berteriak di hadapan banyak orang pada sebuah acara. Saya baru mengerti situasi
keesokan harinya setelah melihat post IG tentang pertemuan keluarga.” Masih
bercerita seputar kisah pengalaman hidup beberapa waktu lalu…
“Apa
yang terjadi?”
“Saya
berusaha menutup serapat mungkin tentang kejadian tersebut, satupun anggota
keluarga tidak pernah menyadari tentang segala masalah yang kualami di tempat
kerja. Menganggap ini tidak pernah terjadi, sekalipun saya harus mendapat
banyak masalah entah masih seputar permasalahan dengan pria tersebut atau hal
lain. Permasalahan lain, rekan sekerjaku sendiri bersikap dingin tanpa sebab dan
hal lebih kacau menceritakan segala jenis keburukanku terhadap banyak orang
setelah beberapa waktu bekerja di sana.” Curahan hati bagaimana pedisnya hidup…
“Kenapa
kakak tidak berhenti bekerja saja saat itu?” ungkapku…
“Saya
berusaha menghindari pertanyaan anggota keluargaku, kenapa? Karena saya tidak
ingin satu anggota keluargaku menyadari tentang masalah hidupku. Cukup saya dan
Tuhan saja melewati semua itu tanpa harus mereka mengetahui setiap keadaanku.”
Jawaban terkacau darinya.
Berhenti
bekerja begitu saja berarti lari dari masalah, jauh lebih baik tetap bertahan
untuk sementara waktu. Selain itu seakan dirinya harus mendapat julukan
menyimpan akar kepahitan oleh karena sesuatu hal. Berkata-kata sebagai
pembicara untuk acara tertentu di tempat tersebut kemudian menyisihkan sebuah istilah
“Kepahitan”. Berjuang menutupi semua masalah sebaik mungkin agar hubungan
pertunangan pria tersebut tidak rusak juga nama baik keluarga maupun tempatnya
hancur, tetapi kenyataannya harus mendengar ungkapan lebih menyedihkan lagi.
“Jangan karena masalah seperti ini, dapat dijadikan bahan pertikaian oknum lain
atau nama baik siapapun rusak” ka’Zelby menarik napas panjang sambil memandang
ke arah langit biru.
“Kenapa
kakak berkata seakan terdapat oknum lain dapat memainkan situasi?”
“Entahlah,
saya berada pada sebuah jalur yang sulit untuk dijelaskan dan suatu hari kelak
kemungkinan harus berhadapan dengan beberapa situasi tertentu. Saya hanya tidak
menginginkan mereka berada dalam jebakan atau bahan permasalahan seperti ini
dijadikan jerat untuk menghancurkan. Ini bukan bercerita tentang hidupku
melainkan banyak orang juga keluarganya menjadi korban kalau berbagai bumbu
penyedap menjadi satu untuk bermain.” Ka’Zelby.
“Saat
semua masalah menyerang secara bersamaan hanya bisa diam. Entah karena ingin
menghibur diri atau mengalihkan perhatian, jadi saya menggoda seorang pria bule
memakai tata bahasa inggris tidak karuan. Berpikir sejenak jika antara saya dan
dia bagaikan artis dan penggemar.” Melanjutkan curhatan kembali…
“Kenapa
kakak melakukan hal semacam itu, pada hal jalur yang telah ditetapkan sama
sekali tidak boleh melewati batas tertentu?” pertanyaanku sedikit bingung
memahami pernyataan ka’Zelby sendiri.
“Hanya
sekedar bahan penghiburan sekaligus penasaran saja. Saya merasa kalau Tuhan
memakai pria bule tersebut untuk membuatku melupakan tiap masalah yang sedang
menimpa pada saat itu. Tatapan tak biasa dari beberapa orang, sindiran,
kebencian tersalur buatku, rekan sekerjaku selalu mencari masalah hanya karena
hal kecil, dan masih banyak lagi masalah baik saat di tempat kerja maupun
tempat lainnya.” Ka’Zelby.
“Jangan
percaya pria bule kakak?” sindirku…
“Kalau
diperhatikan sisi hidupnya tidak melewati batas dan masih bisa berada pada
tahap pergaulan sesuai tempat, namun entahlah pada dunia nyata. Sekedar
bercanda semata melalui chatingan itupun dia terkadang jaga image. Setidaknya
membuatku dapat tertawa lepas untuk beberapa waktu. Hal tak terduga, kalau saya
merasa dia rela begadang habis-habisan hanya demi membalas komentarku. Sengaja
membalas komentar semua orang biar tidak terlihat atau terbaca olehku pada tiap
post IG miliknya.”
“Wow…”
seolah ingin tertawa…
“Dia
selalu menghabiskan uangnya untuk memenuhi hobinya” ka’Zelby menyatakan
beberapa gambaran pria bule tersebut…
“Memang
hobinya itu apa?” tanyaku.
“Traveling,
sampai-sampai suatu ketika dia sempat menyindirku dengan sebuah post ‘I love
traveling’ bersama bentuk tengkorak sedikit memperlihatkan kemarahan.”
Ka’Zelby.
“Kenapa
kakak yang cepat tersinggung dengan captionnya?”
“Bagaimana
tidak? Beberapa waktu sebelumnya saya menegur tentang pekerjaan dan kenapa
melakukan perjalanan traveling terus-menerus” jawaban ka’Zelby.
“Dia
rela begadang, sengaja membalas komentar semua orang biar tidak terlihat,
selalu ingin menampilkan wajah paling tampan, punya hobi terbaru yaitu mencari
follower sebanyak mungkin dengan cara sengaja melakukan follow terhadap segala
jenis akun IG dan setelah mendapat follback…” ucapannya terpotong…
“Kemudian
di unfollow seketika, hahahahaha” pertama kali melihat ka’Zelby tertawa lepas.
“Bukan
hanya dia satu-satunya manusia-manusia gila follower kemudian melakukan hal
semacam itu, di luar sana banyak juga membuat strategi seperti ini” ungkapku.
“Terserah”
ka’Zelby.
“Bagaimana
perasaan kakak terhadap pria bule itu?” pertanyaanku kembali…
“Awalnya
saya hanya menjadikan sebagai penghibur, penasaran sekaligus mengalihkan
perhatian jika ada begitu banyak masalah menyergap pada saat itu. Seiring
berjalannya waktu, saya berpikir pria bule itu seru untuk diajak bercanda atau
mengacaukan hal-hal aneh tetapi ternyata pikiranku salah.” Ka’Zelby
berkata-kata sambil memainkan kaleng minumannya.
“Kenapa
kakak berkata seperti itu?”
“Sepertinya
dia mempunyai kepribadian sedikit sensitive” jawaban ka’Zelby.
“Yang
saya ingin dengar kakak menyukai dirinya atau tidak?”
“Kemungkinan
besar saya menyukai dirinya dan kemungkinan juga suasana hatiku masih meragukan
tentang perasaanku sendiri. Berada di posisi yang sedang saya jalani sangat
sulit untuk menentukan pilihan ataupun keputusan terlebih masalah pasangan
hidup. Apa lagi kami berdua mengalami perselisihan karena sebuah kejadian.”
Ka’Zelby.
“Perselisihan?”
sedikit terkejut…
“Saat
itu sebagai rasa terimah kasihku karena telah menjadi penghibur selama beberapa
saat adalah mengajari kehidupannya tentang beberapa hal. Hanya sekedar menyuruh
dia membaca tulisanku melalui website, pikiranku setidaknya ada pembentukan
kepribadian maupun memahami akan berbagai aspek hidup.” Ka’Zelby.
“Tadi
kakak berkata pria bule itu masih pada jalur?” cetusku…
“Dalam
tulisanku bercerita tentang banyak hal, terlebih dunia barat bersama pergaulan
kurang menyenangkan bahkan sangat bebas secara otomatis tidak dapat lepas dari
semua itu. Bisa saja segala post IG miliknya menutup bagian terkacau dari
hidupnya sendiri atau mungkin juga hal lain.” Ka’Zelby…
“Bagaimana
bisa dia mengerti bahasa tulisan kakak?”
“Uangnya
banyak, jadi saya menyuruh dia mencari penerjemah atau langsung beralih pada om
google translate sesuai perkembangan kemajuan teknologi. Di lain sisi
mengajarkan dirinya tentang pergaulan juga sebuah hubungan penting terhadap
Tuhan.” Ka’Zelby.
“Karena
permasalahan teman wanitanya berujung perselisihan. Singkat cerita kami berdua
harus tidak saling mengharapkan lagi satu sama lain. Saya sengaja memainkan,
menyudutkan, bahkan sekitar 40% tulisanku bercerita tentang dia dan teman
wanitanya yang sekaligus berperan sebagai seorang model. Keadaan membuat saya
melakukan hal semacam itu, di satu sisi kehidupan harus bergumul banyak objek
tetapi di tempat lain seakan pikiranku mengarah pada permainan beberapa orang
atau sang model yang sekaligus entah berperan sebagai teman spesialnya ataukah
hal lain.” Ka’Zelby…
“Berarti
cinta segi tiga?” pancingku.
“Entahlah,
hanya saja saat itu segala jenis pergumulan terus mempermainkan seakan segala
sesuatu yang terjadi jika saya adalah penyebabnya dari berbagai tempat.
Mengalami sebuah keadaan hingga detik sekarang masih butuh waktu untuk
terjawab, berhadapan dengan sedikit permasalahan keluarga, rekan sekerjaku
sendiri menceritakan segala jenis keburukanku terhadap banyak orang, banyak
orang menilai buruk kepribadianku, berjuang menutup semua masalah setidaknya
hubungan seseorang tidak rusak atau oknum tertentu dapat menggunakan sebagai
bahan jebakan untuk banyak orang andai kata tercium public, belum lagi
permainan teman spesialnya.” Curahan hati ka’Zelby…
“Kenapa
kakak selalu berkata oknum tertentu dapat saja membuat jebakan?”
“Saya
mengalami situasi tersulit, bahkan sulit untuk mempercayai semua yang terjadi
dalam perjalananku sendiri. Kelak, kemungkinan besar ada hal yang harus saya
jalani dan tentu ada begitu banyak permainan juga jebakan dapat menyerang oleh
berbagai pihak tertentu atau terkait akan permasalahan tersebut. Apa lagi pria
di tempat kerjaku berperan sebagai seorang pembentuk sebuah area tertentu.”
Ka’Zelby.
“Terkadang
saya berpikir kalau dia takut andaikan saya menjalin hubungan spesial dengan
adiknya. Entahlah, mungkin hanya firasatku semata.” Curahan hati ka’Zelby lagi…
“Dia
mempunyai adik berarti?” ujarku, sedang ka’Zelby hanya mengangguk.
“Kelebihan
wanita adalah suka menolak, saya tahu pernyataan tersebut diarahkan buatku”
ka’Zelby seakan ingin tertawa bercerita…
“Kakak,”
“Kalau
boleh jujur, ketika masih berjuang berhadapan dengan pergumulanku sendiri
sebenarnya saya memberi kesempatan buat pria tersebut beberapa kali. Hanya saja
dia tidak pernah pekah ataupun berjuang untuk mengerti.” Ka’Zelby.
“Saya
hanya ingin mempelajari sisi mental ataupun kekuatan kesabarannya sehingga
sedikit bermain melalui caption dunia medsos. Dia harus siap melewati jalur
proses demi proses yang akan saya mainkan, andai kata pekah terhadap beberapa
kesempatan yang diberikan. Percaya atau tidak, suatu hari nanti kemungkinan
besar saya harus berhadapan dengan banyak tantangan kehidupan dan mengharuskan
pasangan hidupku bertahan apapun yang terjadi.” Ka’Zelby melanjutkan ucapannya…
“Saya
baru memainkan media social dan sedikit memancing sesuatu dalam dirinya, hal
yang terjadi adalah seakan menilai negative kepribadianku. Feelingku mengatakan
kalau dia tidak akan pernah mampu melewati kehidupan keras, tantangan,
pernyataan-pernyataan tajam bahkan menusuk dari seseorang terlebih banyak
orang. Karakter seperti ini terlalu lemah dan bisa hancur dalam sekejap.”
Ka’Zelby sekali lagi menjabarkan…
“Kemungkinan
dia tahu hubungan kakak bersama pria bule tersebut?” ujarku.
“Saya
memang sengaja post wajah foto pria bule serta bagaimana caranya mempromosikan
teman spesialnya pada ajang kontes kecantikan. Tujuanku, entah mengalihkan
perhatian, menutup serapat mungkin biar hubungan dengan pasangannya tidak
rusak, sebagai penghiburan semata, menggoda pria bule tersebut, dan juga semua
orang berpikir jika saya mempunyai standar tinggi untuk pemilihan pasangan
hidup.” Ka’Zelby.
“Keadaan
yang saya hadapi menuntut untuk tidak bisa sembarang memilih pasangan hidup
apapun yang terjadi. Di satu sisi permasalahan umur, ejekan, keadaan membuat
saya hidup dalam ketakutan. Bagaimana kalau seumur hidupku tidak akan pernah jalan
bersama lawan jenisku, menjalani
pernikahan, membentuk keluarga kecil karena sesuatu yang saya alami? Namun,
saya tidak punya pilihan lain” kembali ka’Zelby bercerita panjang tentang
sebuah konflik.
“Kalau
boleh tahu kakak akan memilih siapa andai kata dua pria ini masih berharap?”
“Gi’
itu tidak mungkin terjadi, kenapa? Pria di tempat kerjaku mempunyai pasangan
sendiri dan jangan sampai hubungan mereka rusak sekalipun ada kata ingin
mendapat kesempatan kembali. Permasalahannya juga dia mempunyai kepribadian
terlalu lemah untuk menghadapi sebuah masalah. Saya tidak membedakan siapapun,
baik pria tersebut maupun pria bule salah satu teman IGku sendiri.” Ka’Zelby.
“Saya
masih sempat mengirim sebuah pesan terhadap pria bule tersebut tentang sebuah
pernyataan sekalipun kami berdua berselisih juga saling salah paham. ‘Saya akan
membuatmu menderita andai kata kau menyukai diriku dan tetap bertahan. Namun,
saya akan mulai kembali menyukai dirimu kalau kau berhasil lolos.’ Merupakan
isi pesanku.” Lanjutan ka’Zelby.
“Maksud
ucapan kakak?”
“Tuntutan
tentang kekuatan terbaik, prinsip hidup, kepribadian, iman, pertahanan,
kesabaran, pengalaman harus dimiliki oleh pasanganku sendiri suatu hari kelak.
Harus melewati proses demi proses sesuai aturan yang telah ditetapkan dan itu
tidak mudah, sekalipun dia seorang paling berpengaruh ataupun keluarga kerajaan.
Saya hanya menyuruh dia melakukan beberapa hal untuk beberapa waktu sebelum
memasuki puncak tidak biasa. Hidup sebagai orang kecil, menjalani
pekerjaan-pekerjaan kasar juga tidak pernah dianggap, merawat sekelompok
manusia tertentu.” Ka’Zelby.
“Apa
pria bule itu mau?” tanyaku…
“Dia
lebih memilih rekan senegaranya sebagai pasangan terbaik, atau ada sesuatu
ataukah kemungkinan tidak sanggup menjalani dunia seperti itu sebelum kembali
pada profesi semula, entahlah. Kemungkinan juga, ini jalan Tuhan membuat saya
mempunyai pengalaman berharga di dunia medsos dan bagaimana harus berhenti atau
keluar.” Jawaban ka’Zelby.
“Saya
sudah menerima kenyataan tentang berbagai hal dari kisah hidupku. Terimah kasih
Tuhan, hanya kalimat tersebut yang kukatakan setiap saat dalam hati ketika
menyaksikan bagaimana dia lebih memilih wanita lain. Permasalahan kebudayaan,
proses hidup, pola pikir, pihak-pihak tertentu menjadi penyebab hal seperti ini
terjadi. Terlebih beberapa pihak seakan ingin berkata jika dia mempunyai sifat
tidak dewasa.” Ka’Zelby masih bercerita…
“Berarti
ada beberapa orang yang mengetahui permasalahan ini?”
“Sekalipun
tulisanku masih belum dikenal public, tetapi saya mempunyai website tersendiri.
Mempunyai iman jika masalahku juga mimpiku mempunyai jalan keluar melalui
berbagai tulisan-tulisan yang kubuat. Kemungkinan beberapa IG tertentu membaca
tulisanku menyangkut beberapa hal dalam sebuah cerita, sehingga sengaja membuat
post caption menyindir dan seakan ditujukan untuk diriku pribadi.” Ka’Zelby.
“Entahkah
saya yang cepat tersinggung atau terlalu Grrrrr untuk beberapa hal. Saya pikir,
andai kata sebagian orang membaca tulisanku pasti mengejek dengan ucapan
halusinasi terlalu ketinggian atau standar tertinggi tapi tidak pernah berkaca.
Ternyata, seakan pria bule tersebut mendapat julukan tidak dewasa. Lebih baik
memilih pria dewasa dari pada tampan tapi tidak dewasa, tubuh seksi juga tampan
bukanlah bagian prioritas terbaik bagi perjalanan kelak merupakan makna caption
beberapa dari mereka.” ka’Zelby bercerita lagi…
“Berarti
kesimpulan kalau ternyata sama sekali tidak ada kedewasaan dalam dirinya, hanya
bermodalkan wajah tampan semata?” tanyaku…
“Sepertinya,
menurut pemikiran beberapa dari mereka. Kalau boleh jujur, saya menyukai dia
karena hadir menghibur bahkan membuatku lupa terhadap banyak masalahku pada
saat itu yang datang secara bersamaan untuk bersatu menyerang perjalananku.”
Ka’Zelby.
“Kehidupan…”
hanya kata tersebut yang bisa kuucapkan…
“Berhadapan
dengan banyak hal, berselisih paham, disudutkan, hanya karena permasalahan
mengangkat kaki pada kursi harus mendapat caci seakan tidak mempunyai etika dan
selalu dibesar-besarkan, peristiwa pergumulan bertahun-tahun tentang sesuatu
yang kualami, hinaan munafik, bermasalah dengan beberapa pria, pandangan
sebelah mata, dan masih banyak lagi tentu tidak mudah untuk dijalani.” Ka’Zelby
mendesah panjang…
Terkadang
seseorang harus menutupi pergumulan hidup melalui sebuah senyuman. Menganggap
semua masalah di depan tidak pernah terjadi. Bukan tentang siapa paling
terhebat atau kualitas standar tinggi, melainkan terdapat objek lain sehingga
suka maupun tidak harus menentukan sikap. Hal lebih menantang bahkan terkacau
secara logika adalah mengucap syukur sepahit apapun keadaan yang dijalani dan
juga belajar memberikan kata maaf.
“Saya
diam terhadap rekan kerjaku sendiri bukan berarti membenci dirinya, melainkan
menghindari masalah. Saat melihat teman kerjaku rasa kasihan muncul, kenapa?
Karena persamaan kehidupan yaitu berada pada level miskin cukup kacau, terlebih
dia masih mempunyai banyak tanggungan untuk biaya pendidikan saudara juga
keluarganya. Saya bisa saja menghancurkan hidupnya dalam sekejap karena
perbuatan, kemunafikan, dan sikap iri dalam dirinya sendiri.” Ka’Zelby
berkata-kata…
“Kenapa
kakak tidak lakukan? Sedangkan kakak sendiri sudah mempunyai banyak masalah
yang tidak akan pernah dia mengerti?” ungkapku.
“Seperti
ucapanku tadi, kalau saya melakukan itu kemungkinan dia dan adik-adiknya pasti kesulitan
mencari pekerjaan esok atau suatu hari kelak atau bahkan harus dipecat.
Berusaha menahan diri apapun keadaanku sekarang itulah yang terjadi.” Jawaban
ka’Zelby. Terimah kasih Tuhan untuk setiap hal yang terjadi merupakan kalimat
untuk mengajarkan letak sisi kepribadian seseorang. Terkadang keadaan yang
terlihat benar-benar kacau tanpa titik terang masalah bahkan semakin
mempermalukan maupun menyudutkan kehidupan sendiri, namun hidup harus terus
berjalan.
“Kehidupan
kakak pasti sangat sulit untuk bertindak” berkata-kata menyadari bagaimana
ketika saya menjadi dirinya. Tidak mudah menerima kenyataan, mendapat kritikan
paling menyeramkan, perselisihan, cibiran, pandangan sebelah mata, menjalani
suatu objek bagi logika akan menjadi bahan tertawaan, berjuang menutup rapat
agar tidak terjadi sesuatu yang diinginkan tetapi mendapat serangan aneh,
bermasalah dengan orang luar, dan masih banyak lagi secara bersamaan.
“Terkadang
saya harus menangis dalam kamar seorang diri dan ketika berada di luar harus
diam seribu bahasa menganggap semua itu tidak pernah terjadi. Ada saat dimana
hatiku benar-benar merindukan berada di tengah-tengah kumpulan lingkaran para
pendeta terbaik untuk mendoakan saya secara pribadi kemudian menangis
sekeras-kerasnya.” Ungkapan perasaan hati kakak yang sedang bergumul tentang
permainan…
“Kenapa
kakak tidak melakukan semua itu?”
“Mulutku
terkunci rapat untuk bercerita terhadap siapapun bahkan keluargakupun tidak
menyadari atau memahami keadaanku. Saya hanya ingin di doakan oleh kumpulan
pendeta yang tidak pernah mengenal siapa diriku tetapi berteriak keras berdoa
buatku.” Ka’Zelby.
“Hal
lebih kacau diantara masalahku adalah seorang pria lanjut umur dan sangat tua
menggoda diriku.” Masih melanjutkan ucapannya.
“Masalah
baru lagi berarti?” kalimatku.
“Secara
bersamaan semua menyerang dan paling terkacau adalah seorang pria beranak 5
mengajak jalan. Saya berpikir kalau ke rumah hanya untuk istirahat siang karena
sedang mengerjakan rumah tetangga, ternyata mencari perhatian.” Membuatku ingin
tertawa seketika…
“Saya
pikir karena menganggapku sebagai anak dan kami mempunyai hidup yang sama yaitu
miskin, tetapi kenyataannya mempunyai maksud tertentu. Sangat mengerikan”
kembali tawaku meledak mendengar kakak Zelby terdengar kesal…
“Kenapa
juga kakak terlalu polos berpikiran seperti itu?” sindirku…
“Wajah
dan tingkah bapak itu menggambarkan kepolosan, jadi tidak mungkin melewati
jalur. Sebenarnya bukan pertama kali saya harus berhadapan dengan om-om genit
tapi sudah beberapa kali” ka’Zelby.
“Kok
bisa terjadi? Sama yang muda saja kakak masih bagaimana, tiba-tiba…” tawaku
semakin meledak seketika.
“Kemungkinan
pria-pria tua itu berpikir jika saya seperti manusia autis, polos, atau
mengalami gangguan mental, jadi mereka ingin mengambil kesempatan dalam
kesempitan karena peristiwa sekian tahun yang terjadi dalam hidupku.” Ungkap
ka’Zelby…
“Kasus
kakak yang satu ini jauh lebih kacau,” ujarku.
“Pak
tua itu bertanya sambil berbisik, kenapa tidak pernah mengangkat teleponnya?
Telepon temanku saja terkadang saya tidak angkat terlebih pria tua tengah malam
menelpon & menjadi pertanyaan tetapi perasaan negative berusaha kubuang
jauh, kenapa? Karena wajah polosnya tidak mungkin mengarah pada hal aneh atau
menjijikkan.” Ka’Zelby.
“Sampai
saya terkadang ketakutan sendiri akibat hal-hal seperti ini. Tuhan, selama ini
saya belajar untuk tetap pada jalurMU, bertahan tidak mengikut hal-hal berbau
menyenangkan manusia sekalipun mendapat caci maki, tidak pernah merasakan jalan
bersama lawan jenisku sendiri, dan masih banyak lagi setidaknya hidupku
mendapat pasangan hidup terbaik bukan duda atau om-om merupakan bagian keluh
kesahku.” masih seputar curahan hati kakak Zelby.
“Mengerikan
sekali kakak” tawaku masih meledak.
“Semua
bersamaan menyerang hidupku dan hal lebih mengerikan adalah pak tua berwajah
polos tapi menghanyutkan. Kemungkinan besar karena mengalami trauma
permasalahan pria tua sehingga saya tidak pernah menyukai pria berwajah tua
sekalipun umurnya masih terlalu muda. Terserah semua orang mengejek saya
seperti apa? Itu membuat saya jijik atau mengingat kejadian masa lalu.” Pertama
kali memandang wajah ka’Zelby terlihat ketakutan. Mempunyai tetangga sebelah
sebagai tempat untuk saling bercerita masalah masing-masing.
Bagian
12…
Harapan,
seni hidup, langkah kaki mengajarkan seseorang tentang secerca sinar saat
berada dalam suatu lingkaran objek tidak biasa. Kehidupan masing-masing pribadi
mempunyai cerita sendiri untuk dijalani. Zelby bersama bagian terbaik
pengalaman kisah hidupnya menjelaskan tentang harapan. Dunia Gi memiliki
perjalanan lain untuk mengekspresikan diri pada situasi tertentu. Kekesalan Gi menilai kepribadian Allred
seakan sedang mempermainkan diri sendiri dan orang lain. Hatinya bercerita satu
nama, tetapi kepribadiannya terlukis bagi orang lain.
“Bagaimana
bisa sampai kau memberitahukan tujuan terhadap Juan?” Nefrit berteriak keras
mendengar curahan hati Gi menjelaskan semuanya. Gi sendiri bingung menghadapi
pemecahan masalah kasus kematian ibu Laras, dunia kakaknya, perasaan kedua
sahabatnya, rasa menyukai terlalu dalam untuk Juan.
“Pesan
2 es kelapanya” Gi berdiri sekitar gerobak es.
“Gi
jawab pertanyaanku!” Nefrit sangat kesal.
“Kau
sendiri bagaimana tentang perasaanmu buat kakakku?” Gi mengalihkan…
“Jangan
mengalihkan pembicaraan! Saya hanya tidak ingin terjadi sesuatu denganmu”
“Ka’Juan
mempunyai kepribadian terbaik, jadi tenang saja” Gi memainkan gelasnya.
“Kau
menyukai ka’Juan?” Nefrit mulai curiga.
“Kau
menyukai kakakku? Kenapa selalu menyangkal?” Gi balik bertanya.
“Antara
saya dan ka’Allred ibaratnya langit sama bumi, jadi lebih baik mengubur
dalam-dalam. Sekarang jawab pertanyaanku” Nefrit balik menyerang…
“Saya
menyukai ka’Juan dan akan berjuang. Satu lagi saya tidak mau seperti dirimu
berjuang untuk tidak pernah memperlihatkan perasaanmu sendiri” Gi.
“Manusia
terlalu sempurna merupakan gambaran ka’Allred, jadi harus juga mendapat yang
terbaik seperti Nayah.” Nefrit menyadari dirinya dengan kualitas dibawah
standar…
“Kemarin
ucapanmu ingin memperbaiki keturunan, lantas kenapa jadi minder seperti ini?”
tegur Gi memeluk hangat sahabat terbaiknya. Sejak kecil mereka selalu hidup
bersama sampai masuk sekolahpun tetap bersama hingga pada akhirnya terpisah
oleh kampus berbeda. Mempunyai tanggal lahir sama adalah anugerah bagi
persahabatan mereka. Ayah Gi memberikan nama Nefrit Art ketika lahir karena
mempunyai makna.
“Heran
nama pemberian ayahmu buatku menurut sejarah cerita mempunyai makna mendalam”
Nefrit mengingat memory sejarah tersebut dari sang bunda.
“Kebetulan
saat itu kita masih tetangga, jadi pas kita berdua lahir secara bersamaan ibumu
menyuruh ayahku memberimu sebuah nama” Gi…
“Sebuah
batu paling bernilai selalu hidup di hati Tuhan bersama dengan seni terbaik di
dalamnya” ungkap Nefrit menjelaskan makna nama tersebut.
“Berarti
hidupmu mempunyai kualitas nilai dan seni, jadi jangan pernah minder” Gi…
“Ayahmu
hebat dalam memberi nama bahkan tidak terdengar seperti nama kampung atau
pembantulah pada hal Cuma petani” Nefrit tertawa…
“Kau
mengejek ayahku, rasakan ini” menginjak kaki Nefrit. Persahabatan terbaik yang
pernah dirasakan oleh mereka antara satu sama laini. Kegiatan lebih kacau lagi
yang dilakukan sekarang adalah membantu Gi memasarkan pakaian bekas di
kampusnya. Gi dan Juan selama beberapa hari berteriak sambil berjualan cakar
sekitar kampus Nefrit. Kenyataannya hidup sebagian mahasiswa ekonomi kelas
menengah bahkan berduit sekalipun bercerita tentang cakar alias pakaian bekas
import sesuaikan isi dompet.
“Cakar
cakar cakar buka baru tinggal dipilih, silahkan!” teriakan Gi mulai memasuki
ruang kelas satu demi satu sekitar kampus Nefrit.
“Wow,
Gi hebat” pujian Juan.
“Makasih
oppa” senyuma Gi.
“Bahasa
apaan itu” ledek Juan benar-benar jijik mendengar.
“Berapa
harganya?” salah seorang mahasiswa sedang bertanya. Berkeliling tempat kos
tidak jauh dari kampus Nefrit untuk memasarkan pakaian jualan mereka. Juan
sendiri terkadang mengelabui teman-teman kampusnya dengan berkata jika barang
yang dijual masih baru. Sebagian pakaian tersebut dicuci kemudian seterika,
beri label, bungkus baru biar terlihat baru bahkan dipasarkan melalui situs
online. Permasalahannya kampus Juan adalah hampir secara keseluruhan
mahasiswanya berasal dari ekonomi kelas atas, jadi harus punya strategi dalam
hal ini.
“Cepat
sembunyi!” Gi sangat ketakutan melihat kakaknya tiba-tiba berada di sekitar
kampus Nefrit. Gi sangat ketakutan melihat reaksi Allred jika menyadari sesuatu
hal. Lebih baik menghindari masalah dari pada harus memasuki perang dunia tiga
kelak. Nefrit memberi kode terhadap mereka berdua untuk tetap tenang.
“Hai
ka’Allred” teriak Nefrit menyambut kedatangan Allred tepat sekitar halaman…
“Lihat
Gi tidak?” Allred sibuk mencari adiknya.
“Kakak
Nef” seorang gadis kecil berlari memeluk Nefrit.
“Selby
kapan datang?” Nefrit hampir tak percaya Selby berada dalam pelukannya.
“Astaga,
ternyata Nef yang kukenal tak sepolos
itu” seorang temannya menegur.
“Maksudmu?”
Nefri tidak mengerti…
“Kau
sudah punya anak ternyata, mana lagi ayah anakmu cakep benar” jawabannya.
“Buu…”
Nefrit berusaha membantah.
“Mami”
Selby seakan sengaja mengelabui teman-teman kampus Nefrit.
“Buuuukaaannn”
Nefrit sedikit histeris.
“Selby
rindu pelukan mami” Selby gadis kecil berusia 3 tahun menyukai acting…
“Ayahnya
cakep, sedang ibunya seperti anak-anak terus jelek lagi bagaikan langit sama
bumi” ejekan kembali mahasiswa lain yang sedang menyaksikan mereka bertiga.
Allred hanya diam membisu tanpa berkata-kata seakan menikmati hinaan seperti
ini. Gi sendiri berusaha menahan tawa dari kejauhan melihat tingkah adiknya.
“Ayah
bundaku menitipkan Selby selama sebulan disini karena mereka berdua lagi punya
masalah penting di luar kota jadi tidak bisa dibawah karena perjalanan terlalu
jauh.” Allred menjelaskan penyebab Selby berada di ibukota. Mencari keberadaan
Gi biar bisa menjaga Selby karena Allred sendiri masih harus shift di rumah
sakit sekarang. Nefrit menawarkan diri menjaga Zelby…
“Selby
mau ikut ke rumah sakit” memasang wajah memohon.
“Selby
tidak boleh kesana” Allred membalas adiknya. Hal yang terjadi selanjutnya, Selby
terus menangis ingin ke rumah sakit, sedang Gi sengaja tidak mengaktifkan
HP’nya. Akhir cerita Allred terpaksa mengikuti kemauan Selby, namun Nefrit
harus tetap berada di samping Selby. Membiarkan Allred selama beberapa jam
menjalani tugasnya, sedang Nefrit dan Zelby sibuk berkeliling rumah sakit.
“Tuhan,
sembuhkan Sasa” doa seorang gadis kecil. Senyum Allred bermain menyaksikan
tingkah adiknya ternyata berada di ruang perawatan anak. Terdiagnosis kelainan
jantung sehingga harus menjalani rangkaian perawatan di rumah sakit, inilah
kisah perjalanan Sasa. Beberapa jam di rumah sakit membuat Selby mendapat teman
baru.
“Ayo
pulang!” Allred tiba-tiba muncul depan mereka. Meminta izin pulang cepat dengan
sebuah alasan kecil tetapi lebih memudahkan Allred. Bagaimana tidak kepala
ruangan menyukai ketampanan wajah Allred, jadi apapun kemauannya pasti
disetujui. Allred membawa mereka berdua menuju pusat hiburan permainan anak.
“Maaf
Nayah sepertinya untuk hari ini kita tidak bisa bertemu” menutup telepon
seketika depan Nefrit.
“Nayah
itu siapa?” wajah cemberut Selby melihat kakaknya.
“Teman
kakak” jawaban Allred berusaha membersihkan wajah adiknya. Maklum, namanya juga
anak kecil makan ice cream pasti blepotan dimana-mana. Objek tak terduga Allred
menikmati suasana hiburan bersama mereka sampai tertawa lepas. Bermain, selfie,
berjuang mengambil boneka, game permainan, berlari sambil tertawa merupakan hal
terbaru untuknya saat ini. Hingga pada akhirnya Selby tertidur lelap dalam
gendongan Nefrit. Dapat dikatakan Selby memang sejak lahir sudah lengket dengan
sahabat kakaknya.
“Bagaimana
kuliahmu?” Allred memecah kehingan setelah menidurkan Selby di kamar.
“Kakak,
bantu saya menyelesaikan tugasku yang satu ini” Nefrit penuh semangat berlutut
di hadapan Allred seketika seperti biasanya.
“Hentikan
tingkah seperti ini, selalu saja!” Allred menggeleng-gelengkan kepala. Nefrit
segera berdiri kemudian menarik keras juga mendorong tubuh Allred menuju ruang
tamu ukuran kecil di rumah ini. Mengeluarkan laptop, buku, pulpen, paket
internet, hand phone untuk menyelesaikan tugas kampusnya. Kebiasaan Nefrit
menyuruh Allred membantunya walaupun mempunyai jurusan berbeda.
“Coba
kumpulkan data tentang hubungan antara desain arsitek, pariwisata, promosi, dan
perhotelan melalui om google!” Allred berkata-kata sambil melingkari beberapa
istilah penting lembaran buku milik Nefrit.
“Kakak
kalau saya sudah tahu juga, tidak mungkin menyuruh begini” cetus Nefrit.
“Justru
karena harus belajar sekaligus sebagai catatan bahan finalmu nanti” Allred.
“Jadi
kakak mau membantuku belajar kalau final nanti?” semangat Nefrit.
“Ujianmu
kapan?” seakan Allred menandakan akan membantu Nefrit.
“Seminggu
lagi ujian final kenaikan semester” Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat
akan memasuki tahun kedua kuliah Nefrit. Hal tak terduga lagi adalah senyum
manis terukir pada wajah Allred melihat tingkah laku Nefrit. Pada dasarnya
Allred menyukai tingkah Nefrit seperti anak kecil, rambut kuncir dua, berponi,
merengek, berlutut meminta bantuan. Perbedaan Nefrit dan adiknya hanya terletak
pada rambut semata, dimana Gi mempunyai rambut pendek sedang Nefrit berambut
panjang.
Nefrit
hanya tidak percaya diri terhadap kemampuan otaknya selama ini. Walaupun
beberapa tahun mengalami kesulitan pelajaran apa lagi matematika tetapi
sekarang mengalami banyak kemajuan. Dapat dikatakan kadar otaknya tidak lagi
berada pada tingkat kebodohan level
paling rendah. Perjuangannya berlutut memohon bantuan Allred memberi hasil
terbaik juga kemajuan setahap demi setahap. Siapa yang menyangka manusia paling
sulit diajar membaca sewaktu kecil sekarang menjadi sosok pribadi berbeda.
“Sudah
dapat jawaban pertanyaanku tadi?” pandangan mata Allred tetap fokus pada buku
di hadapannya, sedang Nefrit hanya mengangguk dan mulai menjelaskan…
“Sekarang
gunakan pemikiranmu sendiri bukan hasil tebak om google!” Allred.
“Dapat
dikatakan jika desain arsitek merupakan hal paling menarik untuk memikat
wisatawan mancanegara dalam dunia pariwisata termasuk permasalahan perhotelan
sendiri. Menciptakan sesuatu yang unik, berbeda, tak pernah ada dapat
memberikan keuntungan bagi dunia perhotelan sendiri.” Nefrit hanya mencoba
menjelaskan…
“Saya
pulang” rambut Gi berantakan masuk membuat mereka kaget bukan main…
Rasa
geram luar biasa benar-benar nampak pada wajah Allred melihat tingkah adiknya.
Gi seakan tidak memperdulikan kakaknya hanya berjalan masuk kamar. “Gi” Allred
mengejar Gi masuk dan berhasil menarik tangannya keluar dari kamar agar tidak
membangunkan tidur Selby. Batas kesabaran Allred sudah habis menyaksikan
tingkah Gi.
“Kakak
lepaskan! Sakit” Gi berusaha melepaskan diri.
“Gi
kesakitan ka,” Nefrit berusaha membantu Gi lepas dari Allred.
“Kenapa
tingkahmu makin hancur begini?” melepas kasar tangan Gi.
Sejenak
mereka bertiga terdiam tanpa seorangpun berkata-kata satu sama lain. Allred
tidak pernah menyangka adiknya bertingkah melewati batas pulang selarut ini
terlebih Selby butuh penjaga untuk sebulan. “Ka’Allred sendiri kenapa terus mempermainkan
perasaan sahabatku?” Gi mulai mengangkat suara…
“Gi
jangan berkata seperti itu sama ka’Allred” Nefrit menutup mulut Gi memakai
tangannya agar tidak melewati batas berbicara.
“Lepaskan,
kakak harus memilih Nayah atau Nefrit” nada suara Gi sedikit keras…
“Gi
keterlaluan” Nefrit kecewa melihat sahabatnya. Hal terbaik buat Nefrit adalah
meninggalkan sahabatnya berhadapan langsung dengan Allred tanpa memperdulikan
apapun.
“Nef
mau kemana? Biarkan kakakku menyadari perasaannya dan harus memilih…” Gi
berusaha menghentikan kepergian sahabatnya namun tidak berhasil. Gi menjatuhkan
tubuhnya ke lantai seketika dan menangis keras.
“Harusnya
yang nangis itu Nefrit atau Nayah bukannya adikku” pertama kali bagi Allred
menghapus air mata adiknya dan mendekap hangat dirinya. Hubungan persahabatan
adiknya menyadarkan perasaan bersalahnya terhadap mereka.
“Nayah
melihat kakak menghabiskan waktu seharian bersama Nefrit sampai akhirnya
menangis berjam-jam di depanku. Menurut pikirannya kalau kakak berbohong”
Allred tidak menyangka Nayah berpikiran semacam itu.
“Selama
ini kakak terbiasa harus berhadapan dengan banyak gadis di luar sana dari
paling remaja sampai dewasa. Namun, perjalanan sekarang mempunyai cerita
sendiri, kenapa?” Allred masih mendekap adiknya.
“Kenapa
memang kakak?” Gi.
“Dua
gadis yang sedang menyukai diriku sekarang sahabat terbaik adikku.” Allred.
“Nefrit
berjuang menutup rapat perasaannya, tapi saya tahu cinta pertamanya sejak dulu
adalah kakakku.” Gi.
Allred
terdiam mendengar adiknya berkata-kata. Termenung dalam kamar seorang diri
mengingat setiap kekesalan Gi, cara Nefrit berlutut setiap berada di hadapannya
meminta bantuan, kepribadian Nayah. Membuka galeri HP android miliknya dan
menemukan banyak kenangan masa kecil adiknya bersama Nefrit tersimpan di dalam.
Tidak pernah ada yang menyadari jika Allred sering mengabadikan kegiatan
mereka. Bagaimana Nefrit dan Gi tertawa melihat tangisan pertama kali Selby
sewaktu lahir. Wajah cemberut Nefrit menyuapi Selby sesendok makanan dan masih
banyak lagi.
“Jangan
berhenti menyukaiku” Allred berbisik sendiri dalam dinding senyap kamarnya.
“Kakak”
senyuman Selby membangunkan Allred. Sinar matahari pagi menyadarkan diri
Allred, tertidur semalaman di kursi tanpa beranjak sekalipun.
“Selby
lapar” rengekan Selby terhadap Allred.
“Tunggu
sebentar” berusaha berdiri…
“Selby,
ayo makan” Gi membawa sepiring bubur buat adik kecilnya. Matahari belum terbit
Gi lebih dulu bangun membuat sarapan buat adik kecilnya. Orang tuanya
menitipkan Selby di rumah karena urusan mendadak di luar kota. Allred berjalan
masuk kamar mandi, sedang Gi memberi makan Selby. Allred mesti bertemu dosen
hari ini sebelum ke kantor pengacara terkenal, sedang Gi ada kuliah pagi jadi
terpaksa membawa Selby harus ke kampus. Tetangga sebelah mereka sedang sibuk
bekerja masih belum bisa diganggu untuk sementara waktu.
Suasana
ramai, teriakan, lalu lalang mahasiswa dan masih banyak lagi memenuhi kampus
seperti biasa. “Gi, siapa gadis kecil ini?” Goldy berjalan ke arah mereka
seperti kebingungan.
“Imutnya”
Sania mencubit pipi Selby.
“Mami
sakit” Selby sepertinya bersikap usil terhadap kakaknya sendiri. Suara Selby
terlalu keras berteriak sehingga seluruh penghuni kampus dikejutkan oleh
dirinya. Seluruh penghuni fakultas tersebut mulai bereaksi terhadap gosip pagi
ini. Menganggap Gi mempunyai anak masih berusia 3 tahun membuatnya tidak tahu
harus menjelaskan seperti apa. Entah dari mana Selby mendapat kata seperti itu,
pada hal kedua orang tuanya saja hanya dipanggil ayah-bunda mengingat berasal
dari kampung.
“Kakak
kemarilah, Selby membuat saya dalam masalah besar” wajah Gi merah padam
mendengar semua orang membicarakan dirinya bersama pandangan sinis...
“Tidak
bisa Gi,” jawaban Allred melalui telepon.
“Papi,”
teriakan Selby sambil berlari ke tempat Allred berdiri. Suasana kampus makin gaduh
melihat Selby berteriak memanggil papi ke arah cowok paling populer. Hampir
keseluruhan penduduk mahasiswa terkena serangan jantung mendadak. Bagaimana
tidak, cowok paling diidolakan ternyata sudah mempunyai anak berusia 3 tahun.
“Gi,
kenapa kau merahasiakan hubunganmu dengan idola kampus?” Sania marah…
“Bukan
begitu” Gi terbata-bata berkata-kata masih berusaha menjelaskan.
Bagian
13…
Gilia…
Masalah
terbaru dibuat oleh Selby saat pertama kali menginjakkan kaki sekitar kampus.
Siapa juga mengajari adiknya bertingkah usil seperti ini sampai harus
berhadapan dengan gosip, seluruh mahasiswa, dosen, juga segala jenis penghuni
kampus. “Jelaskan pada kami kenapa kalian menyembunyikan identitas seperti
ini?” salah satu dosen bertanya terhadap kami. Harus berhadapan dengan 2
fakultas yang masih menjadi tetangga baik sampai akhir Selby membuat masalah
besar. Harus berdiri dalam satu gedung besar yang terdiri dari para dosen dari
2 fakultas bersama seluruh mahasiswa untuk menjelaskan semuanya. Terdengar
tangisan para mahasiswi menyatakan rasa luka paling dalam menerima kenyataan.
“Habis
sudah kelakuanmu Selby” Allred tidak habis pikir melihat tingkah adiknya…
“Tidak
seperti itu ceritanya” saya berusaha menjelaskan tetapi…
“Cerita
apanya? Jelas-jelas Gi dan Allred sudah punya anak” Mr. George mangamuk…
“Mami
kenapa mereka mengamuk?” wajah Selby terlihat ketakutan.
“Kakak
bicara sekarang, jelaskan” mendorong keras Allred lebih ke depan.
“Kakak,”
semua serentak menyebut nama tersebut.
“Itu panggilan sayang Gi buat ayah anaknya
ternyata” Vari hampir tak percaya.
“Pernikahan
dini terjadi tapi masih disembunyikan” Kirey marah besar.
“Hampir
saja saya menggoda istri sahabatku sendiri” Danils berteriak keras…
“Bukan,”
saya merasa berada dalam neraka level tinggi sekarang, sedang ka’Allred
tiba-tiba saja tertawa melihat tingkahku.
“Kenapa
tertawa?” Mr. George.
“Beri
saya kesempatan menjelaskan semuanya” pertama kali lengkingan suara Allred terdengar
menakutkan seketika sehingga membuat gedung hening beberapa saat.
“Kami
berdua saudara kandung bukan pasangan mesum atau suami-istri, ngerti?” Allred
membuka dompetnya dan memperlihatkan foto keluarganya.
“Lantas
kenapa gadis kecil ini memanggil kalian
papi-mami?” Danils bingung…
“Selby
menonton film kartun kemarin” Selby tiba-tiba saja bersuara…
Kesalahan
terbesar ka’Allred adalah merahasiakan tentang hubungan persaudaraan kami
sehingga berakhir tragis seperti sekarang. Menjelaskan jika saya dan Selby
ternyata adik kandungnya bukan status sebagai istri dan anak. Jarak usia kami
memang jauh terlebih dengan Selby sendiri. “Makanya, jangan langsung
menyimpulkan” salah satu dosen bernada geram melihat tingkah laku penghuni
kampus.
“Lain
kali Selby tidak boleh bertingkah seperti ini!” menegur Selby.
“Jangan
memarahi gadis kecil itu, kan sayang” Kirey berlari kecil mencari perhatian…
Akhirnya
masalah yang ditimbulkan Selby selesai juga. “Dugaanku salah,” fans ka’Allred
menyusuri kampus mendekat terhadapku. Mereka semua ingin menjadi pasangan
terbaik kakakku, inilah alasan kenapa kakak berjuang menutup rapat status
adiknya sendiri di kampus. Berlari dari kejaran mereka menuju parkiran setelah
pulang jam kuliah berakhir.
“Gi,
naiklah” Goldy menarik tanganku ke mobil, sedang Selby sudah dibawah pulang
ka’Allred beberapa jam lalu karena membuat masalah. Meninggalkan motorku
sekitar parkiran kampus, setelah itu berada di atas mobil Goldy.
“Sania”
terkejut melihat mereka berdua.
“Hai”
senyum Sania. Mereka berdua terlihat mencurigakan satu sama lain…
“Jangan
katakan…” ujarku memancing…
“Kami
berdua berpacaran” spontan Goldy menjawab. Hubungan teman berakhir menjadi
sepasang kekasih sebulan lalu tetapi tertutup rapat tanpa rasa curiga siapapun.
Saya hanya ingin dijadikan obat nyamuk oleh mereka berdua selama sehari.
“Semoga
bahagia” tersenyum walaupun harus menjadi obat nyamuk. Goldy tidak kesulitan
akan permasalahan keuangan atau apapun itu mengingat perusahaan industry kerajinan
milik orang tuanya mempunyai pengaruh cukup besar. Bergerak di bidang seperti
ini membuka lapangan kerja lebih besar terhadap kehidupan banyak orang. Memakai
beberapa bahan utama untuk membuat sebuah karya. Salah satu contohnya gabah
padi melalui beberapa proses dan pengawetan, akhir cerita dibuat menjadi
beberapa karya. Seperti kain horden dengan variasi anyaman modern di rumah, tas,
casing beberapa barang elektornik (diantara rice cooker,kulkas, TV, &
lain-lain), meja, kursi, beberapa peralatan rumah tangga menjadi bagian karya terbaik
memakai bahan utama yaitu sisa gabah padi.
“Btw,
turunkan saya disini!” menepuk tangan Goldy dari belakang.
“Memang
kenapa?” Goldy menghentikan mobilnya.
“Ada
hal yang harus saya lakukan” membuka pintu mobil setelah itu berlari menuju
suatu tempat. Memecahkan misteri kasus pembunuhan ibu Laras membuatku mengenal
sosok Juan bersama secerca sinar dalam hidupnya untuk berjalan. Menurut
informasi Nefrit, jika Brave mempunyai jadwal padat setiap hari terhadap
perusahaannya sendiri. Kedua anak ibu Laras memiliki kepribadian berbeda untuk
menjalani suatu objek. Brave bersikap tenang, kharismatik, dewasa, lembut,
berpendidikan, tampan, juga hidup seperti ibunya yaitu menghadiri kegiatan amal
setiap saat. Juan mempunyai cerita tersendiri dimana merasakan kehidupan kecil,
keras, mandiri, cuek, suka mengupil, kentut sembarangan, serta banyak terkacau
dalam dirinya.
Juan
tidak pernah ingin memperlihatkan terhadap dunia kelembutan hatinya. Cukup
Tuhan saja menyadari apapun yang dilakukan olehnya dalam keseharian. Berada di
tengah kumpulan pengemis untuk mengajarkan banyak hal, tertawa juga bermain,
bersama banyak anak sekitar lingkungan pemulung, merawat sekumpulan manusia
diagnosis gangguan mental, memberi tanpa harus memerkan terhadap siapapun apa
yang dilakukannya. Tuhan, jujur menyukai ka’Juan dengan kepribadian terbaik
dalam dirinya. Terimah kasih membuatku memahami petualangan demi petualangan
melalui kehidupannya.
“Banyak
orang hanya bisa berteori, namun kenyataannya praktek kehidupan mati” lirihku
memandang senyum ka’Juan. Berbeda ketika melihat jalur hidup ka’Juan mengajarkan
tentang praktek sesungguhnya tanpa harus merangkai kata-kata terbaik depan
banyak orang. Calon pengacara terjorok membuatku tersenyum melihat kelembutan
hatinya.
“Ka’Juan
tidak tertarik mencari tahu pembunuh ibu Laras alias ibu kandungmu sendiri?”
memancing dirinya sekarang. Ka’Juan tetap mengayuh sepedanya sedang saya tetap
berada di belakang.
“Saya
belajar melupakan kematian mama bukan berarti menjadi anak durhaka.” Sebuah
kalimat bernada ganjil dari mulutnya. Kenapa Brave tidak pernah ingin berada di
hadapannya setelah kematian ibu kandung mereka? Mana mungkin Brave melupakan
adiknya jika memperhatikan kepribadiannya sesuai informasi Nefrit sendiri.
Menganalisa 2 pribadi anak ibu Laras untuk memecahkan misteri pembunuhan
sebenarnya dan beberapa permainan saham perusahaan.
“Ka’Juan
antar saya ke suatu tempat memakai sepeda ini!” ka’Juan mengikut saja kemauaku.
Setengah jam berlalu, akhirnya kami tiba di sebuah rumah besar seperti istana.
Berjalan masuk langsung menuju kamar utama pemilik rumah setelah pintu pagar
terbuka. Terlihat jelas sosok Nayah seakan tak memiliki harapan hidup. Juan
bertanya mengapa membawa dirinya berada di istana seperti ini. Saya berusaha menjelaskan
kalau pemilik rumah ini dan perusahaannya sedang bermasalah akibat beberapa
permasalahan termasuk misteri kematian ibu Laras.
“Kenapa
wajah temanmu menyeramkan seperti itu?” Juan ketakutan. Kejadian kemarin
membuat Nayah terus saja menangis memikirkan ka’Allred. Belum menyadari kalau
antara saya dan ka’Allred ternyata kakak-beradik.
“Saya
benar-benar mencintai ka’Allred” dalam pemikiran Nayah sekarang hanya ada
ka’Allred seorang bukan lagi bercerita tentang permasalahan perusahaan orang
tuanya.
“Ooohhh,
si’manusia sempurna itu penyebabnya” ka’Juan tidak memperdulikan perasaanku
sebagai adik ka’Allred.
“Beruntung
sekali dia. Setiap hari pasti ada saja cewek menangis, mengemis cinta, hampir
mati karena bunuh diri gara-gara dia” gerutu ka’Juan. Selama ini saya hanya
tahu kalau ka’Allred menjadi idola gadis manapun, tetapi baru menyadari banyak
lawan jenisnya hampir mati bunuh diri karena dirinya.
“Gadis
cengeng, hidup itu tidak hanya bercerita tentang lawan jenis melainkan ada hal
lain jauh lebih menyenangkan.” Cetus ka’Juan risih melihat air mata Nayah.
“Nayah,
berhenti menangis” gertakku tidak tahan melihat tangisannya. Beberapa saat
kemudian tangisannya berhenti juga. Menyuruh dia melupakan permasalahan kisah
perjalanan cintanya serta lebih fokus terhadap misteri pembunuhan ibu Laras.
Memperkenalkan ka’Juan sebagai anak kandung korban pembunuhan. Sontak membuat
Nayah kaget atas tindakanku sekarang. Memberi tahu permasalahan sebenarnya
terhadap putra bungsu ibu Laras.
Ka’Juan
hanya termenung memandang mata sembab Nayah. Ada sesuatu tidak beres dibalik
proses transaksi saham perusahaan milik orang tua Nayah. Polisi semakin gencar
melakukan penyelidikan pelaku utama pembunuhan ibu Laras. Segala jenis bukti
seakan tertujuh terhadap pak Wijaya semata namun belum cukup kuat menyatakan
semua itu. Salah seorang karyawan terbaik menghilang tiba-tiba tanpa penyebab
pasti. Nayah masih terus mencari informasi Riana dan penyebab pasti tiba-tiba
menghilang. Dugaan kuat pembunuhan ibu Laras dimainkan oleh Riana sendiri
menurut versiku untuk saat ini.
Pamit
pulang jangan sampai kakakku menanyakan diriku lagi. “Pembunuhan mama masih dalam
penyelidikan, jadi jangan berpikir untuk mati karena seorang pria tidak jelas”
ka’Juan alergi mendengar tangisan Nayah sehingga berkata-kata seperti itu.
Nayah sendiri hanya diam membisu tanpa membalas ucapan ka’Juan. Perjalanan hari
ini sangat melelahkan bahkan menguras keringat juga terlebih saat keributan
akibat perbuatan Selby.
Tiba-tiba ingatanku bergema tentang curahan
kehidupan ka’Zelby memenuhi kepalaku sekarang. Hidup kakak Zelby mempunyai
pengalaman berbeda dari kebanyakan orang bersama cerita tak biasa. Harus
mengerti tentang alur kisah percintaan yang terkadang membutuhkan waktu untuk
dimengerti. Permasalahan kedua sahabatku menyukai ka’Allred dan bagaimana
menghadapi kepribadian masing-masing tanpa memihak siapapun. Nayah baru
menyadari kalau ternyata ka’Allred kakak kandungku sendiri berbeda dengan
Nefrit sejak kecil kami sudah bersahabat. Saya hanya tidak ingin kedua
sahabatku tersakiti sehingga marah harus mengamuk keras terhadap ka’Allred.
“Maaf
atas kelakuanku” mengejutkan ka’Allred dalam kamarnya.
“Kenapa
harus minta maaf?” masih bersikap cuek sambil membolak balikkan bukunya.
“Saya
hanya tidak ingin satu sama lain tersakiti, kenapa? Karena kalian bagian
terbaik buat kehidupanku sendiri” menarik kursi lain untuk berada di
sampingnya. Ka’Allred tetap kakak terbaik buatku sedingin apapun kepribadian
dalam dirinya. Saya baru menyadari ternyata karakter seperti ini selalu menjadi
incaran sebagian besar gadis di luar sana termasuk kedua sahabatku.
“Jangan
menyakiti siapapun juga. Seseorang mengajarkan untuk mengerti segala keputusan
yang harus diambil dan tidak sekedar berkata-kata.” Menatap serius wajah
ka’Allred.
“Kalau
bukan tetangga sebelah berarti Nefrit mengajarimu berucap seperti ini” melepas
kaca matanya sejenak.
“Terserah
kakak” membalas ucapannya.
“Entah
kakak akan memilih salah satu dari mereka atau sebaliknya tidak sama sekali,
tetaplah bersikap netral seperti yang kukenal sebelumnya” kedua kalinya kakak membawaku dalam dekapan hangatnya.
“Mana
mungkin kakak mau memanfaatkan atau tidak bijak melihat situasi terlebih mereka
sahabat terbaik buat adikku.” Masih tetap mendekap kuat adiknya sendiri.
“Trimah
kasih oppa” membalas pelukan ka’Allred.
“Beri
kakak kesempatan! Kakak hanya butuh waktu untuk berpikir seperti keinginanmu
menghadapi masalah” pertama kali mengecup pucuk kepalaku. Raut wajah
menyedihkan selalu terpancar ketika berada di hadapanku. Menganggap diri tidak
mempunyai kepribadian baik, kelebihan menonjol, minder tetapi bermimpi mencapai
langit itulah Nefrit. Hanya meminta bantuanku maupun kakak untuk mengasah
otaknya sedikit demi sedikit. Bagaimanapun juga mereka berdua sahabat bukan
orang lain buatku. Bersikap netral tanpa harus memihak sebelah tetapi juga
memberikan semangat.
“Gi
memang sahabat terbaik” senyum Ka’Zelby sejam lalu mengajakku lari pagi
menikmati suasana embun segar.
“Setidaknya
masalah sahabat masih jauh lebih baik dibanding apa yang kakak hadapi” duduk
menatap ke langit di atas sekumpulan rumput hijau.
“Bertahun-tahun
melewati perjalanan hidup semenjak sesuatu hal menimpa kehidupanku sendiri. Hal
pertama selalu ada mengiring doaku…” ucapannya terpotong…
“Kakak”
suara pelan terlontar…
“Entah
percaya atau hatiku hanya sekedar bercanda untuk mempercayai semua hal yang
akan terjadi buatku suatu hari kelak. Hanya saja dalam doa pada pagi maupun
malam hari selalu membawanya tanpa pernah terlewatkan sedikitpun.” Ka’Zelby.
“Doa
seperti apa?”
“Terimah
kasih Tuhan, dimana sudah memberikan roh kerendahan hati buatku dan tidak akan
pernah mencuri kemuliaanMU setitikpun. Tidak akan pernah jatuh hanya karena
tahta, harta, maupun lawan jenisku sendiri bagaimanapun Engkau membuatku berada
pada puncak setinggi apapun merupakan isi doa bahkan menyelipkan dalam puasaku
setiap saat.” Jawaban ka’Zelby.
“Bukan
karena saya ingin mendapat pujian atau mencari simpatik sehingga mengutarakan
pergumulan seperti ini. Seseorang dapat saja berubah sewaktu-waktu baik dari
segi pribadi juga hal lainnya sama seperti diriku sendiri.” Memandang ke langit
sambil tersenyum kembali melanjutkan ucapannya.
“Saya
pernah mendengar seseorang akan jatuh jika diperhadapkan 3 hal yaitu tahta,
harta, wanita” mengingat pernyataan seseorang…
“Memang
benar bahkan tidak hanya berlaku bagi pria tetapi juga sering terjadi pada
wanita. Permasalahan terbesar seseorang bukan karena beban hidup sehingga
membuatnya menangis setiap saat melainkan ketika berada di suatu area tertinggi
dari kejayaan dirinya.” Ka’Zelby…
“Berarti?”
“Kelak
Gi pasti mengerti ucapanku. Saat semua terpenuhi baik segi materi, tahta, lawan
jenis, ketenaran bahkan seluruh duniapun dapat tunduk dalam sekejap tanpa
disadari saat itulah seseorang dapat terjatuh lebih dari bayangan siapapun.” ka’Zelby.
“Mulutku
dapat saja berkata semua karena Tuhan tetapi tidak buat hatiku berteriak rasa
takut tersaingi, akan hancur, serakah, menginginkan lebih dari sebuah tahta,
termasuk berada dalam belenggu dosa karena lawan jenis. Inilah keadaan dimana dalam
sekejap seseorang berada dalam jurang.” Ka’Zelby melanjutkan lagi ucapannya.
“Ternyata
sebagian besar orang mengalami permasalahan seperti ini?” baru menyadari suatu
area kehidupan. Bukan karena pergumulan, beban hidup, masalah silih berganti
menghancurkan hidup seseorang melainkan saat pribadi sama sekali tidak pernah
menyadari telah berada pada sebuah belenggu setelah mencapai titik puncak terbaik.
“Entah
saya terlalu sensitive, cepat berpikir jika orang itu menyukai saya, atau
seperti apa hingga suatu ketika perasaanku berkata lain” ka’Zelby.
“Apa
kakak mempunyai pengalaman lain lagi?” berbalik ke arahnya.
“Masih
seputar teman IGku kemarin” spontan menjawab…
“Pria
bule atau …” tanyaku…
“Saya
merasa kalau sahabatnya menyukai diriku juga, pada hal kalau dipikir-pikir
komentarku hanya sekedar bahan bercanda atau menghibur diri sendiri ibarat
netisen menggoda seorang artis.” Ka’Zelby.
“Maksud
kakak pria bule itu lagi?” terlihat mimic wajahku sedikit aneh, sedang ka’Zelby
sendiri hanya mengangguk membenarkan tebakanku.
“Kesalahan
terbesarku adalah mencari penghiburan melalui media social sekalipun tidak
melewati batas tetapi tidak pernah terpikirkan sama sekali jika berujung dengan
sesuatu hal.” Seakan menyesal atas perbuatannya.
“Sahabatnya
mana mungkin mengenal kakak?” pancingku. Ka’Zelby hanya tersenyum mendengar
pernyataanku. Menjelaskan bagaimana ka’Zelby sengaja membuat beberapa komentar
candaan semata pada kolom komentar sahabat pria tersebut. Seiring waktu
berjalan seakan sahabatnya memendam sebuah perasaan suka. Dimulai dari dialog
awal tahun yang sedang terjadi pada salah satu post sahabat pria bule tersebut,
menjelaskan sesuatu hal mengganjal. Seolah sekedar mencari perhatian dengan
sengaja menyelipkan satu kata bahasa negara ini melalui beberapa post. Demi
mengalihkan perhatian netizen biar tidak terbaca sengaja memacari seorang
wanita. Hal lebih mengejutkan wanita itu sendiri merupakan manusia pertama
memancing dialog permainan.
“Kakak
yakin itu pacarnya?” pertanyaanku…
“Entahlah,
kemungkinan juga hanya berperan sebagai pacar settingan pada dunia medsos dan
kalaupun benar pacarnya berarti wanita itu hanya sebagai bahan pelarian atau
pelampiasan saja menurut feelingku.” Ka’Zelby.
“Raut
wajah, pandangan mata, beberapa postingan, beberapa netisen seakan sengaja
menulis kolom komentar pada IG milik mereka berdua. Beberapa saat berpikir itu
tidak mungkin berhubungan dengan saya, tetapi hatiku berkata lain. Terlebih
salah satu netisen sengaja menulis namanya seakan memancing pada kolom komentar
sahabatnya sendiri.” Masih melanjutkan kata-katanya.
“Menjadi
pertanyaan apa kakak mempunyai perasaan terhadap sahabatnya atau tidak?
Pertanyaanku lagi…
“Saya
hanya sekedar iseng sebagai bahan penghiburan semata. Jujur, masalahku sudah
terlalu banyak dan seakan tersudutkan dari berbagai pihak, permasalahan budaya
pacaran berada di ambang batas, sesuatu hal terjadi dalam hidupku bahkan belum
memperlihatkan titik penyelesaian, dan masih banyak lagi.” Jawaban ka’Zelby.
“Kesimpulannya
kakak menyukai sahabatnya atau tidak sama sekali?”
“Saya
hanya menganggap hubungan ini ibarat artis dan netizen bahkan tidak lebih dari
itu. Masalahku sudah terlalu banyak, tidak mungkin menambah beban masalah lagi”
ka’Zelby.
“Terkadang
saya ingin menertawakan diri sendiri, kalau benar-benar sahabatnya menyukai
diriku berarti hidupku harus benar-benar banyak bergumul kuat setiap hari pada
saat itu.” Ka’Zelby tersenyum sambil melanjutkan bercerita tentang kisahnya.
“Kenapa
kakak berkata seperti itu?”
“Kenapa?
Jangan sampai saya jatuh dalam pencobaan dengan kata lain berada di jurang
hanya karena lawan jenisku sendiri. Mempunyai mimpi, sesuatu terjadi pada
diriku selama bertahun-tahun, kemungkinan besar jalan yang harus kulewati kelak
bercerita tentang tantangan bahkan bisa jadi jebakan suka maupun tidak suka merupakan
bagian perjalanan hidupku kelak.” Ka’Zelby.
“Berada
di jurang” berbisik jauh di dasar hati sendiri mendengar pernyataan tersebut.
“Anggap
saja ini merupakan seni hidup bagi perjalananku sendiri.” Ka’Zelby melanjutkan…
“Seni
hidup terbaik…” lirihku.
“Hal
lebih lucu kenanganku kemarin adalah beberapa fansnya berkomentar pada postnya di
media social?” ka’Zelby.
“Post
milik siapa? dia atau sahabatnya?” bertatapan kembali dengan ka’Zelby.
“Tentu
saja dia. Seakan beberapa fansnya mengejek dia menyukai anak dibawah umur,
sedangkan fisik wajahnya itu dewasa” ka’Zelby.
“Anak
dibawah umur? Maksudnya…?”
“Setiap
saya post foto pada IG bisa dikatakan terlihat masih berusia belasan tahun sehingga
beberapa dari mereka mengejek dirinya, kenapa menyukai anak dibawah umur.” Ka’Zelby.
“Pada
hal mereka tidak tahu saja kalau umurku lebih tua darinya. Memang sih, banyak
orang berkata kenapa wajahku masih seperti anak-anak bahkan ada yang bilang
kalau saya memakai ilmu hitam atau mantra biar awet muda.” Ka’Zelby.
“Kalau
dilihat seperti wajahku cute habis, penyebab wajah kakak seperti itu?”
menertawakan diri sendiri.
“Mungkin
penyebab wajahku seperti ini juga karena sesuatu yang saya alami selama
bertahun-tahun, selain itu selalu berdoa sama Tuhan.” Ka’Zelby.
“Berarti
mitovasi kakak berdoa biar awet muda gitu?” kalimatku…
“Bukan
seperti itu, tapi percaya atau tidak kalau seseorang yang selalu berdoa di
hadapan Tuhan bentuk wajahnya pasti beda saja dari yang lain sekalipun tanpa
perawatan atau lapisan make-up.” Ka’Zelby.
“Kenapa
kakak tidak berpakaian lebih dewasa? Bukan berarti mengejek stylish ka’Zelby”
sekedar berjaga-jaga jangan sampai tersinggung…
“Jujur,
saya tidak menyukai berpakaian terlalu dewasa dan itu membuatku kegelian
terlebih memakai lapisan make-up tebal. Itu bukan bagian hidupku” Ka’Zelby.
“Sama
denganku tidak menyukai busana terlalu tante-tante.” Masing-masing orang
mempunyai busana pakaian tersendiri juga tidak bisa dipaksakan ke semua orang
tentunya.
“Setidaknya
dialog barusan seperti ini membuat kakak melupakan masalah” ujarku lagi.
“Terkadang
saya harus hidup dalam ketakutan tentang sesuatu hal” ka’Zelby.
“Sesuatu
hal?” ujarku.
“Bagaimana
kalau saya tidak akan pernah menikah dan
mempunyai anak karena sesuatu yang terjadi dalam hidupku? Apa yang akan terjadi
andai kata belum memperlihatkan tanda sama sekali tentang semua teka teki
misteri hidupku sendiri? Bisakah saya berlari mengejar mimpiku tanpa berpikir
apapun?” ungkapan pernyataan darinya.
“Kalau
boleh tahu ciri-ciri pasangan hidup ka’Zelby sendiri seperti apa? Siapa tahu
bisa berjodoh dengan ka’Allred” ucapanku membuat ka’Zelby tertawa lebar.
Terdengar lucu memang kalau di pikir-pikir sih…
“Cukup
dua sahabatmu saja memperebutkan kakakmu dan jangan pernah membawa namaku,
ngerti?” masih tetap tertawa akibat pernyataanku sendiri…
“Kakak”
memasang wajah cemberut.
“Minimal
beberapa bulan melewati sesuatu yang kuperintahkan meninggalkan zona nyaman dan
belajar merendahkan hati untuk mengerti kehidupan.” Ka’Zelby.
“Setelah
itu?”
“Saya
juga masih berpikir umur, jadi setelah itu harus membuat perjanjian hitam di
atas putih dimana siap melewati permainan proses sesuai peraturan melalui
tanganku sendiri setelah menikah. Sekumpulan pendeta tertentu akan menjadi
saksi perjanjian tersebut, dan jika pihak bersangkutan melanggar aturan atau
tidak menepati harus siap berhadapan dengan Tuhan secara langsung.” Ka’Zelby.
“Memangnya
segitu sakralnya?”
“Perjanjian
tersebut terbilang sacral karena sekumpulan pendeta tertentu menjadi saksi
sekaligus pendoa atas selembar kertas tersebut. Keadaan membuat saya harus
melakukan hal-hal seperti ini dan tidak bercerita tentang tuntutan paling
sempurna atau apapun itu.” Ka’Zelby. Kisah hidup, ketakutan, proses, kata
sacral, pergumulan, misteri hidup selama bertahun-tahun menjadi bagian
perjalanan dirinya.
“Ternyata
masalahku belum seberapa dibanding masalah kakak sendiri” ujarku.
“Seperti
itulah kemungkinan…” ka’Zelby.
“Ternyata
sifat kakakku itu menjadi incaran banyak gadis” kembali membayangkan karakter
ka’Allred dalam memoryku sendiri.
“Jangan
selalu menyalahkan kakakmu, kenapa? Terkadang saya pun mengalami kejadian
seperti dirinya hanya tak terbaca oleh siapapun juga. Tidak berarti kakakmu
hanya ingin mempermainkan perasaan kedua sahabatmu.” Ka’Zelby.
“Betul
juga,” menganggukkan kepala sendiri mulai memahami perasaan ka’Allred.
“Btw,
bagaimana hubunganmu dengan Juan?” ka’Zelby menggodaku…
“Saya
benar-benar menyukai ka’Juan. Untung
saja, ka’Juan mempunyai sifat kacau jadi bukan idola seperti kakakku.” Menjawab
pertanyaan ka’Zelby. Setidaknya, saya tidak harus makan hati melihat ka’Juan
menjadi rebutan kiri-kanan para gadis di luar sana.
Bagian
14…
Zelby…
Mempunyai
tetangga baru seperti Gi memang menyenangkan. Entah mengapa mulutku begitu saja
bercerita tentang kisah masa laluku kemarin. Berpikir jika diam memang jauh
lebih baik demi menjaga sebuah hubungan, namun sesuatu berkata lain.
Setidaknya gaji tidak naik setelah 3
bulan masa training dapat membalut hati seseorang tetapi keadaan semakin kacau.
Seolah menganggap penyebab masalah dari segala arah hanya diriku semata. Andai
kata, saya tidak bersikap aneh kemungkinan hubungan seseorang dapat rusak.
Dapat saja beberapa orang menganggap saya perempuan murahan, pada hal hidupku
sama sekali tidak mengerti hal-hal seperti ini. Selalu mendapat sindiran depan
banyak orang tentang kepribadianku.
Jujur,
saya tidak ingin orang tuaku satu-satunya diejek karena terlihat kotor ataupun
tidak mempunyai pendidikan. Salah satu penyebab lain… menyadari betul karakter
salah satu orang tuanya dan bagaimana memandang rendah seseorang di depan umum.
Tempat lain berkata saya Rakus? Apakah saya rakus tentang cowok atau uang?
Sampai detik sekarang saya masih bergumul akan sesuatu yang terjadi dalam
perjalananku selama bertahun-tahun bahkan satu kalipun tidak pernah jalan
dengan seseorang di dunia nyata. Saya rakus uang atau makanan, hanya Tuhan saja
tahu keadaanku seperti apa.
Terlalu
tertutup? Apakah mereka dapat mempercayai apa yang saya alami? Justru
sebaliknya hanya ejekan yang terjadi. Kasar, mulut tajam, kepahitan, lancang,
kemungkinan tidak pernah diajar etika untuk tidak mengangkat kaki di kursi
sehingga berteriak depan banyak orang inilah perjalanan hidupku. Rekan
sekerjaku sendiri berucap buruk tentangku terhadap banyak orang pada hal kami
sekampung dan sama-sama berasal dari kalangan miskin. Terimah kasih Tuhan untuk
setiap perjalanan hidup yang sedang terjadi atasku. Kemungkinan karena terbiasa
mengalami hal-hal seperti ini, jadi hidup berjuang untuk menganggap semua itu
tidak pernah terjadi.
Wajah
terbungkus menyatakan kebencian, selalu saja menyemprotkan pengharum ruangan di
tempat saya berdiri seolah-olah bau badanku sangat menyengat. Itulah yang
selalu dilakukan oleh rekan sekerjaku. Menganggap kenangan tersebut sesuatu
selama bekerja di tempat tersebut. Tanpa pemberitahuan sengaja menempelkan
pernyataan menyindir setiap sudut shorum sehingga semua orang semakin menilai
buruk sifatku. Terkadang seseorang yang terlihat baik, polos, tangan kanan
atasan bisa saja menjadi seseorang paling mengerikan di belakang bahkan berada
pada garis kebohongan…
Kebencian,
amarah, kegeraman, cibiran, pembuat masalah, dan masih banyak lagi hal buruk
tidak akan pernah bisa lepas dari kehidupanku. Andai kata mereka menjadi saya
juga merasakan segala pergumulan hidup “apa yang akan terjadi?”. Berusaha
menahan diri, bersikap semua tidak akan pernah terjadi selama beberapa waktu
sampai saya memutuskan untuk berhenti. Di satu sisi, saya mengalami yang
terlalu sulit untuk diungkapkan selama bertahun-tahun sampai detik sekarang. Di
sisi lain, ada begitu banyak permasalahan hidup tanpa pernah berhenti seakan
ingin menghancurkan banyak hal dalam diriku.
Tuhan,
apapun yang terjadi dalam perjalanan hidupku ajar saya untuk tidak pernah
kecewa sehingga langkahku berada pada jalur menuju jurang. Buat hidup melupakan
segala hal terburuk yang selalu saja menyerang tanpa pernah berhenti
sedikitpun. Pergumulan terberat di antara segala objek adalah memaafkan mereka
yang selalu saja menilai negative kehidupanku bahkan menghabisi saya seperti
binatang tanpa belas kasih sedikitpun. Satu hal karena mengalami masa lalu
terburuk sehingga kepribadianku terkesan lancang dan kasar menjadi penyebabnya.
Saya mengalami sebuah kejadian membuat mulutku harus belajar pada garis
ketegasan mulai dari perkara paling kecil. Keadaan membuat saya seperti itu
bukan karena masa lalu, kebencian, kepahitan, atau perlakuan seperti binatang
dari banyak orang.
Tuhan,
berikan saya kesempatan untuk berada di negara asing serta mengejar mimpiku
bagaimanapun keadaannya. Berikan saya kesempatan mengejar apa yang diingini
hatiku sekalipun segala jalan tertutup buatku. Seperti inilah kata-kata
tersebut berteriak hebat jauh di dasar hati. “Ka’Zelby, kenapa melamun?” Gi
membangunkan saya dari lamunan.
“Hanya
berpikir sesuatu” tersenyum pada sosok tetangga sekaligus sahabat baruku. Kami
berdua menikmati langit cerah dengan segelas jus segar hasil buatan Gi di bawah
pohon besar tepat di belakang rumahku.
Gilia…
Rutinitas
seorang Gilia Rehyndia Yehuda setiap yaitu mengumpulkan informasi kasus
permasalahan kematian ibu Laras, berada di kampus, terkadang menikmati hidup
bersama tetangga sebelah rumah, tertawa dengan sahabat terbaikku Nefrit,
membantu ka’Juan berteriak sekitar pasar tradisional menjajahkan pakaian atau
merawat sekelompok manusia di rumahnya, dan masih banyak lagi.
“Apa
tidak sebaiknya saya merubah penampilanku saja biar terlihat seksi?” ungkapku
karena melihat banyak pria lebih menyukai hal-hal bersifat mencolok, hot, seksi
sebagai pusat perhatian. Menikmati jus segar di bawah pohon besar belakang
rumahnya sungguh menyenangkan.
“Berpakaian
seksi itu bukan pilihan yang tepat, kenapa? Menyukai seseorang tidak harus
menampilkan hal terkacau dalam hidup seperti memamerkan kulit mulus, memakai
lapisan make-up tebal, bikini ter-hot, dan harus menjadi orang lain.” Ka’Zelby…
“Ka’Juan
selalu menganggapku seperti masih ingusan” membuang napas panjang.
“Saya
tidak akan pernah menjadi orang lain hanya demi mengejar seseorang merupakan
bagian prinsipku. Harus memakai fashion dewasa, high heels, berbikini, seksi
bukan jalan keluar utama.” Ka’Zelby sekali lagi menekankan sesuatu…
Dapat
dikatakan jika saya juga memegang prinsip hidup seperti ini. Entah mengapa
pemikiran kacau muncul begitu saja dalam benak mengingat ka’Juan hanya
menganggap saya sebagai anak ingusan. Kepribadian ka’Juan membuatku lupa kesan
pertama melihat hal-hal terjorok dalam dirinya. Sederhana memang jauh lebih
menyenangkan tanpa harus merubah apapun dalam diri sama seperti prinsip kami
berdua.
“Btw,
kalau boleh tahu keinginan kakak untuk seseorang yang biasa menghibur dirimu
tanpa disadari olehnya, jangan salah paham” ujarku beralih topic…
“Apapun
yang terjadi saya ingin dia kembali seperti dulu sewaktu masih menggoda
dirinya. Tersenyum lebar, tertawa, selalu penuh semangat, wajah bahagia tanpa
memperlihatkan mimic wajah aneh.” Ka’Zelby.
“Sekalipun
kami tidak lagi saling mengharap, saya hanya menginginkan dia selalu berada
dalam lingkaran Tuhan dan tidak akan pernah berada di jalur salah. Jangan
melakukan hal-hal aneh demi menarik perhatian,” Ka’Zelby berkata-kata kembali.
“Kenapa
juga berharap seperti itu?” menggerutu…
“Entahlah,
mungkin karena keadaan” jawaban ka’Zelby untuk seseorang di luar sana.
“Lantas
apa sudah melupakan total masalah di bekas tempat kerja kakak?”
“Hal
yang tidak akan pernah kulupakan adalah beralasan ingin merantau mencari kerja
di daerah lain dan meninggalkan kotaku sendiri agar bisa berhenti kerja disana”
ka’Zelby.
“Maksud
ka’Zelby?” masih belum paham…
“Bukan
masalah di tempat kerjaku melainkan pertanyaan keluargaku bertanya kiri kanan
karena mereka semua sekali tidak mengetahui masalah sebenarnya.” Ka’Zelby.
Keluarga ka’Zelby hanya menyadari sedikit tentang masalah perselisihannya
dengan rekan sekerjanya sendiri bahkan tidak lebih dari itu. Harus meninggalkan
ayahnya seorang diri di rumah demi menghindari masalah.
“Masalah
paling saya khawatirkan adalah kesehatan ayahku sering sakit karena kondisi
kekebalan tubuhnya rentan terkena penyakit apa lagi usianya semakin tua. Sekali
lagi keadaan memaksa saya meninggalkan ayahku dan kota sendiri demi menghindari
gossip atau masalah lain.” Ka’Zelby.
“Kakak
bisa bekerja di tempat lain?” ucapku.
“Sebenarnya
bisa, tetapi pasti akan ada masalah lain yang muncul jadi untuk sementara
planning seperti itu saja dulu.” Ka’Zelby.
“Ayah
ka’Zelby tidak pernah mempermasalahkan umur atau hubungan dengan seorang pria? Hanya
sekedar ingin tahu saja”
“Ayah
selalu ketakutan kalau anaknya tidak menikah. Saya tahu kenapa dia selalu marah
dan permasalahannya Cuma satu yaitu setidaknya anaknya menikah dengan
seseorang…” ka’Zelby.
“Apa
beliau tidak pernah menentukan kriteria calon pilihan hidup kakak?”
“Intinya
mempunyai pekerjaan dan yang penting menikah bahkan terserah pilihanku sendiri.
Selalu menuduhku melihat penampilan sih sebenarnya, hanya saja berusaha menutup
rapat-rapat telinga mendengar ceramah ayahku.” Ka’Zelby.
“Pasti
jawaban kakak hanya satu yaitu keadaan membuatku seperti itu” lirihku...
“Setiap
berdoa, saya selalu meminta kepada Tuhan tentang sesuatu…” ka’Zelby.
“Tentang
apa?”
“Tuhan
beri hidupku kesempatan, setidaknya ayahku melihat saya menikah, mempunyai
anak, bermain-main dengan anak-anakku, dan bisa membahagiakan beliau dengan
jerih lelahku sendiri. Setidaknya ayah melihat kalau anaknya mempunyai tingkat
keberhasilan seperti orang lain.” Ka’Zelby.
“Kisah
hidup masing-masing mempunyai beban pergumulan tersendiri” imbuhku.
“Kau
tahu? Sewaktu tidak lagi mengharapkan pria yang biasa menghiburku…” ka’Zelby.
“Kok
terpotong?” tanyaku. Melihat ka’Zelby senyum-senyum tidak jelas…
“Banyak
pria cakep di media social seakan mencari perhatianku. Memperlihatkan apa yang
kusuka, warna favoritku, selfie seperti gayaku, dan masih banyak lagi seakan
mereka berkata: ‘Ada saya disini siap menghiburmu, menjadi sahabatmu, membuatmu
tertawa, dan menciptakan hal-hal menarik buatmu’. Pada hal saya tidak chat atau
bagaimana-bagaimana terhadap mereka.” Ka’Zelby.
“Bagaimana
bisa ka’Zelby bisa memastikan itu?”
“Mungkin
dari tingkahnya, aktif di media social waktu di Negara ini, membuat hal konyol,
atau saya terlalu cepat ggrrrrr sendiri, hahahaha” tawa ka’Zelby.
“Ka’Zelby
tertawa” ikut tertawa juga bersama dengannya.
“Setidaknya
dapat membuatku terhibur, tertawa, melupakan masalahku sejenak. Kemungkinan
mereka menjadi pembaca setia tulisanku, jadi terbawah suasana juga…” ka’Zelby.
Kisahku
dan ka’Zelby mempunyai cerita sendiri untuk dilukiskan pada dunia. Semua yang
terjadi di depanku menjelaskan tentang sebuah kisah hidup mempunyai alur
tersendiri. Tidak pernah menyangka kepribadian ka’Allred membuat seluruh gadis
bertekuk lutut di hadapannya termasuk sahabatku sendiri. Nefrit terlalu minder
untuk menjadi bagian hidup terbaik ka’Allred, sedang Nayah harus menangis
menerima sebuah kenyataan kelak. Apa sih yang tidak dimiliki ka’Juan tetapi
lebih memilih menjadi manusia paling kecil demi memahami sebuah makna istilah.
Secerca sinar akan dimengerti ketika berhadapan dengan sebuah objek tidak
biasa.
“Kakak”
Selby menggoyang seluruh tubuhku.
“Selby
kenapa?” mata masih tertutup dan terlalu sulit untuk dibuka.
“Ka’Gi
mau pup” rengekan Selby tengah malam membangunkan tidurku. Mau tidak mau harus
bangun mengikuti kemauannya membawa Selby masuk kamar mandi. Hari ini kami
hanya berdua di rumah, masalahnya ka’Allred jadwal prakteknya malam.
“Selby
sudah pup’nya?” bertanya pada Selby dalam keadaan mata tertutup…
“Selby
lapar” beberapa menit setelah keluar dari kamar mandi membuatku terlihat kesal.
“Kau
menyusahkan saja” berjalan ke dapur mencari apapun isi kulkas yang bisa dimakan
olehnya. Kebiasaan terburuknya sejak dulu setelah buang air harus makan kalau
tidak pasti menangis terus karena kelaparan. Tertidur di kursi menunggu Selby
menghabiskan makanannya seorang diri.
“Kakak,
seperti ada suara hantu di luar” Selby berlari ketakutan di dekatku.
“Selby
jangan sembarangan” menegur adikku yang masih memelukku kuat. Seperti suara ketukan
pintu depan teras rumah. Kami berdua saling bertatapan…
Berjalan
perlahan-lahan menuju pintu depan untuk mencari tahu, bulu kudukku semakin
merinding tidak terdapat seorangpun di luar. “Selby takut” terus memeluk kuat
punggung belakangku. Membuka tirai jendela untuk memastikan ada tidaknya
seseorang depan teras rumah.
“Aaaaaaahhhhhhhhh”
kami berdua berteriak bersamaan.
“Guk
guk guk” seekor anjing kecil sedang berdiri depan jendela mengibas-ibaskan
ekornya. Cek per cek suara ketukan tadi
ternyata Mily anjing kesayangan Selby ingin karena ingin masuk ke rumah karena
terkunci di luar. Setelah Mily masuk akhirnya pintu kembali dikunci rapat,
mengagetkan saja...
Melihat
jarum jam menunjuk pukul 02.00 pagi, namun entah mengapa perasaanku tidak enak.
Ternyata bunyi panggilan telepon ratusan kali dari Nefrit tidak terdengar sama
sekali oleh. Kenapa juga saya memakai nada getar begini, jadinya tidak
terdengar? Seperti ada sesuatu hal yang penting mana mungkin Nefrit call
ratusan kali seperti ini. “Halo Nef” mencoba menghubunginya kembali.
“Gi
tolong saya sekarang” suara Nefrit terdengar sangat ketakutan dari telepon.
“Nef
Nef Nef halo kau sekarang dimana?” tanyak sangat panik.
“Tidak
tahu, saya tahu siapa pembunuh ibu La…” tiba-tiba saja terputus. Nefrit dalam
bahaya bagaimana ini? Tanganku gemetar menekan nomor Nayah untuk mencari tahu
keberadaan Nefrit. Tengah malam harus minitipkan adikku pada tetangga sebelah
jangan sampai terjadi sesuatu.
“Tolong
jaga adikku ka” meminta tolong. Ka’Zelby hanya mengangguk permohonanku.
Melajukan motor sepanjang jalan sepi tanpa manusia seorangpun. Untung lokasinya
masih bisa dilacak tengah malam begini, namun tanpa sadar seseorang menarik
tanganku. Mengancam yang kemudian membawahku menuju sebuah gudang gelap. Nefrit
berada di ruang berbeda denganku sekarang. Mengirim pesan diam-diam melalui HP
kecil milikku yang telah kusembunyikan dibawah kos kaki milikku.
Bagian 15…
Allred…
“Dok,
sepertinya permasalahan pasien ini ada pada irama lebih tepatnya fibrilasi
atrium sampai terjadi stroke iskemik” menyimpulkan kasus pasien yang masuk
sejam lalu.
“Penyempitan
pembuluh disini menjadi kasus utama terjadi stroke” menunjukkan beberapa bukti
melalui layar. Saya dan Danils secara kebetulan
harus shift malam di rumah sakit saat ini.
“Saya
juga berpikiran sama sepertimu, coba hubungi prof.” Danils. Seperti inilah
kegiatan di rumah sakit berhadapan dengan berbagai jenis kasus pasien. Membuka
layar ponselku untuk menghubungi professor Asdi, tetapi mataku tertuju pada sebuah
pesan.
“Kakak,
tolong Gi dan Nef.” Isi pesan Gi tersontak membuatku kaget seketika.
“Halo,
Gi sekarang dimana?” balik menghubungi Gi.
“Kakak
disini gelap” terdengar jerit ketakutan Gi melalui salurang telepon namun
langsung terputus…
“Kau
saja menghubungi Prof.” berucap terhadap Danils. Segera melempar jas putih
milikku kemudian berlari keluar dari rumah sakit.
“Ka’Allred”
tangisan Nayah menghentikan langkahku.
“Selamatkan
temanku, hanya kakak saja yang bias menolong mereka” tubuh Nayah seluruh tubuhnya
terlihat gemetar.
“Sebenarnya
ada masalah apa?” mencurigai sesuatu. Nayah menjelaskan penyebab Gi dan Nefrit
di sekap oleh sekelompok orang.
“Kalau
terjadi sesuatu dengan adikku berarti kau takkan bisa lari dari depanku” geram
serta ancaman buat Nayah.
“Siapa
yang kakak maksud adik?” Nayah bingung.
“Gi
itu adikku, ngerti?” menekankan jawaban terhadap Nayah. Selama ini dia tidak
pernah tahu kalau kami berdua ternyata adik-kakak. Mencari keberadaan mereka
sesuai petunjuk yang baru saja dikirim kembali oleh Gi. Melajukan kendaraan
roda dua milikku dengan kecepatan tinggi di tengah kesunyian malam. Kenapa
mereka berdua sampai berani mengambil resiko kehilangan nyawa sendiri?
Ayah-bunda pasti marah besar jika terjadi sesuatu dengan Gi. Apa yang ada di
otak Nayah sampai mengorbankan adikku juga Nef? Berjalan pelan tanpa suara
setelah mencurigai sebuah gudang tempat mereka berdua dikurung. Nayah terus
mengekor di belakang mengikuti jalanku.
“Pastikan
tidak ada siapa-siapa sekitar sini!” perintah seseorang dan seperti tidak asing
lagi bahkan wajahnya selalu menghias layar media.
“Itu
Brave” Nayah hampir tidak percaya akan penglihatannya sendiri. Bagaimana
mungkin sosok teladan, penuh charisma, berwibawa, berjiwa social, lembut, baik
menjadi manusia kejam seperti ini. Menyuruh paksa Nayah untuk pergi mencari
bantuan dan membiarkan saya sendiri menghadapi mereka. Mengendap-ngendap sangat
pelan sehingga berhasil melewati penjagaan ketat beberapa orang-orang Brave.
Lebih mengejutkan lagi Juan manusia menjijikkan berdiri di hadapan Brave. Sepertinya
Juan dipaksa untuk menanda tangani beberapa berkas penting, sedang Gi dan
Nefrit dibawah paksa masuk ke ruangan tersebut.
Kenapa
bisa adikku mengenal manusia menjijikkan seperti Juan? Kalau terjadi sesuatu
terhadap mereka berdua, dengan tanganku sendiri akan menghibisi manusia
menjijikkan itu. “Saya tahu kalau kau menyukai anak ingusan ini, jadi ikuti
mauku” pertama kali melihat wajah bengis Brave. Sejak hari ini dan seterusnya,
saya tidak akan mempercayai lagi bentuk juga suara lembut seseorang, kenapa?
Karena bisa menipu semua orang. Beda wajah beda hati tidak ada yang tahu, lebih
parah lagi kalau bentuk wajah dan hati sama jeleknya.
“Kenapa
sampai kakak tega melakukan perbuatan paling keji?” Juan masih berusaha
bersikap tenang.
“Sejak
kecil yang selalu ada disamping mama bukan kau tapi saya. Kenapa mama harus
mewariskan hartanya 80% buatmu?” Brave merasa benci mendapat perlakuan tidak
adil dari orang tuanya. Di balik pembunuhan kematian ibu Laras ternyata
terdapat campur tangan terbaik anak kandungnya sendiri. Seorang anak terbaik
dibutakan oleh harta sampai tega melakukan hal semacam itu.
“Ka’Brave”
tangis Nerfrit sangat kecewa…
Nefrit…
Saya
berpikir tidak ada lagi malaikat terlahir ke dunia ini selain Brave justru
sebaliknya. Apa yang saya anggap sebagai malaikat hanyalah permainan topeng
terbaik. Malaikat itu ternyata manusia iblis yang sedang berusaha menutupi
sifat aslinya. Tanpa sengaja mendengar dialog percakapan antara ka’Brave
bersama seorang wanita. Sampai akhirnya wanita tersebut mati di tangan ka’Brave
setelah pertengkaran panjang terjadi di akhir. Singkat cerita, ka’Brave
menyadari jika saya mendengar dialog mereka serta pembunuhan yang dilakukan
olehnya. Berusaha berlari meninggalkan gedung pencakar langit tertinggi
miliknya tetapi kekuatan anak buhnya jauh lebih kuat untuk mengejar. Masih
sempat menghubungi Gi melalui saluran ponsel milikku juga mengaktifkan lokasi
keberadaanku sembunyi-sembunyi. Mereka menampar wajahku berulang kali hingga
mengeluarkan darah bahkan menjambak rambutku.
“Lepaskan”
seperti suara Gi seakan memberontak minta dilepaskan. Kami berdua berada di
ruangan bersebelahan terbungkus suasana gelap mencekam. Tiba-tiba saja beberapa
dari mereka menarik kasar tubuh masih dalam tangan terikat. Ka’Brave memaksa
adiknya menanda tangani beberapa berkas. Riana salah satu karyawan terbaik pak
Wijaya tewas dalam tangannya. Permainan saham sengaja dimainkan oleh ka’Brave
pada perusahaan pak Wijaya karena ambisinya. System laporan keuanganpun dan
perpajakan dibuatkan jalan halus sehingga mengalami permasalahan tanpa disadari
oleh pak Wijaya sendiri sekaligus akan dijadikan kambing hitam suatu hari
kelak. Ka’Brave menceritakan semuanya depan kami semua.
“…dengan
tanganku juga mama menghilang dari muka bumi” ka’Brave tanpa rasa bersalah
sedikitpun mengucapkan kalimat seperti itu. Kalau dipikir sejak kecil hanya
ka’Brave saja selalu berada disamping ibu Laras hingga besar. Apakah harta kekayaan
lebih berharga dibanding kasih sayang anak terhadap orang tua sendiri?
Perbedaan kepribadian ka’Brave dan adiknya terlihat jelas sekarang.
“Tanda
tangan atau mereka berdua mati,” kegeraman ka’Brave menyodorkan pistol ke arah
kami berdua.
“Saya
juga tahu kalau kau berpura-pura terus berada disampingku untuk menyelidiki
sesuatu,” kalimat tersebut disodorkan ka arahku. Ka’Juan tidak menyadari sama
sekali jika ibu Laras mewariskan asset kekayaannya 80% jauh sebelum peristiwa
kematiannya. Inilah yang membuat kakaknya Brave sangat marah, menganggap semua
itu tidak adil.
“Tunggu”
ka’Juan mulai mengambil berkas di hadapannya perlahan-lahan. Tiba-tiba suara
tembakan polisi dari luar mengepung tempat ini ketika tangan ka’Juan hendak
menandatangani berkas di depannya.
Tangan
ka’Juan segera melepas pulpen saat ka’Allred tiba-tiba muncul mengalihkan
perhatian. Dari mana ka’Allred tahu kalau kami sedang dalam bahaya? Tangan
ka’Brave berlumur darah saat pistol yang diarahkan ke kepalaku beralih ke
tangannya sendiri. Ka’Allred menyelamatkan nyawaku sekali lagi tembakan kedua
sebenarnya kembali diarahkan buatku justru berada pada tubuhnya.
“Ka’Allred…”
teriakanku meledak. Saya tidak lagi memperdulikan keadaan di sekelilingku dan
bagaimana mereka semua saling kejar mengejar. Tanganku berusaha menghentikan
aliran darah dari tubuh ka’Allred. Gi sangat panik melihat kejadian tersebut…
“Bertahanlah”
tangisku dalam perjalanan menuju rumah sakit. Di lain pihak, polisi berhasil
menangkap ka’Brave dan seluruh anak buahnya dalam pengejaran tadi. Seluruh
peralatan medis memenuhi tubuh ka’Allred saat ini. Membayangkan bagaimana
dirinya memeluk kuat tubuhku untuk melindungi diriku dari hantaman peluru
pistol.
“Tuhan,
jangan ambil dia” seru doaku berlumur air mata memeluk Gi. Semua orang
berkumpul menantikan perkembangan ka’Allred di ruang operasi. Ayah-bunda
ka’Allred terlihat cemas melihat anaknya harus berjuang melawan maut.
“Kakak
baik-baik saja kan ayah” Gi terus saja menangis.
“Kakak
Allred pasti bisa melewan maut,” sang ayah memeluk kuat Gi.
“Semua
ini salahku, maaf” ka’Juan merasa sangat bersalah dan terus saja menundukkan
kepalanya sekarang.
“Ini
salahku, seharusnya peluru itu buatku” tangisku…
“Tidak
ini salahku karena membuat kalian semua terlibat dalam masalahku” Nayah menghentak-hentakkan
kepalanya sendiri pada dinding tembok.
“Jangan
melakukan hal itu” Gi berlari melepas dekapan sang ayah menghentikan Nayah.
Objek perhatian sekarang adalah masing-masing merasa bersalah seakan ingin
tertawa di tengah suasana mencekam.
“Dokter,”
berlari ke arah dokter yang baru saja keluar dari kamar operasi. Semua
berhamburan menanyakan keadaan ka’Allred juga perkembangannya.
“Bisa
buat saya bernapas sedikit tidak? Kalau begini saya juga bisa di ruang operasi
seperti dokter Allred” kata-kata dokter…
“Ka’Allred
baik-baik saja kan?” Gi menarik pakaian dokter…
“Allred
baik-baik saja jangan khawatir kebetulan pelurunya tidak terlalu dalam bagian
belakang punggungnya” Danils sahabat ka’Allred hadir di tengah-tengah kami
berusaha menolong dokter Yanli.
“Makanya
jangan langsung berkerumun seperti ini” rasa kesal dokter Yanli meninggalkan
kami semua.
Selama
dua minggu ka’Allred mendapat parawatan di rumah sakit. Pak Yehuda dan
istrinya, Gi, Selby, Nayah, Juan, ka’Zelby, termasuk diriku tidak pernah absen
berjaga seharian di rumah sakit. Seluruh fansnya secara bergilir dari kampus
pun tidak luput menjenguk dirinya. Sang bunda baru menyadari jika anaknya
ternyata idola sama seperti artis terkenal setelah melihat seluruh gadis-gadis
dari 2 kampus berbeda terus berdatangan menjenguk. Tuhan, setidaknya melihat
ka’Allred tetap hidup membuatku bahagia tanpa harus mengejar dia untuk menjadi
milikku.
“Ka’Allred,”
Nayah datang bersama ayahnya membuat kami semua meninggalkan ruang perawatan
tersebut. Entah apa yang mereka bicarakan, namun hidup harus terus berjalan.
“Nef”
Gi menatap ke arahku.
“Tidak
apa-apa” tetap tersenyum apapun cerita hidupku selanjutnya.
“Nef”
Nayah tiba-tiba saja hadir di tengah kami berdua.
“Kemana
papimu?” Tanya Gi heran…
“Papi
ada urusan penting jadi duluan pulang,” sikap lembut Nayah menjawab kami.
“Bagaimanapun
saya berusaha mengalihkan perhatian ka’Allred tetapi tidak pernah bisa karena
seseorang” ucapan Nayah kembali…
“Maksudmu?”
kami berdua serentak bertanya…
“Hatinya
milikmu bukan buatku, terimah kasih sudah menolong keluargaku” Nayah tersenyum
lagi kemudian berlalu dari hadapan kami.
“Gi
hebat menutupi rahasia kalau ternyata ka’Allred itu kakak sendiri dan sebentar
lagi menjadi pengacara juga dokter,” berbalik lagi dan akhirnya berjalan
meninggalkan kami.
“Saya
menyukaimu sejak dulu” ka’Allred hadir begitu saja depan kami dan langsung menembak
diriku seketika.
“Ka’Allred”
mata Gi terbelalak menepuk kening kakaknya.
“Saya
tidak salah makan, ka’Allred menembak saya depan adik sendiri” ungkapku
tergagap…
“Bukan
lagi depan Gi tapi kami semua” ka’Zelby menunjukkan sekumpulan orang terdekat
dimulai dari keluarga Yehuda yang sangat lengkap, ka’Juan, beberapa dokter
termasuk sahabatnya Danils.
“Berarti
sekarang kita pacaran” spontan berteriak memegang kuat pundak ka’Allred.
“Tentu,”
senyum mengambang ka’Allred sendiri.
“Terimah
kasih Tuhan karena saya bisa perbaiki keturunan juga, setidaknya anakku nanti wajahnya
cakep dan pastinya jenius” semua tertawa keras akibat ulahku sendiri.
“Bagaimana
dengan Gi? Siapa yang kau sukai?” pancing ka’Zelby terlalu mencurigakan jika dilihat dari lubang jarum…
Gilia…
Akhirnya
semua masalah terpecahkan juga sekarang. Hal lebih membahagiakan adalah
ka’Allred bisa menentukan pilihan hidupnya ke depan. Tidak salah memilih
merupakan bagian terbaik kakakku sendiri demi kebahagiaannya. Paling tidak
sahabatku Nayah bisa menerima kenyataan tentang bagian terbaik kakakku tidak
bercerita pada dirinya. Masalah di tempat lain lagi yaitu Ka’Zelby seolah
memancingku antara hubunganku dan ka’Juan. Sampai sekarang saya hanyalah gadis
ingusan di mata ka’Juan. “Kau tidak perlu merubah dirimu untuk mengejar cinta
seseorang” senyum ka’Zelby menyadari pikiranku.
“Betul
juga, lagian buat apa juga stylish terlihat dewasa tapi sifat hancur, lebih
baik wajah dan gaya berpakaian anak-anak tapi karakter masih pada jalur”
berkata-kata pada diri sendiri depan cermin kamar. Setiap harinya rutinitasku kembali
seperti biasa yaitu aktif kuliah, menemani ka’Juan berjualan juga membantunya
merawat sekelompok orang di rumahnya.
“Cakar
cakar cakar buka baru, tinggal dipilih” berteriak keras di pasar tradisional.
Menjadi pertanyaan kenapa ka’Juan belum menjalankan perusahaan milik ibunya?
Jelas-jelas 80% warisan atas namanya bukan ka’Brave yang lagi mendekam dalam
penjara. Menurut ucapannya sih untuk sementara lebih baik seperti ini sampai
dia merasa yakin untuk berada pada jalur tersebut. Ka’Juan tetap menjenguk
kakaknya di penjara tanpa ada perasaan kesal atau marah sedikitpun. Objek lebih
mengejutkan lagi adalah ka’Juan membalikkan nama menjadi 50% warisan
peninggalan untuk kakaknya. Sisanya digunakan untuk kegiatan amal bagi yang
membutuhkan di tempat tersembunyi tanpa seorangpun menyadari semua itu. Seorang
pengacara terjorok paling sulit ditebak tetapi membuatku tidak dapat
berkata-kata.
“Pembayaran
arisan kali ini jangan macam-macam” mengancam semuanya ketika berada di kampus
kembali.
“Segitunya
juga” Sania menggeleng-geleng kepala.
“Btw,
siapa yang mau ikut acara makan-makan?” teriakanku spontan.
“Acara
apaan?” Nayah balik ke arahku.
“Buat
mie juga masakan-masakan tradisional tapi patungan membayar terus tentukan
tempatnya dimana?” jawabanku.
“Saya
pikir ada yang jadi donator gitu” kalimat Boby.
“Enak
saja, ayo kumpul uang semua!” seolah saya adalah ketua mereka…
Sesuai
kesepakatan bersama kalau kegiatan acara masak-memasak diadakan di rumahku
sebentar sore. Saya tahu pikiran mereka, bilang saja mau cari perhatian
ka’Allred. “Lagian ka’Allred sudah punya pacar kali masih juga dikejar”
menggerutu sendiri dalam hati.
“Selama
janur kuning belum melengkung masih bisa dikejar,” Varina seakan tahu apa yang
sedang kupikirkan sekarang. Pusing amat mengejar kakakku, intinya acara masak
dan makan-makannya diadakan. Kegiatan mahasiswa bisnis manajement selalu heboh
setiap saat. Pulang kuliah kami langsung menuju pasar menyiapkan bahan-bahan
sesuai kebutuhan dan akhirnya semua berkumpul di rumahku. Tidak lupa menyuruh ka’Juan,
Nefrit, terakhir ka’Zelby datang mengikuti acara kami sekalipun mereka hanya
orang luar.
“Hai
Gi” sapa ka’Juan sambil mengupil dan membersihkan tangannya sekitar lengan
pakaianku sekarang secara spontan membuat nafsu makan teman-temanku hilang seketika.
“Menjijikkan”
mereka semua spontan serentak berkata-kata.
“Kenapa
kau bisa menyukai manusia paling jorok seperti ini?” Boby.
“Tidak
bisa perbaiki keturunan” Nayah menggeleng-geleng kepala sendiri.
“Setidaknya
mukanya bisa dipakai perbaiki keturunan dengan wajah bulenya” ujarku.
“Saya
mau anakku bentuk wajahnya ada bule-bulelah” lagi membalas mereka.
“Pengacara
terjorok, berandalan, hancur, menjijikkan” Sania menggeleng-gelengkan kepalanya
sendiri. Tidak menyangka seorang Gi tetap mengejar pria jorok seperti ini.
“Doakan
saya biar bisa mengajar ka’Juan Dalvin hidup bersih setelah menikah” balasku
sampai semua terdiam seperti sedang mengheningkan cipta.
“Kenapa
semua mengheningkan cipta seperti ini?” ka’Allred tiba-tiba masuk ke
tengah-tengah kami sampai membuat semua perempuan histeris berteriak seketika.
Sikap dinginnya kembali dimainkan tapi semua perempuan malah makin histeris
bahkan menyukai sikapnya.
“Kau
lagi” sikap rishi ka’Allred melihat ka’Juan. Masih saja seperti itu setiap
bertemu…
Pada
hal kalau ka’Juan sudah bisa menerima diriku sebagai pacar berarti ka’Allred
harus siap menerima musuh bebuyutannya sebagai calon adik ipar. “Kakak jangan
mengusir calon adik iparmu” membelah ka’Juan di hadapan semua orang.
“Sejak
kapan kita berdua pacaran?” ka’Juan mengoceh…
“Berarti
kalian belum jadian?” serentak kembali teman-temanku berkata-kata.
“Dalam
proses jadian” senyum kecut membalas mereka terus memegang kuat lengan ka’Juan
walaupun tatapannya benar-benar menyedihkan. Menikmati kebersamaan di rumah
kontrakan sederhana tanpa harus saling membedakan satu sama lain. Ka’Allred
tetap jadi idola meski mereka tahu keadaan rumah yang sedang kami tempati sekarang.
Tidak lama kemudian Nefrit juga ka’Zelby muncul depan pintu pagar rumah.
“Hai
semuanya” sapa Nefrit.
“Ayo
masuk” menarik tangan mereka berdua. Tertawa, berteriak, menceritakan
kisah-kisah lucu, dan terakhir menonton drama korea terbaru yang baru saja di
download oleh Goldy. Seperti pesta rakyat saja memasang layar ukuran sedang
buat bahan hiburan…
“Gi,
besok saya akan berangkat ke Negara asing kuharap kau tetap baik” ka’Zelby pamit
perpisahan di sampingku saat lagi seru-serunya tayangan drama Korea.
“Kakak
bohong kan?” masih belum percaya apa yang barusan kudengar.
“Semua
yang kau dengar benar kenyataan Gi” ka’Juan ternyata ada di belakang kami.
“Kenapa
bisa?” tanyaku.
“Keadaan
dan juga mimpi” senyum ka’Zelby. Hari terakhir melihat wajah tetangga sebelah
rumahku bersama segala cerita terpendamnya. Tidak ada yang dapat menyadari
kisah perjalanan seseorang sehingga membentuk seni hidup tersendiri dalam
dirinya…
“Setidaknya
saya tidak akan pernah lupa bagaimana mulutku bercerita tentang apa yang selama
ini kupendam dalam waktu yang cukup lama apapun resikonya serta dampaknya
buatku sendiri ke depan.” Kalimat terakhir ka’Zelby sebelum akhirnya berlalu
meninggalkan kami berdua sambil membawa tiket penerbangan pagi ini.
Kisah
ka’Zelby akan kembali dimulai untuk objek yang sedang menantinya saat ini.
Berbeda denganku mempunyai cerita lain dan tidak akan pernah sama. Semua hanya
bercerita tentang seni hidup dimana membentuk, mengajar, bertahan, memahami,
kekuatan, senyuman, dan masih banyak lagi saat seseorang berada pada sebuah
petualangan tidak biasa…
3
Bulan kemudian…
“Predikat
lulusan terbaik jatuh atas nama Allred Yehuda…” suara riuh dalam gedung aula
bagi atas terpilihnya ka’Allred sebagai lulusan terbaik.
“Kami
persilahkan ketua yayasan sekaligus pemilik Life of Art University untuk
menyerahkan sertifikat penghargaan sekaligus mengucapkan sepatah dua patah kata
sebagai pidato sambutan lulusan mahasiswa kedokteran.” …
Hadir
pada acara wisuda ka’Allred merupakan kegiatan paling seru hari ini.
Ayah-bunda, adikku Selby, Nefrit, ka’Juan juga hadir dalam acara wisuda
ka’Allred. Walaupun ka’Juan masih butuh perjuangan menerimaku alias belum
mengakui perasaannya, setidaknya setiap saat selalu ada buatku. Btw, ayahku
kemana? Pada hal harus mendampingi ka’Allred menerima penghargaan sebagai
lulusan terbaik. “Selamat atas…” jenis suara itu selalu kudengar tapi dimana
yah? Kenapa seperti suara ayah yang sedang menyampaikan kata sambutan seperti
ini?
“Itukan
ayah” berdiri spontan dengan menunjuk ke arah depan sehingga menjadi pusat
perhatian. Harusnya si’pemilik kampus ini yang harus memberi kata sambutan
sekaligus penghargaan, kenapa jadi berdiri disana? Sepertinya ayah-bunda
menyembunyikan sesuatu terhadap kami anak-anaknya. Ka’Allred sendiri matanya tak
berkedip sedikitpun melihat pemandangan sekarang, sedang Selby berlari kecil
keluar dari kursi menuju tempat ayah berdiri.
“Ayah,”
Selby berlari memeluk ayah.
“Maaf,
perkenalkan Selby gadis kecilku paling bungsu” menggendong Selby sambil memberi
penjelasan di hadapan banyak orang. Jalan cerita kehidupan kami selama ini
adalah ayah-bunda sengaja merahasiakan sesuatu. Bertahun-tahun sengaja hidup
sebagai petani di kampung kecil untuk mengajarkan anak-anaknya secerca sinar
dan seni dalam sebuah alur perjalanan tertentu. Sang pemilik kampus Life of Art
ternyata ayahku sendiri bahkan tertutup rapat dari pemberitaan public. Saya
sebenarnya salah satu anak orang terkaya di Negara ini, wow hebat betul…
Kisahku
perjalanan sekarang benar-benar mirip drama Korea, dimana kehidupan sebenarnya
adalah berlimpah harta dan kemiskinan hanyalah manipulasi ayah seorang. Selain
menjadi pemilik kampus dan rumah sakit Life of Art, ternyata ayah juga masih
mempunyai usaha lain. “Berarti calon mertuaku orang kaya dong” Nefrit benar-benar
tidak percaya cerita seperti ini benar-benar nyata bukan lagi serial drama.
“Dasar
cewek matre” ejekan ka’Allred melirik Nefrit di sampingnya.
“Tidak
masalah matre yang penting sama ka’Allred, ngerti?” balasan judes Nefrit.
“Berarti
sekarang saya sepenuhnya menerima cintamu” Ka’Juan tiba-tiba saja memegang
tanganku terlihat romantis…
“Dasar
cowok matre, kemarin juga jual mahal” membalas ka’Juan…
“Btw,
kenapa juga ka’Juan mau matre? Dia kan memang kaya dari sananya, ejekanmu itu
aneh” Nefrit membelah ka’Juan…
“Uupppsss
saya lupa artinya sekian lama perjuangan ada hasilnya juga” teriakku, sedang
mereka bertiga menatap dingin ke arahku.
Beberapa
tahun kemudian…
Waktu
berlalu begitu cepat dan hidupku tidak lagi bercerita tentang dunia mahasiswa melainkan
dunia kerja sama seperti manusia lainnya. Ka’Allred berhasil merebut perhatian
banyak orang dengan menjadi dokter spesialis kardiovaskuler dan pengacara
terbaik. “Hipertrofi ventrikel kiri jantung,” kata-kata ka’Allred sedang serius
memeriksa salah satu pasien baru masuk, sedang kami berdua hanya sibuk menonton
saja pekerjaannya sambil menunggu…
“Kondisi
bilik kiri jantung mengalami pembesaran dan penebalan karena factor
hipertensi,” masih berdialog dengan dokter Danils. Diagnosa kasus dan system
pembedahannya terlebih khusus bagian organ jantung memang butuh kemampuan
khusus.
Beberapa
hari bergumul di rumah sakit bersama pekerjaannya, sekarang bergulat demi
memenangkan sebuah kasus di pengadilan…”Yang mulia bisa saya tampilkan sebuah
gambar di depan?” ka’Allred berkata-kata depan banyak orang. Sang hakim
menyetujui permintaan sang pengacara…
“Coba
analisa bentuk wajah sang model beberapa gambar berikut: terkadang tatapannya
dan pikirannya terlihat kosong, duduk seperti orang bodoh, tiba-tiba kembali
berjalan seperti manusia normal pada gambar berikutnya.” Ka’Allred menunjukkan
beberapa gambar seorang model…
“Jadi,
sang model mati bukan karena pembunuhan melainkan dirinya sendiri. Sekali lagi
periksa lebih lanjut raut wajah sang model untuk memastikan beberapa objek
lain” lanjut bahasa ka’Allred membela klien di depannya. Lebih kacau lagi sang
model merupakan lulusan psikologi tetapi mengalami permasalahan psikolog, aneh
betul kasus semacam ini. Dia sendiri mati karena kelakuannya bukan peristiwa
pembunuhan akibat permainan-permainan menjebak untuk memanas-manasi kemudian
menjadikan seseorang kambing hitam setelah itu. Akhir cerita kasus tersebut
dimenangkan oleh ka’Allred.
“Selamat
datang di hotel Gembira Ria,” sapa Nefrit pada salah satu tamu. Sekarang
beralih ke pekerjaan adik iparku sendiri Nefrit, beberapa bulan melangsungkan
pernikahannya bersama ka’Allred. Bekerja pada salah satu hotel sekitar objek
wisata terbaik terwujud juga. Hotel berbintang dengan desain arsitek paling
unik sebelum memasuki kawasan wisata yang menyuguhkan suasana alam terbaik
dipadukan buatan tangan manusia melalui stylish modern.
Hotel
membentuk lengkungan pintu gerbang ucapan selamat datang sebelum memasuki
kawasan wisata. Lapisan luar gedung tersebut terbuat beberapa paduan limbah
sampah dibuat menjadi sebuah kreatifitas. Kresek plastic kemudian memasuki
tahap berbagai motif anyaman, kaleng-kaleng bekas, botol-botol kaca menjadi
bahan utama dari desain hotel itu. Konsepnya arsitek hotel ini bercerita
tentang menjadi pintu gerbang terkuat walaupun berasal dari sampah buangan
tanpa nilai sama sekali untuk menciptakan secerca sinar bagi dunia. Bagian
dalam hotel kembali dimainkan bahan-bahan sampah seperti sebelumnya sebagai
bahan pajangan, café & resto, kolam renang, tidak jauh dari air terjun,
maupun suasana kamar di sekitarnya.
“Sangat
unik,” berputar-putar melihat suasana hotel tersebut.
“Berhenti
bertingkah seperti ini!” tegur Nefrit menghentikan tingkahku. Ternyata pada
jalur bawah tanah terdapat jalan dengan suguhan pemandangan seakan membentuk
lembah kabut penuh asap bahkan dingin mencekam menuju pusat inti objek wisata
tidak jauh dari lokasi.
“Gi,
ponselmu bunyi sejak tadi” tegur Nefrit ke arahku.
“Kenapa
belum datang? Persidangannya sudah mau dimulai bos” rasa kesal ka’Juan
terdengar jelas melalui salurang ponsel. Saya berjanji untuk hari ini melihat
dia memperlihatkan kemampuan terbaiknya sebagai pengacara. Sampai detik
sekarang ka’Allred dan ka’Juan masih bersaing satu sama lain sebagai pengacara.
Jelas-jelas mereka berdua sudah pasti menjadi keluarga masih terus berselisih…
“Hakim
yang terhormat, tolong analisa bentuk raut wajah pada gambar di depan” cara
bicaranya benar-benar copy paste dari calon kakak iparnya sendiri, mencibir
gaya bahasa ka’Juan. Pada akhir cerita kasus itu memang dimenangkan olehnya
akibat copy-paste. Kegiatanku yang lain tidak pernah berubah yaitu selalu
berada di samping ka’Juan merawat sekumpulan manusia-manusia tertentu juga
menyekolahkan banyak anak di tempat tersembunyi tanpa harus diperlihatkan depan
banyak orang.
#TAMAT#