Rabu, 18 Januari 2017

Si’PELAYAN TUHAN...


AZRA...
Mempunyai pergumulan selama 15 tahun setelah memasuki bahtera rumah tangga. Wanita mana dapat menjalani kehidupan rumah tangga tanpa seorang anak. Salah satu dari sebagian besar para wanita merasakan kesesakan setiap kali berada pada lembah terbungkus sebuah pergumulan hidup. Rasa sesak terus menghampiri selama bertahun-tahun ketika berbicara kepada Tuhan. Memiliki seorang anak merupakan kebanggaan tersendiri yang dapat menciptakan warna-warna pelangi bagi seorang istri.
“Tuhan, dengarkan setiap kesesakan hatiku” seru doa memanjatkan permohonan di hadapanNYA saat ini. Berdiam diri dalam rumah Tuhan, tertunduk dengan air mata berlinang berbicara di hadapanNYA.
“Dengan nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunungNya yang kudus.” Ucapku mengutip sebuah kitab, mazmur 3:5.
“Beri saya seorang anak, berkatilah buah kandunganku hingga akhir cerita menghasilkan keturunan.” Menjerit memohon kepada Tuhan. Hati hancur jiwa remuk datang ke hadapan Tuhan memohon belas kasihan, sehingga air mataku tertampung dalam kirbatNya setiap detik langkah hidupku. Azra akan terus berdoa memohon agar Ia menghapus setiap air mataku ketika berada di hadapanNya.
Seperti tiang awan tidak pernah beralih tetap ada pada siang hari melindungi bangsa Israel ketika berada kaki mereka tetap berada di padang gurun. Pada waktu malam tiang api terus berada di depan bangsa pilihan Tuhan membuat kehangatan. Begitulah jiwaku meyakini, jika tangan Tuhan terus mendekap hidupku ketika berjalan dalam sebuah lembah. Tangisan kepedihan hatiku di tampung oleh Tuhan setiap saat dari lingkaran langkah hidupku.
“Azra, berhentilah berpikir tentang sebuah isitilah,” seru Mate berjalan ke hadapanku.
“Tentang apa?” tanyaku kebingungan.
“Ingin memiliki seorang anak,” jawaban Mate menatapku.
“Mate, impian seorang istri adalah menjadi ibu bukan permasalahan lain,”
“Azra sadarlah, semua itu tidak mungkin.”
“Saya tetap yakin tentang sebuah mujizat, bagi Tuhanku tidak ada kata mustahil ketika hatiku terus berseru memohon.” Pernyataanku dihadapan Mate. Belasan tahun kami membina bahtera rumah tangga, Mate sama sekali tidak pernah mengeluh ataupun menuntut untuk memiliki seorang anak.
“Azra, apakah saya termasuk tipekal suami paling menuntut? Tidakkan,” raut wajah Mate terlihat gerah melihat setiap ulahku sepanjang waktu.
“Matius 11:28 berkata, marilah kepadaKu, semua yang letih lesuh Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Berkata-kata sambil mengutip ayat demi ayat...
“Bagaimana jika kita berdua mengadopsi seorang bayi?” ucapan Mate membuat mataku terbelalak.
“Saya ingin menjadi ibu, langsung dari rahimku bukan rahim wanita lain.” pernyataan tegas dari perbendaharaan mulutku. Berjalan keluar tanpa peduli ucapan, amarah, atau hal apapun dari dunia Mate. Mengambil tas beserta sebuah kunci mobil, berjalan meninggalkan rumah besar seperti istana. Semua itu harta, rumah, mobil, perusahaan besar tidak raih dalam sekejap. Menemani Mate mulai dari titik nol, hingga menjadi seperti sekarang. Bersama-sama mengalami pasang surut kehidupan oleh karena berbagai jenis badai, hingga Mate berada di puncak karir.
Membayangkan ketika Mate harus menghadapi berbagai penolakan demi penolakan oleh seluruh perusahaan, tanganku terus menuntunnya untuk berada di hadapan Tuhan. Mengutip setiap ayat demi ayat dalam alkitab disaat hidup kami benar-benar terpuruk oleh kemiskinan terhebat bermain kuat. Pengharapanku masih ada bagaimanapun hidupku, Tuhanku sanggup mengangkat setiap beban hidupku.
Tuhan pasti melihat setiap sengsara hidupku sekarang selama belasan tahun. Jika Dia berhasil mengeluarkan bahtera rumah tanggaku dari sebuah lembah, yang pada akhir cerita membuahkan perusahaan besar dan aset kekayaan, maka Tuhanpun akan menjawab kembali beban hidupku. Tuhan tidak akan pernah melupakan nama Azra di hatiNya, air mataku tertampun pada kirbatNya.
“Lukas 5:17-26, hanya melalui ucapanMu seorang lumpuh dapat berjalan seketika” suara hatiku mengutip kitab, percaya Tuhan dapat mengangkat beban hidupku. Terus menangis dalam rumahNya hingga akhir cerita air mataku tertampung dalam kirbatNya.
“Orang mati dapat dibangkitkan olehMu, apa lagi permasalahan menjawab doaku agar Kau memberiku seorang anak.” Ujarku terus berkata-kata. Berpuasa tanpa sepengetahuan Mate, meminyaki kepalaku dengan minyak bercerita seorang pun tidak akan pernah tahu tentang duniaku terus merendahkan hati di hadapanNya. Merendahkan hati di hadapan Tuhan melalui puasa bukan untuk diumbar-umbarkan ke semua orang. Biarlah Tuhan dan hatiku saja menyadari tentang setiap puasa yang telah kunaikkan.
“Tuhan, jika Engkau memberiku seorang bayi,” kalimatku setiap hari ketika berada dalam rumahNya yang kudus seorang diri.
“Saya akan mempersembahkan bayiku kepadaMu, menjadi alat bagi kemulianMu.”
“Saya berjanji Tuhan memberikan dia untukMu, hapus air mataku saat ini.” Nasar perjanjian kunaikkan kepadaNya. Tuhan yang kusembah sanggup melakukan segala perkara, terlebih menjawab beban hidupku. Sebulan setelah mengucapkan pernyataan tersebut di hadapan Tuhan ketika berada dalam rumahNya, tiba-tiba saya mengalami mula muntah.
“Kau tidak apa-apa Azra?” tanya Mate sangat cemas.
“Entahlah, tiba-tiba saja perutku ingin memuntahkan semua yang di dalam,” jawabku berlari kembali ke kamar mandi. Semua isi perutku keluar seketika, tidak mengerti terhadap keadaanku sendiri akhir-akhir ini.
“Lebih kita ke dokter saja,” Mate segera mengambil kunci mobil di atas meja, menuntunku berjalan menuju halaman depan rumah.
“Tapi, bagaimana pekerjaanmu di kantor? Bukankah hari ini ada meeting penting?”
“Lupakan soal meeting, Azra jauh lebih berharga dibandingkan sejumlah uang.” Inilah dunia Mate terus menjadi suami terbaik dalam hidupku. Lebik bagi Mate harus mengalami kerugian besar dibanding meninggalkan istri tercintanya ketika sedang dalam kelemahan tubuh. Andai kata, Mate berperan hanya sebagai bawahan sudah pasti dia akan mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan sang atasan.
“Selamat pak Mate,” ujar dokter menyodorkan tangannya, membuat Mate sama sekali tidak mengerti maksud dari kalimat tersebut.
“Maksud bapak?” Mate sedikit kebiungan melihat dokter.
“Anda akan menjadi seorang ayah,” jawaban dokter tersenyum.
“Dokter tidak sedang bercandakan?” mataku tidak berkedip sama sekali mendengar ucapan dokter. Penantian panjang selama belasan tahun hingga akhir cerita, Tuhan menjawab doaku. Mendengarkan setiap sengsara dan seru doa yang kunaikkan setiap saat.
“Saya sedang tidak bercanda, anda benar-benar hamil,” jawaban dokter.
“Tuhan Yesus, terimah kasih menjawab doaku,” teriakanku sangat bahagia, segera memeluk Mate terbungkus air mata. Mate sendiri terharu mendengar pernyataan dokter. Belasan tahun merupakan penantian terpanjang bagi kehidupan rumah tangga kami. Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, segala sesuatu dapat diperbuatNya terlebih hanya memberikan seorang anak bagi kehidupan keluarga kami.
“Azra, imanmu benar-benar memberikan sebuah hasil luar biasa bagi keluarga kita” rasa haru dan ingin menangis melingkupi diri Mate.
“Tuhan menjawab doaku,” air mata kebahagiaan terus mengalir. Mate terharu mendengar segala ucapan dokter, lutut seorang istri merupakan pondasi terkuat ketika mengarungi bahtera rumah tangga. ###
20 TAHUN KEMUDIAN...
Sesuai nazar yang kunaikkan ke hadapan Tuhan mempersembahan Feivel sebagai alat bagi kemulianNya kulakukan. Sejak Feivel terlahir ke dunia, kami bersepakat menyerahkan dia ke hadapan Tuhan sebagai persembahan buah sulung. Tetap mendidik sesuai isi hati Tuhan, mengarahkan hidup Feivel menjadi alatNya kelak. Lima tahun setelah kelahiran putraku feivel, akhirnya Tuhan kembali mempercayakan rahimku melahirkan seorang gadis cantik. Kehidupanku benar-benar sempurna oleh karena kehadiran Feivel dan gadis kecilku Addriella. Feivel berarti Tuhan penolongku, sedangkan Addriella mempunyai makna tersendiri yaitu pengikut Tuhan.
“Feiv, jadilah alat Tuhan selama kau masih terus bernafas di dunia,” pernyataanku setiap saat ketika berada di hadapan putraku.
“Mami, bagaimana dengan Driel?” pernyataan Adriel tidak ingin kalah, berusaha mencari perhatian ibunya sendiri.
“Anak kecil harus minggir secepatnya!” perintah Feivel.
“Kakak Feiv tidak boleh seperti itu terhadap adik kecilnya!” tegurku.
“Betul kata mami,” tangan Adriel segera memelukku, seolah tidak mau kalah...
Mengajarkan mereka tentang kasih sayang antara satu dengan lainnya. Membuat Feivel terus berada di jalur Tuhan, hingga kelak menjadi alat terbaik bagi kemuliaanNya. Menjelaskan tentang dunia para hamba Tuhan di hadapan Feivel. Setelah lulus sekolah, Feivel melanjutkan kuliahnya di salah satu kampus theologia. Membuat dia memahami, jauh sebelum dia berada dalam rahim saya telah membuat sebuah nazar di hadapan Tuhan. Dunia Feivel harus tetap berada dalam proses Tuhan sampai kapanpun juga.
“Feiv, dunia para hamba Tuhan tidak sama seperti jalur papi atau siapapun.” Ucapku.
“Maksud mami?” Feivel memegang sebuah buku, menutupnya dan berbalik ke hadapanku. Mencari jawaban akan pernyataan yang terarah di depannya.
“Papi sebagai pengusaha mempuanyai jalur hidup sendiri, berbeda ketika Feiv menjadi seorang hamba Tuhan. Feiv harus mengerti tentang pembentukan baik dalam diri sendiri maupun orang-orang yang ada di depanmu suatu hari kelak.” Jawabanku memberi penjelasan.
“Mi, apa Feiv bisa melewati jalur seperti ini?”
“Feivel anak mami pasti bisa membuat sebuah terobosan terbesar. Ingat, Feiv harus menjadi hamba Tuhan paling tegas dengan berkata ya di atas ya dan tidak di atas tidak. Banyak hamba Tuhan jatuh ketika diperhadapkan sebuah objek, entah karena sebuah kursi, harta, terlebih wanita.” Mengajarkan Feivel dunia hamba Tuhan sehingga hidupnya menyadari tentang segala aspek ketika berjalan melewati sebuah objek. Tangan kanan Tuhan akan terus mengggenggam erat putraku, hingga Feivel memahami setiap kata-kata demi menciptakan pembentukan bagi langkahnya. ###


FEIVEL...
Sejak kecil mami membuatku terus berada di hadirat Tuhan setiap saat. Mengajarkan hidupku bagaimana merendahkan hati di hadapan Tuhan dan terus berdoa mencari wajahNya. Ketika berdoa, mami tidak pernah bosan mengutip setiap ayat-ayat firman Tuhan dan menyebut namaku, Adriel, juga papi. Di saat usiaku menginjak 3 tahun, mami mengajariku untuk berpuasa di hadapan Tuhan. Sampai Feivel besar, terbiasa dengan sebuah istilah yaitu berpuasa untuk merendahkan hati setiap 2x seminggu. Bahkan Addriella pun belajar melakukan hal-hal seperti itu, sekalipun jalur hidupnya tidak bercerita tentang dunia hamba Tuhan.
Papi membuat kesepakatan, jika Addriel yang akan menjadi pengganti untuk meneruskan perusahaan bukan seorang Feivel. Mami dan papi percaya bahwa seorang perempuan berhak menjadi seorang pemimpin dan tidak hanya bercerita dunia para laki-laki semata. Menjadi seorang hamba Tuhan membutuhkan proses luar biasa. Hidupku hanya bercerita tentang kisah menjadi seorang hamba, bukan pemimpin sebuah perusahaan. Mami mempersembahkan secara khusus putranya ke dalam rumah Tuhan.
“Feiv, harus siap membayar sebuah harga ketika bercerita tentang menjadi seorang hamba Tuhan.” kata-kata bijak mami bercerita penuh kelembutan.
“Mi, ada begitu banyak kisah hidup para hamba Tuhan dengan konsep masing-masing. Beberapa dari mereka jatuh hanya karena permasalahan biasa, namun terdapat pula seseorang yang penuh karunia tetapi sama sekali tidak menyadari sedang berada pada jalur kesombongan rohani atau penggunaan salah tentang sesuatu.” Entah mengapa, perbendaharaan mulutku bercerita seperti ini terhadap mami.
“Itulah dikatakan dunia hamba Tuhan harus melalui proses tertentu demi menjadi alatNya. Memahami tentang baptisan api untuk dipakai heran oleh Tuhan, hingga akhir cerita langkahnya ketika berhadapan terhadap sebuah objek tidak akan kaget terlebih terlalu mudah untuk tergelatak jatuh.” Mami terus membelai rambut hitam pendek sekitar kepalaku, sambil berusaha memperbaiki posisi kaca mataku.
“Mi, ada satu hal yang tidak kumengerti hingga detik sekarang,”
“Tentang apa, Feiv?” ujar mami.
“Mengapa seorang hamba Tuhan harus membayar sebuah harga tertentu demi mendapat suatu karunia dan urapan paling wow dariNya?” mencari jawaban.
“Feiv, coba perhatikan hidup Daud semenjak Tuhan mengurapi untuk menjadi seorang raja harus mengalami sebuah proses demi proses melalui baptisan api. Selama belasan tahun menjadi buronan Saul, tetapi disaat berhadapan terhadap suatu objek seorang Daud tidak mudah terjatuh bahkan harus terlempar jauh dari kekudusan Tuhan.”
“Tapi Daud merebut istri orang lain,” menyerang mami.
“Daud jatuh tetapi kembali menyadari kesalahannya, hingga akhir hidup Daud selalu dituntun oleh Tuhan. Abraham memperoleh seorang anak tidak dikatakan langsung, tetapi melalui waktu panjang.” Ucap mami.
“Sama seperti sewaktu mami bergumul meminta seorang bayi selama bertahun-tahun?”
“Seperti itulah Feiv, maka dari itu jangan kecewakan Tuhan. Kau lahir ke dunia oleh karena sebuah pergumulan panjang, jadilah alat terbaik di mata Tuhan.”
Inilah hidup mami mengajarkan duniaku bagaimana menjadi seorang hamba Tuhan. Dunia hamba Tuhan tidak selamanya hanya bercerita tentang seberapa hebat karunia yang dimiliki untuk melakukan berbagai tanda-tanda mujizat bahkan menghidupkan orang mati. Tidak berjalan kepada seberapa besar hidup memiliki urapan paling kuat, hingga saat berada depan mimbar, hanya dengan mengucapkan “Haleluya”, maka semua orang hingga parkiran terjauh terjatuh oleh karena kuasa Tuhan. Kaki seorang hamba melihat bagaimana langkah hidup tetap berada di jalur sesuai kehendakNya.
Ucapan mami tanpa pernah bosan berkata-kata, “Feiv, mulailah hidupmu dari nol dan tidak berkata langsung berada di puncak. Biarlah kakimu berada dalam sebuah lembah hingga membentuk segala aspek hidupmu.”
Dunia mami terus bermain kuat sekitar jalur langkah kakiku setiap waktu. Mengajariku untuk tidak langsung meminta Tuhan memberiku sebuah karunia dan urapan tinggi atau bahkan menjadi pemimpin dalam waktu sekejap menggembalakan ribuan orang. Namun, mengajarkan bagaimana seorang Feivel harus melalui proses-proses lembah tertentu hingga menjadi pemenang, kemudian mendapatkan semuanya setahap demi setahap. Melayani di sebuah gereja, tidak dikatakan langsung berbicara di hadapan puluhan, ratusan, terlebih ribuan jemaat melalnkan memulai segala sesuatunya dari terkecil.
“Feiv, sekalipun kau memiliki karunia berkata-kata bahkan urapan dan karunia paling hebat jauh mengalahkan segala dunia hamba Tuhan, mulailah dari terkecil. Hidupmu tidak bercerita tentang Feiv secara langsung berbicara di hadapan puluhan,ratusan bahkan ribuan orang memberitakan kebenaran firman.” Ucapan mami membuatku kebingangan.
“Jadi Feivel harus memulai dari mana mi?” pertanyaanku.
“Mulailah dengan menjadi seorang cleaning servis ketika berada di rumah Tuhan, sekalipun papi memiliki berbagai perusahaan-perusahaan terbesar menyebar di seluruh negara ini. Rendahkan hatimu tanpa harus memperlihatkan segala hal dalam diri seorang Feivel.” Jawaban mami membuatku belajar dan belajar, hanya bercerita tentang belajar setiap saat.
Inilah hidupku hanya bercerita belajar merendahkan hati sekalipun tanganku dapat menggenggam segala sesuatu. Menjadi jemaat salah satu gereja sederhana, tanpa harus memamerkan semua yang kumiliki. Memulai pelayanan dari hal terkecil sesuai ucapan mami tanpa harus membuat suatu persungutan. Hanya mengendarai sebuah sepeda tua menuju gereja, membersihkan seluruh gereja menggunakan tanganku sendiri. Mengatur barisan kursi secara berurutan, membersihkan toilet gereja tanpa bantuan siapapun juga.
“Tekuni pekerjaanmu, percaya suatu hari kelak Tuhan akan memberikan sesuatu yang tidak pernah Feivel pikirkan sebelumnya.” Kalimat bijak mami terus-menerus terngiang sekitar gendang pendengaranku. Mengatur jadawal kuliah dan tidak bertabrakan dengan segala aktifitasku ketika berada di luar kampus.
“Feiv, harus membuktikan jika anak papi tetap belajar untuk merendah, dan tidak bercerita tentang mencari pujian banyak orang.” Pernyataan papi pertama kali ketika berada di hadapanku.
“Papi tidak marah atas tindakan mami membuatku menjadi seorang hamba Tuhan bukan pemimpin perusahaan?” pertanyaanku.
“Feivel adalah anak perjanjian antara Tuhan dan mami, jadi papi tidak berhak mengatur hidupmu. Iman mami membuatmu terlahir di dunia, selama belasan tahun penantian terpanjang untuk melihatmu terlahir. Kesimpulannya kau adalah anak yang dipersembahkan untuk Tuhan, dan tidak bercerita harus membuatmu menjalankan sebuah perusahaan.” Penjelasan papi memeluk diriku memberi kehangatan.
Mami, papi, dan Addriella membuat langkahku untuk terus melihat apa yang seharusnya kugenggam dan sesuatu yang harus kulepas. Langkah hidupku sebagai hamba Tuhan tidak bercerita sedang mendoakan banyak orang dan membuatnya terjatuh di hadapanku oleh karena jamahan Roh Kudus. Juga tidak bercerita membuat banyak tanda-tanda mujizat, terlebih membangkitkan orang mati. Tidak ada yang salah terhadap karunia-karunia seperti ini, semua membutuhkan proses.
Langkahku hanya bercerita bagaimana seorang Feivel harus belajar merendahkan hati melalui beberapa tahapan hidup di depan mataku saat ini. “Feiv, jika kau langsung mengambil sebuah pelayanan tertinggi, maka kemungkinan besar kakimu pasti terjatuh. Belajarlah memulai semuanya dari nol,” kalimat bijak mami setiap waktu tanpa rasa bosan memperdengarkan sekitar area gendang pendengaranku.
Beberapa tahun setelah lulus kuliah, mami mulai mengarahkan langkahku menuju sebuah daerah terpencil jauh dari ibu kota. Melakukan pelayanan dimana aliran listrik sama sekali tidak ada sekitar daerah tersebut. Sebelum berangkat, mami berkata: “Serahkan semua harta bendamu kepada Tuhan, jangan melihat sedikitpun dari apa yang kau miliki sekarang.” Inilah hidup mami membuatku tidak dapat berkata-kata ketika dia membuat sebuah pernyataan.
Segala tabungan, aset yang diberikan oleh papi harus keberikan kepada Tuhan. Dalam hal ini imanku kembali diuji oleh Tuhan, apakah dapat memberikan semua yang kumiliki atau berjuang untuk mempertahankan. Menjadi pemenang ketika berada di sebuah lembah, benar-benar membutuhkan pergumulan hebat bahkan lebih dari yang dibayangkan.
“Tuhan, bagaimana hidupku berjalan ketika berada di sebuah pedesaan terkecil tanpa harta sedikitpun?” keraguan melingkupi hidupku. Mami mengajarkan hidupku agar tidak bergantung terhadap keuangan papi sekalipun segala kebutuhanku dapat terpenuhi, ketika semua harta milikku telah kuserahkan ke dalam tangan Tuhan.
Menjual mobil, motor, juga apertement yang kumiliki dan menyerahkan semuanya ke dalam perbendaharaan rumah Tuhan. Tabunganku habis ludes kumasukkan sebagai harta milik Tuhan semata. “Menyerahkan semua harta bendamu ke dalam perbendaharaan Tuhan, bukan berarti semua orang harus mengetahui segala yang kau lakukan. Cukup kau dan Tuhan saja menyadari semua itu.” Kalimat mami menghias gendang pendengaranku kembali.
“Betapa sulitnya menjadi hamba Tuhan,” keluhku menggeleng-gelengkan kepala seorang diri. Ucapan mami seakan membuatku tersiksa, namun entah mengapa hatiku selalu mengikuti segala apapun keinginannya. Berada di jalur Tuhan, terlebih membayar setiap hal yang berasal dariNya membuatku hampir berhenti begitu saja pada pertengahan jalan.
“Feivel, teruslah berjalan dan jangan berhenti untuk menjadi alatKu,” suara Tuhan berbicara lembut jauh di dasar memakai suara hatiku sendiri.
“Mengucap syukurlah seperti apapun duniamu, berhenti mengeluh, jalani objek di hadapanmu sekarang.” pernyataan Tuhan kembali begitu lembut memberikan damai, hingga duniaku melupakan semua keluh kesahku.
Sejak kecil mami mengajarkan dalam hidupku dan Addreil bagaimana Tuhan dapat berbicara memakai suara hati sendiri, namun begitu lembut. Sebagai tanda jika Tuhan sedang berkata-kata adalah sukacita dan damai sejahtera melingkupi kehidupan. Ada saat tertentu, Tuhan akan berbicara dan pada saat itu tiba, pekahlah terhadap suaraNya.
“Ujilah segala roh” kalimat mami menghias gendang pendengaranku. Dunia hamba Tuhan harus pekah terhadap berbagai hal, serta tidak langsung menerima semua objek di depan mata. Berhati-hati ketika menumpangkan ataupun menerima tumpangan tangan sewaktu berada dalam sebuah pertemuan ibadah. Ketika menumpangkan ataupun menerima tumpangan tangan, terjadi manifestasi di alam roh. Manifestasi kharakter, pola pikir, urapan, dan banyak lagi dapat terjadi di alam roh antara si’penumpang dan si’penerima. Jika karakter si’penumpang terlihat kacau dan keras, secara otomatis perpindahan dapat terjadi di alam roh. Seiring waktu berjalan, karakter si’penerima mulai terlihat dengan jelas setahap demi setahap, atau dapat bercerita secara langsung.
“Feiv, kelak jika Tuhan mengirimkan pasangan hidup terbaik bagi langkahmu. Pekahlah terhadap siapa hamba Tuhan yang akan memberkati pernikahanmu kelak. Salah satu pondasi rumah tangga berasal dari penumpangan tangan seorang hamba Tuhan.” Entah mengapa, mami berbicara seperti itu melalui telepon celuler sewaktu kakiku berada sekitar kota daerah tempatku melakukan sebuah pelayanan.
“Mengapa mami mengucapkan kalimat seperti ini?”
“Feivel, jika terjadi penyimpangan hidup seorang hamba Tuhan, kemudian ketika berada di hadapan sepasang mempelai penganti untuk memberkati, secara otomatis bahtera rumah tangga mereka akan kacau.” Jawaban mami kembali melalui telepon celuler.
“Maksud mami?”
“Beberapa penyebab kekacauan rumah tangga diantaranya hubungan sex sebelum terjadi pernikahan, keegoisan, kutuk dari orang oleh karena dosa masa lalu atau turunan, kesombongan, terjadi penyimpangan kehidupan seorang hamba Tuhan hingga akhir cerita ketika melakukan pemberkatan manifestasi kekacauan terjadi di alam roh.” Mami menjelaskan lebih detail, dan membuatku harus lebih bijak bahkan pekah.
Sekalipun kehidupanku jauh dari mami, namun suaranya tetap terngiang jelas sekitar gendang pendengaranku. Pelayanan yang kulakukan selama di daerah terpencil membutuhkan waktu untuk memperlihatkan hasil. Belajar tersenyum, tertawa, bermain, dan melakukan berbagai hal bersama para penduduk setempat. Berada di sekitar sawah bersama-sama menanam padi atau bahkan memanen jika waktu itu tiba. Setahap demi setahap mulai memasuki dunia mereka. Bergotong royong bersama-sama membuat jembatan, membangun sekolah, menjalani beberapa kegiatan penduduk setempat.
Pada malam hari mengajak mereka datang kepada Tuhan melalui pertemuan ibadah. Mulai berbicara di hadapan para penduduk desa tentang injil kebenaran firman Tuhan. Merasakan kehidupan dengan melakukan hal-hal terkecil lebih dahulu, memberikan kisah tersendiri bagi dunia Feivel. Menikmati apapun makanan dan minuman yang tersaji oleh tuan rumah tempat kami beribadah.
Mami selalu berucap setiap waktu; “Feiv, semahal dan seenak apapun makanan yang terhidang di hadapanmu, namun jika tidak disertai damai sejahtera dan ucapan syukur semua terlihat hambar. Sekalipun hanya terdapat sepiring nasi dan ulekan cabe, tetapi jika dalam rumah terdapat hadirat Tuhan, ucapan syukur, dan damai sejahtera maka semua itu akan terlihat jauh lebih nikmat.” Kalimat-kalimat bijak mami seperti biasa memenuhi gendang pendengaranku. Mami dan papi pernah merasakan hidup serba sulit oleh karena tingkatan ekonomi paling rendah. Mereka melewati semua itu dan tetap berada dalam jalur Tuhan. ###

“Aku akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setiaMu, sebab Engkau telah menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, Mazmur 31:8.” Kata-kataku berdiri di hadapan jemaat untuk memberitakan firman.
“Ada berapa banyak diantara semua yang ada disini mempunyai banyak pergumulan hidup?” kalimatku membuat seluruh jemaat mengacungkan tangan memperlihatkan dibalik senyuman mereka terdapat sebuah beban pergumulan begitu kuat membungkus.
“Jangan berfokus terhadap masalah yang kalian hadapi, tetapi biarlah hatimu memandang Tuhan semata. Tuhan menampung air matamu dalam kirbatNya. Ingatlah, apapun masalahmu, semua membutuhkan waktu untuk terjawab sesuai kehendakNya.” Berusaha memakai kalimat yang mudah dimengerti oleh mereka.
“Sesuai ayat ini berbicara tentang kuasa Tuhan bermain, dimana Dia menilik atau memperhatikan beban hidupmu, masa depan, perekonomian, usaha, dan banyak lagi. Tetaplah berada dalam rumah Tuhan, hingga sukacita terus memenuhi kehidupan keluargamu.” Kembali mulutku berbicara di hadapan mereka.
Mami selalu mengajarkan hidupku, ketika membentuk hidup jemaat jadilah sahabat buat mereka setiap detik. Tidak membeda-bedakan antara satu dengan lainnya, itulah langkah hidup dunia hamba Tuhan yang sebenarnya. Mengajarkan kehidupan banyak orang terhadap sebuah pembentukan rohani dan bersifat dari dalam. Jangan membuat mereka berfokus hanya kepada berkat secara jasmani. Ada begitu gereja membentuk ribuan orang hanya memberikan doktorin pengajaran tentang berkat jasmani dan segala usaha bisnis akan diberkati oleh Tuhan. Inilah kesalahan terbesar dari gereja-gereja masa kini.
Menganggap kemiskinan merupakan sebuah kutuk, namun tidak menyadari makna pembentukan dibalik kehidupan seperti ini. Makanan terbaik bagi jemaat adalah firman Tuhan dan bagaimana iman mereka terbentuk oleh berbagai hal ketika berada dalam sebuah titik lingkaran. Tidak menjadi masalah berdoa bagi kemajuan sebuah bisnis atau keuangan, tetapi jauh lebih baik doktrin tentang pembentukan karakter dan iman terlebih hubungan dengan Tuhan lebih diutamakan.
Ada begitu banyak gereja telah melakukan penyimpangan-penyimpangan terbesar dari Tuhan. Dikatakan sebagai hamba Tuhan, namun memainkan dunia bisnis dalam sebuah gereja demi kepentingan pribadi. Gaya busana pada dasarnya benar-benar tidak mencerminkan hidup sebagai seorang hamba. Suami setiap hari berdiri depan banyak orang, bahkan dirinya sendiri terus melayani, namun terlihat menjijikkan. Kesombongan memenuhi, menganggap suami atau diri sendiri melayani di berbagai tempat, mengelurkan banyak album rohani. Berpakaian jauh melebihi orang tidak mengenal Tuhan. Gaya berbusana sama sekali tidak menampakkan mereka sebagai seorang hamba.
Kesalahan terbesar gereja, tentang sebuah kalimat “TUHAN MELIHAT HATI”. Akibat pernyataan tersebut, hidup gereja terikat oleh hal-hal terkacau bahkan para hamba Tuhanpun tidak luput dari semua ini. Tidak menjadi masalah berpakaian memperlihatkan aurat, karena Tuhan melihat hati. Segala jenis paha dipamerkan oleh karena penggunaan konsep Tuhan melihat hati.
Salah seorang pendeta sekaligus berprofesi sebagai artis rohani dan pencipta lagu, merusak hidup keluarganya oleh sebuah jalan salah. Sang istri berpakaian serba terbuka, karena Tuhan melihat hati bukan bagian luarnya. Berhati-hatilah ketika berhadapan dengan dunia hamba Tuhan. Tidak selamanya seseorang yang dikatakan telah megeluarkan album begitu banyak, terlihat sungguh-sungguh ketika berada dalam hadirat Tuhan dan penuh semangat memberitakan firman berada di jalur sesuai kehendakNya.
Hamba Tuhan jauh terlihat lebih keren, ketika hidup dalam kesederhanaan. Dunia mereka tidak pernah bercerita tentang gaya busana paling terdepan, memerkan kulit secara luar biasa, memakai bikini paling hot, berdandan menor, ketika berjalan ke hadapan jemaat segala peralatan ataupun kitab dipegang oleh bawahan mereka. Dunia hamba Tuhan terlihat membentuk warna-warna pelangi disaat menyadari arti kerendahan hati yang sebenarnya.
“Feivel, terkadang ada saat dimana matamu akan berhadapan tentang sebuah dunia hamba Tuhan, akhir cerita kekecewaan memenuhi langkahmu. Tuhan mengizinkan semua hal paling mengerikan dari dunia hamba Tuhan berada di hadapanmu, untuk membuatmu memilih tentang 2 jalan. Apakah kaki Feivel tetap melangkah mengikuti alur Tuhan? atau oleh karena kekecewaan, membuat kaki melakukan penyimpangan terhebat?” kalimat bijak mami tertulis jelas pada secarik kertas, kemudian menyelipkannya sekitar kitab kehidupan bagi langkahku setiap detik.
Tersandung terhadap dunia hamba Tuhan, itulah kata paling tepat menggambarkan  maksud pernyataan mami. Lebih parah lagi, memberi kata acc bahkan mendoakan seorang pelayan Tuhan untuk mengikuti sebuah kontes kecantikan. Tidak ada yang salah tentang impian seseorang, sama seperti Addriella memiliki mimpi menjadi seorang bisnismen. Hanya saja. Ketika menjadi pemenang seakan memakai kata pelayan demi menarik jemaat masuk ke dalam gereja. Motivasi salah bukan untuk mencari Tuhan, melainkan seorang pemenang kontestan kecantikan.
Addriella sempat bercerita melalui saluran telepon celular tentang dunia gereja dan pelayan Tuhan. Seakan ingin menarik simpatik banyak lapisan masyarakat hanya dengan pernyataan PELAYAN TUHAN. Baik dari segi si’pelayan Tuhan dan gereja memiliki keuntungan masing-masing. Terlihat mengucap syukur, namun ketika mempelajari jauh lebih ke dalam terdapat akar kesombongan, ingin manarik simpatisan demi sebuah karir, mamancing pemasukan sebuah tempat tertentu oleh karena banyaknya jemaat.
“Kakak Feiv, kesalahan terbesar dari awal yaitu memakai kata pelayan Tuhan,” curhatan Addriel terlihat begitu kesal berkomunikasi melalui hand phone. Addriella saja hanya sebagai jemaat biasa menyadari tentang letak kesalahan tersebut, terlebih dunia hamba Tuhan...
“Maksud Driel? Coba jelaskan lebih rinci,” ujarku terhadap adikku satu-satunya yang telah duduk di bangku kuliah mengambil jurusan kedokteran dan bisnismen sebagai masa depannya.
“Si’pelayan Tuhan mengikuti sebuah kontes, meminta dukungan doa pada akhirnya menjadi pemenang. Akhir cerita tersebar beberapa foto menjelaskan bagaimana si’pelayan Tuhan benar-benar bersungguh-sungguh sewaktu didoakan oleh banyak hamba Tuhan. Bagi masyarakat menilai semua itu sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Namun, tanpa pernah menyadari ingin meningkatkan karir untuk si’pelayan Tuhan, sedangkan gereja sendiri menrik jemaat secara besar-besaran dengan motifasi salah melihat si’pemenang kontes kecantikan.” Penjelasan Addriella benar-benar panjang.
“Terus,” pancingku.
“Si’pelayan Tuhan ditunjuk sebagai perwakilan untuk go international di luar. Hal lebih heboh adalah memakai label pelayan Tuhan benar-benar sejak awal telah bermain. Kontes kecantikan yang akan diikuti sekarang, dimana memperlihatkan seluruh isi tubuh dengan kata lain hanya menutup sedikit bagian saja. Coba bayangkan kakakku sayang?” ucapan Addriel.
“Bayangkan apa?”
“Semua orang beranggapan jika seluruh pelayan Tuhan adalah wanita yang suka melakukan apapun demi karir, bahkan rela memerkan segala sesuatu. Terlebih sekarang kita sedang menginjakkan kaki dimana? Posisi sebagai anak Tuhan terlihat terancam, masalah kecil seperti ini dapat saja dijadikan sebagai bahan permainan. Atau keesokan bukan lagi memperkenalkan diri sebagai pelayan Tuhan, tetapi pendeta ketika memasuki kontes kecantikan.” Kalimat Addriella penuh penekanan.
“Hahahahahahhahah,” ucapku.
“Kakak, bayangkan semua orang beranggapan jika seluruh pelayan Tuhan rela melakukan apapun demi karir sekalipun itu menjadi perempuan pelacur. Besok-besok banyak orang dapat berkata ternyata kehidupan pendeta dan pelayan Tuhan hanya seperti ini. Bagaimana kita dihargai kalau seperti itu?” kalimat Addriella.
“Saya tidak pernah melarang orang kristen mengikuti kontes kecantikan manapun, semua itu fine-fine saja dilakukan oleh karena mimpi yang ingin dikejar. Entahkah mimpi tersebut berprofesi sebagai model, pemenang kontes kecantikan, dan lain sebagainya. Hanya saja...” ucapan Addriella tiba-tiba saja terpotong.
“Hanya saja kenapa Driel?”
“Hanya saja jangan pernah membawa kata pelayan Tuhan ketika memasuki jalur seperti ini, semua orang akan menjadi korban. Memakai label pelayan Tuhan, banyak orang dapat saja memberi cap, ternyata kehidupan kekristenan untuk dunia pelayan Tuhan rela membuat apapun. Mempelajari lebih mendetail tentang sudut lain, hanya memandang apa yang terlihat di depan mata.” Tutur Addriella menjelaskan segala yang ada dalam pemikirannya.
“Driel, sesuai ucapan mami jika ada saat dimana mata akan berhadapan dengan sebuah kalimat untuk dunia pelayan Tuhan, gereja, dan hamba-hamba Tuhan yaitu tersandung.” Ujarku.
“Terlebih sekarang lagi hot-hotnya dunia permainan, atau bersifat pada perpecahan dalam sebuah kerukunan antara sesama. Hal terkecil saja, bisa menjadi permasalahan paling spectakuler diantara semuanya.” Seperti biasa Addriella terlihat kesal...
“Wow, sejak kapan adikku berbicara seperti ini?”
“Kakak, tidak usah bercanda berlebihan,” gertakan adik kesayanganku melalui telepon celuler.
“Kakak, sepertinya saya mencurigai sesuatu” lanjut ucapan Addriella.
“Driel mencurigai apa?”
“Waktu itu, seseorang dengan sengaja menulis sebuah pernyataan pada akun medsos si’pelayan Tuhan. Hanya sekedar memancing melalui kalimat tersebut apakah tersadar atau tidak sama sekali. Singkat cerita, beberapa akun lain masuk melakukan pembulian terhadap orang tersebut. Mengucapkan berbagai kalimat aneh, seperti itulah dunia netizen, tetapi terlihat ganjil.” Ujar Addriella.
“Maksud Driel seperti apa?”
“Seluruh akun yang melakukan pembulian bersifat privat, terlebih sekitar halaman depan mengatas namakan daerah. Kesimpulannya seakan ingin membuat sesuatu yang anehlah. Tetapi, saya mencurigai jika si’pelayan Tuhan yang ada dibalik akun tersebut.” Kalimat Addriella.
“Tidak mungkinlah, logika seorang publik figur tidak akan merusak namanya sendiri”
“Kakak Feiv, ini hanya kecurigaanku semata. Satu lagi, semua itu bisa terjadi, kenapa? Bisa saja membeli sebuah akun, kemudian melakukan pengeditan atau menyuruh beberapa orang di belakang untuk bermain. Logika masyarakat tentunya tidak mungkin si’dia melakukan hal tersebut, pasti netizenlah.” Penjelasan Addriella kembali.
“Driel,” ujarku.
“Rasional saja berpikir kakak, kenapa semua akun pembulian harus bersifat privat dan menonjolkan sebuah daerah. Sekarang lebih halus lagi ayat alkitab jadi halaman depan tanpa kalimat-kalimat kasar. Kan mencurigakannya itu kebangetan. Andai kata, secara langsung memakai namanya secara rasional karirnya si’pelayan Tuhan dalam sekejap hancur seketika akibat pandangan masyarakat. Semoga ini hanya firasatku saja dan semua itu tidak betul,” kata-kata Addriella kembali bercerita.
“Wow...” hanya itu kalimatku.
“Kakak, jika mempelajari tatapan mata si’pelayan Tuhan melukiskan beberapa hal. Penuh ambisi, suka bermain, dan beberapa hal lain. Kemungkinan besar, seseorang yang dengan sengaja membuat pancingan terlihat geram akan kehidupan munafik bermain.” Tutur Addriella lagi...
“Siapa orang itu yang telah berani membuat sensasi untuk si’pelayan Tuhan?”
“Menurut informasi, dia adalah seseorang yang menyukai dunia medsos bahkan memeriksa sesuatu tentang hidup gereja, publik figur, tokoh-tokoh politik, dan banyak lagi. Ada saat dimana dirinya membuat sebuah comentar terhadap beberapa akun medsos dimulai dari sesuatu yang biasa, membuat tertawa, atau kalimat paling menyakitkan. Banyak orang berpikir dia mempunyai karakter iri terhadap seseorang. Tetapi, jika dipelajari pada dasarnya tidak ada kata iri hati sama sekali.” Kalimat Addriella.
“Terus...”
“Kakak tahu tidak? Beberapa hamba Tuhan, penyanyi rohani, artis menghapus beberapa bahkan secara keseluruhan foto-foto mereka akibat komentar yang ditulisnya. Dia hanyalah manusia biasa penyuka medsos, namun akan membuat penyataan pedas ketika tatapan matanya berbicara jika hal tersebut telah berada pada jalur aneh bahkan menyimpang terlebih dunia para hamba Tuhan.” ucap Addriella menjelaskan tentang kehidupan seseorang.
“Bahkan akun salah satu publik figur sekarang bersifat pribadi alias hanya tertentu saja yang bisa melihat.” Adriella hampir-hampir tidak mempercayai semua ucapannya sendiri.
“Berarti, tanpa semua orang sadar jika orang tersebut telah menjadi artis dadakan dalam sekejap hanya melalui sensasi komentar dong?” ujarku.
“Pada dasarnya komentar tersebut hanya bersifat menegur dunia hamba Tuhan, artis rohana, public figur, dan si’pelayan Tuhan tidak lebih dari itu. Hanya saja, permasalahan si’pelayan Tuhan sifatnya panjang karena menganggap diri sudah terlalu terkenal oleh lapisan masyarakat. Pada kenyataannya, jika orang tersebut hanya manusia biasa penyuka medsos. Itulah kalimat terbaik melukiskan kehidupannya.” Tutur kalimat Addriella kembali.
Dunia netizen mempunyai gaya bahasa masing-masing ketika berhadapan dengan sebuah objek. Sama seperti orang tersebut membuat tutur kalimat tersendiri ketika membuat sebuah komentar. Kehidupan dia mengajarkan duniaku, jangan hanya menilai seseorang dari luar karena kita tidak akan pernah tahu tentang maksud ketika melukiskan sebuah objek. Entahkah objek tersebut bersifat komentar, beberapa profesi, karakter, langkah kaki memainkan irama, dan lain sebagainya.
“Feiv, jadilah hamba Tuhan paling tegas ketika memandang sebuah objek.” Pernyataan mami melalui sebuah pesan.
“Kakak Feivel harus bijak memandang untuk segala aspek dari perputaran roda kehidupan, hingga akhir cerita membentuk serpihan-serpihan kertas penuh warna-warni” Kalimat adik kesayanganku Addriella masih bermain kuat sekitar area pendengaranku.
“Feivel, ketika kakimu berada di puncak, berdoalah setiap saat hingga pada ending cerita sampai kapanpun anakku tidak akan pernah mencuri kemuliaan Tuhan setitkpun. Mencuri kemuliaan Tuhan akan membuatmu hancur seketika.” Isi email papi terekam jelas pada memori hidup seorang Feivel.
Selama 7 tahun berada di tempat paling terpencil dari negara ini untuk menjadi seorang hamba Tuhan demi sebuah pelayanan. Kisahku tidak bercerita tentang seberapa fasih mulutku berkata-kata di hadapan banyak orang bertahun-tahun lamanya. Kakiku juga tidak bercerita tentang seberapa hebat langkahku mengadakan berbagai tanda-tanda mujizat. Tangankupun tidak bercerita tentang seberapa banyak tumpangan tangan yang telah kulakukan, hingga semua orang terjatuh atau mendapat jamahan Roh Kudus. Karunia, bahasa lidah, nubuatan semuanya akan berlalu. Namun satu hal, yang tersisa adalah pengharapan, iman, dan kasih.
Kisahku hanya bercerita tentang bagaimana hati, jiwa, kaki, tangan, mulutku belajar untuk merendahkah hati di mata Tuhan. Bagaimana seorang Feivel mencari wajah Tuhan, itulah duniaku sekarang. Menjadi hamba melukiskan bahwa langkah kaki harus tetap berada pada jalur Tuhan. 7 Tahun adalah waktu membuatku menyadari tentang proses Tuhan, hingga memperlihatkan buah pelayanan. Tuhan mempercayakan jemaat dimulai dengan jumlah kecil, dan pada akhirnya berjumlah besar. Menjadi sinar bagi sebuah daerah terpencil demi menerangi kegelapan.
Terimah kasih Tuhan, mengajarkan langkahku tentang arti kerendahan hati ketika menjadi seorang hamba. Papi bersedia menjadi sponsor terbesar sehingga listrik dapat masuk ke daerah tersebut. Sejak awal papi ingin menjadi sponsor, hanya saja semua itu membutuhkan proses terlebih terhadap hidupku sendiri. Adriella sendiri bersedia membantu penduduk dengan menjadi dokter sukarela tanpa harus membeda-bedakan.
Hidup Adriella kini sama seperti duniaku, yaitu belajar segala sesuatu mulai dari hal terkecil. Suatu hari kelak Adriella akan memimpin perusahaan, jika papi telah berada pada usia lanjut. Dapat dikatakan dunia Addriella berada dalam 2 bidang yaitu menjadi seorang dokter dan pemimpin perusahaan kelak.
Tuhan membuat daerah yang dianggap paling terpencil menjadi salah satu kota besar untuk berbagai bidang. Inilah perputaran roda kehidupan, sesuatu dikatakan sampah dapat Tuhan buat menjadi sebuah benda berharga. Ketika anak-anak Tuhan berada dalam sebuah lokasi wilayah daerah tertentu, maka kemuliaanNya memenuhi tempat tersebut. Ada begitu banyak peningkatan demi peningkatan melalui sekolah-sekolah yang kami bangun demi kemajuan daerah ini. Membentuk iman banyak orang bukan hanya dari segi rohani semata, tetapi juga mengarah pada bidang pendidikan.
“Terimah kasih Tuhan, membuatku terlahir ke dunia menjadi alatMu untuk menciptakan berbagai terobosan untuk hormat dan kemuliaan namaMu.” Rasa syukur kunaikkan dihadapanNya. Menjadi hamba Tuhan dan tetap berada pada jalurNya adalah sesuatu yang menyenangkan.