Si’PELAYAN TUHAN...
AZRA...
Mempunyai
pergumulan selama 15 tahun setelah memasuki bahtera rumah tangga. Wanita mana
dapat menjalani kehidupan rumah tangga tanpa seorang anak. Salah satu dari
sebagian besar para wanita merasakan kesesakan setiap kali berada pada lembah
terbungkus sebuah pergumulan hidup. Rasa sesak terus menghampiri selama
bertahun-tahun ketika berbicara kepada Tuhan. Memiliki seorang anak merupakan
kebanggaan tersendiri yang dapat menciptakan warna-warna pelangi bagi seorang
istri.
“Tuhan,
dengarkan setiap kesesakan hatiku” seru doa memanjatkan permohonan di
hadapanNYA saat ini. Berdiam diri dalam rumah Tuhan, tertunduk dengan air mata
berlinang berbicara di hadapanNYA.
“Dengan
nyaring aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku dari gunungNya yang
kudus.” Ucapku mengutip sebuah kitab, mazmur 3:5.
“Beri
saya seorang anak, berkatilah buah kandunganku hingga akhir cerita menghasilkan
keturunan.” Menjerit memohon kepada Tuhan. Hati hancur jiwa remuk datang ke
hadapan Tuhan memohon belas kasihan, sehingga air mataku tertampung dalam
kirbatNya setiap detik langkah hidupku. Azra akan terus berdoa memohon agar Ia
menghapus setiap air mataku ketika berada di hadapanNya.
Seperti
tiang awan tidak pernah beralih tetap ada pada siang hari melindungi bangsa
Israel ketika berada kaki mereka tetap berada di padang gurun. Pada waktu malam
tiang api terus berada di depan bangsa pilihan Tuhan membuat kehangatan.
Begitulah jiwaku meyakini, jika tangan Tuhan terus mendekap hidupku ketika berjalan
dalam sebuah lembah. Tangisan kepedihan hatiku di tampung oleh Tuhan setiap
saat dari lingkaran langkah hidupku.
“Azra,
berhentilah berpikir tentang sebuah isitilah,” seru Mate berjalan ke hadapanku.
“Tentang apa?” tanyaku kebingungan.
“Ingin
memiliki seorang anak,” jawaban Mate menatapku.
“Mate,
impian seorang istri adalah menjadi ibu bukan permasalahan lain,”
“Azra
sadarlah, semua itu tidak mungkin.”
“Saya
tetap yakin tentang sebuah mujizat, bagi Tuhanku tidak ada kata mustahil ketika
hatiku terus berseru memohon.” Pernyataanku dihadapan Mate. Belasan tahun kami
membina bahtera rumah tangga, Mate sama sekali tidak pernah mengeluh ataupun
menuntut untuk memiliki seorang anak.
“Azra,
apakah saya termasuk tipekal suami paling menuntut? Tidakkan,” raut wajah Mate
terlihat gerah melihat setiap ulahku sepanjang waktu.
“Matius
11:28 berkata, marilah kepadaKu, semua yang letih lesuh Aku akan memberi
kelegaan kepadamu.” Berkata-kata sambil mengutip ayat demi ayat...
“Bagaimana
jika kita berdua mengadopsi seorang bayi?” ucapan Mate membuat mataku
terbelalak.
“Saya
ingin menjadi ibu, langsung dari rahimku bukan rahim wanita lain.” pernyataan
tegas dari perbendaharaan mulutku. Berjalan keluar tanpa peduli ucapan, amarah,
atau hal apapun dari dunia Mate. Mengambil tas beserta sebuah kunci mobil,
berjalan meninggalkan rumah besar seperti istana. Semua itu harta, rumah,
mobil, perusahaan besar tidak raih dalam sekejap. Menemani Mate mulai dari
titik nol, hingga menjadi seperti sekarang. Bersama-sama mengalami pasang surut
kehidupan oleh karena berbagai jenis badai, hingga Mate berada di puncak karir.
Membayangkan
ketika Mate harus menghadapi berbagai penolakan demi penolakan oleh seluruh
perusahaan, tanganku terus menuntunnya untuk berada di hadapan Tuhan. Mengutip
setiap ayat demi ayat dalam alkitab disaat hidup kami benar-benar terpuruk oleh
kemiskinan terhebat bermain kuat. Pengharapanku masih ada bagaimanapun hidupku,
Tuhanku sanggup mengangkat setiap beban hidupku.
Tuhan
pasti melihat setiap sengsara hidupku sekarang selama belasan tahun. Jika Dia
berhasil mengeluarkan bahtera rumah tanggaku dari sebuah lembah, yang pada
akhir cerita membuahkan perusahaan besar dan aset kekayaan, maka Tuhanpun akan
menjawab kembali beban hidupku. Tuhan tidak akan pernah melupakan nama Azra di
hatiNya, air mataku tertampun pada kirbatNya.
“Lukas
5:17-26, hanya melalui ucapanMu seorang lumpuh dapat berjalan seketika” suara
hatiku mengutip kitab, percaya Tuhan dapat mengangkat beban hidupku. Terus
menangis dalam rumahNya hingga akhir cerita air mataku tertampung dalam
kirbatNya.
“Orang
mati dapat dibangkitkan olehMu, apa lagi permasalahan menjawab doaku agar Kau
memberiku seorang anak.” Ujarku terus berkata-kata. Berpuasa tanpa
sepengetahuan Mate, meminyaki kepalaku dengan minyak bercerita seorang pun
tidak akan pernah tahu tentang duniaku terus merendahkan hati di hadapanNya.
Merendahkan hati di hadapan Tuhan melalui puasa bukan untuk diumbar-umbarkan ke
semua orang. Biarlah Tuhan dan hatiku saja menyadari tentang setiap puasa yang
telah kunaikkan.
“Tuhan,
jika Engkau memberiku seorang bayi,” kalimatku setiap hari ketika berada dalam
rumahNya yang kudus seorang diri.
“Saya
akan mempersembahkan bayiku kepadaMu, menjadi alat bagi kemulianMu.”
“Saya
berjanji Tuhan memberikan dia untukMu, hapus air mataku saat ini.” Nasar
perjanjian kunaikkan kepadaNya. Tuhan yang kusembah sanggup melakukan segala
perkara, terlebih menjawab beban hidupku. Sebulan setelah mengucapkan
pernyataan tersebut di hadapan Tuhan ketika berada dalam rumahNya, tiba-tiba
saya mengalami mula muntah.
“Kau
tidak apa-apa Azra?” tanya Mate sangat cemas.
“Entahlah,
tiba-tiba saja perutku ingin memuntahkan semua yang di dalam,” jawabku berlari
kembali ke kamar mandi. Semua isi perutku keluar seketika, tidak mengerti
terhadap keadaanku sendiri akhir-akhir ini.
“Lebih
kita ke dokter saja,” Mate segera mengambil kunci mobil di atas meja,
menuntunku berjalan menuju halaman depan rumah.
“Tapi,
bagaimana pekerjaanmu di kantor? Bukankah hari ini ada meeting penting?”
“Lupakan
soal meeting, Azra jauh lebih berharga dibandingkan sejumlah uang.” Inilah
dunia Mate terus menjadi suami terbaik dalam hidupku. Lebik bagi Mate harus
mengalami kerugian besar dibanding meninggalkan istri tercintanya ketika sedang
dalam kelemahan tubuh. Andai kata, Mate berperan hanya sebagai bawahan sudah
pasti dia akan mengalami kesulitan ketika berhadapan dengan sang atasan.
“Selamat
pak Mate,” ujar dokter menyodorkan tangannya, membuat Mate sama sekali tidak
mengerti maksud dari kalimat tersebut.
“Maksud
bapak?” Mate sedikit kebiungan melihat dokter.
“Anda
akan menjadi seorang ayah,” jawaban dokter tersenyum.
“Dokter
tidak sedang bercandakan?” mataku tidak berkedip sama sekali mendengar ucapan
dokter. Penantian panjang selama belasan tahun hingga akhir cerita, Tuhan
menjawab doaku. Mendengarkan setiap sengsara dan seru doa yang kunaikkan setiap
saat.
“Saya
sedang tidak bercanda, anda benar-benar hamil,” jawaban dokter.
“Tuhan
Yesus, terimah kasih menjawab doaku,” teriakanku sangat bahagia, segera memeluk
Mate terbungkus air mata. Mate sendiri terharu mendengar pernyataan dokter.
Belasan tahun merupakan penantian terpanjang bagi kehidupan rumah tangga kami.
Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil, segala sesuatu dapat diperbuatNya terlebih
hanya memberikan seorang anak bagi kehidupan keluarga kami.
“Azra,
imanmu benar-benar memberikan sebuah hasil luar biasa bagi keluarga kita” rasa
haru dan ingin menangis melingkupi diri Mate.
“Tuhan
menjawab doaku,” air mata kebahagiaan terus mengalir. Mate terharu mendengar
segala ucapan dokter, lutut seorang istri merupakan pondasi terkuat ketika
mengarungi bahtera rumah tangga. ###
20
TAHUN KEMUDIAN...
Sesuai
nazar yang kunaikkan ke hadapan Tuhan mempersembahan Feivel sebagai alat bagi
kemulianNya kulakukan. Sejak Feivel terlahir ke dunia, kami bersepakat
menyerahkan dia ke hadapan Tuhan sebagai persembahan buah sulung. Tetap
mendidik sesuai isi hati Tuhan, mengarahkan hidup Feivel menjadi alatNya kelak.
Lima tahun setelah kelahiran putraku feivel, akhirnya Tuhan kembali
mempercayakan rahimku melahirkan seorang gadis cantik. Kehidupanku benar-benar
sempurna oleh karena kehadiran Feivel dan gadis kecilku Addriella. Feivel
berarti Tuhan penolongku, sedangkan Addriella mempunyai makna tersendiri yaitu
pengikut Tuhan.
“Feiv,
jadilah alat Tuhan selama kau masih terus bernafas di dunia,” pernyataanku
setiap saat ketika berada di hadapan putraku.
“Mami,
bagaimana dengan Driel?” pernyataan Adriel tidak ingin kalah, berusaha mencari
perhatian ibunya sendiri.
“Anak
kecil harus minggir secepatnya!” perintah Feivel.
“Kakak
Feiv tidak boleh seperti itu terhadap adik kecilnya!” tegurku.
“Betul
kata mami,” tangan Adriel segera memelukku, seolah tidak mau kalah...
Mengajarkan
mereka tentang kasih sayang antara satu dengan lainnya. Membuat Feivel terus
berada di jalur Tuhan, hingga kelak menjadi alat terbaik bagi kemuliaanNya.
Menjelaskan tentang dunia para hamba Tuhan di hadapan Feivel. Setelah lulus
sekolah, Feivel melanjutkan kuliahnya di salah satu kampus theologia. Membuat
dia memahami, jauh sebelum dia berada dalam rahim saya telah membuat sebuah
nazar di hadapan Tuhan. Dunia Feivel harus tetap berada dalam proses Tuhan
sampai kapanpun juga.
“Feiv,
dunia para hamba Tuhan tidak sama seperti jalur papi atau siapapun.” Ucapku.
“Maksud
mami?” Feivel memegang sebuah buku, menutupnya dan berbalik ke hadapanku.
Mencari jawaban akan pernyataan yang terarah di depannya.
“Papi
sebagai pengusaha mempuanyai jalur hidup sendiri, berbeda ketika Feiv menjadi
seorang hamba Tuhan. Feiv harus mengerti tentang pembentukan baik dalam diri
sendiri maupun orang-orang yang ada di depanmu suatu hari kelak.” Jawabanku
memberi penjelasan.
“Mi,
apa Feiv bisa melewati jalur seperti ini?”
“Feivel
anak mami pasti bisa membuat sebuah terobosan terbesar. Ingat, Feiv harus
menjadi hamba Tuhan paling tegas dengan berkata ya di atas ya dan tidak di atas
tidak. Banyak hamba Tuhan jatuh ketika diperhadapkan sebuah objek, entah karena
sebuah kursi, harta, terlebih wanita.” Mengajarkan Feivel dunia hamba Tuhan
sehingga hidupnya menyadari tentang segala aspek ketika berjalan melewati
sebuah objek. Tangan kanan Tuhan akan terus mengggenggam erat putraku, hingga
Feivel memahami setiap kata-kata demi menciptakan pembentukan bagi langkahnya.
###
FEIVEL...
Sejak
kecil mami membuatku terus berada di hadirat Tuhan setiap saat. Mengajarkan
hidupku bagaimana merendahkan hati di hadapan Tuhan dan terus berdoa mencari
wajahNya. Ketika berdoa, mami tidak pernah bosan mengutip setiap ayat-ayat
firman Tuhan dan menyebut namaku, Adriel, juga papi. Di saat usiaku menginjak 3
tahun, mami mengajariku untuk berpuasa di hadapan Tuhan. Sampai Feivel besar,
terbiasa dengan sebuah istilah yaitu berpuasa untuk merendahkan hati setiap 2x
seminggu. Bahkan Addriella pun belajar melakukan hal-hal seperti itu, sekalipun
jalur hidupnya tidak bercerita tentang dunia hamba Tuhan.
Papi
membuat kesepakatan, jika Addriel yang akan menjadi pengganti untuk meneruskan
perusahaan bukan seorang Feivel. Mami dan papi percaya bahwa seorang perempuan
berhak menjadi seorang pemimpin dan tidak hanya bercerita dunia para laki-laki
semata. Menjadi seorang hamba Tuhan membutuhkan proses luar biasa. Hidupku
hanya bercerita tentang kisah menjadi seorang hamba, bukan pemimpin sebuah
perusahaan. Mami mempersembahkan secara khusus putranya ke dalam rumah Tuhan.
“Feiv,
harus siap membayar sebuah harga ketika bercerita tentang menjadi seorang hamba
Tuhan.” kata-kata bijak mami bercerita penuh kelembutan.
“Mi,
ada begitu banyak kisah hidup para hamba Tuhan dengan konsep masing-masing.
Beberapa dari mereka jatuh hanya karena permasalahan biasa, namun terdapat pula
seseorang yang penuh karunia tetapi sama sekali tidak menyadari sedang berada
pada jalur kesombongan rohani atau penggunaan salah tentang sesuatu.” Entah
mengapa, perbendaharaan mulutku bercerita seperti ini terhadap mami.
“Itulah
dikatakan dunia hamba Tuhan harus melalui proses tertentu demi menjadi alatNya.
Memahami tentang baptisan api untuk dipakai heran oleh Tuhan, hingga akhir
cerita langkahnya ketika berhadapan terhadap sebuah objek tidak akan kaget
terlebih terlalu mudah untuk tergelatak jatuh.” Mami terus membelai rambut
hitam pendek sekitar kepalaku, sambil berusaha memperbaiki posisi kaca mataku.
“Mi,
ada satu hal yang tidak kumengerti hingga detik sekarang,”
“Tentang
apa, Feiv?” ujar mami.
“Mengapa
seorang hamba Tuhan harus membayar sebuah harga tertentu demi mendapat suatu
karunia dan urapan paling wow dariNya?” mencari jawaban.
“Feiv,
coba perhatikan hidup Daud semenjak Tuhan mengurapi untuk menjadi seorang raja
harus mengalami sebuah proses demi proses melalui baptisan api. Selama belasan
tahun menjadi buronan Saul, tetapi disaat berhadapan terhadap suatu objek
seorang Daud tidak mudah terjatuh bahkan harus terlempar jauh dari kekudusan
Tuhan.”
“Tapi
Daud merebut istri orang lain,” menyerang mami.
“Daud
jatuh tetapi kembali menyadari kesalahannya, hingga akhir hidup Daud selalu
dituntun oleh Tuhan. Abraham memperoleh seorang anak tidak dikatakan langsung,
tetapi melalui waktu panjang.” Ucap mami.
“Sama
seperti sewaktu mami bergumul meminta seorang bayi selama bertahun-tahun?”
“Seperti
itulah Feiv, maka dari itu jangan kecewakan Tuhan. Kau lahir ke dunia oleh
karena sebuah pergumulan panjang, jadilah alat terbaik di mata Tuhan.”
Inilah
hidup mami mengajarkan duniaku bagaimana menjadi seorang hamba Tuhan. Dunia
hamba Tuhan tidak selamanya hanya bercerita tentang seberapa hebat karunia yang
dimiliki untuk melakukan berbagai tanda-tanda mujizat bahkan menghidupkan orang
mati. Tidak berjalan kepada seberapa besar hidup memiliki urapan paling kuat,
hingga saat berada depan mimbar, hanya dengan mengucapkan “Haleluya”, maka
semua orang hingga parkiran terjauh terjatuh oleh karena kuasa Tuhan. Kaki
seorang hamba melihat bagaimana langkah hidup tetap berada di jalur sesuai
kehendakNya.
Ucapan
mami tanpa pernah bosan berkata-kata, “Feiv, mulailah hidupmu dari nol dan
tidak berkata langsung berada di puncak. Biarlah kakimu berada dalam sebuah
lembah hingga membentuk segala aspek hidupmu.”
Dunia
mami terus bermain kuat sekitar jalur langkah kakiku setiap waktu. Mengajariku
untuk tidak langsung meminta Tuhan memberiku sebuah karunia dan urapan tinggi
atau bahkan menjadi pemimpin dalam waktu sekejap menggembalakan ribuan orang. Namun,
mengajarkan bagaimana seorang Feivel harus melalui proses-proses lembah
tertentu hingga menjadi pemenang, kemudian mendapatkan semuanya setahap demi
setahap. Melayani di sebuah gereja, tidak dikatakan langsung berbicara di
hadapan puluhan, ratusan, terlebih ribuan jemaat melalnkan memulai segala
sesuatunya dari terkecil.
“Feiv,
sekalipun kau memiliki karunia berkata-kata bahkan urapan dan karunia paling
hebat jauh mengalahkan segala dunia hamba Tuhan, mulailah dari terkecil.
Hidupmu tidak bercerita tentang Feiv secara langsung berbicara di hadapan puluhan,ratusan
bahkan ribuan orang memberitakan kebenaran firman.” Ucapan mami membuatku
kebingangan.
“Jadi
Feivel harus memulai dari mana mi?” pertanyaanku.
“Mulailah
dengan menjadi seorang cleaning servis ketika berada di rumah Tuhan, sekalipun
papi memiliki berbagai perusahaan-perusahaan terbesar menyebar di seluruh
negara ini. Rendahkan hatimu tanpa harus memperlihatkan segala hal dalam diri
seorang Feivel.” Jawaban mami membuatku belajar dan belajar, hanya bercerita
tentang belajar setiap saat.
Inilah
hidupku hanya bercerita belajar merendahkan hati sekalipun tanganku dapat
menggenggam segala sesuatu. Menjadi jemaat salah satu gereja sederhana, tanpa
harus memamerkan semua yang kumiliki. Memulai pelayanan dari hal terkecil
sesuai ucapan mami tanpa harus membuat suatu persungutan. Hanya mengendarai
sebuah sepeda tua menuju gereja, membersihkan seluruh gereja menggunakan
tanganku sendiri. Mengatur barisan kursi secara berurutan, membersihkan toilet
gereja tanpa bantuan siapapun juga.
“Tekuni
pekerjaanmu, percaya suatu hari kelak Tuhan akan memberikan sesuatu yang tidak
pernah Feivel pikirkan sebelumnya.” Kalimat bijak mami terus-menerus terngiang
sekitar gendang pendengaranku. Mengatur jadawal kuliah dan tidak bertabrakan
dengan segala aktifitasku ketika berada di luar kampus.
“Feiv,
harus membuktikan jika anak papi tetap belajar untuk merendah, dan tidak
bercerita tentang mencari pujian banyak orang.” Pernyataan papi pertama kali
ketika berada di hadapanku.
“Papi
tidak marah atas tindakan mami membuatku menjadi seorang hamba Tuhan bukan
pemimpin perusahaan?” pertanyaanku.
“Feivel
adalah anak perjanjian antara Tuhan dan mami, jadi papi tidak berhak mengatur
hidupmu. Iman mami membuatmu terlahir di dunia, selama belasan tahun penantian
terpanjang untuk melihatmu terlahir. Kesimpulannya kau adalah anak yang
dipersembahkan untuk Tuhan, dan tidak bercerita harus membuatmu menjalankan
sebuah perusahaan.” Penjelasan papi memeluk diriku memberi kehangatan.
Mami,
papi, dan Addriella membuat langkahku untuk terus melihat apa yang seharusnya
kugenggam dan sesuatu yang harus kulepas. Langkah hidupku sebagai hamba Tuhan
tidak bercerita sedang mendoakan banyak orang dan membuatnya terjatuh di
hadapanku oleh karena jamahan Roh Kudus. Juga tidak bercerita membuat banyak
tanda-tanda mujizat, terlebih membangkitkan orang mati. Tidak ada yang salah
terhadap karunia-karunia seperti ini, semua membutuhkan proses.
Langkahku
hanya bercerita bagaimana seorang Feivel harus belajar merendahkan hati melalui
beberapa tahapan hidup di depan mataku saat ini. “Feiv, jika kau langsung
mengambil sebuah pelayanan tertinggi, maka kemungkinan besar kakimu pasti
terjatuh. Belajarlah memulai semuanya dari nol,” kalimat bijak mami setiap
waktu tanpa rasa bosan memperdengarkan sekitar area gendang pendengaranku.
Beberapa
tahun setelah lulus kuliah, mami mulai mengarahkan langkahku menuju sebuah daerah
terpencil jauh dari ibu kota. Melakukan pelayanan dimana aliran listrik sama
sekali tidak ada sekitar daerah tersebut. Sebelum berangkat, mami berkata:
“Serahkan semua harta bendamu kepada Tuhan, jangan melihat sedikitpun dari apa
yang kau miliki sekarang.” Inilah hidup mami membuatku tidak dapat berkata-kata
ketika dia membuat sebuah pernyataan.
Segala
tabungan, aset yang diberikan oleh papi harus keberikan kepada Tuhan. Dalam hal
ini imanku kembali diuji oleh Tuhan, apakah dapat memberikan semua yang
kumiliki atau berjuang untuk mempertahankan. Menjadi pemenang ketika berada di
sebuah lembah, benar-benar membutuhkan pergumulan hebat bahkan lebih dari yang
dibayangkan.
“Tuhan,
bagaimana hidupku berjalan ketika berada di sebuah pedesaan terkecil tanpa
harta sedikitpun?” keraguan melingkupi hidupku. Mami mengajarkan hidupku agar
tidak bergantung terhadap keuangan papi sekalipun segala kebutuhanku dapat
terpenuhi, ketika semua harta milikku telah kuserahkan ke dalam tangan Tuhan.
Menjual
mobil, motor, juga apertement yang kumiliki dan menyerahkan semuanya ke dalam
perbendaharaan rumah Tuhan. Tabunganku habis ludes kumasukkan sebagai harta
milik Tuhan semata. “Menyerahkan semua harta bendamu ke dalam perbendaharaan
Tuhan, bukan berarti semua orang harus mengetahui segala yang kau lakukan.
Cukup kau dan Tuhan saja menyadari semua itu.” Kalimat mami menghias gendang
pendengaranku kembali.
“Betapa
sulitnya menjadi hamba Tuhan,” keluhku menggeleng-gelengkan kepala seorang
diri. Ucapan mami seakan membuatku tersiksa, namun entah mengapa hatiku selalu
mengikuti segala apapun keinginannya. Berada di jalur Tuhan, terlebih membayar
setiap hal yang berasal dariNya membuatku hampir berhenti begitu saja pada
pertengahan jalan.
“Feivel,
teruslah berjalan dan jangan berhenti untuk menjadi alatKu,” suara Tuhan
berbicara lembut jauh di dasar memakai suara hatiku sendiri.
“Mengucap
syukurlah seperti apapun duniamu, berhenti mengeluh, jalani objek di hadapanmu
sekarang.” pernyataan Tuhan kembali begitu lembut memberikan damai, hingga
duniaku melupakan semua keluh kesahku.
Sejak
kecil mami mengajarkan dalam hidupku dan Addreil bagaimana Tuhan dapat
berbicara memakai suara hati sendiri, namun begitu lembut. Sebagai tanda jika
Tuhan sedang berkata-kata adalah sukacita dan damai sejahtera melingkupi
kehidupan. Ada saat tertentu, Tuhan akan berbicara dan pada saat itu tiba,
pekahlah terhadap suaraNya.
“Ujilah
segala roh” kalimat mami menghias gendang pendengaranku. Dunia hamba Tuhan
harus pekah terhadap berbagai hal, serta tidak langsung menerima semua objek di
depan mata. Berhati-hati ketika menumpangkan ataupun menerima tumpangan tangan
sewaktu berada dalam sebuah pertemuan ibadah. Ketika menumpangkan ataupun
menerima tumpangan tangan, terjadi manifestasi di alam roh. Manifestasi
kharakter, pola pikir, urapan, dan banyak lagi dapat terjadi di alam roh antara
si’penumpang dan si’penerima. Jika karakter si’penumpang terlihat kacau dan
keras, secara otomatis perpindahan dapat terjadi di alam roh. Seiring waktu
berjalan, karakter si’penerima mulai terlihat dengan jelas setahap demi
setahap, atau dapat bercerita secara langsung.
“Feiv,
kelak jika Tuhan mengirimkan pasangan hidup terbaik bagi langkahmu. Pekahlah terhadap
siapa hamba Tuhan yang akan memberkati pernikahanmu kelak. Salah satu pondasi
rumah tangga berasal dari penumpangan tangan seorang hamba Tuhan.” Entah
mengapa, mami berbicara seperti itu melalui telepon celuler sewaktu kakiku
berada sekitar kota daerah tempatku melakukan sebuah pelayanan.
“Mengapa
mami mengucapkan kalimat seperti ini?”
“Feivel,
jika terjadi penyimpangan hidup seorang hamba Tuhan, kemudian ketika berada di
hadapan sepasang mempelai penganti untuk memberkati, secara otomatis bahtera rumah
tangga mereka akan kacau.” Jawaban mami kembali melalui telepon celuler.
“Maksud
mami?”
“Beberapa
penyebab kekacauan rumah tangga diantaranya hubungan sex sebelum terjadi
pernikahan, keegoisan, kutuk dari orang oleh karena dosa masa lalu atau turunan,
kesombongan, terjadi penyimpangan kehidupan seorang hamba Tuhan hingga akhir
cerita ketika melakukan pemberkatan manifestasi kekacauan terjadi di alam roh.”
Mami menjelaskan lebih detail, dan membuatku harus lebih bijak bahkan pekah.
Sekalipun
kehidupanku jauh dari mami, namun suaranya tetap terngiang jelas sekitar
gendang pendengaranku. Pelayanan yang kulakukan selama di daerah terpencil
membutuhkan waktu untuk memperlihatkan hasil. Belajar tersenyum, tertawa,
bermain, dan melakukan berbagai hal bersama para penduduk setempat. Berada di
sekitar sawah bersama-sama menanam padi atau bahkan memanen jika waktu itu
tiba. Setahap demi setahap mulai memasuki dunia mereka. Bergotong royong
bersama-sama membuat jembatan, membangun sekolah, menjalani beberapa kegiatan
penduduk setempat.
Pada
malam hari mengajak mereka datang kepada Tuhan melalui pertemuan ibadah. Mulai
berbicara di hadapan para penduduk desa tentang injil kebenaran firman Tuhan.
Merasakan kehidupan dengan melakukan hal-hal terkecil lebih dahulu, memberikan
kisah tersendiri bagi dunia Feivel. Menikmati apapun makanan dan minuman yang
tersaji oleh tuan rumah tempat kami beribadah.
Mami
selalu berucap setiap waktu; “Feiv, semahal dan seenak apapun makanan yang
terhidang di hadapanmu, namun jika tidak disertai damai sejahtera dan ucapan
syukur semua terlihat hambar. Sekalipun hanya terdapat sepiring nasi dan ulekan
cabe, tetapi jika dalam rumah terdapat hadirat Tuhan, ucapan syukur, dan damai
sejahtera maka semua itu akan terlihat jauh lebih nikmat.” Kalimat-kalimat
bijak mami seperti biasa memenuhi gendang pendengaranku. Mami dan papi pernah
merasakan hidup serba sulit oleh karena tingkatan ekonomi paling rendah. Mereka
melewati semua itu dan tetap berada dalam jalur Tuhan. ###
“Aku
akan bersorak-sorak dan bersukacita karena kasih setiaMu, sebab Engkau telah
menilik sengsaraku, telah memperhatikan kesesakan jiwaku, Mazmur 31:8.”
Kata-kataku berdiri di hadapan jemaat untuk memberitakan firman.
“Ada
berapa banyak diantara semua yang ada disini mempunyai banyak pergumulan
hidup?” kalimatku membuat seluruh jemaat mengacungkan tangan memperlihatkan
dibalik senyuman mereka terdapat sebuah beban pergumulan begitu kuat
membungkus.
“Jangan
berfokus terhadap masalah yang kalian hadapi, tetapi biarlah hatimu memandang
Tuhan semata. Tuhan menampung air matamu dalam kirbatNya. Ingatlah, apapun
masalahmu, semua membutuhkan waktu untuk terjawab sesuai kehendakNya.” Berusaha
memakai kalimat yang mudah dimengerti oleh mereka.
“Sesuai
ayat ini berbicara tentang kuasa Tuhan bermain, dimana Dia menilik atau
memperhatikan beban hidupmu, masa depan, perekonomian, usaha, dan banyak lagi.
Tetaplah berada dalam rumah Tuhan, hingga sukacita terus memenuhi kehidupan
keluargamu.” Kembali mulutku berbicara di hadapan mereka.
Mami
selalu mengajarkan hidupku, ketika membentuk hidup jemaat jadilah sahabat buat
mereka setiap detik. Tidak membeda-bedakan antara satu dengan lainnya, itulah
langkah hidup dunia hamba Tuhan yang sebenarnya. Mengajarkan kehidupan banyak
orang terhadap sebuah pembentukan rohani dan bersifat dari dalam. Jangan
membuat mereka berfokus hanya kepada berkat secara jasmani. Ada begitu gereja
membentuk ribuan orang hanya memberikan doktorin pengajaran tentang berkat
jasmani dan segala usaha bisnis akan diberkati oleh Tuhan. Inilah kesalahan
terbesar dari gereja-gereja masa kini.
Menganggap
kemiskinan merupakan sebuah kutuk, namun tidak menyadari makna pembentukan
dibalik kehidupan seperti ini. Makanan terbaik bagi jemaat adalah firman Tuhan
dan bagaimana iman mereka terbentuk oleh berbagai hal ketika berada dalam
sebuah titik lingkaran. Tidak menjadi masalah berdoa bagi kemajuan sebuah
bisnis atau keuangan, tetapi jauh lebih baik doktrin tentang pembentukan
karakter dan iman terlebih hubungan dengan Tuhan lebih diutamakan.
Ada
begitu banyak gereja telah melakukan penyimpangan-penyimpangan terbesar dari
Tuhan. Dikatakan sebagai hamba Tuhan, namun memainkan dunia bisnis dalam sebuah
gereja demi kepentingan pribadi. Gaya busana pada dasarnya benar-benar tidak
mencerminkan hidup sebagai seorang hamba. Suami setiap hari berdiri depan
banyak orang, bahkan dirinya sendiri terus melayani, namun terlihat
menjijikkan. Kesombongan memenuhi, menganggap suami atau diri sendiri melayani
di berbagai tempat, mengelurkan banyak album rohani. Berpakaian jauh melebihi
orang tidak mengenal Tuhan. Gaya berbusana sama sekali tidak menampakkan mereka
sebagai seorang hamba.
Kesalahan
terbesar gereja, tentang sebuah kalimat “TUHAN MELIHAT HATI”. Akibat pernyataan
tersebut, hidup gereja terikat oleh hal-hal terkacau bahkan para hamba Tuhanpun
tidak luput dari semua ini. Tidak menjadi masalah berpakaian memperlihatkan
aurat, karena Tuhan melihat hati. Segala jenis paha dipamerkan oleh karena
penggunaan konsep Tuhan melihat hati.
Salah
seorang pendeta sekaligus berprofesi sebagai artis rohani dan pencipta lagu,
merusak hidup keluarganya oleh sebuah jalan salah. Sang istri berpakaian serba
terbuka, karena Tuhan melihat hati bukan bagian luarnya. Berhati-hatilah ketika
berhadapan dengan dunia hamba Tuhan. Tidak selamanya seseorang yang dikatakan
telah megeluarkan album begitu banyak, terlihat sungguh-sungguh ketika berada
dalam hadirat Tuhan dan penuh semangat memberitakan firman berada di jalur
sesuai kehendakNya.
Hamba
Tuhan jauh terlihat lebih keren, ketika hidup dalam kesederhanaan. Dunia mereka
tidak pernah bercerita tentang gaya busana paling terdepan, memerkan kulit
secara luar biasa, memakai bikini paling hot, berdandan menor, ketika berjalan
ke hadapan jemaat segala peralatan ataupun kitab dipegang oleh bawahan mereka.
Dunia hamba Tuhan terlihat membentuk warna-warna pelangi disaat menyadari arti
kerendahan hati yang sebenarnya.
“Feivel,
terkadang ada saat dimana matamu akan berhadapan tentang sebuah dunia hamba
Tuhan, akhir cerita kekecewaan memenuhi langkahmu. Tuhan mengizinkan semua hal
paling mengerikan dari dunia hamba Tuhan berada di hadapanmu, untuk membuatmu
memilih tentang 2 jalan. Apakah kaki Feivel tetap melangkah mengikuti alur
Tuhan? atau oleh karena kekecewaan, membuat kaki melakukan penyimpangan
terhebat?” kalimat bijak mami tertulis jelas pada secarik kertas, kemudian
menyelipkannya sekitar kitab kehidupan bagi langkahku setiap detik.
Tersandung
terhadap dunia hamba Tuhan, itulah kata paling tepat menggambarkan maksud pernyataan mami. Lebih parah lagi,
memberi kata acc bahkan mendoakan seorang pelayan Tuhan untuk mengikuti sebuah
kontes kecantikan. Tidak ada yang salah tentang impian seseorang, sama seperti
Addriella memiliki mimpi menjadi seorang bisnismen. Hanya saja. Ketika menjadi
pemenang seakan memakai kata pelayan demi menarik jemaat masuk ke dalam gereja.
Motivasi salah bukan untuk mencari Tuhan, melainkan seorang pemenang kontestan
kecantikan.
Addriella
sempat bercerita melalui saluran telepon celular tentang dunia gereja dan
pelayan Tuhan. Seakan ingin menarik simpatik banyak lapisan masyarakat hanya
dengan pernyataan PELAYAN TUHAN. Baik dari segi si’pelayan Tuhan dan gereja
memiliki keuntungan masing-masing. Terlihat mengucap syukur, namun ketika
mempelajari jauh lebih ke dalam terdapat akar kesombongan, ingin manarik
simpatisan demi sebuah karir, mamancing pemasukan sebuah tempat tertentu oleh
karena banyaknya jemaat.
“Kakak
Feiv, kesalahan terbesar dari awal yaitu memakai kata pelayan Tuhan,” curhatan
Addriel terlihat begitu kesal berkomunikasi melalui hand phone. Addriella saja
hanya sebagai jemaat biasa menyadari tentang letak kesalahan tersebut, terlebih
dunia hamba Tuhan...
“Maksud
Driel? Coba jelaskan lebih rinci,” ujarku terhadap adikku satu-satunya yang
telah duduk di bangku kuliah mengambil jurusan kedokteran dan bisnismen sebagai
masa depannya.
“Si’pelayan
Tuhan mengikuti sebuah kontes, meminta dukungan doa pada akhirnya menjadi
pemenang. Akhir cerita tersebar beberapa foto menjelaskan bagaimana si’pelayan
Tuhan benar-benar bersungguh-sungguh sewaktu didoakan oleh banyak hamba Tuhan.
Bagi masyarakat menilai semua itu sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Namun,
tanpa pernah menyadari ingin meningkatkan karir untuk si’pelayan Tuhan,
sedangkan gereja sendiri menrik jemaat secara besar-besaran dengan motifasi
salah melihat si’pemenang kontes kecantikan.” Penjelasan Addriella benar-benar
panjang.
“Terus,”
pancingku.
“Si’pelayan
Tuhan ditunjuk sebagai perwakilan untuk go international di luar. Hal lebih
heboh adalah memakai label pelayan Tuhan benar-benar sejak awal telah bermain.
Kontes kecantikan yang akan diikuti sekarang, dimana memperlihatkan seluruh isi
tubuh dengan kata lain hanya menutup sedikit bagian saja. Coba bayangkan
kakakku sayang?” ucapan Addriel.
“Bayangkan
apa?”
“Semua
orang beranggapan jika seluruh pelayan Tuhan adalah wanita yang suka melakukan
apapun demi karir, bahkan rela memerkan segala sesuatu. Terlebih sekarang kita
sedang menginjakkan kaki dimana? Posisi sebagai anak Tuhan terlihat terancam,
masalah kecil seperti ini dapat saja dijadikan sebagai bahan permainan. Atau
keesokan bukan lagi memperkenalkan diri sebagai pelayan Tuhan, tetapi pendeta
ketika memasuki kontes kecantikan.” Kalimat Addriella penuh penekanan.
“Hahahahahahhahah,”
ucapku.
“Kakak,
bayangkan semua orang beranggapan jika seluruh pelayan Tuhan rela melakukan
apapun demi karir sekalipun itu menjadi perempuan pelacur. Besok-besok banyak
orang dapat berkata ternyata kehidupan pendeta dan pelayan Tuhan hanya seperti
ini. Bagaimana kita dihargai kalau seperti itu?” kalimat Addriella.
“Saya
tidak pernah melarang orang kristen mengikuti kontes kecantikan manapun, semua
itu fine-fine saja dilakukan oleh karena mimpi yang ingin dikejar. Entahkah
mimpi tersebut berprofesi sebagai model, pemenang kontes kecantikan, dan lain
sebagainya. Hanya saja...” ucapan Addriella tiba-tiba saja terpotong.
“Hanya
saja kenapa Driel?”
“Hanya
saja jangan pernah membawa kata pelayan Tuhan ketika memasuki jalur seperti
ini, semua orang akan menjadi korban. Memakai label pelayan Tuhan, banyak orang
dapat saja memberi cap, ternyata kehidupan kekristenan untuk dunia pelayan Tuhan
rela membuat apapun. Mempelajari lebih mendetail tentang sudut lain, hanya
memandang apa yang terlihat di depan mata.” Tutur Addriella menjelaskan segala
yang ada dalam pemikirannya.
“Driel,
sesuai ucapan mami jika ada saat dimana mata akan berhadapan dengan sebuah
kalimat untuk dunia pelayan Tuhan, gereja, dan hamba-hamba Tuhan yaitu
tersandung.” Ujarku.
“Terlebih
sekarang lagi hot-hotnya dunia permainan, atau bersifat pada perpecahan dalam
sebuah kerukunan antara sesama. Hal terkecil saja, bisa menjadi permasalahan
paling spectakuler diantara semuanya.” Seperti biasa Addriella terlihat
kesal...
“Wow,
sejak kapan adikku berbicara seperti ini?”
“Kakak,
tidak usah bercanda berlebihan,” gertakan adik kesayanganku melalui telepon
celuler.
“Kakak,
sepertinya saya mencurigai sesuatu” lanjut ucapan Addriella.
“Driel
mencurigai apa?”
“Waktu
itu, seseorang dengan sengaja menulis sebuah pernyataan pada akun medsos
si’pelayan Tuhan. Hanya sekedar memancing melalui kalimat tersebut apakah
tersadar atau tidak sama sekali. Singkat cerita, beberapa akun lain masuk
melakukan pembulian terhadap orang tersebut. Mengucapkan berbagai kalimat aneh,
seperti itulah dunia netizen, tetapi terlihat ganjil.” Ujar Addriella.
“Maksud
Driel seperti apa?”
“Seluruh
akun yang melakukan pembulian bersifat privat, terlebih sekitar halaman depan
mengatas namakan daerah. Kesimpulannya seakan ingin membuat sesuatu yang
anehlah. Tetapi, saya mencurigai jika si’pelayan Tuhan yang ada dibalik akun
tersebut.” Kalimat Addriella.
“Tidak
mungkinlah, logika seorang publik figur tidak akan merusak namanya sendiri”
“Kakak
Feiv, ini hanya kecurigaanku semata. Satu lagi, semua itu bisa terjadi, kenapa?
Bisa saja membeli sebuah akun, kemudian melakukan pengeditan atau menyuruh
beberapa orang di belakang untuk bermain. Logika masyarakat tentunya tidak
mungkin si’dia melakukan hal tersebut, pasti netizenlah.” Penjelasan Addriella
kembali.
“Driel,”
ujarku.
“Rasional
saja berpikir kakak, kenapa semua akun pembulian harus bersifat privat dan
menonjolkan sebuah daerah. Sekarang lebih halus lagi ayat alkitab jadi halaman
depan tanpa kalimat-kalimat kasar. Kan mencurigakannya itu kebangetan. Andai
kata, secara langsung memakai namanya secara rasional karirnya si’pelayan Tuhan
dalam sekejap hancur seketika akibat pandangan masyarakat. Semoga ini hanya
firasatku saja dan semua itu tidak betul,” kata-kata Addriella kembali
bercerita.
“Wow...”
hanya itu kalimatku.
“Kakak,
jika mempelajari tatapan mata si’pelayan Tuhan melukiskan beberapa hal. Penuh
ambisi, suka bermain, dan beberapa hal lain. Kemungkinan besar, seseorang yang
dengan sengaja membuat pancingan terlihat geram akan kehidupan munafik
bermain.” Tutur Addriella lagi...
“Siapa
orang itu yang telah berani membuat sensasi untuk si’pelayan Tuhan?”
“Menurut
informasi, dia adalah seseorang yang menyukai dunia medsos bahkan memeriksa
sesuatu tentang hidup gereja, publik figur, tokoh-tokoh politik, dan banyak
lagi. Ada saat dimana dirinya membuat sebuah comentar terhadap beberapa akun
medsos dimulai dari sesuatu yang biasa, membuat tertawa, atau kalimat paling
menyakitkan. Banyak orang berpikir dia mempunyai karakter iri terhadap
seseorang. Tetapi, jika dipelajari pada dasarnya tidak ada kata iri hati sama
sekali.” Kalimat Addriella.
“Terus...”
“Kakak
tahu tidak? Beberapa hamba Tuhan, penyanyi rohani, artis menghapus beberapa
bahkan secara keseluruhan foto-foto mereka akibat komentar yang ditulisnya. Dia
hanyalah manusia biasa penyuka medsos, namun akan membuat penyataan pedas
ketika tatapan matanya berbicara jika hal tersebut telah berada pada jalur aneh
bahkan menyimpang terlebih dunia para hamba Tuhan.” ucap Addriella menjelaskan
tentang kehidupan seseorang.
“Bahkan
akun salah satu publik figur sekarang bersifat pribadi alias hanya tertentu
saja yang bisa melihat.” Adriella hampir-hampir tidak mempercayai semua
ucapannya sendiri.
“Berarti,
tanpa semua orang sadar jika orang tersebut telah menjadi artis dadakan dalam
sekejap hanya melalui sensasi komentar dong?” ujarku.
“Pada
dasarnya komentar tersebut hanya bersifat menegur dunia hamba Tuhan, artis
rohana, public figur, dan si’pelayan Tuhan tidak lebih dari itu. Hanya saja,
permasalahan si’pelayan Tuhan sifatnya panjang karena menganggap diri sudah
terlalu terkenal oleh lapisan masyarakat. Pada kenyataannya, jika orang
tersebut hanya manusia biasa penyuka medsos. Itulah kalimat terbaik melukiskan
kehidupannya.” Tutur kalimat Addriella kembali.
Dunia
netizen mempunyai gaya bahasa masing-masing ketika berhadapan dengan sebuah
objek. Sama seperti orang tersebut membuat tutur kalimat tersendiri ketika
membuat sebuah komentar. Kehidupan dia mengajarkan duniaku, jangan hanya
menilai seseorang dari luar karena kita tidak akan pernah tahu tentang maksud
ketika melukiskan sebuah objek. Entahkah objek tersebut bersifat komentar,
beberapa profesi, karakter, langkah kaki memainkan irama, dan lain sebagainya.
“Feiv,
jadilah hamba Tuhan paling tegas ketika memandang sebuah objek.” Pernyataan
mami melalui sebuah pesan.
“Kakak
Feivel harus bijak memandang untuk segala aspek dari perputaran roda kehidupan,
hingga akhir cerita membentuk serpihan-serpihan kertas penuh warna-warni”
Kalimat adik kesayanganku Addriella masih bermain kuat sekitar area
pendengaranku.
“Feivel,
ketika kakimu berada di puncak, berdoalah setiap saat hingga pada ending cerita
sampai kapanpun anakku tidak akan pernah mencuri kemuliaan Tuhan setitkpun.
Mencuri kemuliaan Tuhan akan membuatmu hancur seketika.” Isi email papi terekam
jelas pada memori hidup seorang Feivel.
Selama
7 tahun berada di tempat paling terpencil dari negara ini untuk menjadi seorang
hamba Tuhan demi sebuah pelayanan. Kisahku tidak bercerita tentang seberapa
fasih mulutku berkata-kata di hadapan banyak orang bertahun-tahun lamanya.
Kakiku juga tidak bercerita tentang seberapa hebat langkahku mengadakan
berbagai tanda-tanda mujizat. Tangankupun tidak bercerita tentang seberapa
banyak tumpangan tangan yang telah kulakukan, hingga semua orang terjatuh atau
mendapat jamahan Roh Kudus. Karunia, bahasa lidah, nubuatan semuanya akan
berlalu. Namun satu hal, yang tersisa adalah pengharapan, iman, dan kasih.
Kisahku
hanya bercerita tentang bagaimana hati, jiwa, kaki, tangan, mulutku belajar
untuk merendahkah hati di mata Tuhan. Bagaimana seorang Feivel mencari wajah
Tuhan, itulah duniaku sekarang. Menjadi hamba melukiskan bahwa langkah kaki
harus tetap berada pada jalur Tuhan. 7 Tahun adalah waktu membuatku menyadari
tentang proses Tuhan, hingga memperlihatkan buah pelayanan. Tuhan mempercayakan
jemaat dimulai dengan jumlah kecil, dan pada akhirnya berjumlah besar. Menjadi
sinar bagi sebuah daerah terpencil demi menerangi kegelapan.
Terimah
kasih Tuhan, mengajarkan langkahku tentang arti kerendahan hati ketika menjadi
seorang hamba. Papi bersedia menjadi sponsor terbesar sehingga listrik dapat
masuk ke daerah tersebut. Sejak awal papi ingin menjadi sponsor, hanya saja
semua itu membutuhkan proses terlebih terhadap hidupku sendiri. Adriella
sendiri bersedia membantu penduduk dengan menjadi dokter sukarela tanpa harus
membeda-bedakan.
Hidup
Adriella kini sama seperti duniaku, yaitu belajar segala sesuatu mulai dari hal
terkecil. Suatu hari kelak Adriella akan memimpin perusahaan, jika papi telah
berada pada usia lanjut. Dapat dikatakan dunia Addriella berada dalam 2 bidang
yaitu menjadi seorang dokter dan pemimpin perusahaan kelak.
Tuhan
membuat daerah yang dianggap paling terpencil menjadi salah satu kota besar
untuk berbagai bidang. Inilah perputaran roda kehidupan, sesuatu dikatakan
sampah dapat Tuhan buat menjadi sebuah benda berharga. Ketika anak-anak Tuhan
berada dalam sebuah lokasi wilayah daerah tertentu, maka kemuliaanNya memenuhi
tempat tersebut. Ada begitu banyak peningkatan demi peningkatan melalui
sekolah-sekolah yang kami bangun demi kemajuan daerah ini. Membentuk iman
banyak orang bukan hanya dari segi rohani semata, tetapi juga mengarah pada
bidang pendidikan.
“Terimah
kasih Tuhan, membuatku terlahir ke dunia menjadi alatMu untuk menciptakan
berbagai terobosan untuk hormat dan kemuliaan namaMu.” Rasa syukur kunaikkan
dihadapanNya. Menjadi hamba Tuhan dan tetap berada pada jalurNya adalah sesuatu
yang menyenangkan.