Sabtu, 01 Desember 2018

CRISTAL “PUNYA CERITA”



Bagian 1…


Cristal…

Semua orang memanggilku Cristal kemanapun jejak kaki berada. Crystal dengan makna berkilau, jernih, gelas kaca, mempunyai kekuatan dari dalam, menarik, perhatian, mempunyai tujuan, berkeinginan kuat, serta mempunyai kemampuan bicara yang baik. Singa Tuhan mempunyai kekuatan dari dalam bersama karakteristik terbaik dalam dirinya dan menjadi wadah gelas kaca di tengah dunia itulah makna sebuah nama Crystal Ariela Lewi. Nama Lewi merupakan Fam ayah menjadi pengekor di belakang namaku sendiri.
Seorang Crystal punya cerita sendiri dalam mengarungi ombak besar bahkan seperti apapun permainannya. Ketika semua diam membisu tanpa suara, hati masih terus berbisik bahkan berteriak kuat untuk tetap berlari. Sesuatu hal tidak mungkin bagi pemikiran manusia, tetapi mungkin bagi Tuhan. Dianggap terlalu bodoh, terbelakang, tak dapat melakukan apapun tiba-tiba harus menjalani satu jalur tak biasa. Memaksakan waktu dalam perputaran roda kehidupan akan menghancurkan hidup juga menciptakan akar kekecewaan lebih parah. Menunggu waktu Tuhan untuk membawa keluar dari panah yang terus menancapkan tiap goresan luka pada dinding hidup, tetapi harus diakui jika semua itu hanya untuk membentuk.
“Tuhan, kapan saya bisa berlari keluar dari semuanya?” lampiran pertanyaan buat Tuhan.
“Setidaknya kisah hidupmu masih jauh lebih baik dibanding kehidupan mereka” suara hati berbisik ketika melewati suatu zona tertentu perjalanan seseorang. Rasa lelah, putus pengharapan, segala jalan tertutup bagi masa depan, keadaan terburuk tiap saat membungkus hidup seakan Tuhan menunjukkan beberapa sudut persimpangan kehidupan banyak orang jauh lebih buruk. Seseorang terlihat mempunyai pekerjaan tetap tetapi hidupnya berada dalam satu ikatan tanpa melihat kebahagiaan. Berada pada pergaulan dimana tidak dapat lepas dari dunia free seks dalam dirinya.
Pada tempat lain terdapat mereka yang hanya tidur beralaskan tikar di sebuah gubuk jauh lebih buruk dibanding kehidupanku sendiri. Walaupun hidupku bercerita tentang kemiskinan, namun kenyataannya masih banyak orang jauh lebih menderita dari keadaanku sekarang. Sepasang bola mataku dibawah Tuhan melihat kehidupan beberapa idola masyarakat bahkan belahan dunia. Apa sih yang tidak dimiliki oleh mereka dan segala sesuatu selalu ada tanpa kekurangan. Uang, ketenaran, kehidupan layak, karir, kualitas wajah semuanya ada.
“Hidupmu masih jauh lebih baik” suara hati kembali berteriak ketika menemukan sisi hidup lain dari mereka. Semua dapat dimiliki, tetapi belenggu tentang gelap, sensasi menjijikkan, bahkan lebih buruk lagi dengan menukar jiwa sendiri kepada iblis demi sebuah ketenaran mempunyai cerita tragis. Bunuh diri hanya karena sebuah permasalahan kecil dimana psikolog mereka bercerita lain. Saya tidak katakan hidupku benar-benar suci, tetapi setidaknya masih jauh lebih baik.
Mungkin saya hanya bergumul pekerjaan dan suatu keadaan tertentu yang terlalu sulit untuk dijelaskan, namun kisah perjalanan beberapa orang masih jauh lebih kacau dibanding duniaku sendiri. Saya masih mempunyai orang tua dan saudara kandung selalu peduli tentangku walaupun kenyataannya terkadang telingaku sakit mendengar ocehan mereka. Dalam sebuah keluarga pasti memiliki kisah seperti yang sedang kujalani. Satu hal kupercayai bahwa hidup terasa hambar tanpa seni jika semua hanya bercerita perjalanan keluarga lurus.
Sama seperti kehidupan banyak orang, hidupku juga mempunyai mimpi besar sekalipun kenyataannya akan selalu menjadi bahan tertawaan jika diceritakan. Untuk saat ini saya memang kesulitan mendapat pekerjaan layak karena permasalahan umur, koneksi, skil, dan banyak hal lain. Hatiku tetap percaya tentang waktu Tuhan mempunyai cerita sendiri buatku. Sesuatu terjadi dalam perjalananku sehingga berdampak akan banyak hal dalam hidupku sendiri.
Terkadang saya harus berjuang menahan malu bersama perasaan minder melihat teman-teman seumuranku telah bekerja bahkan mempunyai keluarga bahagia. Anak-anak mereka berada pada bangku sekolah dasar sementara hidupku hanya merenungi nasib. Andai kata saya memaksakan diri untuk membuka hati terhadap seorang lawan jenisku seakan sesuatu dalam diriku menjerit tiba-tiba. Bukan permasalahan menginginkan seseorang paling sempurna, kualitas standar terlalu tinggi, jual mahal, dan masih banyak lagi melainkan kisahku berbeda dari orang lain. Bagaimanapun saya mencoba memaksakan diri untuk membuka hati terhadap siapa saja, tetapi disisi lain hidupku seakan tidak punya semangat untuk berjalan.
“Jangan mencoba melangkah salah” hati dan jiwaku seperti berteriak tiap saat jika saya berusaha berlari memperhatikan seseorang diam-diam. Rasa-rasanya saya ingin menangis  sekeras-kerasnya ketika jalanku berjuang memilih siapa saja di depanku secara tiba-tiba. Dari tahun ke tahun hidupku masih seperti ini, hingga pada akhirnya semua mengejekku perawan tua. Saya tidak mengerti apa rencana Tuhan bagi perjalananku selama beberapa tahun kemarin. Seiring berjalannya waktu hatiku mencoba belajar menerima tentang sebuah cerita bahkan terlalu sulit untuk dilukiskan hanya melalui kata-kata semata.
“Langkahku punya cerita, hanya menunggu waktu terbaik dari Tuhan” deru nafasku bermain seketika. My dream is karyaku menjadi rebutan banyak Negara-negara di luar sana suatu hari kelak. Setiap hari nafasku sesak, jantungku berdetak kuat, bola mataku tak berkedip membayangkan mimpi yang ingin kuraih. Berpikir tentang tokoh-tokoh penting, sukses, terkenal dari berbagai Negara berjuang mencari perhatianku dan berlari ke arahku demi sebuah karya. Memberikan banyak sinyal karena mereka menyukai kualitas pemikiran dalam diriku.
Tuhan, jujur saya tidak ingin lagi sinyal dengan memperlihatkan apa yang kusukai melainkan beberapa dari mereka berlari ke depanku dan mengucapkan sebuah kalimat yang ingin kudengar. “Saya menyukai kualitas pemikiran, karya, juga prinsip hidup dalam dirimu sehingga membuatku ingin kau berada di negaraku.” Setidaknya pernyataan ini yang kuinginkan berkumandang dari mulut mereka bukan lagi sinyal tentang banyak objek. Tidak ada kata mustahil buatMU sekalipun kenyataannya saya masih menjalani kehidupan paling tersulit selama bertahun-tahun.
“Orang bodoh akan mempermalukan orang-orang dengan pemikiran terbaik di dunia ini” prinsip seperti ini juga tetap bermain dalam jalanku. Apa yang dianggap bodoh dan lemah bagi dunia, dipilih Tuhan mempermalukan apa yang dianggap kuat bagi dunia.
Harus saya akui kelemahan terbesarku adalah permasalahan bahasa, tetapi hatiku mempercayai tentang kado terbaik dariMU. Tiap orang mempunyai masing-masing kelemahan dan kelebihan dalam berjalan. Kisahku punya cerita untuk dilukiskan kelak, hanya menunggu waktu terbaik dariMU. Sebuah kejadian mengajarkan langkahku tentang mimpi besar. Berjuang untuk menggapai apa yang diingini hati dengan cerita terbaik sebagai seni di dalamnya.
“Salah satu actor terkenal melenyapkan nyawanya sendiri di kamar apartemen miliknya dengan jalan meneguk racun serangga.” Sebuah pernyataan menjadi berita utama pada halaman depan surat kabar. Membaca sepintas kalimat tersebut di jalan dan bertanya apakah permasalahan dia jauh lebih buruk dibanding apa yang terjadi dalam hidupku? Kenapa harus menyelesaikan permasalahan tersebut dengan jalan terburuk?
“Pergi pergi pergi” sosok suara berteriak seakan menghancurkan gendang pendengaranku sekarang. Seorang gadis masih berusia sekitar dua puluhan berteriak keras di jalan tanpa menyadari apa yang sedang dilakukan olehnya sekarang.
Tuhan, seberat apapun masalahku dan bagaimanapun hidup berada di bawah tekanan, satu hal jauhkan saya dari hal-hal seperti itu. Jangan pernah biarkan diriku mengalami penyakit gangguan mental sehingga membuatku tidak dapat menyadari semua yang terjadi bahkan tidak mengenal siapapun di sekitarku. Jauhkan pemikiran tentang ingin mengakhiri hidup dengan tragis sehancur apapun masalah yang sedang menghimpit langkahku. Beban pergumulan hidup boleh menimpa, tetapi jalanku harus kuat melewati semua itu. Penyeberangan lautan tanpa badai tidak akan pernah menghasilkan seni kehidupan dan hanya bercerita jalan lurus.
“Masih belum ada panggilan kerja?” Erisa adik perempuanku.
“Seperti itulah” menarik nafas panjang menjawab pertanyaannya. Saya patut jadi bahan tertawaan sekarang, kenapa? Mempunyai mimpi besar tetapi seakan jalan untuk bekerja di perusahaan saja semuanya tertutup. Tidak mudah mendapat pekerjaan di Negara ini terlebih usia maksimal benar-benar dibatasi oleh banyak pihak. Batas maksimal usia untuk bekerja hanya berkisar 28 dan sisanya rata-rata menolak apa lagi batas usiaku sekarang lebih ditolak oleh mereka.
Menyerah pada keadaan bukan jalan keluar dari semua pergumulan hidup. Saya akan terus berjalan dan berjuang keras sekalipun semua jalan tertutup, hanya bercerita kegagalan, semakin terkucilkan oleh banyaknya keadaan. “Pasti ada jalan buatku hanya menunggu waktu itu tiba” kata-kata itu terus berkumandang jauh di dasar hati. Tuhan berikan saya pekerjaan apa saja untuk beberapa saat ini yang penting halal demi menyambung hidup. Menjalani pekerjaan-pekerjaan kecil, gaji kecil, kasar sudah biasa kulakukan jauh sebelum saya memutuskan kuliah.
Hal terkacau dari kisahku adalah kuliah dengan jurusan kesehatan, tetapi mimpiku bercerita lain bahkan berlawanan arah. Kenapa sampai itu terjadi? Entahlah, mungkin karena keadaan. Selama beberapa tahun saya masih tetap menjalani jurusan tersebut dengan baik dan berjuang juga demi mimpiku yang sesungguhnya. Sebuah kejadian sulit untuk dijelaskan bahkan menunggu waktu bercerita tentang kisah terbaikku kelak.
Pergumulan keadaanku sekarang adalah mengejar apa yang ingin kuraih. Terkadang rasa lelah terus saja bermain saat menghadapi banyak hal juga memperlihatkan hasil sama tentang impian dengan pintu yang terus saja tertutup dan hanya bercerita tertutup tanpa ada jalan terbuka. Kapan saya bisa berkarya sama seperti kebanyakan orang? Pertanyaan yang sering datang menghantui.
Saat rasa lelah, terluka, kecewa, menangis membungkus jalan hidupku seakan Tuhan memperlihatkan banyak kisah di luar sana jauh lebih buruk dari keadaanku. Jack Ma merupakan salah satu tokoh dengan kekayaan cukup fantastif, namun dibalik kesuksesannya terdapat kisah paling miris. Sulit mendapat pekerjaan bahkan salah satu perusahaan besar pun menolak dirinya untuk bekerja sebagai karyawan. Dia tidak mengenal kata menyerah sampai suatu ketika perusahaan Alibaba mempunyai keuntungan besar. Thomas Alfa Edison mengalami ribuan kali kegagalan sampai pada ujung cerita hasil penemuannya dinikmati oleh semua orang. Kisah hidup seorang Thomas membuatku dapat menghasilkan suatu alur cerita dalam tulisanku.
Menurut artikel moneysmart.id menyebutkan beberapa tokoh-tokoh penting dunia mengalami kegagalan sebelum akhirnya mencapai puncak. Albert Enstein masuk daftar tokoh selalu saja diperhadapkan oleh kegagalan demi kegagalan, namun kesimpulan akhir jalannya dimana berhasil menjadi salah seorang ilmuwan terkenal dan mendapat pengakuan dunia. Sebelum menjadi presiden ternyata Abraham Linclon pernah gagal sebagai tentara juga pebisnis bahkan turun pangkat menjadi prajurit biasa. Beliau pun gagal terpilih menjadi anggota kongres, senat, dan wakil presiden. Pada kenyataannya kegigihannya memberi hasil yaitu terpilih sebagai presiden AS dengan pengaruh besar.
Vincent van Gogh pelukis terkenal juga pernah menjalani kegagalan. Sebelum sukses, karyanya dianggap jelek dan dijauhi banyak orang karena melarat. Sepanjang hidup dia hanya mampu menjual satu lukisan. Akan tetapi, keadaan berbalik arah dimana semua orang mengakui karyanya bahkan harga lukisan termurah berkisar US$ 100 juta. Merenung tentang kisah perjalanan hidup seorang Vincent mengingatkan bagaimana beberapa orang menilai karya tulisanku benar-benar jelek. Terkesan tidak menarik, kacau, membosankan, mengantuk, terlalu menampakkan naskah ceramah ketika mencoba membaca alur cerita tulisanku. Pada hal sejujurnya saya sama sekali tidak menyuruh dia membaca tulisanku, tetapi inilah salah satu pengalaman dari sekian banyak pengalaman yang membungkus kisahku. Oh ya, hobiku menulis tetapi bukan penulis terkenal…
“Terimah kasih Tuhan” itulah pernyataanku jauh di dasar hati sekalipun benar-benar menusuk mendengar kalimat seperti ini. Sampai detik sekarang saya tetap menulis serta percaya suatu hari kelak tulisanku dapat mengubah dunia dan mendapat pengakuan internasional, walaupun semua itu mustahil terjadi bahkan semua orang mencibir. Saya tidak ingin merubah gaya maupun kepribadian tulisanku dalam mengungkapkan banyak hal untuk sebuah alur cerita. Kenapa? Karena saya ingin menjadi diri sendiri bukan orang lain. Masing-masing penulis mempunyai ciri khas untuk menjabarkan suatu kisah tertentu maupun artikel-artikel melalui tulisan-tulisan mereka.
Hari ini saya gagal, akan tetapi suatu hari kelak Tuhan pasti membuka jalan buatku pribadi. Jujur, saya mungkin tidak bisa seperti Jack Ma memulai usaha kecil disebabkan beberapa hal dan alasan, tetapi minimal kakiku ingin terus berjalan tanpa mengenal kata lelah. Kemampuanku sekarang hanya bercerita tentang dunia tulisan untuk mengejar mimpi maupun memecahkan teka-teki suatu kisah dalam kehidupan pribadi kemarin. Saya tetap percaya bahwa dibalik usaha dan semangat pantang menyerah pasti berbuah manis.


Bagian 2…

Halaman depan Koran dipenuhi wajah seorang pria dengan kesuksesan besar. Di usianya masih muda berhasil menjadi salah satu pejabat penting Negara dan dapat saja menjadi masa depan pemimpin nomor satu kelak. Wajah tampan, berkharisma, wibawa, jenius, dan masih banyak lagi kelebihan-kelebihan dalam dirinya menjadi sorotan seluruh media. Jabatannya sekarang berada di posisi sebagai menteri pendidikan untuk Negara ini. Senyumannya selalu menghiasi sampul depan majalah apapun baik local maupun internasional.
“Hidupnya benar-benar sempurna tanpa hambatan meraih apa yang diingini hati” bisikan hati berkumandang membaca biografi sang menteri terbaik yang pernah ada. Jauh berbeda dengan kisahku harus menjadi pengemis pekerjaan pada tiap-tiap tempat, namun selalu  bercerita kegagalan dan kegagalan.
Tuhan, secara logika hatiku menjerit menjalani semua hal yang terjadi dalam kehidupanku sendiri. Siapa sih yang tidak bisa lepas dari kata kecewa ketika jalan harus berhadapan dengan objek seperti ini. Mungkin, di luar sana banyak pembicara-pembicara rohani dari berbagai aliran agama berteriak ataupun berkotbah untuk menjauh dari kata tersebut. Andai kata mereka semua menjadi saya menjalani hidup seperti sekarang menjadi pertanyaan, “apakah masih bisa bertahan menjauh dari kata kecewa?”.
Bertahun-tahun hidupku seperti mengalami mimpi paling terburuk untuk dilewati. Terkadang, kesadaran saya hilang begitu saja dan seakan marah bahkan ingin  menancapkan ribuan kata terburuk di hadapan Tuhan. Ada banyak kisah terkacau sulit untuk dilukiskan hanya melalui tulisan dan kata-kata belaka terjadi dalam hidupku. Di satu sisi saya menyadari kalau semua itu hanya ingin mengajarkan tentang hidup, tetapi di sisi lain jalanku tidak bisa menyangkal rasa jenuh bahkan ingin marah tentang semua yang terjadi.
“Tuhan, ajar saya untuk tidak kecewa dan jahit bibir mulutku untuk tidak mengeluarkan kata-kata mengerikan.” Pernyataan tersebut berteriak keras jauh di dasar hati ketika alam sadarku masih berjalan normal, namun disaat semua terasa begitu berat untuk kujalani lingkaran hatiku bercerita lain selama beberapa saat tertentu. Belasan tahun menjalani suatu keadaan aneh, terkadang membuatku sulit mengenali objek terbaik buatku.
Terkadang hal paling kubenci ketika mendengar beberapa pemimpin rohani bercerita depan banyak orang tentang kata-kata penuh kecewa. Mereka yang bercerita seperti itu terkadang mempunyai kehidupan terlalu lurus bahkan tidak pernah menjalani apa yang sedang terjadi dalam hidupku selama belasan tahun. “Saya harus tetap berlari walaupun semua jalan tertutup buatku.” Berjuang untuk tidak melihat semua beban yang sedang menggerogoti lingkaran hidupku sekarang. Kata-kata seperti ini bermain ketika jalanku penuh perjuangan berlari keluar dari akar kekecewaan.
Bekerja sebagai tukang cuci di sebuah rumah saat masih berusia remaja itulah yang terjadi bersama kisah lain di dalamnya. Menjadi pembantu rumah tangga, bekerja sebagai tukang cuci piring pada salah satu warung kecil, sales lapangan menjadi bagian hidupku setelah lulus sekolah. Hanya ingin bekerja sebagai seorang SPG saja selalu mendapat penolakan dari berbagai toko manapun. Terlebih sesuatu terjadi dalam hidupku beberapa bulan setelah lulus sekolah semakin membuatku harus menjalani banyak permasalahan.
Entah seperti apa jalan ceritanya beberapa tahun kemudian sehingga akhirnya saya dapat bekerja pada salah satu toko elektronik. Tentu saja hatiku bersorak bahagia pada akhirnya mempunyai pekerjaan lebih layak dibanding menjadi seorang pembantu rumah tangga. Seiring berjalannya waktu kisahku di sana bercerita tragis hanya karena mempertahankan sebuah prinsip yang memang menurutku lurus. “Tuhan, ajar saya untuk tidak kecewa apapun keadaanku sekarang” berusaha menahan rasa sakit ketika begitu banyak tekanan, fitnah, terkucilkan, sikap iri hati dari berbagai pihak menyerang secara bersamaan.
Beberapa tahun setelah keluar dari tempat kerjaku disana, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku. Setelah berhenti bekerja dengan cara mengerikan bahkan kakiku harus bertekuk lutut menangis depan atasan demi sesuatu yang tidak kulakukan sama sekali membuatku harus bertahan melawan ombak. Setidaknya, Tuhan mengirimkan pekerjaan lain demi menjalani kehidupan ke depan. Tidak ada kata terlambat untuk melanjutkan pendidikan sekalipun batas usiaku terlalu tua untuk berada di kampus.
Kisahku punya cerita buat dilukiskan kelak, jangan pernah menyerah terhadap segala keadaan sekalipun semua jalan tertutup setiap detik. Saya mulai kembali pada hobi lamaku saat masih berada di bangku sekolah kemarin setelah menjadi penghuni kampus. Entah harus memulai dari mana untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam perjalanan hidupku belasan tahun lamanya. Satu-satunya yang terpikirkan adalah menjadi penulis. Saya suka menulis banyak cerita-cerita sewaktu remaja demi menghibur diri sendiri.
Lebih menyukai berada di tempat sepi, menyendiri, di rumah, tanpa keramaian kemudian menuliskan banyak cerita merupakan hal paling menyenangkan ketika sejak kecil. Hobi paling sulit untuk kulepas seumur hidupku, namun kutinggalkan selama belasan tahun karena beberapa keadaan. Jujur, satu-satunya yang terpikirkan ketika berdoa di hadapan Tuhan adalah alur cerita tulisanku sehingga membuatku tersenyum sendiri atau merasa bersalah. Kenapa saya merasa bersalah terhadap Tuhan? Karena tiap nafas hidupku saat berdoa hanya bercerita tentang tulisan dan tulisan tidak ada yang lain. Walaupun tulisanku hanya untuk menghibur diri sendiri tetap membuatku bahagia bahkan menjadi sahabat terbaik sampai kapanpun.
“Saya berjanji Tuhan tidak akan menulis lagi,” ucapan bahkan sumpah dalam doaku ketika hidupku merasa bersalah di hadapan Tuhan. Semua orang dapat menertawakan apapun gaya hidupku saat itu bahkan terlalu polos untuk berkata-kata seperti itu seakan telah melakukan sebuah dosa paling besar. Dalam keyakinan iman yang kujalani, seseorang ketika berada di hadapan Tuhan dimana pemikirannya harus benar-benar terfokus melalui pujian yang dinaikkan buatNYA. Akibat hal seperti inilah membuatku merasa tidak nyaman sehingga hati mengikrarkan untuk tidak memikirkan tentang dunia tulisan lagi. Hal yang terjadi selanjutnya adalah saya tidak pernah menepati janjiku sendiri bahkan untuk kesekian kalinya kembali menulis walaupun hanya untuk menghibur diri sendiri.
Akhir cerita, saya benar-benar meninggalkan semua itu selama belasan tahun semenjak mengalami sebuah keadaan tertentu dan sulit untuk diceritakan bagaimanapun situasinya. Hatiku bersorak bahagia berkali-kali lipat ketika tanganku mulai memainkan sebuah alur cerita melalui sebuah tulisan untuk pertama kalinya setelah belasan tahun lamanya. Kenapa? Sejak saat itu, saya akhirnya menyadari kalau Tuhan mendukung penuh hobi yang ada dalam diriku tanpa membenciNYA sama sekali. Saya berpikir Tuhan membenci hobiku ketika masih berusia remaja, ternyata pikiranku salah. Pada hal, ada banyak cerita fiksi telah menjadi abu karena sumpah yang tidak pernah kutepati di hadapanNYA bahkan selalu kulanggar.
Jujur, hal terburuk dari hidupku adalah tidak menyukai tulisan-tulisan novel karya orang lain. Saya lebih menyukai membaca komik, cerita fiksi karyaku sendiri dibanding novel hasil karya orang lain. Kenapa? Saya selalu mengantuk dan tertidur saat membaca novel ataupun cerita fiksi diluar tulisanku. Entahlah…tapi ini kenyataan yang terlalu sulit untuk saya jelaskan bahkan karakter terkacau untuk diriku sendiri sehingga akhirnya tidak menguasai system penulisan yang baik.
Hal terlucu bahkan tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku adalah karena begitu bersemangatnya kembali pada hobi lamaku, hingga membuatku menulis banyak cerita fiksi hanya dalam waktu 2 bulan. Saya ingin mencari tahu dan memecahkan teka-teki yang sedang terjadi selama belasan tahun melalui tulisan. Mencoba mengirim beberapa tulisanku ke banyak penerbit tetapi gagal dan selalu mendapat penolakan. Ada banyak kesalahan dalam tulisanku baik dari system penulisan, alur, tata letak, pernyataan-pernyataan tertentu, kosa kata, dan masih banyak lagi berakibat penolakan. Seperti yang telah saya sebutkan sejak dulu mataku tidak pernah menyukai membaca karya orang lain akhirnya berdampak tidak memahami dengan pasti dunia tulisan.
“Tidak ada kata terlambat untuk memulai ataupun belajar” ungkapan tersebut terngiang jauh di dasar hati. Kendala lain adalah saya tetap masuk pada kategori penulis pemula, sedangkan dunia penerbitan hampir secara keseluruhan mencari penulis yang memang namanya telah meroket alias naik daun. Terkadang, hatiku berkata ada permainan dalam perusahaan penerbitan ketika saya mencoba mencari tahu tentang sesuatu. Di lain pihak, teka-teki yang sedang terjadi dalam hidupku selama belasan tahun butuh untuk segera dipecahkan. Apapun yang terjadi saya harus bisa mencari tahu semuanya…
Sekalipun tulisanku dapat lolos pada salah satu penerbitan kelak melalui perjuangan, tentu akan terjadi pemotongan-pemotongan alur cerita tertentu oleh pihak editor. Pada sisi lain, saya dengan kesengajaan memainkan beberapa bidang lain dan membahas banyak objek demi menarik perhatian pihak-pihak tertentu dalam alur perjalanan tulisanku sendiri. Hanya jalan seperti ini saja terlintas dalam benak agar para pemimpin dunia, perusahaan-perusahaan besar, organisasi-organisasi internasional memberi saya kesempatan untuk mengejar mimpi. Hatiku mempercayai apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi mungkin bagi Tuhan, walaupun kenyataannya tulisanku memakai bahasa local bukan internasional. Singkat cerita, saya memutuskan berhenti mengirimkan tulisan ke semua penerbitan di Negara ini dan mengambil jalan lain. Memasukkan tulisan saya melalui akun website. Sengaja tidak memakai aplikasi spesial penulis-penulis cerita fiksi yang ingin berkarya karena beberapa alasan. Para pembaca hampir keseluruhan berasal dari dunia remaja dan bersifat lokal, sementara saya menginginkan pihak luar dan mempunyai pengaruh besar…
Hatiku percaya tentang sesuatu yang tidak terlihat, mujizat, harapan, bagi manusia itu tidak mungkin tetapi bagi Tuhan semuanya mungkin. Saya tidak membutuhkan ribuan pembaca untuk tulisanku, tetapi setidaknya orang penting bahkan pemimpin dunia mempelajari tulisanku. Kenapa? Semua itu bercerita tentang mimpi dan kasus pemecahan yang terjadi dalam hidupku selama belasan tahun. Saya tidak mempunyai uang untuk mencari tahu, satu-satunya jalan yang terpikirkan adalah tulisan website gratis sekalipun secara manusia hasil akhir nol persen.
Sengaja menuangkan banyak bidang dalam berbagai cerita fiksi hasil karyaku. Saya berharap dapat menjadi ilmuwan kelak dan satu-satunya jalan pikiranku adalah sengaja memasukkan beberapa alat terbaru melalui tulisan walaupun bersifat teori. Tuhan minimal setidaknya kelak, ada jalan terbuka buat saya untuk kuliah bahkan bekerja sama dengan banyak professor ilmuwan luar serta mencari tahu semua alat-alat terbaru yang telah terlampir dalam tulisanku sendiri. Masih ada jalan buatku sekalipun secara manusia segala jalan benar-benar tertutup rapat.
Sampai detik sekarang setelah selesai kuliah saya tetap aktif post tulisan melalui website demi sebuah mimpi dan jawaban pemecahan teka-teki kehidupanku sendiri. Tuhan, bukan lagi siknyal yang diberikan oleh banyak orang-orang penting maupun para pemimpin dunia dari berbagai Negara melainkan secara langsung berada di hadapanku merupakan bagian mimpiku. Semua dapat menertawakan mimpiku, tetapi buatMU semuanya mungkin. 
“Andaikan saya tidak mengalami sebuah petualangan selama belasan tahun tentu jiwa dan hatiku tidak mempunyai keberanian untuk bermimpi seperti itu.” Deru suara hatiku jauh lebih kuat bermain. Berusaha menahan diri, mencari pekerjaan apapun yang terpenting halal, menerima ucapan-ucapan mengerikan banyak orang, dan masih banyak lagi selama bertahun-tahun. Sekarang saatnya saya harus berjuang memecahkan semuanya sekaligus mengejar apa yang diingini hatiku. Secara perlahan berani mengungkapkan tentang sesuatu itulah yang sedang kulakukan sekarang.
“Sampai terlalu sulitnya mendapat pekerjaan, harus bekerja apa saja setidaknya untuk menyambung hidup.” Berkata-kata sendiri sambil menarik nafas dalam-dalam bahkan termenung depan layar laptop.
“Tuhan, terimah kasih buat semua hal yang terjadi dalam hidupku dan ajar saya untuk tidak pernah kecewa sekalipun itu terlalu menyakitkan setiap saat.” Suara hati masih berjuang untuk berkata-kata seperti ini saat ombak badai terus saja bermain. Tidak dapat disangkal tentang kekecewaan terhadap Tuhan bermain saat-saat tertentu ketika hidup terus berada dibawah tekanan terberat.
Miskin, terkucilkan, menjadi bahan buly-an sejak kecil sampai detik sekarang, dipandang sebelah mata, sulit mendapat pekerjaan, menjadi korban fitnah dari berbagai arah, sikap iri hati/ kesalahpahaman membuat hidupku diperlakukan seperti binatang oleh beberapa pihak tertentu, dan masih banyak hal buruk terjadi dalam kehidupan. Mungkin hanya tinggal penjara saja yang tidak pernah saya jalani sampai detik sekarang. Satu hal, saya pun hampir masuk penjara karena sesuatu yang tidak pernah kulakukan sama sekali. Harus menerima kenyataan kehilangan salah satu orang tua saya dengan cara tragis, tetapi hati dituntut untuk melupakan semuanya. Sampai mayatnya dikubur, orang yang membuat celaka tidak pernah hadir depan kami hingga detik sekarang.
Setelah dipikir-pikir ternyata hidupku tragis juga, jauh berbeda penjelasan di awal cerita hanya mengalami sulitnya mendapat pekerjaan dan suatu pemecahan teka-teki selama belasan tahun. “Anggap saja semua itu tidak pernah terjadi” kata-kata penuh perjuangan di dalam kehidupan yang sedang menjerit…
“Hanya mimpi buruk semata” terbangun dari tidur setelah melewati semuanya…
“Satu-satunya yang dapat menghiburku setiap waktu adalah dengan berada depan laptop menulis kata demi kata,” Berkata-kata sendiri setiap waktu. Menulis dapat membuatku lupa tentang banyaknya tekanan, beban, atau apapun objek yang kuanggap sebagai mimpi buruk semata. Tersenyum-senyum sendiri seperti orang gila membayangkan alur cerita dalam tulisanku akan berjalan kemana tanpa sadar saat melakukan aktifitas lain.
“Kau boleh kerja mulai besok” akhirnya saya mendapat pekerjaan walaupun hanya sebagai karyawan pada salah satu supermarket kecil. Menunggu waktu Tuhan adalah jalan terbaik dari masalahku. Jangan berhenti berjuang apapun yang terjadi merupakan prinsip hidupku sekarang. Tuhan pasti membuka jalan buat pemecahan masalahku selama belasan tahun dan mimpiku.
“Cristal, jangan lupa susun barang-barang di sana!” perintah sang pemilik toko.
“Baik” segera berjalan mengikuti perintahnya. Beruntung saja saya hanya ditempatkan pada bagian penyusunan barang dan bukan menjadi kasir. Jujur, sebenarnya sampai detik sekarang saya tidak ingin bahkan membenci pekerjaan sebagai kasir ataupun segala sesuatu yang berhubungan tentang permasalahan uang. Entahlah…
“Ijasah sarjana tapi bekerja di tempat seperti ini” setidaknya mempunyai pekerjaan dari pada menjadi pengangguran. Tuhan, pasti ada jalan untuk membuatku keluar dari negaraku sendiri dan memulai mengejar mimpi di sebuah Negara besar suatu hari kelak.
Setelah waktu berjalan sebulan, akhirnya saya mulai mempunyai pendapatan sendiri. Minimal bekerja untuk sementara waktu sambil terus berpikir tentang jalan selanjutnya. Beruntung saja ke tempat kerja memakai motor setidaknya menghemat biaya transportasi sehari-hari. Andai kata, saya mempunyai pekerjaan hanya tinggal di rumah tetapi mendapat gaji bulanan tetapi bukan jenis marketing. Jujur sejak kecil hidupku lebih menyukai rumah, tidak ada gangguan, dan tanpa harus berada depan banyak orang. Terkadang saya membayangkan hanya menulis semata tanpa harus jalan keluar, kemudian mengirim ke rumah produksi perfilman besar maupun penerbitan dan singkat cerita mendapat uang.
Hal terkacau dari hidupku adalah suka menyendiri sampai akhirnya ayahku ketakutan kalau-kalau pikiranku kosong dan singkat cerita kesurupan atau mengalami penyakit gangguan mental alias penyakit kejiwaan. Saya sulit untuk meninggalkan sifatku yang satu ini. Di satu sisi, saya berjuang keras berjalan keluar tetapi semuanya terkadang sia-sia bahkan tetap pada situasi semula. Ayah ingin saya mempunyai banyak teman setidaknya dapat mempermudah mendapat pekerjaan juga pasangan hidup tentunya.

Bagian 3…

“Kalau saya terus membayangkan bekerja hanya tinggal di rumah dan mendapat uang lantas bagaimana dengan mimpiku menjadi seorang penemu?” seperti ingin menertawakan diri sendiri dengan pemikiran semacam ini. Terkadang saya ketakutan, kalau-kalau sesuatu hal yang terjadi dalam hidupku selama belasan tahun dikarenakan permasalahan karakterku sehingga mendapat bisikan-bisikan iblis. Berpikir lebih logis, mana mungkin saya masih bisa berdoa dan mengenali banyak orang andaikan semua itu berasal dari sang kegelapan.
Akibat sesuatu hal yang terjadi pada akhirnya saya menjadi tahu tentang makna bermimpi besar bersama perjuangan luar biasa di dalamnya. Ini bukan tentang permasalahan karakter dalam hidupku sehingga menjalani sesuatu yang tidak saya inginkan sama sekali. Saya pun mencoba belajar terlihat ceriah, suka bergurau, tertawa, berbaur dengan orang lain, menyatakan banyak hal, beradu argument ketika berada di bangku kuliah kemarin. Memainkan dunia medsos sesuka hati walaupun terlihat kekanak-kanakan.
“Saya harus mengejar apa yang selama ini ada dalam pikiranku” kata-kata seperti ini terus tertanam dalam diriku.
“Belum pulang Tal?” Lara tiba-tiba saja berdiri mengagetkanku seketika.
“Sedikit lagi” balasku sambil tersenyum.
“Memang pekerjaanmu masih banyak?” Lara.
“Sedikit lagi” menjawab dengan tangan masih bergerak menyusun barang-barang.
“Selesai” segera berdiri meninggalkan sebuah ruangan, sedang Lara hanya kebingungan melihat apa yang sedang kulakukan.
“Saya ingin membantu tapi ternyata…” bola mata Lara tak berkedip dan mulutnya masih menganga terbuka lebar…
Membereskan semua pekerjaan kemudian meninggalkan tempat kerja dan berada di rumah. Tidak bekerja berarti tidak mempunyai uang sama sekali, jadi harus bekerja apapun itu yang penting halal. Membawa bekal makanan ke tempat kerja dengan lauk seadanya sudah terbiasa kulakukan jauh sebelum menjalani pekerjaan seperti ini. “Kenapa jalanan jadi macet seperti ini?” ketika hendak melajukan motor dengan sedikit kecepatan tinggi karena takut terlambat.
“Ternyata ini penyebabnya” berbicara jauh di dasar hati setelah membaca beberapa spanduk penyambutan salah satu sosok paling diidolakan di Negara ini. Hideki Yogaswara dikenal sebagai sosok pemuda paling menginspirasi banyak orang dengan usianya masih terlalu muda namun menjadi bagian penting untuk Negara ini. Nama panggilan sang menteri terkenal unik di telinga masyarakat. Hiyo begitulah semua orang memanggil namanya…
“Pak Hiyo love you” teriakan histeris sang penggemar. Bukan artis tapi berasa seperti idola K-pop benar-benar aneh tapi tidak ajaib…
“Calon suami masa depan” salah seorang gadis remaja memegang spanduk wajah sang menteri.
“Dia sebenarnya menteri atau artis korea?” menggerutu sendiri menyaksikan kejadian aneh depanku sekarang. Jalanan penuh sesak bahkan segala arah tertutup rapat terlalu sulit untuk dilewati. Sepertinya gaji satu hariku tidak berjalan karena aksi histeris masyarakat bersama sang idola. Ternyata sebagai penyambutan hari pendidikan sang menteri membuat segala jalan macet total.
“Aduh sakit” meringis kesakitan setelah terjatuh dari motor karena ulah sang penggemar saling dorong-mendorong terlebih tarik menarik ingin melihat wajah sang idola menaiki becak motor.
“Kau tidak kenapa-kenapa?” seseorang berkata-kata seakan diarahkan buatku dan ternyata benar. Sang menteri menyapa bahkan mengulurkan tangannya buatku sekarang…
“Senyumannya” teriak para gadis di sekelilingku. Hanya menggeleng-geleng kepala pertanda saya dalam keadaan baik walaupun sedikit meringis akibat terjatuh. Hampir tak mempercayai sesuatu depan mata sekarang tentang uluran tangan sang menteri untuk membantuku berdiri. Meraih tangannya secara perlahan seakan awal sebuah objek akan membungkus hidupku kelak. Entahlah…
“Semoga harimu menyenangkan” masih seputar senyuman sang menteri kemudian berlalu dari hadapanku.
Sehari setelah kejadian tersebut, segala jenis media menjadikan berita utama pada halaman utama. Beruntung saja wajahku tertutup oleh rambut sehingga tersamarkan. Seperti yang telah saya utarakan sebelumnya jika terkadang kata iri jauh lebih kuat bermain ketika melihat sosok kehidupan sang menteri. Apapun yang diingini oleh hatinya dalam sekejap dapat diraih tanpa perjuangan maupun pergumulan berat. Jauh berbeda denganku untuk mendapat pekerjaan karyawan kecil saja terlalu sulit jauh bertahun-tahun lamanya. Seakan terdapat benteng kuat menghalangi segala jalanku untuk meraih mimpi maupun memecahkan teka-teki yang saya alami belasan tahun lamanya.
“Tuhan, satu-satunya jalan yang bisa kulakukan dengan cara menulis” ekspresi wajah seakan terlihat lelah karena tidak memperlihatkan hasil sama sekali. Saya masih punya pengharapan dimana Tuhan pasti akan membawaku keluar dari Negara ini demi sebuah mimpi. Manusia berkata tidak mungkin tetapi hatiku percaya bagi Tuhan mungkin untuk membuat para pemimpin dunia berdiri di hadapan dengan penuh senyuman.
“Saya ingin kau berada di negaraku karena system pemikiran dan prinsip hidupmu jauh berbeda dengan siapapun juga,” kata-kata yang ingin kudengar dari mulut para pemimpin dunia suatu hari kelak buatku.
Tidak boleh menyerah dengan keadaan hidup merupakan prinsip terbaik saat ini. Suatu hari kelak pasti ada pintu akan terbuka buatku sekalipun terlihat segala jalan selalu saja tertutup. Terimah kasih Tuhan dan ajar saya untuk tidak pernah kecewa apapun keadaanku sekarang. Kekecewaan, iri hati, kemarahan akan semakin menghancurkan hidupku dalam sekejap. Berikan saya setitik jalan demi sebuah mimpi juga pemecahan teka-teki hidupku sendiri sampai detik sekarang belum memperlihatkan sesuatu.
“Harga permen paling murah?” ada suara tapi tidak ada gambar. Mencari-cari seseorang yang sedang bertanya tentang harga permen paling murah.
“Jangan-jangan hantu” berpikir sendiri…
“Hei” hampir saja jantungku keluar dari kandang karena perlakuan costumer menepuk pundakku dari belakang.
“Sepertinya saya pernah melihat anda?” mencoba mengingat-ingat kejadian dan tempat…
“Salah orang mungkin” dia tersenyum terhadapku.
“Pasti pernah” pertama kalinya berdebat dengan seseorang setelah lulus kuliah. Acara perdebatanku hanya terjadi pada masa kuliah untuk mencoba keluar dari karakter terkacau dalam diri sendiri. Setelah lulus kuliah semua seperti berakhir dalam sekejap dan kembali pada suasana semula.
“Berhenti berdebat! Tinggal tunjukkan jenis permen paling murah di tempat ini.”
“Tepat depan matamu” jari telunjukku mengarah pada barisan permen di hadapannya. Malam-malam seperti ini hanya mencari permen? Manusia sedikit aneh.
“Kembaliannya?” berbicara beberapa saat setelah berada depan kasir. Lara segera memberikan uang koin ke tangannya bersama struk pembelian.
“Oh my God kembalian juga uang koin paling rendah” cetus Lara.
“Pasti dia manusia paling kikir sedunia” masih seputar ucapan Lara.
“Terserah” balasku.
Berpikir tentang wajah pria tersebut membuatku tidak dapat memejamkan mata. Masih penasaran, bertanya-tanya, membayangkan, mengingat segala tempat yang telah kulalui kemarin setelah berada di ranjang kamar tidurku. “Saya ingat sekarang” segera melompat dari tempat tidur  tanpa sadar. Pria di supermarket tadi ternyata Hiyo alias Hideki Yogaswara lebih tepatnya menteri pendidikan di Negara ini.
Menjadi pertanyaan, kenapa malam-malam datang mencari permen? Lebih parah lagi harga paling murah seolah-olah tidak mempunyai uang sama sekali. Ternyata kehidupan sang menteri terlalu perhitungan, kikir, berandalan, preman, hancur, suka berkeliaran pada malam hari. Dia akan menjadi pribadi berkharisma, berwibawa, tampan, jenius bahkan dalam segala aspek hanya bercerita kesempurnaan di siang hari. Selama sebulan lebih memperhatikan dirinya tak pernah absen berada di supermarket kecil seperti ini hanya untuk membeli permen strobery paling murah. Mencari es krim termurah setiap malam pun tidak luput dari incarannya. Sifat kekanak-kanakannya bermain malam hari, sedangkan sifat charisma akan dimainkan di siang hari.
“Mau jadi sahabatku?” hal lebih mengejutkan pernyataannya setelah sebulan lebih tak pernah absen menginjak supermarket kecil seperti ini.
“Kepribadian ganda” bergumam sendiri melihat wajahnya.
“Kau berkata saya berkepribadian ganda?” sedikit mengamuk.
“Bapak seorang menteri paling disegani, tapi menjadi pertanyaan kenapa berpenampilan seperti ini setiap malamnya?” tidak tahan lagi melihat tingkahnya berpenampilan aneh. Memakai topi, ransel, sepatu kets, baju kaos, terkadang celana pendek, saat tertentu memakai celana panjang sobek kiri-kanan. Mungkin hidupnya ingin kebebasan?
“Saya bukan seorang menteri seperti ucapanmu”
“Saya tidak mungkin salah” membalas ucapannya sambil memperhatikan dia dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Namaku Danils bukan seorang menteri seperti ucapanmu” menunjuk memakai jari telunjuknya.
“Perhatikan wajah pria ini!” memperlihatkan sebuah foto sang menteri pendidikan.
“Kok bisa mirip yah?” dia saja terlihat terkejut terlebih saya…
“Tapi saya bukan dia” cetusnya.
“Btw, mau tidak jadi temanku masalahnya kamu manis buat dijadikan teman?” tak pernah menyangka pertama kali seorang pria mencolek wajahku.
Hal tidak terduga seorang menteri membantuku berdiri ketika terjatuh, beberapa waktu kemudian pertama kali sang pria mirip wajahnya berdiri ingin menjadi temanku bahkan sengaja mencolek wajahku. Beberapa menit kemudian berlalu dari hadapannya tanpa memperdulikan permintaannya sedikitpun. Perbedaan antara langit dan bumi jika diperhatikan dari segi fashion maupun kepribadian, namun wajah mereka berdua bagai pinang dibelah dua. Bagaimana mungkin mereka orang berbeda? Permasalahannya adalah pada siang hari Danils sama sekali tak menunjukkan wajahnya di supermarket ini, sedangkan sang menteri selalu saja menghadiri kegiatan-kegiatan pada siang hari. Apa yang salah disini kecuali kepribadian ganda sedang bermain dalam tubuh sang menteri.
Setiap malam terus memaksaku untuk menjadi temannya tanpa rasa bosan sama sekali. Hal terkacau adalah selalu ingin membuatku tertawa dengan berbagai bahan gurauan. Seakan dia tak pernah kekurangan bahan dialog candaan. Wajahku menjadi objek paling menggemeskan buatnya, kenapa? Setiap bertemu akan selalu dicubit bagaimanapun caranya. Lebih heboh lagi membelikan es krim harga termurah di supermarket ini hanya buatku. “Uangku habis kalau beli es krim paling mahal buatmu, jadi yang murah saja” senyumnya tiap saat menyodorkan ke tanganku.
“Ada penjual bakso lewat” segera menarik tanganku keluar dari supermarket ke gerobak bakso.
“Mau berapa porsi?” sang penjual bakso bertanya memasang wajah senyum.
“Dua porsi harga paling murah diantara termurah bang,” senyum lebar Danils.
“Harga murah bagaimana?” Tanya penjual bakso.
“Harga per/porsi berapa bang?” tanyaku.
“15.000,- saja” senyum abang bakso.
“Mahal amat, 5.000,- saja/porsi bang” tawar menawar Danils.
“Itu namanya tidak kembali modal,” senyum kecut abang bakso.
“Pokoknya kemahalan, masalahnya uangku cuma Rp. 10.000,- buat 2 porsi” Danils merogoh kumpulan uang koin dari kantong celananya.
“Tapi tidak kembali modal dagangan baksoku” sang penjual bakso bertahan.
“Biar saya saja yang traktir, beri 2 porsi!” ucapanku memotong perdebatan mereka.
“Tidak bisa, harus cowok traktir cewek” Danils mengambil kembali uangku dari tangan penjual bakso. Manusia aneh, bagaimana mau traktir kalau uangnya saja Cuma Rp. 10.000,-.
Kelakuan Danils setiap harinya memang kacau hanya mempunyai uang sekian tapi ngotot mau traktir. Dia benar-benar tidak mempunyai uang sama sekali atau pelitnya minta ampun? Mengajak ke pasar malam dan mencari jajanan paling termurah di sana sampai adu mulut tawar-menawar tanpa henti. Menawar sebuah dress di pasar dengan harga paling murah sampai akhirnya menang tetapi benar-benar memalukan.
“Buatmu” menyerahkan dress tersebut ke tanganku.
“Kau membuatku malu.” Berlari dari hadapan Danils tanpa memperdulikan bagaimana dirinya mengikutiku. Bertengkar hebat dengan sang penjual demi harga paling murah bahkan memakai strategi terkacau.
“Jangan marah” mimic wajah penyesalan plus rasa kasihan dimainkan olehnya saat berhasil mengejarku.
“Terimah ini?” memberiku selembar dress terbungkus perjuangan tawar menawar antara dirinya dan sang penjual pasar malam. Setelah dipikir-pikir lagi mana mungkin Danils adalah sang menteri penuh charisma juga berwibawa tinggi. Entah mengapa, saya terbiasa dengan segala tingkah keusilannya setiap saat. Selalu mencari barang paling murah buat diberikan untukku. Walaupun kenyataannya sulit menerima dia sebagai sahabat, namun inilah fakta tentang kehidupan kami.
“Cristal, makanan buatmu” setiap malam ke tempat kerja menyerahkan kotak makan malam hasil olahannya sendiri.
“Makasih,” tersenyum menarik kotak makanan itu.
“Kau tahu? Modal olahan masakanku ini hanya Rp. 5.000,- saja” penuh semangat bercerita seakan tak pernah kehabisan bahan dialog. Masakan olahan Danils benar-benar enak berarti dirinya mempunyai satu talenta tersembunyi.
“Manusia pelit.”
“Saya menyukai Cristal yang cemberut, marah, terlebih tertawa seperti ini.” Seakan Danils memperhatikan segala karakterku sampai ke akar-akarnya.
“Saya ingin melihat dirimu tersenyum lebar” kembali berucap sambil mencubit wajahku tanpa rasa bosan setiap bertemu.
Sampai detik sekarang saya tidak pernah tahu tentang pekerjaannya. Dia seperti vampir hanya gentayangan pada malam hari, sedang siang tidak akan pernah bisa dihubungi. Dia mempunyai talenta memasak terbaik sedunia. Dapat membuat masakan paling enak hanya dengan modal harga termurah. Saat memakan hasil olahannya seperti saya merasa sedang berada di restoran mewah.
“Besok hari ulang tahunku, jadi kuharap kau memberiku hadiah pada jam dua belas malam tepat,” tersenyum lebar sebelum akhirnya mencolek pipiku kemudian berlalu. Sibuk mencari tahu hadiah paling disukai oleh seorang cowok di hari ulang tahunnya melalui internet. Setidaknya saya berdoa buatnya jauh lebih baik dibanding sebuah hadiah tanpa mengeluarkan uang satu sen pun menurut pikiranku. Berjam-jam berpikir mencari kado paling tepat buatnya dalam bentuk seperti apa? Jam tangan, sepatu, pakaian, perhiasan brand ternama semua itu biasa buat cowok kecuali sih manusia matre pasti bernafsu.
Setelah berpikir lama hanya untuk sebuah kado ulang tahun, sepertinya jauh lebih baik memberikan dia sebuah tulisan hasil karyaku sendiri tanpa harus mengeluarkan uang satu sen pun tetapi membentuk hidupnya. “Danils kan manusia pelit juga” berbicara sendiri membayangkan karakter terkacau darinya. Memilih salah satu dari sekian tulisanku dan memindahkannya pada sebuah USB. Berada di sebuah toko demi membeli kue ulang tahun buatnya sampai tiba waktu dimana memasuki jam birthday seorang Danils.
“Selamat ulang tahun Danils,” pertama kali buatku memberi ucapan seperti ini terhadap seorang cowok paling pelit sedunia. Supermarket tempatku bekerja menjadi saksi hari ultah seorang Danils sedikit berbeda. Tempat pertemuan kami hanya di tempat seperti itu atau berjalan memutari pasar malam setelah pulang kerja.
“Kue ini Cristal yang buat?” pertanyaan penghinaan buatku pribadi.
“Saya tidak tahu namanya pembuatan kue sejenis apapun dalam hidupku.”


Bagian 4…

Danils tertawa mendengar pengakuanku di hari spesialnya. Permasalahan membuat kue memang bukan bakatku, jadi singkat cerita beli saja yang sudah jadi. “Mana hadiah ultah buatku?” Danils menyodorkan telapak tangannya. Menjadi pertanyaan, kenapa saya mau melakukan semua ini? Hal tidak masuk akal buatku secara logika…
“Ini ambil!” memberikan sebuah Flashdisk ke tangannya.
“Kenapa USB? Jangan-jangan isinya film porno?” rasa kesal Danils.
“Tuhan, ampunilah Cristal sebab dirinya tidak tahu tentang apa yang dilakukannya. Amin” memanjatkan doa permohonan ampun buatku. Tawaku meledak seketika untuk pertama kali di hadapannya.
Dia terdiam sambil memandang membuatku merasa canggung seketika. “Di dalamnya terdapat file berisi tulisanku sebagai hadiah ulang tahun buatmu. Setidaknya karaktermu terbentuk dari barisan naskah yang telah kubuat special buatmu.”
“Ternyata kau seorang penulis” seolah memancing atau menebak…
“Penulis tidak laku dan tidak terkenal” pernyataan sebagai bahan gurauan buat Danils.
“Tapi saya menyukai tulisan Cristal.” Berarti selama ini dia tahu tentang tulisanku. Di luar dugaanku yaitu seorang Danils sengaja berada di supermarket hanya ingin menjadi temanku. Bercerita banyak kalau dia selalu membaca tulisanku. Diam-diam mencari tahu alamat lokasi tempatku melakukan post tulisan melalui website.
“Saya ingin membuatmu tersenyum apapun caranya,” ucapan mengejutkan buatku.
“What?” mimic wajah aneh buatnya.
“Cristal yang saya kenal mempunyai kepribadian berbeda dari semua orang di sekelilingnya bahkan jauh dari dugaanku kemarin.” Danils mengungkapkan sesuatu yang selama ini terkubur dalam-dalam.
“Terimah kasih”
“Btw, seorang Cristal menyukai tipe cowok seperti apa?” pertanyaan terkacau…
“Mencurigakan” menatap tajam dirinya. Dia tidak peduli setajam apapun tatapanku atau bagaimanapun jenis pikiran yang akan terlempar buatnya terus saja memaksa untuk mencari tahu.
“…”
“Minimal, sebutkan nama tokoh yang kau sukai” terus memaksa dan memaksa tanpa berpikir malam semakin larut.
“Sudah malam” segera berdiri…
“Please, setelah menjawab saya antar pulang” Danils menghentikan langkahku.
“Sepertinya ada beberapa tipe tokoh yang saya sukai bahkan bisa dikatakan sebagai bahan cuci mata kalau lihat foto-foto mereka di medsos.” Sontak Danils tertawa mendengar jawaban dariku…
“Bisa sebutkan nama tokoh-tokohnya dan hal-hal yang membuatmu menyukai mereka!” berusaha menahan tawa melihat ekspresi wajahku.
“Pasti menjadi bahan tertawaanmu lagi kan?” rasa kesal buatnya.
“Saya janji tidak akan tertawa lagi” Danils mengangkat tangannya menghadap langit seperti bersumpah dimana langit dan Tuhan sebagai saksi.
“Pangeran Hamdan alias Fazza mempunyai karakter cuek, seolah menyukai sesuatu bersifat tantangan, penyuka anak kecil. Berwibawa, berkharisma, juga postur tubuh tinggi terlihat menyenangkan untuk seorang Sebastian Kurz salah seorang pemimpin dunia…”
“Berarti yang lain pasti berasal kalangan artis?” Danils mencoba menebak.
“Bukan kalangan artis juga” jawaban buatnya.
“Berarti pengusaha dong?” Danils…
“Yang satu ini biasa saya ejek dokter playboy karena tatapan matanya itu aneh. Sekalipun beberapa karakternya kacau tapi dia terlihat bersih sekali saat mengenakan pakaian medis juga beberapa fashion lain. Hal terlucu adalah nama anjingnya jauh lebih keren dibanding namanya sendiri. Saya suka anjingnya karena cute, hanya saja hidupnya sulit untuk berlari keluar dari suatu jurang gelap…”
“Masih ada lagi tipekal-tipekal tokoh dengan kata lain ada dalam daftar kau suka?”
“Masih ada seorang lagi dan bisa dikatakan saya menyukai mata, alis, jenis bibir, warna kulit, dan foto jutek sekaligus pipi tembemnya sewaktu kecil tapi dia tidak pernah sadar” menjawab pertanyaan Danils.
Sepanjang perjalanan pulang, wajah Danils terlihat tidak seperti biasanya. Entahlah, apa yang sedang terjadi dengannya hari ini? Tiba-tiba saja pada pertengahan jalan sekelompok orang menghadang kendaraan motor kami. “Danils…” berteriak keras saat salah satu dari mereka menembakkan beberapa peluru ke tubuh Danils. Mereka semua berlari meninggalkan kami setelah Danils tergeletak jatuh ke tanah. Siapa mereka? Ulang tahun membahagiakan berubah menjadi ceceran darah…
“Tolong” siapapun itu tolong kami…
Tolong… tolong… tolong… terus berteriak meminta pertolongan siapapun yang bisa mendengarnya… “Saya menyukai Cristal walaupun tidak akan pernah bisa menjadi seperti salah satu dari empat tokoh yang kau katakan tadi.” Dia masih berjuang mengucapkan kata demi kata tentang perasaannya walaupun darah segar terus mengalir.
“Kau pasti bisa bertahan” pertama kali histeris depan seseorang…
Nyawa Danils tidak dapat tertolong bahkan menghembuskan nafas terakhirnya di atas pangkuanku sebelum berada di rumah sakit. Ini hanya mimpi buruk bukan kenyataan. Cristal, cepat bangun dari mimpimu sekarang! Kejadian itu tidak nyata bukan dan bukan sekali lagi bukan… Danils belum meninggal …
“Cristal bangun” sebuah suara terdengar keras di telingaku…
“Ayah” saat mataku tersadar melihat beliau di depanku. Segera memeluknya bahkan ingin melupakan mimpi buruk yang baru saja saya alami.
“Seseorang ingin bertemu denganmu” ucap ayah membuatku tersadar jika sedang berada di sebuah ruang tapi bukan rumahku.
“Danils” tepat dugaanku kalau semua itu memang hanya mimpi buruk bukan kenyataan setelah Danils berdiri tepat depanku sekarang.
“Saya bukan Danils tapi saudara kembarnya Hideki Yogaswara” jawaban terburuk darinya. Apakah kejadian itu benar-benar nyata? Danils meninggal di pangkuanku? Pasti hanya mimpi. Dia datang meminta maaf atas kejadian yang terjadi denganku. Penjelasan yang ingin kudengar adalah menyatakan Danils masih hidup bukan berita kematiannya tetapi justru sebaliknya. Wajah ceriah, senyum lepas, selalu berada sekitar supermarket kecil hanya untuk menggodaku semata pergi begitu saja. Mereka berdua saudara kembar hal tak terduga tanpa ada informasi depan public bahkan berusaha menutupi semuanya.
Salah satu lawan politik sang menteri mengira sosok yang sedang bersama denganku adalah Hideki Yogaswara sehingga menembuskan berulang kali peluru ke tubuh Danils. Berbicara tentang politik berada pada defenisi objek menakutkan buatku sampai kapanpun juga. Danils mempunyai kehidupan pribadi sendiri jauh berbeda dengan saudara kembarnya. Pak Hiyo dikenal sebagai seorang menteri pendidikan bahkan semua orang memprediksi dirinya akan menjadi pemimpin nomor satu suatu hari kelak. Di lain pihak seorang Danils hanya ingin menjadi manusia biasa dan menjalankan sebuah perusahaan miliknya.
“Maaf” hanya kalimat itu saja keluar dari mulut sang menteri. Rasa penyesalan benar-benar terlihat di wajahnya. Bagaimanapun pihak lebih merasa kehilangan adalah dirinya bukan kehidupanku. Kenapa saya menjadi kacau seperti ini? Defenisi dan falsafah politik merupakan sesuatu objek histeris bahkan menakutkan buatku. Hal-hal mengerikan dapat saja terjadi hanya demi sebuah kekuasaan. Entah mengapa peristiwa itu berusaha ditutup rapat oleh media. Dia terlihat begitu tenang bahkan berjuang menutup rapat pemberitaan pembunuhan sekaligus kematian saudara kembarnya sendiri.
Menatap batu nisan depanku sekarang seakan menambah beban juga tangisan buatku sendiri. Belum sempat dia membaca tulisanku sebagai hadiah ultah, tetapi Tuhan berkata lain. Apa yang Tuhan buat itu baik walaupun kelihatannya tidak baik merupakan perjuangan untuk menerima pernyataan seperti ini untuk kesekian kalinya dalam kehidupanku pribadi. Apakah saya masih bisa bertahan dengan pernyataan seperti ini? Kenapa air mataku terus terjatuh untuk sebuah nama yang tertulis pada batu nisan di hadapanku sekarang?
Jalanku berbeda dengan banyak orang di sekitarku. Seakan jalan yang kulalui hanya bercerita tentang luka, tangisan, kehilangan, segala pintu tertutup, fitnah, ejekan masa lalu, dan masih banyak lagi. Apakah jalan itu hanya sebagai alat pembentuk secara bertahap atau sebaliknya teguran bertubi-tubi buatku? Hanya Tuhan saja yang bisa menjawab paling tepat untuk pertanyaan seperti ini. Berusaha kembali memulai rutinitasku bekerja sebagai karyawan di supermarket kecil.
Mencoba melupakan semua objek kemarin bahkan menganggapnya tidak pernah terjadi. “Seseorang sedang mencarimu” Lara membangunkanku dari lamunan. Berbalik ke arah Lara untuk bertanya siapa yang sedang ingin bertemu denganku sekarang. Supermarket kecil tempat mencari kehidupan mempertemukanku dengan seorang Danils.
“Dia ada di luar menunggumu” Lara menunjuk seseorang yang sedang berdiri tepat dekat lemari pendingin.
“Danils” menyebut nama itu kembali…
Pertama kali melihat penampilan pak Hiyo jauh berbeda dari kegiatan rutinitasnya sehari-hari. Terbiasa memakai jas formal, sepatu kulit, rambut rapi, juga dasi hampir membuatku lupa jika dia seorang menteri ketika meninggalkan semua atributnya. “Kau pasti kaget melihat penampilan saya seperti sekarang” senyum seorang menteri.
“Kenapa bapak mencari saya?” langsung pada inti dialog tanpa basa-basi.
“Saya ingin mengenal sekaligus menjadi teman buat cewek yang sudah berhasil menaklukan hati saudara kembarku.”
“Saya dan Danils sama sekali tidak mempunyai status hubungan special sedikitpun.”
“Tapi seorang Cristal berhasil menaklukan hati Danils” membalas ucapanku.
Pertama kalinya melihat seorang pejabat penting di Negara ini duduk bersebelahan denganku sekitar ruangan supermarket tersebut. Wajah mereka berdua benar-benar mirip tanpa perbedaan sedikitpun. Apa motivasi dan tujuannya? Kenapa dia selalu berusaha meluangkan waktu untuk berada di supermarket kecil ini hampir beberapa kali dalam seminggu? “Bapak tidak perlu khawatir tentang keadaanku” sedikit risih tentang kehadirannya. Dia hanya merasa bersalah terhadap saudara kembarnya Danils. Seharusnya peluru kemarin buat dirinya tetapi keadaan berkata lain bahkan Danils menjadi korban.
“Jangan datang lagi kemari!” permohonan terhadapnya sambil menunduk.
“Sekelompok orang sedang mengincarmu karena peristiwa kemarin” pak Hiyo.
“Inilah kehidupan politik hanya bercerita tentang permainan kekuasaan”
Tangan pak Hiyo tiba-tiba menutup mulutku sambil memberi isyarat untuk tidak berbicara. Mengajakku ke rumahnya untuk menjelaskan sesuatu hal setelah pergantian shift kerja. Perbedaan antara pak Hiyo dan Danils ketika berdiri tepat di hadapanku. Pak Hiyo selalu menemuiku jam siang maupun sore, sedangkan Danils selalu mencari jam malam seperti kalelawar. Andai jadwal shiftku bukan sore, Danils berusaha membuatku berada di sekitar supermarket dengan berbagai cara pada malam hari.
“Kalau boleh saya memberi syarat terhadap bapak”
“Tentang?” pak Hiyo.
“Peran bapak sekarang adalah sebagai menteri pendidikan, jadi, harus menciptakan terobosan terbaru demi masa depan Negara kelak.”
“Saya tidak mengerti sama sekali” pak Hiyo tak memahami ucapanku…
“Buatlah program pendidikan terbaru terlebih bagi jalur pejabat. Setidaknya system seleksi pejabat harus melalui pendidikan seperti ini baru dapat dinyatakan lulus untuk mencalonkan diri sebagai seorang pemimpin untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.”
“Hal-hal tidak diinginkan?” pak Hiyo.
“Seperti yang terlihat sekarang semua orang bebas mencalonkan diri. Hal terkacau adalah masyarakat memilih hanya dengan menilai luar ataupun permainan politik. Kekuasaan atau takut terhadap ancaman menjadi penyebab nyawa Danils melayang begitu saja.” Penuturan buatnya…
“Sekarang pak Hiyo sendiri tidak bisa berbuat apa-apa tentang kejadian kemarin. Bapak harusnya keluar dan mempunyai kekuatan untuk mempersatukan apa yang sudah pecah karena kegilaan berbagai pihak.” Melanjutkan kembali berucap tanpa memperdulikan siapa yang sedang berdiri di hadapanku sekarang.
Menyarankan bagi seorang menteri pendidikan mendirikan sebuah kampus khusus lulusan yang ingin mencalonkan dirinya sebagai pejabat penting. Entah bupati, gubernur, para menteri, walikota, presiden, dan segala jenis bentuk jabatan penting dalam Negara ini harus melalui jalur pendidikan tersebut. Tidak menjadi masalah pihak yang ingin mencalonkan diri berasal dari dunia artis, tukang becak, orang biasa, bahkan pelacur sekalipun tetapi harus mengikuti aturan pendidikan pada kampus ini.
“Negara ini mempunyai kampus-kampus negeri dan dapat dikatakan banyak meluluskan pejabat juga dengan kata lain akreditasi kualitasnya diakui” Pak Hiyo.
“Saya tidak katakan ingin memandang kualitas kampus di luar sana buruk, hanya saja alangkah lebih baik jika jalur pejabat-pejabat harus dikhususkan dengan system kurikulum berbeda dari manapun. Pendapatku ini demi kualitas, masa depan, pemulihan Indonesia sendiri ke depan dan tidak dikatakan untuk pribadiku. Saya hanya orang biasa dan apa juga fungsiku…?”
“Seandainya kau berada di posisiku, menjadi pertanyaan system pendidikan seperti apa yang ingin ditetapkan olehmu sebagai jalur pejabat Negara?’”
“Saya akan membuat mereka menyadari tentang situasi hidup melalui beberapa proses setidaknya dapat membentuk kualitas kepribadian. Manusia jenius itu banyak, relative tidak sulit untuk di dapat, tetapi seseorang dengan kualitas keperibadian dan brain lain dari pada lain terlalu langka bahkan sulit untuk ditemukan.” Pertama kali menyatakan kalimat tidak biasa dan ini kenyataan…
“Contoh proses yang ingin diterapkan?” pak Hiyo.
Hal pertama yang akan kulakukan adalah mendirikan kampus jauh dari ibukota ataupun kota-kota besar, dengan kata lain berada pada daerah terpencil di sebuah pedesaan kecil. Membuat mereka menyadari tentang penderitaan hidup dan tentu hampir sebagian pejabat sebelumnya tidak mengalami objek seperti ini. Kemungkinan besar sebagian mengalami tetapi melupakan begitu saja bahkan menghalalkan segala cara demi sebuah kekuasaan. Mereka akan membiayai kuliahnya masing-masing tanpa harus bergantung pada orang tua atau siapapun juga. Mereka akan dipersiapkan beberapa pekerjaan demi biaya makan, kuliah, juga tempat tinggal.
Mengajar mereka menjadi seorang petani di sawah jauh lebih menarik dibanding membuatnya nyaman dengan ruang ber-AC. Mencangkul tanah tanpa mesin akan mengajarkan sebuah objek terlihat berbeda ketika berada dalam proses. Menjadi pemulung sampah memberinya sebuah pengajaran bahwa tidak selamanya sampah tetaplah sampah, terkadang justru dari sampah itulah memberikan harapan serta inspirasi bagi sebuah tempat. Berada di sebuah rumah menjadi seorang pembantu rumah tangga memperlihatkan hatinya tentang kata menghargai dan jangan pernah menganggap rendah siapapun di sekitarmu.
Berada di dapur tanpa kompor gas maupun kompor listrik melainkan harus memakai kayu bakar berarti memberinya kata perjuangan tentang pemurnian emas dalam api membutuhkan pemahaman lebih. Hanya mempunyai beberapa lembar pakaian seadanya tidak berarti kehidupan harus kecut. Proses pembentukan kepribadian jauh lebih berharga dibanding apapun juga. Tentu kualitas pendidikan yang saya akan terapkan tentu tidak berada pada tingkat rendah. Program kurikulum bagi kampus tersebut mempunyai tingkat lebih tinggi dibanding kampus manapun. Kenapa? Kualitas brain bagi pejabat sangat dibutuhkan. Beberapa jenis jurusan-jurusan penting bahkan penunjang kemajuan Negara seperti teknik, bisnis, medis, bersifat politik dan kepemimpinan pasti akan memainkan system pembelajaran tersendiri. Dengan kata lain hanya mereka yang mempunyai kualitas mental dan keseimbangan otak akan bertahan di sana.
Para tenaga pengajar mempunyai formasi system cukup unik tetapi berkualitas. Memancing perkembangan IQ, beberapa penemuan, terobosan, tingkat kecakapan melalui alur yang tidak akan pernah ada bahkan belum diterapkan oleh siapapun di dunia ini. Sebelum menjadi pengajar tentu tahap demi tahap proses akan berjalan, kenapa? Karena mereka harus menjadi pendidik masa depan bahkan pemberi harapan bagi Negara ini sendiri. Setelah lulus, saya tidak menginginkan para lulusan secara langsung mengikuti pemilihan umum dalam tahap besar atau langsung menjadi seorang walikota terlebih presiden melainkan memulai segala sesuatunya dari nol. Kenapa? Setidaknya mereka belajar menghargai perjuangan, kehidupan rakyat, kasih sayang dibanding sebuah kekuasaan. Membuatnya bekerja pada masyarakat kecil sekitar pedesaan/ pedalaman selama beberapa tahun setelah lulus jauh lebih baik dari pada menjadikan mereka secara langsung berada pada kursi nomor satu.
“Seperti itulah program yang saya inginkan bagi anggota pemerintahan di Negara ini.” Penekanan cukup tinggi ketika menjabarkan semuanya di hadapan seorang menteri pendidikan. Andai kata seseorang berkata dapat memajukan Negara ini bahkan bersaing di dunia internasional, maka hal pertama yang akan kulakukan adalah menertawakan dirinya. Negara ini mempunyai tingkat kesulitan untuk dilewati maupun permasalahan perbaikan. Kenapa? Disebabkan kesalahan-kesalahan sejak awal pemerintahan, tingkat karakter maupun cara menerima sebuah objek masing-masing daerah berbeda, keegoisan, keserakahan jauh lebih kuat bermain, pengelolahan berbagai bidang terlebih bidang terpenting terjadi sesuatu… dan masih banyak lagi menjadi penyebab…
“Seandainya saya memasukkan permohonan program seperti ini, tetapi banyak pihak menolak sehingga presiden sendiri tidak akan pernah menyetujui… apa yang harus saya lakukan?” pertanyaan aneh seorang pak Hiyo buatku.
“Bapak harus berjuang seperti apapun caranya, bukan demi keegoisan melainkan pemulihan Negara ini sendiri” jawaban terbaik buat pak Hiyo sebelum berlalu meninggalkan rumahnya.
Hanya jalan seperti ini dapat membawa Negara keluar dari sebuah neraka. Membutuhkan perjuangan penuh untuk dapat diterima terlebih persetujuan khusus jalur pejabat sehingga tidak asal mengambil anggota terlebih mendirikan/ memainkan partai politik. Tentu banyak pihak akan berjuang melawan system seperti ini, kenapa? Mereka tidak akan dapat bermain sesuka hati juga menguasai keadaan Negara demi kepentingan pribadi. Berjuang jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Bagian 5…

Semua membutuhkan proses sekalipun mendapat banyak penolakan, penyerangan, selalu ingin dijatuhkan dari berbagai pihak. Seperti mimpi yang ingin kukejar dan berada di Negara luar membutuhkan proses begitupun sebaliknya dengan objek semacam ini. Bagi manusia akan selalu berkata tidak mungkin, tetapi bagi Tuhan segala sesuatunya mungkin. Sampai detik sekarang, saya tetap percaya pernyataan tersebut untuk membuatku menjadi apa yang kuinginkan di sebuah Negara besar dan bertaraf internasional.
“Tuhan, ajar saya untuk tetap bertahan tentang sebuah harapan” bisikan hati setiap saat sekalipun semua terlihat tertutup buatku. Rutinitas seperti biasa tetap kujalani yaitu menjadi seorang karyawan kecil di supermarket kecil pula.
“Hai, permisi, bisa bertanya?” tegur seseorang jam-jam malam supermarket hampir tutup. Berbalik ke aranya untuk mencari tahu apa yang diinginkan olehnya. Seorang pria bule memakai hoodie berwarna biru sangat fasih memakai Negara ini berdiri tepat di depanku sekarang.
“Saya mencari permen juga es krim paling murah, bisa membantu saya?” tersenyum manis sambil berusaha mencari-cari benda yang diinginkan oleh. Dia seperti Danils ketika pertama kali menginjakkan kaki di depanku. Perbedaannya adalah Danils keturunan pribumi asli, sedangkan dirinya 100% darah bule mengalir dalam dirinya.
“Bisa tunjukkan saya?” berlari kembali ke hadapanku.
“Di sana” tanganku menunjuk sebuah tempat barisan permen.
“Cristal, sadarlah jika dia bukan Danils” Lara tiba-tiba saja berbisik ke telingaku sambil memperhatikan tingkah sang bule semenjak memasuki pintu supermarket. Segera berlari meninggalkan tempat tersebut hanya demi menenangkan diri semata. Bagaimana jika hari esok dia akan kembali ke tempat ini sama seperti kegiatan rutinitas Danils sebelumnya? Seperti mengalami sebuah mimpi seakan karakter dalam dirinya tidak ada perbedaan dengan Danils. Objek perbedaan hanya berada pada wajah dan warna Negara semata diantara mereka. Cristal, cepat sadar juga buang semua pemikiran seperti itu jauh-jauh!
Hal yang tidak kuinginkan terjadi juga pada akhirnya. Sama seperti Danils selalu datang ke supermarket hanya untuk mencari barang paling murah atau sekedar bergurau. Berusaha menjauh, menghindar, tak ingin mengingat kembali memory kemarin adalah jalan terbaik. Seakan dia adalah Danils dalam wujud berbeda buatku pribadi. “Saya tidak mengenal siapa atau indentitas apapun darimu” ucapanku tidak tahan melihat tingkah lakunya setiap saat.
“Kalau begitu perkenalkan nama saya Aldrich dengan postur cukup tinggi, cakep, seperti model, suka tersenyum, tidak suka marah-marah, menyukai harga barang paling murah, dan …”
“Perasaan saya tidak pernah ingin mengetahui namamu” berusaha mengusirnya keluar secepat mungkin.
“Kalau asalmu dari mana?” Lara berlari menghentikan kegiatanku…
“Saya bule berdarah campuran” jawabannya.
“Campuran apa?” Lara masih senyum-senyum sambil bertanya.
“Amerika, Inggris, German, dan Italia masing-masing 25% mengalir dalam tubuhku.”
“Kalau disuruh memilih 4 negara ini kau akan memilih yang mana?” Lara berusaha membantunya lepas dari doronganku.
“Yang mana-manalah, bisa saja saya ke Negara lain tergantung situasi, hahahahahaha” menjawab pertanyaan Lara.
“Pergi dan jangan pernah kembali, ngerti?” berteriak keras depan Aldrich. Kekacauan terbesar adalah Lara mengajaknya berdialog tentang hal aneh. Tidak menginginkan manusia itu kembali ke supermarket merupakan isi pergumulan doaku sekarang. Ternyata isi doaku dikabulkan oleh Tuhan dimana dirinya sama sekali tak menginjakkan batang hidung sedikitpun beberapa hari belakangan.
Perhatianku teralih pada pemberitaan media mengenai surat pengajuan program pendidikan khusus bagi jalur pejabat oleh menteri pendidikan. “Ternyata dia mengolah juga selama beberapa hari kemarin tentang nasihat itu” seakan ingin menertawakan diri sendiri melihat sang menteri masih berusaha menutupi surat pengajuan tersebut. Entah bagaimana jalan cerita sampai terekspos ke tangan media? Sang menteri akan mendapat kecaman, penolakan, berbagai permainan, dukungan akan program tersebut sesuai perkiraanku selanjutnya. Bagi Tuhan tidak ada yang tak mungkin semuanya mungkin sekalipun berbagai pihak berjuang menghancurkan system pengajuan. Mempercayai harapan saat segala jalan tertutup sama seperti mimpi yang ingin kukejar keluar dari Negara ini.
 “Saya ingin kita bertemu. By Hiro” sebuah pesan masuk. Kenapa dia bisa tahu nomor WA’ku? Saya tidak pernah memberi tahu nomor, email, juga segala jenis akun medsos milikku. Mau tidak mau harus kembali berdiri dihadapan seorang menteri pendidikan untuk kesekian kalinya. Terlihat aneh juga setiap pak menteri hanya memakai kaos biasa dipadukan celana jeans tanpa setelan formal kesehariannya saat berdiri depanku. Danils selalu menggodaku dengan segala jenis benda-benda termurah, sedangkan dia tidak memperhitungkan biaya makanan semahal apapun.
“Bapak tidak perlu repot membawa makanan segala” merasa tidak enak…
“Santai saja lagian saya berhutang budi terhadapmu” pak Hiyo.
“Terimah kasih meluangkan waktu buatku” senyum pak Hiyo sebelum akhirnya keluar meninggalkan supermarket.
“Kau benar-benar beruntung Cristal” celoteh Lara setelah kepergian pak Hiyo.
“Beruntung apanya? Hidupku saja penuh pergumulan.”
“Dikejar cowok keren seperti Danils, berwibawa dan berkharisma seperti pak Hiyo, terakhir cowo bule kesasar walaupun memakai hoodie tapi roti sobeknya itu loh tetap terasa…” culas Lara.
“Belum juga pacaran dengan Danils tapi sudah diambil Tuhan duluan, sedang pak Hiyo mana mungkin menyukai saya hanya karena terjadi sesuatu atau merasa bersalah jadi seperti itulah…” menjawab pertanyaan Lara. Lagian, teka-teki permasalahanku belasan tahun membuatku tak pernah merasakan yang dikatakan pacaran. Seandainya, Danils masih hidup kemungkinan butuh waktu menyadarkan dirinya tentang hal yang kujalani juga ada beberapa hal yang harus dilalui olehnya jika tetap menyukai diriku. Saya tidak ingin ada penyesalan sepihak baik dari pasanganku maupun diriku sendiri kelak…
“Coba perhatikan postingan akun-akun disini! Semua hanya bercerita tentang roti sobek” Histeris melihat segala jenis wajah pria dari belahan dunia bersama perut kotak-kotak mereka.
“Jangan terlalu histeris memperhatikan objek seperti itu!” tegurku terhadap Lara.
“Kenapa memang?” Lara.
“Bagi sebagian besar bahkan hampir keseluruhan orang menyukai untuk memamerkan bagian kesempurnaan tubuh mereka. Wanita memang mempunyai hobi menjelaskan tentang lekuk tubuh, kulit halus tanpa noda, payudara dan bokong besar merupakan bagian kesempurnaan begitupun sebaliknya para pria…”
“Apanya yang salah memperlihatkan pada dunia tentang kesempurnaan fisik tubuh yang dimiliki?” protes Lara.
“Tidak ada kesalahan memang hanya saja hidup tidak dapat didasarkan melalui pancingan-pancingan seperti ini untuk mengajarkan sesuatu hal bersifat liar bahkan harus berjuang untuk mencari pelampiasan seks.”
Tiap orang mempunyai hak ingin mempunyai bentuk tubuh sempurna, tetapi harus menyadari objek-objek tertentu yang tidak bisa dilanggar. Saya tidak katakan memiliki kesempurnaan tubuh adalah dosa, hanya saja jangan membuat sesuatu melewati batas karena kelebihan maupun kebanggaan dalam diri pribadi. Hidup tidak dapat ditakar melalui jalur memerkan segala jenis bentuk kesempurnaan tubuh sehingga menciptakan jurang kejahatan bagi siapapun. Bukan permasalahan menjelaskan pada dunia kehebatan perut kotak-kotak yang dimiliki merupakan kesalahan terbesar, tetapi jangan terlalu sering memancing. Kenapa? Ada waktunya hidupmu akan hancur akibat tindakanmu sendiri.
“Cristal, tetangga sebelah lagi cari kamu” suara ayah mengagetkan. Hari libur shift kerja adalah hari terbaik berada di rumah seharian. Membayangkan dialog kemarin antara saya dan Lara, setidaknya mengajarkan sesuatu objek tersendiri…
“Tunggu sebentar ayah” segera menjawab ayah kemudian bergegas keluar.
“Viana” terkejut melihat tetanggaku ada disini…
“Kaget yah? Jangan menertawakan saya karena seperti pergi buang kentut saja di daerah orang terus pulang lagi…” ujar Viana diiringi tawa keras…
Itulah kekacauan terbaru bagi tetangga sebelah merencanakan perantauan tetapi balik lagi tanpa hasil. Buang kentut merupakan istilah sang perantau tersingkat disebabkan beberapa hal. Entah bersifat masalah keluarga, tidak mampu menjalani hidup seorang diri, malas, tidak tahan terhadap tempat baru, mental/ fisik lemah, atau masalah lain jauh lebih pribadi. “Kau tahu seluruh pakaian telah saya paking semua dan berpikir tidak bakalan balik ke kota ini” histeris Viana.
“Ternyata?” kalimatku ingin tertawa…
“Ternyata saya hanya buang kentut doang terus balik lagi” Viana. Menceritakan kenapa harus balik kembali ke kota ini adalah semata-mata berhubungan tentang penerimaan pegawai negeri sipil. Alasan ke rumah ingin meminjam mesin scan berhubung miliknya lagi bermasalah. Menurut informasi terbaru jika terdapat jutaan orang sedang berebut hanya demi sebuah status pegawai negeri sipil.
“Banyak juga” 2 kata buat Viana…
“Bukan banyak tapi terlalu banyak” Viana.
Prinsip, pemikiran, konsep, paradigma sebagian besar bahkan keseluruhan masyarakat di Negara ini hanya bercerita tentang menjadi seorang PNS merupakan jalur terbaik buat hidup. Gaji sedikit tetapi menunjang sampai masa tua dengan pekerjaan terbilang biasa saja bagi kalangan beberapa tempat. Terlalu sulitnya mendapat pekerjaan layak membuat jalur PNS adalah hal terbaik. Sekalipun dikatakan berada pada posisi menjanjikan, namun prinsip PNS jauh lebih tertanam dalam kehidupan masyarakat.
“Dapat dikatakan terkesan menyedihkan juga hidup serta impian hampir keseluruhan masyarakat hanya bercerita ingin menjadi PNS” Viana berkata-kata sambil menarik nafas panjang.
“Entahlah” membalas Viana.
“Saya tidak bisa menyerang, mengejek, ataupun menyalahkan para pejuang PNS. Kenapa? Karena sayapun salah satu bagian dari mereka” Viana berusaha merapikan berkas-berkas di hadapannya sekarang.
“Kemungkinan juga hampir keseluruhan masyarakat di Negara ini berpikir jika mereka tidak mempunyai skil selain menjadi pegawai negeri” pernyataan buat Viana.
Sebenarnya ada satu cara untuk mengubah prinsip masyarakat tentang sebuah impian dan tidak hanya bercerita tentang PNS semata. Kelemahan terbesar masyarakat Negara ini adalah tidak mengenal potensi dalam diri mereka pada bidang lain, kurang percaya diri, pengajaran orang tua hanya bercerita tentang dunia PNS semata dari generasi ke generasi, takut untuk berkarya karena penolakan atau objek lain, dan terakhir system kurikulum pendidikan mengalami permasalahan terbesar.
Dapat dikatakan butuh proses besar demi hasil terbaik untuk merubah gaya hidup terlebih prinsip pola pikir masyarakat Negara ini. Pada dasarnya figure orang tua berperan penting menanamkan tentang sebuah mimpi terhadap seorang anak. Berani berjalan, mengambil resiko, jangan menyerah, passion, terus mencoba sekalipun ribuan kali kegagalan membungkus dengan memakai tata bahasa adaptasi bagi sang anak sejak kecil. Terlalu sulit mengajarkan seseorang ketika berada pada usia dewasa, karena pembentukan harus dimulai dari usia kecil.
Permasalahannya adalah sebagian besar mereka yang berperan sebagai orang tua mempunyai tingkat pendidikan rendah sehingga menjadi sebuah benteng pembentukan sang anak. Rata-rata prinsip orang tua adalah menganggap menjadi PNS merupakan pekerjaan terbaik serta dikatakan masa depan terjamin. Mereka tidak dapat menanamkan sesuatu objek berbeda tentang masa depan. Kendala lain walaupun kenyataannya berada pada level pendidikan tinggi tetapi sikap masa bodoh, perceraian, rasa tidak peduli, atau sempitnya wawasan tentang hal seperti ini juga berpengaruh besar bagi bibit itu sendiri. Kekuatan maupun pembentukan fisik mental dapat bermain saat orang tua menyadari perannya.
Objek perhatian terbesar kedua adalah system kurikulum program pendidikan di Negara ini berada pada zona di bawah standar. Bagi pemikiranku pribadi bahwa sejak bangku sekolah dasar, pihak pemerintah harus mulai mencoba menggali maupun membentuk potensi sang anak. Mengutamakan kurikulum pembahasan mata pelajaran paling penting dan berperan kelak ketika menginjak usia dewasa, sedangkan jam pelajaran tidak terlalu penting perlu pengurangan. Beberapa contoh jam pelajaran paling berperan penting kelak matematika, bahasa internasional yaitu bahasa inggris, sains, kegiatan-kegiatan praktek langsung untuk memancing talenta mereka sendiri.
Kegiatan-kegiatan praktek langsung dapat bercerita tentang computer, music, membuat kerajinan-kerajinan tertentu, perkenalan beberapa alat-alat mesin teknologi tanpa membuat tekanan pada sang anak, menjahit, memasak, melatih kegiatan berbisnis maupun management kepemimpinan anak sesuai adaptasi bahasa mereka sendiri. Objek seperti ini memang perlu berada dalam lingkup sekolah baik pihak negeri maupun swasta. Konsep berpikir maupun kualitas pengajar guru harus terbaru bahkan belum pernah diterapkan di Negara manapun. Kenapa? Untuk menghindari sebuah ejekan pihak internasional tentang istilah “Plagiat”. Selain itu mungkin ada kerja sama kombinasi gabungan program luar dan dalam negeri sendiri.
Saya tidak katakan mata pelajaran lain tidak berharga tetapi permasalahan disini adalah membentuk, menumbuhkan, mendidik, memancing potensial sang anak. Jam pelajaran bidang tersebut perlu ditingkatkan dibanding lainnya, kenapa? Seperti yang telah saya katakan bahwa seseorang ketika beranjak dewasa harus menguasai dunia perhitungan maupun bahasa internasional dalam bidang apapun. Masing-masing anak mempunyai daya tangkap berbeda ketika berada di sekolah atau tempat lain sehingga harus dibentuk sejak kecil. Jujur, saya mengalami permasalahan penguasaan bahasa asing. Kenapa? Saya berbeda dengan anak manapun untuk daya tangkap bahasa internasional terlebih ketika berada pada bangku sekolah dasar sama sekali tidak ada pembelajaran seperti ini.  
Minat terhadap bahasa asing sama sekali tidak pernah ada dalam diriku sendiri sampai usia dewasa. Belum lagi system pengajaran yang diterapkan di sekolah ketika usia remaja membuat saya semakin mengalami kesulitan. Zaman sekarang bagi pihak swasta memakai bahasa inggris sebagai objek terpenting standar sekolah bertaraf internasional jauh sebaliknya dengan pihak negeri. Cukup saya dengan pengalaman bahkan mengalami permasalahan bahasa internasional, tetapi ke depan terlalu disayangkan bagi bibit-bibit sekarang. Berpikir logis jauh lebih baik tentang masa depan bibit generasi bukan berarti mereka diajar untuk mengutamakan bahasa asing bahkan membenci bahasa sendiri.
Bahasa Negara digunakan sehari-hari, sedangkan internasional tidak sehari-hari. Pihak pemerintah harus bijak melihat tentang masa depan mereka kelak akan menjadi seperti apa tanpa kemampuan bahasa asing? Penanaman maupun pengajaran bahasa internasional di sekolah bersama sistem-sistem pembelajaran berbeda bahkan lebih ditekankan bukan berarti menghilangkan kebudayaan Negara sendiri. Setidaknya mereka tidak akan pernah dibodoh-bodohi oleh siapapun suatu hari kelak. Jam pelajarannya pun harus lebih ditingkatkan sama seperti bidang matematika. Terlebih system tata bahasa asing dalam bentuk bahasa pendidikan/ bahasa tinggi akan semakin diperbaharui serta mempunyai standar tinggi. Kesimpulannya, mereka akan semakin kesulitan mendapat pekerjaan ataupun menunjukkan tingkat kreatifitas/inovatif dengan standar internasional.
“Sepertinya seorang pelayan supermarket kecil sedang melamun” sebuah suara tak asing lagi pada pendengaran berbisik di belakang…
“Oh my God” mendorong tubuh pak Hiyo seketika hingga terjatuh ke tanah.
“Belum pernah ada seorangpun berani mendorong tubuh pejabat penting Negara seperti dirimu” pak Hiyo seakan menyindir dengan wajah terlihat meringis kesakitan akibat ulahku. Dia membuatku kaget bukan main tengah malam seperti sekarang sehingga spontan tanganku pun reflek mendorong tubuhnya kuat-kuat.
“Bapak hampir mematikan jantung saya seketika karena kaget” reflex membalas…
“Sejak kapan Cristal dapat berucap mematikan jantung?” gurauan pak Hiyo.
Seperti inilah pertemuan kami di tengah jalan gelap bersama sorotan lampu. Ingin tertawa mendengar bahan gurauan tersebut tetapi sesuatu menahannya. Dia hanya merasa bersalah atas insiden saudara kembarnya sampai melenyapkan nyawa. Mencoba mencari topic lain dari pembicaraan kami selain bergurau semata. Bertanya tentang apa yang sebenarnya berada dalam pikiranku sekarang sampai tak memperhatikan sudut jalan malam. Menjelaskan pada point penting permasalahan pendidikan juga kehidupan masyarakat hanya bercerita ingin menjadi pegawai negeri sipil semata.

Bagian 6…

“Saya rasa tidak ada yang salah dengan impian masyarakat hanya bercerita dunia PNS semata” pak Hiyo mencoba mengutarakan pemikirannya setelah mendengar beberapa penjelasanku.
“Jadi hanya itu saja selama ini melayang dalam pemikiran bapak?”
“Menurutmu apa yang saya pikirkan?” balik bertanya ke arahku.
“Entahlah, menjadi pertanyaan peran seorang menteri pendidikan harus bermain pada sudut area seperti apa?” tidak menjawab pertanyaannya kembali melemparkan sebuah pernyataan terbaik menurutku.
“Sudut dan area? Bisa jelaskan perbandingan katanya!” pertama kalinya  pak Hiyo menatap serius tanpa berkedip atau ingin memancing suasana.
“Saya  pikir penempatan perbandingan kata dapat dijawab oleh anda sebagai seorang pejabat bukan diriku hanya berada pada garis kehidupan biasa.”
Apa yang salah dengan ucapanku? Tidak ada kesalahan sedikitpun. Berjalan meninggalkan sang menteri seorang diri di tengah jalan sepi untuk memberinya kesempatan mencerna percakapan tadi. Beberapa hari belakangan dia benar-benar tidak menampakkan batang hidungnya. Permasalahan pembunuhan Danils cukup membuat dirinya terguncang tetapi masih berusaha bersikap tenang. Saya hanya menginginkan dia membuat perubahan di Negara ini dengan jalan mulai membentuk bibit melalui jalur berbeda. Keserakahan, keegoisan, permainan licik politik, kekuasaan, haus darah, kriminal, kemiskinan, pertikaian, saling menjatuhkan bahkan membunuh, dan masih banyak lagi tidak pernah lepas sedikitpun.
“Hai cewek manis” seseorang spontan mencolek wajahku sama seperti…
“Kau” ternyata doaku kemarin terjawab hanya untuk beberapa saat setelah menyadari siapa berdiri di hadapanku sekarang memasang wajah senyum. Bule kesasar itu menyadari tempat tinggalku bahkan tahu segala rutinitas aktifitasku setiap harinya. Jadi, selama ini saya berada dibawah pengawasannya tanpa sadar. Bercerita segalanya kalau adalah seorang penguntit siang malam kemanapun kaki berjalan.
“Saya tahu kegiatanmu setiap hari, tempat kerja, biasa jalan bersama pria aneh, jadwal shift kerja, hanya menghabiskan waktu di rumah kalau libur, dan masih banyak lagi…” tanpa rasa bersalah menceritakan semua itu terhadapku.
“Apa maumu?” berteriak geram lebih dari kata marah.
“Mauku hanya ingin Cristal Ariela Lewi memberi kesempatan menjadi pacar terbaiknya” spontan menjawab tanpa basa-basi. Dari mana dia tahu nama lengkapku? Sebenarnya manusia ini siapa? Cara berpakaiannya terlihat misterius juga menakutkan. Selalu memakai hoodie berwarna biru dipadukan celana jeans sobek kiri-kanan seperti manusia preman berandalan kelas kakap.
“What?” semakin geram…
“Jadi pacarku, understand? Walaupun seorang pria aneh selalu saja mengekor di belakangmu” nada jealous terpancar pada wajahnya. Pria aneh? Jangan-jangan pria yang dimaksudkan adalah pak Hiyo?
“Saya belikan es krim rasa moca buatmu sebagai tanda kita pasti berjodoh” kembali melanjutkan ucapannya. Buat dia tidak ada kata penolakan, mengungkapkan perasaan berarti sudah sah menjadi seseorang paling special. Bersikap pemaksaan level kelas kakap.
“Stop berbicara! Saya tidak mengenalmu” ketakutan melihat sikapnya…
“Love you gadis paling manisku sedunia” berteriak di tengah kerumunan banyak orang tidak jauh dari jalan raya. Bisa-bisa kisahku paling memalukan viral jika berdiri disini terus. Berlari kuat-kuat untuk menghindar merupakan jalan terbaik. Berlari berlari berlari dan terus berlari… demi menghindari sebuah kejadian terkacau…
“Syukurlah, dia tidak mengejarku” menarik nafas kuat-kuat. Jantungku berpacu tidak karuan akibat ulahnya tadi. Pulang kerja harus berjalan kaki menuju halte karena motor rusak, mendapat surprise terburuk di tengah jalan raya sampai wajahku terlihat menyedihkan bersama rasa malu yang tidak bisa diungkapkan hanya melalui kata-kata.
“Cristal, kenapa lari seperti dikejar setan?” tidak kusangka Pak Hiyo juga ikut mengejarku. Betul ucapan bule kesasar itu kalau pak Hiyo juga selalu mengekor. Terkadang tiba-tiba berada di depan sampai membuatku serangan jantung akibat ulah pak Hiyo. Saya pikir dia setan karena cara berbicara terdengar seram seperti setan saja…
“Kenapa bapak selalu membuatku serangan jantung?” hampir saja mendorong tubuh sang menteri untuk kedua kalinya ke tanah.
“Kau terlihat imut kalau dengan nada seperti itu” bahan gurauan sang menteri.
“Stop bergurau!”
“Belum menjawab pertanyaanku, kenapa berlari?” pak Hiyo.
“Saya baru saja dikejar orang kerasukan setan” menjawab sambil mengelus dada terus menerus, sedang bajuku sendiri basah karena mandi keringat. Dia tertawa mendengar jawabanku. Akhir cerita, kami berdua berjalan kembali menuju halte kebetulan pak Hiyo ingin merasakan duduk di sebuah bis. Penyamaran wajahnya benar-benar sempurna sampai tak seorangpun mengenali dia setiap berada di depanku kecuali Lara.
“Beberapa hari belakangan ini saya memikirkan pernyataan yang kau lemparkan kemarin” pak Hiyo memulai pembicaraan setelah kami masih menikmati suasana halte sepi tanpa seorangpun.
“Jadilah seseorang yang berjuang keras demi pemulihan juga perbaikan bangsa ini. Walaupun kenyataannya akan mendapat banyak lawan, serangan, kebencian berbagai pihak, kemunafikan orang-orang di sekitar, penolakan demi penolakan bermain tetapi tetaplah kuat dan terus berjuang.” Entah mengapa pernyataan tersebut terlontar begitu saja buatnya…
“Memperbaiki dan memulihkan Negara ini harus dimulai dari dunia pendidikan, tetapi objek seperti apa yang harus dimainkan dalam bidang tersebut dan jangan asal berjalan.” Melanjutkan kembali kata demi kata…
“Terkadang saya ingin berjalan seperti ucapanmu, akan tetapi saat tertentu seakan terdapat benteng kuat berusaha menghancurkan semuanya” pak Hiyo.
“Bapak hanya belum tahu jika sampai sekarang saya masih berada pada sebuah area paling menyakitkan setiap detiknya buatku. Kenapa? Saya mempunyai mimpi besar dan berada di Negara luar demi mewujudkan semua itu…” ujarku.
“Kenyataannya kau masih saja tetap menjadi karyawan supermarket kecil?” pak Hiyo sadar ucapanku selanjutnya.
“Seperti itulah, hanya saja saya tetap percaya tentang sebuah pernyataan kalau di hadapan Tuhan semuanya mungkin dan pasti, hanya menunggu waktu sekalipun selalu saja jalan tertutup buatku tiap detiknya.”
“Jadi?” pak Hiyo…
“Bapak harus belajar menanamkan harapan pada diri sendiri, semuanya mungkin bagi Tuhan walaupun sekarang ini tidak memperlihatkan hasil sama sekali. Perbaikan pendidikan tidak semudah membalikkan telapak tangan butuh proses dan waktu.”
“Harapan” pak Hiyo seakan ingin tertawa mengucapkan kata tersebut…
“Indonesia punya cerita di tanganmu, tetapi tergantung pribadi untuk membuat sebuah objek tidak biasa bahkan belum pernah ada di Negara manapun.” Kalimat paling tepat bagi seorang pejabat seperti bapak Hideki Yogaswara. Minimal dia menyadari apa yang seharusnya harus dilalui walaupun keadaan berkata lain.
“Langkah, objek, sesuatu untuk dilukiskan kelak bagi Negara” pak Hiyo…
“Semua itu tergantung keputusan, prinsip, karakter kepribadian anda bersama sang presiden bukan orang lain” membalas ucapannya lagi.
“Seiring berjalannya waktu, bapak pasti mengerti tentang beberapa pernyataan saya tadi. Pendidikan merupakan pondasi bagi bangsa ini untuk memperbaiki segala objek rusak di dalamnya. Saya harap mata pelajaran psikologi mulai dimasukkan dalam kurikulum terbaru sekolah dasar sampai jenjang pendidikan tinggi.” Kata-kataku masih berlanjut…
“Kenapa kau berharap tentang tambahan mata pelajaran psikologi bagi dunia anak?”
“Jauh lebih baik dunia anak belajar tentang psikolog seseorang untuk memahami berbagai pribadi karakter banyak orang di sekitarnya. Saya tidak katakan berada pada standar tinggi, tetapi setidaknya mereka belajar sesuai adaptasi bahasa mereka setahap demi setahap.” Menatap ke arah sang menteri bersama sebuah jawaban…
Perkataan tentang sebuah perubahan tergambar jelas pada mulut tokoh-tokoh penting. Pertanyaan sekarang, aplikasi terhadap perubahan itu sebenarnya berada di area mana atau sama sekali tidap pernah diterapkan hanya bersifat teori semata. “Ternyata seperti ini rasanya kalau menunggu di halte kemudian duduk pada sebuah barisan kursi bis.” Kalimat tersebut membuatku tertawa hebat setelah turun dari bis.
“Wajar saja terkadang sulit mencerna beberapa ucapanku” berkata-kata sendiri dalam hati menyaksikan pemandangan sang menteri yang sedang memperbaiki ikatan tali sepatunya. Hal lebih lucu terdengar sekitar gendang pendengaran adalah menyuruhku untuk berada di kantornya setelah kepulangannya dari luar negeri seminggu lagi dengan memakai kemeja rapi. 
Baguslah, minimal selama seminggu sang menteri tak akan mengekor. Seperti biasa tanganku akan mulai memainkan kerboard untuk menulis apa yang terlintas di otakku. Menulis membuatku lupa apapun masalah yang sedang membungkus hidup. Sekali saya tidak membutuhkan ribuan pembaca dalam tulisanku, hanya menginginkan tokoh-tokoh penting juga berpengaruh sebagai pembaca walaupun kenyataannya mustahil terjadi. Apa yang tidak mungkin bagi manusia tetapi mungkin bagi Tuhan.
“Cristal, sudah baca berita utama hari ini belum?” bunyi pesan email Lara mengalihkan perhatianku dari layar laptop.
“Memangnya kenapa?” balasan buat Lara.
“Omg, semua media meliput berita paling hot dan terbaru…” Lara.
“Jangan bertele-tele deh langsung inti!”
“Sang menteri pendidikan alias Hideki Yogaswara sedang menjalin hubungan special dengan putri semata wayang menteri perekonomian…” tulis Lara.
“Kenapa memang?”
“Helo Cristal bukannya selama ini pak menteri selalu cari perhatianmu? Ini sama saja pemberi harapan palsu, keterlaluan” Lara. Menurut berita di media jika anak sang menteri perekonomian merupakan lulusan luar negeri terbaik, pewaris tunggal kekayaan keluarga, cantik, dikenal sebagai seorang jurnalis paling jenius benar-benar sempurna tanpa satu kekurangan sedikitpun. Daranisa Qiandra lebih akrab dengan panggilan Dara bagi siapapun juga. Aneh, selama ini pak Hiyo sangat tertutup akan kisah percintaannya dan sekarang tiba-tiba menjadi konsumsi publik.
Foto mereka berdua selalu menjadi pajangan utama bagi semua media. Para netisen terlihat sangat mendukung hubungan keduanya segera berada di pelaminan tanpa harus menunggu waktu. Kepergian pak Hiyo keluar negeri untuk menghadiri sebuah pertemuan antara Negara bahkan sang jurnalis pun tidak luput mengekor untuk meliput setiap kegiatannya. “Kedua keluarga telah menyetujui hubungan mereka” sebuah kalimat menjadi bagian isi dari halaman salah satu majalah ternama.
Rasa penasaran ingin mengetahui sosok pujaan hati pak Hiyo dengan jalan melihat segala akun milik Dara. Setiap postingan memang pada dasarnya selalu menginspirasi banyak orang. Tidak heran jika sang jurnalis mempunyai belasan juta follower juga sampai jutaan like per/postingan. Gaya bahasa, kalimat, gambar, foto, dan semuanya mempunyai sisi jalur juga ciri khas tak biasa dari semua postingan banyak orang. Jarang memajang foto selfie dirinya kecuali moment tertentu.
“Benar-benar cantik” bahasa paling tepat melukiskan bentuk wajah sang jurnalis. Lara terus saja meneror di tempat kerja dan bertanya perasaanku terhadap pak Hiyo. Tidak ada yang bisa kukatakan sebagai jawaban buat Lara. Sejauh pemikiranku sekarang kalau sang menteri hanya merasa bersalah atas kematian saudara kembarnya bahkan hampir juga melenyapkan nyawaku. Dia berpikir harus menjaga gadis pujaan hati adiknya itu apapun keadaan di sekeliling.
“Hatimu itu terbuat dari apa? Baja atau batu?” pertanyaan lelucon Lara.
“Sebentar, sepertinya ada yang menelponku.” Mencari letak handphoneku dalam tas ketika kami berada pada loker penyimpanan. Mau apa pak Hiyo menelepon jam begini? Waktu jam disanakan sudah pasti mengatakan malam makin larut alias tengah malam.
“Cristal bagaimana kabarmu?” menelepon jam begini hanya untuk menanyakan kabar.
“Jangan percaya pemberitaan media tentangku” pak Hiyo berkata-kata seolah menyadari segala jenis pemberitaan media tentang dirinya. Kenapa juga menjelaskan jika semua berita itu tidak benar?
“Oh, berita tentang hubungan pak Hiyo bersama anak seorang pejabat?” kalimatku.
“Hiyo, acara sudah mau dimulai!” suara seorang wanita seperti tidak asing lagi terdengar melalui saluran telepon. Sambungan telepon tiba-tiba dimatikan olehnya…
“Cristal, coba lihat di TV bagaimana jurnalis itu terus berada di sisi pak Hiyo!” Lara menarik tanganku keras-keras…
“Lara, hubungan mereka bukan permasalahan buatku” menekankan sesuatu.
“Tetap saja pak Hiyo salah dan harusnya jangan memberi harapan palsu kalau akan menikahi wanita lain” Lara.
“Pak Hiyo hanya merasa bertanggung jawab atas insiden pembunuhan kemarin, jadi jangan berpikiran negative tentangnya.” Lebih menjelaskan permasalahan sebenarnya terhadap Lara dibanding terus saja menyalahkan sang menteri. Saya sama sekali tidak bermimpi tentang menjalin sebuah hubungan terhadap seorang pejabat penting. Terlalu munafik jika saya berkata tidak pernah memimpikan berjalan dengan seseorang, menikah, mempunyai anak, dan hidup bahagia. Hatiku juga mengejar kehidupan bahagia seperti itu sampai akhirnya hidupku terus berjuang ingin memecahkan masalah teka-teki belasan tahun kemarin.
Merindukan karyaku menjadi rebutan banyak Negara kelak, walaupun kelihatan tidak mungkin bahkan akan menjadi bahan tertawaan banyak orang tetapi bagi Tuhan semua itu mungkin. Saya juga ingin menikah dengan seseorang asalnya dari Tuhan juga menerima kekuranganku seperti apapun bentuknya. Demi mencapai keinginan hati, otakku berpikir keras bagaimana jalan memecahkan sesuatu yang sedang terjadi denganku kemarin.
“Gadis manis uuuuppppssss salah maksudku pacarku paling manis” Aldrich tiba-tiba berdiri di depan sambil mencubit wajahku. Menyodorkan ice Cream langsung ke mulutku tanpa permisi…
“Kau jorok” menepuk keras lengan Aldrich. Bagaimana tidak ice cream bekas gigitan mulutnya di bawah masuk ke mulutku dengan paksa.
“Inikan jenis pacaran paling romantis walaupun hanya berada di supermarket kecil” tersenyum sendiri tanpa rasa bersalah sedikitpun.
“Saya bukan pacarmu, ngerti?” rasa kesal…
“Tapi saya tetap menganggapmu sebagai pacarku paling manis sedunia” tetap tersenyum kembali memasukkan ice cream ke mulutku…
“Jorok” berlari menuju wastafel untuk membersihkan sekaligus membuang segala isi dalam mulutku. Kisah macam apa perjalananku sekarang? Sang menteri merasa bersalah hingga tetap berjuang melindungiku di sampingnya, sedang seorang pria bule memberi kekacauan bersama tingkah aneh. Aldrich dan Danils memiliki persamaan karakter sebelas dua belas dari segi apapun kecuali bentuk wajah. Bukan saudara kandung tapi sifat sama, jauh berbeda dengan pribadi pak Hiyo.
Aldrich setiap hari datang membawa tingkah terkacau dalam dirinya. Memakai hoodie berwarna biru dikombinasikan celana jeans sobek merupakan ciri khas terbaiknya. Bersikap jahil tanpa rasa berdosa sedikitpun membuatku semakin geram. “Berhenti mengikutiku!” berteriak keras seketika…
“Kenapa memang? Kita berdua menjalin hubungan jadi harus terlihat romantis” seperti biasa mencubit pipihku bersama senyuman usilnya.
“Saya ada janji dengan seseorang sekarang”
“Jangan bilang mau bertemu pria kacau itu?” Aldrich terlihat cemburu berat…
“Sebenarnya siapa pria kacau disini? Dia atau dirimu?” tertawa sinis…
“Dia tidak bisa memilih nama siapa lebih berharga di hatinya, berbeda denganku sudah pasti dirimu” Aldrich.
“Saya tidak mengenalmu, jadi pulanglah ke Negara asalmu!” mencoba berbicara perlahan agar dia mau mengerti keadaan saya sekarang. Manusia bule aneh, pelit, perhitungan, jorok, menyebalkan lebih tepat buat untuk melukiskan karakternya.


Bagian 7…

Sia-sia saja mulutku berbusa menyadarkan dia tetap bersikeras bertahan untuk mengejar seorang karyawan supermarket kecil. Menjadi analisa dialog buatku sekarang adalah kenapa dia bisa mengetahui keberadaan pak Hiyo…
“Saya pantang menyerah dan akan terus berjuang mengejar dirimu apapun yang terjadi” perkataan aneh keluar lagi.
“Kalaupun harus keluar dari Negara ini berarti membawa dirimu sebagai istri terbaik. Deal?” sengaja menampakkan mimic wajah menggemmeskan ala-ala Korea. Entah dari mana dia belajar hal-hal berbau K-pop. Menurut perkiraan dunia barat tidak terlalu menyukai K-pop terlebih atau apapun yang menggambarkan objek seperti itu.
“Bule gila” pertama kali keadaanku berubah menjadi geram terhadap seseorang.
“Tapi cool dibanding pria aneh yang terus saja mengekor seperti cacing kepanasan.”
“Bule aneh. Berarti kau menyadari identitas pria yang selalu bersama denganku?”
“Tentu saja. Dia seorang pejabat, belum menikah, punya senyum aneh, adiknya meninggal karena sebuah insiden tapi public belum menyadari, sekarang menjalin hubungan dengan anak pejabat penting tetapi juga mencari perhatianmu.” Siapa Aldrich sebenarnya sampai mengetahui sampai ke akar-akar identitas pak Hiyo.
“Kau menyadari kasus pembunuhan kemarin?” Sejauh yang kuperkirakan pak Hiyo berusaha menutup keras berita kematian Danils depan publik. Wajah tenang menteri pendidikan mengelabui semua orang akan banyak hal dibalik dunia para pejabat.
“Pertanyaan berikut yang ingin kulempar, kenapa berusaha menutupi kasus pembunuhan adiknya? Kenyataan kemarin seharusnya dia yang mati bukan saudara kembarnya…” dari mana Aldrich menyadari semua peristiwa kemarin. Pikirku dia hanyalah bule gila, narsis, jorok, bodoh tapi diluar dugaan…
Dia seperti seorang detektif menyadari setiap pergerakan orang di sekitarnya. “Apa pekerjaanmu? Penguntit, pembunuh, atau apa? Penasaran” kata-kata kasar terbaik buat dia.
“Kasar amat bicaranya. Hati-hati dari benci bisa jadi cinta” mencolek wajahku seketika.
Ucapan dia ada benarnya juga dan jangan sampai saya benar-benar membenci dirinya. “Aduh, mau pipis” tawaku meledak mendengar sebuah istilah. Sejak kapan cowok bule terdengar lebay juga memakai kata-kata manja seperti ini. Akhir cerita, dia berlari mencari toilet atau sejenisnya. Minimal saya bisa terbebas untuk sementara dari manusia seperti itu.
Saya harus berada di kantor pak Hiyo demi menepati janji. Entah apa maksud menyuruhku bertemu dengan pakaian formal di kantornya setelah kembali dari luar negeri. Berjalan buta-buta memasuki salah satu gedung pencakar langit di ibukota. Bertanya terhadap salah satu resepsionis ruang sang menteri. “Ibu Cristal?” walaupun umurku sedikit melampaui batas tetapi saya tidak suka dipanggil dengan sebutan seperti ini. Kenyataan sekarang adalah pak Hiyo telah memberi tahu bawahannya untuk mengantar saya ke sebuah ruangan.
“Maaf bisa menunggu sebentar, Sepertinya bapak sedang berbicara bersama salah satu tamu penting?” menyuruhku untuk menunggu di luar beberapa saat lagi.
“Tidak apa-apa” segera mencari kursi, sementara bawahan pak Hiyo sendiri berjalan meninggalkan saya seorang diri. Hal mengejutkan terdengar suara seseorang memukul meja dengan cukup keras dari ruang tersebut. Seakan terjadi pertengkaran cukup hebat antara pak Hiyo dan seseorang di dalam. Penasaran mulai bermain sehingga memberanikan diri mengintip pada sebuah celah pintu…
“Pikirkan baik-baik karir politikmu andai kata kau menikahi putri tunggal pak Radika” kata-kata penuh penekanan seorang pria yang sedang berada dalam ruangan tersebut.
“Pernikahan bukan permainan” kalimat tegas pak Hiyo.
“Saya ingin melihat anak terbaik buatku menjadi presiden kelak apapun caranya” ternyata tamu penting yang dimaksud adalah ayah kandung pak Hiyo sendiri.
“Karena itu ayah tegah berbuat keji sampai mengorbankan Danils?” wajah pak Hiyo sangat merah…
“Semua itu terpaksa dan tidak ada jalan lain selain mengorbankan Danils dibanding nyawamu sendiri harus melayang.” Pertama kali mendengar ucapan seorang ayah haus kekuasaan sehingga menghancurkan kehidupan anak kandung sendiri.
“Susunan pernikahan politik terbaik seorang ayah memang menarik ya?” senyum sinis pak Hiyo.
“Dara kurang apa coba? Cantik, pintar, lulusan terbaik, pewaris tunggal, terkenal, terlalu sempurna untuk ukuran pria manapun dan hal paling penting adalah dia benar-benar menginginkanmu berperan sebagai seorang suami kelak.”
Saya baru menyadari bagaimana cerita dibalik kehidupan pribadi menteri pendidikan. Tidak dapat berkutik ketika sang ayah membuat sebuah penekanan keras tentang sebuah pintu. Pak Hiyo menutup rapat kasus pemberitaan kematian Danils karena pembunuh sebenarnya adalah ayah kandungnya sendiri. Tatapan mata Danils tidak pernah bercerita pergumulan beban hidup juga kebencian. Kenapa saya selalu saja melemparkan beberapa nada menyakitkan sewaktu Danils masih bernapas? Andai kata waktu dapat diputar kembali tentu saya akan berjuang membuatnya melupakan tiap rasa ketidakadilan dari seorang ayah.
Berjalan perlahan-lahan tanpa menimbulkan bunyi sebelum ketahuan jika saya menyadari dialog pembicaraan mereka. “Maaf” berusaha mengambil semua barang-barang yang telah kujatuhkan. Menghindari masalah justru menabrak seseorang sekitar pintu lift kantor. Terus menunduk tanpa melihat wajah siapa di depan sekarang…
“Apakah saya bisa meminta tanda tangan ibu Dara langsung?” mendengar seorang wanita menyebut nama tidak asing lagi bagi kalangan masyarakat luas. Membuat barang-barang seorang wanita terkenal berhamburan dimana-mana karena ulahku. Buket bunga, tas, kotak berisi beberapa guntingan kertas kecil menyebar memenuhi lantai.
“Tentu boleh” jawaban wanita cantik alias calon pendamping hidup pak Hiyo. Dia tidak terlihat marah sedikitpun karena ulahku tadi. Tetap selfie manis dengan salah satu pegawai kantor pemerintah tanpa melihat ke arahku dengan nada kesal.
“Saya tahu kau tidak sengaja, jadi jangan merasa bersalah” menatap sambil duduk membungkuk bersama senyuman khas sang jurnalis. Membantu memasukkan potongan kertas-kertas tersebut kembali dalam sebuah kotak.
“Sekali lagi maaf” membungkukkan badan meminta maaf setelah barang-barangnya kembali seperti semula. Apa yang salah dengan pernikahan politik jika dengan kepribadian seperti Daranisa Qiandra?
“Berhenti meminta maaf!” kata-kata terakhir kemudian berlalu meninggalkan saya seorang diri sekarang. Wajah lesuh, letih, kusut, kusam berjalan di tengah keramaian kota seorang diri tanpa kendaraan roda dua menemaniku sepanjang waktu. Kebetulan si’biru lagi perawatan di bengkel jadi mau tidak mau harus jalan kaki.
Pertanyaan sekarang apakah Dara menyadari maksud orang tua mereka ingin menjalin hubungan serius? Media makin gencar memberitakan hubungan antara Dara dan pak Hiyo. Ternyata potongan-potongan kertas kecil dalam sebuah kotak kemarin digunakan sebagai bentuk perayaan ulang tahun ayah dari pak Hiyo bersama buket bunga. Senyum bahagia nampak jelas bercerita pada wajah Dara ketika berada di samping pria pujaan hatinya.
“Cristal harus sabar yah” Lara memeluk diriku menunjukkan rasa simpatik…
“Memang saya harus sabar kenapa?” tak mengerti alur pikiran Lara.
“Astaga Cristal, jelas-jelas pak Hiyo sudah memberikan harapan palsu juga mempermainkan perasaanmu masih bertanya kenapa” Lara berteriak tidak percaya.
“Biasa saja” sikap cuek membalas Lara. Seperti biasa kami berdua selalu satu jadwal shift kerja sampai sekarang. Membersihkan lantai, mengepel, mengatur barang-barang masuk, mencatat setiap harga produk paling diminati, dan lain-lainnya. Lara hanya tidak tahu permasalahan besar yang sedang terjadi ketika berada dibalik media bagi dunia pejabat maupun tokoh-tokoh tertentu. Tentu Lara terus memantau perkembangan hubungan maupun informasi seputar kehidupan pribadi pak Hiyo. Dia tidak akan pernah tahu pertengkaran yang sedang terjadi kemarin antara ayah dan anak sebelum acara perayaan ulang tahun sang menteri.
Seorang ayah haus kekuasaan ingin menjadi nomor satu melalui kedudukan anaknya. Melakukan apa saja demi mendapat kursi tersebut dengan menjadikan sang anak sebagai orang nomor satu di Negara ini. Wajar saja setiap ucapanku kemarin butuh proses panjang agar dapat dicerna olehnya. Masihkah kata bijak berbicara dalam diri pak Hiyo terlebih jika ketika menjadi seorang presiden kelak? Dugaanku salah kalau dia dapat menghancurkan segala objek rusak demi pemulihan bangsa dan negaranya sendiri.
“Saya duluan pulang” bergegas mengambil tas pada sebuah loker…
“Cristal berhenti!” Lara menghadang…
“Jangan menghalangi jalanku, minggir!” menghentikan aksi Lara.
Bekerja lembur hari ini membuat seluruh tubuh menjadi pegal. Mengunjungi pasar malam tempatku menghabiskan waktu bersama Danils sebelum pulang ke rumah jauh lebih baik. Tersenyum sendiri mengingat setiap momen tawar menawar antara Danils dan penjual. Selalu curhat tentang cara dia belanja melalui proses panjang demi mendapat harga diskon di pasar. Menciptakan tawa tiap waktu sementara dirinya sendiri butuh penghiburan. Andai kata waktu dapat diputar kembali.
Tuhan, ampunilah Cristal sebab dirinya tidak tahu tentang apa yang dilakukannya. Amin” tertawa mengingat bahan lelucon Danils. Memang benar jika saya tidak pernah tahu luka yang dibuat oleh sang ayah begitu sulit untuk dibalut oleh siapapun.
“Cristal” tanpa sadar pak Hiyo berjalan di belakangku…
“Mau makan?” pertanyaan pak Hiyo setelah beberapa menit saya tetap diam seribu bahasa ketika berbalik ke arahnya.
“Kau belum menjawab pertanyaanku” sekali lagi pak Hiyo berkata-kata.
“Saya ingin Danils kembali” suara hati berbisik di dalam tetapi terlalu sulit mengungkapkan semua itu terhadap seorang menteri pendidikan seperti dirinya. Mengepalkan tangan erat-erat di belakang tanpa sepengetahuan pak Hiyo.
“Kalau diam terus berarti yah” memegang tanganku kuat membawanya keluar dari pasar malam. Diam membisu sepanjang jalan merupakan hal terbaik. Tidak lama kemudian kami berada di sebuah restoran besar…
Dia tidak menyadari kalau saya mendengar pertengkaran yang sedang terjadi kemarin. Saya juga menabrak tunangannya sampai membuat semua berhamburan ke lantai. Sesuai pemberitaan media acara ulang tahun ayah pak Hiyo dirangkaian sekaligus dengan pertunangan bersama sang jurnalis. Memesan makanan dalam hening tanpa berbicara satu katapun.
“Ayo makan!” masih berusaha memamerkan senyumnya, tetapi hati berkata lain.
“Kenapa kau tidak datang kemarin?” pembicaraan di sela-sela menikmati beberapa dissert depan kami. Seperti itulah menikmati hidangan makanan tanpa bicara memang jauh lebih menyenangkan.
“Saya datang kemarin tapi perutku tiba-tiba sakit” menjawab pertanyaan tersebut setelah terdiam lama sejak di pasar malam tadi.
“Terus kau pulang?” nada kecewa terpajang pada wajahnya.
“Kenapa bapak menyuruh saya kesana?”
“Saya hanya ingin kau bekerja denganku sekaligus berperan sebagai sekertaris” pak Hiyo.
“Kalau saya menolak?” pandangan serius...
“Kalau saya tetap berjuang sekalipun kau menolak?” pertanyaan balasan…
“Maksud bapak memang baik tapi sepertinya saya lebih menyukai tempat kerja sekarang” kata-kata tersebut mengalir begitu saja. Berdiri dari sebuah kursi kemudian berjalan keluar secara perlahan meninggalkan seorang pejabat negara sendirian. Tiba-tiba saja seseorang menarik tubuhku masuk dalam pelukannya…
“Jangan pergi, kumohon” dekapan hangat pak Hiyo sedikit mengejutkan pada hal saya sudah hampir keluar dari pintu restoran.
“Pak Hiyo” berusaha lepas…
“Kumohon, biarkan seperti ini beberapa saat” semakin mendekap erat tubuhku tanpa seorangpun menyadari indentitas dirinya di sekeliling kami. Seakan terdapat sebuah beban besar terus saja berdiam dalam dirinya bahkan diam membisu.
Membiarkan diriku terus berada dalam dekapannya tanpa berjuang kembali untuk melepas. “Hiyo” nada kecewa seorang wanita menyebut namanya. Saya pikir tidak akan ada seorangpun mengenali wajah sang menteri karena jenis pakaian yang dikenakan terlebih topi sebagai penutup kepala sekaligus wajah. Di luar dugaan, tunangan sendiri mendapati dirinya mendekap wanita lain.
“Dia siapa?” pertama kali melihat wajah cantik jurnalis terkenal meneteskan air mata.
“Dia Cristal” menjawab pertanyaan Dara sambil melepas diriku dari pelukannya.
“Kau menyukai dia?” Dara kembali bertanya di tengah air mata yang sedang mengalir deras. Kami bertiga berdiri diam membisu saling berhadapan seperti patung tidak jauh dari pintu restoran selama beberapa saat. Pak Hiyo tidak dapat menjawab pertanyaan Dara, sedangkan diriku sendiri diam membisu seperti manusia bodoh penghancur hubungan orang.
“Saya bukan pacar pak Hiyo…” mulai mengangkat suara.
“Tapi…” pak Hiyo berusaha memotong ucapanku.
“Kau gadis yang menabrakku kemarin kan?” Dara mengingat insiden kejadian kemarin. Wanita mana tidak terpukul melihat tunangan sendiri bersama orang lain sehari setelah acara pertunangan. Saya pasti akan kecewa andaikan berada di pihaknya. Kekacauan lebih parah lagi adalah beberapa wartawan menyaksikan sebuah drama, kenapa? Karena wajah dan stylish sang jurnalis dapat terbaca dengan mudah.
Seseorang berhasil menarik tanganku kemudian membawaku keluar dari kerumunan para wartawan. “Jangan melihat ke belakang, setidaknya kakimu harus terus berlari” Aldrich berkata-kata seakan tidak ingin membuatku melihat sesuatu yang sedang terjadi di belakang. Memakaikan sebuah topi pada kepalaku, untung saja wajahku tertutup rambut minimal para wartawan tidak akan mengenali diriku.
“Makasih” ujarku terhadap Aldrich setelah kami berhasil keluar…
“Memang seperti itulah tugasku harus selalu melindungi pacar sendiri” dia mulai lagi bertingkah, minimal saya berhasil keluar dari kerumunan banyak orang. Kenapa juga masih banyak orang berkumpul malam-malam begini? Pemberitaan media begitu cepat berita tentang hubungan yang sedang terjalin antara salah satu pejabat tinggi dan seorang gadis di luar sana. Foto saat pak Hiyo memelukku menyebar ke seluruh tempat terlebih media social. Sampul gambar kami menghiasi halaman utama majalah maupun Koran-koran hanya dalam hitungan jam. Berbagai kecaman, kata-kata kasar, hujatan mulai dilontarkan para netisen.
“Apa sih yang kurang dari tunangan bapak? Kenapa bisa selingkuh separah itu?” pertanyaan salah satu netisen pada sebuah postingan.
“Ka’Dara harus sabar. Tuhan itu tidak buta dan tidak tidur” sebuah komentar sekitar akun milik Dara. Banyak orang ikut prihatin melihat postingan-postingan ditayangkan oleh banyak media. Komentar demi komentar membanjiri akun sang jurnalis, dimana senyum kebahagiaan terpancar melihat sebuah cincin melingkar pada jari manisnya dan diabadikan melalui sebuah postingan.
“Menurut berita sih, wanita murahan itu hanya karyawan kecil di salah satu tempat tapi tidak tahu dimana…”
“Punya cermin di rumah tidak? Sudah miskin, jelek, hancur, rebut laki orang lagi.”
“Jarak juga seperti langit dan bumi masih pergi menggoda laki orang.”
“Saya rasa pak menteri tidak bersalah, wanita itu saja yang gatalnya minta ampun terus mengejar.”
“Cantik, jenius, lulusan sekolah terbaik, berpendidikan, terkenal, pewaris tunggal, baik hati, murah senyum malah dibuang terus lebih milih perempuan sampah.”
“Ini namanya tolol plus otak dangkal lebih milih kotoran anjing dari pada mengambil sekotak berlian. Pak menteri punya otak gak sih?”
“Kalau saya jadi ka’Dara sudah pasti tuh perempuan rambutnya kubotakin sekalian.”


Bagian 8…

Saya pasti bisa menjalani pintu sekarang sekalipun keadaan sekali lagi tidak pernah berpihak terhadapku. “Hanya komentar-komentar negative bukan berarti kehidupanku hancur” berkata-kata pada diri sendiri setelah membaca segala jenis reaksi kecaman para netisen. Hidup harus terus berjalan apapun keadaan sekarang. Hal pertama yang akan kulakukan ketika masalah menghimpit adalah berada depan layar laptop dan menulis untuk melupakan semua memory terburuk. Memberikan penghiburan tersendiri saat beban demi beban bermain secara bersamaan.
“Cristal sejak tadi HPmu bunyi terus di ruang tamu” ayah mengetuk pintu kamar.
“Tunggu sebentar ayah” segera berjalan keluar menuju ruang tamu. Ternyata ratusan panggilan tak terjawab ketika membuka layar android milikku. Saya sama sekali tidak mendengar nada panggilan sejak tadi.
“Bagaimana mau dengar panggilan masuk kalau HP digetarkan seperti itu terus ditinggal lagi di ruang tamu” tegur ayah menggeleng-gelengkan kepala...
“Malam sudah larut begini kenapa masih saja menelepon?” sekali lagi ayah berkata-kata. Izin tidak masuk kerja selama beberapa hari merupakan jalan terbaik buatku sekarang. Beruntung saja atasanku mau mengerti tanpa harus bertanya macam-macam. Ayah juga tidak tahu tentang masalahku dan saya akan berusaha menutup serapat mungkin. Pak Hiyo terus saja melakukan panggilan masuk tapi tak kuhiraukan. Non aktifkan android jauh lebih baik sepertinya demi kebaikan bersama.
Ada begitu banyak pesan masuk ketika androidku mulai aktif kembali. Pak Hiyo terus saja mengirim banyak pesan dan hal itu benar-benar mengerikan. “Kau pasti membenciku, setidaknya saya ingin mendengar kalau dirimu baik-baik saja walau terlalu sulit mengungkapkan kalimat seperti itu.” Haruskah saya tertawa sinis membaca bunyi pesan WA darinya.
“Jangan berpikir tentangku, lebih baik bapak memikirkan cara memperbaiki hubungan pertunangan pertunangan yang baru saja rusak karena kesalahpahaman” balasan pesan…
Hidup masih berjalan bukan akhir cerita kisahku selama suara hati berteriak histeris agar tetap berlari apapun situasi sekarang. Cristal punya cerita ketika melewati sebuah pintu untuk mengungkapkan sebuah kekuatan hidup. Tuhan, ajarkan hidupku untuk belajar mengerti bahkan tidak menjadi histeris karena kemarahan terhadapMU. Beruntung saja mereka tidak mengenal wajahku karena kejadian tersebut sehingga saya masih dapat bebas berjalan keluar. Semua orang di sekitar mencibir, memaki, menghujat, mengutuk, menyerang, histeris marah melihat gambar seorang wanita berada dalam dekapan sang menteri. Berusaha mencari identitas maupun wajah asli wanita yang sekarang sedang berperan sebagai penghancur hubungan pejabat tinggi.
“Kau gadis itukan?” seorang pria paruh baya mendekat ke tepi jalan tempat saya berdiri saat ini. Bagaimana bisa ayah kandung pak Hiyo dapat mengenali wajahku juga menemukan keberadaanku sekarang.
“Maksud bapak?” pura-pura tidak mengerti maksud ucapan beliau. Beberapa anak buahnya menarik paksa diriku masuk ke dalam mobil ayah kandung salah satu pejabat terpandang di Negara ini. Mungkin beliau takut banyak orang akan mengenali wajahnya seketika bahkan menjadi ancaman bagi karir anak kandungnya.
“Selera Hiyo benar-benar rendah” memandang rendah…
“Bapak hanya salah paham” berusaha meluruskan keadaan.
“Salah paham bagaimana? Jelas-jelas foto bercerita lebih kacau anak saya menjadi manusia pembangkang karena gadis rendah seperti dirimu” pertama kali mendengar penghinaan terberat keluar dari mulut seseorang…
“Saya bukan gadis rendah seperti bapak pikirkan” nada suaraku meninggi.
“Antara kau dan Hiyo bagaikan langit sama bumi, jangan berharap tinggi. Cari yang selevel denganmu, ngerti?” sesuatu menyakitkan bahkan menusuk kuat…
“Tuhan, terimah buat setiap ucapan penghinaan terlempar keluar buatku seorang” bisikan hati berteriak kuat di dalam walaupun menyakitkan jauh melebihi apapun.
“Saya rasa uang ini cukup” menyerahkan sebuah koper berisi sejumlah uang…
“Jangan rusak citra keluarga Yogaswara karena kelakuan busukmu!” melanjutkan lagi kata-kata penekanan tentang citra martabat keluarga terpandang.
“Saya pribadi mengucapkan banyak terimah kasih untuk setiap ucapan terbaik keluar dari mulut anda. Tenang saja, saya tidak akan mengganggu anak anda” membuka pintu mobil dan bergegas keluar meninggalkan beliau.
Memilih meninggalkan ibukota untuk sementara waktu adalah keputusan terbaik bagi masalahku sekarang. Menenangkan pikiran, berusaha melupakan ucapan-ucapan mengutuk hanya karena suatu kesalah pahaman… “Saya pasti menemukan dirimu bagaimanapun kau berlari” dia selalu saja berlari mencari keberadaanku. Menikmati suasana sungai di kampung kecil, entah untuk menjauh atau sekedar menenangkan diri. Saya tidak mengerti kenapa pak Hiyo selalu saja berjuang menemukan tempatku berdiri. Dia hanya merasa bersalah karena peristiwa pembunuhan kemarin dan cerita rasa ketidakadilan seorang ayah bagi dunia Danils. Suara hatinya ingin melawan tetapi tidak bagi tubuh sendiri seakan tak berkutik ketika berdiri tegap di hadapan sang ayah.
“Kalau bapak benar-benar ingin melihat saya bisa berjalan, jangan berusaha melakukan apapun atau berlari juga berdiri di hadapanku” pernyataan untuk menyelesaikan masalah ini. Di luar sana ada seorang wanita menangis histeris menginginkan dia datang membalut luka yang dibuat sendiri olehnya.
“Keadaan membuat jalanku sendiri tak berkutik, walaupun semua orang menilai sosok pribadi dengan penuh charisma adalah diriku.” Sepasang bola matanya berkata tentang sulitnya memilih jalur salah dan benar untuk dilalui.
“Di satu sisi dirimu tidak dapat berkutik bahkan diam seribu bahasa oleh suatu objek tertentu, namun kenyataannya di sisi lain matamu berbicara jika kau dapat menghancurkan segala jenis benda perusak dan membawa Negara ini dalam sebuah pemulihan.” Entahkah dia menyadari bagaimana saya mendengar kata demi kata menuntut kekuasaan dan harus dicapai kelak apapun resiko didepan. Walau semua hal tidak sesuai hati nurani, jalani segala sesuatu demi sebuah kursi adalah makna terselubung dialog pembicaraan antara dia dan ayah kandungnya sendiri.
“Saya ingin hidup seperti orang lain” kalimat pak Hiyo seolah tak ingin terlahir sebagai pejabat terpandang serta menjalani hidup seperti sekarang.
“Seandainya bapak bisa mengenal sebuah jalur yang harus dilalui oleh seorang pejabat suatu hari kelak, saya masih berharap tanganmu menyatakan proses serta menghancurkan segala objek rusak sekalipun mengorbankan orang terdekat sendiri.” Saya hanya ingin dia bisa terus berjalan walaupun sang ayah harus mendekam dalam jeruji penjara.
“Lupakan semua tentangku demi kebaikan bersama” sekali lagi berkata-kata…
“Cristal”
“Jangan melihat ke arahku bagaimanapun cerita hidupmu sekarang dan kelak” permohonan terakhirku terhadapnya…
Siapa pernah menduga perkenalan dengan seorang pejabat penting berakhir bersama kasus mengerikan. Dia berjalan meninggalkan sungai tanpa ingin berbalik kembali untuk melihat  ke belakang. Pernyataanku cukup mudah dicerna olehnya sehingga dia mencoba membuat keputusan untuk tidak melihat kembali ke arahku. Menikmati kesendirian bersama hembusan angin sejuk di tepi sungai pedesaan. Terlintas dalam benak ingin berhenti bekerja dan menjalani kehidupan jauh dari keramaian perkotaan.
Berhenti bekerja adalah keputusan paling tepat setelah berpikir penuh selama beberapa hari kemarin. Awalnya Lara juga bos sangat marah atas keputusan tersebut, tapi saya tidak punya pilihan lain. Tuhan, apakah jalan masih terbuka buatku untuk berkarya di sebuah Negara besar di luar sana kelak? Terdiam disini bukan berarti semua mimpi berakhir dan pasti ada jalan keluar untuk mengejar…
“Jika ingin menangis, setidaknya kau menangis dalam dekapanku” seorang pria tiba-tiba duduk di sampingku. Setelah pak Hiyo berhasil menemukan keberadaanku, sekarang dirinya…
Membawaku masuk dalam dekapan hangat dan membiarkan bajunya basah oleh karena air mata yang tak ingin berhenti. Pertama kali menangis depan seseorang bahkan meluapkan banyak hal melalui air mata. Danau, pohon-pohon, suara alam, kicauan burung, barisan bebek sebagai saksi bagaimana saya benar-benar rapuh bahkan terlihat lemah tanpa kekuatan sedikitpun. Histeris dalam tangisan, itulah keadaanku sekarang…
“Saya tahu sejak dulu kau berusaha menahan diri untuk tidak menjadi histeris karena tangisan…” semakin kuat membawaku dalam dekapannya.
Bule kesasar yang kukenal kemarin berbeda jauh berbeda ketika mengungkapkan kata-kata. Entah sejak kapan dia mengenalku, tapi kenyataan tidak dapat disangkal jika saya sedang menangis histeris dalam dekapannya. Hanya membiarkan air mataku terus mengalir tanpa henti merupakan sejarah pertama buat hidupku sendiri. “Sejak dulu saya ingin berada di dekat seorang gadis introvert bernama Cristal Ariela Lewi” kata-kata tersebut menghentikan tangisku seketika…
“Saya dapat mengenal pribadi seorang Cristal melalui tulisannya” seakan tahu makna tatapan buat dia. Awal cerita dimulai ketika Aldrich membaca sebuah caption pada salah satu post media social milikku yang bercerita tentang irama langkah melewati suatu petualangan tertentu. Bercerita jika dia berani membayar seorang penerjemah untuk menerjemahkan tulisanku. Sejak saat itu dunia Aldrich berjuang keras untuk belajar bahasa negara ini. Diam-diam memperhatikan setiap postingan dari akun media social milikku tanpa rasa bosan.
“Saya berani berjalan buta-buta meninggalkan pekerjaan dengan tujuan bertemu gadis introvert.” Seperti ingin menertawakan diri sendiri, kenapa? Orang lain menyadari karakter kepribadianku tetapi saya sendiri tidak menyadari semua itu. Pikiranku berkata jika menyukai kesendirian dan berada di tempat sepi merupakan hal biasa, tetapi ternyata tidak bagi banyak orang.
“Ingin membuatmu tersenyum, menjadi teman, melakukan banyak hal merupakan mimpi besar buatku jauh berbeda kan dengan mimpimu” tersenyum ke arahku sambil memperbaiki anak rambut yang basah karena tangisan sejak tadi. Kenyataan yang dia dapat setelah berhasil menemukan alamat rumah juga tempatku bekerja adalah seseorang jauh lebih dulu berhasil berdiri di hadapanku.
Hanya bisa melihat di tempat tersembunyi bagaimana Danils selalu saja bercerita banyak hal serta melukiskan sesuatu melalui kata-kata. Berdiri tidak jauh dari supermarket menatap masuk ke dalam. Terus saja mengekor di belakang seperti obat nyamuk tanpa sepengetahuan siapapun terlebih diriku setiap saat untuk segala kegiatan yang kulakukan. Baik ketika berada di sekitar pasar malam, jembatan, pinggir jalan, warung makan kecil, gerobak bakso, supermarket dia selalu mengawasi bahkan mencari tahu tentang banyak hal. Sampai peristiwa kematian Danils terjadi…
Pada saat itu sebenarnya tembakan pistol juga akan di arahkan terhadapku tetapi seorang Aldrich berusaha mengalihkan perhatian mereka sehingga tidak terjadi sesuatupun denganku. Dia menyelamatkan nyawaku, menelpon polisi juga ambulans, mengangkat tubuhku ketika pingsan di tempat kejadian beberapa menit setelah Danils meninggal. Mendengar percakapan dialog yang sedang terjadi antara saya dan pak Hiyo merupakan rutinitas terbaik Aldrich. Singkat cerita, dia belajar menjadi seorang Danils hanya demi menarik perhatian Cristal Ariela Lewi.
“Setidaknya saya mencoba berjuang dari pada tidak sama sekali untuk membuatmu tersenyum” penjelasan seorang Aldrich. Haruskah saya tertawa mendengar atau sebaliknya terharu menyaksikan perjuangan seseorang?
“Pantas saja” membalas ucapan Aldrich. Dia benar-benar mirip Danils jika dilihat dari sudut manapun hanya perbedaan wajah saja.
“Saya tetap menganggapmu sebagai pacar sekalipun tidak pernah diakui sama sekali” mencubit wajahku seketika. Penyakit terkacaunya datang lagi seperti biasa.
“Kau ingin saya mengakui perjuanganmu?”
“Tentu saja pacarku paling manis” Aldrich.
“Lupakan” berjalan pulang meninggalkan dia seorang diri. Saya ingin mencoba memulai kehidupan baru tanpa keributan kota di pedesaan sekarang. Beruntung saja saya dapat membuka sebuah kantin pada salah satu sekolah lanjutan tingkat pertama. Pemilik salah satu kantin lama mengikut suaminya pindah tugas ke provinsi lain sehingga saya dapat mendapat kesempatan membuka usaha di sekolah tersebut.  
Mulai menjalani pekerjaan baru tapi tidak akan pernah melupakan mimpi besar dalam hidupku. Meninggalkan ayah seorang diri di kota untuk menghilangkan segala jenis kecurigaan banyak orang andaikan wajahku tiba-tiba saja dikenal oleh lapisan masyarakat. Saudara kandungku tidak tinggal bersama ayah karena pekerjaan dan keluarga mereka menuntut untuk berada di luar ibukota. Aldrich tanpa rasa bosan mengikut kemanapun kaki melangkah setiap saat. Kemungkinan besar dia juga akan pergi ke neraka andai kata langkahku bermain kesana, manusia bodoh…
“Apa kau tidak bosan mengekor terus? Memang hanya ada cinta saja di otakmu?”
“Memang kenapa? Cinta itu berharga” Aldrich menjawab penuh semangat…
“Kau tidak akan pernah kenyang hanya dengan mencintai tanpa bekerja” membalas…
“Saya seorang arsitek terbaik di negaraku, jadi tenang saja kita berdua tetap kenyang dengan cinta” Aldrich.
“Kalau kau disini terus secara otomatis uangmu habis dan tidak bisa lagi bertahan karena cinta.”
“Cristal, apapun pasti kulakukan demi cinta” Aldrich berteriak seakan tidak memperdulikan semua orang di sekitarnya.
“Apapun itu akan kau lakukan?” menantang pria di hadapanku sekarang…
“Berjuang jauh lebih baik dari pada tidak sama sekali” jawaban Aldrich spontan. Okey, saya menerima jawaban terbaik bahkan terkesan menerima berbagai resiko ke depan. Membawa dia ke suatu lahan persawahan tidak jauh dari rumahku untuk memperlihatkan dia tentang proses…
“Saya ingin melihatmu menjadi seorang petani tanpa memakai tenaga mesin selama sebulan penuh” sedikit senyum miring menatap ke arahnya. Penasaran saja tentang seberapa besar pengorbanan dan perjuangan dari dirinya demi mengejar sesuatu yang dikatakan cinta menurut pemikirannya.
“Memancing atau menghindar?” dua kata terlontar keluar darinya.
“Anggap saja kedua kata ini sedang bermain pada kehidupanku” membalas Aldrich.
“Okey, jika itu maumu” tanpa basa-basi sekaligus sebagai tanda persetujuan untuk menerima sesuatu yang dikatakan tantangan. Dia mencoba mengikuti apa keinginan hati menurut pemikiranku. Hari pertama, kedua, ketiga pekerjaannya sebagai seorang petani gagal total bahkan berlangsung selama seminggu berturut-turut. Kalau bukan pingsan, berteriak, jatuh di lumpur, seluruh badan penuh luka akibat salah mencangkul/menggarap. Minggu berikutnya dia bangun pagi-pagi buta menyatakan pantang menyerah depan rumahku kemudian berjalan menuju sawah dan kembali berperan sebagai petani.
Aldrich mulai membuktikan jika dirinya sama sekali tidak akan pernah bercerita tentang manusia lemah atau apapun istilah rusak menurutku. Membantu petani lain mananam sayuran pada sebuah lahan luas milik seorang pria paruh baya. Sebulan berikutnya membuat dia berada pada sebuah area dan berperan sebagai pengangkat batu sekaligus pemecah batu gunung. Tiga hari berturut-turut tangan juga kaki terus saja terluka akibat terjatuh, salah memukul batu, terpleset, beban terlalu berat.
Pada bulan berikutnya dia menjadi pengangkat pasir di sebuah sungai. Hitam, dekil, panas, kurus, tangan juga kaki terlihat sangat kasar tidak lagi diperdulikan olehnya. Mencoba menikmati setiap pekerjaan terbaru buat dia bahkan masih menampilkan senyum sekalipun terkadang terlihat kecut. Makan apa adanya tanpa bertanya dan belajar berbaur bersama kehidupan orang-orang bawah. Sebelum berangkat ke sungai terlebih dahulu berteriak depan rumahku sebagai penyemangat kalau dirinya mampu melewati semua.
“Saya membawa banyak ikan kering buatmu” kebiasaan Aldrich setelah pulang dari sungai.
“Jangan berteriak seolah saya ini tuli” kesal melihat tingkah Aldrich mengetuk pintu keras-keras sambil berteriak memancing keributan tetangga sebelah.
“Permasalahan disini terkadang kau sengaja bertingkah tuli, ngerti?” Aldrich.
“Rumah ini milik sepupuku dan saya hanya numpang tinggal” memberi penekanan…
“Hubungan numpang dan berpura-pura tuli ada dimana?” Aldrich.
“Terserah” jawaban acuh tak acuh…
“Teman kerjaku di sungai memberi ikan kering sebaskom penuh sebagai mas kawin menjadi menantunya” Aldrich mengalihkan pembicaraan.
“Memangnya saya bertanya?”
“Cemburu sedikit kenapa?” wajah cemberut Aldrich terkesan kacau. Dia selalu ada untuk membuktikan makna tentang perjuangan ketika mengejar sesuatu. Membuatku lupa masalah kekacauan beberapa bulan lalu sebagai perusak pertunangan seseorang. Caci maki semua orang karena sebuah kesalahpahaman terus saja  terlontar di media social sampai detik sekarang terhadapku. Lara masih sering menelpon dan bercerita banyak keadaan ibukota.
Bekerja di kantin sekolah, menikmati suasana pedesaan, menulis adalah bentuk rutinitas terbaikku sekarang. Mendengar Aldrich bercerita banyak tentang pekerjaannya sebagai pengangkat pasir di sungai memberi penghiburan tersendiri. Tangan Aldrich benar-benar terlihat kasar, pecah-pecah, kuku tidak terawat tetapi tetap membuatnya tersenyum. “Apa kau bisa membandingkan jenis pekerjaanmu sekarang dan ketika bergelut di dunia arsitek?” hanya sekedar bertanya saja…
Hari ini dia ingin menghabiskan waktu bersama denganku sekitar danau untuk menikmati suasana alam. “Dunia arsitek mengajar saya tentang cara berpikir, desain, kualitas, memancing untuk menemukan hal baru agar tetap bertahan maupun mendapat pengakuan.” Aldrich…
“Pekerjaanmu yang sekarang?”
“Saya belajar tentang cara menghargai, kasih sayang, kerendahan hati, keringat, bagaimana tangan terlihat begitu kasar tetapi memberi makna, tersenyum lepas ditengah kesulitan-kesulitan hidup” Aldrich.  
“USB berisi tulisanmu sebagai hadiah ulang tahun Danils berada di tanganku. Saya menyukai tulisanmu” Aldrich menyinggung mengenai USB. Pikirku USB tersebut hilang lenyap di tempat kejadian, ternyata dia menyimpannya dengan tanpa sepengetahuanku. Mungkin tak ingin mengingat memory kemarin, sehingga tidak ada niat sedikitpun mencarinya.  File tulisan yang ingin kujadikan sebagai hadiah terkunci rapat pada laptopku.

Bagian 9…

“Bisakah USB ini sebagai hadiah buatku?” permintaan terkacau Aldrich menatap serius. Saya tidak ingin mengenang masa lalu tentang deretan peristiwa termasuk kasus pembunuhan Danils.
“Hidupmu punya cerita, judul paling menarik” kembali berkata-kata…
“Anggap saja sebagai hadiah karena kau dapat melewati beberapa tantangan” ucapanku membalas Aldrich.
Terinspirasi oleh jalan beberapa kehidupan ketika diperhadapkan berbagai objek sehingga membuat suatu alur cerita berbeda dalam isi tulisan tersebut. Saya menyukai sebuah kalimat bahkan terdengar mengesankan pada akhirnya memberikan judul seperti itu di dalamnya. Seperti apapun bentuk perjalananmu, masa lalu, mimpi, perjuangan, ribuan kegagalan, penolakan, luka, dan masih banyak lagi ketahuilah jika hidupmu punya cerita untuk dilukiskan.
Dunia dapat berkata alur hidup yang dijalani tidak mempunyai standar kualitas versi bagian luar, tetapi hidupmu punya cerita andaikan kaki tetap berlari. “Cristal, kalau boleh tahu kenapa tulisan terkadang menjelaskan…” Aldrich tiba-tiba berhenti berkata-kata.
Rutinitas seperti biasa setiap tanggal merah yaitu menghabiskan waktu di kali sambil memancing pada siang hari. Dia akan tetap mengekor juga melemparkan beberapa pertanyaan untuk sesuatu yang tidak dimengerti olehnya. “Terkadang menjelaskan apa? Kenapa pertanyaanmu terpotong?” bertanya balik.
“Tulisan dalam bentuk fiksi, namun pemahaman dibalik isinya terkadang terdapat penjabaran tentang kehidupan keluarga, pergaulan, perdebatan, permasalahan seks, sedangkan dunia percintaan hanya berperan sebagai bumbu tambahan dan tidak bercerita sebagai bahan utama. Bisa dijelaskan?” Aldrich.
“Penjelasan tentang?”
“Sejauh yang saya tahu 90% tulisan para penulis fiksi lebih mengutamakan dunia percintaan sebagai bahan utama, sementara tulisanmu hampir keseluruhan mencari objek lain sebagai bahan utama walaupun tetap menyelipkan di setiap judul tetapi tidak berfokus.” Aldrich…
“Masing-masing penulis mempunyai karakter, gaya bahasa, alur, system, keunikan tersendiri ketika membuat sebuah cerita. Saya menyukai sesuatu objek lain lebih dari kata percintaan sehingga menjabarkan pun sebagai bahan utama.” Jawabanku…
“Tidak berarti saya membenci kisah percintaan, tetap menyelipkan di setiap cerita hanya tidak berfokus. Kenapa? Karena tujuan utama penulisan saya ingin membentuk kepribadian, keluarga, pemahaman, pemikiran, konsep dari sudut lain dalam kehidupan rutinitas sehari-hari.” Mencoba melanjutkan penjelasan lebih…
“Ternyata begini pemikiran Cristal ketika menjelaskan sesuatu?” Aldrich.
“Entahlah” membalas.
“Terkadang saya berpikir Cristal hanyalah gadis polos tanpa mengerti sisi dunia lain” Aldrich.
“Saya tidak sepolos yang kau pikirkan, kenapa? Ada begitu banyak rahasia terselip dalam kisahku” sedikit lucu mendengar pernyataan dari perbendaharaan mulutnya.
“Kedengaran aneh” Aldrich.
“Kalau boleh jujur, saya biasa menonton film dewasa dan dikatakan panas dikarenakan adegan-adegan dijelaskan lebih mendetail pada video tersebut.”
“Tidak sepolos pemikiranku ternyata” Aldrich.
“Sebagai bahan penulisan semata dan tidak berarti saya terikat sehingga mempunyai naluri untuk mencari pelampiasan atau hanya sekedar masturbasi. Ngerti?” sedikit sinis…
“Terkadang saya mencoba mempelajari raut wajah bersama sepasang mata para pemain ketika sedang melakukan adegan seks baik versi biasa maupun terpanas…” kata-kataku masih berlanjut.
“Apa yang sedang kau pelajari disana?” Aldrich.
“Tatapan mata dan raut wajah bercerita kenapa saya melakukan hal semacam ini, saya sudah terlanjur jatuh pada jurang, ini memang jalan hidupku, andaikan hidupku dapat lepas tapi ternyata tidak akan pernah, uang tujuan utama hidupku, keadaan membuatku terus berada pada ikatan belenggu, andai kata bisa saya ingin menangis histeris tetapi itu tidak boleh terjadi ataukah nampak, gangguan mental, dan lain sebagainya.”
Sebuah penjelasan tentang makna raut wajah juga sepasang bola mata mereka menceritakan hal lain. Manusia tidak dapat lepas oleh kebutuhan seks terlebih pada negara-negara bebas. Seks merupakan pelampiasan terbesar hampir sebagian penduduk manusia ketika berhadapan dengan tekanan, masalah, kebutuhan, dan hal-hal tidak masuk akal secara logika. Keadaan seperti ini menguntungkan beberapa pihak sehingga menjebak banyak wanita, baik sebagai alat pemuas maupun berperan  dalam pembuatan film dewasa. Industry pembuat alat-alat pemuas seks pun semakin luas beredar. Hanya saja mereka yang terikat karena belenggu semacam ini tidak akan pernah peduli tentang dampak, dosa, maupun penyakit yang ditimbulkan.
Sebagian dari mereka dengan peran sebagai artis dewasa terkadang hanya korban. Satu hal hidupmu mempunyai cerita menarik bahkan terlalu sulit untuk dilukiskan ketika kaki berjuang keras meninggalkan sebuah jurang. Objek seperti inilah berperan sebagai pelopor tulisanku dalam mengungkapkan beberapa sudut perjalanan kehidupan bagi mereka dengan masa lalu suram. Saya tidak pandai berkata-kata, gugup saat berdiri depan banyak orang, lebih senang menyendiri, sulit bergaul, dan masih banyak kekurangan di dalamnya tetapi ingin menarikmu dari suatu jurang gelap melalui beragam tulisanku sendiri.
“Hatiku berkata saya ingin merangkul mereka melalui tulisan hasil karyaku. Kenyataannya saya bukan penulis terbaik dan tidak dapat dibandingkan dengan beberapa tokoh-tokoh terkenal seperti mother Theresa, Mahatma Gandi, Maria, Khalil Gibran, ataupun Bily Graham namun setidaknya tulisan ini dapat membuat kehidupan mereka keluar dari permainan jurang gelap. Tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan” Sekedar mencurahkan isi hati sendiri terhadap pria bule di sampingku…
“Cerita dibalik tulisan Cristal…” Aldrich.
“Sudah sore, ayo pulang!” segera membereskan seluruh peralatan pancing.
Dia hadir menyatakan keceriaan, menciptakan senyum, membuktikan sesuatu dalam dirinya mempunyai sisi perbedaan. Dunia Aldrich berkata-kata melalui segala jenis objek tantangan dapat dilalui tanpa harus berhenti. “Selalu ingin membuatmu tersenyum dan tidak perduli bagaimanapun caranya” tanpa rasa bosan berkata-kata penuh semangat setiap berhadapan denganku. Pertama kali seseorang membuatku dapat menjelaskan beberapa hal mengenai permasalahan tulisan-tulisan hasil karyaku.
“Semua bahan-bahan kantin ini diletakkan dimana?” wajah Aldrich tertutup banyak kantongan di hadapannya. Seperti biasa beberapa hari terakhir selalu saja mengekor menuju pasar buat belanja bahan keperluan kantin sekolah.
“Letakkan disitu!” perintahku menunjuk sebuah meja.
“Saya kembali lagi ke sungai angkut pasir” Aldrich.
“Cepat pergi sana!” bersikap jutek…
“Kakak Cristal kalau bisa cepat putus ma cowok bulenya, biar saya bisa mengisi hatinya” Aliyah salah seorang anak sekolah mengejutkan kami berdua…
Semenjak Aldrich menginjakkan kaki di kantin sekolah hampir dikatakan setiap hari siswa perempuan berhamburan masuk. Walaupun terlihat dekil, hitam, tangan kasar, kaki pecah-pecah tetap saja peminatnya banyak. “Ka’Cristal relakan dia buatku” diluar dugaan temannya datang menarik lengan Aldrich.
“Fansku banyak ternyata” Aldrich terlihat makin bersemangat.
“Kakak bule menikah saja denganku buat perbaiki keturunan” tiba-tiba seorang lagi datang dengan lipstick terlihat menor sekitar bibirnya.
“Apaan sih Vel…” Nahda sangat geram melihat tingkah Vel.
“Kan saya duluan” Aliyah juga geram.
“Bule itu suka yang hot-hot, lah kalian berisi saja tidak terlihat datar semua” Vel sedikit agresif.
“Cristal masa kau kalah saing dengan siapa namanya?” Aldrich…
“Berhenti bertingkah!” menatap tajam sampai membuat Aldrich secepat kilat berlari keluar meninggalkan kantin sekolah. Akhir cerita siswi-siswi perempuan juga segera berjalan masuk kelas dengan wajah cemberut. Saya saja sewaktu usia mereka paling malu mendekat terlebih menggoda seorang pria apa lagi sudah berumur dewasa, jadi pertanyaan kenapa mereka terlihat begitu agresif? Membayangkan kembali masa-masa berpakaian putih biru serta mencoba membandingkan…
Setiap ada kumpulan cowok di sekolah saya pasti berusaha menghindar. Mencari jalan lain jika sepulang sekolah beberapa orang cowok sedang duduk manis di sebuah pondokan dan tidak akan pernah keluar kalau mereka lagi bermain bola di samping rumahku. Selalu bersembunyi dalam rumah, tapi mamaku galak jadi tidak seorangpun cowok berani dekat atau mencari perhatian di rumah.
“Cristal” seseorang menegurku saat membersihkan piring-piring berserahkan di meja karena keluar main tadi.
“Siapa Yah?” merasa tidak mengenal dirinya sedikitpun…
“Sombong amat sih, ini saya Nafisa teman kecilmu dulu”
“Yah saya ingat sekarang, tapi dimana?” sedikit lupa…
“Astaga Cristal masa lupa? Itu yang suka nyuri mangga bujang sekolah” Nafisa.
Penampilan sewaktu kecil dan sekarang sudah jauh beda bagaikan langit sama bumi. Nafisa kecil terkenal tomboy, dekil, ingus jatuh sana-sini, baju baru beberapa menit pakai sudah langsung bergetah dan masih banyak lagi. Di hadapanku sekarang berdiri seorang wanita cantik, anggun, kulit mulus, rambut panjang, berpendidikan sampai saya tidak mengenalnya sama sekali. Ternyata dia menunggu keponakannya pulang sekolah.
“Kelakuan keponakan kecilku membuat saya harus tinggal di pedesaan selama beberapa waktu” memulai cerita dan kedengaran sedikit bermasalah.
“Keponakanmu itu cewek atau cowok?”
“Seorang cowok ingusan tapi jatuh cintanya ma tante-tante sudah menikah sampai semua kerepotan mengurus dia” rasa kesal Nafisa bercerita permasalahan keponakannya. Menurut cerita keponakannya masuk usia 14 tahun sedang duduk di bangku kelas sembilan sekarang ini.
“Bian dan anak tante sebelah seumuran tapi…” Nafisa sangat geram…
Siapa yang dapat mempercayai sebuah kisah percintaan aneh terjalin antara anak berusia 14 tahun dan wanita berusia 39 tahun. Berawal dari sekedar mengunjungi rumah tetangga sebelah karena sekolah di tempat yang sama hingga berujung jatuh cinta terhadap wanita berusia tua. “Saranku coba perhatikan kehidupan Bian” menyodorkan segelas es teh manis buatnya.
“Maksud kalimatmu? Bian mengalami kelainan?” kening Nafisa berkerut.
“Terkadang anak yang masih berusia remaja seperti Bian rasa ingin tahunya lebih kuat dibanding usia dewasa untuk beberapa hal. Kemungkinan besar rasa ingin tahu itu dapat terjawab melalui tetangga sebelah bahkan merasa nyaman, jadi seakan menganggap perasaannya adalah sebuah cinta tetapi kenyataannya tidak sama sekali.” Hanya sekedar ingin menjelaskan kesimpulan bagi kasus semacam Bian.
“Kenapa Dia tidak bertanya terhadap anggota keluarga sendiri?” Nafisa.
“Bisa saja ketika berhadapan dengan anggota keluarga terasa hambar dan tidak menemukan jawaban sama sekali dan singkat cerita mencarinya di luar.” Seperti itulah perjalanan dunia remaja pada umumnya berpikir ingin mencari sesuatu dari beberapa sudut di tempat lain. Pada dasarnya orang tua harus tahu menempatkan situasi juga menemukan cara agar sang anak tidak merasa bosan maupun hambar ketika berinteraksi.
“Lebih parah lagi wanita itu mau menjalin hubungan asmara bersama Bian pada hal sudah bersuami beranak dua lagi” Nafisa hampir tidak percaya masalah yang dialami keponakan kecilnya.
“Alasan lain sampai mengapa Bian menjalin hubungan seperti itu bisa saja karena butuh perhatian, kasih sayang, dekapan hangat orang tua tetapi tidak didapat di rumahnya sendiri.” Penjelasan sekaligus alasan lain anak remaja semacam Bian mencari pelampiasan dan menganggap dirinya mencintai seseorang. Kenyataannya kebutuhan Bian tercukupi, kalaupun menginginkan harta menjadi pertanyaan kenapa bukan menggoda putri wanita tersebut. Menganggap jika perasaan dalam dirinya merupakan cinta pertama, cinta sejati, cinta yang tidak akan pernah luntur apapun alasannya tetapi kenyataannya semua itu bukan cinta melainkan hanya sebagai bahan pelarian semata.
Kesibukan orang tua menjadi pemicu terbesar seorang anak dapat melakukan hal-hal aneh di luar pemikiran. Keegoisan, kesombongan, terlalu menuntut, tidak memahami jalur pendidikan dalam kehidupan kepribadian sebagai orang tua menciptakan perasaan hambar dan tekanan bagi sang anak sendiri . Menganggap perasaannya sedang mencintai dan tidak pernah berpikir secara logis tentang status hubungan sang wanita telah berkeluarga. Dia hanya takut perasaan, perhatian, kasih sayang yang didapat hilang sehingga menyatakan sebagai hubungan percintaan antara lawan jenis.
“Walaupun seperti itu harus si’wanitanya berpikir rasional dong apa lagi sudah berkeluarga bahkan anak pertamanya seumuran dengan kekasih gelapnya” Nafisa.
“Menurutmu si’Wanita tua kekurangan kasih sayang juga? Atau tidak terpuaskan ketika berhadapan dengan sang suami?” Nafisa masih mengoceh bersama beberapa pertanyaan dalam dirinya.
“Ada banyak factor membuat dia sampai menjalin hubungan gelap pada hal sudah berkeluarga…”
“Faktor apa saja?” Nafisa.
“Masing-masing mempunyai kesibukan sehingga pada saat-saat tertentu orang ketiga masuk sebagai pemeran utama, kurangnya komunikasi satu sama lain, kesombongan jauh lebih kuat bermain ketika menyelesaikan sebuah masalah keluarga, dan paling terkacau adalah tidak pernah melibatkan Tuhan sebagai dasar pondasi terkuat bagi kehidupan rumah tangga sampai semua itu terjadi.”
“Kalaupun seperti itu permasalahannya, kenapa tidak mencari pria dewasa? Kenapa harus seorang anak remaja bukankah ini gila namanya?” rasa geram Nafisa semakin terlihat.
“Ada satu hal harus kau tahu dan entah patofisiologi andaikan harus dikaitkan dalam dunia medis berada pada posisi seperti apa?”
“Tentang?” Nafisa.
“Terkadang dan bisa dikatakan juga hampir sebagian besar seseorang dengan usia seperti itu lebih menyukai usia anak remaja. Kemungkinan besar factor hormonal pada usia memasuki remaja baru mulai berkembang sehingga kesannya mereka terlihat segar dalam bentuk apapun.” Kenyataan yang ada dimana masa kerja hormone dalam pertumbuhan anak remaja membuat mereka terlihat berbeda dibanding usia diatas kepala dua. Bentuk tubuh terlihat segar walaupun dikatakan dengan wajah mereka biasa, standar, terlebih masuk kategori cantik/ tampan. Ada banyak pemberitaan wanita tua hamil oleh pria berusia sekitar dua belas hingga tujuh belas tahunan begitupun sebaliknya…
Kasus seperti ini memicu rangsangan/ gairah/seksual seorang yang hampir memasuki usia kepala empat ke atas. Permasalahan tingkat puber kedua membuatnya ingin mencari pelampiasan. Tidak menikmati masa muda, hidup dibawah tekanan, terlalu cepat menikah, dan beberapa objek lain dapat menjadi pencetus seseorang mengalami permasalahan puber kedua pada usia-usia tertentu. Hubungan dengan Tuhan sama sekali tidak pernah ada juga penyebab utama semua itu terjadi. “Apa yang akan terjadi jika hubungan tersebut terus berjalan?” Nafisa.
“Hukum tabur tuai. Apa yang kau anggap sebagai kebahagiaan tetapi merusak akan menciptakan kutuk dan akan terlihat suatu hari kelak bagi kehidupan keluarga bahkan orang-orang di sekelilingmu. Bahagia hanya sementara kau rasakan, tetapi hal selanjutnya bercerita tentang kutuk dan kehidupan seperti neraka.” Hal seperti ini memang kenyataan bukan karena permasalahan ingin menghakimi siapapun juga. Minimal semua itu dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi kehidupan orang tua, anak remaja, juga sudut segi perjalanan tertentu sehingga tidak terjadi lagi di tempat lain. Bel sekolah berbunyi keras menandakan jam pulang. Akhir cerita dialog kami terhenti setelah kedatangan Bian sang keponakan ke kantin sekolah. Hal yang terjadi selanjutnya adalah Nafisa mencoba memasuki jalan pemikiran Bian tanpa menimbulkan perasaan curiga. Mencari pemecahan sehingga orang tua Bian menyadari kesalahan yang mereka ciptakan sendiri. Tidak semudah yang dibayangkan ketika mendidik seseorang dari kalangan remaja.


Bagian 10…

Berpikir mengenai kasus keponakan Nafisa membuatku merenung akan tipe-tipe jenis percintaan terkacau di dunia. Cinta buta, cinta terlarang, cinta salah jadi, cinta pembawa kutuk lebih cocok menggambarkan kisah semacam itu. Sejatinya itu bukan cinta melainkan sebuah kasus dan bercerita tentang jurang gelap. Memainkan daun-daun sekitar tepi danau tempat untuk menghabiskan waktu libur sambil membayangkan beberapa sudut hidup lain.
Tuhan, andai kata saya tidak pernah menjalani sebuah perjalanan aneh maka kemungkinan besar banyak hal tidak kemengerti dalam hidup. Masing-masing orang mempunyai permasalahan berbeda-beda sama seperti dunia seorang Cristal bersama cerita-cerita unik di dalamnya. Saya masih percaya tentang sebuah harapan dimana hal yang terjadi selama belasan tahun dapat terpecahkan. Setidaknya kisah hidupku masih jauh lebih baik dibanding dengan beberapa kasus permasalahan hidup orang di luar sana.
“Saya sudah duga tempat bermain Cristal seorang diri pasti sekitar danau” Aldrich tiba-tiba saja menutup kedua mataku dari belakang sambil berkata-kata.
“Dasar bule aneh” ejekan terbaik…
“Surprise” Aldrich memberikan sebuah kotak makanan.
“Hahahahahahahaha” tawaku pecah melihat kotak berisi makanan bersama ikan kering sambal terasi pette. Jalan ceritanya sebagai bekal piknik bersama di hari libur, jadi dia bangun pagi-pagi buta membuat makanan seperti ini.
“Kalau itu bisa membuatmu tersenyum dan tertawa setidaknya saya tetap bahagia, walaupun seperti diejek olehmu” Aldrich.
“Saya ingin menceritakan sesuatu hal minimal kau mengerti hidupku itu seperti apa.”
“Kehidupan Cristal yang kutahu selalu diam seribu bahasa, biasanya sengaja membuat koment-koment keras/aneh/reseh pada beberapa akun milik orang lain di media social, dan…” Aldrich.
“Dari mana kau tahu?” sedikit kaget mendengar ucapan Aldrich.
“Saya punya banyak cara untuk mengetahui semua tentang hidupmu” tersenyum manis  menjawab pertanyaanku.
“Sejak kecil saya terlihat lemah bagi teman-temanku, lebih suka di rumah sampai usia sekarang, minder, penakut, pemalu bahkan melewati level paling parah. Pada saat mulai menginjak usia belasan tahun atau dikatakan masa remaja karakterku semakin bermasalah. Kemungkinan juga karena sejak masuk sekolah dasar saya selalu menjadi korban buly bagi semua teman-teman sekolahku.” Entah kenapa saya ingin memulai cerita kisahku terhadap seseorang…
“Benar-benar saya merasakan kesendirian bahkan puncak pembulian yaitu ketika memakai seragam putih biru. Dari ujung rambut sampai kaki selalu menjadi bahan keganasan juga tertawaan teman-temanku di sekitarnya. Bentuk bibir, fam keluarga, gigi, wajah, serta semua yang ada dalam diriku selalu saja ditertawakan.” Kenyataan hidup paling pahit…
Pertama kali bagi hidup seorang Cristal mulai bercerita tentang pengalaman pahit sejak usia kecil. Saat mereka membuat sebuah lelucon tentu namaku menjadi bahan terbaik untuk di tertawakan. Diam seribu bahasa, terlihat lemah, terkucilkan, menyendiri, dan akan menjatuhkan air mata waktu-waktu tertentu karena sebuah tekanan. Terkadang saya bertanya “ada orang jauh lebih buruk, jelek, hancur, bodoh tetapi kenapa harus saya menjadi perhatian bulian mereka?” bertanya tidak akan menyelesaikan masalah.
Beruntung saja mama mendidik kehidupanku melalui pengajaran iman sejak sekolah dasar, sehingga saya bisa kuat menjalani hinaan banyak teman-temanku di semua tempat. Walaupun pendidikan mama tetap berjalan untuk mengajar takut Tuhan, selalu berdoa, mempunyai kekuatan tersendiri tetapi ribuan pertanyaan tetap mengalir. Kenapa saya tidak dilahirkan dengan bentuk bibir mungil seperti orang disana sampai harus diejek? Kenapa daguku tidak terbelah? Kenapa harus terlahir jelek? Kenapa saya tidak lahir dengan mata biru? Kenapa saya harus dilahirkan sebagai orang miskin sampai membeli sepatu saja tidak mampu? Kata kenapa terus saja mengalir…
Sampai pada suatu ketika saya menangis keras di dalam kamar dan bertanya kepada Tuhan tentang semua yang terjadi. “Apa kelebihan saya Tuhan?” pertanyaan seakan sangat marah dan ingin melawan Tuhan. Menangis sejadi-jadinya dan menutup mata di hadapan Tuhan meminta jawaban karena saya ingin hidup seperti yang lainnya. Selalu iri melihat temanku bergonta-ganti jenis pakaian, sepatu, dan mempunyai banyak teman sedangkan saya terkucilkan sama sekali. Saat itu saya sudah memakai seragam putih abu-abu…
“Miskin, jelek, tidak punya talenta, bodoh, tidak bisa menari atau bermain alat music, hancur dalam bidang olah raga, dan seakan-akan segala hal dalam hidupku hanya bercerita tentang kekurangan bahkan segalanya hanya bercerita kekurangan.” Itulah keluh kesah bahkan rasa kecewa terhadap Tuhan. Sampai pada akhirnya sesuatu berkata-kata jauh di dasar hati seakan ingin menenangkan diriku secara pribadi.
“Kau punya suatu kelebihan yang orang lain ingin miliki, tetapi mereka tidak bisa miliki” kata-kata tersebut bermain kuat di hati sampai saya berhenti menangis. Semenjak peristiwa tersebut saya belajar untuk tidak lagi bertanya-tanya tentang apapun terhadap Tuhan. Apa pun yang ada dalam diriku itulah objek terbaik. Kisahku seperti ini membuat saya berhasil menulis setelah mengalami sesuatu kejadian tertentu. Sebuah cerita tentang terlalu banyaknya kekurangan dalam diri dan bagaimana cara menghadapi semua itu. Hanya saja pada cerita tersebut saya sengaja memakai gadis kulit hitam pekat menjalani situasi terkacau.
Saya mulai menulis ketika saya memakai seragam sekolah putih biru dalam kesendirian menjabarkan banyak hal. Singkat cerita, saya mengalami sebuah keadaan aneh setelah lulus sekolah menengah. Sulit mempercayai hal semacam itu, kenapa? Karena bisa saja pengaruh kesendirian, masa lalu, mengosongkan pikiran sampai dikatakan dapat memasuki dimensi gangguan kejiwaan. Sesuatu hal aneh membuat saya terus saja menangis ketakutan setiap saat.
“Peristiwa apa yang sedang kamu alami sampai membuatmu ketakutan?” Aldrich mulai membuka suara setelah menjadi pendengar setia kisah hidupku…
“Bisikan-bisikan aneh seolah saya mengalami masalah gangguan kejiwaan. Ketakutanku makin hebat disebabkan beberapa factor alasan lain. Jangan sampai karena pengaruh masa kecilku terdengar suram, terkucilkan, minder, miskin, penyendiri, manusia rumahan sampai mengalami depresi berat sehingga dalam kondisi tidak stabil.”
“Kau takut semua orang semakin mengejek kehidupanmu?” Aldrcih.
“Saya menulis kata demi kata pada sebuah buku kecil jauh sebelum mengalami permasalahan seperti itu. Suara-suara itu berkata-kata seakan mengutip segala jenis kalimat dalam tulisanku berasal dari buku tersebut.”
“Tulisanmu bercerita tentang apa?” Aldrich.
“Saya hanya menulis tentang beberapa misteri hidup. Bercerita tentang penderitaan orang-orang cacat, keterpurukan, pemahaman menurut pemiranku sendiri mengenai sumber inspirasi, dan beberapa objek lain tetapi sama sekali tidak bercerita tentang kisah asmara percintaan seperti anak remaja lain di luar sana.”
“Terus?” Aldrich.
“Kami hanya mau mengukur IQ’mu melalui tulisanmu saja, itulah bisikan yang kudengar pada saat itu. Singkat cerita seakan mereka terus memaksa saya mempercayai, memikirkan sesuatu, menjalani objek yang tidak kuinginkan sama sekali, membuatku seperti orang gila karena ketakutan.” Ada banyak hal telah kujalani pada saat itu bahkan menjadi sebuah drama tak terlupakan. Menangis, ketakutan, menolak semakin nyata bekerja pada hari-hari berikutnya setiap saat.
Hal lebih menjijikkan adalah secara kebetulan saya mengalami menstruasi pada awal kejadian dan mereka berkata-kata aneh sampai membuatku benar-benar histeris ketakutan kalau-kalau terdapat kamera tersembunyi di suatu tempat. “Darahmu bersih sekali,” itulah ucapan mereka bersama beberapa kalimat lain. Siapa sih yang tidak takut jika menjalani keadaan seperti kemarin? Saya takut diejek gila tetapi pada akhirnya semua orang semakin mengejek kehidupanku.
Mereka menyadari apa yang saya sukai yaitu menulis. Mengenal pasti sifat penakut dalam diriku terlebih ketika melihat mayat. Bertahun-tahun saya tidak suka melihat mayat jika terjadi peristiwa duka sekitar rumahku. Pasti keringatku seperti biji jagung tiap tengah malam terlebih jika anjing mengaum pertanda melihat hantu. Saya tidak pernah mau tidur sendiri pada malam hari. Lebih parah lagi tentang mimpi menakutkan sering saya alami yaitu seorang nenek sihir/nenek lampir terus saja melihat ke arahku tapi tidak dapat menyerang. Dalam mimpiku saya duduk menonton atau melakukan suatu kegiatan lain, kemudian nenek sihir menatap tajam sampai membuatku tidak dapat berkata-kata atau bersuara. Andaikan mimpi tersebut diceritakan ke mama atau orang di tempat ibadah, pasti mereka bilang saya tidak pernah berdoa atau jarang dekat sama Tuhan makanya setan terus mengintai. Kesimpulannya, lebih baik diam dari pada menjadi bahan ejekan lagi.
Singkat cerita, mereka mengajari saya seandainya bermimpi lagi tentang nenek sihir berjalan menatap ke arahku, maka hal yang harus kulakukan adalah membalas tatapan tajam juga dan tidak boleh takut sama sekali. Singkat cerita nenek sihirpun menghilang ketakutan dalam mimpiku. Jujur, saya diajar banyak hal cara melawan kekuatan gelap ketika berada dalam mimpi. Hal paling mengerikan jika penguasa-penguasa tertentu selalu menyerang bukan pada siang hari melainkan jam-jam tidur di malam hari.
“Permasalahan takut melihat mayat baru benar-benar menghilang beberapa tahun setelah saya mengalami kejadian tersebut. Jujur, saya benar-benar takut lihat setan, mimpi nenek sihir tapi selalu saja terjadi, andaikan tertidur terus tiba-tiba drakula datang menghisap darah kemudian sayapun jadi drakula seperti di film-film.” Membuat Aldrich tertawa lebar mendengar ceritaku…
“Saya takut kesurupan makanya selalu menjauh kalau temanku lagi kesurupan. Suatu kesaksian seseorang memegang temannya yang kesurupan sampai pada akhirnya ikut juga lebih parah lagi mengalami gangguan mental dan hidup seperti orang bodoh. Segala hal dalam hidupku hanya bercerita tentang takut dan takut sampai kapanpun takut.” Itulah penjelasan sebuah istilah paling tepat buatku yaitu penakut. Mama menyuruh cuci piring malam setelah makan di dapur, biji keringatku seperti biji jagung dan sangat takut walaupun selalu diajar datang sama Tuhan.
Selalu ketakutan jika terkena hipnotis sampai akhirnya menjadi anggota aliran hitam tanpa sadar dan masih banyak hal lagi. Akan tetapi, mereka mengajari saya untuk belajar tidak pernah takut terhadap manusia, setan, atau apapun kecuali takut terhadap Tuhan. Saya ingin bukti jika semua yang kualami kenyataan dengan cara bisa merasakan jika Tuhan menangis buatku bukan karena kebencian melainkan rasa sayang terlalu besar. Singkat cerita, saat itu saya berada di atas ranjang dan seakan merasakan setetes air terjatuh sekitar betis kakiku. Tidak ada hujan pada saat itu hanya ditemani malam sepi di kamar seorang diri.
Sebenarnya kehidupanku masih terlalu sulit menerima beberapa pernyataan mereka. Buku kecil milikku saya bakar beberapa waktu kemudian karena menganggap masalah terbesar ada pada benda tersebut. Ada suara tapi tanpa gambar itulah kalimat paling tepat buat mereka. Memaksa saya terus berpikir tentang pembentukan otak yang seakan ingin membuatku tertawa luar biasa. Bagaimana mungkin itu terjadi? Karena kualitas otakku kenyataannya berada di bawah standar dan hal lebih gila dibanding pembulian banyak orang terhadapku.
Kelanjutan berikut dengan sengaja memancing tentang sesuatu sampai mereka menyerang balik beberapa kali di awal-awal kejadian dan berkata “Dia dipancing, kenapa dia lebih memancing? Perlu dipertanyakan…” membuatku semakin takut, stress, berpikir aneh karena hal-hal seperti ini. Kisahku terdengar menakutkan bahkan bisa saja menjadi bahan tertawaan banyak orang.
Akibat penyerangan kata-kata dari mereka terus-menerus sampai pada akhirnya saya sengaja berkata-kata dalam hati untuk memancing sesuatu. Mereka benar-benar tahu sampai detail segala isi hatiku dan apa yang kupikirkan. “Saya akan membuat sebuah mesin pengantar kalau begitu” isi hatiku hanya sekedar sebagai bahan pancingan terhadap mereka biar melepaskan diriku sehingga membuatku kembali hidup normal seperti sedia kala. Terdapat beberapa pernyataan tentang Negara menuntut juga memancing saya untuk berkata-kata melalui suara hati, setidaknya mengikuti kemauan mereka untuk sementara waktu.
“Mesin pengantar tadi itu maksudnya?” rasa penasaran Aldrich.
Menjelaskan bagaimana saya memancing mereka tentang sebuah alat mesin pengantar menurut imajinasi pemikiranku setidaknya dapat mengembalikan kehidupan normalku seperti dulu lagi. Tidak punya istilah lebih keren buat alat tersebut, hanya memberi nama mesin pangantar. Alat ini andai kata dapat terakit sempurna bisa digunakan sebagai transportasi perdagangan antar Negara, transportasi baru memakai sebuah kartu, mesin pembuangan sampah, pengiriman paket barang, dunia medis untuk beberapa tempat termasuk penanganan darurat ataupun pertolongan pertama, bank, kerja sama antara pusat perbelanjaan/restoran/apotik/toko buku dan lain sebagainya sehingga dapat langsung terhubung ke rumah.
Bagi mereka yang sudah malas berbelanja, hanya dengan memilih barang keperluan rumah melalui salah satu pusat perbelanjaan pada layar sentuh computer sesuai program maka secara otomatis akan terkirim sendiri ke rumah jika alat tersebut terpasang. Alat ini dapat dihubungkan langsung dengan pusat perbelanjaan di beberapa Negara, sehingga tidak perlu kesana untuk berbelanja. Cukup hanya dengan memasang alat ini di rumah, singkat cerita dapat memilih pusat perbelanjaan/toko-toko/butik pada layar sesuai pilihan Negara yang diinginkan maka secara otomatis akan langsung terkirim ke rumah. Permasalahan pajak, pemeriksaan, dan beberapa hal lain tentu dilakukan terlebih dahulu di Negara tersebut sebelum barang terkirim.
Pemasangan alatnya dapat dibuat bervariasi seperti di udara, atas laut, bawah tanah, terlebih daratan. System kecepatannya harus lebih cepat dari pesawat menurut pemikiranku untuk mempersingkat waktu pengiriman. Mesin ini hampir memiliki kesamaan dengan beberapa alat tertentu cuma harus lebih disempurnakan dan dibuat berbeda. Itulah penjelasan mengenai sebuah alat pertama di otakku ketika mereka terus menyerang dan memaksa sesuatu dalam diriku.
Pada akhirnya, saya mulai belajar menerima apa yang terjadi dalam diriku setahap demi setahap walaupun masih terlalu sulit untuk mempercayai semua itu. Pada akhirnya kerena mereka juga memancing sehingga saya mempunyai mimpi ingin menjadi ilmuwan suatu hari kelak sekalipun tanpa dasar sama sekali. Secara manusia itu tidak mungkin dan terlalu mustahil dengan ukuran kualitas otak menurut menurut pemikiranku, tetapi bagi Tuhan semuanya mungkin.  Hujan, kilat, Guntur, kamar menjadi saksi bagaimana mereka terus saja mengungkapkan hal aneh buatku.
Banyak hal terjadi setelah pengalaman tersebut bermain begitu kuat. Ejekan, penghinaan, semakin dikucilkan, sulit dapat pekerjaan, semakin miskin, penderitaan, penyakit, dan banyak lagi membungkus kehidupanku pribadi. Mereka juga mengalihkan perhatian saya ke beberapa bidang hanya saja sulit untuk dilukiskan karena beberapa alasan tertentu. Jujur, saya bodoh dalam penggunaan bahasa asing bahkan lemah di banyak tempat jadi terkadang pikiranku sulit menerima semua itu.
Mereka mengajarkan saya untuk berani melakukan sesuatu, walaupun hidup harus terkucilkan karena memegang prinsip. Perlahan suara mereka menghilang sendiri, tetapi terkadang saya diteror oleh suara lain membuat hidupku benar-benar kacau. Pemikiranku, andaikan saya tidak bisa mengendalikan diri bisa saja berteriak keras kemudian tidak sadar menjadi seperti orang gila. Hingga pada akhirnya terbiasa menjalani hal semacam itu belasan tahun lamanya dan menghilang dengan sendirinya. Saya ingin menjadi penulis juga kelak sehingga membentuk kehidupan banyak orang di luar sana. Satu hal karena kejadian tersebut membuat duniaku mempunyai mimpi besar yang awalnya benar-benar terlihat sangat bodoh bahkan terlalu lemah.
Setelah belasan tahu berlalu, saya sengaja menyelipkan berbagai alat-alat pada tiap tulisanku ketika kembali menulis sesuai hobi yang tidak akan pernah bisa kulepas sejak kecil. Berharap apa yang saya alami menunjukkan hasil lewat tulisanku sendiri. Bermimpi suatu hari kelak dapat melanjutkan pendidikan dan mengenal banyak teknologi-teknologi sehingga semua dapat kuraih. Sejak awal mereka memancing saya, saat itu hatiku menginginkan beberapa orang Yahudi berperan sebagai tenaga pengajar yang akan mengajariku kelak tentang sesuatu. Bangsaku bisa saja membenci manusia-manusia Yahudi sejauh yang diperkirakan, tetapi tidak buatku.
Saya ingin diajar tentang kualitas mesin, beberapa rumus sains, metode-metode untuk sebuah perakitan pada sebuah alat, beberapa teori-teori setidaknya dapat membantu untuk mengembangkan kualitas otakku sendiri. Kalangan Yahudi dapat menolong saya suatu hari kelak karena kualitas skil mereka berada diatas rata-rata dibandingkan bangsa manapun. Basic pun saya sama sekali tidak ada sehingga benar-benar membutuhkan pertolongan, andaikan waktu Tuhan bekerja menyatakan/pemecahan tentang teka teki yang kujalani belasan tahun lamanya.
Tuhan, kalau bisa saya ingin melanjutkan pendidikan sekaligus berkarya untuk beberapa saat di Negara dengan kapasitas penduduk Yahudi terbanyak karena sebuah alasan. Satu-satunya hal yang dapat kulakukan sejak kemarin sampai sekarang adalah menulis, setidaknya hatiku tetap percaya tentang harapan bahwa semua akan terlewati dan memberikan hasil kelak. Saya ingin mempunyai sebuah karya besar suatu hari kelak juga mendapat pengakuan dari internasional. Kisah perjalanan hidupku mempunyai cerita tersendiri bahkan terlalu sulit untuk dilukiskan hanya dalam bentuk kata-kata semata.


Bagian 11…

Saya tidak tahu apakah dengan bercerita tentang semua masa lalu kemarin dapat membuat hatiku bernafas lega. Minimal, saya masih punya pengharapan tentang mimpi yang ingin kuraih dimana mereka mengajar hidupku untuk mengejar belasan tahun silam. Tidak boleh menyerah bahkan harus terus berjuang sekalipun mengalami ribuan kegagalan. Meluapkan segala isi hati melalui berbagai jenis tulisan merupakan jalan terbaik menghibur diri sendiri beberapa tahun belakangan.
“Pesan es teh manisnya satu dong!” seperti suara seseorang yang kukenal.
“Lara” terkejut dari mana Lara sadar tempat tinggalku sebenarnya. Manusia kedua setelah Nafisa menyapa diriku di kantin tetapi tidak termasuk Aldrich.
“Jangan kaget seperti itu” tegur Lara.
“Kenapa kau bisa ada disini?”
“Saya ada buatmu” Lara mengambil gelas kemudian membuat es teh manis sendiri. Menurut penjelasannya jika dia meminta cuti kerja 2 minggu untuk menjenguk keluarga, tapi nyatanya menjadi pembohong besar. Ingin menghabiskan waktu liburan dengan berada di pedesaan kecil bersama diriku. Bercerita banyak bagaimana hubungan sang menteri dan Dara mulai membaik serta mencoba mengklarifikasi kejadian kemarin. Saya tidak ingin tahu mengenai pemberitaan mereka sampai untuk membuka media social pun sangat jarang kulakukan.
“Sebenarnya kalau saya ingin mencoba mencari tahu perasaan pak Hiyo sekarang apakah bahagia bersama sang tunangan” Lara.
“Stop bercerita masalah kemarin!” melarang Lara mengungkit kembali.
“Kenyataan yang terjadi sekarang, pak Hiyo sama sekali tidak pernah bahagia dan kau harus menyadari semua itu” Lara.
“Lara” sedikit memberi gertakan.
“Saya bisa mengenali segala penyamaran pak Hiyo setiap berdiri depan supermarket kecil berharap kau kembali” Lara…
“Saya tahu wanita dalam pelukan pak Hiyo bukan siapa-siapa tapi kau, bukan berarti mendapat banyak hujatan kemudian lari begitu saja dari masalah terus berhenti bekerja” rasa kecewa Lara terlihat jelas.
“Bukan karena menghindari masalah lebih tepat demi kebaikan bersama.”
“Pak Hiyo benar-benar menyukaimu” Lara menegaskan kembali sebuah kalimat…
“Dunia, mimpi, status, keadaan membuat kami berbeda satu sama lain bahkan menciptakan jarak jadi kuharap kau mengerti.” Saya tidak ingin mengungkit kembali peristiwa kemarin, jauh lebih baik mengubur sedalam mungkin. Lara berhenti berkata-kata maupun menyinggung segala sesuatu tentang sang menteri. Biarkan pak Hiyo menjalani kehidupan sebagaimana mestinya tanpa harus melibatkan kehidupanku.
Kami berdua menghabiskan waktu sejenak menikmati pemandangan sawah setelah pulang dari kantin sekolah. Berada di pondok kecil milik petani di tengah-tengah hamparan padi. “Benar-benar pemandangan indah” Lara menarik nafas dalam-dalam menikmati kesejukan alam sekitarnya.
“Kenapa kau harus berbohong terhadap bos sendiri mengenai liburanmu?” menegur…
“Sebenarnya saya juga ingin menenangkan pikiran sama sepertimu” Lara.
“Kau mengejek diriku, sedang kau sendiri lari dari masalah” tertawa sinis melihat ke arahnya.
“Entahlah” Lara.
“Sebenarnya apa masalahmu?” mencoba bertanya sebagai sahabat sejati.
“Saya mempunyai teman sepertinya mempunyai masalah” Lara.
“Hubungan dengan dirimu?”
“Entahlah hubungan dengan diriku seperti apa” jawaban kacau seorang Lara.
“Aneh” sedikit mengejek Lara.
“Setiap saya melihat wajahnya pada post akun miliknya seakan ada sesuatu yang mengganjal nampak jelas ataukah itu hanya perasaanku saja” Lara.
“Apa yang kau baca dari wajah temanmu itu?” seakan menginterogasi dirinya.
“Raut wajah dan tatapan matanya berkata sesuatu mengganjal, kecut, aneh, atau iri hati mungkin tapi saya tidak mengerti tertujuh kemana. Seperti ada sesuatu yang dipendam maupun sebuah perencanaan…” Lara.
“Kau mencurigai sesuatu? Memangnya dia seorang pembunuh?” ucapanku…
“Tidak begitu juga, hanya saja terkadang sahabatnya membuat sebuah komentar atau saling membalas komentar terkesan mencurigakan. Apakah mereka berdua sedang berselisih atau ada masalah lain karena raut wajahnya tidak bisa menyembunyikan apapun bahkan terbaca sangat jelas.”
“Kemungkinan dia ada masalah?” kalimatku menanggapi cerita Lara…
“Mereka tetap terlihat baik-baik saja, namun beberapa post foto berdua seperti menjelaskan rinci sesuatu telah terjadi. Wajah dia terkesan kecut, mengganjal, atau penuh rasa iri hati sementara sahabatnya masih berusaha bersikap tenang tetapi terlihat marah” Lara.
Penjelasan lebih lanjut adalah tiba-tiba saja orang tua sahabatnya seakan mencari follower sebanyak-banyak, pada hal setahuku ketertarikan terhadap dunia medsos maupun penggemar sama sekali tidak ada. Selang beberapa waktu dia mempromosikan akun milik orang tuanya semakin menampakkan jelas ada sesuatu hal. Lebih aneh lagi kedua orang tua mereka membuat post seakan mengungkapkan kasih sayang buat anaknya dalam versi berbeda. Beberapa orang menyebut nama sahabatnya pada komentar post akun miliknya semakin mengganjal…
“Saya memang hanya menebak-nebak namun raut wajah, beberapa komentar, orang tua, dan beberapa hal lain menjelaskan sesuatu mengganjal…” Lara.
“Sampai akhirnya saya sengaja mengirim pesan buat dia” Lara melanjutkan lagi.
“Pesan tentang apa?” penasaran…
“Ketenaran, harta, menjadi nomor satu, kejeniusan, tahta, menjadi idola bukanlah segalanya. Ada hal jauh lebih menarik dibanding itu semua dan jangan pernah iri. Sahabatmu itu baik dan sayang sama kau jadi jangan pernah iri dengan apa yang dimilikinya.” Lara.
“Kau langsung menyinggung sahabatnya?” menggeleng kepala tak karuan…
“Saya hanya sekedar berjaga-jaga saja dan jangan sampai dugaanku tepat kalau dia memendam rasa iri hati terhadap sahabatnya sendiri. Secara logika, beberapa post foto mereka berdua terlihat  aneh, ada beberapa post sahabatnya juga mengganjal tiba-tiba saja memperlihatkan sesuatu pernyataan ataupun objek lain.” Lara hanya merasa kasihan melihat hubungan persahabatan ataupun orang tua mereka satu sama lain bisa saja berselisih lebih parah. Menghindari pemikiran-pemikiran luar walaupun berusaha untuk tidak dinampakkan, tetapi bisa saja terbaca jelas suatu hari kelak. Apa lagi orang tua mereka bekerja di bidang yang mana melayani maupun menjadi perhatian masyarakat.
“Wow…”
“Sengaja memblokir dia karena saya juga mengalami sedikit permasalahan dengan sahabatnya. Jangan sampai dugaanku tepat kalau ada perselisihan, dan bisa jadi orang luar termasuk mereka berdua berpikir kalau saya mengadu domba. Pada hal saya sama sekali tidak mengerti masalah…”Lara.
“Jadi kau mengharapkan apa dari manusia itu sampai membuatmu sedikit kacau?”
“Saya ingin dia mengerti seni hidup sehingga dapat mengajarkan banyak hal dalam dirinya. Tidak selamanya apa yang diinginkan itu dapat diraih, ada hal jauh lebih berharga bahkan membentuk petualangan hidup. Jangan membandingkan hidup dengan siapapun di sekelilingmu, karena kau mempunyai cerita unik dan semua itu tergantung pribadimu.” Lara.
“Ada lagi gadis polos?”
“Carilah pasangan yang dapat  membentuk kehidupan bukan membawamu ke sebuah jurang setiap saat. Mempunyai sekolah tinggi tetapi menghancurkan kepribadian sekaligus membuatmu terus berada dalam ruang gelap bersama pergaulan buruk, seks bebas, hal-hal kacau sama saja bohong…” Lara.
“Berarti kau menyukai dia?” kalimatku menyimpulkan…
“Saya tidak mempunyai perasaan special buat dia, hanya saja seakan hatiku menginginkan dirinya belajar mengenal seni kehidupan bersama beberapa petualangan. Berkata-kata seperti ini bukan berarti mencintai…” pernyataan Lara.
Saya dapat memahami ucapan Lara bahwa membuat pernyataan seperti itu tidak berarti menyimpan sebuah perasaan special. Lara hanya menginginkan temannya mempunyai petualangan tertentu bersama cerita-cerita unik dibalik pembentukan kepribadian. Masing-masing orang mempunyai permasalahan tersendiri sama seperti kejadian yang dialami oleh Lara.
“Jangan bohong” hanya sekedar menggoda Lara semata…
“Tuhan, kalau saya pacaran sama temanku itu bisa-bisa perawanku hilang hanya dalam beberapa jam kemudian. Oh my God jangan sampai itu terjadi” kata-kata Lara membuatku tertawa habis-habisan. Bagaimana tidak, mengungkapkan kata demi kata tetapi setelah itu mengeluarkan pernyataan terkacau…
“Memang gaya pacarannya seperti apa sih?” penasaran…
“Bagi manusia polos sepertiku terkesan sangat-sangat hot, menjijikkan, mengerikan, dan itu bisa melenyapkan perawanku dalam hitungan beberapa jam saja atau bahkan hitungan satu jam.” Semakin membuat tertawa mendengar ocehannya.
“Lebih baik saya digosipkan berselisih dengan seorang wanita memperebutkan Bastian Kurz salah satu pemimpin dunia” Lara melanjutkan kata-kata aneh lagi…
“Saya pikir seorang Lara tidak menyukai pejabat”
“Kalau diperhadapkan pejabat seperti pak Hiyo dan Bastian, siapa yang tidak mau? Kau saja jual mahal ma pak Hiyo” ejekan Lara.
“Kau lebih parah sejak kemarin membenci pejabat” sedikit kesal…
“Saya pikir semua pejabat berwajah tua, jelek, tukang pukul, perut besar, kakek-kakek, berkumis, seram tapi ternyata dugaanku salah” mimik wajah Lara menjelaskan sesuatu semakin mengocok perutku untuk tertawa.
“Kau ingin mengetahui sesuatu tidak?” menaruh tanganku pada lengan baju Lara.
“Tentang apa?” Lara serius mendengar…
“Biasanya kalau perut mereka kecil tanpa lemak berarti menyatakan masih polos, tapi andaikan perut berlemak menandakan sudah tidak ada kata polos dalam dirinya” berbisik ke telinga Lara.
“Bagaimana dengan perut tidak besar dan tidak juga kecil dalam artian ukuran sedang-sedang?” Lara.
“Berarti setengah polos dan setengah tidak polos menurut cerita orang bukan saya, lagian mulutku hanya sebagai penyambung lidah.”
“Btw, sejak kapan temanku bisa bercanda ngaco seperti sekarang?” Lara.
“Semenjak kau hadir disini teman” jawaban paling tepat bagi Lara biar mulutnya terkunci rapat tanpa berkata-kata lagi.
“Tunggu-tunggu… sepertinya saya mengenal orang di sana” tangan Lara menunjuk seseorang.
“Mana?” mencari tahu…
“Bukannya itu bule kesasar” teriak Lara terkejut melihat Aldrich sedang mencari ikan di tengah-tengah sawah bersama beberapa petani. Lara segera keluar dari pondokan, kemudian berlari menuju tempat kumpulan beberapa petani.
Habis sudah sesuatu pasti terjadi setelah ini. Mengekor di belakang Lara menuju tempat kumpulan beberapa petani yang lagi mencari ikan. “Bule gila ternyata itu dirimu” Lara histeris berteriak sampai menjadi pusat perhatian semua orang.
“Wow, teman gila Cristal datang ke desa juga rupanya” kalimat Aldrich…
“Satu berkata bule gila, lah yang satu teman gila” salah satu petani agak sedikit aneh mendengar mereka berdua saling menghina…
“Sekarang kulitmu sudah mutung seperti hangus terbakar saja” ledek Lara.
“Demi mengejar cinta sejati” balas Aldrich.
“Mereka berdua sama-sama gila” menggerutu sendiri…
“Cristal pacarku paling manis” Aldrich tersenyum menyapa ke arahku.
“Buatmu” Memberikan sebaskom belut buat dibawah pulang ke rumah…
“Jangan-jangan kau menolak pak Hiyo gara-gara bule seperti dia?” Lara berbisik ke telingaku sambil memperhatikan gerak-gerik Aldrich.
“Kenapa? Cemburu?” menjawab Lara dengan nada jutek.
Suasana rumah menjadi ramai semenjak kedatangan Lara. Keponakan kecilku yang sekarang sudah beranjak remaja punya teman bermain. Sebelum Lara tinggal di rumah ini dapat dikatakan kami hanya tinggal bertiga, sedangkan ayah Tiara sudah lama meninggal. Sepupuku bekerja sebagai pegawai di kantor lurah setempat. “Dengar, jangan pernah panggil tante tapi harus panggil kakak, ngerti?” ocehan Lara mulai kumat seperti biasa.
“Memang kenapa?” Tiara.
“Memang mukaku sudah tante-tante gitu? Masih imut-imut begini dipanggil tante, kan tidak lucu” cetus Lara.
“Saya juga tidak pernah mau dipanggil tante ma Tiara” memasuki pembicaraan mereka berdua.
“Berarti Tiara harus memaksakan diri memanggil kakak yah?” Tiara…
“Begitulah” Lara tersenyum…
“Miss you Cristal” Aldrich mengejutkan kami  dengan berkunjung malam-malam serta memaksa masuk ke rumah. Membawa sebaskom pette hasil panen salah seorang petani. Setiap ada kegiatan panen padi, cokelat, kopi, pette, atau apa saja maka batang hidung Aldrich selalu bermukim di sana. Secara kebetulan lagi musim pette, jadi panen besar-besaran dan Aldrich pun membantu lantas mendapat jatah sebaskom.
“Paman bule paling is the best” pujian Tiara membawa sebaskom pette ke dapur.
“Tadi sebaskom belut, sekarang sebaskom pette” Lara membelalak…
“Kemarin-kemarin sebaskom singkong, sayuran, ikan kering, ikan lele, pisang sekarung apa lagi yah?” Aldrich masih berpikir…
“Pantas saja kau makin mutung” ledekan Lara.
“Demi mengejar cinta sejati tentunya” balas Aldrich. Mereka berdua tidak kehabisan bahan perselisihan membuat kepala sedikit kacau. Terbiasa dengan tingkah Aldrich itulah kehidupanku sekarang. Sosok pribadi penuh perjuangan untuk memahami banyak hal dalam diriku, dapat dikatakan hal seperti ini juga yang saya rasakan sekarang.
Hobiku masih terus berjalan yaitu menulis tentang banyak hal. Mengemukakan pemahaman, prinsip, beberapa jalur perbedaan terhadap kehidupan seseorang. Saya menyukai gambaran tidak biasa ketika mengungkapkan satu petualangan melalui beberapa pernyataan dalam tulisanku sendiri. Hidupku masih mempercayai harapan, sesuatu hal yang tidak mungkin bagi manusia tetapi bagi Tuhan mungkin, kekuatan dalam proses, terus berjalan sekalipun segala pintu tertutup bahkan mengalami ribuan kegagalan.
Tetap percaya bahwa suatu hari kelak, beberapa pemimpin dunia akan datang ke hadapanku dan menginginkan saya untuk berkarya di negaranya. Jujur, hatiku juga tidak mau sembarang memilih negara untuk permasalahan ingin melanjutkan pendidikan maupun berkarya. Kehidupanku menyukai pemimpin dengan beberapa hal menarik di dalam dirinya seperti membenci karakter LGBTQ, dapat menerima prinsip pada jalanku, ada rasa takut terhadap Tuhan. Manusia bisa saja menertawakan tentang mimpiku, tetapi tidak ada hal terlalu sulit untuk diperbuat oleh sang pencipta.
Kenapa saya membenci karakter LGBTQ? Karena semua itu sudah tidak berjalan dengan norma kehidupan normal. Saya tidak membenci manusia LGBTQ, tetapi saya hanya membenci karakter LGBTQ. Bagi mereka dengan pendidikan tinggi tentu dapat membedakan antara membenci karakter LGBTQ dan mencintai manusia LGBTQ. Dikatakan ingin mendiskriminasi kaum LGBTQ sama sekali tidak terlintas dalam benakku karena mereka juga masuk dalam golongan manusia bukan hewan. Mereka membutuhkan perhatian, kasih sayang, cinta, pertolongan dengan cara membawanya keluar dari jurang gelap bukannya malah semakin membuatnya terikat dengan ikatan belenggu.
Konsep berpikir para pemimpin dunia tentang dunia LGBTQ terlalu kacau. Mendukung kehidupan mereka berarti memberikan diskrimanasi lebih tinggi dan tidak akan pernah memberi kebahagiaan setitikpun terlebih penyelesaian masalah. Saya mencoba merangkul sekaligus memahami apa yang mereka rasakan melalui sebuah tulisan. Kata merangkul mempunyai perbandingan kata dengan persetujuan kehidupan LGBTQ. Belum terlambat untuk mencoba keluar dari sebuah kehidupan gelap.
Tulisan tersebut bermakna segelap apapun tempat kau berpijak sekarang, belajarlah untuk berlari keluar mencari setitik sinar. Mencintai mereka dengan cara salah akan semakin menciptakan kehancuran bahkan berdampak bagi situasi lingkungan lainnya. Sama halnya tentang pengajaran orang tua tentang terlalu mencintai sang anak tetapi tidak bijak, berarti suatu hari kelak masa depannya tentu rusak dalam sekejap, begitupun sebaliknya situasi permasalahan kasih sayang terhadap kaum LGBTQ.
Cintailah mereka yang berada dalam ikatan LGBTQ dengan cara yang tepat dan benar. Kasih sayang dan perhatian adalah dengan cara membawa mereka keluar untuk berlari mencari setitik sinar. Kenyataannya semua orang menyadari dampak buruk jika seseorang tetap berada dalam dunia LGBTQ baik dari bidang medis maupun bidang lain. Saya bukan seorang pendeta, ustads, pemimpin agama, biksu, suster biarawati dalam mengungkapkan hal-hal semacam ini… hanya saja para pemimpin dunia harus berpikir lebih rasional/logis ketika melihat situasi  LGBTQ.
“Setidaknya saya mengemukakan pendapatku bukan berarti mendiskriminiasi” berkata-kata sendiri dalam kamar dimana semua orang terlelap bersama mimpi. Terus menulis kata demi kata tentang apa yang sedang kupikirkan merupakan penghiburan buatku pribadi. Seperti biasa saya tidak akan pernah lupa untuk menyelipkan beberapa imaginasi demi mengejar mimpiku suatu hari kelak. Berada di sebuah laboratorium bekerja sama dengan beberapa professor ataupun seorang diri merakit sebuah teknologi terbaru.


Bagian 12…

“Tumben dia tidak menampakkan batang hidungnya beberapa hari belakangan” bergumam mencari-cari keberadaan Aldrich. Terjadi sesuatu? Sakit? Marah? Kembali ke Negara asalnya? atau hal lain? Entahlah…
Perasaanku seperti mengatakan terjadi sesuatu dengannya. Bertanya ke semua pengambil pasir di sungai mengenai keberadaan Aldrich, namun mereka tidak tahu menahu sama sekali. Berkeliling sawah mencari juga memberi hasil dan jawaban sama yaitu dia sama sekali belum menampakkan diri selama beberapa hari belakangan. Mencoba mencari tahu alamat rumahnya merupakan jalan terbaik.
“Kenapa baru sekarang mencari tahu alamat si’bule itu?” pemikiran terboodoh…
Setiap hari ke rumah berkunjung, membawa sesuatu, ataupun ke pasar bersama denganku tetapi sama sekali saya tidak pernah ingin tahu dimana dia tinggal. Bersikap bodoh tentang apapun dalam dirinya lebih menyenangkan dibanding ingin mengetahui semuanya. Terserah dia mau tidur di pohon kelapa, sungai, hutan, jalan seakan hidupku tidak memperdulikan semua itu.
“Akhirnya ketemu juga” memarkir sepeda milik Tiara dekat pohon mangga. Dia tinggal di sebuah rumah kayu sederhana tetapi menjelaskan suatu nilai karya.
“Pasti rumah ini hasil karyanya sendiri terlihat masih baru” bergumam sendiri dalam hati menyaksikan pemandangan di depan. Pagar halaman rumah memakai tumpukan tempurung kelapa membentuk seperti gelombang-gelombang ombak laut. Kombinasi antara kayu dan batang kelapa merupakan sebuah karya desain terbilang unik.
“Permisi, ada orang di rumah?” mengetuk pintu depan rumah setelah menaiki sebuah tangga terkesan unik. Tangga rumah berupa jaring-jaring didesain memakai beberapa bahan  batuan dari sungai, untuk mencapai pintu masih harus berjalan lagi melalui jembatan jaring-jaring pula.
“Pintu tidak terkunci” membuka pintu rumah Aldrich. Ruang tamu Aldrich menyuguhkan kembali suatu karya seni membentuk tempurung kelapa, sedangkan sofa maupun meja dirancang memakai bahan serabut kelapa anyaman. Bagian dapur memakai konsep berbahan batu-batu kerikil ukuran besar diambil dari sungai. Ruang makan, dapur, wastapel dibentuk memakai desain unik, seolah sedang berada dalam sarang burung dan berada di atas pohon. Pemandangan lain dari rumah ini adalah bagian lantai sekitar ruang terbuat dari kaca transparan sehingga dapat menikmati pemandangan ikan. Dengan kata lain terdapat akuarium sepanjang ruang tersebut bersama beberapa gabungan bahan pula.
Jenis rumah Aldrich jika diperhatikan dari sisi luar sedikit menipu, namun kenyataanya ketika berada di dalam sesuatu mengungkapkan objek lain. “Bule gila, apa kau di rumah?” bersuara mencari ke setiap sudut rumah.
“Tangga apaan ini?” penasaran melihat sebuah tangga lumayan panjang juga seolah menghubungkan ke suatu tempat. Terdapat sebuah ruang kerja, sedang pada bagian kiri sebuah anak tangga penurunan akan menghubungkan dengan kamar alias tempat Aldrich melepas lelah dalam tidurnya.
“Siapa di situ?” suara Aldrich mengendap-ngendap mencari pencuri yang sudah berani masuk ke rumahnya.
“Pencuri” sedikit lagi saya habis di tangan Aldrich karena dipikir pencuri.
“Cristal pacarku paling manis” terkejut melihatku…
“Sedikit lagi saya jatuh ke bawah” sedikit judes melihat gaya Aldrich.
“Dari mana tahu keberadaan rumahku?” ternyata selama ini dia menyembunyikan letak rumahnya ke semua orang kecuali salah seorang rekan kerjanya di sungai. Saya pikir dia sakit, terjadi sesuatu, kecelakaan, atau bagaimana selama beberapa hari belakangan sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya. Aldrich berada di ibukota untuk membeli beberapa kebutuhan penting, hanya saja harus nginap berhubung rekan kerjanya dari Negara asalnya sedang menikmati liburan. Lebih kacau lagi pintu rumahnya tidak terkunci jadi siapapun bisa masuk melenyapkan semua barang di dalam.
Beruntung saja desa ini masih aman, jadi tindak pencurian maupun criminal lain bisa dikatakan hampir tak pernah tejadi jauh berbeda dengan tempat lain. Hal mengejutkan adalah rumah Aldrich dibangun dalam waktu singkat tapi terlihat keren. “Saya’kan seorang arsitek, jadi konsep rumah harus unik” berkata-kata bersama kebiasaan kacaunya, apa lagi kalau bukan mencubit bagian wajahku. Aldrich menunjukkan sesuatu terhadapku melalui jendela sekitar ruang kerjanya.
“Wow keren” terkagum-kagum melihat pemandangan alam di luar sana melalui jendela. Suara kicauan burung, sawah, gunung, para petani lalu lalang, dan masih banyak lagi dapat dilihat di tempat ini. Hal yang dapat menipu mata adalah sebuah pohon kelapa menjulang sedikit tinggi samping rumah ternyata ruang kerja dan kamar Aldrich. Bagian luar dibentuk menyerupai pohon kelapa sungguhan lengkap dengan banyak buah di atasnya, pada hal kenyataan sebenarnya hanyalah bagian konsep arsitek menipu mata.
“Apa ini?” segala jenis kayu, kertas, lem, computer,gambar-gambar memenuhi ruang kerjanya. Sebuah gambar bangunan berada dalam kotak kaca kecil terlihat unik.
“Desain kota hasil karyaku, coba perhatikan!” Aldrich menarik tanganku ke kursi…
“Bagaimana kau punya waktu buat pekerjaanmu, sementara tiap harinya berada di luar rumah?” pertanyaan buatnya…
“Kalau bukan sungai, sawah, kebun, ke pasar, nongkrong ma petani, apel ke rumah lah waktumu kapan buat beginian?” masih bingung berpikir sambil melirik ke arahnya.
“Saya juga mau bertanya balik, waktu menulismu kapan sampai bisa mengungkapkan banyak materi kerangka-kerangka tertentu sedang dirimu sendiri mempunyai kesibukan?” Aldrich.
“Karena hobi tentu saya tidak akan lepas, sesibuk apapun tentu dalam seminggu pasti tetap depan laptop memainkan tuts” jawaban buatnya.
“Sama sepertiku mempunyai hobi menghayal desain-desain arsitek terbaru kemudian menuangkan di suatu tempat” Aldrich.
“Coba perhatikan desain taman di tengah kota hasil karyaku!” menunjukkan sesuatu terhadapku di atas meja kerjanya. Sebuah taman mengambang di udara di tengah kota mempunyai beberapa trik tersendiri sehingga terlihat unik. Seolah taman dan awan putih berdekatan secara langsung yang berada di tengah kota. Desain taman membentuk sebuah buku dengan halaman terbuka lengkap bersama tali pembatas jika dilihat dari arah bawah.
Taman tersebut memberikan kesejukan karena deretan tanaman hias di setiap area. Sebuah perpustakaan menyerupai angin puting beliung di tengah kolam ikan memberikan pemandangan lain. Sangat tepat melepas stress, memperluas wawasan, menikmati pemandangan, sebagai tempat hiburan paling seru. Sekitar taman juga terdapat beberapa arena permainan seru, menantang, teka-teki penuh misteri sehingga membuatnya berbeda dari tempat lain.
“Desain taman bersama seni tersendiri bermain di dalamnya” tersenyum…
“Senang melihat Cristal bisa tersenyum melihat karyaku”Aldrich.
“Angin puting beliung, taman, buku, udara, permainan menantang, penuh misteri seperti mempunyai peran tertentu sampai terbentuk sebuah karya desain arsitek” sedikit penasaran balasan bahasa Aldrich.
“Sebuah prinsip, inspirasi, juga karya tidak dapat terbentuk dengan sendirinya pada sisi perjalanan seseorang. Terkadang membutuhkan suatu tempat tak terduga untuk menjalani petualangan. Udara bercerita tentang mimpi besar, khayalan, imajinasi, sesuatu yang mustahil di jangkau karena pada kata bersifat tidak mungkin membuat sebuah taman melayang…” Aldrich mengungkapkan kandungan arti dibalik hasil karyanya.
Udara dan khayalan mempunyai makna sama jika ditempatkan pada satu situasi yaitu tidak dapat dilihat dan disentuh. Seseorang dapat memahami sebuah objek, membentuk suatu karya terbaik, menyadari prinsip hidup, meraih sesuatu hal paling mustahil, belajar merendahkan hati andaikan kehidupannya melewati tiupan angin puting beliung menjadi proses terdasyat bersama sebuah petualangan bersifat misteri penuh teka-teki. Semua itu akan menjadi sebuah koleksi buku terbaik bagi perpustakaan pribadinya ketika tangannya berhasil meraih mimpi yang dikatakan tidak mungkin bagi manusia, tetapi mungkin bagi Tuhan.
“Saya suka karyamu” lirihku menatap lebih dalam sebuah desain karya…
“Btw, ada sesuatu ingin kutanyakan juga?” Aldrich.
“Tentang?”
“Apa kau tidak pernah takut karya tulismu bisa saja jadi korban plagiat seseorang di luar sana alias mengatas namakan hak kepemilikan?” Aldrich.
“Saya tidak punya pilihan lain dikarenakan beberapa alasan” jawaban buatnya.
“Alasan?” kening Aldrich sedikit mengkerut…
“Seperti kisah yang telah kuceritakan sebelumnya tentang sebuah teka-teki misteri hidup terjadi dalam hidupku butuh untuk dipecahkan, permasalahan mimpi menginginkan beberapa pemimpin Negara-negara besar berdiri di hadapanku mengungkapkan kalau mereka menyukai hasil pemikiranku.” Inilah alasan buat saya tanpa seorangpun mengerti semua itu…
“Saya tidak perduli tentang jumlah pembaca, setidaknya hatiku berkata pasti ada jalan keluar buatku pribadi. Hal terpenting adalah tokoh-tokoh berpengaruh dunia menjadi pembaca setia tulisanku sekalipun terlalu mustahil semua itu terjadi, tetapi nafasku masih percaya tentang sebuah harapan.” Masih melanjutkan kata demi kata…
Belasan tahun menjadi situasi tersulit, semua jalan benar-benar tertutup, menghadapi kenyataan pahit dan satu-satunya hal yang dapat kulakukan adalah menulis. Setidaknya suatu hari kelak rumah produksi perfilman terbesar di holywood melirik hasil karyaku. Ingin mengajar, membalut luka, memberi kekuatan, menginspirasi, menghancurkan suatu ikatan belenggu, memperlihatkan setitik sinar terhadap kehidupan banyak orang di luar melalui tulisanku. Masing-masing penulis mempunyai ciri khas ketika mengungkapkan sebuah objek tentang hidup sama seperti karya tulisku punya cerita sendiri untuk dilukiskan.
“Saya percaya Cristal punya cerita dan pasti bisa meraih sesuatu yang dikatakan mimpi.” Aldrich membawaku ke dalam dekapannya seolah memberi kekuatan bahkan memahami seperti apa perjalananku.
“Sedikit lagi pasti beberapa tokoh-tokoh penting dunia berjuang keras memperebutkan dirimu tanpa Cristal sadari, jangan putus pengharapan untuk setiap mimpi dalam hidupmu.” Aldrich masih melanjutkan ungkapan perasaannya bahwa semua itu bisa diraih. Pemecahan teka-teki yang terjadi selama belasan tahun lalu pasti akan memperlihatkan hasil serta membuka jalan.
“Tentu saja, kenapa? Karena saya masih punya pengharapan.” Kedua kalinya menangis dalam dekapan orang yang sama.
“Menangis saja selama itu bisa mengurangi beban hidupmu” Aldrich semakin mendekap kuat diriku seolah menyadari kepedihan luka yang selalu saja bersarang di setiap sudut kehidupanku.
Tidak seorangpun dapat menyadari tentang peristiwa hari esok, tetapi saya percaya tentang pengharapan walaupun segala jalan tertutup buatku. “Cristal harus tetap berlari kuat” sekali lagi Aldrich berbisik memenuhi gendang pendengaranku. Pelangi hadir setelah hujan deras membasahami bumi itulah hal yang kutahu sekarang. Kegagalan boleh hadir setiap saat, tidak berarti menghancurkan sebuah kekuatan dalam kehidupanku.
“Cristal, semua ini buatmu” seperti biasa Aldrich tak memperdulikan tempat tanpa berpikir situasi dan selalu saja berteriak. Membawa sebaskom daun singkong masih berpakaian kotor berjalan masuk ke kantin sekolah hari ini. Masih bekerja sebagai pengambil pasir di sekitar sungai, ikut membantu petani memetik hasil panen terlebih kalau itu padi, dan masih banyak lagi kegiatan seorang Aldrich selama berada di pedesaan.
“Pulang!” rasa kesal melihat tingkahnya.
“Cristal, tadi bosku memberi beberapa ekor bebek buat dimakan” Aldrich memegang beberapa ekor bebek masih terikat di tangannya.
“Bisa buat bebek panggang di rumah kalau begitu” langsung tersenyum melihat apa yang ada di tangan Aldrich.
“Kata bos sebagai mas kawin buat calon  menantu” Aldrich.
“Terserah” bersikap cuek mendapat kalimat-kalimat bualannya seperti biasa. Terkadang dia membantuku di kantin baik itu cuci piring, mengepel, melayani pembeli, membersihkan meja penuh semangat. Wajar saja semua penduduk desa di luar sana ingin menjadikan Aldrich sebagai calon menantu setiap saat. Siswi perempuan pasti histeris melihat Aldrich berada di kantin melayani para pembeli. Lara menghabiskan waktu berjalan keliling desa selama berada di sini.
“Saya membawa beras ketan sebaskom hanya buatmu Cristal” pagi-pagi buta mengetuk pintu rumah sampai membangunkan semua tetangga. Lara sangat kesal melihat tingkah Aldrich jam masih terlalu gelap di luar sana tetapi berteriak seperti orang gila. Lebih kacau lagi menarik paksa tanganku untuk berjalan keliling sawah dengan suasana udara dingin mencekam. Dia hanya ingin menunggu matahari terbit di tengah sawah bersama hamparan padi membentang luas.
Duduk pada sebuah pondok menikmati kicauan burung dan embun pagi. “Kau menyiapkan semua ini?” terkejut melihat tasnya berisi makanan, kompor kecil, gula, kopi, kue-kue tradisional, piring, gelas, sendok, bubur ayam, panci kecil. Dia sudah mempersiapkan semua perlengkapan menunggu matahari terbit sambil menikmati suasana pemandangan sawah.
“Saya sudah lama menantikan waktu romantis pagi hari hanya duduk berdua di sebuah pondok bersama dirimu” tak terbayangkan sama sekali pemikiran Aldrich…
“Pantas saja sampai suasana masih terlalu gelap terus kau membangunkan semua orang, hebat sekali” menyindir luar biasa dirinya.
“Btw, saya mau bertanya kenapa dalam tulisanmu tidak pernah menampilkan adegan-adegan romantis contohnya berciuman sama seperti penulis lain. Nilai plus tulisanmu berkurang hanya karena hal semacam itu…” pertanyaan kacau tiba-tiba muncul…
“Seperti yang saya katakan sebelumnya kalau kisah percintaan dalam ceritaku hanya berperan sebagai bahan penyedap bukan sebagai bahan utama” menjawab pertanyaannya.
“Bagaimana kalau kau dan saya berciuman biar bisa menambahkan cerita paling menarik walaupun kisah percintaan tulisanmu berperan sebagai bahan penyedap?” Aldrich.
“Jangan macam-macam kalau kau masih mau berdiri di depanku, ngerti?” menggertak.
“Kesimpulannya bukan itu melainkan prinsip percintaan sang penulis terkesan kacau” Aldrich…
“Saya berada pada jalur hidup berbeda dari orang lain di luar sana, jadi apapun dalam jalanku harus ada batasan-batasan tertentu bahkan tidak boleh melanggar setitikpun. Baik bercerita tentang tulisan sendiri terlebih kehidupan nyata yang sedang saya jalani harus tetap berada pada lingkaran Tuhan bukan karena kemauanku.”
“Oh begitu, bagaimana dengan tulisanmu tanpa latar semacam nama kota, wilayah, daerah tidak pernah disebut?” Aldrich.
“Saya sengaja tidak menyebutkan latar tempat tinggal para tokoh-tokoh yang berperan seperti nama kota, daerah, Negara, dan semacamnya. Kenapa? Setidaknya para pembaca memikirkan jika itu terjadi di tempat mereka” memberi jawaban…
“Ada alasan lain gak?” Aldrich.
“Saya percaya sesuatu hal, kelak Tuhan pasti menggerakkan rumah produksi perfilman holywood atau negara lain untuk memfilmkan semua karya tulisku, jadi syuting di segala tempat terserah tanpa harus berpikir latar…” semua orang bisa saja tertawa mendengar alasan terkacau ketika menjawab pertanyaan seperti itu.
“Kemarin saya membaca sebuah artikel tentang pertemuan para pemimpin dunia baru saja dilakukan beberapa hari lalu.” Arah pembicaraan Aldrich bergeser ke tempat lain, tidak lagi membuat seribu pertanyaan permasalahan jenis tulisanku. Dialog menit berikut adalah artikel pertemuan antara pemimpin dunia. Berbicara organisasi-organisasi internasional tentu melibatkan kekuatan mereka dalam beberapa aspek antar Negara.
“Memang kenapa?”
“Bukankah mimpimu berada di antara mereka, memperlihatkan hasil pemikiran maupun karya terbaik dalam diri seorang Cristal bahkan akan diperebutkan suatu hari kelak?” Aldrich sedikit memancing…
“Lantas?”
“Tentu kau akan mengikuti perkembangan…” Aldrich.
“Terkadang iblis meneror pikiran bahkan membuatku ketakutan ketika menyimak atau membaca pemberitaan pertemuan para pemimpin dunia di suatu Negara.” Entah mengapa saya ingin mencurahkan begitu saja apa yang sedang meneror pikiran saat-saat tertentu terhadap dirinya. Permasalahan sekarang dia mulai memancing tentang sesuatu…
“Apa yang kau takutkan?” Alrich.
“Bahan gurauan salah satu diantara mereka ketika sedang bersantai, dialog, acara sedang berlangsung tetapi menjadi boomerang bagi kehidupan banyak orang di luar sana.” Ada saat salah satu pemimpin dunia hanya sekedar memainkan bahan lelucon, hanya saja pihak lain menanggapi serius tanpa sadar sehingga berakibat fatal di luar kendali. Boomerang paling menyedihkan baik dalam bentuk benar-benar terlihat oleh public, kalangan atas, atau tidak terbaca sama sekali bagi siapapun. Bisa saja salah satu dari mereka memainkan peran sehingga memberikan dampak parah bagi kehidupan di luar sana terlebih orang-orang kecil akan menjadi korban.
Hal menakutkan kedua selain diatas adalah perselisihan, adu argument, saling menuding antara Negara satu dengan lainnya dapat berujung perang. Permasalahan nuklir benar-benar membuat semua orang hidup dalam ketakutan terlebih mereka yang tinggal di sebuah Negara yang memang sudah terlibat perselisihan. Karakter pemimpin dunia mempunyai ciri khas masing-masing ketika menghadapi, menyelesaikan, menyusuri, menanggapi sebuah objek di depannya. Seakan beberapa Negara sedang mempersiapkan diri melalui pembuatan senjata-senjata modern, strategi perang, bahkan nuklir pun akan dimainkan dalam hal seperti ini. Jujur, saya belum siap mendengar kata perang apa lagi berhadapan langsung…
Saya hanya menginginkan para pemimpin dunia yang sedang terlibat perselisihan menghadapi masalah dengan kepala dingin. Bukan permasalahan siapa paling terkuat, terhebat, terbaik, terlemah hanya saja banyak orang-orang yang tidak mengerti apa-apa akan menjadi korban. Negara-negara kecil tentu berpengaruh bahkan kasus criminal, kelaparan, kemiskinan, penyakit akan terjadi dan saya tidak ingin melihat hal semacam itu selama nafasku masih berjalan di bumi. Jangan menjadi pemimpin paling egois ketika menanggapi sebuah masalah, coba berpikir lebih bijak untuk melihat kehidupan-kehidupan orang bawah yang akan menjadi korban. Kenapa? Karena saya juga berasal dari keluarga terlalu miskin, secara otomatis dapat membayangkan betapa sulitnya kehidupan ketika perang dimainkan.
Menjelaskan sesuatu yang selama ini terpendam kuat jauh di dasar hati. Saya bukan seorang Nelson Mandela atau mother Theresa tapi tidak juga berperan sebagai seorang pahlawan kesiangan bagi kehidupan sulit. Hidupku adalah hidupku dan tidak akan pernah menjalani peran sebagai orang lain, kenapa? Masing-masing orang punya keunikan maupun perbedaan tersendiri. Saya hanya seseorang yang lebih senang berada dalam kesendirian, anak rumahan, pemalu, tidak menyukai keramaian, mempunyai hobi menulis, dan ingin mengejar sebuah mimpi besar di tengah segala kelemahannya.
“Seperti itulah dunia pejabat” Aldrich berkata-kata setelah mendengar ungkapan perasaanku terkait beberapa situasi…
“Perselisihan antara pemimpin dunia dapat memecah perang dunia”
“Hanya kekuatan doa semata bisa dilakukan untuk meredahkan perselisihan antara sama lain di antara mereka” Aldrich.
“Keegoisan jauh lebih kuat bermain” tersenyum sinis…
“Menurutmu, bagaimana pemikiranmu menanggapi kasus-kasus permasalahan antara pemimpin? Kau berada dipihak mana?” Aldrich seolah memancing.
“Jujur, saya tidak bisa mempersalahkan maupun menyerang pemimpin A dibanding B untuk suatu kasus perselisihan.” Mengamati beberapa pertemuan antara pemimpin dunia belakangan ini bersama pembahasan-pembahasan perdamaian maupun system kerja sama.
“Jelaskan alasan paling tepat bagi pernyataanmu!” Aldrich.
“Saya netral dengan kata lain tidak akan berpihak pada Negara manapun. Permasalahan disini harus bijak melihat situasi dan jangan semakin memanasi keadaan sampai menimbulkan perselisihan lebih besar.” Penjelasan baginya…
“Terkadang pemimpin yang terlihat menakutkan, berkoar-koar, sepertinya menimbulkan banyak permasalahan antara Negara jauh lebih baik. Justru pemimpin dengan sikap tenang bahkan tak pernah mengalami permasalahan antara Negara bisa saja menjadi boomerang bagi banyak orang bahkan berperan sebagai perusak…” lanjutan kata-kata menurut pemikiranku pribadi. Inilah kenyataan sebenarnya, hal lebih menakutkan adalah beberapa pemimpin dunia bersama kepribadian tenang, malaikat, diam seribu bahasa tetapi ada waktu tertentu menghancurkan semua Negara di sekitarnya.
Kesimpulan bagi pemimpin lain adalah jangan terkecoh dan terpancing melihat sesuatu hal. Diam tanpa berkata-kata saat pertemuan untuk waktu tertentu jauh lebih baik dibanding masuk berperan sebagai pendukung pemimpin A maupun B. Keadaan sekarang membutuhkan kepekaan penuh terhadap banyak hal di depan terlebih perselisihan antara pemimpin Negara. Berdoa meminta petunjuk Tuhan merupakan jalur tepat untuk tidak asal dukung mendukung, berkata-kata, menyerang, berperan. Kenapa? Karena kita tidak akan pernah bisa membedakan antara hati malaikat, setengah malaikat, biasa, dan iblis.
“Salah satu atau beberapa dari mereka mengajukan sebuah kebijakan di suatu bidang tertentu sehingga berdampak parah buat semua orang.” Menjelaskan hal lain selain dua permasalahan sebelumnya. Sebagai salah satu contoh membuat aturan kebijakan dalam bidang perekonomian, tetapi pada dasarnya banyak Negara akan mengalami tingkat-tingkat kesulitan apa lagi dikatakan tidak termasuk dalam kategori Negara-negara besar. Semua itu dapat menghancurkan mereka yang lemah, tidak mengerti apa-apa, awam, kecil, terbawah ketika menghadapi banyak hal di luar sana.
“Kau takut tentang masalah seperti itu, sedangkan saya lebih ketakutan lagi andaikan salah seorang pemimpin dunia mengajukan aturan pemakaian chips dalam tubuh sebagai teknologi terbesar untuk lebih memudahkan segala jenis akses.” Pertama kali Aldrich memasang mimic wajah meringis akibat membayangkan sesuatu hal di luar sana…
“Pemikiranmu dan pemikiranku sama yaitu tidak menginginkan salah satu dari pemimpin melegalkan penggunaan chips dalam tubuh ke seluruh dunia.” Sejauh pemberitaan, sang pembuat chips menghalalkan segala cara agar produknya menyebar ke seluruh dunia. Tidak satupun factor medis dapat membenarkan mengenai dampak negative pemakaian chips dalam tubuh. Mereka berhasil menarik perhatian banyak orang dan percaya tentang segala jenis fungsi teknologi terbaru ketika melakukan berbagai aktifitas.
Membuat artikel jika pemakaian chips dalam tubuh mempunyai peran penting dalam bidang kesehatan, menghindari tindak pencurian ataupun kasus criminal lain. Hal yang sebenarnya terjadi adalah semua itu hanyalah bagian strategi untuk menghancurkan kehidupan banyak orang setahap demi setahap. Dapat dikatakan mereka berhasil melakukan pembuktian medis melalui beberapa tes bahkan berperan besar untuk perjalanan kesehatan banyak orang. Bahkan ada yang menawarkan sejumlah uang dengan syarat menanamkan chips dalam tubuh, kenapa? Karena mereka ingin menguasai keadaaan dalam segala aspek di dunia dan ini terlalu berbahaya.
Semua itu hanyalah bagian dari promosi dan mereka yang terlibat berperan sebagai sales marketing. Chips yang dikembangkan mempunyai radiasi tinggi sehingga dapat berdampak keras bagi kesehatan suatu hari kelak hanya belum terlihat sekarang. Digunakan sebagai alat untuk memindai setiap saat, sedangkan menurut kesehatan seseorang yang terpapar radiasi beberapa kali dapat berpengaruh besar bagi tubuh. Sebagai contoh, para tenaga medis harus memakai pakaian khusus ketika seorang pasien menjalani sebuah pemeriksaan tertentu di laboratorium. Kenapa? Radiasi dari suatu alat tertentu di rumah sakit dapat menyebabkan kemandulan bahkan penyakit-penyakit tertentu.
Di Jepang setelah terjadi tsunami beberapa tahun lalu, sebagian masyarakatnya dibuat ketakutan karena radiasi nuklir dapat berdampak buruk juga merusak kesehatan dan genetic orang-orang disana. Bagaimana dengan chips yang berada dalam tubuh dan setiap saat akan akan terpapar dengan radiasi. Kembali pada pernyataan medis, setiap benda asing yang masuk ke dalam tubuh butuh waktu untuk beradaptasi dan andaikan tidak mengalami kecocokan tentu memberikan dampak negative kemudian balik menyerang. Secara otomatis dapat menimbulkan penyakit kulit paling menjijikkan suatu hari kelak hanya tidak untuk waktu sekarang. Permasalahan zat kimia yang menjadi kandungan utama pada chips akan diserap oleh tubuh dan dialirkan oleh pembuluh darah berujung penyakit mematikan.
“Alasan terkacau mereka adalah tindak pencurian uang yang selalu terjadi dari rekening-rekening dalam jumlah besar, sehingga teknologi tersebut dapat menjamin bahkan berfungsi besar di berbagai bidang” Aldrich.
“Semua itu hanya dijadikan sebagai alasan semata. Saya rasa permasalahan pencurian uang melalui ATM bukan alasan paling tepat, kenapa? Ada cara lain untuk menghindari tindak pencurian dari rekenin-rekening costumer.”
“Menurutmu system perbankan yang harus dirubah?” Aldrich.
“Seperti itulah beberapa system perbankan.” Menghabiskan waktu berdialog sambil menikmati sinar matahari pagi sekitar hamparan padi membentang luas sekeliling kami.


Bagian 13…

“Lihat mataharinya manis banget seperti dirimu” bualan Aldrich mulai nampak lagi ke permukaan. Kami berdua benar-benar terlihat seperti dua insan yang sedang menjalin kisah hubungan asmara, sedangkan saya sendiri masih belum mengerti perasaanku.
“Apaan sih” sedikit menjauh…
“Walaupun kau sama sekali tidak menganggapku sebagai pacar, tetapi saya akan tetap berkata kalau dirimu adalah pacar paling manis” Aldrich tertawa keras menghancurkan gendang pendengaran.
“Berhenti berbual bos” segera keluar dari pondok…
Berjalan sekitar pematang sawah, berpikir, merenung tentang hidup dengan segala proses yang terkadang menyakitkan tetapi mengajarkan sesuatu. Memory belasan tahun kemarin membuatku dapat mengungkapkan tentang berbagai cerita melalui sebuah tulisan. Masing-masing orang memiliki kisah tersendiri ketika nafasnya masih terus berhembus. Bercerita banyak hal saat-saat tertentu, itulah yang sedang terjadi di sepanjang jalan hidupku.
“Cristal”
“Teriakanmu memecah gendang pendengaranku, jadi berhenti berteriak” terus berjalan tanpa berbalik ke arah suara tersebut.
“Cristal” kedengaran aneh mendengar Aldrich berteriak…
“Cristal” sekali lagi jenis suara Aldrich terkesan lain bahkan bukan dirinya membuat langkahku terhenti seketika.
“Kau terlihat berbeda dari sebelumnya” kembali dia berkata-kata. Berbalik ke arah suara tersebut, tepat dugaanku…
“Pak Hiyo” suara hati berbisik sendiri.
Dia berjalan mendekat ke arahku, hal selanjutnya terjadi adalah membawaku masuk dalam dekapannya tanpa berusaha melepas sedikitpun. Langit yang semula terlihat cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung pertanda hujan deras akan terjadi. Di tengah hamparan padi pak Hiyo pertama kalinya menjatuhkan bulir-bulir air dari pelupuk matanya. “Semakin saya berusaha untuk tidak melihat ke arahmu, tetapi hatiku semakin kuat berteriak ingin berlari ke arahmu” ungkapan kata-kata seorang menteri, sedang saya masih terdiam dalam dekapannya.
“Pak Hiyo” berusaha lepas sama seperti kejadian malam itu…
“Berikan saya kesempatan” semakin kuat membawaku dalam dekapannya.
“Cristal” Aldrich seakan tak mempercayai pemandangan depan matanya sekarang.
“Aldrich” berhasil lepas dari dekapan sang menteri. Segala jenis barang jatuh berserakan dari tangan Aldrich dengan mata tak berkedip sama sekali. Tiba-tiba hujan deras mengalir membasahi bumi seketika…
Tetap berdiri kaku tanpa berkata-kata antara satu sama lain di tengah derasnya hujan. Sinar matahari pagi lenyap terganti oleh awan hitam, kilat, Guntur, dan aliran air dari langit. Pemandangan terkacau di antara kami bertiga diam membisu membiarkan tubuh basah karena aliran hujan deras. Apa yang harus kulakukan sekarang? Berlari meninggalkan mereka berdua merupakan keputusan terbaik dibanding tetap berdiam tanpa bahasa.
Saling menatap itulah yang sedang terjadi antara mereka berdua tanpa berbicara sepatah kata sedikitpun. Pada dasarnya saya juga mempunyai mimpi, dimana seseorang hadir mencintai diriku apa adanya serta menerima segala jenis kekuranganku. Berusaha memecahkan teka-teki kehidupan, kenapa? Saya juga ingin menikah seperti yang lain. Permasalahan disini adalah sama sekali tidak menginginkan ataupun membayangkan peristiwa seperti sekarang terjadi. “Terserah mereka berdua jika memang ingin berkelahi di tengah derasnya hujan” bersikap masa bodoh bahkan tak peduli hal selanjutnya setelah berjalan jauh meninggalkan hamparan padi…
Keadaan membuat jalanku sendiri tak berkutik, walaupun semua orang menilai sosok pribadi dengan penuh charisma adalah diriku.” Entah mengapa ucapan pernyataan sang menteri terus saja terngiang sekitar gendang pendengaranku.
“Kau hanya membutuhkan waktu belajar melawan sesuatu yang sedang membuat jalanmu tak berkutik setiap saat, sekalipun dikatakan orang terdekatmu sendiri menyerang balik.” Duduk termenung dalam kamar menikmati derasnya hujan sepanjang hari. Menutup kantin memang pilihan paling tepat hari ini dibanding berdiri tak karuan di sekitar sekolah.
Ingin membuatmu tersenyum, menjadi teman, melakukan banyak hal merupakan mimpi besar buatku jauh berbeda kan dengan mimpimu?” salah satu kalimat Aldrich tersimpan kuat jauh di dasar hati.
“Pernyataan terbodoh” menertawakan bayangan Aldrich bersama ucapan gilanya.
“Kau benar-benar gila, Cristal” Lara berlari masuk ke kamar.
“Mengejek sembarang tanpa sebab” membalas kalimat Lara.
“Kau pikir saya tidak tahu pak Hiyo mencari dirimu?” kekesalan Lara.
“Kenapa memang?”
“Sampai detik sekarang mereka berdua berdiri seperti patung di sawah, ngerti? Tuhan, kalau terjadi sesuatu dengan sang menteri habislah kau” teriak Lara…
“Dari mana kau tahu?” menyerang Lara.
Salah seorang petani datang ke rumah memberi tahu tentang kejadian yang sedang terjadi. Saya pikir mereka berdua akan segera meninggalkan tempat  tersebut setelah kepergianku, ternyata hal yang terjadi diluar dugaan. “Sesuai perkiraan dia pasti berlari ke arahmu” ocehan Lara. Berlari menuju pematang sawah tempat mereka berdua saling berhadapan tanpa berkata-kata sedikitpun.
Seperti ucapan Lara kalau ternyata mereka berdiri selama berjam-jam bahkan tidak merasakan dingin sedikitpun. Pertarungan macam apa ini? Berkelahi juga tidak, bicara juga tidak, saling mengejek juga tidak, menatap sinis satu sama lain juga tidak terjadi. Berdiri bagaikan patung hasil karya seni di tengah derasnya hujan tanpa berpikir panjang. “Mau mati?” rasa geram, marah, kesal, tidak tahu harus berkata-kata menyaksikan pemandangan depan mata sekarang.
Hal lebih kacau lagi adalah mereka berdua tidak bergerak sama sekali dari tempatnya dan tetap diam membisu tanpa berucap sedikitpun. “Apa salahku sampai kalian melakukan hal semacam ini?” hujan makin mengalir deras membasahi bumi, suara kilat juga Guntur bermain sedemikian rupa pula berulang kali.
“Saya hanya gadis penyendiri, punya banyak kelemahan, bukan artis” histeris hingga jatuh tersungkur bahkan hujanpun menyadari kisahku…
“Berhenti melakukan hal-hal terkacau, kumohon!” menangis keras meluapkan segala luapan emosiku. Sesuatu di luar bayangan tentang peristiwa seperti sekarang terjadi dalam hidupku. Saya bukan manusia sempurna untuk menjalani segala segala sesuatunya dengan hebat. Bagaimanapun seorang Cristal hanya manusia biasa, penyendiri, tidak menyukai keramaian, mampunyai banyak kekurangan tetapi bermimpi besar. Hubungan antara pernyataan ini dan perbuatan mereka sekarang dimana? Entahlah, Tuhan saja dapat menjawab semuanya…
Mereka berdua tiba-tiba saja berjalan ke arahku dengan langkah yang sama tetapi tetap diam seribu bahasa tanpa berkata-kata setitikpun. Masing-masing dari mereka memegang tangan dan membantuku berdiri. Pada akhir cerita selanjutnya adalah pingsan seketika sekaligus terjatuh pada masing-masing bahu milikku. Bisa dikatakan kalau semua ini merupakan sebuah drama Korea terbaru lebih tepatnya. “Cristal” Lara baru tiba di tempat kejadian setelah mencari mobil pinjaman.
Membawa mereka pulang memakai kendaraan roda empat milik salah satu warga desa. “Mana mereka berdua berat” cetus Lara mengeluh karena kelakuan sang menteri dan salah satu arsitek terbodoh yang pernah ada menurutnya.
“Ambil gerobak di sana!” menunjuk sebuah gerobak untuk mengangkut mereka berdua sekaligus menuju mobil.
“Sangat berat” keluh Lara.
“Berhenti mengeluh! lebih kacau perbuatan mereka dari pagi sampai sore berdiri seperti patung.”
Akhir cerita kami berdua berhasil membawa mereka masuk ke dalam mobil hasil pinjaman salah satu warga desa. “Sejak kapan kau bisa nyetir mobil?” terkejut melihat Lara menyetir mobil dengan sempurna sekalipun dikatakan jalanan rusak berliku.
“Sudah lama, kita mau kemana sekarang?” jawaban Lara memperhatikan jalan sekitar.
“Ke rumah Aldrich saja” menunjukkan jalan. Tidak mungkin juga membawa mereka ke rumah sakit karena banyak alasan terlebih identitas pak Hiyo sebagai seorang pejabat. Tentu seluruh media akan berjuang habis-habisan demi sebuah berita terpanas. Dunia media haus berita dimanapun dan kapanpun terlebih permasalahan salah satu pejabat penting di Negara kita tercinta.
“Tak kusangka rumah bule gila…” Lara termangap-mangap melihat pemandangan kiri kanan. Butuh tenaga kuat membuat mereka berdua memasuki rumah, beruntung saja teman pengangkut pasir Aldrich kebetulan lewat sehingga membantu sedikit. Membersihkan tubuh dengan kain basah sekaligus mengganti pakaian mereka termasuk penuh perjuangan.
Mengompres mereka memakai air hangat, memberi obat, dan berjaga semalaman. Lara tertidur di sofa ruang tamu, sementara saya sendiri harus bertanggung jawab penuh atas dua manusia di hadapanku sekarang. “Membuatmu tersenyum” Aldrich mengigau berulang kali dengan kata yang sama.
“Tetap seperti ini, kumohon” sang menteri seakan bersaing untuk permasalahan mengigau.
“Saya memang bodoh atau sebaliknya kalian berdualah yang terlalu bodoh?” merenung mengingat kejadian tadi…
Salah satu pejabat melakukan kehebohan hari ini, entah demi sebuah harga diri ataukah hal lain. Media terus meliput pemberitaan mengenai kepergiannya keluar negeri, justru kejadian sebenarnya adalah berada di sebuah pedesaan kecil. Perkembangan hasil pengajuan beberapa program oleh sang menteri mulai mendapat sorotan tajam. Permasalahan pendidikan khusus bagi dunia pejabat, pembentukan bibit generasi dimulai dari kurikulum pendidikan sekolah dasar agar menyadari skil mereka serta melihat peluang lain selain berperan sebagai pegawai negeri sipil melalui beberapa jalur program segera dimainkan. Mencoba melakukan pengamatan beberapa tindakan sang menteri berjuang menghancurkan benteng terkuat penghancur pemulihan negara dari beberapa segi.
Sejauh ini saya tidak pernah ingin melihat maupun membaca apapun pemberitaan media, akan tetapi saat sang menteri terbaring lemah menimbulkan rasa penasaran buatku pribadi. Sepanjang malam berjaga sambil mempelajari beberapa pernyataan, perjalanan, system kerja, permasalahan, jebakan, penyerangan berbagai pihak bagi bapak menteri pendidikan Hiyo Yogaswara.
“Setidaknya dia mau belajar melawan, menghancurkan/merobohkan benteng, memperbaiki, memulai tanpa kusadari sekalipun keadaan tak berpihak sama sekali.” Menatap wajah sang menteri masih terbaring kaku di atas ranjang.
“Cepatlah pulih hingga kau dapat kembali berdiri tegak untuk melakukan sesuatu hal. Lupakan tentang diriku karena itu hal terbaik buat semuanya” memperbaiki selimut sang menteri…
Menunggu mereka berdua terbangun dari tidur, tetapi pada akhir cerita saya pun ikut terlelap di samping ujung tempat tidur. Saat tersadar, posisiku sekarang berada di sebuah sofa tidak jauh dari tempat tidur dengan selimut tebal menutupi tubuhku. “Kenapa saya…? Mereka?” sedikit kaget…
“Kau sudah bangun?” Aldrich duduk manis di samping sofa menatap ke arahku.
“Bule bodoh” pernyataan terbaik buatnya.
“Bagaimana keadaanmu? Kenapa tiba-tiba saya berada di sini?” dan masih banyak lagi pertanyaan ingin kulemparkan ke arah dia.
“Kondisi saya stabil, jangan khawatir” Aldrich. Kenyataannya adalah tubuhku diangkat ke sofa oleh Aldrich tanpa sadar, hal lebih kacau lagi berjaga beberapa jam di sampingku sampai sinar matahari masuk ke kamar. Hujan deras tidak lagi bermain pagi ini.
“Saya lebih khawatir melihat kondisi manusia itu, suhu tubuhnya naik turun” Aldrich menunjuk pak Hiyo yang masih terbaring lelap dalam tidurnya.
“Bagaimana suhunya sekarang?” sangat cemas…
“Saya terus mengganti kompresan beberapa jam setelah kau tertidur lelap” Aldrich.
“Kenapa kalian berdua melakukan hal terkacau kemarin?” mengungkit kejadian kemarin di tengah hujan deras selama berjam-jam penuh…
“Seorang pria jika menyukai seseorang tentu akan berjuang keras” Aldrich.
“Berkelahi juga tidak, lah saling menatap seperti patung dan diam membisu di tengah derasnya hujan berjam-jam. Manusia bodoh” mengejek perbuatan mereka…
“Para pria mempunyai cara sendiri meluapkan emosionalnya bahkan bisa saja lebih kacau dari kejadian kemarin. Lagian, kesalahanmu kenapa main pergi begitu saja?” Aldrich.
“Manusia bodoh” menggerutu melihat mereka berdua. Menjelaskan seperti apapun juga tetap memberi hasil sama, jadi jauh lebih baik diam seribu bahasa. Memasak bubur buat mereka berdua dan itulah kegiatanku sekarang di dapur. Aldrich masih berada di samping sang menteri menunggu perkembangan suhu tubuhnya. Lara masih terlelap tidur sekitar sofa ruang tamu rumah milik Aldrich. Pikirku matahari tidak akan Nampak pagi ini setelah hujan deras terus bermain, tetapi ternyata dugaanku salah.
“Cristal sudah bangun?” Lara berjalan ke dapur mencari sesuatu yang dapat dijadikan sebagai bahan sarapan pagi.
“Gantikan Aldrich berjaga di samping pak Hiyo!” memberi perintah…
“Apaan sih? Baru bangun juga langsung main perintah” cetus Lara.
“Kumohon” menatap tajam Lara.
“Baik” teriak Lara.
“Setahuku bule gila itu masih sakit, kenapa jadi perawat pak Menteri?” Lara membalikkan badan untuk sebuah pertanyaan…
“Berhenti ngomel!” tidak memperdulikan pertanyaan Lara.
Selang beberapa menit Aldrich berjalan keluar dari kamar, sedang Lara berjaga di samping sang menteri. “Makanlah!” menyuruh Aldrich memakan bubur yang sudah tersedia di atas meja. Tidak perlu merayu/membujuk dirinya untuk menyantap hidangan depannya. Dalam hitungan menit semangkuk bubur ludes habis masuk ke perutnya.
“Tambah lagi” menyodorkan piring kosongnya.
“Kau sakit atau kelaparan?”
“Sakitlah” rasa kesal Aldrich mendengar sindiran jenius…
“Kalau manusia sakit pasti susah makan, tapi ini seperti orang kelaparan level gimana-gimana gitu?” menyindir Aldrich.
“Tuhan, ampunilah Cristal sebab mulutnya tidak tahu apa yang sedang diucapkannya sekarang. Amin” Aldrich.
“Benar-benar mirip dia…” ujarku seketika.
“Maksudmu saudara kembar manusia itu?” terkesan jutek.
“Ingat namanya pak Hiyo” menegur Aldrich sambil memberikan mangkuk berisi bubur.
“Kenapa dia diam terus terhadap kasus kematian saudara kembarnya?” Aldrich.
“Dia pasti punya alasan terlebih salah satu orang terdekatnya pun terlibat.”
“Maksudmu?” Aldrich.
“Ayahnya juga terlibat entah dengan maksud apa?” menarik nafas dalam…
“Demi kekuasaan? Seorang ayah tegah membunuh anak kandungnya sendiri?” Aldrich.
“Entahlah.”
“Kau akan memilih siapa di antara kami?” mengalihkan pertanyaan bersama tatapan serius menghentikan makanan masuk ke mulutnya.
“Kau harus memilih!” sekali lagi berkata-kata penuh penekanan.


Bagian 14…

Dialog berubah haluan sampai menciptakan keheningan beberapa saat. Memilih siapa antara mereka berdua? Pertanyaan terbodoh. Pak Hiyo tiba-tiba berlari ke arahku kemudian membawa tubuhku dalam dekapannya untuk kedua kalinya. Tidak pernah terpikirkan, salah seorang pejabat penting menulis kuat namaku jauh di dasar hatinya. Manusia sempurna jauh dari kata standar melepas sebuah berlian untuk memegang sampah tak bernilai di tangannya. Apakah saya benar-benar bodoh menanggapi situasi? Ataukah dia memang jauh lebih bodoh dibanding apapun juga di dunia ini?
“Kenapa diam?” Aldrich memecah keheningan.
“Memang harus menjawab?” pancingku…
“Bagaimanapun dia mempunyai tunangan sempurna, tetap namamu yang ada di hatinya sama seperti saya” Aldrich.
“Berikan saya alasan paling tepat untuk kata harus memilih dan mempertahankan!”
“Cowok mana sih yang ingin diduakan? Hanya cowok bodoh dengan pemikiran semacam ini, untuk itulah kau harus memilih saya atau dia” Aldrich.
“Kau punya hak memilih satu diantara yang terbaik buatmu. Selama ini saya berjuang untuk membuat namaku terselip jauh di dasar hatimu, melakukan apapun setidaknya bisa melihat senyum di wajahmu, tetapi…” Aldrich berkata-kata kembali namun berhenti…
“Tetapi apa? Kenapa kau berhenti?”
“Andaikan hatimu hanya ada nama manusia itu, kemudian kau memilihnya untuk suatu alasan paling tepat, tentu kakiku akan berhenti mengejarmu tanpa harus memaksakan kehendakku pribadi” jawaban Aldrich.
“Tuhan tahu yang terbaik buatku sama seperti kehidupanmu” lanjutan ungkapan perasaan seorang Aldrich.
Membiarkan saya seorang diri merenung tentang ucapannya barusan. Selama ini hidupku tidak pernah tahu bagaimana seseorang berjuang mengungkapkan sesuatu di hadapanku. Melakukan apapun hanya demi menciptakan sebuah senyuman termanis pada wajahku. Ketika Danils pergi jauh meninggalkan bumi, rasa kehilangan bergema kuat membungkus relung hidup. “Saya menyukai Cristal walaupun tidak akan pernah bisa menjadi seperti salah satu dari empat tokoh yang kau katakan tadi.” Membayangkan kata-kata terakhir Danils, seakan pada saat itu duniaku berhenti tanpa kusadari.
Entahkah pada saat itu saya benar-benar menyukai Danils tanpa sadar sampai rasa sakit begitu dalam menusuk hingga ke sumsum tulang belakang. Ingin keadilan atas kasus pembunuhan yang terjadi terhadapnya, namun seolah hidupku harus belajar menghadapi sesuatu tak biasa. Saudara kembarnya alias sang menteri hadir memberi perlindungan dan merasa bertanggung jawab penuh atas diriku. Wajah mereka benar-benar mirip satu sama lain tetapi mempunyai karakter kepribadian bertolak belakang. Sampai pada akhir cerita sang menteri menyimpan namaku jauh di dasar hatinya. Bagaimanapun dia berusaha melenyapkan perasaannya sendiri, tetap tidak memperlihatkan hasil itulah kenyataan sekarang.
“Andaikan berhasil melenyapkan namaku di dasar hatinya, tidak mungkin dia hadir disini dan melakukan hal konyol bersama Aldrich” merenung mengingat segala kelakuan bodoh sang menteri. Menjadi pertanyaan bagaimana tunangan, ayahnya, para media, netizen, dan seluruh lapisan masyarakat menanggapi perasaan pak Hiyo? Mempunyai tunangan sempurna bagi pemikiran semua orang, tetapi berlari kuat mengejar sampah terbaik dunia.
“Kau beristirahatlah! Biarkan saya berjaga disini” menyuruh Lara keluar dari kamar. Suhu tubuhnya masih belum turun sampai jam sekarang sementara tidak memungkinkan membawa dia ke rumah sakit. Perbuatan terbodohnya menjadikan kondisi kesehatannya memburuk. Memasang cairan infus dan drip obat di rumah menjadi alternative terbaik. Secara kebetulan saya salah satu lulusan kesehatan, jadi permasalahan infus maupun beberapa obat-obatan merupakan hal biasa buatku.
“Kelihatannya saja kuat tapi lemah” sedikit menertawakan dirinya.
“Dimana saya?” mata pak Hiyo tiba-tiba terbuka, dapat dikatakan kaget menyaksikan dirinya terbaring memakai selang infus.
“Kalau memang sudah sadar fisik ternyata lemah, jangan melakukan hal bodoh!” memberi teguran keras terhadap sang menteri. Andai kata dia masih belum sadarkan diri dan benar-benar terjadi sesuatu tentu kami semua berada dalam masalah besar. Pemberitaan tentangku sebagai penghancur hubungan sang menteri dan tunangannya masih belum padam. Berbagai hujatan terus saja berjalan di semua media social juga pemberitaan elektronik.
“Syukurlah demammu sudah turun” mengukur kembali suhu tubuh pak Hiyo. Menyuap bubur masuk ke mulutnya dan masih terjaga seharian di dalam kamar. Penyebab kesehatan pak Hiyo menjadi seperti sekarang adalah diriku, jadi saya harus bertanggung jawab penuh.
“Saya tidak tahu harus mengerjakan apa, pikiranku kosong, seakan beban terus saja menumpuk dan itulah keadaanku sekarang.” Pak Hiyo mulai berbicara sehari setelah tersadar…
“Setidaknya pulihkan kesehatanmu dulu, jangan berpikir apapun!” sedikit memberi perintah ke arahnya.
“Satu-satunya hal yang ingin kulakukan sekarang adalah berlari ke arahmu sampai saya bisa melupakan juga menghadapi segala jenis beban hidupku sendiri” pak Hiyo.
“Bagaimana perasaan tunangan bapak seandainya berlari ke arahku?”
“Seperti apapun saya berusaha melukis nama Dara tetap tidak pernah berhasil. Salahkah saya menyukai orang lain selain cewek yang dikatakan sempurna oleh seluruh lapisan masyarakat?” pak Hiyo.
“Saya terlalu bodoh atau sebaliknya bapak lebih bodoh melebihi pemikiranku selama ini?”
“Sepertinya seseorang datang jauh dari kota sedang mencari manusia itu di luar sana” Aldrich masuk ke kamar tiba-tiba sebelum pak Hiyo menjawab pertanyaanku.
“Saya punya nama” pak Hiyo pertama kali terlihat seperti anak kecil…
“Saya juga tahu kau punya nama, tapi hatiku berkata tidak ingin memanggil namamu dengan baik” bahasa Aldrich terkesan judes.
“Kenapa jadi bertengkar seperti ini? Di dapur ada pisau kalau perlu silahkan saling membunuh!” geram menyaksikan pertengkaran antara menteri pendidikan dan seorang arsitek.
“Gawat, sepertinya Dara bersama beberapa pengawalnya berusaha mencari keberadaan pak menteri. Habislah kau Cristal” Lara berteriak kejang-kejang dari luar kamar.
Kemungkinan Dara hanya khawatir tentang keadaan tunangannya sampai membawa banyak pengawal. Apa lagi dia juga merupakan anak salah satu pejabat tinggi sekaligus berperan sebagai tunangan tokoh penting Negara sehingga melakukan hal semacam ini. Raut wajah pak Hiyo terbaca jelas jika tidak menginginkan pertemuan dengan sang tunangan.
Pak Hiyo memberitahukan tentang kasus kematian Danils beberapa waktu lalu. Dibalik pembunuhan tersebut terdapat beberapa kelompok tertentu berada dibawah naungan tokoh-tokoh politik yang benar-benar menginginkan peranan penting dalam tanduk pemerintahan. Ayahnya tidak mempunyai pilihan, selain mengalihkan perhatian mereka saat itu terhadap Danils demi melindungi pak Hiyo. Pada akhir cerita Danils mati terbunuh melalui cara kejam tepat di hadapanku. Sang ayah juga masuk menjadi anggota barisan dalam permainan politik bagi kelompok-kelompok tersebut.
Mereka menyadari bahwa pak Hiyo mempunyai karakter tersendiri dibanding siapapun diantara para pejabat penting sehingga dapat menghancurkan segala jenis reputasi yang telah dibangun. Berada pada sebuah jalur pemerintahan dengan kepribadian melawan kejahatan berarti mencari maut secepat kilat. Kesimpulan cerita adalah dapat dikatakan rata-rata pejabat harus hidup dalam kemunafikan, kalaupun ingin tetap hidup minimal menjalankan roda pemerintahan tanpa harus menghancurkan segala sesuatu yang telah dibangun oleh kelompok tertentu.
Saya hanya memberi saran terhadap pak Hiyo untuk beberapa hal, tetapi tidak mempunyai hak berada dalam jalur tersebut. Satu hal, kehidupanku ingin berkarya di suatu Negara besar di luar sana dan tidak tertarik berada dalam arena politik. Salah satu letak kecurigaanku sekian lama untuk suatu panggilan sang menteri ke kantornya adalah membuatku berada dalam jalur pemerintahan setahap demi setahap. Saya ingin menjadi ilmuwan besar suatu hari kelak walaupun semua itu mustahil untuk kuraih. Peristiwa belasan tahun kemarin membuatku mempunyai mimpi seperti ini, jadi Tuhan pasti membuka jalan bagi hidupku.
“Saya rasa bapak harus menemui tunangan sendiri” menyeduh secangkir teh hangat buatnya pagi itu. Beberapa hari ini dia hanya menghabiskan waktu di rumah Aldrich tanpa menampakkan batang hidung ataupun menghubungi seseorang diluar sana. Permasalahan tersebut membuat Lara beralasan terhadap sang bos agar diberi tambahan cuti libur. Bersama-sama mencari jalan bagi penyelesaian sang menteri yang terus saja bersembunyi.
“Buat apa menemui orang yang sama sekali namanya tak pernah terselip dalam hati, bagaimanapun saya berjuang menyukai dirinya” pak Hiyo.
“Sepertinya bapak salah mengerti tentang cinta”
“Kenapa kau berucap seperti itu?” pak Hiyo.
“Sulit menjelaskan, seiring berjalannya waktu bapak pasti mengerti” hal terkacau bagi pernyataanku karena saya sendiri tidak dapat memahami bahasa cinta dari hidup seseorang.
Di sisi lain Aldrich memberi waktu untuk memilih satu diantara mereka berdua, sedangkan kehidupanku sendiri masih bergumul tentang banyak hal. Membiarkan saya menjaga pak Hiyo dan terus berada di sampingnya beberapa hari belakangan sampai kesehatannya pulih total. Bukan permasalahan paling sempurna, terbaik, terhebat, popularitas tinggi melainkan cara berpikir ketika melihat setiap objek di depan. Andaikan kehidupanku hanya berlandaskan cinta semata tanpa memperhatikan beberapa kepribadian maupun prinsip dalam dirinya, maka semua itu berakibat fatal suatu hari kelak.
Seseorang yang bisa menerima kepribadian bermasalah dalam perjalananku. Saya membutuhkan waktu beradaptasi terhadap banyak orang, menyukai kesunyian, membenci keramaian, sedikit pembuat sensasi ketika berada di dunia medsos, keras, dapat saja membuat pernyataan-pernyataan tajam menurut pemikiranku jika jalan di depan salah walaupun semua orang berkata benar dan tidak ada kesalahan sedikitpun. Menyukai seseorang yang mampu melewati proses sesuai arah maupun prinsip perjalananku. Mengalami suatu dunia berbeda terlebih memasuki dimensi aneh belasan tahun silam semakin membuat jalanku terpisah dari orang lain. Memahami kata diam dalam kehidupanku karena terlalu sulit menjelaskan tiap hal. Saya tidak pernah berterus terang terhadap keluarga terlebih orang lain atas sesuatu yang terjadi atau rahasia terbesar dari hidupku.
“Cristal, sebaskom pette buatmu” Aldrich tiba-tiba berjalan masuk dapur membawa sebaskom pette buat makan siang. Dia kembali pada pekerjaan semula menjadi pengangkat pasir di sungai, membantu para petani memanen hasil kebun juga sawah, menangkap ikan, dan masih banyak lagi.
“Bule gila banyak amat pettenya” Lara berteriak melihat pette di atas meja.
“Saya bule waras bukan bule gila” marah mendengar julukan namanya.
“Bule gila uuuppppsss maksudku bule waras lagi panen pette yah?” Lara.
“Sudah lihat depan mata masih saja bertanya” balasan judes Aldrich.
“Seperti ada orang lagi mengetuk pintu depan” Lara memasang telinganya baik-baik untuk mendengar suara ketukan.
“Coba periksa di depan!” perintah Aldrich.
“Kau saja” balas Lara.
“Inikan rumahku, jadi saya bos disini” cetus Aldrich.
“Biar saya saja, kalian berdua terlalu berisik” segera kakiku melangkah menuju pintu depan rumah.
“Sang jurnalis” tidak menyangka seseorang yang sedang berdiri di hadapanku sekarang adalah jurnalis terkenal sekaligus berperan sebagai tunangan bapak menteri pendidikan. Dia berhasil mendapat informasi mengenai keberadaan pak Hiyo juga alamat rumah Aldrich.
“Saya tidak akan pernah menampar dan membuat pertengkaran hebat denganmu. Kedatanganku kemari hanya ingin bertemu bapak menteri” Dara berkata-kata masih berusaha bersikap tenang tanpa memakai emosional.
“Dara” pak Hiyo terkejut seketika menyaksikan sang tunangan berhasil menemukan tempat persembunyiannya.
“Kaget melihat saya berdiri disini? Salah seorang petani memberikan informasi tentang keberadaanmu” Dara berjalan masuk ke dalam…
“Biarkan mereka berdua berbicara” Aldrich segera menarik tanganku menuju dapur.
“Biarkan Cristal tetap berada di antara kami” pak Hiyo berusaha menahan Aldrich.
“Biarkan bapak Hiyo dan ibu Dara menyelesaikan masalah ini bersama. Saya tidak punya hak bersuara…” Meninggalkan mereka berdua di ruang tamu untuk menyelesaikan akar permasalahan dan hal-hal lain.
Dialog serius sedang terjadi sekarang antara pak menteri bersama tunangannya. Terlihat jelas raut wajah penuh arti sang jurnalis masih berharap pak Hiyo mencintai dirinya. Mempertahankan seseorang paling spesial atau berani melepas merupakan dua pilihan bagi dia pribadi. “Tidak bisakah namaku terselip di hatimu sedikit saja?” ungkapan perasaan Dara menjatuhkan butiran air di sepasang matanya.
Wanita yang terlihat kuat, jenius, berkata-kata tajam ketika berhadapan dengan banyak orang penting dalam program acaranya pada dasarnya lemah karena permasalahan mencintai seseorang. Seperti manusia bodoh bahkan masih berharap setitik cinta diberikan buatnya. Menjadi pengemis cinta dihadapan pak menteri merupakan pengalaman pertama buat sang jurnalis. Apa yang salah dengan Dara anak salah satu pejabat penting Negara, jenius, sempurna, pewaris tunggal, cantik, terkenal, dapat membuat lawan tak berkutik, terkenal, semua pria tentu takut kehilangan ketika berada di sampingnya?
“Saya tidak perduli kalau semua ini hanya bercerita tentang pernikahan politik, buatku sejak dulu namamu selalu terukir kuat jauh di dasar hati” sekali lagi Dara mencoba mengungkapkan perasaannya.
“Jawab Hiyo” Dara menangis memegang lutut pak Hiyo dan menjadi pengemis demi seseorang paling berharga.
“Kau lebih dari kata sempurna, saya saja terlalu bodoh tidak pernah bisa mencintai perempuan seperti dirimu” pak Hiyo berucap setelah air mata Dara membasahi seluruh pakaiannya.
“Kenapa? Apa karena dia?” pertanyaan histeris Dara di dengar olehku, Aldrich, Lara sekalipun telinga berusaha untuk tidak mendengar dialog tersebut…
“Walaupun kata kesempurnaan berakar kuat dalam dirimu, tapi dia dapat membuatku melakukan sesuatu yang kusukai” pernyataan pak Hiyo.
“Saya mencintai dia tanpa alasan. Bagaimanapun hatiku berjuang untuk tidak pernah melihat ke arahnya, tetapi kenyataan lain semakin membuatku ingin berlari ke arahnya dan selalu mencintainya tanpa alasan” sekali lagi berkata-kata. Haruskah saya tertawa mendengar ungkapan perasaan sang menteri. Pribadi berkharisma, berwibawa, dewasa, mapan, selalu tersenyum terhadap masyarakat luas, seorang pejabat penting berkata jika dirinya mencintaiku tanpa alasan.
“Mencintai tanpa alasan” perkataan Aldrich menatap ke arahku setelah mendengar pengakuan seorang pejabat penting. Dara mengambil tas branded miliknya kemudian berjalan keluar meninggalkan pak Hiyo sendirian. Raut wajah lemas, putus asa, tidak ingin melepaskan pria paling berarti terbaca jelas pada diri seorang Dara.
“Ini tidak bisa dibiarkan” ujarku mencoba menghalangi kepergian Dara.
“Biarkan mereka menyelesaikan masalahnya, kita berdua tidak punya hak berbicara apapun” Aldrich berusaha menghalangi jalanku.
“Ta…ta…pi” kalimatku.
“Semua mempunyai waktu, jika kau ingin berusaha meluruskan atau berkata-kata. Kuharap tetaplah bijak melihat situasi…” Aldrich menatap ke arahku.


Bagian 15…

Masing-masing kami butuh waktu memahami situasi terhadap perasaan sendiri. Melihat pak Hiyo berpikir atas apa yang telah diperbuatnya juga permasalahan menanggapi keadaan di depannya. Tangisan histeris Dara berkata-kata tentang perasaan paling mendalam mencintai seseorang yang bahkan setitikpun tidak akan pernah bisa untuk diraih. Alasan ingin menikahi sang menteri bukan karena pernikahan politik melainkan rasa cinta jauh lebih berperan.
Aldrich berusaha bersikap dewasa apapun keputusan di tanganku untuk memilih. Duduk tenang dalam ruang kerjanya sambil terus memainkan kayu-kayu kecil di atas meja. “Tuhan berikan saya kekuatan menerima kenyataan terberat dalam hidupku” berkata-kata sendiri sambil terus memandang susunan kayu di tangannya.
“Saya memang manusia konyol” merutuki diri itulah yang kulakukan. Tidak pernah bisa memahami, menyadari, melihat, bahkan menilai bahasa cinta lawan jenisku buat kehidupanku pribadi.
 Kejadian belasan tahun dan beban hidup terlalu berat menjadikan perjalananku bersikap acuh tak acuh terhadap banyak lawan jenisku. Bukan permasalahan memandang rendah, menghina, memancing, memanas-manasi banyak hal melainkan keadaan dimana langkahku tidak boleh melewati batas-batas tertentu. Terkadang saya pun bermimpi seperti gadis lain berada di sebuah taman hiburan, makan ice cream, duduk dalam sekumpulan pertemuan ibadah, tertawa, bertukar pikiran tentang banyak hal bersama seseorang. Bertanya pada Tuhan, kapan saya bisa ke pasar tradisional berbelanja dengan seseorang yang kusuka kemudian menghabiskan waktu seharian memasak di rumah?
“Bagaimana saya harus menghadapi mereka?” merenung di kamar seorang diri. Berusaha menjauh, menghindari, bersikap cuek, diam dalam kesunyian akan permasalahan suatu hubungan terhadap seseorang. Entah mengapa ketika berhadapan dengan mereka seolah saya tidak akan pernah bisa menghindar, bahkan hatiku bercerita tentang kata harus menghadapi apapun keadaannya.
“Hebat sekali kepribadian diriku sekarang” mencibir, bersikap sinis, menertawakan diri sendiri. Berharap mereka berdua masih berada di kamar masing-masing tanpa harus keluar. Saya belum siap menyatakan sebuah keputusan juga pemecahan bagi masalah seperti ini. Suara dering handphone terus saja berkumandang di luar sana seolah tidak seorangpun memperdulikan. Masing-masing merenung dan terus diam membisu dalam kamar, sedang Lara masih sibuk mencari bahan makanan di pasar sedikit jauh dari rumah Aldrich. Ratusan kali nada dering salah satu dari kami terus saja berbunyi.
“Kenapa mereka berdua tidak terganggu akan nada dering panggilan berulang kali?” membuka pintu kamar kemudian mencari letak nada suara panggilan…
Miris, kejadian di rumah ayah terulang lagi disini yaitu membiarkan handphone terus berdering oleh sang pemilik. “Hiyo, kalaupun hatimu hanya buat dia setidaknya biarkan saya melihatmu sekali saja” seseorang berkata-kata sebelum saya berbicara. Dia berpikir, jika pemilik HP’lah yang sedang mendengar suaranya sekarang…
“Menyukai dirimu memang menyakitkan, tapi saya tidak pernah menyesal karena itu kebahagiaan terbesar buatku pribadi. Beri saya kesempatan berada dalam dekapanmu dan mendengar suaramu sekali saja.” Isakan tangis sang jurnalis bersama suara permohonan tentang sesuatu hal.
Suara tangisan sang jurnalis tidak berhenti bahkan semakin kuat bergema memenuhi gendang pendengaranku dalam waktu cukup lama. Dia belum sadar siapa yang sedang memegang handphone bukanlah pemilik asli. “Sejak kecil, saya selalu memimpikan menjadi bagian terbaik hidupmu. Kau mungkin tidak pernah tahu mimpi terbesarku sejak dulu semata-mata hanya ingin mempunyai nilai di matamu. Berjuang keras meraih prestasi, punya charisma, tegas ketika berkata-kata depan kamera, lulusan terbaik dari kampus terbaik pula demi cinta pertamaku.” Dia mulai kembali mengungkapkan perasaannya setelah menangis dengan waktu cukup lama.
“Kau masih belum menyadari handphone ini tidak dipegang oleh sang pemilik” hatiku berbisik sendiri di dalam…
“Sampai pada akhir cerita kita berdua terikat oleh sebuah cincin pertunangan. Kebahagiaan terbesar sekaligus menjadi mimpi yang ingin kuraih selama bertahun-tahun terwujud. Saya tidak pernah peduli bagaimana hatimu menjauh bahkan setitikpun namaku tak pernah terukir jauh di dasar hatimu, intinya kau hanya milikku seorang. Dalam waktu sekejap dengan mudah mulutmu berkata mencintai dia tanpa alasan, tapi kau sama sekali tidak memikirkan perasaanku?” Dara masih mengungkapkan perasaannya yang selama ini terpendam kuat melalui saluran telepon celuler…
Mendengar pengakuan sang jurnalis seolah membuatku tertawa tanpa henti. Mimpi besar hingga akhir cerita namanya dikenal oleh public hanya bercerita tentang ingin mempunyai nilai di hadapan salah satu pribadi berkharisma bernama Hideki Yogaswara. “Cristal,” nada panggilan terkacau setiap pak Hiyo berdiri di berdiri depanku tiba-tiba. Sambungan telepon Dara pun terputus seketika…
“Dia menunggumu” menyerahkan HP android miliknya. Saya bisa saja melakukan hal sama ketika seseorang paling special lebih memilih melihat orang lain dibanding diriku.
“Cinta tidak bisa dipaksa. Kenapa saya harus mengikuti kemauanmu?” pak Hiyo.
“Pergilah! Dia terus saja menangis”
“Cristal, sebenarnya hatimu milik siapa? Saudara kembarku, milikku, atau bule gila itu?” pertama kali mendengar nada suara tinggi seorang pejabat penting berkumandang di telingaku. Saya menyukai siapa diantara mereka? Pertanyaan konyol, sedangkan hidupku sendiri bingung menjalani apa yang harus kujalani. Selama ini hal terbaik buatku pribadi adalah menulis, berpikir tentang sesuatu hal telah terjadi sampai akhir cerita hidupku semakin terkucilkan oleh lapisan banyak orang di luar sana, berjuang memecahkan teka-teki kisahku, ingin mengejar mimpi. Seandainya teka-teki hidupku tidak terpecahkan sama sekali, minimal saya bisa mengejar mimpi besarku dan menikah suatu hari kelak apapun keadaannya. Saya tidak pernah berpikir sama sekali masalah kehidupan percintaan seperti sekarang, walaupun hatiku juga ingin hidup sama seperti gadis lain.
“Jawab Cristal” pak Hiyo memegang kuat kedua lenganku seketika…
“Sejak kecil hingga sekarang cinta pertama Dara hanya bapak. Pergilah!” berusaha melepaskan diri dari tangan pak Hiyo.
“Cristal gawat sepertinya tunangan pak Hiyo mau bunuh diri” Lara berlari ketakutan memberitahukan sesuatu hal. Karakter terbodoh sang jurnalis yaitu mencoba melenyapkan nyawa sendiri hanya karena seorang pria. Seakan di dunia ini tidak ada lagi hal menarik selain mencintai juga memiliki pak Hiyo semata. Kami semua berlari keluar rumah menuju tempat Dara berada seorang diri di sana. Sepertinya Tuhan sengaja mempertemukan Lara dan sang jurnalis di pasar beberapa jam lalu.
“Saya melihat dia membeli pisau kecil paling tajam, kemudian berjalan ke suatu tempat tapi hatiku terus berteriak agar mengekor di belakangnya diam-diam” kata-kata Lara ketika kami bertiga berada dalam mobil pinjaman yang masih belum dikembalikan kemarin.
Sesuai dugaan Lara jika pisau kecil tadi digunakan untuk mengiris nadinya sendiri tidak jauh dari persawahan. Ketika kami berada di tempat tersebut, darah sang jurnalis terus saja mengalir. Tempat paling sepi jauh dari keramaian penduduk sehingga seorangpun tidak akan pernah tahu tentang rencana melenyapkan nyawa sendiri. “Kenapa kau malah berlari ke rumah bukannya menghentikan perbuatan dia?” amarahku pada akhirnya terlampiaskan ke arah Lara.
“Saya benar-benar ketakutan, sementara dia terus saja berbicara melalui handphone miliknya” pembelaan Lara. Segera pak Hiyo mengangkat tubuh Dara dalam keadaan tak sadarkan diri.
“Berhenti!” mencegah pak Hiyo, kemudian secepat kilat merobek kain pakaianku untuk menghentikan pendarahan.
Bergegas mencari rumah sakit terdekat untuk pertolongan pertama bagi tubuh sang jurnalis. “Biar saya saja membawa mobilnya” Lara menyuruh pak Hiyo pindah tempat. Tidak perlu meragukan Lara untuk permasalahan mengemudi mobil dengan kecepatan tinggi. Kami berhasil mencapai rumah sakit hanya dalam hitungan beberapa menit saja di tangan Lara. Pembodohan terbesar bagi kehidupan banyak orang adalah jalan terbaik penyelesaian masalah hanya melalui melenyapkan nyawa sendiri.
Setidaknya nyawa sang jurnalis masih dapat tertolongan oleh bantuan medis. Bagaimana seandainya dia tidak terselamatkan akibat perbuatan bodohnya sendiri? Tentu iblis tertawa lebar menatap dunia sang jurnalis melakukan perbuatan terbodoh tanpa berpikir panjang setelahnya. Depan kamera terlihat keras, tegas, kuat, penuh semangat, berpendidikan, dapat menantang beberapa oknum tertentu tetapi pada kenyataannya kacau bahkan terlalu lemah untuk sesuatu masalah sepeleh. “Cepatlah sadar, jangan melakukan hal bodoh lagi” berbisik sekitar telinga kanan sang jurnalis sebelum keluar meninggalkan ruang tempat dia berbaring.
“Cristal” pak Hiyo berusaha menahan langkahku.
“Saya harap bapak bijak untuk mengenali tiap situasi. Beri dia kesempatan tetap berada di samping anda dan jangan hanya menilai dari sisi lain hidupnya” kata-kata terbaik bagi salah satu pejabat tinggi penuh charisma…
Menjelaskan setiap isi curahan hati sang jurnalis melalui saluran telepon tadi sebelum akhirnya ingin berusaha melenyapkan nyawanya sendiri. Raut wajah pak Hiyo terbaca jelas seakan tidak tahu harus berjalan ke arah mana bagi jalan keluar masalah tersebut. “Jangan berpikir tentang diriku!” ujarku terhadapnya lagi.
“Kalau saya masih tetap ingin berpikir tentangmu?” pak Hiyo.
“Saya sendiri masih belum tahu tentang perasaanku. Dilain hal dunia kita berbeda ketika berjalan, jadi tetaplah menjadi bagian terbaik sang jurnalis” membalas pernyataan pak Hiyo.
“Pernyataan bodoh” sepasang bola mata pak Hiyo berkaca-kaca menatap ke arahku.
“Jangan pernah berpikir untuk berlari ke arahku, setidaknya belajarlah mencintai dia yang benar-benar mengukir kuat namamu jauh di dasar hatinya sekalipun itu menyakitkan” ungkapku.
“Sekalipun keinginan hati bertentangan dengan keadaan di depan? Begitu maksud pernyataanmu?” terdengar nada kecewa seorang menteri pendidikan…
“Kurasa seperti itu” menjawab pak Hiyo. Berjalan keluar meninggalkan ruang perawatan tempat sang jurnalis terbaring dalam kondisi masih belum sadar. Jalan terbaik pemecahan masalah sekarang membiarkan pak menteri tetap berada di samping Dara. Kebahagiaan akan muncul secara perlahan seiring berjalannya waktu dalam kehidupan sang menteri dan itu pasti akan terjadi…
“Cristal,” seseorang berlari ke arahku sekitar lorong rumah sakit. Membawaku masuk dalam dekapannya memberi kehangatan. Dia menyadari perasaan bersalah sedang menggerogoti diriku sekarang jauh melebihi apapun sekalipun tersembunyi kuat di suatu tempat.
Hatimu milik siapa?” bayangan pertanyaan pak Hiyo berkumandang kuat di alam memoryku.
“Maaf” kalimat aneh darinya…
“Maaf buat apa?” pertanyaanku.
“Terlambat hadir di sisimu saat situasi seperti ini” semakin mendekap kuat tubuhku tanpa memperdulikan siapapun di sekeliling kami. Dia selalu tahu tentang situasi tidak menguntungkan sedang menimpa kehidupanku. Berjuang melakukan apapun hanya demi menciptakan senyum pada wajahku, itulah karakter kepribadian Aldrich.
Belajar melakukan objek-objek tak biasa, walaupun pendidikannya sendiri berada di atas rata-rata. “Tuhan berikan saya kekuatan menerima kenyataan terberat dalam hidupku” mengingat ucapannya beberapa waktu lalu. Pribadi dewasa, sabar, bijaksana, tahu pasti kapan waktu bergerak maupun tidak lebih tepat diberikan buatnya.
Dara mendapat perawatan beberapa hari di rumah sakit. Seluruh anggota keluarga dan rumah sakit berusaha menutup rapat tentang peristiwa Dara mendapat perawatan medis karena kasus ingin melenyapkan nyawa sendiri. Pemahaman hidup ketika menjalani sesuatu seperti ini mengajarkan langkah untuk tetap mengerti. Ingin melupakan deretan peristiwa kemarin dan mencoba memulai membuka lembaran baru kisahku.
“Saya harap kau tidak akan pernah kembali menjadi manusia bodoh” berkata-kata sendiri dengan mata masih menatap wajah sang jurnalis depan layar kaca.
“Cristal, kenapa di luar sana beberapa manusia bule mencari dirimu?” Lara seperti biasa membuat kehebohan sendiri. Berlari masuk rumah, kemudian histeris ketakutan setelah itu…
“Berhenti heboh seperti orang gila!” cetusku bersikap cuek.
“Aldrich menyuruhku datang kemari, ngerti?” Lara menarik paksa tanganku keluar rumah. Hal yang terjadi selanjutnya sekumpulan beberapa orang asing berjalan ke hadapanku untuk membahas sesuatu. Bagaikan mimpi di siang bolong tentang sebuah masa depan. Aldrich menjelaskan jika mimpiku ingin berkarya di Negara besar akan terwujud sebentar lagi. Beberapa dari mereka adalah tokoh-tokoh penting, mempunyai pengaruh besar, orang nomor satu di negaranya secara langsung datang hanya untuk menjemputku.
Kisah hidup selama bertahun-tahun terlalu sulit mendapat sebuah pekerjaan, pada akhirnya jeritan hatiku didengar oleh Tuhan. Pintu itu dibuka lebar oleh Tuhan hanya buatku sehingga dapat menghasilkan sebuah karya besar suatu hari kelak. Air mata penderitaan sekarang tidak akan lagi bermain dalam jalanku. “Cristal, punya cerita menarik dibanding siapapun” Aldrich berjalan ke hadapanku dan membuatku kembali berada dalam dekapan hangatnya.
“Terimah kasih Tuhan” beribu-ribu kali kata-kata tersebut berteriak keras jauh di dasar hati. Mendapat kado terbaik dari Tuhan setelah mengalami proses panjang. Sesuatu paling mustahil bahwa tokoh-tokoh paling berpengaruh berusaha menerjemahkan tulisanku dan cerita di akhir jika mereka tertarik tentang skil dalam diriku. Kebahagiaan lain adalah tulisanku akan difilmkan oleh rumah produksi perfilman di Negara mereka. Saya akan berjuang untuk menghasilkan sebuah karya terbaik, walaupun dikatakan batasan umurku sedikit bermasalah. Jack Ma saja memulai kisahnya sekitar usia 35 tahun sampai berhasil membuktikan pada dunia tentang seni terbaik membutuhkan proses. Harland Sanders merupakan pria tua bersama ribuan kali perjuangan karena mengalami kegagalan demi kegagalan. Namun kenyataan sekarang adalah KFC selalu saja menjadi tempat terbaik di belahan dunia untuk menikmati menu ayam goreng dengan ciri khas tertentu.
Tuhan pasti bisa membuatku menjadi salah seorang ilmuwan dengan banyak penemuan-penemuan penting pada jalur hidupku. Sesuatu yang saya alami belasan tahun silam membuatku pada akhirnya mempunyai impian besar. Seorang manusia paling penakut, pemalu, minder, terkucilkan, korban bulyan, anak rumahan, lebih menyukai suasana sepi tanpa keramaian, penyendiri, mempunyai hobi menulis dibuat Tuhan menjadi sosok pribadi berbeda.
“Jalan dan pintu itu hanya buatku” menangis histeris di hadapan Tuhan. Tidak pernah menyangka sama sekali sebuah keadaan mengajarkan hidupku tentang meraih mimpi besar.
Kenyataan berkata semua terlalu mustahil untuk kuraih bahkan menjadi bahan tertawaan banyak orang. Satu hal, Tuhan berhasil mematahkan kata tidak mungkin menjadi mungkin dan memberikan jalan itu buatku. “Cristal,” seseorang memanggil namaku di seberang jalan sana.
“Pak Hiyo” hal terkacau darinya adalah mengekor di belakangku bahkan bisa menemukan keberadaanku. Wajar saja menemukan keberadaanku dimana dunianya bercerita tentang pejabat penting Negara, terlebih sekarang kakiku kembali menginjak kota besar karena suatu pengurusan berkas.
Hatimu milik siapa?” entah mengapa pertanyaan tersebut terus saja terngiang kembali memenuhi gendang pendengaranku. Seandainya saya ingin jujur dengan perasaanku sendiri bahwa istilah berkharisma dan mempunyai wibawa membuatku kagum terhadap perjalanan sang menteri pendidikan. Bisa dikatakan saya benar-benar menyukai dirinya kemarin, akan tetapi sebuah benteng besar menghalangi dia berdiri di hadapanku apapun keadaannya. Di lain tempat, seorang Aldrich mempunyai sesuatu yang sulit dimengerti dan berhasil membuat perbedaan.
Membiarkan sang menteri tetap berada di sisi seorang jurnalis cantik, bukan karena kasus bunuh diri dan permasalahan cinta pertama melainkan hal lain. “Keadaanmu baik?” senyum pak Hiyo berdiri di dekatku sekarang tanpa mengenakan pakaian formal.
“Seperti bapak lihat lebih dari kata baik” menjawab pertanyaanya.
“Cristal,” menatap serius ke arahku.
“Maaf pak sepertinya saya ada urusan mendadak” bergegas ingin pergi…
“Kalau pun hatimu bukan milikku, setidaknya berikan saya waktu sehari penuh bersama denganmu untuk terakhir kalinya” permohonan terkacau. Pertama kali melihat dirinya dengan wajah menunduk menginginkan sesuatu.
“Ta…pi pak”


Bagian 16…

“Saya ingin mempunyai memori terbaik bahkan tidak akan pernah kulupakan seumur hidup bersama gadis impianku. Menghabiskan waktu dengan berada di tengah keramaian, makan ice cream, menyusuri bibir pantai, menikmati semua jenis menu makanan pinggir jalan, berada di atas motor yang sama sambil berkeliling kota, bermain game pada salah satu pusat perbelanjaan, dan masih banyak lagi.” Tidak pernah menyangka pak Hiyo mengungkapkan kalimat tersebut…
“Bagaimana tentang perasaan tunangan bapak? Dia masih dalam proses pemulihan.”
“Hanya sehari dan setelah itu saya akan kembali” berucap menjawab pertanyaanku.
Meminta waktu berpikir tentang permintaan terakhirnya itulah yang kulakukan. Merenung di kamar seorang diri mengingat setiap kalimat pernyataan sang menteri terhadap gadis biasa seperti diriku. Sejak kapan saya menjadi gadis impiannya? Hanya sehari bukan berarti seumur hidup bercerita tentang kisah lain. Mengirim pesan melalui messenger pertanda mengiyakan permohonan tadi. Minimal saya mempunyai memori sebelum pergi jauh meninggalkan Negara ini.
“Naiklah!” mengejutkan menyaksikan sang menteri berada di atas sebuah motor matic dengan jenis stylish mengerikan…
“Motor matic, tapi penampilan preman” gaya bahasa mengerikan pun keluar juga. Kupikir dia akan memakai sebuah motor besar keluaran terbaru demi petualangan sehari, ternyata sebaliknya sangat berlawanan. Baju kaos lengan lipat, celana sobek, rambut acak-acakan, bahkan sepatu pun ikutan sobek menyerupai preman.
“Cepat naik!” nada kalimat memerintah tidak biasanya seakan…
Tempat pertama kami datangi adalah salah satu pusat perbelanjaan terbesar. Menghabiskan waktu tiga jam penuh hanya untuk bermain game dan aneka jenis permainan seolah diperuntukkan bagi dunia anak kecil. “Cristal, ayo main permainan disana” semangat pak Hiyo menarik tanganku menuju suatu tempat. Ice skating jenis permainan pertama kali buatku, terdengar kampungan bukan? Kemungkinan pengaruh selalu menyendiri sampai terlalu katro berada di tempat seperti itu.
“Wow, bapak hebat mainnya” memberi tepuk tangan sorak melihat pak hiyo cukup mahir bermain ice skating memakai sepatu khusus.
“Ayo belajar” pak Hiyo mengajari saya berjalan sekitar lautan es walaupun jatuh berulang kali. Mengambil sebuah boneka mungil melalui mesin koin serta menyusuri mall seperti anak remaja pada hal kenyataanya kami berada pada usia dewasa.
Mencoba segala jenis kuliner masakan jajanan pinggir jalan, menikmati ice cream sambil berkeliling menyusuri pusat perkotaan memakai motor matic, berada di sebuah arena permainan paling menegangkan, dan terakhir adalah duduk menepi sekitar bibir pantai di malam hari. Sesuatu tak terduga juga pertama kali kulakukan bersama sang pejabat tinggi. “Minimal melakukan petualangan paling kuimpikan dengan gadis terbaik menurutku terwujud, walaupun saya tidak akan pernah tahu hatinya milik siapa” pak Hiyo berkata-kata di tengah ombak besar sedang menyerang ke bibir pantai.
“Besok saya akan berada jauh dari Negara ini demi mengejar mimpiku.  Saya harap bapak bisa bersikap bijak ketika melihat ataupun melewati suatu objek.”
“Kau akan kemana?” pak Hiyo.
“Saya ingin berkarya di suatu Negara besar, menjalani hari-hariku terbungkus petualangan demi petualangan terbaru, menggenggam apa yang ingin kugenggam, dan masih banyak lagi.”
“Bagaimana bisa kau keluar negeri?” pak Hiyo.
“Jalan Tuhan pada akhirnya membuka pintu terbaik buatku. Sekian lama bergumul, menangis, sulit mendapat pekerjaan, kacau bagi pemikiran semua orang, tetapi Tuhan menghancurkan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.” Entah mengapa ungkapan perasaanku tiba-tiba saja keluar.
“Maaf tidak pernah tahu tentang kisahmu” pak Hiyo.
“Kenapa bapak harus minta maaf? Saya harus menyadari kalau ini hanya bercerita tentang proses panjang sekalipun benar-benar menyakitkan jauh melebihi apapun. Saya hanya minta satu hal sebelum pergi…”
“Tentang?” pak Hiyo.
“Kalau bapak memang benar-benar mengerti permasalahan Negara, jadilah seseorang yang dapat memperbaiki dan bersikap tegas walaupun banyak hal siap menghancurkan bahkan bercerita tentang orang terdekat sendiri menyerang balik. Berdiri untuk suatu pemulihan memang sulit, kenapa? Karena harus melalui proses perjalanan panjang.”
“Sebenarnya kalimatmu ini tertuju kemana? Betulkah ke arah paling tepat yaitu diriku atau orang lain?” pak Hiyo.
“Terserah, andaikan bapak bercerita memakai kalimat tersebut di depan umum berarti tertujuh bagi mereka yang masih mempunyai hati nurani untuk memulihkan bukan menghancurkan segala hal hanya karena kekuasaan.”
“Sejak ucapanmu pertama kali, hatiku mulai mencoba berdiri dan melawan segala sesuatu bersifat menghancurkan Negara sekalipun menjebloskan orang tua kandungku sendiri ke dalam tahanan sel” pak Hiyo. Mengungkapkan bagaimana dirinya berjuang keras mengumpulkan semua bukti permasalahan penguasa-penguasa penting terlebih kasus kematian Danils.
“Sudah malam” kembali berkata-kata sekali lagi.
“Cristal” seru pak Hiyo.
“Ayo pulang pak” membalas pak Hiyo sambil berjalan sekitar bibir pantai untuk mencari jalan keluar dari area tersebut.
Minimal memori petualangan di antara kami akan terus tersimpan kuat. Esok hari saya akan terbang menuju sebuah Negara besar dan berkarya seperti mimpiku. Di lain hal, tulisanku akan menjadi sorotan dunia serta mendapat penghargaan di segala tempat suatu hari kelak. Kenapa? Karena Tuhanku hebat untuk melakukan semua itu. Meyakini sesuatu yang tidak terlihat bahkan terlalu mustahil terjadi, namun pasti terjadi suatu hari kelak itulah yang dikatakan iman nekat menurut pengajaran kercayaanku pribadi. Kejadian belasan tahun mengajarkan perjalananku mempunyai prinsip seperti itu. Suara-suara aneh tetapi merubah kehidupan sampai membawaku masuk ke dalam proses panjang jauh melebihi akal pemikiranku pribadi, sehingga suatu ketika mimpiku dapat kugenggam.
“Saya harap bapak belajar mencintai dia bagaimanapun keadaannya. Lupakan tentangku dan jangan lagi berlari ke arahku karena hidup kita berbeda.” Kalimat terakhir tertujuh bagi sang menteri sebelum akhirnya saya berlalu meninggalkan dirinya seorang diri.
“Terimah kasih memberiku petualangan sehari” suara hati berbisik sendiri di tengah kesunyian malam. Hidupku mempunyai cerita sendiri ketika berlari mengejar sesuatu terbungkus satu kata yaitu harapan. Saya tidak akan pernah melewatkan kesempatan setitikpun karena pintu itu dibuka lebar oleh Tuhan hanya buatku pribadi. Berkarya di Negara asing serta menjalani seni hidup berbeda dari siapapun merupakan pilihan paling tepat sekarang setelah penantian panjang sekian lama.
“Jaga diri baik-baik” Lara memelukku merasakan kesedihan memilukan harus berpisah.
“Dia tidak datang?” ujarku.
“Siapa? Bule gila atau pak menteri?” pancing Lara.
“Entahlah” menarik koper sambil berjalan…
“Sudah waktunya saya masuk check in” berkata-kata setelah setengah jam menunggu di luar pintu keberangkatan.
“Jangan lupa mengajakku bekerja juga di sana kalau sudah berhasil. Saya ingin jadi manager pribadimu saja” senyum Lara.
“Terserah, tapi tolong jaga ayahku sampai saya bisa menjadi anak paling membanggakan buatnya hanya menunggu sedikit lagi” tersenyum kembali memeluk Lara.
“Tentu saja” balas Lara. Berjalan masuk meninggalkan Lara seorang diri di luar. Selamat tinggal tempat penuh memori tentang kisah perjalananku kemarin. Tempat baru tentu melatihku untuk sesuatu yang lebih berbeda lagi bersama karya-karya terbaikku kelak.
“Dia benar-benar tidak datang hanya untuk melihatku setitik saja” lirihku bermain seketika.
“Cristal,” suatu suara berteriak keras di belakangku sehingga menjadi perhatian semua orang…
“Seperti biasa” berkata-kata sendiri dalam hati.
“Cristal, bagaimanapun dan sampai kapanpun saya tidak bisa melepasmu” berteriak sekeras-kerasnya, sedang tubuhku hanya diam membisu…
“Saya ingin tetap berada di sampingmu, melakukan banyak hal, membuatmu tersenyum, mendengar curhatanmu, menggoda dirimu, menikah, dan kalau bisa mempunyai anak kembar lucu-lucu bersama dirimu” berlari ke arahku kemudian hal selanjutnya adalah mendekap diriku kuat.
“Manusia aneh” ejekan buatnya.
“Saya siap menjalani proses lain lagi asalkan melihatmu tersenyum” Aldrich terus membawaku dalam dekapannya.
“Bodoh” sekali lagi mengejeknya.
“Saya tahu kalau kau seharian menghabiskan waktu bersama pria aneh itu sampai hatiku sempat berpikir tentang perasaanmu. Terlalu menyakitkan, tapi hari ini suara hatiku kuat berteriak agar tetap mengejarmu” penuh semangat berucap ke arahku.
“Yang betul? Akan melakukan apapun tanpa mengenal kata menyerah?” menatap ke arahnya.
“Saya ingin menikahi gadis pilihanku, tentu saja akan terus mengejar dan melakukan apapun” dia tetap bersemangat berkata-kata…
Entah mengapa saya tidak dapat membalas ucapannya, hanya tersenyum mendengar sebuah pengakuan darinya. Sulit menerima seseorang, akan tetapi pada akhir cerita dia datang merubah segalanya. Inilah kisah Cristal tentang mimpi, perjalanan hidup, prinsip, lampiran karya bersama lukisan cerita yang sedang bermain. Mempelajari beberapa data, alat, rumus, teori, teknologi-tekonologi terbaru di suatu laboratorium besar merupakan kegiatanku sekarang setelah sebulan tinggal di Negara asing selain menjadi penulis…
Menyadari penuh setelah merenung beberapa waktu lamanya, jika Tuhan telah memecahkan teka-teki kisahku belasan tahun silam dengan jalan membuatku menggapai mimpi. Tidak pernah menduga sebelumnya akan menikahi seorang pria bersama kepribadian berbeda dari siapapun. Cukup tampan, bergerak di dunia arsitek, selalu mengikuti setiap proses sesuai prinsip, sabar menghadapi karakter terburuk dalam diriku itulah dunia seorang Aldrich.
“Cristal, mimpiku sekarang ingin mempunyai bayi kembar identic dan harus lucu seperti dirimu” wajah Aldrich bersemangat seperti biasanya…

TAMAT