Sabtu, 07 September 2019


a REASON…


Bagian 1…


Nitzana…

Apakah keinginan terbaik dapat terwujud seketika? Siapa yang menyangka warna pribadi hidup Nitzana menjadi sedikit berbeda dibanding orang di sekitarnya. Menapaki satu jalan untuk sebuah alasan tentu tidak mudah, namun mengesankan. Saya ingin mencari cerita menarik dengan kisah petualangan terbaik dari semua orang. “Zana” Livia berjalan masuk ke ruang kerjaku tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu membawa seseorang…
“Ada denganmu? Masuk begitu saja seperti tidak mengenal tata karma” menegurnya.
“Stop menegur!” Livia.                                                  
“Mungkin saya harus memberimu satu pelajaran” bernada kesal ke arah Livia.
“Jangan berkata seperti itu di hadapan temanku” Livia tidak mau kalah.
“Apa yang kau inginkan?” bertanya…
“Bantu temanku karena hanya kau psikolog terbaik yang pernah ada” perkiraan tepat menjadi jawaban penutup untuk meninggalkan ruangan secepat mungkin. Datang tanpa membuat jadwal, masuk tiba-tiba, dan tujuannya adalah menolong semua teman-temannya yang sedang mengalami masalah depresi. Berperan sebagai seorang psikolog tentu tidak mudah tetapi inilah jalan hidup. Menghadapi berbagai kasus permasalahan tiap hari kemudian berpikir mencari solusi terbaik ketika berhadapan dengan seorang klien.
Bahasa, tutur kata, adaptasi, penguasaan segala jenis mimic pergerakan tubuh, analisa tulisan, dan masih banyak lagi harus berperan penting dalam dunia psikolog. Ketika seseorang mengungkapkan satu nada kalimat, maka ahli psikolog  harus cepat menangkap bahkan menyimpulkan kepribadian tersembunyi tanpa siapapun menyadari semua itu. Bukan karena pakar psikolog merupakan seorang dukun atau Tuhan, tetapi bidang mereka mempunyai cerita tersendiri…
Mengenal lebih detail factor masalah demi menentukan satu diagnose dan jalan keluar bagi kasus-kasus tertentu ketika berhadapan dengan klien. Memahami berbagai ilustrasi kehidupan tentu tidak mudah, namun salah satu jalan keluar penanganan sebuah kasus memerlukan alat peraga semacam ini. Menjadi pendengar setia bahkan terbaik bagi mereka yang sedang mengalami satu permasalahan tanpa jalan keluar juga salah satu ciri khas sang psikolog. Masing-masing kami memiliki cara tersendiri ketika berdiri maupun berhadapan di antara banyak orang.
“Apa masalahmu?” pertanyaan langsung ke inti setelah Livia berjalan pulang.
Dia wanita berusia kepala tiga, cantik, ibu rumah tangga dan memiliki 3 orang anak. Mata bengkak, lingkaran hitam sekitar kelopak mata, wajah lemas, perasaan kecewa terpampang jelas tanpa harus berucap sepatah katapun. Mencoba mendengar setiap keluh kesah akibat satu kesalahan terbesar sedang bermain dalam biduk kehidupan sang suami. Menangis sejak awal dialog seakan menyatakan rasa sakit bersama luka terus saja mendekam.
Mengungkapkan bagaimana rumah tangga yang selama ini berjalan sekian tahun sedang berada di ujung tanduk karena perselingkuhan. Hal lebih mengejutkan lagi adalah dia masih jauh lebih cantik dibanding wanita selingkuhan sang suami setelah melihat selembar foto mereka. Kejadian seperti ini memang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga, dapat dikatakan bukan hanya dia satu-satunya mengalami hal tersebut.  
“Wanita itu berperan sebagai rekan kerjanya hingga pada cerita akhir menghancurkan kehidupan rumah tanggaku tanpa rasa kasihan” ungkapan perasaannya di sela-sela tangis masih saja berjalan…
“Menangis terus juga tidak akan pernah menyelesaikan masalah” ungkapku.
“Perceraian menjadi jalan keluar masalah saya sekarang” nada pasrah melalui ucapan tersebut.
“Mengambil jalan pintas semacam perceraian menyatakan kau benar-benar kalah terhadap dunia rumah tanggamu sendiri” membalas ucapannya.
“Saya sudah berusaha bertahan berulang kali, tapi selalu saja kata terluka makin membesar bagaimanapun tangan berusaha menutup tiap celah” dia mengungkapkan satu pernyataan menyerah. Siapa sih yang tidak sakit menjalani kisah paling tragis dengan 3 anak dan harus menghadapi masalah perselingkuhan sang suami. Kekacauan terparah lagi adalah versi kecantikan sang selingkuhan hanya berada di bawah standar bahkan sang istri masih jauh lebih cantik dua kali lipat. Pada kenyataannya kecantikan bukanlah modal utama menjadi penyebab sang suami menjalani kisah perselingkuhan di luar sana. Kenyamanan, dialog yang menyenangkan, tempat terbaik ketika mengungkapkan sesuatu, adaptasi sang wanita mempunyai daya tarik menarik menjadi beberapa alasan semua itu bisa terjadi.
Terkadang permasalahan seks menjadi peran utama perselingkuhan bagi beberapa kasus. Di beberapa tempat factor seks dan kecantikan bukan alasan utama masalah perpecahan rumah tangga. “Saran saya, setidaknya belajarlah untuk tidak saling menyalahkan terlebih membuat keputusan tentang perceraian” berucap kembali di hadapannya.
“Jujur, saya tidak tahan mendapat perlakuan buruk iblis itu” terus saja menangis.
“Cobalah untuk mengubah beberapa hal dalam diri anda sebagai istri. Jangan berpikir egois demi masa depan sekaligus perkembangan ketiga buah hati, kenapa? Karena mereka membutuhkan figur orang tua baik dari segi pendidikan, pembentukan, teladan, bahkan segala aspek paling kecil sekalipun.” Pemahaman keluarga berantakan dengan jalur perceraian tanpa berpikir panjang akan semakin merusak segala sesuatu di dalamnya.
“Bagaimana kalau semua itu tidak pernah berhasil sama sekali?”
“Mungkin ada yang salah dan membutuhkan bahan koreksi pribadi lebih ke tingkat paling sulit dijangkau. Sepertinya saya terlalu kejam, tidak bisa merasakan penderitaan, dan lebih kacau lagi menyudutkan anda tapi jalur pernikahan bukan bahan permainan” jawaban penjelasan dari pertanyaan wanita tersebut. Kasus perselingkuhan sang suami bukan karena factor kecantikan fisik atau permasalahan seks yang biasa terjadi, melainkan objek kenyamanan dan setitik celah bermain untuk menghancurkan kehidupan rumah tangga mereka.
“Dia pasangan pilihan sejak awal sebelum masuk dalam bahtera rumah tangga berarti anda harus siap melawan badai walaupun dikatakan luka demi luka selalu saja menggempur pertahanan diri. Pondasi benteng pernikahan ada pada kekuatan seorang wanita bersama tingkat kesabaran paling beda di antara siapapun juga” sekali lagi menyatakan penjelasan…


Bagian 2…

Terkadang sesuatu dalam hidup sulit untuk dipahami, hanya saja kaki harus terus berjalan suka maupun tidak dan ini kenyataan. Pemandangan mata bisa menipu semua orang terlebih membutakan banyak objek di sekitarnya. Tertawakan saja diri sendiri karena selalu tertipu terhadap pemandangan luar. Btw, kenapa juga ini sebagai kalimat pernyataan pembuka? Lupakan…
Zana hidupmu punya sesuatu hal menakjubkan, ingat itu! Penyemangat tiap langkah hidup sekaligus menjadi penghiburan tiap detik. “Mami,” anak perempuan usia lima tahun berlari ke arahku.
“Anak mami, sudah pulang rupanya” seperti inilah kisah Zana memiliki gadis kecil tanpa pasangan hidup. Seperti ada yang salah? Entahlah…
“Moza punya sesuatu buat mami” segera memberikan selembar kertas berisi wajah seorang wanita dengan sayap putih pada bagian belakangnya. Hati Moza hanya akan menyatakan satu-satunya malaikat bersayap yang selalu hadir memberi warna tertuju pada sosok ibunya semata.
“Hari ini mami libur” tersenyum ke arah sang gadis kecil.
“Berarti Moza seharian jalan bersama mami dong” teriak kegirangan…
“Seperti itulah” tersenyum menatap wajah Moza. Merasakan petualangan anak sekitar arena bermain anak merupakan hal paling menyenangkan. Tertawa lepas bersama sang buah hati mempunyai cerita lain bagi jalan Nitzana. Berbelanja kebutuhan rumah setelah menikmati suasana petualangan paling seru terdengar menyenangkan. Kalau boleh jujur saya mempunyai gaya hidup tersendiri dari orang lain di luar sana.
Saya tidak terlalu menyukai jajanan luar, lebih senang makanan rumahan, selesai bekerja selalu menghabiskan waktu di rumah, dan masih banyak hal lain menjadi ciri khas pribadiku. Oh yah... masalah cemilan? Hanya sekali-sekali saja di konsumsi jika benar-benar menginginkan. Wanita di tempat lain senang mengoleksi barang-barang bermerk mulai dari tas, sepatu, pakaian, arloji, dan lain sebagainya, tapi buat saya itu tidak akan pernah berlaku sama sekali. Bukan masalah memamerkan atau bersifat sebagai manusia munafik menjelaskan hal semacam ini maupun memberi ejekan terhadap wanita lain. Kehidupan pribadiku memang sejak dulu sama sekali tidak menyukai terlebih terobsesi pada benda-benda bermerk.
Mempunyai sepasang sepatu dan dua ransel itu cukup buatku. Handphone android dibawah standar terdengar jauh lebih menyenangkan dibanding harus mengikuti keluaran terbaru tiap saat. Saya tidak harus menjadi orang lain demi terlihat fantastis di mata dunia. Masalah lawan jenis? Jalan hidupku percaya, kelak Tuhan akan mengirimkan seseorang yang terbaik dapat menerima apapun kekurangan saya pribadi.
“Mami, masakannya sudah selesai belum?” wajah cemberut Moza terpampang jelas.
“Lapar…lapar…lapar” beberapa orang berteriak memukul meja. Satu rahasia lagi bahkan sampai detik sekarang orang di luar sana belum menyadari sama sekali. Di rumahku menjadi pusat penampungan mereka yang mengalami gangguan mental. Entah bagaimana cara Tuhan membuatku bisa berhadapan dengan mereka. Salah satu psikolog membuka lebar pintu rumahnya bagi orang-orang semacam ini. Kisah masa lalu membuatku ingin melakukan semua itu dan belajar menjadi sahabat mereka.
Sebagian dari mereka tiba-tiba saja berdiri depan rumah bersama wajah yang sulit dimengerti. Seakan Tuhan sengaja menunjukkan jalan ke tempatku untuk menjadi bagian hidup di antara perjalanan mereka. Beberapa lainnya lagi, saya pungut secara diam-diam di beberapa pedesaan ketika sedang berlibur bersama sang buah hati. Terpasung pada satu tempat mengerikan bahkan semua tidak menganggapnya sebagai manusia melainkan binatang liar.
“Inilah hal tergila yang pernah kau lakukan Zana” berucap pada diri sendiri.
“Diam!” Nata tiba-tiba menyuruh Moza menundukkan kepala.
“Akhirnya dapat…” teriak Nata.
“Dapat apa?” tanyaku.
“Kutu Moza besar sekali…” jawaban Nata.
“Moza tidak punya kutu” ledakan amarah Moza mengguncangkan semua isi rumah.
“Ini ku…ku…ku…tu” Nata memperlihatkan kecoa besar tiba-tiba saja hinggap di sekitar kepala Moza.
“Mami…” tangis Moza.
“Ini bukan kutu tapi kecoa” menjelaskan pada gadis remaja berusia 18 tahun. Nata membutuhkan waktu untuk dapat keluar setahap demi setahap karena kisah di masa lalu. Terkadang dia tiba-tiba saja menangis bahkan memberontak secara emosional. Gadis remaja bersama kisah menyakitkan membuatnya tidak mengenal siapapun di sekitarnya.
Berusaha membagi waktu antara pekerjaan, Moza, dan mengurus kehidupan mereka di rumah. “Sekarang waktunya mandi” membunyikan sebuah lonceng hanya sekedar mengumpulkan mereka. Bukan permasalahan obat-obatan dokter menjadi focus utama sebagai bentuk penyembuhan, melainkan kasih sayang dan perhatian merupakan modal pondasi terbaik dengan peranan aktif di dalamnya.
Mengajarkan sebagian dari mereka cara membaca sebuah buku tiap malamnya. Moza banyak membantu selama ini walaupun dikatakan usianya masih terlalu kecil menjalani kehidupan aneh di rumah. Tangan mungilnya juga belajar memandikan beberapa dari mereka termasuk mengurus Nata. “Mami selesai” teriak Moza merapikan rambut Nata…
“Sekarang waktunya Moza berangkat ke sekolah” tersenyum ke arahnya.
“Ingat Moza tidak punya kutu” masih sedikit judes mengingat kejadian semalam.
“Itu benar-benar kutu Moza” teriak Nata.
“Biar mami kuncir rambut Moza sebelum ke sekolah!” mengalihkan perhatian Moza.
Seperti inilah dunia kami di rumah bersama satu kisah cerita tertentu di balik sebuah pintu. Beruntung beberapa orang mau membantu saya menjalani perjalanan tidak biasa dan merawat mereka dengan penuh kasih sayang. Satu hal, jangan pernah membenci perjalanan beberapa orang yang sedang mengalami gangguan mental berat di sekitar kehidupan anda. Jadilah obat sekaligus cahaya terbaik bagi kehidupan mereka tanpa seorangpun menyadari semua itu.
Tuhan itu baik membuat hidupku tidak mengalami kesulitan keuangan sama sekali. Saat-saat tertentu terkadang juga masalah ekonomi tiba-tiba saja menyerang dan di luar dugaan selalu ada cerita tentang campur tangan sang pencipta di dalamnya. Cerita paling terkacau/ bisa dikatakan sebagai bahan lelucon, saya hampir berada dalam sebuah tahanan sel penjara. Kenapa? Di fitnah mengambil sejumlah uang sewaktu masih bekerja sebagai kasir salah satu toko elektronik di sebuah kota.
Pada saat itu jalan hidup saya belum bercerita tentang ingin berada pada satu jenjang pendidikan bersama gelar sarjana. Hal terkacau adalah temanku berpikir bahwa saya seorang pencuri, pada hal sebenarnya tidak sama sekali. Kemungkinan besar kalau dia heran seolah saya bisa melakukan beberapa hal  dalam keluarga. Kesalahan terbesar saya juga adalah tanpa sadar mengatakan masalah pembuatan rumah di kampung, itu pun hanya bangunan tiang semata.
Saya berusaha mengingat beberapa kejadian sebelumnya dan kenapa dicurigai seperti ini setelah dipecat tidak hormat? Sepertinya dia atau seseorang lainnya mendengar percakapan telepon dengan saudara laki-lakiku tentang pembelian mesin harga lumayan. Atau entahkan tanpa sadar saya bertanya mengenai harga-harga beserta pusat toko penjualan mesin. Cerita sebenarnya adalah teman saudara laki-lakiku meminta bantuan agar dicarikan jenis mesin tertentu tidak jauh dari tempat saya bekerja. Kebetulan salah satu kasir mengambil uang toko dalam jumlah cukup besar sampai dipenjarakan pada saat itu. Bersahabat dekat dengannya tidak juga, tetapi entah mengapa seolah hatiku ingin menjenguk dia di penjara. Mengajak jalan sekalipun sama sekali belum pernah sewaktu belum masuk penjara, justru teman terdekatnya yang juga menghabiskan uang tersebut menyerang balik sekaligus menjauh pada hal mereka menikmati. Setelah kunjungan tersebut semakin kacau saja gosip yang menyebar.
Teman yang menjadi penyebar fitnah buatku memang terlihat polos juga baik di hadapan semua orang. Saya juga pernah gugup di hadapan sang bos tua, jadi kemungkinan dijadikan bahan alibi paling kacau. Kebenarannya adalah saat itu program server computer error, jadi manual pada hal banyak sekali pembeli dalam transaksi besar. Singkat cerita, saya sedikit kelabakan karena harus melayani system cepat dan sempat berpikir salah mengembalikan uang konsumen. Jantung terus saja berdetak karena berpikir tidak mempunyai uang mengganti yang mines. Ternyata mines seperti pikiranku sama sekali tidak terjadi. Masalah lain juga di satu sisi adalah temanku itu selalu mines setiap penyetoran tiap malamnya di depan bos bahkan mencapai jumlah lumayan. Dia berpikir kalau saya mengambil uangnya karena kursi/ meja kami berdampingan, sedangkan kata mines tidak pernah terjadi dalam kasus saya kalaupun ada paling main sedikit sekali dan itupun sekali setahun.
Akhir cerita kisahku adalah harus mengakui sesuatu yang tidak kulakukan sama sekali di hadapan istri sang bos bahkan hampir ke penjara. Entah bagaimana cerita permasalahan penjara dibatalkan. Saya juga sedikit mencurigai sesuatu kalau istri bos seperti cemburu dan kemungkinan takut sesuatu. Sebenarnya sih, jauh sebelum pernikahan bos muda dan entah itu hanya perasaan semata kalau dia menyukaiku. Saya tidak ingin pasanganku dirampas suatu hari kelak, jadi hidupku bertahan bahkan berusaha berpura-pura untuk tidak tahu. Secara logika dalam sekejap kemungkinan dunia miskin tidak akan lagi mempermainkan jalan hidupku. Tuhan tahu segala kebutuhanku bahkan segala yang ada di dalamnya dan bertahan untuk tidak merampas milik orang jauh lebih baik…
Bukan karena ingin mencekik leher dengan menahan membelanjakan makanan di luar, hanya saja saya lebih suka makanan rumah. Banyak orang merasa tidak berkecukupan karena factor belanja di luar habis-habisan. Kehidupanku juga senang membeli selembar pakaian bagus, tapi tidak sampai mencari harga-harga fantastis. Hal-hal semacam inilah membuat keuangan di tangan dapat diatur dengan cukup tanpa harus berhutang kiri-kanan.
Pantas beberapa teman kerja kemarin memancing ingin meminjam uang, pada hal hanya sekedar menjebak semata. Pada saat itu saya terlalu polos ingin mengiyakan karena berpikir kehidupanku sama dengan mereka miskin dan kebetulan uang gajiku selalu disisihkan sebagian buat tabungan. Tidak ada yang tahu hari esok, jadi sebagai persiapan beban-beban tak terduga tanpa harus berhutang ke orang lain. Permasalahan pergaulan pun menjadi alasan saya mengalami kejadian seperti ini di tempat kerja. Jujur, saya tidak terlalu menyukai cara temanku bergaul. Dapat dikatakan hidupku masuk dalam kategori terlalu polos/lugu. Berteman, beradaptasi, tersenyum terhadap banyak orang, hanya saja cara mereka mengungkapkan kata-kata kotor/kasar/vulgar bahkan kebun binatang menjadi dilema tersendiri.
Sejak kecil mama melatih bahkan memukul andaikan ucapan-ucapan yang keluar terdengar merusak. Saya juga tidak suka pertemanan antar lawan jenis over dosis seperti memegang bagian-bagian tertentu seperti perut, pingggang, menggigit telinga, dan beberapa hal walaupun dikatakan tidak ada maksud lain atau hiburan dan semacamnya. Prinsip seperti ini membuat saya dibenci karena terlalu munafik kemungkinan bagi pemikiran mereka. Tempat kerja sebelumnya juga seakan tidak bisa membedakan teman lawan jenis bahkan terlihat kacau. Kesimpulannya, saya sedikit menegur sekaligus mempertahankan prinsip dan akhir cerita hidupku menjadi bahan kebencian paling menyeramkan bagi mereka semua. Masalah berpacaran saja, saya tidak boleh melewati batas tertentu. Terserah semua orang berkata hidupku itu polos-polos munafik, intinya saya mempunyai satu prinsip hidup…
“Kisah paling miris dan selalu saja menjadi bahan kebencian semua orang” bergumam sendiri membayangkan memori kemarin.
“Zana, kenapa melamun pagi-pagi begini?” suara Livia membangunkan saya dari ingatan masa lalu .
“Kebiasaan buruk” menegur Livia.
“Tapi menyenangkan buatku” balasan Livia.
“Tinggalkan ruang kerja saya sekarang juga!” nada memerintah.
“Psikolog aneh, judes, kacau, menyebalkan” Livia.
“Terserah”
“Kasihan Moza memiliki mami terkacau di dunia” ledek Livia.
“Berhenti membawa nama Moza segala!”
“Satu-satunya psikolog terjudes yang pernah ada dan lebih gila lagi menampung semua orang gila di rumahnya, jadi wajar saja otaknya pun ikut berantakan” Livia.
Hanya Livia seorang menyadari seluruh penghuni rumahku. Tidak seorangpun temanku berpikir jika saya akan melakukan hal gila semacam ini. Sejak memasuki bangku kuliah kami berdua selalu bersama sampai akhir cerita segala isi rumahku selalu menimbulkan rasa penasaran bagi manusia semacam Livia. Selalu saja membawa klien dengan kasus paling rumit ke ruang kerjaku karena dia sendiri khusus berada pada penanganan psikolog bagian anak.
“Btw, Moza pulang jam berapa hari ini?” Livia.
“Memang kenapa?”
“Mau ngajak Moza makan di luar” Livia.
“Moza cukup bahagia dengan masakan maminya” membalas jawaban…
“Itu menurutmu bukan Moza” cetus Livia.
Seperti inilah kisah Livia setiap awal bulan. Bisa dikatakan dia rajin menjemput Moza dari sekolah kemudian berada pada satu tempat hiburan bagi anak-anak dan menghabiskan waktu seharian di sana. “Biar saya yang jemput Moza” berteriak sambil menarik sebuah kunci mobil sekitar meja.
Seharian penuh Livia membawa Moza sampai malam menjemput belum kembali ke rumah. Update status terbaru terus saja bermunculan memenuhi beranda akun milikku. Kolam renang, makanan, es krim, toko boneka, sepeda warna pinky pun semua diperlihatkan olehnya melalui beberapa aplikasi medsos. “Terlalu berlebihan” menggerutu sendiri sambil berjalan bolak-balik depan teras. Semua anggota penghuni rumah sudah pada tidur sekarang.
“Terimah kasih aunty” suara Moza terdengar juga. Memasang wajah seram melihat mereka berdua berjalan ke arahku.
“Moza punya sesuatu buat mami” senyum Moza.
“Sekarang sudah jam larut malam, kenapa Moza tidak pulang pagi saja sekalian?” tegurku.
“Jangan memarahi anak kecil!” Livia membela Moza.
“Tinggalkan rumahku sekarang juga! Sudah malam pulang sana!” sedikit melotot ke arah Livia.


Bagian 3…

Gagal mengusir Livia merupakan hal terkacau malam ini. Dia ngotot ingin tidur bersama kami karena takut sendirian di rumahnya. “Semua anggota keluarga lagi pergi liburan” senyum Livia menerobos pintu.
“Pelan-pelan jalannya, aunty!” Moza memberi isyarat.
“Memang kenapa?” Livia tanpa berpikir berteriak keras membangunkan seluruh penghuni rumah. Pada akhir cerita adalah terjadilah kekacauan satu sama lain sampai teriakan kiri-kanan menggelegar memenuhi semua ruangan.
“Pencuri” seperti itulah Gadi setiap mendengar sedikit saja suara malam-malam begini. Seluruh penghuni pasti dibuat gempar seketika oleh tingkah lakunya. Beberapa dari mereka membawa segala jenis benda-benda isi rumah.
“Serang pencuri” sekali lagi Gadi sebagai ketua mereka memulai aksi.
“Moza kan sudah bilang” tegur Moza.
“Moza kenapa sama pencuri?” Nata siap menggempur.
“Saya bukan pencuri” Livia sangat ketakutan.
“Pokoknya pencuri” Gadi tidak mau tahu sampai membuat suasana makin gaduh. Beruntung saja hampir sebagian dari mereka sudah berada pada tahap pemulihan bahkan ada yang sembuh total tanpa gejala sama sekali. Terkadang juga beberapa lainnya mempunyai tingkatan berbeda sehingga tidak dapat dikatakan pulih, kenapa? Tanpa terduga tiba-tiba saja berteriak, tertawa sendiri, menangis, atau melakukan hal setiap melihat satu objek dimana mengingatkan mereka kembali pada kisah masa lalu. Butuh waktu total dan kesabaran penuh menghadapi kasus dengan diagnose gangguan kejiwaan…
Dikatakan takut menjalani hidup bersama mereka? Tentu saja sangat ketakutan terlebih Moza masih terlalu kecil, tapi seakan ada satu kekuatan untuk membuatku bertahan  sekaligus bijak ketika merawat sekaligus menjadi sahabat mereka. Jangan jadi pembenci bagi penderita gangguan kejiwaan karena kau tidak akan pernah tahu tentang beberapa perasaan yang sedang mempermainkan di dalamnya walaupun itu berlaku bagi beberapa kasus.
“Saya benar-benar bukan pencuri” Livia.
“Lantas es krim Gadi hilang tadi siapa yang curi?” Gadi bersiap menyerang memakai bantal guling miliknya.
“Es krimnyakan sudah dihabisin ma Gadi sendiri” menjawab pertanyaan Gadi. Mereka semua pada akhirnya menjadi tenang kembali dan berjalan masuk ke kamar.
“Kau tidak takut tinggal bersama mereka semua?” Livia.
“Kau lebih menakutkan” menjawab Livia.
“Sindiranmu tidak masuk akal” gerutu Livia.
“Tenang saja mereka semua jinak”
“Jinak apanya?” Livia.
“Beberapa orang dengan kesulitan cukup parah mempunyai tempat tinggal sendiri, tapi tetap dalam pengawasan bahkan dalam beberapa kali dalam seminggu saya akan berada di sana menjenguk mereka…” menarik napas panjang.
“Berarti yang tinggal di rumahmu sudah jinak?” Livia.
“Seperti itulah”
“Pantas saja kau terlihat begitu tenang” Livia.
Setelah pergulatan aneh tadi akhirnya kami semua tidur lelap. Bangun lebih awal bersama beberapa dari mereka yang dikatakan sembuh total untuk membuat sarapan pagi sekaligus membersihkan rumah. Loan dapat melanjutkan sekolahnya kembali setelah perjuangan untuk keluar melupakan kisah paling tragis hingga menjebak. Dapat dikatakan jika dirinya berasal dari keturanan dengan kasus yang sama yaitu gangguan kejiwaan. Kakek dan ibu pun menjalani situasi semacam ini. Menjadi pertanyaan, apakah salah satu penyakit kejiwaan terjadi karena factor keturunan? Buat saya pribadi jawabannya tidak sama sekali.
Lantas kenapa dari beberapa generasi Loan menjalani situasi semacam ini? Kemungkinan besar satu masalah tertentu memicu berat sang kakek menjalani banyak objek semasa hidupnya. Tidak seorangpun memahami, factor pendidikan, pergaulan, juga beberapa tempat lain menjadi alasan utama kakek Loan mengalami hal tersebut. Pada akhir cerita adalah mitos yang sering muncul pada kalangan masyarakat mengenai penyakit kejiwaan turunan dari generasi ke generasi. Ketika ibu loan sendiri menjalani jalur tersendiri, seakan pemikiran karena mitos-mitos yang beredar menjadi beban sekaligus ketakutan buatnya. Saat sedikit saja masalah datang, kemungkinan besar sang ibu tidak dapat mengendalikan pikiran sendiri dan terjadilah kasus sama seperti kemarin terlebih tidak seorangpun ingin menjadi sahabat terbaik.
Mendapat perlakuan kurang baik oleh orang sekitar menjadikan Loan menjalani kehidupan asing bahkan menjadi penyendiri. Permasalahan ekonomi cukup parah juga bermain apa lagi harus kehilangan sosok ibu di usia masih terlalu kecil. Saat itu panas terik tiba-tiba saja mencekik seluruh tubuh sampai akhir cerita wajah Loan bersama pakaian compang-camping seakan tidak mengenal arah berdiri di hadapanku. Menatap seperti manusia bodoh dengan pikiran-pikiran kosong tanpa kesadaran dalam dirinya. Entah dorongan seperti apa membuat tanganku terulur ke wajahnya dan memberikan dekapan hangat. Proses yang cukup panjang untuk membawa Loan keluar membuahkan hasil pada akhir cerita juga.
“Loan, berangkat sekolah yah” senyum Loan memulai lembaran baru bagi hidupnya. Sebentar lagi dia akan lulus sekolah dan memulai menapaki bangku perguruan tinggi. Belajar menjalani satu dunia tanpa mencoba berbalik ke belakang.
“Saya ingin menjadi seorang psikolog seperti ka’Zana suatu hari kelak” senyum Loan. Tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia ini dapat terjadi walaupun akal logika sulit menerima dimana mantan orang gila menjadi seorang psikolog suatu hari nanti. Manusia boleh menolak, tapi andaikan Tuhan membuka jalan siapakah yang dapat menutup pintu itu? Nilai-nilai Loan cukup bagus bahkan lebih dari pemikiran semua orang. Jangan pernah merendahkan orang yang ada di sekitarmu hanya karena masa lalu paling mengerikan.
Seperti biasa Livia mengejutkan akibat teriakan paling rusak selama perjalanan mengantar Moza ke sekolah. Matanya sibuk membaca beberapa pemberitaan melalui dunia medsos yang lagi beredar. “Moza bisa tuli aunty” cetus Moza.
“Kau mengagetkan Moza” menegur Livia.
“Seorang pengusaha dikenal paling sukses, mapan, tampan tiba-tiba saja harus menjalani perawatan pada salah satu rumah sakit jiwa di kota ini” Livia membaca keras satu artikel seolah dunia ini hanya miliknya.
“Sekarang pengusaha tersebut sedang dalam pencaharian karena melarikan diri…” Livia.
“Berhenti berbicara!” makin marah melihat kelakuan Livia.
“Iya-iya saya diam” wajah cemberut Livia terpampang.
Saya pikir mulutnya benar-benar diam, ternyata tidak sama sekali setelah perjalanan menuju kantor. “Btw, kenapa sampai bisa terjadi yah kasus seperti pengusaha tadi?” pertanyaan Livia.
“Kenapa tidak” balasku.
“Pengusaha sukses, mapan, tampan, terkenal, kaya raya lah mendadak stress terus masuk rumah sakit jiwa, logikanya dimana?” Livia masih tercengang…
“Semua bisa terjadi kalau dia sendiri tidak mampu menjalani tekanan.”
“Kalau dipikir-pikir mana mungkin wajah setampan dan setenang seperti dirinya bisa hidup dalam tekanan sampai kejiwaan gitu” livia.
“Terkadang mata bisa menipu. Orang yang dikatakan benar-benar memiliki kesempurnaan hidup pada kenyataannya hanyalah sebagai topeng belaka karena satu kisah tersembunyi di dalam sedang membungkus diri.”
“Yang betul saja” gerutu Livia.
“Kau ini psikolog atau bukan sih?” menyerang Livia.
“Entahlah” jawaban cetus Livia. Saya tidak pusing akan pemberitaan semacam ini. Masih banyak hal yang harus kulakukan bersama cerita menarik dibanding terlihat seperti orang bodoh mengikuti berita besar seperti itu menurut pandangan orang.
Perbedaan antara kami berdua benar-benar terlihat. Menikmati jalan sebagai single parents menciptakan memory tersendiri bersama kisah lain. Ada hal dimana suara hati terkadang terlalu sulit berkata-kata, seperti itulah petualanganku sekarang. Mengarungi satu jalan tertentu seakan beberapa arah sedang berteriak kuat. Langit bergelora karena permainan awan putih setelah matahari terbit. Bintang-bintang tersenyum manis menjadi hiasan terbaik ketika malam sedang berkata-kata. Btw, aneh juga ungkapan kiasan yang sedang bermuara memenuhi pemikiran sekarang. hufffffttttttt…
“Kenapa jadi macet begini sih” mengeluh sekitar jalan raya besar.
“Mana Moza menunggu lama di sekolah” memukul setir mobil. Satu-satunya jalan adalah menelepon Livia biar menjemput Moza di sekolah menggunakan motor. Berjam-jam menunggu karena jalanan sedang dalam perbaikan di beberapa jalur sampai membuat kemacetan panjang. Rasa lelah menyelimuti tubuh selama perjalanan…
“Akhirnya bisa bebas juga dari macet setelah 7 jam di jalan” menggerutu lagi dan lagi. Suara bising perut seperti tidak bisa kompromi lagi bahkan harus segera diisi. Memarkir mobil pada salah satu rumah makan kecil demi kebutuhan lambung. Entah mengapa saya harus menyaksikan pengeroyokan terhadap seseorang depan mata sendiri setelah keluar dari rumah makan tersebut.
“Berhenti!” berteriak berusaha menolong…
“Kenapa kalian main keroyok begini sih?” ujarku lagi.
“Dia duluan salah mencuri makanan orang” jawaban salah satu pengeroyok.
“Dasar orang gila…” masih memberi pukulan.
Segera mengambil uang dari dompet dan menyuruh mereka pergi menjauh. Menatap seseorang di depanku sekarang sambil berpikir sejenak. Tubuh kotor, dekil, sangat bau, pakaian sobek, wajah penuh luka hanya karena ingin makan sesuatu sebagai pengganjal perut. Hal tak terduga adalah dia seperti mengalami permasalahan gangguan mental. Apa Tuhan sengaja mempertunjukkan sesuatu di depanku hari ini? Memesan satu porsi makan buatnya merupakan langkah pertama…
“Makanlah!” berkata-kata selembut mungkin.
Dia makan sangat lahap sambil menggaruk-garuk kepalanya sendiri. “Ada setan” menunjuk sesuatu pada sudut jalan tidak jauh dari tempat kami duduk sekarang. Tikus jalan lagi berkeliaran dikatakan setan. Lumayan sebagai bahan penghiburan malam sekarang. Membawa pulang ke rumah memang keputusan terbaik dan memang itulah yang harus terjadi.
“Mami…” Moza berlari kecil menuju garasi mobil.
“Kenapa mami pulang lama?” Moza sedikit kesal.
“Mami terjebak macet”
“Dia siapa mi?” Moza menunjuk pria dekil di sampingku.
“Setan terbang” teriak pria tersebut.
“Apa mami lihat setan juga?” Moza terlihat ketakutan…
“Itu nyamuk bukan setan” segala jenis binatang di bilang setan… Membawa pria itu masuk, kemudian mencoba membersihkan tubuh dekilnya. Menyuruh Loan memandikan dia sampai benar-benar bersih. Kebetulan mereka berdua sama-sama pria jadi tidak masalah.
“Setan harus di bunuh” pria itu segera berlari menarik sandal Loan kemudian memukul cicak yang lagi merayap sekitar dinding.
“Mami, kenapa uncle itu ngomong setan terus?” Moza.
“Mana Setan?” semua penghuni rumah berlari keluar kamar sambil membungkus diri memakai selimut.
“Tidak boleh takut setan” Gadi menjadi pemimpin barisan mereka seperti biasa.
“Masuk kamar semua!” tangan mendorong mereka memasuki kamar sambil beberapa mengarahkan juga.
“Nama uncle siapa? Pertanyaan Moza menatap pria yang masih bermain memukul dinding memakai sandal jepit Loan.
“Siapa namaku?” seperti kebingungan mencari namanya sendiri.
“Lebih parah dari ka’Nata” Moza menepuk jidat…
“Moza besok harus sekolah kan? Jadi bobo sana!” kalimat ibu Malia tiba-tiba berjalan ke hadapan kami. Sosok ibu yang selalu sabar menghadapi semua anggota penghuni rumah.
“Betul kata ibu, jadi Moza waktunya bobo” tersenyum menatap Moza.
“Moza juga penasaran mau tahu nama uncle, gimana sih” rasa kesal Moza berjalan menuju kamar. Menyuruh Loan tidur sekamar bersama pria tersebut demi keamanan bersama agar tidak membuat keributan di tempat Gadi.
Selama beberapa hari pria itu terus saja bertanya tentang siapa namanya. Berjalan bolak-balik menggigit bajunya sendiri dengan bulu lebat yang hampir memenuhi wajahnya. “Siapa namaku?” bertanya pada dirinya sendiri.
Berusaha membuat dia cukup tenang sehingga tidak lagi berlari-lari memukul dinding karena menganggap cicak sebagai setan rumah. “Mau tahu namamu?” pancingku membawa dia pada sebuah kursi.
“Siapa namaku?” pertanyaannya.
“Sekarang namamu adalah…” ujarku terpotong.
“Siapa?”
“Farand” menjawab ucapannya.
“Berarti kau seseorang yang menyenangkan” melanjutkan lagi kalimat tadi. Dia butuh waktu untuk pulih, entah dalam jangka pendek ataupun panjang. Kemungkinan satu masalah paling menyakitkan membuatnya tidak lagi mengenal siapa orang sekitarnya. Sorotan mata Farand berkata seakan ada sesuatu yang hilang.


Bagian 4…

Rutinitas hidup tetap berjalan dan tidak perubahan sedikitpun. Menjalani pekerjaan sebagai seorang psikolog, namun melarang keras klienku berjalan mencari alamat tempat tinggalku. Pertemuan hanya akan terjadi sebatas di klinik bukan rumah. Saya dan Livia bekerja sama menjalankan proses operasi satu klinik. Jadi dengan kata lain kami berdua mempunyai peran penting di tempat ini.
“Masuk” menjawab setelah mendengar ketukan pintu dari luar. Tentu hanya klien atau staf dapat melakukan hal semacam ini mana mungkin Livia…
Seorang wanita seperti sudah berusia kepala tiga berjalan masuk memakai pakaian terusan ke bawah. “Mungkin ada yang bisa saya bantu” memulai percakapan setelah mempersilahkan dia duduk pada sebuah kursi.
“Saya Risa berperan sebagai wanita karir sekaligus ibu rumah tangga dengan satu anak berusia 3 tahun.”
Depresi berat memang terpampang jelas memenuhi wajahnya. Mulai mengungkapkan segala masalah yang sedang dihadapi sekarang. Sang suami bekerja sebagai salah satu manager perusahaan, sedangkan dia sendiri menjadi salah satu pegawai pemerintah. Secara logika hidup mereka dapat dikatakan lebih dari kata cukup bagi pemikiran semua orang. Semua itu tidak berlaku ketika mendengar cerita tentang permasalahan selalu saja berkekurangan bahkan memiliki hutang kiri-kanan. Anak hanya satu saja dengan beban biaya kebutuhan belum masuk dalam kategori pendidikan.
“Suami manager perusahaan, saya juga pegawai pemerintah golongan lumayan tinggi, anak Cuma satu tapi menjadi pertanyaan kami berdua selalu depresi menghadapi masalah keuangan rumah…” Risa mengeluarkan semua masalah dalam dirinya.
“Apa yang salah dengan kehidupan kami?” sekali lagi bertanya.
“Keluarkan semuanya…” kalimatku.
“Perasaanku berkata kalau saya tidak terlalu membelanjakan apa-apa tetapi tiba-tiba saja dalam sekejap uang di tangan lenyap bukan karena dicuri dan entah kemana…” Risa.
Wajahnya terlihat kacau, bingung, sulit berpikir, lebih parah lagi harus mengonsumsi obat penenang setiap malam minimal membuat dia terlelap tanpa harus berpikir panjang. Permasalahan seperti ini memang sering terjadi di kalangan masyarakat. Pandangan mata dapat menipu semua orang jika melihat hanya dari luar semata. Gaji berkapasitas tinggi memang tidak menjamin semua kebutuhan dapat tercukupi, sementara gaji rendah selamanya juga tidak menjamin seseorang hidup kekurangan. Apa yang salah?
“Dalam satu pengajaran agama tertentu mengatakan bahwa bukan masalah besar kecilnya pendapatan gaji terhadap kehidupan, melainkan apakah diberkati atau tidak. Pendapatan sebesar apapun akan tetap berkekurangan karena dicuri oleh belalang pelahap. Bagaimanapun kecilnya gaji seseorang juga akan tetap berkecukupan kalau istilah diberkati ada pada jalur hidupnya.” Mencoba menjelaskan sekaligus mengutip pernyataan yang memang sulit diterima oleh logika manusia seseorang. Saya tidak membawa nama agama disini, hanya saja pengajaran seperti ini dapat berlaku umum bagi siapa saja…
“Belalang pelahap itu apa maksudnya?” ucapan Risa memperlihatkan raut wajah bingung.
“Bisa bercerita tentang kehilangan, pencurian, semua uang lari ke biaya berobat karena salah satu anggota keluarga sakit, atau objek-objek lain yang dalam sekejap melenyapkan pendapatan untuk sebulan.”
“Berarti pendapatan kami dimainkan oleh belalang pelahap?” Risa.
“Saya juga tidak katakan kalau setiap pendapatan lebih selalu dimainkan oleh belalang pelahap sampai selalu merasa kekurangan terus-menerus. Bisa jadi gaya hidup boros, selalu melihat rumput tetangga lebih hijau dibanding milik sendiri, mendengar apa kata orang sampai menghancurkan diri sendiri untuk satu kasus keuangan dalam bentuk jalur salah, ingin hidup seperti artis dengan masalah persaingan produk brand ternama, dan lain sebagainya.”
“Kenapa orang dengan gaji kecil dapat hidup berkecukupan sesuai pernyataan tadi? Risa.
“Jawabannya simple karena orang tersebut tidak ingin terlihat berkeluh kesah, melontarkan bahasa-bahasa menghancurkan jalannya sendiri, kemungkinan mereka suka memberi dalam kekurangan walaupun dikatakan hidupnya penuh pergumulan beban biaya hidup, dan paling berperan adalah bersyukur sekaligus mendoakan hasil jerih lelahnya di hadapan Tuhan agar cukup digunakan untuk sebulan.”
“Memberi dalam kekurangan? Terdengar aneh, saya saja benar-benar kesulitan karena pengelolahan pendapatan lantas bagaimana cerita?” Risa…
“Memberi karena kelebihan itu biasa, tetapi memberi dalam kekurangan merupakan hal luar biasa sekaligus menjadi penguji terkuat hidup seseorang. Hanya saja jangan juga dimanfaatkan oleh oknum tertentu di luar sana, jadi harus tahu membedakan kedua jalur tadi.”
“Apa yang harus saya lakukan?” Risa.
“Belajar mengoreksi hidup masing-masing, berkomitmen untuk tahu pengelolahan keuangan tanpa harus saling menutupi satu sama lain, jangan pernah mengeluh, belajarlah membawa/ mendoakan tiap pendapatan di hadapan Tuhan sebelum  digunakan, dan…”
“Dan memberi dalam kekurangan maksud ucapan anda?” Risa.
“Seperti itulah. Terkadang saya pun tidak lulus untuk kasus seperti ini tetapi jalan hidup harus mencoba dan mencoba sampai terdapat kata menang sedang bercerita di dalamnya.” Ejek saja hidupku sebagai salah satu penceramah bukan seorang psikolog lagi…terdengar lucu menjelaskan objek semacam ini terhadap salah satu klien.
Kasus masalah keuangan mempunyai jenis perbedaan masing-masing bagi perjalanan hidup banyak orang di luar sana. Beberapa klien menjatuhkan air mata bahkan sejak awal sampai akhir curahan hati mereka tetap saja isak tangis lebih berkuasa. Depresi berat hingga melenyapkan nyawa sendiri alias bunuh diri sebagian besar terjadi dalam kehidupan banyak orang. Pada dasarnya uang memang selalu saja berkuasa sekaligus menjadi neraka bagi hidup sendiri, inilah kenyataan hidup…
Setiap sekali seminggu Risa datang mengunjungi klinik untuk menceritakan setiap hal yang sedang terjadi dan bagaimana harus menjalani semua itu. Menjadi pendengar setia tanpa rasa bosan sama sekali merupakan ciri khas terbaik yang harus dimiliki oleh seorang psikolog. Memberikan beberapa terapi serta solusi masalah klien pun tidak pernah luput untuk bidang semacam ini.
“Mi, hari ini punya waktu?” Moza membawa boneka bear lucu berjalan masuk dalam dekapanku.
“Memang Moza mau buat apa hari ini?”
“Kan tanggal merah mi, jadi Moza mau jalan seharian” Moza.
“Astaga, mami lupa kalau ternyata sekarang tanggal merah.”
“Gimana sih” cetus Moza.
“Ngomong-ngomong boneka bearnya lucu” ujarku.
“Cute seperti Moza, mi” Moza.
“Dapat dari mana?” tanyaku.
“Kemarin itu uncle lari keluar rumah alias hilang…” Moza.
“Uncle siapa?”
“Siapa lagi kalau bukan uncle Farand” Moza.
“Lantas” mendadak panik mendengar nada tersebut.
“Tenang  mi karena unclenya sudah kembali tidur di kamar” Moza.
“Terus?” tidak mengerti…
“Moza bantu ka’Loan nyarriin uncle, terus ketemu di jalan lagi pegang boneka bear” Moza.
“Dapat dari mana? Jangan-jangan boneka curian?” kalimatku membalas…
“Kami berkeliling bertanya kiri kanan termasuk toko boneka terdekat apa merasa kecurian atau kehilangan boneka, tapi jawabannya tidak sama sekali” Loan tiba-tiba masuk dalam percakapan kami berdua.
“Lantas dia tiba-tiba menghilang lalu memegang boneka bear besar?” ungkapku…
“Entahlah…” Loan.
“Kenapa di tangan Moza?” tanyaku lagi.
“Setan dinding…” teriak Farand seketika mengalihkan sekaligus mengagetkan kami.
Itulah Farand selalu saja menganggap binatang bentuk apapun sebagai setan. Jangan-jangan dia mengalami permasalahan kejiwaan karena berkaitan langsung dengan salah satu jenis hewan. “Mi, sepertinya Moza harus terus berjaga di samping izzy mulai dari sekarang” ucapan Moza terdengar lucu.
“Memang izzy harus segitunya di samping Moza?” tawaku ingin segera meledak.
“Uncle Farand bisa saja membunuh izzy karena dikira setan” jawaban Moza.
Moza memiliki seekor anak anjing kecil yang selalu menemani hari-harinya. Dia berlari memakai tubuh mungilnya mencari izzy di beberapa ruang dalam rumah. “Mi, jangan-jangan izzy sudah mati” tangis Moza pecah makin tidak karuan berlari masuk ke kamar.
“Moza harus tenang” berusaha menenangkan Moza.
“Anjing Moza bukan setan, kenapa uncle Farand jahat gitu” ucapan Moza di sela-sela tangisan kerasnya.
“Izzy masih hidup Cuma ga tau dimana gitu..”
“Izzy masih kecil biarpun sedikit hitam tapi tetap cute mi” cetus Moza.
“Moza berhenti nangis dong!” berkata-kata sambil menghapus air mata Moza.
“Izzy kan kecil, polos, lugu seperti Moza” terus saja meratap…
“Berhenti nangis! Kita cari Izzy sama-sama” segera menggendong tubuh mungil Moza.
Berjam-jam hanya digunakan untuk mencari Izzy di rumah termasuk jalan-jalan di luar sana. Hal terkacau adalah Moza makin histeris menangis memikirkan anjing kecilnya sekarang. Selama ini izzy tidak pernah hilang sekalipun. Acara menghabiskan waktu liburan batal pada akhirnya. Rasa lelah mencari tetapi tidak menemukan hasil. Seluruh penghuni rumah sejak tadi ribut mencari keberadaan anjing kecilnya. Jalan terbaik adalah membuat laporan kehilangan sekaligus keputusan akhir sebelum akhirnya kami berjalan pulang ke rumah.
“Tuhan, kalaupun izzy mati setidaknya bawah ke hadapan Moza” tangis Moza.
“Belum tentu juga izzy mati” ucapan penghiburan bagi gadis kecil di sampingku.
“Tuhan dengar doaku, Moza mau lihat mayat izzy” Moza.
“Berhenti nangis! Cepat turun, kita sudah sampai” membuka pintu mobil di samping.
Moza berusaha turun dengan wajah lesuh tanpa semangat. Berjalan lambat menuju halaman rumah hanya demi menenangkan diri. “Izzy…” teriak Moza tidak mempercayai pemandangan di depannya sekarang. bagaimana tidak? Seluruh wajah anjing kecilnya blepotan penuh es krim vanilla…
“Kenapa ini bisa terjadi?” Moza sedikit bingung.
Farand yang dikatakan sebagai pembunuh ternyata menemani izzy menikmati es krim. Dimana dia mendapat…? “Uncle, kupikir kau melenyapkan nyawa izzy” Moza akhirnya tersenyum juga.
“Setan ada di sana” Farand segera berlari menunjuk seekor ayam kecil milik tetangga.
“Itu bukan setan uncle tapi ayam tetangga” Moza menghalangi langkah Farand.
Kulkas berisi es krim habis ludes karena perbuatan Farand. Entah dari mana kunci pembuka di dapat olehnya. Seluruh penghuni rumah bisa berteriak kacau jika terlihat oleh mereka. Sebenarnya sih dapat dikatakan kalau es krim tersebut diperuntukkan buat mereka juga, hanya saja perlu pembatasan dan diberikan tidak tiap hari.
“Izzy hampir pingsan karena suara galak tetangga” bisik Moza ke telinga Farand.
“Pada hal, Moza mau lihat izzy perbaiki keturunan ma anjing paling cakep sedunia” Moza melanjutkan ucapannya tanpa harus berbisik kembali.
“Jadi izzy harus hidup dan ga boleh mati di tangan tetangga galak” lanjut ucapan Moza.
“Izzy bukan setan” Farand menunjuk Izzy.
“Izzy kan jelek uncle jadi kalau besar harus bisa perbaiki keturunan, understand?” Moza. Perutku sakit akibat tertawa melihat ulah Moza si’gadis mungil. Air mata juga tangisannya menghilang karena menemukan kembali anjing kecilnya. Dunia gadis kecil memang beda dengan anak-anak lain di luar sana.
Dia bisa menenangkan Nata ataupun yang lain setiap kali berteriak di kamar, walaupun dikatakan semua itu mustahil terjadi. Jenis pemikiran gadis kecil mempunyai cara sendiri mengatasi beberapa anggota rumah. “Mi, mau roti” memberikan kotak bekalnya.
Pagi-pagi sekali Moza berjalan menuju dapur minta beberapa potong roti sebagai bekal makan siang di sekolah. “Cepat amat anak mami bangun”…
“Moza mau ke sekolah pagi-pagi” jawaban Moza.
“Buat?” ujarku…
“Nara mau kenalin anjingnya ke Moza” jawaban polos gadis kecil.
“Kan bisa pulang sekolah” balasku.
“Tidak bisa mi” Moza.
“Memang harus yah pagi ini?”
“Anjingnya Nara itu mau jalan-jalan dulu di luar negeri, lama baru balik” Moza.
“Kan izzy bisa kenalan ma anjingnya Nara, siapa tahu jodoh kalau besar” sambung Moza.
“Izzy masih terlalu kecil Moza.”
“Mi, anjing Nara itu bule jadi izzy bisa perbaiki keturunan kalau besar” Moza. Anak sekecil itu sudah mengenal istilah perbaikan keturunan segala macam…


Bagian 5…

Sejenak perut sakit karena tertawa melihat ulah Moza pagi-pagi buta. Menjadi pertanyaan, siapa yang mengajarkan anak sekecil itu tentang kalimat ingin memperbaiki keturunan? Dia masih terlalu kecil untuk memahami maupun pencernaan beberapa objek hidup. “Zana…” satu suara menghentikan tanganku meneguk secangkir kopi pada salah satu tempat tidak jauh dari lokasi klinik.
“Makin cantik” senyum seseorang seakan ingin mengembalikan ingatan masa lalu.
“Mau apa kemari?” kata-kata semacam ini menandakan satu permasalahan kekecewaan terhadap dirinya di masa lalu. Kau hanya bagian kemarin dan tidak akan pernah bercerita tentang masa depanku kelak. Zana jalani hidupmu bersama kisah baru tanpa melihat ke belakang.
Sekian lama penderitaan hidup terus berjalan sampai segala sesuatu dalam ceritaku hanya berkata-kata tentang luka dan air mata. Tuhan, jangan sampai saya menjadi manusia pembenci tetapi juga tidak ingin terus terikat terhadap dia di masa lalu. “Zana, bagaimana kabarmu?” ucapan mengerikan terdengar memenuhi gendang pendengaran.
“Seperti yang kau lihat lebih dari kata baik” balasan sedikit sinis. Mengambil tas kemudian berjalan meninggalkan dirinya. Dia pantas dikatakan manusia iblis secara logika pemikiranku pribadi. Tanpa rasa berdosa menampakkan batang hidungnya di depanku setelah sekian tahun berjalan. Dia tidak pernah tahu bagaimana rasanya ditertawakan, dipermalukan, terkucilkan, mendapat hinaan, kehilangan, kebencian semua orang, sulit menjalani hidup, seperti  manusia idiot, fitnah, penderitaan, sulit mendapat pekerjaan kiri-kanan, dan masih banyak lagi kekacauan paling mengerikan selalu terjadi.
Saya tidak akan pernah menjadi pengemis hanya demi manusia paling kejam sedunia. Tuhan, buang setiap kemarahan dalam hidupku pribadi karena saya tahu semua itu akan menghancurkan segala jalanku ke depan. Butuh waktu panjang menerima satu kenyataan terpahit bahkan harus belajar memaafkan. Hal paling tersulit bagi hidup adalah belajar memberi kata maaf setelah segala sesuatu yang terjadi. Sampai saya harus mendengar ucapan-ucapan menyinggung depan orang banyak. Kenapa seolah dengan  sengaja menutup segala…
“Zana lupakan masa lalu” tersenyum sinis tanpa sengaja tangan mematahkan sebuah pulpen di atas meja kerja.
“Wah wah wah seorang psikolog tetapi mengalami gangguan juga” Livia sejak tadi berdiri depan pintu memperhatikan pergerakanku.
“Mau apa kesini?”
“Ada klien sejak tadi mengetuk pintu tapi si’pemilik ruangan tidak mendengar” Livia.
Kehidupanku memang patut menjadi bahan tertawaan banyak karena memiliki alur cerita aneh. Mendapat sindiran setiap saat depan banyak orang dalam satu ruangan, pada hal mereka tidak pernah tahu bagaimana saya bergumul tentang beban hidup. Andai kata kalian harus menjalani apa yang sedang kulalui? Begitu mudah menyatakan satu kalimat tanpa pernah berpikir sesuatu. Wajar ucapan orang tersebut depan banyak orang, kenapa? Karena sejak masih dalam kandungan dirinya sudah dikelilingi baby sister, jadi sampai detik sekarang kehidupan misikin sedetikpun tidak pernah dirasakan. Lah kakeknya tinggal di luar negeri dengan kekayaan berlimpah.
“Andaikan, dia datang menjelaskan sesuatu mungkin nasibku tidak sekacau ini” berkata-kata sendiri mengingat salah satu kejadian terkacau bagaimana seseorang menyindir sekaligus menyerang memakai … depan banyak orang.
“Mengerikan…” menertawakan diri sendiri. Buat saya melupakan semua kisah masa lalu paling suram dalam kehidupanku, Tuhan. Amarah, kebencian, kekecewaan, dendam hanya akan menghancurkan masa depan sekaligus segala sesuatu dalam hidupku. Ajarkan jalanku tentang pintu maaf walaupun dikatakan membutuhkan proses paling tersulit termasuk terhadap seseorang yang sedang kuharapkan datang menjelaskan sesuatu hal, namun tidak pernah ada…
“Memberi maaf boleh saja, tapi memberi kesempatan tidak akan pernah” Semua hanya masa kemarin bukan ceritaku hari ini dan esok.
Saya pasti bisa melewati masa tersulit sekali lagi dalam hidupku pribadi. Nitzana berarti mekar bahkan tidak akan pernah layu walaupun selalu saja jalan harus berhadapan dengan lembah kelam. “Mi, sejak tadi uncle mengintip di situ” bisik Moza memberi isyarat.
“Uncle?”
“Uncle Farand” Moza menarik tanganku menuju sebuah lemari tidak jauh dari ruang makan tempat kami duduk.
“Farand kenapa sembunyi seperti itu?” mengelus lembut rambutnya.
“Membunuh setan” jawaban Farand seperti biasa. Mengajak pria tersebut menuju meja makan disertai beberapa menu makanan rumahan di atas. Wajar mengintip seperti tadi, perutnya kelaparan…
Mengangkat tubuh Moza dalam tidur lelapnya setelah bermain seharian dalam satu ruang kamar tempat kami menghabiskan banyak kebahagiaan. Meninggalkan Farand menghabiskan makanannya sendirian, sementara yang lain sudah berada di alam mimpi seperti Moza. Tidak menutup kemungkinan jika pria itu dapat kembali pada kehidupan normal suatu hari kelak. Selalu saja menganggap segala hewan adalah setan terkecuali izzy anak anjing kesayangan Moza.
“Mungkin alur cerita hidupmu masih jauh lebih buruk dibanding kisahku” berkata-kata terhadap Farand setelah kembali ke meja tersebut.
“Terkadang saya merasa kalau penderitaanku jauh melebihi siapapun, tetapi saat itu Tuhan datang menunjukkan beberapa kisah termasuk hidupmu” tersenyum di hadapannya. Farand terus memasukkan seluruh makanan ke mulutnya…
Ada saat dimana rasa lelah terus saja menyerang, namun tiba-tiba saja Tuhan menunjukkan sesuatu terhadap saya pada satu kumpulan ibadah kecil. Di sana seseorang bersaksi tentang wanita tua harus menjalani perjalanan terpahit dalam hidupnya. Suami wanita itu menderita lumpuh tidak bisa jalan dan kedua anaknya cacat. Salah satu anaknya mengalami permasalahan gangguan kejiwaan. Dalam keadaan terluka, seakan kata amarah terhadap Tuhan tidak terlontar bahkan masih bisa menolong orang-orang di sekitarnya. Hidup berkekurangan itulah kisah sang wanita tua tadi bersama kisah nyata yang sedang mempermainkan jalannya.
Sekarang di hadapanku berdiri Farand juga banyak anggota rumah dengan penyakit yang sama. “Saya tidak tahu kisahmu, tapi apapun itu tentu menyakitkan” memberi senyum terbaik.
“Tunggu sebentar!” berlari mencari sesuatu. Setelah menemukan apa yang kuinginkan kemudian berjalan kembali ke hadapan Farand.
“Sepertinya wajahmu hanya penuh bulu, jadi terlihat tua” baru menyadari sesuatu…
Mencoba menghilangkan seluruh bulu jenggot yang sedang memenuhi wajahnya. Memangkas habis rambutnya biar terlihat lebih rapi dengan suasana malam makin larut. “Selesai…” penuh semangat berucap memberikan sebuah cermin.
“Ini siapa?” pertanyaan terbodoh Farand.
“Ini Farand” menjawab pertanyaannya.
“Lebih cakep dibanding model holywood” melanjutkan ucapan lagi.
“Bukan setan” kebiasaan Farand.
“Sepertinya saya pernah melihat wajahmu tapi dimana yah?” mencoba mengingat sesuatu.
“Setan di dinding” teriak Farand berlari, beruntung saja Gadi tidak terbangun akibat ulahnya.
“Sudah malam, pergi tidur sana!” dia mulai mengerti sekaligus mendengar apa yang di ucapkan ke arahnya.
Membutuhkan proses berbeda-beda menghadapi kasus-kasus penyakit seperti ini. Minimal, hari-hari kemarin beberapa dari mereka sembuh total bahkan dapat mengejar mimpinya dan melanjutkan kehidupan. Obat pemberian dokter psikiatri hanya berperan sebagai penenang, tetapi tidak bercerita tentang pemulihan terlebih kesembuhan secara total. Pada dasarnya membutuhkan tingkat kesabaran lebih dari pemikiran semua orang untuk berhadapan dengan mereka.
Doa, kasih sayang, perhatian,dan iman menjadi pondasi utama bagi kesembuhan mereka dengan diagnosa gangguan mental/ kejiwaan. Andaikan kau seorang ibu ataupun ayah harus menghadapi nasib sang anak karena cacat gangguan mental, jadilah kuat menatap hari esok. Bukan tidak mungkin penyakit seperti ini tidak bisa disembuhkan, hanya membutuhkan titik kesabaran dan bagaimana caramu menjerit di hadapan Tuhan.
“Zana…” untuk kedua kalinya dia datang ke hadapanku tanpa rasa berdosa. Rasa malu seperti menghilang begitu saja dalam diri manusia bengis semacam Hagan. Di mana dia menyadari letak keberadaan saya sekarang? Beruntung saja Moza tidak ikut bersama saya sekarang guna belanja bulanan pada salah satu pusat perbelanjaan terdekat.
“Kau hanya masa lalu” berucap menatap ke arahnya.
“Masa lalu buatmu tapi tidak buatku” balasan manusia tanpa dosa yang tiba-tiba saja menampakkan diri kembali.
“Bertahun-tahun lamanya menunggu? Kau bisa merasakan bagaimana rasa sakit mendapat sindiran seseorang depan ratusan bahkan ribuan orang? Terkucilkan, hinaan, miskin, sulit bekerja, dan segala jenis hidup terkacau selalu saja menyerang…” berucap di hadapannya.
“Zana” Hagan.
“Minimal kau datang menjelaskan sesuatu di depanku. Kalaupun perasaanmu sama sekali tidak ada, buatku itu tidak masalah karena pasti Tuhan mengirimkan seseorang yang jauh lebih baik di luar sana, tapi tidak pernah sama sekali.”
“Maaf…” Hagan.
“Sejak dulu saya sudah belajar memberi maaf tapi tidak lebih dari itu. Kau tidak pernah tahu rasanya kehilangan, seenaknya semua orang mengucapkan kata-kata kasar, bahkan segala sesuatu yang mengerikan selalu saja menghancurkan hidup. Sebenarnya hatimu itu bercerita tentang manusia atau iblis?”
Jalan hidupku sekarang jauh berbeda dengan hari kemarin. Saya benci permainan drama kiri kanan dari semua orang. “Lupakan kehidupanku jauh lebih baik sama seperti saya belajar melupakan semuanya” suara hati berbisik di tengah keramaian. Jalanku pasti mempunyai cerita terbaik bagi seseorang di luar sana suatu hari kelak. Kemarin dan hari ini air mata bisa saja mengalir karena perlakuan tidak adil dari orang sekitar, tapi kelak Tuhan akan menjadi pembela terbaik buatku.
Bertahun-tahun menjalani hidup menyedihkan bahkan selalu saja menjadi bahan ejekan banyak orang. Menantikan seseorang untuk datang menolongku, ternyata saya terlihat menyedihkan mengharapkan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Setahun dua tahun mungkin saya tutup mata, tapi ini bercerita tentang penantian bertahun-tahun seperti orang idiot. Perjalanan hidupku memang patut ditertawakan kiri kanan…
“Beberapa hari belakangan kau terus saja melamun” Livia sejak tadi berdiri lama tepat di depan meja kerjaku.
“Sejak kapan masuk?” tegurku.
“Sejak nenek moyangmu belum lahir” Livia.
“Bahan gurauanmu bisa juga” sedikit tertawa.
“Za, bisakah kau berbagi masalahmu walaupun itu hanya sedikit saja” Livia menatap serius ke arahku sekarang.
“Dia datang menampakkan wajahnya” ujarku.
“Siapa?” Livia.
“Pria itu…” menjawab Livia.
“Maksudmu manusia yang selalu saja diam seribu bahasa di suatu tempat tanpa pernah ingin tahu bagaimana rasanya penderitaanmu dan terus saja berjalan dari tahun ke tahun?” Livia, sedang saya hanya menganggukkan kepala.
“Saya tidak ingin tinggal di masa lalu lagi” tangisku pecah seketika…
“Bagaimanapun kau berhak menentukan jalan hidupmu bukan orang itu atau siapapun yang hanya tahu memberimu pernyataan-pernyataan negative” Livia.
Saya berhak menentukan jalan hidup sendiri dan seorangpun tidak akan pernah bisa menghancurkan semua itu. Menikmati sesuatu di hadapanku sekarang jauh lebih baik dibanding kembali mengingat bahkan terikat akan satu kisah masa lalu. Tuhan pasti mempersiapkan cerita terbaik buatku lebih dari dari bayangan siapapun. Kata membenci, kecewa, marah, sakit hati, memori masa pahit harus lenyap karena semua itu menghancurkan kehidupan sendiri.
Tuhan, kisahku memiliki irama terbaik dengan caraMU yang unik tanpa terpikirkan sama sekali. “Moza lapar mi” wajah cemberut Moza bangun tengah malam mencari makanan.
“Paling tidak, si’Kecil menjadi penghibur terbaik melewati jalan-jalan melelahkan” berkata-kata di dasar hati sambil mendekap gadis kecilku.
“Lambung Moza terbuat dari apa sih? Lapar terus” membuat gurauan.
“Mami jangan meledek Moza” cetus Moza.
“Kalau gitu ke dapur sekarang” menggendong tubuh mungil Moza.
“Mi, itu suara apaan di sana?” Moza memberi isyarat agar pelan-pelan sambil mencari arah suara tersebut berasal. Mata gadis kecil terbelalak melihat kelakuan Farand berada di dapur tengah malam seperti ini.
“Bunuh setan” Farand berlari-lari menepuk nyamuk…
“Uncle jangan berisik!” tegur Moza.
 “Uncle mau makan masakan mami?” senyum Moza. Farand diam beberapa saat melihat ke arahku. Tiba-tiba saja menganggukkan kepala pertanda setuju untuk ajakan tersebut. Makan mie instan tengah malam bolehlah asal tidak sering-sering saja bagi anak semacam Moza. “Enak…” semangat Farand melahap makanan di hadapannya.


Bagian 6…

Menyibukkan diri melalui rutinitas hidup setiap hari menjadi penghibur tersendiri. Menjalani pekerjaan sebagai salah satu psikolog memang tidak mudah, kenapa? Masalah beban hidupku sendiri jauh lebih berat dibanding para klien dengan segala keluh kesahnya. “Zana kan” tiba-tiba seorang wanita datang menegur menyebut namaku pada salah satu pusat kebugaran…
“Maaf, apa kita pernah bertemu sebelumnya?” masih belum mengenal wanita di depanku.
“Nitzana tidak salah lagi” suaranya menjadi pusat perhatian orang di sekitar.
“Siapa yah?” masih belum mengingat apa-apa.
“Ini saya Fadia tetangga jurusan waktu kuliah” balasnya.
“Fadia si’kurus, kacamata besar, rambut kuncir dua…ga salah?” terbelalak…
“Yah betul sekali” penuh semangat menjawab. Saya hampir tidak percaya penampilan teman kuliahku sekarang berubah drastis seperti bukan dia.
“Perubahan 360°” menatap tanpa mengedipkan mata sama sekali. Dia terlihat seksi, cantik, lebih dari kata sempurna di mata para pria tentunya. Bagaimana bisa terjadi? Dirinya tidak lagi bercerita akan hal semacam itu. Kami berdua kembali mengenang kisah-kisah masa kuliah dan bagaimana ditertawakan oleh orang banyak hanya karena permasalahan penampilan semata.
“Mau makan? Biar saya yang traktir” tawaran menyenangkan.
“Dengan senang hati” menjawab Fadia.
Mencari restoran terdekat setelah meninggalkan gedung pusat kebugaran tempat kami menghabiskan sebagian waktu hari ini. Fadia melanjutkan pendidikan medisnya sebagai seorang dokter spesialis bedah di luar negeri. Sekarang dia kembali ke Negara tempat asalnya, namun dengan perubahan drastic dan tidak lagi menjadi manusia cupu. Hidup siapa yang akan menyangka? Kami berdua menjadi sangat akrab kemarin setelah pertemuan dua manusia cupu sekitar perpustakaan kampus…
“Kau sudah menikah?” pertanyaanku di sela-sela menikmati steak…
“Saya sendiri pusing…” Fadia.
“Maksudnya?” terdengar lucu ucapan tadi…
“My dad menjodohkan saya dengan salah satu pengusaha terkenal di Negara ini, tapi ujung ceritanya menyedihkan” Fadia.
“Menyedihkan bagaimana?”
“Dia tiba-tiba mendadak mengalami gangguan kejiwaan bahkan sampai mendapat perawatan rumah sakit, paling parah lagi sampai semua media meliput pemberitaannya” Fadia.
“Jadi acara tunangan kalian batal dong?”
“100% batal, pada hal dia kan cinta pertama saya sejak dulu jauh sebelum kami berdua dijodohkan seperti ini” Fadia.
“Kenapa tidak mendampingi dia sampai pulih?”
“Karena malu jadi daddy membatalkan sepihak perjodohan kami” Fadia.
“Jelek amat kasusmu” tertawa mendengar curhatannya…
“Kau sendiri bagaimana? Fadia.
“Seperti yang kau lihat”
“Memangnya tipe pria yang ingin kau dijadikan suami seperti apa sih?” Fadia.
“Saya menyukai cowok dengan kepribadian berbeda dari orang lain di sekitarnya. Ketika memasuki rumah tangga kelak ada banyak hal yang dapat kami lakukan…”
“Kepribadian bagaimana?” Fadia.
“Saya tidak ingin pasangan yang hanya berpikir tentang seks semata walaupun pondasi terkuat rumah tangga ada pada kata tersebut.” Ada banyak hal yang bisa dilakukan bahkan menjadi moment paling menyenangkan ketika berhadapan dengan pasangan. Saat berada di atas ranjang dia dapat menunjukkan cara lain mengungkapkan rasa cinta entah melalui curhatan, membuat sebuah bahan lelucon, berdoa, bermain kartu tanpa harus selalu bercerita akan peran seks harus dimainkan…
Melakukan kegiatan-kegiatan rumah seperti membersihkan, memasak, mengajarkan sesuatu hal menarik terhadap sang buah hati dengan cara berbeda dari orang lain merupakan harapanku kelak. Seks memang berperan dalam menjalani bahtera rumah tangga dan semua itu tidak dapat disangkal tetapi jangan jadikan focus utama dalam keluarga. Saya juga tidak menginginkan pasangan sendiri berselingkuh akibat rasa tidak puas akan permasalahan seksual… hanya saja pasanganku harus memahami objek-objek paling menyenangkan untuk membuat banyak memory keluarga lebih dari kata seks.
“Andaikan pria di hadapanku hanya berpikiran seks semata, jauh lebih baik jika dirinya mengejar wanita-wanita hot dengan penampilan fantastis sekaligus merangsang tanpa rasa malu memamerkan segala jenis lekuk tubuh ketika berada di dunia medsos, dibanding bertahan berdiri di depanku…” menjelaskan sesuatu terhadap teman lama.
“Zaman sekarang pria memang lebih senang hal semacam ini kan?” Fadia.
“Saya percaya Tuhan pasti mengirim seseorang yang terbaik sesuai yang kumau sekaligus bisa perbaikan keturunanlah, gimana sih” pernyataan luar biasa…
“Berarti kau juga menyukai cowok keren gitu maksudnya?” Fadia.
“Wajah bisa digunakan untuk perbaikan keturunan” jawaban cukup manis menurutku.
“Wow luar biasa” Fadia.
“Bagaimana denganmu? Ingin mencari pengganti atau bertahan?” pertanyaanku.
“Entahlah, lagian saya serba salah buat jalan apa lagi umur juga sudah terlalu tua kalau masih mau jalani kehidupan bebas” Fadia.
“Kita berdua lucu yah” ungkapan terhadapnya.
“Kau sih enak memiliki Moza, sedang saya…?” Fadia.
Dia memang menyadari keberadaan Moza karena kami masih sempat bertemu beberapa tahun lalu sebelum keberangkatannya keluar negeri. Hari ini saya dan Fadia dipertemukan kembali secara tidak sengaja pada salah satu pusat kebugaran. Siapa yang menyangka sahabat lama dengan peran paling tercupu, kini mengalami perubahan drastis. Beberapa hari belakangan dia banyak menghubungi setelah pertemuan kemarin.
Mengajak reunian bersama beberapa teman kampus menjadi hal paling favorite buatnya. Mencari kesibukan luar hanya untuk melupakan masa perjodohan sekaligus kekacauan berita akibat sang pria mendadak mengalami gangguan kejiwaan. “Btw, kau kan seorang psikolog kuharap…” ucapan Fadia di sela-sela meneguk segelas jus tempat biasa kami menghabiskan wakktu bersama.
“Kuharap apa?”
“Kuharap kau bisa membantu sepupuku yang lagi depresi berat” Fadia.
“Memang sepupumu lagi bermasalah?”
“Saya pikir kasus hidupku paling terkacau, tapi ternyata dugaanku salah, seperti yang saya katakan tadi kalau sepupuku jauh lebih menyedihkan” Fadia.
“Lebih sadis dari sang calon tunangan mendadak mengalami kejiwaan sampai harus dilarikan ke rumah sakit bahkan lebih kacau lagi seluruh media meliput?” sindirku.
“Yah begitulah…” Fadia mengangguk.
“Kalau begitu bawah saja dia ke klinik kami besok.”
“Kau memang sahabat terbaik” Fadia.
“Masalah sepupumu itu seperti apa?” satu pertanyaan buatnya.
“Biar dia sendiri menjelaskan esok” wajah Fadia seakan sulit berkata-kata untuk memulai awal cerita.
Fadia seakan kacau bahkan tidak dapat berkata-kata akan situasi sepupunya sendiri. Memiliki situasi sedikit tersulit membuatnya wanita itu benar-benar berada dalam ruang deperesi terparah. “Duduklah!” mengambil sebuah kursi terhadap wanita yang baru saja berjalan masuk. Fadia memberi isyarat meninggalkan kami berdua dan hanya berdiri sebatas depan pintu ruangan. Jika diperhatikan dari segi wajah, gadis ini masih berusia dua puluhan…
“Ka’Fa mana? Kenapa harus ninggalin Zahlee sendirian disini?” ternyata nama gadis ini Zahlee…
“Mungkin ka’Fa lagi ada keperluan” menjawab pertanyaan gadis tersebut.
Sekitar tiga puluh menit semenjak datang, dia hanya bertanya tentang sekali tanpa berkata-kata lagi. Kelopak mata cekung, tatapan penuh nada kebencian, tubuh kurus menggambarkan situasi Zahlee saat ini. “Jadikan saya sahabatmu walaupun kita baru bertemu” mencoba memulai dialog antara kami.
“Memang apa yang bisa dilakukan sahabat sepertimu?” Zahlee.
“Menjadi pendengar setia mungkin” menjawab tanpa basa basi.
“Hanya itu?” Zahlee.
“Mungkin saya tidak bisa mengerti beban hidupmu, tapi setidaknya saya ingin kau berbagi beban hidup denganku.”
“Berbagi beban hidup? Lupakan…” Zahlee. Tepat dugaanku kalau dia sulit menjelaskan apa yang terjadi terhadap siapapun termasuk sepupunya sendiri terlebih orang asing. Kami terdiam cukup lama setelah jawaban lantang dari gadis itu. Memberi waktu merupakan cara terbaik…
“Ka’Fa sengaja menjebak biar saya berada di tempat seperti ini, tapi semua itu tidak akan membuat saya menceritakan segalanya…” Zahlee segera berdiri dan ingin melangkah keluar dari ruangan.
“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Saya selalu siap mendengar ceritamu seandainya kau berubah pikiran” membuat langkah Zahlee terhenti seketika.
“Kenapa?” Zahlee.
“Karena saya ingin menjadi sahabatmu, ngerti?” sedikit memberi penekanan. Dia terus saja berjalan keluar meninggalkan ruangan.
 Beberapa hari kemudian, Zahlee tiba-tiba saja berjalan memasuki klinik lebih tepatnya berdiri di hadapanku sekarang. Butuh waktu untuk percaya tentang makna sahabat yang hanya ingin merasakan beban hidupnya…
“Lupakan saya seorang psikolog, lihat saya sebagai sahabat” entah mengapa rasa ingin mendekap gadis di depanku jauh lebih kuat bermain. Tuhan, tentu masalah hidupnya jauh lebih berat dibanding apa yang selalu saja terjadi dalam hidupku.
“Apa tawaran kakak masih berlaku?” Zahlee mulai menangis dalam dekapanku…
“Tentu saja” menjawab pertanyaannya.
“Saya hamil 4 bulan karena ulah...” Tidak seorangpun menyadari beban hidupnya termasuk keluarga terdekat. Hamil akibat pemerkosaan brutal oleh sekelompok orang menghancurkan masa depannya. Ketakutan, depresi, trauma, marah, kebencian menjadi kalimat terbaik untuk menggambarkan hidup Zahlee sekarang. Dijebak pada salah satu kegiatan kampus berujung malapetaka. Wajah para pemerkosa tidak dapat dilihat olehnya karena ruang di tempat kejadian sangat gelap. Dia sendiri tidak berani bercerita sepatah katapun terhadap anggota keluarga sendiri.
Berniat menggugurkan kandungannya adalah jalan pintas untuk penyelesaian masalah menurut pemikirannya sendiri. Siapa sih yang ingin menjadi bahan tertawaan banyak orang karena mengalami satu kejadian pahit? “Kenapa harus Zahlee? Kenapa Tuhan membiarkan Zahlee diperlakukan bengis sama mereka?” Dia benar-benar marah terhadap sang pencipta.
“Zahlee malu menjalani hidup” terus saja menangis…
Terkadang saya berpikir masalahku terlalu mengerikan, namun sebaliknya untuk kesekian kali Tuhan memperlihatkan tentang tangisan penderitaan seseorang jauh lebih menyakitkan. “Zahlee boleh nangis sepuas hati kalau itu bisa meringankan beban hidupmu” membawa gadis itu masuk dalam dekapanku. Dia butuh dekapan hangat sekaligus peranan sahabat di sampingnya.
“Perempuan bagai telur diujung tanduk, sekali pecah seolah tak bernilai sama sekali” menyodorkan selembar kertas putih berisi gambar telur jatuh dan pecah.
“Zahlee sekarang tidak ada bedanya dengan telur pecah ini kan?” Zahlee.
“Manusia bisa berkata telur yang sudah pecah tidak akan pernah kembali menjadi bulat, tetapi buatku telur itu masih bisa memberi sebuah nilai…” menatap lembut ke arahnya.
“Berarti Zahlee masih mempunyai satu nilai begitu maksud kakak?” Zahlee.
“Yah seperti itulah” mengangguk kepala…
“Telur utuh merupakan symbol virginitas seorang gadis, lantas pecah begitu saja sisi nilainya ada dimana?” Zahlee.
“Mamaku selalu mengajar kehidupan saya pribadi agar tetap bernilai walaupun dikatakan kategori wajah tidak masuk hitungan standar kecantikan bagi dunia” ujarku.
“Terus kalau seperti hidupku bagaimana?” Zahlee.
“Mamaku juga selalu menjadikan symbol telur yang sedang berada diujung tanduk sebagai gambaran virginitas seorang gadis, kalau pecah berarti tidak bernilai sama sekali dan karena itu harus benar-benar berada pada area paling tepat” berkata-kata kembali.
“Kakak tadi katakan telur pecah masih mempunyai nilai, lah sekarang  cerita beda seperti menghancurkan sisi hidupku…” Zahlee.
“Itu kata mamaku bersama kalimat bijak beliau biar jalur hidupku pribadi masih tetap pada area lingkaran kehendak Tuhan. Tapi untuk kasus yang sedang kau jalani, semua itu tidak berlaku” menjawab pertanyaan gadis itu.
“Memang telur pecah bisa dibuat apa?” Zahlee.
“Zaman dulu putih telur digunakan sebagai salah satu bahan perekat bangunan artinya tetap memiliki satu keistimewaan. Satu lagi, kulit telur memiliki fungsi lstimewa dalam standar kecantikan para wanita loh…”
“Standar kecantikan?” Zahlee.
“Kulit telur dapat diolah sebagai serbuk bedak bahkan kulit Nampak halus setelah pemakaian melalui satu proses tertentu. Selain itu, bisa juga dibuat menjadi beberapa kerajinan industry seperti perabot rumah atau hiasan-hiasan tertentu bahkan menjadi salah satu bahan bagi seniman untuk menorehkan satu karya.”
“Bagaimana dengan anak dalam Rahim Zahlee?” berpikir harus menjalani hidup bersama anak hasil pemerkosaan paling kejam…
“Zahlee ingin membunuh benih menjijikkan dalam Rahim yang terus saja makin berkembang tanpa merasa berdosa sedikitpun” dia terus saja memukul perutnya hingga tangisnya kembali histeris memecah dinding ruang.
“Kalau kau membunuh janin dalam kandunganmu berarti semakin menghancurkan hidup sendiri, sama saja kau kalah terhadap masalahmu sekarang bahkan jauh lebih kejam dibanding mereka yang berperan sebagai pemerkosa.” Walaupun bagi pemikiran orang banyak diluar sana jika semua itu tidak adil, kenapa? Karena korban pemerkosaan harus rela menjalani penderitaan berlipat-lipat ganda dengan kehadiran seorang bayi yang tidak pernah diinginkan sama sekali.
“Semua orang akan menertawakan, lebih parah lagi karena para pemerkosa  meninggalkan bekas pada Rahim Zahlee” dia makin menangis histeris.
“Janin dalam rahimmu juga seorang manusia bukan hewan. Buktikan pada mereka kalau kau seorang yang kuat bahkan selalu menjadi pemenang jauh melebihi pemikiran semua orang, walaupun dikatakan semua itu terlalu sulit dijalani.” Apa yang saya ucapkan merupakan kata-kata bijak terbaik bukan karena tidak memiliki rasa belas kasihan sama sekali terhadap sang korban pemerkosaan.
“Zahlee tidak mampu menjalani hidup seperti ini” Zahlee.
“Belajar membuktikan tentang satu kekuatan ditengah penderitaan memang sulit, setidaknya kau harus mencoba.” Tidak mudah menjalani situasi seperti kehidupan gadis seperti Zahlee. Membawa dia ke beberapa tempat hanya sekedar memperlihatkan sisi kebahagiaan sekaligus membuatnya terhibur hanya demi melupakan masalahnya sendiri.


Bagian 7…

Kasus seperti Zahlee memang butuh waktu untuk kembali menjalani hidup normal bahkan dapat dikatakan akan membekas sampai kapanpun sisi hidupnya. Membunuh janin hasil pemerkosaan bukan jalan keluar penyelesaian masalah. Di beberapa Negara melegalkan masalah aboorsi terlebih jika janin tersebut merupakan hasil pemerkosaan seseorang di luar sana. Janin juga manusia dan bukan hewan yang dengan mudahnya dibunuh tanpa rasa berdosa setitikpun dalam bentuk alasan apa pun. Ada banyak dokter seperti mengamuk besar bahkan menyerang pemerintah andaikan perubahan peraturan baru tentang aborsi menjadi non illegal terlebih Negara-negara bebas.
Kejadian terbaru adalah sebuah Negara bagian di satu Negara besar membuat peraturan tentang hukum pidana permasalahan aborsi. Hampir sebagian besar dokter marah dan tidak bisa menerima peraturan tersebut. Andaikan saya ada di hadapan mereka semua, rasa-rasanya ingin memberikan satu pertanyaan, “Kalian dokter atau binatang seolah tidak memiliki karakter belas kasih terhadap ciptaan Tuhan yang juga mempunyai hak melihat dunia?” Binatang saja memiliki rasa sayang cukup besar, bagaimana dengan manusia?
Minimal, mengurangi seks bebas kalau ada peraturan seperti ini juga kan. Tentu mereka berpikir berhubungan seks karena takut terjadi pembuahan, jadi saya rasa peraturan seperti ini bisa menghancurkan karakter menjijikkan seperti itu. Kembali pada permasalahan Zahlee tentang perjalanan hidupnya yang masih panjang. Mencoba menjelaskan akan beban dia saat ini terhadap anggota keluarga termasuk Fadia. Mereka semua shock mendengar tentang apa yang sedang menimpa Zahlee. Tetap berada di samping gadis itu menjadi kekuatan tersendiri buatnya.
Janin dalam kandungan Zahlee mempunyai kehidupan sama seperti Moza. Tidak seorangpun pernah menduga kisah hidup gadis kecilku terlahir ke dunia karena perbuatan bejat… Moza yang kukenal jauh lebih kuat dibanding apapun ketika mengingat bagaimana pertarungan hebat melawan maut di hari pertama tubuhnya melihat dunia.

Flashback…

“Dokter, selamatkan dia” menangis histeris memohon terhadap seseorang yang sedang mengenakan pakaian putih…
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” kata-kata sang dokter berusaha membantu saya berdiri. Tubuh seorang bayi mungil harus menjalani berbagai penanganan medis. Apakah gadis kecil akan terbangun? Berada dalam ruang incubator dipenuhi segala jenis selang dengan mata harus terbungkus oleh lapisan kain putih. Bayi mungil memiliki berat bobot jauh dibawah standar normal karena belum cukup bulan. Berat badannya hanya 1.600 gram, sementara berat bayi lahir normal sekitar 2.500- 4.000 gram.
“Kau harus hidup,?” berkata-kata menatap ke arah tubuh mungil sang bayi.
Jari mungilnya memegang penuh jari telunjuk kiriku penuh kehangatan. “Kau seperti air mancur terlihat indah, menyejukkan hati, terus mengalir dalam ruang hidup…” tersenyum melihat ke arah tubuh mungil dalam sebuah ruang incubator.
“Moza menjadi nama dengan kesan paling menarik di tiap gendang pendengaran semua orang” berucap kembali…

Flashback…

Gadis kecilku dapat membuktikan betapa kuat dirinya untuk melewati satu alur cerita mencengangkan dalam hidupnya. Siapa yang menyangka bayi primatur dengan bobot berat rendah selalu terlihat menggemaskan bersama anjing kesayangannya. “Izzy harus perbaiki keturunan kalau sudah besar, ngerti?” ucapan terpolos setiap bermain bersama Izzy.
Seorang pria tua tiba-tiba saja memberi seekor bayi anjing imut di depan pintu supermarket tidak jauh dari gerbang sekolahnya. Hari itu sekaligus bertepatan dengan hari ulang tahunnya bahkan menganggap jika izzy adalah kado istimewa. “Tuhan, jangan biarkan izzy sakit” tiba-tiba saja berdoa dengan wajah sedih.
“Moza sayang izzy biarpun wajahnya sedikit jelek, tapi kan kalau besar bisa perbaiki keturunan dengan seekor anjing paling manis, Tuhan.” Haruskah saya tertawa mendengar doa anak kecil seperti Moza. Antara sedih dan merasa lucu melihat gaya gadis kecil hanya karena anjing kesayangannya lagi tidak mood buat makan hari ini.
“Moza, anak mami sudah selesai doanya?” pertanyaan membuat dia terkejut…
“Sejak kapan mami duduk di samping Moza?” pertanyaan balik Moza.
“Baru saja” jawaban buatnya.
“Izzy lagi sedih, tidak mood, malas makan, terus wajahnya juga sangat sedih, mi” wajah sedih Moza terpancar.
“Kenapa bisa?”
“Mana Moza tau mi,” Moza merasa kesal mendapat pertanyaan aneh…
“Moza ko jawabnya gitu?”
“Habis mami nyebelin” rasa kesal Moza.
“Sepertinya izzy ngambek masalahnya kemarin Moza makan es krim sendirian” menggoda gadis kecil di sampingku.
Hal tak terduga, tiba-tiba saja Farand datang menyodorkan es krim rasa vanilla ke hadapan izzy. Tubuh mungil anjing kecil kembali bersemangat dengan gonggongan suara terdengar cute. “Lain kali Moza jangan makan sendirian, lah kalau begini kan izzy bisa mengamuk seperti tadi” berkata-kata lagi menatap wajah polos gadis kecil.
“Moza menyesal izzy, jangan ngambek seperti tadi lagi” tangan mungil Moza mengelus tubuh anjing kesayangannya.
“Uncle Farand memang ngerti perasaan izzy yah” ucapanku sambil tersenyum ke arah Farand.
Pria di hadapan kami mulai mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Saya percaya suatu hari kelak Farand dapat kembali pulih juga menjalani kehidupan normal lagi. “Saya tidak tahu masalahmu seperti apa, tapi Tuhan tentu punya cara paling menarik membuatmu pulih” merangkul hangat Farand.
“Ada setan di sana” Farand segera melepas tangannya berlari mengejar seekor kecoa.
Hidup memiliki kisah alur berbeda sama seperti mereka yang sekarang berada di rumahku. Seorang psikolog bersama kehidupan tak biasa itulah diriku sekarang. Terkadang saya harus menyiapkan beberapa cara sebagai bahan terapi ketika berhadapan dengan para klien. Di klinik dapat dikatakan saya berperan sebagai psikolog, namun ketika berada di rumah suara hati berkata tentang objek lain jauh melebihi peranan sebelumnya.
“Hari ini dapat digunakan untuk menghabiskan waktu menikmati pemandangan sebuah danau setelah bekerja beberapa jam di klinik” berucap sendiri.
“Zana, seorang klien menelepon memintamu bertemu di sekitar pinggiran danau sekarang juga” Livia masuk tanpa mengetuk dan memberikan pekerjaan lagi…
“Kenapa juga tidak datang langsung ke klinik besok?” sedikit kesal.
“Jadi kau mau saya membatalkan?” Livia mulai menekan sebuah nomor pada layar ponsel miliknya.
“Biarkan saja,” menarik tas bersama kunci mobil kemudian berjalan keluar…
Lumayan juga kagum melihat pemandangan danau di depanku sekarang setelah memarkir mobil pada satu tempat. Minimal dapat dijadikan sebagai bahan refreshing. Sambil menyelam minum air, kenapa tidak? Mencoba menghubungi sebuah nomor untuk pertemuan antara saya dan klien. Menurut petunjuk pesan WA, klien ada di sekitar sini…
“Anda ibu Zana kan?” seorang gadis manis berpakaian casual tiba-tiba berbicara.
Dia terlihat santai menikmati suasana danau dengan kacamata hitam berada di atas kepalanya. Jika diperhatikan raut wajahnya tak menampakkan masalah apapun. Berlari mengejar barisan itik sambil tertawa membuatku sedikit ragu. “Saya klien anda sekarang” tersenyum manis memainkan air sekitar pinggiran danau.
“Kau hanya ingin bermain kan?” entah mengapa saya melontarkan pernyataan ini.
“Ayo duduklah! Nikmati saja pemandangan di sini dulu baru bercerita” ucapannya.
Selama sejam kami berdua duduk manis menikmati keindahan danau. Sekali-sekali berdiri bermain air ataupun mengejar barisan bebek lucu tidak jauh dari tempat kami duduk. Entah mengapa secara kebetulan juga suasana di sini begitu sepi pengunjung, mungkin bukan hari libur. Hanya tertawa memercikkan air sampai bajupun ikut basah pada jam berikutnya. “Saya tidak punya waktu bermain” memulai pembicaraan.
“Temani saya bermain” gadis itu menyiram saya dengan air. Sepertinya kami berdua sekarang lagi bermain air sampai pakaian basah semua. Terpaksa harus membeli sepasang pakaian di pinggir jalan bahkan harus berganti dari pada masuk angin.
“Hari menyenangkan bukan ibu?” dia tersenyum ke arahku setelah berganti pakaian.
“Jangan panggil saya ibu terlalu tua” cetusku.
“Kalau begitu kakak, okey?” menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Siapa namamu?” setelah menikmati pemandangan bersama dan sekarang baru bertanya tentang nama sang klien.
“Nama saya Rae artinya polos” menjawab sambil menyodorkan segelas kopi cup panas ke tanganku. Jika diperhatikan dia memang benar-benar polos seperti anak kecil…
“Kok bisa yah orang tuamu memberi nama seperti itu?” buat pemikiran saya sekarang arti namanya itu terkesan lucu.
“Ka’Zana, ayo duduk di bawah pohon sana sambil menikmati angin sejuk! Kebetulan Rae membawa bekal buat kita berdua” menarik tanganku yang pada akhirnya kami bedua kembali menikmati suasana danau lagi.
“Ini sangat enak” memasukkan beberapa sendok makan ke mulutku.
“Ka’Zana suka?” dia bertanya kembali, sedang saya hanya mengangguk. Bekal yang di bawah olehnya memang enak…
“Btw, sepertinya kau tidak punya masalah apapun?” ucapan memancing buatnya.
“Siapa bilang? Justru karena punya masalah makanya membayar seorang psikolog biar menemani saya sepanjang hari” Rae menjawab spontan. Terkadang hidup seseorang hanya butuh teman penghibur seperti sekarang tanpa harus menceritakan semua masalahnya, tapi itu membuat dia bahagia dan jauh lebih baik. Penanganan kasus seperti ini memang jarang terjadi bahkan sang klien hanya ingin mencari seseorang sebagai pendengar setia walaupun dikatakan tidak melakukan apapun dengan solusi terbaik.
“Lantas?” ucapanku.
“Temani saya saja selama seminggu untuk menikmati pemandangan di sini!” Rae.
“Memang hanya itu saja yang harus saya kerjakan?” bertanya lagi.
“Ka’Zana please” Rae memasang wajah memohon.
“Di jam sore bukan siang seperti sekarang” mengajukan persyaratan.
“Rae maunya dari siang sampai sore” Rae.
“Baiklah” menjawab setelah berpikir setengah jam.
Hari berikutnya adalah kami berdua berlari kesana kemari sekitar bibir pantai di siang bolong. Rae ingin menikmati suasana pantai jadi pergantian tempat dilakukan. Menulis beberapa symbol lucu di atas pasir sambil tertawa keras. Saya belum pernah merasa tertawa lepas seperti sekarang seumur hidup. Seakan Tuhan memakai dia untuk mengajari saya tertawa lepas. Sebenarnya siapa yang sedang bermasalah? Saya atau gadis ini? seolah ingin menertawakan diri sendiri. Beberapa hari belakangan terus berada di sampingnya melakukan banyak hal seperti bermain game, duduk di bawah pohon, berlari sekitar bibir pantai, bermain air di bawah air terjun, dan berlari mengejar barisan bebek di tepi danau sampai kaki kami akhirnya lelah.
“Btw, Ka’Zana pernah menyukai milik orang lain?” astaga Tuhan, pertanyaan ini terdengar lucu. Saya pikir masalah Rae seputar sesuatu hal paling sulit dan ternyata dugaanku meleset…
“Memang masalahmu sekarang menyukai milik orang lain? Tanya balik lagi.
“Entahlah” menjawab bersama senyum termanis seakan tidak pernah terlihat mengalami rasa stress karena satu masalah.
“Saya juga pernah diperhadapkan masalah sepertimu bahkan beberapa bulan lagi terjadi pernikahan” menyodorkan sebuah permen lollipop. Kami berdua seperti anak kecil selalu melakukan hal-hal kekanakkan termasuk menikmati permen-permen dan masih banyak lagi.
“Kupikir masalahku benar-benar memalukan yah, ternyata Rae punya saingan” gadis itu tertawa lebar karena terkesan lucu.
“Kakak lebih kacau lagi karena beberapa kali harus diperhadapkan dengan kasus sama yaitu milik orang lain” berkata-kata kembali. Entah kenapa juga selalu saja kisah sama terulang lagi sampai rasanya saya ingin menertawakan sinis kehidupan sendiri. Menjadi pertanyaan, kasus yang sama menyatakan kata menang atau sebaliknya gagal total? Tidak mudah menjalani objek semacam ini dan benar-benar hal tersebut merupakan pergumulan terberat di antara sekian banyak beban hidup sedang membungkus.
“Saya benar-benar tidak tahu kalau dia sudah menjadi milik orang lain” gadis polos sedang menundukkan kepala.
“Rasanya menyakitkan pasti, tapi anggap saja sebagai bahan penghiburan semata yang sedang berjalan untuk membuat hidup punya warna” ucapan terkacau terhadapnya.
“Ka’Zana ngaco punya warna gimana kalau begitu?” Rae.
“Selama Rae masih belum diapa-apakan dalam artian ujung rambut sampai ujung kaki tetap terjaga, berpikir waras saja…”
“Tentulah Rae dijamin perawan 100% dari ujung rambut sampai ujung kaki. Tuhan jauhkan hal-hal buruk dari kehidupanku dan jangan sampai Rae khilaf atau dijahati oleh orang di luar sana…” wajar namanya Rae memang kenyataan dirinya polos bersama ucapan semacam ini.
“Kau terlihat lucu” pertama kali buatku berhadapan dengan klien seperti dirinya.
“Btw, ka’Zana bisa cerita lagi memory kemarin tentang milik orang lain?” Rae.
“Berawal dari sekedar mencari perhatian berujung cerita kacau akibat permainan  kehidupan. Hukum tabur tuai tentu terjadi andaikan saya merampas milik orang lain. Bisa saja suatu hari kelak pasangankupun akan dirampas oleh gadis lain seiring berjalannya waktu atau mungkin kisah mantan masih tetap menjadi dilema saat-saat tertentu.” Inilah penjelasan terkacau mengenang memory kemarin.
“Jadi ka’Zana bertahan?” Rae.
“Saya berpikir lagi, andaikan menjadi wanita yang sebentar lagi menikah seakan dipermalukan karena pihak pria membatalkan sepihak tentu jauh lebih menyakitkan. Kesimpulan cerita adalah kalau saya tetap mencoba berlari meraih milik orang lain berarti hidup mengalami kelumpuhan total.”
“Ka’Zana memilih?” Rae.
“Saya berjuang untuk menang walaupun dikatakan umur menjadi masalah terbesar buatku pribadi. Pada kenyataan, terkadang Tuhan mengizinkan masalah seperti ini terjadi dan 100% memang benar-benar ujian terberat karena beberapa factor. Satupun anggota keluargaku sama sekali tidak menyadari masalah yang sedang saya hadapi” penjelasan terpanjang bagi gadis di sampingku sekarang.
“Sengaja melakukan hal-hal seperti tidak memiliki etika sama sekali menjadi objek paling berperan untuk menyelesaikan masalah” melanjutkan kembali ucapanku.
“Kenapa yah masalah seperti ini harus terjadi?” Rae.
“Walaupun dikatakan telah memiliki pasangan, terkadang sebagian besar pria bahkan dapat dikatakan hampir keseluruhan mempunyai kebahagiaan/kenikmatan/kebanggaan tersendiri untuk menjadi penakluk lawan jenisnya.” Ceramah sedikit panjang memang juga terdengar sedikit…
“Kebanggaan tapi menghancurkan…” Rae.
“Inilah kenyataan yang sebenarnya terjadi. Objek terburuk lain lagi adalah terjebak di antara permainan sendiri. Beberapa dari mereka hanyut dengan kisah tragis di ujung cerita.”
“Mengerikan” Rae.
“Kekacauan lebih parah lagi kalau ternyata si’gadis polos berhasil masuk jebakan, apa lagi kalau dikatakan sudah hamil di luar nikah” menggeleng-geleng kepala sendiri.
“Sadis” Rae.
“Karena itulah Rae sebagai perempuan harus benar-benar banyak berdoa, minimal Tuhan tetap menjaga dari ujung rambut sampai ujung kaki. Kata khilaf itu pasti akan selalu menjebak hidup seseorang terlebih kalau pria di depan mata benar-benar perfect.” Terlalu munafik untuk berkata air liur tidak akan pernah meleleh menyaksikan satu pemandangan mahluk ciptaan Tuhan paling sempurna. Jebol semua pertahanan karena kata sempurna.
Pada dasarnya bahan ujian terbesar seseorang baik yang belum menikah terlebih berada dalam satu ikatan pernikahan adalah kesetiaan. Ada begitu banyak celah dapat tertawa lebar hanya untuk sebuah jebakan. Kata bertahan hanya pada satu pasangan semata memang menjadi beban pergumulan terberat. Mungkin sebagian besar orang di luar sana hanya menganggap angin lewat tentang proses setia, namun lukisan definisi kata tersebut mempunyai proses bersama jebakan terberat siap menghadang. Tentu seseorang tidak akan bertahan melihat seorang saja andaikan hal tersebut bukan kekuatan Tuhan.
“Rae akan menganggap memory kemarin sebagai bahan penghiburan semata” Rae.
“Seperti menyenangkan untuk menari di dalam ombak sekarang ini” menarik tangan Rae membawa dirinya berlari masuk ke tengah ombak pantai. Tertawa dan membiarkan pakaian kami basah kuyup terkena air.
“Ka’Zana selfie denganku sekarang terus upload biar cari perhatian gitu di medsos” segera menyalakan kamera android miliknya.
“Itu sama saja memancing atau mungkin cowok yang kau suka akan berpikir kalau masih ingin mengejar dirinya” berucap lagi…
“Biarkan saja. Lah saya selfie seperti ini memang hobi dan karena sesuatu hal juga” Rae.
“Sesuatu itu boleh dijabarkan?” menatap ke arahnya.
“Rae percaya di suatu tempat tersembunyi ada cowok terbaik dengan kualitas jauh dari perkiraan sedang menatap wajahku. Tuhan punya cara yang ajaib menyatakan sesuatu yang tidak terpikirkan sama sekali untuk diberikan buatku” Rae.
“Wow…” tertawa melihat gaya selfie Rae.
“Tuhan punya cara paling ajaib untuk menyatakan satu cerita terbaik dan melukis namaku di hati seorang pria berkualitas suatu hari kelak” Rae.
“Amin” membalas ucapan Rae.
“Kelak Tuhan pasti berkata kalau pria berkualitas itu hanya milikku seorang dan bukan milik siapa-siapa dengan cerita unik di dalamnya, ini iman kepercayaan seorang Rae si’gadis polos” Rae.
“Cerita sekarang hanya bahan proses dan ujian, apakah belajar untuk menang atau kalah total bahkan membuat iblis tertawa lebar…” ucapanku terhadapnya lagi. Pengalaman kemarin memang satu beban terberat sekaligus ujian terbesar sama seperti kisah Rae.
“Ka’Zana, ayo tuliskan namamu di sini” Rae berlari menuju satu batu karang besar tidak jauh dari bibir pantai tempat kami bermain dengan ombak.
Pertama kali bermain kejar-kejaran bersama seorang klien di tepi ombak. Menikmati suasana dermaga sambil menyaksikan bagaimana matahari terbenam di sebelah barat. Pengalaman luar biasa beberapa hari belakangan bersama si’gadis polos seperti Rae. Sejak saat itu kami berdua menjadi sahabat dekat untuk berbagi cerita. Entah karena mempunyai pengalaman sama kemarin sampai saya benar-benar menyukai dirinya.
“Ka’Zana terima kasih buat semuanya” Rae memeluk tubuhku.
“Mungkin kemarin saya benar-benar merasa dipermalukan, tapi hari ini saya menganggap kalau semua itu hanya warna-warna hidup sebagai bahan penghiburan untuk dikenang kelak” semangat Rae melanjutkan berkata-kata lagi.
“Ada banyak cerita lain menjadikan keindahan tersendiri dalam perjalanan dan bukan hanya berkata-kata tentang lawan jenis, walaupun dikatakan itu sangat penting. Hati harus bersabar menunggu waktu Tuhan dengan senyuman seorang pria berkualitas bahkan tidak pernah terpikirkan sama sekali diberikan.” Inilah nada ceramah biarpun membuat banyak orang di luar sana mengantuk mendengar atau membaca.


Bagian 8…


Berpikir tentang petualangan kemarin bersama Rae menjadi kenangan tak terlupakan. Berawal dari hanya sekedar berperan sebagai klien sampai membuat satu alur cerita persahabatan di ujung cerita. “Apa saya sedikit mengganggu?” suara tidak asing bergerumu di sekitar pendengaran. Siapa yang menyangka olahraga sepeda hari libur begini akan terusik oleh seseorang. Kenapa juga dia tidak pernah bosan berdiri di hadapanku? Masalah muncul lagi sepertinya…
“Suasana pagi cerah memang menyenangkan buat bersepeda” senyum pria kacau.
“Minggir kalau masih ingin hidup!” berujar sinis.
“Galak amat” Hagan seakan tak memperdulikan semua itu.
“Lupakan semua memory kemarin, ngerti” menyerang Hagan.
“Saya tidak akan pernah menyerah meraih kembali jemari tanganmu” teriakan Hagan menjadi perhatian orang banyak.
“Kau tidak mungkin berhasil karena itu masa lalu” membalas ucapannya kemudian segera menghilang…
Saya masih waras untuk berjalan menikmati kebahagiaanku sendiri. Masa lalu tidak dapat menghancurkan hidupku dan tidak akan pernah sekalipun. Memiliki Moza memberi kebahagiaan tersendiri tanpa harus berputar ke sisi dunia lain. Ternyata tanpa sadar Hagan mengejar sekaligus mengekor di belakang sepedaku sekarang. “Kau…” menghentikan mengayuh sepeda.
“Kenapa kau tidak pernah bisa memberi kesempatan kembali?” Hagan.
“Kau tidak pernah merasakan bagaimana saya terus bertahan dalam penantian panjang dan apa yang terjadi selanjutnya? Hanyalah kekecewaan semata” mendorong tubuh Hagan ke tanah kemudian berlalu meninggalkan dirinya seorang diri.
Tiba-tiba saja pandangan mataku dibawa Tuhan ke satu jalan besar hanya beberapa meter dari tempatku berdiri. “Moza…” spontan kedua kaki segera berlari ke jalan tempat gadis kecil berada bersama anak anjing kesayangannya. Tidak lagi memperdulikan hal lain hanya berlari dan berlari secepat mungkin. Sebuah mobil dengan kecepatan besar sedang berjalan ke arah sang gadis kecil. Mendorong tubuh Moza sangat keras jauh dari jalan tersebut dan hal selanjutnya adalah…
“Mami…” teriakan keras Moza sedang menggetarkan telinga.
“Mi buka mata” tangisan histeris Moza terus saja menjalar.
“Jangan tinggalin Moza sendiri” semua terlihat kabur dan gelap…
Sekali lagi semua terasa sangat gelap tanpa setitik cahaya. Tuhan, apakah ini pertanda saya akan berada di dunia lain jauh meninggalkan Moza. Benarkah jalanku terhenti sekarang? Mata kepalaku sendiri menyaksikan bagaimana beberapa orang sedang berpakaian medis berupaya menyelamatkan seseorang dalam sebuah ruangan. Terkejut melihat kalau orang itu diriku sendiri sedang terbaring tanpa sadarkan diri. Tiba-tiba saja sesuatu mendorongku untuk kembali masuk ke tubuh sendiri.
“Dimana saya?” tersadar sesuatu.
“Mami sudah bangun?” Moza berteriak.
“Dimana saya? Kenapa saya tidak bisa melihat? Kenapa gelap?” terus bertanya.
“Mata anda masih tertutup perban setelah mengalami luka cukup parah kemarin” seseorang tiba-tiba datang memeriksa kondisi saya sekarang.
“Siapa kamu?” bertanya lagi.
“Saya dokter yang sedang menangani anda sekarang” menjawab pertanyaan…
“Tenang mi” Moza berbisik lembut sambil mengusap rambut di kepalaku.
“Moza” segera mengambil tangannya.
“Maafkan Moza. Mami seperti ini karena Moza” gadis kecil menangis histeris seketika.
“Moza tidak ada yang lukakan?” takut terjadi sesuatu sambil meraba-raba seluruh wajah gadis kecil.
“Kenapa mami terus saja mikirin Moza?” dia makin histeris menangis.
“Moza dengan siapa?”
“Uncle Farand” Moza. Hal tidak pernah kuduga kalau pria itu ternyata mempunyai rasa belas kasih sama seperti manusia normal lainnya.
“Moza makan” suara Farand…
“Uncle sudah bisa menyebut nama Moza” rasa tidak percaya sang gadis kecil.
“Kami pikir kau hanya memanggil setan semata kalau sudah lihat binatang berkeliaran” tertawa meraba-raba tempat tidur.
“Mami Moza makan” hal tak terduga Farand dapat berucap seperti ini, terlebih menyuap makanan masuk ke mulutku sekarang.
“Terima kasih” berucap terhadap Farand. Pertama kali dia memanggilku dengan sebutan mami Moza bukan Zana terdengar lucu. Beberapa anggota rumah juga datang berjaga seharian di rumah sakit. Nata pun terus berada di sampingku walaupun dikatakan dirinya masih dalam proses pemulihan. Menangis histeris tidak ingin pulang ke rumah membuat gadis remaja ini mencari segala cara agar tetap bertahan.
“Nata, ayo pulang!” ibu Malia sedikit menggertak.
“Tidak mau” Nata segera berlari ke memegang tiang tempat tidur…
Terus saja menangis sampai seisi rumah sakit mendengar. “Biarkan saja dia tetap tinggal denganku” segera meraba-raba mencari keberadaan Nata.
“Nata itu berbeda dengan manusia normal lainnya, bagaimana kalau dia membuat masalah di rumah sakit?” Ibu Malia sangat khawatir.
“Percaya padaku” tersenyum hangat membalas ucapan ibu Malia pada akhirnya membuatnya menyerah mendengat kalimat tersebut. Livia sendiri tidak pernah menyangka atas apa yang sedang menimpa keadaanku sekarang. Sahabatku yang satu ini juga terus berjaga sampai saya benar-benar dinyatakan pulih. Hal paling membahagiakan adalah perban pada sepasang bola mataku akan segera dilepas setelah beberapa hari mendapat perawatan. Hari yang paling kunantikan tiba juga pada akhirnya. Bisa melakukan aktifitas seperti biasa lagi dan menatap cerahnya langit biru.
“Coba buka mata anda perlahan-lahan!” perintah sang dokter.
“Kenapa semuanya gelap dok?” berusaha mengucek mata beberapa menit kemudian.
“Semuanya gelap…” Hari ini kisah hidupku benar-benar hancur seketika. Meraba-raba apa yang saya temukan yang kemudian berakhir dengan teriakan histeris.
“Saya buta” cerita terkacau sedang bermain pada kisahku.
“Zana tenangkan dirimu” Livia mencoba mencoba menahan segala pergerakanku.
“Apa kau tahu bagaimana rasanya?” menangis keras.
“Semua gelap” berteriak sekali lagi.
“Sangat gelap” terus saja memberontak…
“Pikirkan Moza” sebuah tamparan keras mendarat pada wajahku seketika.
“Kau berani menamparku?” berteriak terhadap Livia.
“Kalau kau buta berarti hidupmu berakhir? Dimana Nitzana kemarin?” Livia.
“Saya tidak akan bisa melihat lagi” tubuhku tersungkur ke lantai.
“Kau bisa menghadapi semua klien dengan masalah cukup parah, bahkan rumahmu sampai detik sekarang menjadi penampungan mereka dengan diagnose gangguan kejiwaan, lantas sekarang…?” Livia.
“Tinggalkan saya sendiri, sekarang!” rasa marah…
“Saya pikir seorang Nitzana cukup kuat ternyata dugaanku salah” Livia.
“Pergi!” berteriak memerintah Livia. Kehidupan saya hancur sekarang. Duniaku tidak lagi bercerita tentang cahaya melainkan kegelapan tiap detiknya. Peristiwa kecelakaan tersebut menghancurkan kehidupan hingga menyatakan kegelapan untuk selama-lamanya. Bisakah Nitzana sang psikolog dapat berjalan dalam kegelapan? Kata depresi benar-benar hidup bahkan memiliki akar kuat membungkus jalan hidup. Mengurung diri merupakan objek terbaik buatku sekarang dibanding mendengar penjelasan dokter maupun orang-orang di sekitarku.
Tidak ingin keluar dari kamar, menangis berlarut-larut, mengunci pintu menjadi kisah paling miris sedang terjadi. Semua penghuni rumah tidak lagi memperdengarkan suara kegaduhan setelah peristiwa kemarin. Apa yang harus kulakukan sekarang? Tertawa dalam kegelapan menciptakan kisah terkacau bagi jalanku pribadi. Saya butuh waktu menerima rasa paling terpahit tiba-tiba saja mendekam membelenggu jiwa.
“Gelap Tuhan…” berteriak tanpa sadar dalam tidurku.
“Semua gara-gara Moza” rasa bersalah gadis kecil di luar pintu kamar. Semenjak peristiwa tersebut, dia tidak lagi tidur  sekamar denganku. Ibu Malia maupun Livia menjadi teman tidurnya sekarang.
“Izzy juga sedih seperti Moza yah?” tangisnya pecah seketika. Tengah malam begini sepertinya dia terus berjaga depan pintu kamar yang masih terkunci dengan sangat baik.
“Tuhan, kembalikan mami seperti dulu” terus saja menangis.
“Kenapa mobil itu harus menabrak mami dan bukannya Moza?” lagi-lagi rasa suaranya kembali memenuhi gendang pendengaran.
“Moza” seperti suara Livia mengejutkan tubuh gadis kecil.
“Semua karena Moza kan aunty sampai mami buta?” Moza.
“Zana, apa kau senang sekarang membiarkan anakmu terus merasa bersalah seperti sekarang? Psikolog rusak…” kesabaran Livia sudah hilang. Tangan dan kakinya sekarang bermain ingin menghancurkan pintu kamarku. Tidak lagi memperdulikan orang di sekitarnya terus berusaha menerobos masuk. Dia hanya memiliki cara seperti ini karena kunci cadangan rumah letak keberadaannya tidak diketahui oleh penghuni rumah selain saya seorang.
Seseorang seperti sedang membantu Livia mendobrak pintu kamarku. Seolah saya tidak lagi memperdulikan apa yang mereka lakukan di luar sana. “Puas membuat semua orang menderita seperti ini?” Livia menggoncang tubuhku berulang kali setelah pintu berhasil terbuka.
“Aunty jangan sakiti mami” Moza berlari masuk mendekap tubuhku seketika.
“Mami Moza sudah hilang ditelan bumi, ngerti?” Livia menarik Moza.
“Mami tidak salah” Moza.
“Wanita depan Moza sekarang bukan mami, tapi mayat hidup” Livia.
“Semua salah Moza” sang gadis kecil berteriak seketika…
“Puas membuat anak sekecil Moza harus merasa bersalah selama sisa hidupnya?” Livia.
“Tinggalkan saya sendiri!” mengusir mereka keluar. Saya butuh waktu untuk berpikir jernih tetapi tidak sekarang. Tetap mengurung diri merupakan jalan keluar masalahku sekarang. membayangkan hidup harus berjalan dalam gelap menciptakan ketakutan terberat tanpa ujung. Tuhan, jujur saya tidak ingin terus menjadi manusia depresi seperti sekarang. Angkat tiap beban yang sedang berakar jauh melebihi bayangan semua orang, Tuhan.
Menangis keras tanpa henti membuatku hilang kendali terhadap hidup sendiri. Tidak lagi berpikir bagaimana sang gadis kecil terus larut dalam rasa bersalah akibat peristiwa kecelakaan beberapa waktu lalu. Hal paling mengejutkan adalah mereka yang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan dalam rumah tidak lagi memperdengarkan suaranya. Seakan kerja sama yang baik satu sama lain mengerjakan segala pekerjaan rumah.
“Makan!” Gadi membawa sepiring bubur di samping tempat tidurku.
“Enak…” Nata walaupun dikatakan tidak lagi mengenal dirinya, namun berjaga sepanjang malam memberi kehangatan tanpa sadar setelah pintu kamar berhasil dibuka oleh mereka.
“Tidak makan berarti setan” Farand membuatku ingin tertawa lebar…
Semua anggota rumah terus saja bergantian berjaga di sekitar kamarku tanpa rasa lelah. Apa yang sedang kulakukan sekarang, Tuhan? Kegaduhan suara tidak lagi terdengar seakan dapat merasakan apa yang kurasakan, walaupun dikatakan sebagian dari mereka butuh perawatan lebih…
Sebenarnya mereka atau saya yang sekarang benar-benar mengalami gangguan psikologis parah bahkan terdengar menakutkan? Ingin menertawakan diri sendiri membayangkan semua ini. Mereka terus berjaga di sekitarku berusaha menghilangkan tiap rasa sakit dengan berbagai cara. Segala jenis kekonyolan membuat saya tersenyum seketika. Hal terbodoh bagi manusia sepertiku adalah merasa seluruh hidup hancur tanpa pernah peduli apapun.
“Mami tersenyum…” Moza tersadar seketika.
Gadis kecil terus saja dihantui rasa bersalah. Jujur, jauh di dasar hati saya tidak pernah menyalahkan dirinya dan melempar ribuan pertanyaan tentang peristiwa kecelakaan kemarin. Seorang Nitzana butuh waktu menerima kenyataan harus berjalan dalam gelap sampai akhirnya mengurung diri sepanjang waktu. Rasa takut bergantung terhadap kehidupan orang lain membuat saya tidak bisa berpikir jernih.
“Tersenyum” mereka semua serentak berucap secara mengejutkan.
“Ice cream” Gadi memasukkan sesendok ice cream ke mulutku.
“Setan hilang…” seperti biasa Farand berkata-kata tidak masuk akal. Teriakan, rasa marah, mengurung diri, dan banyak hal menyatakan setan terus saja bergentayangan menurut pemikiran pria tersebut.
“Kakak Zana akhirnya kembali” suara Loan berkumandang.
“Zana kembali juga” tidak di sangka Livia berada di tengah mereka hanya tidak memperdengarkan suaranya dan berusaha menahan diri. Tetap setia tinggal di rumah ini tanpa rasa jenuh sama sekali.
“Sepertinya kau harus pulang sekarang” satu nada kalimat mengusir Livia.


Bagian 9…


Di luar dugaan rekan kerja sekaligus teman tetap bertahan untuk tetap menjadi penghuni rumah di sini. “Saya betah berada di rumah ini, lagian seluruh barang-barangku sudah berpindah tempat sekarang” Livia.
“Sejak kapan kau membuat keputusan sendiri?” sedikit kesal.
“Memang harus yah meminta izin?” Livia.
“Lebih dari kata harus” jawaban paling tepat untuk satu pertanyaan menekan…
Satu hal, mereka semua membuat saya lupa tentang satu istilah pahit yaitu berjalan dalam gelap. Tuhan sekali lagi memperlihatkan tentang sesuatu bahwa orang-orang dengan gangguan mentalpun mempunyai rasa sayang cukup besar jauh melebihi pemikiran. Bisa saja orang di luar sana berkata kalau pikiran mereka sedang tidak berada pada situasi normal, namun pernyataan tersebut hilang ketika tangan belajar untuk mendekap penuh kehangatan.
“Terima kasih buat semuanya” berucap di hadapan mereka.
Akhir cerita adalah saya belajar memulai satu lembaran baru. Berulang kali terjatuh ketika melewati jalan maupun sudut ruangan itulah keadaanku sekarang. Kata gagal selalu saja terjadi setiap kaki berpijak pada satu area karena kegelapan. Buta bukanlah alasan paling tepat menghancurkan perjalanan hidup sendiri. Jatuh, terus mencoba, ratusan kali kegagalan, terluka menjadi alasan saya hidup walaupun semuanya tidak terlihat hanya karena kegelapan.
Mencoba menghiruk udara segar pagi-pagi buta dengan berjalan sendirian di sekitar taman. Izzy anjing pintar dan cukup cerdas untuk mengerti perintah sekaligus berperan sebagai penunjuk jalan. Saya bisa merasakan bagaimana daun-daun itu beterbangan hebat karena tiupan angin. Duduk di antara rumput hijau membayangkan perjalanan di tengah suasana gelap paling mencekam.
“Ka’Zana…” sepertinya saya pernah mendengar suara ini.
“Siapa?” bertanya dengan kondisi tubuh tanpa gerakan kemana-mana.
“Saya baru tahu keadaan ka’Zana dari seseorang” dia memeluk tubuhku begitu saja.
“Rae” menyadari gadis itu.
“Lantas siapa lagi?” Rae.
“Dimana kau tahu saya ada di sini?” hampir tak percaya…
“Pokoknya rahasia” Rae.
“Sekarang main rahasiaan segala yah?”
“Kakak nikmati saja matahari terbit” Rae. Siapa yang pernah menduga hari-hari kemarin saya terus berada di samping gadis tersebut, namun sekarang semua bercerita lain. Hal mengejutkan lagi dia membawaku ke tempat dimana kami berdua pernah menghabiskan waktu bersama. Menjemput di rumah serta mengantar pulang kembali selama seminggu hanya untuk menghibur semata. Minikmati suara alam di sekitar dermaga menjadi objek paling menyenangkan. Bibir pantai menjadi saksi bagaimana kami menari dan tertawa di tengah ombak.
“Ka’Zana tidak akan berhentikan dari pekerjaan kemarin sebagai psikolog?” Rae memulai awal dialog setelah kami berdua berada di sekitar pinggir danau.
“Entahlah.”
“Ka’Zana hanya buta tapi dalam banyak hal tetap kuat jauh melebih apapun” Rae.
“Menurutmu saya kuat?” kesalahan terbesar gadis seperti dia berpikir kacau. Andaikan Rae menyadari bagaimana saya terus mengurung diri selama beberapa waktu lamanya…
“Temanku membutuhkan bantuan ka’Zana sebagai psikolog saat ini” Rae tanpa meminta persetujuanku langsung menghubungi temannya melalui telepon celuler.
“Cari psikolog lain dan itu bukan saya.” Kenyataan sekarang adalah seorang Nitzana juga berada dalam keadaan depresi berat yang tidak mungkin bisa melakukan apapun. Kekacauan lain lagi, dimana dia sendiri tidak mau menerima berbagai alasan bahkan tetap bersikeras pada keputusannya. Bisakah saya tertawa sinis sekarang mendengar seorang gadis memaksakan salah satu psikolog kembali menghadapi para klien.
Sejam kemudian seseorang menyapa ketika kami sudah berada di bawah sebuah pohon sejuk. Objek mengerikan selanjutnya adalah Rae meninggalkan saya dan orang itu. “Kau tahu kalau saya buta?” Ini tidak biasa dibiarkan begitu saja berusaha mengusir dengan sebuah pertanyaan.
“Kakak hanya buta secara fisik, bukan buta hati kan?” rasa-rasanya saya ingin tertawa mendengar jawaban tersebut.
“Lupakan pertanyaanku. Pergilah!” nada mengusir sekali lagi.
“Jangan mengusir saya, please” gadis itu seketika berlutut bersama air matanya…
Kegilaan apa lagi sekarang seakan semua itu belum berakhir. Dia terus saja menangis tanpa henti seakan masalahnya jauh lebih menyakitkan dibanding berjalan dalam gelap seperti hidupku. “Berhenti menangis!” menegur dirinya.
“Ceritakan masalahmu!” sekali lagi berucap. Kenapa juga saya harus dijebak seperti ini oleh seorang gadis polos bernama Rae.
“Saya sangat frustasi menghadapi kasus permasalahanku.”
“Tunggu, siapa namamu? Sejak tadi kau belum memperkenalkan diri” berujar lagi.
“Panggil saja Laish” terdengar menghibur cara dia memperkenalkan diri.
“Bisa kau ceritakan masalahmu?”
“Saya salah satu lulusan kesehatan bersama cerita menyeramkan di dalamnya sampai membuatku sempat mengalami shock” Laish.
“Maksudmu?”
“Karena kesulitan mendapat pekerjaan, akhirnya saya magang pada salah satu rumah sakit melalui jalur bayar dan tidak gratis. Factor sertifikat, pengalaman, baru lulus, juga umur menjadi alasan sulit mendapat kerja. Asalkan rajin maka saya bisa direkrut menjadi karyawan rumah sakit kalau lowongan terbuka…” Laish.
“Lantas letak cerita masalahnya?”
“Saya berusaha bekerja sebaik mungkin walaupun harus terlihat seperti manusia idiot. Jujur, karakter introvert dalam hidupku terkadang sulit saya tinggalkan bagaimanapun caraku untuk mengubah dan harus berperan sebagai orang lain dan itu bukan diriku” Laish.
Laish bercerita bagaimana alur kisah hidupnya terdengar kacau. Berawal dari pihak rumah sakit menuntut pengalaman kerja sampai tuntutan umur akhirnya dia memilih jalur magang demi mendapat selembar kertas untuk mempermudah. Menurut cerita beberapa karyawan lain yang dulunya juga berstatus magang kalau pihak RS tetap membuka lowongan kerja hanya tidak dipublikasikan.
Asalkan rajin maka dapat direkomendasikan dari masing-masing kepala ruangan. Kejadian selanjutnya adalah Laish berjuang keras agar dapat disukai, diterima, direkrut sebagai salah satu karyawan di rumah sakit tersebut. Mulai dari membersihkan ruangan, mengganti seprei pasien, menyapu, mengepel, sterilisasi OK (Operatie Kamer), cuci alat-alat, mencatat, membersihkan darah pasien, keluar mengambil sesuatu karena kepentingan pribadi atau rumah sakit tanpa meminta ganti rugi uang bensin, bolak-balik mengambil status pasien hingga naik turun tangga, melakukan apapun perintah mereka, pulang larut, dan segala macam. Tujuannya hanya satu yaitu dapat diterima bekerja karena begitu sulitnya lowongan pekerjaan medis terlebih jika tidak punya bantuan orang dalam.
Menerima apapun perlakuan beberapa orang walaupun dikatakan terlihat seperti manusia idiot. Sampai akhirnya satu kasus pasien terjadi pada salah satu ruangan, beberapa orang menyudutkan dirinya. “Saya harus berlari kiri-kanan mencari status pasien kunjungan kembali sementara jaraknya pun cukup menyita, belum lagi kalau naik turun tangga, terus dimarahi bagian admisi depan…lengkap sudah semuanya” Laish.
“Kenapa kau tetap bertahan?”
“Saya butuh pekerjaan, jadi walaupun harus mendapat perlakuan kacau yang penting direkomendasikan jadi karyawan tidak menjadi masalah” Laish.
“Terus…” menyuruh dia melanjutkan nada kalimatnya.
“Sistem magang di rumah sakit itu system rolling dengan pergantian tempat dalam waktu yang ditentukan. Singkat cerita, saya berada pada ruang Antenatal care cukup lama di sana karena mengalami perpanjangan magang untuk mengikuti tes berikutnya” Laish.
“Apa yang terjadi selanjutnya?”
“Saya berusaha melakukan pekerjaan dengan sebaik mungkin. Suntik KB, mencatat di beberapa buku laporan untuk pemeriksaan ibu hamil 2x seminggu, membersihkan/ mengepel ruangan di beberapa tempat selain ANC, mengurus bayi, observasi pasien sekaligus membersihkan darah, memakaikan pembalut pasien, memindahkan pasien ke ruang nifas, menjadi asisten dokter anak walaupun harus pulang larut malam atau kena marah setiap hari tetap saya jalani…” Laish.
“Bukannya ruang ANC hanya melayani pemeriksaan kehamilan?”
“Saya di beberapa tempat sekaligus untuk beberapa waktu. Berusaha bekerja dengan baik walaupun ada banyak kekurangan ketika beraktifitas. Capek, lelah, mendapat marah sudah tidak saya pikirkan hanya demi sebuah pekerjaan. Kepala ruangan ANC pun sudah tidak melakukan pekerjaan selain duduk nongkrong di ruang bersalin karena semua pekerjaannya diambil alih. Tangannya baru sibuk 2x dalam sebulan untuk masalah imunisasi anak, itupun masih dibantu dan tidak luput saya tetap ikut mencatat atau menangani pasien anak selain menjadi asisten dokter anak” Laish.
“Kenapa juga melakukan semua pekerjaan seperti itu?” meledek dirinya.
“Demi disukai oleh mereka walaupun harus terlihat super idiot tidak menjadi masalah. Mungkin orang di luar sana tidak pernah tahu bagaimana kehidupan saya benar-benar bergumul tentang kasus masa depan, tapi itulah keadaan kehidupanku pribadi terlalu menyedihkan” Laish.
“Tidak perduli bagaimana beratnya pasien, saya berusaha sekuat mungkin mendorong dengan postur tubuh kecil. Berusaha menjadi orang lain karena kepribadianku berbeda. Selalu ditegur karena bekerja tergesah-gesah sementara dalam menghadapi pasien membutuhkan ketenangan dan itu selalu dipermasalahkan oleh mereka” Laish.
“Kepribadian?”
“Karena tidak ingin diejek lambat ketika bekerja juga masalah kepribadian membuat saya berusaha ingin memperlihatkan yang terbaik, tapi terkesan aneh. Jujur, selama ini saya juga bertanya-tanya kenapa keperibadianku ketika berhadapan dengan sesuatu terkadang gugup, ingin melakukan yang terbaik dengan bekerja secepat mungkin atau terlihat terburu-buru, dan beberapa hal lain? Sampai akhirnya, saya menonton tentang kisah kehidupan manusia introvert membuat mataku terbuka kalau ciri-ciri seperti itu memang benar-benar nyata membungkus perjalanan…” Laish.
“Sifatku dulu itu introvertnya sangat parah, kenapa? Karena selalu mengantuk bahkan ingin tidur, sakit kepala, gelisah kalau berada di tempat-tempat ramai. Andaikan tidak ada hal penting di luar sana tentu saya akan betah berminggu-minggu tanpa keluar sampai tetangga ada yang bilang bertelur di rumahnya. Mulutku tidak akan berkata-kata apapun terhadap ayah kalau tidak ada hal penting. Ayahku saja selalu mengeluh kalau dirinya merasa hanya berbicara ma tembok bukan anaknya. Saya benar-benar berjuang penuh pergumulan luar biasa untuk keluar dari karakter semacam ini” Laish kembali bercerita…
“Jadi?”
“Terkadang banyak orang salah paham dan memberi cap aneh. Saya berusaha memperbaiki diri walaupun selalu gagal untuk banyak objek” Laish.
“Lantas kesalahan terbesar lain yang kau perbuat di rumah sakit itu?”
“Seiring berjalannya waktu, tiba-tiba saja satu kejadian tidak terduga terjadi sampai namaku terseret di dalam” Laish.
“Masalah apa memang?”
“Pasien suntik KB dengan diagnose abses sampai suami sang ibu mengamuk keras di rumah sakit. Walaupun bukan saya si’penyuntik pasien, tapi namaku tetap terlibat. Sebenarnya saat itu jadwal imunisasi anak dan saya berada di beberapa tempat. Di satu sisi harus bolak-balik mencari beberapa status pasien anak bahkan sampai naik turun tangga, pemeriksaan tanda-tanda vital pasien anak sebelum dokter datang, membantu mencatat data laporan ataupun menimbang balita imunisasi, sedangkan setelah dokter tiba harus terus berada di ruang poli…” Laish.
“Lantas?”
“Kebetulan bulan itu terdapat beberapa mahasiswa praktek, jadi terjadilah satu peristiwa di luar dugaan setelah itu. Saya terlalu sibuk jadi tidak mengingat apakah mendampingi mahasiswa atau tidak kemarin. Singkat cerita seminggu kemudian terjadi peradangan dan beberapa karyawan berkata kesalahan lokasi menyuntik agak di atas sampai namaku terseret…” Laish.
“Akhir cerita kau langsung dipecat?”
“Saya tidak mau menyalahkan si’penyuntik terlebih menyudutkan. Kenapa? Karena banyak kasus kejadian di luar sana selalu terjadi abses setelah suntik KB bahkan dilakukan oleh tenaga medis berpengalaman. Kejadian sama juga pernah terjadi di RS situ dan ada beberapa pasien curhat tetangganya abses karena suntik KB oleh bidan sekitar rumah mereka, belum lagi kasus di puskesmas di luar berita-berita yang sudah viral di dunia maya melalui beberapa artikel” Laish.
“Jadi?”
“Kasus ini sangat mengganjal, hanya saja pihak medis tidak berani melapor karena secara otomatis judge mall praktek tentu tidak akan luput. Masa depan antara saya dan mahasiswa itu sedang dipertaruhkan disini. Menyalahkan dia juga tidak akan menyelesaikan masalah karena sama-sama salah atau memang benar-benar ada sesuatu keanehan dibalik suntik KB. Secara logika, kenapa kasus sama selalu terjadi di banyak tempat di luar pemberitaan media hanya pemerintah belum mengambil respon selanjutnya” Laish.
“Lantas kalau masalah lokasi penyuntikan dipersalahkan, bagaimana dengan mereka yang melakukan prosedur kecantikan bagian bokong bersama area-area lain pada bagian tubuh?” Laish melanjutkan lagi…
“Maksudmu?”
“Pihak rumah sakit menyatakan kesalahan lokasi penyuntikan agak di atas, sedangkan para dokter bedah plastic memainkan spoit cukup besar sekitar bokong pasien sampai terkadang mengenai tulang pada prosedur kecantikan tetapi tidak terjadi sesuatu apapun. Terlalu disayangkan lagi adalah kepala ruangan di sana langsung menyudutkan bahkan menjelek-jelekkan namaku di atas tanpa mengingat bagaimana pengorbanan yang sudah saya lakukan selama ini…”
“Keterlaluan juga yah kalau dipikir-pikir” …
“Kepala ruangan itu mungkin tidak pernah rasakan pergumulan berat jadi seenaknya bericara terhadap pihak rumah sakit. Selama ini saya tidak mempermasalahkan bagaimana berjalan seperti orang idiot atau dimarahi dokter depan banyak orang yang penting bisa diterima kerja…” Laish.
“Berarti kau juga biasa dimarahi dokter?”
“Sering malah. Pernah satu kasus kejadian, pasien anak terjadi kejang beberapa kali bahkan sempat terulang di atas mobil menuju rumah sakit. Singkat cerita saat itu kebetulan dokter sedang sembayang dalam ruangannya, sedangkan nenek dari si’anak berteriak UGD beberapa kali dan akhirnya saya langsung membuat keputusan tanpa persetujuan…” Laish.
“Keputusan tentang?”
“Membawa sang anak langsung masuk UGD tanpa harus melalui poli seperti biasa. Penanganan segera dilakukan oleh dokter jaga setelah saya oservasi suhu mencapai 40°C, tetapi di pihak lain saya langsung mendapat teguran keras depan umum. Dokter anak tidak bisa menerima keputusan mendadak seperti itu dan bagaimanapun harus melalui poli anak terlebih dahulu” Laish.
“Sang dokter mengamuk depan keluarga pasien?”
“Seperti itulah kejadiannya. Ibu pasien meminta maaf setelah dokter keluar dari UGD, tapi saya hanya berkata kalau itu pembelajaran buatku pribadi karena memang belum tahu apa-apa mengenai aturan rumah sakit. Jujur, sebenarnya ketika amarah dokter sedang berlangsung pada saat itu seakan sesuatu berteriak di dasar hati…” Laish.
“Tentang?”
“Tidak jadi masalah kau marahi seperti itu yang terpenting si’anak bisa langsung tertangani karena kasus seperti ini memang harus langsung ke UGD tanpa perlu menunggu dan itu juga membuat saya tidak menyesal atas keputusan tersebut walaupun sang dokter katanya mengamuk di grup rumah sakit malam hari” Laish.
“Kepribadian doktermu mungkin sedikit bermasalah” langsung menjudge…
“Kalau boleh jujur, saya memang tidak terlalu menyukai kepribadian beberapa dokter di sana terlebih dokter anak karena beberapa kasus pasien sulit untuk dijelaskan  termasuk menjatuhkan rekannya karena alasan tidak masuk akal…” Laish.
“Contohnya?”
“Salah seorang pasien dengan diagnose plasenta previa atau tertanamnya plasenta pada segmen jalan lahir walaupun belum masuk kategori totalis hanya bagian sekitar pinggiran. Singkat cerita, terjadi pendarahan semalaman, sedang dokter obgyn yang menangani pasien tersebut ingin kelahiran normal dan para bidan mulai jantungan karena kondisi yang sudah terlihat shock. Salah sedikit nyawa bermain di sini dan tentu akar permasalahan terarah kemana?” Laish.
“Apa pasien ini tidak bisa ditangani oleh dokter lain?” bertanya kembali…
“Permasalahannya adalah dokter lain tidak berani mengambil alih karena itu melanggar kode etik dan andaikan terjadi sesuatu hal tidak diinginkan secara otomatis kesalahan dijatuhkan terhadap…” Laish.
“Jadi bagaimana dengan pasien tadi?”
“Secara logika entah apa yang akan terjadi, tapi Tuhan masih memberi pertolongan hingga pasien masih bisa bertahan, pada hal dokter obgyn tersebut datang ke RS untuk secsio kalau tidak salah jam siang dan bukan pagi, itupun karena di terror terus-menerus oleh kepala ruangan kamar bersalin. Walaupun status magang nama saya juga pasti tetap terseret andaikan terjadi sesuatu. Sadis…” Laish.
“Hanya karena benar-benar butuh pekerjaan jadi kau harus bertahan dan berpura-pura tidak tahu menahu apapun di dalam?” sedikit memancing.
“Kejadian lain yaitu pihak rumah sakit menambah seorang dokter lagi untuk jadwal jaga sore bagian poli anak, tetapi karena factor takut bersaing dan iri hati jadinya dokter anak yang tadi terus saja sengaja membuat masalah bahkan menekan sedemikian rupa. Akhir cerita adalah dokter anak yang baru masuk mengalah juga memilih berhenti dari pada harus hidup dibawah tekanan hanya karena perebutan masalah jumlah pasien…” Laish.
“Terus…?”
“Untuk masalah kesuksesan, uang, karir, keberhasilan anak, cucu semua sudah dimiliki bahkan usianya itu masuk kepala enam tapi dia selalu saja serakah terhadap apa yang ada di depannya. Seakan dia tidak pernah mensyukuri apapun pemberian Tuhan. Di depan mata kepalaku sendiri dokter anak itu tidak ingin melepas label harga pakaian mahal untuk diberikan kepada dua karyawan rumah sakit dengan kehidupan cukup sulit” Laish…
“Cerita lain lagi dong”
“Dia berkata tidak usah lepas harganya, setidaknya ingin mendapat pujian hebat banyak orang. Terkadang juga dokter anak itu mengeluh masalah gaji pembantu rumah tangganya sebentar lagi, pada hal uangnya sangat banyak bahkan salah satu anaknya kerja di luar negeri. Kenyataannya memang dokter rajin memberi, tetapi tidak pernah tulus sama saja bohong. Ucapannya juga biasa terlalu memandang enteng orang di sekitarnya” Laish.
“Cukup kacau juga”
“Hal lebih menyedihkan pada saat saya diberatkan oleh kasus pasien suntik, ayahku sakit di rumah dan saya pun drop seketika. Di satu sisi merawat ayah, di sisi lain merawat diri sendiri karena sakit juga bahkan saya sampai shock pada saat itu hingga tidak masuk beberapa hari. Semua masalah datang menyerang secara bersamaan” Laish.
“Setelah agak baikan sedikit, saya memaksakan diri ke rumah sakit dan berharap masih diberi kesempatan tapi ternyata pandangan mata mereka dingin. Akhirnya, saya mengambil keputusan hari itu juga ingin berhenti. Singkat cerita adalah menunggu dokter anak datang untuk pamit, tapi belum juga bicara langsung mendapat respon penolakan dan diberhentikan sebagai asisten…” Laish.
“Memangnya kau tidak hubungi dokter kenapa tidak masuk?”
“Salah satu karyawan bilang tidak usah masuk dulu biar dia saja yang sampaikan akhir cerita kasusnya semakin jelek terlebih kepala ruangan ANC yang harus turun tangan jadi asisten dokter anak dan kemungkinan pemberitaan jelek makin meraja lelah disitu. Saya salah satu pemasukan terbesar rumah sakit, kenapa kau perlakukan saya seperti itu? pernyataan sang dokter di hadapanku hari terakhir di RS” Laish.
“Terlalu kacau dan sombongnya minta ampun” ingin tertawa mendengar…
“Tetap mencium tangannya sebelum meninggalkan ruangan itulah yang kulakukan. Mengurus ayah sampai infus sendiri di rumah, masalah pasien, di serang habis-habisan dalam keadaan kondisi saya lemas total karena sakit juga, tertekan, dan masih banyak lagi membuat shock bahkan menangis sendiri dalam kamar” Laish.
“Saat itu saya pun harus bolak balik rumah sakit untuk pemeriksaan darah karena dirujuk. Pikiranku benar-benar berkecamuk karena semua masalah juga ketakutan jangan-jangan saya positif hepatitis penyakit menular dan akan membuat semakin banyak penolakan kerja di semua tempat” Laish.
“Berarti kau…” kalimatku terpotong.
“Saya terkontaminasi dengan darah pasien HBsAg hari kedua minggu pertama magang di rumah sakit. Dalam keadaan memperbaiki selang infus pasien berujung musibah. Saya pikir ruangan penuh, jadi untuk sementara harus dirawat sekitar ruang isolasi karena malam itu pasien banyak sedangkan yang jaga hanya berdua. Darah dari infus muncrat keluar penuh di tangan. Saya hanya berkata terima kasih Tuhan dan berusaha menutupi kejadian sebenarnya” Laish.
“Hasil pemeriksaan kemarin menyatakan?”
“Tuhan membuat mujizat karena hasilnya negative diluar akal logika pada hal jenis kulit saya tipis jadi terkadang mudah terluka atau sensitive dengan beberapa sabun sampai membuatku betul-betul takut melihat hasil pemeriksaan tersebut. Setiap hari kerjaku hanya menampung air seni untuk mengecek jernih atau tidaknya setelah kejadian terkontaminasi kemarin sampai terjadi peristiwa pasien abses hingga saya sakit cukup lama” Laish.
“Betul-betul mujizat kalau dipikir-pikir virus hepatitis penularannya jauh lebih cepat dibanding HIV” membayangkan sesuatu hal…
“Saya selalu berdoa agar Tuhan lindungi dalam bekerja hingga kejadian tersebut tidak terulang kembali. Pernah kejadian lain lagi dimana seorang pasien HIV sengaja menghembuskan napasnya di hadapan saya berulang kali, tapi diagnose belum di dapat. Saya tahu itu kesengajaan, mungkin dia berpikir setidaknya bisa tertular ke orang lain. Setelah dilakukan pengecekan pada salah satu RS sebelumnya karena menolak pemeriksaan darah, semua menjauh bahkan anggota keluarganya ketakutan…” Laish.
“Lantas bagaimana lanjutan reaksimu?”
“Sebagai salah satu tenaga medis harus siap berhadapan dengan hal-hal semacam ini dan tetap bisa menempatkan diri. Saya masih sempat menegur salah satu anggota keluarganya karena merasa takut mengantar sang ibu ke toilet…” Laish.
“Apa yang kau katakan?”
“Bagaimanapun dia anggota keluarga, jadi jangan melakukan hal semacam ini berpikir seolah ingin menjauh maksud ucapanku terhadap anggota keluarganya, sampai akhirnya ditemani juga ke toilet. Singkat cerita pasien di rujuk ke RS lain…” Laish.
“Pengalaman kocak sekaligus kacau” sedikit tertawa membayangkan andaikan saya berada di sana…
“Kesalahan saya saat itu hanya berdoa minta perlindungan biar tidak terjadi penularan penyakit dari pasien, tapi tidak berpikir untuk dampak penanganan terhadap pasien dapat berakibat fatal seperti kasus abses pasien suntik KB walaupun tanganku bukan pelaku si’penyuntik” Laish.
“Kau akan mendapat pekerjaan jauh lebih baik dibanding ini, mungkin hari kemarin membuatmu terluka tapi semua itu tidak akan berlangsung lama.” Entah mengapa tiba-tiba saja mulutku berkata-kata bijak seperti ini sedang saya sendiri berada dalam situasi sulit. Haruskah saya menertawakan diri sendiri? Manusia buta harus menjadi pendengar setia bahkan menciptakan kata-kata bijak.
“Saya berdoa bagi kepala ruangan rumah sakit tersebut semoga tidak mengalami pergumulan hidup mencari pekerjaan seperti  jalanku sampai seperti nangis darah terlebih menanggung beban berat bahkan mengalami shock” Laish.
“Tiap orang mempunyai pergumulan hidup berbeda-beda. Saya sebagai psikolog harus berjalan dalam gelap karena buta, jauh berbeda akan situasi yang sedang kau jalani sekarang. Satu hal, tetaplah menunjukkan senyum terbaikmu…”
“Benar-benar nangis darah kalau ingin mencari kerja, itu pun ditolak habis-habisan kiri kanan. Sadis kehidupan” Laish.
“Sebenarnya sih, saya hanya sementara walaupun dengan gaji kecil di sana andaikan diterima bekerja karena ada jalan lain yang ingin kukejar kelak” Laish.
“Maksudmu?”
“Selama ini saya berusaha mengejar jalan A, hanya saja seakan tidak memperlihatkan hasil walaupun beberapa pihak/kelompok/tokoh tertentu memberikan kode buatku pribadi. Entahlah, terkadang kata lelah, kecut hati, bahkan putus pengharapan muncul seketika …” Laish.
“Diam-diam saya sudah berusaha melalui beberapa cara, tapi kisahku kembali seperti manusia idiot. Tetap saja hidupku terlalu menyedihkan sekaligus mengerikan karena tidak ada hasil. Andaikan saya menyerah lantas bagaimana banyak hal yang telah dilalui? Jujur, pergumulan terberatku adalalah ingin keluar dan berjalan di suatu area jauh dari Negara yang saya tempati sekarang. Jujur, hatiku benar-benar ingin Tuhan mendengar sekaligus mengabulkan isi doa sekaligus pergumulan hidupku” Laish kembali menjabarkan sesuatu.
“Jangan pernah hilang pengharapan apapun pergumulan hidup di depanmu sekarang.” Sekali lagi ingin menertawakan diri sendiri membuat pernyataan bijak seperti itu, sementara pengalaman kemarin benar-benar mengguncang hidupku pribadi. Saya pun harus kuat memulai lembaran baru sekalipun tidak dapat lagi melihat bagaimana langit biru sedang bermain di atas sana. Seakan satu kekuatan membuat jalanku lebih percaya diri untuk kembali menjadi seorang psikolog walaupun kegelapan sedang tertawa hebat menyaksikan sisi hidupku sekarang. Laish bersama ceritanya seakan mengajar loh hati agar tetap berperan sebagai pendengar setia banyak orang di luar sana. Belajar membangkitkan satu kekuatan walaupun dikatakan kehidupan sendiri benar-benar lemah.


Bagian 10…


Saya ingin kembali menjalani pekerjaan sebagai seorang psikolog. Tidak berarti semua terlihat gelap sampai kehidupan sendiri tidak dapat bangkit dari istilah keterpurukan. Buta bukan satu alasan kaki harus berhenti, jalan hidupku masih panjang. Belajar melakukan banyak hal tanpa bantuan orang lain. Memakai tongkat ketika berjalan bukan masalah besar melainkan hanya sebagai kekuatan hari esok. Butuh waktu keras menguasai segala jenis ruang klinik tempat saya bekerja.
Hari pertama bekerja setelah peristiwa kecelakaan tersebut disuguhi oleh salah satu klien tanpa basa-basi bercerita akan satu kisahnya. “Saya seorang dengan penyimpangan seks alias berada dalam kumpulan komunitas LGBTQ” berkata-kata langsung pada inti. Dia belum memperkenalkan namanya sama sekali, bahkan dirinya tidak menyadari jika psikolog yang sedang berhadapan dengannya ternyata buta. Seorang Nitzana berjuang keras agar tetap terlihat seperti manusia normal.
“Kalau boleh tahu namamu siapa?”
“Nama saya Ozella, panggil saja Ozel” jawaban seorang gadis dan jika mendengar suaranya dapat disimpulkan usianya masih terbilang dua puluhan ke atas.
Ada banyak kasus penyimpangan seks di sekitar lapisan masyarakat bahkan secara terang-terangan tanpa rasa malu memperlihatkan pada seluruh dunia. Apa yang salah bagi kehidupan seperti mereka? Tidak dapat disangkal bagaimana komunitas LGBTQ memperjuangkan hak mereka agar mendapat pengakuan oleh dunia internasional. Bendera pelangi terus saja dikibarkan serta sedang dalam tahap gencar mempromosikan kebahagiaan anggota mereka.
Garis warna itu terus saja bermain, berkumandang, membuat satu cerita memenuhi dunia media social terlebih khusus. Sekarang di hadapan saya berdiri salah satu dari mereka mengungkapkan kisah hidupnya sebagai manusia lesbian. “Saya mencintai seorang gadis” Ozella kembali berkata-kata.
“Apa kau benar-benar memahami makna defenisi mencintai seseorang?”
“Dia cantik, baik, memahami bagaimana situasi hidup, memberi support terbaik ketika saya ingin berjalan kemanapun. Mungkin saya tidak terlalu memahami defenisi mencintai, namun kehidupannya benar-benar dapat memberi kehangatan buatku dan tidak bercerita dari lawan jenisku…” Ozella.
“Apa salah kalau saya benar-benar mencintai sesama jenisku? Manusia lesbian seperti saya juga butuh kebahagiaan seperti orang normal lainnya” Ozella kembali mengungkapkan perasaannya.
“Apa kalian sudah melakukan hubungan lebih dari manusia normal?”
“Kami berdua sering menghabiskan malam panas di atas ranjang” Ozella. Jawaban gadis ini benar-benar terdengar menjijikkan bahkan berada pada level paling parah. Bagaimana bisa terjadi hubungan seks hanya dengan jenis kelamin yang sama?
“Pertanyaan saya sekarang, kalau kau memang bahagia lantas kenapa harus berada di hadapan saya untuk berbagi cerita?”
“Entahlah…” Ozella.
“Berarti kau merasa ragu?” merasa ragu…
“Kebahagiaan terbesarku berada pada dirinya bukan orang lain” penekanan Ozella.
“Kalau boleh tahu, tanggapan orang tuamu bagaimana?”
“Buat apa memperdulikan tanggapan mereka…” Ozella.
“Maksud ucapanmu?”
“Ayah berlari ke pelukan wanita lain ketika saya baru belajar berjalan. Sampai detik sekarang saya tidak pernah tahu bentuk wajah ayah…” Ozella.
“Bagaimana kau bisa menjalani hidupmu selama ini?”
“Saya dibesarkan paman dengan banyak hal terburuk terus saja menimpa. Singkat cerita dia datang dalam hidup membuat saya bisa lupa tentang perlakuan kejam mereka semua” Ozella.
“Kau yakin perasaanmu terhadapnya?” selalu saja melempar pertanyaan…
“Saya benar-benar yakin” Ozella. Rasa trauma masa lalu menghancurkan sisi hidupnya tentang kekuatan cinta sebenarnya antara pria dan wanita. Masalah terbesar kaum LGBTQ adalah kehilangan cinta kasih dikarenakan factor orang terdekat selalu saja membuat mereka terluka.
“Dinding sebelah kanan di sana terdapat sebuah pintu…” menunjuk satu pintu.
“Maksud anda?” Ozella.
“Saya ingin kau berdiam diri dengan mata terpejam dalam ruang tersebut.”
“Memang harus yah?” Ozella.
“Minimal kau mencoba” penekanan menjawab pertanyaan darinya.
Saya belajar berjalan membawa Ozella seperti orang normal seolah kedua bola mataku bisa melihat di depan. Menyuruh dia duduk pada sebuah kursi dengan mata terpejam tanpa cahaya lampu. “Bayangkan kau berada dalam lingkaran gelap” berucap terhadapnya.
“Gelap” Ozella tanpa sadar…
“Bayangkan satu titik cahaya berjuang keras mencari celah agar bisa masuk dalam lingkaran tersebut.” Mencoba membuka pintu hatinya tentang setitik cahaya yang sedang berjuang keras ingin menjadi sahabat terbaik buatnya.
“Cahaya itu mungkin tidak memberi nilai sama sekali, tetapi dapat memberimu satu sentuhan kehangatan hingga kau lupa bagaimana terlukanya hatimu dari waktu ke waktu” kembali melanjutkan satu pernyataan terhadap gadis di hadapanku
 Kehidupan kaum LGBTQ membenarkan diri tentang kebahagiaan mereka, namun jauh di dasar hati ada sesuatu hal paling sulit diungkapkan walaupun dikatakan sebagian besar memberanikan diri melangsungkan pernikahan. Dapat dikatakan hampir secara keseluruhan komunitas semacam ini mempunyai masa lalu kelam. Sulit mengartikan kasih sayang seorang ibu terlebih ayah karena kehidupan broken home terus mempermainkan seperti barang mainan. Jauh di dasar hati mereka pasti menyadari kalau jalan LGBTQ adalah kesalahan dan dosa terbesar, hanya saja karena tidak ingin mendapat sindiran/ penghinaan/ terkucillkan/ diskriminasi sehingga berjuang keras mendapat pengakuan dunia.
Ozella bukan satu-satunya gadis yang sedang berada dalam barisan kategori lesbian. Di luar sana ada banyak orang mengalami perjalanan hidup seperti dirinya. Apa yang salah? Seorang ayah tidak pernah benar-benar menjadi figure terbaik bagi kehidupan anak-anaknya. Bagi ingatan anaknya hanya mengungkapkan kekejian, luka, kekecewaan, dendam, dan masih banyak lagi sehingga ketika beranjak dewasa rasa takut terus saja mencekam saat berhadapan dengan lawan jenisnya sendiri.
Salah satu kisah seorang gadis cantik, model, mempunyai jenjang karir cukup mengagumkan, rambut indah, pendidikan tetapi menyatakan diri sebagai kaum lesbian. Mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dalam hidup gadis cantik tersebut. Photo sang ayah tidak pernah Nampak memenuhi beranda akun pribadi miliknya, sedangkan ibunya sendiri seperti mengalami satu situasi kekecewaan sehingga menganggap perilaku anaknya tetap lurus. Rasa bangga sang ibu melalui tulisan memang dinyatakan, hanya saja itulah kesalahan terbesar yang dilakukan sebagai pembentuk kepribadian gadis semata wayangnya.
Saya bisa menyimpulkan kalau gadis itu tidak pernah mengerti defenisi kasih sayang seorang ayah berada pada jalur seperti apa. Di tempat lain terdapat beberapa pria dengan postur tubuh sempurna, roti sobek, berpendidikan, mapan, tampan, kaya, seorang dokter spesialis tetapi melangsungkan pernikahan dengan sesama jenis. Sekali lagi kenyataan bercerita tentang kisah lain sedang bersembunyi hebat di belakang. Minimal hidupku jauh lebih baik walaupun dikatakan jauh dari kata bahagia. Ada banyak kisah tentang kehilangan sosok ayah terbaik menjadi penyebab utama terjadinya penyimpangan.
Pelecehan seksual, pemerkosaan masa kecil, kekerasan pun tidak luput dari semua hal yang sedang berkaitan erat dengan kehidupan LGBTQ. Jujur, kepribadian papaku juga mengalami satu masalah cukup parah sampai kami anak-anaknya kesulitan ketika berdialog. Saya tidak bisa menyalahkan atau membenci papa apapun bentuknya, kenapa? Karena masa lalu tanpa figur sang ayah sejak kecil menghancurkan kehidupannya pribadi. Papa hidup di kota orang setelah kakekku meninggal dan usianya masih terbilang kecil. Diperlakukan tidak adil bahkan hanya dimanfaatkan seperti orang bodoh menjadikan kepribadiannya jauh dari kata terbentuk. Sekolah papa tidak sampai tamatan sekolah dasar seperti yang lain. Hidup di jalan karena tidak tahan terhadap penderitaan itulah kisahnya.
Beruntung mama terus ada di samping untuk mengajar kami bagaimana cara berjalan. Rasa luka pun terkadang menjerit, tetapi saya terlalu bodoh andaikan tidak memahami bagaimana papa menjalani kehidupan sulit. Papa sulit mengungkapkan beberapa keadaan untuk membentuk anak-anaknya karena permasalahan pendidikan dan masa lalu suram. Kasih sayang ayah memang benar-benar berharga jauh melebihi berlian bagi kehidupan seorang anak.
Dalam doa selalu terselip nama papaku, bukan tentang kebencian terhadapnya melainkan bagaimana saya belajar bijak melihat sudut pandang lain. Saya harus mengerti tentang satu keadaan terpahit yang pernah dilalui olehnya. Papaku memang tidak sempurna baik dari segi pendidikan, fisik, cara mengungkapkan sesuatu untuk mengajar tetapi saya tetap bangga menjadi anaknya. Dapat dikatakan tidak semua anak bisa berpikir jernih seperti kami dan inilah yang menjadi problem terbesar sehingga sebagian besar dari mereka berada pada jalur LGBTQ.
Saya masih mempunyai mama dengan kekuatan luar biasa mengajarkan sesuatu, namun di luar sana ada banyak anak kemungkinan tidak seperti kehidupanku. Sang ibu mempunyai akar permasalahan lain bahkan tidak perduli bagaimana anaknya sangat membutuhkan belaian kasih sayang. Bisa dikatakan jika hidupku mendapat kasih sayang cukup sekalipun terkadang sayapun merasa hidup dalam keadaan tertekan dari mama saat-saat tertentu.
Dunia LGBTQ tentu tidak akan pernah lepas dari kisah miris seperti kehidupan papa yaitu kehilangan kehangatan keluarga. Beberapa saat saya berpikir kalau meluapkan amarah demi menentang kehidupan mereka dapat memperlihatkan satu hasil terbaik. Kesimpulan, tidak semudah yang saya bayangkan. Kekuatan mereka benar-benar kuat dan hampir seluruh pemimpin dunia mengakui kehidupan LGBTQ adalah sesuatu yang normal. Perjuangan untuk mendapat pengakuan di luar dugaan. Bendera pelangi sedang berkibar di tiap Negara sekarang ini.
Diam membisu menyaksikan kisah perjuangan mereka terkesan aneh. Menerima kenyataan sekaligus mengakui dunia LGBTQ menyatakan diri pada satu jurang dan jauh lebih menciptakan dosa. Mereka hanya butuh perhatian karena ada begitu banyak luka terjadi pada kisah di masa lalu. Menjadi seorang sahabat pun membutuhkan proses panjang bagi komunitas LGBTQ. Membawa keluar kemudian memperlihatkan sebuah pelita kecil menjadi dilema tersendiri karena penolakan demi penolakan terus dimainkan oleh mereka.
Meluapkan emosional pun bukan jalan keluar terbaik bagi dunia mereka. Kekuatan doa mempunyai pengaruh besar untuk berhadapan dengan komunitas LGBTQ. Kenyataannya adalah memang butuh satu talenta tertentu, siap menerima ribuan penolakan, pengorbanan besar, serta proses luar biasa hanya demi menyatakan satu cahaya pelita di hadapan mereka. Saya tidak akan menjadi hakim bagi komunitas semacam ini karena hidupku juga mempunyai cerita lain. Kakiku sedang belajar agar tidak lagi meluapkan emosional berlebihan, tetapi tetap menganggap pemimpin dunia melakukan kesalahan terbesar bagi komunitas LGBTQ karena pola pikir mereka.   
Selama beberapa saat saya menganggap biasa tiap kesaksian hidup, pengajaran, cerita film dengan alur jalan tentang dunia seorang ayah. Seiring berjalannya waktu mataku benar-benar terbuka betapa pentingnya peranan ayah bagi kehidupan sang anak. Berpikir cara papa merespon akan banyak hal di depannya membuatku sadar tentang satu defenisi. Kekuatan pondasi terhebat anak adalah ketika ayahnya tetap berlari kuat membawa pada satu garis kehangatan dan bisa membuat mereka mengerti defenisi tentang cinta. Salah seorang penulis memberanikan diri mengungkapkan bagaimana sang ayah harus belajar berlari seberapa hebat pun situasi kondisi anak-anaknya. Penulis tersebut menyatakan defenisi kemenangan sang ayah melalui satu alur cerita.
Tulisannya terkesan berceramah dari awal pembahasan sampai akhir cerita. Dia bukan penulis terkenal, tapi menulis menjadi kebahagiaan tersendiri buatnya pribadi. Objek seperti ini membuat dirinya menyadari kehangatan dan dekapan sang ayah memang mempunyai kisah paling menarik sekaligus unik untuk mewarnai kehidupan seorang anak. Tidak ada ayah gagal di dunia ini selama dirinya mencoba berperan dengan cara berbeda diantara para ayah ketika tangannya berjuang menggenggam hangat anaknya pada satu alur cerita.
“Sekali lagi Tuhan memperlihatkan kehidupan di suatu tempat jauh lebih menyedihkan dibanding kisahku sendiri” ingin tertawa sinis ketika hati menyadari sesuatu…
“Mami” entah bagaimana cerita Moza berada dalam ruang kerja milikku setelah kepergian klien tersebut.
“Kenapa Moza bisa berada disini?” hampir tak percaya…
“Uncle Farand mengantar Moza kemari” jawaban gadis kecil. Menjadi pertanyaan, bagaimana bisa Farand dapat menyadari jalanan ke klinik? Semua ini terdengar membingungkan secara akal logika.
“Ada setan di sana” Farand berteriak bersama segala kekonyolan tingkahnya.
“Dimana Aunty Livia?” Moza.
“Moza sudah pulang sekolah?” suara Livia mengejutkan seketika…
“Aunty” sepertinya Moza berlari ke pelukan Livia, sementara Farand sendiri sibuk menepuk dinding di sekitarnya karena berpikir cicak yang sedang merayap adalah setan terjahat.
“Aunty, apa mami Moza sudah makan?” Moza.
“Moza bawah makan siang buat mami” Moza. Rasa bersalah terus saja menggerogoti tubuh Moza setelah peristiwa  kecelakaan kemarin. Akal logika berpikir jika saya sedang berjalan dalam gelap, tetapi pada kenyataannya gadis kecilku selalu berusaha menjadi pelita.
“Moza akan jadi tongkat terbaik mami” suara polos gadis kecil menghentikan tepukan Farand pada dinding-dinding ruang.
“Anak mami seperti orang dewasa saja” tersenyum mendengar pernyataan Moza. Seperti inilah kisahku bersama anak semata wayang bersama segala tingkah kekonyolannya. Hal lebih mengejutkan lagi adalah Farand selalu berjaga di sampingnya walaupun dikatakan kondisi mental pria tersebut masih belum pulih secara total. Entah bagaimana cara seorang Farand dapat menghafal beberapa tempat. Terkadang saya merasa jika dirinya seperti orang normal lain…


Bagian 11…


Nadav Frodine…

Pengusaha cukup disegani bersama segala kesempurnaan dalam diri. Bagaimana? terkesan sekaligus terdengar arrogant? Itulah diriku dan semua itu memang nyata ada dalam jalan hidupku pribadi. Tampan, kaya, sukses, tubuh sempurna seperti model, jenius, pewaris tunggal, seorang ceo, terkenal menjadi ciri khas pria bernama Nadav Frodine. Pihak media tidak pernah absen meliput tentang kisah perjalanan sang ceo tersukses…
“Saya tidak menyukai caramu menuturkan konsep di depan” menyerang langsung ke bagian paling menusuk pada salah satu karyawan kepercayaan.
“Maaf pak” dia menundukkan kepala seperti manusia pengemis.
“Saya tidak segan-segan bisa memecat siapapun dia…” pernyataan tegas tetapi terdengar menyeramkan.
Menjalani hidup sebagai salah satu pimpinan perusahaan raksasa membuat saya merasa bangga terhadap apa yang sedang berada di tangan sekarang. Tentu sikap arrogant seperti kebanyakan orang melekat kuat tanpa kendali. Kenapa? Nadav Frodine merupakan pria paling sempurna bahkan disegani oleh banyak tokoh-tokoh masyarakat. Pangeran tampan seperti Fazza lewat untuk masalah wajah sekaligus kekayaan.
“Bagaimana pekembangan alat yang saya inginkan?” penekanan luar biasa terhadap seseorang melalui saluran telepon. Satu lagi, saya juga mempunyai sebuah laboratorium cukup fantastis guna perkembangan teknologi terbaru selain memiliki perusahaan raksasa yang sekarang ini bergerak di beberapa bidang.
“Saya tidak mau tahu tentang apa dan mengapa. Ngerti?” nada menggertak mulai bermain. Hobi terbaik manusia arrogant sejenis Nadav adalah selalu melampiaskan emosional dalam bentuk apapun terlebih jika itu sebuah kesalahan terbesar. Kata super steril juga membungkus jalan hidup pengusaha sukses. Setitik debu pun tidak boleh terpampang pada tiap area sudut manapun. Rumahku jauh dari kata jorok dan bisa dikatakan luar biasa sterillllllllll…
Pernah suatu ketika tangan Nadav memecat hampir seluruh pelayan rumah hanya karena kotoran debu masih menempel di atas meja ruang kerja pribadiku. Salah sendiri melanggar aturan tata tertib kebersihan di rumah. Seluruh perabot rumah harus tertata rapi dalam istana megah milikku. Daddy seorang dokter sekaligus pemilik rumah sakit terbesar, tetapi saya tidak menyukai mengikuti jejaknya.  
“Saya itu mau kopi sedang-sedang bukan aneka rasa seperti ini” memarahi salah satu pelayan rumah.
“Ma…ma…ma…af tuan”
“Sekali lagi melakukan kesalahan, jangan harap mendapat kesempatan kedua” menatap tajam kembali ke arah sang pelayan.
“Inilah si’tuan pemilik istana bersama kebiasaan seram jauh mengalahkan iblis” ledekan seseorang yang tidak asing lagi…
“Jangan pernah berjalan masuk ke rumahku tanpa ada hasil terbaru dari laboratorium” menyerang langsung terhadap pria di depanku.
“Tidak segitunya juga kali” balasan nada Nevil seperti biasa.
“Dasar sepupu tidak tahu untung, seenaknya saja masuk rumah orang tanpa permisi.”
“Memang ada kesalahan gitu kalau saya masuk begitu saja?” Nevil.
“Bagaimana? Dengar yah saya sudah keluarkan uang habis-habisan hanya demi satu produk keluaran terbaru ke depan” kalimat mengancam buatnya.
“Sabar dikit kenapa ga bisa?” Nevil.
“Keluar dari rumahku sekarang juga!” mengusir sepupu bangsat semacam dirinya. Sepuluh menit setelah kepergian Nevil, tiba-tiba saja muncul sosok pria tua bangka siapa lagi kalau bukan daddy.
Kebenaran terbaik bagi seorang ceo semacam diriku adalah pertengkaran tidak akan pernah absen tiap daddy berdiri tepat di hadapanku. Saya benci menjadi seperti manusia tua bangka tanpa pernah menyadari keinginan putra semata wayangnya. Sampai detik sekarang, jalanku tidak pernah memahami tentang defenisi seorang ayah berlari kemana. Sejak kecil kelakuan tua bangka hanya marah tanpa alasan. Kakak perempuanku satu-satunya mengalami tekanan berat dan berakhir gila tanpa mengenal siapapun sebagai akibat tuntutan harus selalu menjadi nomor satu. Lebih mengerikan lagi mommy meninggal tragis karena serangan jantung mendadak setelah ka’Neva menghilang tanpa jejak. Sejak saat itu Nadav tidak akan pernah ingin menjadi seperti manusia iblis itu.
“Umurmu sekarang berapa? Suka tidak suka kau harus tetap bertunangan dengan anak sahabat daddy, ngerti?” tua bangka berjalan ke rumah ini seperti biasa hanya membicarakan kepentingan asetnya semata bukan tentang kebahagiaan sang anak. Seumur hidup saya tidak akan pernah menganggap dia sebagai ayah terhebat.
“Jangan harap saya akan menuruti kemauan tua bangka seperti dirimu” balasan sinis terhadapnya.
“Anak durhaka” tangannya seperti sudah ingin bermain tapi tertahan sesuatu…
“Ayo tampar, kalau perlu ambil pisau di dapur terus tikam biar seluruh dunia tahu Nadav mempunyai daddy paling kejam tanpa saingan” berteriak sekeras mungkin sebagai tanda kebencian.
“Nadav” gertakan keras berkumandang.
“Pergi dari rumahku sekarang!” mengusir memang jauh lebih baik. Kenapa juga memaksakan anak harus bertunangan? Kenyataan adalah jika dia seorang dokter tanpa hati nurani hanya memikirkan popularitas bersama sejumlah asset penambah pundi-pundi. Singkat cerita, sang tua bangka berjalan keluar meninggalkan istana megah Nadav Frodine. Objek tidak terpikirkan sama sekali, dia membuat satu rencana pertemuan keluarga dengan cara menjebak sehingga saya tidak bisa berlari keluar setelah kejadian malam itu.
Melihat senyum munafik iblis di depanku benar-benar memuakkan. Bagaimana bisa saya terperangkap dengan kasus semacam ini? menyamar sebagai investor bahkan menentukan pertemuan sekaligus dinner pada salah satu tempat termewah tanpa ada unsur mencurigakan sama sekali. Manusia licik ingin mengambil keuntungan sepihak. Saya tidak akan biarkan berita pertunangan memenuhi gendang pendengaran media manapun. Gadis itu jauh dari kata nominasi sebagai pasangan hidup terbaik. Mengamuk besar terhadap Nevil dan beberapa pegawai perusahaan atas peristiwa jebakan menjijikkan sedang menertawakan hidupku seketika.
“Saya itu tidak tertarik menikah ma pilihan tua bangka di sana” melemparkan beberapa benda ke arah Nevil.
“Stop, tidak pakai emosi juga kali seperti sekarang” Nevil berusaha menghindar hingga membuat pecahan beling memenuhi seluruh lantai istana megah milikku.
“Tua bangka gila berhasil menjebak, kau sadar tidak? Gara-gara perbuatanmu main terimah saja kerja sama A dan B” masih belum puas melempar apapun seluruh benda di sekitarku.
“Gadis itu cantik, apa yang salah coba?” Nevil.
“Nenek lu yang cantik, kenapa bukan kau saja yang nikah ma dia” berteriak keras.
“Dengan senang hati kalau daddymu memberi benda sempurna seperti itu” Nevil.
“Karena perbuatanmu tua bangka gila berhasil menghancurkan hidupku” rasa geram…
“Bagaimana kalau kau berpura-pura gila untuk sementara buat menghindar, tapi harus siap menjadi pemberitaan media” Nevil menyodorkan satu  cara terkacau…
“Kau saja yang gila” terus saja melemparkan benda-benda pecah belah ke hadapannya tapi berhasil di tangkis.
“Ini cara satu-satunya buat kau keluar dari jebakan terlebih tanda tangan perjanjian aneh ada di tangan daddymu kan” Nevil. Tua bangka berhasil mengambil tanda tanganku tanpa sadar pada beberapa lembar perjanjian aneh. Dengan kata lain, seluruh asset akan jatuh ke tangannya termasuk istana megah andaikan saya berusaha menolak acara pertunangan…
“Ini semua karena ulahmu” berteriak makin geram.
“Kau kan ingin mempermalukan daddymu sejadi-jadinya, sekarang waktu paling tepat yaitu berpura-pura gila bahkan seluruh media meliput pemberitaan tersebut, ngerti?” Nevil.
“Bagaimana dengan masalah perusahaan, laboratorium milikku, dan semuanya…?”
“Lupakan untuk sementara waktu. Kau masih memiliki saya juga Rae adik sepupu dari saudara daddymu” Nevil.
“Memang kau sepupu dari mana?” pertanyaan bodoh.
“Saya kan keponakan mommymu, sedang Rae keponakan daddymu, gimana sih?” Nevil. Mau tidak mau saya harus menjalani satu keadaan terkacau dalam hidup. Berperan sebagai orang gila, masuk rumah sakit, menjadi pemberitaan media, ditertawakan semua orang, dan masih banyak lagi…
Settingan paling sempurna dengan peran putra tunggal salah satu tokoh terkenal mengalami gangguan kejiwaan hingga terus saja menjadi incaran seluruh media. Tua bangka itu harus benar-benar malu luar biasa tanpa ampun bagaimanapun caranya. Rasa sakit sekian tahun menyaksikan kisah pahit akan terbayar, sedang dia sendiri tidak akan pernah bisa memamerkan wajahnya depan publik. Saya tidak perduli akan reputasi penghinaan dari berbagai kalangan, yang terpenting adalah manusia iblis mengalami penderitaan paling menyedihkan di antara segala penderitaan. Pemilik rumah sakit terbesar sedang menjadi bahan tertawaan seluruh dunia.
Terkurung dalam jeruji rumah sakit jauh lebih baik buatku pribadi. Hal mengejutkan sahabat ayah membatalkan sepihak pertunangan dengan sendirinya karena merasa dipermalukan hanya dalam hitungan singkat. Gadis itu terus saja menangis menurut informasi dari sepupu sialku. Akhir cerita dari kisahku adalah saya berjuang keras melarikan diri dari rumah sakit tempatku mendapat perawatan berulang kali. Tua bangka gila ingin membawa saya ke satu Negara asing demi menjalani proses perawatan yang lebih canggih dibanding Negara sendiri untuk proses penyembuhan.
“Saya harus bisa melarikan diri secepatnya” berkata-kata pada diri sendiri sambil mencari jalan berulang kali…
“Yes… berhasil” meloncat kegirangan seketika setelah melewati satu terowongan kecil rumah sakit. Nevil dan Rae tidak mengetahui keberadaanku sekarang. memanjangkan jenggot juga rambut menjadi alternative terbaik agar semua orang tidak mengenal identitasku. Beberapa hari hidup di jalan seperti manusia gelandangan tanpa tempat tinggal. Sekelompok orang tiba-tiba saja melakukan pengeroyokan di satu jalan gelap tanpa ampun.
“Tuhan, seperti inikah rasanya hidup di jalan dan mengalami situasi kurang menyenangkan?” entah mengapa pikiranku seketika mengingat sang pencipta hanya sekedar melemparkan sebuah pertanyaan.
Seakan Tuhan mengirim seseorang untuk membuatku lepas dari mereka. Darah segar mengalir memenuhi pakaian compang camping milikku. Wanita itu sama sekali tidak takut terhadap penampilan terburukku. Hal yang tidak pernah dilakukan daddy yaitu merawatku dengan penuh kasih sayang. Memberi makan, tidak memperdulikan gangguan kejiwaan dalam diriku, menatap lembut, membuatku mengenal kehidupan baru itulah yang sedang terjadi.
Berpura-pura gila tetap menjadi scenario terbaik buatku sekarang. menganggap segala jenis binatang manapun merupakan golongan jenis setan yang harus dimatikan dalam sekejap. “Itu setan” berteriak mengejar seekor tikus jalanan. Pertama kali mengenal seorang wanita bersama kepribadian berbeda dari semua orang di sekitarnya. Dia mengenalkanku terhadap anggota penghuni rumah tempat kaki berdiri…
Gadis kecil memanggil dia dengan sebutan mami sambil bergelut manja. Hal tak terpikirkan sama sekali yaitu peranan dirinya dalam menampung manusia-manusia gangguan mental dalam sebuah rumah tanpa rasa takut. “Hanya beberapa saja manusia waras di sekitarku sekarang” berucap sendiri jauh di dasar hati mengamat-amati pemandangan aneh.
“Nama uncle siapa?” ucapan gadis kecil…
Seketika raut wajah terlihat bingung mempertanyakan nama tanpa titik koma. Peranan manusia gila tetap berjalan seolah saya lupa akan nama sendiri. “Siapa namaku?” terlihat bodoh mempertanyakan nama sendiri. Acting terbaik seorang Nadav Frodine memang pantas mendapat penghargaan ketika berada pada situasi mengerikan seperti sekarang.
“Mau tahu namamu?” Rasa takut secepat kilat membungkus tiba-tiba menyadari seseorang mengetahui identitasku. Wanita itu membawaku pada sebuah kursi tanpa rasa kesal melihat kelakuan bahkan menganggap segala jenis hewan adalah setan belaka.
 “Siapa namaku?” pertanyaan terlontar seetika sangat takut...
“Sekarang namamu adalah…”
“Siapa?” semakin takut mendengar jawaban darinya.
“Farand” rasa lega mendengar jawaban tersebut.
Menjadi pertanyaan kenapa memberi nama seperti itu? “Berarti kau seseorang yang menyenangkan” Wanita itu memberiku sebuah nama dengan makna sedikit mengejutkan. Sejak kapan Nadav Frodine terlihat menyenangkan di hadapan orang terdekatnya? Hal terpenting sekarang adalah mereka semua tidak akan pernah menyadari identitas asliku. Wajah penuh jenggot bersama rambut gondronng berantakan untuk pertama kali menjadi pengalaman terkacau.
Ada begitu banyak kisah lucu bersama gadis kecil bernama Moza dan juga izzy anjing kecilnya. Saya baru menyadari pekerjaan wanita tersebut berperan sebagai seorang psikolog setelah beberapa hari tinggal di rumah tersebut. Seorang janda kembang lebih tepat untuk menggambarkan statusnya. Harus bermain petak umpet bersama Gadi, Nata, dan seluruh anggota komunitas manusia gila merupakan kisah terbodoh yang pernah kulakukan. Membenci kata kotor/ jorok tetapi coba lihat sekarang perjalanan hidupku. mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki semua hanya bercerita tentang manusia terjorok sedunia.
Kejadian lebih gila lagi adalah Moza si’ gadis kecil menangis bahkan menuduh saya membunuh izzy anjing kesayangannya karena menganggap semua hewan itu setan. Mana mungkin Nadav Frodine sekejam itu membunuh anjing paling cute sedunia. Jujur, saya tidak menyukai anak kecil, tapi entah mengapa berbeda cerita ketika berhadapan dengan Moza. “Kenapa juga harus berkeliling mencari izzy sampai sejauh ini” menggerutu sendiri di jalan membayangkan kelakuan terbodoh sendiri.
“Dari pada dibenci gadis kecil itu, ya sudahlah” menggaruk-garuk kepala…
Berkeliling mencari izzy yang ternyata tertidur pulas di bawah pohon tetangga tidak jauh dari rumah. Mandi keringat sampai seluruh pakaian basah semua hanya karena anjing kecil milik Moza. Membawa Izzy pulang kembali ke rumah tetapi lebih gila lagi si’ anjing berlari kembali pohon tetangga buat tidur. Tanpa sengaja menemukan kuci kulkas berisi ice cream tersimpan baik pada satu kotak tersembunyi. Terpaksa memancing izzy memakai ice cream vanilla biar terbangun dari tidur…
Wajah izzy blepotan bahkan seluruh ice cream habis ludes masuk ke perutnya hanya dalam hitungan menit. “Rakus amat lu njing” menggeleng-geleng kepala. Anak anjing semacam dia tidak sebodoh perkiraanku. Lebih gila lagi Moza ingin izzy perbaiki keturunan kalau sudah besar nanti. Btw, kalau diperhatikan wajah mommy Moza lumayan cantik juga. Kenapa perhatianku sekarang beralih ke tempat lain yah?
“Tuhan, tipekal cewek yang kusuka itu harus gadis bukannya janda” berkata-kata bodoh dalam hati. Jangan karena segala kebaikan yang diberikan terus saya berpindah haluan ke janda. Tidak akan pernah…
Jangan hanya karena dia memberi pertolongan pertama, kehangatan, kelembutan, kebaikan terus hati ceo paling perfect sedunia benteng pertahanannya hancur seketika. Bukannya membenci janda, hanya saja saya kan memang sejak dulu mengejar gadis. Lebih kacau lagi tanpa sengaja melihat pertemuan antara wanita itu dan mantan suaminya yang masih hidup. Sesuai perkiraan Moza tidak pernah tahu cerita maupun bentuk wajah ayahnya sejak lahir ke dunia paling brengsek bahkan penuh dosa malapetaka sedang menghadang satu sama lain.
Entah bagaimana bisa detakan jantung selalu bermain kesana-kemari tanpa henti ketika menatap wajahnya. “Mungkin alur cerita hidupmu masih jauh lebih buruk dibanding kisahku” ucapan sang psikolog terhadapku.
“Terkadang saya merasa kalau penderitaanku jauh melebihi siapapun, tetapi saat itu Tuhan datang menunjukkan beberapa kisah termasuk hidupmu” dia tersenyum mengungkapkan kembali sebuah pernyataan.
“Saya tidak tahu kisahmu, tapi apapun itu tentu menyakitkan” sekali lagi nada kalimat penuh kehangatan.

Bagian 12…


Nadav Frodine…

Kisahku memang terdengar menyakitkan andaikan dia tahu. Saya tidak pernah bisa memahami kehidupan penuh cinta antara seorang ayah dan anaknya sendiri. Kakak Neva harus hidup di bawah tekanan sampai akhir cerita mengalami depresi berat bahkan keberadaan dirinya sama sekali tidak meninggalkan jejak. Haruskah segala jenis akar kesedihan terus saya tutup rapat? Daddy bukan manusia melainkan iblis bertanduk tanpa perasaan. Saya tidak akan pernah tunduk terhadap manusia semacam dirinya…
Mungkin dengan jalan scenario putra semata wayangnya mengalami gangguan kejiwaan akan menghancurkan harga diri sekaligus reputasinya sebagai tokoh paling berpengaruh. Saya ingin membuat tua bangka itu malu jauh melebihi perkiraan semua orang. “Kau harus membayar tiap rasa sakit mommy, kakak, juga hidupku sendiri” menatap sebuah foto…
Berperan sebagai manusia gila memang menjadi satu petualangan paling heboh, minimal juga jalur terbaik mempermalukan si’tua bangka gila. Seorang manusia super steril harus memulai kehidupan super jorok tanpa arah. Hal lebih kacau lagi adalah Loan memandikan tubuhku hanya memakai sabun seadanya. Beruntung saja saya tidak tidur bersama kumpulan orang gila di rumah itu. Menurut cerita sih, Loan juga pernah menjadi mantan dengan diagnose penyakit sama seperti mereka tapi sudah sembuh total tanpa harus tergantung pada satu tablet obat manapun. Janda psikolog seperti wanita ini benar-benar berbeda…
“Meskipun berbeda bukan berarti pria perfect semacam Nadav harus nembak janda juga kan…” berkata-kata sendiri sambil sedikit membenturkan kepala ke dinding. Pertama kali dalam hidup belajar tertawa lepas di tengah kumpulan manusia-manusia dekil, namun menyenangkan. Mendengar suara dengkuran keras ketika tertidur, memperebutkan ice cream, bermain lumpur, tertawa mendengar doa gadis kecil bagi anjing kesayangannya harus memperbaiki keturunan kalau sudah besar, dan masih banyak lagi.
“Ka’Nadav mau lari kemana lagi?” sebuah suara tiba-tiba muncul memenuhi gendang pendengaran ketika berjalan mencari angin segar secara diam-diam alias sembunyi-sembunyi malam hari di luar sana…
“Rae” terkejut seketika melihat penampakan sepupuku. Di mana dia tahu saya berada di sini? Jangan-jangan dia menyewa detektif. Menutup mulut Rae kemudian membawanya pergi jauh dari pintu pagar rumah tempatku menghabiskan banyak objek konyol. Pada hal saya sudah sengaja memelihar jenggot, terlihat dekil, rambut berantakan masih kalau keluar rumah masih saja tercium rapi olehnya.
Ternyata sepupuku ini tanpa sengaja melihat wajah mirip saya setelah menengok temannya pada salah satu rumah masih bersebelahan dengan tempat tinggalku. Paling heboh lagi adalah temannya itu pemilik pohon besar tempat izzy berteduh kalau lagi galau. “Kakak tidak bisa lagi lari kencang” omelan Rae seakan tidak perduli keadaan di sekitar.
“Btw, bagaimana suasana perusahaan setelah kepergian sang ceo yang berperan sebagai manusia saraf?” mengalihkan perhatian.
“Mereka tertawalah masalahnya pemimpin paling kejam dikenal sebagai manusia paling steril pergi menghilang ditelan bumi” jawaban penuh penghinaan…
“Beraninya kau” rasa kesal mendengar jawaban Rae.
“Saya lagi patah hati, jadi jangan membentakku keras-keras dong!” wajah cemberut Rae lagi bermain…
“Paling patah hati dengan orang yang sama” mengejek Rae.
“Siapa bilang? Yang dulu itu Cuma khilaf dan tidak benar-benar masuk pada kategori rasa suka gimana sih” Rae.
“Apa kau tahu pacar dari cowok kemarin itu gimana?” tidak sengaja melihat raut wajahnya di medsos terlihat depresi berat. Sebenarnya sih, kalau di pikir-pikir kan harusnya Rae yang mengalami masalah emosional, depresi, sakit hati, rasa panas luar biasa, tatapan mata penuh kekosongan, kelopak mata hitam, terkadang mata bengkak seperti habis menangis, dan segala jenis teman-temannya di belakang tapi justru berbalik arah. Wanita alias pacar pilihan cowok itu seperti…
Di luar dugaan Rae tiap malam tidur nyenyak, makan tetap stabil, senyum lebar kemana-mana, santai menikmati hidup walaupun sering diganggu suka mainin kucing di jalan. “Saya serius” sekali lagi melemparkan pernyataan ke arah Rae.
“Saya tidak tertarik” jawaban Rae.
“Kenapa memang?”
“Gara-gara dia beberapa kelompok tertentu suka bersikap usil terhadap saya di medsos. Suka mainin kucinglah, kucingku membutuhkanku, menolong kucing di jalan, love dog hate cat, sampai-sampai salah satu akun terkenal dengan cerita-cerita produksi filmnya juga usil bilang binatang zodiac itu kucing, lebih kacau lagi pernah kampus terkenal dunia promosi bagaimana suasana tempat mereka tapi gambar terakhir kucing seperti ingin mengganggu terus…” perutku sakit akibat tertawa lebar mendengar curhatan seorang Rae yang malang.
“Sadar tidak? Bagaimanapun cewek itu menampakkan kemesraan bersama sang pacar tapi tetap saja raut wajahnya terbaca benar-benar mengalami tingkat emosional luar biasa, kepanasan, sengaja menjebak, ingin meledak tapi berusaha ditahan, keriput, kelopak mata hitam kurang tidur, sakit hati, makan hati, mata bengkak seperti habis nangis, dan kawan-kawannya di belakang…” mencoba menjelaskan sesuatu terhadap Rae.
“Gara-gara simbol koment kucing-kucingnya bersama sang pacar, lah sekarang saya jadi bahan keusilan habis-habisan” Rae.
“Tapi tidurmu tetap nyenyak kan? Beda ma si’cewek itu…”
“Sebenarnya pada saat itu masalahku terlalu banyak kiri-kanan sampai sulit djelaskan. Singkat cerita, seolah dia sengaja menjebak karena kemungkinan berpikir tingkat emosionalku berada pada batas sangat labil bahkan gampang menjadi bahan tertawaan sekaligus mempermalukan diri sendiri melalui objek aneh gitu” Rae.
“Memangnya kau benar-benar membenci kucing gitu yah?” nada mengejek.
“Ada beberapa hal yang harus diluruskan sekarang” Rae.
“Apa itu?”
“Saya tidak menyukai pria alias pacar sang wanita itu 100%, kalaupun kemarin bertingkah aneh berarti kata khilaf memang menggerogoti kan. Biar pun video seks mereka ada bahkan dipublikasikan, lah tidak ada masalah alias tidurku tetap nyenyak saja” Rae.
“Jawab pertanyaanku tadi tentang masalah kebencian terhadap kucing!”
“Sebenarnya sih saya tidak benar-benar membenci kucing, hanya saja permasalahan sering mendengar beberapa orang kulitnya bersisik akibat cakaran kucing dan juga satu pengajaran aneh terhadap kepercayaan tertentu seakan mengkultuskan. Hewan tersebut mempunyai Sembilan nyawa, hantunya bisa gentayangan dalam mimpi kalau dibunuh, paling suci sementara anjing itu najis alias haram…” Rae.
“Memang ada pengajaran begitu?”
“Menganggap najis siapapun yang memelihara anjing bahkan tidak mau makan/ minum ketika disodorkan atau bertamu. Andaikan terkena sentuhan anjing maka harus dicuci dengan tanah 7x biar kembali suci. Mereka selalu berdebat masalah sesuatu paling najis dan hanya menilai dari hewan peliharaan semata bukan melihat permasalahan karakter pribadi. Ini benar-benar gila sepupuku tercinta” Rae.
“Hubungannya dengan cewek itu apa coba?”
“Dia sengaja memancing memakai symbol kucing bersama objek lain dan kebetulan masalahku banyak sekali waktu itu jadi sayapun lebih memperlihatkan seakan-akan ingin mempermalukan diri sendiri…” Rae.
“What?”
“Saya ingin membuktikan dugaanku terhadapnya, jadi sengaja juga terlihat emosional, cemburu, membuat sesuatu melalui objek tertentu hanya saja kesalahan terbesar adalah tidak menyadari kalau kata itu merupakan ibu kota salah satu Negara di luar sana” Rae.
“Saya ingin minta maaf terhadap Negara tersebut dan tidak bermaksud mengejek hanya mau membuktikan satu jebakan dari wanita itu. Satu lagi, saya tidak bisa ikut campur tentang masalah salah satu Negara besar membangun benteng perbatasan untuk menghalangi orang asing masuk tanpa izin” Rae.
“Nada ucapanmu seperti menjurus ke tempat lain deh…”
“Memang” Rae.
“Salah satu pemimpin Negara sengaja membangun sebuah tembok perbatasan untuk mencegah imigran gelap masuk hingga mendapat kecaman. Seorang artis internasional menyindir pemimpin tersebut dengan sebuah lagu sebagai aksi mengecam tindakannya. Buat saya pribadi, tentu pemimpin ini sudah memikirkan sebab akibat ke depan jadi tidak berani mengambil resiko” Rae.
“Saya mengerti sekarang siapa pemimpin yang kau maksud” berkata-kata…
“Andaikan ditelusuri lebih dalam dan memang kenyataan kalau Negara raksasa ini sedang dalam proses pengamatan banyak kelompok tertentu. Kejadian pengeboman salah satu gedung terpenting beberapa tahun lalu tembus, secara otomatis sebagian besar oknum di luar sana sedang gencar mencari celah untuk membuat satu aksi di luar nalar semua orang. Perang dunia 3 bisa pecah habis-habisan andaikan hal seperti ini terjadi…” Rae.
“Berarti pemimpin itu mencurigai…” ucapanku terpotong.
“Bisa saja kelompok dari mereka menyamar atau mendapat celah melalui jalur tersebut untuk menjalankan aksi. Tidak dapat disangkal Negara yang dikatakan raksasa memang menjadi incaran beberapa area tertentu, entah karena factor politik, iri hati, pengajaran kacau, kebencian, dan objek-objek lain. Saya tidak akan ikut campur untuk kasus semacam ini terlebih nyawa banyak orang juga sedang dipertaruhkan di sini” Rae.
“Btw, kembali ke masalah cewek alias musuh bebuyutanmu” seakan ingin menyindir.
“Saya tidak merasa punya musuh bebuyutan bos. Seakan menaruh curiga terhadap cewek kacau itu seperti menceritakan sesuatu untuk tujuan tertentu sampai salah satu artis terkenal bercerai” Rae.
“Maksudmu?”
“Sebenarnya sih kesalahan juga dari saya saat itu sampai sengaja menjebak dia melalui sesuatu hal. salah satu rumah produksi perfilman besar di sebuah Negara B sengaja mengambil latar Negara C untuk proses syuting yang awalnya akan berada di Negara A benua lain pula. Seiring berjalannya waktu semua berjalan mulus tanpa berita miring, tapi tiba-tiba terdengar rencana perceraian artis peran utama pada drama tersebut. Kalau di selidiki lebih lanjut Negara B tidak pernah mengambil proses syuting di Negara tersebut karena kemungkinan alasan tempat, jarak, lokasi, bersama system lain tapi semenjak masalah ini menjadi perhatian seperti ada unsur kesengajaan” Rae.
“Hanya perasaanmu saja mungkin?”
“Penghujung tahun kemarin, cewek itu ke Negara B dan pasti ada pernyataan yang di keluarkan hingga mengundang perhatian sekaligus pertanyaan. Akhir cerita, si’suami menggugat cerai sang artis. Bisa saja masalah perceraian mereka ada hubungannya dengan ini masalah sebagai pemeran utama dalam film dengan mengambil lokasi syuting di Negara C, pada hal saya sudah diam seribu bahasa, lagian waktu itu kan Cuma mau menjebak sekaligus membuktikan sesuatu lah kenapa jadi begini ceritanya?” Rae.
“Saya tahu artis yang kau maksud, tapi kan mereka mengungkapkan alasan perceraian karena sebuah perbedaan…”
“Siapa tahu mereka sengaja menutup rapat alasan sebenarnya. Andaikan firasatku benar, saya ingin minta maaf sebesar-besarnya terhadap pasangan artis ini atas semua yang terjadi. Jujur, sama sekali tidak ada maksud apapun ingin menghancurkan kehidupan siapapun terlebih bahtera rumah tangga seseorang. Kesalahan artis itu kenapa mengganti syuting latar Negara dan bisa saja berbagai bumbu penyedap masuk berujung masalah rumah tangga terkait. Saya kan kemarin punya banyak sekali masalah berat, kalaupun melakukan kejadian aneh itu sekedar ingin membuktikan sesuatu dan hanya berfokus terhadap cewek tadi bukan menyebar kekacauan begini sampai rumah tangga orang hancur…” Rae.
“Saran saya juga, sebaiknya cewek ini menikah saja cepat sama pacarmu dari pada pihak lain menanggapi aneh atau kau kepanasan atau stress sendiri. Perasaan suka ma pacarnya 100% tidak ada sama sekali, kemarin itu hanya khilaf gimana sih…” Rae melanjutkan lagi kalimatnya.
“Kasusmu lebih rusak dibanding masalahku menjadi gila” menatap sepupuku yang paling malang menjalani hidup.
“Tadi kau bilang patah hati, ma siapa?” memancing kembali sang sepupu.
“Kepo amat” sindiran Rae.
“Btw, saya punya kenalan psikolog bisa membantu masalahmu sekarang. Ini kartu namanya, kau tinggal menghubungi saja langsung besok tanpa menunda” memberikan kartu nama milik Nitzana sang psikolog. Beginilah pertemuan kami hanya membicarakan kisahnya dengan segala tingkah kekonyolan. Tidak terkenal di depan public, tapi ketika sengaja memainkan satu objek langsung menjadi perhatian. Rae memang hebat…
Meminta Rae merahasiakan letak keberadaan saya terhadap Nevil bagaimanapun caranya. Peristiwa berikutnya adalah sepupuku kali ini memberanikan diri menemui psikolog untuk mengungkapkan keadaan psikisnya sekarang. Terdengar lucu sih kalau dipikir-pikir lagi tentang bagaimana seorang Rae menjalani sebuah jalan. Ngomong-ngomong kisah cintaku sendiri kan lebih kacau lagi dibanding sepupuku. Tuhan, jangan sampai saya benar-benar menyukai janda itu. Nadav hanya ingin menikah dengan seorang gadis bukannya janda beranak satu, walaupun Moza terlihat menggemeskan.
Berusaha membuang jauh-jauh satu perasaan special buat seorang janda dan tetap menjalani hidup untuk sementara sebagai Farand si’manusia gila. Bermain petak umpet, mencuri mangga tetangga, menghabiskan kegilaan, makan bersama, berebut ice cream bersama sekelompok manusia gila menjadi bagian dari hidupku sekarang. Kegiatan lain yang kulakukan juga adalah menemani izzy kalau lagi ngambek atau galau karena kelakuan Moza. Btw, saya baru tahu kalau anjing juga bisa galau atau ngambek.
“Kenapa kau tidak pernah bisa memberi kesempatan kembali?” tanpa sengaja mendengar percakapan antara Zana dan mantan suaminya ketika lagi menikmati udara segar.
“Kau tidak pernah merasakan bagaimana saya terus bertahan dalam penantian panjang dan apa yang terjadi selanjutnya? Hanyalah kekecewaan semata,” Seorang psikolog dengan kekuatan ternyata mengalami satu tekanan berat karena ulah sang mantan. Kenapa saya harus mendengar percakapan kurang menyenangkan seperti ini? Zana mendorong pria brengsek itu ke tanah lalu pergi tanpa menoleh lagi. sang mantan ingin mengejar, tapi dengan sengaja saya melemparkan kotoran anjing ke seluruh pakaiannya hingga akhir cerita dia berjalan pulang…
“Memang enak dikerjain seperti ini” tertawa melihat tingkah pria tersebut.
Tidak lama setelah kejadian tadi, tiba-tiba saja sebuah suara seseorang berteriak keras mengalihkan pandangan. Darah segar mengalir membasahi tubuh Zana seketika. Seluruh tubuhku kaku bahkan tidak dapat digerakkan beberapa saat menyaksikan pemandangan di depan. “Mami…” Moza berteriak dan menangis sejadi-jadinya.
“Mi buka mata” tangisan histeris Moza.
“Jangan tinggalin Moza sendiri” sekali lagi gadis kecil histeris ketakutan. Pertama kali perasaan takut luar biasa sedang menggerogoti hidupku seketika. Suara ambulans berteriak keras sepanjang perjalanan menuju rumah sakit. Entah bagaimana cara  saya berusaha berlari ke arah Moza, menelepon ambulans, dan terus berjaga di rumah sakit pada hal sebelumnya seluruh tubuh terasa kaku.
Tuhan, beri kesempatan Zana untuk kembali menjalani kehidupannya. Saya benar-benar menyukai dia. Petualanganku indah ketika melihat senyum sang psikolog tetap bermain di dunia brengsek yang penuh dengan kehidupan keras. Sesuatu terjadi setelah tanpa henti terus berdoa buatnya. “Dimana saya?” suara Zana terdengar menandakan nafas hidup kembali. Tuhan mendengar seru doa orang sombong seperti diriku.
Kebahagiaan hanya berlangsung sementara saja, setelah beberapa hari sejak siuman suara histeris berkumandang. “Kenapa semuanya gelap dok?” mengucek mata beberapa menit kemudian.
“Semuanya gelap…” mulai meraba sesuatu di sekitarnya.
 “Saya buta” sekali lagi berteriak histeris. Seorang wanita kuat menjalani hidup, namun pada akhirnya terlihat lemah setelah mengalami kebutaan akibat peristiwa kecelakaan kemarin. Sang mantan tidak menyadari apa yang sedang terjadi. Coba saja pria itu datang ke rumah sakit, tentu saya akan segera membuat perhitungan. Histeris berlarut-larut bahkan mengalami depresi berat sedang terjadi pada hidup seorang wanita kuat. Di luar dugaan, seluruh penghuni rumah melakukan berbagai cara untuk mengembalikan kehidupan Zana seperti dulu lagi. Mereka dengan gangguan mental juga mempunyai sebuah perasaan iba menyaksikan bagian terbaik dalam hidup sangat rapuh...
Saya baru menyadari sisi hidup mereka yang dikatakan mengalami gangguan kejiwaan bersama satu rasa cinta jauh tersimpan di dasar hati.  Perhatian besar dapat memulihkan seseorang dari satu lingkaran depresi. Gangguan kejiwaan dapat hancur dengan sendirinya melalui satu pengorbanan terbesar diiringi doa menjadi ciri khas rumah ini. Tidak pernah kehilangan cara untuk mengembalikan sang psikolog kembali pada kehidupan normal.
Sampai pada akhir cerita, dia benar-benar kembali tersenyum memulai kehidupan. Pekerjaan yang ingin ditinggalkan olehnya kembali digeluti walaupun tanpa seberkas cahaya di depan. Saya benar-benar menyukai dia tanpa bisa memberi sebuah alasan. Rae sepupuku berhasil menjadi salah satu penghibur terbaik bagi sang psikolog. Seorang Zana mengalami ribuan kali kegagalan ketika berjalan tanpa memakai tongkat. Dia hanya tidak ingin terlihat cacat depan orang banyak ataupun merasa perlu dikasihani.
“Dia benar-benar melebihi pikiranku sekarang” bergumam sendiri menatap di tempat tersembunyi. Berusaha menghapal setiap sudut jalan, area rumah, pasar, taman, mall, tempat Gym, klinik kerjanya sendiri tanpa bantuan tongkat sama sekali. Mata sang psikolog boleh saja tidak melihat seberkas cahaya tetapi hati bercerita lain. Satu lagi, saya selalu menggagalkan rencana mantan suaminya hingga tak pernah bisa menampakkan batang hidungnya sendiri. Meminta bantuan Rae memang terdengar menarik setiap waktu.
Menyukai Zana merupakan petualangan terbaik ketika Tuhan membuat saya berada pada suatu area tidak biasa. Selama ini duniaku hanya berkata-kata seenak yang dipikirkan, menyudutkan, berteriak, menatap sinis, kejam akan tetapi sesuatu berkata lain ketika bermain dengan sebuah lingkaran. “Kena kau” tiba-tiba saja seseorang mengunci segala pergerakan tubuhku dari belakang.
“Mau sembunyi dimana lagi bos?”
“Nevil lepas!” berusaha melepaskan diri darinya. Malam-malam seperti ini berkeliaran di jalan sepi terlebih mengintai sekacau itu. Membawaku masuk ke dalam mobil yang kemudian mengemudi seperti dikejar ribuan setan.


Bagian 13…


Nevil menganggap permainan Nadav sepupunya benar-benar keterlaluan. Melarikan diri dari rumah sakit kemudian hilang tanpa jejak. Singkat cerita Nevil mulai menaruh curiga terhadap Rae dan mulai mencari tahu letak keberadaan sepupunya kali ini. “Aneh, kan harusnya si’manusia sombong ini lebih percaya ma saya…” cetus Nevil membuntuti Rae.
“Kenapa lebih percaya ma sepupu dari daddynya” Nevil mengepalkan tangan seketika. Waktu paling tepat bagi Nevil berdiri di hadapan Nadav serta meminta penjelasan tentang maksud menyembunnyikan sesuatu selama ini. sekarang dia seperti manusia penculik tidak jauh dari sebuah tiang istrik besar berdiri tegak.
“Apa-apaan ini?” Nadav berusaha lepas setelah berada di atas mobil milik Nevil.
“Justru saya yang harus balik nanya” Nevil.
“Mulai berani ya sekarang” Nadav.
“Jelaskan semuanya atau saya hubungi your daddy posisi keberadaanmu sekarang!”
“Saya tidak mau kau buat keributan di sana, ngerti?” Nadav.
“What? Ulangi sekali lagi!” Nevil. Mau tidak mau otomatis Nadav harus menjelaskan semua kejadian sejak awal sampai dirinya berada pada sebuah lingkungan rumah yang penuh dengan sekelompok manusia aneh.
“Kau betah tinggal bersama kumpulan manusia seperti itu?” Nevil membayangkan bagaimana sepupunya bermain kotor, berebut ice cream, bermain petak umpet dan lompat tali, lari bolak-balik, mengelus seekor anak anjing yang lagi galau di bawah pohon, dan masih banyak lagi hasil pengintaian kemarin. Sulit dipercaya si’manusia steril mengalami perubahan drastis karena seorang wanita.
“Sebenarnya saya yang kurang waras atau kau memang benar-benar tidak waras?” Nevil.
“Mau gimana lagi” jawaban Nadav.
“Saya perhatikan kau terus saja mengekor diam-diam di belakang seorang wanita” Nevil.
“Dia buta tapi berusaha terlihat normal…” Nadav.
“Seperti aura-aura percintaan kalau begini ceritanya nih” Nevil tertawa keras…
“Menurut informasi kalau dia janda beranak satu”  Nevil.
“Kau benar-benar penguntit terbaik sepanjang sejarah” Nadav sedikit geram.
“Hellllooooo, perasaan sepupuku lebih suka gadis dibanding janda” Nevil.
“Suka-suka saya dong” balasan Nadav.
“Dia janda berkualitas, percuma gadis tapi rasa janda sama juga bohong” Nadav.
“Saya kan Cuma becanda. Kenapa tanggapannya serius begitu?” Nevil.
“Ngomong-ngomong, bagaimana perkembangan alat yang saya inginkan? Jangan katakan kerjamu hanya jadi penguntit orang” penekanan keras Nadav.
“Masih dalam proses” jawaban Nevil.
“Saya mau lihat sampai dimana?” Nadav.
“Kau pikir mencari desain alat pembuat gedung itu gampang?” teriak Nevil.
“Tetap saya ingin lihat” menyalakan mesin mobil menuju sebuah laboratorium besar…
Mereka berdua pada akhirnya sampai pada sebuah gedung cukup jauh dari ibu kota. Meneliti beberapa perkembangan satu alat canggih hasil imajinasi. “Saya sudah mencoba mempejari lebih detail mesin-mesin penggerak dengan kecepatan tertentu, tapi masih butuh sedikit waktu lagi. Alat ini terdiri dari layar computer untuk sebuah desain yang telah terprogram sebelumnya atau karya para arsitek yang memang sesuai persetujuan, beberapa kotak penyaluran, system penyetelan, mesin penggerak, pipa jembatan dari bahan besi ketika mesin sedang bekerja, dan beberapa bagian lainnya” Nevil.
“Kotak penyaluran dan pipa jembatan perbedaannya dimana coba?” Nadav.
“Kotak penyalur di sini terdiri dari beberapa bagian seperti semen, pasir, kawat pengikat, batang besi sesuai ukuran, batu gunung sebagai pondasi, batu bata, pipa air untuk campuran, tiang-tiang penyangga terlebih dengan desain gedung bertingkat alat ini harus diperankan luar biasa. Setelah mendapat perintah dari program layar sesuai desain yang dinginkan, maka secara otomatis mesin akan mulai bekerja untuk membuat batas pengukur sesuai tingkat perbandingan dan mencampur beberapa bahan dari kotak penyalur seperti semen dan pasir dalam satu tempat. Di lain tempat mesin pun bekerja menata batu-batu gunung pada area yang telah ditentukan bersamaan dengan proses olahan campuran semen-pasir sebagai bahan perekat/plester seperti biasa” Nadav.
“Lantas” Nadav.
“Pipa jembatan sendiri fungsinya mengirim semua bahan seperti batu-batuan dan bahan campuran menuju lokasi secara otomatis. Susunan batu akan mulai bekerja kembali sesuai jenis desain pada layar komputer setelah proses pondasi dan beberapa masalah penyegelan besi sekitar selesai dikerjakan. System kerja mesin ini lebih mempercepat proses kerja dan dapat dikatakan mempunyai kelebihan untuk beberapa desain gedung tertentu” Nevil.
“Berarti masih dalam proses?” Nadav.
“Butuh waktu mempelajari susunan perakitan system kerja mesin ini, jadi harus sabar dong.”
 “Ada satu cara mempercepat penemuanmu kali ini” Nadav.
“Caranya gimana?” Nevil.
“Kau harus berguru 100% pada para professor atau orang-orang ber-IQ tinggi dari kalangan bangsa Yahudi” jawaban Nadav membuat Nevil terbelalak seketika.
“What?” Nevil.
“Secara kalangan mereka mengerti secara detail system perakitan terbaik, jenis-jenis kualitas mesin, bisa menemukan hal baru bahkan 99% teknologi di dunia adalah hasil penemuan bangsa Yahudi. Jadi, suka tidak suka harus terima kenyataan tentang kualitas otak mereka” Nadav.
“Boleh juga tuh idemu. Btw, kau tidak ingin melihat apartemen baru milikku di tengah ibu kota?” Nevil.
“Kenapa pembicaraan beralih kesana?” Nadav.
“Ayolah” Nevil mendorong tubuh Nadav untuk meninggalkan gedung tersebut. Akhir cerita mereka berdua berada pada satu area cukup unik di tengah kota setelah perjalanan cukup lama.
“Sudah pagi ternyata” Nadav menggosok kedua bola matanya. Mereka berdua tertidur lelap tidak jauh lokasi apartement Nevil sebelum turun dari mobil.
“Hei bangun!” menepuk kepala Nevil.
“Masih ngantuk” Nevil seakan tidak memperdulikan perilaku sepupunya.
“Bangun!” sekali menepuk kepala Nevil bukan lagi memakai tangan melainkan sepatu miliknya.
“Keterlaluan” umpatan Nevil. Mereka akhirnya keluar dari mobil memasuki satu area tertentu setelah memarkir kendaraan yang cukup jauh dari tempat lokasi. Satu suguhan pemandangan tidak biasa sedang menghias jalan di depan. Suasana area sangat gersang, tandus tanpa tanaman, terdapat beberapa alat tambang zaman dulu di beberapa sudut, benar-benar semacam tanpa kehidupan sama sekali.
“Apartemen macam apaan ini” cetus Nadav melirik sinis ke arah sang sepupu.
“Inilah yang dikatakan salah satu jenis seni desain arsitek paling unik. Bagian luar sudah sengaja bahkan sepanjang jalan memainkan konsep dengan penampakan seperti ini” jawaban Nevil. Lokasi apartement tersebut dibuat membentuk pulau kecil dengan suguhan pemandangan sedikit fantastis. Terdapat mall cukup besar, restoran, rumah bermain anak, danau, akuarium, teater di tengah-tengah tanah yang begitu tandus pada akhirnya. Gedung-gedung tersebut menyerupai bongkahan batu bara, sedangkan sarana jembatan ataupun pernak-pernik hiasan dibuat mirip seperti beberapa alat-alat tambang zaman dahulu kala.
“Akhirnya kita sampai juga” teriak Nevil setelah berdiri tepat depan sebuah gedung.
“Mataku mines atau apaan ini?” Nadav sedikit terkejut.
“Bagaimana keren ga?” senyum Nevil. Gedung apartemen bertingkat membentuk sebuah gua di bagian timur tanah paling tandus. Pada malam hari lampu warna-warni mulai bermain bahkan air mancur dari beberapa arah membasahi gedung tersebut dengan sedikit keunikan desain. Tidak jauh dari lokasi terdapat gunung buatan tangan manusia dengan sebuah menara kecil dan restoran di atasnya sekitar pertengahan danau untuk menikmati pemandangan terlebih pada malam hari.
“Jauh lebih megah dibanding istanamu” ledekan Nevil lagi. Desain interior apartemen terbilang mempunyai ciri khas tersendiri. Perpaduan antara konsep tanah gersang, gua, dan dunia modern sehingga menciptakan satu seni desain. Kamar tidur dan kamar mandi sendiri didesain dengan latar pengambilan inspirasi dari kehidupan dalam sebuah gua. Permainan dunia modern dan tanah gersang dijabarkan melalui beberapa ruang lainnya. Satu titik kehidupan di tengah tanah paling tandus…
“Sang arsitek suka bermain dengan perpaduan konsep dalam desain interior” Nadav.
“Sang arsitek mengajak saya bekerja sama untuk penambahan satu jenis teknologi” Nevil.
“Apa maksud ucapanmu tadi?” Nadav mulai mencurigai sesuatu.
“Tenang saja, ini juga masih di bawah brand perusahaanmu milikmu kan” Nevil.
“Teknologi apa yang kau katakan tadi?” Nadav.
“Mesin cuci jenis terbaru. Bagian kamar mandi dengan sengaja dibuatkan jalan lorong untuk memasukkan pakaian kotor langsung menuju mesin cuci yang diletakkan sesuai keinginan hati seperti di dapur atau tempat lain. Jika tumpukan pakaian kotor sudah penuh dalam tabung, maka mesin cuci akan memutar dengan sendirinya. Pakaian akan masuk pada lemari seterika uap yang sudah di program setelah proses cucian dan pengeringan selesai selesai” Nevil.
“Lemari seterika uap?” Nadav.
“Lemari khusus yang berfungsi untuk melicinkan pakaian. Alatnya kan sama seperti seterika uap lain hanya dalam bentuk dan program berbeda. Lemari seterika ini dibuat otomatis dan langsung tersambung setelah proses cucian selesai” Nevil.
“Jadi ceritanya sepaket?” Nadav.
“Yah seperti itulah. Tapi kalau pihak pemilik apartemen lebih menyukai laudry luar maka kotak pakaian kotor dalam kamar mandi bisa langsung disambungkan pada beberapa tempat laundry di luar sana yang memang sudah bekerja sama sekaligus telah terdaftar dalam program komputer” Nevil.
“Seseorang bisa mengirim pakaian kotor sesuai jumlah yang diinginkan, maka secara otomatis akan terkirim melalui mesin otomatis ke tempat laundry, begitu maksudnya?” Nadav.
“Yah seperti itulah dan pengembalian kembali pakaian pun otomatis dari tempat laundry…” Nevil.
“Jangan-jangan kau diberikan gratis apartemen ini tanpa satu sen pembayaran?” Nadav.
“Memang” Nevil mengangguk tersenyum.
“Kau sadar tidak? Kalau sang arsitek lokasi gedung di sini dulunya bekas orang gila…” Nevil melanjutkan lagi ucapannya.
“Mana mungkin” Nadav.
“Kenyataan, dia kan juga tetangga sebelah denganku sekarang. Jangan anggap remeh atau pandang sebelah mata mantan penyakit jiwa bisa jadi esok hari dia bisa membuat sesuatu hal luar biasa…” Nevil
“Ngomong-ngomong sekelompok orang di rumah tempatku sekarang pasti sibuk nyari keberadaan saya sekarang” Nadav menatap tajam.
Pada akhir cerita, Nevil sengaja memainkan scenario untuk mengembalikan sepupunya. Dengan alasan menemukan Nadav di jalan karena terus berteriak dan tidak sengaja menabraknya hingga terjatuh bahkan harus dilarikan ke rumah sakit hingga mendapat perawatan. “Maaf membuat kalian cemas, sedangkan saya sendiri tidak mengetahui identitas pria tua sinting gila ini kemarin…” berkata-kata setelah berdiri di hadapan kumpulan anggota rumah milik Zana. Mereka semua benar-benar khawatir akan keadaan Nadav.
“Tidak sepatutnya anda berbicara seperti itu terhadap Farand” Zana sedikit kesal…
“Maaf” Nevil.
“Uncle Farand jangan keluar rumah malam-malam lagi tanpa Moza” seorang gadis kecil berlari memeluk Nadav.
“Uncle bunuh setan” Nadav kembali terlihat seperti manusia gila.
“Hebat betul aktingnya sampai tidak terlihat waras sedikitpun” suara hati Nevil menyaksikan seorang actor lagi memainkan scenario.
“Memangnya setan mana dibunuh ma uncle?” Moza
“Itu” Nadav menunjuk Nevil sebagai setan terjahat.
“Enak saja bilang saya setan” suara pelan Nevil.
“Bagaimana cara anda bisa mengetahui identitasnya dan mengembalikan dia kemari?” Loan bertanya tiba-tiba.
“Yah betul” Livia.
“Karena bertanya ke orang-orang di sekitar sana” Nevil.
“Uncle Farand jangan menghilang lagi. Apa lagi uncle harus jadi obat nyamuk buat izzy kalau kencan nanti…” ucapan Moza membuat Nevil tertawa keras.
“What? Obat nyamuk? Siapa itu izzy?” Nevil masih tertawa.
“Guk guk guk guk guk…” suara izzy siap menerkam Nevil seketika.
“Izzy berhenti!” perintah Moza.
“Obat nyamuk anak anjing yang lagi kencan” Nevil makin tertawa. Pandangan mata mencurigakan mulai menjalar, tetapi kemudian Nadav berhasil mengalihkan perhatian hingga sang sepupu bisa berjalan pulang kembali ke rumahnya.


Bagian 14…


Nitzana…

Rumah dibuat gempar karena salah satu anggota keluarga menghilang tiba-tiba tanpa jejak sedikitpun. Semua pada khawatir hingga mencari di setiap sudut. “Uncle bunuh setan di sana” Nata menunjuk arah luar pintu. Izzy berlari menggonggong mencari keberadaan Farand.
“Biasanya anjing bisa melacak keberadaan seseorang, tapi kenapa izzy tidak bisa melakukan hal yang sama?” kata-kata Livia terdengar seperti menarik izzy.
“Aunty, tiap anjing punya kelebihan dan kekurangan juga” cetus Moza.
“Kalau izzy mah kelebihannya cuma menghabiskan ice cream sebanyak-banyaknya” Livia.
“Kelebihan izzy bukan cuma itu” penekanan nada suara Moza.
“Apa lagi kelebihannya?” Livia.
“Aunty keterlaluan” Moza.
“Kenapa ribut begini sih?” menegur mereka hingga terjadi keheningan.
“Izzy harus bisa buktikan kelebihan terbaikmu biar aunty malu” Moza memecah keheninggan.
“Bantu Moza cari uncle Farand sampai ketemu” Moza segera berjalan keluar bersama anjing kecilnya. Kami berbagi beberapa tempat setidaknya bisa saling membantu satu sama lain bahkan bertanya ke semua orang. Saya berusaha berjalan seperti manusia normal dan seakan dapat melihat tanpa mereka semua menyadari tentang kegelapan yang sedang menyelimuti sekarang.
“…pria tinggi, berjenggot, rambut berantakan?” bertanya pada tiap orang yang lewat hanya dengan mengandalkan gendang pendengaran.
“Tidak sama sekali” jawaban sama tiap kali bertanya.
“Mamiku seperti tidak buta”ucapan gadis kecil .
“Sejak kapan Moza di belakang mami?” berbalik ke arah suara tersebut.
“Sejak tadi” Moza.
“Ka’Loan mana?”
“Berjalan kesana, Moza melihat mami, jadi singkat cerita mengekor terus di belakang ma izzy” Moza.
“Ayo kita cari uncle sama-sama” gadis kecil menarik tanganku. Tidak ada hasil sama sekali sampai akhirnya Livia memutuskan untuk membuat laporan orang hilang di kantor polisi. Seperti ada yang hilang tanpa kehadiran Farand di rumah ini. Seseorang mengetuk pintu depan setelah kami semua lelah mencari seharian. Ekor izzy bergoyang seperti mengenali siapa yang ada di depan teras sekarang.
“Uncle Farand pulang” teriak Moza memeluk izzy.
“Moza tahu dari mana?” Livia.
“Kelebihan izzy bisa kenal siapa yang lagi berdiri di luar sana” Moza.
“Menyindir” Livia. Sesuai perkataan Moza kalau orang yang berdiri di luar sana adalah Farand ternyata memang benar. Kami semua lebih dikejutkan bagaimana seseorang membawa dirinya dengan selamat ke rumah ini. menurut pengakuan pria tersebut jika Farand mengalami kecelakan hingga mendapat perawatan di rumah sakit.
“Minimal tidak terjadi sesuatu apapun terhadap Farand” berucap terhadap pria itu.
“Syukurlah paman bisa ditemukan lagi” Loan bernapas lega. Pria tersebut akhirnya memohon pamit, tetapi kami semua lupa bertanya siapa nama dia setelah meninggalkan rumah. Suasana ramai kembali hadir lagi dikarenakan salah satu penghuni rumah sudah ditemukan.
Saya ingin memulai hidup dengan lembaran baru dan tetap berjalan sama seperti manusia normal lainnya. Klien tidak pernah menyadari jika psikolog di hadapannya ternyata hanyalah manusia cacat. Mengantar mereka menuju pintu luar atau melakukan beberapa kegiatan tanpa bantuan tongkat untuk berjalan. Bukan karena ingin membodohi orang banyak melainkan bidang saya memang berada di tempat seperti ini yaitu menjadi pendengar setia sekaligus sahabat.
“Zana akhirnya saya menemukanmu kembali” suara seseorang sedang bergema sekitar gendang pendengaranku sekarang.
“Fadi” setelah lama tidak terdengar kabarnya tiba-tiba kami dipertemukan lagi.
“Terima kasih buat semua yang kau lakukan terhadap Zahlee” Fadia.
“Bagaimana kabar Zahlee sekarang? apa bayinya sudah lahir?”
“Bayi Zahlee sangat cantik” Fadia. Zahlee sedang melanjutkan pendidikannya sambil menjadi seorang ibu bagi sang buah hati. Memulai lembaran baru tanpa melihat betapa kelamnya masa lalu memang sangat sulit, tetapi seiring berjalannya waktu satu seni sedang berirama mengajar tentang petualangan.
“Kemarin saya harus berada di luar negeri karena urusan pekerjaan jadi tidak sempat memberi kabar” Fadia.
“Memangnya saya menanyakan kenapa kontakmu tiba-tiba putus?”
“Siapa tahu saja kau merindukan diriku lagi” Fadia. Pertemuan kami berdua kembali terjadi di tempat Gym seperti biasa. Hal lain yang sama sekali belum diketahui olehnya tentang kisahku sekarang adalah masalah penglihatan. Berjalan, melakukan aktifitas, bekerja, menatap seolah kedua bola mataku tidak pernah mengalami kegelapan sama sekali. Fadia tidak menyadari kalau sekarang saya sedang berada pada alur cerita manusia cacat. Secara logika mustahil semua ini bisa mengelabui orang-orang di sekitar, tetapi saya berhasil berjalan sama seperti manusia normal lainnya.
Sampai detik sekarang bisa dikatakan saya masih rajin memeriksa kondisi kedua mata untuk mengetahui apakah masih ada harapan untuk melihat kembali. Suara hatiku juga masih berteriak keras untuk menatap seberkas cahaya. “Kedua bola matamu masih bisa tertangani oleh seorang dokter terkenal” dokter Adney seolah memberikan saya setitik harapan.
“Sepertinya saya sudah terbiasa dengan kehidupan sekarang, dok” membohongi diri sendiri.
“Kasus seperti matamu memang paling sulit ditangani, tapi di tangannya saya yakin penglihatanmu bisa kembali” Dokter Adney.
“Jangan memberi saya satu harapan palsu kalau memang seumur hidup jalanku hanya bercerita untuk tetap berjalan dalam gelap.”
“Zana jangan patah semangat seperti ini” Dokter Adney.
“Ngomong-ongomong siapa nama dokter itu?” bertanya langsung pada inti.
“Dia memang dokter paling sulit dihubungi sih karena beliau salah satu tokoh paling berpengaruh…” jawaban seperti ini kenapa jadi lari? Nyambungnya dimana?
“Doker Adney yang saya tanyakan nama bukan jawaban seperti ini.”
“Dokter Frodine seorang pemilik rumah sakit terbesar di seluruh wilayah termasuk rumah sakit disini” jawaban dokter Adney tanpa basa basi. Sepertinya saya pernah mendengar nama Frodine, namun entahlah…
“Jangan-jangan ayah dari ceo yang sekarang lagi mengalami gangguan kejiwaan berat sampai-sampai tidak pernah absen dari pemberitaan media” Livia tiba-tiba saja masuk ke tengah pembicaraan kami.
“Sejak kapan kau menjadi pendengar setia di depan pintu sana?” bertanya ke arah suara Livia.
“Setengah jam lalu. Kau selalu berjalan seorang diri seakan tidak memerlukan bantuan siapapun, sedang kami semua selalu dibuat ketakutan” Livia.
“Moza mana?”
“Moza di sini buat jadi tongkat mami” suara Moza tiba-tiba berlari memelukku erat.
“Betul ucapanku kan dokter?” Livia.
“Jangan sekali-kali menyebut nama anaknya di hadapan beliau seandainya kalian berhasil bertatap muka karena bisa berakibat fatal” dokter Adney.
“Kok bisa yah manusia sempurna semacam anaknya menjadi gila seperti itu?” Livia.
“Kabar terbaru, anaknya tiba-tiba saja menghilang sampai sekarang belum ditemukan hanya belum tercium oleh pihak media” suara dokter Adney sangat pelan.
“Saya tidak tertarik membahas masalah pribadi orang lain, jadi permisi dok” menggendong Moza kemudian berlalu dari hadapan mereka. Dasar Livia mulut sepuluh ribu bibir masih saja gila urusan. Singkat cerita mereka berdua mengejar di belakang hanya untuk memastikan persetujuan pertemuan dengan sang dokter.
“Saya tidak tertarik sama sekali dok” jawaban penuh kebohongan. Saya takut berharap pada sesuatu yang tidak jelas, walaupun suara hatiku terus saja berteriak ingin melihat seberkas cahaya.
“Ini kesempatanmu buat bisa melihat lagi” Livia.
“Saya dan Livia akan berusaha menghubungi sang dokter, asal kau jangan berhenti berharap atau patah semangat” dokter Adney.
“Moza juga izzy selalu merindukan mami bisa melihat seperti dulu” tangan mungil Moza membelai anak rambutku.
“Lakukan demi Moza” Livia.
“Terserah kalian” menjawab cuek seakan tidak pernah peduli.
Berjalan dalam gelap memang menyakitkan, tapi saya tidak ingin mengalami merasakan sakit lebih dalam. Selama ini kaki sudah terbiasa berjalan tanpa melihat sesuatupun bahkan belajar terlihat kuat dari luar. Jangan berikan saya sesuatu yang tidak pasti kalau memang semua itu hanya angin lalu. Belajar hidup seperti manusia normal lainnya walaupun kenyataan berkata sebaliknya.
“Setan di sana” Farand mengejutkan saya dengan tepukan tangannya.
“Mungkin masalahmu masih jauh lebih berat dibanding petualangan hidupku” berkata-kata terhadap Farand hingga membuatnya berhenti menyebut kalimat yang sama.
“Saya sudah katakan orang yang anda cari tidak tinggal di sini” Livia terdengar bertengkar dengan seseorang.  Suara kegaduhan di depan rumah terdengar jelas. Seperti sekelompok orang masuk paksa ke rumah bahkan membuat keributan sekaligus kekacauan di segala ruangan.
“Nadav, keluar sekarang juga!” salah satu dari mereka berteriak keras.
“Daddy tidak bisa lagi kau tipu dengan penyakitmu itu” makin berteriak…
“Siapa itu Nadav?” bertanya sendiri.
“Bapak sudah gila yah” rasa geram Loan pertama kalinya terhadap seseorang. Mereka berjalan menaiki anak tangga hingga berada pada lantai dua rumah ini. Berusaha berdiri mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun tiba-tiba tangan Farand menghalangi jalanku seketika.
“Mau menipu daddy dengan cara apa lagi?” ucapan orang yang sama setelah berhasil berada di hadapan kami. Pria itu bertanya terhadap siapa? Apa maksud ucapannya? Seperti ada sesuatu masalah yang bahkan saya sendiri tidak menyadari. Jangan-jangan maksud mereka adalah…
“Maaf kalau boleh tahu, bapak bicara terhadap siapa?” berusaha untuk tetap tenang.
“Pria gila di samping kakak itu maksudnya” Rae ada bersama dengan mereka membuat keributan.
“Rae harus jelaskan maksud pernyataanmu tadi!”
“Maaf ka’Zana semua ini kesalahan saya juga sepupu pria gila di sampingmu” Rae.
“Maksudmu Farand?” Livia hampir tidak percaya…
“Saya sudah berusaha menutup rapat sedalam mungkin bahkan kalau bisa sampai di dasar laut, tapi tetap saja mata-mata paman dimana-mana” seperti saya pernah mendengar jenis suara ini.
“Kau kan yang waktu itu mengantar Farand ke rumah” Loan.
“Kau sih terlalu ceroboh” Rae menyalahkan pria tadi.
“Kemarin daddy bisa dipermainkan, tapi tidak untuk sekarang” ucapan pria yang sejak tadi terus saja meluapkan amarahnya.
“Iblis jahanam selalu menghancurkan semua orang di sekitarnya” tiba-tiba saja Farand berucap seperti manusia normal bahkan menyadari pasti siapa mereka.
“Bawah dia pulang kalau perlu seret paksa!” perintah sang pria tua tersebut.
“Kau hanya iblis bukan daddy buatku” Farand berusaha lepas.
Hal yang terjadi selanjutnya adalah mereka berhasil membawa Farand keluar meninggalkan tempat ini bagaimanapun beberapa anggota rumah berusaha menghalangi. Gonggongan izzy tiba-tiba saja menghentikan langkah sang pria tua tadi. “Kakek masih ingat Moza?” di tengah-tengah genting menakutkan seperti ini gadis kecil berkata-kata seolah mereka saling kenal.
“Izzy sekarang sudah besar” Moza. Bagaimana bisa si’pembuat keributan ternyata seseorang yang menghadiahkan gadis kecil seekor bayi anjing di hari ulang tahunnya. Ingatan Moza benar-benar tajam untuk permasalahan seperti ini. Dia juga si’pemberi boneka bear yang setiap malam terus berada dalam pelukan Moza, tapi berbohong jika itu pemberian Farand. Pria tersebut hanya terdiam kemudian berlalu begitu saja tanpa jawaban…
Rae berusaha menjelaskan semua permasalahan yang sedang terjadi sejak awal hingga terjadi keributan besar seperti sekarang. Nevil sang sepupu lainnya juga ikut menjabarkan bagaimana perselisihan antara ayah dan anak sudah berlangsung lama. Mereka berdua pun tidak dapat berbuat apa-apa. Farand maksudku Nadav sengaja ingin mempermalukan ayahnya sendiri sekaligus ingin membatalkan pertunangannya dengan jalan berpura-pura mengalami depresi hingga penyakit kejiwaan tingkat parah. Saya benar-benar tertipu oleh acting pria tersebut. Masalah lain lagi adalah ayahnya merupakan dokter spesialis terbaik yang dimaksud oleh dokter Adney.


Bagian 15…

Nadav Frodine…

Manusia monster pada akhirnya menyadari settingan permainanku. Saya benar-benar membenci dia sebagai ayahku. Membawa sekumpulan anak buahnya secara mengejutkan dan membuat keributan besar tempat saya berada. Monster bengis berhasil mengumpulkan informasi setelah menyebar semua orang-orangnya di setiap sudut Negara ini. orang bawahannya memang merupakan FBI terbaik yang pernah ada. Apa yang terjadi setelah Zana dan semua anggota rumah mengetahui identitasku sebenarnya? Saya tidak ingin siapapun dari mereka membenciku.
“Kau monster” mendobrak pintu kamar setelah sang monster berhasil membuat saya terkurung di rumahnya.
“Kalau saya monster berarti kau anak monster paling durhaka” balasan sang monster dari luar.
“Kenapa begitu jahat terhadap anak sendiri?”
“Manusia jahat itu sebenarnya siapa? Saya sebagai monster atau kau sebagai anak monster?” Manusia monster.
“Buka” terus-menerus mendobrak pintu kamar. Manusia monster menyadari betul apa yang akan kulakukan sehingga melakukan pergantian bahan pintu dari kayu menjadi besi baja. Otak paling cerdik yaitu mengurung anak sendiri dalam rumahnya. Berhari-hari dia terus mengurung bahkan melarang siapapun masuk ke rumah sekalipun itu kedua sepupuku. Hanya memperbolehkan pelayan membawa makanan ke kamar, sedang hal lain tidak diperkenankan.
“Kenapa si’monster tidak mengurus saja semua rumah sakit miliknya?” sangat kesal melihat kelakuan bejatnya.
Saya harus keluar dari rumah ini bagaimanapun caranya. Bagaimana andaikan Zana benar-benar membenciku. Satu lagi, siapa yang akan menghalangi mantan suaminya itu berjalan ke hadapannya? Saya menyukai Zana dan ini tidak boleh terjadi. Berusaha setenang mungkin merupakan hal yang perlu kulakukan sekarang. berpura-pura tidur saat seorang pelayan mengantar makanan memang sering kulakukan. “Hei bangun” seperti suara Rae.
Dia spontan membekap mulutku rapat-rapat untuk menghentikan reaksiku seketika. “Sepupu gila” ujarku terkejut. Rae berusaha menyamar sebagai pelayan pengantar makanan ke kamar dengan seragam memakai seragam seperti yang lain. Dia menjelaskan betapa sulitnya berada di rumah ini dan benar-benar perjuangan besar. Salah satu asisten kepercayaan manusia monster membantu Rae setelah sekian lama mencari cara menembus rumah. Sengaja meminta penambahan pelayan buat bersih-bersih karena merasa kewalahan dengan luas rumah yang begitu besar.
“Keluarkan saya dari sini bagaimanapun caranya?” emosionalku ingin meledak.
“Saya, Nevil, ibu Hana lagi berpikir keras sekarang” Rae.
“Mana mungkin si’pelayan emas monster mau membantu…”
“Justru kau salah menilai ibu Hana. Siapa coba mati-matian mencari jalan saya bisa berada di depanmu sekarang?” Rae.
Ibu Hana merupakan tangan kanan daddy sekaligus terkenal dengan sebutan wajah sekaligus karakter paling menyeramkan. Saya hampir tidak percaya dengan semua yang dilakukan olehnya. “Kau harus tenang” Rae kembali berkata-kata.
“Apa Zana membenciku atau sangat benci?”
“Kau ingin keluar karena dia?” Rae.
“Bukan karena itu juga” berusaha menyembunyikan semuanya.
“Kami sudah menjelaskan semua perkaramu, tapi sepertinya ka’Zana butuh waktu” Rae.
“Bantu saya keluar dari rumah sialan ini” memohon terhadap Rae.
“Pertemukan saya dengan Zana sekali saja” sekali lagi memohon.
“Kau sudah dengar berita?” Rae.
“Tentang?”
“Satu-satunya dokter yang bisa menangani kasus seperti ka’Zana hanya daddymu, jadi jangan membuatnya semakin sulit” Rae. Mata Zana bisa melihat lagi asalkan melalui tangan seorang ahli bedah terbaik yang memang mengerti jelas penanganannya. Kenapa harus daddy?
Berpikir keadaan di luar sana dalam kamar memang menyakitkan. Sekarang Moza lagi berbuat apa? Izzy pasti berada di bawah pohon besar milik tetangga kalau galau atau ngambek ma gadis kecil. Semua anggota rumah apa merindukan saya? Permainan petak umpet, kejar-kejaran, kuda-kudaan, dan segala hal lucu masih terus saja terngiang. Andaikan saya bisa berada di rumah itu, Tuhan.
“Gunakan seragam ini besok, kebetulan ayahmu berada di luar seharian jadi kau bisa menyamar sebagai pelayan untuk mengelabui semua orang di sini” tidak pernah menyangka ibu Hana mau berkorban besar sekaligus bertarung nyawa buatku. Tidak perduli ledakan emosional daddy andaikan ketahuan…
“Kenapa mau menolong saya?” menghalangi jalannya.
“Saya hanya mengikuti keinginan ibumu sebelum meninggal” ibu Hana.
“Mommy”
Ibu Hana berjalan keluar meninggalkan kamar membuatku kembali berada dalam kurungan seorang diri. Bertahun-tahun saya membenci tangan kanan daddy di rumah ini, tetapi sama sekali tidak pernah berpikir bagaimana dia terus berjaga di belakangku. Tiba-tiba saja daddy berjalan masuk untuk pertama kalinya kami berdua bertatap muka setelah kejadian malam itu. “Jadi alasanmu membatalkan pertunangan kemarin karena mengejar wanita bodoh di luar sana?” daddy berkata-kata di luar dugaan.
“Wanita siapa maksud daddy?”
“Siapa lagi kalau bukan psikolog buta yang lagi mengemis masalah operasi matanya” daddy. Tidak mungkin juga Zana menjadi pengemis di hadapan manusia monster. Wanita yang kusuka mempunyai harga diri untuk hal semacam ini.
“Saya bertemu dengannya setelah kabur dari rumah sakit, jadi Zana tidak ada hubungan sama sekali masalah pembatalan pertunangan.”
“Dia janda beranak satu, tidak sederajat, berada jauh di bawah level keluarga Frodine” penekanan daddy memang terdengar mengerikan.
“Saya menyukai dia apapun statusnya” menjawab pertanyaan daddy. Seorang Zana membuat saya belajar untuk satu start terbaik di tengah pahitnya petualangan hidup. Sampai sekarang nama wanita pilihan daddy kemarin tidak saya ingat. Kebencianku terhadap daddy merupakan satu-satunya alasan ingin mempermalukan namanya depan public selain pembatalan pertunangan. Tidak ingin bernasib sama seperti kakak akhirnya saya lebih memilih menjadi pembangkang.
Singkat cerita, manusia monster meninggalkan kamar dengan penuh rasa geram. Saya harus berhasil meninggalkan rumah neraka bagaimanapun caranya. Keesokan harinya ibu Hana bersama Rae membantu saya agar bisa keluar dari rumah milik sang monster. Memakai sebuah seragam sampai menyamar menjadi seorang pelayan hanya untuk mengelabui anak buah daddy. Kamera cctv bersama para bodyguard bertubuh besar terus saja berjaga di tiap sudut. Beralasan berbelanja ke pasar untuk bahan keperluan dapur merupakan satu-satunya jalan. Tidak semudah yang dibayangkan, kenapa? Selalu ada pertanyaan interogasi bahkan menatap dari ujung rambut hingga ujung kaki di setiap ruang dan jalan yang harus kami lalui.
“Saya benci memakai make-up tebal seperti ini” berkata-kata setelah berhasil keluar dari rumah tahanan sang monster.
“Pelankan suaramu! Jangan sampai salah satu dari mereka sedang mengekor karena mencium bau-bau mencurigakan” Rae. Satu-satunya keinginanku sekarang adalah berada di hadapan Zana untuk memberi penjelasan. Meminta Rae berpindah tempat dan membiarkan saya mengemudikan kendaraan miliknya. Merdeka seperti inilah perasaanku sekarang setelah mendekam dalam rumah beberapa minggu lamanya.
“Lihat di sana sepertinya wajah ka’Zana” tangan Rae menunjuk seberang jalan setelah kami melewati beberapa jalan. Mencoba membuka kaca untuk melihat lebih jelas. Dia benar Zana bersama mantan suaminya. Ini tidak boleh dibiarkan… Memutar mobil hingga akhirnya saya berhasil memarkir pada pinggir jalan raya.
“Lepaskan” Zana berusaha lepas.
“Kenapa kau tidak pernah bisa memberi saya kesempatan sekali saja?” teriak mantannya.
“Kalau dia tidak mau kenapa dipaksa?” berlari ke tengah-tengah mereka.
“Kau siapa?” sang mantan suami.
“Farand” Zana sangat kaget…
“Saya calon suami Zana” menjawab spontan.
“Kau kan hanya mantan suami Zana, jadi tidak berhak lagi dong mengusik hidupnya” ujarku kembali.
“Sejak kapan saya punya mantan suami?” pertanyaan Zana membuat mata saya terbelalak seketika. Hal lebih mengejutkan lagi adalah tiba-tiba saja Moza berlari ke tengah-tengah kami sampai memerintahkan izzy menggigit pria tersebut.
“Izzy gigit uncle jelek ini biar rabies” teriak Moza.
“Mami tidak apa-apa?” Moza memeluk Zana.
“Kau selingkuh di belakang sampai mempunyai anak reseh di luar nikah macam dia” sang mantan makin histeris.
“Izzy, ayo gigit orang jahat itu cepat!” perintah Moza. Akhir cerita adalah pria tersebut lari terbirit-birit meninggalkan kami.
“Moza rindu uncle” tiba-tiba saja gadis kecil berlari memelukku. Menjadi pertanyaan Moza anak siapa? Apa Zana pernah hamil di luar nikah? Tadi dia menyatakan tidak pernah menikah sama sekali, lantas kenapa memiliki seorang anak? Mencari tempat aman saling melepas rindu merupakan hal paling menyenangkan buatku dibanding membuat ribuan pertanyaan lagi tentang status pernikahan atau semacamnya.
Meminta maaf terhadap Zana karena berbohong selama ini. Saya hanya ingin menjauh dari daddy sampai acting terlalu jauh. “Dari mana kau dapat berita saya janda beranak satu sampai ayahmu mengamuk besar?” Zana.
“Jadi daddy benar-benar bertemu denganmu?”
“Dia datang mengancam ke klinik tapi tidak lama” Zana. Bagaimanapun manusia monster benar-benar menghalangi apa yang kusukai. Setidaknya, Zana belum pernah menikah itu cukup buatku.
“Kalau belum nikah lantas Moza anak siapa?” pertanyaan keceplosan, untung saja gadis kecil tertidur lelap, sedang Rae berjalan keluar mencari makanan. Untuk berjaga-jaga kami berada jauh dari ibu kota.
“Kau pikir saya cewek dengan masa lalu nakal sampai melahirkan Moza di luar nikah?” rasa geram Zana merasa tersinggung.
“Bukan maksudku seperti itu juga.”
“Ibu Moza diperkosa di tengah kondisi kejiwaannya sangat memprihatinkan. Saya juga menemukan dirinya sekitar pedesaan di sini dalam keadaan hamil. Mengambil sekaligus merawat dia sama seperti yang lain. Ketika melahirkan gadis kecil terjadi pendarahan hebat sampai akhirnya meninggal” Zana. Menganggap Moza sebagai anak kandung sendiri dan membesarkan dengan penuh kasih sayang menjadi tanggung jawab Zana. Sampai detik sekarang berusaha mencari tahu ayah biologis Moza, namun sama sekali tidak membuahkan hasil. Ada banyak orang di luar sana sengaja mengambil kesempatan ketika seseorang mengalami permasalahan kejiwaan alias gila. Gadis kecil lahir penuh perjuangan bahkan hampir bernasib sama seperti sang ibu yaitu berada jauh dari alam manusia.
“Moza lahir primatur dengan berat hanya 1.600 gram hingga harus menjalani perawatan di rumah sakit selama beberapa waktu. Saya pikir sudah tidak ada harapan, tetapi gadis kecil begitu kuat jauh melebihi pikiranku untuk terus bertahan hidup” Zana kembali menjabarkan sesuatu yang tidak kuketahui.
“Sekarang dia tumbuh jadi gadis kecil paling ceria” tidak pernah membayangkan sesuatu dibalik kisah gadis kecil. Zana memperlihatkan beberapa foto masih tersimpan dalam memory handphone android miliknya. Foto-foto sewaktu ibu Moza masih hidup…
“Ini tidak mungkin” berkata-kata dalam hati melihat beberapa gambar.
“Ada apa denganmu?” Zana merasa terjadi sesuatu…
“Tidak ada apa-apa” ucapku berbohong.
“Sampai kapan kau membenci ayahmu?” Zana tiba-tiba saja berpindah dialog. Kenapa juga harus menyindir tua bangka mengerikan seperti tidak ada dialog lain saja. Sampai kapanpun saya akan tetap membenci tiap perlakuan buruknya terhadap keluarga sendiri.
 “Beri kesempatan dirimu berdamai dengan hatimu sendiri walaupun dikatakan terlalu sulit. Mungkin hatimu jauh lebih terluka dibanding kisah hidupku atau dunia Moza, tapi kau harus belajar keluar…” Zana.
“Saya harus memaafkan tua bangka begitu maksudnya?” nada kesal.
“Tidak ada ayah sempurna di dunia. Kau hanya perlu mencoba tersenyum di hadapan ayahmu” Zana.
Ucapan cukup tersenyum membuatku ingin tertawa lebar. Zana hanya belum menyadari bagaimana tekanan demi tekanan menghancurkan kehidupan kakakku akibat ulah sang ayah. Siapa pernah menduga, ka’Neva mengalami kisah paling rumit sampai akhirnya melahirkan bayi hasil pemerkosaan. Yah, foto ibu Moza jelas-jelas memperlihatkan wajah kakakku. Apa tua bangka pernah menyadari penderitaan putri kandungnya di luar sana? Zana belum menyadari identitas asli foto dalam memory handphone miliknya.
Ka’Neva terlalu banyak menderita sampai berakhir tragis. Dalam kondisi kejiwaannya pun mendapat perlakuan kejam oleh orang di luar sana sampai melahirkan seorang bayi. Daddy memang sangat kejam menuntut anaknya menjadi apa yang diingini hatinya. Saya tidak pernah melihat raut wajah penyesalan pada orang tua macam dirinya. Pasti si’tua bangka lagi mengerahkan para anak buahnya di segala penjuru bumi.


Bagian 17…


Nitzana…

Siapa yang menduga ayah sang ceo terkenal tiba-tiba saja kembali membuat keributan. Klinik tempat saya bekerja terdengar seperti perang dunia 3 akibat perbuatan beliau. Sang anak berpura-pura gila sampai berujung perang nuklir antara satu dengan lainnya. “Kau hanya janda beranak satu, jangan berani-berani menggoda anak saya” kalimat penghinaan. Tunggu-tunggu, sejak kapan saya menjadi janda? Lantas kalau janda memang harus diejek seenak jidat? Janda juga manusia bukan barang rongsokan…
“Jangan harap saya mau menyetujui pembedahan matamu” sekali lagi berteriak.
“Berarti dokter Adney sudah berdiri di hadapan anda begitu maksudnya?”
“Saya bukan dokter bodoh bisa masuk perangkap janda kritis sepertimu” ucapan menusuk tuan Frodine.
“Irama seni hidupku masih berputar dan sama sekali tidak terhenti walaupun kaki harus terus berjalan tanpa sebuah penglihatan. Ngerti?” dunia masih terus menyatakan satu kisah buatku, lantas kenapa harus takut? Buta atau cacat secara fisik jauh lebih baik dibanding cacat hati seperti dirinya.
“Kau hanya orang rendahan” tuan Frodine.
“Salah seorang musisi legendaris Jhon Lennon menjalani kisah cukup pahit seperti anak anda. Menjadi pembenci karena karakter sang ayah terlalu menyedihkan bahkan tidak pernah memberi memory terbaik bagi anaknya.” berucap menyamakan jalan hidup antara Farand dan seorang musisi legendaris.
“Memang kau tahu apa tentang hidup Nadav” membalas sinis.
“Jhon Lennon menciptakan sebuah lagu berisi rasa kecewa, kemarahan luar biasa, ribuan pertanyaan terhadap sang ayah. Ciptaan lagunya memang berjudul Mother, tapi semua itu ditujukan pada seorang pria tua tanpa rasa belas kasih sedikitpun. Kehidupannya selalu mengalami goncangan demi goncangan walaupun dikatakan dia memiliki karir cemerlang sama seperti anak anda.”
“Kau hanya psikolog rendahan” tuan Frodine.
“Singkat cerita adalah sang musisi membuat skandal menghina Tuhan, namun jauh dibalik itu diam-diam dia membuat sebuah pernyataan terhadap seorang pendeta. Andaikan saya merasakan kasih sayang ayahku, tentu hidupku tidak akan melakukan hal seperti kemarin, begitulah pernyataannya” terus berkata-kata tanpa henti di hadapannya.
“Musisi legendaris diakhir cerita meninggal karena perbuatannya sendiri. Perselisihan antara dia dan anaknya pun selalu menjadi sorotan public selama hidupnya” masih terus berucap. Sang musisi mempunyai nasib sama seperti anaknya, haus kasih sayang seorang ayah. Minimal, Farand maksudku Nadav tidak sedang membuat sebuah pernyataan menghina Tuhan. Rasa kecewa benar-benar akan menghancurkan jalan hidup para anak di setiap sudut persimpangan. Tidak dapat disangkal terdapat beberapa tokoh-tokoh dunia di luar sana melakukan tindak kejahatan bahkan membunuh nyawa hingga tidak terhitung lagi jumlahnya hanya karena permasalahan hilangnya figure seorang ayah di masa kecil.
“Pergilah! Hidup saya baik-baik saja walaupun bola mataku dinyatakan buta seumur hidup!” pernyataan mengusir.
Tuan Frodine berjalan keluar meninggalkan klinik di akhir cerita. “Kau tidak apa-apakan?” Livia sangat khawatir atas kejadian yang sudah terjadi. Beruntung saja Livia sedang tidak berada di tempat tadi, bisa-bisa makin kacau…
Kekacauan baru kembali terjadi ketika perjalanan pulang ke rumah. Pertemuan tidak terduga terjadi antara saya dan Hagan terulang. Masalah satu belum selesai tetapi harus berhadapan pada masalah lain lagi. Dia belum menyadari keadaan mata saya dalam kondisi buta alias cacat. “Zana, apa susahnya memberi saya kesempatan untuk memperbaiki” Hagan seperti biasa berceloteh seakan semua bisa kembali menjadi baik. Saya tidak membenci dirinya, hanya saja pintu itu tertutup rapat untuk masalah menjalin hubungan.
Belasan tahun bukan penantian singkat. Saya juga merasa tidak pernah berpacaran dengannya kalau di pikir-pikir lagi sih. Menjalani hubungan seperti manusia normal lainnya sama sekali tidak pernah. Mungkin kemarin kata naïf memang lebih berperan, jadi sulit mencerna. “Kau berada dimana waktu saya menangis, difitnah, diejek, dan semua hal buruk terjadi? Lupakan semuanya. Kau dan saya sekalipun tidak pernah kencan seperti orang lain kan? jadi tidak perlu merasa bersalah” berkata-kata di hadapan seorang Hagan.
Dia tetap bertahan dengan cerita membuat keributan di tengah jalan. Tiba-tiba saja seorang pria hadir di tengah kami di luar dugaan bahkan sangat mengejutkan. Bagaimana bisa Farand lepas dari kurungan ayahnya setelah berminggu-minggu? Sama seperti ayahnya berpikir kalau saya ini seorang janda dan Hagan adalah mantan suamiku. Sejak kapan saya menikah dengan pria itu? Lebih kacau lagi mengelabui Hagan dengan berpura-pura berperan sebagai calon suami…
Terdengar lucu memang pertengkaran besar terjadi di tengah jalan bersama gonggongan izzy hingga membuat Hagan lari ketakutan. Aneh juga, si’gadis kecil muncul tiba-tiba untuk membantu mommynya. Kami meninggalkan ibu kota demi menghindari kejaran tuan Frodine karena ulah anaknya sendiri kabur dari rumah. Entah sejak kapan Farand menjadi pengekor setia bahkan menganggap Hagan sebagai mantan suami. Sejak kapan saya menjanda?
Mau tidak mau saya harus bercerita panjang lebar kehidupan Moza terhadap Farand. Menyuruh dia membuka galery android milikku untuk melihat wajah ibu gadis kecil sebenarnya dibanding berpikir aneh tentangku. Mengajak dia berdamai terhadap sang ayah memang cukup sulit. “Makanan datang” Rae mengagetkan kami semua dengan teriakannya.
“Aunty, kenapa lama sekali? Moza lapar” gadis kecil terbangun dari tidur…
“Izzy, ice cream buatmu biar tidak galau” Rae seperti menggoda izzy. Kami berempat berada di satu perkampungan kecil jauh dari ibu kota tanpa rencana sama sekali. Farand maksudku Nadav butuh waktu menghadapi masalahnya sendiri. Perkampungan kecil di sini mengingatkan kembali kisah kehidupan seorang wanita…

Flashback…

“Boneka boneka boneka…” telunjuk seorang wanita menunjuk sesuatu bahkan bertingkah seperti anak kecil.
“Dasar wanita gila, pergi!” salah satu pemilik toko sekitar jalan di depanku sangat geram sampai menyeretnya seolah dia bukan manusia. Saya hanya ingin berlari menjauh meninggalkan kota untuk melupakan segala hal kacau dalam hidup. Rasa kecewa terhadap Tuhan membuat jalan saya sendiri seperti hilang arah. Sepertinya sang pencipta sengaja mempertemukan saya dengan wanita tersebut. Jalan hidupku masih jauh lebih baik dibanding dirinya yang selalu berkeliling dengan pakaian kotor tanpa sadar.
“Boneka pokoknya boneka” dia selalu berteriak. Perutnya pun terlihat membesar tetapi tidak menyadari sesuatu di dalam rahimnya. Apa yang istimewa dari boneka bear besar di sana? Tidak seorangpun pernah peduli tentang dirinya atau sekedar menaruh setitik rasa iba. Semua memberi kata-kata hinaan terhadapnya. Terkadang membuat keributan di jalan, berteriak, makan dari sisa makanan di sekitar bak sampah, tidur tanpa alas tikar menjadi rutinitasnya setiap hari. Mencoba mengajak dia berbicara dengan tangan gemetar serta memberi dekapan hangat hanya untuk menenangkan dirinya.
“Buatmu” tersenyum memberinya sebuah boneka bear besar.
“Boneka boneka boneka daddy…” tertawa menarik spontan boneka di tanganku. Tinggal bersama dengannya selama beberapa saat di perkampungan kecil. Membersihkan tubuhnya, memandikan, memotong rambut panjangnya, tidur bersama itulah yang kulakukan. Kenyataan lain adalah dia sangat cantik. Memberi dia nama Gadis memang terdengar menyenangkan buatku. Beberapa orang mengambil kesempatan memperkosa Gadis sampai hamil dalam keadaan kondisi seperti ini. Manusia zaman sekarang benar-benar kejam.
Tiba-tiba saja Gadis mengalami kontraksi hebat sebelum waktunya sampai dilarikan ke rumah sakit dan harus berakhir dengan rujukan untuk mendapat perawatan lebih baik di ibu kota. “Boneka boneka boneka daddy…” hanya kata-kata seperti ini yang terus melekat memenuhi perbendaharaan ucapannya. Gadis menghembuskan nafasnya setelah melahirkan karena pendarahan hebat terus-menerus.
“Dokter, selamatkan dia” menangis histeris memohon terhadap seseorang yang sedang mengenakan pakaian putih…
“Kami akan berusaha semaksimal mungkin,” kata-kata sang dokter berusaha membantu saya berdiri. Tubuh seorang bayi mungil harus menjalani berbagai penanganan medis. Apakah gadis kecil akan terbangun? Berada dalam ruang incubator dipenuhi segala jenis selang dengan mata harus terbungkus oleh lapisan kain putih. Bayi mungil memiliki berat bobot jauh dibawah standar normal karena belum cukup bulan. Berat badannya hanya 1.600 gram, sementara berat bayi lahir normal sekitar 2.500- 4.000 gram.
“Kau harus hidup,?” berkata-kata menatap ke arah tubuh mungil sang bayi.
Jari mungilnya memegang penuh jari telunjuk kiriku penuh kehangatan. “Kau seperti air mancur terlihat indah, menyejukkan hati, terus mengalir dalam ruang hidup…” tersenyum melihat ke arah tubuh mungil dalam sebuah ruang incubator.
“Moza menjadi nama dengan kesan paling menarik di tiap gendang pendengaran semua orang” berucap kembali…

Flashback…

“Moza mau tidur ma mommy” gadis kecil membangunkan saya dari ingatan masa lalu.
“Gawat gawat…” suara seorang pria berteriak cukup parah dari luar. Ternyata Nevil mengejar kami sampai ke kampung setelah mendapat informasi dari Rae. Tuan Frodine mengamuk besar karena kepergian Farand hingga menyebar seluruh anak buahnya ke setiap sudut jalan kota-kota untuk mencari informasi.
“Paman sengaja membawa semua penghuni di rumah tempat perkumpulan orang-orang gila” Nevil sangat ketakutan.
“Gadi, Loan, Nata, Livia, ibu Malia, dan semua penghuni rumah di bawah begitu maksudnya?” menarik kerah baju Nevil.
“Sebenarnya kau bisa melihat atau memang buta?” Nevil.
“Pasti karena ulahmu lagi kan” Farand menyalahkan Nevil.
“Jelas-jelas ulahmu, kenapa saya di kambing hitamkan?” Nevil. Saling menyalahkan tidak akan menyelesaikan masalah, jadi sebisa mungkin menghentikan pertengkaran kecil mereka berdua. Berusaha berpikir untuk mencari jalan keluar masalah ini…
“Saya penyebab semua” rasa bersalah sekaligus penyesalan terdengar melalui ucapan Farand. Kesimpulannya yaitu dia ingin membawa mereka semua kembali tanpa luka lecet sedikitpun. Kepergian Farand menjadi penyebab kegeraman tuan Frodine di luar kendali. Sangat marah membuat sang dokter tidak dapat berpikir jernih.
Farand akan kembali ke kota lebih tepatnya berada di sebuah istana yang merupakan neraka buatnya tanpa memori manis bersama seorang ayah. “Saya harus ikut denganmu” mencoba meraba dinding untuk menemukan jalan pintu. Berusaha menghentikan keinginanku tapi tidak berhasil dan saya tetap bertahan ingin berdiri di hadapan seorang pria tua kejam.
“Saya juga ikut” Rae tidak mau kalah. Akhir cerita, kami semua kembali ke kota memakai kendaraan pribadi milik Nevil cukup besar untuk menampung beberapa orang. Pertengkaran hebat antara seorang ayah bersama anaknya biasa terjadi bahkan bisa saja nyawa salah satu diantaranya melayang begitu saja. Masing-masing mempertahankan ego dan menganggap diri benar.
Perasaan berkecamuk berpikir tentang sesuatu depan mata memenuhi sepanjang perjalanan. Menyandra Livia juga yang lainnya hanya demi menyatakan satu keegoisan sang ayah di hadapan anaknya. Saya tidak pernah mengerti maksud Farand membawa Moza bersama izzy untuk satu pertemuan…
“Kau tidak berpikir keselamatan anak saya bagaimana?” geram akan kelakuan Farand.
“Saya akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu” Farand.
“Nadav pasti punya alasan melakukan ini, jadi ka’Zana…” Rae seperti memohon juga.
Apa hubungan Moza dengan semua masalah ini? Penyebab kegeraman tuan Frodine berasal dari dirinya, lantas kenapa gadis kecil harus menganggung? Seperti ada sesuatu yang disembunyikan olehnya, tetapi apa? Saya merasa di tiap sudut berdiri beberapa anak buah dengan badan super tegak bak sosok atlet. Pria tua itu sebenarnya seorang dokter atau ketua mafia kelas kakap?
“Akhirnya kau datang juga” ucapan tuan Frodine.
“Lepaskan mereka” Farand.
“Ternyata psikolog buta bertarung nyawa juga berjalan ke rumah monster” tuan Frodine.
“Mereka tidak salah apa-apa, jadi lepaskan” Farand.
“Dengan syarat kau harus meminta maaf atas semua kelakuan bejatmu dan bersujud di depanku sekarang” tuan Frodine.
“Bajingan” Farand sangat benci melakukan hal semacam ini dan jangan pernah harap…
“Silahkan pilih, nyawa mereka di tanganmu sekarang” tuan Frodine.
“Kupikir kakek berhati lembut ternyata pikiran Moza salah” gadis kecil dalam gendonganku tiba-tiba berkata-kata…
“Paman itu kan dokter bukan orang jahat lantas kenapa bisa sebengis ini?” Rae.
“Sebaiknya paman hadapi dengan kepala dingin” Nevil.
“Semua ini karena permainan Nadav sendiri sampai menyimpan ambisi untuk mempermalukan orang tuanya sendiri, kesalahanku ada dimana? Tuan Frodine.
“Sejak dulu kau selalu menjadi Monster” Farand.
“Saya bisa lebih jahat dari yang kau pikirkan” tuan Frodine.
“Kenapa kau selalu jadi ayah paling jahat? Pernah tidak sedikit saja berpikir ingin menjadi sahabat buat anakmu. Kakakku tertekan, gila, menghilang karena ulah monster tua sepertimu. Mommy mendadak serangan jantung sampai meninggal juga ulahmu dan sekarang kau mau lampiaskan kata iblis dalam dirimu terhadap mereka…” Farand berteriak sangat hebat.
“Kau pikir saya akan berubah” tuan Frodine menarik Moza dari gendonganku bahkan digunakan sebagai alat untuk menyerang Farand anak kandungnya sendiri.
“Paman jangan bertindak bodoh” Nevil sangat ketakutan.
“Kau ingin membunuh darah dagingmu sendiri? Silahkan!” Farand.
“Apa maksudmu?” terkejut mendengar pernyataan Farand.
“Ka’Neva menderita depresi sampai tertekan karena ulah monster sepertimu. Hidup di jalan tanpa rumah, menderita, diperkosa, dan melahirkan seorang anak. Kau puas menghancurkan kehidupan satu-satunya anak perempuanmu sendiri? Kakakku selalu menganggap daddynya malaikat, tapi kenyataan apa yang kau perbuat terhadapnya?” Farand.
“Dan sekarang kau juga ingin melenyapkan satu-satunya peninggalan kakakku” saya hampir tidak percaya atas apa yang baru saja kudengar. Farand ingin berkata kalau Moza adalah cucu kandung tuan Frodine. Jadi, Gadis mengalami tekanan karena perbuatan ayahnya sendiri. Ternyata Moza masih mempunyai keluarga…
“Izzy anjing pemberian kakek pasti sedih kalau Moza mati” Moza.
“Kau ngompol” teriak tuan Frodine segera menurunkan Moza dari gendongannya.
“Kalau Moza gemetar pasti pipis celana” dalam situasi kacau gadis kecil masih bisa bersikap seperti ini. Tidak dapat dipercaya…
“Serang orang tua gila” seseorang tiba-tiba saja berteriak.
“Nata…” mereka berhasil lepas dengan sendirinya hingga berada di tengah-tengah kami semua. Lebih kacau lagi adalah Nata berperan sebagai pemimpin penyerang. Terdengar suara histeris Livia memukul seseorang memakai panci dapur.
“Dari mana kakak dapatkan panci-panci ini?” pertanyaan Rae.
“Kami berhasil lepas terus jalan lewat dapur, hasilnya yah seperti ini” Livia.
“Serang bangka gila” Gadi membunyikan keras beberapa wajan penggorengan.
“Tua bangka gila” Nevil.
“Berani-beraninya kau…” rasa geram tuan Frodine terhadap keponakannya.
“Paman kan orang jahat” Nevil.
Kenapa jadi pertarungan memakai peralatan memasak seperti ini sih? Sana sini terjadi keributan bersama suara-suara histeris. “Hancurkan saja monster di sana!” seakan Farand tidak lagi memperdulikan ayahnya sendiri. Perlawanan berat antara anak buah tuan Frodine dan mereka terdengar kacau… Terdengar lucu, pertempuran dimenangkan oleh tim mereka walaupun hanya bermodalkan alat-alat dapur.
“Izzy gigit tua bangka gila” Nata berteriak…
“Monster gila” Farand seperti tidak mau kalah.
“Tua gila” Gadi lebih berteriak.
“guk guk guk guk…” sepertinya izzy sudah siap mengambil ancang-ancang.
“Ayo izzy,kelebihanmu itu jangan cuma makan ice cream doang” Livia.
“Izzy berhenti!” Moza berusaha menghalangi izzy yang entah setengah perjalanan berlari ke arah tuan Frodine.
“Moza kenapa menghalangi izzy? Dia kan tua bangka gila” cetus Nevil.
“Siapa yang operasi mami kalau kakek rabies? Moza ingin mami melihat lagi” Moza. Suasana berubah menjadi hening setelah terdengar ricuh beberapa waktu. Ucapan polos seorang gadis kecil meluluhkan hati semua orang di sekitarnya. Akhirnya, kami semua bisa kembali ke rumah dengan selamat. Membiarkan Farand tetap berada di rumah itu untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Memberi ruang dan membuatnya menyadari banyak hal yang terlewatkan oleh mereka.
Keretakan hubungan ayah dan anak memang sering terjadi karena keegoisan masing-masing pihak. “Pantas saja suara hatiku mengatakan kalau wajah Farand seperti tidak asing lagi” pernyataan Livia setelah kami berada di rumah kembali.
“Lantas kalau sudah tahu mau apa?”
“Tidak disangka seorang ceo terkenal bisa melakukan drama konyol seperti itu untuk menghindari perjodohan sekaligus mempermalukan orang tua sendiri” Livia.
“Kenapa terlalu gila urusan?” membuatnya sangat kesal dan berjalan sendiri ke kamar.


Bagian 18…


Nadav Frodine…

Rumah bak istana kembali sunyi senyap setelah mereka semua pergi. Berdiam dalam kamar seorang diri membayangkan bagaimana senyuman ka’Neva terlintas kuat dalam ingatanku. Tidak pernah menyangka Moza si’gadis ceriah ternyata keponakan kecilku. “Nadav, belum tidur?” ibu Hana tiba-tiba saja berdiri di depanku.
“Sejak kapan…?” terkejut.
“Moza benar-benar mirip mamanya” ibu Hana tersenyum pertama kalinya.
“Selama ini kau tidak pernah tersenyum terhadapku…”
“Keadaan membuat saya seperti itu” ibu Hana.
“Keadaan?”
“Lupakan” ibu Hana.
“The flower that blooms in adversity is the rare and beautiful of all, kenapa kau tidak pernah bisa mencoba menjadi seperti bunga itu?” ibu Hana.
“Ibu Hana mengutip dari mana?”
“Serial film Wulan Disney. Btw, ada yang salah?” ibu Hana.
“Entahlah…” jawaban terkacau.
“Cara daddymu memang salah menyatakan berbagai objek bagi hidup kalian anak-anaknya, tetapi cobalah belajar bertindak bijak dan menjadi langka seperti bunga tadi. Tidak ada salahnya untuk mencoba dari pada tidak sama sekali” ibu Hana.
Perselisihan antara dunia seorang ayah dan anaknya memang sering terjadi di kalangan masyarakat bahkan bukan saya satu-satunya bernasib seperti ini, hanya saja kata terlalu menyakitkan sulit membuatku berpikir jernih. Kematian mommy, penderitaan kakak, dan cara daddy mengaplikasikan hal-hal mengerikan menghancurkan memoryku untuk memahami kehidupan sebenarnya.
Tanpa sengaja tubuhku bertabrakan dengan daddy di dapur dalam gelap. Sepertinya monster itu sudah lama bersandar pada sebuah kursi di sana. Untuk beberapa saat kami berdua diam tidak berbicara satu sama lain ataupun bertengkar seperti biasa. “Tanganmu terluka” daddy memulai bahan pembicaraan. Mengambil kotak obat pada sebuah lemari kemudian membersihkan luka tanganku.
“Pertama kalinya…” tertawa sinis.
“Bisa dikatakan daddy memang kejam, iblis, monster, selalu membuat penderitaan, tidak pernah bisa menjadi sahabat terbaik, ataupun menciptakan sebuah memory indah bersama keluarga…maaf untuk semua itu” daddy berucap…
“Kenapa baru berkata sekarang?”
“Keegoisan, kesombongan, keserakahan, ingin membentuk anak menjadi paling sempurna sampai membuat satu tindakan menekan berakhir dengan menyatakan sebuah cerita tragis dalam keluarga. Terus terang, daddy ingin memperlihatkan terhadap dunia tentang cerita terbaik tetapi cara yang ditempuh memang salah bahkan sangat salah…” daddy berbicara dengan wajah menunduk dan tidak berani menatap ke arahku.
“Andaikan waktu dapat diputar kembali. Jauh di dasar hati daddy benar-benar merindukan kakak Neva, rasa-rasanya kepala mau pecah setiap memory tentangnya muncul seketika, tapi semua sudah terlambat memang” sekali lagi daddy membuat pernyataan penyesalan.
“Kakak mengalami kontraksi hebat sebelum waktunya sampai harus melahirkan Moza dengan usia kehamilan belum cukup bulan. Siapa yang pernah menyangka ka’Neva mempunyai anak cantik, pintar, ceria seperti Moza.” Membayangkan bagaimana gadis kecil penuh semangat mengungkapkan sesuatu di depannya dengan begitu lugu…
“Daddy memang manusia kejam, jadi wajar kau menjadi pembenci. Tidak masalah kalaupun kata maaf mungkin atau memang sangat sulit dapat terukir pada loh hatimu” daddy.
“Memang sangat sulit” berkata-kata jujur di hadapannya.
“Satu permintaan daddy, jangan menghalangi daddy menciptakan sebuah memory manis untuk Moza setidaknya Tuhan masih memberi kesempatan memperbaiki luka hati bahkan sesuatu yang sudah terlalu rusak” daddy.
Saya tidak pernah melihat daddy berucap penyesalan atau membuat pernyataan seperti ini sebelumnya. Bisakah saya memberi kata maaf begitu saja terhadapnya setelah semua hal yang terjadi? Zana sendiri membiarkan daddy berdiri di hadapan Moza tanpa rasa marah sedikit pun. Mungkin karena dia seorang psikolog, jadi memahami satu subjek terbaik yang harus dilakukan. Saya bukan Zana dengan mudah memberi sebuah pintu bagi pria tua untuk memperbaiki sesuatu yang dikatakan rusak sejak lama.
Menatap dari kejauhan bagaimana daddy belajar membuat Moza tersenyum lebar dan terus berada di sampingnya. “Maaf membuat Moza sakit” entah apa maksud daddy berucap seperti ini terhadap gadis kecil.
“Moza tidak akan menyuruh izzy menggigit kakek. Biarpun kakek dulu jahat tapi sekarang sudah tidak lagi” Moza hanya belum memahami pernyataan orang dewasa…
“Guk guk guk…” ekor izzy sedang menari di tengah mereka. Membiarkan pria tua menikmati satu senyuman manis gadis kecil. Manusia monster bisa tertawa seperti itu? Wajah beringas, kejam, arrogant, banyak menuntut hilang terbawah angin. Sulit dipercaya lingkaran gelap berubah total hanya karena setetes air jernih.
Butuh waktu panjang membuang setiap rasa sakit keluar dari tubuh. Diam terpaku membiarkan daddy menciptakan satu memory manis pada hidup seorang gadis kecil. Matahari pagi memancar serta memberi kehangatan terlebih ketika seorang ayah tertawa lepas mendekap sang anak di bawah pancaran sinarnya. Kisah semacam itu hanya ada dalam khayalan semata, namun tidak pernah terjadi bagi jalan hidupku sendiri.
Duduk termenung di sepanjang halte seorang diri dan berpikir. “Minimal kau harus mencoba tersenyum di hadapan ayahmu” Zana tiba-tiba muncul di sampingku. Dia berjalan tanpa sebuah tongkat bahkan beraktifitas layaknya manusia normal.
“Saya menyukaimu” hal terbodoh menyatakan perasaan dengan suasana seperti ini.

Nitzana…

Terkejut, ingin marah, terdiam, seperti lelucon dimana pria tua sombong berkunjung ke rumah. Saya tidak akan pernah memberikan Moza. Tuan Frodine bisa melakukan apa saja yang dia mau, tetapi mengambil gadis kecil bukan permainan. “Mau apa lagi datang kemari?” Livia seolah siap menyerang.
“Biarkan dia masuk!” entah mengapa ucapan seperti ini keluar begitu saja.
“Izzy” suara Moza mengejar anjing kecilnya.
“Saya hanya ingin melihat senyum anak itu, tapi tidak bermaksud mengambilnya darimu” tuan Frodine dapat membaca pikiranku.
“Izzy gigit si’tua…” Nata berteriak keras di tengah kami.
“Guk guk guk guk” izzy siap mengikuti perintah.
“Izzy berhenti!” Moza.
“Mami harus lihat wajah Moza, kalau kakek tua mati gimana cerita dong?” cetus Moza.
“Livia bawah masuk Nata ke kamarnya!” nada memerintah.
Dengan rasa kesal Livia membawah masuk Nata dan membiarkan kami berada di ruang tamu untuk menghabiskan waktu bersama. “Moza harus menemani kakek untuk beberapa waktu kalau ingin melihat mami sembuh” hal terbodoh yang pernah kulakukan.
Mendengar diam-diam percakapan mereka di sela-sela sudut tidak jauh dari tempat tersebut terkesan mengintai. “Kenapa mami pergi?” Moza kecil bertanya setelah saya berhasil meninggalkan mereka. Kenyataan terbodoh memberi celah pria tua itu merebut gadis kecil dariku.
“Untuk memberi kesempatan kakek meminta maaf pada gadis manis di depanku” tanpa basa basi menjawab pertanyaan gadis kecil.
“Kapan mami melihat lagi?” Moza.
“Tergantung” tuan Frodine.
“Ucapan kakek kenapa jadi aneh yah?” Moza.
“Moza harus mau menemani kakek bermain kalau ingin mami bisa melihat lagi ” tuan Frodine.
“Artinya kakek tidak lagi nolak operasi mata mami? Gitu maksudnya?” Moza.
“Tergantung juga” tuan Frodine. Dunia antara seorang kakek dan cucu kini berbeda dari siapapun. Membiarkan pria tua itu mengantar dan menjemput Moza ke sekolah, menghabiskan waktu sekitar arena perminan anak, berkeliling taman, dan melakukan banyak kegiatan lain. Gadis kecil tidak pernah bertanya atau ingin menyimpan satu kata dendam terhadapnya.
Tetap menatap dengan wajah senyum ketika sang kakek tua berdiri di hadapannya. Saya bisa saja kehilangan Moza sewaktu-waktu, tetapi menciptakan jurang pemisah bersama keluarga sebenarnya juga merupakan kesalahan terbesar. Siapa pernah menduga boneka bear menyimpan satu memory terbaik dalam diri antara seorang pria tua dan anak perempuannya. “Maaf membuatmu hidup menderita seperti ini” ucapan tuan Frodine tanpa sengaja terdengar olehku ketika bermain sekitar pekarangan rumah.
“Moza tidak merasa menderita” gadis kecil berkata-kata…
“Iya juga sih Moza menderita sejak mami buta karena ulah gadis kecilnya…” dia terus merasa bersalah karena peristiwa kecelakaan kemarin.
Gadis kecil tidak pernah menyadari maksud ucapan sang kakek. Moza lahir ke dunia karena perbuatan bejat sekelompok orang di luar sana seperti itulah kenyataan hidup yang sedang terjadi. “Moza sudah waktunya mandi” hadir di tengah mereka begitu saja…
Si’kecil berjalan masuk ke dalam rumah dengan wajah cemberutnya tanpa nada bicara satu katapun. “Terima kasih membiarkan saya menciptakan satu memori manis buatnya walaupun dikatakan tidak akan membuat Neva hidup kembali atau memperbaiki keadaan paling rusak” pria tua berucap setelah kepergian Moza.
“Saya tidak akan merebutnya darimu atau bersikap egois untuk mempertahankan satu  prinsip sombong seperti kemarin” ucapannya sekali lagi.
“Apa anda tidak pernah berpikir sama sekali untuk menciptakan memori manis terhadap Farand maksudku Nadav sama seperti yang kau lakukan terhadap Moza?” melemparkan sebuah pertanyaan.
“Entahlah. Jauh di dasar hati Nadav benar-benar terluka dan tidak mudah menjadi dokter untuk membedah setiap luka yang kenyataan memang sudah benar-benar berada pada satu stadium cukup parah dibanding penyakit lainnya” tuan Frodine.
“Setidaknya mencoba untuk menjadi dokter bedah terbaik buatnya dari pada tidak sama sekali” berkata-kata sedikit sinis.
“Saya takut menjadi ayah paling gagal buatnya untuk kesekian kalinya. Rasanya mustahil menjadi dokter bedah bagi seorang anak karena kesalahan sendiri” tuan Frodine.
“Terserah” jawaban cukup kacau.
“Saya sudah mengatur jadwal operasi buatmu. Jadi, kau harus mempersiapkan diri beberapa hari lagi” berkata-kata seketika kemudian berjalan pulang tanpa memberi kesempatan membalas ucapannya. Membuat keputusan sendiri bersama jadwal operasi terdengar…
Saya bisa melihat lagi bagaikan mimpi tetapi akan segera nyata. Kalimat memohon terhadap pria tua itu sama sekali tidak pernah kulakukan sejak awal sampai detik sekarang. Hidupku masih dapat berjalan walaupun dinyatakan buta selamanya. Entah perasaan bersalah atau ingin balas budi menjadi penyebab tuan Frodine bersedia menjadi dokter khusus menangani masalah kedua bola mataku.
“Mami, kenapa uncle Farand duduk di sana seorang diri?” kalimat Moza saat kami berdua sedang menikmati udara sejuk. Menyuruh gadis kecil berjalan pulang bersama Loan, sedang saya sendiri berjalan menuju sebuah halte.
Sepertinya dia duduk termenung di sepanjang halte seorang diri dan berpikir. “Minimal kau harus mencoba tersenyum di hadapan ayahmu” berkata-kata hingga membuatnya terkejut dan menyadari keberadaanku.
“Saya menyukaimu” balasan ucapan terkacau bahkan terdengar aneh.
“Kau tidak perlu membalas, setidaknya menyadari perasaanku” berucap kembali.
Apa yang salah dengan pernyataannya? Mengungkapkan dua kalimat dan membiarkan saya seorang diri duduk termenung. Dia berjalan pergi tanpa berkata-kata lagi. Lelucon bodoh sedang bermuara di sini. Haruskah saya tertawa mendengar nada kalimat darinya? Berpikir berulang kali pun tetap terdengar sebagai bahan lelucon belaka…
“Seperti ada yang mengganggu pikiranmu sekarang” pertanyaan tuan Frodine ketika sedang memeriksa kondisi kedua mataku. Sampai detik sekarang saya tidak pernah memanggil pria tua tersebut sebagai dokter. Siapa pernah menduga tuan Frodine menawarkan diri sendiri untuk proses bedah kedua mataku.
“Dokter Frodine bisa bicara sebentar?” sepertinya saya mengenal suara seorang wanita yang tiba-tiba saja membuka pintu…
“Dokter Fa” tuan Frodine.
“Fadia” tepat dugaanku.
“Bisa dokter jelaskan! kenapa Nadav tegah berbuat hal sekeji itu terhadap saya?” Fadia seperti meminta satu penjelasan. Jangan-jangan pria yang dimaksud olehnya adalah Farand bekas calon tunangan sekaligus cinta pertamanya. Apa Farand memang sudah benar-benar gila tidak pernah menginginkan wanita semacam Fadia?
“Kenapa dia tegah membuat skenario seperti ini bahkan membohongi publik hanya demi menghindari pertunangan?” Fadia.
“Dia belum menyadari keberadaanku” suara hati berbisik sendiri. Beberapa hari lalu saya mendengar satu pernyataan perasaan Farand, tetapi sekarang terdengar lucu bagaimana hancurnya hati seorang Fadia karenanya.
“Kau berada dimana waktu anak saya harus mendapat perawatan di rumah sakit? Yang saya tahu kalau kau menghilang ditelan bumi, minimal Tuhan membuka mata seorang ayah sepertiku bagaimana tanganku hampir saja melakukan satu kesalahan terbesar dalam hal pendamping hidup…” tuan Frodine.
“Fa juga dipaksa menjauh dari Nadav. Sampai detik sekarang saya masih belum bisa melupakan Nadav, apa salah kalau saya ingin memperbaiki semuanya?” Fadia.
“Nadav tidak pernah mencintai wanita sepertimu. Kau wanita sempurna, jadi jangan berusaha membuat masalah baru atau menjadi pengemis cinta di hadapan seorang pria” tuan Frodine. Kenapa juga saya harus mendengar dialog percakapan seperti ini?
“Beri Fa kesempatan sekali saja” Fadia sujud memohon…
“Saya tidak pernah menyukaimu, kenapa kau harus menjadi pengemis?” siapa pernah menduga Farand maksudku Nadav tiba-tiba saja hadir di tengah percakapan tersebut. Lebih mengejutkan lagi, dia berdiri di sampingku seketika.
“Zana” Fadia hampir tidak percaya akan pemandangan di hadapannya sekarang. Temanku sama sekali belum menyadari tentang permasalahan kedua bola mataku. Terkadang Fadia tertipu ketika saya sedang berjalan bahkan melakukan beberapa hal di tempat Gym.
“Maaf tidak sengaja mendengar percakapan kalian”…
“Kenapa kau berada disini?” Fadia.
“Kedua mata saya buta. Besok jadwal operasi untuk mengembalikan mata saya ke kondisi normal, jadi yah seperti itulah…” menjawab pertanyaan Fadia.
“Sejak kapan?” Fadia.
“Cukup lama…”
“Jadi kau wanita yang dimaksud Nevil terus berada di samping Nadav?” Fadia.
“Saya tidak menyadari skenario Farand maksudku Nadav. Saya pun baru mengetahui cinta pertamamu ternyata dirinya”…
“Saya menyukai dia, jadi pergilah!” kalimat terbodoh seorang Farand mengusir Fadia wanita sempurna di mata para pria.
“Selesaikan masalah kalian karena harusnya saya yang meninggalkan ruangan di sini” mencoba melangkah keluar. Seseorang menahan tubuhku seketika…
“Kenapa kau tidak pernah bisa menatapku sedikit saja?” Fadia menangis keras.
“Karena kau bukan tipeku. Saya rasa penjelasanku cukup jelas” Farand.
“Kenapa harus kau? Saya selalu menganggapmu sebagai teman sekaligus mengagumi semua yang ada dalam dirimu, tapi kenapa harus kau?” Fadia melemparkan sebuah pertanyaan terhadapku sebelum keluar meninggalkan ruangan. Pertanyaan bodoh bahkan sangat bodoh. Saya tidak pernah menyuruh dia menyukaiku.
Perselisihan antara ayah dan anak, keluarga gadis kecil muncul, sahabatku ternyata mencintai pria yang tidak pernah memberinya harapan, hal lebih gila lagi pria tersebut membuat pernyataan cinta tiba-tiba di hadapanku tanpa berpikir panjang. Rasa-rasanya saya ingin tertawa lebar seperti orang bodoh…
Farand hanya diam tak bersuara ketika Fadia berlalu meninggalkan kami bertiga. Suasana tetap seperti biasa tetap terdapat benteng antara dirinya dan tuan Frodine. “Cukup kau menyadari perasaanku, tidak perlu membalas…” ucapan Farand terhenti seketika. Hal yang terjadi selanjutnya adalah dia berjalan keluar dari ruangan. Sulit dimengerti memang…
Merenung tentang beberapa deretan peristiwa membuatku ingin menertawakan diri sendiri sekali lagi. “Kau siap?” pertanyaan tuan Frodine terhadapku.
“Mami harus semangat” Moza memberi kalimat penyemangat. Yah seperti inilah saya sekarang sedang mempersiapkan diri untuk proses bedah. Sejak peristiwa kemarin, saya belum mendengar bunyi suara Farand. Ayah dan anak tetap saja saling diam bahkan terlalu mustahil untuk tegur sapa satu sama lain.
“Kakak Zana pasti bisa melihat lagi” Loan.
“Izzy bisa jadikan mami obat nyamuk kalau sudah punya pasangan” Moza.
“Melihat lagi” Nata berteriak keras tidak perduli akan menjadi perhatian semua orang.
“Mungkin saya sulit membuka pintu maaf buatmu, tapi lakukan yang terbaik buat mami Moza” terdengar lucu pernyataan seorang anak terhadap ayahnya sendiri.
“Tentu saja” tuan maksudku dokter Frodine. Berada dalam sebuah ruang untuk menjalani proses bedah sesuai jadwal. Saya tidak akan lagi berjalan dalam gelap atau hidup ketakutan tanpa siapapun menyadari semua itu. Pertama kalinya hidup menyadari tentang makna cahaya ketika berdiri pada satu persimpangan. Seakan Tuhan mengizinkan sesuatu terjadi hanya demi menyatakan satu makna objek terhadap jalanku.
“Buka matamu perlahan-lahan!” kalimat perintah dokter Frodine setelah sekian waktu menunggu. Perban putih sekitar mataku akhirnya terlepas juga. Mulai mencoba membuka perlahan demi perlahan. Seperti terdapat beberapa bayangan orang-orang di sekitar…
“Zana jangan menakuti kami semua” Livia terlihat sangat khawatir.
“Ka’Zana” raut wajah Loan benar-benar takut menghadapi kenyataan andaikan operasi kedua mataku gagal.
“Jangan membuat Moza juga izzy ketakutan” gadis kecil menunduk.
“Dokter Frodine, terima kasih buat semuanya” tersenyum manis membuat mereka semua histeris bahagia…
“Wow, pertama kalinya kau memanggil saya dengan sebutan seperti itu” dokter Frodine.
“Ka’Zana bisa melihat lagi harus dirayakan” Rae.
“Akhirnya kau bisa melihat lagi” Farand maksudku Nadav terlihat sangat tampan dengan setelan jas dengan jenis potongan model rambut pendek. Siapa yang pernah menyangka dia memiliki sisi charisma tersendiri membuatnya berbeda dengan orang lain. Wajar saja Fadia menangis histeris karena ditolak olehnya.
“Saya ucapkan selamat buatmu” suara seseorang yang tiba-tiba berjalan masuk di tengah kami.
“Dokter Fa” dokter Frodine.
“Walaupun saya masih bertanya kenapa, tapi sekarang ini saya juga lagi belajar menerima melupakan sekaligus menerima kenyataan” dokter Fadia.
“Dokter Fa” Farand.
“Saya memang salah seperti ucapan daddymu” Fadia tersenyum kecut, kemudian berjalan keluar meninggalkan kami semua. Rutinitasku kembali pada kehidupan normal setelah menjalani masa pemulihan selama beberapa hari belakangan. Bergelut di dunia psikolog serta berhadapan dengan situasi-situasi tertentu.
Dokter Frodine membiarkan Moza tetap berada di sampingku merupakan sebuah hadiah terbaik dari Tuhan. “Mulai sekarang Moza mau panggil kakek dengan sebutan grandpa saja” gadis kecil seperti biasa bermain bersama kakeknya sekitar pekarangan rumah.
“Lah kenapa di ganti?” dokter Frodine.
“Lebih gaul” dari mana sang bocah mendengar istilah seperti itu?
“Grandpa, doa Moza sekarang sudah bertambah” Moza memeluk boneka bear raksasa pemberian dokter Frodine.
“Memang Moza doa apa saja?” dokter Frodine.
“Mami terus di samping Moza, izzy bisa perbaiki keturunan kalau besar nanti, grandpa umurnya panjang biar bisa jadi obat nyamuk izzy kalau lagi kencan” kalimat Moza memecah ledakan tawa dokter Frodine seketika. Tingkah lucu gadis kecil menjadikan orang di sekitarnya bisa saja tertawa terus-menerus tanpa henti. Memangnya umur anjing dikatakan dewasa berapa sih?
“Izzy sepertinya lagi galau” sosok Nadav Frodine mencul di tengah mereka, sementara Nata dan yang lainnya sibuk berebut ice cream.
“Uncle Farand kapan datang?” sampai detik sekarang Moza hanya mengenal nama Farand bukan Nadav Frodine.
“Baru saja” Nadav.
“Ngomong-ngomong siapa bilang izzy galau?” Moza.
“Lantas kenapa izzy duduk termenung galau di bawah pohon tetangga sebelah?” Nadav.
Hal selanjutnya adalah gadis kecil berlari pelan dan mengendap-ngendap masuk ke halaman rumah tetangga sebelah. Menatap dari jendela rumah bagaimana pertemuan pertama kali antara ayah dan anak semenjak meninggalkan rumah sakit. Batang hidung Nadav tidak terlihat lagi sebulan belakangan…
“Apa kau tidak tertarik menciptakan satu memory manis terhadap anakmu satu-satunya seperti yang kau lakukan terhadap cucumu Moza?” Raut wajah tatapan Nadav menyatakan sesuatu.
“Beri saya sebuah memory berharga, sulit dilupakan, berkesan, manis walaupun dikatakan butuh waktu panjang membuka pintu maaf bagi ayah sepertimu” membuat pernyataan mengejutkan sekali lagi.
“Apa bisa dimulai dengan dekapan daddy?” kalimat Nadav kembali.
“Tentu” dokter Fodine mendekap kuat anaknya. Sejauh ilmu psikolog yang saya pelajari bahwa dekapan seorang ayah dapat membalut luka sang anak perlahan demi perlahan. Tidak butuh susunan kalimat manis, cukup mendekap hangat seolah menjadi kekuatan terbaik.
Menyaksikan satu pemandangan manis dibalik jendela terdengar berkesan juga. Menghilang sebulan tanpa kabar kemudian berakhir dengan pertemuan sekaligus kalimat seperti sekarang. “Kenapa kau tidak mengambil kesempatan saja dengan uangnya” Livia berbisik di sekitar gendang pendengaranku.
“Sejak kapan berdiri di belakangku? Maksudmu apa?” menatap tajam.
“Kau memang lugu atau berpura-pura tidak mengerti ucapan matrealistis? Apa lagi cakep gitu” Livia.
“Peluang saya banyak kalau hanya ingin memanfaatkan kekayaan lawan jenisku, hanya saja tidak pernah kulakukan walaupun benar-benar membutuhkan uang dan ingin keluar dari jerat kemiskinan…”
“Lantas?” Livia.
“Hukum tabur tuai pasti terjadi. Bisa saja tuaian perbuatanku diarahkan terhadap anak-anakku kelak atau kondisi rumah tangga atau objek-objek lain di luar dugaan. Terlalu munafik memang kalau saya katakan tidak butuh uang, tetapi tahan diri sajalah.”
“Wah wah wah kenapa jadi panas yah?” Livia memainkan rambutnya. Dialog kami berdua terhenti seketika dengan teriakan tetangga sebelah karena ulah Moza dan izzy.
“Izzy, jangan sekali-kali perbaiki keturunan ma anjing tetangga sebelah! Understand?” cetus Moza berhasil kabur dari halaman rumah sebelah. Seperti inilah dunia gadis kecil dalam otaknya hanya bercerita tentang anjingnya harus memperbaiki keturunan. Isi doa Moza tetap sama yaitu perbaiki keturunan.
“Tuhan, berikan izzy pasangan cakep biar bisa perbaiki keturunan 100%. Aminnn” rutinitas doa Moza setiap hari. Memperbaiki bagian poni rambut Moza sambil berusaha menahan tawa memang sangat sulit dilakukan. Menikmati hari libur bersama gadis kecil pada salah satu taman bermain anak menciptakan keseruan tersendiri.
Siapa pernah menduga bayi mungil yang seolah mustahil berkembang tumbuh menjadi gadis kecil paling manis. Anak perempuan Neva Frodine sekarang menjadi penyemangat hidup sekaligus cahaya. “Izzy jangan galau-galau lagi, ngerti?” Moza memberi ice cream vanilla ke mulut anjing kecilnya.
“Moza jangan main jauh-jauh!”
“Tenang saja mi” balas Moza.
“Zana…” terdengar suara seseorang menyebut namaku.
“Farand bukan maksudku Nadav…”
“Saya menyukaimu setidaknya kau tahu perasaanku” Nadav.
“Tapi saya juga ingin mendobrak pintu hatimu buatku” Nadav.
“Caranya?”
“Mengajak makan, antar- jemput klinik, atau masak bersama biarpun saya hanya tahu buat telur ceplok itupun hangus” Nadav.
“Ngomong-ngomong kapan saya bisa belajar mendobrak pertahanan hatimu?” sekali lagi berkata-kata tanpa memberi jedah…
“Terserah” balasan buatnya sambil menyodorkan sisa ice cream miliki izzy.

#TAMAT#