DAUN KERING
ITU BERNILAI…
BAGIAN 1…
Kireynzie…
Suatu kondisi dari sebuah jembatan
rusak menjadi objek tersendiri setiap
kakiku berjalan melewati. “Objek menarik,” hanya kalimat seperti inilah setiap
saat muncul dengan sendirinya. Bagi
seorang mahasiswi psikolog sepertiku membutuhkan berbagai objek tetapi dapat
memberikan sebuah nilai, disaat menjelaskan tentang sesuatu hal. Jembatan rusak
sama seperti psikolog hidup seseorang saat-saat tertentu, ketika berjalan pada
lingkaran kecil maupun besar. Terkadang hidup seseorang hanya bercerita tentang
karakter bersama dunia psikolog tiba-tiba begitu saja hadir, namun menciptakan
kenyataan paling mencekam.
Jembatan rusak dapat menjadi gambaran
tentang psikolog seseorang sedang rusak ketika berjalan mengejar atau hanya
sekedar memperbaiki situasi. Terlalu sulit memahami pernyataan tersebut,
kenapa? Dikarenakan hanya Tuhan dan saya menyadari makna tersebut. Mahasiswi
psikolog tingkat akhir bernama Kireynzie sedang bergumul tentang penyusunan
skripsi dengan mengumpulkan beberapa objek sebagai karya tulisnya. Menjadi
objek perhatian, saya masuk tahap jembatan rusak ataukah tidak akibat mencari
kualitas system penyusunan yang tidak biasa dari mahasiswa akhir manapun?
“Seperti memikirkan sesuatu,” mami
sedikit membuka lebar pintu kamar sederhana berukuran kecil. Mami menyadari
betul anaknya sekarang dan bagaimana dilema mencari system penyusunan tidak
biasa untuk segera mendapat gelar yang kuimpikan.
“Mami salah menebak,” jawabku berusaha
menutupi.
“Pasti tentang judul skripsi lagi kan,”
berjalan mendekat ke arahku mencoba mencari tahu bahkan memastikan segala hal…
“Entahlah mi,”
“Dosen pembimbing Kirey sudah cerita
semua sama mami kemarin di kampus” tangan mami mengambil selembar kertas. Mami
merupakan salah satu dosen pengajar kampus
tempatku menuntut ilmu demi meraih mimpiku.
“Kirey pusing harus membahas
permasalahan tentang apa buat skripsi,” tanganku terus saja menepuk-nepuk meja.
“Jembatan rusak” suara mami nyaring
terdengar membaca sebuah tulisan tertera jelas memenuhi area meja kamarku.
“Dasar anak psikologi segala sesuatu
harus dikaitkan pada hal-hal aneh” celoteh mami kembali menyadari sesuatu hal.
Wajar mami berkata-kata seperti itu, dirinya bukanlah salah satu dosen bagi
fakultas psikologi.
“Jembatan rusak itu identic akan
permasalahan seseorang ketika sedang berhadapan ataupun melewati suatu
kondisi.” Ujarku menoleh ke arah mami biar berhenti mengejek tulisanku.
“Maksudnya?”
“Ada saat seseorang berhadapan tentang
suatu permasalahan, secara otomatis dan pastinya psikologinya secara logika
dapat rusak sebagian atau total keseluruhan.” Pernyataan tersebut cukup membuat
mami terdiam tanpa harus menertawakan tulisanku sekali lagi.
“Berarti psikolog rusak digambarkan
jembatan rusak…” raut wajah mami keanehan. Kepalaku hanya mengangguk pertanda
membenarkan ucapan mami.
“Kirey, tidak ada salahnya mencari tahu
dan mempelajari tentang dunia sex kemudian menghubungkan secara psikolog atau
bahkan menggambarkan sebagai jembatan
rusak.”
“Maksud mami?”
“Kirey membutuhkan judul dan penyusunan
skripsi tidak biasanya bahkan mempunyai cerita tersendiri untuk dibahas. Mami
hanya sekedar memberi saran buatmu.”
“Mami menyuruh Kirey menjelaskan tentang
dunia psikologi seksualitas.” Membuatku hampir tidak mempercayai ucapan mami.
“Tidak ada salahnya, dimulai dari
kenakalan remaja, kupu-kupu malam, permasalahan sex normal ataupun tidak normal
sehingga mengganggu psikolog seseorang. Kirey, sekarang hidup di zaman modern
terbungkus permasalahan psikolog seksualitas yang tidak biasa dari tahun-tahun
kemarin ataupun generasi sebelumnya.” Mami mencoba membukakan sepasang bola
mataku untuk melihat keadaan zaman sedang bermain bersama bibit dan generasi
penerus dalam sebuah titik lingkaran.
“Bagaimana permasalahan materi
pembahasan dan lain sebagainya, mi?”
“Kirey, harus berpikir tenang” ungkap
mami.
“Berpikir gimana mi?” mataku melotot ke
arah mami.
“Mempelajari sesuatu hal membutuhkan
proses, sama seperti susunan skripsi Kirey sekarang” kata-kata mami membuatku
merenung sesuatu dibalik sebuah objek. Berpikir, tenang, butuh proses, penyusunan
berada dibalik sebuah objek bagi langkah hidup Kireynzie. Menendang setiap
benda di sekitarku ketika berjalan melewati tikungan demi tikungan menuju
kampus. Kalimat ini dapat dijadikan pernyataan sebagai sastra tersembunyi
spesial bagi seseorang yang sedang menggeluti dunia sastrawan. Menendang setiap
benda di sekitarku setiap melewati tikungan, mempunyai makna tersendiri bagi
seseorang. Namun, berlaku bagi seseorang yang pada dasarnya memahami pernyataan
ataupun gambaran tersebut.
Memainkan kaleng soda seperti biasa
kebiasaanku setelah meneguk sekaligus menghabiskan seluruh isinya. “Saya sudah
mendapat judul pembahasan paling tepat spesial for my skripsi,” teriak Isrel
mengagetkan dari arah belakang. Suaranya memenuhi lapangan dan taman kampus
Kenward. Terkadang sikap Isrel membuat diriku bersikap dingin. Tetapi di lain
hal juga membuatku akan selalu berucap dia adalah sahabat terbaik.
“Syukurlah,” acuh tak acuh tanpa
memperdulikan seperti apa kebahagiaan Isrel sekarang.
“Kirey, apakah kau dalam masalah besar?”
pertanyaan dia menyadari sesuatu.
“Pergilah, saya lebih suka menyendiri
dibanding melihatmu berteriak seperti tadi!”
“Tidak seperti itu kali cara mengusir,”
seperti biasa Isrel berkata-kata sambil memotong kuku tangan memakai gigi-gigi
tajam yang dia miliki dengan cara menggigit terus menerus.
“Kebiasaan buruk,” menyindirnya.
“Saya tahu masalahmu sekarang” Isrel
dengan mudah menebak sesuatu dalam diriku.
“Jadi…” menatap dia tanpa memperdulikan
kalimat terjutek dari perbendaharaan mulutku. Tiba-tiba dia membisikkan sesuatu
ke telingaku, hingga membuat wajahku merah seperti kepiting rebus. Mami memberi
tahu Isrel tentang judul skripsi yang membuatku pusing bahkan mengalami depresi
akhir-akhir ini. Lebih parah lagi, mami tanpa sepengetahuanku mendaftarkan
judul skripsi tentang permasalahan yang sama sekali merupakan hal tabu bagiku.
Isrel memberitahukan campur tangan mami menuju fakultas psikolog menemui dosen
pembimbingku. Hal lebih mengerikan Isrel membisikkan sesuatu hingga membuat
wajahku merah menyala seketika itu juga.
“Kau gila,” teriakanku pada Isrel
melemparkan kaleng soda ke arahnya, namun berhasil ditepis.
“Why not, Kireynzie?” pernyataan Isrel.
“Kirey, judul pembahasan skripsi yang
disarankan orang tuamu benar-benar menantang dan kau harus berjuang” Isrel
kembali berkata-kata sambil bertolak pinggang mengarah ke wajahku.
“Kau tahu akibat membaca karya-karya
seperti itu?” teriakanku.
“Kirey lagi berpura-pura atau memang
pada kenyataan benar-benar polos,” sindir Isrel.
“What?” mataku melotot marah…
“Kirey, andai kata saya menyuruh seorang
anak kecil membaca atau tanda kutip maka hal tersebut memang merupakan
kegilaan. Hanya menyuruhmu membaca demi
penyusunan skripsimu sekarang.”
“Kau keterlaluan,” amarahku.
“Memangnya kau belum pernah berpengalaman
sama sekali tentang dunia seksual?” memcurigai sesuatu hal…
“Berarti Isrel memang benar-benar
berpengalaman untuk masalah sex level tinggi,” nada penekanan menyindir
dirinya.
“Pengalaman, wow” hanya hal tersebut
keluar dari mulutnya sambil tertawa menanggapi sindiranku. Menyuruhku membaca
karya-karya berbau dalam tanda kutip…merupakan hal terbodoh dari dunia Isrel.
Toko buku merupakan salah satu cara
terbaik mempelajari segala sesuatu berbau sex beserta pemahaman psikolog
seseorang ketika terbungkus hal-hal yang tidak biasa. “What? Tata cara
bercinta, buku apaan ini” gerutuku sendiri melihat beberapa judul buku.
“Memang saya sudah menikah apa?” kembali
bergerutu sendiri jauh di dasar hati.
Nothing impossible, mempelajari hal-hal
seperti ini sekalipun dunia Kirey belum memiliki pengalaman. Demi sebuah
susunan skripsi, dimana bagi akal sehat mami juga Isrel benar-benar mempunyai
tantangan tersendiri dalam pembahasannya. Ada begitu banyak hal bermain bahkan
bercerita kuat tentang objek seperti ini. Menerima tantangan mami membuat
sebuah pembahasan bahkan menghubungkan antara satu dengan lainnya dalam sebuah
susunan berbau psikolog seksualitas di zaman modern yang tidak lazim.
“Hei, bukumu terjatuh!” kalimat
seseorang menyerahkan sebuah buku.
“Terimah kasih” ucapku segera mengambil
buku tersebut dari tangannya.
“Kenapa kau membeli begitu banyak buku
berbau seksual, tata cara percintaan, dan masih banyak lagi?” dia langsung
berbicara pada inti tanpa ada kata permisi terlebih dahulu. Wajahku pasti tidak
asing lagi saat berada di toko buku Syalalala. Bagaimana tidak setiap hari saya
terus saja berada disini demi sebuah tuntutan susunan skripsi paling menantang
menurut mami.
“Apakah kau sudah berkeluarga?” kembali
pertanyaan bermain terhadapku.
“Saya belum berkeluarga” jawabku.
“Lantas?” tangannya menunjuk ke arahku
seolah menyerang sebagai intel…
“Skripsi”
“Ternyata mahasiswa tingkat akhir,
jurusan?” balik bertanya lagi…
“Psikologi, universitas Kenward” jawabku
kembali.
“Setahuku hanya dokter spesialis obgin
khusus membahas hal-hal seperti itu atau dunia kebidanan” dia berucap sambil
menawarkan sebotol minuman kepadaku.
“Saya ingin membahas permasalahan
karakter seksual seseorang dari normal bahkan melampaui batas logika pemikiran,
kemudian menghubungkan antara satu dengan lainnya di beberapa tempat ataupun
objek lainnya.” Entah mengapa saya dapat menguraikan lebih detail untuk pertama
kali terhadap orang asing.
“Saya menyarankan kau harus mempelajari
secara langsung beberapa tempat, membaca artikel-artikel kisah nyata, kehidupan
selebritis mungkin, kenapa? Karena sebagian selebritas bahkan hampir
keseluruhan tidak lepas dari kehidupan bebas dan permasalahan seksual,”
ucapannya.
“Kenapa saya harus mempelajari hidup
selebritas?” ucapku.
“Salah satu artis internasional berkata
saya adalah pelacur terpanas, secara logika dia mempunyai kekayaan luar biasa,
terkenal, cantik, dan banyak hal yang dimiliki. Menjadi pertanyaan kenapa? Apa
yang salah pada hidupnya?” ungkapannya mencoba menjawab…
“Kenapa?” tanyaku.
“Secara fisik, artis ini memiliki semua
yang ingin dimiliki banyak orang, tetapi dilain hal ada rasa hambar bahkan
terdapat kekosongan dalam hidupnya. Sehingga pada akhir cerita, psikologinya
terganggu dan melampiaskan pada sebuah ikatan sex abnormal.” Penjelasan panjang
darinya.
Inilah hidup, seseorang berjalan pada
sebuah area yang merupakan jurang dikarenakan sebuah perasaan hambar dalam
hidup, sekalipun pandangan mata berkata tentang kesempurnaan. Semua wanita
ingin memiliki segala sesuatu yang dimilikinya, tetapi dibalik semua itu
terdapat rasa hambar/ kekosongan tertentu bahkan tidak dapat terisi oleh objek
sejenis apapun. Artis itu berpikir, jika satu-satunya cara mengisi kekosongan
tersebut adalah kenikmatan sex. Semua orang membutuhkan sex, tetapi pada letak
yang tepat dan tidak bercerita di jalur salah.
“Terkadang ada pula seorang selebriti
terlihat tertutup, tetapi siapa yang menduga memiliki kelainan sex pada
dirinya” Kembali dia menjelaskan sesuatu…
“Anda bukan hakim untuk menilai seseorang,”
ungkapku menatapnya.
“Kau ingin mempelajari permasalahan
seksual, kemudian saya membantu menjelaskan. Ada yang salah? Saya memang bukan
hakim, tetapi perlu kau ketahui ini kenyataan hidup dan ikatan hingga membuat
psikolog seseorang terganggu tentang banyaknya permasalahan seksual.” Dia hanya
mengungkapkan kembali tentang kenyataan hidup, mungkin saya merupakan manusia
terpolos di dunia sama sekali tidak memahami hal-hal seperti ini.
“Kalau
boleh tahu nama anda siapa?” tanganku terulur ke hadapannya.
“Saya Nefritsal, bekerja sebagai salah
satu tenaga medis juga seorang dosen pada salah satu kampus.”
“Tenaga medis itu banyak, ada dokter,
suster, farmasi, laboratorium, dan…” ujarku.
“Saya seorang bidan bukan dokter ataupun
suster,” menjawab pertanyaanku memakai suara lantang.
Nama keren, tetapi pekerjaan sebagai
seorang bidan kedengaran seperti aneh saat mendengar hal tersebut. Sempat
berpikir jika dia adalah salah satu pimpinan perusahaan atau minimal seorang dokter
spesialis, tetapi luar dugaan. Kami bercerita beberapa hal, pertama kali bagi
hidupku bertemu orang asing dan dapat bertukar pikiran untuk beberapa bidang.
Nefritsal berperan sebagai bidan desa, namun harus berada di kota ini selama
beberapa waktu untuk melanjutkan pendidikannya. Dilain sisi dia seorang
mahasiswa,tetapi juga berperan sebagai salah satu tenaga pengajar.
“Bisakah kita menjadi sahabat setelah
ini?” mata, ucapan bibirku, dan hati benar-benar menginginkan dia mau menjadi
temanku.
“Berikan saya akun IG, ID, FB, BBM, dan
seluruh akun medsos yang kau miliki!” perintahnya menyodorkan hand phone
android miliknya. Setelah pertemuan tersebut, kami akhirnya menjadi sahabat
dalam bertukar pikiran. Ka’Nefrit merupakan teman baik selain Isrel untuk
banyak hal. Banyak membantuku serta mengarahkan demi memahami proses pembahasan
skripsi yang sedang kuhadapi.
Hari-hariku disibukkan dengan catatan
penting tentang beberapa istilah-istilah bagi penyusunan skripsi semester
akhir. Mencoba mempelajari kehidupan remaja serta mencari tahu tentang proses
perkembangan akibat teknologi zaman modern. Mulai mencoba membaca karya tulis
berbau pornografi pada salah satu aplikasi terkenal. Seperti yang diketahui, sebagian besar
penulisnya berada pada umur remaja bahkan terlalu belia untuk memahami
kalimat-kalimat percintaan orang dewasa. Entah dibalik akun tersebut mengatas
namakan wajah anak remaja ataukah pada dasarnya ini benar-benar nyata. Dapat
melukiskan kata demi kata adegan-adegan percintaan melalui sebuah karya tulis,
itulah dunia remaja masa kini.
“Kau harus berhati-hati membaca
aplikasi-aplikasi seperti ini!” ka’Nefrit memulai pembicaraan. Hari ini kami
janjian untuk bertemu di tempat biasa, lebih tepatnya toko buku Syalalala.
“Kenapa memang?” tanyaku
“Tentang beberapa dampak yang akan
terjadi” jawaban menyindir darinya.
Bagian 2…
Nefritsal…
Mempelajari kehidupan banyak orang
selain berperan sebagai salah satu tenaga medis yang hanya bercerita tentang
sebuah pengabdian terhadap masyarakat. Semua orang mungkin akan bertanya,
mengapa saya mengambil jurusan seperti ini? Jawabannya hanya Tuhan dan saya
yang tahu tentang hal tersebut. Mengambil kuliah jurusan kebidanan, singkat
cerita menjadi bidan desa bertempat pada salah satu wilayah terpencil. Hidupku
berbeda dari kebanyakan orang-orang sekitarku bahkan tidak akan pernah sama.
Saya menganggap langkah kehidupanku penuh teka teki bahkan benar-benar
misterius sekalipun terlihat normal bagi pemandangan mata siapapun.
Ada saatnya seorang Nefrit terlihat
segar ceria ketika berada dalam sekumpulan tempat. Keadaan tertentu saya akan
menjadi pribadi pendiam tanpa sepatah katapun di tempat lain. Terkadang menjadi
seperti manusia sombong tanpa menegur banyak orang, inilah karakter hidupku.
Apakah karena permasalahan antara kehidupanku dan sebagian dari mereka berbeda
ataukah pandangan meragukan setiap saat akibat sebuah keadaan atau kejadian misterius
belasan tahun silam. Tuhan, hidupku tidak pernah ingin bercerita tentang sebuah
akar kepahitan terhadap siapapun, dan jauhkan semua itu dari lingkaran
langkahku.
“Ibu bidan, tolong istri saya mau
melahirkan!” suara ketukan rumah membangunkan tidurku tengah malam. Segera
menyalakan lampu, melihat arah jam berputar. Membuka pintu rumah, kemudian
mempersiapkan segala peralatan partus.
“Gunting, betadine, kasa steril,
katerisasi, spoit, air dtt, hand scoen steril,
oksitoksin,” memastikan seluruh kelengkapannya dan meletakkan sesuai
tempatnya.
“Apa lagi yang kurang” mataku segera
masih melihat seluruh peralatan tersebut.
“Cepat ibu bidan!” perintah pak Sawir
khawatir terjadi sesuatu terhadap istrinya.
“Iya pak, nyalakan motornya segera”
perintahku. Inilah pekerjaanku, terkadang harus bangun tengah malam hanya untuk
melakukan tugasku sebagaimana mestinya. Memeriksa keadaan istri pak Sawir
bahkan memastikan tidak terjadi sesuatu yang membahayakan keselamatan ibu juga
janinnya. Pembukaan lengkap, bahkan kepala janin sudah nampak sekitar vulva
ketika kami sampai. Mengeluarkan seluruh peralatan dari bak partus, memakai
sarung tangan steril untuk melakukan pertolongan.
“Mengedan panjang ibu, biar kepala
bayinya lahir!” perintahku menyarankan ibu Sawir. Tepatnya pukul 02.25 pagi ibu
Sawir melahirkan bayi perempuannya dengan selamat. Harus mengobservasi/
memantau tanda-tanda vital tekanan darah, pernapasan, suhu, nadi, selain itu
jumlah darah dalam bentuk perkiraan selama dua jam setelah ibu melahirkan.
Syukurlah tidak terjadi laserasi atau robekan jalan lahir, sehingga
penjahitanpun tidak perlu dilakukan. Hal lebih rumit bagi seorang ibu, andai
kata laserasi berada pada tingkat empat bagian rectum pun ikut robek.
Membaringkan tubuh sejenak setelah
kembali berada di rumah, itulah keadaanku sekarang. Sesuatu mengenai kepalaku,
hingga membuatku kembali terbangun dari tidur. Sebuah buku tiba-tiba saja
terjatuh dari atas lemari ke arah tempat saya berbaring. “Hanya sebuah
kenangan,” gumamku dalam hati memandang kata demi kata dari isi buku tersebut.
Bayangan seseorang mengembalikan memoriku masa-masa sebelumnya…
“Shine…” merupakan salah satu isi
sekitar pertengahan lembar dari buku tersebut. Pertama kali ingin mempelajari
bahasa asing, mataku hanya tertuju terhadap satu kata tersebut. Duniaku terlalu
bodoh untuk mengenal terlebih mengusai bahasa-bahasa internasional. Namun,
entah mengapa hatiku ingin belajar
sekalipun saya terlalu bodoh dalam penguasaan bahasa asing. Kata itu pula,
membuat langkah kakiku berbeda dari siapapun juga, mempunyai makna tersendiri terhadap
pola pikir serta pembentukan duniaku.
Flasback…
“Saya menyukai kata ini,” ungkapku.
“Pasti mempunyai misteri tersendiri”
“Shine berarti menyinari, kau tahu kalau
saya ingin melakukan banyak hal dan menjadikan kata seperti ini sebagai sebuah
kunci bagi hidupku.” Tersenyum menatapnya. Dia selalu ada mengisi hidupku
dengan hal-hal baru. Ketika air mataku terjatuh, tangannya seakan menggenggam
kuat jemariku hingga dapat berjalan melewati sebuah badai. Menjadi pendengar
setia akan setiap permasalahanku, tanpa pernah bosan tetap berada di sekitarku.
Hingga suatu hari, seiring berjalannya
waktu, “Saya harus pergi...” kata-kata terakhir darinya…
Flashback…
Semenjak perpisahan kami, sedikitpun
kabar darinya tak pernah terdengar oleh gendang pendengaranku. “Kau hanya
bagian dari masa lalu” mataku memandang selembar foto yang masih terselip
hingga detik sekarang memenuhi ruang hatiku. Hidupku masih dapat berjalan
bahkan mengungkapkan berbagai cerita, sekalipun dia tidak akan pernah ada di
depanku. Tuhan tahu hal terbaik bagi langkahku, belajar tentang warna pelangi
melalui hal terpahit dalam lingkup kehidupanku.
“Jangan pernah kecewa terhadap hal
terpahit sekalipun yang sedang melingkupi hidupmu sekarang ataupun suatu hari
kelak,” kalimat terbaik bagi diriku sendiri melekat kuat demi sebuah penghiburan semata. Penyemangat hidup
ketika menjalani atau sedang berlayar di tengah samudera luas penuh badai.
“Sakit ibu bidan” wajah nampak meringis
dari seorang ibu akibat kontraksi.
“Tenang ibu, jangan mengedan selama
pembukaan belum lengkap” ucapku, pagi cerah disibukkan oleh pasien hendak
melahirkan.
“Sakitnya makin bertambah” wajah nampak
meringis tak kuat menahan kontraksi.
“Ibu hanya perlu menarik nafas
dalam-dalam, selanjutnya buang tapi jangan mengedan!” berusaha menenangkan.
“Memangnya kenapa ibu bidan?”
“Portio
ibu bisa bengkak, juga dapat terjadi robekan bagian jalan lahir bayi bahkan
perdarahan juga dapat terjadi” penjelasanku.
“Sabar ibu yah,” berusaha menenangkan
sang ibu.
“Bagaimana keadaan istri saya ibu
bidan?” rasa cemas suami melihat keadaan
istrinya.
“Masih pembukaan 6,” ucapku.
“Kenapa lama sekali ibu bidan?” si’ibu
terlihat menggerutu.
“Umumnya anak pertama proses kelahirannya
membutuhkan waktu panjang,” kembali memberikan pengertian terhadap mereka.
“Ibu harus makan, biar mempunyai energy
kuat sewaktu mengedan sebentar jika pembukaan sudah lengkap” kembali
mengarahkan si’ibu. Agar mempunyai tenaga sewaktu mengedan, maka ketika tidak
terjadi kontraksi sang ibu harus makan atau minum sehingga dapat membantu dalam
proses persalinan. Minimal meneguk segelas teh, kenapa? Dikarenakan pada teh
mengandung asupan karbohidrat berperan sebagai sumber energy bagi sang ibu.
“Baik ibu bidan, biar saya yang
menyuapi” kalimat sang suami berperan sebagai suami siaga dan selalu ada bagi
keluarganya.
Pertama kali mengalami persalinan dengan
kata lain disebut sebagai primigravida/ anak pertama terkesan menyakitkan.
Proses persalinan pun lebih lama dibanding multigravida. Kembali lagi kepada
fisik masing-masing ibu, terkadang seorang ibu menganggap dirinya sedang berada
dalam sebuah liang kubur. Mempertaruhkan nyawa ketika hendak melahirkan sang
buah hati. Dilain hal, terdapat pula seorang ibu sama sekali tidak merasakan
sakit hanya menganggap biasa ketika uteri/ rahim sedang berkontraksi. Kasus ibu
semacam ini, dikarenakan terbiasa akan pekerjaan-pekerjaan berat. Berada di
ladang, melakukan pekerjaan rumah tangga membuatnya kuat bahkan sama sekali tidak
memiliki kesulitan ketika hendak melahirkan.
Jauh berbeda pada sang ibu yang jarang
beraktifitas terlihat tak mampu menghadapi persalinan. Masing-masing ibu
memiliki tingkat fisik berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Terkadang ada
saat seorang ibu hendak melahirkan membuatku ingin tertawa, kenapa? Tidak
terjadi kontraksi uteri, tetapi berteriak keras mengeluh kesakitan. Terdapat
beberapa jawaban diantaranya manja, tidak terbiasa melakukan aktifitas dalam
rumah sehingga hanya sakit biasa teriaknya minta ampun, usia masih dalam batas
remaja, dan terakhir sekedar mencari perhatian terhadap sang suami.
Para bidan dapat mengetahui apakah ini
benar-benar kontraksi Rahim biasa disebut sebagai his ataupun bukan. Apa bila
tangan bidan memegang area abdomen/ perut ibu teraba keras seperti dahi
menandakan perlangsungan his benar-benar kuat. Andai kata itu tidak terjadi
hanya teraba lunak berarti rasa sakit
itu tidak ada dan terkadang bersifat ingin mencari perhatian semata. His dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu his palsu dan asli. Bracxton his alias His palsu
bersifat nyeri tetapi beraturan, timbul hilang, tidak terjadi pembukaan,ibu
masih dapat tersenyum pastinya, jauh berbeda terhadap his sesngguhnya nyeri
tembus belakang, tidak beraturan dan berlangsung lama, ketika terjadi his
abdomen terada seperti dahi keras bukan lunak, terjadi pembukaan.
“Akhirnya, anak saya lahir juga” rasa
haru melihat bayinya melingkupi seorang ayah. Mendekap dan mengucapkan sesuatu
pada telinga sang bayi.
“Selamat yah pak” ucapan selamat dariku.
Di tengah dialog kami, tiba-tiba telepon celulerku berdering keras.
“Bapak tidak bohongkan?” kalimatku
mendengar berita dari pusat. Saya dapat melanjutkan kembali pendidikan setelah
beberapa tahun lamanya mengabdi sebagai seorang bidan desa di ibu kota.
Akhirnya, keinginanku untuk melanjutkan pendidikan dapat terkabulkan juga.
Wow..
Beberapa teman-teman seperjuanganku
memberi ucapan selamat, saya akan berada di ibu kota selama beberapa waktu.
Selain itu, salah satu kampus menawarkan saya untuk menjadi salah satu tenaga
pengajar selama masih berada di ibu kota. Kembali ke kota dan jauh dari desa
terpencil tempat saya ditugaskan, inilah langkah hidupku sekarang. “Saya pasti
merindukan hidup bersama penduduk disini” bisikan hatiku selama berada dalam
bis.
“Apakah kau akan berada di hadapanku
secara tiba-tiba suatu hari kelak?” entah mengapa memori tentang dia tiba-tiba
muncul. Berusaha memendam rasa sakit akibat sebuah goresan dari kehidupan
seseorang di masa lalu. Lingkaran hidup masa lalu mengajarkan tentang suatu
gerbang besar yang harus kulewati.
Flashback…
“Kau dan saya harus belajar gambaran
tentang makna kualitas nilai disaat daun kering berjatuhan memenuhi bumi,”
kata-kata tersebut setiap saat memenuhi gendang pendengaranku.
“Makna daun kering itu sendiri seperti
apa?” pertanyaanku terhadapnya.
“Jalani hidup seperti biasa, suatu hari
kelak kau akan menyadari makna dari gambaran yang terus saja memenuhi beranda
pemikiranmu,” jawaban darinya, sedikit membuat otakku berputar tidak jelas.
“Wow…” tersenyum di hadapan dia.
Menjalani kehidupan, dia ada untuk mengajarku
tentang kualitas nilai. Hingga suatu ketika dia pun berperan menggoncangkan
sesuatu dalam hidupku. “Saya harus pergi, hubungan ini harus berakhir…” kalimat
paling mengerikan terdengar jelas oleh gendang pendengaranku.
Flashback…
“Permisi,” suara seseorang
membangunkanku dari tidur panjang.
“Sudah sampai, maaf membangunkan tidur
nyenyak anda!” ungkap sopir bis terhadapku.
“Saya yang seharusnya meminta maaf bukan
bapak,” balasku.
“Sepertinya mimpi anda benar-benar
indah,”
“Mimpi indah, pada kenyataan hanyalah
mimpi buruk” bisikan hatiku bergema tersenyum pahit berusaha menutupi semuanya
dari sekitarku.
“Semoga hari anda menyenangkan!” kalimat
sopir bis sebelum meninggalkan tempatku berpijak.
“Terimah
kasih,” ujarku tersenyum. Dari terminal, akhir cerita petualanganku
berlanjut ke bandara yang akan mengantarkan menuju ibu kota demi menempuh
pendidikan.
Menjalani aktifitasku sebagai salah satu
mahasiswa merupakan aktifitas terbaru bagi hidupku. Beruntung, saya mendapat
tawaran menjadi salah satu pengajar pada salah satu kampus D3 kebidanan.
Melewati keramaian kota, menjalankan dua peran setiap hari adalah pengalaman
terbaru bagiku. Pinggiran jalan ibu kota seperti biasa dipenuhi para pengemis
meminta uang demi dapat menjalani
hari-hari mereka.
Ada saat dimana hatiku menaruh rasa
ibah, kemudian memberikan salah satu dari pengemis tersebut selembar uang
sekalipun tidak bernilai setidaknya memberi penuh keihklasan. Akan tetapi,
lebih banyak saya akan melewati para pengemis tersebut tanpa pemberian sepersen
pun uang. Kebanyakan orang dapat saja berpikir, bahkan saya tidak memiliki hati
nurani terhadap mereka. “Mereka harus belajar tentang kata mencari mencucurkan
keringat,” jawaban paling tepat.
Hampir secara keseluruhan penduduk para
pengemis berada dibawah umur ataupun masih berusia muda. Satu hal yang pasti,
Tuhan tidak pernah mengajarkan manusia menjadi peminta-minta. Hidup para anak
harus terarah, bukan bercerita tentang sebuah istilah menjadi pengemis demi
sepotong roti. Memberi berarti mengajarkan kemalasan terhadap mereka untuk
berjuang dan memahami arti keringat mencucur demi sepotong roti. Sehingga
mereka tidak akan pernah tahu tentang pembentukan terhadap kerasnya kehidupan.
“Ka’ minta uangnya” salah seorang anak
berusia ± 9 tahun menyodorkan tangannya ke hadapanku sekitar area parkiran
pusat perbelanjaan.
“Adek, jangan menjadi pengemis! andai
kata tanganku memberikan kamu uang berarti saya mengajarkan kemalasan terhadap
hidupmu.” Kalimat tersebut muncul begitu saja buat dia, singkat cerita
tangannya kemudian berhenti meminta. Banyak orang dapat memberi penilaian saya
seorang tanpa belas kasihan, tetapi dilain hal pola pikirku ingin bercerita
tentang mendidik. Mengemis bukanlah satu-satunya jalan meraih sebuah kehidupan.
Jauh lebih baik mencucurkan keringat sekalipun uang yang dihasilkan tidaklah
seberapa, tetapi mengajarkan kehidupan untuk melawan badai.
Berada pada salah satu toko buku di
tempat baruku sekarang merupakan aktifitas terbaru dariku. Melalui tempat itu
juga, Tuhan mengirimkan seorang teman baru bagiku. Mahasiswi fakultas psikolog
sedang bergumul untuk penyusunan skripsi, lebih aneh lagi mengumpulkan banyak
referensi buku tentang dunia seksualitas. Kireynzie merupakan nama lengkapnya,
akrab dengan sebutan Vania bagi kebanyakan orang. Teman terbaik walaupun dia
masih berstatus mahasiswi.
“Ka’Nefrit, bisakah kita bertemu?” pesan
singkat Kirey melalui WA. Seperti biasa, Kirey banyak mengalami pergumulan
permasalahan tentang skripsi ataupun orang tuanya menginginkan dia dapat
membuat sesuatu yang menantang bagi para dosen dalam penyusunannya. Bagi orang
tua lain tidak begitu paham tentang permasalahan perkuliahan anak-anak mereka,
lain hal akan dunia Kirey. Orang tuanya menjadi salah satu tenaga pengajar
membuat kirey harus menyadari suatu fungsi peran.
“Tidak ada yang salah tentang pemikiran
orang tuamu, karena beliau menyadari batas letak kemampuanmu sampai dimana”
tegurku terhadap Kirey saat bertemu di tempat biasa. Dunia para orang tua
antara satu dan lainnya masing-masing mempunyai perbedaan tersendiri
diantaranya tuntutan, kebebasan, pilihan, penilaian sepihak dan masih banyak
lagi.
Bagian 3…
Kireynzie…
Mempelajari keadaan termasuk terjun secara langsung
mencari pengaruh, sebab-akibat, defenisi, mekanisme kehidupan seksual mereka
yang sedang berada pada tepi jurang. Entahkah penyebab utama pergaulan bebas,
kekurangan kasih sayang, terdapat kekosongan ataupun rasa hambar di suatu area
tertentu dalam diri sehingga menganggap dunia sex merupakan obat paling ampuh
melebihi apapun.
“Saya akan menjelajah kehidupan malam,
mendekati wanita-wanita PSK, memasuki dunia remaja melalui dunia medsos ataupun
tempat-tempat mereka bersarang, atau apa saja” berbicara pada diri sendiri.
Mulai mempersiapkan beberapa perlengkapan, entahkah sekedar berjaga-jaga
ataupun hal lain.
“Kirey mau kemana malam-malam seperti
ini?” tegur mami berdiri secara mengejutkan depan pintu kamarku.
“Ada hal penting mi,” jawabku segera
berlalu dari hadapan mami.
“Hampir saja, ini juga karena perbuatan
mami sampai anak semata wayangnya melakukan hal-hal tergila” celotehku segera
menghidupkan mesin motor. Menurut cerita Isrel, tengah malam seluruh kupu-kupu
malam akan berkumpul sekitar di tempat-tempat seperti ini. Ternyata memang
benar, pinggir jalan penuh perempuan-perempuan siap untuk menjajahkan diri
mereka sendiri. Saya harus mendekati mereka, bagaimanapun caranya demi tugas
akhir.
Apakah perlu saya memakai pakaian sama
seperti mereka? Warna lipstik menyala, kekurangan kain, sepatu hak tinggi
terlihat benar-benar mengerikan. Hal terbodoh bahkan pemikiran paling gila
membayangkan gaya berbusana Kirey mencerminkan kupu-kupu malam. “Nona manis,
mau kemana?” tegur seorang pria paruh bayah berusaha mendekat ke arahku.
“Mau kesana” rasa takut, keringat dingin
mengusur seluruh tubuh.
“Kenapa harus kesana, saya siap membayar
tubuhmu berapapun yang kau mau hanya untuk semalam?” ucapan menjijikkan
darinya. Saya tidak pernah berpikir kejadian seperti ini akan terjadi, pria
tua, gila, berlemak, berbau tanah berusaha mencolek tubuhku. Apakah pria
tersebut sama sekali tidak menyadari kegilaan dalam dirinya?
“Polisi,” suara bunyi sirene polisi
berbunyi keras, hingga semua orang berlari sekuat tenaga agar terhindar dari
kejaran petugas. Pria paruh bayah itupun segera berlari kuat bahkan melupakan
hasrat seksualnya. Kakiku harus segera berlari sekuat tenaga, jangan sampai
petugas ikut membawa saya mengira bagian dari kupu-kupu malam. Hal paling
menyebalkan, belum terjadi wawancara penting, tetapi semua berakhir kacau.
Bersembunyi sekitar semak-semak agar
tidak tertangkap dari kejaran petugas. “Kau benar-benar gila Kirey,” memukul
kepalaku sendiri. Berjalan jongkok secaraa perlahan-lahan, seolah-olah saya
adalah seorang pencuri ataupun buronan. Tiba-tiba sebuah motor berhenti tidak
jauh dari tempatku mengendap-ngendap. Pemilik motor tersebut segera berlari ke
sebuah pohon untuk buang air kecil.
“Dasar laki-laki, BAK sembarang tempat”
gerutuku. Ide cemerlang muncul seketika, setelah orang tersebut siap kembali
mengemudikan motornya, saya segera berada di belakangnya menodong menggunakan
pistol mainan.
“Jangan melihat ke belakang, jalankan
sekarang juga,” ancamanku begitu saja. Tanpa pikir panjang dia melakukan apa
yang kuperintahkan. Akhir cerita, saya berhasil jauh dari kejaran para petugas.
Pria itu tidak menyadari pistol yang ada di tanganku hanya senjata mainan anak
kecil semata.
“Berhenti!” perintahku. Dia segera menghentikan
motornya, sama sekali tidak ada suara terucap dari bibir mulutnya. Kakiku
segera beranjak dari motor, tiba-tiba dia
berhasil mengambil kendali hingga merebut pistol yang kugunakan.
“Wanita gila,” tersadar pistol
tersebut hanya mainan anak kecil.
“Saya hanya ingin menghindari kejaran
polisi” berbicara padanya sambil tertunduk.
Matanya menatap tubuhku dari ujung
rambut hingga ujung kaki. “Jangan macam-macam” segera menarik sweater yang
berada di tangannya, untuk menutupi bagian atas tubuhku. Dia hanya terdiam
tanpa berkata-kata sepatah katapun. Tidak lama setelah itu, dia segera berlalu
dari hadapanku melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Berharap tidak akan
pernah bertemu kembali dengan dirinya.
Beberapa hari setelah peristiwa
tersebut, saya masih berpikir mencari jalan mencari lebih detail kehidupan para
kupu-kupu malam. Jika hanya berpatokan terhadap referensi buku, tidaklah cukup
menjelaskan permasalahan keadaan seperti ini. Saya harus memulai mempelajari
dari latar belakang wanita penghibur, berlanjut terhadap hubungan sebagian
besar kaum adam menyukai wanita lain sekalipun telah berumah tangga atau
memiliki istri sempurna.
“Pria itu lagi,” mengenal sosok
seseorang yang sedang berjalan sekitar pusat perbelanjaan terbesar. Memakai
topi agar ia tidak mengenalku sama sekali.
“Apa kau punya mata?” Sikapnya sangat
dingin, emosional tinggi. Salah satu pelayan restoran tanpa sengaja menabrak hingga
menumpahkan segelas jus ke arahnya, tatapan penuh amarah mulai dimainkan.
Berusaha menghindar tetap saja bertemu dengannya.
“Kau…” mengingat siapa diriku, setelah
menabrak salah satu pelayan restoran, kini giliranku bertabrakan dengannya.
“Salah orang” teriakku segera menjauh bahkan
jika perlu biarkan tubuhku bersembunyi di dasar lautan terdalam, itupun kalau
saya pintar berenang sih. Ternyata dunia tidak selebar daun kelor, dalam
sebulan hampir setiap saat seorang Kirey tanpa sengaja dan tersadar selalu
berpapasan dengan manusia paling dingin. Kepribadiannya begitu dingin, tatapan
sinis setiap saat menjelajah pada dirinya, terlihat arrogant, berpakaian hanya
mengenakan celana jeans dipadukan t-shirt.
“Kau siapa? Setiap saat terus membuntuti
pergerakanku” bahasaku sangat gerah bertemu dengannya. Sekitar lobi jalan, pusat perbelanjaan,
kampus, pasar malam, restoran, café, dan masih banyak lagi tempat-tempat yang
kulalui selalu saja wajahnya berpapasan denganku.
“Justru sebaliknya? Minggir!” bahasa
terkacau, terjutek, terdingin menyergap diriku.
“Saya tidak mengenalmu, jangan pernah
berada di depanku lagi!” teriakan amarah dariku.
“Gadis tergila,” bahasa mengejek
memenuhi mulutnya.
“Apa kau bilang? Coba ulangi sekali
lagi!” penekanan kalimatku.
“Manusia tergila”
“Rasakan ini” menginjak kakinya
sekeras-kerasnya dan berlari secepat mungkin. Suaranya masih terdengar jelas
berkumandang mengerang kesakitan akibat perbuatanku. Satu pertanyaan, mengapa
saya setiap saat harus berpapasan dengan manusia seperti itu? Memang di dunia
ini tidak ada cowok lain terlihat lebih manis, cool, sopan, baik hati, tanpa
memperlihatkan kepribadian arrogant. Apakah memang takdir menuntutku menghadapi hal-hal seperti
sekarang?
Petualanganku harus berlanjut, melupakan
deretan peristiwa mengesalkan itulah yang seharusnya terjadi. Menarik nafas
dalam-dalam, kembali mencari tahu
tentang latar belakang dunia para pekerja seks komersial di luar sana. Pusat
tempat tinggal mereka ternyata berada
tidak jauh dari arah lokasi mencari mangsa setiap malamnya. Sebagian dari
mereka berstatus mahasiswi, pelajar tetapi bermukim jauh sekitar lokasi.
Bermacam-macam jawaban masuk dalam gendang
pendengaranku, setelah melakukan adaptasi luar biasa tanpa rasa curiga
terhadapku.
“Saya mempunyai masa lalu kelam” ucapan
salah seorang PSK.
“Masa lalu kelam seperti apa?”
pertanyaanku sangat berhati-hati.
“Keadaan menuntut terlebih tekanan demi
tekanan bermain, membuat langkahku berada pada sebuah jurang” setetes air mata
terjatuh begitu saja di hadapanku. Hutang orang tua terlampau berat menuntut
untuk berada di jalan salah. Permasalahan tekanan berat membuat psikolog
seseorang terganggu, bahkan tidak dapat mengambil keputusan tepat hingga akhir
cerita lebih memilih jurang.
Di lain cerita, jawaban berbeda terucap
“Saya terjebak oleh orang terdekat sendiri, menipu dengan memberikan
janji-janji manis setelah berada di ibu kota ternyata membuat hidupku hancur
seketika.” Tangannya memegang sebatang rokok bahkan tiada henti terus menghisap
dan menghisap.
“Pacar saya menjebak, membuat hidupku
berada dalam ikatan obat-obat terlarang hingga kakiku tidak dapat lagi keluar
bahkan demi meraih benda haram itu tubuhku harus bermain di atas ranjang alias
menjajahkan diri.” Kesalahan dalam memilih pasangan hingga akhir cerita menjelaskan tentang sebuah jurang
hitam.
“Semua teman-temanku mempunyai dunia
fashion terbaru, sementara rasa haus hingga ingin menjadi sama seperti mereka.
Salah satu sahabatku mengajarkan jalan demi mendapat sejumlah uang.”
Menjajahkan tubuh hanya demi memenuhi kebutuhan fashion atau tampil sempurna
ketika berada di kampus, sekolah, ataupun sekitar lingkungan tempat kaki
berpijak merupakan hal terbodoh yang selalu kudengar oleh gendang telingaku.
“Saya memimpikan mempunyai sekolah
tinggi, sementara orang tuaku tidak memiliki sejumlah uang untuk membuatku
menjadi seorang mahasiswi.” Mempunyai mimpi tinggi, tetapi memakai jalan salah
demi berada pada sebuah puncak bukit. Banyak jalan menuju Roma, tetapi
seseorang harus mampu memilih jalan tepat mencapai tempat tersebut.
“Apa sih yang tidak saya miliki? uang,
rumah, mobil, ratusan pembantu, orang tuaku pengusaha sukses tetapi tidak mampu
memberikan kasih sayang sebagaimana mestinya. Saya berpikir jalan terbaik
mempunyai kenikmatan hidup melalui hubungan seksual terhadap banyak orang untuk
mengisi kekosongan dalam hidupku sendiri.” Kata-kata seperti ini sebagian besar
terjadi dalam hidup anak-anak konglomerat. Dia menjelaskan tentang keegoisan
orang tuanya, ending cerita memberikan jebakan hingga tidak dapat lepas akibat
ikatan begitu kuat. Kebanyakan anak akan mengambil jalan salah ketika orang tua
tak pernah bisa meluangkan waktu terbaik mereka. Kasih sayang orang tua
berperan penting bagi perjalanan hidup seorang anak. Terdapat satu berbanding
seribu dapat terbentuk oleh karena tak mendapat perhatian penuh dari orang tua
mereka, akan tetapi tidak bercerita bagi sebagian besar hidup anak-anak lain. Perbandingan
cukup jauh…
Permasalahan masing-masing individu
mempunyai cerita tersendiri. Kembali terhadap pribadi apakah memilih jalan
sesuai sekalipun menyakitkan, ataukah jurang pemberi kenikmatan sesaat. Menarik kesimpulan akan masing-masing
perbedaan jawaban yang melatar belakangi permasalahan seksual bagi hidup wanita
PSK. “Jembatan mereka memang benar-benar rusak” bisikan hatiku disaat belajar
berada sekitar kehidupan mereka untuk mencari jawaban.
“Mereka masih mempunyai kualitas nilai
hidup, Ki” kata-kata ka’Nefrit saat bercerita banyak tentang kisah hidup
mereka. Seperti biasa kami membuat janji untuk bertemu di toko buku Syalalala…
“Entahlah
hanya Tuhan dan mereka yang menyadari kualitas nilai dalam diri sendiri”
ucapku.
“Daun kering itu masih bernilai,
sekalipun secara manusia daun-daun disana jatuh berguguran dan akan diinjak bahkan terbuang begitu saja”
kata-kata ka’Nefrit menatap ke arahku.
“Sekalipun pemandangan mata semua orang
berkata tidak ada kehidupan akibat segala ikatan menjijikkan dalam diri, tetapi
tetap mempunyai kualitas nilai andai kata kakinya segera berjalan keluar dari
jurang tempat dia berpijak.” Ka’Nefrit bercerita kembali menjelaskan sesuatu
hal…
“Saya membutuhkan waktu memahami
pernyataan kakak”
“Tentu, seiring waktu berjalan kau akan
tahu maksud gambaran tentang pernyataanku.” Mengungkapkan segala hal dalam
dirinya untuk membuatku menyadari tentang timer. Latar belakang langkah hidup
kupu-kupu malam memiliki cerita tersendiri. Keadaan, jebakan,tekanan, tuntutan,
kekurangan kasih sayang, ingin terlihat sempurna secara fisik oleh karena
perubahan fashion ssepanjang waktu terus berganti dan masih banyak lagi menjadi
faktor penyebab mereka terikat. Secara psikologi dunia seksualitas menjadi alat
permasalahan terbesar berujung ikatan menjijikkan.
“Perutku kenapa tiba-tiba sakit seperti
ini?” segera mencari toilet area masih sekitar kampus. Sepertinya ada yang
salah masuk ke dalam perutku pagi tadi, membuat saya terus keluar masuk toilet
kampus.
“Isrel, bawah saya segera ke rumah
sakit” terkulai lemas di hadapan Isrel.
“Kirey…” suara Isrel masih sempat
terdengar jelas sekitar gendang telingaku.
“Saya berada dimana?” terkejut melihat
cairan infus terpasang sekitar pergelangan tanganku.
“Kau sudah sadar Kirey?” rasa lega
terlihat dari Isrel. Ternyata saya pingsan, hingga seseorang membantu Isrel
membawaku menuju rumah sakit.
“Berterimah kasihlah terhadap orang yang
telah membawamu ke rumah sakit” ungkap Isrel.
“Memang siapa orang itu?” tanyaku
penasaran.
“Dia” jawaban Isrel mengagetkan diriku.
Pemuda dingin, arrogant, hancur, tidak jelas adalah malaikat penolongku
sekarang.
“Kau alergi makanan” kembali Isrel
berkata-kata.
“Makanya, hidup itu jangan terlalu rakus
melihat makanan” sindiran pria arrogant.
“Mending juga rakus makanan, dari pada…”
celotehku kembali.
“Kirey, sepertinya saya harus menebus
obat ini” Isrel segera berjalan keluar dari ruang tempatku berbaring. Sementara
Mami masih sibuk berbicara dengan dokter di
ruang lain.
“Kalau boleh tahu, siapa namamu?”
pertanyaanku, hanya tinggal kami berdua dalam ruang perawatan tersebut.
“Kenapa kau harus tahu namaku, itu tidak penting” kalimat paling judes darinya.
“Sangat penting,” penekanan kalimatku
menatap dia. Menjadi pertanyaan, kenapa dia selalu ada menghiasi di depanku,
apakah dunia ini terlalu kecil sebagai tempat berpijak.
“Kirey,” tegur mami berjalan masuk ke
ruanganku.
“Mami,” ujarku.
“Dasar anak mami,” kalimatnya masih
dapat kudengar.
“Perkenalkan anak teman mami namanya
Adriell” ujar mami memperkenalkan manusia arrogant di depanku.
“Kenapa seperti nama anak perempuan
gitu?” sedikit menyindir.
“Kirey diam,” tegur mami.
“Sudah berumur, sifat masih
kekanak-kanakan” sekali lagi mengejekku.
“Lebih baik bersifat kekanak-kanakan
dibanding arrogant” membalas sindirannya. Menjadi pertanyaan kenapa saya harus mengalami perselisihan terhadap
seseorang? Nampak jelas pada wajah Adriell rasa tidak suka bahkan kebencian
akibat kejadian waktu itu. Kenapa juga kami harus selalu bertemu? Apakah memang
dasarnya, dia sengaja ingin melakukan aksi balas dendam? Tetapi kenapa dia mau
membawaku ke rumah sakit?
Bagian 4…
Akhirnya dokter memperbolehkan Kirey
pulang ke rumahnya kembali. Hanya alergi makanan hingga membuat Kirey harus
mengalami terus menerus buang air besar. Perselisihan terhadap pria yang baru
dikenalnya masih berlanjut. Pertemuan antara Kirey dan Adriel tanpa disengaja
oleh pihak keluarga, walau orang tua mereka antara satu sama lain saling
mengenal. Adriel bekerja desain arsitek penyuka petualangan. Dirinya terkenal
sebagai manusia dingin, arrogant sewaktu kecil hingga beranjak dewasa. Setelah
lama berada di negara asing, dia kembali memulai kehidupan baru bersama
keluarganya.
“Adril, ingat pesan kakakmu sebelum kau
kembali ke negara ini,” ucap pak Dipta terhadap Adriell.
“Jangan membuat masalah aneh!” tegur pak
Dipta terhadap anak kandungnya sendiri.
Adriell berjalan terus menuju kamarnya tanpa
memperdulikan ucapan orang tuanya. “Gadis gila” membayangkan sosok Kirey setiap
saat tanpa sengaja terus-menerus berpapasan dengannya. Ada saat ia akan
tersenyum sendiri mengingat tingkah laku Kirey, terlebih pertama kali bertemu
merasa tertipu akan pistol mainan.
Penyuka petualangan sekaligus mencari
inspirasi, itulah dunia seorang Adriell. Berpakaian santai, tanpa harus memakai
jas resmi seperti kebanyakan orang merupakan ciri khas bagi hidupnya. “Adril,
tidak lama lagi saya akan segera kembali” bunyi pesan email seseorang…
“Duniaku dan duniamu berbeda,” Adril
berbicara sendiri membaca email tersebut.
Memainkan jemari tangan sendiri,
kemudian kembali berpetualang menggunakan motor kesayangannya. “Dia lagi,”
kalimat dingin Adriell hampir saja terjadi kecelakaan hebat. Motornya tidak
sengaja menabrak seorang anak kecil dalam pelukan seseorang.
“Kau hampir membuat kami mati,” Kirey
tidak dapat mengedalikan amarahnya.
“Kenapa juga berjalan lamban seperti
manusia belum menyentuh makanan?” ucapan Adriell membalas Kirey seolah tidak
bersalah.
“Orang kaya memang selalu seperti ini,
sudahlah” gerutu Kirey berusaha menahan emosi. Kirey berusaha membawa gadis
kecil dalam pelukannya menuju rumah sakit. Lebih memilih mengalah, karena
menyadari carakter dingin Adriell seperti apa.
“Gadis gila” rasa kesal Adriell mengejar
Kirey.
“Biar kuantar ke rumah sakit, naiklah!”
Adriell menghentikan motornya depan Kirey.
“Tidak usah” Kirey terus berjalan
berusaha menahan rasa sakit akibat terjatuh.
“Naiklah,” perintah Adriell, segera
mengambil gadis kecil dari gendongan Kirey.
“Cepat!” kembali Adriell mendorong Kirey
menuju motor miliknya. Dibalik sikap dingin Adriell masih terdapat belas kasih
terhadap orang-orang sekitarnya. 10 menit kemudian, mereka akhirnya berada di
rumah sakit...
“Ini hanya luka kecil, juga tidak ada
tulang patah” ucapan dokter melihat seluruh hasil pemeriksaan.
“Bagaimana dengan keponakan saya, dok?” Kirey
sangat khawatir.
“Hasil pemeriksaannya juga
memperlihatkan kondisi normal, buktinya dia masih bisa berjalan” jawaban
dokter.
“Syukurlah,” Kirey mengelus dada. Mengingat
sikap arrogant Adriell membuat Vania ingin memberikan pelajaran. Memohon kepada
dokter, agar merahasiakan hasil pemeriksaan sebenarnya, dan menjelaskan hasil
palsu terhadap Adriell. Awalnya menolak menyetujui permohonan Kirey, tetapi
setelah memberitahu jika dia sahabat Nefrit, akhir cerita sang dokter siap
membantu.
“Pasti dokter cakep ini, memiliki rasa
terhadap ka’Nefrit” kata-kata Kirey jauh di dasar hati. Nefrit menyarankan Kirey
untuk berobat ke rumah sakit tersebut, andai kata terganggu akan permasalahan
kesehatan.
“Tidak salah dok,” ujar Adriel
mencurigai sesuatu.
“Kirey mengalami permasalahan tulang
sekitar area kakinya, karena memaksakan diri berjalan sambil menggendong
anak-anak setelah kecelakaan tadi” ucapan dokter terhadap Adriell.
“Perasaan, gadis gila itu masih dapat
berjalan kuat tanpa gejala aneh” Adriell masih belum mempercayai ucapan dokter.
“Apa perlu saya menjelaskan anatomi
tulang-tulang sekitar kaki bahkan seluruh tubuh?” mimic wajah dokter terlihat
serius.
“Tidak perlu dokter, percuma menjelaskan
saya pun mengantuk mendengar bahasa-bahasa alien dari dunia medis” Adriell
hanya dapat berkata-kata seperti itu. Menurut
“Kirey harus beristirahat penuh selama 2
minggu, jadi anda harus mengerti keadaannya” terlihat wajah Adriell shock berat.
“Kenapa harus 2 minggu, kan saya Cuma
ngerjai dia selama seminggu” Kirey menggerutu terhadap dokter setelah Adriell
berjalan keluar untuk menebus obat.
“Biar kalian bisa saling mengenal satu
sama lain,” candaan dokter tertawa…
“Kirey, bagaimana keadaanmu?” Nefrit
nampak khawatir setelah mendapat telepon dokter Wild. Dapat dikatakan Nefrit
dan dokter Wild bersahabat sejak lama.
“Ka’Nefrit,” senyum Kirey …
“Berarti saya harus memanggilmu sebagai
adik kecil kalau begini ceritanya” gurauan dokter Wild.
“Dia berada disini,” suara hati Adriell
berbisik bersembunyi melihat pemandangan di depannya. Berusaha menyembunyikan
diri jauh lebih baik bagi Adriell dibandingkan memperlihatkan wajahnya.
“Gadis gila, ada hal yang harus
kulakukan jangan menungguku terlalu lama, pulanglah memakai taksi!” tangan
Adriell mengirim pesan terhadap Kirey melalui selembar kertas melalui perantara
salah suster rumah sakit tersebut. Wajah Kirey sangat kesal membaca pesan dari
Adriell.
“Jauh lebih baik tidak pernah bertemu
denganmu” memandang selembar foto masih terselip rapi jauh dalam dompet
Adriell. Menghabiskan waktu mengelilingi
jalan ibu kota menggunakan kendaraan motornya, memberikan penghiburan
tersendiri bagi Adriell. Motor Adriell berhenti depan café untuk menghilangkan penat. Kombinasi antara
café dan toko buku sekaligus sebagai perpustakaan baca bagi masyarakat terlebih
anak-anak muda.
Kenangan masa lalu kembali berputar
hingga membayangi memori Adriell. Senyuman Nefrit memenuhi beranda hatinya,
mencoba melupakan kenangan masa lalu. “Dia selalu mengerti tentang hidupku,
tetapi keadaan berkata lain” suara hati Adriell kembali berbisik. Berada di
luar negeri merupakan tuntutan orang tuanya untuk meraih mimpi, hingga harus
mengorbankan gadis impiannya.
“Kenapa kau selalu menjadi manusia
paling menyebalkan sedunia?” suara Kirey melalui sambungan telepon.
“Dari mana dia mengetahui nomor
teleponku?” gerutu Adriell sambil menjauhkan hand phone dari gendang
pendengarannya.
“Arrogant, dingin, menyebalkan, semua
hal buruk selalu memenuhi dirimu” rasa kesal Kirey diluapkan kembali.
“Kalau sifatmu seperti ini terus, mana
ada pria yang mau mendekat” balas Adriell menjawab dari telepon celulernya.
Adriell menutup sambungan teleponnya karena tidak tahan mendengar emosional
terlalu berlebihan. Adriell segera meninggalkan café tersebut, menuju rumah Kirey…
Menyalakan bunyi bel rumah Kirey, dan 5
menit setelahnya seseorang membuka pintu rumah tersebut. “Adriell,” suara ibu
Fedina menyambut Adriell.
“Ayo masuk,” mempersilahkan Adriell
memasuki rumah, sementara itu Vania berjalan pincang menuju ke arahnya.
“Apa maumu? Ingin mengejekku?” tangis Kirey
pecah…
“Gadis cengeng,” gerutu Adriell sedikit
kesal.
“Kau menabrakku, meninggalkan diriku
sendiri di rumah sakit, sekarang datang untuk mengejekku” tangis Kirey makin
menjadi-jadi.
“Kirey, sikapmu seperti anak kecil kalau
seperti ini,” tegur ibu Fedina.
“Memang kenapa mi? dia penyebab Kirey
mengalami kejadian seperti sekarang,” Kirey tidak bisa menerima bagaimana bisa
orang tuanya lebih membela Adriell.
“Bagaimana Adriell bisa menyukaimu kalau
sikapmu seperti anak kecil” tegur ibu Fedina di hadapan mereka, membuat Kirey
terbelalak.
“Jangan-jangan mami mau menjodohkan Ki’
dengan manusia arrogant seperti dia,” rasa Kirey makin memuncak.
“Apa yang tante bicarakan dengan orang tua
saya?” Adriel mencurigai sesuatu hal.
“Kalian jangan melotot seperti itu,
setidaknya kalian sekedar kenalan saja dulu, kan tidak menjadi masalah.” Ibu
Fedina mencoba menenangkan mereka. Sejak awal jauh sebelum bertemu tanpa
kesengajaan, orang tua masing-masing ingin menjodohkan mereka. Ibu Fedina
menjelaskan semuanya, hingga wajah Kirey makin terlihat Shock.
“Kami sebagai orang tua bermaksud ingin
mempertemukan kalian, tetapi Tuhan lebih dulu mempertemukan kalian tanpa
sengaja. Berarti kalian berdua memang benar-benar jodoh,” senyum ibu Fedina
menatap mereka.
“Mami keterlaluan” Kirey terus saja
menangis.
“Berhenti menangis, gadis cengeng!”
kalimat Adriell risih mendengar air mata Kirey.
“Arrogant, dingin, brengsek, segala hal
buruk ada dalam dirimu” Kirey menolak perjodohan tersebut.
“Air
matamu itu buaya,” Adriell berkata-kata tanpa memperdulikan perasaan Kirey.
Adriell menaruh sebuah kotak berisi cake
untuk Kirey sebagai tanda permintaan maaf atas peristiwa kecelakaan tadi di
atas meja dengan keras. Kirey tiba-tiba berhenti menangis melihat tingkah laku
Adriell. “Manusia cengeng, selamanya akan terus-terus cengeng,” kata-kata
Adriell sambil berjalan keluar menjauh dari hadapan mereka.
“Adriell mau kemana?” teriak ibu Fedina
mengejar Adriell.
“Mencari Surga bukan mengejar neraka,
tante” jawaban Adriell menghidupkan mesin motornya, kemudian segera
meninggalkan rumah Kirey.
Rasa muak melihat kelakuan Kirey, juga
rencana orang tuanya untuk menjodohkan mereka makin menambah deretan kekesalan
Adriell. Rasa geram melingkupi Adriel, oleh karena perjodohan sepihak tanpa
meminta persetujuannya terlebih dahulu. Hidupnya terasa bagai berada di neraka,
kaki tidak dapat berlari untuk menghindar. Beberapa hari ia menyembunyikan diri
di suatu tempat terpencil, jauh dari keramaian kota.
“Kau harus bertanggung jawab atas
peristiwa kecelakaan yang menimpa diriku” kata-kata Adriell membaca pesan Kirey
melalui WA.
“Mahasiswi jurusan psikolog, tapi justru
sebaliknya psikologinya lebih terganggu dibanding orang lain” balasan Adriell
untuk Vania.
“Setidaknya, saya dapat menenangkan diri
untuk sementara waktu di tempat ini” Adriel kembali melanjutkan perjalanannya
mencari tempat penginapan sementara. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh seseorang
yang sedang berjalan menuju suatu tempat. Adriell berusaha mengikuti tanpa
sepengetahuan...
“Kenapa saya harus melihatmu kembali?”
pertanyaan Adriell dalam hati.
“Ibu bidan sakit,” ucapan seorang ibu
tidak tahan menghadapi rasa sakit sekitar perutnya. Nefrit kembali ke desa
tempatnya bertugas untuk berlibur, sekaligus mengurus beberapa surat-surat
penting disamping. Selain itu mempunyai peran kembali menjadi bidan desa selama
masih kakinya masih berpijak sekitar wilayah tersebut. Ternyata Adriell baru
menyadari pekerjaan Nefrit selama bertahun-tahun. Berada di kota hanya untuk
melanjutkan pendidikan selama beberapa waktu.
“Ibu sakit kalau saya tekan disini?”
tangan Nefrit menekan bagian atas simpisis, sang ibu hanya mengangguk
membenarkan.
“Haid terakhir ibu kapan?” pertanyaan
Nefrit.
“Bulan maret kemarin ibu bidan” jawaban
sang ibu.
“Berarti 2 bulan yang lalu, selama
beberapa hari ibu haid?”
“5 hari ibu bidan,”
“Satu lagi, terakhir kali ibu haid
sekitar tanggal berapa bulan maret kemarin?”
“Tanggal 5 Maret,” sang ibu menjawab
kembali. Menanyakan haid pertama haid terakhir (HPHT) untuk mengetahui usia
kehamilan dan juga tafsiran partus sangat penting bagi seorang bidan. Jika
terakhir kali haid tanggal 5 Maret berarti HPHT ibu adalah 1 Maret. Memeriksa
lebih lanjut keadaan sang ibu melalui VT (vaginal
touch) memastikan diagnose sebenarnya.
“Melihat flek darah, sakit kalau tekan
sepertinya ibu mengalami kehamilan ektopik terganggu,” kata-kata Nefrit lagi.
“Istri saya tidak kenapa-kenapa kan ibu
bidan?” rasa khawatir menyergap sang suami.
“Saya harus segera memasang infus,
kemudian melakukan rujukan sekarang juga” tangan Nefrit mengambil perlengkapan
infus set sebagai pertolongan pertama selain mengobservasi tanda-tanda vital.
“Bidan tolong selamatkan istri saya!”
ucapan sang suami.
“Letak janin bertumbuh diluar rahim,
jadi istri bapak harus segera dirujuk ke
kota untuk mendapat penanganan lebih lanjut oleh dokter spesialis obgin”
kata-kata Nefrit menjelaskan sesudah melakukan pemasangan infus terhadap sang
ibu.
“Segera hubungi salah satu rumah sakit
di kota untuk rujukan” perintah Nefrit lagi.
“Persiapkan ambulans sekarang juga!”
“Ambulans di tempat ini Cuma 1, itupun
bannya bocor karena mengantar pasien tadi karena kecelakaan parah” ujar salah
satu petugas kesehatan lainnya. Adriell melihat layanan kesehatan desa ini
sangat kecil, tidak seperti ketika berada di kota besar.
“Jadi harus bagaimana?” Nefrit bergegas
keluar mencari kendaraan yang dapat digunakan menuju kota.
“Gunakan kendaraan ini, biar saya yang
menyetir” kalimat seseorang menghentikan langkah Nefrit. Mulutnya terkunci,
berkata-katapun sangat sulit melihat siapa orang yang menawarkan diri untuk
membantu.
“Berhenti bertanya ataupun menolak”
Adriell menarik tangan Nefrit.
“Hanya bagian masa lalu” bisikan hati
Nefrit berteriak kuat. Pertemuan tak terduga antara dirinya dan bagian masa
lalu. Adriell membantu mengangkat sang ibu menuju mobil. Berusaha menahan air
mata agar tidak mengalir di hadapan Adriell selama perjalanan menuju rumah
sakit.
“Masa lalu, cinta pertama, perjodohan
muncul serentak membungkus hidupku saat ini” Suara hati Adriell bermain
menjelaskan tentang irama yang sulit untuk terlukiskan oleh apapun.
Bagian 5…
Nefritsal…
Masa laluku kembali memainkan irama di
hadapanku. Tuhan, jauh di dasar hati dia hanyalah masa lalu dan selamanya akan terkubur
dalam-dalam. Memutuskan hubungan sepihak tanpa sebab, itulah hal paling
menyakitkan darinya. Bertahun-tahun berjuang keras membuang dia keluar dari
hidup, hingga akhir cerita hadir kembali
di hadapanku sekarang.
“Maaf karena telah menyakiti hatimu
bertahun-tahun” dia berbicara begitu mudah…
“Maaf atas setiap rasa sakit yang
kuciptakan buatmu,” kalimatnya kemudian melangkah pergi kembali meninggalkan
hidupku. Mulutku terus diam membisu, membiarkan kakinya terus berlalu dari
hadapanku.
“Hanya bagian masa lalu,” air mataku tak
terbendung.
Flashback…
Pertama kali bertemu dengannya adalah
ketika semua orang sangat ketakutan, bahkan menganggap dia aneh. Menjadi teman
sekelas denganku, kehidupannya benar-benar kacau bahkan menjadi manusia paling
nakal. Sikap dingin, sering bolos, berpakaian mengerikan, dan masih banyak lagi
adalah bagian hidup seorang Adriell. Dapat dikatakan ia adalah ketua preman
sekolah, semua siswa sangat takut, tetapi juga menjauh.
“Minta rokok sebungkus!” kebiasaan
terburuk darinya berada di belakag sekolah hanya untuk mengisap benda haram
seperti itu. Terkadang tanpa rasa takut, berani menebarkan asap rokoknya dalam
kelas ketika jam pelajaran terlihat kosong. Sering memukul siswa-siswa lain
jika berani melawan ataupun mencari masalah dengan dia.
“Coba jalan,” hanya berucap seperti itu,
seluruh siswa ketakutan.
“Bukkkkkkk…” beberapa pukulan menimpa
salah satu temanku karena berani melawan ucapannya. Seluruh guru angkat tangan
melihat kenakalan dari dunia seorang Adriell Fidelis.
“Kenapa menatapku seperti itu?”
tiba-tiba saja, pertanyaan dari mulut Adriell diarahkan terhadapku. Tanpa
sengaja, dia menjadi objek bagi pandangan mataku sendiri. Pagi-pagi sekali,
saya harus berada di kelas untuk bersih-bersih sesuai jadwal. Menyapu dan
mengepel lantai kelas, menyusun kursi, serta mennghapus seluruh tulisan sekitar
papan tulis hanya sendiri. Beberapa teman yang bertugas belum datang, jadi
harus kuselesaikan sendirian. Tiba-tiba saja suara kursi terdengar keras. Dia
orang kedua masuk ke kelas setelah saya, seakan mencari masalah dengan kembali
menghambur-hamburkan kertas di hadapanku.
Sejak awal menginjak sekolah, dia tidak
pernah berkata-kata sedikitpun di hadapanku. Saya bukanlah siswa periang,
supel, berprestasi, cantik, ataupun terkenal akan sebuah kelebihan di sekolah.
Tetapi hidupku juga tidak termasuk dalam kategori manusia terbodoh, dapat
dikatakan saya masih bisa beradaptasi sedikit. “Berhenti menatapku, bersihkan
kembali kelas ini!” memerintah seakan dia adalah pemilik sekolah ini.
“Ambil ini!” melemparkan sebuah sapu ke
hadapanku. Mau tidak mau, saya harus kembali membersihkan kelas akibat ulah
preman sekolah bernama Adriell Fidelis. Dengan sengaja, menyemburkan asap
rokoknya hingga rasa sesak melingkupi tubuhku. Semua terasa gelap seketika,
saat tersadar saya sudah terbaring di tempat tidur.
“Kau sudah sadar?” pertanyaan Kiara sang
ketua kelas.
“Dimana saya?” tanyaku balik.
“Kau pingsan tadi, syukurlah sekarang
sudah siuman” jawaban Kiara. Adriell mendapat skorsing oleh pihak sekolah
akibat ulahnya. Bukan pertama kali, seorang Adriel harus kena skorsing dengan
pola tingkah laku terlalu buruk bagi penilaian banyak orang. Pihak sekolah
memberiku izin untuk beristirahat sehari penuh di rumah. Mengambil tasku,
kemudian berjalan pulang menuju rumah. Pertengahan jalan, pandangan mataku
terarah kepada sekumpulan anak remaja sepertiku sedang mengonsumsi minuman beralkohol.
Salah satu diantara mereka terlihat jelas wajah Adriell. Kehidupan dia
benar-benar terikat oleh jurang paling kelam, bahkan terlalu sulit untuk
berlari keluar.
Kehidupan Adriell hanya bercerita
tentang kegelapan dan kegelapan. Andai kata, terdapat setitik sinar saja untuk
menyinari kegelapan tersebut dalam dirinya. Kehidupan malam, pergaulan buruk,
minuman beralkohol, seorang preman terkejam, perkelahian, dan hal-hal terburuk selalu
saja membungkus hidupnya. Ketika berada di kelas, selalu saja tertidur pulas
selama jam pelajaran. Merobek selembar kertas, menulis sebuah kalimat dan
menyimpan sekitar bagian saku luar tasku.
“Biarkan setitik sinar menerangi ruang
gelap dalam jalanmu,” pernyataan kalimat
pada selembar kertas dalam saku luar tasku. Kekuranganku, bahwa saya bukan
seseorang yang fasih berkata-kata atau berceramah di hadapan teman-teman.
Namun, setidaknya ini tindakan paling tepat untuk memberikan selembar kertas
ini buatnya setiap berhadapan denganku.
“Karena perbuatanmu, saya mendapat
skors,” dia menghadang jalanku menuju sekolah.
“Kau harus membayar semua ini,” dia
kembali berkata-kata penuh amarah. Tanganku segera mengambil sesuatu bagian
luar saku tasku, kemudian menyerahkan…
“Buatmu,” mengambil tangan Adriell. Menaruh
lipatan kertas tersebut pada telapak tangannya, kemudian berlari menjauh pergi
hingga ia tidak dapat mengejarku. Minimal selembar kertas itu dapat menjadi
setitik sinar untuk menerangi ruang gelap dalam dirinya. Beberapa hari setelah
kejadian kemarin, ia kembali menghadang langkahku menuju kantin sekolah.
“Buatmu,” lipatan kertas kedua
kuletakkan pada bagian saku baju seragam Adriell.
“Belajar berjalan melihat sinar matahari
jauh lebih baik, dibandingkan kaki tetap berada dalam ruang gelap tanpa melihat
setitik sinar.” Isi kalimat tulisan buatnya. Mulut Adriel tertutup seolah tak
dapat berkata-kata ataupun menyerang seperti biasa.
Hanya membutuhkan waktu, untuk dapat
membuat dia meninggalkan ruang gelap. Menjadi pertanyaan, apakah ia berubah
360° C setelah surat kedua? Jawabannya sama sekali tidak terjadi perubahan
apapun, bahkan sikapnya semakin di luar kendali. Mencari masalah demi masalah,
membuatku terjebak oleh permainannya. Tak pernah terlintas sedikitpun, tentang
bayangan hidupku menjadi bulan-bulanan Adriell.
Dapat dikatakan, dia berhasil membuatku
berada dalam masalah. Entah bagaimana cara dia mendapat jalan, hingga pihak
sekolah menuduhku telah mencuri soal ujian. Berusaha menahan amarah, sempat
terlintas pertanyaan, “Mengapa harus saya menjadi pusat perhatian dunia
Adriell?” Saya tidak pernah ingin mencari masalah apapun terhadap banyak orang
terlebih dunia dia.
Prestasi, kecantikan, kekayaan, ataupun
kelebihan-kelebihan tertentu sama sekali tidak pernah membungkus langkahku.
Namun, pada kenyataan dia terus membuat jebakan bahkan kesusahan demi
kesusahan. “Kau puas?” kalimatku ketika dia berjalan kesekian kali di
hadapanku.
“Sangat puas,” tanpa rasa bersalah
memberikan jawaban paling wow…
“Pada kenyataan, harus kuakui hidupmu
lebih menyukai manusia lemah untuk menjadi bahan permainan,” pernyataan
terpanjang pertama kali saat berdiri memandang wajah manusia seperti dia.
Dia terlihat geram akan ucapanku,
tangannya siap menerkam tetapi tiba-tiba kakinya berlari jauh dariku. Entah
kemasukan roh seperti apa, beberapa hari kemudian Adriell mengakui kesalahannya
dan berkata bukan saya pelaku pencurian soal-soal ujian sekolah. Hari demi hari
terus berjalan, hingga seminggu telah berlalu batang hidungnya belum nampak
memenuhi ruang kelas. Merencanakan sesuatu untuknya, saat dia kembali memasuki
kelas terlintas kembali dalam akal pemikiranku. Menulis kalimat berbeda-beda
pada selembar kertas, dan melipat menjadi bagian kecil.
“Dia kembali hadir menciptakan
kegaduhan,” suara hatiku berbisik melihat Adriell berjalan masuk kelas mencari
mangsa terbaru. Memberikan lipatan kertas setiap hari tanpa ada rasa bosan
sedikitpun. Menyelipkan sekitar laci meja ataupun loker milik Adriell bahkan
memberi secara langsung, itulah kebiasaanku setiap hari.
“Tidak ada kata terlambat untuk
membiarkan setitik sinar menerangi ruang gelapmu,”
“Jangan biarkan kakimu terus memainkan
lumpur, berjalanlah menuju air jernih.”
“Belajar mengenal warna pelangi jauh lebih baik, dibandingkan langkah
kaki tetap berjalan sekitar area kegelapan tanpa cahaya sedikitpun.” Kalimat
berbeda-beda. Saat ini belum memperlihatkan hasil tetapi hati tetap berkata
suatu hari kelak akan menjadi inspirasi terbaik bagi hidup Adriell atau bahkan
seluruh dunia tanpa pernah kusadari.
“Berhenti memberiku lipatan kertas
berisi tulisan seperti ini!” Adriel menarik tanganku menuju parkiran sekolah.
Berusaha melepaskan tanganku hingga berhasil, mengeluarkan tanpa pernah
menyerah kembali menyerahkan lipatan kertas…
“Buatmu,!” bahasaku, kemudian berlari
jauh.
“Menggenggam bola emas mengajarkan
pembentukan hidup jauh melebihi apapun.” Isi tulisan buatnya.
“Hari ini belum memperlihatkan hasil,
tetapi suatu hari kelak keadaan justru berbalik” bisikan hatiku mempercayai
sebuah kekuatan tulisan.
Hingga suatu ketika menjelang kenaikan
kelas XII, hujan keras tiba-tiba bermain memenuhi jalan-jalan menuju rumahku.
Saya segera berteduh, mencari tempat berlindung adalah hal terbaik. Seseorang
berjalan menuju ke arah tempatku berteduh, memberikan sebuah payung. “Buatmu,”
haruskah saya tertawa ucapan tanpa rasa bosan buatnya, kini berbalik buatku?
Adriell berjalan meninggalkan diriku, membiarkan bajunya basah oleh karena
permainan air hujan membasahi bumi.
Hal lebih mengejutkan, setelah libur
kenaikan kelas, pertama kali melihat perubahan terbesar dari hidup Adriell.
Potongan rambut jauh lebih rapi tanpa warna-warna norak seperti tahun-tahun
kemarin. Pakaian putih, bersih, rapi mulai terlihat, sekalipun masih sedikit
canggung memperlihatkan perubahan dirinya. “Buatmu,” menunjuk meja disampinya
untukku. Menawarkan diri agar berada di samping kursi bekas manusia terkejam.
“Buatmu,” beberapa hari kemudian
memberikan sebuah lukisan. Daun kering berjatuhan memenuhi bumi, jenis lukisan
paling aneh menurutku. Ternyata tingkat kejeniusan Adriell mulai terlihat di
hadapan para guru. Seluruh siswa masih belum mempercayai tingkat perubahan
hidup seorang Adriell.
“Buatmu,” setiap berbicara, hanya kata
seperti itu saja keluar ketika berdiri menatapku.
Tidak tahu harus berkata-kata, mulutku
hanya terdiam menerima setiap pemberian Adriell. Preman sekolah berbalik arah
melihat setitik sinar ketika berjuang melepaskan ikatan belenggu kelam. “Naiklah!”
menarik tanganku untuk segera berada di atas motornya. Beberapa hari
belakangan, ia selalu mengantarku pulang sekolah. Menarik tanganku dengan paksa
jika menolak, sekitar sudut persimpangan sekelompok orang tiba-tiba menghadang
jalan Adriell.
“Bukkkk…” berkali-kali pukulan terarah
pada tubuhnya, dia tidak memberi perlawanan sama sekali. Kata balas dendam jauh
lebih tepat, oleh karena karakter Adriell kemarin.
“Berhenti!” teriakanku berusaha
menghentikan mereka, namun terlalu sukar bagi seorang gadis remaja sepertiku.
Tuhan, hatiku masih tetap percaya tentang mujizat dan pertolonganMU. Tidak lama
kemudian, beberapa teman sekelas datang membantu kami, hingga akhirnya mereka
berlari keras dan pergi menjauh. Darah mengalir memenuhi wajah Adriell,
sehingga harus dilarikan menuju rumah sakit terdekat. Menemani dia selama
mendapat perawatan rumah sakit adalah hal terbaru bagiku.
“Buatmu,” seperti biasa hanya kata
tersebut yang dapat keluar darinya untukku. Memberikan lukisan dengan gambar
sama, daun kering berjatuhan dimana-mana, tidak jauh dari induk pohon.
“Daun kering itu masih bernilai,”
terdapat tulisan kecil bagian bawah lukisan tersebut.
“Suatu hari kelak, kau akan menyadari
makna lukisan ini.” Pertama kali mendengar dia berkata-kata sedikit panjang.
Melangkah keluar dari kamar perawatan Adriell, tiba-tiba seorang ibu paruh
bayah berhenti di dekatku.
“Terimah kasih, telah merubah dunia
Adriell” menggenggam erat tanganku. Semenjak kejadian tersebut, Adriell selalu
ada buatku setiap keadaan. Saya sendiri tidak mengerti antara status hubungan
kami, apakah hanya sekedar sahabat atau lebih dari itu? Hal paling menyebalkan,
tanpa pernah bosan dia hanya memberikan lukisan sama seperti sebelumnya.
Terkadang tertawa melihat raut wajahku menerima lukisan sama seperti
kemarin-kemarinnya.
“Selama liburan semester, saya akan
menghabiskan liburan bersama keluarga di luar negeri, jadi...” ucapan Adriell
menghentikan langkahnya menuju kelas.
“Kenapa jauh sekali?” tanyaku.
“Kau mau saya bawakan oleh-oleh apa
buatmu?”
“Terserah, yang penting jangan memberiku
lukisan daun kering berjatuhan lagi,” gerutuku terlihat kesal.
“Kau dan saya harus belajar gambaran
tentang makna kualitas nilai disaat daun kering berjatuhan memenuhi bumi,”
sekarang berbalik arah, dia selalu memberikan kalimat-kalimat bijak.
Setelah libur semester pertama usai, namun
sebulan lebih Adriell tiba-tiba menghilang. Pesan terakhir darinya, jika dia
ingin menghabiskan liburan di luar negeri bersama keluarga sehingga tidak dapat
bertemu denganku. Rasa takut berkecamuk dalam diriku. Sedikitpun balasan pesan
buatnya melalui email, tidak pernah ada.
“Tuhan, lindungi dia dimanapun kakinya
berpijak saat ini” seru doaku tanpa pernah berhenti jauh di dasar hatiku.
Pertama kali rasa takut, jika tidak akan pernah kembali ke hadapanku lagi.
“Nefrit,” suara seseorang menghadang
langkahku menuju ruang kelas. Berbalik mencari arah suara tersebut, air mataku
mengalir begitu saja…
“Kau kembali,” memukul tubuhnya.
“Maaf membuatmu menunggu terlalu lama,”
kalimat Adriell.
Segera membawaku ke dalam rangkulannya, menyadari
jika saya tidak akan pernah bisa lepas dari dunia seorang Adriell. Hal lebih
mengejutkan, pertama kali mendengar dia memanggil namaku. Semenjak dia kembali,
sikap Adriell berubah jauh melebihi dari perkiraanku. Dia dapat tertawa lebar
di hadapan banyak orang, menciptakan hal-hal lucu dalam kelas dan masih banyak
lagi.
“Teman-teman makan sepuasnya, biar saya
yang bayar semua” menghabiskan uang jajan untuk membayar uang makan seluruh
teman-teman sekelas.
“Nefrit, apakah kau ingin menjadi
pacarku?” menembakku depan banyak siswa di kantin hingga wajahku memerah.
“Diam berarti yah,” menggenggam erat
jariku. Dia selalu ada memberikan senyuman terbaik untukku. Adriell sekarang
jauh berbeda, penuh tawa, mudah bergaul, humoris, penuh keceriaan. Membantuku
membersihkan kelas disaat saya bertugas sesuai jadwal. Membantu mengerjakan
seluruh tugas sekolah ataupun hanya sekedar mencatat. Ketika hujan turun membasahi
bumi, selalu ada melindungiku. Entah menggunakan payung, jaket, daun pisang,
atau bahkan tangannya sendiri.
“Jangan sampai terjadi sesuatu
denganmu,” menyodorkan botol jus segar hasil racikan sendiri bersama kotak
bekal miliknya. Dia selalu ada menjadi pacar terbaik sampai kapanpun juga.
Perhatian, kasih sayang, bahkan memberikan uang tabungan sendiri untuk
melanjutkan kuliahku kelak. Berusaha menolak, tetapi dia terlihat geram atas
kelakuanku.
“Masa depanmu jauh lebih berharga,
jangan berhenti mengejar mimpimu” kalimatnya.
Waktu yang dinantikan, melihat hasil
pengumuman setelah ujian sekolah. Apakah dinyatakan lulus untuk melanjutkan ke
jenjang kuliah atau tidak? Rasa bahagia tidak bisa kujelaskan dengan kata-kata,
karena kami dinyatakan lulus, terlebih Adriell mendapat nilai terbaik. Setelah pengumuman
kelulusan, secara mengejutkan memutuskan hubungan sepihak tanpa pernah
mengetahui kesalahanku.
Bagian 6…
Nefritazal…
Flashback…
“Hanya bagian masa lalu” jauh lebih baik
berucap seperti ini, dibanding memunculkan rasa sakit luar biasa. Masih melekat
kuat jika dia telah membayar jauh sebelumnya biaya masuk kuliahku setelah
pengumuman kelulusan secara diam-diam. Kenapa dia masih ingin melihat masa
depanku? Dia tahu, kalau seorang Nefrit hanyalah gadis yatim piatu, sehingga
harus berjuang terlebih dahulu demi meraih sebuah mimpi. Lukisan pemberian
Adriell masih tersimpan rapi. Haruskah saya tertawa melihat jenis lukisan
dengan gambar sama seperti biasa.
“Kau hanya masa lalu,” kalimatku, setiap
memandang lukisan-lukisan pemberiannya.
Akhirnya saya kembali berada di ibu
kota… Kamis pagi terlihat cerah, melihat masa depanku jauh lebih baik
dibandingkan mengingat memori masa lalu. Seperti biasa, saya harus mengajar
sebagai seorang dosen pada pagi hari setiap Kamis hingga Sabtu sesuai jadwal. Rutinitas terbaik bagi
hidupku...
“Sampai dimana pembahasan kemarin?”
memulai pembicaraan berhadapan dengan banyak mahasiswi kebidanan…
“Kenapa terdiam, ada yang bisa
menjelaskan inti-inti penjelasan pertemuan sebelumnya?” kembali berbicara.
“Permasalahan-permasalahan yang biasa
terjadi selama proses kehamilan,” jawaban Henah mengacungkan tangan.
“Permasalahan seperti apa?” tanyaku
kembali.
“Perdarahan terus menerus, penglihatan
kabur, nyeri perut berlebihan, edema/bengkak”
“Perdarahan dapat terjadi diakibatkan
oleh…” bertanya sekali lagi.
“Ibu hanya sekedar menjelaskan
permasalahan biasa terjadi, tetapi belum berlanjut hingga penyebab terjadi
pperdarahan.” Disa berbicara memotong pembicaraan.
“Baiklah, saya akan melanjutkan materi
lanjutan…” segera berdiri sambil berputar berkeliling barisan kursi mereka.
“Perdarahan hamil muda dapat disebabkan
terjadinya abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa. Sementara di
sisi lain, plasenta previa dan solution plasenta pada masa hamil tua menjadi
penyebab perdarahan terjadi.” Penjelasan buat mereka. Mola hidatidosa adalah
hamil anggur, abortus merupakan ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi < 20
minggu umur kehamilan. Kehamilan ektopik terganggu yaitu kehamilan di luar
kandungan. Plasenta previa dimana tertanamnya plasenta sekitar segmen bawah
Rahim, sedangkan solution plasenta plasenta terlepas sebelum waktunya.
“Ibu, bagaimana dengan perdarahan post
partum?” Hena mengajukan pertanyaan.
“Perdarahan post partum alias setelah
persalinan, dapat disebabkan oleh atonia uteri, retensio plasenta, restensio
plasenta, trauma/ robekan jalan lahir.” Membuat mereka mengerti patologi selama
masa kehamilan hingga persalinan. Atonia uteri saat uterus tidak berkontraksi
sehingga menyebabkan perdarahan. Retensio plasenta bercerita tentang plasenta
tidak lahir setelah kelahiran janin, sedangkan restensio plasenta sebagian
plasenta masih tersisa dalam cavum uteri atau belum lahir hingga menyebabkan
perdarahan. Robekan jalan lahir pun berperan besar ketika terjadi perdarahan,
diakibatkan oleh bayi makrosomia atau bayi besar, ibu mengedan sebelum waktunya
sehingga dapat berpengaruh sekitar area jalan lahir, persalinan terlalu cepat
tanpa penolong (bidan atau dokter) berlangsung <2 jam.
“Baiklah, sampai disini dulu pertemuan
kita” tidak terasa waktu telah berlalu.
Berlalu dari hadapan mereka menuju parkiran kampus.
“Ka’Nefrit” sepertinya saya mendengar
suara sedang memanggil namaku. Mencari-cari arah suara tersebut, ternyata
Kirey.
“Saya disini,” melambai-lambaikan tangan
dari seberang jalan.
“Kirey, sudah lama disini?” sapaku
setelah berada di hadapannya. Menghabiskan waktu bersama Kirey merupakan jalan
menghilangkan rasa penat akibat aktifitas mengajar. Kirey banyak bercerita
tentang penyusunan skripsi dan masih membutuhkan banyak bimbingan untuk
memahami ataupun menjelaskan beberapa situasi. Membaca beberapa karakter
penulis pornografi melalui sebuah
aplikasi juga tidak asing lagi, itulah dunia Kirey sekarang.
“Seperti yang telah saya sampaikan
kemarin, kau harus berhati-hati!” tegurku.
“Berhati-hati?” pemikiran Kirey masih
belum menangkap.
“Kau membaca karya-karya bersifat
pornografi, secara jelas dapat memancing rangsangan lebih dari yang dibayangkan
sekalipun hanya melalui tulisan. Bahkan terjadi orgasme ketika daya seksual
terpancing oleh objek tersebut.” Menjelaskan terhadap dirinya.
“Jika seseorang tidak dapat
mengendalikan diri, maka akan segera mencari pemuas sex entah melalui
masturbasi memakai alat tertentu atau memasukkan secara langsung jari tangannya
sekitar vagina tanpa dia sadar, bahkan lebih
dari itu mencari seseorang
sebagai pelampiasan.” Melanjutkan penjelasan terhadap Kirey.
“Dunia psikologi anak remaja, bahkan
anak-anak dibawah umur menjadi terganggu akibat rangsangan seksual yang
sebenarnya belum waktunya, tetapi karena kurang perhatian, arahan, pengetahuan
lebih berakhir tragis.” Kirey menarik nafas dalam-dalam membayangkan kehidupan
zaman modern di dunia anak dan remaja.
“Seperti itulah, organ reporduksi masih
belum matang, tetapi dipaksakan untuk bekerja, ending cerita merusak hidup dan
masa depan mereka.” inilah dunia zaman modern, berkata lain bagi pemikiranku
sendiri.
“Ka’Nefrit, pematangan organ reporduksi
di usia berapa?”
“Usia 19 tahun, jadi seseorang tidak
dapat berhubungan sex ataupun menikah dibawah usia tersebut. Bahkan usia ini
masih membutuhkan pengarahan, kenapa? Permasalahan tidak atau labilnya
seseorang, pola pikir tentang kedewasaan masih mengambang berujung pada
permasalahan psikologi mereka.” menjelaskan akan sebuah cerita…
“Kenapa ka’Nefrit memahami hal semacam
ini, sementara bidang…?”
“Kami yang bekerja di dunia kebidanan
mempelajari hal seperti itu, bahkan harus menguasai untuk bekal ketika bertugas
terutama wilayah pedesaan.”
“Ka’Nefrit, bukankah dunia perkotaan
pergaulannya jauh lebih buruk?”
“Terkadang tanpa disadari oleh banyak
pihak, pergaulan remaja atau anak-anak bawah umur sekitar wilayah pedesaan jauh
melebihi dibawah kendali dari perkotaan.” Jawaban membuatnya sedikit terkejut.
“Kenapa bisa?”
“Entahlah, tetapi terkadang permasalahan
ketidaktahuan, dunia medsos, program pembentukan berhubungan dengan pihak
sekolah, juga permasalahan komunikasi antara sekolah, orang tua, dan dunia
kesehatan.” Memberi penjelasan akan pengaruh permasalahan remaja pedesaan.
“Sudah sore, ada hal yang harus
kuselesaikan” ucapku kembali. Menikmati suasana pantai bersama Kirey sambil
bercerita tentang suatu akar permasalahan anak-anak dibawah umur dan remaja,
jauh lebih baik dari pada mengingat memori kemarin. Menarik nafas dalam-dalam
mengemudikan motor menuju rumah kontrakan.
“Sampai juga,” menghela nafas membuka
kunci rumah. Sepasang mataku beralih melihat sebelah yang sudah berpenghuni,
setelah lama kosong. Suara bunyi motor kembali mengalihkan perhatianku,
berbalik untuk melihat wajah si’penghuni terbaru. Hari makin gelap, sehingga
wajahnya terlihat samar-samar. Seakan saya mengenal…
Berbaring dalam kamarku, menutup mata,
berusaha melupakan mimpi-mimpi buruk kemarin. Hanya bagian masa lalu bagiku
sampai kapanpun. Hidupku masih dapat berjalan, sekalipun masa lalu terlihat
kelam. Membayangkan sikap dingin, seolah semua hal tidak pernah terjadi
menciptakan luka kembali. Tuhan, ajari hidupku untuk tidak pernah kecewa
seperti apapun permasalahan percintaan yang sedang membungkus hidupku
bertahun-tahun lamanya.
“Tok…tok…tok…” suara ketukan pintu
membangunkan tidurku tengah malam. Jam segini, seseorang mengetuk pintu
rumahku, membutuhkan bantuan.
“Temanku sakit, saya butuh bantuan
anda!” kata-kata seseorang seperti penghuni baru rumah sebelah ketika pintu
terbuka.
“Dari mana anda tahu, kalau…?” belum
sempat menjawab.
“Tetangga rumah depan bilang, kalau
sakit hubungi saja tetangga samping rumahmu” jawaban kacau darinya. Ternyata
ibu pemilik rumah kontrakan ini melakukan promosi besar-besaran, pada hal saya
berkecimpung di dunia kebidanan. Segera mengambil peralatan medis, kemudian
segera berjalan menuju rumah penghuni terbaru.
Haruskah saya terkejut atau pura-pura
tidak mengenal siapa orang yang sedang terbaring lemah saat ini? Hanya
bagian masa lalu, tetapi kenapa
tiba-tiba terus saja membayangi langkahku. “Kenapa berhenti?” ucap temannya.
“Tidak, seperti ada nyamuk menerkam kaki
saya” mengalihkan perhatian.
“Tekanan darahnya rendah, juga demam
tinggi” Mengukur suhu, juga tekanan darah Adriell, bagian masa lalu dunia
Nefritzal. Mengompres sekitar dahi dan axila menggunakan air hangat untuk
menurunkan demam Adriell sepanjang malam.
“Apa saya terlalu bodoh bagimu?” suara
hatiku berteriak kuat.
“Berhenti berbalik…” dia mengigau.
Berjaga semalaman, terus ada di sampingnya sekalipun dia hanyalah masa lalu
sampai kapanpun juga.
“Berikan bubur ini, jika dia
terbaangun!” berkata-kata terhadap temannya sendiri.
“Jangan katakan apapun tentang siapa
yang terus berada disampingnya sepanjang malam, bilang saja dokter.” Dia tidak
boleh menyadari tentang keberadaanku. Kembali ke rumah, jauh lebih baik sebelum
Adriell terbangun dan tersadar akan sesuatu…
“Mungkin, saya mencari rumah kontrakan
terbaru” berpikir seharian. Berusaha bersembunyi ketika melewati rumahnya, biar
dia tidak menyadari identitasku. Disaat hati mengubur jauh ke dasar lautan,
tetapi dia muncul tanpa terduga. Kisah percintaanku tak seindah drama korea…
“Tunggu sebentar,” seseorang memanggil,
langkah kaki terhenti saat hendak berjalan memasuki rumah.
“Bukumu terjatuh depan rumahku”
melangkah mendekat sebelum saya berbalik…
“Terimah kasih atas bantuan anda
beberapa hari lalu, sampai-sampai berjaga semalaman” temannya mengingkari janji
agar tidak bercerita tentang apapun menyangkut diriku. Adriell benar-benar
terkejut, saat bagian masa lalunya berbalik ke hadapannya. Berbicara satu
katapun terlalu sulit untuk keluar. Segera menarik buku di tangan Adriell,
kemudian berjalan masuk ke rumah tanpa mengucapkan sepatah katapun.
“Tuhan, ajar hidupku untuk tidak pernah
kecewa terhadap hal yang sedang membungkus diriku sekarang, seperti apapun
perjalanan percintaanku bertahun-tahun lamanya.” Jeritan hati berjuang menahan
rasa sakit bertahun-tahun lamanya.
Menyayat hati lebih menyakitkan oleh
karena orang terdekat, dibanding hal dalam bentuk apapun di dunia ini. Berpikir
bijak terlalu sulit rasanya bagi langkah perjalanan hidupku sekarang ini.
Lingkaran hidup bercerita hebat di suatu pusaran area penuh arus badai.
Berjuang melawan dan menahan bulir-bulir air agar tidak menetes keluar dari
sepasang bola mata. Kaki ingin berlari jauh, tetapi kisah hidupku bercerita
lain…
Mencari rumah kontrakan terbaru,
membuatku seharian berada di luar rumah. “Memang sebaiknya harus seperti ini”
meratapi kehidupan sendiri. Hal terkacau adalah masih menyimpan segala barang
pemberian Adriell. Dia bukan lagi bagian dari hidupku sampai kapanpun juga.
Saya tidak akan pernah bertanya tentang apapun juga, termasuk kenapa memutuskan
sepihak hubungan yang terjalin. Diam jauh lebih bijak, ketimbang harus membuat
ribuan pertanyaan.
“Setidaknya, rumah kontrakan terbaru
dekat dengan kampus tempatku mengajar,” tersenyum sendiri, setelah berhasil
menemukan tempat tinggal terbaru. Mengemasi seluruh barang-barang membuatku
sedikit lelah. Tiba-tiba terdengar suara ketukan rumah…
“Apakah kau ingin pindah karena
kehadiranku?” Adriell berdiri depan pintu, tanpa basah basih bertanya tentang
sesuatu hal setelah pintu rumah terbuka.
“Saya tidak pernah tahu kalau ternyata
kita akan bertetangga seperti sekarang, jangan pindah ke tempat lain karenaku!”
mulut masih belum dapat berkata-kata…
“Maaf setiap saat selalu membuat hidupmu
penuh luka,” kembali ia mengucapkan pernyataan, tetapi mulutku tetap saja
terdiam. Di hadapan banyak mahasiswa, mulutku dapat mengucapkan ribuan kata
ketika mengajar, namun diam membisu dan bercerita lain saat dia di depanku. Apakah
saya hanya tertawa atau menangis mendengar ucapan seorang Adriell.
“Kau menyuruhku melupakan semua tanpa
pernah tahu kesalahanku, sekarang setelah bertahun-tahun hidupku telah lupa
tentang dunia masa lalu tiba-tiba tanpa rasa berdosa atau bersalah muncul
begitu saja.” Tangisku pecah, sekian tahun memendam bulir-bulir air hingga
tidak dapat menetes keluar dari sepasang bola mataku.
“Saya mungkin terlalu bodoh hingga harus
hidup dalam ikatan belenggu seperti ini,” kembali berkata-kata di hadapannya,
tubuhku terjatuh lemas…
“Berhenti menangis!” pertama kali
seorang Adriell mengusap bulir-bulir air mata yang terjatuh sekitar pelupuk
mataku. Bagaimana bisa saya menghindar atau berjuang melupakan, dengan sikap
secara tiba-tiba datang dan membuat hal-hal seperti sekarang. Semakin hatiku
berjuang untuk melupakan, rasa sayang buatnya pun semakin kuat. Manusia
terbodoh diantara terbodoh bernama Nefritzal. Pertama kali merasakan dekapan
hangat dirinya, sejak awal hubungan kami hingga detik sekarang.
“Apa yang harus kulakukan agar berhenti
melihatmu?” Air mataku makin pecah, bertahun-tahun berusaha menahan rasa sakit,
hingga akhirnya tidak terbendung.
“Jangan pindah karenaku, tetaplah
disini!” dia semakin mempererat dekapannya. Kupikir hidupku tidak akan pernah
terbelenggu oleh bagian masa lalu, namun pada kenyataan langkahku berkata lain.
Cerita hidupku berbeda dengan semua orang disekitarku. Mempunyai alur
tersendiri, bahkan terlalu sulit untuk dilukiskan hanya melalui kata-kata.
Dia membuat kakiku tetap berada di rumah
ini, tidak perduli dengan hal-hal menyakitkan kemarin. Dapat dikatakan pada
kenyataan hidup menjadi manusia terbodoh, itulah keadaanku sekarang. Berjuang
meninggalkan bagian masa lalu, tetapi keadaan bercerita lain. “Buatmu,” setelah
bertahun-tahun terlewati, ia kembali mengucapkan kalimat. Seperti biasa, sebuah
lukisan yang sama bercerita tentang daun kering berjatuhan memenuhi jalan.
“Daun kering itu bernilai,” tanpa pernah
merubah tulisan kecil pada bagian bawah atau atas lukisan.
Adriell bergerak di dunia arsitektur
desain, selama bertahun-tahun menyelesaikan studinya luar negeri. Menyukai
petualangan sekedar sebagai penghibur ataupun insppirasi. Selama beberapa hari
ini, dia sama sekali tidak menampakkan wajahnya semenjak hari terakhir
memberikan sebuah lukisan sama seperti biasa bertahun-tahun lalu.
Perasaan takut kembali membungkus,
tentang dia akan pergi menjauh kembali dari hidupku. Andai kata itu terjadi,
entah langkahku akan tetap mendaki atau terhenti untuk menjalani hidup. Entah
mengapa, hati merasakan sesuatu hal...
“Berjuang melupakan bagian masa lalu,”
suara hati berbisik.
“Namun, kaki tetap terbelenggu oleh masa
lalu hingga ia muncul membuatku semakin terikat.” Inilah kehidupan yang sedang
memainkan irama bagi perjalananku sekarang.
“Tuhan, andai kata luka itu kembali,
jangan biarkan hidupku terlihat lemah oleh siapapun juga bahkan sebesar apapun
goresan menciptakan rasa sakit.” Kembali menghela nafas, mempersiapkan diri
menerima kenyataan…
Bagian 7…
Kireynzie…
Kenapa dia menghilang begitu saja?
Giliran berada dekat antara kami hanya bertengkar terus-menerus, keadaan justru
berbeda saat dia tak memperlihatkan batang hidungnya sedikitpun. Apa ini
pertanda saya menyukai cowok dingin dan arrogant seperti Adriell. Tuhan, jangan
sampai dia tahu perasaanku sebenarnya, bisa-bisa kepala Adriell menjadi besar.
“Ada baiknya menyegarkan diri selepas
membaca ataupun mempelajari kesalahan-kesalahan penyusunan skripsi.” Beberapa
hari bertemu dosen pembimbing, 2 bab penuh koreksi mulai latar belakang, gaya
bahasa, istilah-istilah tertentu, system pengungkapan, peranan aktif beberapa
referensi, pemahaman jalur sehingga berkaitan penuh antara bagian satu dan
lainnya. Tata cara pembahasan dan bagaimana bercerita akan dunia sex serta
hubungan langsung maupun tak langsung akan psikologi seseorang terlebih
melewati garis batas normal.
“Menyiram tanaman hias mami, sepertinya
oke juga” melepas stress akibat beberapa permasalahan. Di lain hal ingin
memberi pelajaran bagi Adriell, ternyata malah menghilang beberapa hari.
Kesalahan terbesarku adalah tidak memiliki penguasaan diri mendengar berita
perjodohan antara kami. Pada hal, jauh di dasar hati ada saat dimana jantungku
akan terus berdetak keras saat dia berada dekatku. Apa yang kupikirkan
sekarang? Benar-benar gila…
Permasalahan perjodohan, jantung mulai
berdetak tak karuan saat bertemu dengan dia, hal lebih rumit lagi adalah
penyusunan skripsi masih penuh pergumulan hidup. Seseorang membuka pintu pagar
rumah tanpa mengetuk terlebih dahulu, berpikir jika itu maling di siang bolong
lagi cari mangsa. Luar akal pemikiran, tangan hendak mengambil sebuah balok
kayu, seseorang menghalangi dari belakang…
“Kau pikir saya pencuri?” suara
arrogant, dingin bermain sekitar gendang telingaku.
“Memang,” satu kata terdengar judes…
“Kalau sifatmu terus seperti anak-anak…”
berhenti berbicara terhadapku.
“Kenapa memang? Tidak seorangpun cowok
ingin pdkt, terlebih kau tidak akan pernah menerima perjodohan kita” berbicara
terhadap Adriell masih terdengar judes.
“Terserah kau saja berpikir,” seolah tak
pernah perduli.
“Dari mana saja kau selama ini?” pertanyaan
terhadap manusia terdingin. Dia tersenyum terhadap Kiyrenzie pertama kali
menciptakan sejarah sejak pertemuan kami. Sikap dingin, arrogant, menyebalkan
seakan menghilang begitu saja dalam hidup Adriell.
“Maaf, membuat hidupmu kacau hingga
melepas tanggung jawab selama beberapa hari kemarin,” sejarah kembali
bercerita, dia meminta maaf pertama kalinya di hadapanku. Saya tidak dapat
menyangkal akan perasaanku sendiri, disaat dia menjauh kata kosong bahkan
kehilangan
“Memang makan apa semalam, tiba-tiba
tersenyum lebih parah meminta maaf?” memegang dahi Adriell seolah tak
mempercayai sikapnya sekarang.
“Saya penyebab hingga kakimu penuh
perban kemarin hingga sekarang,” pernyataan Adriell penuh penyesalan. Dia tidak
pernah tahu kalau kakiku masih baik-baik saja, karena terlanjur ingin membuat
permainan jadinya hingga detik sekarang masih terbungkus perban. Pergi dan
pulang kampus harus dijemput oleh Isrel, acting terbaik bagi dunia seorang
Kirey.
“Jadi, kau akan bertanggung jawab?”
melirik ke arah Adriell.
“Seperti itulah, selama beberapa hari
sampai kakimu sembuh secara total” jawaban mengejutkan buatku tentunya.
“Kau mau mengantar dan menjemput ke
kampus, melakukan apapun yang kuinginkan, merawatku dengan sepenuh hati,
membantu penyusunan skripsiku?” masih belum percaya.
“Tentu” satu jawaban pasti.
“Kau tidak sakitkan?” tanyaku lagi
memegang dahinya.
“Sampai kau sembuh total, setelah itu
saya akan pergi dari hidupmu selamanya”
“Kalau kau pergi sekarang juga tidak
apa-apa!” perintahku.
“Baik, kalau memang itu keinginan
hatimu” mulai berjalan meninggalkanku.
“Tunggu, saya hanya becanda,”
menghalangi dia keluar pagar rumah.
Dia benar-benar menepati janji untuk
bertanggung jawab penuh atas perbuatannya. Mengantar dan menjemput ke kampus,
membantu pengetikan skripsi sekitar bagian-bagian yang tidak kupahami, memasak
buatku, dan masih banyak lagi. Membawaku menikmati suasana danau, pinggiran
pantai, juga taman-taman baca ibu kota. Perubahan sikap Adriell membuatku
benar-benar terkejut.
“Ternyata kau bisa melukis juga,”
mengamat-amati kegiatan Adriell di bawah pohon yang terdapat sekitar taman baca.
“Kenapa memang?” pertanyaan terdengar
menyebalkan.
“Saya pikir kau melukis wajahku,
ternyata hanya daun beterbangan menuju tanah tidak jauh dari pohon,” menyindir
lukisannya bersifat anak SD semata.
“Lukisan ini mempunyai arti, bos”
Adriell menganggap saya bos…
“Memang artinya apa coba?” mencari
tahu...
“Seseorang dengan kehidupan menjijikkan,
rusak, sampah masyarakat, tidak memiliki masa depan, tetapi mempunyai nilai.”
Jawaban Adriell membuatku terdiam sendiri.
“Sama seperti daun jatuh, terbuang, kemudian
menjadi kering, dikumpulkan untuk pembakaran bahkan menjadi abu setelah berada
dalam nyala api. Tiba-tiba seseorang datang membuatnya memiliki kualitas nilai
sebelum terlambat dan berada dalam nyala api kekal jauh luar pemikiran siapapun.”
Kembali melanjutkan kata-kata, pertama kali mendengar dari mulut seorang
Adriell.
“Apa kehidupanmu sekacau itu?” melirik
ke arah Adriell.
“Hidup seorang Adriell benar-benar
bermain dalam sebuah jurang, hancur, menjijikkan, pembangkang, sampah
masyarakat, sama seperti daun berjatuhan dan akan memasuki nyala api, menjadi
abu tanpa nilai sedikitpun. Semua mata tidak akan melihat, bahkan hanya
menganggap sebagai perusak pemandangan.” Dia berkata-kata…
“Tanpa pernah menyerah, seseorang
berjuang hingga membuatnya terlihat bernilai.” Pertama kali mulut Adriell
mengakui seseorang, entah dia seorang wanita ataupun pria. Andai kata seseorang
itu wanita, sakit rasanya melihat dia menggenggam tangan orang lain.
“Memang daun kering bisa dibuat apa
selain terbakar, apa tidak ada kata kiasan lain?”
“Saya seorang Arsitek desain menggunakan
daun kering sebagai salah satu bahan untuk menciptakan sebuah karya. Selain
itu, daun kering dapat digunakan dalam
industry kerajinan kalau tingkat kreatifitas seseorang tinggi. Dengarkan,
barang yang dianggap sampah, kelak memberikan sebuah nilai, namun entah kapan,”
nada kalimat Adriell penuh penekanan.
“Syaratnya hanya satu untuk membuat
sampah memiliki sebuah nilai” kembali dia berkata-kata menatap tajam.
“Apa syaratnya?”
“Tidak pernah menyerah, terus berjuang
apapun hasil sekarang tetap berjalan,”
“Sejak kapan kau mempelajari semua itu?”
“Semenjak saya memiliki nilai akibat
sebuah perjuangan tanpa kata menyerah sedikitpun,” jawaban seorang Adriell membuka
mataku. Dia yang kukenal sebagai manusia arrogant, dingin, angkuh, menyebalkan,
hancur, kacau dapat berkata-kata sebijak ini.
Tuhan, jujur saya tidak ingin dia
berucap tentang seseorang dari mulutnya. Rasa takut dapat saja mencekam, andai
kata kalimatnya bercerita tentang seseorang paling spesial. Tidak pernah
tersirat, setahap demi setahap hatiku benar-benar ingin dia selalu berada
didekatku. Jangan sampai dia berucap jika seseorang itu adalah wanita spesial,
bahkan tak tergantikan sampai kapanpun.
“Bisakah kau melukis wajahku, selain
daun kering terus menerus?” menarik kanvas dari tangannya.
“Kau bukan objek menarik bagi lukisanku”
ucapan paling menyebalkan…
“Sekali-sekali lukis diriku, setidaknya
kau harus memenuhi janjimu sampai kakiku sembuh!” kalimatku, hingga membuat dia
tak berkutik sama sekali.
“Baiklah, setelah lukisanku selesai,” seakan
terlihat pasrah.
“Satu lagi, setidaknya lukisan daun
keringmu itu buatku setelah selesai” ucapku.
“Tidak bisa,” Adriell menolak memberikan
lukisannya untukku.
“Memang kenapa?” berbalik ke hadapan
Adriell menatap tajam mencari jawaban.
“Lukisanku ini sebagai bahan koleksi
pribadi, bukan buatmu” jawaban paling cetus.
“Tidak masalah, yang penting kau melukis
wajahku!” perintahku secara tegas.
“Kapan kakimu lepas dari perbannya?”
Adriell sedikit curiga…
“Dokter bilang, masih butuh waktu
seminggu lagi” berbohong hanya sekedar membuat dia tetap berada di dekatku.
“Perasaan dokter mengatakan hanya 2
minggu, kenapa bertambah seminggu?” rasa kesal terlihat di wajah Adriell.
“Ini juga karena kau, coba lebih
bertanggung jawab juga tidak harus kabur seperti kemarin pasti sekarang saya
bisa berjalan normal” mencari alasan lain.
Rela melakukan apapun, hanya untuk
membuatmu bertahan di dekatku. Terserah semua orang akan memberi penilaian
terburuk, tetapi saya benar-benar ingin dia tetap bersamaku. Walau awal hanya
sekedar ingin memberi pelajaran yang tidak akan pernah terlupakan, namun
permainan waktu berkata lain. Benci berubah menjadi cinta, itulah keadaan
hidupku sekarang.
Apakah saya salah menjadi manusia paling
egois, andai kata terdapat nama seseorang di hatinya. Gendang pendengaranku
akan tertutup rapat, sekalipun dia berkata hatinya milik orang lain. Pertama
kali ada pria membuatku marah, kesal, sering bertengkar, akan tetapi hatiku ingin
selalu berada di dekatnya. Banyak pria berjuang mencari perhatianku, namun
tidak satupun berkesan pada pemandangan mata. Hingga Adriell muncul, bercerita
tentang hal lain bagi nafas hidupku.
“Kau harus membantuku mencari referensi
terbaru untuk susunan skripsi!” memegang tangan Adriel kuat-kuat.
“lepaskan tanganmu!”
“Memang salah kalau saya memegang kuat?”
menatap Adriell tajam.
“Maksudmu?” pertanyaan balik darinya.
“Kita berdua dijodohkan, mau tidak mau
harus menerima kenyataan bos” ujarku.
“Hubungan antara dijodohkan dan tanganmu
menggenggam erat dimana?”
“Sudahlah, kau tidak akan pernah
mengerti” cetusku menggerutu…
Seakan dia bersikap bodoh untuk dapat
memahami pernyataanku. Tuhan, mungkin dunia Kirey bersifat penuh ego, akan
tetapi rasa takut lebih kuat mencekam dibanding apapun. Mendengar pernyataan
Adriell tentang sebuah lukisan, menimbulkan rasa takut jika mataku tak akan
pernah melihatnya lagi. Tanpa bertanya satu katapun, bahwa pada kenyataan hidup
seseorang telah memiliki hatinya.
“Ka’Nefrit bisakah kita bertemu?”
menulis sebuah pesan singkat. Pikiranku saat ini hanya ingin mencurahkan segala
isi hati terhadap sahabat terdekatku.
“Isrel terlihat seperti anak-anak, mana
mungkin memahami apa yang kurasakan” pikiranku berkecamuk. Jauh berbeda saat
berhadapan atau bercerita tentang banyak bersama ka’Nefrit.
“Dimana?” balasan pesan singkat
ka’Nefrit.
“Tempat biasa,” menjawab isi pesan
tersebut.
“Okey, tunggu saya sekitar 30 menit dari
sekarang” membaca pesan masuk darinya.
Bersiap-siap menuju tempat biasa untuk
bertemu. Sambil membaca buku-buku yang telah disediakan, kombinasi antara café,
perpustakaan, dan toko buku mempunyai desain menarik sehingga terkesan bagi
para pembaca. “Sudah lama menunggu?” tiba-tiba ka’Nefrit hadirdi hadapanku
sekarang.
“Belum kok,” jawabku sambil meneguk
secangkir kopi.
“Mba, pesan kopi satu lagi dong!”
mengacungkan tangan.
“Jangan kopi, berikan jus alpukat rasa
mokacino saja” ka’Nefrit menolak secangkir kopi hitam.
“Baiklah,” ucapku kembali. Memesan
minuman sesuai keinginan hatinya...
“Apa kau punya masalah?” tegurnya.
“Lebih dari masalah,” jawabanku
menampakkan mimic wajah sedih.
“Tentang skripsi?”
“Lebih dari skripsi malahan,”
membenturkan kepalaku sendiri ke meja.
“Jangan menyakiti dirimu sendiri,”
menghalangi kepalaku berbenturan dengan meja.
“Apa yang harus kulakukan, andai kata…?”
ucapanku terhenti.
“Tentang apa, Ki?”
“Entahlah,” wajahku terlihat seakan tak
mempunyai semangat ataupun harapan hidup.
“Manusia aneh,” ka’Nefrit hanya menggeleng-gelengkan
kepala.
“Sulit untuk dilukiskan hanya melalui
kata-kata,” raut wajahku makin menyedihkan.
“Ceritakan, mungkin saya dapat
membantu!”
Memulai bercerita bagaimana rasa benci
berubah menjadi rasa takut dia pergi menghilang dari hidupku. Membayangkan
wajah dingin Adriell sambil mencurahkan segala isi hatiku sendiri. Rasa takut
jauh lebih bermain kuat, andai kata orang yang kucintai berlari kuat untuk
menggenggam tangan wanita lain. Kesalahan terbesarku adalah ingin tetap
mempertahankan, sekalipun saya menjadi manusia ter-egois bagi pemikiran
siapapun juga.
“Kami dijodohkan oleh orang tua,”
kepalaku tertunduk.
“Terus,” ka’Nefrit menanggapi...
“Sejak bercerita tentang sesuatu, hatiku
berkata ada orang lain di hatinya dan itu bukan diriku,” mataku mulai
berkaca-kaca…
“Kisah percintaan segi tiga rupanya,”
ka’Nefrit tersenyum mendengar curhatanku.
“Ka’,Belum pasti ini percintaan segi
tiga, karena saya belum bertanya secara langsung”
“Lantas, apa namanya?” Tanya ka’Nefrit
lagi.
“Hanya sekedar menduga-duga tanpa bukti
kuat yang langsung keluar dari mulutnya.” Membayangkan wajah Adriell melukis
sambil berkata-kata tentang sebuah makna. Seseorang berjuang mengumpulkan
hingga membuatnya bernilai…
“Siapa tahu wanita di hatinya hanya masa
lalu, bahkan sudah meninggal mungkin.” Ka’Nefrit memberikan harapan, berusaha
menghilangkan rasa takut dalam diriku.
Bagian 8…
“Dari mana saja?” suara tanpa bayangan
membuat jantung Nefrit hampir keluar sarang. Menemani Kirey sepanjang hari
hanya untuk menghilangkan rasa stress berkepanjangan, juga perasaan ketakutan
tentang sebuah kisah percintaan. Menghabiskan waktu dan berusaha meringankan
beban pergumulan hidup Kirey.
“Bersama teman,” Nefrit masih
mengelus-ngelus bagian dadanya karena terkejut.
“Kau pikir saya hantu?” Adriell tersenyum melihat
tingkah laku Nefrit.
“Tentu saja, ini sudah malam, ada suara
tanpa gambar jauh lebih mengerikan,”
“Aneh, yang satu menganggapku pencuri,
lainnya mengira hantu gentayangan” Adriel menggeleng-gelengkan kepala
berkata-kata dalam hati.
“Apa ada sesuatu, sampai kepalamu
seperti itu?” Nefrit bertanya…
“Hanya angin lalu,” jawaban dan
pertanyaan tidak ketemu.
“Tadi kau berkata teman, apa pria?”
wajah Adriell nampak kecut…
“Bukan, hanya wanita…” Nefrit menjawab
sambil membuka pintu kulkas ketika sudah berada dalam rumah.
“Memang teman wanitamu itu kenapa,
sampai segitunya kau pulang larut malam begini hanya sekedar membantu?” Adriell
masih belum menyadari akan perasaan mendalam Kirey.
“Dia menyukai seseorang, tapi sangat
ketakutan kalau pria itu lebih memilih wanita lain.” Jawaban Nefrit sambil
memberikan segelas jus segar untuk Adriell.
“Siapa yang dimaksud Nefrit?” Adriell
bertanya-tanya pada diri sendiri.
“Ada apa?” Nefrit memperhatikan raut
wajah Adriell, seakan terjadi sesuatu.
“Tidak kenapa-kenapa?” menjawab Nefrit.
“Buatmu,” seperti biasa tanpa rasa
bosan, hanya memberikan jenis lukisan sama hasil karyanya sendiri sejak remaja.
Entah apa yang ada dalam benak Adriell…
“Lukisan sama seperti biasa,” sindir
Nefrit ingin tertawa atau menangis.
“Kalau tidak mau, biar saya ambil
kembali” tangan Adriell berusaha merebut kembali lukisan tersebut.
“Jangan, setidaknya menjadi bahan
koleksi pribadi” menghalangi Adriell.
“Andai kata, kau menyadari mengapa saya
meninggalkanmu bertahun-tahun lamanya” suara hati Adriell bergema.
“Beberapa hari kemarin kau menghilang,”
ujar Nefrit menyodorkan makanan di atas meja untuk Adriell.
“Kau masih melakukan kebiasaanmu
kemarin,” Adriel mengalihkan pembicaraan.
“Maksudmu?”
“Menyodorkan makan buatku, kalau bertamu
ke rumahmu” Adriell segera mengambil piring, kemudian menuangkan makanan yang
terhidang…
“Rasanya tetap sama,” kembali Adriell
berbicara setelah mencicipi makanan tersebut.
“Jangan mengalihkan pembicaraan” Nefrit
menghadang sendok Adriell ke mulutnya.
“Saya melukis itu buatmu, sekalian
menyelesaikan masalah penting.” Adriell masih merahasiakan tentang peristiwa
kecelakaan ringan menimpa Kirey, bagaimana dirinya harus bertanggung jawab, dan
juga permasalahan perjodohan dari orang tuanya.
“Saya tetap menyukai lukisanmu,
sekalipun jenis lukisanmu tidak pernah berubah,” Nefrit menundukkan kepalanya.
“Apapun keadaan depan mata, berjanjilah
satu buatku!” menggenggam tangan Nefrit.
“Tentang apa?” wajah Nefrit menengadah
ke arah Adriell.
“Tetaplah menggenggam tanganku, tidak
boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu mempunyai cerita lain jauh dari
jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.” Raut wajah Adriell menampakkan
sebuah rahasia, tetapi masih terus bersembunyi jauh di dalam…
“Saya tidak pernah tahu hingga detik
sekarang, kenapa kau pergi? Kesalahan terbesar yang kulakukan ada dimana?” dia
hanya manusia biasa, ingin mencari tahu…
Mulut Adriell masih terkunci
rapat-rapat, bahkan diam membisu seribu bahasa. “Andai kata kau mengetahui
tentang sebuah kisah, pasti hatimu akan pergi menjauh” Adriell berusaha
menyembunyikan penyebab kepergiannya. Suara hatinya dapat berkata-kata, akan
tetapi mulutnya tetap terkunci rapat.
“Suatu hari nanti kau akan tahu, tetapi
tidak sekarang” mendekap erat Nefrit.
“Btw, Jangan terlalu lengket seperti ini
biasa berbahaya kalau setannya bekerja!” Nefrit berusaha lepas dari dekapan
Adriell.
“Ini menyinggung secara halus atau
kasar?” Adriell ingin tertawa lepas.
“Kasar,”jawaban Nefrit mendorong Adriell
keluar dari rumahnya.
“Kau mengusirku?” gerutu Adriell.
“Sudah malam, pulanglah!” Nefrit masih
menyadari tentang etika bertamu sesuai tempat. Mengunci pintu rapat-rapat,
membiarkan Adriell berdiri depan rumahnya sendirian.
“Rahasia apa yang kau sembunyikan?”
Nefrit menatap lukisan Adriell, termenung dalam kamar kecilnya seorang diri.
Sementara Adriell sendiri berjalan pulang menuju rumah, masih bertetanggaan…
“Apakah kau masih tetap bertahan, andai
kata menyadari kejadian sebenarnya?” Adriell berbicara sendiri, menghela nafas
dalam-dalam. Tiba-tiba sebuah bunyi telepon, terdengar nada familiar memenuhi
gendang telinganya sekarang.
“Apa kau baik-baik saja?” pertanyaan
langsung ke inti dari sambungan telepon.
“Kakak sendiri bagaimana? Jangan
perdulikan keadaanku, sedangkan kakak hanya memikirkan hal-hal aneh
terus-menerus,” gerutu Adriell membalas.
“Adriell, kalau penemuan kakak sudah
muncul ke permukaan pasti kau akan bangga”
“Ka’ berhenti berkata-kata!” rasa kesal
Adriell terhadap kakaknya sendiri.
“Menurut gosip beredar, kalau kau
dijodohkan oleh papa, apa betul?”
“Masalahku belum selesai, muncul masalah
baru” Adriell menarik nafas panjang.
“Gadis cantik, langsing, lumayan tinggi
terlalu sayang kalau kau tolak” tegur kakaknya.
“Berarti papa mengirim fotonya kesana,
hebat sekali,” Adriell makin risih satu atap bersama orang tuanya.
“Sepertinya, kau masih terikat dengan
masa lalu” menyerang Adriell.
“Entahlah,” jawaban Adriell sendiri.
“Selama kepulanganmu, apa kau pernah bertemu
dengan masa lalumu?” pertanyaan hingga menjadikan Adriell diam membisu.
“Adriell, jawab kakak” suara terus
memanggil-manggil dari telepon setengah jam penuh Adriell terdiam.
“Maaf,” kalimat Adriell.
“Bersabarlah, Tuhan mengizinkan
percobaan terjadi atasmu tidak melebihi kekuatanmu,” kata bijak sedikit
menghibur Adriell.
“Kupikir kami tidak akan pernah bertemu,
tetapi keadaan bercerita lain,” nada suara Adriell melemah.
“Sudah kuduga, kau akan tetap terikat
bahkan lebih dari itu”
“Bagaimana saya akan bercerita suatu
hari nanti?” Adriell membayangkan kejadian-kejadian yang akan terjadi ketika
sebuah rahasia terbongkar.
“Kau selalu seperti ini,” tegur kakaknya
melalui sambungan telepon. Adriell memiliki satu-satunya saudara, sekalipun
terpisah negara namun mereka tetap berkomunikasi. Sepanjang malam bercerita
banyak hal, sekalipun hanya melalui sambungan telepon sebagai perantara.
Keadaan menjadikan hidup seorang Adriell
menjauh bertahun-tahun lamanya. Menyibukkan diri sebagai seorang petualang
memberi penghiburan baginya. Bergerak di dunia arsitek sesuai keinginan hati,
membawa Adriell memasuki sebuah area terbaru dari hidup. Setiap berjalan
memasuki kantor, penampilan seorang Adriell selalu terkesan cuek, ambu radur,
kacau, berpakaian kaos biru sesuai warna kusukaannya dipadukan dengan celana
jeans sobek kiri-kanan. Terkadang semua orang berpikir, jika Adriell sama
sekali tidak memperlihatkan sisi wibawa ataupun charisma sebagai pemimpin.
Inilah dunia seorang Adriell terkesan cuek, dingin, tidak akan pernah pusing
ucapan semua orang.
Di lain tempat, Nefrit sedang mengajar
dalam ruang mahasiswa kebidanan semester 5. Menjelaskan tentang beberapa
penemuan terakhir di dunia obstetric. “Baiklah, kali ini saya ingin membahas
tentang beberapa penemuan terbaru dan sekarang telah diterapkan oleh beberapa
negara.” Nefrit bercerita, sambil menunjukkan beberapa gambar melalui layar.
“Neha, sejauh artikel yang kamu baca,
coba sebutkan beberapa penemuan terbaru bagi obstetric?”
“Saya tidak tahu menahu tentang itu bu,”
Neha senyam-senyum menunduk.
“Tidak apa-apa, saya akan menjelaskan
ada 2 penemuan yang sekarang dikenal oleh lapisan masyarakat diantaranya…”
penekanan kata-kata Nefrit ketika berkata-kata.
“Lotus birth, yaitu tetap membiarkan
plasenta melekat pada bayi sampai pupus dengan sendirinya, selanjutnya water
birth persalinan dalam air dapat diterapkan jika memenuhi persyaratan bagi
seorang ibu termasuk kualitas rumah sakit itu sendiri. Water birth telah banyak
diterapkan, bahkan artis-artis, kalangan atas lebih memilih persalinan seperti
ini.” Kembali melanjutkan penjelasannya.
“Ada pertanyaan?” Nefrit memandang
mereka…
“Untuk permasalahan water birth tentu
sudah tidak asing lagi, tetapi menjadi pertanyaan keuntungan lotus birth alias
membiarkan plasenta terpupus sendiri dari sang bayi?” Sisil mengangkat tangan
sambil berbicara.
“Mengurangi terjadinya infeksi, dapat
membantu mencukupi asuhan nutrisi dan makanan pada bayi baru lahir, meningkatkan
kadar zat besi bayi,” (referensi: manfaat.co.id.2015).
“Jelaskan hubungan antara asupan nutrisi
bayi dan plasentanya sendiri, sedangkan dunia sang bayi tidak lagi bercerita di
dalam cavum uteri, tetapi luar perut ibu?” Neha meminta jawaban penjelasan.
“Penyokong selama dalam kandungan adalah
plasenta sebagaimana diketahui merupakan sumber untuk menyalurkan darah berisi nutrisi, zat-zat mineral, maupun
oksigen bayi. Andai kata, bayi dipisahkan dalam waktu cepat dari plasenta maka
secara otomatis memmbuat dia kehilangan kesempatan untuk mendapat asupan
oksigen serta darah berisi nutrisi.” Jawaban Nefrit berusaha membuat mereka
mengerti. (Referensi: manfaat.co.id.2015).
“Berarti pemotongan tali pusat beberapa
menit setelah lahir dikatakan terlalu cepat?” Sisil kembali bertanya…
“Seperti itulah, bayi masih butuh
penyesuaian atau adaptasi ketika terlahir ke dunia, sehingga masih dapat
dinyatakan bahwa sang bayi masih bergantung penuh terhadap plasenta. Perlahan
demi perlahan, adaptasi mulai terjadi, menyadari tubuh bayi mulai menerima
kehidupannya yang baru.” Jawaban Nefrit.
“Saya masih belum paham antara adaptasi,
bayi mulai menerima kehidupannya, dan plasenta?” Neha bertanya lagi.
“Dimulai dari bayi masih berada dalam
cavum uteri, disini plasenta berperan sebagai penyalur nutrisi, mineral, dan oksigen
dari sang ibu. Terjadi perbedaan kehidupan saat berada dalam Rahim perut ibu
dan di luar. Ketika terlahir kedunia, sang bayi masih membutuhkan waktu untuk
beradaptasi dan mengenal dunia barunya. Plasenta masih memiliki kaitan penuh
dalam hal ini, kenapa? Karena sang bayi hanya mengenal tentang pertukaran
makanan nutrisi melalui plasenta.” Nefrit menjelaskan kembali…
“Perlu diketahui, bahwa plasenta masih
menyimpan cadangan nutrisi selama beberapa hari yang sangat penting bagi
pertumbuhan setelah bayi lahir. Pada dasarnya, setiap pernyataan yang keluar
pasti menimbulkan pertanyaan terbaru antara kalian sebagai mahasiswa terhadap
saya sebagai dosen pengajar.” Kalimat Nefrit cukup membuat mereka paham
pengenalan tentang lotus birth.
“Ibu, apakah lotus birth diharuskan bagi
setiap ibu jika melihat dari sisi keuntungan?” Tiyani pertama kali bertanya
untuk mata kuliah ini.
“Kembali kepada pribadi ibu
masing-masing, ingin mencoba silahkan dan sama sekali tidak ada pemaksaan.
Itupun penerapan lotus birth hanya terdapat di beberapa tempat saja, masih
jarang penggunaannya untuk negara ini sendiri.” Nefrit berkata-kata…
“Ibu, apakah kami juga mempunyai potensi
cukup besar untuk menciptakan sebuah penemuan terbaru di dunia kebidanan?” Tiyani bertanya lagi.
“Kenapa tidak, seiring waktu berjalan
kalian akan mengenal dunia persalinan baik bersifat fisiologis maupun patoligis
seperti apa. Sewaktu menghadapi pasien terlebih sekitar pedesaan terpencil,
otak harus berputar dan harus mampu menciptakan sebuah terobosan kalau perlu
bagi perkembangan dunia medis.” Kalimat Nefrit.
“Perlihatkan kualitas diri, tidak menutup kemungkinan suatu hari kelak salah
satu dari kalian mempunyai penemuan terbaru dan diakui internasional bagi
perkembangan medis.” Nefrit berbicara kembali…
“Diluar sana banyak saingan ibu, belum
lagi lapangan kerja bidan sekarang sulit karena terlalu banyaknya lulusan
hingga banyak pula pengangguran, ditambah permasalahan ujian demi mendapat
selembar sertifikat.” Neha terlihat
lemas bercerita tentang kenyataan hidup.
“Mempunyai prinsip dan harapan hidup
yaitu selesai kuliah saya pasti bekerja, berjuang, tidak ada hal yang mustahil
bagi Tuhan apa lagi hanya bekerja sebagai seorang bidan. Andai kata kau gagal
hari ini, teruslah berjalan dan berjuang hingga nafasmu berhasil membuktikan
kualitas terbaik di hadapan semua orang.” Memberikan pelajaran penting demi
membentuk pola pikir dalam diri mereka.
“Sampai disini dulu perjumpaan kita,”
Nefrit melihat arah jam menunjukkan waktu selesainya mata kuliah. Berjalan
keluar dari kampus tempat Nefrit mengajar, seperti biasa dia juga berperan
sebagai mahasiwa S2 disamping menjadi seorang dosen.
“Ka’Nefrit,” Kirey tanpa sengaja bertemu
dengannya seputar jalan raya menuju pasar tradisional. Nefrit ingin berbelanja
kebutuhan rumah, juga berpikir untuk membuat masakan spesial bagi Adriell.
Dia dikejutkan dengan Kirey sedang
memegang tangan seseorang yang dikenalnya. Memori tentang curahan hati Kirey
bermain dalam ingatannya. Tidak pernah terlintas, jika pria yang dimaksudkan
oleh Kirey ternyata Adriell. “Kami
dijodohkan oleh orang tua,” ucapan Kirey beberapa hari sebelumnya tiba-tiba
terngiang sekitar telinganya.
“Nefrit,” Adriell tanpa sadar berbicara
menyebut namanya.
“Kalian saling mengenal?” mata Kirey
tidak berkedip menyaksikan pertemuan tidak terduga diantara mereka.
Bagian 9…
Kirenzie…
Tak pernah kuduga sebelumnya ka’Nefrit
dan Adriel sudah saling mengenal antara satu sama lain. Terlihat raut wajah
Adriell sedikit terkejut, sedang ka’Nefrit tak pernah menyangka terjadi
pertemuan seperti ini. Rasa bahagia menyergapku, kenapa? Saya dapat mengorek
informasi tentang Adriell dari ka’Nefrit sendiri. Bisa mengetahui makanan
kesukaan, sifat, dan pola pikir seorang Adriel lebih berada dimana. Mengajak
ka’Nefrit menikmati kebersamaan di tempat biasa.
“Ternyata kalian teman sejak sekolah
dulu, pantes” masih belum mempercayai…
“Kirey, berhenti bertingkah
kekanak-kanakan!” tegur Adriell terhadapku, memang apa yang kulakukan hanya
berucap seperti itu, mendapat teguran.
“Ka’Nefrit, bagaimana tingkah Adriell
sewaktu sekolah kemarin?” pertanyaanku membuat ka’Nefrit tersedak saat
mamasukkan segelas jus alpukat rasa capucino.
“Kenapa belum menjawab pertanyaanku?”
saya masih bingung, sedang ka’Nefrit masih saja menikmati jus didepannya seakan
tak memperdulikan pertanyaanku.
“Maaf,” ka’Nefrit memulai pembicaraan.
“Jangan minta maaf, segera jawab
pertanyaanku saja kakak” ungkapku.
“Adriell selalu menjadi pusat perhatian
semua orang,” ka’Nefrit tersenyum santai…
“Menjadi pusat perhatian karena
prestasi, cakep, terkaya, atau apa?” tanyaku lagi.
“Bukan prestasi atau hal yang kau
ucapkan, tapi karena tingkat kenakalannya sudah jauh melebihi ambang batas dan
selalu menjadi preman sekolah salah jadi,” penekanan ka’Nefrit terkesan aneh
dari raut wajahnya. Mata Adriell terbelalak mendengar semua itu.
“Wow, apa Adriell selama sekolah dikenal
sebagai play boy?” Sekarang giliran Adriell batuk-batuk mendengar pertanyaanku.
“Adriell sewaktu sekolah sekalipun
terkenal sebagai manusia paling nakal, tapi untuk permasalahan manusia play boy
tidak sama sekali, jauh berbeda dengan sekarang sepertinya…”
“Ka’Nefrit, jangan membuatku penasaran,
sepertinya kenapa?” tanyaku kembali.
“Berhenti mengorek informasi tentangku,”
Adriell menegur dan mengarahkan wajahnya terhadapku.
“Memang kenapa? Kita berdua dijodohkan
oleh orang tua, tidak ada salahnya mengorek informasi biar saya bisa menerima
masa lalumu mulai dari sekarang.” Ucapku membalas Adriell.
“Perasaan kau tidak mau dijodohkan
denganku, kenapa sekarang seolah ingin berkata lain?” Adriell masih merasa aneh
melihat tingkahku.
“Sepertinya ada hal yang harus
kuselesaikan, kalau begitu saya permisi dulu” ka’Nefrit mengambil tasnya
secepat mungkin, kemudian segera berdiri hendak menjauh dari pertengkaran kecil
diantara kami berdua.
“Tunggu!” Adriell menghentikan langkah
ka’Nefrit.
“Saya harus pergi sekarang, selesaikan
dulu pertengkaran kalian baru menghubungiku kembali,” ka’Nefrit tertawa kecil
melihat ke arah kami berdua.
Hanya tinggal berdua, diam seribu bahasa
tanpa satupun berkata-kata. Kebiasaan terburuk diantara kami adalah
pertengkaran, pertengkaran, hanya pertengkaran. Bagaimana saya dapat menaklukkan
manusia seperti dia kalau selalu saja seperti ini? Kenapa saya bisa menyukai
Adriell? Pertanyaan paling buruk bagi hidupku sendiri. Sikap Adriell terkesan
seakan tidak akan pernah perduli tentang perjodohan kami. Sepanjang perjalanan
pulang mengantarkan ke rumah, dia tetap diam seribu bahasa.
Saya suka segala hal dalam diri seorang
Adriell, sekalipun sikap cuek bahkan tak pernah perduli apapun tentang hidupku.
Dia kembali menghilang hanya karena pertanyaan sekedar mencari informasi ketika
ka’Nefrit di depan kami. Ratusan kali menghubungi melalui telepon, tetapi tak
pernah diangkat olehnya. Pesan melalui BBM, WA, massanger, line dariku juga tidak pernah terbaca.
Nefritzal…
Pada kenyataan hidup, saya harus siap
menerima sebuah kisah tersembunyi. Sama sekali tak terpikirkan, jika pria yang
dimaksud oleh Kirey merupakan orang terdekat bahkan terlalu berharga bagi
duniaku sendiri. Pertemuan tidak terduga antara kami bertiga, sedangkan Kirey
belum menyadari sesuatu hal. Andai kata, Kirey menyadari semua itu apa yang
akan diperbuat olehnya?
“Menjatuhkan air matapun tidak akan
menyelesaikan masalah buatku sekarang” berusaha menahan rasa sakit, biarlah
tersembunyi dan tersimpan jauh di dasar paling terdalam. Tuhan, ajar hidupku
untuk siap menerima kenyataan terpahit apapun itu. Saya masih dapat melangkah,
sekalipun apa yang diinginkan hati tidak
sesuai dengan kenyataan hidup.
“Kenapa kau tidak mengangkat telpon
dariku?” tak pernah kusangka, dia terus berjaga depan rumahku. Menghabiskan
waktu bersama teman, bahkan menginap di rumahnya jauh lebih baik dibanding
bertemu Adriell setiap saat.
“Dari mana saja kau, kenapa menghilang?”
raut wajahnya terlihat marah.
“Kenapa tidak menjawab?” kembali
melemparkan pertanyaan sambil memegang pergelangan tanganku. Mulutku terkunci
rapat, jauh lebih baik diam seribu bahasa dibanding menjawab pertanyaan demi
pertanyaan darinya. Membuka pintu rumah, dia berusaha untuk masuk juga tanganku
masih berjuang untuk menghalangi kakinya dapat berjalan.
“Kau pasti marah, itu bukan kesalahanku”
dia terus saja menggedor pintu rumahku.
“Hal terburuk adalah seorang Adriell tak
pernah berkata jujur, selalu bersembunyi” tangisku pecah seketika selama
beberapa hari berusaha untuk kupendam. Bersandar dibalik pintu rumah, dengan
air mata terus saja mengalir.
“Maaf, selalu membuatmu terluka,” dia
masih berada di luar, pertama kali mendengarnya berbicara dengan isak tangis.
Tak pernah sekalipun air matanya terjatuh oleh karena sesuatu hal menyakitkan
terlebih terdengar histeris dalam tangisan.
“Tetaplah
menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu
mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.”
Kalimat yang pernah diucapkan oleh Adriell tiba-tiba terngiang memenuhi beranda
pendengaranku. Bagaimana Kirey dapat menjalani kehidupan tanpa Adriell. Tidak lagi
bercerita tentang masalah perjodohan, melainkan perasaan Kirey terlalu mendalam
untuknya. Salah satu diantara kami harus ada yang mengalah, dan itu terarah
untukku.
“Astaga,” ucapku sangat terkejut melihat
Adriell pingsan saat membuka tirai jendela. Kupikir dia sudah kembali ke
rumahnya, ternyata luar dugaan terus berjaga semalaman. Berusaha sekuat tenaga
membawa dia masuk ke kamar, demamnya sangat tinggi. Kembali berada di
sampingnya, merawat, berjaga hingga dia terbangun dari tidur.
“Jangan pergi,” dia mengigau.
“Kau tidak pernah jujur” kalimatku
berusaha mengganti kompresannya. Sampai sekarang saya tidak pernah tahu
penyebab Adriell pergi menjauh dan memutuskan hubungan sepihak bertahun-tahun lamanya.
Tiba-tiba muncul bersebelahan rumah denganku, disaat hatiku mulai belajar
kembali menerima, hal terpahit adalah mendengar tentang perjodohan dia bersama
sahabatku sendiri. Membayangkan Kirey mencurahkan segala isi hatinya beberapa
waktu lalu, hingga terpancar rasa takut luar biasa membuatku harus belajar
melepas sesuatu yang ingin kupertahankan.
“Tuhan, ajar hidupku untuk tidak kecewa
sepahit apapun perjalananku saat ini,” jeritan hati berteriak kuat sekalipun
menyakitkan, bahkan lebih dari itu. Kisah percintaan tak berujung, akan segera
berakhir.
“Maaf membuatmu selalu terluka” Adriell
terbangun dari tidurnya menatap ke arahku.
“Demammu sudah turun,” mengecek suhu
tubuhnya.
“Berjanjilah, kau akan tetap menggenggam
tanganku sekalipun selalu membuatmu terluka.” Kalimat terbodoh seorang Adriell
tanpa pernah berpikir tentang orang-orang di sekitarnya.
“Lepaskan!” perintahku, berusaha
melepaskan tanganku darinya.
“Berjanjilah” dia masih terus berucap
“Apa karena alasan Kirey sampai kau
pergi begitu saja bertahun-tahun lamanya?”
“Saya baru mengenal dia semenjak kembali
menginjakkan kaki di negara ini.”
Mataku terus menatapnya seolah
menginginkan penjelasan lebih, “Kirey
waktu itu pasti masih kecil andaikan saya mengenalnya sewaktu dulu” ujarnya
lagi.
“Kirey menyimpan perasaan mendalam hanya
untuk seorang Adriell bukan yang lain,” kalimatku penuh penekanan…
“Saya tidak pernah menghapus nama Nefrit
jauh di dasar hatiku” tatapan mata Adriell seakan berkata jujur, atau saya yang
terlalu lemah…
“Bagaimana perasaan Kirey jika menyadari
semua ini?” bertanya ke arahnya.
“Kenapa saya terpisah jauh dari papa?
Karena menolak perjodohan yang tidak pernah saya inginkan.” Adriell meletakkan
tanganku bagian detakan jantungnya.
“Berdetak begitu kuat” suara hatiku
berbisik di dalam.
“Apa benar yang kulihat sekarang?”
tiba-tiba Kirey berada di hadapan kami, jauh lebih terkejut dengan apa yang
dilihatnya sekarang. Dari mana Kirey menemukan alamat rumahku? Kenapa dia
tiba-tiba mendengar hal yang seharusnya tak boleh di dengar olehnya?
“Kalian berdua pengkhianat,” rasa kecewa
terlihat jelas melalui nada ucapan Kirey.
“Kirey,” teriakanku berusaha mengejar
Kirey yang berlari jauh meninggalkan kami.
“Kirey, berhenti” mulutku kembali
berteriak namun ia tetap berlari kuat.
“Kenapa harus ka’Nefrit yang menusukku
dari belakang?” tangisan Kirey terdengar kuat sekitar gendang pendengaranku.
Terus saja berlari, tanpa memperdulikan lalu lalang kendaraan di depannya.
Berusaha membuat dia berhenti berlari, tetapi tidak membuahkan hasil.
“Kirey, semua ini salah paham” mencoba
berbicara perlahan, saat kami mendapati jalanan buntu.
“Pergilah ka’, tidak ada gunanya
berbicara!” dia terus saja mengusirku agar menjauh.
“Ki, bagaimana saya harus menjelaskan”
ucapanku pelan.
“Selama ini saya selalu menganggapmu
sebagai sahabat, ternyata menusuk”
“Ki’ harus percaya” sekali lagi mulutku
berucap, namun Kirey tetap memperlihatkan kekecewaan mendalam. Menganggap semua
ini sebagai pengkhianatan antara kami. Seperti apapun penjelasanku sekarang,
tidak akan pernah didengar olehnya. Bagi Kirey jika ini sebuah pengkhianatan
terbesar bahkan menusuk.
“Maaf membuatmu terluka” ucapanku dengan
kepala menunduk. Hal tak terduga, Kirey mendorong tubuhku begitu keras jauh
dari tempat kami berdiri.
“Kirey…” teriakan histerisku. Sebuah
balok kayu sekitar gedung tua tempat kami berdiri tiba-tiba terjatuh. Jalanan
ini memang buntu bagian selatan dan bangunan tua sebagai penghalang menuju arah
lain. Balok kayu tersebut mengenai tubuh dan kaki Kirey, hingga jatuh pingsan.
“Kirey kenapa?” suara Adriell menuju ke
arah tempat kami berdua.
“Adriell, tolong Kirey!” ucapanku sangat
gugup, khawatir, penuh ketakutan. Adriell segera mengangkat tubuh Kirey
membawanya menuju rumah sakit. Menahan mobil yang sedang berjalan bagian utara
dari gedung tersebut.
“Dokter selamatkan teman saya” menangis
histeris memegang kuat lengan seorang dokter ketika kami berada di rumah sakit.
Membayangkan bagaimana seorang Kirey dalam rasa kekecewaan penuh, masih
berjuang menyelematkan hidupku dari maut.
“Saya penyebab Kirey mengalami
kecelakaan ini,” ucapku. Menangis histeris menyesali deretan peristiwa beberapa
waktu lalu sebelum kecelakaan tersebut. Andai kata, Kirey tidak pernah datang
ke rumahku waktu itu, semua ini tidak akan pernah terjadi.
“Semua ini, bukan salahmu” Adriell
berusaha menenangkan diriku.
“Adriell, bagaimana keadaan Kirey?”
seorang wanita paruh bayah terlihat cemas.
“Apa yang terjadi dengan anak saya?”
tangis wanita tersebut memenuhi ruangan.
“Tante harus tenang” ucapan Adriell
berusaha membuatnya tenang. Menunggu hasil pemeriksaan dokter tentang keadaan
Kirey. Sepanjang malam berjaga menantikan Kirey segera terbangun.
“Siapa yang bernama Adriell disini?”
ucap seorang perawat di hadapan kami semua.
“Saya suster,” Adriell segera
mengacungkan tangan menjawab.
“Nona Kirey terus saja mengigau menyebut
nama anda,” kalimat suster menyuruh Adriell untuk berada di samping Kirey.
“Kalau anda tetap berada di sampingnya,
akan membantu memulihkan kondisinya,” kembali suster menjelaskan tentang sebuah
kenyataan yang harus kuterima. Mengintip dari jendela menyaksikan bagaimana
Adriell terus menggenggam kuat jemari Kirey. Membiarkan dia menjadi bagian
hidup Kirey, sekalipun rasa sakit membungkus kuat.
“Tuhan, biarlah dia menjadi milik
sahabatku sendiri” berkata-kata berbicara kepada Tuhan. Dalam kekecewaan,
amarah, terluka Kirey masih berusaha menyelematkan kehidupanku. Adriell yang
terus berjaga di sampingnya, hingga Kirey terbangun dari tidur.
“Adriell,” suara Kirey masih lemah
ketika tersadar.
“Tidak usah bergerak atau bicara dulu,”
ucap Adriell menyadari Kirey terbangun.
Mengintip keadaan Kirey sudah membaik jendela membuatku legah.
“Maaf selalu membuat hidupmu seperti
sekarang,” ucapan Adriell.
“Kaki saya tidak bisa digerakkan,” teriakan
Kirey sambil menangis setelah beberapa hari terbaring di rumah sakit.
“Mi, sekarang Kirey lumpuh” Kirey terus
saja menangis histeris dalam ruangan.
Dokter menjelaskan akibat balok besar
menimpa kakinya, hingga menjadikan Kirey mengalami lumpuh total. Membuatku
semakin bersalah karena diriku hingga Kirey harus berakhir dengan keadaan cacat
seperti ini. “Saya masih ingin berjalan sama seperti orang lain” air mata Kirey
semakin keras. Dapat dikatakan saya manusia paling pengecut, tak pernah bisa
berada di hadapannya.
“Dia lebih membutuhkanmu jauh dibanding
diriku sendiri” ucapku tanpa sengaja bertemu Adriell tidak jauh dari kamar
tempat Kirey dirawat. Adriell hanya terdiam mendengar ucapanku. Berusaha
tersenyum seakan dan berkata jika saya dapat menghadapi kehidupanku sendiri.
Kirey hanya membutuhkan Adriell sebagai pondasi kekuatan ketika semua hal
benar-benar mengecewakan hidupnya.
“Maaf membuatmu selalu terluka,”
kesekian kalinya seorang Adriell tanpa pernah bosan berkata-kata dengan kalimat
yang sama.
Bagian 10…
Adriell…
Saat kakiku kembali berpijak di tempat
ini, ada begitu banyak kenangan yang tak
akan pernah kulupakan. Hal pertama kali kulakukan menuju sebuah makam, dan tak
lain saudara kandungku sendiri. “Mungkin saya terlalu bodoh pergi menjauh
darinya” menatap batu nisan depanku.
Flashback…
Siapa tidak mengenal Adriell
satu-satunya manusia paling mengerikan, hancur, si’ pembuat masalah,
berandalan, hidup dalam pergaulan menjijikkan, preman. Dimanapun baik lingkup sekitar luar maupun dalam sekolah takluk
dibawah kaki seorang Adriell. Mama, papa, kedua kakakku angkat tangan melihat
kelakuanku. Salah satu kakakku berada jauh dari kehidupan keluarganya, alias
lebih memilih hidup di negara orang hanya untuk cita-citanya.
“Woi, jangan berani melawan” bentakku
memberikan pukulan demi pukulan terhadap salah satu siswa di luar sekolahku.
Beberapa kali berhubungan langsung dengan polisi, sebelum akhirnya saya
memasuki bangku sekolah menengah.
“Mama ingin Adriell berubah” tegur mama
membelai rambutku.
“Mama urus saja kakak, jangan berlagak
seolah memperhatikan Adriell” gertakku.
Seperti itulah hidupku penuh amarah,
menganggap orang tuaku lebih menyayangi kakakku dibanding diriku sendiri.
Hingga suatu ketika perhatianku tertuju terhadap salah satu siswi teman
sekelasku sendiri. Pertama kali memasuki sekolah, dia tidak pernah berbicara
denganku ketika kami berpapasan atau bertemu di kelas. Nefrit tidak mempunyai
hal istimewa sedikitpun terlebih sebuah prestasi sangat jauh dari bayangan
hidupnya. Kecantikannya berada dibawah rata-rata, warna kulit tidak semulus
seperti perkiraan orang.
“Saya mempunyai ide,” akalku mulai
berjalan hanya sekedar ingin menjadikan dia sebagai mangsa permainan. Semua
siswa begitu takut dan tunduk terhadapku termasuk para guru sekolah. Saya
menyadari jika esok hari merupakan jadwal baginya untuk membersihkan kelas.
Sengaja datang pagi-pagi sekali hanya sekedar membuatnya terpancing.
Menghambur-hamburkan sampah memenuhi kelas, hingga membuat dia kembali
membersihkan ruang tersebut. Lebih parah merokok dan membuang asapnya ke
hadapan Nefrit sampai akhir cerita pingsan secara tiba-tiba akibat ulahku.
Apakah saya merasa bersalah? Jawabannya
tidak sama sekali bahkan sangat puas, sekalipun saya harus mendapat hukuman
karena perbuatanku. Hal tak terduga dilakukan olehnya. Kupikir dia akan
mengambil sebuah senjata kemudian berbalik menyerangku, ternyata sebuah lipatan
kertas diberikan untukku. “Biarkan setitik sinar menerangi ruang gelap
dalam jalanmu,” isi pada secarik kertas
pemberiannya.
Memikirkan siang dan malam makna kalimat
dalam lipatan kertas pemberiannya. Seakan ada sesuatu ingin membuatku terus
mengingat kalimat tersebut semakin saya berusaha untuk melupakan. “Saya tidak
akan pernah berubah, hanya karena kata-kata seperti ini,” merobek kertas
pemberiannya setelah berhari-hari tersimpan aman dalam kamarku. Sifatku semakin
kubuat lebih mengerikan dibanding sebelumnya. Hal lebih mengerikan, dia tak
pernah bosan memberikan lipatan kertas dengan kata-kata berbeda. Walaupun saya
hampir membuatnya keluar dari sekolah dengan menjebak dia sebagai pencuri soal
ujian, tetapi dia masih belum menyerah.
“Hal terkacau menjebak, tapi justru saya
harus kembali mengakui perbuatanku sendiri” gerutuku sendiri setelah keluar
dari kantor kepala sekolah. Setiap berpapasan denganku, tanpa rasa bosan tetap
melakukan hal sama. Hingga suatu waktu, ternyata dia salah memberikan surat,
pada kenyataan jika saudara kembarku yang mendapat lipatan kertas darinya.
Seberapa besarpun kemarahanku, saudaraku selalu menjadi kakak terbaik buatku.
Disaat tertentu, saya tidak dapat berada di sekolah tanpa sepengetahuanku dia menyamar
sebagai diriku. Akibat kejadian seperti itulah, ka’Aldrich bertemu Nefrit.
“Anak mama tidak kenapa-kenapa kan?”
rasa khawatir mama selalu berlebihan buat kakakku, membuat saya merasa
terbuang. Saya tidak pernah tahu ka’Aldrich terdiagnosa penyakit seperti apa,
hingga menjadikan perhatian mama lebih banyak untuknya. Membaca lipatan-lipatan
kertas pemberian Nefrit terkadang memberikan penghiburan buatku demi melawan
kesepian dalam diriku sendiri. Tersenyum sendiri membayangkan Nefrit berani
memberikan lipatan kertas ini.
“Buatmu,” hanya kata seperti ini saja
yang akan keluar ketika bertemu dengannya. Memberikan dia sebuah payung di
tengah hujan deras seakan menjadi penghiburan buatku. Hal terbodoh adalah
memberikan dia jenis lukisan sama seperti biasa untuknya. Kehidupanku mulai
mengalami perubahan karena dirinya, termasuk prestasiku di sekolah. “Daun
kering itu bernilai,” bercerita tentang hidupku sendiri berstatus sampah akan
tetapi dibuat bernilai olehnya.
Saat hidupku mengalami perubahan demi
perubahan, mama datang ke hadapanku menangis sedemikian rupa. Menyuruhku
melanjutkan sekolah keluar negeri, kenyataan terpahit membiarkan ka’Aldrich
berperan sebagai diriku di sekolah. “Kenapa mama selalu menyuruhku mengalah
dari kakak?” amarahku tak terkendali. Mama seolah ingin bersujud hanya demi
kebahagiaan ka’Aldrich.
“Memang hanya dia anak mama, sedang
Adriell hanya anak haram?” ucapanku lagi.
Air mata mama terus mengalir, hingga
akhirnya berkata jujur tentang penyakit kakakku yang sebenarnya. Dia
menyembunyikan semua itu setidaknya tidak menjadi beban bagi siapapun. Ternyata
kakak menyadari penyakit kanker darah yang menimpa dirinya sendiri, namun diam
seribu bahasa. Ka’Aldrich memiliki perasaan suka terhadap seseorang di sekolah,
membuatku harus mengalah. Saya dan kakak sama-sama menyimpan perasaan sama
terhadap gadis yang sama. Kenyataan terpahit adalah mengalah dengan kata lain
merelakan Nefrit untuk ka’Aldrich.
Beralasan libur kenaikan kelas, hingga
saya harus pergi menghabiskan waktu bersama keluarga di luar negeri hingga
batas masuk sekolah terhadap Nefrit. Hal yang terjadi adalah kami sekeluarga
sedang mengalami pergumulan berat, ka’Aldrich sedang berjuang di ruang ICU
selama berhari-hari. “Berikan kesempatan bagi ka’Aldrich menikmati hubungan
bersama gadis yang disukainya, Tuhan” isi doaku memohon kepada Tuhan.
Saya ingin menebus semua kesalahanku,
biarkan dia terbangun dari tidurnya, Tuhan. Tanpa pernah berhenti berdoa di
hadapan Tuhan. “Adriell, bagaimana keadaan Aldrich?” ka’Adrin bertanya
terhadapku. Tanpa sepengetahuan seorangpun, jika ternyata kami kembar tiga Adrin Fidelis, Aldrich Fidelis, dan terakhir
diriku Adriell Fidelis.
“Semua ini salahku,” ucapku menyalahkan
diri sendiri.
“Tidak ada yang perlu disalahkan,”
kata-kata bijak ka’Adrin memeluk diriku. Papa dan mama terus bergumul tentang
kondisi ka’Aldrich saat ini. Terlebih mama terus saja menjatuhkan air mata dan
berharap sebuah mujizat. Pada akhirnya ka’Aldrich terbangun dari koma, dapat
menjalani hidup berusaha memperlihatkan dirinya terlihat sehat tanpa rasa sakit
sedikitpun. Menyetujui permintaan mama untuk pergi bersama ka’Adrin melanjutkan
sekolah. Ka’Aldrich tidak pernah menyadari tentang perasaanku sebenarnya
terhadap Nefrit, biarlah terkubur dalam tanpa harus nampak ke sebuah permukaan. Melihat kebahagiaan
ka’Aldrich jauh lebih berharga dibanding kehidupanku sendiri.
Nefrit tak pernah menyadari siapa orang
yang telah menyatakan perasaannya, bukanlah diriku melainkan saudara kembarku
sendiri setelah terbangun dari koma. “Setidaknya, Tuhan masih memberikan
kakakku kesempatan merasakan kebahagiaan” suara hatiku berbisik. Mama bercerita
banyak melalui saluran telepon jika ka’Aldrich terlihat bahagia ketika berada
di sekolah barunya. Kehadiran Nefrit berperan sebagai tombak kekuatan bagi
ka’Aldrich untuk memiliki semangat hidup.
Setiap saat bercerita banyak bagaimana
ka’Aldrich menembak Nefrit agar mau menjadi pacarnya. Nefrit tidak pernah tahu,
jika selama ini ka’Aldrichlah yang selalu ada disampingnya menjalani banyak
hal. “Aldriell, harus kuat” kalimat bijak ka’Adrin setiap waktu ketika hidupku
terlihat hambar. Kondisi ka’Adrich makin memburuk, akan tetapi selalu
disembunyikan olehnya. Hal tak terduga adalah memberikan seluruh tabungannya
untuk biaya kuliah gadis paling berarti baginya. Memutuskan hubungan secara
tiba-tiba hubungan percintaan antara dia dan Nefrit akibat kondisi kesehatannya
makin memburuk. Sampai akhirnya ka’Aldrich meninggal, Nefrit tidak pernah tahu
siapa orang yang telah menyatakan perasaannya dan selalu bersama menjalani masa
sekolah tingkat akhir.
“Maaf telah menyakiti hatimu setiap
saat, dan terimah kasih karena telah memberikan kebahagiaan tak ternilai buatku
yaitu dirinya.” Sebuah pesan masuk melalui emailku. Pesan terakhir ka’Aldrich
sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.
Flashback…
Tahun demi tahun berlalu, saya tidak
pernah menyangka akan kembali menginjakkan kaki ke tempat dimana penuh memori
antara ka’Aldrich, dia, dan saya. Sampai detik sekarang dia tak pernah
menyadari tentang kematian ka’Aldrich, menyembunyikan segala sesuatu hal
terbaik untuknya. Mama ingin melupakan semua kenangan tentang ka’Aldrich
sehingga memutuskan tinggal bersama ka’Adrin di negara orang. Sementara papa
tetap bertahan hidup di negara ini, ketika terdapat waktu kosong beliau akan
segera terbang menjenguk mama di luar. Tuhan, jauhkan dia dari hidupku berharap
tak akan pernah bertemu bagian dari masa laluku.
Pertama kali menjelaskan hasil karyaku
di hadapan para pengusaha ketika berada di negara ini. Banyak pengusaha luar
sedang melakukan kunjungan sekaligus pertemuan, gedung tempat saya berdiri
sekarang. “Baiklah, saya ingin menjelaskan tentang area desain dari segi
kualitas memiliki satu sisi keunikan, bahkan dapat dapat menjadi sebuah objek
perhatian semua mata.” Berada di hadapan beberapa pimpinan perusahaan.
“Area, keunikan, objek perhatian
terlihat menarik juga” Mr. Charlo menyukai katiga istilah tersebut.
“Saya bisa melanjutkan?” kembali
berbicara lagi.
“Silahkan!” Mr. Charlo mempersilahkan.
“Bukan hanya sekedar ingin mencoba
bahkan lebih dari itu, membuat sebuah konsep desain bahkan menjadi objek
perhatian siapapun sekitar area padang gurun luas. Langsung pada pokok
pembahasan konsep menarik terlebih memberikan sisi keunikan tersendiri adalah
daun-daun kering terus berjatuhan memenuhi padang pasir.” Tetap berusaha
bersikap tenang saat berdiri menjelaskan hasil karyaku.
“Sekitar padang gurun membentuk daun-daun
kering berjatuhan, ada yang melayang di udara dan terdapat pula memenuhi
daratan gurun pasir. Peletakan taman bermain, taman bunga, kolam renang, gedung
hotel, apartement, café, restoran, dan beberapa hal yang menarik untuk menjadi
objek tertentu dapat memenuhi area padang gurun tersebut.” Berdiri di hadapan
mereka dan kembali menjelaskan…
“Bagaimana membuat trik agar objek-objek
yang disebutkan sebelumnya seperti taman, hotel, kolam renang, apartement,
arena permainan memicu adrenalin, dan lain sebagainya dapat menyerupai
daun-daun sedang beterbangan di udara dan sedang atau sudah mendarat di padang
pasir?” Mr. Charlo bertanya tentang tingkat trik membentuk desain seperti ini
memenuhi area padang pasir.
“Sama seperti biasa sebelumnya mematok
ukuran luas yang akan digunakan termasuk tingkat kedalaman bawah tanah dari
padang pasir sendiri. Membentuk gambar sepanjang area sama seperti daun-daun
sedang beterbangan di udara bahkan sedang atau sudah mendarat memenuhi padang
pasir. Menetapkan jalur-jalur seperti hotel, kolam renang, arena permainan,
jembatan kaca menyerupai daun kering, dan lain sebagainya sebagai objek
perhatian sesuai lokasi yang telah ditentukan. Ada kesulitan tertentu, tetapi
dapat dibuatkan sebuah trik sehingga mendapat hasil sesuai.” Mulutku tak
berhenti berbicara untuk memberi penjelasan.
“Satu hal lagi, mungkin terkesan sedikit
aneh tapi untuk beberapa objek seperti jalanan, jembatan, hotel, café dapat
menggunakan daun kering yang telah mengalami proses terlebih dahulu termasuk
pengawetan menjadi bahan kulit luar sebagai penghias. Objek bangunan tetap
menggunakan bahan yang sama, hanya saja sebagai bahan penghias luar digunakan
daun kering kemudian memakai kaca bening
sebagai bahan pelapis sehingga dapat bertahan lama dan tidak lagi melakukan
pengecetan.” Kembali berkata-kata menerangkan hasil pemikiran dari dalam diriku
sendiri.
“Apakah perlu untuk beberapa objek
seperti café, hotel, apartement dapat menggunakan konsep bersifat kombinasi
atau hanya melihat satu area saja sebagai pengikut?” Mr. Charlo masih
mengajukan pertanyaan.
“Bisa saja tergantung selera, perpaduan
antara modern dan tradisonal dapat menjadi bagian dalam konsep tersebut. Contoh
apartement didesain dengan bentuk gedung menyerupai selembar daun sedang
tertiup angin. Akan tetapi, pada bagian dalam apartement ini terdapat kombinasi
antara modern dan tradisional. Kenapa? Agar tidak menghilangkan cita rasa atau
ciri khas tentang sebuah kebudayaan suatu negara selama tidak melewati batas norma.” Mencoba kembali
menguraikan.
“Wow…” Mr. Britsh tiba-tiba bersuara.
Sama seperti kehidupan berada di sebuah
alur area tanpa arah, tetapi dapat bernilai. Daun yang jatuh dan beterbangan bahkan
memenuhi bumi, mengisahkan kisah hidupku akan menjadi kering, kemudian memasuki
proses pembakaran tanpa nilai sama sekali. Kehidupan rusak, menjijikkan, berada
dalam sebuah jurang akan tetapi seseorang membuatnya bernilai hingga memperlihatkan
sebuah kualitas. Daun kering yang sebelumnya akan menjadi abu, tetapi dapat
dijadikan sebuah objek perhatian bagi banyak mata. Daun kering itu bernilai
ketika berada di sebuah padang gurun luas untuk menghias memberi keunikan
tersendiri.
Masa
lalu seseorang dapat bersifat kekacauan dan hal-hal menjijikkan, tetapi dibuat
bernilai oleh Tuhan ketika dia berhasil keluar dari jurang dan menjadi
pemenang. Sesuatu yang dianggap tak mempunyai nilai oleh karena masa lalu, akan
tetapi dapat menjadi sebuah objek kekuatan bagi orang lain ketika berada dalam
sebuah lembah pergumulan. Seseorang dengan kehidupan terpuruk, ada saat dimana
dapat memainkan peran/ kualitas kehidupan dalam suatu padang gurun atau beranda
pergumulan permasalahan sebuah pribadi.
“Bagaimana keadaanmu?” seperti biasa ka’
Adrin selalu menanyakan kabar melalui pesan singkat. Menjalani hari-hariku
berpetualang, mengambil gambar-gambar unik melalui kamera pribadi, dan menjadi
seorang arsitek inilah duniaku sekarang. Hingga tanpa sengaja dipertemukan
gadis lucu, cantik, manis, langsing, masih berstatus mahasiswa. Pertemuan
pertama terkesan aneh, tanpa sadar orang tua kami saling mengenal satu sama
lain, berniat menjodohkan antara aku dan dia. Setiap bertemu hanya bercerita
tentang pertengkaran tanpa komunikasi baik. Hingga suatu ketika saya melihat
dia bersama dengan bagian dari masa laluku yaitu gadis terhebat bagi nafas
hidupku sendiri.
“Kenapa mataku harus kembali melihatmu?”
menatap sebuah lukisan. Satu sisi saya harus berhadapan dengan acara
perjodohan, dilain sisi bagian masa lalu kembali hadir memberi bayangan bagi
langkahku. Pertengkaran besar terjadi antara saya dan papa, karena menolak
perjodohan dengan Kirey. Berujung hingga kakiku harus lari dari rumah
meninggalkan papa seorang diri. Tak pernah menyangka saya akan kembali bertemu
bahkan bersebelahan rumah dengannya. Apakah ini tanda dari Tuhan? Bagaimana
jika dia menyadari kejadian sebenarnya, dan menganggap hidupnya berada dalam
permainan? Hingga detik sekarang, Nefrit tak pernah tahu tentang kematian
ka’Aldrich semua tersembunyi kuat darinya.
Dia bahkan merawatku sepanjang malam,
tanpa sepengetahuanku. Sampai akhir cerita teman yang membantu kepindahanku
memberitahu hal ini, jika seseorang telah berjaga sepanjang malam buatku. Hal
lebih gila lagi demi menghindar, dia berusaha mencari rumah kontrakan terbaru. Entah
dorongan kekuatan dari mana membuat dia tetap bertahan bersebelahan rumah
denganku. Memulai perjalananku dengannya jauh lebih hebat dibanding menerima
perjodohan bersama Kirey. Perjodohan dan permasalahan tentang ka’Aldrich
biarlah tersembunyi rapi untuk sementara waktu, menunggu waktu baik menjelaskan
segala sesuatunya.
Tak pernah disangka, rahasia
perjodohanku terbongkar juga pada akhirnya. Sejak awal saya menyadari jika
antara Kirey dan Nefrit terjalin suatu ikatan persahabatan. Pertama kali
melihat dia di rumah sakit bersama Kirey, sebelum kami menjadi tetangga. Kirey
belum menyadari tentang semua ini, tetapi dia tahu jika terjadi hubungan tidak
sehat antara kami bertiga. Kesalahan terbesarku adalah tidak pernah jujur
tentang hal apapun terhadapnya, baik tentang perjodohan terlebih permasalahan
ka’Aldrich. Menunggu depan rumahnya sepanjang hari, panggilan telepon maupun
pesanku tak pernah dijawab olehnya. Hingga ia pada akhirnya ia muncul,
melemparkan beberapa pertanyaan tetapi mulutnya diam.
Berusaha menghalangi kakiku memasuki
rumahnya. Berusaha menggedor rumahnya agar bisa terbuka, saya tahu dia berada
dibalik pintu sedang menjatuhkan air mata. “Maaf, selalu membuatmu terluka,”
hanya kalimat seperti itu saja dapat keluar. Berjaga sepanjang malam depan
rumah wanita terhebat bagiku jauh lebih berharga. Tiba-tiba penglihatanku kabur
dan semua menjadi gelap…
Saat membuka mata, untuk kesekian
kalinya dia selalu ada di sampingku. Kami memulai pembicaraan serius, dia
menyangka jika Kirey penyebab saya memutuskan hubungan sepihak bertahun-tahun
lamanya kemarin. Dia tidak pernah tahu tentang ka’Aldrich hingga detik
sekarang. Masih berusaha menutupi kenyataan sebenarnya tentang peristiwa
kemarin, tetapi juga menjelaskan Kirey bukan penyebab permasalahan saat itu.
Hal lebih mengerikan adalah Kirey melihat kami sedang berbicara dan
berprasangka buruk tentang situasi kami.
“Kalian berdua pengkhianat” emosional
Kirey tak terkendali, berlari keluar dari rumah. Nefrit masih berusaha mengejar
untuk menjelaskan, sementara saya sendiri masih berjuang untuk dapat terbangun
dari tempat tidur dalam kondisi lemah seperti ini. Mengambil motor dan mencari
arah mereka berdua berlari. Di luar pemikiranku adalah mendapati Kirey
berlumuran darah, sedang Neefrit berteriak histeris meminta bantuan. Kirey
berusaha menyelematkan Nefrit dari sebuah runtuhan balok kayu besar sekitar
gedung tua tempat mereka berpijak. Di rumah sakit Kirey terus saja mengigau
menyebut namaku, tak pernah menyangka perasaannya lebih mendalam dari yang
kubayangkan.
Terus berada disamping Kirey, membiarkan
dia pergi menjauh hal terkacau bagi hidup seorang Adriell. Kirey mengalami
kelumpuhan pada kedua kakinya akibat peristiwa kemarin. Menangis sejadi-jadinya
bahkan terlalu histeris, inilah keadaan Kirey sekarang. “Adriell, Pencobaan
yang Tuhan izinkan tidak melebihi kekuatanmu, bersabarlah” suara ka’Adrin
bergema melalui saluran telepon.
“Hal terkacau, kisah percintaanmu selalu
saja berujung membentuk segi tiga siku-siku,” sebuah gurauan pesan dari
ka’Adrin kembali.
“Segi tiga siku-siku dan lainnya apa
bedanya memang? Membalas pesan ka’Adrin.
Bagian 11...
Kireynzie…
Ratusan panggilan teleponku dihiraukan
oleh Adriell, banyak kiriman pesanpun tak terbaca olehnya. Jalan satu-satunya
adalah mencari ka’Nefrit untuk mencurahkan segala isi hatiku. Berupaya mencari
tahu alamat rumah ka’Nefrit di kampus tempat dia mengajar.
“Ternyata rumah ka’Nefrit disini”
celotehku sendiri ketika berhasil mendapat alamat rumahnya. Berjalan masuk ke
arah pintu rumah yang terlihat sepi tanpa penghuni, tetapi terbuka lebar.
Seakan tidak ada siapapun di rumah ini, masuk begitu saja tanpa mengetuk pintu
terlebih dahulu. Memasuki ruang kamar terbuka dari rumah itu…
“Sepertinya saya mengenal lukisan ini,”
mencoba mengingat pajangan lukisan sama.
“Sama
seperti daun jatuh, terbuang, kemudian menjadi kering, dikumpulkan untuk
pembakaran bahkan menjadi abu setelah berada dalam nyala api. Tiba-tiba
seseorang datang membuatnya memiliki kualitas nilai sebelum terlambat dan
berada dalam nyala api kekal jauh di luar pemikiran siapapun.” Mengingat
Kata-kata Adriell…
“Ini lukisan Adriell, kenapa menumpuk
sebanyak ini di kamar ka’Nefrit?” pertanyaanku memandang setiap pajangan
lukisan dengan gambar sama membentuk daun berjatuhan memenuhi tanah. Daun
kering itu bernilai, tulisan sama di setiap ujung dari seluruh lukisan
tersebut. Apakah benar Adriell dan ka’Nefrit mempunyai emiliki hubungan khusus?
Rasa curiga mulai menerpa. Lukisan ini dapat menjadi salah satu bukti utama.
Terdengar 2 orang sedang berbicara pada
ruang lain dari rumah ini, mencari arah suara mereka. Hal lebih mengejutkan
adalah mendapati Adriell dan ka’Nefrit saling berpegangan tangan. Kenapa mereka
tidak pernah jujur, bahkan menyembunyikan semua dari diriku? Hal terbodoh
bagiku menyukai seseorang yang jelas-jelas dimiliki oleh sahabatku sendiri.
“Kalian berdua pengkhianat,” ujarku
berada di hadapan mereka. Hal yang dapat kulakukan adalah berlari menjauh dari
mereka. Ka’Nefrit mengejar kepergianku, hingga kami mendapati jalan buntu.
Tidak ingin mendapat penjelasan apapun tentang apa yang kulihat, sekalipun
mencoba berbicara.
“Maaf membuatmu terluka,” pernyataan
terburuk dari mulutnya bagiku. Selang beberapa menit kemudian, tanganku
mendorong tubuhnya untuk menjauh oleh karena sebuah balok akan segera jatuh
tepat ke arah tempat ia berdiri. Jauh di dasar hati, rasa sayang sebagai
seorang sahabat ataupun adik masih lebih kuat. Membiarkan balok kayu terjatuh
menimpa tubuhku…
Ketika tersadar, tubuhku sudah terbaring
lemah memenuhi ruang rumah sakit. Dia terus berada di sampingku hingga mataku
terbuka. Lebih membuatku tak ingin melepas atau memberikannya kepada sahabatku
sendiri. Terlanjur menyukai manusia dingin, angkuh, judes seperti Adriell
adalah hal terkacau bagi hidupku sendiri.
“Kakiku tidak bisa digerakkan sama
sekali,” ucapku mencoba turun dari tempat tidur setelah terbaring lemah selama
beberapa hari.
“Kaki saya tidak bisa digerakkan,”
teriakanku penuh histeris, menangis, ketakutan, dan banyak lagi membungkus.
Adriell berusaha menenangkan diriku, hal terberat adalah menjadi manusia cacat
seumur hidup. Bagaimana permasalahan skripsiku? Bagaimana saya dapat menjalani
hidup ke depan? Terus saja menangis,
kenyataan terpahit harus menerima kondisi tubuhku sekarang.
“Tenanglah,” mami berusaha mendekapku.
“Mi, sekarang Kirey lumpuh”
“Anak mami pasti bisa menghadapi semua
ini” mami tetap mendekap erat tubuhku. Keadaanku sekarang sudah jauh berbeda,
terus berada di atas kursi roda menyendiri merenungi kisah paling menyedihkan.
Sekali-sekali berada di sekitar taman rumah sakit…
“Apa kita berdua bisa berbicara,”
ka’Nefrit tiba-tiba berada di sekitarku sekarang.
“Sebentar saja, please” tetap memohon,
mulutku diam membisu menatap…
“Mi, tinggalkan kami berdua sebentar”
tidak lama setelah kehadiran ka’Nefrit, ternyata mami pun berjalan ke arah
kami. Menyuruh mami pergi menjauh, setidaknya memberi kesempatan kami berbicara
lepas. Seakan mami ingin marah atas kejadian kemarin, akan tetapi masih
tertahan oleh kode yang kuberikan.
“Maaf membuat hidupmu menjadi seperti
ini,” ka’Nefrit meminta maaf dengan kepala tertunduk. Apakah saya salah ingin
mempertahankan Adriell hanya buatku? Menyukai 1 pria yang sama, menjadikan
persahabatan berantakan…
“Kenapa kakak tidak menceritakan
semuanya?” tangisku pecah.
“Semua ini salahku,” Ka’Nefrit memandang
ke arahku.
“Pertama kali mendengar kami dijodohkan,
rasa ingin menolak, tetapi jauh di dasar hati rasa suka buatnya mulai berakar.
Pertemuan diawali perselisihan, pertengkaran, judes membuatku tak bisa lepas
darinya. Apa yang harus kulakukan?” berkata-kata berusaha menahan rasa sakit.
“Menyebutmu sebagai pengkhianat adalah
kesalahan, karena kakak lebih dulu mengenal dia dibanding diriku sendiri.
Ternyata lukisan itu buat kakak” kembali berbicara.
“Ki’ maaf karena saya tidak pernah tahu.”
“Sekarang kakak bebas mengambil dia
kembali!” hal yang tidak pernah kuinginkan menyerahkan Adriell untuk orang lain
siapapun itu. Sejenak kami terdiam tanpa berbicara antara satu sama lain…
“Hanya masa lalu, sekarang dia hanya
milikmu” ucapannya menghentikan tangisku.
“Bagaimana ka’Nefrit berkata seperti
itu?”
“Kau lebih membutuhkan dia dibanding
hidupku sendiri,” ka’Nefrit memelukku.
“Saya tidak ingin dikasihani,” ujarku
dalam pelukannya.
“Ki’ jangan berpikiran negative
tentangku, pertahankan orang yang kau sayangi sebelum penyesalan membungkus
dirimu sendiri.”
“Maaf karena diriku hingga kau berakhir
seperti sekarang” kembali berkata-kata, hingga pada akhir cerita meninggalkan
diriku seorang diri di taman. Apakah keputusan yang diambilnya lebih tepat?
Mencintai pria sama benar-benar menyakitkan…
Belajar menerima keadaanku memakai kursi
roda itulah yang kujalani sekarang. Adriell tetap berada di sampingku, menemani
hari-hariku, berjuang untuk menciptakan kembali senyum, dan melakukan hal gila
hanya demi mengembalikan semangatku. Membantuku dalam penyusunan skrispsi yang
tertinggal kemarin. Dia benar-benar lupa tentang kisah masa lalunya bersama
ka’Nefrit. Menerima perjodohan denganku, dan bersedia menemani hari-hariku.
“Ini ambillah,” memberikan sebuah
lukisan berisi wajahku.
“Kau benar-benar menepati janjimu”
ujarku mengmbil lukisan dari tangannya.
“Tentu saja,” kalimat Adriell tersenyum
ke arahku.
“Bisakah kau memberiku lukisan sama
seperti ka’Nefrit?” permintaanku.
“Kenapa kau harus meminta lukisan
seperti itu?” pertanyaan Adriell…
“Karena saya juga ingin mempunyai nilai
di mata seorang Adriell,” jawaban terbaik…
Dia hanya terdiam tanpa jawaban
mendengar ucapanku. Berjuang membuatku tersenyum, tertawa, mengembalikan
semangatku dengan berbagai cara. Namun, dia tak pernah menyadari jika hatinya
sedang berjuang melupakan masa lalu. Apakah saya bersalah mempertahankan dia
untuk menemani hari-hariku?
“Ki’ makan di sana yah!” pertama kali dia
memanggil namaku sama seperti ka’Nefrit.
“Tidak ada lagi pertengkaran,
perselisihan diantara kami” suara hatiku berbisik saat bersama dengannya.
“Masih panas,” memberikan secangkir
coklat panas hanya buatku.
“Saya bisa masak sesuatu yang spesial
untukmu, mau?” seakan dia melupakan masa lalunya bersama ka’Nefrit dan hanya
memberikan senyuman itu buatku.
“Kelebihan garam,” teriakku…
“Akhirnya kembali berteriak juga,”
tersenyum memperbaiki bagian depan rambutku.
Kami tertawa bersama, menikmati
hari-hariku bersama dia. Mempertahankan apa yang seharusnya harus kegenggam dan
tak akan melepasnya sedikitpun. Dia membuatku dapat melupakan semua masalahku,
menghilangkan air mata di pelupuk mataku. Memberikan sebuah boneka lucu sebagai
sahabat untuk menghibur saat rasa kesepian mulai bermain. Seekor anak anjing menjadi
hadiah terbaik darinya ketika kami merayakan ultahku.
Adriell…
Selalu membuat luka untuknya itulah
kebiasaan terburuk dari hidupku. Harus menerima keadaan menjalani hari-hariku
bersama Kirey adalah keputusan terburuk bagiku. Benar ucapan ka’Adrin, selalu
saja kisah percintaanku membentuk segi tiga siku-siku. Berada diantara
percintaan segi tiga, namun hanya berpatokan terhadap satu sudut.
“Selalu saja berakhir seperti ini,”
mataku menatap bingkai lukisan…
“Apakah anakku harus terus diam dalam
kesunyian?”
“Mama,” seakan tak mempercayai siapa
yang sedang memasuki kamarku sekarang. Mama kembali ke negara ini, bahkan
mencari alamat rumahku bukan papa. Perlahan dapat melupakan ingatan tentang
ka’Aldrich dari pikirannya. Lebih memilih tinggal bersama denganku dalam sebuah
rumah kontrakan kecil dari pada istana papa.
“Kesalahan terbesar seorang ibu,
terkadang sulit bersikap adil terhadap anak-anaknya” ucapan mama sambil menarik
tubuhku berada dalam pelukannya. Memberikan kasih sayang penuh dan berusaha
memahami perjalanan anaknya.
“Mama hanya melihat ka’Aldrich tanpa
memikirkan perasaan kalian berdua. Pada hal anak mama ada tiga bukan Cuma
satu,” kembali berkata-kata seolah menyesali semua perbuatannya.
“Bukan kesalahan mama, saat itu
ka’Aldrich sedang sakit” kalimatku.
“Aldriell, pertahankan gadis pilihanmu”
mama seolah menyadari sesuatu.
“Semua sudah terlambat, dia pergi”
jawabku menunduk seakan menerima nasib.
“Belum terlambat,” mama menyadari
perasaanku terhadap Nefrit…
“Kirey sekarang lumpuh, jalan
satu-satunya untuk mengembalikan semangat hidupnya adalah saya bukan orang
lain”
“Sampai kapan kau akan hidup seperti
ini?” tegur mama.
“Selamanya,” membayangkan hidup bersama
wanita lain selain Nefrit.
“Pertahankan gadis yang merubah anak
mama semenjak usia remaja,” ucapan mama.
“Terlambat ma, sekalipun bertahan tetap
dia akan membenciku andai kata dia menyadari tentang ka’Aldrich”
“Adriell hanya tidak pernah berkata
jujur tentang semua hal terhadap dirinya,” kata-kata bijak mama terhadapku.
Merenung tentang ucapan mama atau membuang jauh-jauh semua itu. Kirey
membutuhkan semangat hidup, dan saya harus belajar untuk tetap berada di
sampingnya sesakit apapun perjalananku.
Bagaimanapun saya harus berjuang melupakan
tentang masa lalu sampai kapanpun hanya memberikan rasa sakit. Berjuang
melupakan dirinya jauh lebih baik, dan mencoba menerima wanita lain. “Kalau anda tetap berada di sampingnya, akan
membantu memulihkan kondisinya,” tetap bersama Kirey merupakan jalan
terbaik dari semua masalahku sekarang.
“Adriell, penemuanku berhasil” sepasang
mataku menjadi tak berkedip penampakan ka’Adrin berjalan memelukku sekarang.
Beberapa hari lalu mama berniat tinggal bersamaku, hal lebih mengejutkan
ka’Adrin berada di sini memberitahukan kabar bahagianya.
“Apa ini benar-benar dirimu?” masih
belum mempercayai kehadiran ka’Adrin.
“Ini saya, dengar pihak internasional
benar-benar mengakui otak jenius kakakmu.”
“Berhentilah berbicara ka’ tentang
penemuanmu itu!” cetusku.
“Permasalahan pengakuan,” mencariku
hanya sekedar bercerita tentang hal ini.
“Memang kakak berhasil menemukan alat
apa?” tanyaku.
“Alat radar bom memiliki radiasi untuk
menjinakkan yang dapat di pasang pada sebuah hand phone. Kau tahukan sekarang
tuh zaman teroris bermunculan dimana-mana, jadi harus mawas diri setiap saat.”
Senyum bahagia memenuhi hatinya sekarang.
“Jelaskan lebih detail?” sekedar basa
basi pertanyaan.
“Dalam lokasi hand phone terdiri atas
beberapa bagian Filter RX membagi/ filter
frekuensi yang diterima, microphone alat komunikasi lisan dengan system
kerja merubah getaran gelombang suara yang diterima menjadi getaran listrik
kemudian mengalami proses, transistor/ penguat RX penguat frekuensi penerima
sinyal setelah filter sebelum tindak lanjut oleh mesin handphone, antena menangkap
juga memancarkan gelombang sinyal yang diterima oleh pesawat ponsel, switcth
Antena duplexer/ pemisah antara sinyal penerima & sinyal pemancar, dan
beberapa komponen lainnya.” Mulut ka’Adrin terus berbicara. (referensi: www.pro.co.id
2016)
“Letaknya dimana coba?” mengajukan
pertanyaan terhadap ka’Adrin.
“Terdapat pada beberapa komponen seperti
microphone, antena, switch antena lebih dimodifikasi juga melakukan beberapa perubahan
sehingga dapat mengirim sinyal gelombang
untuk mematikan beberapa alat dari bagian sebuah bom agar tidak terjadi sebuah
ledakan. Perlu menambahkan sebuah alat khusus terhadap komponen tersebut,
berperan sebagai alat pencium aktifitas sebuah bom dalam sebuah ruangan. Kemudian
beberapa komponen alat lain dalam waktu bersamaan bermain untuk menghancurkan
ataupun merusak jaringan fungsi bom sehingga tidak terjadi ledakan.”
“Sistem perakitannya sendiri seperti
apa?
“Itu rahasia, jangan sampai ada yang
menyalah gunakan kan bisa membahayakan semua orang terlebih orang-orang
kalangan bawah selalu menjadi korban.”
“Memang hanya pada sebuah handphone
saja, tidak bisa dibuat tersendiri gitu? Tanyaku lagi sambil menyodorkan
segelas air.
“Dapat dibuat terpisah juga, hanya saja
dunia sekarang semua orang tidak dapat hidup tanpa sebuah handphone. Jadi ini
merupakan salah satu alternative menghindari sebuah aksi teroris, selain
pembuatan terpisah alat penangkal bom jenis apapun.”
Ka’Adrin selalu berimajinasi tentang
alat-alat terbaru sesuai daya tangkap otaknya sendiri, jauh berbeda bagi
hidupku hanya berpikir pada sebuah system ataupun desain arsitek. Pembuatan
alat untuk menangkap radiasi sebuah bom memakai beberapa data penting dari
sebuah penyusunan juga menggabungkan teori-teori tertentu tentang gaya
gelombang siknyal. Tanpa campur tangan manusia sedikitpun, radiasi mengirim
melalui gelombang sinyal untuk mematikan/manghancurkan/non aktifkan komponen
terpenting dalam sebuah bom yang terdiri dari beberapa komponen.
“Adrin mana?” mama baru datang setelah
menjenguk papa, segera mencari ka’Adrin.
“Ada di kamar ma, masih ngorok” menjawab
mama. Ternyata mama memaksa ka’Adrin kembali setelah bertahun-tahun mengejar
mimpi di negara orang. ka’Adrin berencana tinggal bersama dan tak ingin berada
di istana papa. Mengosongkan gudang belakang rumah sebagai laboratorium terbaru
untuknya. Mama hanya tersenyum melihat kelakuan ka’Adrin tak pernah berubah
sedikitpun.
“Memang apa lagi imajinasi penemuanmu
sekarang?” ujarku melewati tempatnya.
“Adriell, jangan menggangguku” tegurnya.
Masih berpikir tentang sebuah alat
setelah sukses dengan sebuah mesin penghubung antara pihak bank dan
perusahaan-perusahaan untuk bertransaksi di luar negeri. Seseorang atau
perusahaan tanpa harus mengambil bahkan menyetor uang dalam jumlah banyak di
bank. Dapat mengambil ataupun menyetor memakai sebuah alat hasil rakitan
ka’Adrin. Sebuah kotak penghubung antara bank dan perusahaan-perusahaan melalui
jalur yang telah ditentukan. Dengan kata lain, seseorang tak perlu khawatir
tentang tindakan pencurian di jalan, kenapa? Karena hal tersebut tak perlu
dilakukan lagi, selain itu jalan dari kotak penghubung mempunyai system
keamanan dan jalur tersendiri.
Sebuah perusahaan dapat terlebih hotel,
pusat perbelanjaan dapat memasang alat tersebut untuk lebih memudahkan
transaksi. Hanya dengan memasukkan sejumlah uang dalam kotak tersebut, kemudian
menghidupkan dengan memilih bank yang diinginkan sesuai program pada layar
computer, singkat cerita kotak ini akan berjalan sendiri menuju bank yang
dituju. Kotak ini berisi alat pendeteksi uang palsu dan penghitung jumlah uang
sebelum mengirim menuju sebuah bank. Selain itu terdapat layar computer dengan
program yang telah ditentukan untuk memberi perintah entah bersifat transaksi
penarikan atau pengiriman sejumlah uang. Perusahaan dapat memasang alat
tersebut sesuai keinginan masing-masing, seperti ruang bendahara perusahaan
atau mempunyai tempat khusus agar lebih memudahkan dan merasa nyaman.
Jalur perjalanan kotak tersebut dibuat
sistematis demi keamanan. Jalan kotak tersebut sama seperti perjalanan rel lift
tetapi dengan tingkat kecepatan tinggi dan terpasang sekitar bawah tanah.
Bagian luar sepanjang jalan kotak terpasang beberapa keamanan khusus seperti
kulit terbuat dari lapisan baja sulit untuk dijangkau, cctv, sengatan listrik,
juga lapisan duri besi kemudian kembali melapisi sebagai bahan kulit luar lain.
Alat inipun dapat langsung menyambungkan antara tempat-tempat mesin ATM &
bank yang menyebar, sehingga tak perlu lagi seseorang memakai pengawalan ketat
membawa sejumlah uang. Juga menghubungkan antara bank pusat dan
cabang-cabangnya di daerah kota kecil.
Bagian 12…
Nefritzal…
Melupakan Adriell merupakan keputusan
paling tepat, masih bergelut sebagai dosen dan juga menjadi mahasiswa di kampus
yang berbeda itulah hidupku sekarang. Mengambil keputusan untuk pindah ke kota
lain demi menjauh dari kehidupan mereka, hal terbaik bagiku. Melanjutkan
kuliahku di kota lain dari negara ini mengejar pendidikan S2
merupakan jalan tersulit, tetapi harus kulakukan. Beruntung sebuah kampus mau
menerimaku sebagai dosen pengajar di tempat yang berbeda. Berperan sebagai
mahasiswa dan dosen pengajar di 2 kampus sama seperti kemarin. Hanya saja,
dengan wilayah yang berbeda, kota tempatku sekarang menuju desa dimana saya
harus menjalankan tugas sebagai seorang bidan tidak perlu lagi memakai
transportasi udara alias pesawat. Cukup menggunakan bis saja selama beberapa
dapat sampai disana.
“Kau hanya masa lalu, selamat tinggal”
ujarku. Kirey jauh lebih membutuhkkan hidupmu dibanding diriku sendiri.
“Saya harus tetap semangat menjalani
aktifitas apapun keadaanku sekarang,” berusaha tersenyum berjalan menuju sebuah
ruangan tempatku membentuk dan berperan sebagai pendidik. Setelah penyampaian
materi beberapa waktu lalu, sesuai perjanjian membagi kelompok dan berada di
depan teman-temannya untuk mempertanggung jawabkan tugas mereka.
Tempat dan suasana baru memberikan
sebuah perbedaan, masing-masing mempunyai keunikan tersendiri ketika kaki
berpijak untuk mencari perbedaan. Hidup harus terus berjalan, masa lalu
terlebih kekecewaan bukanlah sebuah kelemahan untuk menghancurkan diri sendiri.
Langkahku tetap dapat memainkan irama dengan sisi unik tanpa harus berbalik
melihat masa laluku.
“Baiklah, sesuai aturan permainan silahkan
kelompok 3 menampilkan bahkan mempertanggung jawabkan hasil tugas sebagai
kelompok pertama!” berkata-kata di hadapan mahasiswa DIII kebidanan.
Presentasi depan dan menyampaikan hasil makalah mereka…
“Silahkan mengajukan pertanyaan dari
kelompok lain!” ujarku kembali.
“Jelaskan defenisi sesuai istilah yang
telah diterangkan sebelumnya?” Zilia mengacungkan tangan.
“Tunggu, aturan main kita sekarang,
antara kelompok 3 sebagai pihak mempertanggung jawabkan, sedangkan kelompok
lain mengajukan pertanyaan. Hanya saja, perlu menyimak pertanyan, tetap tenang,
dan harus mengikuti aturan permainan.
Jelas?”
“Jelas ibu,” mereka serentak menjawab.
“Sepertinya Zilia harus memperjelas
tentang pertanyaan sebelumnya, karena terdapat banyak istilah disini langsung
pada inti, paham?” kembali berbicara di hadapan mereka.
“Baik, saya ingin kelompok 3 menjelaskan
defenisi dari infeksi menular seksual dan juga lebih menguraikan tentang herpes
genetalia, gonorrhea, clamidia, sifilis, trichomoniasis, hepatitis, HIV?” Zilia
menjabarkan kembali pertanyaannya.
“Masih ada pertanyaan lain, sebelum
memasuki pembahasan berikut?” ujarku.
“Jelaskan masing-masing penyebab dari
golongan infeksi menular seksual itu sendiri?” Kania mengangkat tangan.
Terdapat beberapa pertanyaan lain yang harus dijawab oleh kelompok di depan
mereka sekarang. Perdebatan mulai terjadi antara kelompok 3 dan kelompok-kelompok
lainnya…
“IMS merupakan penyakit kelamin dengan
system penularan melalui hubungan seksual, pakaian dalam, keringat, jarum
suntik. Sesuai penjelasan kami, jika herpes genetalia, candiloma akuminata, gonorrhea,
clamidia, sifilis, trichomoniasis, hepatits, HIV merupakan jenis-jenis IMS.”
Melin memulai menguraikan...
“Herpes genetali merupakan jenis infeksi
yang disebabkan oleh virus herpes simplex, beberapa gejala diantaranya rasa
terbakar sekitar bagian yang akan mengalami luka, demam, nyri otot, kelelahan, sakit
kepala, dan paling dominan adalah munculnya gelembung-gelembung bergerombolan
sama besar berisi cairan pada satu tempat sekitar area kelamin dan
selangkangan.” Melin berbicara sekali lagi dengan gaya bahasa sedikit berbeda.
“Penjelasan saya yang lainnya belum
terurai,” Zilia menatap ke arah kelompok 3.
“Silahkan kelompok 3 menjelaskan kembali
apa yang belum terjawab!” ucapku.
“Gonerhea atau kencing nanah berupa
bakteri neiseria gonore sebagai penyebab. Clamidia akuminata/ kutil dimana kelainan
berbentuk vegetasi dan berjonjot seperti jengger ayam disini human papilloma virus
(HPV) berperan sebagai virus. Clamidia disebabkan bakteri clamidia trakomatis
memiliki gejala sering buang air kecil, nyeri bagian perut dan pinggang, mual,
nyeri ketika berhubungan seks/ dyspareunia, perdarahan menstruasi. Sifilis/
raja singa dikarenakan infeksi
bakteri Treponema pallidum bersifat akut dan kronis dengan ditandai
lesi primer diikuti dengan erupsi sekunder pada kulit dan
selaput lendir kemudian masuk ke dalam periode laten diikuti dengan lesi pada
kulit, lesi pada tulang, saluran pencernaan, sistem saraf pusat dan sistem
kardiovaskuler.” Vita mencoba menjabarkan terhadap Zilia.
“Trichomoniasis disebabkan infeksi protozoa Trichomonas vaginalis,
yaitu protozoa patogen umumnya ditemukan pada saluran genita urinaria wanita,
organisme ini dapat menyebabkan keputihan atau flour
albus atau leucorrhoea, dan dalam kondisi yang lebih parah akan
terjadi radang vagina atau vaginitis. Hepatitis B & C
disebabkan oleh VHB & VHC sama-sama menyerang organ hati. HIV AIDS dimana
virus HIV sebagai penyebab.” Vita kembali menjabarkan bagian yang belum
terjawab.
“Kami rasa defenisi dan penyebab telah
terurai,?” Melin berkata-kata mewakili kelompok 3.
“Ibu,” Farah mengangkat tangannya.
“Silahkan Farah!” ucapku mempersilahkan.
“Penyebab utama penyakit menular seksual
akibat seks bebas dan seringnya bergonta-ganti pasangan, menjadi pertanyaan
kenapa mereka terus saja terikat permasalahan seperti ini? Pada hal jika
berpikir secara logika, baik pihak sekolah dan kampus pasti menjelaskan dampak seks bebas sesuai bahasa
mereka masing-masing.” Farah berkata-kata ingin mencari penyebab…
“Berarti Farah mencari jawaban mengapa
generasi muda selalu terikat hal dengan pergaulan buruk juga seks bebas,
sekalipun mereka selalu mendapat penjelasan bahkan pendidikan tentang dunia
seksual sesuai bahasa yang dimengerti?” ungkapku mengulangi…
“Benar ibu?” Farah mengangguk.
“Kelompok 3, setelah kalian tidak dapat
menjawab baru ibu akan menjawab?” ucapku.
“Beberapa penyebab utama, kekurangan
kasih sayang sehingga mencari di luar menganggap jika seks dapat menggantikan
apa yang hilang dan tak pernah dirasakan. Kebanyakan generasi muda menceritakan
akar permasalahan mereka pada orang yang tidak tepat, entah permasalahan labil
dan faktor usia.” Kata-kata Melin.
“Jelaskan hubungan antara permasalahan
labil/faktor usia dan menceritakan pada orang tidak tepat? Secara akal manusia,
bibit ataupun generasi ini ingin mencari orang yang seumuran dengan mereka untuk
banyak hal, pasti dong kalian-kalian disini juga jika bergaul bersama orang tua
tentu mengantuk dan tidak ada yang menarik, ibaratnya ga keren.” Farah memotong
pembicaraan…
“Sang anak bercerita terhadap
teman-temannya yang mempunyai kehidupan berantakan pula, secara otomatis akan
mengarahkan ke jalan salah. Terlebih jika tempat curhat ternyata lawan
jenisnya, awal mungkin biasa tetapi makin hari makin lama dan makin dekat dari
sini setan bermain untuk menghancurkan kehidupannya. Karena rasa takut hilangnya
sebuah perhatian berakhir menjadi seks di luar nikah bahkan bersifat
gonta-ganti pasangan.” Melin kembali menguraikan penjelasannya.
“Memang tidak ada penyebab lain, selain
dari faktor ini?” Nayah tiba-tiba bertanya.
“Kalangan remaja labil dapat menjabarkan
uraian adegan seksual sampai ke akar-akar tertentu melalui sebuah karya tulis
di beberapa aplikasi, kenapa? Permasalahan teknologi oleh karena penggunaan
yang tidak tepat.” Muti mengemukakan permasalahan lain.
“Kemungkinan adaptasi untuk memasuki dunia
mereka masih belum menemukan cara paling tepat, kenapa? Karena dunia generasi
muda, pola pikir, karakter masing-masing memiliki perbedaan tersendiri, pada
akhirnya mereka bersikap cuek dan menganggap biasa pergaulan bebas sehingga
beresiko bahkan positif terdiagnosa infeksi menular seksual.” Muti sekali lagi
menjabarkan pendapatnya.
“Baik, sekarang ibu yang balik bertanya
terhadap kalian” ujarku.
“Loh ibu, harusnya kan menjelaskan apa
yang tidak kami ketahui, kenapa malah balik bertanya?” sanggahan Zilia.
“Sekedar memancing pengetahuan kalian?”
jawabku.
“Andai kata salah satu dari kalian ingin
merubah sekumpulan generasi muda dengan pergaulan menjijikkan, buruk, seks
bebas, narkoba, dan hal-hal mengerikan selalu membungkus. Singkat cerita,
mencoba memasuki kehidupan mereka, tetapi pada akhirnya bukan kamu yang
merubah, tetapi justru berbalik arah pada kenyataan kamu yang mengikut dalam
hal-hal buruk.” Ungkapku menatap mereka satu per satu…
“Apa penyebab bukan kamu yang merubah,
justru kamu yang dirubah menjadi buruk? Dimulai dari Vita” tanganku menunjuk ke
arah Vita.
“Bercerita tentang kepolosan, cara
berpikir, serta strategi terkacau di awal, tetapi tanpa sadar rasa ingin
mencoba mulai bermain hingga pada akhirnya bukan saya yang merubah melainkan kehidupankupun
hancur tenggelam di dalam.” Jawaban Vita.
“Zilia!” tanganku menunjuk.
“Karena saya penuh rasa percaya diri
tinggi dapat merubah sekumpulan generasi muda, tetapi tidak menyadari hambatan
atau hal-hal yang akan terjadi setelahnya, sementara pondasi pengetahuan, juga
cara beradaptasi sangat lemah untuk dijadikan sebagai pertahanan. Akhir cerita
bukan saya yang merubah melainkan jalanku mengikut pergaulan mereka.” Zilia.
“Terlalu mengikut apapun gaya hidup
mereka dengan alasan adaptasi, mereka merokok otomatis sayapun harus ikut
dengan maksud pertengahan jalan mulai menjadi seorang pendeta, ustads, biksu
untuk membuat selembar kotbah. Pada kenyataannya, saya yang dirubah bukan
merubah.” Melin menyampaikan jawaban lain.
“Permasalahan saya tidak berpikir ketika
bertindak, dengan kata lain apakah diri saya mampu bertahan ketika berada dalam
pergaulan mereka atau tidak? Sekalipun memiliki pengetahuan melebihi kapasitas,
strategi tetapi saya menggunakan kekuatan tanpa memahami kerendahan hati untuk
memahami dunia mereka ataupun latar belakang, dan kesalahan bertindak, secara
otomatis kehidupanku hancur sama seperti mereka.” Muti mempunyai pendapat lain…
“Satu lagi pertanyaan saya, apakah
seseorang atau salah satu dari kalian dapat merubah sebuah budaya yang dianggap
penuh pergaulan bebas disuatu wilayah atau negara, sedangkan kenyataan sekarang,
banyak generasi muda diawal perjalanan terlalu polos, tetapi pada akhirnya
rusak berantakan, dengan kata lain bukan kamu yang merubah tetapi kamulah yang
dirubah?” pertanyaanku memang sedikit rumit, tetapi setidaknya…
“Nayah!” ujarku menunjuk arah Nayah.
“Kenapa tidak, bagi manusia mustahil
tetapi bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Saya hanya butuh
berjuang dan berjuang untuk membentuk sebuah pola pikir tentang kepribadian
dalam pergaulan. Tentang merubah tetapi justru sebaliknya dirubah, ini hanya
berbicara tentang pertahanan dan hubungan saya dengan Tuhan. Kalau saya melihat
pernyataan ini terus, berarti saya tidak bisa berjalan.” Jawaban Nayah
mempercayai sesuatu yang tidak mungkin menjadi
mungkin.
“Strategi untuk merubah sekumpulan
pergaulan buruk seperti apa?” tanyaku kembali.
“Dimulai dari diri saya sendiri untuk
berubah, memberikan teladan yang baik bagi kehidupan banyak generasi muda. Jangan
sampai memberi contoh buruk , membuat caption tentang permasalahan HIV,
sementara pola pikir dan cara berpakaian saya memancing bagi lawan jenis
sehingga terjadi rangsangan seksual dan pikiran liar. Otomatis, mereka yang
melihat ingin mencari pelampiasan akhirnya terjadilah seks bebas berakhir
dengan semakin meluasnya virus HIV.” Nayah kembali menjelaskan tentang sesuatu…
“Berarti kau menginginkan semua orang
harus berpakaian tertutup sekali, ibaratnya sudah menyapu tanah dan hanya mata
saja yang terlihat?” Zilia bertanya…
“Saya tidak menekankan cara berpakaian
seperti ini, tetapi setidaknya masih dalam tahap sewajarnya. Rambut adalah
mahkota wanita bagi pemikiranku, setidaknya biarkan dia terurai. Satu hal,
pelajari dan cerna pernyataan saya dan jangan langsung memberikan penilain
salah. Mulutku hanya sekedar ingin mengemukakan tentang sebuah pola pemahaman
dan bukan bersifat menyerang atau mengejek suatu pengajaran.” Nayah sekali lagi
berbicara di hadapan banyak teman-temannya.
Pendapat Nayah pada dasarnya memang
betul, dimulai dari diri sendiri untuk merubah seseorang. Permasalahan fashion
memang trend bagi kehidupan banyak orang. Di lain hal pemikiran saya
membenarkan, jika terkadang terdapat beberapa orang dengan fashion tertutup,
namun pada kenyataan mereka mengalami kelainan daya seksual tingkat parah.
Hanya berhadapan dengan lawan jenis memperlihatkan perut datar atau lekukan
tubuh, sekalipun masih dalam gaya busana tertutup, namun sisi liar dalam
dirinya bermain kuat. Tanpa kebanyakan orang menyadari, mereka dalam sekejap
mengalami orgasme cukup parah. Hidup tak dapat berjalan tanpa masturbasi,
kenapa? Permasalahan psikologi seksual mereka tidak terkendali.
Banyak orang dengan sengaja memancing kehidupan masyarakat
di luar sana melalui dunia fashion hanya berbalut bikini dan hal-hal aneh untuk
memancing alam liar lawan jenis mereka. Tidak dapat disangkal juga, jika
terkadang justru orang-orang yang hidup seakan bebas, psikologi seksual mereka masih
jauh lebih baik dibanding sebagian dari mereka yang memiliki gaya fashion
benar-benar tertutup. Inilah kenyataan hidup? Tetapi, perlu disadari gaya hidup
dengan trend busana terbuka dan bebas dapat merusak banyak kehidupan
orang-orang diluar sana terlebih bibit-bibit generasi ke depan.
Jadwal kuliahku sementara diliburkan
oleh karena beberapa hal dari pihak kampus, jadi saya dapat kembali ke desa
untuk menjalani profesi sebagaimana mestinya. Begitupun kampus tempat berperan
sebagai pengajar pendidik, seluruh mahasiswanya menjalani program praktek di
rumah sakit dan beberapa tempat pelayanan kesehatan. Menjalani kembali profesi
sebagai bidan desa sampai masa liburku habis.
“Pasti hidup Kirey sekarang jauh lebih
baik,” tiba-tiba saja terlintas wajah Kirey dalam pikiranku. Menjalani hidup
baru memang jauh lebih baik, dibanding mengharapkan menjadi bagian dari
kehidupan masa depan seorang yang tidak pernah ada memperlihatkan…
“Bu bidan, tolong istri saya” seorang pria
terlihat sangat khawatir dengan kondisi istrinya setelah melahirkan. Luka bekas
jahitan seksio mengalami infeksi cukup parah. Ketika kehamilan anak pertama,
sang istri tidak dapat melahirkan normal, sehingga pihak dokter menyarankan
untuk seksio sesaria. Beberapa hari setelah SC, mereka kembali ke desa dengan
persyaratan rajin memeriksakan luka bekas jahitan pada pusat pelayanan
kesehatan terdekat.
“Tidak tahu kenapa bekas jahitan
tiba-tiba merah,gatal, nyeri, bengkak, bernanah, dan berbau seperti ini” pak
Ganjar sangat ketakutan melihat istrinya mengalami infeksi.
“Bapak tenang yah,” berbicara sambil
membersihkan luka infeksi post SC. Mengambil kasa steril dan air desinfeksi
(NaCl untuk membersihkan luka) setelah mencuci tangan dan memakai hand Scoend.
Berusaha membersihkan dengan mengeluarkan cairan nanah dan kotoran dari luka
jahitan. Alat-alat operasi kurang steril, ibu alergi benang, ibu kurang
memperhatikan personal Hygnie ketika perawatan, asupan nutrisi sangat kurang
terlebih makanan mengandung protein, jahitan benang longgar, cara dokter
mengambil jaringan untuk ketika terjadi penjahitan menjadi penyebab terjadinya
infeksi luka post seksio.
“Bapak harus rajin memeriksakan kondisi
luka jahitan ibu sampai sembuh,” ujarku, setelah membersihkan infeksi luka
tersebut serta mengganti perban plester yang baru.
“Baik ibu bidan,”
“Ibu harus mengonsumsi makanan bernutrisi
tinggi terlebih mengandung banyak protein untuk mengganti jaringan baru.”
Tegurku terhadap sang ibu.
“Makanan apa saja itu bu bidan ada
kandungan proteinnya?” Tanya ibu Ganjar.
“Seperti ikan gabus sangat cocok
dikonsumsi menjalani operasi karena mengandung protein tinggi, selain itu ibu
dapat mengonsumsi makanan dengan asupan gizi tinggi lain seperti telur, sayuran
hijau, kacang-kacangan, buah-buahan.” kembali menjawab pertanyaan ibu Ganjar.
Seorang ibu dapat saja mengalami kasus
seperti ibu Ganjar, jika mengalami beberapa penyebab yang telah disebutkan
sebelumnya. Terkadang juga dipengaruhi oleh faktor stress setelah melahirkan,
sehingga jaringan kondisi ibu dalam keadaan memburuk dan dapat beresiko
terjadinya infeksi. Menghabiskan waktu untuk mengabdikan diri sebagai tenaga
kesehatan mempunyai sisi unik ketika seseorang menjalani, sama seperti hidupku
sekarang.
“Buka mulutnya sayang,” berada di tengah
posyandu untuk memberikan vaksin polio.
“Anak pintar,’ salah satu hal yang
kulakukan, mempelajari dunia anak, serta memberi healthy education tentang
pentingnya imunisasi/vaksin dasar bagi
seorang anak. Bidan mempunyai peran penting ketika berada dalam suatu
wilayah pedesaan. Oleh sebab itu, seorang bidan desa harus mempunyai pengetahuan
luas dan tidak pernah tertinggal tentang hal-hal terbaru dari dunia medis
terlebih menyangkut kesehatan ibu dan anak (KIA).
Pendekatan terhadap penduduk mempunyai
tingkat kesulitan tertentu, terlebih hanya sekedar mengarahkan tentang
pentingnya pemeriksaan organ reproduksi seorang wanita. Adat, budaya, rasa
malu, agama, pendidikan rendah menjadi salah satu faktor terbesar mengapa sang
ibu enggan memeriksakan organ reproduksinya ke petugas kesehatan terdekat.
Sebagaimana dunia medis menyebutkan bahwa tiap wanita dapat beresiko terkena CA
serviks. Pada wilayah tertentu strategi seperti apapun, terkadang tidak
membuahkan hasil agar memeriksakan organ reproduksi mereka ke pusat layanan
kesehatan terdekat.
“Permisi,” terdengar suara seseorang
sedang mengetuk pintu rumah.
“Selamat sore,” sekali lagi berbicara
dari luar…
“Tunggu sebentar,” segera berlari menuju
pintu untuk melihat siapa mereka.
“Kalian” masih belum percaya jika bekas
mahasiswa didik saya dari ibu kota berada di tempat ini untuk melakukan praktek
lapangan. Neha, Tiyani, dan Sisil termasuk kategori mahasiswa cerdas lebih
memilih desa terpencil semacam sekarang untuk sebagai tempat praktek akhir
mereka.
“Kami sangat merindukan ibu biar bisa
kembali mengajar,” ungkap Neha.
“Memilih tempat ini sebagai kegiatan
praktek lapangan, karena kami berpikir ibu pasti mau membimbing dan mengarahkan,”
Tiyani menatap seolah ingin saya kembali untuk mengajar lagi.
“Setidaknya bisa melihat wajah serius
ibu Nef lagi,” Berucap sesuatu dari hati, sambil memeluk tubuhku demi melepas
rindu. Antara dosen dan mahasiswa tidak hanya bercerita tentang si’ pendidik
dan terdidik, tetapi juga bersifat tentang persahabatan yang sedang terjalin.
Ada saat sebagai seorang dosen berperan sebagai pendidik dalam mengarahkan, dimana
memperlihatkan sisi profesional, kharisma, wibawa, integritas. Namun, dilain
hal, saat tertentu kata-kata seperti ini dapat saja hilang, dan hanya bercerita
tentang persahabatan untuk memahami sisi kehidupan mereka.
“Kalian dapat mendata semua penduduk disini,
dan mencari akar permasalahan kesehatan yang lebih sering muncul” menjelaskan
akan beberapa kegiatan selama menjalani praktek di desa ini.
Mahasiswa PKL tak akan pernah luput dari
acara pendataan penduduk suatu wilayah. Sekalipun cuaca tidak menguntungkan
seperti hujan deras atau panas terlalu terik , kaki harus tetap jalan untuk
berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya. Suka duka benar-benar dijalani
oleh karena kaki harus mendaki untuk sampai ke suatu wilayah batas rumah
penduduk, mengalami pengusiran, tak dianggap, dan masih banyak lagi kejadian
aneh membungkus…
“Ibu, sejauh ini kami sudah melakukan
pendataan di beberapa tempat dari desa ini” Neha berkata-kata sambil
memperlihatkan hasil data-data yang mereka dapatkan.
“Ini secara menyeluruh atau masih ada
yang belum terjangkau untuk pendataan?” ujarku membaca seluruh data-data
pemberian mereka.
“Masih ada satu tempat lagi, itupun
hanya terdapat beberapa rumah penduduk saja,”
“Berarti data ini masih sementara?”
tanyaku lagi.
“Permasalahannya masih ada satu tempat
lagi, di sisi lain ada juga beberapa rumah tanpa penghuni karena pemiliknya
sedang berlibur di luar desa atau merantau mungkin ibu mencari pekerjaan
layak.” Ungkap Neha…
“Tidak apa-apa, menjadi pertanyaan saya
sekarang, sebutkan permasalahan kesehatan yang sering kalian jumpai selama
proses pendataan?” pertanyaanku lagi.
“Tingkat pendidikan masih terlalu rendah
sehingga pengetahuan tentang kesehatan dibawah rata-rata, kondisi jamban
sebagian dari penduduk memprihatinkan, banyak ibu belum menjadi akseptor/
pengguna KB, pemahaman tentang penyakit menular seksual jauh dari bayangan.”
Neha menjelaskan lebih rinci tentang kenyataan kehidupan penduduk.
“Jadi rencana program kerja kalian
seperti apa?” kembali membuat pertanyaan.
“Setidaknya memberikan penyuluhan
tentang pentingnya keluarga berencana, kegiatan di beberapa sekolah, kerja
bakti sosial, pemeriksaan IVA untuk mendeteksi adanya infeksi dalam organ
reproduksi beresiko pada CA serviks dan beberapa kegiatan lagi nantinya.”
“Neha, sebelum menjalankan program kerja,
kalian harus memikirkan beberapa hal”
“Maksud ucapan ibu?”
“Penduduk desa disini masih kental
tentang sebuah pengajaran dan tingkat pendidikan mereka dibawah rata-rata, jadi
terkadang kami sebagai bidan desa mempunyai kesulitan untuk mengkordinir
ataupun mengarahkan tentang beberapa situasi terlebih permasalahan kesehatan.”
Penjelasan untuk membuatnya mengerti...
“Untuk kasus imunisasi dasar sejauh ini
tinggal satu atau dua orang dari masyarakat belum bisa menerima, mungkin karena
mereka berpikir jika terdapat kandungan tertentu dalam vaksin sebagaimana telah
diketahui diharamkan oleh sebuah pengajaran. Sementara kandungan vaksin ini
sendiri telah diuji coba dari hewan lain tetapi tidak bisa, sedangkan imunisasi
begitu penting bagi pertumbuhan seorang anak. Ujarku kembali menjelaskan.
“Berarti…” kalimat Neha…
“Pengajaran dan adat yang masih kental
terkadang bertolak belakang dengan dunia medis sendiri. Kemungkinan salah satu
alasan mengapa penduduk tidak ingin menjadi akseptor KB adalah permasalahan
suatu pengajaran menganggap hal seperti ini haram untuk dilakukan, berlawanan
bahkan perselisihan cukup parah bagi kalangan medis.” Ungkapanku kembali.
“Tetapi sebagian besar berkata mengalami
permasalahan ketidakcocokan ketika menjadi akseptor KB,” Neha mulai bercerita…
“Neha, terkadang kalimat seperti ini
hanyalah alasan belaka, namun jauh di luar itu akibat permasalahan kentalnya
sebuah pengajaran dan adat yang mengikat mereka. Memerlukan proses adaptasi
tersendiri untuk masuk dalam dunia mereka, itupun terkadang tidak membuahkan
hasil sesuai harapan.” Kata-kataku terhadapnya.
“Lantas, bagaimana dengan permasalahan
pemeriksaan organ reproduksi?” Neha.
“Lebih parah lagi, kenapa? Faktor
pendidikan rendah menjadi penyebab ketidaktahuan betapa pentingnya pemeriksaan
organ reproduksi bagian dalam untuk menghindari penyakit seperti Ca Cerviks.”
“Siapa tahu permasalahan biaya ibu?”
Neha.
“Neha, pemeriksaan IVA untuk mendeteksi
terjadinya permasalahan infeksi vagina dikatakan gratis hanya menggunakan asam
asetat, tetapi hampir keseluruhan penduduk menganggap biasa dan selalu mencari
alasan untuk pergi menjauh. Kenapa?” ujarku.
“Kenapa ibu?” Neha,
“Karena permasalahan yang sama tentang kentalnya
sebuah pengajaran menjadi benteng pertahanan sehingga mereka tidak menyadari
betapa pentingnya pemeriksaan seperti ini. Juga karena rasa malu untuk
memperlihatkan bagian organ reproduksi mereka,” kalimatku…
“Menganggap organ reproduksi mereka
masih dalam keadaan tanpa masalah. Sang suami tidak mungkin menyeleweng
sehingga pemeriksaan seperti ini tak harus dilakukan. Pada hal, terkadang para
wanita tak pernah tahu tentang posisi suami seperti apa diluar. Pandangan mata
dapat saja tertipu, tetapi siapa yang menyangka justru seseorang terlihat tidak
mungkin melakukan penyimpangan atau jajan sembarang tempat karena beberapa
kegiatan telah dilakukan ternyata hasilnya menipu. Sang istri menjadi korban, pada
akhir cerita mereka mengalami permasalahan kesehatan reproduksi yang akan
terlihat beberapa tahun ke depan.” Kata-kata lumayan panjang untuk membuatnya
mengerti tentang permasalahan penduduk desa di tempat ini.
Inilah permasalahan yang selalu terjadi
dalam lapisan masyarakat, karena ketidaktahuan pada akhirnya menganggap sepeleh
tentang pemeriksaan organ reproduksi bagian dalam. Biaya pap smear bagi lapisan
masyarakat bawah sulit untuk dijangkau, tetapi program kegiatan IVA untuk
mendeteksi terjadinya erosi ataupun infeksi lain bagian dalam organ reproduksi
dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Hanya saja tingkat kesadaran
tentang pentingnya pemeriksaan seperti ini dibawah standar rata-rata.
Ancaman terbesar dapat berujung maut
bagi seorang wanita selain kanker payudara adalah Ca cerviks. Jika tidak
mendapat penanganan dini ataupun pemeriksaan lebih lanjut, dapat menghancurkan
kehidupan sendiri. Ca cerviks disebabkan oleh human papilloma virus, dapat
ditularkan melalui hubungan seksual. Dalam artian, si’pria melakukan hubungan
seksual terhadap wanita pertama penderita HPV. Kemudian kembali berhubungan
dengan wanita kedua dimana kondisi tubuh sehat tanpa HPV. Secara otomatis
wanita kedua dapat tertular melalui si’pria pembawa human papiloma virus (HPV).
Virus ini dapat melekat pada bagian penis dari si’pria, bertransportasi secara
bersamaan cairan sperma ke dalam vagina melalui hubungan seksual.
Neha masih berusaha mencari cara agar
kegiatan program kerja mereka tetap terlaksana, apapun hasilnya. “Setidaknya
mencoba, dari pada tidak sama sekali” ungkapan Neha menyusun beberapa rencana.
“Semoga kegiatan mereka dapat memberikan
hasil memuaskan, sesuai harapan bersama.” Berada di tengah mereka dan bekerja
sama mengatasi tingkat permasalahan pola pikir penduduk desa di wilayah ini.
Beberapa hari setelah acara mereka, tiba-tiba saja saya mendapat telepon dari
pusat untuk segera berada di ibu kota untuk mengikuti program pelatihan khusus
dalam peningkatan kualitas bidan desa.
Suasana ibu kota akan mengembalikan memori
tentang permasalahan kemarin. Saya hampir lupa bagaimana caranya untuk menangis
ataupun sekedar menghapus air mata karena permasalahan antara masa lalu dan
diriku sendiri. Setidaknya kegiatan yang kulakukan dari hari ke hari dapat
membuat memoriku hilang ingatan selama beberapa waktu belakangan. Hanyalah
bagian masa lalu, kaki harus tetap berjalan…
Bagian 13…
“Aku sangat bahagia untuk hari ini,”
Kirey nampak terlihat cantik mengenakan gaun di hari pertunangannya bersama
Adriell. Acara pertunangan yang digelar oleh kedua belah pihak berjalan dengan baik.
Senyum kebahagiaan memancar, seakan telah melupakan tentang kisah masa lalu
dari hidup seorang Adriell.
“Selamat atas pertunangan kalian
berdua,” ucapan selamat Isrel terhadap mereka.
“Terimah kasih,” balasan Kirey terlihat
sangat bahagia.
“Kau benar-benar beruntung mendapat
pasangan seperti sahabatku,” tegur Isrel terhadap Adriell sambil tersenyum...
“Tentu saja, saya orang paling
berbahagia di dunia ini memiliki pasangan terbaik diantara semuanya.” Tak
terlihat sedikitpun rasa kecewa, melainkan kebahagiaan mendalam bagi seorang
Adriell.
“Dia benar-benar lupa akan masa
lalunya,” suara hati Kirey diantara senyum kebahagiaan terpajang pada wajah
cantiknya. Tak ada kekecewaan ataupun penyesalan nampak memenuhi wajah Adriell
memilih gadis cacat seperti Kirey. Bersama-sama menikmati hidup hingga maut
memisahkan...
Kirey dapat menjalani hari-harinya
ketika tangan Adriell terus menggenggam erat jemari tangannya. “Kau pasti bisa
berjalan lagi,” kata-kata Adriell selalu menjadi semangat bagi Kirey untuk
berjuang dari kelumpuhan. Mengikuti terapi, setidaknya memberikan harapan
baginya agar dapat berdiri dan berjalan kembali. Adriell tanpa rasa bosan terus
berada di samping tunangannya sendiri. Seakan rasa sayang untuk wanita masa lalunya terbuang, oleh karena kehadiran
Kirey.
“Maaf, saya tidak sengaja menjatuhkan
barang anda…” Kirey berusaha mengambil kantong belanjaan. Tanpa sengaja kursi
rodanya sedikit menyenggol seseorang dari arah belakang ketika menikmati
suasana embun taman di pagi hari.
“Ka’Nefrit,” terkejut siapa di
hadapannya sekarang.
“Ternyata kita bertemu kembali,” Nefrit
tersenyum melihat Kirey tetap dapat menjalani aktifitasnya sekalipun dengan
kondisi hanya mengenakan kursi roda. Nefrit menjalani program pelatihan salama
beberapa waktu, sehingga mengharuskan dirinya untuk kembali menginjak ibu kota.
Berusaha menjauh dari hubungan mereka, tetapi Tuhan tetap menginginkan
pertemuan seperti ini terjadi.
“Kudengar kalian sudah melangsungkan
pertunangan?” Nefrit berusaha menahan luka tentang acara pertunangan mereka.
“Kakak tidak marah?” Kirey bertanya
balik memandang Nefrit.
“Kau pantas untuk mendapatkan
kebahagiaan, terlebih karena saya hingga tubuhmu terus berada di atas kursi
roda.” Nefrit memeluk erat sahabatnya sendiri.
“Kirey, hadiah terbaik untukmu!”
teriakan Adriell mencari Kirey di taman.
Sebuah lukisan terjatuh dari tangan
Adriell melihat seseorang yang sedang bersama tunangannya sekarang ini.
Pertemuan antara mereka bertiga tanpa perencanaan sebelumnya, terkesan
mengejutkan. “Selamat atas pertunangan kalian,” Nefrit mengulurkan tangan ke
hadapan Adriell untuk memberi ucapan selamat. Lukisan Adriell tak pernah
berubah tetap sama seperti biasa, daun kering berjatuhan memenuhi tanah di
sekitarnya tak jauh dari induk pohon. Adriell hanya terdiam melihat bagian masa
lalu kembali hadir memperlihatkan dirinya tanpa sengaja.
“Tuhan, ajari hidupku untuk tidak akan
pernah kecewa sekalipun kisah percintaan terlihat menyakitkan, membuat goresan
luka di tiap sudut pintu hati.” Suara hati Nefrit menjerit dan berteriak jauh
di dasar.
“Sepertinya saya harus
meninggalkan kalian,” Kataa-kata Nefrit berusaha tetap menampakkan senyum tanpa
ada raut kesedihan memancar di wajahnya.
“Silahkan,” ungkap Adriell membiarkan
dia berlalu dari hadapan mereka.
“Ini untukmu!” Adriell memberikan sebuah
lukisan untuk tunangannya, setelah Nefrit meninggalkan mereka.
“Kupikir kau akan pergi mengejar dia,
ternyata dugaanku salah” Kirey berucap sambil memutar kursi rodanya ke arah
samping.
“Kenapa kau berpikir seperti itu?”
Adriell menahan kursi roda milik Kirey.
“Entahlah,” Kirey masih ragu akan
perasaan Adriell, apakah hubungan terjalin atas dasar kasihan atau benar-benar
rasa sayang mulai bertumbuh makin kuat?
“Terkadang saya merasa jika tunanganku
sendiri memiliki…” Kirey memandang pohon-pohon di sekeliling mereka, sambil
berkata-kata…
“Kenapa kau berucap seperti itu?”
pertanyaan Adriell.
“Membuatku lupa atas kesedihanku, selalu
tersenyum hanya buatku, melakukan apapun keinginan hatiku, membantuku dalam
penyusunan skripsi, bahkan saya bisa merasakan setiap saat jika hatimu hanya
untuk Kireyznie.” Ungkapan perasaan Kirey.
“Lantas, kenapa…?” pertanyaan Adriell…
“Tapi terkadang kau tiba-tiba berubah
diam, seakan segala hal yang kau lakukan karena terpaksa.” Kalimat Kirey…
“Itu hanya perasaanmu saja, Adriell
tetaplah Adriell akan selalu bersama Kirey,” mendorong kursi roda Kirey.
Menghalangi Kirey kembali mengucapkan sepatah kalimat…
“Apa kau benar-benar hanya mencintai
satu orang saja? Pertanyaan Kirey masih ragu setiap tunangannya berada di
hadapannya.
“Tentu saja, hanya satu”
“Siapa? Apa ka’Nefrit?” pertanyaan
Kirey.
“Bukan dia, tapi dirimu”
“Kau tidak bohong kan?” Kirey masih
bertanya untuk benar-benar yakin.
“Setiap hari saya selalu menghabiskan
waktu bersama denganmu, kenapa kau bertanya seperti itu?”
“Biar saya benar-benar yakin” jawaban
Kirey.
“Sampai kapanpun Adriell hanya mencintai
Kireynzie”
“Terimah kasih sudah memilihku,” senyum
Kirey…
“Hampir saja,” Merenung tentang ucapan
Kirey, membuatnya berada pada ambang masalah tanpa penyelesaian. Kembali
mengingat beberapa kejadian ketika berada menghabiskan seluruh waktu bersama
Kirey.
“Semua ini karena perbuatan mama,”
cetusnya sangat kesal.
“Andai kata dia tahu kejadian sebenarnya”
berpikir sendiri tentang keadaan sekarang. Adriell berusaha menghilangkan penat
akibat permasalahan demi permasalahan menimpa kehidupannya. Mengambil sebuah
kamera, kemudian berjalan menuju motor terbaik bagi dunianya bahkan menjadi
sahabat untuk menghabiskan suka duka ketika berjalan melewati sebuah area
tertentu.
Tidak dapat mempercayai tentang apa yang
akan terjadi selanjutnya permasalahan antara wanita terbaik untuknya dan Kirey
yang saat ini masih memakai kursi roda untuk melakukan segala aktifitasnya.
Menyusuri persimpangan jalan hanya sekedar berjuang melupakan permasalahan dari
hidup. Pandangan matanya beralih pada seorang remaja menghabiskan waktu
seharian demi memenuhi biaya hidup sehari-hari. Menjajahkan barang dagangannya
setiap lampu merah berhenti tidak jauh dari persimpangan jalan tempat kaki
Adriell berpijak.
“Cuaca panas begini, bisa segar kalau
sudah meneguk es buatanku” senyum sebagai modal menawarkan barang dagangannya
terhadap banyak orang. Ada beberapa jenis barang jualan, baik berupa makanan
maupun benda lain untuk dijajahkan selain es dan minuman dingin lainnnya.
“Kenapa kau begitu yakin?” tegur Adriell
setelah remaja tersebut berkata-kata.
“Tentang apaan?” balik bertanya terhadap
Adriell.
“Setelah meneguk es buatanmu pasti
terasa segar kembali, ini hanya es loh,” Adriell.
“Kakak berkata kalau ini hanya es,
tetapi bagi orang susah sepertiku ini perubahan”
“Perubahan dan tubuh terasa segar
hubungannya dimana?” Adriell makin bingung.
“Mengejar masa depan adalah kebutuhan
hidup buatku, tidak tahu kalau untuk orang lain sendiri apakah pikirannya sama
sepertiku.” Entah mengapa remaja itu ingin bercerita sesuatu yang terpendam
dari hidupnya bahkan tersembunyi bagi siapapun juga.
“Saya semakin bingung kalau dari segi
ucapanmu seperti orang berpendidikan” kalimat Adriell kembali.
“Karena saya tahu kakak pasti orang
berpendidikan, jadi bahasaku juga seperti ini, namanya juga beradaptasi”
menjawab pertanyaan Adriell.
“Kau belum menjawab pertanyaanku?”
Adriell mencari jawaban…
“Saya ingin membuat masa depanku menjadi
nyata, makanya tangan, kaki, dan otak harus mulai bergerak. Miskin bukan
berarti akhir dari segala hal terburuk buatku, tetapi mengajar bagaimana saya
bisa berjalan dan memahami tentang setiap perubahan demi perubahan ketika
melangkah ataupun berlari.”
“Berarti kau remaja tapi berstatus…”
mimic wajah Adriell.
“Berstatus mahasiswa, karena itu saya
harus membuat mereka yakin bahkan seyakin-yakinnya ketika berjualan untuk
menarik perhatian mereka biar laris.” Jawaban mencengangkan dari remaja
tersebut.
“Kenapa tidak mencari pekerjaan dimana
gitu?”
“Kakak, segala sesuatu terlebih bagi
orang miskin sepertiku harus dimulai dari hal ataupun pekerjaan terkecil dan
tidak secara langsung. Kenapa? Biar ketika saya menjadi seorang pemimpin suatu
hari nanti hidupku dapat mengerti tentang kerendahan hati dan tidak akan pernah
menghancurkan diri sendiri.” Kembali dia menjawab pertanyaan Adriell.
“Berarti kau berusaha mewujudkan mimpimu
menjadi seorang pemimpin, tetapi mulai belajar hidup ataupun berjuang dengan
bekerja seperti ini. Singkat cerita biar jualanmu laku, kau berusaha meyakinkan
dengan menjual senyumanmu dan kata-kata sedikit berbeda tetapi memperlihatkan
hasil.” Ujar Adriell menebak maksud ucapan sejak awal hingga akhir dari remaja
ini.
“Seperti itulah, demi menciptakan sebuah
perubahan juga mewujudkan mimpiku karena semua itu membutuhkan pendidikan dan
uang yang cukup benar-benar harus diperjuangkan.” Seorang remaja berkata-kata
seperti orang dewasa. Umur memang tidak menjamin kedewasaan seseorang ketika
bertindak, bergerak, melewati setiap sudut persimpangan hidup.
“Satu pertanyaan lagi, kenapa kau ingin
terus melanjutkan pendidikan? Pada hal salah satu pejabat saja dapat menjadi
orang sukses tanpa pendidikan tinggi terlebih biaya sekarang serba mahal.”
Adriell kembali melontarkan sebuah pertanyaan. Entah untuk melupakan masalah
percintaannya dan mempelajari sesuatu hal, ataukah sekedar sebagai penghibur.
“Kakak, itu zaman dulu dan tidak
bercerita tentang keadaan sekarang. Pejabat itu mana mungkin menyekolahkan
anaknya tinggi-tinggi kalau memang pendidikan itu tidak penting.” Kalimatnya
lagi...
“Tapi kan biasanya sebagian orang berpikir
jika mimpi itu dapat tetap diraih meskipun tanpa pendidikan tinggi,” memancing
pembicaraan ke arah yang lebih serius.
“Kembali pada permasalahan kemarin dan
sekarang mempunyai jalan cerita berbeda, dengan
kata lain prinsip perbedaan generasi kemarin tidak pernah sama, ngerti
kakak?”
“Lumayan ngerti sedikit,” Adriell tertawa…
“Salah satu desainer busana kebaya
bercerita tentang tingkat pendidikannya sangat dibawah standar, kemudian
berhasil mewujudkan mimpinya tanpa mengenyam bangku pendidikan sama seperti
salah satu pejabat. Tetapi generasi mereka berdua bercerita tentang zaman
kemarin bukan tentang keadaan sekarang.” Dia menjabarkan tentang dua generasi
antara kemarin dan sekarang.
“Sekarang segala sesuatunya harus di
dasarkan atas perjalanan pendidikan baik ketika meraih sebuah mimpi ataupun
beradaptasi tentang banyak hal dalam lingkaran hidup di sekelilingnya.” Melanjutkan
kembali akan pentingnya dunia pendidikan.
“Fungsi pendidikan buatmu?” Adriell
berkata-kata ingin mempelajari pemikiran seorang anak remaja sepertinya.
“Pendidikan tidak hanya bercerita
tentang ingin mengejar mimpi dan harus melalui jalur kualitas tingkat
pendidikan tertentu.” Jawabnya.
“Jadi?” Adriell masih penasaran.
“Pendidikan juga mengajarkan seseorang
untuk beradaptasi pada suatu keadaan tertentu, membentuk wawasan, mempelajari
etika masing-masing suku bahkan antar bangsa luar dengan tingkat kesulitan
ataupun pemahaman tersendiri.” Dia kembali bercerita…
“Sebagian besar public figur lebih
mengutamakan karir dibanding mengejar pendidikan, kenapa? karena mereka yakin
dapat menghasilkan uang dan ketenaran tanpa tingkat pendidikan tentunya,”
bahasa Adriell kembali beradu argument...
“Itulah hal terburuk dari jalan mereka,
bukan permasalahan seseorang masih dapat meraih kekayaan dan popularitas tanpa
harus mengenyam bangku standar kualitas pendidikan. Tetapi ada saat ketika
berada dalam lingkungan tertentu, mereka tidak dapat memahami ataupun
beradaptasi tentang suatu etika ataupun wawasan tertentu.” Melawan cara
berpikir Adriell tentang sebuah pernyataan…
“Berarti kau menganggap mereka tidak
memiliki etika, pada hal etika dan bahasa mereka jauh lebih baik dibanding
orang-orang yang mempunyai kualitas pendidikan tinggi,” Adriell masih melawan
ucapan remaja tersebut.
“Berarti anak remaja sepertiku masih
lebih dewasa berpikir dibanding kakak yang sudah tua,” ledeknya.
“Bukan permasalahan seperti itu sih,
tapi nada ucapanmu itu loh” bantah Adriell.
“Kakak, ada saat seseorang harus
diperhadapkan dengan keadaan tertentu. Nah, jika kualitas otak dibawah
rata-rata maka akan terjebak sendiri. Seseorang mengejar pendidikan tidak hanya
bercerita tentang sebuah mimpi, ingin menjadi kaya, mempunyai masa depan
cerah..,Tutur bahasa, charisma, wibawa, pribadi mereka yang mempunyai
pendidikan pasti ada perbedaan ketimbang
orang disekelilingnya.” Ujarnya.
“Dapat mengenal dunia luar tentang
adanya perbedaan masing-masing bangsa baik dari segi pola pikir, etika ketika
berhadapan dengan seseorang baik kalangan local maupun asing,, budaya bebas
ataupun terikat, gaya bahasa saat menanggapi sebuah pemahaman, dan masih banyak
lagi. Tidak mudah untuk diadu domba oleh pihak-pihak tertentu baik bersifat
dalam maupun luar negara sendiri karena status pendidikan memang basicnya
kuat.” Bahasa seorang anak remaja sekali lagi berkata-kata tentang dunia
pendidikan.
“Cara berpikirmu mirip seseorang,”
Adriell tersenyum melihat cara berpikir seorang remaja yang baru saja menginjak
bangku kuliah, umurnya masih 18 tahun. Dia bernama Pilar, gadis remaja dengan
pemikiran melebihi usia dewasa pada umumnya. Mengingatkan Adriell tentang
bayang-bayang Nefrit memiliki kesamaan bahkan dapat dikatakan sebelas dua belas
dengan kepribadian hampir mirip.
“Saya harap kakak masih menyapaku atau
sekedar bercerita basah basih jika melewati persimpangan jalan ini,” kata-kata
Pilar sebelum akhirnya Adriell berlalu dari hadapannya.
“Pasti,” balasan Adriell sambil
menyalakan mesin roda dua yang senantiasa
menjadi sahabat bagi hidupnya.
Kembali menjelajah jalan tertentu menuju
sebuah tempat tidak jauh dari persimpangan tempat dia dan gadis remaja sedang
menjajahkan dagangannya. Memasuki sebuah kawasan pemakaman hanya sekedar
berziarah seperti biasanya. Untuk beberapa saat pertemuan antara dia dan gadis
remaja tersebut membuatnya lupa akan permasalahan apapun yang sedang
membungkus. Namun, setelah berada depan makam Aldrich pikirannya menjadi kacau
dan tak tahu harus berjalan ke arah mana.
“Tuhan, tanganku masih ingin menggenggam
tangannya bukan wanita manapun” teriakan hati Adriell. Membersihkan area
pemakaman tempat saudara kembarnya beristirahat. Menghilang dan memberikan
Aldrich kesempatan menikmati sebuah kebahagiaan.
“Ingin berkata jujur, tetapi seakan
terdapat sebuah benteng kuat menghalangi mulut untuk berkata-kata terhadap dia,”
menarik nafas dalam-dalam…
“Apa anda tidak apa-apa?” suara tidak
asing lagi dari arah belakang memenuhi gendang pendengaran Adriell. Tak
berbicara sepatah katapun ketika tubuhnya berbalik mencari sumber suara
tersebut. Pertemuan tak terduga antara Adriel, tempat peristirahatan Aldrich,
dan Nefrit …
“Kenapa kau selalu ada di depanku?”
teriakan hati Adriell di tempat tersembunyi.
Seakan ingin bertanya pemakaman
tersebut, namun Nefrit masih diam membisu. Tak pernah terpikirkan sedikitpun
jika pemakaman orang tua Nefrit berdampingan bersama tempat Aldrich
beristirahat. “Hingga detik sekarang dia tak pernah tahu tentang ka’Aldrich”
bisikan hati Aldriell berusaha menjaga jarak.
“Saya hanya ingin berziarah ke makam
orang tuaku bersebelahan dengan tempatmu berdiri sekarang,” Nefrit membuka
suara setelah diam membisu selama beberapa saat.
Kaki Adriell tiba-tiba melangkah hingga
berada lebih dekat di hadapan Nefrit. “Tetaplah menggenggam tanganku, sekalipun
segala sesuatu selalu saja menciptakan goresan luka pada dirimu,” kata-kata
Adriell mendekap erat tubuh Nefrit tanpa berpikir panjang. Nefrit berusaha
melepaskan diri, tetapi tidak berhasil...
“Maaf, selalu membuatmu terluka setiap
detiknya” terus mendekap gadis impiannya.
“Kenapa kau selalu seperti ini?” kalimat
Nefrit masih berjuang untuk melepaskan diri.
“Berhenti berbicara, dan biarkan seperti
ini untuk beberapa saat,” hingga membuat Nefrit berhenti memberontak agar bisa
terlepas.
“Kau akan menyakiti hati Kireynzie jika sikapmu
seperti ini terus,” ucapan Nefrit.
“Lupakan tentang Kireynzie, tetaplah
berada dalam dekapanku selama beberapa saat.”
Bagian
14…
Adriell…
Manusia pengecut seperti diriku selalu
saja menciptakan goresan demi goresan bagi hidupnya. Inilah pertemuan tanpa
kesengajaan antara aku, dia, dan tempat peristirahatan ka’Aldrich. Dia tidak
pernah menyadari siapa yang telah menyatakan rasa cinta dan menjadi pasangan
terbaik. Pada kenyataan, jika pemakaman orang tuanya bersebelahan dengan tempat
ka’Aldrich selama ini. Membawa dia dalam dekapanku, walau tubuhnya memberontak
juga berusaha lepas.
“Kau akan menyakiti hati Kireynzie jika
sikapmu seperti ini terus,” ucapan Nefrit.
“Lupakan tentang Kireynzie, tetaplah
berada dalam dekapanku selama beberapa saat.”
“Kenapa kau selalu mempersulit masalah?”
saya masih dapat merasakan air matanya mengalir membasahi kemeja biru
diselah-selah pertanyaannya.
Dia tidak pernah menyadari penyakit,
kematian, dan pemakaman ka’Aldrich. Semua rahasia pertukaran diantara
ka’Aldrich dan diriku sendiri masih tersembunyi bahkan tertutup rapat. Sebelum
meninggal ka’Aldrich telah membayar biaya kuliah Nefrit memakai tabungannya
sendiri. Selalu tersenyum, tertawa, bahkan menghabiskan waktu bersama gadis
impiannya merupakan kebahagiaan terbaik dari hidup ka’Aldrich.
“Siapa itu Aldrich Fidelis?” membuka
pertanyaan, matanya mengarah pada sebuah batu nisan dengan nama Adrich Fidelis.
Ternyata dia sama sekali tak memperhatikan batu nisan sebelah pemakaman kedua
orang tuanya. Datang dan berlalu begitu saja, untuk pertama kali menyadari
tentang nama yang begitu mirip denganku…
“Dia kakakku,” jawabku.
“Berarti tempat peristirahatan orang
tuaku bersebelahan dengan kakakmu?”
“Ka’Aldrich kakak terkuat saat menjalani
hidupnya,” berbalik ke arah Nefrit.
“Dan kau masih belum menyadari betapa
berharganya hidupmu untuk ka’Aldrich” suara hatiku berbisik pada diri sendiri.
“Kenapa tidak pernah memberitahuku kalau
kau mempunyai kakak?” pertanyaan tersebut menciptakan sentakan demi sentakan
jauh di dasar tubuhku sekarang.
“Karena kau tidak pernah bertanya,”
masih berusaha menutupi tentang rahasia tersembunyi dari dirinya.
“Apa boleh saya lihat foto kakakmu?”
“Tertinggal di rumah,” segera menjawab
pertanyaan Nefrit.
“Pulanglah, pasti Kirey khawatir
sekarang dan berusaha mencarimu!” dia mengalihkan pembicaraan tentang Kirey.
Bisakah dia berhenti berkata-kata tentang Kirey? Andai kata dia tahu tentang
ka’Aldrich apakah hatinya tetap akan melihatku?
“Mencoba berada di samping Kirey,
ternyata jauh lebih menyakitkan.” Ujarku.
“Dia tunanganmu” menegur dengan suara
lantang. Depan makam ka’Aldrich suaranya terdengar keras juga penuh penekanan
kuat pada satu kata ‘tunanganmu’.
“Kau tahu bagaimana Kirey hingga detik
sekarang masih berada di atas kursi roda, tetaplah menjadi pasangan terbaik dan
terhebat bagi hidupnya.” Berkata-kata sebelum akhirnya berlalu dari hadapanku.
Mencerna ucapan yang keluar dari mulutnya serta merenung akan kisah hidup
paling menyedihkan dari langkahku sendiri. Mengingat kembali memori dimulai
dari kejadian Kirey menjadi lumpuh hingga pada akhirnya Nefrit pergi menjauh.
Kembali melukis pemandangan sama seperti biasa tanpa rasa bosan. “Kau tidak
boleh menganggapku hanya bagian masa lalu,” berbicara sendiri sambil memandangi
lukisan hasil karyaku.
“Masih memandang lukisan, tapi tidak
berani untuk mempertahankan!” detakan langkah mama mengejutkan diriku seketika.
“Mama terus saja mengganggu,”
“Adriell, perasaan mama baru masuk dan
seharian tidak melihatmu” beginilah mama menegur disaat keadaanku lagi tidak
semangat.
“Kau dari mana saja seharian,” teriak
ka’Adrin siap menyergap diriku sekarang.
“Bukankah menyenangkan kalau saya
seharian tidak ada!” cetusku menyindir…
“Tidak begitu juga,” balas ka’Adrin.
“Mama melihatmu mendekap dia tadi,”
tegur mama.
“Saya juga lihat, bagaimana kalian
berdiri depan makam Aldrich,” ka’Adrin.
“Hingga detik sekarang dia tidak pernah
tahu tentang kepergian ka’Aldrich,” wajah tertunduk di hadapan mama dan
ka’Adrin.
“Dan hingga detik sekarang, anak mama
tetap diam membisu,” tegur mama.
“Hingga detik sekarang adikku terlalu
sulit bercerita, ngerti” ka’Adrin melanjutkan…
“Apa yang kalian bicarakan?” pertanyaan
ka’Adrin menarik lukisan dari tanganku.
“Tentang Kirey,” jawabku asal.
“Kenapa kau tak menceritakan
permasalahan sebenarnya kalau…” tegur mama.
“Kirey masih bergumul dengan kursi
rodanya, bagaimana jika sampai ke telinga Kirey jauh lebih fatal,” langsung
memotong pembicaraan mama.
Flashback…
“Tanggal pertunangan berada depan mataku
sekarang,” menarik nafas panjang-panjang seakan menginginkan waktu berputar
cukup lama. Hati masih menginginkan sebuah mujizat, setidaknya langkah hidup
tidak berada dalam situasi sulit seperti sekarang.
“Sampai kapanpun, dirimu selalu menjadi
bagian terbaik buatku,” tersenyum memandang sebuah foto masih terselip aman
dalam dompetnya. Adriell tetaplah Adriell tak akan pernah mampu menjalani suatu
hubungan bersama wanita manapun oleh karena bagian masa lalu terhebat jauh
melebihi apapun.
“Adriell, pertahankan gadis pilihan
hatimu” suara mama membangunkan lamunan Adriell dalam kamarnya sendiri.
“Mama, sudah lama berdiri disini?”
pertanyaanku tak menyadari kehadiran ibu Fidelis beberapa waktu sebelum
memperdengarkan ucapannya.
“Adriell hanya butuh usaha kecil untuk
mengembalikan dia,” Adrin tiba-tiba berada di tengah mereka. Dia menyadari
tentang perasaan adiknya, dapat dikatakan sebuah petualangan percintaan segi
tiga mempermainkan dunia Adriell.
“Kirey lebih membutuhkanku,” kepala
tertunduk membayangkan Kirey menangis bahkan tanpa semangat.
“Adriell,” tegur mama.
“Adriell berutang budi terhadap Kirey
karena menyelamatkan Nefrit dari kecelakaan,” masih menjawab mama…
“Keputusanmu itu bukan jalan terbaik
buatmu juga tidak bagi Kirey dan Nefrit,” ka’Adrin mengangkat pembicaraan.
“Harusnya Nefrit terbaring lumpuh, tapi
diluar dugaan Kirey malah menjadi penyelamat sekaligus malaikat sekalipun
hidupnya sendiri merasa mendapat dibohongi.” Mulutku berkata-kata tetapi hati
tak akan pernah bisa terbohongi.
“Kelak kau akan menyesal tentang
keputusan terburukmu sekarang,” ujar mama.
“Lebih baik berpikir dari sekarang,
kalau nasi sudah menjadi bubur kau tidak dapat berbuat apapun, ngerti!” tegur
mama kembali.
“Adriell, ada hal yang tidak kau
ketahui!” sahut ka’Adrin seolah ingin menjelaskan tentang sebuah rahasia.
“Tentang?” tanyaku berbalik ke arahnya.
“Sebenarnya saya sudah kembali ke negara
ini sudah lama jauh sebelum bertemu denganmu, tanpa sepengetahuanmu selama ini,
terkadang saya berperan menggantikan peranmu berada di sisi Kirey” ka’Adrin
membuka sebuah rahasia.
“Apa kakak sadar resikonya nanti?”
tegurku.
“Kau menghilang tiba-tiba dari rumah
sakit, sementara papa bercerita banyak permasalahan kecelakaan dan tangisan
Kirey melalui saluran telepon.” Pembelaan ka’Adrin.
“Kakak lebih membuatku dalam masalah
besar, ngerti?” ujarku sedikit geram.
“Mama juga ada dalam skenario, jadi kau
tidak bisa menyalahkan kakakmu,” kalimat mama makin membuatku bingung
“Dulu mama menyuruhku untuk membiarkan
ka’Aldrich berperan sebagai diriku di sekolah dan sekarang jangan-jangan mama
juga menyuruh ka’Adrin kembali berperan sebagai diriku.” Kata-kataku hampir tak
mempercayai mama dapat melakukan hal seperti ini lagi.
“Karena mama tahu hati dan pikiranmu
hanya buat gadis impianmu semenjak remaja bukan siapapun. Setidaknya, mama bisa
memperbaiki keadaan” mama menggenggam kuat tanganku hingga membawaku ke dalam
pelukannya.
Apa yang terjadi dengan hidupku
sekarang, sewaktu sekolah kemarin ka’Aldrich menyamar sebagai diriku demi
mendapat gadis impiannya dan sekarang ka’Adrin melakukan hal sama entah demi
apa? Tidak bisa disangkal, selama dia meninggalkan ibu kota saya terus saja
mengurung diri di suatu tempat jauh dari rumah sakit. Ka’Adrin bercerita
tentang segala hal diperbuatnya demi mengembalikan semangat dan senyuman Kirey
seperti sebelum mengalami kelumpuhan total. Ka’Adrin menyadari juga mengetahui
rahasia paling tersembunyi bahkan karakter paling detail dalam diriku.
“Tidak mungkin ka’Adrin terus berada di
samping Kirey tanpa cinta diantara mereka” kata-kataku membayangkan sesuatu hal
akan meledak andai kata semuanya terbongkar.
“Siapa bilang saya tidak menyukai
Kirey,” senyum ka’Adrin mengembang.
“Berarti?” pancingku…
“Kirey salah satu manusia cerdik,
cantik, terkadang menggemeskan, dan saya menyukai tipekal seperti ini dengan
kata lain tidak ada penyesalan menyamar sebagai dirimu.” Ungkap ka’Adrin masih
berbicara…
“Kirey pasti semakin marah,” tegurku.
“Sebenarnya kau menyukai Kirey atau
Nefrit? Gaya bahasamu seakan menyukai kedua-duanya” wajah ka’Adrin penuh
curiga.
“Tentu saja bukan Kirey,” segera
menjawab.
“Biarkan saja seperti ini sekarang,
tunggu waktu paling tepat untuk menjelaskan tentang semua kejadian sebenarnya
termasuk permasalahan ka’Aldrich” ujar mama.
“Betul sekali, masalah pertunangan
serahkan saja pada kami” ka’Adrin makin terlihat bersemangat.
“Jangan katakan, kalau kakak akan
menyamar kembali dan bertunangan dengan Kirey?” ujarku menyadari sesuatu tidak
beres.
“Sudah tahu nanya, apa salahnya? Selama
ini Kirey nyaman berada dekatku jauh berbeda ketika bersama dirimu pasti
senyumnya hilang,” ka’Adrin penuh rasa percaya diri.
“Tetap saja, dia menganggap kakak adalah
saya” masih tak habis pikir tentang semua ini…
“Berhenti berbicara, satu lagi jangan
jadi manusia serakah ingin menguasai kedua-duanya” ka’Adrin berbicara seolah
merasa takut kehilangan.
“Makin mengerikan saja masalahku,” rasa
kesalku makin menjadi-jadi. Berpikir antara mengikuti seluruh skenario ka’Adrin
atau melawan tetapi penyesalan seumur hidup pasti bermain kuat bagi diriku
sendiri. Dibalik kaca mobil melihat pemandangan tak biasa saat Kirey tertawa
lepas bersama kakakku sendiri. Tidak pernah menyadari seseorang yang telah
membalut lukanya bukanlah hidupku,tetapi pada kenyataannya adalah orang lain.
Memberi senyum, semangat, kekuatan,
hal-hal baru bagi dunia Kirey dan tak pernah kuberikan selain kakakku sendiri.
“Ternyata ka’Adrin masih berpikir tentang kasih sayang terhadap lawan jenis,
selain berpikir tentang berbagai alat-alat dalam imajinasi otaknya” suara hati
bercerita sambil tersenyum menyaksikan kisah perjalanan ka’Adrin.
Acara pertunangan pun tiba di depan
mata, Kirey tak pernah menyadari siapa orang yang telah bertukar cincin
dengannya. Berjalan memakai kursi roda menebarkan senyum bahagia oleh karena
kisah percintaan dalam hidupnya memperlihatkan kehidupan. Bersembunyi di suatu
tempat menyaksikan pertunangan antara Kireynzie dan ka’Adrin. Waktu dan acara
pertunangan dimajukan, jauh sebelum Kirey menghadapi ujian skripsi. Dia masih
bergumul tentang penyusunan skripsi, dan telah mendapat persetujuan untuk ujian
meja ke depan. Proses terapi Kirey masih berjalan, sementara ka’Adrin terus
berada di samping membantu agar pulih dan dapat keluar dari cacat lumpuh yang
selama ini membungkus.
“Adriell, berikan dia lukisan
terbaikmu!” ka’Adrin menarik salah satu lukisan dalam kamarku hanya demi Kirey
semata. Karena bersifat pemaksaan, saya harus merelakan salah satu lukisanku
diberikan kepada Kirey. Berhubung ka’Adrin berhalangan, sehingga saya harus menyerahkan
secara langsung di tempat biasa. Tanpa pernah terduga sama sekali terjadi
pertemuan antara diriku, Kirey, dan Nefrit. Ingin berkata-kata, namun pada
kenyataannya seakan ada benteng kuat menjadi penghalang.
Flashback…
Mengingat peristiwa beberapa waktu lalu
membuatku seakan ingin tertawa, kenapa? Sewaktu ka’Aldrich masih bernafas,
hidupnya berjuang keras menjadi diriku demi melihat sebuah kekuatan dalam diri
Nefrit. Hal sekarang pun kembali terjadi, tetapi bukan ka’Aldrich melainkan
ka’Adrin berusaha menjadi diriku hanya demi mencari senyuman seorang Kirey. Bagaimana
jika 2 wanita tersebut menyadari tentang rahasia tersembunyi diantara kami?
Kirey masih dalam proses terapi, hingga
detik sekarang belum memperlihatkan hasil bagi pergerakan kakinya. Tanpa rasa
bosan, ka’Adrin terus berjuang menjadi penyemangat bagi hidupnya hingga pelangi
mulai berirama kembali bagi dunia seorang Kirey. Berawal dari kata ingin
menyelamatkan hidupku untuk mempertahankan apa yang sepantasnya harus
kugenggam, kemudian berujung pada kisah percintaan antara mereka. Sementara
dilain hal, dunia Nefrit masih belum dapat untuk kukejar.
“Tetaplah
menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu
mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.”
Ucapanku terhadapnya menggema begitu saja membungkus gendang pendengaranku.
“Bisakah kau tetap menggenggam tanganku,
sekalipun hidupmu setiap saat penuh akar kekecewaan sepanjang jalan dimana
kakimu berpijak oleh karena diriku?” berkata-kata sambil memandang lukisan di
depanku.
Daun kering itu bernilai, sama seperti
hidupku memiliki kualitas nilai hingga akhir cerita tak akan pernah mengalami
proses pembakaran oleh karena perjuangan dirinya. Dapatkah kau berlari kembali
memberikan setiap saat secarik kertas tanpa ada kata menyerah dalam dirimu,
sama seperti peristiwa sewaktu kau dan aku masih bercerita tentang dunia
remaja.
“Ka’Adriell!” sapa seseorang
membangunkan dari tidurku seketika.
“Pilar, kenapa kamu bisa berada disini?”
terkejut melihat Pilar membawa senyuman ketika matahari masih bersembunyi
dibalik awan.
“Justru saya yang bertanya, kenapa kakak
berada di tempat seperti ini pagi-pagi buta?”
“Saya ketiduran hingga lupa jika ini
bukan rumah” jawabku.
“Sepertinya kau mempunyai masalah
serius?” tegurku kembali…
“Seperti itulah, salah satu dosen
terbaik kami mengalami permasalahan” raut wajah Pilar menampakkan kesedihan.
“Memang ada permasalahan apa, sampai
segitu sedihnya wajahmu?”
“Kakak, masalahnya dosenku yang satu ini
mengalami situasi paling rumit karena berada dalam sebuah area jebakan dari
beberapa pihak.” Kalimatnya sambil melemparkan sebuah batu kecil pada danau
tepat di depan kami.
“Kalau boleh tahu siapa nama dosenmu
itu? Apa permasalahannya?” tanyaku.
“Bapak Surjolandi, permasalahannya
adalah beliau berhasil masuk dalam area jebakan pihak tertentu. Dituduh
menggelapkan dana hingga mempunyai hutang banyak sekali bahkan telah
diperkarakan oleh kepolisian.”
“Jadi?” hanya kalimat itu saja tersirat
keluar dari mulutku.
“Jadi apanya kakak?”
“Jadi selanjutnya, maksudku” kembali
berkata-kata…
“Jadi pokoknya kacaulah ceritanya
kakak,” cetus Pilar.
“Apa sih kelebihan dosenmu itu, sampai
raut wajahmu segitu sedihnya?”
“Pak Landi merupakan salah satu tenaga
pembentuk bibit dengan beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh pengajar
manapun. Negara terlalu rugi jika hanya melihat satu kesalahan yang belum tentu
dilakukan olehnya, tanpa mempertimbangkan ataupun memandang perjuangan beliau
ketika membentuk setiap bibit-bibit generasi ke depan.” Kata-kata Pilar
mengungkapkan sesuatu hal.
“Kelebihan gimana maksudnya?”
“Astaga, kakak pasti pernah mengenyam
bangku pendidikan dan mengerti bagaiamana tentang beberapa system dalam suatu
area tertentu.” Pilar si’gadis remaja jauh lebih berkembang dan menyadari akan
banyak hal dibanding umurnya.
“Belum tentu saya pekah tentang dunia
seperti jalur pendidikan, kenapa? Karena bidangku tidak terdapat pada area
tersebut.” Kata-kataku masih memperlihatkan penekanan terhadapnya.
“Jadi, kakak ingin saya menjelaskan
seperti apa?”
“Jelaskan tentang kelebihan yang
dimiliki, siapa tahu saya bisa membantu!”
“Memang bisa?”
“Kenapa tidak, Pilar!”
“Kelebihan beliau sebagai pembentuk
bibit, dimana mampu mengenal jalur serta kesulitan paling detail pada sebuah
area dan sulit di dapat pada tenaga pendidik lain. Generasi membutuhkan
terobosan juga adaptasi demi sebuah masa depan suatu bangsa dari si’tenaga
pendidik terlebih bagi jalur bibit-bibit.”
“Btw, apa nama kampus tempatmu mengejar
masa depan?” pertanyaanku lagi.
“Kampus Harapan Bangsa,” terdengar aneh
ketika menyebut nama kampus…
“Sepertinya saya pernah mendengar nama
kampus tersebut!”
“Jelaslah kakak, nama kampus itu paling
terkenal di negara ini” celotehnya.
“Itu nama kampus seseorang yang
kukenal,”
“Jangan katakan itu kepemilikan orang
tua kakak,”
“Sepertinya,” mengiyakan jika papa
merupakan pemilik kampus tersebut, hanya saja saya tidak ingin terjun ataupun
tahu tentang suasana kampus tersebut.
“Kakak, tolong selamatkan salah satu
dosen terbaik kami,” memohon dengan sangat.
“Sampai segitunya,”
“Pastilah kakak,” menampakkan wajah
cemberut.
“Saya akan mencoba mencari tahu masalah
sebenarnya, juga membela dosenmu itu pada papa”
“Terimah kasih sebelumnya, kakak” Pilar
berteriak kegirangan.
“Bukankah kalian itu masuk kategori
generasi muda, bukan bercerita bibit bos”
“Kakak, dosenku itu, selain memasuki dunia
generasi muda juga bibit yang diambil dari pedalaman untuk dibentuk sedemikian
rupa hingga memperlihatkan kualitas, ngerti!”
“Oh seperti itu ceritanya, gadis cerewet”
ujarku mengangguk-anggukan kepala.
Berjanji untuk berusaha membantunya
menyelamatkan salah satu tenaga pendidik terbaik dimatanya, “Saya akan berusaha
semaksimal mungkin,” ucapku kembali sambil menampakkan senyum…
Berusaha menghubungi kantor papa dan
mencari tahu seluk beluk permasalahan sedetail-detailnya. Kesalahan terbesar
bagi sebuah negara adalah menghancurkan si’pembentuk bibit generasi tanpa
mencari tahu apa akar permasalahan sebenarnya lebih berjalan kemana. Terkadang
hal seperti ini terjadi pada sebuah bangsa selalu menghancurkan masa depan, dan
mengambil sesuatu yang dikatakan buruk bagi pemandangan kasat mata jasmani siapapun
juga. Sebuah perangkap dibuat hingga pada akhir cerita seluruh mata selalu
tertipu, bahkan membuang sebuah berlian terbaik dari negara sendiri.
“Papa, harus mencari tahu akar
permasalahan itu seperti apa?” ucapku
terhadap papa.
“Ada apa denganmu? Kenapa tiba-tiba kau
datan mengamuk di kantor papa?” papa terkejut melihat tingkahku dan tidak biasa
bagi pemikirannya.
“Karena permasalahan ini,” menyodorkan
beberapa surat kabar tentang pemberitaan kasus penipuan salah satu dosen kampus
miliknya.
“Menjadi pertanyaanku sekarang kenapa
kau turut campur dalam situasi kampus papa?” tegur papa terkejut melihat
tingkah laku tidak biasa dari diriku. Semenjak mengambil keputusan meninggalkan
rumah dan hidup mandiri, papa tidak pernah ingin pusing terhadap apapun dariku.
Satu lagi hal yang tak disadari olehnya adalah skenario pertunangan ka’Adrin
dan Kirey.
“Namanya saja Harapan bangsa, tetapi
pada kenyataan kalian orang-orang diatas selalu menghancurkan masa depan dan
perkembangan negara sendiri, terlalu kasihan” ujarku tanpa memperdulikan
tindakan juga amarah papa.
“Adriell jaga ucapanmu,” gertakan papa.
“Jangan salah memilih jalan hingga ujung
cerita menghancurkan banyak bibit generasi. Tidak semua tenaga pendidik
menguasai management pendidikan hingga memperlihatkan hasil.” Kembali berucap
terhadap papa sekalipun semakin geram melihat tingkahku.
“Adriell!” papa berteriak dengan tangan
teracung bahkan hampir menampar wajahku.
“Papa ingin menampar? Silahkan!” tanpa
memperdulikan kegeraman papa…
“Jangan mencampuri permasalahan yang
bukan jalur ataupun bidangmu!” tegur papa.
“Jadi, papa mengancam Adriell?”
“Ini permasalahan kampus dan bukan hakmu
mencampuri apapun di dalamnya!”
“Negara ini memang tidak pernah
kekurangan tenaga pendidik, bahkan ada begitu banyak orang ingin masuk dalam
jalur pendidikan. Hanya saja, permasalahannya terlalu sulit mendapat seorang
pendidik dengan karakter yang dapat memahami tingkat kesulitan paling terkacau
dalam sebuah jalur bibit-bibit tertentu.” mencoba mengemukakan pendapatku…
“Tidak semua orang memahami tentang
management pendidikan sekalipun bergelut ataupun telah menempuh tingkat gelar
sekolah setinggi-tingginya,” ujarku sekali lagi berusaha meyakinkan papa.
Terdiam beberapa saat tanpa kembali memperlihatkan kegeraman pada wajahnya.
Tiba-tiba saja, papa segera berjalan ke hadapanku…
“Beberapa tahun lalu, papa berpikir kau
tidak mempunyai masa depan tetapi keadaan berbalik anakku selalu berhasil
memperlihatkan kualitas nilai pada dirinya” ucapan papa menepuk-nepuk bahuku.
Pembicaraan yang berawal tentang permasalahan salah satu dosen berubah menjadi
topic pembicaraan lain. Lebih mengejutkan papa bercerita bagaimana kisah
hidupnya sewaktu remaja benar-benar mirip sama seperti kisahku. Perjalanan
remaja dengan prediksi oleh semua orang tanpa masa depan sedikitpun dikarenakan
sebuah jurang, tetapi diluar dugaan justru bercerita tentang sinar setelah
bertahun-tahun berlalu.
“Papa menyukai lukisanmu,” senyum papa
terukir. Ternyata papa sudah mengetahui tentang rahasia pertunangan kemarin dan
bagaimana ka’Adrin menyamar sebagai diriku untuk mengelabui semua orang. Papa
berjanji akan berusaha membantu
semaksimal mungkin salah satu tenaga pendidik yang bermasalah di kampusnya.
Bagian 15…
Adrin…
Keadaan membuatku untuk kembali hadir
dalam lingkup kehidupan keluargaku, setelah mengejar mimpi jauh dari mereka. Ada
saat tawaku meledak ketika mendengar curahan hati adikku sendiri tentang dunia
asmara tanpa ujung pada jalur hidupnya. Membiarkan serta merelakan Aldrich
mengambil posisi sebagai dirinya beberapa tahun silam hanya demi mendapat perhatian
dari gadis yang sama menempati hatinya. Adriell hanya akan diam membisu tanpa
berkata-kata ataupun ingin mengejar gadis impiannya setelah Aldrich meninggal.
Tetap memutuskan tinggal bersamaku di negara orang, hingga akhirnya memutuskan
kembali lebih dulu dibanding diriku.
Saya tetap berjuang menjadi kakak
terbaik buatnya ketika hati dan perasaan terus saja mengalami kekacauan. Memberi penghiburan tersendiri
bagi hati penuh goresan luka tanpa sedikitpun cinta pertama bagi hidupnya
menyadari hal tersebut. Mendengar jika Adriell harus bertunangan bersama wanita
lain membuatku harus kembali ke tempat kelahiranku. Mama banyak bercerita
tentang permasalahan perjodohan dilakukan oleh papa dan orang tua gadis
tersebut. Wajahnya cantik, lucu, dan terlihat menyenangkan buatku, namun tidak
bagi Adriell. Kenapa? Jawabannya selalu sama, karena permasalahan cinta masa
lalu.
Mama akhirnya memiliki kesepakatan akan
sebuah skenario unik juga dapat dikatakan akan membuat papa mengamuk besar.
Jauh sebelum Adriell kembali, hatiku berkata bahwa Tuhan akan kembali
mempertemukan dirinya dengan bagian dari masa lalunya. Ujung cerita terjadilah
kisah percintaan segi tiga diantara mereka. Hal lebih rumit adalah Kirey lumpuh
karena berusaha menyelamatkan bagian cinta pertama Adriell dan tak lain
merupakan sahabatnya sendiri. Kekecewaan, air mata, sakit hati membungkus
Kirey, namun hati nurani seorang sahabat masih jauh lebih kuat untuk bermain.
Menyamar sebagai Adriell hanya demi
mengembalikan semangat hidup seorang Kirey. Menolong kehidupan saudara kembarku
yang masih tersisa jauh lebih berharga dibanding apapun juga. Berada di samping
Kirey hanya demi mengembalikan senyumannya yang hilang, sama seperti memori
foto yang diperlihatkan oleh mama kemarin. Adriell bahkan tak menyadari
skenario penyamaran menjadi dirinya selama beberapa waktu. Semua membutuhkan
waktu cerita tentang pasangan hidup ataupun perjalanan percintaan dari titik
hidup seseorang.
“Menggenggam bola emas mengajarkan
pembentukan hidup jauh melebihi apapun.” Saya hanya sekedar mengutip sebuah
pernyataan dari secarik kertas milik Adriell. Mencoba berbicara perlahan bahkan
terlalu bijak, hanya demi memperbaiki kepingan-kepingan hidup seorang gadis
lumpuh. Tetap diam membisu tanpa berucap sepatah katapun di hadapanku. Belajar
mengikut dari bagian kisah cinta pertama Adriell untuk mengembalikan senyuman
Kirey. Membuat kata-kata sebijak mungkin ataupun melakukan copy paste tiap
kalimat dari lembaran kertas putih milik Adriell.
“Apapun kisah hidupmu, tidak berarti kau
harus tenggelam dan tak akan pernah memunculkan diri ke sebuah permukaan.”
Sekali lagi saya mencoba mengutip kumpulan kalimat dari salah satu lembaran
kertas putih milik Adriell.
Ada saat dia akan terlihat murung,
terus-menerus menjatuhkan air mata, tak memiliki harapan untuk hidup bahkan
masih banyak hal-hal buruk membungkus dirinya. Berjuang membuat dia tersenyum
sekalipun saya harus terlihat bodoh di hadapannya. Kenapa saya rela bertingkah
bodoh seperti ini? Apakah memang demi menolong Adriell atau ada sesuatu hal lain
dan tidak mudah diungkapkan hanya melalui lukisan kata-kata? “Tersenyumlah
walau hanya sedetik saja” kata-kata tersebut berteriak keras jauh di dasar hati
setiap berada bersama dengannya.
Sampai suatu hari, Adriell benar-benar
siap berada di hadapannya, sedang tubuhku sendiri bersembunyi jauh dari hadapan
mereka. Adriell sama sekali tak menyadari kepulanganku kembali ke negara ini,
dan skenario penyamaran sebagai dirinya di hadapan Kirey. Adriell menyerahkan
sebuah lukisan ke hadapan gadis lumpuh alias Kireynzie…
“Ini ambillah,” ternyata lukisan
tersebut berisi wajah Kirey dan dilukis langsung memakai tangan Adriell.
“Kau benar-benar menepati janjimu”
pertanyaan Kirey.
“Tentu saja,” kalimat Adriell seakan
memaksakan sebuah senyuman memancar.
“Bisakah kau memberiku lukisan sama
seperti ka’Nefrit?” permintaan Kirey.
“Kenapa kau harus meminta lukisan
seperti itu?” pertanyaan Adriell…
“Karena saya juga ingin mempunyai nilai
di mata seorang Adriell,” jawaban dari perbendaharaan mulut Kirey. Kini saya
mengerti, rasa cinta dalam diri Kirey jauh lebih besar namun pada kenyataan
berbanding terbalik bagi dunia Adriell hanya melihat satu wanita. Sampai
kapanpun juga adikku hanya akan terikat pada bagian masa lalunya dan bukan
untuk orang lain. Saya tidak akan menyerah mengembalikan senyuman gadis lumpuh
seperti Kirey dan membuat Adriel terlepas dari tuntutan belenggu oleh karena
balas budi atau rasa bersalah. Hari demi hari kulalui mencari jalan sekalipun
harus menjadi manusia paling bodoh bahkan merendahkan diri jauh dari prinsip
hidupku hanya demi seorang gadis lumpuh. Pengalaman seperti ini membuatku
sadar, ada saat seseorang harus menjadi seperti manusia paling bodoh tanpa
memperlihatkan kelebihan dalam dirinya untuk mencari sebuah perhatian tentang
cinta. Tidak bercerita tentang kelebihan, ketenaran, uang, atau hal-hal lain,
hanya mengarah pada adaptasi dan cara merendahkan hati.
Perjuangan pasti membuahkan hasil, dan
hal seperti itu pasti terjadi bagi hidupku. Pada akhirnya dia mulai tersenyum,
tertawa, bahkan berteriak menikmati suasana alam bersama diriku. Memperlihatkan
diri di hadapan Adriell, dan memutuskan untuk tinggal serumah dengannya hanya
demi melihat keadaan selanjutnya. Di awal pertemuan pertama, Adriell tak pernah
menyangka saya kembali hadir dan membuat kakiku berpijak di negara ini. Kami
berdua hanya bercerita seputar penemuanku demi mengalihkan perhatian Adriell
semata-mata. Adikku masih belum menyadari susunan skenario terbaik antara
diriku dan mama tanpa melibatkan papa sama sekali.
Menjelang pertunangan Adriell bersama
Kirey, susunan skenario makin dilancarkan oleh kami. Informasi yang di dapat
adalah Nefrit telah berada jauh dari kota ini, terlalu sulit mencari tahu
tentang tempat tinggalnya. Mama masih berusaha memberi nasihat bagi Adriell agar
menghentikan acara pertunangan tersebut. Tidak ada jalan keluar, selain berkata
jujur tentang sebuah rahasia di hadapan Adriell sambil berusaha mencari
keberadaan Nefrit. Terkejut, marah, geram benar-benar tepancar di wajah Adriell
tetapi ini jalan terbaik menyelesaikan masalah. Pada akhirnya Adriell
menyetujui tentang pertunangan antara saya dengan melakukan penyamaran sebagai
dirinya bersama Kirey.
“Kau benar-benar gila!” jantung Adriell
benar-benar hampir keluar karena skenario...
“Berhentilah berkata-kata,” tegurku.
“Kakak makin menyusahkan hidupku,”
“Kudengar Nefrit kembali ke kota ini,
kejar dia jangan sampai kau menyesal” ujarku. Mama berhasil menemukan informasi
tentang keberadaan Nefrit, dan membuatnya menginjakkan ibu kota. Dengan alasan
pelatihan khusus bagi peningkatan kualitas bidan desa, Nefrit kembali hadir
sesuai rencana mama.
“Dari mana kakak tahu semua itu?”
tanyanya seakan ingin segera beranjak keluar…
“Jaringanku banyak, ngerti?” memberikan
senyum sedikit sinis juga. Beberapa jam setelah pertunangan terlaksana, saya
harus kembali ke rumah untuk berada di hadapan layar computer seperti biasa. Setidaknya
membiarkan Kirey tertidur lelap setelah aktifitas pertunangan di antara kami.
“Kau pasti bahagia hari ini?” seperti
biasa Adriell masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu kemudian berakhir
mengagetkan atau membuat kata-kata melankolis…
“Bahagia apanya?” tanyaku.
“Tentang pertunanganmu, jujur saja kau
menyukai Kirey kan?”
“Sejak kemarin saya sudah bilang memang
iya, memang salah?” tanpa berbalik ke arahnya masih tetap bergulat depan layar
computer.
“Tidak ada yang salah, beritahu padaku
dimana alamat Nefrit?”
“Tapi, kau harus membantuku?” ujarku
menyerahkan beberapa lembaran kertas juga file ke tangan Adriell.
“Maksud kakak?”
“Lingkari data-data dengan sebuah
istilah microchip sekalian ambil dari
file-file ini!”
“Kakak,” suara gerah mulai menaik.
“Lakukan saja!” Dengan keterpaksaan
mulai melakukan segala perintahku, mencoba melingkari setiap data penjelasan
tentang penemuan terbaru dunia yaitu microchips.
Terlebih pemasangan chips pada tubuh dilandasi beberapa tujuan ataukah sekedar
penipuan belaka. Bagi dunia alat ini merupakan kemajuan teknologi paling
berperan dan diakui oleh internasional. Hanya saja, seakan terkesan aneh bagi
seseorang yang pekah terhadap penemuan tersebut. Sekian tahun saya bergelut di
dunia teknologi, dan berusaha mencari alat-alat penemuan terbaru baik hasil
karyaku sendiri maupun milik orang lain, suara hatiku berkata tentang hal
mengganjal pada chips tersebut yang baru saja dipromosikan oleh internasional.
“Apa yang kau dapat dari data-data ini?”
tanyaku.
“Beberapa negara telah memperkenalkan
pemasangan chips pada tubuh berfungsi sebagai alat kesehatan. Di lain hal,
misrosoft dan salah satu brand handphone terkenal telah bekerja sama dimana
akan dilakukan pemasangan chips pada bagian kelamin untuk mengetahui pasangan
berselingkuh.” Kata-kata Adriell menjelaskan.
“Wow…”teriakanku. Dengan alasan positif
hanya demi meraih perhatian lapisan masyarakat akan teknologi paling berkesan.
Sebuah perusahaan asing menyarankan seluruh karyawannya menanam sebuah
microchips pada tubuh untuk memudahkan transaksi atau apapun juga. Teknologi
dan penemuan terbaru memang pada dasarnya berkembang pesat juga akan terus
berjalan. Kemajuan kualitas otak seseorang makin meninggi oleh karena
perkembangan zaman.
“Apa yang salah dari penemuan ini,
kenapa kau seakan mempermasalahkan?”
“Adriell, percaya atau tidak percaya tapi ini kenyataan dan kisah nyata
yang akan terjadi pada perjalanan lapisan negara ke depan.” Jawabanku.
“Saya tidak mengerti, permasalahannya
adalah microchip seperti ini lebih memudahkan transaksi apapun dan tidak ada
yang salah dimataku,” Adriell.
“Penemuan ini terkesan untuk kebaikan
dan memiliki banyak fungsi bagi setiap negara terlebih dunia pemerintahan,
tetapi ada hal lain melalui penemuan tersebut akan menghancurkan setiap bangsa
manapun.” Ujarku.
“Kakak, jangan mencoba menakut-nakuti”
wajah Adriell terkesan khawatir…
“Jika setiap negara merespon bahkan
menyetujui penggunaan microchips terlebih membangun kantor-kantor besar di
belahan dunia, maka seluruh data tentang kepemimpinan ataupun system
pemerintahan dari sebuah negara tercatat jelas di suatu tempat. Sebuah kelompok
tertentu di suatu tempat akan memeriksa seluruh data politik, perekonomian,
saham, pendidikan, dan seluruh bidang kemudian memainkan secara halus menuju
pemerintahan dengan satu penguasa.” Menjelaskan kata demi kata, sekalipun
banyak orang di luar sana tidak akan mempercayai apapun ucapanku tetapi hal seperti
ini akan terjadi ke depan.
Sebuah pemerintahan dengan gaya
kepemimpinan paling terkejam jauh melebihi siapapun juga. Jika Hitler merupakan
manusia paling kejam, maka dia jauh ratusan kali lipat lebih mengerikan.
Beberapa waktu menjadi manusia berhati malaikat, tetapi suatu waktu akan
memperlihatkan karakter aslinya. Suatu hari nanti, dia menjadi penguasa dan
akan menghancurkan seluruh pemimpin dunia. Menganggap diri sebagai Tuhan yang
harus disembah dan diagungkan, menginjak-injak seluruh agama manapun jika
melawan. Pada dasarnya, seluruh data-data siapapun juga menjadi alat untuk
membuat sebuah system pada sebuah negara. Kelebihan dan kekurangan
masing-masing negara berada dalam genggaman tangannya oleh karena permainan
yang dibuat benar-benar halus.
“Berarti maksud kakak hanya terdapat
seorang pemimpin saja untuk memerintah seluruh negara? Menjadi pertanyaanku,
siapa penguasa yang ada dibalik semua ini?” Adriell.
“Tepat katamu, hanya ada satu pemimpin
untuk seluruh negara. Penguasa tersebut masih bersembunyi di suatu tempat, dan
akan memperlihatkan dirinya suatu hari kelak. Tanpa sadar, sebagian besar
orang-orang berpengaruh dari belahan dunia merupakan bagian yang berperan
penting alias tangan kanannya.” Inilah kenyataan, sekalipun semua orang akan menertawakan
apapun yang kujelaskan dan tidak mempercayai sama sekali ucapanku.
“Dari seluruh data, dikatakan suhu
paling tepat bagi penempatan sebuah chips pada tubuh adalah bagian tangan dan
dahi. Apakah terdapat efek samping ke depan?” Adriell.
“Pernyataan dunia medis berkata, apapun
benda asing yang masuk dalam tubuh butuh waktu beradaptasi dan dapat
memperlihatkan efek jika tidak ada kecocokan. Entah bersifat jangka pendek atau
panjang jika ternyata ada penolakan.” Ujarku.
“Maksud kakak?”
“Microchip memiliki kandungan zat kimia
tertentu, dan pasti akan berefek suatu hari kelak. Untuk sekarang memang tidak
memperlihatkan gejala, tetapi seiring waktu berjalan akan muncul penyakit kulit
yang belum pernah ada di dunia. Kenapa? Karena kandungan zat kimia berbahaya
dalam microchips tersebut dapat merusak bagian organ tubuh setahap demi setahap
tanpa disadari.” Ini kenyataan, sekalipun ada begitu banyak fakta medis
menyatakan bahwa tidak akan pernah ada efek bagi pengguna chips pada tubuh.
Sebuah negara akan berhadapan beberapa hal jika merespon teknologi tersebut,
diantaranya data-data pemerintahan hingga sedetail mungkin berada di tangan
si’penguasa, jebakan demi jebakan akan dimainkan, permasalahan penyakit kulit
paling menjijikkan pun akan bermunculan kelak.
Sekalipun semua orang dapat tertawa
tentang pernyataanku, namun hal tersebut akan nyata suatu hari kelak. Kembali
pada masing-masing negara merespon teknologi tersebut atau mempercayai
ucapanku. Pemerintahan terhebat sedang dirancang dalam kekuasaannya jauh
melebihi kekuasaan Hitler. Seluruh pemimpin dunia akan terjebak bahkan bertekuk
lutut perlahan demi perlahan tetapi pasti. Mengumpulkan, mempelajari, menyimak
setiap alat terbaru dari zaman ke zaman, namun penemuan terbaru seperti pemasangan
chips pada tubuh benar-benar lebih membahayakan dibandingkan sebuah ledakan
nuklir antar negara. Percaya atau tidaknya, suatu hari kelak jika terjadi
perang dunia tiga itu karena skenario yang tersusun rapi olehnya. Jadi, tiap
pemimpin harus bijak menanggapi setiap penemuan ataupun teknologi oleh sebuah
perusahaan maupun keadaan-keadaan market terlihat ganjal seakan terdapat
keanehan.
“Dia tertidur pulas,” gerutuku sendiri
mendengar suara dengkuran Adriell. Memperbaiki selimut Adriell, sambil melihat
arah jarum jam sekarang sedang menunjuk…
“Kejarlah bagian terbaik dari dirimu,
jangan berpikir permasalahan hutang budi dan lain sebagainya hingga menyakiti
hidupmu sendiri.” Berkata-kata terhadap Adriell dalam tidur pulasnya, sekalipun
hanya hembusan angin yang mendengar. Permasalahan teknologi terbaru cukup
membuatku sedikit pusing untuk beberapa belakangan, tetapi tak akan menyerah
menjelaskan pada dunia dampak yang akan terjadi ke depan oleh karena pemasangan
Chips pada tubuh, walau semua orang akan menertawakan diriku.
Beberapa hari setelah pertunangan,
sepulang mengantar Kirey dari terapi pada salah satu rumah sakit terbesar, tiba-tiba
saja mataku melihat Adriell mengendarai motornya menuju suatu tempat.
“Habislah saya, kalau sampai Kirey
menyadari kehadiran Adriell” berucap dalam hati, berusaha mengalihkan perhatian
Kirey dan memutar mobil ke arah lain. Membuat banyak alasan, agar Kirey
sedikitpun tak mencurigai mengapa kami berbalik arah. Hampir saja, keberadaan
Adriell disadari oleh Kirey. Semua mempunyai waktu untuk bercerita tentang
banyak hal ataupun sebuah rahasia tersembunyi, entah bersifat umum terlebih
pribadi. Merenung sendiri di tengah keramaian, setelah Kirey berada di
rumahnya. Membayangkan keadaan Kirey, Adriell, mama, dan diriku sendiri untuk
suatu sudut persimpangan jalan. Jauh lebih baik menceritakan kejadian
sebenarnya terhadap Nefrit, dibanding terus berdiam diri sama seperti Adriell.
Mencoba untuk mengajak mama agar
setidaknya berkomunikasi jujur di hadapan Nefrit, agar permasalahan tersebut
tidak berlarut-larut. Pada akhirnya, mama menyetujui hingga kami berjalan
mencari alamat tempat tinggal Nefrit. Mengetuk pintu rumah terbilang sederhana
jauh dari kata kemewahan seperti milik papa. 5 Menit kemudian, seorang wanita
sederhana tetapi seakan memiliki hal menarik ketika memandang wajahnya dan
sulit dilukiskan melalui goresan kata-kata membuka pintu tersebut.
“Boleh kami masuk,” ucap mama sangat
lembut. Dia terperanjat ketika menatap kehadiranku dan mama. Perkiraanku benar,
jika dia menganggap Adriell sedang berdiri di hadapannya. Masih terdiam kaku,
seakan ingin menolak keinginan mama…
“Tolonglah, sekali saja” ucap mama
memohon…
“Nef, ada hal yang perlu kau ketahui,
biarkan kami masuk!” ujarku.
“Masuklah!” mempersilahkan kami memasuki
ruang kecil dari bagian rumahnya. Menyeduhkan kami segelas kopi panas, selama
beberapa saat semua terdiam tanpa berkata-kata. Mama berusaha mengatur nafas
panjang sebelum berkata-kata tentang kehidupan Aldrich, Adriell, juga hidupku
sendiri.
“Kau pasti menyangka, seorang yang
sedang berdiri di hadapanmu sekarang adalah Adriell Fidelis” ujarku memulai
pembicaraan sehingga menimbulkan pertanyaan besar bagi Nefrit. Seharusnya, jauh
sejak Aldrich masih hidup, dia harus menyadari tentang beberapa deretan
peristiwa.
“Saya hanya kakak kembar Adriell, jadi
jangan berjuang untuk mengusirku keluar atau merasa tidak nyaman denganku”
ucapku kembali makin membuatnya semakin bingung.
“Entah dari mana harus memulai
pembicaraan,” ujar mama, sementara mulut Nefrit tetap diam membisu sekalipun
pandangan matanya bercerita tentang rasa bingung dan terkejut…
“Benar ucapan Adriell dan Aldrich
tentang dirimu, akan tetap diam bahkan berusaha menahan untuk tidak berbicara,
namun saat tertentu dapat saja bereaksi melalui beberapa hal” kalimatku lagi,
hingga dia semakin tidak mengerti arah pembicaraan kami.
“Kenapa Aldrich bisa mengenalku,
bukankah dia sudah meninggal? Kenapa Adriell tak pernah bercerita kalau dia
mempunyai saudara kembar?” pertanyaan Nefrit tiba-tiba…
“Dari mana kau tahu tentang meninggalnya
Aldrich?” mama bertanya. Nefrit menjelaskan, jika tanpa sengaja bertemu dengan
Adriell saat berziarah ke kubur orang tuanya. Adriell hanya bercerita tentang
nama kakaknya, dimana hingga detik sekarang bertetanggaan dengan makam kedua orang
tuanya. Nefrit tidak menyadari jika Aldrich merupakan salah satu bagian
terpenting dari hidupnya sekaligus saudara kembar Adriell.
“Nefrit, sebenarnya seseorang yang telah
menyatakan perasaannya terhadapmu sewaktu sekolah kemarin bukan Adriell melainkan
saudara kembarnya bernama Aldrich” Kalimat mama mulai bercerita. Nefrit baru
menyadari jika Adriell mempunyai dua saudara kembar tanpa seorangpun menyadari.
Menjelaskan jika ternyata mama meminta Adriell meninggalkan negara ini, dan
membiarkan Aldrich menyamar sebagai dirinya. Mencoba menjabarkan mulai dari
awal cerita hingga berujung pada kejadian seperti sekarang…
“Aldrich sakit dan tak pernah mengenal
dunia luar. Hingga suatu ketika Aldrich menyamar sebagai adiknya dan bertemu
denganmu di sekolah. Pertama bagi hidup Aldrich ingin mengerti tentang semangat
hidup karena selembar kertas darimu. Seorang ibu ingin menangis melihat anaknya
mengejar setitik sinar sekalipun dalam kondisi tubuh tidak seperti orang lain.”
Air mata mama mulai terlihat pada pelupuk matanya ketika bercerita…
“Adriell merelakan gadis impiannya untuk
melihat kekuatan ataupun senyum kakaknya. Kau tidak pernah tahu bagaimana
Aldrich bergumul bahkan berjuang melawan maut hanya demi mewujudkan mimpinya.”
Kembali mama berderai air mata mengenang memori beberapa waktu lalu. Aldrich
sengaja meminta agar dikubur bersebelahan tempat makam kedua orang tua Nefrit.
“Yang selalu tertawa keras, tersenyum
tanpa paksaan, membuat suasana ceria, menyatakan perasaannya tiba-tiba,
memegang kuat tanganku setiap berjalan, berjuang melindungi tubuhku dari
derasnya hujan memakai apapun ditangannya bukan Adriell” Nefrit hampir tak
mempercayai setiap ucapan mama, tidak tahu harus berkata-kata.
“Aldrich mulai hadir dalam hidupmu
setelah liburan kenaikan kelas akhir setelah berjuang melawan maut. Dia juga
membayar seluruh biaya kuliahmu sejak pendaftaran hingga akhir memakai
tabungannya. Karena dia tahu waktu kematiannya makin dekat, hingga memutuskan
hubungan sepihak denganmu setelah pengumuman kelulusan.” Ungkap mama.
“Adriell dan Aldrich tidak pernah ingin
mempermainkan perasaanmu. Mereka berdua menyukai apapun dalam hidupmu terlebih
Adriell sampai kapanpun tetap menganggapmu sebagai pondasi terhebat bagi
hidupnya.” Kata-kataku terhadapnya…
Bagian
16…
Nefritzal…
Seperti sebuah mimpi bertemu orang
tuanya, bahkan mendengar kisah tersembunyi tentang sebuah rahasia
bertahun-tahun tersembunyi hingga tiba-tiba saja berjalan ke permukaan. Kenapa
saya tidak pernah menyadari sedikitpun akan perbedaan dua karakter di hadapanku
kemarin? Dia menghilang dari hadapanku, tiba-tiba kembali hadir hingga
menyatakan perasaannya membuat kejutan bagi siapapun. Selalu diam membisu tanpa
ucapan sepatah katapun tentang sebuah rahasia.
“Dia mempunyai saudara kembar…” lebih
mengejutkan, salah satu kembarannya menyamar sebagai dirinya dan menjadi bagian
terpenting bagi hidupku tanpa pernah kusadari sedikitpun.
“Tetaplah
menggenggam tanganku, tidak boleh lepas sekalipun apa yang diingini hatimu
mempunyai cerita lain jauh dari jalur pemikiran, bahkan terlalu mengecewakan.”
Ucapan Adriel setiap saat terngiang memenuhi beranda pendengaranku. Sebuah
amplop berisi selembar surat pemberian Adriell bukan tetapi lebih tepatnya Aldrich
diberikan buatku.
“Aldrich menitipkan surat buatmu, kelak
jika kau menyadari siapa dirinya” ucapan seorang ibu untuk memperlihatkan
rahasia terpendam.
“Pasti sulit bagimu menerima kenyataan
tentang rahasia 3 anak kembar, terlebih 2 diantara mereka mempermainkan langkah
hidupmu hingga detik sekarang. Entah dalam keadaan sadar ataupun tidak sama
sekali…” kembali sang ibu berucap…
“Hingga detik sekarang Adriell tetap
ingin menjadi bagian terbaik dari gadis pilihannya yang membuat perubahan besar
beberapa tahun lalu,” salah satu kembaran Adriell bercerita di hadapanku
sekarang. Pertama kali melihat wajahnya, mataku benar-benar tertipu oleh
kemiripan wajah tanpa ada perbedaan sedikitpun.
“Bagaimana dengan Kirey? Dia lebih
membutuhkan Adriell dibanding hidupku sendiri sampai kapanpun juga.” Kalimatku
membayangkan Kirey masih terbelunggu dalam kelumpuhan fisik secara total.
“Kirey dan Adriell tidak pernah
bertunangan,” ujar sang ibu…
“Maksud anda?” tanyaku. Adrin bercerita
panjang bagaimana kembali terjadi penyamaran hanya demi mengelabui hati seorang
gadis lumpuh. Kirey pun tidak pernah tahu tentang rahasia anak kembar 3 dari
keluarga Fidelis yang sedang mempermainkan perasaannya sama seperti hidupku.
Masih menganggap jika Adriell benar-benar bertunangan dengannya, dan ternyata
adalah orang lain. Meminta waktu untuk berpikir, hingga akhirnya membiarkanku
seorang diri kembali dalam rumahku. Menatap sudut kamar persegi, kemudian
tanganku bergerak membuka dan membaca selembar kertas dalam kesunyian malam.
Dear,
Cewek terbaik buatku
Setelah menyadari identitasku, dan
bagaimana tentang kisah saudara kembar bertukar peran hanya demi menjadi bagian
terpenting dalam hidupmu, berarti tubuhku sudah berada di suatu tempat. Dapat
dikatakan, saya manusia paling jahat mengambil cinta pertama bahkan bagian
terpenting dari kehidupan saudara kembarku. Di akhir cerita, tanganku berjuang
untuk lepas dari hidupmu tanpa pernah memberi tahukan tentang sebuah rahasia.
“Kau mempunyai harga dan kualitas nilai, disaat kakimu belajar mengejar apa
yang hidupmu katakan tidak mempunyai kehidupan, tetapi Tuhan berkata bahwa
objek tersebut adalah bola emas yang harus digenggam oleh tanganmu.” Bagi
hidupku sendiri tidak ada hal menyenangkan, namun selembar kertasmu mengajar
tentang sebuah petualangan terbaru bagi si’penderita kanker sepertiku. Seharusnya,
lipatan kertas tersebut ditujukan bagi Adriell, tetapi jatuh ke tanganku.
Apa sih yang menarik dari hidupmu?
Pertanyaan tersebut selalu terbentang membungkus pemikiranku sendiri. Gadis
sederhana, kecantikan berada di bawah rata-rata, penampilan jauh dari kata
modern, tidak sekaya anak teman-teman papa, tingkat kecerdasan pun jauh dari
kata jenius…Jujur, hatiku selalu ingin menghabiskan banyak hal bersama
denganmu, sekalipun saya harus menjadi kakak terkejam bagi Adriell. Bercerita
pada mama, biar Adriell bersedia meninggalkan sekolahnya, dan pada akhir cerita
saya dapat berganti peran sebagai dirinya.
“Maaf, membuatmu terpisah darinya hanya
demi keegoisanku semata.” Seorang Aldrich hanya ingin merasakan bagaimana kau
bercerita banyak hal. Ketika berada dalam ruang ICU, tanpa dapat membuka mata
sama sekali, suara hatiku terus berdoa kepada Tuhan. Berikan saya sekali saja
kesempatan dapat menjadi bagian terpenting bagi hidupnya, Tuhan! Teriakanku
jauh dari alam kesadaran. Ketika terbangun dari tidur, semua orang menjatuhkan
air matanya hanya buatku termasuk Adriell. Hal lebih mengejutkan, dia bersedia
meninggalkan negara ini dan membuatku
dapat berada di hadapanmu. Tersenyum, tertawa, melakukan banyak hal
menyenangkan bersamamu juga teman-teman lain membuatku lupa tentang pergumulan
penyakit dalam nafasku. Terimah kasih, karena telah mengajarkan tentang
petualangan bagi hidupku. Maaf, memutuskan hubungan secara tiba-tiba tanpa
sebab…
Jangan pernah membenci hidupku,
sekalipun kau merasa tertipu pada permainan anak kembar dalam langkahmu. Saya hanya
ingin mempunyai memorimo jauh melebihi Adriell menjadi bagian terpenting bagi
hidupmu. Semua orang dapat berkata, saya manusia paling jahat, tetapi suara
hatiku selalu berkata langkahku ingin memainkan irama bersama denganmu walau
hanya dalam waktu singkat. Maaf, membuatmu terluka bahkan selalu menjadi
Adriell hingga saya sadar waktu kepergianku semakin dekat dan memutuskan
hubungan sepihak.
Satu hal, tetaplah menjadi bagian
kehidupan di antara kami. Nama siapapun tersimpan kuat jauh di dasar hatimu
diantara kami, biarkan saya tetap menjadi memori terbaik dalam nafas hidupmu.
By,
Aldrich Fidelis…
“Tuhan, haruskah saya menangis?” seakan
berkeluh kesah hanya karena selembar kertas putih berisi curahan hati bagian dari
kisah hidupku. Rahasia tersembunyi oleh saudara kembar terbungkus kisah
misterius tentang memori beberapa tahun silam. Pada akhirnya air mataku jauh
lebih kuat mengalir, dibanding saya berjuang untuk menahan sehingga tidak akan
pernah terjatuh sekalipun dalam ruangan tersunyi tanpa seorangpun. Absen dari
proses pelatihan, dan memutuskan berjalan menuju suatu tempat keesokan harinya.
Memandang batu nisan di hadapanku
sekarang tanpa mengedipkan mata sedikitpun. Saya tidak pernah menyangka tentang
bagian-bagian seperti ini akan terjadi dalam hidupku. “Lebih tepatnya, kau
sengaja tinggal bersebelahan dengan orang tuaku” berkata-kata seorang diri di
hadapan makam Aldrich. Menuntut Adriell berkata jujur, mengapa memutuskan hubungan
sepihak tanpa pernah tahu salahku berada di bagian mana? Hingga detik
sekaranpun, Adriell tetap diam membisu…
Seseorang menyatakan perasaannya
untukku, ternyata bukanlah Adriell melainkan saudara kembarnya. Mungkin saya
terlalu bodoh bahkan tak mengerti apapun akan dua pribadi terpenting sampai
kapanpun menjadi bagian hidupku. Tiba-tiba saja suara langkah hentakan kaki
seseorang terdengar kuat memenuhi gendang pendengaranku. Berbalik arah mencari
tahu arah suara hentakan tersebut. Berlari dan berusaha bersembunyi di balik
pohon tidak jauh dari sekitar area pemakaman, setelah menyadari pemilik
hentakan kaki…
“Andai kata, dia menyadari tentang
sebuah rahasia” ucapan Adriell depan makam Aldrich, sementara tubuhku tetap
bersembunyi darinya.
“Saya manusia paling pengecut, tak
pernah bisa menjawab satu pertanyaan dia mengapa memutuskan hubungan sepihak
tanpa pernah tahu apa kesalahan yang diperbuatnya.” Ungkapan perasaan Adriell
memandang batu nisan Aldrich.
“Rahasia tentang apa?” pertanyaanku
tiba-tiba membuat dia berbalik arah dan terkejut seketika. Seakan mencurigai
sesuatu hal, namun tetap diam membisu tanpa bercerita tentang kehidupan
Aldrich.
“Kenapa selalu diam?” selalu saja
seperti ini, tangisku pecah ketika dia hadir…
“Salahku apa? Sampai kalian berdua
mempermainkan kehidupanku” tangisku makin berkumandang memecah keheningan…
“Kau tahu sesuatu?” dia balik bertanya
terhadapku.
“Kenapa kau tidak pernah berkata jujur
kalau dia saudara kembarmu? Pertanyaanku.
“Bagaimana kau menyadari tentang…?”
tiba-tiba berhenti berucap…
“Adrin, Aldrich, Adriell dari keluarga
Fidelis tanpa pernah ada yang tahu jika kalian ternyata kembar tiga. Adrin
terus mengejar mimpinya di negara orang, Aldrich bergumul hebat tentang penyakitnya
selama bertahun-tahun hingga menyembunyikan diri dari kehidupan luar, sedangkan
Aldriell mengenal dunia luar dan berada dalam lingkungan sekolah sama seperti
diriku.” Berucap dengan tangan menunjukkan selembar foto mereka bertiga
pemberian Adrin.
“Apa ka’Adrin bertemu denganmu?”
Adriell…
“Kau berbohong liburan ke luar negeri,
tetapi sedang bergumul tentang penyakit kakakmu hingga mengambil keputusan
meninggalkan negara ini.” Menangis tersungkur depan batu nisan Aldrich. Menyadari
akan sebuah rahasia, dan pada kenyataannya diriku menjadi bagian bagi hidup
mereka. Saat tertentu hati ingin mempersalahakan dirinya, namun dilain hal
keadaan membuatnya menjadi seperti sekarang. Permainan saudara kembar membuat
luka tidak hanya terhadap hidupku melainkan juga terarah pada dunia Kirey.
“Kenapa kau harus menutupi semua hal?
Apa salahku?” isak tangisku masih jauh lebih bermain memegang batu nisan
Aldrich.
“Maaf, setiap detik selalu melukai
perasaanmu” Adriell berusaha membawaku masuk dalam dekapannya. Mereka berdua
menempatkan hidupku pada situasi yang tak pernah kumengerti, pada ujung cerita
menjelaskan variasi keadaan terkacau buatku.
“Tetaplah bersamaku, sekalipun hidupku
terus saja mengecewakan” pernyataan memohon seorang Adriell untukku di depan batu
nisan Aldrich.
“Bagaimana dengan Kirey?” segera
menghapus tangisku…
“Kirey dan saya tidak pernah
bertunangan” Adriell.
“Kirey tetap menganggap Adrin adalah
Adriell bukan orang lain. Dia bukan mainan terlebih terapi kakinya masih belum
menampakkan hasil” suaraku meninggi…
“Biarkan Kirey menjadi bagian hidupku,”
sosok Adrin tiba-tiba hadir di tengah kami.
“Ka’Adrin!” Adriell.
“Kau harusnya berterimah kasih terhadap
diriku, kenapa? Tanyakan pada dirimu!” senyum salah satu kembaran Adriell
berkata-kata terhadapnya.
“Sampai kapanpun juga hati Kirey hanya
tertuju pada satu nama dan itu bukan Adrin tetapi Adriell,” kalimatku
berkata-kata terhadap mereka.
“Andai kata kedua adikku dapat
mempertahankan dirimu, maka sayapun dapat mempertahankan gadis yang kusukai
apapun resikonya” Adrin berbeda dari dunia Adriell…
“Pertahankan gadis yang selama ini tak
dapat digantikan oleh siapapun di hatimu. Jangan pernah bertahan bersama
seseorang, hanya karena sebuah hutang budi!” kembali Adrin berucap terhadapnya.
“Apa maksud ucapanmu?” tatapanku penuh
Tanya…
“Adikku bertahan di samping Kirey hanya
demi dirimu, kenapa? Karena Kirey menyelamatkan dirimu dari kecelakaan kemarin
hingga berakhir cacat total” jawaban Adrin terhadapku. Hal yang sama kulakukan
adalah merelakan dirinya demi Kirey. Kupikir dia bertahan oleh permohonanku agar
dirinya tetap berada di samping Kirey, tetapi pada kenyataannya bercerita lain.
Duniaku baru menyadari perbedaan kepribadian antara Aldrich dan Adriell
sekalipun terlahir dengan kemiripan wajah
yang sama.
“Biarkan Aldrich tetap menjadi bagian
terpenting bagi hidupmu, tetapi biarkan pula Adiell tetap berjuang dan selalu
ada buatmu apapun keadaan di depan matamu sekarang” Adrin kembali membuat
susunan kalimat terhadapku, sambil mempersatukan antara tanganku dan tangan
Adriell. Tidak dapat berkata-kata itulah keadaanku sekarang, hanya terdiam…
Tuhan, setiap hal atau apapun perjalanan
hidupku sekarang semuanya berada dalam genggaman tanganMU. Kalau saya ingin
berkata jujur, langkahku dapat memahami tentang variasi irama ketika mengenal
dunia mereka berdua terlebih Adriell. Mungkin saya manusia bodoh, tidak dapat
membedakan dua pribadi ketika berada di hadapanku kemarin.
“Terimah kasih, karena kau hadir dalam
hidupku tanpa pernah kumengerti ataupun tersadar” suara hatiku berbisik
memandang batu nisan Aldrich. Memori saat bersama Aldrich terekam kuat dalam
ingatanku. Tertawa, bercerita banyak, penuh keceriaan, selalu membuat kejutan
bagiku dan banyak teman-temanku di kelas memiliki kisah tersendiri. Semua orang
terkejut menyaksikan perubahan drastis Adriell, tetapi seseorang bersembunyi
dibalik nama tersebut. Kepribadian introvert Adriell masih jauh lebih bermain
walau dengan kehidupan terkacau jauh sebelum memperlihatkan perubahan. Setelah liburan
saat itu, Aldrich merubahnya menjadi suatu pribadi bahkan lebih dikenal sebagai
dunia ekstrovert.
Kireynzie…
Terkadang saya merasa ada yang salah
akan kepribadian Adriell, ataukah semua itu hanya pemikiranku semata. Dia
tampak berbeda, seakan terdapat dua kepribadian dalam dirinya saat bersamaku.
Ada saat dirinya selalu membuatku ingin terus tertawa, mengajarkan banyak hal,
melakukan tingkah konyol pada akhir cerita saya melupakan setiap masalahku.
“Kau harus terlihat lucu depan kamera,”
kalimat Adriell menghidupkan kamera ponselnya. Hal terkacau setiap bersamaku
adalah berpose dengan gaya selfie ala-ala drama Korea. Adriell yang kukenal
dulu tak pernah menyukai kegiatan selfie ataupun tersenyum setiap saat hanya
buatku. Dia berubah seakan terdapat kepribadian lain dalam dirinya secara
tiba-tiba.
“Kirey harus semangat menghadapi ujian
skripsi hari ini!” tersenyum sambil berusaha memperbaiki anak rambut sekitar
wajahku. Dia memberiku semangat, selalu ada mendekap langkah perjalanan hidupku
dan membuat warna-warna tersendiri di dalamnya.
“Saya akan tetap menunggumu hingga
ujianmu selesai, Ki’ pasti bisa” sekali lagi memberiku semangat sebelum
berjalan masuk ke sebuah ruangan memakai kursi roda. Mempresentasikan hasil
data dan beberapa bagian isi pembahasan susunan skripsiku tentang psikologi
permasalahan seksual terhadap kelompok tertentu, baik dalam generasi muda,
dunia anak, maupun area lain dari kehidupan di sekitarnya.
“Dari susunan datamu menjelaskan tentang
tingkat permasalahan generasi muda berada diambang kehancuran dikarenakan beberapa
keadaan. Salah satu diantaranya kurangnya dekapan atau perhatian, baik dari
segi kasih sayang, pendidikan, program sekolah ataupun pemerintah tidak
memperlihatkan hasil sehingga dunia mereka berada dalam permasalahan kelainan
seksualitas ataupun pergaulan bebas lainnya.” Kata-kata pak Diba mencoba
kembali menjabarkan salah satu isi bagian dari susunan skripsi milikku.
“Menjadi pertanyaanku, mengapa kau
berani menyatakan program sekolah ataupun pemerintah tidak memperlihatkan hasil
bagi kehidupan generasi muda?” Pernyataan yang telah kubuat harus ada
keberanian mempertanggung jawabkan di hadapan mereka.
“Jelaskan tujuanmu mengambil sejumlah
data serta penyusunan tentang tingkat permasalahan psikologi kehidupan seksualitas
dari berbagai kalangan terlebih bibit-bibit generasi?” kembali melontarkan
pertanyaan terhadapku.
“Terdapat beberapa penyebab menurut
pemikiran saya sendiri, mengapa pernyataan tersebut menjadi pusat perhatian
bahkan pokok pembahasan susunan skripsi ini” berdiri di hadapan mereka, mencoba
berbicara memakai mimik ataupun intonasi nada kalimat tersendiri ketika mengungkapkan.
“Lanjutkan!” pak Diba menatap…
“Faktor kepribadian sang anak dalam
tingkatan kesulitan untuk membentuk pola pikirnya sekalipun terdapat beberapa
system yang telah dimainkan, perubahan drastis pergaulan disertai dunia etika generasi
kemarin dan sekarang berputar 360º C, belum menemukan program ataupun system
terbaik untuk beradaptasi ketika membentuk bibit-bibit generasi sehingga
menjadi akar belenggu permasalahan kemudian berdampak pada dunia psikologi
mereka.” mencoba menjelaskan maupun mempertanggung jawabkan pernyataanku sendiri.
“Tujuanmu sendiri?” pak Diba masih
memainkan pena di depannya…
“Setidaknya dunia luar baik dari pihak
orang tua, tenaga pendidik, pemerintah, dan area-area tertentu lebih memahami
tentang tingkat kesulitan kasus-kasus permasalahan psikologi seksualitas dalam
kehidupan generasi muda, kenapa? Karena generasi muda merupakan kaki dian
ataupun sebuah menara bagi suatu negara.” Berkata-kata kembali…
“Ucapanmu bercerita, lebih memahami
tentang tingkat kesulitan kasus-kasus, menjadi pertanyaanku apakah hidupmu
sendiri menguasai seluruh kesulitan sehingga terjadi pemasalahan seksualitas
dari bibit generasi jauh melebihi mereka yang berperan bahkan berpengalaman
sebagai pendidik juga orang tua di luar sana?” Ibu Jezilia yang juga berperan
menjadi salah satu penguji di hadapanku sekarang.
“Saya minta maaf sebelumnya, andai kata
beberapa nada pernyataan saya terkesan memperlihatkan kalimat keangkuhan dalam
berpikir baik keadaan sadar maupun tidak. Manusia tidak ada yang sempurna,
namun saya hanya ingin menjabarkan apa yang dibukakan oleh mataku tentang
permasalahan seperti ini.” Terkadang, hal tidak terpikirkan sama sekali bagi
tenaga pendidik maupun mereka yang berpengalaman terhadap kasus-kasus generasi
muda, tetapi terpikirkan ataupun dibukakan oleh seseorang/kelompok/kalangan
tertentu. Bukan berarti ada kata gagal ataupun tidak mempunyai kualitas menghadapi
maupun menyelesaikan permasalahan dalam dunia generasi muda untuk terbentuk
menjadi lebih baik.
“Seseorang dapat berlari membuat
perubahan, tetapi membuat banyak pertanyaan dan berbagai jenis tanda baca
terhadap area situasi-siatuasi tertentu ketika berada dalam sebuah objek.
Pemikiranku, kalimat yang kau gunakan terlalu kacau, bagi kaum awam berkata
berbelit-belit bahkan terlalu sulit untuk dimengerti, ini bukan dunia sastra
dan tidak semua orang memahami bahasa tersebut terlebih mereka yang tidak
mempunyai tingkat pendidikan tinggi…” Ibu Jezilia kembali berkata-kata…
“Mengapa kau masih ingin mempertahankan
kalimat-kalimat seperti ini berada dalam
bagian susunan skripsimu? Dimana letak hubungan antara pembahasan inti dan
kalimat ini?” ibu Jezilia seakan melingkari beberapa tulisan dari lembaran
kertas di hadapannya.
“Saya ingin menjadi berbeda dengan orang
lain ketika mengungkapkan tentang sebuah objek di sekelilingku, sekalipun mempunyai
tingkat kesulitan atau beberapa kalangan akan menghina/menganggap biasa setiap
kalimat-kalimat tersebut.” Jawabanku…
“Hanya itu saja?”
“Seiring perkembangan zaman, pola bahasa
seseorang terkadang memberi kesan menjebak atau penempatan dimana memenuhi
beranda tertentu dalam perjalanan area tertentu pula. Setidaknya, saya belajar
ataupun orang-orang di luar sana terlebih generasi muda untuk memahami kalimat
tidak biasa dengan gaya ataupun tatanan bahasa tertentu. Setidaknya ketika
bertemu situasi tertentu, berbagai tanda baca ataupun mimik seseorang dapat
dimengerti, entah bersifat pembentukan, pandangan negative mereka namun halus,
ataupun penjebakan/ kejahatan yang ingin dilakukan seseorang.” Penjelasanku. Pada
dasarnya, jauh lebih baik memakai tata bahasa yang muda dimengerti oleh orang
terlebih ketika berada dalam lingkungan awam. Namun, seiring perkembangan zaman
seseorang terlebih generasi muda harus belajar memahami tatanan dengan gaya
bahasa cukup sulit untuk dimengerti.
Ketika berhadapan dengan banyak orang,
memakai bahasa umum atau pasar dan mudah dimengerti memang lebih menyenangkan.
Tidak semua orang dapat menguasai tingkat kesulitan tata/ gaya bahasa bagi
banyak orang, apa lagi saat berdialog dengan
seseorang tanpa tingkat pendidikan tinggi. Perkembangan teknologi, pergaulan,
perubahan dunia luar mengharuskan seseorang belajar tingkat kesulitan untuk mempelajari
pola kata kalimat-kalimat tidak biasa. Terkadang, disaat tertentu seseorang
ataupun pihak luar sengaja membuat sebuah argument, terdengar menarik tetapi
terdapat jebakan-jebakan tanpa pernah seorangpun menyadari semua itu.
“Yang ingin saya pertanyakan, letak
hubungan antara permasalahan psikologi yang diangkat olehmu dan kalimat seperti
ini?” ibu Jezilia memasang wajah serius terhadapku...
“Hubungan antara kalimat ini dan permasalahan
inti, dimana ada begitu banyak generasi berpikir akan perubahan, tetapi tidak
menyadari langkah yang mereka ambil… sehingga akhir cerita menyatakan dampak
negative terhadap situasi psikologi mereka sendiri.” Pernyataan terurai keluar
oleh pemikiranku…
“Kirey, apakah kau paham maksud
pertanyaanku?” ibu Jezilia menatap…
“Kalimatmu terdengar berbelit-belit,”
Pak Madira mengangkat suara…
“Salah satu contoh, seseorang mempunyai
impian tinggi, seiring berjalannya waktu dia memasuki dunia dan lingkungan pergaulan
bersama teman-temannya. Permasalahannya adalah matanya melihat sebuah objek
tanpa melakukan analisa apa yang ada didepannya. Singkat cerita membuat
berbagai tanda baca entah bersifat tanda Tanya, koma, titik, sama dengan dan lain
sebagainya yang mengarah pada hal-hal negative. Permasalahan psikologinya pun
rusak total, oleh karena kebiasaan buruk ditawarkan secara halus tanpa sadar,
terlebih ikatan belenggu seks abnormal mengancam depan mata. Kenapa? Karena
sebuah jebakan yang dimulai sejak awal melalui hal-hal tidak wajar.” Uraian
terpanjang di hadapan mereka.
“Ucapanmu menyebutkan analisa, jelaskan
lebih detail tentang istilah tersebut?” Ibu Jezilia masih memainkan pulpennya
serta mencoret beberapa beberapa lembaran kertas…
“Satu lagi istilah dari perkataanmu
adalah objek, jabarkan antara analisa
dan objek?” Pak Madira kembali mengajukan pertanyaan…
“Objek disini dapat bercerita tentang
pergaulan, keputusan yang diambil, langkah kaki berjalan kemana, pernyataan
seseorang ataupun pengajaran dari luar tanpa analisa lebih dahulu. Segala
sesuatunya hanya bercerita jalan dan membuat perubahan tetapi tidak memahami
ataupun meneliti ketika berhadapan dengan objek tersebut, pada kenyataannya
kehidupannya hancur dengan perubahan negative dan hal-hal menjebak terlebih
permasalahan psikologi seksualnya menjadi kacau bahkan merusak hidup bahkan
apapun dalam jalannya.” Berusaha menceritakan apa yang ada dalam pemikiranku…
“Area situasi-situasi yang diperhadapkan
menjadikan hidupnya penuh tanda baca pada hal-hal negative dan bukan positif
terlebih pada jalur psikologinya sendiri.” Kembali berkata-kata tentang apa
yang kupikirkan.
“Kembali pada pembahasan inti mengenai
permasalahan psikologi seksualitas. Apakah kau bisa berjalan membuat sebuah
perubahan untuk dunia generasi muda agar mereka mengerti tentang permasalahan
seksualitas dikarenakan berbagai macam situasi dengan kondisi fisik tubuhmu
yang tidak memungkinkan dari dirimu?” pak Madira…
“Semua orang tahu, seorang Kireynzie
mengalami cacat total dan tak bisa berjalan…apa kau masih dapat berjuang
menjadi apa yang kau inginkan dalam sebuah terobosan perubahan?” pak Madira
menambahkan kalimatnya lagi.
“Cacat tidak berarti menghancurkan
segala hal dalam hidup. Selama ini saya belajar tentang dunia psikologi,
berarti andai kata diriku hanya melihat kelumpuhan sebagai objek terbesar maka
langkahku akan terus berada pada sebuah jurang. Berakibat kehancuran demi
kehancuran tidak hanya ditujukan terhadap kehidupanku tetapi banyak orang di
luar sana.” Jawabanku…
“Berarti?” pak Madira.
“Dalam kelumpuhan/ keterbatasan, saya
akan terus berjalan mengejar mimpi membuat perubahan bagi banyak orang terlebih
generasi muda sesuai skil area dari diriku yaitu dunia psikologi.” Kembali
menjabarkan jawaban akan pertanyaan mereka…
Ruang melingkar, beberapa dosen penguji,
pulpen, lembaran susunan skripsi milikku, dan beberapa pertanyaan menyatu
menyerang diriku sekarang. Dapat dikatakan ketengan demi ketegangan akan setiap
pernyataanku mulai bermain, serta menciptakan pertanyaan-pertanyaan baru yang
kemudian memainkan perannya. “Saya pasti bisa,” itulah bisikan hati, ketika
sebuah pertanyaan kembali dilemparkan buatku.
“Buat hidupmu menjadi inspirasi bagi
banyak orang, sekalipun kondisi cacat seakan menghancurkan banyak hal dalam
langkah seorang Kireynzie” kata-kata pak Madira buatku...
“Terkadang sesuatu yang pahit itu
membuat hidup terus saja menjatuhkan air mata, tetapi jauh dibalik semuanya
hanya ingin membentuk kehidupan seseorang. Jangan pernah kecewa apapun hal
terburuk terjadi dalam hidupmu, tetap berjalan sekalipun seluruh jalan tertutup
buatmu.” Tiba-tiba ibu Jezilia melontarkan pernyataan tersebut ke arahku yang
sedang memakai kursi roda.
“Kami rasa cukup bagi Kireynzie berada
di depan, silahkan keluar!” perintah pak Diba sambil tersenyum ke arahku.
“Terimah kasih,” ujarku menunduk terharu
mendengar mereka mengajarkan hidupku.
Masa kritis menghadapi ujian telah
berakhir. Memakai kursi roda untuk berlalu dari hadapan mereka dalam sebuah
ruang persegi. Dia tetap menunggu dengan setia sampai ujianku selesai. Andai
kata, hal terpahit adalah Adriell pergi menjauh selamanya dari hidupku, berarti
semua itu hanya bersifat pembentukan sesuai ucapan dosen-dosen penguji. Apakah
saya mampu menerima kenyataan tersebut, andai kata itu terjadi?
“Bagaimana ujianmu?” berlari kecil
menjemput diriku.
“Cukup menegangkan,” ujarku. Sama
seperti hubungan antara kau, aku, dan dia. Mungkin saya terlalu egois memaksakan
diri menjadi bagian terpenting bagi hidupmu.
“Apa kau bahagia menjadi tunanganku?”
melihat ke arahnya.
“Tentu saja” terlihat tanpa beban
menjawab, namun disaat tertentu seakan segala sesuatu diperbuatnya buatku
bersifat pemaksaan. Kenapa juga, saya harus mengingat hal-hal tidak jelas?
Bukankah dunia Kireynzie tidak bisa berjalan tanpa dirinya.
Bagian
17…
Adriell…
Ka’Adrin juga mama bertemu Nefrit tanpa
sepengetahuanku. Menceritakan semua rahasia terpendam selama ini, pada dasarnya
mereka hanya ingin membantu memperbaiki hubungan antara diriku dan Nefrit.
Perasaannya pasti terpukul mendengar bagaimana keadaan mempermainkan hidupnya. Mahluk
seperti perempuan, jalan keluar dari masalahnya pasti menangis sama seperti
dirinya sekarang. Bagaimanapun ka’Aldrich tetap menjadi memori terindah bahkan
terlalu berharga bagi hidupnya.
“Kakak sepertinya punya masalah? Tegurku
melihat ka’Adrin berjalan sedikit lemas setelah seharian menemani Kirey di
kampus.
“Tau ah…” bahasa cuek sambil menggaruk
kepalanya sendiri.
“Pasti terjadi sesuatu?”
“Sepertinya?” ka’Adrin masih menjawab
seakan malas berkata-kata.
“Pasti tentang Kirey?” ucapku memancing
ka’Adrin.
“Bagaimana kalau dia menjauh setelah
menyadari identitasku?” tiba-tiba saja ka’Adrin bertanya penuh ketakutan.
“Bukannya ka’Adrin sendiri ingin terus
mengejar, kenapa sekarang takut?”
“Bagaimana kalau dia tidak bisa
melupakanmu setitikpun, andai kata menyadari
semua tentang diriku?” ka’Adrin masih nampak lemas…
Beginilah hidup, perjalanan dramanya
lebih melankolis dibanding drama Korea. Kisah percintaan terbilang menyedihkan
bahkan terdapat permasalahan-permasalahan di setiap sudut persimpangan. Hidup
itu penuh misteri, tidak ada yang tahu
keadaan tentang hari ini, esok, dan akan datang. Keadaan dapat saja berputar,
kemarin Kirey menyimpan nama Adriell jauh di dasar hatinya, tetapi hari ini
atau esok tanpa sadar olehnya nama ka’Adrin tersimpan kuat.
“Permasalahan kita sama, saya diam
seribu bahasa karena takut Nefrit akan menolak dan terus membenciku, sekarang,
ka’Adrin mengalami ketakutan seperti saya, kenapa? Rasa takut Kirey kecewa dan
pergi menjauh.” Ujarku, seakan ingin tertawa membayangkan bagaimana kami
diperhadapkan masalah yang sama.
“Entahlah” menarik nafas dalam-dalam.
Pertama melihat wajah’nya memasang wajah penuh kekhawatiran hanya karena
seorang wanita. Selama ini, dia hanya bergumul tentang imaginasi tingginya
menjadi seorang penemu. Tiba-tiba seseorang seakan mengisi sesuatu dalam
dirinya hingga membuat dia sendiri mengalami ketakutan. Seiring perjalanan
waktu akibat permasalahan tersebut dia menjadi seseorang berbeda dari karakter
sebelumnya.
“Sepertinya bunyi HP kakak?” mendengar
suara telepon masuk tengah malam…
“Halo,” ka’Adrin segera mengangkat
telepon celulernya dan menjawab panggilan…
“Adriell, tolong saya” nada suara Kirey
terdengar jelas dari telepon…
“Kebakaran…” suara orang berteriak masih
terdengar dengan jelas.
“Kirey sekarang ada dimana? Jangan
panik!” ka’Adrin bergegas mencari kunci mobil.
Sekitar lingkungan rumah Isrel sekarang
sedang kebakaran dan Kirey terjebak di dalamnya. Menyarankan ka’Adrin
mengendarai motor saja biar lebih cepat sampai kesana. Menggunakan alat bantu
melalui aplikasi mencari potongan jalan terccepat untuk sampai tujuan. Jalanan
menuju rumah Isrel terlalu sempit, seakan semua masyarakat disana tidak pernah
memperdulikan pelebaran jalan dengan mengiklaskan tanah mereka per/meter dibuat
jalan.
“Tuhan, lindungi Kirey” kekhawatiran
ka’Adrin terlihat jelas.
“Adriell, percepat jalan motornya!”
teriak ka’Adrin lagi.akhirnya kami sampai dan segera masuk ke rumah Isrel untuk
mencari Kirey. Api menyebar sangat cepat di beberapa rumah, sebagian dari
bagian belakang rumah Isrelpun sudah dilahap oleh si’jago merah. Suara teriakan
Isrel berteriak meminta pertolongan sambil membantu sahabatnya berusaha keluar.
“Ki’, kau dimana?” ka’Adrin berteriak
keras.
“Adriell,” suara Kirey membalas ka’Adrin
yang disangkanya adalah diriku. Tanpa memperdulikan apapun kami berdua berusaha
menerobos api yang sudah mulai menjalar. Seakan terkejut melihat kami berdua
dengan wajah sama tanpa ada perbedaan,sedangkan Kirey sendiri tiba-tiba pingsan
seketika. Berjuang mengeluarkan Kirey dan Isrel dari rumah dengan menerobos beberapa tempat.
“Bersyukur Tuhan masih menolong kita,”
ujarku, setelah kami berhasil keluar dari rumah tersebut. Tinggal dan bermukim
di kota besar, tetapi terlihat kumuh juga kacau diakibatkan permasalahan tata
desain jalan sangat memprihatinkan. Akses jalan terlalu sempit, sehingga mobil
pemadam kebakaran tidak bisa segera bertindak secepatnya untuk melakukan
pertolongan. Beberapa rumah telah di lahap oleh api dengan sangat cepat, bukan
karena permasalahan pemadam kebakaran kurang cekatan, tetapi akses jalan
benar-benar memprihatinkan.
Seharusnya masyarakat mempunyai
kesadaran tentang pentingnya pelebaran jalan demi kepentingan bersama. Tanah
tidak akan dibawah mati ke liang kubur, setidaknya masing-masing dari mereka
merelakan tanahnya untuk akses jalan minimal 1 meter. Tidak ada yang menyadari
kejadian-kejadian esok hari, sama seperti keadaan sekarang tiba-tiba terjadi
musibah kebakaran dikarenakan arus tegangan listrik salah satu dari mereka
bermasalah. Rumah yang terlalu berdekatan tanpa jarak jalan terlihat kumuh dan
berantakan, terlebih kendaraan tidak bisa lalu lalang. Kembali pada kesadaran
masyarakat, jangan bertengkar hanya karena permasalahan tanah 1 cm, terlebih
untuk akses pembuatan jalan. Pemerintahpun seharusnya turun tangan untuk
hal-hal permasalahan semacam ini, untuk menghindari kejadian-kejadian yang
tidak diinginkan terjadi. Akhirnya api berhasil dipadamkan sekian waktu,
setelah pemadam kebakaran berjuang keras…
“Kenapa kalian ada 2?” Isrel
kebingungan, sedangkan Kirey masih belum sadar.
“Ki’ bangun” berusaha memberi minyak
nyong-nyong sekitar hidung Kirey. Tangan Kiery mulai bergerak pada akhirnya…
“Adriell,” ucapan Kirey masih lemas,
“Ki’, kau tidak kenapa-kenapa kan?”
Nefrit tiba-tiba saja hadir di tengah kami semua.
“Ka’Nef, ada disini mengkhawatirkan
diriku?” kalimat Kirey pelan. Seakan melupakan dan tak ingin bertanya,
perhatian Kirey hanya tertuju pada Nefrit semata. Membawa tinggal di rumah,
sementara mama sibuk mempersiapkan kamar untuk beristirahat. Setelah semua
berkumpul di ruang keluarga, tatapan mata Kirey seolah ingin meminta jawaban. Mengapa
Adriell ada dua? Itulah maksud tatapan seorang Kirey. Ingin marah bahkan
berteriak keras, tetapi seakan ada sesuatu hal menghalangi Kireynzie melakukan
hal tersebut. Bukan lagi bercerita peristiwa kebakaran, tetapi penjelasan lain…
“Mama mewakili mereka berdua meminta
maaf karena telah menipu hidupmu?” ucap mama memulai pembicaraan setelah hening
beberapa saat.
“Saya masih belum paham?” Kirey
memancing suasana. Saya berusaha mulai menjelaskan dari awal permasalahan
hingga bagaimana pertukaran peran antara kami. Bercerita tentang kisah
kehidupan ka’Aldrich yang masih belum diketahui olehnya. Terlalu sulit
menceritakan beberapa hal, namun ini adalah kenyataan.
Anak kembar tiga mempermainkan perasaan
mereka berdua. Tidak ada maksud menyakiti hati siapapun terlebih Kirey, namun
keadaan membuat semuanya berubah. Pertunangan seharusnya dilakukan olehku,
tetapi ka’Adrin berganti peran denganku. Berterus terang, bagaimana ka’Adrin
selalu ada buatnya sekalipun air matanya terjatuh setiap saat dan itu bukan
hidupku. Memberi pengharapan, kekuatan, semangat, keceriaan bagi dunia
Kireynzie, bukanlah diriku melainkan ka’Adrin. Melakukan banyak hal terbodoh
pertama kali seumur hidup hanya demi mengembalikan senyum seorang gadis lumpuh.
“Tinggalkan saya seorang diri!” perintah
Kirey seakan ingin menangis.
“Maaf membuat hatimu hancur” wajah
ka’Adrin terlihat tegang…
“Ki’ mungkin hatimu terluka, tapi kau
harus tahu kalau ada orang yang lebih mencintai dirimu dibanding kau menyukai
apapun dalam hidupku” ujarku kepadanya. Kirey membutuhkan waktu berpikir bahkan
menerima kenyataan terkacau bagi hidupnya.
Memberi kesempatan bagi Kirey untuk
berpikir seharian, sama seperti yang dilakukan oleh Nefrit. Sedikit mencari
celah sudut pintu kamar Kirey, apa yang sedang diperbuatnya sendiri dalam
kamar? Mendengar isak tangisnya membuatku tak dapat berpikir apapun, kecuali
hanya terdiam. Tidak jauh dari pintu kamar Kirey, ternyata Nefrit duduk
tersungkur sekitar dinding sudut ruang lain. Menarik nafas dalam-dalam,
terdiam, dan seperti biasa berusaha menahan air matanya, namun ketika berada di
hadapanku akan tertumpah begitu saja. Ka’Adrin sendiri duduk termenung memenuhi
halaman rumah, seakan mimik wajahnya menggambarkan, jika dirinya siap menerima
penolakan atau kemarahan Kirey keesokan harinya. Beberapa jam lalu kami
bergumul tentang masalah kebakaran, tetapi setelah itu semua terlupakan
terganti oleh permasalahan lain.
“Adriell, Adriell…” bisik seseorang di
telingaku. Ketika membuka mata, ternyata mama datang membawa segelas air putih
buatku. Ternyata tanpa sadar, saya ketiduran di atas sofa ruang keluarga. Sinar
matahari pagi sekarang sedang bermain di luar, bekerja seharian demi
menghilangkan kegelapan bagi siapapun dan bumi. Sambil meneguk segelas air
putih, Kirey berjalan ke arahku memakai kursi roda. Sementara mama membiarkan
kami berdua dalam ruangan tersebut. Mulutku tak dapat berbicara, hingga kami
terdiam sejenak…
“Salah dosen pengujiku berkata,
terkadang sesuatu yang pahit itu membuat hidup terus saja menjatuhkan air mata,
tetapi jauh dibalik semuanya hanya ingin membentuk kehidupan seseorang. Jangan
pernah kecewa apapun hal terburuk terjadi dalam hidupmu.” Kirey memulai
pembicaraan. Tidak pernah menyangka, dia dapat berkata-kata bijak…
“Di hatimu namaku tak akan pernah
tersimpan kuat sampai kapanpun, namun, ketika lukaku bermain seseorang menyimpan
namaku sangat kuat di hatinya tanpa kusadari.” Ujarnya lagi memandang ke
hadapanku.
“Kirey yang kukenal dan dilihat semua
orang, mempunyai tingkat keceriaan tinggi, cantik, ramah, langsing, sedikit
imut, punya hal menarik dalam dirinya.” Ungkapku…
“Kau tenang saja, saya tidak akan marah
akibat penipuan darimu. Saya hanya membutuhkan waktu untuk berpikir bijak dan
dewasa melihat hatimu hanya milik ka’Nef bukan diriku.”
“Ki’ sekarang benar-benar berubah,”
kata-kataku begitu saja…
“Pantas saja, saya selalu merasa ada dua
pribadi bermain dalam hidupku setiap saat” berusaha membuang rasa kecewa dari
hidupnya. Sulit bagiku mempercayai, Kirey dapat berkata-kata sebijak ini.
Ka’Adrin dan juga diriku siap menerima amarah, kegeraman, teriakan, hinaan
darinya, tetapi hal yang terjadi justru
bertolak belakang dari pemikiran kami. Hanya membutuhkan waktu baginya menerima
kenyataan di depan mata. Ka’Adrin terus berjuang untuk tetap berada di samping
dan menjadi bagian terpenting bagi hidupnya. Kirey sama sekali tak memutuskan
pertunangannya bersama ka’Adrin, bahkan wajahnya menampakkan kebahagiaan jauh
melebihi ketika berada di hadapanku. Tinggal diriku saja berjuang memperbaiki
diri di hadapan Nefrit.
Mempertahankan gadis yang kusukai sejak
dulu sampai kapanpun. Mencoba kembali memperbaiki hubungan kami seperti semula,
sekalipun ada begitu banyak goresan luka kuciptakan buatnya. “Nafasku tetap
menginginkan langkahmu menjadi sebuah Kristal mewarnai irama kehidupanku,”
memegang tangan Nefrit. Berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak pernah keluar
dari lingkaran kehidupanku setitikpun. Sejenak dia hanya terdiam seakan memberi
penolakan, namun tiba-tiba memberiku senyuman…
“Hal terbodoh bagi hidupku adalah tetap
menyukai dirimu,”ucapannya menggenggam erat kedua tanganku tanpa berusaha
melepasnya sedikitpun. Menikmati hidup bersama dirinya bukan karena dia gadis
tercantik, kenapa? Karena dia tidak masuk nominasi wanita cantik di negara ini,
tetapi hal yang membuat hidupku berbeda. Daun kering itu bernilai, membuat
hidupku mempunyai kualitas hidup ketika memainkan irama sebelum memasuki jurang
lebih dalam. Membawaku keluar dari jurang saat itu, dan membuatku duniaku dapat
terdesain unik jauh melebihi Kristal murni.
7 Bulan kemudian…
“Ka’Nef, bagaimana dengan vaksin
penjelasan kakak kemarin?” Kirey tiba-tiba muncul mencari informasi tentang
vaksin yang harus dilakukan sebelum melangsungkan pernikahan untuk menghindari
hal-hal yang tidak diinginkan. Hal membahagiakan adalah Kirey akhirnya dapat
berjalan kembali, proses terapinya membuahkan hasil. Kami berempat berjanji
akan melangsungkan pernikahan pada tanggal, waktu, dan tempat yang sama.
“Bukannya ini yang ketiga kalinya, kau
mendapat vaksin Ca serviks sebelum nikah?”
“Saya bukan orang medis, jadi mengikut
saja ucapan kakak tentang pentingnya vaksin ini sebelum nikah, tapi masih belum
mengerti kenapa diharuskan gitu?” Kirey.
“Vaksin Ca serviks untuk mencegah kanker
serviks, dengan syarat belum berhubungan sex, usia 10-55 tahun. Vaksin harus
dilakukan 3x yaitu bulan 0, 1, dan 6.” Penjelasan Nefrit kembali. Dunia wanita
begitu berharga, jauh lebih baik mencegah dibanding menyesal dikemudian hari.
Tidak berarti seseorang terlihat mencurigai pasangan sendiri, tetapi untuk
menghindarkan penyakit-penyakit seperti Ca Serviks. Bagi wanita setelah
menikah, namun belum pernah melakukan vaksin diharuskan rutin pap smear pada
pusat kesehatan terdekat. Sebagian besar perempuan, menganggap sepele tentang
pentingnya vaksin Ca serviks sebelum menikah, pada hal kegiatan seperti ini
terlalu penting untuk dilakukan.
“Bukankah sekarang jadwal ketiga?” Kirey
menarik tangan Nefrit dan berjalan menuju rumah sakit untuk mendapat vaksin
berikutnya. Kebahagiaan benar-benar sempurna saat mereka berdua kembali menjadi
sahabat.
Terkadang saya masih belum memahami
jalan pikiran kakakku sendiri, ketika semua orang sibuk mempersiapkan hari
pernikahannya, malah dia sibuk bergumul seperti biasa dalam sebuah ruangan. Setelah berhasil mengejar
Kirey, hal yang terjadi sekarang adalah dunia ka’Adrin kembali seperti semula...
“Ka’Adrin semua orang sibuk, bahkan
calon istrimu sendiri berusaha mempersiapkan hari pernikahan terbaik, kenyataan
depan mata malah…” sindirku menegur ka’Adrin.
“Kan, masih ada waktu bergumul tentang
imaginasi, ngerti?”masih sibuk mempelajari beberapa peralatan di hadapannya.
“Memang sekarang, apa lagi muncul di
otakmu?” tanyaku.
“Permasalahan listrik, saya lagi mencari
data-data berhubungan tentang itu semua.”
“Kakak, sedikit lagi hari paling
membahagiakan buatmu” tegurku.
“Adriell, ini juga hal membahagiakan
buatku, ngerti!”
“Tunggu, tadi berkata listrik, memang
ada apa?” tanyaku kembali.
“Sambungan listrik ke segala arah tanpa
memakai kabel lagi” jawabnya.
“Bagaimana cerita, sementara ini semua
tidak bisa dilakukan tanpa sambungan listrik ke segala arah,” cetusku...
“Justru karena itu, otakku lagi bekerja
berpikir sekarang” ujarnya. Dia hanya mencoba mencari sebuah alat sambungan
listrik terbaru. Sama seperti system Bluetooth ataupun shareit dalam pemakaian
ponsel celuler lebih tepatnya untuk mengalirkan aliran listrik ke rumah-rumah. Hanya
dengan memakai kata sandi atau kode pada tiap pengguna, maka akan terjadi
sambungan aliran listrik. Pemasangan sebuah tiang sebagai alat pemancar sebagai
pengganti kabel akan berdiri di tengah-tengah jalan dan berperan sebagai system
Bluetooth atau Shareit.
Alat ini benar-benar dapat berperan
penting bagi kehidupan masyarakat dengan beberapa keuntungan dan lebih
sistematis. “Adriell, setidaknya kau mengerti tentang desain arsitek,” ucapnya
masih memeriksa beberapa data…
“Memang hubungannya dimana coba?”
tanyaku menggeleng-gelengkan kepala.
“Adriell, apa kau tidak merasa risih
melihat tiang dan kabel listrik sepanjang jalan? Belum lagi jika rusak atau
cara pemasangan kabel kacau seolah menyentuh tanah terlalu dekat. Sementara
jalan dan kota terlihat menyenangkan dengan konsep desain unik juga tanpa
sambungan kabel kiri/kanan bahkan merusak pemandangan.” Ka’Adrin seperti biasa
mencoba menguraikan apa yang ada dalam benaknya.
“Hal lebih mengerikan lagi, jika si’jago
merah mengamuk pada salah satu rumah atau area tertentu maka dengan cepat
menjalar ke segala arah di sekitarnya melalui sambungan kabel listrik. Tetapi,
jika memakai alat seperti pemancar dengan system Bluetooth atau shareit sebagai
sarana transfer aliran listrik, pasti mengurangi resiko-resiko seperti ini dan
lebih praktis.” Kembali ka’Adrin menjelaskan.
“Semua butuh proses mencari alat-alat
seperti ini, terlihat dari wajahmu,” ujarku.
“Tidak ada kata mustahil bagi Tuhan, apa
sih yang tidak bisa diperbuat olehNYA.” Ka’Adrin mengucapkan sebuah kalimat…
“Kau masih mempercayai Tuhan, kupikir
hidupmu hanya bercerita tentang hal aneh”
“Adriell, jangan meremehkan hidupku!
Sejenius apapun hidupmu, tanpa campur tangan Tuhan maka apa sih yang dapat diperbuat
olehmu bahkan hidup akan selalu bercerita kehancuran setiap melangkah sekalipun
pandangan semua orang melihat keberhasilan dalam jalanmu.” Seakan ka’Adrin lagi
berceramah sama seperti seorang pendeta, biksu, atau ustads mungkin lebih
tepatnya. Namun, pada kenyataannya pernyataan tersebut benar adanya, seseorang
tak dapat menyombongkan setiap kepandaian/kejeniusan dalam hidup, kenapa?
Karena semua itu berasal dari Tuhan, tidak bercerita tentang kekuatan sendiri.
Hidup itu penuh misteri ketika menjalani
terlebih membuat sebuah petualangan. Sama seperti kisah hidup antara Kirey,
Nefrit, ka’Adrin, mama, papa, dan juga diriku mempunyai misteri tertentu di
setiap langkah. Menjalani kehidupan bahkan melewati kisah-kisah tentang
pergumulan, kekuatan, rahasia tersembunyi, petualangan, dan banyak lagi itulah
kehidupan kami.
“Selamat yah, atas pernikahan kalian”
semua orang memberi ucapan bahagia di hari pernikahan kami. Mama juga papa
tersenyum menyaksikan pernikahan kedua anaknya. Dua anak kembar melakukan pernikahan
bersamaan dengan masing-masing pasangannya pada tanggal, waktu, dan tempat yang
sama.
“Terimah kasih, masih tetap menjadi
bagian terpenting bagi hidupku,” mendekap hangat Nefrit di hadapanku masih
berada di tengah-tengah undangan. Dia hanya tersenyum mendengar setiap
pernyataanku. Kami tetap bergelut di dunia masing-masing, tanpa harus menuntut
satu sama lain. Nefrit akhirnya pindah tugas ke ibu kota, tetap menjadi apa
yang diingin hatinya. Kirey bergelut dalam dunia psikolog, sedangkan suaminya
ka’Adrin tetap menyukai dunia teknologi dan mencari berbagai hal baru. Saya
sendiri menyukai desain arsitek, mencoba menemukan konsep-konsep unik sesuai
kemampuan dalam diriku.
“Saya ingin mencoba konsep desain sebuah
tempat parawisata seakan memberi petualangan tersendiri bagi banyak orang,” ujarku
depan banyak ceo-ceo ternama…
“Tentang?” salah seorang dari mereka
bertanya.
“Memakai sampah sebagai bahan desain di
beberapa area” jawabku.
“Seperti?” seseorang mengacungkan
tangan.
“Ada begitu banyak bahan plastik
terbuang begitu saja, dapat digunakan sebagai bahan utama ketika mendesain
sebuah tempat wisata” seperti biasa berusaha menjelaskan petualangan terbaru…
“… sekian, saya rasa cukup” setelah
bercerita panjang serta mengemukakan hasil karyaku sendiri sehingga bernilai
bagi banyak orang. Bersama dirinya, semua hal menjadi berbeda sekalipun tiap
sudut jalan terdapat misteri. Membutuhkan waktu menjawab setiap misteri yang
terjadi…
###TAMAT###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar